JURNAL GEOGRAFI BUDAYA

12
1 PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN CAGAR BUDAYA DI KABUPATEN LUMAJANG Oleh : Heni Puspita Sari Universitas Negeri Malang [email protected] Abstrak Setiap daerah memiliki ragam kesenian dan kebudayaan yang harus dikembangkan dan dilestarikan. Kegiatan pengembangan, pelestarian dan pemanfaatan cagar budaya dapat dilakukan dengan 5 cara menurut Martokusumo (2005). Salah satu cara mengembangkan dan memanfaatkan cagar budaya yaitu dengan membangun atau menginventarisasi segala bentuk seni dan cagar budaya dari semua wilayah di daerahnya. Pemerintah Kabupaten Lumajang meresmikan museum purbakala dan budaya yang menyimpan benda-benda bersejarah dari Kabupaten Lumajang. Pembangunan museum daerah oleh Pemerintah Kabupaten Lumajang dalam rangka Perlindungan, Pengembangan dan Pemanfaatan Cagar Budaya yang ada di Kabupaten Lumajang, selain itu pemerintah juga menyusun Raperda sebagai upaya penting dalam melindungi, mengembangkan dan memanfaatan Cagar Budaya yang ada agar dapat terus dinikmati dan diperoleh manfaatnya oleh generasi mendatang. Kata Kunci : Perlindungan, Pengembangan dan Pemanfaatan Cagar Budaya I. PENDAHULUAN Setiap daerah memiliki ragam kesenian dan kebudayaan yang harus dikembangkan dan dilestarikan. Seperti halnya di Kabupaten Lumajang, yang memiliki kawasan cagar budaya yang masih belum banyak masyarakat yang mengetahuinya. Banyak dari cagar budaya tersebut sekarang ini mulai lapuk bahkan sudah tak berbentuk. Hal ini sangat disayangkan, karena masih belum banyak genrasi muda yang mengetahui bahkan mendengarnyapun sedikit asing ditelinga. Untuk itu perlu adanya upaya pelestarian cagar budaya, secara garis besar dapat melalui tahapan-tahapan tertentu, diantaranya 1. Upaya perlindungan, melalui tindakan pencegahan terhadap gangguan, baik yang bersumber dari perilaku manusia, hewan,

description

BUDAYA

Transcript of JURNAL GEOGRAFI BUDAYA

Page 1: JURNAL GEOGRAFI BUDAYA

1

PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN CAGAR BUDAYA

DI KABUPATEN LUMAJANG

Oleh : Heni Puspita Sari

Universitas Negeri Malang

[email protected]

Abstrak

Setiap daerah memiliki ragam kesenian dan kebudayaan yang harus

dikembangkan dan dilestarikan. Kegiatan pengembangan, pelestarian

dan pemanfaatan cagar budaya dapat dilakukan dengan 5 cara menurut

Martokusumo (2005). Salah satu cara mengembangkan dan

memanfaatkan cagar budaya yaitu dengan membangun atau

menginventarisasi segala bentuk seni dan cagar budaya dari semua

wilayah di daerahnya. Pemerintah Kabupaten Lumajang meresmikan

museum purbakala dan budaya yang menyimpan benda-benda

bersejarah dari Kabupaten Lumajang. Pembangunan museum daerah

oleh Pemerintah Kabupaten Lumajang dalam rangka Perlindungan,

Pengembangan dan Pemanfaatan Cagar Budaya yang ada di Kabupaten

Lumajang, selain itu pemerintah juga menyusun Raperda sebagai upaya

penting dalam melindungi, mengembangkan dan memanfaatan Cagar

Budaya yang ada agar dapat terus dinikmati dan diperoleh manfaatnya

oleh generasi mendatang.

Kata Kunci : Perlindungan, Pengembangan dan Pemanfaatan Cagar

Budaya

I. PENDAHULUAN

Setiap daerah memiliki ragam kesenian dan kebudayaan yang harus

dikembangkan dan dilestarikan. Seperti halnya di Kabupaten Lumajang,

yang memiliki kawasan cagar budaya yang masih belum banyak masyarakat

yang mengetahuinya. Banyak dari cagar budaya tersebut sekarang ini mulai

lapuk bahkan sudah tak berbentuk. Hal ini sangat disayangkan, karena

masih belum banyak genrasi muda yang mengetahui bahkan

mendengarnyapun sedikit asing ditelinga. Untuk itu perlu adanya upaya

pelestarian cagar budaya, secara garis besar dapat melalui tahapan-tahapan

tertentu, diantaranya

1. Upaya perlindungan, melalui tindakan pencegahan terhadap

gangguan, baik yang bersumber dari perilaku manusia, hewan,

Page 2: JURNAL GEOGRAFI BUDAYA

2

tumbuhan maupun fenomena alam. Upaya perlindungan

dilakukan melalui

a. Penyelamatan,berupa ekskavasi penyelamatan, pemindahan,

pemagaran, pencukupan, penguasaan cagar budaya oleh

negara melalui imbalan, pemintakan, dan pemasangan papan

larangan.

b. Pengamanan, dilakukan untuk mencegah dari gangguan

perbuatan manusia yang dapat mengakibatkan kerugian fisik

dan nilai benda. Kegiatan dapat berupa penempatan satuan

pengamanan (SATPENJARLA) dan PPNS

c. Perijinan, dilakukan melalui pengawasan dan perijinan baik

dalam bentuk ijin pemanfaatan untuk kepentingan

pendidikan, keagamaan, serta ijin untuk penelitian.

2. Pemeliharaan, dilakukan melalui

a. Konservasi, yaitu dengan cara mengahambat proses

pelapukan dan kerusakan bangunan cagar budaya, sehingga

usianya dapat diperpanjang dengan cara kimiawi dan non

kimiawi.

b. Pemugaran, bertujuan untuk memperbaiki bangunan yang

telah rusak dengan mempertahankan keasliannya.

3. Dokumentasi/publikasi, merupakan upaya untuk menyebar-

luaskan informasi kepada masyarakat melaui media cetak atau

media elektronik.

a. Perekaman data, dengan pembuatan dokumen tentang cagar

budaya yang dapat memberi informasi tentang keberadaan

situs atau cagar budaya tersebut. Kegiatannya berupa

pemotretan, penataan, penggambaran, survei dan penomer-

an.

b. Publikasi, menyebarluaskan informasi pelestarian cagar

budaya agar dapat diketahui dan dipahami oleh masyarakat.

kegiatannya berupa pameran, penerbitan buletin dan buku,

film dokumenter, media sosial dan website.

Page 3: JURNAL GEOGRAFI BUDAYA

3

Cagar budaya di masing-masing daerah pasti memiliki nilai historis

yang berbeda baik berkaitan dengan asal-usul daerah atau peradapan dimasa

lampau, untuk itu perlu diadakan suatu tindakan nyata baik upaya

perlindungan atau pengembangannya seperti yang tertulis sebelumnya.

Segala upaya perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan Cagar Budaya

menjadi kawasan bersejarah menurut Undang-Undang RI No.11 tahun

2010, bertjuan sebagai berikut:

1. Cagar Budaya bertujuan untuk melestarikan warisan budaya bangsa dan

warisan umat manusia.

2. Meningkatkan harkat dan martabat bangsa melalui Cagar Budaya.

3. Memperkuat kepribadian bangsa.

4. Meningkatkan kesejahteraan rakyat.

5. Mempromosikan warisan budaya bangsa kepada masyarakat

Internasional.

Sedangkan Menurut Perda 9/1999 DKI Pelestarian dan pemanfaatan

lingkungan dan bangunan Cagar Budaya yang diatur dalam Peraturan

Daerah ini bertujuan :

1. Mempertahankan dan memulihkan keaslian lingkungan dan bangunan

yang mengandung nilai sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan.

2. Melindungi dan memelihara lingkungan dan bangunan Cagar Budaya

dari kerusakan dan kemusnahan baik karena tindakan manusia maupun

proses alam.

3. Mewujudkan lingkungan dan bangunan Cagar Budaya sebagai

kekayaan budaya untuk dikelola, dikembangkan dan dimanfaatkan

sebaik-baiknya dan sebesar-besarnya untuk kepentingan pembangunan

dan citra positif.

Kegiatan pengembangan dan pemanfaatan cagar budaya dapat terus

berlangsung jika ada kesadaran dari semua pihak, sehingga kebudayaan

tersebut dapat diingat dan tidak tergerus oleh perkembangan zaman yang

semakin modern. Sebagai upaya pengenalan dan pelestarian cagar budaya,

perlu juga adanya pengembangan dan pemanfaatan cagar budaya. Upaya

Page 4: JURNAL GEOGRAFI BUDAYA

4

pengembangan dan pemanfaatan penting dilakukan untuk pelestarian atau

kelangsungan cagar budaya itu sendiri, karena tidak semua seni dan

kebudayaan di suatu wilayah terus berkembang yang bisa saja hilang karena

tergerus oleh perkembangan zaman. Dari melihat kenyataan tersebut,

hendaknya setiap daerah dapat melestarikan, mengembangkan, dan

memanfaatkan cagar budaya tersebut dengan membangun atau

menginventarisasi segala bentuk seni dan cagar kebudayaan dari daerahnya

masing-masing.

II. PEMBAHASAN

Cagar Budaya merupakan warisan budaya bersifat kebendaan

berupa Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya,

Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya baik di darat maupun di

air yang perlu dilestarikan keberadaannya, karena memiliki nilai penting

bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan kebudayaan

melalui proses penetapan. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa

pengertian Kawasan Cagar Budaya dapat berupa suatu situs landscape

dengan monumen benda bersejarah tapi juga dapat berupa sekumpulan

bangunan. Sekumpulan bangunan ini dapat berupa kompleks dengan fungsi

beragam atau sejenis. Kawasan pemugaran dapat berupa juga perumahan

maupun kawasan dengan tipologi fungsi lain seperti kawasan perkantoran

dan perdagangan, kawasan pergudangan dan kawasan campuran lainnya.

Menurut Undang-Undang RI Nomer 11 tahun 2010 yang disebut

dengan Pelestarian adalah upaya dinamis untuk mempertahankan

keberadaan Cagar Budaya dan nilainya dengan cara melindungi,

mengembangkan, dan memanfaatkannya. Dalam mempertahankan Cagar

Budaya dilakukan upaya pengelolaan terpadu, melindungi dan

mengembangkan cagar budaya tersebut. Sedangkan memanfaatkan Cagar

Budaya melalui kebijakan pengaturan perencanaan, pelaksanaan, dan

pengawasan dari Pemerintah dan Dinas terkait untuk sebesar-besarnya

memberi manfaat bagi kesejahteraan rakyat.

Page 5: JURNAL GEOGRAFI BUDAYA

5

Kabupaten Lumajang mempunyai beberapa kawasan cagar budaya,

diantaranya Situs Biting yang berada di Desa Kutorenon Kecamatan

Sukodono, Situs Kedungmoro di Desa Kedungmoro Kecamatan Kunir,

Candi Agung di Kecamatan Randuagung, dan Candi Gedong Putri yang

berada di Kecamatan Candipuro. Dari keempat Cagar Budaya tersebut

memiliki daya tarik, sejarah dan nilai seni budayanya masing-masing.

Sayangnya seiring berjalannya waktu Cagar Budaya tersebut semakin tidak

terawat bahkan terlihat lapuk termakan usia. Berikut ini merupakan Cagar

Budaya tersebut :

1. Situs Biting

Situs Biting, merupakan salah

satu peninggalan Kerajaan

Lamajang Tigang Juru. Situs

tersebut berbentuk sebuah benteng

yang mengelilingi kerajaan yang

dipimpin oleh Aria Wiraraja.

Benteng Situs Biting ini berdiri

diareal lahan seluas 135 hektare.

Catatan sejarah yang ada, belum ada benteng seluas itu yang ditemukan di

zaman Majapahit. Jika ada benteng yang ditemukan luasnya lebih dari itu,

rata-rata berada di era kolonial. Situs Biting ini berada di Dusun Biting,

Desa Kutorenon, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.

Situs ini mengelilingi pusat kota Kerajaaan Lamajang Tigang Juru. Benteng

ini setebal 6 meter dengan tinggi 8-10 meter. Beberapa areal Situs Biting

saat ini berdiri di lahan milik warga dan Perhutani. Bahkan, ketika menggali

tempat yang diduga mejadi pintu utama Benteng berada di perumahan milik

warga. Situs kuno Kerajaan Lumajang ini terancam rusak. Karena beberapa

lahan digunakan oleh pengembang sebagai perumahan. Jarak antara

bangunan perumahan dengan situs kerajaan bersejarah ini hanya 40 meter.

Page 6: JURNAL GEOGRAFI BUDAYA

6

2. Situs Kedungmoro,

Lokasi penemuan konstruksi

batu bata candi di Dusun

Kedungsari, Desa Kedung

Moro, Kecamatan Kunir,

Kabupaten Lumajang, Jawa

Timur, pernah disinggahi

Raja Hayam Wuruk dan

Patih Gajah Mada dalam

perjalanannya berkeliling Lamajang. Tulisan kisah itu tertulis dalam

Babad Negara Kertagama yang ditulis Mpu Prapanca pada 1359 Masehi.

Dalam babad itu tercantum nama 'Kunir' yang kini menjadi nama

kecamatan tempat konstruksi candi tersebut ditemukan. Daerah Kunir

disebut sebagai tempat untuk mencapai daerah Sadeng, yang merupakan

pelabuhan besar Kerajaan Lamajang Tigang Juru. Konstruksi candi

berkaitan erat dengan Arya Wiraraja. "Artinya, sebelum kedatangan

Hayam Wuruk dan Gajah Mada, Kunir merupakan sebuah permukiman

yang ramai, Arya Wiraraja banyak meninggalkan bangunan berbahan

berupa batu bata merah seperti Situs Biting. Arya Wiraraja, disebut pula

Banyak Wide (brahmana yang cerdik), juga banyak meninggalkan

bangunan pemujaan, seperti Candi Agung di Kecamatan Randu Agung,

petilasan Menak Koncar, dan Situs Biting di Kecamatan Sukodono.

3. Candi Agung, terletak

di Desa Randu Agung,

bagian utara Kabupaten

Lumajang. Saat ini, sejumlah

candi Randu Agung yang

merupakan peninggalan

kerajaan hindu Majapahit

kondisinya mulai hancur

akibat kurang terawat.

Page 7: JURNAL GEOGRAFI BUDAYA

7

Bentuk bangunan candi yang semula menjulang tinggi kini telah hancur

bahkan nyaris rata dengan tanah. Akibat minimnya perhatian dari

pemerintah setempat, Candi Agung kini hanya menyisakan reruntuhan

bangunan yang sudah tidak terbentuk. Kondisi ini makin parah dengan

hilangnya sejumlah artefak dan arca kuno yang terdapat di dalam

bangunan candi. Dengan terjadinya aksi pencurian itu, pengelola candi

bersama warga telah berupaya maksimal untuk menemukan kembali

arca yang hilang. Namun meski telah dilakukan pencarian hingga

kawasan Jawa Tengah arca yang hilang tetap belum bisa ditemukan.

4. Candi Gedong Putri

Situs ini terletak di

Dususn Gedong Putri, Desa

Klopo Sawit, Kecamatan

Candipuro. Situs ini terletak

bekas jalur lahar Gunung

Semeru pada sisi Tenggara,

sehingga kondisi Situs

menjadi rusak dan

berserakan. Struktur batu bata

bekas bangunan yang berserakan, Lumpang batu, umpak batu dan 7

lempeng batu andesit berbentuk persegi panjang yang dipahat diperkirakan

sisa struktur bangunan pintu suatu pemukiman kuno. Yoni yang terletak di

sisi Barat Laut kompleks Candi Gedong Putri dengan jarak sekitar 50 meter

di lahan persawahan. Pada lubang Yoni tertancap Lingga yang telah rusak

bagian atasnya akibat pengrusakan masyarakat. Luas tumpukan batu

bangunan Candi Gedongputri 11 meter dengan panjang 7,5 meter.

Dari kondisi cagar budaya di atas terlihat masih rendahnya upaya

pelestarian dan juga pemanfaatannya. Keterlibatan masyarakat dalam

pelestarian warisan budaya menjadi keharusan dan diharapkan menjadi

energi baru dalam pelestarian warisan budaya yang selama ini masih

didominasi oleh pemerintah. Dengan digelarnya event seperti seminar

sejarah yang dihadiri oleh siswa-siswi yang ada di Kabupaten Lumajang

Page 8: JURNAL GEOGRAFI BUDAYA

8

merupakan sebuah langkah untuk memberikan pengetahuan kepada

generasi penerus bangsa untuk dapat melindungi, mengembangkan, dan

memanfaatkan cagar budaya yang ada.

Hal ini menjadi tantangan bagi pegiat pelestarian warisan budaya

maupun pemerintah untuk memperjelas pengaturannya, setidaknya dalam

peraturan lain di bawah Undang-Undang yang saat ini masih dalam

pembahasan, seperti peraturan daerah dan peraturan presiden. Harapannya,

peraturan tersebut mempertegas perlindungan terhadap keberadaan cagar

budaya yang ada di Kabupaten Lumajang, selain itu peraturan tersebut juga

melindungi kepentingan publik sebagaimana perubahan orientasi

pelestarian, dapat benar-benar terwujud dan bermakna bagi pembangunan.

Berikut ini merupakan bentuk kegiatan pelestarian untuk cagar

budaya Menurut Martokusumo (2005), diantaranya dengan :

1. Konservasi, yaitu dengan cara pemugaran/dinamik secara aktif

terhadap cagar budaya.

2. Preservasi, yaitu upaya elestarian/statis secara pasif terhadap

cagar budaya.

3. Rekonstruksi, yaitu upaya untuk mengembalikan keadaan

sebuah obyek bangunan, fabric, kawasan, yang telah hilang atau

hancur kepada kondisi awal.

4. Restorasi, yaitu upaya mengembalikan sebuah bangunan atau

kawasan kepada kondisi asli, sejauh yang diketahui dengan

menghilangkan penambahan baru atau membuat elemen

eksisting tanpa adanya penggunaan bahan baru.

5. Renovasi, yaitu upaya mengubah sebagian atau beberapa bagian

bangunan tua terutama bagian interior, agar bangunan tersebut

dapat diadaptasikan untuk mengakomodasikan fungsi atau

kegiatan baru, tanpa menimbulkan perubahan yang berarti bagi

keutuhan struktur maupun fasade bangunan tersebut.

Page 9: JURNAL GEOGRAFI BUDAYA

9

6. Rehabilitasi, yaitu upaya mengembalikan kondisi obyek,

bangunan atau kawasan hingga dapt berfungsi kembali dengan

baik.

7. Gentrifikasi, yaitu proses perubahan struktur komunitas urban

yang dapat berarti relokasi penduduk sebagai dampak dari

kegiatan peningkatan kualitas lingkungan fisik, sosial dan

ekonomi.

8. Revitalisasi, yaitu upaya menghidupkan kembali sebuah distrik

suatu kawasan kota yang telah mengalami degradasi, melalui

intervensi ekonomi, sosial dan fisik.

Diharapkan nantinya semua pihak dapat ikut serta dalam upaya

Perlindungan, Pengembangan dan Pemanfaatan Cagar Budaya yang paling

penting, Pemerintah tidak boleh secara sepihak untuk mengalihfungsikan

wilayah cagar budaya yang bernilai kultural tinggi menjadi sumberdaya

ekonomi, tanpa mengindahkan nilai-nilai serta kepentingan-kepentingan

yang lain. Sebagai sebuah karya manusia, Cagar Budaya bukanlah

merupakan wujud yang mati, melainkan memiliki nilai-nilai tertentu dan

mencerminkan gagasan dari masyarakat yang hidup di masa itu. Nilai-nilai

tersebut merupakan modal karena dapat diambil nilai historisnya untuk

pegangan generasi-generasi penerusnya. Demikian pula ketika Cagar

Budaya itu berpindah kepemilikan ke generasi berikutnya, maka

pemaknaannya pun mengalami perubahan sesuai dengan konteks sosialnya.

Jadi, letak sumberdaya bukan pada bendanya, tapi pada manusia yang

memaknainya.

Selain bangunan bersejarah kabupaten Lumajang juga memiliki

banyak sekali kebudayaan lainnya. Salah satu tindakan Pemerintah

Kabupaten Lumajang untuk menginventarisasi kebudayaan khas Lumajang

tersebut, dinas pariwisata dan kebadayaan Kabupaten Lumajang

meresmikan “Museum Purbakala Dan Budaya” pada 24 Agustus 2015.

Dalam museum menyimpan benda-benda bersejarah dari Kabupaten

Lumajang, selain itu museum ini dibagi dua yakni untuk sejarah purbakala

dan budaya. Walaupun tidak semuanya asli dan merupakan replika,

Page 10: JURNAL GEOGRAFI BUDAYA

10

termasuk patung-patung, prasasti yang dulu berkaitan dengan sejarah

Lumajang, tulisan-tulisan dari lontar, tersimpan di museum ini, seperti

tulisan-tulisan yang menyebutkan Lumajang, seperti dalam kitab Pararaton

dan Negara Kertagama, cuplikannya disimpan di museum ini. Selain itu ada

juga peninggalan masa kolonial. Museum juga menyimpan hasil kesenian

daerah yakni Jaran Kencak beserta asesorisnya, Topeng Kaliwungu,

Gamelan Danglung khas Lumajang, Busana pengantin khas Lumajang serta

Batik Lumajang.

Gambar. Museum daerah Kabupaten Lumajang

Meskipun pembangunan museum belum terlaksana secara

maksimal, tetapi kedepannya Pemerintah melalui dinas terkait akan terus

mencoba untuk melengkapi lagi isi museum daerah ini seperti yang di

tuturkan oleh Bapak Indriyanto. Museum nantinya tidak hanya menjadi

media menyimpan dan melestarikan saja, tetapi juga media untuk

pembelajaran dan penelitian. Pembangunan museum ini bertujuan untuk

mewujudkan keinginan masyarakat Lumajang. Pemerintah berupaya

melengkapi semua koleksi yang berkaitan dengan sejarah dan budaya di

Kabupaten Lumajang.

Koleksi benda purbakala diantaranya prasejarah, kolonial serta

sejarah klasik. Benda-benda yang disimpan di museum ini ada yang berasal

dari hibah maupun penemuan. Hibah atau pemberian untuk museum ini

berasal dari Bupati Lumajang pada masa Belanda seperti pusaka serta

barang-barang lainnya. Sedangkan untuk benda temuannya seperti prasasti

Page 11: JURNAL GEOGRAFI BUDAYA

11

Pasrujambe karena yang asli tersimpan di Museum Mpu Tantular,

Pemerintah Kabupaten Lumajang membuat replikanya. Karena barang yang

sudah masuk museum dicatat di arsip nasional dan tidak boleh dipindahkan.

Dinas Pariwisata dan kebudayaan Kabupaten Lumajang tengah berupaya

untuk menginventarisasi benda-benda bersejarah yang dipegang

masyarakat.

Seperti telah dibahas sebelumnya, museum daerah ini tidak hanya

menjadi media menyimpan dan melestarikan saja, tetapi juga media untuk

pembelajaran dan penelitian. Sebagai tempat penelitian serta pembelajaran,

di museum telah disediakan pemandu untuk melayani keingintahuan

pengunjung tentang isi museum daerah ini, seperti benda-benda bersejarah

dari kabupaten lumajang, kesenian dan kebudayaan khas, dan banyak lagi.

Selain pembukaan museum Daerah Kabupaten Lumajang, juga akan digelar

pameran dari Asosiasi Museum Daerah (Ameda) Jawa Timur yang diikuti

sejumlah museum dari Malang, Bangkalan, Probolinggo serta beberapa

daerah lainnya.

III. PENUTUP

Kabupaten Lumajang memiliki beberapa cagar budaya diataranya

Situs Biting yang berada di Desa Kutorenon Kecamatan Sukodono, Situs

Kedungmoro di Desa Kedungmoro Kecamatan Kunir, Candi Agung di

Kecamatan Randuagung, dan Candi Gedong Putri yang berada di

Kecamatan Candipuro. Sayangnya keadaan keempat cagar budaya ini

sekarang memperihatinkan, terlihat dari mulai rapuhnya bangunan dan

diantaranya mulai dialih fungsikan, seperti untuk area perumahan.

Dari permasalah cagar budaya tersebut diperlukan upaya

Perlindungan, Pengembangan dan Pemanfaatan, seperti yang disampaikan

pada pembahasan di atas. Pertama, mengembalikan kepada kondisi awal

agar dapat diketahui nilai-nilai asli yang dikandung. Kedua, memperbaiki

kondisi yang ada agar nilai-nilai kultural dan historisnya dapat diapresiasi

oleh pengamat pada masa kini. Ketiga, menyiapkan setting baru agar dapat

diapresiasikan sesuai dengan jamannya.

Page 12: JURNAL GEOGRAFI BUDAYA

12

Selain ketiga upaya tersebut tindakan yang tidak kalah paling harus

dilakukan yaitu membuat undang-undang yang bertujuan melindungi dan

melestarikan cagar budaya yang terdapat di Kabupaten Lumajang ini.

Dengan menyusun Raperda Perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan

Cagar Budaya karena segala aktifitas yang dapat menggangu dan merusak

cagar budaya dapat diminimalisir. Semua usaha Perlindungan,

Pengembangan dan Pemanfaatan Cagar Budaya yang ada di Kabupaten

Lumajang akan berjalan dengan baik jika terjadi kerjasama semua pihak

yang terkait yaitu, pemerintah, akademisi, dan masyarakat.

DAFTAR RUJUKAN

KEMDIKBUD. 2014. Kebudayaan. (Online)

(http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditpcbm/) diakases pada 20 Oktober 2015

Nurul, Arifin. 2013. Situs Biting. (Online)

(http://news.okezone.com/read/2013/10/08/522/878484/situs-biting-benteng-

terbesar-di-era-majapahit) diakses pada 22 Oktober 2015

Priyasidharta, David. 2015. Hari ini, Lumajang Resmi Punya Museum Purbakala dan

Budaya. (Online)

(http://travel.tempo.co/read/news/2015/08/24/242694413/hari-ini-lumajang-

resmi-punya-museum-purbakala-dan-budaya) diakses pada 22 oktober 2015

Lumajang, wartawan.com. 2014. Sekda: Cagar Budaya Lumajang Harus Segera

Dilindungi. (Online)

(http://www.wartalumajang.com/birokrasi-lumajang/1178-sekda-cagar-budaya-

lumajang-harus-segera-dilindungi) diakses 22 Oktober 2015

Afifah, Nur. 20115. Makalah Sejarah dan Kebudayaan Lumajang. (online)

http://pasjeknom.blogspot.co.id/2015/03/makalah-sejarah-dan-kebudayaan-

lumajang.html diakses pada 25 Oktober 2015

Zakiah, Muna. 2013. Cagar budaya-bangunan. (Online)

(http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1573/cagar-budaya) diakses pada

25 Oktober 2015

Pipink. 2011. Mpuh Nambi, Minak Koncar dan Candi Agung. (Online)

(http://randuagungcom.blogspot.co.id/2011/03/mpuh-nambi-minak-koncar-dan-

candi-agung.html) diakses pada 25 Oktober 2015