jurnal geofisika.pdf

14
Eksplorium ISSN 0854 1418 Volume 33 No. 1, Mei 2012: 1 - 14 1 PEMETAAN GEOLOGI DAN IDENTIFIKASI KEBERADAAN SESAR DI LOKASI CALON TAPAK PLTN KETAPANG DAN SEKITARNYA, MADURA Ngadenin, Lilik Subiantoro, Kurnia Setiawan W, Agus Sutriyono, P. Widito Pusat Pengembangan Geologi Nuklir BATAN Jl. Lebak Bulus Raya No. 9, Pasar Jumat, Jakarta 12440 Email: [email protected] Masuk: 3 Maret 2011 Revisi: 21 Maret 2012 Diterima: 30 April 2012 ABSTRAK PEMETAAN GEOLOGI DAN IDENTIFIKASI KEBERADAAN SESAR DI LOKASI CALON TAPAK PLTN KETAPANG DAN SEKITARNYA, MADURA. Hasil studi ekonomi terhadap kebutuhan air bersih dan tenaga listrik menyimpulkan bahwa pada 2016 Pulau Madura akan memerlukan desalinasi air laut menjadi air tawar menggunakan pembangkit listrik tenaga nuklir. Guna menunjang rencana pembangunan PLTN, diperlukan lokasi calon tapak yang bebas dari sesar aktif, karena merupakan salah satu faktor penolak utama dalam pemilihan calon tapak. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi geologi dan keberadaan sesar aktif di lokasi calon tapak instalasi desalinasi air laut dengan tenaga nuklir di daerah Ketapang dan sekitarnya, Madura. Metoda yang digunakan adalah interpretasi foto udara dan citra landsat, pemetaan geologi dan struktur geologi serta pembuatan paritan. Litologi di calon tapak Ketapang (Md.01) dan Sokobana (Md.02) berupa batugamping terumbu dan batugamping kapuran membentuk morfologi perbukitan bergelombang. Secara struktural daerah penelitian berupa monoklin dengan sumbu berarah barat-timur, menunjam 10 o ke E, perlapisan batuan berarah barat-timur miring 10 o - 30 o ke utara. Analisis struktur geologi menunjukkan bahwa daerah penelitian bebas dari sesar aktif. Kata kunci: Geologi, sesar aktif, Madura, Ketapang ABSTRACT GEOLOGICAL MAPPING AND FAULT IDENTIFICATION IN NUCLEAR POWER PLANT SITE CANDIDATE AT KETAPANG AREA AND ITS SURROUNDINGS, MADURA. The result of economical study about demand of water supply and electric in Madura Island concludes that in 2016 Madura Island will need nuclear desalination plant to process sea water becomes fresh water. In order to support the installation of nuclear desalination plant, it is required site free from active fault, because active fault is mainly rejection factor criteria on site selection process. Aim of the research is to get geological information and identify of active fault in the site candidate of nuclear desalination plant at Ketapang area and its surrounding by interpretation of aerial photograph and land sat imagery, geological and structure geological mapping as well as trenching. The lithology of Ketapang (Md.01) and Sokobana (Md.02) site candidate consists of reef and chalky limestone forming undulating hills morphology. Structurally, research area forms a monocline with East-West trending axis, plunging 10 o to East, the direction of strike is West- East, dip 10 o - 30 o to North. Geological structure analysis show that research area is free from active fault. Key words: Geology, active fault, Madura, Ketapang

Transcript of jurnal geofisika.pdf

Page 1: jurnal geofisika.pdf

Eksplorium ISSN 0854 – 1418 Volume 33 No. 1, Mei 2012: 1 - 14

1

PEMETAAN GEOLOGI DAN IDENTIFIKASI KEBERADAAN SESAR DI LOKASI

CALON TAPAK PLTN KETAPANG DAN SEKITARNYA, MADURA

Ngadenin, Lilik Subiantoro, Kurnia Setiawan W, Agus Sutriyono, P. Widito

Pusat Pengembangan Geologi Nuklir – BATAN

Jl. Lebak Bulus Raya No. 9, Pasar Jumat, Jakarta 12440 Email: [email protected]

Masuk: 3 Maret 2011 Revisi: 21 Maret 2012 Diterima: 30 April 2012

ABSTRAK

PEMETAAN GEOLOGI DAN IDENTIFIKASI KEBERADAAN SESAR DI LOKASI

CALON TAPAK PLTN KETAPANG DAN SEKITARNYA, MADURA. Hasil studi ekonomi

terhadap kebutuhan air bersih dan tenaga listrik menyimpulkan bahwa pada 2016 Pulau Madura

akan memerlukan desalinasi air laut menjadi air tawar menggunakan pembangkit listrik tenaga

nuklir. Guna menunjang rencana pembangunan PLTN, diperlukan lokasi calon tapak yang bebas

dari sesar aktif, karena merupakan salah satu faktor penolak utama dalam pemilihan calon tapak.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi geologi dan keberadaan sesar aktif di lokasi

calon tapak instalasi desalinasi air laut dengan tenaga nuklir di daerah Ketapang dan sekitarnya,

Madura. Metoda yang digunakan adalah interpretasi foto udara dan citra landsat, pemetaan geologi

dan struktur geologi serta pembuatan paritan. Litologi di calon tapak Ketapang (Md.01) dan

Sokobana (Md.02) berupa batugamping terumbu dan batugamping kapuran membentuk morfologi

perbukitan bergelombang. Secara struktural daerah penelitian berupa monoklin dengan sumbu

berarah barat-timur, menunjam 10o ke E, perlapisan batuan berarah barat-timur miring 10

o - 30

o ke

utara. Analisis struktur geologi menunjukkan bahwa daerah penelitian bebas dari sesar aktif.

Kata kunci: Geologi, sesar aktif, Madura, Ketapang

ABSTRACT

GEOLOGICAL MAPPING AND FAULT IDENTIFICATION IN NUCLEAR POWER

PLANT SITE CANDIDATE AT KETAPANG AREA AND ITS SURROUNDINGS, MADURA.

The result of economical study about demand of water supply and electric in Madura Island

concludes that in 2016 Madura Island will need nuclear desalination plant to process sea water

becomes fresh water. In order to support the installation of nuclear desalination plant, it is required

site free from active fault, because active fault is mainly rejection factor criteria on site selection

process. Aim of the research is to get geological information and identify of active fault in the site

candidate of nuclear desalination plant at Ketapang area and its surrounding by interpretation of

aerial photograph and land sat imagery, geological and structure geological mapping as well as

trenching. The lithology of Ketapang (Md.01) and Sokobana (Md.02) site candidate consists of

reef and chalky limestone forming undulating hills morphology. Structurally, research area forms

a monocline with East-West trending axis, plunging 10o to East, the direction of strike is West-

East, dip 10o - 30

o to North. Geological structure analysis show that research area is free from

active fault.

Key words: Geology, active fault, Madura, Ketapang

Page 2: jurnal geofisika.pdf

Pemetaan Geologi dan Identifikasi Keberadaan Sesar di Lokasi Calon Tapak PLTN Ketapang dan Sekitarnya, Madura.

Oleh: Ngadenin, Lilik Subiantoro, Kurnia Setiawan W, Agus Sutriyono, P. Widito

2

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Berdasarkan hasil studi ekonomi terhadap kebutuhan air bersih dan tenaga listrik di Pulau

Madura diketahui bahwa sejalan dengan kemajuan industri maka diperkirakan pada tahun 2016

masyarakat di Pulau Madura akan memerlukan desalinasi air laut menjadi air tawar menggunakan

pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN)[1]

. Hasil studi tersebut juga menyebutkan bahwa di seluruh

Madura terdapat 22 lokasi calon tapak yang terletak di sepanjang pantai Pulau Madura. Calon tapak

Ketapang (Md.01) dan Sokobana (Md.02) yang keduanya terletak di Kabupaten Sampang adalah

sebagai calon tapak berperingkat pertama dan kedua dari ke 22 calon tapak yang diteliti (Gambar 1)[1]

.

Guna menunjang rencana pembangunan PLTN, diperlukan lokasi calon tapak yang bebas dari

sesar aktif, karena sesar aktif adalah salah satu faktor penolak utama dalam pemilihan calon

tapak[2]

.

Penelitian ini bertujuan mendapatkan informasi geologi dan mengidentifikasi sesar aktif di

daerah Ketapang dan sekitarnya, Madura. Pada tahun 1949 di sekitar Kota Sampang pernah terjadi

gempa tektonik berkekuatan lebih besar 5 SR dengan pusat gempa di darat. Dengan adanya gempa

tersebut, tidak menutup kemungkinan terdapat sesar aktif di sekitar Kabupaten Sampang, Madura.

Gambar 1. Lokasi Calon Tapak Instalasi Desalinasi Air Laut dengan Tenaga Nuklir di Madura[1]

Pengaruh langsung sesar aktif terhadap kerusakan fatal bangunan hingga saat ini belum bisa

diatasi dengan teknologi, oleh karena itu perlu dilakukan identifikasi sesar aktif pada pemilihan

calon tapak instalasi desalinasi air laut tenaga nuklir yang terbaik di Ketapang dan sekitarnya,

Madura.

Page 3: jurnal geofisika.pdf

Eksplorium ISSN 0854 – 1418 Volume 33 No. 1, Mei 2012: 1 - 14

3

TATA KERJA

Peralatan Kerja

Peralatan kerja yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: stereoskop, Global

Positioning System (GPS), kompas geologi, palu geologi, kamera dan komparator butir serta HCL.

Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Interpretasi Foto Udara dan Citra Land sat

Interpretasi foto udara dan citra landsat dilakukan dengan cara menarik kelurusan morfo-

struktural pada foto udara maupun citra landsat. Interpretasi foto udara dilakukan

menggunakan stereoskop hanya pada daerah Ketapang, menggunakan foto udara berskala

1/50.000 sedangkan interpretasi citra landsat dilakukan untuk seluruh pulau Madura

menggunakan landsat TM yang direkam pada tahun 2001.

Landsat yang digunakan untuk analisis kelurusan ini adalah kombinasi band 457 yang

telah difilter dengan arah N-S dan E-W. Penarikan kelurusan pada land sat dilakukan

menggunakan software ER-mapper dan Autocad sedangkan perhitungan statistiknya

menggunakan Excel. Penentuan kronologi relatif kelurusan dilakukan menggunakan formula

sebagai berikut[3]

:

1) Untuk suatu kelas arah dari sistem kelurusan

Jika Q < 1

Mencerminkan suatu sistem kelurusan „relatif tua‟ dan

Jika Q > 1

Mencerminkan suatu sistem kelurusan „relatif muda‟

dimana sebaiknya harga Q =< 0,9 atau Q=> 1,1.

2) Arah-arah kelurusan dominan ditentukan berdasarkan pada jumlah persentase PK dan

FR, semakin besar semakin dominan; dimana nilai PK dan FR sebaiknya di atas nilai

tengah (X).

Hasil analisis kelurusan ini, selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel dan diagram.

2. Pemetaan Geologi dan Struktur Geologi

Pemetaan geologi berskala 1/25.000 dilakukan dengan cara pengamatan singkapan

sepanjang lintasan baik lintasan sungai maupun jalan. Sedangkan pemetaan struktur geologi

dilakukan pada lokasi-lokasi terpilih terutama pada lokasi yang berindikasi terdapat kelurusan

berkronologi relatif muda yang diperoleh dari hasil interpretasi foto udara.

3. Pembuatan Paritan

Paritan berukuran panjang 5-6 meter, lebar 2 meter dan dalam hingga menembus batuan

segar, dibuat di Sungai Mandire dan sungai Sodung (Gambar 2). Penentuan lokasi pembuatan

paritan didasarkan pada hasil interpretasi foto udara yang dikompilasi dengan peta geologi

P3G, hasilnya menunjukkan bahwa kelurusan berarah SW – NE dianggap termuda, sehingga

dalam rangka mengidentifikasi sesar aktif pada kelurusan tersebut perlu dibuat paritan.

Page 4: jurnal geofisika.pdf

Pemetaan Geologi dan Identifikasi Keberadaan Sesar di Lokasi Calon Tapak PLTN Ketapang dan Sekitarnya, Madura.

Oleh: Ngadenin, Lilik Subiantoro, Kurnia Setiawan W, Agus Sutriyono, P. Widito

4

HASIL

Interpretasi Foto Udara

Kelurusan hasil pengamatan foto udara yang tercermin pada pengamatan dengan bantuan

stereoskop digambar langsung sebagai peta kelurusan morfo-struktural (Gambar 2).

Gambar 2. Peta Kelurusann Morfo-struktural Hasil Interpretasi Foto Udara dan

Lokasi Pembuatan Paritan

Hasil interpretasi foto udara menunjukkan bahwa di daerah penelitian terdapat empat arah

umum kelurusan yaitu arah SW–NE, NW – SE, E – W dan N - S. Dari empat kelurusan tersebut

hanya tiga kelurusan yang berkembang cukup baik yaitu kelurusan SW – NE, NW – SE dan E –

W. Untuk mengetahui frekuensi relatif, panjang kumulatif dan arah dominan dari kelurusan

Page 5: jurnal geofisika.pdf

Eksplorium ISSN 0854 – 1418 Volume 33 No. 1, Mei 2012: 1 - 14

5

tersebut, dibuat dengan bantuan diagram kipas (Gambar 3). Pada gambar tersebut terlihat bahwa

baik frekuensi relatif dan panjang kumulatif menunjukkan terdapat tiga arah yaitu NW–SE, SW–

NE dan E–W hingga WNW–ESE, sedangkan arah dominan memperlihatkan terdapat dua arah

yaitu NW–SE dan SW–NE.

Gambar 3. Diagram Kipas Kelurusan Morfo-struktural Daerah Ketapang dan Sekitarnya, Madura

Tabel 1. Kelurusan Morfo-Struktural Daerah Ketapang dan Sekitarnya, Madura Berdasarkan

Hasil Interpretasi Foto Udara

ARAH FREKUENSI

RELATIF (FR)

PANJANG

KUMULATIF (PK)

PK

/FR %

KELURUSAN

%

KELURUSAN INTERPRETASI

JUMLAH % JUMLAH % DOMINAN KRONORELATIF

1 - 10 4 4,08 17,6 4,65 1,1 >1 4,36 MUDA (12)

11 - 20 8 8,16 22,2 5,86 0,7 < 1 7,01 12,24 * TUA(3)

21 - 30 10 10,2 25,2 6,65 0,7 < 1 8,43 14,72 *** TUA(2)

31- 40 10 10,2 44,9 11,86 1,2 >1 11,03 19,26 ***** MUDA (13)

41 - 50 4 4,08 19,6 5,18 1,3 >1 4,63 MUDA (15)

51 - 60 8 8,16 51,9 13,7 1,7 >1 10,93 19,09 **** MUDA (17)

61 - 70 5 5,1 9,9 2,61 0,5 < 1 3,86 TUA (1)

71 - 80 1 1,02 4,2 1,11 1,1 >1 1,06 -11

81 - 90 2 2,04 13,2 3,49 1,7 >1 2,76 MUDA (18)

91 - 100 5 5,1 19,8 5,23 1 >1 5,17 -8

101 - 110 4 4,08 16,3 4,3 1,1 >1 4,19 -9

111 - 120 3 3,06 17,8 4,7 1,5 >1 3,88 MUDA (16)

121 - 130 6 6,12 19,9 5,25 0,9 < 1 5,69 TUA (6)

131 - 140 2 2,04 9,7 2,56 1,3 >1 2,3 MUDA (14)

141 - 150 13 13,3 42,4 11,2 0,8 < 1 12,23 21,35 ****** TUA (5)

151 - 160 8 8,16 27 7,13 0,9 < 1 7,65 13,35 ** TUA (7)

161 - 170 3 3,06 8,9 2,35 0,8 < 1 2,71 TUA (4)

171 - 180 2 2,04 8,2 2,17 1,1 >1 2,1 -10

98 100 378,7 100 100 100

Page 6: jurnal geofisika.pdf

Pemetaan Geologi dan Identifikasi Keberadaan Sesar di Lokasi Calon Tapak PLTN Ketapang dan Sekitarnya, Madura.

Oleh: Ngadenin, Lilik Subiantoro, Kurnia Setiawan W, Agus Sutriyono, P. Widito

6

Hasil perhitungan dalam penentuan kronologi kelurusan dominan terlihat bahwa secara umum

terdapat tiga kelurusan dominan yaitu kelurusan berarah N 141 o

– 150o berkronologi relatif tua, N

31 o - 40

o berkronologi relatif muda dan N 51

o – 60

o berkronologi paling muda (Table 1).

Hasil pengamatan struktur geologi di lapangan menunjukkan bahwa terdapat empat famili

fraktur utama yaitu: Famili fraktur berarah umum N 145o/80

oSW, famili fraktur berarah umum

N 40o/90

o, famili fraktur berarah umum N 0

o/90

o dan famili fraktur berarah umum N 90

o/90

o.

Secara umum data hasil pengamatan struktur geologi di lapangan mempunyai kesamaan arah

dengan kelurusan morfo-struktural hasil analisis foto udara.

Interpretasi land sat

Citra satelit yang digunakan dalam penelitian ini adalah citra land sat TM, hasil rekaman

tahun 2001. Kualitas land sat yang digunakan pada analisis ini cukup baik yang dicirikan oleh data

dengan gangguan penutupan awan yang tidak signifikan, sehingga didapatkan hasil penarikan

kelurusan morfo-struktural pada land sat dengan kualitas yang baik (Gambar 4 dan 5). Dari data

kelurusan yang ditarik pada landsat selanjutnya dibuat diagram roset frekuensi relatif, panjang

kumulatif dan kelurusan dominan (Gambar 6). Hasil perhitungan untuk mengetahui kelurusan

dominan dan kronologi realtif dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kelurusan Morfo-Struktural Regional Pulau Madura

Arah

Frekuensi Relatif Panjang Kumulatif Persentase Persentase Interpretasi Kelurusan

(FR) (PK) Kelurusan Kelurusan PK/FR (Q) Kronologi

% % Dominan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

0 -10 6 0,11 8612,76 0,12 0,11 1,128 >1 11 MUDA

11 - 20 48 0,86 53104,27 0,74 0,80 0,869 <1 4 TUA

21 - 30 387 6,91 468864,92 6,57 6,74 0,952 <1 7

31 - 40 798 14,24 850052,13 11,92 53,22 13,08 0,837 <1 1 TUA

41 - 50 670 11,96 726987,41 10,19 11,07 0,852 <1 2 TUA

51 - 60 500 8,92 614041,91 8,61 8,77 0,965 <1 8

61 - 70 292 5,21 433304,88 6,07 5,64 1,166 >1 13 MUDA

71 - 80 147 2,62 230087,08 3,23 2,92 1,230 >1 14 MUDA

81 - 90 82 1,46 153665,58 2,15 1,81 1,472 >1 16 MUDA

91 - 100 60 1,07 115073,51 1,61 1,34 1,507 >1 17 MUDA

101 -110 129 2,30 284897,00 3,99 3,15 1,735 >1 18 MUDA

111 - 120 338 6,03 613452,36 8,60 7,32 1,426 >1 15 MUDA

121 - 130 489 8,73 695097,35 9,74 9,24 1,117 >1 10 MUDA

131 - 140 681 12,15 773435,16 10,84 46,78 11,50 0,892 <1 5 TUA

141 - 150 653 11,65 719577,82 10,09 10,87 0,866 <1 3 TUA

151 - 160 285 5,09 342586,52 4,80 4,94 0,944 <1 6

161 - 170 34 0,61 42913,45 0,60 0,60 0,992 <1 9

171 - 180 5 0,09 7597,76 0,11 0,10 1,194 >1 12 MUDA

5604 100,00 7133351,88 100,00 100,00 100,00

10,53 Rata-rata 10,53 10,53 mendekati 1

4,75 Standar deviasi 4,13

Page 7: jurnal geofisika.pdf

Eksplorium ISSN 0854 – 1418 Volume 33 No. 1, Mei 2012: 1 - 14

7

Gambar 4. Kelurusan Regional P. Madura dengan filtering EW

Gambar 5. Kelurusan Regional P. Madura dengan filtering NS

Dari Gambar 6 dan Tabel 2 terlihat bahwa hanya terdapat dua kelurusan dominan yaitu

kelurusan N 31o – 40

o E dan N 131

o – 140

o E yang keduanya berkronologi relatif tua.

Page 8: jurnal geofisika.pdf

Pemetaan Geologi dan Identifikasi Keberadaan Sesar di Lokasi Calon Tapak PLTN Ketapang dan Sekitarnya, Madura.

Oleh: Ngadenin, Lilik Subiantoro, Kurnia Setiawan W, Agus Sutriyono, P. Widito

8

Gambar 6. Diagram Kipas Kelurusan Morfo-struktural Land sat TM Madura.

Pemetaan Geologi

1. Geomorfologi

Berdasarkan keadaan bentang alam yang dapat diamati di lapangan dan peta topografi,

geomorfologi daerah penelitian dapat dibagi menjadi tiga satuan morfologi, yaitu satuan dataran

rendah, perbukitan bergelombang dan karst (Gambar 7)[4]

.

Dataran rendah, ketinggian 0 – 5 meter di atas muka laut, menempati sebagian pesisir pantai

utara di bagian barat dan timur. Dataran ini dibentuk oleh endapan sungai, pantai, rawa dan

batugamping koral. Lahan terutama dimanfaatkan sebagai pemukiman.

Perbukitan bergelombang, ketinggian 5 – 100 meter di atas muka laut, menempati sebagian

besar daerah penelitian yang membentang dari barat ke timur. Di bagian utara membentang dari

Page 9: jurnal geofisika.pdf

Eksplorium ISSN 0854 – 1418 Volume 33 No. 1, Mei 2012: 1 - 14

9

Desa Rabiyan ke timur hingga Desa Pangereman sedangkan di selatan membentang dari Desa

Bunten Barat ke timur hingga Desa Karanganyar. Lahan dimanfaatkan sebagai pemukiman,

ladang, perkebunan, persawahan dan penambangan batubata putih secara tradisional.

Gambar 7. Peta Geomorfologi Daerah Ketapang dan sekitarnya, Madura.

Karst, ketinggian 100 - 200 meter di atas muka laut, dicirikan oleh perbukitan kasar, terjal,

sungai bawah tanah, gua-gua, gawir dan kuesta. Satuan ini menempati di bagian tengah daerah

penelitian membentang dari barat ke timur. Morfologi ini dibentuk oleh batugamping pasiran dan

batugamping dolomitan.

2. Pola Aliran Sungai

Pola aliran sungai secara umum berpola dendritik, hanya sebagaian kecil yang hampir sejajar.

Sungai utamanya terdiri dari sungai Mandire, Sodung dan Tetean yang mengalir dari selatan ke

utara

3. Stratigrafi

Stratigrafi daerah penelitian dibagi menjadi empat satuan batuan berturut-turut dari tua

kemuda yaitu satuan batuan batupasir-gampingan, satuan batugamping-pasiran, satuan

batugamping, satuan endapan aluvium (Gambar 8 dan 9), dengan deskripsi sebagai berikut:

a. Satuan batupasir-gampingan, terdiri dari batupasir-gampingan dengan sisipan

batulempung, napal dan batugamping. Batupasir-gampingan warna coklat muda,

komponennya terutama kuarsa, berbutir sedang–kasar, menyudut tanggung, terpilah

Page 10: jurnal geofisika.pdf

Pemetaan Geologi dan Identifikasi Keberadaan Sesar di Lokasi Calon Tapak PLTN Ketapang dan Sekitarnya, Madura.

Oleh: Ngadenin, Lilik Subiantoro, Kurnia Setiawan W, Agus Sutriyono, P. Widito

10

sedang, agak padat. Batulempung berwarna kelabu, agak kompak, struktur laminasi

sejajar, berlapis baik dengan tebal lapisan sekitar 20 cm. Napal berwarna kelabu muda,

umumnya mengandung fosil foraminifera dan moluska. Batugamping berwarna putih,

padat, pasiran mengandung fosil foraminifera besar, pecahan moluska dan koral, berlapis

baik dengan tebal lapisan sekitar 70 cm. Secara regional satuan batuan ini termasuk

Formasi Ngrayong yang berumur Miosen Tengah[5]

.

b. Gambar 8. Kolom Stratigrafi Daerah Ketapang , Madura

c. Satuan batugamping-pasiran, terdiri dari perselingan antara batugamping-pasiran dan

napal. Batugamping-pasiran berwarna kelabu dan coklat muda, berbutir halus–kasar,

berlapis 5 – 20 cm. Napal berwarna putih dan kelabu, berlapis baik, mengandung sedikit

foraminifera. Secara regional satuan batuan ini termasuk Formasi Bulu yang berumur

Miosen Tengah[5]

.

d. Satuan batugamping, terdiri dari batugamping-terumbu, batugamping-pasiran,

batugamping-kapuran dan napal. Batugamping-terumbu, berwarna putih, coklat, masif,

permukaannya berongga dan tajam-tajam, pelapukannya berwarna merah. Organisme

pembentuknya adalah koral, ganggang, foraminifera dan moluska. Batugamping-pasiran,

berwarna kelabu, porous, ringan bisa diremas, tebal umumnya 25 cm. Batugamping-

kapuran, berwarna putih agak lunak, bisa diremas, ukuran butir halus–sedang. Napal

berwarna kelabu muda, berlapis, tebal tiap lapisan sekitar 5 cm, mengandung

foraminifera plankton. Secara regional satuan batuan ini termasuk Formasi Madura yang

berumur Pliosen. [5]

Page 11: jurnal geofisika.pdf

Eksplorium ISSN 0854 – 1418 Volume 33 No. 1, Mei 2012: 1 - 14

11

e. Satuan endapan aluvium terdiri dari pasir, lempung, lumpur, kerikil dan kerakal, berupa

endapan sungai, pantai dan rawa.

4. Struktur Geologi

Pemetan struktur geologi dilakukan dengan metode pemetaan struktur mikro tektonik pada

singkapan-singkapan terpilih dan lokasi paritan. Paritan dibuat dilokasi yang terdapat indikasi

kelurusan termuda yaitu kelurusan berarah SW – NE. Hasil pemetaan struktur geologi dan

pembuatan paritan di daerah penelitian menunjukkan bahwa struktur yang berkembang adalah

lipatan dan kekar yang terbentuk pada saat pelipatan. Lipatan berupa monoklin dengan arah umum

sumbu N 95o E, menunjam 10

o ke E. Jurus lapisan batuan berarah barat – timur, miring 10

o – 30

o

ke utara (Gambar 8). Sedangkan kekarnya adalah kekar-kekar yang terbentuk bersamaan dengan

pelipatan yaitu berupa kekar berarah umum NW – SE, SW – NE, N – S dan W – E (Gambar 9).

Gambar 9. Peta Geologi Daerah Ketapang dan sekitarnya, Madura

PEMBAHASAN

Hasil interpretasi foto udara secara umum menunjukkan bahwa terdapat dua arah kelurusan

dominan yaitu kelurusan berarah SW – NE yang berkronologi relatif muda dan kelurusan berarah

NW – SE yang berkronologi relatif tua sedangkan hasil interpretasi citra land sat memperlihatkan

bahwa terdapat dua arah kelurusan dominan yaitu kelurusan berarah SW – NE dan kelurusan

berarah NW – SE yang keduanya berkronologi relatif tua.

Page 12: jurnal geofisika.pdf

Pemetaan Geologi dan Identifikasi Keberadaan Sesar di Lokasi Calon Tapak PLTN Ketapang dan Sekitarnya, Madura.

Oleh: Ngadenin, Lilik Subiantoro, Kurnia Setiawan W, Agus Sutriyono, P. Widito

12

Gambar 10. Stereogram Kedudukan Pola Bidang Kekar dalam Sistem Pelipatan

Hasil pemetaan struktur geologi di lapangan dari hasil pengamatan di singkapan-singkapan

terpilih memperlihatkan bahwa tidak dijumpai adanya indikasi sesar. Kelurusan-kelurusan berarah

SW – NE dari foto udara dan citra land sat yang di lapangan tercermin sebagai gawir-gawir

morfologi ternyata bila dilihat dari hasil pengolahan mikro tektonik maka kekar tersebut

cenderung sebagai kekar diagonal dari sistem joint set yang terbentuk bersamaan dengan pelipatan

utama dengan arah umum sumbu N 95o E, menunjam 10

o ke E (Gambar 10). Sedangkan

kelurusan-kelurusan lainnya bila dilihat dari hasil pengolahan data mikro tektonik cenderung

Page 13: jurnal geofisika.pdf

Eksplorium ISSN 0854 – 1418 Volume 33 No. 1, Mei 2012: 1 - 14

13

sebagai suatu sistem joint set yang terbentuk bersamaan dengan sistem pelipatan seperti yang

disebutkan diatas. Kelurusan NW – SE sebagai kekar diagonal, kelurusan N – S sebagai kekar

transversal dan kelurusan W – E sebagai kekar longitudinal.

Hasil pembuatan paritan di dua lokasi yaitu di Sungai Mandire disekitar Desa Ketapang Laok

dan di Sungai Sodung memperlihatkan bahwa dari data mikro tektonik yang diperoleh maka tidak

memperlihatkan adanya indikasi sesar. Di Sungai Mandire hanya dijumpai kekar diagonal dan

transversal sedangkan di Sungai Sodung hanya dijumpai kekar transversal. Kekar-kekar tersebut

diduga merupakan joint set dari sistem pelipatan seperti yang disebutkan di atas.

KESIMPULAN

1. Litologi di calon tapak Ketapang (Md.01) dan Sokobana (Md.02) berupa batugamping-

terumbu dan batugamping-kapuran yang termasuk satuan batugamping, sementara

morfologinya berupa perbukitan bergelombang.

2. Hasil analisis morfo-struktural dan pembuatan paritan menunjukkan bahwa di daerah

penelitian tidak dijumpai adanya sesar aktif.

SARAN

Untuk mengetahui keberadaan sesar aktif di lokasi calon tapak Md.01 dan 02 secara lebih

mendalam disarankan dilakukan survei geofisika menggunakan metoda seismik.

DAFTAR PUSTAKA

1. BATAN, IAEA, KAERI, “Preliminary Economic feasibility Study of Nuclear Desalination in

Madura Island Indonesia”, Vienna, Austria, 2004 (tidak dipublikasikan).

2. IAEA, ”Site Survey for Nuclear Power Plant, A Safety Guide”, Vienna, Austria, 1984.

3. SASTRATENAYA, Studi Tektonik Kemungkinan Kebocoran Danau Toba, Sumatera Utara,

P2BGGN - BATAN dan FTM ITM, 2001.

4. ZUIDAM VAN, “Guide to Geomorphologic Aerial Photographic Interpretation and

Mapping”, ITC, Enchede, Netherlands.

5. AZIS S., SUTRISNO, NOYA Y., BRATA K., Geologi Lembar Tanjungbumi & Pamekasan,

P3G, Departemen Pertambangan dan Energi, Bandung, 1993.

Page 14: jurnal geofisika.pdf

Pemetaan Geologi dan Identifikasi Keberadaan Sesar di Lokasi Calon Tapak PLTN Ketapang dan Sekitarnya, Madura.

Oleh: Ngadenin, Lilik Subiantoro, Kurnia Setiawan W, Agus Sutriyono, P. Widito

14