Jurnal FMEA

6
 Perbaikan Pr oses Produ ksi Muffle r Dengan Metode FMEA (  Rachmat Fird aus,ST.,MT   Pada indus tri kecil di Sido arjo Tedjo Su kmono,ST .MT, Ali Akba r,ST)    Perbaikan Pro ses Produksi Muffler Deng an Metode FMEA  Pada industri kecil di Sidoarjo  Rachmat Firdaus,ST.,MT 1  , Tedjo Sukmono ,ST.MT 2  , Ali Akbar,ST 3  1,3 Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Sidoarjo 2 Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Sidoarjo  ABSTRAK Muffler adalah alat peredam kebisingan juga berfungsi sebagai asesoris pada kendaraan. Kendala utama  proses pr oduksi muffler adalah masih tingginya produk cacat yang dihasilkan sebesar 8% d ari keseluruhan part yang dihasilkan.. Untuk meminimalkan produk cacat diterapkan metode FMEA (Failure Modes Effect Analisys )  pada seluruh proses produksinya. FMEA adalah suatu prosedur terstruktur untuk mengidentifikasi dan mencegah sebanyak mungkin mode kegagalan (failure mode) dengan sekala prioritas”. Hasil akhir dari FMEA adalah “Risk Priority Number”(RPN) atau angka resiko prioritas. RPN dihitung berdasarkan perkalian antara tiga peringkat kwantitatif yaitu efek /pengaruh, penyebab, dan deteksi pada setiap proses. Kemudian diurutkan mulai rating tertinggi, serta tindakan yang disarankan untuk perbaikan. Hasil penerapan FMEA ini menunjukkan nilai RPN tertinggi pada proses plong dengan nilai RPN sebesar 80 kemudian disusul dengan proses nozzle forming dengan nilai RPN 64 dan yang terkecil pada proses finishing dengan nilai RPN 1. Tindaka n yang diambil adalah memodifikasi alat plong dan dihitung kembali nilai RPN masing-masing proses. Setelah dihitung RPN tertinggi adalah proses nozzle forming sebesar 64. Dan ini dilakukan secara terus menerus sehingga nilai RPN masing masing menjadi kecil dan produk cacat dapat diminimalkan. Kata kunci: FMEA, RPN, produksi muffler  ABSTRACT  Muffler is a noise reducer tool also serves as an accessory on the vehicle. The main obstacle muffler  production process is still high defective products produced by 8% of total parts produced. To minimize the defective product applied FMEA method (Failure Modes Effect ANALISYS) on the entire production process.  FMEA is "a structured procedure to identify and prevent as much as p ossible failure modes (failure modes) with the scale of priority". The end result of the FMEA is a "Risk Priority Number" (RPN) or risk priority number.  RPN is calculated by multiplying the three quantitative ranking of the effects / influences causes and detection at each process. Then sorted began the highest rating, and suggested actions for improvement. The results demonstrate the application of FMEA is the highest RPN values in the process of punch hole with RPN value of 80 was followed by the process of forming the nozzle with the NDP 64 and the smallest in the process of  finishing with a value of RPN 1. The action taken is to modify the punch hole and recalculated the value of individual RPN each process. Having calculated the highest RPN is the process of forming Nozzle by 64. And this is done continuously so that the value of RPN each becomes small and defective products can be minimized.  Key words: FMEA, RPN, muffler production

Transcript of Jurnal FMEA

  • Perbaikan Proses Produksi Muffler Dengan Metode FMEA (Rachmat Firdaus,ST.,MT

    Pada industri kecil di Sidoarjo Tedjo Sukmono,ST.MT, Ali Akbar,ST)

    TEKNOLOJIA Vol. 5 Page 83

    Perbaikan Proses Produksi Muffler Dengan Metode FMEA

    Pada industri kecil di Sidoarjo

    Rachmat Firdaus,ST.,MT1, Tedjo Sukmono,ST.MT

    2, Ali Akbar,ST

    3

    1,3 Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

    2 Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

    ABSTRAK

    Muffler adalah alat peredam kebisingan juga berfungsi sebagai asesoris pada kendaraan. Kendala utama

    proses produksi muffler adalah masih tingginya produk cacat yang dihasilkan sebesar 8% dari keseluruhan part

    yang dihasilkan.. Untuk meminimalkan produk cacat diterapkan metode FMEA (Failure Modes Effect Analisys )

    pada seluruh proses produksinya. FMEA adalah suatu prosedur terstruktur untuk mengidentifikasi dan

    mencegah sebanyak mungkin mode kegagalan (failure mode) dengan sekala prioritas. Hasil akhir dari FMEA

    adalah Risk Priority Number(RPN) atau angka resiko prioritas. RPN dihitung berdasarkan perkalian antara

    tiga peringkat kwantitatif yaitu efek/pengaruh, penyebab, dan deteksi pada setiap proses. Kemudian diurutkan

    mulai rating tertinggi, serta tindakan yang disarankan untuk perbaikan. Hasil penerapan FMEA ini menunjukkan

    nilai RPN tertinggi pada proses plong dengan nilai RPN sebesar 80 kemudian disusul dengan proses nozzle

    forming dengan nilai RPN 64 dan yang terkecil pada proses finishing dengan nilai RPN 1. Tindakan yang

    diambil adalah memodifikasi alat plong dan dihitung kembali nilai RPN masing-masing proses. Setelah dihitung

    RPN tertinggi adalah proses nozzle forming sebesar 64. Dan ini dilakukan secara terus menerus sehingga nilai

    RPN masing masing menjadi kecil dan produk cacat dapat diminimalkan.

    Kata kunci: FMEA, RPN, produksi muffler

    ABSTRACT

    Muffler is a noise reducer tool also serves as an accessory on the vehicle. The main obstacle muffler

    production process is still high defective products produced by 8% of total parts produced. To minimize the

    defective product applied FMEA method (Failure Modes Effect ANALISYS) on the entire production process.

    FMEA is "a structured procedure to identify and prevent as much as possible failure modes (failure modes) with

    the scale of priority". The end result of the FMEA is a "Risk Priority Number" (RPN) or risk priority number.

    RPN is calculated by multiplying the three quantitative ranking of the effects / influences causes and detection at

    each process. Then sorted began the highest rating, and suggested actions for improvement. The results

    demonstrate the application of FMEA is the highest RPN values in the process of punch hole with RPN value of

    80 was followed by the process of forming the nozzle with the NDP 64 and the smallest in the process of

    finishing with a value of RPN 1. The action taken is to modify the punch hole and recalculated the value of

    individual RPN each process. Having calculated the highest RPN is the process of forming Nozzle by 64. And

    this is done continuously so that the value of RPN each becomes small and defective products can be minimized.

    Key words: FMEA, RPN, muffler production

  • Perbaikan Proses Produksi Muffler Dengan Metode FMEA (Rachmat Firdaus,ST.,MT

    Pada industri kecil di Sidoarjo Tedjo Sukmono,ST.MT, Ali Akbar,ST)

    TEKNOLOJIA Vol. 5 Page 84

    1. Pendahuluan

    Muffler selain sebagai peredam kebisingan juga

    sebagai asesoris pada kendaraan. Sehingga produsen

    muffler berlomba dalam performance dan model

    pada desain produknya. Salah satunya adalah

    pengrajin muffler di Sidoarjo dimana Proses

    produksi muffler dilaksanakan secara sederhana

    dengan penerapan teknologi dan peralatan yang

    sederhana pula. Seiring tumbuhnya permintaan pasar

    baik jumlah maupun kualitas produk yang tinggi

    para pengrajin harus bisa memenuhi tuntutan

    tersebut. Kendala utama para pengrajin muffler

    adalah masih tingginya produk cacat yang dihasilkan

    sebesar 8% dari keseluruhan part yang dihasilkan.

    Salah satunya adalah meminimalkan produk cacat

    dari produk muffler yang dihasilkan.

    Untuk meminimalkan produk cacat para

    pengrajin menerapkan metode FMEA (Failure

    Modes Effect Analisys ) pada seluruh proses

    produksinya. FMEA adalah suatu prosedur

    terstruktur untuk mengidentifikasi dan mencegah

    sebanyak mungkin mode kegagalan (failure mode)

    dengan sekala prioritas. Hasil akhir dari FMEA

    adalah Risk Priority Number(RPN) atau angka

    resiko prioritas. RPN adalah nilai yang dihitung

    berdasarkan informasi yang diperoleh berkaitan

    dengan Potential Failure Modes, Effect dan

    Detection. RPN dihitung berdasarkan perkalian

    antara tiga peringkat kwantitatif yaitu

    efek/pengaruh, penyebab, dan deteksi pada setiap

    proses atau dikenal dengan perkalian S, O, D

    (severity, occurance, detection). Kemudian

    diurutkan mulai rating tertinggi, serta tindakan yang

    disarankan untuk perbaikan.

    Tujuan pengrajin penerapan metode FMEA

    pada setiap prsoes pembuatan muffler ini adalah

    untuk Meningkatkan Kualitas, Keandalan, dan

    safety dari product dan proses dalam arti

    proaktive.

    Membantu untuk meningkatkan kepuasan

    pelanggan (customer satisfaction).

    Mengurangi biaya dan mempercepat proses

    produksi.

    Mengurangi resiko dengan melakukan

    dokumentasi dan tracebility.

    Mengidentifikasi proses utama yang beresiko

    tinggi (rework, delivery terlambat).

    Dengan demikian produk muffler yang

    dihasilkan akan bertambah dengan kwalitas yang

    tinggi.

    2. METODE

    Penelitian dilakukan pada industri kecil yaitu

    pengrajin muffler di sidoarjo dimana produk

    muffler yang dihasilkan melalui banyak proses dan

    tiap-tiap proses berpotensi mengahsilkan produk

    cacat.

    Langkah Kerja dari penerapan metode FMEA adalah

    sebagai berikut :

    1. Identifikasi klasifikasi produk cacat pada tiap

    tiap proses.

    2. Penentuan nilai Severity (pengaruh) = S,

    Occurent (penyebab) = O dan Detection(deteksi)

    = D pada tiap tiap proses seperti pada tabel 2.1

    3. Menghitung RPN. RPN = S x O x D

    4. Mengambil tindakan ( action) pada proses yang

    nilai RPN nya tinggi

    5. Menghitung RPN lagi Jika RPN masih tinggi

    pada proses yang sama berarti tindakan yang

    diambil kurang efektif dan harus diulang dengan

    tindakan lain pada proses tersebut

    6. Jika nilai tertinggi terdapat pada proses lainnya

    maka diambil pada tindakan pada proses

    tersebut dan seterusnya sampai terjadi nilai RPN

    yang rendah pada tiap proses dan tergantung

    pada kemampuan pada pemakai dalam

    mengambil tindakan

    Tabel 1. Nilai Severity, Occurance dan Detection (S,O,D)

    Nilai

    Faktor

    Detection

    Occurance

    (seberapa

    sering

    penyebab

    kegagalan

    terjadi)

    Severity-(Seberapa besar dampak

    yang ditimbulkan pada proses

    selanjutnya)

    Akibat di proses selanjutnya

    Kriteria

    Tipe

    Inspeksi Metode

    deteksi

    A B C

    1

    Kontrol

    pasti

    mendeteks

    i

    X

    Dibuat

    kontrol

    pokayoke

    Hampir

    tidak ada

    (0.1/50

    produk)

    Hampir tidak

    ada rework

    dari setiap

    pekerjaan

    yang

    dilakukan/

    max kegiatan

    rework 30dt

    2

    Kontrol

    hampir

    pasti

    mendeteks

    i

    X

    Deteksi

    dengan

    mengguna

    kan kontrol

    tidak

    secara

    manual

    Rendah /

    kegagalan

    sangat

    jarang

    (0.1-

    0.5/50

    produk)

    Terjadi

    rework pada

    source awal

    proses(20%

    dari total

    stasiun kerja

    yang

    ada)/max

    kegiatan

    rework 30

    detik

    3

    Kontrol

    mungkin

    pasti

    mendeteks

    i

    X

    Deteksi

    berdasarka

    n

    pengeceka

    n pada part

    pertama

    Sedang /

    kegagalan

    jarang

    terjadi

    (0.6-

    0.8/50

    produk)

    Terjadi

    rework proses

    stasiun kerja

    (50% dari

    total stasius

    kerja yang

    ada)/max

    kegiatan

    rework 30 dt

  • Perbaikan Proses Produksi Muffler Dengan Metode FMEA (Rachmat Firdaus,ST.,MT

    Pada industri kecil di Sidoarjo Tedjo Sukmono,ST.MT, Ali Akbar,ST)

    TEKNOLOJIA Vol. 5 Page 85

    4

    Kontrol

    mungkin

    tidak

    mendeteks

    i

    X X

    Kontrol

    pengeceka

    n

    dilakukan

    secara

    random

    Tinggi /

    kegagalan

    sering

    terjadi

    (0.9- 1/50

    produk)

    Terjadi

    rework di

    setiap proses

    stasiun kerja

    (100% dari

    total stasius

    kerja yang

    ada)/max

    kegiatan

    rework 30

    detik

    5

    Kontrol

    pasti tidak

    mendeteks

    i

    X

    Tidak

    dapat

    mendeteksi

    / tidak

    dicek

    Sangat

    tinggi

    /kegagalan

    selalu

    terjadi (2 -

    5/50

    produk)

    Terjadi

    rework di

    setiap proses

    stasiun kerja

    (100% dari

    total stasius

    kerja yang

    ada)/ kegiatan

    rework > 30

    detik

    3. HASIL

    Hasil kegiatan menunjukkan bahwa telah terjadi

    perubahan pada pengrajin yang mampu menerapkan

    metode FMEA pada seluruh proses produksinya.

    Masing masing karyawan telah mengerti tentang

    klasifikasi produk dan cara pendokumentasian

    sedangkan pimpinan / mitra telah mampu

    melaksanakan identifikasi masing masing produk

    cacat yang meliputi pengaruh,penyebab dan deteksi

    pada masing masing proses. Hasil yang telah

    dihitung dari tiap proses secara kesuluruhan

    menunjukkan sebagai berikut:

    Hasil RPN tertinggi terjadi pada proses plong

    dengan nilai 80 dan proses forming dengan dengan

    nilai 64 kemudian proses las argon dengan nilai rpn

    24 dan las acetyelin dengan nilai 18 ,proses cutting

    dengan nilai 12 ,gososk las dan perakitan masing

    masing 4 , rolling dengan nilai 2 sedangkan yang

    terendah adalah proses finishing dengan nilai 1.

    Secara keseluruhan dapat dilihat di grafik 4.1

    sedangkan nilai detail masing masing RPN pada tiap

    proses dapat dilihat pada table 4.1 , dan table 4.2.

    Gambar 1. Nilai RPN masing masing proses.sebelum

    ada tindakan

    Tabel 2. Nilai akibat kegagalan masing masing proses

    sebelum ada tindakan.

    FUNCTION JENIS

    KEGAGALAN

    POTENTIAL EFFECT(S) OF

    FAILURE S

    PROSES AKIBAT

    KEGAGALAN

    1. Cutting

    (Pemotongan) Salah ukuran Reject 2

    2. Rolling (Penggulungan)

    kurang rata waktu proses lama 2

    3. Nozzle forming Retak / tidak presisi

    Reject/waktu proses lama

    4

    4. Plong Tidak presisi /

    pecah Reject/waktu proses

    lama 5

    5. Las Argon hasil las tidak rata Reject/waktu finishing

    lama 4

    6. Las Asyteline hasil las tidak rata Reject/waktu finishing

    lama 3

    7. Assembly

    (Perakitan) Tidak simetris Rework lagi 2

    8. Moles kurang halus/rata permukaan kurang rata 2

    9. Finishing

    (Pengkilat) kurang mengkilat kurang mengkilat 1

    Tabel 3. Nilai penyebab kegagalan dan detektor

    kegagalan masing masing proses sebelum ada

    tindakan.

    Function Potential Cause (S) Of

    Failure O

    Current Process

    Controls D RPN

    Proses Penyebab Kegagalan

    Detektor Kegagalan

    1. Cutting (Pemotongan)

    Tidak ada mal

    2 Visual 3 12

    2. Rolling

    (Penggulungan)

    alat kurang

    presisi 1 visual 1 2

    3. Nozzle forming kepresisian 4 Visual 4 64

    4. Plong Tidak ada standart

    kepresisian

    4 Visual 4 80

    5. Las Argon masih manual 3 visual 2 24

    6. Las Asyteline masih manual 3 Visual 2 18

    7. Assembly

    (Perakitan)

    Pemukulan

    berulang-ulang

    2 Visual 1 4

    8. Moles dari material

    dan debu 2 Visual 1 4

    9. Finishing

    (Pengkilat)

    bahan kimia

    dan pencahayaan

    1 Visual 1 1

    Setelah diketahui nilai RPN tertinggi yaitu 80

    pada proses plong maka diambil tindakan pada

    proses plong. Sebelum menetukan tindakan yang

    diambil mitra menganalisa dulu penyebab proses

    plong mempunyai nilai RPN yang tinggi. Dari hasil

    analisa menunjukkan pada saat proses tidak ada

    guide untuk peletakan pelat untuk itu di buatkan alat

    stoper yang dirancang team. Alat tersebut dibuat dari

    Diagram Pareto

    8064

    24 18 12 4 4 2

    0

    25

    50

    75

    100

    125

    150

    175

    200

    225

    0%

    10%

    20%

    30%

    40%

    50%

    60%

    70%

    80%

    90%

    100%

    RPN

    % Kum.

  • Perbaikan Proses Produksi Muffler Dengan Metode FMEA

    Pada industri kecil di Sidoarjo

    TEKNOLOJIA Vol. 5

    pipa kecil yang disusun secara tegak lurus dan

    dibuat 3 dan dipasang pada mesin plong seperti

    gambar 2. Sedangkan mesin plong seperti gambar

    Gambar 2. Mesin plong

    Gambar 3. Alat stoper hasil modifikasi

    Gambar 4. Alat stoper pada mesin plong

    Setelah dipasang alat bantu tersebut dilakukan

    perhitungan ulang pada masing masing proses

    terutama proses yang berkaitan dengan proses plong.

    Hasil perhitungan baru seperti tabel 4.3 dan tabel

    4.4.dan gambar 5.

    Perbaikan Proses Produksi Muffler Dengan Metode FMEA (

    Tedjo Sukmono,ST.MT, Ali Akbar,ST

    pipa kecil yang disusun secara tegak lurus dan

    dibuat 3 dan dipasang pada mesin plong seperti

    ong seperti gambar 1.

    . Mesin plong

    hasil modifikasi

    Alat stoper pada mesin plong

    Setelah dipasang alat bantu tersebut dilakukan

    perhitungan ulang pada masing masing proses

    dengan proses plong.

    Hasil perhitungan baru seperti tabel 4.3 dan tabel

    Tabel 4. Nilai akibat kegagalan masing masing proses

    sesudah ada tindakan

    Funnction JENIS

    KEGAGALAN

    Proses

    1. Cutting

    (Pemotongan) Salah ukuran

    2. Rolling

    (Penggulungan) kurang rata

    3. Nozzle forming Retak / tidak presisi

    4. Plong Tidak presisi / pecah

    5. Las Argon hasil las tidak rata

    6. Las Asyteline hasil las tidak rata

    7. Assembly

    (Perakitan) Tidak simetris

    8. Moles kurang halus/rata

    9. Finishing

    (Pengkilat) kurang mengkilat

    Tabel 5. Nilai penyebab kegagalan dan

    kegagalan masing masing proses sesudah ada

    tindakan

    Function Potential Cause (S)

    Of Failure O Controls

    Proses Penyebab Kegagalan

    Detektor Kegagalan

    1. Cutting

    (Pemotongan)

    Tidak ada

    mal 2 Visual

    2. Rolling (Penggulungan)

    alat kurang presisi

    1 visual

    3. Nozzle forming kepresisian 4 Visual

    4. Plong Tidak ada standart

    kepresisian

    3 Visual

    5. Las Argon masih manual

    3 visual

    6. Las Asyteline masih

    manual 3 Visual

    7. Assembly (Perakitan)

    Pemukulan

    berulang-

    ulang

    1 Visual

    8. Moles dari material

    dan debu

    2 Visual

    9. Finishing

    (Pengkilat)

    bahan kimia dan

    pencahaya

    an

    1 Visual

    (Rachmat Firdaus,ST.,MT

    Tedjo Sukmono,ST.MT, Ali Akbar,ST)

    Page 86

    Nilai akibat kegagalan masing masing proses

    POTENTIAL

    EFFECT(S) OF

    FAILURE S

    Akibat Kegagalan

    Reject 2

    waktu proses lama 2

    Retak / tidak presisi Reject/waktu proses lama

    4

    Tidak presisi / pecah Reject/waktu proses

    lama 5

    hasil las tidak rata Reject/waktu

    finishing lama 4

    hasil las tidak rata Reject/waktu

    finishing lama 3

    Rework lagi 2

    permukaan kurang rata

    2

    kurang mengkilat kurang mengkilat 1

    Nilai penyebab kegagalan dan detektor

    kegagalan masing masing proses sesudah ada

    Current Process

    Controls D RPN

    Detektor Kegagalan

    Visual 3 12

    visual 1 2

    Visual 4 64

    Visual 4 60

    visual 2 24

    Visual 2 18

    Visual 1 2

    Visual 1 4

    Visual 1 1

  • Perbaikan Proses Produksi Muffler Dengan Metode FMEA

    Pada industri kecil di Sidoarjo

    TEKNOLOJIA Vol. 5

    Gambar 5. Nilai RPN masing masing proses.sesudah

    ada tindakan

    Hasil menunjukkan adanya penurunan RPN

    setelah diambil tindakan yang semula 80 menjadi 60

    pada proses plong dan berimbas pada proses

    asembly / perakitan yang semula 4 menjadi 2.

    Adanya penurunan ini menunjukkan bahwa tindakan

    pertama yang diambil oleh mitra sudah tepat dan

    selanjutnya diambil tindakan kedua pada proses

    yang mempunyai nilai RPN terbaru yang paling

    tinggi. Nilai RPN tertnggi sekarang ada pada proses

    nozzle forming ( dengan alat dongkrak sederhana)

    dengan nilai 64. Setelah diambil tindakan ke

    hasil RPN yang baru dan ini dilakukan secara terus

    menerus sampai hasil RPN semua proses rendah

    walupun butuh waktu lama.

    4. KESIMPULAN

    Metode FMEA bisa diterapkan pada industri

    kecil terutama pengrajin logam dimana produk yang

    dihasilkan membutuhkan proses yang banyak.

    Karena pada suatu produk yang pembuatannya

    mengalami banyak proses, pengrajin akan sulit

    sekali mengontrol jumlah produk cacat yang

    dihasilkan. Selain itu kesulitan mengambil tindakan

    mana yang lebih prioritas dan langkah apa yang

    dilakukan. Dengan adanya penerapan metode FMEA

    ini pengrajin lebih mudah mengendalikan proses

    produksi agar produk cacat dapat diminimalkan

    dengan tepat.

    Perbaikan Proses Produksi Muffler Dengan Metode FMEA (

    Tedjo Sukmono,ST.MT, Ali Akbar,ST

    Nilai RPN masing masing proses.sesudah

    Hasil menunjukkan adanya penurunan RPN

    setelah diambil tindakan yang semula 80 menjadi 60

    pada proses plong dan berimbas pada proses

    asembly / perakitan yang semula 4 menjadi 2.

    Adanya penurunan ini menunjukkan bahwa tindakan

    a sudah tepat dan

    selanjutnya diambil tindakan kedua pada proses

    yang mempunyai nilai RPN terbaru yang paling

    tinggi. Nilai RPN tertnggi sekarang ada pada proses

    nozzle forming ( dengan alat dongkrak sederhana)

    dengan nilai 64. Setelah diambil tindakan kedua ada

    hasil RPN yang baru dan ini dilakukan secara terus

    menerus sampai hasil RPN semua proses rendah

    Metode FMEA bisa diterapkan pada industri

    kecil terutama pengrajin logam dimana produk yang

    kan proses yang banyak.

    Karena pada suatu produk yang pembuatannya

    mengalami banyak proses, pengrajin akan sulit

    sekali mengontrol jumlah produk cacat yang

    dihasilkan. Selain itu kesulitan mengambil tindakan

    mana yang lebih prioritas dan langkah apa yang

    dilakukan. Dengan adanya penerapan metode FMEA

    ini pengrajin lebih mudah mengendalikan proses

    produksi agar produk cacat dapat diminimalkan

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Chase Aquilano, Jacobs.

    Operation Management Manufacture and

    Services. McGraw Hill, eight edition. 1998.

    2. Hartini, Sri dan Saptadi, Singgih.

    Pemborosan Perusahaan Mebel Dengan

    Pendekatan Lean Manufacturing

    Industri, Universitas Diponegoro Semarang.

    2009.

    3. Muslim,Erlinda dan Dianawati, Fauzia.

    Pengukuran dan Analisis Nilai Overall

    Equipment Efectiveness (OEE) Sebagai

    Dasar Perbaikan Sistem Manufaktur Pipa

    Baja.Departemen Teknik Industri, Fakultas

    Teknik, Universitas Indonesia. 2009.

    4. Ramadhani,Meiryanti dan Fariza, Arna.

    Sistem Pendukung Keputusan

    Penyebab Susut Distribusi Energi Listrik

    Menggunakan Metode FMEA

    Elektronika Negeri Surabaya, ITS.

    (Rachmat Firdaus,ST.,MT

    Tedjo Sukmono,ST.MT, Ali Akbar,ST)

    Page 87

    DAFTAR PUSTAKA

    Chase Aquilano, Jacobs. Production and

    Operation Management Manufacture and

    . McGraw Hill, eight edition. 1998.

    Hartini, Sri dan Saptadi, Singgih. Analisis

    Pemborosan Perusahaan Mebel Dengan

    Pendekatan Lean Manufacturing. Teknik

    Industri, Universitas Diponegoro Semarang.

    Muslim,Erlinda dan Dianawati, Fauzia.

    gukuran dan Analisis Nilai Overall

    Equipment Efectiveness (OEE) Sebagai

    Dasar Perbaikan Sistem Manufaktur Pipa

    .Departemen Teknik Industri, Fakultas

    Teknik, Universitas Indonesia. 2009.

    Ramadhani,Meiryanti dan Fariza, Arna.

    Sistem Pendukung Keputusan Identifikasi

    Penyebab Susut Distribusi Energi Listrik

    Menggunakan Metode FMEA. Politeknik

    Elektronika Negeri Surabaya, ITS.

  • Perbaikan Proses Produksi Muffler Dengan Metode FMEA (Rachmat Firdaus,ST.,MT

    Pada industri kecil di Sidoarjo Tedjo Sukmono,ST.MT, Ali Akbar,ST)

    TEKNOLOJIA Vol. 5 Page 88