Jurnal Atikah Nim 1209208020

27
PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS SISWA PADA PEMBUATAN SABUN DAN DETERGEN (Penelitian Kelas Terhadap Siswa Kelas VIII SMP Al Amanah Cileunyi) Atikah 1 Cucu Zenab Subarkah 2 , Neneng Windayani 3 Abstrak: Sabun dan detergen merupakan salah satu subkonsep IPA yang dapat disajikan dengan eksperimen dan noneksperimen. Berdasarkan studi pendahuluan di SMP Al-Amanah Cileunyi diketahui bahwa pada proses pembelajaran di kelas khususnya subkonsep sabun dan detergen, guru lebih menekankan siswa untuk membaca dan menghafal. Hal ini menyebabkan siswa memahami konsep secara tidak utuh. Oleh karena itu siswa harus dilibatkan langsung dalam proses pembelajaran. Pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan aktivitas siswa, menganalisis keterampilan generik sains siswa dan memperoleh informasi mengenai tanggapan siswa terhadap pembelajaran berbasis proyek. Metode yang digunakan adalah penelitian kelas dengan subjek penelitian terdiri dari 32 orang siswa kelas VIII SMP Al Amanah Cileunyi. Instrumen yang digunakan meliputi deskripsi pembelajaran, LKS, penilaian kerja, lembar observasi dan angket. Pengolahan data aktivitas siswa, KGS siswa dan tanggapan siswa terhadap pembelajaran berbasis proyek ini dilakukan dengan statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan aktivitas siswa pada pembelajaran berbasis proyek mencapai 100% dengan kategori baik sekali. Keterampilan generik sains siswa pada pembelajaran berbasis proyek mendapatkan nilai rata-rata 80 dengan kategori baik sekali, dengan rincian nilai berturut-turut 77, 94, 91, 73, 100 dan 50 untuk keterampilan membangun konsep, kesadaran skala, 1 ) Mahasiswa Pendidikan Kimia UIN Sunan Gunung Djati 2 32,? ) Dosen Program Studi Pendidikan Kimia UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Transcript of Jurnal Atikah Nim 1209208020

Page 1: Jurnal Atikah Nim 1209208020

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK

UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS SISWA

PADA PEMBUATAN SABUN DAN DETERGEN

(Penelitian Kelas Terhadap Siswa Kelas VIII SMP Al Amanah Cileunyi)

Atikah1

Cucu Zenab Subarkah2, Neneng Windayani3

Abstrak: Sabun dan detergen merupakan salah satu subkonsep IPA yang dapat disajikan dengan eksperimen dan noneksperimen. Berdasarkan studi pendahuluan di SMP Al-Amanah Cileunyi diketahui bahwa pada proses pembelajaran di kelas khususnya subkonsep sabun dan detergen, guru lebih menekankan siswa untuk membaca dan menghafal. Hal ini menyebabkan siswa memahami konsep secara tidak utuh. Oleh karena itu siswa harus dilibatkan langsung dalam proses pembelajaran. Pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan aktivitas siswa, menganalisis keterampilan generik sains siswa dan memperoleh informasi mengenai tanggapan siswa terhadap pembelajaran berbasis proyek. Metode yang digunakan adalah penelitian kelas dengan subjek penelitian terdiri dari 32 orang siswa kelas VIII SMP Al Amanah Cileunyi. Instrumen yang digunakan meliputi deskripsi pembelajaran, LKS, penilaian kerja, lembar observasi dan angket. Pengolahan data aktivitas siswa, KGS siswa dan tanggapan siswa terhadap pembelajaran berbasis proyek ini dilakukan dengan statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan aktivitas siswa pada pembelajaran berbasis proyek mencapai 100% dengan kategori baik sekali. Keterampilan generik sains siswa pada pembelajaran berbasis proyek mendapatkan nilai rata-rata 80 dengan kategori baik sekali, dengan rincian nilai berturut-turut 77, 94, 91, 73, 100 dan 50 untuk keterampilan membangun konsep, kesadaran skala, pemodelan, hukum sebab akibat, pengamatan langsung, dan konsistensi logika. Hasil respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek pada pembuatan sabun dan detergen mencapai 79,7% dengan kategori kuat. Pada penelitian selanjutnya, guru hendaknya memberikan bimbingan dan arahan secara intensif khususnya pada tahap design a plan for the project, monitoring the student and the progress of the project.Kata Kunci: Pembelajaran berbasis proyek, Keterampilan generik sains, Sabun dan

detergen.

PENDAHULUAN

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang diperoleh

melalui pengumpulan data dengan cara eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk

menghasilkan suatu penjelasan mengenai sebuah gejala yang dapat dipercaya. Ada tiga

kemampuan yang terkandung dalam IPA, yaitu (1) kemampuan untuk mengetahui apa yang

diamati, (2) kemampuan untuk memprediksi apa yang belum diamati, dan kemampuan untuk 1 ) Mahasiswa Pendidikan Kimia UIN Sunan Gunung Djati2

32,? ) Dosen Program Studi Pendidikan Kimia UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Page 2: Jurnal Atikah Nim 1209208020

menguji tindak lanjut dari hasil eksperimen, serta (3) dikembangkannya sikap ilmiah

(Trianto, 2007:102).

Salah satu cabang dari ilmu pengetahuan alam adalah ilmu kimia. Ilmu kimia,

merupakan suatu ilmu yang dididasarkan pada percobaan (eksperimen) atau penyelidikan

tentang suatu gejala-gejala atau fenomena alam. Dalam mempelajari ilmu kimia ini, peserta

didik masih mendapatkan berbagai kesulitan, hal ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti,

keabstrakan subyek, kompleksitas perhitungan yang terlibat, keterpencilan dari bahasa yang

digunakan dan tingkat representasi yang berbeda yang digunakan oleh ahli kimia (Sheppard,

2006:32).

Bahan kimia dalam rumah tangga merupakan salah satu materi pokok dalam pelajaran

IPA yang dapat disajikan secara eksperimen maupun noneksperimen. Namun, pada

kenyataannyang berada di lapangan penyampaian materi bahan kimia cenderung disajikan

dengan noneksperimen, bahkan lebih cenderung untuk membacanya sendiri dan menghafal.

Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan di SMP Al Amanah Cileunyi,

dalam penyajian materi bahan kimia dalam rumah tangga terutama submateri sabun dan

detergen guru masih menggunakan metode ceramah dan siswa dituntut untuk menghafalkan

materi. Hal ini dapat berimplikasi pada pemahaman siswa yang tidak utuh karena siswa

hanya memahami teori saja tanpa memahami aplikasi nyata dari materi tersebut. Oleh karena

itu agar siswa tidak hanya belajar memahami konsep dengan hanya hafalan saja, maka siswa

harus dilibatkan langsung dalam proses pembelajaran dalam pencarian pengetahuan. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Bruner (dalam Dahar, 1996:103) yang menyatakan bahwa selama

kegiatan belajar berlangsung hendaknya siswa dibiarkan mencari dan menemukan sendiri

makna segala sesuatu yang dipelajari.

Pernyataan Bruner tersebut sejalan dengan sistem pengelolaan KTSP yang menuntut

kegiatan belajar mengajar yang memberdayakan semua potensi peserta didik untuk

menguasai kompetensi yang diharapkan. Kegiatan belajar mengajar yang dilakukan harus

memenuhi prinsip-prinsip (1) berpusat pada peserta didik, (2) mengembangkan kreatifitas

peserta didik, (3) menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang, (4)

mengembangkan beragam kemampuan yang bermuatan nilai, (5) menyediakan pengalaman

belajar yang beragam, dan (6) belajar melalui berbuat (Trianto, 2010:26). Salah satu cara

dalam pencarian pengetahuan adalah dengan cara melakukan eksperimen atau praktikum.

Pada eksperimen atau praktikum, keterampilan pengamatan pada kemampuan generik

sains merupakan factor penting dalam mempelajari kimia (Retno dan Sudarmin, 2006:35).

Page 3: Jurnal Atikah Nim 1209208020

Mempelajari ilmu kimia berarti mempelajari fenomena alam. Artinya ilmu kimia

dikembangkan melalui pengamatan langsung maupun tak langsung untuk mencari hubungan

sebab akibat dari apa yang diamati dari suatu fenomena alam. Selain itu juga karena

keterbatasan alat indera manusia dalam melakukan pengamatan maka muncul pengamatan

tak langsung. Hal ini akan mengurangi kesalahan pengamatan yang nantinya akan

berimplikasi terhadap kesalahan data, kesalahan konsep atau memahami suatu fenomena

alam.

Berdasarkan penjelasan tersebut, keterampilan generik sains dalam proses

pembelajaran dapat diterapkan dengan strategi pembelajaran berbasis proyek. Pembelajaran

berbasis proyek merupakan merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan

kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek

(Thomas, 2000:1).

Strategi proyek ini bertujuan untuk memantapkan pengetahuan yang dimiliki siswa,

serta memungkinkan siswa memperluas wawasan pengetahuannya dari suatu mata pelajaran

tertentu (Semiawan, dkk dalam Wena 2011:107). Penerapan pembelajaran berbasis proyek ini

diharapkan dapat membantu untuk mengembangkan keterampilan generik sains (KGS) siswa.

Hal ini dikarenakan pada proses pembelajarannya proyek menggunakan pengamatan sebagai

alat bantu dalam menghasilkan tujuan kerja proyek seperti yang dilakukan pada saat

melakukan eksperimen atau praktikum.

Hasil penelitian Rahmadani (2012:98) yang menyatakan bahwa semua aspek KPS

dapat meningkat dengan adanya pembelajaran berbasis proyek ini sehingga dapat dikatakan

strategi pembelajaran yang efektif. Penelitian ini dilakukan atas dasar pengembangan dari

berbagai penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya.

Maka dari itu, berdasarkan uraian di atas peneliti bermaksud untuk melakukan

penelitian yang berjudul: Penerapan Pembelajaran Berbasis Proyek untuk Mengembangkan

Keterampilan Generik Sains Siswa pada Pembuatan Sabun dan Detergen (Penelitian Kelas

Terhadap Siswa Kelas VIII SMP Al Amanah Cileunyi)

RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana aktivitas siswa pada

pembelajaran berbasis proyek pada pembuatan sabun dan detergen untuk siswa kelas VIII

SMP Al Amanah Cileunyi ?, (2) Bagaimana keterampilan generik sains siswa sesuai tahapan

pembelajaran berbasis proyek pada pembuatan sabun dan detergen berdasarkan LKS dan

kinerja untuk siswa kelas VIII SMP Al Amanah Cileunyi?, dan (3) Bagaimana tanggapan

siswa terhadap pembelajaran berbasis proyek yang diterapkan pada penelitian ini?

Page 4: Jurnal Atikah Nim 1209208020

TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan aktivitas siswa pada

pembelajaran berbasis proyek pada pembuatan sabun dan detergen, menganalisis

keterampilan generik sains siswa sesuai tahapan pembelajaran berbasis proyek berdasarkan

LKS dan kinerja, dan memperoleh informasi mengenai tanggapan siswa terhadap

pembelajaran berbasis proyek yang diterapkan pada penelitian ini.

KAJIAN PUSTAKA

1. Teori Belajar Konstruktivisme (Constructivism)

Konstruktivisme menurut Sagala (2003:88) merupakan landasan berpikir (filosofi)

pendekatan kontekstual, yaitu pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit, yang hasilnya

diperluas diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak dengan tiba-tiba.

Berdasarkan pembelajaran konstruktivisme, pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja

dari otak guru kepada siswa, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh siswa (Hakiim,

2008:46). Siswa sendiri yang harus mengartikan apa yang telah diajarkan dengan konstruksi

yang telah dibangun sebelumnya.

2. Teori Belajar Ausubel (Belajar Bermakna)

Belajar bermakna (meaningfull learning) pada dasarnya merupakan suatu proses

dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur

kognitif seseorang. Kebermaknaan belajar sebagai hasil dari peristiwa mengajar ditandai oleh

terjadinya hubungan substantif antara aspek-aspek, konsep-konsep, informasi atau situasi

baru dengan komponen-komponen yang relevan di dalam struktur kognitif siswa, baik dalam

bentuk hubungan- hubungan yang bersifat derivatif, elaboratif, korelatif, supportif, maupun

yang bersifat hubungan kualifikatif atau representasional.

Ausubel (dalam Dahar, 1996: 115), menyatakan ada tiga kebaikan dari belajar

bermakna, yaitu: informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama diingat, informasi

yang tersubsumsi berakibat peningkatan diferensiasi dari subsumer-subsumer, jadi

memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi pelajaran yang mirip, dan informasi

yang dilupakan sesudah subsumsi obliteratif, meninggalkan efek resedural pada subsumer,

sehingga mempermudah hal-hal yang mirip, walaupun telah terjadi “lupa”.

3. Teori Discovery Learning Bruner

Salah satu teori yang melandasi pembelajaran proyek ini adalah teori belajar yang

dikemukakan oleh Jerome Bruner. Teorinya dikenal dengan nama belajar penemuan

(discovery learning). Bruner (dalam Dahar, 1996:103) menganggap bahwa belajar penemuan

sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya

Page 5: Jurnal Atikah Nim 1209208020

memberikan hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah

serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar

bermakna.

Dalam belajar penemuan ini, guru tidak begitu mengendalikan proses belajar

mengajar. Akan tetapi guru hendaknya mengarahkan pelajaran pada penemuan dan

pemecahan masalah. Selain itu guru diminta pula untuk memperhatikan tiga penyajian dalam

pembelajaran yaitu dengan cara enaktif, cara ikonik, dan cara simbolik.

4. Kajian Pembelajaran Berbasis Proyek

Thomas (2000:1) mengemukakan pengertian pembelajaran berbasis proyek

merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola

pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek.

Berikut ini, adalah langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek yang

dikembangkan oleh The George Lucas Educational Foundation (dalam Rahmadani,

2012:14), terdiri dari:

a. Start With the Essential Question

Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat

memberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas.

b. Design a Plan for the Project

Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan peserta didik. Dengan

demikian, peserta didik diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut.

c. Create s Schedule

Pengajar dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam

menyelesaikan proyek antara lain: (a) membuat timeline untuk menyelesaikan proyek, (b)

membuat deadline penyelesaian proyek, (c) membawa peserta didik agar merencanakan cara

yang baru, (d) membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak

berhubungan dengan proyek, dan (e) meminta peserta didik untuk membuat penjelasan

(alasan) tentang pemilihan suatu cara.

d. Monitor the Students and the Progress of the Project

Pengajar bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik

selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara memfasilitasi peserta didik

pada setiap proses.

e. Asses the Outcome

Page 6: Jurnal Atikah Nim 1209208020

Penilaian dilakukan untuk membantu pengajar dalam mengukur ketercapaian standar,

berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-masing peserta didik, memberi umpan balik

tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu pengajar dalam

menyusun strategi pembelajaran berikutnya.

f. Evaluate the Experience

Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan peserta didik melakukan refleksi

terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik

secara individu maupun kelompok.

5. Keterampilan Generik Sains

Menurut Brotosiswoyo (2001:6), belajar sains sebagai wahana berpikir kimia

dikembangkan melalui 9 macam keterampilan generik sains, diantaranya: Pengamatan

langsung, Pengamatan tak langsung, Pemahaman skala, Kerangka logika taat azas, Bahasa

simbolik, Inferensi logika, Hukum sebab akibat, Pemodelan matematik, Membangun konsep.

Sedangkan keterampilan generik sains yang dikembangkan dalam penelitian ini

diantaranya, keterampilan membangun konsep, kesadaran skala, pemodelan, hukum sebab

akibat, pengamatan langsung, dan konsistensi logika.

6. Konsep Sabun dan Detergen

Sabun termasuk dalam kelas umum senyawa yang disebut surfaktan (dari kata

surfaceactive agents), yakni senyawa yang dapat menurunkan tegangan permukaan air

(Fessenden, 1982:411). Sabun atau detergen dalam aksinya sebagai pembersih, pertama-tama

bertindak sebagai pembasah, baru kemudian sebagai pengemulsi (Purba, 2006:35). Salah satu

hal yang perlu diketahui bahwa air mempunyai gaya kohesi (gaya tarik menarik antarmolekul

sejenis) yang besar. Oleh sebab itu, air tidak segera membasahi bahan cucian, khususnya

bahan-bahan sintesis tertentu. Air cenderung membentuk tetesan (butiran air) di atas

permukaan bahan cucian daripada membasahinya. Sabun menurunkan gaya kohesi air,

sehingga lebih mudah meresap ke bahan cucian.

Fungsi kedua sabun atau detergen adalah sebagai pengemulsi. Dengan ujung

hidrofobnya, molekul sabun dapat menarik partikel minyak dari bahan cucian, kemudian

menyebarkan (mendispersikan atau mengemulsikannya) ke dalam air, sehingga kotoran atau

minyak dapat dibuang dengan pembilasan. Selain itu juga, aksi sabun sebagai pembersih juga

dibantu dengan buih (busa) yang berfungsi untuk mencegah pengendapan kembali

(redeposisi) kotoran ke bahan cucian.

Page 7: Jurnal Atikah Nim 1209208020

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan adalah metode penelitian kelas. Tujuan diadakan penelitian

kelas adalah untuk mendapatkan solusi dari permasalahan spesifik di kelas dan untuk

mengujicobakan hal-hal baru dalam proses pembelajaran. Jenis data yang diperoleh adalah

jenis data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif berupa nilai rata-rata dari LKS, format

penilaian kinerja, produk maupun angket. Proses penelitian dimulai dengan pembuatan

instrumen penelitian. Kemudian diimplementasikan dengan pembelajaran berbasis proyek

sesuai dengan tahapan pembelajarannya. Data hasil penelitian kemudian diolah dan dianalisis

dan akhirnya diambil suatu kesimpulan.

Sampel Penelitian

Subjek penelitian yang diteliti adalah siswa kelas VIII di SMP Al-Amanah Cileunyi

yang berjumlah 32 orang siswa. Adapun karakteristik siswa kelas VIII terdiri dari 19 orang

siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Siswa yang berjumlah 32 orang ini dikelompokkan

ke dalam tiga kategori yaitu kelompok tinggi, sedang dan rendah. Pengelompokkan ini

dilakukan berdasarkan pada nilai hasil ulangan harian siswa. Batas kelompok ditentukan

dengan menggunakan rumus standar deviasi.

Instrumen Penelitian

Data hasil penelitian ini diperoleh dengan menggunakan instrumen penelitian,

diantaranya lembar deskripsi pembelajaran, Lembar Kerja Siswa (LKS), lembar penilaian

kinerja dan produk, lembar observasi dan angket.

Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan

data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari hasil lembar observasi yaitu

observasi aktivitas guru dan siswa, sedangkan data kuantitatif diperoleh dari hasil LKS,

lembar penilaian kinerja dan lembar penilaian produk. Data hasil penelitian yang sudah

terkumpul diolah dan dianalisis dengan menggunakan statistika persentase. Teknik analisis

data penelitian disesuaikan dengan instrumen yang digunakan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Deskripsi Aktivitas Siswa pada Proses Pembelajaran Berbasis Proyek pada

Pembuatan Sabun dan Detergen

Proses pembelajaran dimulai dengan kegiatan apersepsi dan selanjutnya motivasi. Guru

langsung menuntun siswa ke dalam tahapan-tahapan dari pembelajaran berbasis proyek.

Page 8: Jurnal Atikah Nim 1209208020

a. Tahap Start with the Essensial Question

Pada tahap ini siswa diberikan LKS yang berisi wacana mengenai penggunaan bahan

pembersih (sabun dan detergen) meliputi pengertian, karakteristik serta pembuatannya.

Tujuannya agar dapat memberikan pengetahuan tambahan siswa mengenai sabun dan

detergen dan bagaimana cara pembuatannya.

b. Tahap Design a Plan for the Project

Setelah siswa menjawab pertanyaan esensial yang terdapat pada tahap pertama, siswa

diarahkan untuk menuju pada tahap kedua yaitu design a plan for the project. Pada tahap ini

siswa diarahkan untuk membuat rancangan proyek pembuatan sabun atau detergen yang akan

dilaksanakan. Untuk setiap kelompok, siswa diarahkan untuk membuat rancangan yang

berbeda-beda.

c. Tahap Create a schedule

Selanjutnya setelah siswa membuat rancangan proyek pembuatan sabun atau detergen,

siswa diarahkan untuk mengisi pertanyaan mengenai alokasi waktu yang diperlukan dalam

proyek, dan hal-hal yang harus diketahui seputar pelaksanaan proyek. Setelah itu, setiap

kelompok harus mengkonsultasikan rancangan proyeknya kepada guru pembimbing di kelas.

d. Tahap Monitoring the Student and the Progress of the Project

Sebelum proyek pembuatan sabun atau detergen berlangsung, siswa diberikan

petunjuk yang benar mengenai cara membuat larutan, menimbang bahan/zat, menggunakan

termometer, serta mengaduk larutan. Selain itu siswa juga diberikan pengarahan mengenai

hal-hal yang harus diperhatikan oleh siswa meliputi kebersihan alat dan keamanan siswa.

Siswa selanjutnya melaksanakan proyek sesuai dengan arahan yang telah diberikan

sebelumnya.

e. Tahap Asses the Outcome

Pada pertemuan ketiga, siswa diarahkan kembali untuk menjawab pertanyaan yang

terdapat pada LKS tahap lima. Pertanyaan ini bertujuan untuk menilai hasil dari proyek yang

telah dilakukan serta untuk membangun kembali pengetahuan siswa. Selanjutnya, setiap

kelompok diarahkan untuk mempresentasikan hasil proyeknya di depan kelas meliputi

rancangan sampai hasil produknya.

f. Tahap Evaluate the Experience

Tahap terakhir dari penerapan pendekatan pembelajaran berbasis proyek adalah tahap

evaluate the experience. Pada tahap ini siswa diarahkan untuk mengumpulkan produk sabun

dan detergennya kepada guru untuk dinilai. Selanjutnya, siswa diarahkan kembali untuk

Page 9: Jurnal Atikah Nim 1209208020

menjawab pertanyaan pada LKS untuk mengevaluasi secara keseluruhan terhadap proyek

yang telah dilakukannya.

Selain dari pertanyaan yang terdapat pada LKS, juga dilakukan penilaian produk yang

bertujuan untuk memperkuat hasil jawaban siswa pada LKS. Penilaian produk berupa sabun

dan detergen dilakukan guru setelah LKS selesai diisi oleh siswa.

2. Analisis Keterampilan Generik Sains Siswa pada Setiap Tahapan Pembelajaran

Berbasis Proyek berdasarkan LKS dan Kinerja

Analisis kemampuan siswa pada setiap tahapan pembelajaran berbasis proyek dapat

dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kemampuan siswa tiap kelompok belajar pada setiap tahapan pembelajaran berbasis proyek

No. KelompokNilai Tiap Tahap Pembelajaran Berbasis

Proyek Rata-rata

Kategori I II III IV V VI

1 I 88 89 50 100 75 72 79 Baik 2 II 100 100 100 100 50 78 88 Baik sekali3 III 88 93 88 100 63 61 82 Baik sekali4 IV 75 95 63 100 63 56 75 Baik 5 V 88 90 63 100 75 83 84 Baik sekali6 VI 56 80 75 100 75 67 76 Baik

Rata-rata 83 91 73 100 67 70 80 Baik sekaliKategori BS BS B BS B B BS -

Keterangan :I : tahap start with the essensial questionII : tahap design a plan for the projectIII : tahap create a scheduleIV : tahap monitoringthe the student and the progress of the projectV : tahap asses the outcomeVI : tahap evaluate the experience

Berdasarkan Tabel 1. kemampuan siswa untuk setiap tahapan pembelajaran berbasis

proyek pada pembuatan sabun dan detergen menunjukkan nilai rata-rata pada semua tahapan

pembelajaran berbasis proyek adalah 80 dengan kategori baik sekali. Adapun nilai rata-rata

tertinggi yaitu pada LKS tahap IV mencapai nilai 100 dan nilai rata-rata terendah yaitu pada

LKS tahap V yang hanya mencapai nilai 67.

Kelompok belajar yang memperoleh nilai rata LKS paling tinggi adalah kelompok II

dengan perolehan nilai rata-rata 88. Sedangkan kelompok yang memperoleh nilai yang paling

rendah adalah kelompok IV dengan perolehan nilai rata-rata 75

Selanjutnya, berikut ini analisis kemampuan siswa secara keseluruhan pada LKS

berdasarkan pada indikator keterampilan generik sains dapat disajikan ke dalam tabel 2.

Page 10: Jurnal Atikah Nim 1209208020

Tabel 2. Nilai keterampilan generik sains siswa pada pembelajaran berbasis proyek berdasarkan kelompok belajar

Kelompok Keterampilan Generik Sains Skor

totalNilai Kategori

1 2 3 4 5 6I 70 88 86 50 100 50 445 74 Baik II 81 100 100 100 100 50 531 89 Baik sekaliIII 72 88 91 88 100 50 496 83 Baik sekali IV 65 90 93 63 100 50 466 78 Baik V 84 100 89 63 100 50 480 80 Baik sekaliVI 63 100 82 75 100 50 460 77 Baik

Nilai 77 94 91 73 100 50 480 80 Baik sekaliKategori B BS BS B BS C - B -

Keterangan (KGS):1: membangun konsep2: kesadaran skala3: pemodelan4: hukum sebab akibat5:pengamatan langsung6:konsistensi logika

Berdasarkan tabel 2 analisis kemampuan generik sains siswa berdasarkan kelompok

belajar pada setiap indikator, nilai tertinggi diperoleh pada indikator pengamatan langsung

dengan nilai 100 kategori baik sekali, dan nilai terendah diperoleh pada indikator konsistensi

logika dengan nilai 50 kategori cukup. Sedangkan kelompok belajar yang mencapai

keterampilan generik sains dengan nilai tertinggi diperoleh oleh kelompok 2 dengan nilai 89

kategori baik sekali, dan kemampuan generik sains dengan nilai terendah diperoleh oleh

kelompok 1 dengan nilai 74 kategori baik.

Selama proyek berlangsung, dilakukan penilaian kinerja meliputi cara menimbang dan

menggunakan termometer. Nilai rata-rata siswa untuk indikator kesadaran skala dapat dilihat

pada Tabel 3.

Tabel 3. Kemampuan kinerja siswa (kesadaran skala) siswa per kelompok pada tahap monitoring the student and the progress of the project

KelompokKinerja Skor

total***Nilai Kategori

1* 2**I 9 6 15 88 Baik sekaliII 10 7 17 100 Baik sekaliIII 9 6 15 88 Baik sekaliIV 8 7 15 88 Baik sekaliV 10 7 17 100 Baik sekaliVI 10 7 17 100 Baik sekali

Skor 56 40 96 - -Nilai 93 95 188 94 Baik sekali

Kategori BS BS - BS -Keterangan:

Page 11: Jurnal Atikah Nim 1209208020

* : skor maks. 10 ** : skor maks. 7*** : skor maks. 17Kinerja 1: menimbang zatKinerja 1: menggunakan termometer

Berdasarkan Tabel 3 nilai rata-rata tertinggi terdapat pada aspek kinerja (indikator

kesadaran skala) nomor 2 dengan nilai rata-rata 96 yang termasuk kategori baik sekali,

sedangkan nilai rata-rata terendah terdapat pada aspek kinerja (indikator kesadaran skala)

nomor 1 dengan nilai 93 yang termasuk kategori baik. Secara keseluruhan, persentase nilai-

rata-rata kemampuan kinerja adalah 94, ini menunjukkan bahwa kinerja siswa dalam

mengembangkan kemampuan kesadaran skala tahap monitoring student and the progress of

the project adalah sangat baik.

3. Analisis Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran Berbasis Proyek Pada

Pembuatan Sabun dan Detergen

Tanggapan siswa terhadap pembelajaran berbasis proyek menggambarkan persepsi dan

respon siswa terhadap penerapan pembelajaran ini. Ketertarikan siswa terhadap model

pembelajaran berbasis proyek menjadi faktor penting terhadap pelaksanaan pembelajaran.

Untuk mengetahui bagaimana tanggapan siswa terhadap pembelajaran berbasis proyek,

peneliti menyebarkan angket kepada siswa. Angket yang diberikan kepada siswa terdiri dari

16 pernyataan. Berdasarkan hasil tanggapan siswa mengenai respon siswa terhadap

pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek mencapai 79,7% dengan kategori kuat.

PEMBAHASAN

Pembelajaran diawali dengan menggali pengetahuan awal siswa mengenai konsep

prasyarat yaitu mengenai bahan pembersih terutama sabun dan detergen. Hal ini penting

dilakukan agar siswa dapat mengaitkan informasi yang dipelajari dengan informasi yang

telah dimiliki sebelumnya ataupun dengan konsep yang sudah ada sehingga menghasilkan

suatu pembelajaran yang bermakna. Hal ini sejalan dengan pernyataan Arifin (2000:79) atau

Ausubel (dalam Dahar, 1996:112) yang menyatakan bahwa belajar bermakna dapat

berlangsung apabila informasi baru dikaitkan dengan informasi yang telah dimilki

sebelumnya.

Selanjutnya dilakukan pemberian motivasi tentang bagaimana cara pembuatan sabun

dan detergen. Pada tahap ini beberapa siswa menunjukkan rasa senangnya dalam belajar dan

termotivasi untuk mencari tahu dan mempelajari bagaimana cara pembuatan sabun dan

detergen. Setelah pemberian motivasi siswa diarahkan untuk memasuki setiap tahapan

pembelajaran berbasis proyek yaitu sebanyak enam tahap yang terdiri dari start with the

Page 12: Jurnal Atikah Nim 1209208020

essensial question, design a plan for the project, create a schedule, monitoring the student

and the progress of the project, asses the outcome, dan evaluate the experience. Hal ini

sejalan dengan Bruner (dalam Dahar, 1996:107) yang mengungkapkan bahwa dalam belajar

penemuan guru berperan dalam mengarahkan dan membimbing siswa untuk memecahkan

masalah yaitu mengenai bahan-bahan apa saja yang harus dipersiapkan dalam pembuatan

sabun dan detergen dan bagaimana cara membuatnya.

Sejalan dengan Bruner (dalam Dahar, 1996:107) yang menyatakan bahwa dalam

belajar penemuan salah satu peranan guru yaitu untuk menilai hasil belajar. Penilaian yang

dilakukan terhadap pembelajaran berbasis proyek ini meliputi tiga aspek, yaitu aspek sikap,

proses, dan hasil. Analisis terhadap aspek sikap siswa selama pembelajaran berlangsung yang

dilakukan oleh observer menunjukkan bahwa aktivitas siswa berlangsung dengan baik. Hal

ini tentunya akan berpengaruh pada pencapaian yang akan diperoleh siswa dalam

pembelajaran.

Analisis terhadap aspek proses dilakukan berdasarkan nilai LKS dalam setiap tahap

pembelajaran seperti terlihat pada tabel 1. Berdasarkan tabel 1 tersebut terlihat bahwa LKS

pada tahap monitoring the student and the progress of the project mendapatkan nilai rata-rata

100 dengan kategori baik sekali. Hal ini sesuai dengan respon siswa yang baik terhadap

angket tanggapan mengenai pernyataan “sebelum adanya pembelajaran berbasis proyek ini,

saya merasa sulit untuk memahami tentang mata pelajaran IPA terutama pokok bahasan

pembuatan sabun dan detergen”. Nilai yang tinggi pada tahap ini diduga diakibatkan oleh

keingintahuan siswa yang tingi yang tercermin pada saat melaksanaan proyek pembuatan

sabun dan detergen. Nilai tinggi yang dicapai ini menandakan bahwa siswa telah mampu

untuk mengaplikasikan ide-ide dari rancangan proyek yang yang telah dibuat. Pada tahap ini

pembelajaran berlangsung dengan sistem student centered, dimana siswa pada kelompok

belajar lebih berperan aktif dan diberikan kesempatan bebas untuk mengkonstruksikan ide-

ide dan mengaplikasikannya (Sagala 2003:38).

Nilai rata-rata paling rendah terdapat pada tahap asses the outcome yang hanya

mencapai nilai 67 dengan kategori baik. Hal ini sesuai dengan aktivitas siswa yang terlihat

kurang bekerja sama dengan anggota kelompoknya dan juga diduga siswa merasa bingung

dalam menjawab setiap pertanyaan yang terdapat pada LKS tahap 5. Hal ini sejalan dengan

jawaban LKS siswa pada tahap 5 no 5d mengenai pertanyaan untuk membuat kesimpulan

terhadap hasil proyek yang telah dilaksanakan. Hasilnya sebagian besar siswa pada kelompok

belajar tidak dapat menjawab pertanyaan dengan tepat sesuai yang diharapkan. Berdasarkan

jawaban siswa pada pertanyaan tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa masih merasa

Page 13: Jurnal Atikah Nim 1209208020

kesulitan dalam membuat kesimpulan. Hal ini dimungkinkan adanya keterkaitan dengan

pernyataan guru IPA dari kelas yang bersangkutan yang menyatakan bahwa selama

pembelajaran sampai saat ini siswa belum pernah melakukan praktikum. Oleh karena itu

siswa belum terbiasa untuk membuat atau memberikan kesimpulan terhadap praktikum yang

telah dilaksanakan.

Nilai kemampuan generik sains siswa pada setiap tahapan pembelajaran berbasis

proyek berdasarkan LKS diperoleh oleh kelompok II dengan nilai tertinggi 88 kategori baik

sekali. Hal ini sesuai dengan pada waktu pelaksanaan pembelajaran berlangsung, siswa

terlihat paling antusias dan paling semangat diantara kelompok lainnya. Berdasarkan hasil

observasi aktivitas siswa, ketika guru sedang memberikan pengarahan dan memberikan

bimbingan anggota kelompok inilah yang paling banyak mengajukan pertanyaan misalnya

MA dan MRA yang paling berperan dalam kegiatan pembelajaran ini.

Kelompok yang mendapat nilai LKS terendah adalah kelompok IV dengan perolehan

nilai 75 kategori baik. Hal ini sesuai dengan pada saat pelaksanaan pembelajaran berlangsung

memang kelompok inilah yang paling kurang dalam hal keaktifan dan kerja sama. Beberapa

anggota kelompok seperti DPA dan NKW inilah yang paling kurang memberikan respon

positif terhadap kegiatan pembelajaran yang berlangsung. Hal ini sejalan dengan respon

NKW yang menyatakan tidak setuju pada angket tanggapan mengenai pembelajaran berbasis

proyek pada beberapa pernyataan seperti “saya sangat tertarik dengan mata pelajaran IPA

tentang pembuatan sabun dan detergen” kemudian menyatakan sangat tidak setuju pada

pernyataan “saya suka melakukan sebuah proyek sains kimia”. Kemungkinan penyebab nilai

rendah ini juga dimungkinkan karena penyampaian arahan dan bimbingan yang diberikan

oleh peneliti kurang dapat diterima dan dimengerti oleh siswa.

Selanjutnya, keterampilan generik sains siswa yang berhasil dikembangkan dengan

nilai tertinggi adalah keterampilan pengamatan langsung dengan perolehan nilai 100 kategori

baik sekali. Keterampilan pengamatan langsung yang dikembangkan siswa yang berkembang

dengan baik sekali akan berimplikasi terhadap konstruksi pengetahuan siswa yang dihasilkan.

Hal ini sejalan dengan pendapat Cobern (1991:1) yang mengemukakan bahwa pengetahuan

yang dimiliki seseorang tidak diberikan secara langsung melainkan dibangun sendiri oleh

seseorang tersebut. Proses konstruksi pengetahuan siswa dapat dilakukakan melalui interaksi

dengan fenomena, pengalaman, lingkungan serta objek melalui panca inderanya sendiri.

Melalui pembelajaran berbasis proyek ini, sebagian besar siswa sudah mempunyai kepekaan

tinggi terhadap skala numerik dan mampu mengungkapkan prosedur proyek ke dalam bentuk

bagan alir. Kelompok yang mendapat nilai keterampilan generik sains tertinggi adalah

Page 14: Jurnal Atikah Nim 1209208020

kelompok II dengan perolehan nilai 89 kategori baik sekali. Seperti yang telah dikemukakan

sebelumnya kelompok II ini adalah kelompok terbaik dengan perolehan nilai LKS tertinggi,

anggota kelompok yang paling solid.

Sedangkan keterampilan generik sains siswa yang hanya mencapai nilai terendah 50

dengan kategori cukup adalah keterampilan konsistensi logika. Semua siswa dianggap belum

dapat menarik kesimpulan dari proyek pembuatan sabun dan detergen yang telah dilakukan.

Hal ini diduga karena siswa belum dapat menghubungkan antara tujuan, prinsip dengan hasil

yang diperoleh dari proyek. Sehingga jawaban yang diungkapkan pada LKS tidak sesuai

dengan tujuan proyeknya. Selain itu juga diduga peneliti karena belum terbiasanya siswa

dalam menyimpulkan suatu konsep baik melalui pembelajaran konsep maupun pembelajaran

praktikum sehingga siswa dianggap kurang dalam merangkai kata untuk membuat

kesimpulan. Kelompok yang memperoleh nilai keterampilan generik sains terendah adalah

kelompok III. Nilai rendah yang diperoleh ini diduga karena siswa belum mampu

membangun konsepnya sendiri sehingga pada penilaian hasil proyek mendapatkan nilai yang

rendah.

Analisis terhadap aspek proses yang selanjutnya didapatkan dari nilai kinerja siswa

meliputi kinerja keterampilan dalam menimbang zat dan menggunakan termometer serta

kinerja dalam presentasi seperti yang terlihat pada tabel 3. Berdasarkan tabel 3 tersebut

terlihat bahwa kinerja siswa mendapatkan nilai rata-rata keseluruhan 79 dengan kategori baik.

Nilai tertinggi diperoleh pada aspek kinerja (keterampilan) menimbang zat dan menggunakan

termometer dengan perolehan nilai 94 kategori baik sekali. Nilai yang tinggi ini diduga

karena keinginan siswa yang besar dalam menggunakan alat-alat proyek berupa neraca dan

termometer dengan baik dan benar. Walaupun siswa belum pernah menggunakan termometer

sebelumnya dan hanya diberikan contoh bagaimana cara menggunakan termometer yang

baik dan benar akan tetapi siswa sudah mampu menunjukkan keterampilannya dalam

menggunakan termometer tersebut, hanya saja siswa belum baik dalam hal kebersihan alat.

Kelompok yang memperoleh nilai kinerja tertinggi adalah kelompok V dengan perolehan

nilai 89 kategori baik sekali.

Nilai kinerja siswa terendah diperoleh pada aspek kinerja presentasi yang hanya

mencapai 65 kategori baik. Nilai yang rendah ini diduga peneliti karena siswa belum terampil

dan terbiasa dalam tampil di depan kelas mempresentasikan pengetahuannya sehingga

kemampuan siswa dalam berbicara di depan orang belum tidak terasah dengan baik.

Kelompok yang memperoleh nilai kinerja terendah adalah kelompok IV dengan perolehan

nilai 73 kategori baik. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, kelompok ini merupakan

Page 15: Jurnal Atikah Nim 1209208020

kelompok yang paling kurang memberikan respon positif terhadap pembelajaran yang sedang

dilakukan.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dinyatakan bahwa penerapan pembelajaran

berbasis proyek pada pembuatan sabun dan detergen dapat mengembangkan keterampilan

generik sains siswa, akan tetapi harus lebih ditekankan lagi pada keterampilan konsistensi

logikanya.

Hasil analisis tanggapan positif siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran berbasis

proyek pada pembuatan sabun dan detergen yaitu 79,7% dengan kategori kuat.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian terhadap penerapan pembelajaran berbasis proyek untuk

mengembangkan keterampilan generik sains siswa pada pembuatan sabun dan detergen

terhadap siswa kelas VIII IPA SMP Al-Amanah Cileunyi dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Aktivitas siswa pada proses pembelajaran berbasis proyek pada pembuatan sabun dan

detergen untuk setiap tahap dalam pembelajaran berbasis proyek, yaitu start with the

essensial question, design a plan for the project, create a schedule, monitoring the

student and the progress of the project, asses the outcome dan evaluate the experience

dapat berlangsung sangat baik dengan rata-rata keterlaksanaan mencapai 100%.

2. Keterampilan generik sains siswa terhadap pembelajaran berbasis proyek pada

pembuatan sabun dan detergen berdasarkan LKS dan kinerja secara keseluruhan baik

sekali dengan nilai rata-rata 80, dengan perolehan nilai secara berturut-turut 94, 91 dan

100 untuk keterampilan kesadaran skala, keterampilan pemodelan dan keterampilan

pengamatan langsung dengan kategori baik sekali, 77 dan 73 untuk keterampilan

membangun konsep dan keterampilan hukum sebab akibat dengan kategori baik, dan 50

untuk keterampilan konsistensi logika dengan kategori cukup.

3. Berdasarkan hasil analisis tanggapan siswa terhadap pembelajaran berbasis proyek pada

pembuatan sabun dan detergen mencapai 79,7% dengan kategori kuat.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta kesimpulan yang telah dikemukakan

di atas, maka diajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi Guru

Untuk pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek, guru

hendaknya memberikan bimbingan dan arahan secara intensif pada setiap tahapan

pembelajaran berbasis proyek dari awal sampai akhir terutama pada tahap design a plan for

the project dan monitoring the student and the progress of the project..

Page 16: Jurnal Atikah Nim 1209208020

2. Bagi Siswa

Pada proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek

hendaknya siswa lebih memahami terhadap rancangan proyek yang akan dilaksanakan

khususnya terhadap tujuan, prinsip dan prosedur sehingga pada tahap V siswa dapat

menyimpulkan hasil proyeknya dengan baik.

3. Bagi Peneliti lain

Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek hendaknya

mampu mengalokasikan waktu dengan sangat baik dan memerlukan persiapan yang sangat

matang sehingga proyek yang dilakukan dapat terlaksana dengan baik dan sesuai dengan

yang diharapkan. Pembelajaran dengan menggunakan model ini juga hendaknya tidak hanya

diterapkan pada materi sabun dan detergen saja, namun dapat diterapkan pada materi IPA

lainnya yang sesuai dengan model pembelajaran berbasis proyek misalnya materi zat aditif

dalam makanan.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M. 2000. Strategi Belajar Mengajar Kimia. Bandung : FMIPA UPI.

Dahar, R.W. 1996. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Fessenden and Fessenden. 1986. Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta : Penerbit Erlangga

Hakiim, L. 2009. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima.

Parmin dan Sudarmin. 2013. Strategi Belajar Mengajar IPA. Semarang: Fakultas MIPA Universitas Negeri Semarang

Purba, M. 2006. Buku Paket IPA Kimia untuk SMP Kelas VIII. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Retno dan Sudarmin. 2006. Potret Kemampuan Generik Sains Pengamatan Calon Guru Kimia dan Implikasinya pada Pembelajaran Kimia. Semarang: Jurusan Kimia FMIPA Unnes dan Unined Medan. 35-41

Sagala, S. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sheppard, K. 2006. “High School Students’ Understanding of Titrations and Related Acid-Base Phenomena”. Chemistry Education Research and Practice. 7, (1), 32-45.

Sri, R. 2012. Pembelajaran Berbasis Proyek Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Dan Penguasaan Konsep Siswa SMK Pada Pemisahan Campuran. Tesis. Bandung: UPI. FP MIPA-UPI

Thomas, J.W. 2000. A Review of Research on Project-Based Learning. [Online]. Tersedia:http://.bie.org/index.php/site/RE/pbl_research/29 [20 Juni 2013]

Page 17: Jurnal Atikah Nim 1209208020

Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka

. 2010. Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam KTSP. Jakarta: Bumi Aksara

Wena, M. 2011. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara