Jurnal Akuakultur SEBATIN Vol.1, No.1, Oktober 2020 ISSN ...

12
Jurnal Akuakultur SEBATIN Vol.1, No.1, Oktober 2020 ISSN: xxxx-xxxx Pemanfaatan Tepung Daun Kelor (Moringa oleifera) Yang Difermentasi Rhyzopus sp. Dalam Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Patin Siam ( Pangasius hypophthalmus) Anita Septia Nores* 1) , Indra Suharman 2) , Adelina 2) 1 Mahasiswa Jaurusan Budidaya Perairan, Laboratorium Nutrisi Ikan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau 2 Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau e-mail: *[email protected], Abstrak Ikan patin siam (Pangasius hypophthalmus) merupakan salah satu komoditas ikan air tawar yang potensial untuk dikembangkan. Penelitian ini dilakukan selama 56 hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh substitusi tepung kedelai dengan fermentasi tepung daun kelor (Moringa oleifera) menggunakan Rhyzopus sp. dalam pakan terhadap pertumbuhan benih ikan patin siam (Pangasius hypophthalmus). Metode yang digunakan adalah metode eksperimen yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor dengan 5 taraf perlakuan dan 3 kali ulangan sehingga dibutuhkan 15 kali unit percobaan dengan perlakuan P0 (TK 100% : FTDK 0%), P1 (TK 75% : FTDK 25%), P2 (TK 50% : FTDK 50%), P3 (25% : FTDK 75%), P4 (TK 0% : FTDK 100%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase penggunaan tepung kedelai dengan FTDK yan berbeda dalam pakan buatan memberikann pengaruh nyata (P <0,05) terhadap efisiensi pakan, retensi protein, dan laju pertumbuhan spesifik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa substitusi tepung kedelai dengan FTDK sebesar 75% memberikan hasil terbaik terhadap efisiensi pakan, retensi protein, laju pertumbuhan spesifik, dan kelulushidupan.. Kata kunci: daun kelor, fermentasi, ikan patin siam, pakan, Rhyzopus sp Abstract Siamese catfish (Pangasius hypophthalmus) is a freshwater fish commodity that potential to be developed. This research was conducted for 56 days. This study aims to determine the effect of substitution of soybean meal (SBM) by fermentation of Moringa leaf meal (Moringa oleifera) using Rhyzopus sp.0(MLMF). In diets on the growth of Siamese catfish (Pangasius hypophthalmus) seeds. The method used was an experimental method, namely a one-factor completely randomized design (CRD) with 5 treatments and 3 replications with treatment P0 (SBM 100% : MLMF 0%), P1 (SBM 75%: MLMF 25 %), P2 (SBM 50% : MLMF 50%), P3 (SBM 25% : MLMF 75%), P4 (SBM 0% : MLMF 100%). The results showed that the percentage of SBM substitution with different MLMF in diets significaly effect (P <0,05) on feed efficiency and growth. Based on the results of this study, it was concluded that up 75% of SBM protein can be substituted by MLMF in increasing growth performance and feed efficiency of Pangasius hypophthalmus. Keywords: Diet, Fermentation, Moringa leaves, P. hypophthalmus, Rhyzopus sp

Transcript of Jurnal Akuakultur SEBATIN Vol.1, No.1, Oktober 2020 ISSN ...

Page 1: Jurnal Akuakultur SEBATIN Vol.1, No.1, Oktober 2020 ISSN ...

Jurnal Akuakultur SEBATIN Vol.1, No.1, Oktober 2020

ISSN: xxxx-xxxx

1

Pemanfaatan Tepung Daun Kelor (Moringa oleifera) Yang

Difermentasi Rhyzopus sp. Dalam Pakan Buatan Terhadap

Pertumbuhan Benih Ikan Patin Siam (Pangasius

hypophthalmus)

Anita Septia Nores*1), Indra Suharman2), Adelina2)

1Mahasiswa Jaurusan Budidaya Perairan, Laboratorium Nutrisi Ikan, Fakultas Perikanan

dan Kelautan, Universitas Riau 2Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau

e-mail: *[email protected],

Abstrak

Ikan patin siam (Pangasius hypophthalmus) merupakan salah satu komoditas ikan air

tawar yang potensial untuk dikembangkan. Penelitian ini dilakukan selama 56 hari. Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh substitusi tepung kedelai dengan fermentasi tepung

daun kelor (Moringa oleifera) menggunakan Rhyzopus sp. dalam pakan terhadap pertumbuhan

benih ikan patin siam (Pangasius hypophthalmus). Metode yang digunakan adalah metode

eksperimen yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor dengan 5 taraf perlakuan dan 3

kali ulangan sehingga dibutuhkan 15 kali unit percobaan dengan perlakuan P0 (TK 100% :

FTDK 0%), P1 (TK 75% : FTDK 25%), P2 (TK 50% : FTDK 50%), P3 (25% : FTDK 75%), P4

(TK 0% : FTDK 100%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase penggunaan tepung

kedelai dengan FTDK yan berbeda dalam pakan buatan memberikann pengaruh nyata (P

<0,05) terhadap efisiensi pakan, retensi protein, dan laju pertumbuhan spesifik. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa substitusi tepung kedelai dengan FTDK sebesar 75% memberikan hasil

terbaik terhadap efisiensi pakan, retensi protein, laju pertumbuhan spesifik, dan

kelulushidupan..

Kata kunci: daun kelor, fermentasi, ikan patin siam, pakan, Rhyzopus sp

Abstract Siamese catfish (Pangasius hypophthalmus) is a freshwater fish commodity that

potential to be developed. This research was conducted for 56 days. This study aims to

determine the effect of substitution of soybean meal (SBM) by fermentation of Moringa leaf

meal (Moringa oleifera) using Rhyzopus sp.0(MLMF). In diets on the growth of Siamese catfish

(Pangasius hypophthalmus) seeds. The method used was an experimental method, namely a

one-factor completely randomized design (CRD) with 5 treatments and 3 replications with

treatment P0 (SBM 100% : MLMF 0%), P1 (SBM 75%: MLMF 25 %), P2 (SBM 50% : MLMF

50%), P3 (SBM 25% : MLMF 75%), P4 (SBM 0% : MLMF 100%). The results showed that the

percentage of SBM substitution with different MLMF in diets significaly effect (P <0,05) on feed

efficiency and growth. Based on the results of this study, it was concluded that up 75% of SBM

protein can be substituted by MLMF in increasing growth performance and feed efficiency of

Pangasius hypophthalmus.

Keywords: Diet, Fermentation, Moringa leaves, P. hypophthalmus, Rhyzopus sp

Page 2: Jurnal Akuakultur SEBATIN Vol.1, No.1, Oktober 2020 ISSN ...

Jurnal Akuakultur SEBATIN Vol.1, No.1, Oktober 2020

ISSN: xxxx-xxxx

2

1. PENDAHULUAN

Ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus) merupakan salah satu komoditas ikan

konsumsi air tawar yang potensial untuk dikembangkan. Hal ini dapat dibuktikan

dengan produksi ikan patin siam tahun 2015 sebesar 339.069 ton dan meningkat

menjadi 437.110 ton pada tahun 2016 (KKP 2016). Ikan patin siam mempunyai

beberapa keunggulan yang menyebabkan banyak diminati oleh para pembudidaya

(Muslim et al.,2009).

Dalam kegiatan budidaya, pakan merupakan unsur penting dalam suatu kegiatan

usaha budidaya perikanan, Salah satu upaya untuk mengurangi ketergantungan pada

bahan baku impor adalah penggunaan bahan pakan lokal yang berkualitas, harga relatif

murah, ketersediannya berkesinambungan dan tidak bersaing dengan manusia seperti

daun kelor. Tanaman kelor adalah tanaman yang tumbuh di daerah tropis dan

mempunyai banyak manfaat diantaranya dikonsumsi sebagai sayuran, obat-obatan,

penjernih air selain itu, daun kelor dapat dijadikan sebagai bahan alternatif dalam pakan

ikan (Simbolan et al., 2007). Daun kelor dalam bentuk tepung memiliki kandungan

protein yang tinggi sekitar 27,1%, serat kasar 19,12 % dan lemak 2,3% (Fuglie, 1999

dalam Aminah et al., 2015). Penggunaan daun kelor sebagai bahan pakan ikan masih

terbatas karena memiliki memiliki serat kasar yang tinggi. Untuk menurunkan serat

kasar perlu dilakukan proses fermentasi.

Fermentasi merupakan suatu proses perubahan kimia pada suatu substrat organik

melalui aktivitas enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme (Suprihatin, 2010).

Mikroba yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Rhyzopus sp . Rhyzopus sp.

merupakan salah satu kelompok kapang yang digunakan sebagai fermentor untuk

menurunkan serat kasar. Rhyzopus sp. banyak dikenal di Indonesia karena mudah

didapat banyak, harga terjangkau dan memerlukan waktu yang sedikit untuk proses

fermentasinya (Mulyati, 2003). Menurut Sari (2016) bahwa penggunaan Rhyzopus sp.

sebagai fermentor dalam fermentasi tepung kiambang mampu meningkatkan kadar

protein dari 20,40% menjadi 21,73% dan menurunkan serat kasar dari 38,52% menjadi

30,32%. Berdasarkan uraian diatas, penulis melakukan penelitian tentang pemanfaatan

pemberian tepung daun kelor yang difermentasi dengan Rhyzopus sp. dalam pakan

buatan terhadap pertumbuhan benih ikan patin siam (P. hypophthalmus).

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juli 2019 - September 2019 yang

bertempat di Balai Benih Ikan, Sei Tibun, Kabupaten Kampar, Pekanbaru. Persiapan

bahan pakan dan pembuatan pakan uji dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi Ikan

Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau. Analisis uji proksimat pakan

dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ikan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

Pertanian Bogor. Ikan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih ikan patin

siam sebanyak 525 ekor dengan panjang rata-rata 5-6 cm dan berat rata-rata ± 0.80 gram. Wadah yang digunakan yaitu berupa keramba yang terbuat dari jaring kasa

dengan ukuran 1 m3 sebanyak 15 unit dengan kedalaman air 80 cm. Setiap keramba

diisi benih ikan patin siam sebanyak 25 ekor/m3.

Sedangkan wadah yang digunakan untuk mengukur kecernaan pakan yaitu

berupa akuarium berukuran 60 x 40 x 40 cm3 sebanyak 10 akuarium dan setiap

akuarium diisi 15 ekor benih ikan patin siam. Pakan uji terdiri dari 5 perlakuan yaitu

Page 3: Jurnal Akuakultur SEBATIN Vol.1, No.1, Oktober 2020 ISSN ...

Jurnal Akuakultur SEBATIN Vol.1, No.1, Oktober 2020

ISSN: xxxx-xxxx

3

substitusi tepung kedelai dengan tepung fermentasi daun kelor sebesar 0 %, 25%, 50%,

75%dan 100% dengan kadar protein 34%. Bahan-bahan pakan untuk pembuat pelet

adalah fermentasi daun kelor, tepung kedelai, tepung ikan, tepung terigu dan dedak.

Bahan pelengkap ditambahkan vitamin mix. Adapun alat yang digunakan yaitu : Alat

tulis, baskom, blender, DO meter, Kamera, indikator pH, pencetak pelt, saringan,

sendok kayu, serokan, thermometer, timbangan analitik, kantong plastik, keramba,

dandang, kompor, akuarium, nampan, mesin penepung.

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode eksperimen dengan

menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor dengan 5 taraf perlakuan

dan 3 kali ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah sebagai berikut:

P0 = 100% Tepung Kedelai + 0% Fermentasi Tepung Daun Kelor

P1 = 75% Tepung Kedelai + 25% Fermentasi Tepung Daun Kelor

P2 = 50% Tepung Kedelai + 50% Fermentasi Tepung Daun Kelor

P3 = 25% Tepung Kedelai + 75% Fermentasi Tepung Daun Kelor

P4 = 0% Tepung Kedelai + 100% Fermentasi Tepung Daun Kelor

Adapun hasil analisa proksimat dari tepung daun kelor sebelum dan sesudah

difermentasi menggunakanRhyzhopus sp. dapat dilihat pada Tabel 1..

Tabel 1. Analisa proksimat dari tepung daun Kelor (Moringa oleifera) sebelum

dan sesudah di fermentasi menggunakan Rhyzhopus sp.

No Komposisi nutrisi

(% kering)

Tepung daun kelor (%)

Sebelum fermentasi Sesudah fermentasi

1 Protein 29,24 29,91

2 Serat Kasar 26,46 10,04

Pelet yang dibuat, sebelumnya ditentukan formulasi dan komposisi masing-

masing bahan sesuai dengan kebutuhan protein yang diharapkan. Komposisi dari

masing-masing bahan pakan uji dan kandungan gizi pakan yang diformulasikan dapat

dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Komposisi Pakan Uji Pada Setiap Perlakuan

Bahan Protein Bahan Perlakuan (% TK : % FTDK)

P0

(100:0)

P1

(75:25)

P2

(50:50)

P3

(25:75)

P4

(0:100)

T. Ikan 50 41 42 43 45.2 46,8

FTDK 29 0 8,8 17,5 26,3 35

T. K 35 35 26,3 17,5 8,8 0

T. Terigu 12 6 9 4 7 6

Dedak 12 12 8 12 7 6

Vit Mix 0 2 2 2 2 2

Min Mix 0 2 2 2 2 2

M. Ikan

Jumlah

0

100

2

100

2

100

2

100

2

100

2

100

Hasil Proksimat Pakan Uji

Protein (%) 33,02 33,45 33,12 34,28 33,23

Lemak (%) 5,97 5,64 5,79 5,42 4,38

Air (%) 9,22 9,13 8,79 8,41 9,44

Page 4: Jurnal Akuakultur SEBATIN Vol.1, No.1, Oktober 2020 ISSN ...

Jurnal Akuakultur SEBATIN Vol.1, No.1, Oktober 2020

ISSN: xxxx-xxxx

4

Abu (%) 10,23 11,18 10,42 10,26 12,65

Serat Kasar (%) 6,15 6,72 6,61 6,18 7,14

BETN (%) 35,41 33,88 35,27 34,45 33,16

Total Energi (kkal DE/g) 252,45 247,45 250,99 252,50 234,68

C/P (kkal DE/g) 7,64 7,39 7,57 7,36 7,06

Sumber : Hasil Analisa Laboratorium Nutrisi Ikan IPB

Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah :

Kecernaan Pakan

KP = (1 - a/a') ×100

Dimana : KP = Kecernaan Pakan ;

a = % Cr2O3 dalam pakan (%),

a’ = % Cr2O3 dalam feses (%)

KecernaanProtein

K.Prot = 1 – (a/a^' × b^'/b)×100

Dimana : K. Prot = Kecernaan protein (%)

a = Protein dalam pakan (%)

a’ = Protein dalam feses (%)

b = Kadar Cr2O3 dalam pakan (%)

b’ = Kadar Cr2O3 dalam feses (%)

Retensi Protein

RP = (Pertambahan bobot protein tubuh (g))/(Bobot total protein yang dikonsumsi

(g)) x 100%

Dimana : RP = Retensi Protein (%)

Efisiensi Pakan

EP =((Bt+Bd)-Bo)/F x 100%

Dimana : EP = Efisiensi Pakan (%/hari);

Bt = Bobot biomassa ikan pada akhir penelitian (g);

Bo = Bobot biomassa ikan pada awal penelitian (g);

Bd = Bobot biomassa ikan yang mati selama penelitian (g);

F = Jumlah pakan yang dikonsumsi ikan selama penelitian (g)

Laju Pertumbuhan Spesifik

LPS =((Ln Wt – Ln Wo))/t x 100%

Dimana: LPS = Persentase laju pertumbuhan spesifik (%)

Wt = Bobot rata-rata ikan pada akhir penelitian (g)

W0 = Bobot rata-rata ikan pada awal penelitian (g)

t = Lama penelitian (hari)

Tingkat Kelulushidupan SR =Nt/( No) x 100%

Dimana: SR = Kelulushidupan (%);

Nt = Jumlah ikan yang hidup pada akhir penelitian (ekor)

No = Jumlah ikan yang hidup pada awal penelitian (ekor)

Page 5: Jurnal Akuakultur SEBATIN Vol.1, No.1, Oktober 2020 ISSN ...

Jurnal Akuakultur SEBATIN Vol.1, No.1, Oktober 2020

ISSN: xxxx-xxxx

5

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kecernaan Pakan dan Kecernaan Protein

Data mengenai perhitungan kecernaan pakan dan kecernaan protein benih ikan

patin siam (P. hypophthalmus) disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Kecernaan Pakan dan Kecernaan Protein (%) Benih Ikan Patin Siam (P.

hypophthalmus) Pada Setiap Perlakuan Selama Penelitian

Perlakuan

(% TK : FTDK%)

Kecernaan

pakan (%)

Kecernaan

Protein (%)

P0 (100:0) 64,8 76,8

P1 (75:25) 66 78,8

P2 (50:50) 72,9 81,4

P3 (25:75) 73,7 83,6

P4 (0:100) 66,7 78

Keterangan : TK = Tepung Kedelai, FTDK = Fermentasi Tepung Daun Kelor

Kecernaan pakan tertinggi terdapat pada perlakuan P3 yang menandakan bahwa

pakan yang diberikan mampu dicerna serta diserap baik oleh ikan patin siam.

Kemampuan cerna ikan terhadap bahan baku pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor

yaitu suhu air, jenis pakan, ukuran, umur ikan, kandungan gizi pakan, frekuensi

pemberian pakan, sifat fisika dan kimia pakan (NRC 1993). Menurut Handajani (2008)

nilai nutrien yang diserap tubuh dipengaruhi oleh beberapa hal seperti kualitas pakan

dan jumlah pakan yang dikonsumsi. Meningkatnya kandungan protein pada pakan

berakibat meningkatnya kebutuhan energi untuk metabolism protein.

Kemampuan cerna ikan terhadap bahan baku pakan dipengaruhi oleh beberapa

faktor yaitu suhu air, jenis pakan, ukuran, umur ikan, kandungan gizi pakan, frekuensi

pemberian pakan, sifat fisika dan kimia pakan (NRC 1993). Secara keselurahan kisaran

nilai kecernaan pakan pada penelitian ini mendapatkan hasil terbaik yaitu 73,7% dan

kecernaan protein 83,6%, hal ini disebabkan pakan yang diberikan memiliki nilai

protein yang sesuai dengan kebutuhan benih ikan patin siam dan dapat dicerna dengan

baik sehingga protein dalam pakan dapat dimanfaatkan dengan baik. Apabila kualitas

pakan baik dan konsumsi dalam jumlah banyak maka akan semakin banyak nutrien

yang diserap oleh pencernaan ikan. Menurut Andriani (2018) semakin tinggi kecernaan

pakan maka semakin besar protein yang dapat dimanfaatkan oleh ikan untuk

pertumbuhan.

Efisiensi Pakan

Dari hasil penelitian diperoleh nilai rata-rata efisiensi pakan ikan patin

siamseperti yang terlihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Efisiensi pakan (%) Benih Ikan Patin Siam (P. hypophthalmus) Pada

Setiap Pelakuan Selama Penelitian

Ulangan

Perlakuan (%TK : FTDK%)

P0

(100 : 0)

P1

(75 : 25)

P2

(50 : 50)

P3

(25 : 75)

P4

(0 : 100)

1 26,76 27,82 30,26 32,67 26,93

Page 6: Jurnal Akuakultur SEBATIN Vol.1, No.1, Oktober 2020 ISSN ...

Jurnal Akuakultur SEBATIN Vol.1, No.1, Oktober 2020

ISSN: xxxx-xxxx

6

2 27,00 27,49 31,31 34,06 30,04

3 27,73 27,38 28,80 30,61 28,88

Jumlah 81,49 82,69 90,38 97,35 85,84

Rata-rata 27,16±0,49a 27,56±0,2a 30,12±1,2a 32,45±1,7b 28,61±1,5a

Keterangan : Nilai yang tertera merupakan rata-rata ± standar deviasi, huruf yang berbeda pada baris

yang sama menunjukkan adanya perbedaan nyata antar perlakuan

Tingginya nilai efisiensi pakan pada P3 menunjukkan bahwa pakan yang

diberikan memiliki kualitas yang baik. Semakin baik kualitas suatu pakan maka

semakin tinggi nilai efisiensi pakan yang dihasilkan. Kualitas pakan ikan ditentukan

oleh sumber dan komposisi bahan, daya cerna bahan, serta jumlah dan seimbangnya

berbagai asam amino. Semakin tinggi nilai kecernaan pakan maka semakin efisien

pakan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Gunadi et al., (2010) bahwa kecernaan pakan

merupakan salah satu indikator yang menentukan nilai efisiensi pakan.

Untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan pakan maka dalam

memformulasikan pakan perlu mempertimbangkan kebutuhan nutrisi dari spesies ikan

yang akan dipelihara, diantaranya adalah kebutuhan energi, protein, karbohidrat, lemak,

vitamin dan mineral (Watanabe 1998 dalam Raudah 2017). Nilai efiensi pakan yang

tinggi menunjukkan bahwa pakan yang diberikan dapat dicerna dan dimanfaatkan

dengan baik oleh ikan sehingga bobot tubuh yang dihasilkan menjadi meningkat, hal ini

sejalan dengan pendapat Afrianto (2009) bahwa pakan yang mudah dicerna akan lebih

efisien dimanfaatkan oleh ikan karena nutrisi pakan akan mudah diserap oleh tubuh

Faktor penting penentu pertumbuhan dan efisiensi pemanfaaatan pakan adalah

jenis dan komposisi pakan yang sesuai dengan kebutuhan ikan sehingga meningkatkan

daya cerna pakan dan protein. Menurut Djariah (1995) dalam Hariyadi et al., (2005),

menyatakan faktor yang menentukan tinggi rendahnya efisiensi pakan adalah jenis

sumber nutrisi dan jumlah dari tiap-tiap komponen sumber nutrisi dalam pakan tersebut.

Untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan pakan maka dalam memformulasikan pakan

perlu mempertimbangkan kebutuhan nutrisi dari spesies ikan yang akan dipelihara,

diantaranya adalah kebutuhan energi, protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral

(Watanabe 1998 dalam Raudah 2017). Pakan tanpa campuran enzim memiliki nilai

efisiensi yang rendah, semakin kecil nilai efisiensi pakan maka ikan tidak efisien dalam

memanfaatkan pakan atau dapat dikatakan boros dalam memanfaatkan pakan tersebut

(Widyanti,2009).

Dari hasil analisis variansi (ANAVA) menunjukkan adanya pengaruh pemberian

tepung daun kelor difermentasi menggunakan Rhyzopus sp. dalam pakan benih ikan

patin siam terhadap efisiensi pakan (P<0,05) sehingga dilakukan uji lanjut untuk

mengetahui bahwa efisiensi pakan P3 berbeda nyata terhadap P0 P1, P4 dan P2.

Retensi Protein

Data hasil perhitungan retensi protein ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus)

pada setiap perlakuan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Retensi Protein (%) Benih Ikan Patin Siam (P. hypophthalmus)

PadaSetiap Perlakuan Selama Penelitian

Ulangan

Perlakuan (%TK : FTDK%)

P0 P1 P2 P3 P4

1 22,67 24,54 26,48 27,55 23,55

Page 7: Jurnal Akuakultur SEBATIN Vol.1, No.1, Oktober 2020 ISSN ...

Jurnal Akuakultur SEBATIN Vol.1, No.1, Oktober 2020

ISSN: xxxx-xxxx

7

2 22,62 22,66 26,24 27,95 24,74

3 23,34 24,06 25,28 25,94 23,42

Jumlah 68,63 71,26 78,00 81,44 71,72

Rata-rata 22,87±0,40a 23,75±0,98a 26±0,62b 27,14±1,05b 23,90±0,73a

Keterangan : Nilai yang tertera merupakan rata-rata ± standar deviasi, huruf yang berbeda pada baris yang

sama menunjukkan adanya perbedaan nyata antar perlakuan

Tingginya nilai retensi protein pada P3 dibandingkan dengan perlakuan lainnya

disebabkan karena pakan pada perlakuan ini lebih mudah dimanfaatkan dan dapat

dicerna dengan baik oleh ikan patinsiam, hal ini dapat dilihat dari nilai kecernaan

protein dan efisiensi pakan yang tertinggi pada P3. Semakin banyak protein yang dapat

dicerna dan dimanfaatkan ikan, maka semakin banyak protein yang disimpan dalam

tubuh ikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Suwarsito dan Anggoro (2005) bahwa

makanan yang telah difermentasi memiliki nilai gizi dan daya cerna yang lebih tinggi

sehingga memungkinkan diserap oleh tubuh lebih banyak dan energi yang tersedia

dalam tubuh ikan akan lebih tinggi, serta memiliki bau yang khas. Nilai retensi protein

dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu : kandungan protein dalam pakan, keseimbangan

asam amino dan resiko energi pakan, nilai retensi akan berpengaruh terhadap bobot ikan

yang berkaitan dengan laju pertumbuhan dan efisiensi pakan (Pohlenz et al., 2012)

Buwono (2000) menyatakan retensi protein merupakan gambaran dari

banyaknya protein yang diberikan, yang dapat diserap dan dimanfaatkan untuk

membangun dan menambah protein tubuh ataupun memperbaiki sel-sel tubuh yang

sudah rusak. Sesuai dengan pendapat Haetami (2007) pakan yang mempunyai

keseimbangan energi protein yang tepat dengan pemberian pakan yang tepat akan

menghasilkan pertumbuhan dan konversi pakan yang baik. Nilai retensi protein

dipengaruhi oleh kemampuan ikan untuk memanfaatkan protein secara optimal yang

diperoleh dari protein pakan. Apabila pakan yang diberikan dapat dimanfaatkan dengan

baik maka kecernaan akan tinggi dan akan tinggi pula retensi protein ikan uji. Hal ini

berhubungan dengan komposisi pakan uji yang diberikan pakan ikan. Hasil retensi

protein yang didapat selama penelitian berkisar 22,87%- 27, 14% termasuk tinggi jika

dibandingkan dengan kurniawan (2017) yang memperoleh rata-rata retensi protein

14,56% - 15,82% pada pemanfaatan tepung daun kelor difermentasi terhadap ikan

gurami, dan Raudah (2017) memperoleh rata-rata retensi protein 12,82%-20,43% pada

pemanfaatan tepung daun lamtoro gung terhadap pertumbuhan benih ikan patin siam.

Dari hasil uji analisis variansi (ANAVA) menunjukkan adanya pengaruh

pemberian fermentasi tepung daun kelor dengan menggunakan Rhyzopus sp.dalam

pakan terhadap retensi protein (P<0,05), sehingga dilakukan uji lanjut untuk mengetahui

pengaruh antar perlakuan. Hasil uji lanjut Student Newman Keuls yang menunjukkan

bahwa P3 berbeda nyata terhadap perlakuan lainnya.

Laju Pertumbuhan Spesifik

Perubahan bobot rata-rata individu ikan uji pada setiap perlakuan selama

penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Grafik Laju Pertumbuhan Spesifik (%) Individu Ikan Patin Siam

Pada Setiap Perlakuan Selama Penelitian

Page 8: Jurnal Akuakultur SEBATIN Vol.1, No.1, Oktober 2020 ISSN ...

Jurnal Akuakultur SEBATIN Vol.1, No.1, Oktober 2020

ISSN: xxxx-xxxx

8

0

10

20

30

40

50

0 14 28 42 56

Pe

rta

mb

ah

an

Bo

bo

t Ik

an

Pa

tin

(g)

Hari Pengamatan

P0

P1

P2

P3

Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa P3 memiliki pertumbuhan lebih tinggi dari

pada perlakuan lainnya. Hal ini disebabkan karena benih ikan patin lebih menyukai

pakan yang menggunakan tepung daun kelor yang difermentasi dan juga merupakan

komposisi yang pas untuk menunjang pertumbuhan benih ikan patin siam. Hal ini juga

dibuktikan dengan tingginya retensi protein pada ikan di perlakuan P3, dan

mengakibatkan pertumbuhan ikan juga semakin cepat serta energi pakan yang diberikan

pada ikan patin cukup sehingga kebutuhan energi untuk metabolisme cukup dan dapat

digunakan untuk tumbuh. Selanjutnya hasil pengamatan terhadap laju pertumbuhan

spesifik benih ikan patin siam yang telah diperoleh selama penelitian dapat dilihat pada

Tabel 6.

Tabel 6. Laju Pertumbuhan Spesifik (%) Individu Ikan Patin Siam Pada Setiap

Perlakuan Selama Penelitian

Ulangan

Perlakuan (%TK :FTDK%)

P0 P1 P2 P3 P4

1 2,12 2,36 2,87 3,13 2,67

2 2,12 2,29 2,83 3,11 2,62

3 2,12 2,41 2,80 3,01 2,60

Jumlah 6,36 7,05 8,49 9,25 7,89

Rata-rata 2,12±0,00a 2,35±0,06b 2,83±0,03d 3,08±0,06e 2,63±0,04c

Dari Tabel 6 dapat dilihat rata-rata laju pertumbuhan spesifik ikan uji yang

dipelihara selama penelitian berkisar 2,12% - 3,08%. Rata-rata laju pertumbuhan

spesifik tertinggi terdapat pada P3 (25% tepung kedelai dan 75% fermentasi tepung

daun kelor) yaitu sebesar 3,08%, sedangkan laju pertumbuhan spesifik terendah terdapat

pada P0 (tanpa penambahan fermentasi tepung daun kelor) yaitu sebesar 2,12%. Hal ini

diduga karena kebutuhan nutrisi ikan kurang tercukupi sehingga menghambat

pertumbuhan ikan. Pertumbuhan benih ikan patin siam yang diberi pakan yang

mengandung fermentasi tepung daun kelor lebih tinggi jika dibandingkan dengan ikan

yang diberi pakan tanpa fermentasi tepung daun kelor. Berdasarkan analisa variansi

(ANAVA) (Lampiran 19), penggunaan fermentasi tepung daun kelor yang digunakan

dalam pakan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap laju pertumbuhan spesifik.

Nilai efisiensi pakan dan retensi protein yang tinggi terdapat pada perlakuan P3

menunjukkan bahwa ikan mampu memanfaatkan pakan dengan lebih baik untuk

pertumbuhan. Protein merupakan nutrien yang paling berpengaruh untuk dapat memacu

pertumbuhan ikan. Karena apabila pakan yang diberikan mempunyai nilai nutrisi yang

baik, maka dapat mempercepat laju pertumbuhan ikan. Zat –zat nutrisi yang dibutuhkan

Page 9: Jurnal Akuakultur SEBATIN Vol.1, No.1, Oktober 2020 ISSN ...

Jurnal Akuakultur SEBATIN Vol.1, No.1, Oktober 2020

ISSN: xxxx-xxxx

9

ikan adalah protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral (Handajani dan Widodo

2010). Proses fermentasi dapat merubah substrat bahan tumbuhan yang sulit dicerna

menjadi mudah dicerna. Menurut Adelina et al.,(2009) yang menyatakan fermentasi

merupakan suatu proses meningkatkan daya cerna karena bahan yang telah difermentasi

dapat mengubah substrat bahan tumbuhan yang susah dicerna menjadi protein sel

tunggal. Laju pertumbuhan spesifik pada penelitian ini termasuk tinggi bila

dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan Karina et al., (2015) dengan

pemanfaatan fermentasi tepung daun kelor terhadap pertumbuhan benih ikan nila

menghasilkan laju pertumbuhan spesifik tertinggi yaitu 1.45%, dan penelitian Shafitri

(2019) dengan pemanfaatan tepung daun sente terhadap pertumbuhan benih ikan patin

menghasilkan laju pertumbuhan spesifik tertinggi 2,69%.

Kelulushidupan Ikan Patin Siam

Kelulushidupan ikan uji diamati setiap 14 hari (Lampiran 21), untuk mengetahui

perbandingan tingkat kelulushidupan dari setiap perlakuan diperoleh melalui

perhitungan dari jumlah ikan yang hidup dari awal pengamatan sampai akhir

pengamatan.Adapun data hasil perhitungan kelulushidupan ikan patin siam(P.

hypopthalmus) dari setiap perlakuan dinyatakan dalam bentuk persentase dapat dilihat

pada Tabel 7.

Tabel 7. Kelulushidupan (%) Benih Ikan Patin Siam (P. hypophthalmus)

Ulangan

Perlakuan (%TK :FTDK%)

P0 P1 P2 P3 P4

1 96 100 100 100 100

2 96 92 96 96 96

3 96 100 100 100 96

Jumlah 288 292 296 296 292

Rata-rata 96±0,00 97,33±4,62 98,66±2,31 98,66±2,31 97,33±2,31

Tingginya angka kelulushidupan ikan patin siam (P.hypophthalmus)

menunjukkan bahwa ikan dapat beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan dan

diduga pakan yang diberikan memiliki komponen bahan penyusun yang sesuai dengan

kebutuhan ikan patin siam yang akan mempermudah dalam proses metabolisme dan

penyerapan nutrisinya.Selain itu kualitas air yang bagus dan sesuai dengan daya

adaptasi ikan patin siam juga sangat mendukung kelangsungan hidup ikan patin siam.

Air sebagai media hidup ikan harus memiliki sifat yang cocok bagi kehidupan ikan,

karena kualitas air dapat memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan mahluk hidup di

air (Djatmika 1986) dalam Shafitri, 2019).

Kualitas air merupakan faktor pembatas terhadap jenis biota yang dibudidayakan

di suatu perairan (Kordi dan Tancung, 2007). Terjadinya kematian pada ikan

disebabkan karena kegagalan ikan dalam beradaptasi dengan wadah pemeliharaan,serta

disebabkan karena kesalahan dalam penangan pada saat proses sampling. Ikan patin

siam yang memiliki tulang pada sirip dada atau disebut juga dengan patil yang

menempel pada jaring karamba, ketidak hati-hatian dalam melepaskan patil menjadi

patah dan luka pada sirip dada ikan patin,kemudian diserang oleh parasit dan jamur

sehingga menyebabkan beberapa ikan mengalami kematian.dan adanya predator berupa

Page 10: Jurnal Akuakultur SEBATIN Vol.1, No.1, Oktober 2020 ISSN ...

Jurnal Akuakultur SEBATIN Vol.1, No.1, Oktober 2020

ISSN: xxxx-xxxx

10

ikan-ikan besar dan biawak yang masuk kedalam karamba juga menyebabkan angka

mortalitas meningkat.

Tingkat kelulushidupan dari setiap perlakuan tidak berbeda jauh, hal ini diduga

bahwa pakan uji yang diberikan mengandung fermentasi tepung daun kelor maupun

yang tidak mengandung fermentasi tepung daun kelor memberikan pengaruh terhadap

pertumbuhan benih ikan patin, akan tetapi tidak memberikan pengaruh yang nyata

terhadap tingkat kelulushidupan.

Berdasarkan hasil uji analisi variansi (ANAVA) penggunaan fermentasi tepung

daun kelor dengan menggunakan Rhyzopus sp. dalam pakan tidak berpengaruh nyata

terhadap kelulushidupan benih ikan patin siam dengan nilai probabilitas P>0,05

KUALITAS AIR

Parameter kualitas air yang diukur pada penelitian ini yaitu, suhu, derajat

keasaman (pH) dan oksigen terlarut (DO). Data hasil pengukuran dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Data Hasil Pengukuran Kualitas Air Selama Penelitian

Parameter Kisaran

Awal Pertengahan Akhir Baku Mutu

Suhu (0C) 29,6-31 28,9-31 28,5-32 25-37

pH 5,5-6 5,5-6 5-6 5-7

DO (mg/l) 5,5-6,4 5,2-6,2 5,5-6,6 5-7

Dari hasil pengukuran kualitas air yang dilakukan selama penelitian, terlihat

bahwa parameter yang diukur masih dalam kisaran yang baik bagi pertumbuhan ikan.

Suhu mempunyai peranan penting dalam menentukan pertumbuhan ikan yang

dibudidaya, menurut Kordi (2010) dalam Raudah (2017) bahwa kisaran suhu yang

optimal bagi kehidupan ikan patin siam adalah 25 – 330C. Dari hasil pengukuran yang

terlihat pada Tabel 8 kisaran suhu pada saat penelitian yaitu 28,5-32, hal ini

menunjukkan bahwa keadaan suhu air selama kegiatan pemeliharaan masih dibatas

optimum sehingga mampu menunjang pertumbuhan ikan. Menurut Khairuman dan

Amri (2008) perubahan temperatur yang sangat drastis dapat mengganggu laju

respirasi.Selain itu, temperature yang tinggi dapat menyebabkan stress pada ikan.

Hasil derajat keasaman power hydrogen (pH) yang dilakukan selama penelitian

yaitu berkisar 5-6. Hasil ini sudah termasuk baik karena menurut Boyd (1979) kisaran

derajat keasaman (pH) yang baik untuk kehidupan ikan berkisar antara 5,4-8,6. Hal ini

diperkuat dengan pernyataan Tang (2003) yang menyatakan kualitas air yang baik untuk

pertumbuhan benih ikan pH 4-11, suhu 20-400C, Oksigen terlarut 1-9 ppm, dan

alkalinitas ≥16 ppm.

Kandungan oksigen (DO) terlarut yang optimal didalam air sangat dibutuhkan

ikan karena kandungan oksigen terlarut yang rendah dapat menyebabkan nafsu makan

ikan menurun, yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap laju pertumbuhan ikan.

Berdasarkan Tabel 11 kisaran DO pada penelitian yaitu 5,2-6,5, kisaran ini masih baik

dan optimum, menurut Wardoyo dan Muchsin (1990) dalam Raudah (2017) agar

kehidupan ikan dapat layak dan kegiatan perikanan berhasil, maka kandungan oksigen

terlarut tidak boleh kurang dari 4 ppm.

Page 11: Jurnal Akuakultur SEBATIN Vol.1, No.1, Oktober 2020 ISSN ...

Jurnal Akuakultur SEBATIN Vol.1, No.1, Oktober 2020

ISSN: xxxx-xxxx

11

4. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

penggunaan pemanfaatan fermentasi tepung daun kelor dengan menggunakanRhyzopus

sp.dalam pakan dapat meningkatkan retensi protein, laju pertumbuhan spesifik dan

kelulushidupan ikan. Substitusi P3 tepung kedelai 25% dengan fermentasi tepung daun

kelor sebanyak 75% memberikan hasil paling tinggi untuk meningkatkanefisiensi pakan

(32,45%), retensi protein (27,15%), laju pertumbuhan spesifik (3,08%) dan

kelulushidupan ikan

DAFTAR PUSTAKA

Adelina dan I. Boer. 2009. Penggantian Tepung Ikan Dengan Tepung Bekicot (Achatina

fulica) dan Keong Mas Dalam Pakan dan Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan

Benih Ikan Selais (Ompok hypopthalmus). Laporan Penelitian, Universitas Riau. 50

hal (tidak diterbitkan).

Afrianto, Edan Liviawaty, E. 2009.Pakan Ikan.Edisi ke 5.Kanasius.Yogyakarta.

Aminah S, Ramdhan T dan Yanis M. 2015. Kandungan Nutrisi dan Sifat Fungsional

Tanaman Kelor (Moringa oleifera). Buletin Pertanian Perkotaan. 5 (2) : 44 hlm

Andriani. Y. 2018. Suplemenatsi Glutamin dalam Pakan Terhadap Kecernaan Pakan

dan Kinerja Pertumbuhan Benih Ikan Gurami (Osphronemus gouramy). Sekolah

Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 9-13.

Boyd, C.E., 1979. Water Quality In Warm Water Fish Ponds. Auburn University

Agricultur Eksperimen Station, Alabama.359 pp.

Gunadi B., Febrianti R. dan Lamanto, 2010. Keragaan kecernaan pakan tenggelam dan

terapung untuk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) dengan dan tanpa aerasi.

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. 7 p.https://adoc.tips keragaan

kecernaan pakan tenggelam dan terapung untuk ikan l.html

Handajani, H. dan Widodo. 2010. Nutrisi Ikan. UMM Press. Malang. 271 hlm.

Hariyadi, B. A. Haryono dan U. Susilo 2005. Evaluasi efisiensi pakan dan efiensi

protein pakan ikan karper ( Ctenopharyngodon idella) yang diberi pakan dengan

kadar karbohidrat dan energi yang berbeda. Fakultas Biologi. Universitas

Soedirman. Purwokerto Bnyumas. Jawa Tengah.

Haetami, K., Susangka, I., Andriani, Y.2007. Kebutuhan dan Pola Makan IkanJambal

Siam dari Berbagai Tingkat Pemberian Energi Protein Pakan dan Pengaruhnya

terhadap Pertumbuhan dan Efisiensi. FakultasPerikanan dan Ilmu

KelautanUniversitas Padjadjaran: Bandung. 41 Hlm.

Karina, S., M. Akbar, A. Supriatna,and Z.A. Muchlisin.2015. Replacement of Soyabean

Meal WithMoringa oleifera Leaf Meal in Formulated Diets of Tilapia (Oreochromis

niloticus) Fingerlings. AACL bioflux 8(5):790-795

Kurniawan, D. 2017. Pengaruh Pemberian Fermentasi Daun Kelor (Moringa oleifera)

dalam Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Gurami (Osphronemus

gourami).[skripsi].Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau.Pekanbaru .65

hlm (tidak diterbitkan).

Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2016. Laporan Kinerja (LKJ) Direktorat Jendral

Perikanan Budidaya tahun 2016. Jakarta (ID) : KKP

Page 12: Jurnal Akuakultur SEBATIN Vol.1, No.1, Oktober 2020 ISSN ...

Jurnal Akuakultur SEBATIN Vol.1, No.1, Oktober 2020

ISSN: xxxx-xxxx

12

Kordi, M. G. H. K. 2009. Budidaya Perairan. Edisi 2.PT. Citra Aditya Bakti. Bandung.

533-561 hlm.

Kordi, Tancung, A.B. (2007). Pengelolaan Kualitas air Dalam Budidaya Perairan.

Jakarta:Rineka Cipta. Hal 2,3

Khairuman, S.P & K. amri. 2005. Budidaya lele dumbo secara intensif.PT. Agromedia

Pustaka. Jakarta.

Muslim, M.P. Hotly dan H.Widjajanti.2009. Penggunaan Ekstrak Bawang Putih

(Allium sativum) untuk mengobati Benih Ikan Patin Siam (Pangasisus

hypopthalmus) yang Diinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophylla. Jurnal Akuakultur

Indonesia, 8 (1) : 91-100.

Mulyati, 2003.Pengaruh Penggunaan Bungkil Biji Karet yang Difermentasi dengan

Ragi Tempe dan Oncom Dalam Ransum Terhadap Kualitas Daging Ayam

Broiler.Tesis. Tidak Dipublikasikan. Semarang: Fakultas Peternakan Universitas

Diponegoro.

NRC. 1993. Nutrition and Requirement of Warmwater Fishes. National Academic of

Science. Washington, D. C. 248 hlm.

Raudah, P. 2017. Pengaruh Pemberian Fermentasi Daun Lamtoro (Leucaena

leucocephala)dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Patin

(P.hypophthalamus).[skripsi]. Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas

Riau.Pekanbaru .65 hlm (tidak diterbitkan).

Sari, Y. R. 2016. Pengaruh Pemberian Fermentasi Tepung Kiambang (Pistia stratiotes)

Dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Baung (Gemibagrus nemurus).

[skripsi].Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau.Pekanbaru . (tidak

diterbitkan).

Shafitri, D.K. 2019. Pengaruh Pemanfaatan Tepung Daun Sente (Alocasia macrrhiza)

yang Difermentasi Menggunakan Aspergilus niger Dalam Pakan Terhadap

Pertumbuhan Benih Ikan Patin Siam (Pangasius hypopthalmus). Skripsi.Fakultas

Perikanan dan Kelautan. Universitas Riau. Pekanbaru 70 hal (tidak diterbitkan).

Simbolan JM, M Simbolan, N Katharina. 2007. Cegah Malnutrisi dengan Kelor.

Yogyakarta: Kanisius

Suprihatin. 2010. Teknologi Fermentasi. Surabaya: UNESA Pres.

Suwarsito dan Anggoro S. 2005. Pemanfaatan Ampas Tahu Dengan Metode Fermentasi

Untuk Bahan Baku Ikan Lele. Laporan Penelitian. Universitas Muhammadiyah

Purwokerto. Purwokerto.

Widyanti, W. 2009. Kinerja Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Yang

diberi Berbagai Dosis Enzim Cairan Rumen Sapi Pada Pakan Berbasi Daun

Lamtoro gung (Leucaena leucocephala). Skripsi.Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan.Institut Pertanian Bogor. Bogor. 68 Hlm

Wardoyo, S. dan I. Muchsin.,1990. Memantapkan Usaha Budidaya Perairan Agar

Tangguh dalam Rangka Menyongsong Era Tinggal Landas. Makalah Pada

Simposium Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Riau.

Pekanbaru .29 hal. Me-L, editor: Departemen Ilmu & Teknologi Pangan-Fateta-

IPB. Watanabe, T. 1988. Fish Nutrition Mari CultureJica Texbook The General Aquaculture

Course. Departement of Aquatic Biosiences Fisheries.University of Tokyo. 233.