jurnal

11
ISI JURNAL A. LATAR BELAKANG Jumlah penderita Diabetes Melitus tipe 2 meningkat secara drastis diseluruh dunia. Penyakit Diabetes Melitus tipe 2 ini merupakan masalah kesehatan yang serius di Jepang. Pengaruh perubahan gaya hidup dapat mengurangi progresivitas dari toleransi glukosa dan kontrol kadar gula dalam darah dapat menunjukkan perbaikan level glukosa plasma postprandial. Beberapa penelitian telah mengajukan intervensi yang berkelanjutan ( kombinasi dari diet dan latihan fisik) dapat memperbaiki level glukosa plasma dan mengurangi dosis dari pemberian obat hipoglikemic Walaupun banyak penelitian telah dilaporkan mengenai pengaruh edukasi perubahan gaya hidup pada penderita diabetes melitus di rumah sakit, hanya sedikit yang menggunakan edukasi perubahan gaya hidup berdasarkan program EBM. Penelitian ini menggambarkan desain kelompok RCT dari keefektifan edukasi perubahan gaya hidup pada penderita dengan Diabetes Melitus tipe 2 di klinik oleh ahli gizi yang telah terdaftar B. TUJUAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan efek dari edukasi perubahan gaya hidup menggunakan program ILIE (intensive lifestyle improvement education) oleh ahli gizi pada penderita Diabetes Melitus tipe 2 di klinik. Keefektifan 1

description

khjhmnbnmbu

Transcript of jurnal

Page 1: jurnal

ISI JURNAL

A. LATAR BELAKANG

Jumlah penderita Diabetes Melitus tipe 2 meningkat secara drastis diseluruh dunia.

Penyakit Diabetes Melitus tipe 2 ini merupakan masalah kesehatan yang serius di Jepang.

Pengaruh perubahan gaya hidup dapat mengurangi progresivitas dari toleransi glukosa dan

kontrol kadar gula dalam darah dapat menunjukkan perbaikan level glukosa plasma

postprandial. Beberapa penelitian telah mengajukan intervensi yang berkelanjutan

( kombinasi dari diet dan latihan fisik) dapat memperbaiki level glukosa plasma dan

mengurangi dosis dari pemberian obat hipoglikemic

Walaupun banyak penelitian telah dilaporkan mengenai pengaruh edukasi perubahan gaya

hidup pada penderita diabetes melitus di rumah sakit, hanya sedikit yang menggunakan

edukasi perubahan gaya hidup berdasarkan program EBM. Penelitian ini menggambarkan

desain kelompok RCT dari keefektifan edukasi perubahan gaya hidup pada penderita dengan

Diabetes Melitus tipe 2 di klinik oleh ahli gizi yang telah terdaftar

B. TUJUAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan efek dari edukasi perubahan gaya

hidup menggunakan program ILIE (intensive lifestyle improvement education) oleh ahli gizi

pada penderita Diabetes Melitus tipe 2 di klinik. Keefektifan dari program ini ditentukan dari

perbaikan nilai Hb1Ac dan hasil pengukuran lainnya

1

Page 2: jurnal

C. METODOLOGI DAN DESAIN

a) Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah RCT dari kelompok dengan dua macam intervensi.

Tiap unit dari kelompok penelitian mencakup 10 pasien yang dikirim oleh dokter

yang bersangkutan. Penelitian ini berlangsung selama 6 bulan. Titik akhir utama

dari penelitian ini adalah perubahan dari HbA1c selama 6 bulan. Data klinis

mencakup nilai dari HbA1c didapatkan dari dokter yang menangani pasien.

Edukasi perubahan gaya hidup yang diberikan secara face-to-face atau lewat

pertemuan telepon dikumpulkan beberapa kali selama penelitian berlangsung.

Perubahan tingkah laku akan diawasi menggunakan kertas penilaian dan

wawancara.

b) Partisipan dan Perekrutan

Tiap dokter merekrut 10 pasien yang memenuhi kriteria kelayakan untuk

berpartisipasi dalam penelitian. Ketika penderita yang berpartisipasi memberikan

inform consent secara tertulis kepada dokternya, dokumen tersebut selanjutnya

akan dikirm ke pusat penelitian.

Subjek dari penelitian ini adalah pria dan wanita berusia 20 – 79 tahun yang

memiliki konsentrasi HbA1c 6,1 % atau lebih dan telah mendapatkan perawatan

oleh dokter yang menanganinya. Untuk subyek yang mendapatkan pengobatan

obat hipoglikemik secara oral atau insulin, perubahan nilai dari HbA1c harus

kurang dari 0,5% dalam 3 bulan sebelumnya. Penelitian ini mengecualikan pasien

yang mengalami retinopati stadium 3, sedang hamil, nefropati, atau keberatan

dalam memenuhi formulir tertulis. Total keseluruhan sampel penelitian ini adalah

sebanyak 200 subyek mencakup pasien yang memilliki resiko tinggi terkena

Diabetes Melitus tipe 2 atau telah menderita Diabetes Melitus tipe 2

c) Kelompok Intervensi dan Kontrol

2

Page 3: jurnal

1. Kelompok intervensi

Dokter akan melakukan kontak pertama pada pasien 2 minggu sebelum

pelaksanaan intervensi pertama. Subyek di dalam kelompok intervensi akan

memiliki waktu 3 - 4 pertemuan secara individu dengan dokter selama periode 6

bulan dan pertemuan kedua diadakan 1 bulan setelah pertemuan pertama. Juga,

3 bulan setelah pertemuan pertama, partisipan akan memperoleh pertemuan

individu susulan. Diantara pertemuan kedua dan bulan keenam, dokter akan

mengadakan kontak dengan pasien lewat telepon atau lewat konseling secara

face-to face sebanyak 3-4 kali untuk memperjelas program diet dan aktivitas

fisik yang disarankan dan memberikan support tambahan. Contoh dari saran

yang diberikan adalah untuk mengurangi intake energi saat makan malam dan

untuk memakan satu atau dua porsi dari ikan/ daging atau unggas/telur/kedelai

dan dua porsi sayuran pada setiap makanan. Karakteristik dari program ini

adalah dokter dapat mengetahui masalah perubahan gaya hidup yang paling

mempengaruhi kadar gula dalam darah dengan menggunakan kertas penilaian

yang menjelaskan hal - hal yang harus diprioritaskan untuk mengendalikan

kadar gula dalam darah.

3

Page 4: jurnal

Isi Edukasi Topik

Informasi dasar kontrol glukosa dalam darah Target nilai BB, HbA1c, Tekanan Darah, Profil LipidKomplikasi DiabetesMekanisme mengubah kadar glukosa dalam darahEfek dari latihan pada tingkat kadar glukosaIntake energi yang dibutuhkan dalam satu hariKomposisi diet

Tindakan untuk kontrol glukosa dalam darah Menentukan tujuan kontrol kadar glukosa dalam darahMengatasi masalah untuk mencapai tujuan

Aktivitas sehari – hari untuk kontrol glukosa dalam darah

Frekuensi dan kuantitas dari aktivitas yang efektifMenentukan tujuan dari aktivitas sehari - hari

Mengatasi stress dalam kontrol glukosa dalam darah

Menentukan cara mengatasi stress

2. Kelompok Kontrol

Dokter akan melakukan kontak pertama pada pasien 2 minggu sebelum

pelaksanaan intervensi pertama. Pasien dalam kelompok kontrol akan menerima

informasi tentang intake diet dan saran tentang kontrol kadar gula dalam darah

oleh dokter. Pasien akan menerima pelayanan yang tersedia di klinis dan dapat

menggunakan semua pelayanan yang sebelumnya tersedia untuk mereka.

4

Page 5: jurnal

5

Penilaian Kelayakan

Randomisasi

Kelompok IntervensiPenilaian intake nutrisi berdasarkan

FFQW82 ; Konseling

secara face-to-face dengan

ahli gizi mengenai

komtrol kadar gula dalam

darah

Follow upPertemua

n konseling face-to-

face/ menerima

telepon dengan ahli gizi

yang terdaftar

Follow up

Pertemuan

konseling face-

to-face/ menerim

a telepon dengan ahli gizi

yang terdaftar dalam 2

bulan setelah

pertemuan

terakhir

Latihan fisik (Hb1Ac, dll)

Penilaian

intake nutrisi berdasarkan FFQW

82

Kelompok KontrolPenilaian

intake nutrisi berdasarkan

FFQW82 Mendapatkan hasil dari

FFQW82 dan saran singkat oleh ahli gizi

Latihan fisik

(Hb1Ac, dll)

Penilaian intake nutrisi

berdasarkan

FFQW82

Pendaftaran

Alokasi

Pembagian Kelompok

Bulan Pertama

Bulan Kedua - Keenam

Bulan Keenam

Page 6: jurnal

d) Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang mendasari penelitian adalah bahwa partisipasi dalam kelompok

intervensi yang mendapatkan edukasi tentang diet intensif akan mengalami

penurunan konsentrasi HbA1c sebanyak 15% setelah 6 bulan sedangkan penurunan

konentrasi HbA1c tidak akan terjadi pada kelompok kontrol. Pada penelitian ini

disimpulkan bahwa konsentrasi HbA1c pada kelompok kontrol tidak mengalami

perubahan. Nilai sebanyak 15% didapatkan dari penelitian yang telah dilakukan di

USA dan melalui pengalaman dari penelitian sebelumnya

D. HASIL PENELITIAN

Hasil pengukuran utama dari penelitian ini adalah pengurangan konsentrasi HbA1c setelah

6 bulan mendapatkan edukasi. Hasil pengukuran sekunder adalah perbedaan dari BMI,

lingkar pinggang, tekanan darah, kadar gula darah puasa, profil lipid, perbedaan dalam intake

energi dan nutrisi ( setelah sehari penuh dan tiap makan).

E. PEMBAHASAN

Kelebihan dari penelitian ini adalah penelitian ini merupakan yang pertama dalam menilai

intervensi program edukasi mengenai perubahan gaya hidup untuk penderita Diabetes

Melitus tipe 2 di klinis. 20 dokter dipilih secara acak untuk berperan dalam penelitian ini.

Dengan tiap dokter merekrut 10 penderita maka didapatkan 200 penderita yang nantinya akan

dibagi menjadi 2 kelompok, kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Masing- masing

kelompok terdiri dari 100 pasien.

Dokter yang berpartisipasi dalam penelitian ini menunjukkan bahwa mereka sangat

tertarik dengan innovasi pelayanan penderita Diabetes Melitus tipe 2 dan pada orang yang

beresiko tinggi terkena Diabetes Melitus tipe 2. Sekarang penderita dengan Diabetes Melitus

tipe 2 mendapatkan perawatan secara umum di Jepang. Edukasi mengenai perubahan gaya

hidup pada penderita diabetes telah mengalami peningkatan di jepang. Para dokter dan

perawat telah memberikan saran singkat tentang perawatan dan pengawasan kontrol kadar

gula dalam darah tapi hanya sedikit yang tawaran rencana perawatan untuk penderita

Diabetes Melitus tipe 2 yang tersedia. Karena kesuksesan dari perawatan sangat tergantung

6

Page 7: jurnal

pada kebiasaan diet, ahli diet dapat sangat membantu penderita Diabetes Melitus tipe 2 dalam

mengendalikan kadar gula darahnya.

e) KESIMPULAN

Edukasi mengenai gaya hidup sangat berpengaruh terhadap keberhasilan terapi dari

Diabetes Melitus tipe 2. Terbukti dari adanya penurunan konsentrasi HbA1c. Faktor – faktor

yang mempengarui keberhasilan dari edukasi tersebut tergantung dari kemampuan ahli gizi

dalam menyampaikan edukasi serta kepatuhan dan ketaatan pasien dalam memenuhi hal

tersebut.

7

Page 8: jurnal

KELEMAHAN JURNAL

Ada beberapa keterbatasan dalam desain penelitian ini. Pertama, keberhasilan dalam

program ini tergantung dari kemampuan ahli gizi. Untuk mengatasi keterbatasan ini, sebelum

penelitian dilaksanakan, diadakan proses pelatihan untuk ahli gizi yang telah terdaftar dalam

penelitian ini. Kedua, hanya pasien yang dibutakan dalam kelompoknya. Dalam rangka

menghindari bias, dokter diminta merekrut pasien secara acak. Lebih jauh lagi, penelitian ini

menggunakan HbA1c sebagai titik akhir utama, yang mana merupakan pengukuran objektif.

Walaupun penelitian ini tidak mampu menyingkirkan terjadinya bias, kemungkinan tersebut

terjadinya kecil. Jika penelitian nampaknya menghasilkan nilai positif, intervensi edukasi

mengenai gaya hidup pada penderita Diabetes Melitus tipe 2 akan diterapkan oleh dokter lain

di jepang.

8

Page 9: jurnal

EVIDENCE YANG BISA DIAMBIL

Hasil dari penelitian ini dapat diterapkan pada pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di

Indonesia. Edukasi yang diberikan dapat berupa informasi tentang informasi dasar kontrol

glukosa dalam darah, tindakan untuk kontrol glukosa dalam darah, aktivitas sehari – hari dan

cara untuk mengatasi stress selama masa pemulihan. Kemungkinan keberhasilan dari terapi

juga tergantung dari kemampuan ahli gizi dan ketaatan pasien dalam menjalani diet.

9