Jurnal

25
1 IDENTIFIKASI HAMA ULAT PADA TANAMAN KUBIS (Brassica oleracea L) DI KECAMATAN PLAOSAN KABUPATEN MAGETAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI DENGAN BENTUK POSTER Muizzudin Feliawan ) Program Studi Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP PGRI MADIUN [email protected]. Abstrak Berbagai jenis hama ulat pada tanaman kubis dapat menjadi sumber belajar Biologi berupa media poster untuk pembelajaran siswa sekolah menengah pertama (SMP). Penelitian ini bertujuan untuk mengklasifikasikan jenis-jenis hama ulat pada tanaman kubis di perkebunan di Plaosan Kabupaten Magetan serta memanfaatkan sebagian hasil penelitian tentang jenis hama ulat pada tanaman kubis hasil identifikasi di perkebunan di Plaosan Kabupaten Magetan sebagai sumber belajar berbasis lokal materi hama dan penyakit pada tumbuhan. Penelitian dengan pengambilan data dilaksanakan di 3 kebun yang berada di tiga desa Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan, yaitu Desa Ngancar, Desa Dadi, dan Desa Simolangu. Identifikasi hama yang ditemukan dilakukan di Laboratorium Biologi Program Studi Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP PGRI Madiun. Penelitian ini akan dilaksanakan mulai awal bulan September 2013 sampai dengan Februari 2014. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, menggunakan metode eksplorasi. Data yang digunakan berupa data primer, yaitu data-data hasil pengamatan tentang identifikasi hama ulat pada tanaman kubis Brassica oleracea L serta data sekunder dengan buku kunci determinasi serangga. Teknik pengumpulan data dalam penelitian menggunakan teknik observasi, analisis data dilakukan dengan data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Hasil penelitian identifikasi hama ulat tanaman kubis (Brassica oleracea L) di tiga desa Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan, yaitu Desa Dadi, Desa Simolangu, dan Desa Ngancar. Plaosan Magetan telah ditemukan beberapa spesies hama ulat tanaman kubis (Brassica oleracea L), yaitu ulat tritip (Plutella xylostella L), ulat krop (Crocidolomia binotalis), ulat krop bergaris (Hellula undalis F), dan ulat grayak (Spodoptera litura F.). Poster Biologi yang berisi hasil identifikasi hama ulat pada tanaman kubis dicetak ke dalam kertas foto ukuran A3 dengan teknik digital printing dengan ukuran 50 x 100 cm dengan didesain dan penampilan yang menarik. Poster yang dikembangkan dalam penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber belajar pada mata pelajaran Biologi bagi siswa kelas VIII semester 2. Kata Kunci: identifikasi hama ulat, tanaman kubis (Brassica oleracea L.), poster, sumber belajar biologi siswa SMP A. Pendahuluan Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mempunyai karakteristik tersendiri dibandingkan dengan ilmu alam lainnya (Rustaman, 2003: 3). ) Muizzudin Feliawan, mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi, FPMIPA IKIP PGRI Madiun.

Transcript of Jurnal

1

IDENTIFIKASI HAMA ULAT PADA TANAMAN KUBIS (Brassica oleracea L)

DI KECAMATAN PLAOSAN KABUPATEN MAGETAN SEBAGAI

SUMBER BELAJAR BIOLOGI DENGAN BENTUK POSTER

Muizzudin Feliawan)

Program Studi Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP PGRI MADIUN

[email protected].

Abstrak

Berbagai jenis hama ulat pada tanaman kubis dapat menjadi sumber belajar

Biologi berupa media poster untuk pembelajaran siswa sekolah menengah pertama

(SMP). Penelitian ini bertujuan untuk mengklasifikasikan jenis-jenis hama ulat

pada tanaman kubis di perkebunan di Plaosan Kabupaten Magetan serta

memanfaatkan sebagian hasil penelitian tentang jenis hama ulat pada tanaman

kubis hasil identifikasi di perkebunan di Plaosan Kabupaten Magetan sebagai

sumber belajar berbasis lokal materi hama dan penyakit pada tumbuhan.

Penelitian dengan pengambilan data dilaksanakan di 3 kebun yang berada di tiga

desa Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan, yaitu Desa Ngancar, Desa Dadi,

dan Desa Simolangu. Identifikasi hama yang ditemukan dilakukan di Laboratorium

Biologi Program Studi Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP PGRI Madiun. Penelitian

ini akan dilaksanakan mulai awal bulan September 2013 sampai dengan Februari

2014. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, menggunakan metode eksplorasi.

Data yang digunakan berupa data primer, yaitu data-data hasil pengamatan

tentang identifikasi hama ulat pada tanaman kubis Brassica oleracea L serta data

sekunder dengan buku kunci determinasi serangga. Teknik pengumpulan data

dalam penelitian menggunakan teknik observasi, analisis data dilakukan dengan

data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Hasil penelitian

identifikasi hama ulat tanaman kubis (Brassica oleracea L) di tiga desa Kecamatan

Plaosan Kabupaten Magetan, yaitu Desa Dadi, Desa Simolangu, dan Desa

Ngancar. Plaosan Magetan telah ditemukan beberapa spesies hama ulat tanaman

kubis (Brassica oleracea L), yaitu ulat tritip (Plutella xylostella L), ulat krop

(Crocidolomia binotalis), ulat krop bergaris (Hellula undalis F), dan ulat grayak

(Spodoptera litura F.). Poster Biologi yang berisi hasil identifikasi hama ulat pada

tanaman kubis dicetak ke dalam kertas foto ukuran A3 dengan teknik digital

printing dengan ukuran 50 x 100 cm dengan didesain dan penampilan yang

menarik. Poster yang dikembangkan dalam penelitian ini dapat dijadikan sebagai

sumber belajar pada mata pelajaran Biologi bagi siswa kelas VIII semester 2.

Kata Kunci: identifikasi hama ulat, tanaman kubis (Brassica oleracea L.), poster,

sumber belajar biologi siswa SMP

A. Pendahuluan

Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mempunyai

karakteristik tersendiri dibandingkan dengan ilmu alam lainnya (Rustaman, 2003: 3).

) Muizzudin Feliawan, mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi, FPMIPA IKIP PGRI Madiun.

2

Karakteristik dari belajar Biologi yaitu berupaya untuk mengenal makhluk hidup dan

proses kehidupannya di lingkungan, sehingga memerlukan pendekatan dan metode yang

memberi ciri dan dasar kerja. Pembelajaran biologi menekankan pada pemberian

pengalaman belajar secara langsung untuk dapat memahami konsep dan proses sains.

Pemberian pengalaman secara langsung dilakukan dengan mengembangkan keterampilan

proses sains. Keterampilan proses sains dalam kegiatan belajar mengajar dapat membantu

siswa dalam mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, serta keterampilan. Semakin aktif

siswa secara intelektual, mental dan sosial, maka pengalaman belajar siswa akan semakin

bermakna (Rustaman, et. al., 2005:72).

Pembentukan pengalaman belajar dapat dimulai dari penyusunan sumber belajar

yang sesuai dengan permasalahan atau materi pembelajaran. Menurut Mulyasa (2009: 42)

sumber belajar dapat dirumuskan sebagai segala sesuatu yang dapat memberikan

kemudahan kepada siswa dalam memperoleh sejumlah informasi, pengetahuan,

pengalaman, dan keterampilan dalam proses belajar mengajar.

Sumber belajar dapat dimulai dengan eksplorasi lingkungan yang ada di sekitar

sekolah. Dalam pembelajaran biologi, lingkungan alam sekitar merupakan laboratorium

yang mempunyai peranan penting karena adanya gejala-gejala alam yang dapat

memunculkan persoalan-persoalan sains. Untuk mendapatkan obyek biologi, alam dengan

segenap fenomenanya telah menyediakan informasi yang dapat digunakan dalam

kehidupan manusia.

Salah satu lingkungan alam yang dapat digunakan untuk sumber belajar Biologi

adalah perkebunan dan tanaman serta seluruh unsur yang ada di dalamnya. Berkaitan

dengan keberadaan perkebunan sebagai sumber belajar, diketahui bahwa di Magetan

terdapat salah satu wilayah yang terkenal dengan kebun sayurnya. Kecamatan Plaosan

Kabupaten Magetan merupakan daerah yang sebagian besar penduduknya

membudidayakan sayuran untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satu jenis sayur

yang banyak ditanam masyarakat di wilayah tersebut adalah kubis (Brassica oleracea var.

capitata L). Menurut Pracaya (2011: 1), kubis dikenal sebagai sumber vitamin (A, B dan

C), mineral, karbohidrat, protein dan lemak yang berguna bagi kesehatan. Di Indonesia

kubis merupakan sayuran yang digemari oleh seluruh masyarakat.

Kubis (Brassica oleracea var. capitata L) termasuk salah satu sayuran yang rentan

terhadap serangan hama dan penyakit. Hama yang menyerang tanaman kubis yang masih

3

muda dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman kubis menjadi rendah bahkan bisa

menyebabkan tanaman kubis mati. (Dantje, 2012: 2).

Terdapat beberapa penelitian untuk mengidentifikasi hama pada tanaman kubis.

Penelitian Nenet, dkk. (2005: 29-32) tentang bahan ajar ilmu hama tumbuhan, terdapat

beberapa hama penting pada tanaman kubis, yaitu ulat daun atau diamond back moth

(Plutella xylostella L.), ulat krop kubis atau large cabbage heart caterpillar (Crocidololia

binotalis Zell), ulat krop bergaris atau striped cabbage heart caterpillar (Hellula undalis

F), kumbang anjing atau leaf beetle (Phyllotreta vittata F), ulat grayak atau army worm

(Spodoptera litura F.), ulat jengkal atau green semilooper (Chrysodeixis chalcites Esp.),

penggerek tongkol jagung atau corn earworm (Helicoverpa armigera Hubn), kutu daun

persik atau tobacco aphid (Myzus persicae (Sulz), dan thrips bawang atau oni on Thrips

(Thrins tabaci Lind) yang merusak daun kubis. Sedangkan hama yang merusak batang

kubis adalah ulat tanah atau black cutworm (Agrotis ipsilon Hufn).

Penelitian lainnya dilakukan Ni Wayan Asriani, dkk. (2013: 158) tentang komunitas

hama-hama pada pertanaman kubis dikelompokkan ke dalam fitofag atau serangga

pemakan tanaman kubis komunitas hama-hama pada pertanaman kubis. Serangga fitofag

yang banyak ditemukan pada pertanaman kubis adalah anggota dari Famili Aphidoidae

(Aphis brassicae), Pyralidae (Crocidolomia binotalis), Plutellidae (Plutella xylostella), dan

Noctuidae (Spodoptera litura, Helicoverpa armigera, dan Chrysodeixis orichalcea). Selain

itu, penelitian Widiana dan Zewita (2012) menemukan bahwa hama yang potensial pada

tanaman kubis adalah hama ulat krop (Crocidolomia binotalis).

Hasil pengamatan awal terhadap tanaman kubis di salah satu kebun di Kecamatan

Plaosan Kabupaten Magetan kebanyakan adalah ulat krop (Crocidolomia binotalis).

Populasi C. binotalis mulai menyerang tanaman kubis pada minggu ke tujuh pada masa

tanam, kemudian kepadatan larva meningkat sejalan dengan umur tanaman kubis. Masa

tanam hingga panen tanaman kubis sendiri adalah berkisar antara 60 – 90 hari.

Berkaitan dengan keberadaan tanaman kubis di kebun-kebun Kecamatan Plaosan

Kabupaten Magetan sebagai kekayaan lokal daerah setempat serta adanya hasil penelitian

tentang sepuluh jenis hama pada tanaman kubis, dapat dimanfaatkan sebagai sumber

pembelajaran Biologi. Hal ini sesuai dengan pendapat Rustaman (2005: 4) yang

menyatakan bahwa penelitian Biologi diupayakan yang bermanfaat bagi pendidikan.

Penelitian pendidikan Biologi tidak terbatas pada penelitian di dalam kelas. Banyak aspek

lain yang dapat diangkat menjadi penelitian pendidikan Biologi. Misalnya, kekayaaan

4

daerah dan lingkungan alam setempat yang digunakan sebagai materi pembelajaran

mengidentifikasi hama dan penyakit pada organ tumbuhan yang dijumpai dalam kehidupan

sehari-hari.

Tanaman kubis dan berbagai jenis hama ulat tanaman tersebut dapat menjadi sumber

belajar Biologi berupa media poster untuk pembelajaran siswa sekolah menengah pertama

(SMP), yaitu kelas VIII semester 2 dengan kompetensi 2.4. Mengidentifikasi hama dan

penyakit pada organ tumbuhan yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Poster yang

disusun berisi jenis hama ulat pada tanaman kubis yang ditemukan di kebun-kebun di

Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan dan cara identifikasinya akan dapat digunakan

sebagai sumber belajar bagi siswa. Sumber belajar berbentuk poster yang dapat

merangsang siswa mempelajari lebih jauh tentang jenis-jenis hama ulat pada tanaman

kubis melalui gambar-gambar informatif yang lebih mudah dipahami siswa. Gambar dan

penggunaan warna yang cerah pada poster dapat menarik perhatian siswa. Berdasarkan

uraian di atas maka perlu diadakan penelitian tentang Identifikasi Hama Ulat Pada

Tanaman Kubis (Brassica oleracea L) di Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan Sebagai

Sumber Belajar Biologi dengan Bentuk Poster.

B. Kajian Teori

Deskripsi Tanaman Kubis (Brassica oleracea var. capitata L)

Kol atau kubis merupakan tanaman sayur famili Brassicaceae berupa tumbuhan

berbatang lunak yang dikenal sejak jaman purbakala (2500-2000 SM). Daun-daun tanaman

kubis berbentuk bulat telur sampai lonjong, lebar dan berwarna hijau. Daun-daun atas pada

fase generatif akan saling menutupi satu sama lain membentuk krop. Bentuk krop

bervariasi, bulat telur, gepeng dan kerucut. Tanaman kubis yang dibudidayakan umumnya

berhabitus perdu dan tumbuh semusim (annual) ataupun dwi musim (biennual). Sistem

perakaran relatif dangkal (20-30 cm). Batang tanaman kubis pendek dan banyak

mengadung air (herbaceous). Disekeliling batang hingga titik tumbuh, terdapat helaian

daun yang bertangkai (Rukmana dalam Rina dan Armein, 2012: 1).

Berdasarkan klasifikasinya, kol/kubis termasuk dalam:

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Famili : Cruciferae

5

Genus : Brassica

Spesies : Brassica oleracea

Tanaman kubis yang banyak dibudidayakan di Plaosan Kabupaten Magetan adalah

tanaman kubis dari varietas Brassica oleracea L. var capitata L atau biasa dikenal dengan

kubis krop. Jenis kubis ini memiliki ciri-ciri daunnya dapat saling menutup satu sama lain

membentuk krop (telur). Petani kubis di Plaosan Kabupaten Magetan menanam kubis

dengan sub-varietas Brassica oleracea L var capitata forma Alba DC yang kropnya

berwarna putih.

A. Deskripsi Hama Tanaman Kubis (Brassica oleracea var. capitata L)

Setiap jenis tanaman berkaitan dalam ekosistem seringkali mengalami gangguan di

antaranya berupa serangan hama. Menurut Pracaya (2011: 23) hama adalah binatang

perusak tanaman yang dibudidayakan manusia. Sama halnya dengan Dantje (2012: 5),

hama adalah setiap organisme yang dapat mengganggu, merusak ataupun mematikan

organisme lain. Sedangkan Nur (2003:27) menyatakan bahwa hama adalah organisme

yang merusak tanaman dan secara ekonomik merugikan manusia. Hama pada tanaman

dapat dimaksud dengan parasit karena hidupnya menumpang atau menempel pada

tanaman yang mengakibatkan gangguan dan kerugian pada tanaman yang ditumpangi.

Menurut Reny (2012:3), beberapa filum yang anggotanya diketahui berpotensi

sebagai hama tanaman adalah Aschelminthes (Nematoda), Mollusca (Siput), Chordata

(binatang bertulang belakang), dan Arthopoda (serangga, tungau, dan lain-lain). Ni Wayan

(2013: 158) menggolongkan hama pada pertanaman kubis ke dalam fitofag atau serangga

pemakan tanaman kubis. Serangga fitofag yang banyak ditemukan pada pertanaman kubis

adalah anggota Famili Aphidoidae (Aphis brassicae), Pyralidae (Crocidolomia binotalis),

Plutellidae (Plutella xylostella), dan Noctuidae (Spodoptera litura, Helicoverpa armigera,

dan Chrysodeixis orichalcea).

Selain fitofag, menurut Nenet, dkk. (2005: 29-32) beberapa hama penting pada

tanaman kubis, yaitu ulat daun atau diamond back moth (Plutella xylostella L.), ulat krop

kubis atau large cabbage heart caterpillar (Crocidololia binotalis Zell), ulat krop bergaris

atau striped cabbage heart caterpillar (Hellula undalis F), kumbang anjing atau leaf beetle

(Phyllotreta vittata F), ulat grayak atau army worm (Spodoptera litura F.), ulat jengkal

atau green semilooper (Chrysodeixis chalcites Esp.), penggerek tongkol jagung atau corn

earworm (Helicoverpa armigera Hubn), kutu daun persik atau tobacco aphid (Myzus

persicae (Sulz), dan thrips bawang atau oni on Thrips (Thrins tabaci Lind) yang merusak

6

daun kubis. Sedangkan hama yang merusak batang kubis adalah ulat tanah atau black

cutworm (Agrotis ipsilon Hufn).

Berdasarkan hasil penelitian Ni Wayan (2013) dan Nenet, dkk. (2005) dapat

diindikasikan bahwa jenis hama yang paling dominan ditemukan pada tanaman kubis

adalah hama yang berupa ulat. Mengacu pada hasil beberapa penelitian sebelumnya,

berikut ini deskripsi beberapa jenis ulat yang terdapat pada tanaman kubis.

1. Ulat Tritip (Plutella xylostella L)

Ulat daun/ulat tritip atau diamond back moth (Plutella xylostella L) termasuk ordo

Lepidoptera, famili Plutellidae dan mernpunyai daerah penyebaran di Indonesia. Ngengat

P. xylostella kecil berwarna coklat kelabu, pada sayap depan terdapat tanda ”tiga berlian”.

Ngengat aktif pada senja dan malam hari dengan meletakkan telur tersebar pada daun.

Stadium telur 3-5 hari. Larva instar pertama berukuran 1,2 mm berwarna hijau cerah

dengan kepala tampak hitam. Stadium larva 7-11 hari. Pupanya tertutup oleh kokon,

berwarna kuning pucat. Daur hidupnya berkisar 21 hari. Daun yang terserang P. xylostella

berlubang-lubang kecil dan bila serangan berat, tinggal tulang daun. Serangan berat terjadi

pada musim kemarau, saat tanaman berumur 5-8 minggu. Tanaman inang P. xylostella

adalah petsai, brokoli, dan kubis-kubisan lainnya (Nenet, dkk., 2005: 29).

Imago dari hama ini memiliki warna sayap yang abu-abu kecoklatan. Namun sayap

betina berwarna lebih pucat. Saat istirahat, empat sayapnya menutupi tubuh dan seakan-

akan terdapat gambar seperti jajaran genjang yang warnanya putih seperti berlian. Oleh

karena itu, hama ini disebut ngengat punggung berlian (Sastrosiswojo, dkk., 2005: 7).

Plutella xylostella merusak tanaman dari stadia larva atau ketika masih menjadi ulat.

Larva Plutella xylostella memakan bagian bawah daun sehingga tinggal epidermis bagian

atas saja (Reni, 2013: 153). Gejala serangan hama ini yang terlihat pada daun sangat khas

dan tergantung dari instar larva yang menyerang. Larva instar I memakan daun kubis

dengan jalan membuat lubang ke dalam permukaan bawah daun. Setelah itu larva

membuat liang-liang korok ke dalam jaringan parenkim sambil memakan daun (Liliek,

2010: 96).

2. Ulat Krop (Crocidololia binotalis Zell)

Serangga hama ini dikenal dengan ulat krop kubis atau large cabbage heart

caterpillar, termasuk ordo Lepidoptera, famili Pyralidae dan mempunyai daerah

penyebaran di Indonesia. Dada C. binotalis dewasa berwarna hitam, sedangkan perutnya

berwarna coklat kemerahan, panjang tubuhnya kira-kira 1,1 cm. Ngengat aktif pada malam

7

hari. Sayap depan ngengat jantan mempunyai rumbai dari rambut halus yang berwarna

gelap pada bagian tepi-depan (anterior). Panjang tubuh rata-rata untuk serangga jantan 10,4

mm dan serangga betina 9,6 mm. Larva berwarna hijau muda kecoklatan dan terdiri atas

lima instar. Pada bagian sisi dan bagian atas tubuh larva terdapat garis-garis putih

sepanjang tubuhnya. Larva muda bergerombol pada permukaan bawah daun kubis. Larva

“tua” (instar ke-4 dan ke-5) panjangnya kira-kira 2 cm, bersifat malas, dan selalu

menghindari cahaya matahari. Masa larva 11-17 hari dengan rata-rata 14 hari pada suhu

udara 26-33,2 oC (Sastrosiswojo, dkk., 2005: 12).

Larva C. binotalis merusak kubis yang sedang membentuk krop, sehingga daun kubis

berlubang-lubang. Kerusakan ringan berakibat menurunnya kualitas kubis sedang

kerusakan berat menyebabkan tanaman kubis tidak dapat dipanen. Tanaman inang C.

binotalis adalah petsai dan kubis-kubisan. Telurnya diletakkan di balik daun secara

berkelompok, jumlah tiap kelompok sekitar 11 - 18, dan setiap kelompok berisi sekitar 30 -

80 butir telur. Telur berbentuk pipih dan menyerupai genteng rumah, berwarna jernih.

Diameter telur berkisar antara 1-2 mm. Stadium telur berlangsung selama 3 hari (Rina dan

Armein, 2012: 2).

Larva C. binotalis muda bergerombol pada permukaan bawah daun kubis dan

meninggalkan bercak putih pada daun yang dimakan. Larva inster ke-3 sampai ke-5

memencar dan menyerang pucuk tanaman kubis, sehingga menghancurkan titik tumbuh.

Akibatnya, tanaman mati atau batang kubis membentuk cabang dan beberapa krop

berukuran kecil. Serangan hama C. binotalis pada tanaman kubis yang sudah membentuk

krop akan menghancurkan krop atau menurunkan kualitas krop, sehingga kubis tidak laku

dijual (Sastrosiswojo, dkk., 2005: 13-14).

3. Ulat Krop Bergaris (Hellula undalis F.)

Menurut Sivapragasam & Abdul Azis (1992: 75-76) ulat krop bergaris (cabbage

webworm atau striped cabbage heart caterpillar) merupakan salah satu hama penting pada

tanaman kubis dataran rendah. Sayap dengan ngengat berwarna abu-abu, panjang sayap

terentang 14-15 mm dan panjang tubuh 6-7 mm. Pada sayap depan terdapat tanda yang

menyerupai ginjal. Tanda tersebut berwarna lebih gelap pada ngengat betina daripada

serangga jantan. Longevitas ngengat, baik yang jantan maupun yang betina kira-kira 7 hari.

Larva merusak pucuk tanaman dengan jalan mengebor, sehingga menyebabkan

matinya tanaman muda atau mengakibatkan terbentuknya tunas-tunas baru yang tidak laku

dijual. Di lapangan, populasi larva H. undalis yang rendah dapat mengakibatkan

8

kehilangan hasil panen yang besar (Sivapragasam & Abdul Azis dalam Sastrosiswojo,

dkk., 2005: 24-25).

Serangga hama ini dikenal dengan ulat krop bergaris atau striped cabbage heart

caterpillar, termasuk ordo Lepidoptera, famili Pyralidae dan mempunyai daerah

penyebaran di Indonesia. Ngengat H undalis berwarna kelabu dan pada sayap depan

terdapat garis-garis pucat serta titik-titik. Larvanya berwarna kuning kecoklatan dengan

kepala hitam dan pada badannya terdapat enam garis yang memanjang berwarna coklat.

Pupanya di tanah terbungkus kokon, tertutup oleh partikel tanah. Daur hidupnya 23-25 hari

(Nenet, dkk., 2005: 30).

4. Ulat Tanah (Agritis ipsilon)

Serangga hama ini dikenal dengan ulat tanah atau black cutworm, termasuk ordo

Lepidoptera, famili Noctuidae dan mempunyai daerah penyebaran di Indonesia. A. ipsilon

menimbulkan kerusakan pada tanaman muda. Larvanya memotong tanaman muda dengan

stadium larva 19-20 hari. Pupanya berada dalam tanah dengan stadium pupa 11 hari. Daur

hidupnya 6-8 minggu (Lahmuddin, 2004: 4).

Larva A. ipsilon memotong pangkal tanaman dan berada tidak jauh dari tanaman yang

dipotong. Bila dikorek-korek, biasanya ditemukan larva tersebut dekat dengan tanaman

yang diserangnya. Ulat tanah (Agritis ipsilon) menyerang pangkal batang tanaman kubis.

Gejala serangan aktif pada malam hari, menggigit pangkal batang kubis. Pangkal batang

yang digigit akan mudah patah dan mati. Larva yang baru menetas, sehari kemudian juga

dapat mengigit permukaan daun (Nenet, dkk., 2005: 32).

Menurut Sastrosiswojo, dkk. (2005: 5) stadium larva Agritis ipsilon terdiri atas empat

sampai lima instar. Larva instar pertama berwarna kuning sampai kelabu kekuning-

kuningan. Kepala, pronotum, dan ujung abdomen berwarna hitam. Larva dewasa berwarna

coklat tua sampai coklat kehitam-hitaman, biasanya dengan garis coklat pada dua sisi

tubuh dan bercak berwarna coklat muda pada sisi dorsal. Tubuh larva selalu tampak

berkilau. Panjang larva tua sekitar 30-35 mm. Larva aktif pada senja dan malam hari.

Pada siang hari, larva bersembunyi di permukaan tanah di sekitar batang tanaman

muda, pada celah-celah atau bongkahan tanah kering. Pada saat istirahat, posisi tubuh larva

sering melingkar. Ulat tanah dapat berpindah-pindah sampai sejauh 20 m. Masa larva

lamanya 18 hari, dengan larva tua bersifat kanibalistik (saling membunuh). Daur hidup A.

ipsilon dari telur sampai dewasa sekitar 36-42 hari. Lamanya daur hidup A. ipsilon

9

tergantung pada tinggi rendahnya suhu udara, semakin rendah suhu udara semakin lama

daur hidupnya dan sebaliknya (Kalshoven dalam Sastrosiswojo, dkk., 2005: 6).

5. Ulat grayak (Spodoptera litura F.)

Ulat grayak (Spodoptera litura) merupakan salah satu jenis hama penting yang

menyerang tanaman palawija dan sayuran di Indonesia. S. litura bersifat polifag (Trizelia,

dkk., 2011: 46). Ulat grayak atau army worm, termasuk ordo Lepidoptera, merupakan

hama yang menyebabkan kerusakan yang serius pada tanaman budidaya di daerah tropis

dan sub tropis (Alfian, 2009: 41). Telur S litura diletakkan secara berkelompok pada

permukaan bawah daun. Stadium telur 2-8 hari. Larva berwarna keabu-abuan dengan

panjang larva instar akhir 50 mm. Pupa berwarna coklat berada dalam tanah. Stadium pupa

9-10 hari. Ngengat berwarna agak keabu-abuan (Nenet, dkk., 2005: 30).

Ulat grayak (S. litura) menyerang tanaman secara beramai-ramai dalam jumlah yang

sangat banyak. Ciri khas ulat grayak adalah memiliki bintik-bintik segi tiga berwarna

hitam dan bergaris-garis kekuning-kuningan pada sisinya. Siklus hidupnya berlangsung 30

– 61 hari. Kupu-kupunya berwarna agak gelap dengan garis agak putih pada sayap depan.

Telurnya diletakkan secara berkelompok di atas tanaman dan ditutup oleh bulu-bulu

(Rahmat, 2005: 48).

Spodoptera litura merusak tanaman dari stadia larva atau ketika masih menjadi

ulat.Larva yang masih kecil merusak daun dengan meninggalkan sisa-sisa epidermis

bagian atas/transparan dan tinggal tulang-tulang daun saja. Larva instar lanjut merusak

tulang daun dan kadang-kadang menyerang buah. Biasanya larva berada di permukaan

bawah daun menyerang secara serentak berkelompok, serangan berat dapat menyebabkan

tanaman gundul karena daun dan buah habis dimakan ulat. Serangan berat umumnya

terjadi pada musim kemarau (Ellya, dkk., 2011: 6).

6. Ulat Jengkal (Chrysodeixis chalcites Esp.)

Serangga hama ini dikenal dengan ulat jengkal atau green semilooper, termasuk ordo

Lepidoptera, famili Noctuidae dan mempunyai daerah penyebaran di Indonesia. Telur C.

chalcites diletakkan pada daun, berwarna keputihan. Stadium telur 3-4 hari. Larvanya

berwarna hijau dengan stadium larva 14-19 hari. Pupanya di daun dengan stadium 6-11

hari. Ngengat berwarna coklat tua (Nenet, dkk., 2005: 31).

Ciri-ciri ulat jengkal adalah ngengat berwarna gelap dan terdapat bintik-bintik

keemasan berbentuk “Y” pada sayap depan. Telurnya berukuran kecil berwarna keputih-

putihan dan diletakkan secara tunggal ataupun berkelompok pada daun tanaman inang.

10

Larva berwarna hijau dan garis-garis putih di sisinya. Ciri khas ulat jengkal adalah cara

jalannya seperti sedang menjengkal. Daur (siklus) hidup dari telur menjadi kupu-kupu

berlangsung selama 18 – 24 hari (Rahmat, 2005: 44). Gejala serangannya dapat diamati

pada daun kubis yang terserang C. chalcites akan tampak tinggal epidermis dan tulang

daunnya.

Identifikasi Hama Ulat

Menurut Nugroho (2011: 1) identifikasi adalah proses (cara) pemberian nama pada

individu atau sekelompok individu. Penamaan spesies mengacu pada sistem pemberian

nama ilmiah (scientific name) berupa Binominal name, yaitu penggabungan dua kata yang

mencirikan sifat dari individu yang diberi nama.

Melakukan identifikasi hama berarti mengungkapkan atau menetapkan identitas (jati

diri) suatu jenis hama, yang dalam hal ini tidak lain dari pada menentukan nama yang

benar dan tempatnya yang tepat dalam sistem klasifikasi. Untuk istilah identifikasi sering

juga digunakan istilah determinasi (yang diambil dari bahasa Belanda: determinate=

penentuan).

Dasar pemberian nama sebuah organisme menurut Nugroho (2011: 2) dapat dilakukan

dengan dua dasar, yaitu:

1. Dasar ciri tubuh (morfologi, anatomi, fisiologi, dan perilaku)

2. Molekuler (genetika).

Dasar ciri tubuh menjadi dasar yang paling disukai karena lebih murah, meskipun

tidak selalu lebih mudah, dibandingkan dasar molekuler (menggunakan sidik DNA).

Langkah-langkah dalam identifikasi yaitu dengan melakukan pengamatan langsung

terhadap hama yang telah ditemukan berdasarkan ciri-ciri morfologi, seperti panjang

tubuh, bentuk tubuh, dan warna tubuh (Christina, dkk., 2012). Hasil identifikasi hama

berupa ciri-ciri morfologi digunakan untuk mengetahui taksonomi atau klasifikasi hama,

yang dilakukan berdasarkan buku kunci determinasi serangga karangan Christina, dkk.

(2006) dan buku hama dan penyakit tanaman karangan Pracaya (2011).

Poster sebagai Media Pembelajaran

Sudjana dan Rivai (2011: 51) mendefinisikan poster sebagai kombinasi visual dari

rancangan yang kuat, dengan warna, dan pesan dengan maksud untuk menangkap

perhatian orang yang lewat tetapi cukup lama menanamkan gagasan yang berarti di dalam

ingatannya. Sudjana dan Rivai (2011: 54), kemudian menambahkan bahwa pada

prinsipnya poster itu merupakan gagasan yang dicetuskan dalam bentuk ilustrasi gambar

11

yang disederhanakan yang dibuat dalam ukuran besar, bertujuan untuk menarik perhatian,

membujuk, memotivasi atau memperlihatkan pada gagasan pokok, fakta atau peristiwa

tertentu. Poster bertumpu pada luasnya kata-kata untuk menyampaikan gagasan khusus

atau pesan khusus.

Poster dengan media gambar yang memiliki sifat persuasif tinggi akan menampilkan

suatu persoalan (tema) yang menimbulkan perasaan kuat terhadap khalayak. Biasanya

dipasang di tempat umum dan berupa pengumuman atau iklan, sehingga dapat dilihat oleh

banyak orang.

Menurut Nana Sudjana dan Rivai (2011:51), poster yang baik memiliki karakteristik

dinamis dan menonjolkan kualitas. Poster harus sederhana tidak memerlukan pemikiran

bagi pengamat secara terinci, cukup kuat untuk menarik perhatian karena bila tidak akan

hilang kegunaannya.

Desain sebuah poster merupakan perpaduan antara kesederhanaan serta dinamika.

Berbagai warna yang mencolok dan kontras sering kali dipakai dalam poster. Kebanyakan

poster bertumpu pada luasnya kata-kata menyampaikan gagasan khusus atau pesan khusus.

Pada umumnya dipergunakan sedikit kata dan hanya kata-kata kunci yang ditonjolkan

dengan cara menempatkan kedudukan huruf atau besarnya ukuran huruf. Poster-poster

yang efektif pada umumnya enak dipandang walaupun tidak perlu nyata dalam kejadian

yang sangat dramatik seperti perang, keselamatan lalu lintas, bahaya kebakaran dan

semacamnya.

Pendapat lain dikemukakan Arief, dkk (2010:47) bahwa poster yang baik memiliki

karakteristik antara lain: (1) sederhana, (2) menyajikan, (3) berwarna, (4) slogannya

ringkas dan jitu, (5) tulisannya jelas, (6) motif dan disain bervariasi. Poster dapat dibuat di

atas kertas, kain, batang kayu, seng, dan semacamnya. Pemasangannya bisa di kelas, di

luar kelas, di pohon, di tepi jalan, dan di majalah. Ukurannya bermacam-macam,

bergantung kebutuhan. Poster berupa gambar yang menyampaikan suatu pesan atau ide

tertentu, dan dibuat dalam ukuran besar, menggunakan kata-kata efektif, sugestif, dan

mudah diingat, menggunakan variasi bentuk huruf dan variasi warna yang menarik, dan

sederhana, akan mempunyai daya tarik dan daya guna yang maksimal.

Poster memiliki kekuatan dramatik yang begitu tinggi memikat dan menarik perhatian.

Beberapa kegunaan poster menurut Nana Sudjana dan Rivai (2011: 56) antara lain: (1)

sebagai motivasi; (2) sebagai peringatan; (3) sebagai pengalaman yang kreatif. Di pihak

lain poster dapat merangsang anak untuk mempelajari lebih jauh dan atau ingin lebih tahu

12

hakikat dari pesan yang disampaikan melalui poster tersebut. Pesan melalui poster yang

tepat, akan membantu menyadarkan siswa, sehingga diharapkan bisa mengubah

perilakunya dalam praktik sehari-hari, sehingga menjadi kebiasaan. Sebagai alat bantu

mengajar poster memberi kemungkinan belajar kreatif dan partisipasi. Dengan kata lain,

poster memberikan pengalaman baru sehingga menumbuhkan kreativitas siswa dalam cara

belajarnya.

Dari beberapa kegunaan poster yang telah dikemukakan, maka dapat diambil

kesimpulan bahwa poster sebagai sumber belajar Biologi memiliki kegunaan untuk

merangsang siswa mempelajari lebih jauh dan atau ingin lebih tahu hakikat dari jenis-jenis

hama ulat pada tanaman kubis melalui poster. Poster yang disusun berisi jenis hama ulat

pada tanaman kubis yang ditemukan di kebun-kebun di Kecamatan Plaosan Kabupaten

Magetan dan cara identifikasinya akan dapat digunakan sebagai sumber belajar bagi siswa.

Sumber belajar berbentuk poster dapat digunakan sebagai media untuk mempelajari lebih

jauh tentang jenis-jenis hama ulat pada tanaman kubis melalui gambar-gambar informatif

yang menarik dan lebih mudah dipahami siswa.

C. Metode Penelitian

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dengan pengambilan data dilaksanakan di 3 kebun yang berada di tiga desa

Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan, yaitu Desa Ngancar, Desa Dadi, dan Desa

Simolangu. Identifikasi hama dilakukan di Laboratorium Biologi FPMIPA IKIP PGRI

Madiun, Jl. Setiabudi No. 85, Kota Madiun. Identifikasi dilakukan dengan membawa hama

ulat yang diperoleh di kebun Plaosan ke laboratorium Biologi FPMIPA IKIP PGRI

Madiun. Penelitian ini akan dilaksanakan mulai bulan September 2013 sampai dengan

Februari 2014.

Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, menggunakan metode eksplorasi, dengan

mengadakan pengamatan dan identifikasi terhadap jenis hama ulat, ciri morfologi, dan

klasifikasi hama ulat tanaman kubis yang ada di wilayah Plaosan.

Sumber Data

Data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer dalam

penelitian ini berupa data-data hasil pengamatan tentang identifikasi hama ulat pada

tanaman kubis Brassica oleracea L. Data tersebut berupa data ciri-ciri morfologi, meliputi

13

bentuk, ukuran, dan warna tubuh. Data sekunder merupakan data yang sudah diarsipkan,

peneliti tinggal mengakses. Dalam penelitian ini, data sekunder yang digunakan adalah

buku kunci determinasi serangga yang digunakan untuk mengidentifikasi klasifikasi dan

kunci determinasi hama ulat yang ditemukan. Sumber-sumber data yang digunakan dalam

penelitian meliputi hama ulat pada tanaman kubis Brassica oleracea L. Data tersebut

berupa data ciri-ciri morfologi, yang meliputi bentuk, ukuran, dan warna tubuh serta

klasifikasinya dan dibandingkan dengan buku-buku referensi kunci determinasi karangan

Christina, dkk. (2012) dan Pracaya (2011).

Teknik Pengumpulan Data

Sampel penelitian diambil dari 3 kebun tanaman kubis yang masing-masing berlokasi

di Desa Dadi, Desa Simolangu, dan Desa Ngancar Kecamatan Plaosan Kabupaten

Magetan. Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan pertimbangan bahwa pada saat

penelitian di Kecamatan Plaosan hanya di Desa Dadi, Simolangu, dan Ngancar yang masih

ditemukan banyak ditemukan kebun kubis, sedangkan desa-desa lainnya sudah panen.

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan pengambilan hama ulat secara langsung

dari kebun-kebun yang diamati. Pada setiap kebun dilakukan pengambilan sampel dengan

area yang berbeda, misalnya pada pojok, tengah, atau samping area kebun. Pengambilan

sampel pada masing-masing kebun yang diamati dilakukan sebanyak 3 kali dengan

pertimbangan agar memperoleh sampel dengan pasti sesuai kebutuhan identifikasi.

Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan cara observasi dan dokumentasi jenis hama

ulat.

Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara bertahap untuk mendapatkan hama ulat pada tanaman

kubis yang dilakukan dengan alat-alat sebagai berikut:

a. Sarung tangan: untuk menjaga kebersihan telapak tangan dan melindungi tangan dari

infeksi hama ulat yang diteliti.

b. Buku: untuk mencatat hasil penemuan dalam penelitian.

c. Bolpoin: alat untuk menulis hasil dari penelitian hama.

d. Kamera: untuk dokumentasi hasil penemuan yang didapatkan di lapangan.

e. Toples: untuk wadah penemuan hama ulat dalam penelitian, agar dapat diteliti lebih

lanjut.

f. Plastik: untuk wadah penemuan hama ulat sebelum diletakkan dalam toples.

g. Pinset: untuk mengambil hama yang ditemukan.

14

Cara kerja identifikasi hama pada tanaman kubis (Brassica oleracea var. capitata

L) adalah sebagai berikut: hama ulat ditangkap langsung menggunakan tangan dengan

sarung tangan. Hama ulat yang ditemukan diletakkan dalam kantong plastik, dan

dimasukkan dalam toples. Hama ulat yang akan diidentifikasi diambil dari dalam toples

dengan menggunakan pinset, kemudian dari identifikasi dicatat sesuai tabel hama ulat

tanaman kubis yang ditemukan di lapangan.

Teknik Keabsahan Data

Kriteria keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu derajat

kepercayaan (credibility) dan kebergantungan (dependability).

1. Derajat kepercayaan (credibility)

Derajat kepercayaaan dilakukan menggunakan uji kredibilitas data dengan

melakukan pengamatan terhadap hama ulat pada tanaman kubis secara cermat dan

berkesinambungan berdasarkan bentuk morfologi ulat. Tujuan dilakukan cara ini adalah

agar kepastian data akan dapat diperoleh secara pasti dan tepat sesuai pengamatan.

2. Kebergantungan (dependability)

Uji dependability dilakukan dengan mengevaluasi keseluruhan proses penelitian.

Dilakukan dengan penentuan masalah, memasuki lapangan, menentukan sumber data,

melakukan analisis data, menguji keabsahan data, sampai membuat kesimpulan.

Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan data reduction, data display, dan conclusion

drawing/verification.

1. Data Reduction (Data Reduksi)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu

dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data dilakukan dengan memilih hal-hal yang

pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan mengklasifikasikan data ulat yang

ditemukan.

2. Data Display (penyajian data)

Display data bertujuan uuntuk memudahkan dalam memahami apa yang terjadi,

merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Setelah

data/jenis hama terpisah dilakukan indentifikasi terhadap struktur luar dan taksonominya.

3. Conclusion Drawing/verification

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila

tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pada tahap

15

pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap

awal, didukung oleh data-data yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan

mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang

kredibel.

Hasil analisis data tentang jenis-jenis hama ulat pada tanaman kubis yang diteliti

selanjutnya ditampilkan dalam poster. Adapun susunan poster pada penelitian ini meliputi:

1. Hama ulat, yang dideskripsikan dalam bentuk foto dengan ukuran kertas A4 dan

ditempel pada kertas manila dengan warna background hijau muda.

2. Ilustrasi gambar dan keterangan bagian-bagian tubuh ulat

3. Keterangan-keterangan yang berisi ciri-ciri morfologi ulat, kunci determinasi, serta

klasifikasi hama ulat.

Poster Biologi yang berisi hasil identifikasi hama ulat pada tanaman kubis

selanjutnya didesain dengan penampilan yang menarik. Poster yang dikembangkan dalam

penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber belajar bagi siswa kelas VIII semester 2 pada

pelajaran Biologi dengan kompetensi 2.4. Mengidentifikasi hama dan penyakit pada organ

tumbuhan yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.

D. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Penelitian dilakukan di kebun-kebun yang berada di tiga desa Kecamatan Plaosan

Kabupaten Magetan, yaitu Desa Ngancar, Desa Dadi, dan Desa Simolangu.

Berikut adalah tabel hasil pengamatan identifikasi hama ulat pada tanaman kubis

(Brassica oleracea L) di kebun-kebun yang ada di Desa Ngancar, Desa Dadi, dan Desa

Simolangu Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan.

Tabel 1 Beberapa Jenis Hama Tanaman Kubis (Brassica oleracea L) yang Ditemukan di

Kebun Sarangan Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan

No.

Lokasi

Penemuan

Hama

Hama yang ditemukan Jumlah

1. Desa Ngancar Ulat daun/ulat tritip (Plutella xylostella L), ulat krop

(Crocidolomia binotalis), ulat krop bergaris (Hellula

undalis F), ulat grayak (Spodoptera litura F.)

4

2. Desa Dadi Ulat daun/ulat tritip (Plutella xylostella L), ulat krop

(Crocidolomia binotalis), ulat krop bergaris (Hellula

undalis F), ulat grayak (Spodoptera litura F.)

4

3. Desa

Simolangu

Ulat daun/ulat tritip (Plutella xylostella L), ulat krop

(Crocidolomia binotalis), ulat krop bergaris (Hellula

undalis F)

3

16

Hasil identifikasi hama tanaman kubis (Brassica oleracea L) di Desa Ngancar, Desa

Dadi, dan Desa Simolangu Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan, adalah sebagai

berikut.

1. Ulat daun/ulat tritip (Plutella xylostella L)

Preparat 1

A B

Gambar 1. A. Ulat tritip (Plutella xylostella L) (Sumber: hasil observasi, 2013)

B. Sketsa anatomi ulat tritip (Plutella xylostella L)

Keterangan gambar sketsa:

1 : Mulut

2 : Kepala

3 : Abdomen

4 : Proleg

5 : Anus

Ciri-ciri:

a. Tubuh berbentuk silindris, berwarna hijau muda, relatif tidak berbulu, mempunyai

lima pasang proleg.

b. Terdiri atas empat instar. Panjang larva dewasa (instar ke-3 dan 4) kira-kira 1 cm.

Larva lincah dan jika tersentuh akan menjatuhkan diri serta menggantungkan diri

dengan benang halus. Larva jantan dapat dibedakan dari larva betina karena

memiliki sepasang calon testis yang berwarna kuning.

3

4

1

2

5

17

c. Rata-rata lamanya stadium larva instar kesatu 3,7 hari, larva instar kedua 2,1 hari,

larva instar ketiga 2,7 hari, dan larva instar keempat 3,7 hari.

d. Ngengat P. xylostella tidak kuat terbang jauh dan mudah terbawa oleh angin.

Berdasarkan ciri-ciri yang disampaikan, kunci determinasi yang sesuai dengan

ulat tritip (Plutella xylostella L) dapat dilihat dari ngengat P. xylostella dengan ciri-ciri

1(a) ada sayap (pada ngengat), 5(a) Vena anal-3 sayap belakang tidak ada, antenna

berbulu, 4(b) kaki depan normal, 7(a) sayap depan berbentuk segitiga, sayap belakang

dengan vena humeral yang memanjang ke depan atau membengkok, sel diskal atau

membuka atau menutup dengan vena tipis (termasuk ordo Lepidoptera).

Klasifikasi ulat tritip (Plutella xylostella L):

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Class : Insecta

Ordo : Lepidoptera

Family : Plutellidae

Genus : Plutella

Species : Plutella xylostella

(Sumber: Christina, dkk. 2010).

P. xylostella merupakan hama utama tanaman kubis putih dan jenis kubis lainnya

seperti kubis merah, petsai, kubis bunga, kaelan, selada air, sawi jabung, radis, turnip,

dan lain-lain. Selain itu, gulma kubis-kubisan yang juga dapat menjadi inang P.

xylostella adalah Capsella bursapastoris (rumput dompet gembala), Cardamine hirsuta

(rumput selada pahit berbulu), Brassica pachypoda, Nasturtium officinale, dan

Lepidium sp. Biasanya hama P. xylostella merusak tanaman kubis muda. Meskipun

demikian hama P. xylostella seringkali juga merusak tanaman kubis yang sedang

membentuk krop jika tidak terdapat hama pesaingnya, yaitu C. binotalis. Larva P.

xylostella instar ketiga dan keempat makan permukaan bawah daun kubis dan

meninggalkan lapisan epidermis bagian atas. Setelah jaringan daun membesar, lapisan

epidermis pecah, sehingga terjadi lubang-lubang pada daun. Jika tingkat populasi larva

tinggi, akan terjadi kerusakan berat pada tanaman kubis, sehingga yang tinggal hanya

tulang-tulang daun kubis. Serangan P. xylostella yang berat pada tanaman kubis dapat

menggagalkan panen.

18

2. Ulat krop (Crocidolomia binotalis)

Preparat 2

A B

Gambar 2. A. Ulat krop (Crocidolomia binotalis) Sumber: hasil observasi, 2013)

B. Sketsa anatomi ulat krop (Crocidolomia binotalis)

Keterangan gambar sketsa:

1 : Mulut

2 : Kepala

3 : Abdomen

4 : Proleg

5 : Anus

Ciri-ciri:

a. Larva berwarna hijau muda kecoklatan dan terdiri atas lima instar.

b. Pada bagian sisi dan bagian atas tubuh larva terdapat garis-garis putih sepanjang

tubuhnya.

c. Larva muda bergerombol pada permukaan bawah daun kubis. Larva “tua” (instar

ke-4 dan ke-5) panjangnya kira-kira 2 cm, bersifat malas, dan selalu menghindari

cahaya matahari.

d. Masa larva 11-17 hari dengan rata-rata 14 hari pada suhu udara 26 - 33,2 oC.

e. Sering menyerang titik tumbuh sehingga disebut sebagai ulat jantung kubis.

Ulatnya kecil berwarna hijau lebih besar dari ulat tritip, jika sudah besar garis-garis

coklat. Jika diganggu agak malas untuk bergerak. Berbeda dengan ulat tritip yang

telurnya diletakkan secara menyebar, ulat jantung kubis meletakkan telurnya dalam

satu kelompok.

5

4

2

1

3

19

Berdasarkan ciri-ciri yang disampaikan, kunci determinasi yang sesuai dengan

ulat ulat krop (Crocidolomia binotalis) dapat dilihat dari ngengat Crocidolomia

binotalis dengan ciri-ciri 22(a) proboscis (struktur mulut memanjang) absen atau

vestigial, sayap sangat kecil, termasuk ordo Lepidoptera dan famili Pyralidae.

Klasifikasi ulat krop (Crocidolomia binotalis):

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Class : Insecta

Ordo : Lepidoptera

Family : Pyralidae

Genus : Crocidolomia

Species : Crocidolomia binotalis

(Sumber: Christina, dkk. 2010)

Gejala: Larva muda bergerombol pada permukaan bawah daun kubis dan

meninggalkan bercak putih pada daun yang dimakan. Larva inster ke-3 sampai ke-5

memencar dan menyerang pucuk tanaman kubis, sehingga menghancurkan titik

tumbuh. Akibatnya, tanaman mati atau batang kubis membentuk cabang dan beberapa

krop berukuran kecil.

3. Ulat Krop Bergaris (Hellula undalis F.)

Preparat 3

A B

Gambar 4.3. A. Ulat Krop Bergaris (Hellula undalis F.) Sumber: hasil observasi,

2013)

B. Sketsa anatomi ulat krop bergaris (Hellula undalis F.)

Keterangan gambar sketsa:

1 : Mulut

2 : Kepala

3 : Abdomen

4 : Kaki

5 : Anus

1

2

4

5

3

20

Ciri-ciri:

a. Berwarna kuning kecoklatan dengan kepala hitam dan pada badannya terdapat

enam garis yang memanjang berwarna coklat.

b. Pupanya di tanah terbungkus kokon, tertutup oleh partikel tanah.

c. Daur hidupnya 23-25 hari.

Berdasarkan ciri-ciri yang disampaikan, kunci determinasi yang sesuai dengan

ulat krop bergaris (Hellula undalis F.) dapat dilihat dari ngengat Crocidolomia

binotalis dengan ciri-ciri 1(a) ada sayap (pada ngengat), 2(b) antenna dengan beragam

bentuk, tetapi biasanya tidak dengan ujung yang berbentuk bongol, apabila antena

berbentuk bongol biasanya dapat ditemukan frenulum, 5(a) vena anal tiga sayap

belakang tidak ada, 4(b kaki depan normal), a) sayap depan berbentuk segitiga, dan 22

(a) antenna seperti tali dan menebal atau berbentuk bongol pada puncaknya, tidak

mempunyai duri pada sayap belakang (frnulum) tidak ada okeli (kupu-kupu dan

skippers (famili Pyralidae).

Klasifikasi ulat krop bergaris (Hellula undalis F.):

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Class : Insecta

Ordo : Lepidoptera

Family : Pyralidae

Genus : Hellula

Species : Hellula undalis

(Sumber: Christina, dkk. 2010)

4. Ulat grayak (Spodoptera litura F.)

Preparat 4

A B

Gambar 4.4. A. Ulat grayak (Spodoptera litura F.) Sumber: hasil observasi, 2013)

B. Sketsa anatomi ulat grayak (Spodoptera litura F.)

1 2

4

5

3

21

Keterangan gambar sketsa:

1 : Mulut 4 : Kaki

2 : Kepala 5 : Anus

3 : Abdomen

Ciri-ciri:

a. Larva mempunyai warna yang bervariasi, mempunyai kalung/bulan sabit berwarna

hitam pada segmen abdomen yang keempat dan kesepuluh. Pada sisi lateral dorsal

terdapat garis kuning.

b. Ulat yang baru menetas berwarna hijau muda, bagian sisi coklat tua atau hitam

kecoklatan dan hidup berkelompok. Beberapa hari kemudian tergantung

ketersediaan makanan, larva menyebar dengan menggunakan benang sutera dari

mulutnya. Siang hari bersembunyi dalam tanah (tempat yang lembab) dan

menyerang tanaman pada malam hari.

c. Biasanya ulat berpindah ke tanaman lain secara bergerombol dalam jumlah besar.

Warna dan perilaku ulat instar terakhir mirip ulat tanah perbedaan hanya pada tanda

bulan sabit, berwarna hijau gelap dengan garis punggung warna gelap memanjang.

Umur 2 minggu panjang ulat sekitar 5 cm.

Berdasarkan ciri-ciri yang disampaikan, kunci determinasi yang sesuai dengan

ulat krop bergaris (Hellula undalis F.) dapat dilihat dari ngengat Crocidolomia

binotalis dengan ciri-ciri 1(a), 2(b), 5(a), 4(b), 6(b), 7(a) (termasuk ordo Lepidoptera)

dan 16 (a) ukuran sedang, badan gemuk, sayap depan agak sempit, berwarna suram

atau kesan, dikenal secara umum, terbang malam hari dam tertarik pada cahaya (famili

Noctuidae). Ciri yang lebih tepat adalah sc dan r sayap belakang.

Klasifikasi ulat grayak (Spodoptera litura F.)

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Lepidotera

Famili : Noctuidae

Genus : Spodoptera

Spesies : Spodoptera litura

(Sumber: Christina, dkk. 2010)

Gejala: Larva yang masih kecil merusak daun dengan meninggalkan sisa-sisa

epidermis bagian atas/transparan dan tinggal tulang-tulang daun saja. Larva instar

lanjut merusak tulang daun dan kadang-kadang menyerang buah. Biasanya larva

berada di permukaan bawah daun menyerang secara serentak berkelompok, serangan

22

berat dapat menyebabkan tanaman gundul karena daun dan buah habis dimakan ulat.

Serangan berat umumnya terjadi pada musim kemarau.

Hasil identifikasi hama tanaman kubis di atas dirangkum dalam Tabel 4.2. tabel

identifikasi.

Table 2. Tabel untuk Keperluan Identifikasi Hama Ulat Pada Tanaman Kubis

No Phylum Kelas Ordo Family Genus Spesies 1. Arthopoda Insecta Lepidoptera Plutellidae Plutella Plutella xylostella 2. Arthopoda Insecta Lepidoptera Pyralidae Crocidolomia Crocidolomia

binotalis 3. Arthopoda Insecta Lepidoptera Pyralidae Hellula Hellula undalis 4. Arthopoda Insecta Lepidoptera Noctuidae Spodoptera Spodoptera litura

Menurut tabel 4.2. hama ulat tanaman kubis yang ditemukan di kebun kubis Desa

Ngancar, Desa Dadi, dan Desa Simolangu Kecamatan Plaosan Magetan adalah ulat tritip

(Plutella xylostella L), ulat krop (Crocidolomia binotalis), ulat krop bergaris (Hellula

undalis F), dan ulat grayak (Spodoptera litura F.).

B. Media Poster

Hasil analisis data tentang jenis-jenis hama ulat pada tanaman kubis yang diteliti

selanjutnya ditampilkan dalam poster. Adapun susunan poster pada penelitian ini meliputi:

1. Hama ulat, yang dideskripsikan dalam bentuk foto dan ilustrasi gambar bagian-bagian

tubuh hama ulat dengan format poster berukuran A3 dalam kertas foto dengan teknik

digital printing.

2. Keterangan-keterangan yang berisi ciri-ciri morfologi ulat, kunci determinasi, serta

klasifikasi hama ulat.

Berikut deskripsi media poster yang dihasilkan dari penelitian ini, dengan

menampilkan jenis-jenis hama ulat tanaman kubis yang ditemukan di kebun kubis Desa

Ngancar, Desa Dadi, dan Desa Simolangu Kecamatan Plaosan Magetan.

23

Gambar 5. Ilustrasi Media Pembelajaran Poster tentang Hama Ulat pada Tanaman Kubis di

Kebun Kubis Desa Ngancar, Desa Dadi, dan Desa Simolangu Kecamatan

Plaosan Magetan

E. Simpulan dan Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di kebun kubis yang berada di tiga desa

Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan, yaitu Desa Dadi, Desa Simolangu, dan Desa

Ngancar, Plaosan Magetan telah ditemukan beberapa spesies hama ulat tanaman kubis

(Brassica oleracea L), yaitu ulat tritip (Plutella xylostella L), ulat krop (Crocidolomia

binotalis), ulat krop bergaris (Hellula undalis F), dan ulat grayak (Spodoptera litura F.).

Susunan poster pada penelitian ini meliputi: gambar jenis hama ulat, ilustrasi gambar

dan keterangan bagian-bagian tubuh ulat, serta keterangan-keterangan yang berisi ciri-ciri

morfologi ulat, kunci determinasi, serta klasifikasi hama ulat. Poster Biologi yang berisi

hasil identifikasi hama ulat pada tanaman kubis dicetak ke dalam kertas foto ukuran A3

dengan teknik digital printing dengan ukuran 50 x 100 cm dengan didesain dan penampilan

yang menarik. Poster yang dikembangkan dalam penelitian ini dapat dijadikan sebagai

sumber belajar pada mata pelajaran Biologi bagi siswa kelas VIII semester 2.

24

DAFTAR PUSTAKA

Alfian Rusdy. 2009. Efektivitas Ekstrak Nimba dalam Pengendalian Ulat Grayak

(Spodoptera litura F) Pada Tanaman Selada. Jurnal Floratek. 4: 41-54.

Arief S. Sadiman, dkk. 2010. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan

Pemanfaatannya. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Christina Lilies S, Subyanto, Achmad Sulthoni, dan Sri Suharni Siswi. 2012. Kunci

Determinasi Serangga. Yogyakarta: Kanisius.

Dantje T. Sembel. 2012. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Yogyakarta: ANDI.

Departemen Pertanian. 2012. Budidaya Tanaman Kubis. Jakarta: Deptan RI.

Ellya Husnul Salamah, dkk. 2011. Hama-Hama Penting Tanaman Sayuran Famili

Brassicaceae dan Cucurbitaceae. www.LifeToAdventureScience: phytopathology

adventure.com. Diakses September 2013.

Hutabarat dan Evans. 1986. Kunci Identifikasi Plankton. Jakarta: UI.

Lahmuddin Lubis. 2004. Pengendalian Hama Terpadu Pada Tanaman Kubis (Brassica

oleracca) dan Kentang (Solanum tuberosum). Jurnal Biologi. Vol. 1. Nomor 1. hal. 1-

5. www.USU.digitallibrary. Diakses September 2013.

Liliek Mulyaningsih. 2010. Aplikasi Agensia Hayati atau Insektisida dalam Pengendalian

Hama Plutella xylostella Linn dan Crocidolomia binotalis Zell Untuk Peningkatan

Produksi Kubis (Brassica oleracea L.). Media Soerjo. Vol. 7. No. 2. Oktober 2010:

91-111.

Mulyasa, Enco. 2009. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Nana Sudjana dan Achmad Rivai. 2011. Teknologi Pembelajaran. Bandung: Sinar Baru

Algesindo.

Nenet Susniahti, Sumeno, dan Sudarjat. 2005. Bahan Ajar Ilmu Tumbuhan. Bandung:

Universitas Padjajaran.

Ni Wayan Asriani, I Gusti Ngurah Bagus dan Ni Nengah Darmiati. 2013. Keragaman dan

Kepadatan Populasi Predator yang Berasosiasi dengan Hama Penting pada Tanaman

Kubis (Brassica oleracea L.). E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika. Vol. 2. No.3. Juli

2013: 155-164. http://ojs.unud.ac.id. Diakses Oktober 2013.

Nugroho Susetya Putra. 2011. Pengantar Kuliah Identifikasi Hama Tanaman.

www.ilmuserangga.wordpress.com. Diakses September 2013.

Nur Tjahjadi. 2003. Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta: Kanisius.

Pracaya. 2011. Hama dan Penyakit Tanaman Edisi Revisi. Jakarta: Penebar Swadaya.

25

Reny Rahmawati. 2012. Cepat dan Tepat Berantas Hama dan Penyakit Tanaman.

Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Rina Widiana dan Armein Lusi Zeswita. 2012. Kepadatan Populasi Ulat Krop

(Crocidololia binotalis Zell) pada Tanaman Kubis (Brassica oleracea L.) di

Kenagarian Alahan Panjang Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok. Jurnal

Ekotrans. Vol. 12. No. 1. Januari 2012: 1-5.

Rustaman Nuryani, Rahman, Taufik, Nana Syaodih, dan Anna Poedjiadi. 2005. Peran

Praktikum dalam Membekali Kemampuan Generik Pada Calon Guru (Studi Kasus

pada Praktikum Reguler Fisiologi Tumbuhan di LPTK). ejurnal UPI.

http://file.upi.edu/Direktori/SPS/. Diakses September 2013.

Rustaman, Nuryani Y. 2003. Pendidikan Biologi dan Trend Penelitiannya. Artikel Jurusan

Pendidikan Biologi. Tidak Diterbitkan. Bandung: FMIPA UPI.

Sastrosiswojo Sudarwohadi, Tinny S. Uhan, dan Rachmat Sutarya. 2005. Monografi No.

21: Penerapan Teknologi PHT Pada Tanaman Kubis. Bandung: Balai Penelitian

Tanaman Sayuran.

Sivapragasam, A. and Abdul Azis, A. M. 1992. Cabbage Webworm on Crucifers in

Malaysia. Basic Research Division, MARDI. Kuala Lumpur, Malaysia.

Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi.

Cetakan Kedelapan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Trizelia, My Syahrawati, dan Aina Mardiah. 2011. Patogenisitas Beberapa Isolat

Cendawan Entomopatogen Metarhizium spp. terhadap Telur Spodoptera litura

Fabricius (Lepidoptera: Noctuidae). Jurnal Entomol Indonesia. Vol. 8. No. I. April

2011: 45-54.

Widiana, Rina dan Zewita, Armein Lusi. 2012. Kepadatan Populasi Ulat Krop

(Crocidolomia binotalis Zell) pada Tanaman Kubis (Brassica oleracea L.) di

Kenagarian Alahan Panjang Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok. Jurnal

Ekotrans. Vol, 12. No. 1. hal. 1-5.