Jurnal 3
Click here to load reader
-
Upload
keenan-darmawan -
Category
Documents
-
view
27 -
download
1
Transcript of Jurnal 3
![Page 1: Jurnal 3](https://reader037.fdokumen.com/reader037/viewer/2022100313/55cf96da550346d0338e34c4/html5/thumbnails/1.jpg)
Abstrak :
Kami (peneliti) meninjau dari teori “dream work” sebelummnya. Kami juga meninjau penelitian empiris bagaimana mimpi bisa digunakan dalam psikoterapi, serta kami juga mengetahui proses dan hasil dari perbedaan “dream work” para klien. Pada akhirnya, kami menemukan suatu bahan untuk diteliti yaitu bagaimana isi mimpi dapat digunakan untuk memahami klien itu sendiri, peran budayanya, dan terapis.
Teori Dream work
Langkah pertama, kami (peneliti) ingin menggambarkan model “dream work” untuk individu yang berfokus pada psikoanalisis/psikodinamik, kognitif,dll lalu selanjutnya kami menggambarkan model “dream work” secara kelompok.
Dalam jurnal yang diterbitkan oleh Marquette University, peneliti berharap dapat memberikan terapis
informasi mengenai adanya pengetahuan yang berkaitan dengan dream work dalam psikoterapi. Hal ini
didasarkan banyaknya ketidak-nyamanan terapis dalam memberikan terapi pada klien yang
membutuhkan bantuan melalui analisis mimpi. Padahal, seperti yang kita ketahui dalam psikoterapi,
khususnya dalam sudut pandang psikoanalisis, analisis mimpi merupakan salah satu teknik psikoterapi
yang digunakan Sigmund Freud dalam membantu kliennya menghadapi permasalahan hidup. Hal ini
sesuai dengan teori psikoterapi psikoanalisis yang telah dipelajari selama menjalani perkuliahan
psikoterapi semester 6.
Inti yang kami ambil dari jurnal ini adalah jurnal ini mengungkap studi empiric dream work dalam
psikoterapi, mengenai seberapa banyak dream work terjadi dalam psikoterapi serta faktor klien dalam
kesuksesan dream work. Kebanyakan terapis melaporkan bahwa klien mereka kadang – kadang
bermimpi, namun mimpi yang jarang dialami oleh klien menjadi fokus utama dalam terapi. Sebagai
contoh, terapis kognitif di studi Crook dan Hill melaporkan bahwa sekitar 15% dari klien telah berbicara
tentang mimpi dalam satu tahun terakhir dan bahwa 5% dari sesi terapi yang mereka jalani telah
dihabiskan untuk menganalisis mimpi tersebut. Angka tersebut menunjukkan bahwa terapis yang
bekerja pada dream work lebih sukses dalam menangani kliennya daripada terapis yang tidak
menggunakan dream work.
Terapi dream work ini paling memungkinkan untuk diberikan pada klien yang mengalami mimpi buruk
berulang, mengalami depresi, PTSD, atau mengalami gangguan pertumbuhan. Selain itu, klien yang
mendiskusikan masalah mimpinya dengan terapis memiliki kemampuan mengingat mimpi yang lebih
baik, tidak terlalu menekan alam bawah sadarnya, memiliki sikap yang positif dan terbuka untuk
menjalani terapi, dan lebih mudah dalam mengikuti sesi terapi dibandingkan dengan klien yang tidak
![Page 2: Jurnal 3](https://reader037.fdokumen.com/reader037/viewer/2022100313/55cf96da550346d0338e34c4/html5/thumbnails/2.jpg)
mendiskusikan mimpinya selama sesi terapi. Karena hal ini mengindikasikan klien terlalu merepress
masalahnya.