juni2012_2

60
Media Informasi dan Komunikasi TNI AD Volume 32 No. 2 Juni 2012 1 Edisi Juni_OK.indd 1 13/06/2012 10:20:42

Transcript of juni2012_2

  • Media Informasi dan Komunikasi TNI AD

    Volume 32 No. 2 Juni 2012 1

    Edisi Juni_OK.indd 1 13/06/2012 10:20:42

  • Jurnal Yudhagama

    2 Volume 32 No. 2 Juni 2012

    Edisi Juni_OK.indd 2 13/06/2012 10:20:43

  • Vol. 32 No. 2 Juni 2012

    www.tniad.mil.id

    Jurnal

    Media Informasi dan Komunikasi TNI AD

    DAFTAR

    ISI

    Membangun Kemampuan Profesionalitas Prajurit Arhanud Dalam Menyongsong

    Modernisasi Alutsista TNI Angkatan Darat

    12

    Kebijakan Modernisasi Alutsista TNI Dihadapkan Pada Tuntutan Tugas

    18

    36

    49 54

    26

    Upaya Pembinaan Kesegaran Jasmani Prajurit TNI Angkatan Darat dalam Mewujudkan

    Prajurit yang Samapta

    Pengelolaan SDM Berbasis Kompetensi Untuk Mewujudkan Kinerja Prajurit

    TNI Angkatan Darat yang Optimal

    Proses Pelayanan Bantuan Hukum Kepada Prajurit TNI Angkatan Darat

    Beserta Keluarganya

    43

    Dosir Prajurit sebagai Pendukung Kelancaran Sistem Pembinaan Administrasi Prajurit

    Guna Meningkatkan Kualitas Prajurit TNI AD

    Optimalisasi Pelayanan Kesehatan Prajurit TNI AD Guna Memenuhi Derajat

    Kesehatan Prajurit yang Prima

    12

    Peningkatan Pembinaan Mental dan Kejuangan Prajurit Angkatan Darat

    Guna Mewujudkan Militansi Prajurit

    Membangun Tradisi Satuan Untuk Meningkatkan Jiwa Militansi

    Prajurit TNI Angkatan Darat

    Kebijakan Pembinaan Personel TNI AD

    6

    Edisi Juni_OK.indd 3 13/06/2012 10:20:46

  • Jurnal Yudhagama

    4 Volume 32 No. 2 Juni 2012

    Kata Pengantar

    Susunan RedaksiJurnal

    Media Informasi dan Komunikasi TNI AD

    Kata Pengantar

    PELINDUNG : Kepala Staf TNI Angkatan Darat PEMBINA : Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Darat PENASEHAT : Irjenad, Aspam Kasad, Asops Kasad,

    Aspers Kasad, Aslog Kasad, Aster Kasad, Asrena Kasad, Koorsahli Kasad.

    PEMIMPIN REDAKSI : Kolonel Arh Sisriadi

    WAKIL PEMIMPIN REDAKSI : Kolonel Kav Bambang Hartawan, M.Sc.

    DEWAN REDAKSI : Kolonel Arh Erwin Septiansyah, S.IP. Kolonel Caj Drs. Moh. Noor, M.M.

    Kolonel Inf Drs. Zaenal Mutaqim, M.Si.Letkol Arh Heru Sudarminto, S.IP., M.Sc.

    KETUA TIM EDITOR : Kolonel Inf Drs. Andi Suyuti, M.M.

    SEKRETARIS TIM EDITOR : Letkol Caj Drs. M. Yakub

    ANGGOTA TIM EDITOR : Mayor Caj (K) Dra. Sri Indarti,

    Mayor Caj (K) Yeni Triyeni, S.Pd Mayor Inf Dodi Fahrurozi, S.SosMayor Inf Achmad Siswahadi

    Kapten Inf Candra Purnama, S.H.Lettu Caj (K) Besarah Septiana M., S.S.

    DISTRIBUSI : Mayor Inf Ibnu Yudo Prawiro, S.E.

    DESAIN GRAFIS : Serka Enjang

    TATA USAHA : Peltu (K) Ety Mulyati, PNS Suwarno,

    PNS Supriyatno

    REDAKTUR FOTO : Letkol Caj Drs. Asep Kusman

    ALAMAT REDAKSI : Dinas Penerangan TNI Angkatan Darat

    Jl. Veteran No. 5 Jakarta Pusat Tlp. (021) 3456838, 3811260, Fax. (021) 3848300,

    Alamat email : [email protected]

    Puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat bimbingan dan lindungan-Nya, staf redaksi dapat menghadirkan kembali Jurnal Yudhagama Volume 32 Nomor 2 Juni 2012, berisi tulisan-tulisan yang lebih aktual yang dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita.

    Pada edisi kali ini, Jurnal Yudhagama mengangkat topik tentang pembinaan personel TNI Angkatan Darat. Topik tersebut diangkat oleh Mayjen TNI Ali Yusuf Susanto, S.IP. (Mantan Aspers Kasad) dalam tulisan berjudul Kebijakan Pembinaan Personel TNI Angkatan Darat. Pembaca yang budiman, Kementerian Pertahanan RI telah mengadopsi kebijakan pertahanan yang bertumpu pada konsep Minimum Essential Force (MEF). MEF pada dasarnya menuntut tersedianya personel yang kompeten, sebagai sumber keunggulan kompetitif. Dengan demikian, TNI Angkatan Darat pun tentunya perlu melakukan berbagai pembenahan dibidang pembinaan personel agar dapat menerapkan metode pengelolaan personel berbasis kompetensi secara tepat. Topik tersebut diulas Kadispsiad Brigjen TNI Ngurah Sumitra, M.Psi. dalam tulisan berjudul Pengelolaan SDM Berbasis Kompetensi Untuk Mewujudkan Kinerja Prajurit TNI Angkatan Darat yang Optimal. Selain itu, redaksi juga menampilkan tulisan Kadisbintalad Brigjen TNI Djati Pontjo Oesodo, S.Sos. berjudul Peningkatan Pembinaan Mental dan Kejuangan Prajurit Angkatan Darat Guna Mewujudkan Militansi Prajurit. Topik tersebut sengaja kami sajikan untuk membangun, meningkatkan, dan memelihara mental prajurit/PNS TNI Angkatan Darat beserta keluarganya guna terwujudnya keunggulan moral, profesionalisme dan soliditas satuan. Masih ada beberapa topik lainnya yang tak kalah menarik diantaranya, tulisan Kasubdisbinmaptajas Disjasad Letkol Inf Drs. Subagyo berjudul Upaya Pembinaan Kesegaran Jasmani Prajurit TNI Angkatan Darat dalam Mewujudkan Prajurit yang Samapta. Hal tersebut kami angkat kedalam Jurnal Yudhagama edisi Juni kali ini, karena setiap prajurit TNI Angkatan Darat dituntut untuk memiliki kemampuan kesegaran jasmani yang prima dalam

    Edisi Juni_OK.indd 4 13/06/2012 10:20:48

  • Media Informasi dan Komunikasi TNI AD

    Volume 32 No. 2 Juni 2012 5

    Jurnal Yudhagama sebagai media komunikasi internal TNI Angkatan Darat, mengemban misi:

    a. Menyebarluaskan kebijakan Pimpinan TNI Angkatan Darat kepada seluruh prajurit di jajaran TNI Angkatan Darat.b. Memberikan wadah untuk pemikiran-pemikiran yang konstruktif dalam pembinaan TNI Angkatan Darat dan fungsi teknis pembinaan satuan sesuai tugas pokok TNI Angkatan Darat sebagai kekuatan pertahanan negara matra darat.c. Menyediakan sarana komunikasi untuk penjabaran Kemanunggalan TNI-Rakyat.

    Tulisan yang dimuat dalam Jurnal Yudhagama ini merupakan pandangan pribadi penulisnya dan bukan pandangan resmi TNI Angkatan Darat, namun redaksi berhak merubah tulisan (rewrite) tanpa mengubah inti tulisan untuk disesuaikan dengan misi yang diemban Jurnal Yudhagama dan kebijakan Pimpinan TNI Angkatan Darat. Redaksi menerima karangan dari dalam maupun dari luar lingkungan TNI Angkatan Darat, dengan syarat merupakan karangan asli dari penulis. Karangan yang dimuat dalam jurnal ini dapat dikutip seluruh atau sebagian dengan menyebut sumbernya.

    Topik dan judul tulisan diserahkan kepada penulisnya, dengan ketentuan panjang tulisan berkisar sepuluh halaman kertas folio, dengan jarak satu setengah spasi.

    Redaksi

    menghadapi tantangan tugas saat ini dan kedepan. Untuk lebih menambah wawasan dan khasanah pengetahuan pembaca setia Jurnal Yudhagama, Kadisjarahad Brigjen TNI Marsono, S.E. menyumbangkan buah pikirannya tentang tradisi satuan yang diselenggarakan di jajaran Angkatan Darat sebagai upaya pemupukan jiwa korsa satuan, peningkatan motivasi juang prajurit, kehormatan, dan mendorong timbulnya kebanggaan sebagai seorang prajurit. Hal tersebut diungkapkannya dalam tulisan berjudul Membangun Tradisi Satuan Untuk Meningkatkan Jiwa Militansi Prajurit TNI Angkatan Darat. Pembaca Jurnal Yudhagama yang berbahagia, keberhasilan pelaksanaan tugas pokok TNI Angkatan Darat sangat dipengaruhi oleh kualitas prajurit sebagai unsur utama pengawakan organisasi melalui sistem pembinaan administrasi prajurit. Dalam pelaksanaan sistem pembinaan administrasi prajurit tersebut akan berjalan dengan baik apabila didukung dangan data personel

    yang Benar, Lengkap, Absah, dan Mutakhir (BLAM). Topik tersebut terangkum dalam tulisan Dirajenad Brigjen TNI Heri Herawan dalam judul Dosir Prajurit Sebagai Pendukung Kelancaran Sistem Administrasi Prajurit Guna Meningkatkan Kualitas Prajurit TNI AD. Pembaca setia Jurnal Yudhagama, seperti kita ketahui bersama bahwa prajurit TNI merupakan orang-orang terpilih yang memenuhi standard kesehatan meliputi aspek fisik maupun kejiwaannya. Dalam menambah pengetahuan kita tentang pelayanan kesehatan bagi prajurit, Kasubditbinyankes Ditkesad Kolonel Ckm drg. Nurdjamil Sayuti, MARS. menuangkannya dalam tulisan yang berjudul Optimalisasi Pelayanan Kesehatan Prajurit TNI AD Guna Memenuhi Derajat Kesehatan yang Prima. Selain tulisan-tulisan tersebut, redaksi juga memuat tulisan yang berkaitan dengan masalah pelayanan hukum bagi prajurit. Seiring perkembangan dan dinamika kemasyarakatan, kehidupan prajurit tidak terlepas dari situasi

    dan kondisi sosial lingkungannya, sehingga akan berhadapan atau mengalami persoalan hukum yang dapat memengaruhi pelaksanaan tugas. Untuk itu, berkaitan dengan mekanisme atau proses penyelenggaraan bantuan hukum kepada prajurit/PNS TNI Angkatan Darat beserta keluarganya, Dirkumad Brigjen TNI Tisyanto, S.H., M.H. mengulasnya dalam tulisan yang berjudul Proses Pelayanan Bantuan Hukum Kepada Prajurit TNI Angkatan Darat Beserta Keluarganya. Akhirnya, segenap redaksi menyampaikan terima kasih atas sumbangan tulisan baik berupa ide/gagasan maupun konsepsi yang sangat bermanfaat bagi kemajuan TNI Angkatan Darat dimasa yang akan datang. Tak ada gading yang tak retak, redaksi berharap kiranya apa yang disajikan pada edisi kali ini senantiasa dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian.

    Selamat membaca!

    Edisi Juni_OK.indd 5 13/06/2012 10:20:48

  • I. Pendahuluan.

    Sejalan dengan perkembangan dan tuntutan tugas-tugas TNI AD, pada TA 2012 kebijakan pembinaan personel TNI AD diarahkan tetap melanjutkan program-program tahun sebelumnya sesuai dengan tuntutan Reformasi Birokrasi dengan titik berat pada Penataan sistem manajemen Sumber Daya Manusia dan kebijakan Zero Growth of Personnel (ZGP) dalam rangka pembangunan kekuatan pokok minimum atau Minimum Essential Force (MEF). Kebijakan ZGP dihadapkan pada MEF artinya TNI AD harus lebih meningkatkan SDM yang sejalan denganPanca Tunggal Sasaran Pembinaan yaitu pelaksanaan reformasi birokrasi, meningkatkan kesiapan operasional satuan, meningkatkan kualitas SDM, meningkatkan kesejahteraan prajurit dan PNS beserta keluarganya, serta meningkatkan tertib administrasi dan hukum sesuai ketentuan yang berlaku. Untuk mendukung tugas pokok TNI AD, Spersad memiliki visi yaitu Spersad yang profesional, transparan, jujur dan adil serta akuntabel dilandasi moral yang baik dalam pembinaan personel

    TNI AD. Visi ini sangat mulia sehingga diharapkan dapat dipedomani dan diimplementasikan dalam kegiatan pembinaan personel oleh seluruh jajaran pejabat personel TNI AD. Guna memberikan pemahaman tentang pembinaan personel TNI AD kepada seluruh Prajurit TNI AD, pada kesempatan kali ini kami menulis makalah pada Jurnal Yudhagama dengan judul Kebijakan pembinaan personel TNI AD, yang dibatasi pada pokok bahasan tentang Perencanaan Personel dan Pembinaan Karier. Semoga dapat memberikan tambahan wawasan kepada setiap Prajurit/Perwira dijajaran TNI AD.

    II. Pembahasan.

    1. Perencanaan personel.

    a. Penataan sistem manajemen Sumber Daya Manusia. Di dalam Penataan Sistem Manajemen Sumber Daya Manusia Aparatur terdapat 8 (delapan) program yang harus ditindaklanjuti sebagai berikut :

    Pertama ; Penataan sistem rekruitmen personel sehingga terbangun sistem rekruitmen personel yang terbuka, transparan, akuntabel dan berbasis kompetensi.

    Kedua ; Analisis Jabatan, dengan menyediakan uraian jabatan yang mengandung tugas, tanggung jawab dan hasil kerja sebagai bahan penilaian beban kerja satuan dan perorangan.Ketiga ; Evaluasi Jabatan, berdasarkan beban kerjanya sebagai updating kelas jabatan dan pemberian tunjangan kinerja.Keempat ; Penyusunan standar kompetensi jabatan dan tersedianya informasi secara komprehensif dan akurat profil kompetensi individu.Kelima ; Assesment individu berdasarkan kompetensi sebagai bahan pembinaan karier personel.Keenam ; Penerapan sistem penilaian kinerja individu yang obyektif, transparan dan akuntabel dengan indikator kinerja individu yang terukur dan akuntabel.Ketujuh ; Membangun/memperkuat data base personel sehingga tersedia data personel yang mutakhir dan akurat.Kedelapan ; Pengembangan pendidikan dan pelatihan personel berbasis kompetensi.

    b. Penataan kekuatan dan komposisi personel. Penataan kekuatan personel diatur melalui rencana kebutuhan personel jangka panjang dengan menyeimbangkan antara jumlah

    Jurnal Yudhagama

    6 Volume 32 No. 2 Juni 2012

    KEBIJAKAN PEMBINAAN PERSONEL TNI AD

    Oleh : Mayor Jenderal TNI Ali Yusuf Susanto, S.IP., M.M.(Pati Mabes TNI AD/Mantan Aspers Kasad)

    Menyikapi kondisi personel khususnya Perwira yang tidak seimbang dengan ruang jabatan, Pimpinan TNI AD telah mengambil langkah untuk dapat menyalurkan para Perwira yang memiliki kompetensi dan dedikasi yang baik untuk disiapkan dan disalurkan ke instansi non struktural dan BUMN.

    Edisi Juni_OK.indd 6 13/06/2012 10:20:49

  • personel Dikma/Intake dengan jumlah personel yang keluar/pensiun dalam rangka memelihara kekuatan agar tercapai sasaran Zero Growth of Personnel (ZGP) prajurit sejumlah 316.198 orang dan PNS 43.100 orang. Penataan komposisi personel Militer/PNS antar pangkat, golongan, kecabangan atau corps dan sumber prajurit diupayakan dalam rangka mewujudkan kekuatan personel sesuai dengan Minimum Essential Force (MEF). Realiasai untuk mewujudkan Minimum Essential Force (MEF) TNI AD berdasarkan Zero Growth of Personnel (ZGP) melalui penataan kuantitas organisasi dengan pengurangan 20% TOP/DSP satuan yang sudah ada khususnya satuan pendukung operasi, sebagai konsekuensi memenuhi personel pembentukan satuan operasi baru, sedangkan penataan personel secara kualitas melalui pengurangan personel di jabatan tertentu yang jika dihitung berdasarkan beban kerjanya dapat efektif dengan jumlah personel yang minimum, sehingga secara

    organisasi kualitas personelnya meningkat. Pola pengisian personel hasil Dikma diarahkan untuk penataan kekuatan satuan lapangan sebagai prioritas pertama dengan sasaran terpenuhinya dan terpeliharanya kekuatan satuan operasi serta terpenuhinya kekuatan personel Kowil di daerah rawan/perbatasan. Pengisian personel pembentukan satuan baru sesuai pentahapan/ kesiapan pembangunan pangkalan

    c. Penerimaan prajurit TNI AD. Penerimaan prajurit sebagai bagian dari pembinaan personel pada hakikatnya merupakan suatu upaya, pekerjaan dan kegiatan untuk mendapatkan prajurit TNI AD dengan kualitas dan kuantitas yang dibutuhkan guna memenuhi kebutuhan organisasi TNI AD dalam rangka pelaksanaan tugas pokok TNI AD. Guna mewujudkan penerimaan prajurit yang efektif, efisien dan tepat sasaran baik secara kualitatif maupun kuantitatif, maka harus berpedoman pada buku pedoman penerimaan prajurit TNI AD yang telah ada.

    Dalam hal ini Staf Personel AD diharuskan menyediakan personel yang berkualitas dan siap untuk melaksanakan tugas-tugas sebagai prajurit TNI AD. Pada TA 2012 ini Staf Personel AD telah menindaklanjuti Perpers RI Nomor 65 tahun 2011 tentang Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat, khususnya untuk mendapatkan putra daerah sebagai calon prajurit TNI AD baik Perwira, Bintara maupun Tamtama. Untuk mendukung kegiatan tersebut Pimpinan TNI AD telah memerintahkan kepada Pangdam XVII/Cen untuk melaksanakan kegiatan penerimaan parjurit dimulai dari kampanye dan pendataan, pembinaan kepada calon Prajurit hingga pelaksanaan seleksi Tingkat Daerah. Dalam hal ini jajaran Kodam XVII/Cen dari mulai Koramil, Kodim, Korem, Ajenrem, Ajendam dan Instansi terkait berupaya keras untuk mendapatkan calon prajurit sesuai jumlah yang direncanakan oleh Mabes TNI maupun Kemhan. Program lain yang dilaksanakan untuk mendapatkan Calon

    Media Informasi dan Komunikasi TNI AD

    Volume 32 No. 2 Juni 2012 7

    Foto

    Disp

    enad

    Prajurit yang handal diperoleh dari proses penerimaan yang selektif

    Edisi Juni_OK.indd 7 13/06/2012 10:20:49

  • Taruna Akmil TA 2012 yang lebih berkualitas dan berprestasi dilakukan kampanye dan seleksi langsung ke SMA-SMA unggulan di wilayah Kodam III/Slw, IV/Dip, V/Brw dan Jaya dengan melibatkan instansi terkait (Ditajenad, Dispsiad, Disjasad, Pusintelad dan Ajendam). SMA-SMA unggulan yang mendapat kesempatan diseleksi lansung oleh Panitia pusat TA 2012, antara lain : SMA Krida Nusantara Bandung, SMAN 5 dan 8 Bandung, SMA Taruna Nusantara Magelang, SMAN 3 Semarang, SMAN 3 dan 5 Yogyakarta, SMAN 5 Surabaya, SMAN 1 malang, SMAN 8 Jakarta dan SMAN 1 Bogor. Untuk mendukung kegiatan penerimaan prajurit pada TA 2012 secara terbuka dan transparan, pendaftaran calon prajurit dilaksanakan secara online. Calon prajurit yang mengikuti kegiatan seleksi harus Lulus pemeriksaan dan pengujian materi administrasi, kesehatan, jasmani, wawancara, psikologi dan akademik khusus untuk calon Taruna Akmil. Untuk persyaratan tinggi badan Catar Akmil TA 2012, minimal 165 cm serta berijazah SMA program IPA, sedangkan untuk persyaratan tinggi badan calon Bintara PK Pria dan Tamtama PK minimal 165 cm dan untuk Calon Bintara PK Wanita minimal 160 cm.

    2. Pembinaan karier. Kegiatan pembinaan karier personel TNI AD dilaksanakan secara terencana, terarah dan berlanjut, guna memberikan peluang pengembangan karier serta terpenuhinya norma jabatan dan kepangkatan yang tepat bagi personel yang bersangkutan dengan tetap memerhatikan kepentingan dan kebutuhan organisasi. Semua proses pembinaan karier melalui sidang Wanjak, dengan tataran pada golongan Pati dipimpin oleh Kasad, pada goljab IV/Kolonel dipimpin oleh Wakasad, pada goljab V dan VI/Letkol dan Mayor dipimpin oleh Aspers Kasad. Mutasi personel dalam struktur diprioritaskan

    untuk mengisi Kotama (luar pulau Jawa) yang masih kurang personelnya, sedangkan mutasi di luar struktur dilaksanakan secara selektif disesuaikan dengan kompetensinya. Dinamika perkembangan organisasi yang sedemikian cepat kurun waktu 10 tahun terakhir, menjadikan keseimbangan antara intake personel dengan pengakhiran ikatan dinas tidak lagi sesuai dengan format Binkar yang digunakan. Ketidakseimbangan tersebut mengakibatkan organisasi TNI AD memikul beban personel yang berlebihan hingga kurun waktu yang cukup lama. Sebagai gambaran nyata bisa kita ketahui berdasarkan TOP/DSPP TNI AD jumlah jabatan Letnan yang mengawaki sebanyak 13.146 orang, kemudian pada jabatan Kolonel yang mengawaki jumlahnya sebanyak 1.416 orang. Dari perhitungan jumlah personel tersebut secara jelas dapat diketahui bahwa makin tinggi level jabatan makin sedikit personel yang mengawaki, artinya tidak semua perwira akan mencapai posisi puncak (Top Leader). Stagnasi akibat beban personel yang berlebihan disikapi oleh TNI AD dalam hal ini Spersad dengan beberapa langkah diantaranya menyiapkan road map yang jelas dan transparan, menerapkan carrier by design (desain karier) bagi seluruh prajurit agar profesionalitas prajurit dapat

    Jurnal Yudhagama

    8 Volume 32 No. 2 Juni 2012

    Foto

    Disp

    enad

    Foto

    Disp

    enad

    Dibutuhkan prajurit yang terampil untuk mengawaki Alutsista yang canggih

    Pembinaan personel yang baik menghasilkan prajurit yang berkualitas

    Edisi Juni_OK.indd 8 13/06/2012 10:20:51

  • terjaga. Kompetensi yang terdiri dari basic knowledge (pengetahuan dasar), skill (keterampilan), attitude (perilaku) dan Value (tata nilai prajurit) harus ditelusuri dengan benar agar potensi yang terpendam dapat digali untuk mendukung organisasi. Penelusuran potensi untuk mendapatkan orang yang tepat pada jabatan yang tepat dilakukan

    oleh TNI AD berdasarkan hasil psikologi, hasil pendidikan serta bakat dan prestasi prajurit di lapangan. Spersad berupaya menyelenggarakan Binkar secara konsisten, terpadu, terarah, terencana dan terintegrasi dengan baik agar dapat mewujudkan profesionalitas prajurit. Pada jangka panjang, Binkar digunakan pula untuk mencetak

    Kader Pimpinan TNI AD masa depan yang memiliki pengalaman cukup, kematangan sempurna dan ketangguhan yang dibutuhkan untuk menghadapi dinamika perkembangan di masa depan. Proses pematangan tersebut dilakukan dengan giliran penugasan jabatan (Tour of Duty) dan giliran penugasan daerah (Tour of Area). Pada jabatan strategis, pemilihan personel dilaksanakan secara konsisten melalui mekanisme uji kompetensi dan sidang jabatan berdasarkan Perpang TNI Nomor 59/X/2008 tanggal 17 Oktober 2008 tentang Petunjuk Administrasi Penggunaan Prajurit TNI dan berbasis kompetensi jabatan dengan tetap berlandaskan pada penilaian moralitas, dedikasi, loyalitas, akademik, jasmani dan psikologi. Uji kompetensi dilaksanakan secara transparan dan terukur oleh pelaksana yang memiliki kapabilitas untuk melakukan pengujian (Disjasad, Dispsiad, Diskesad dan LKT kesenjataan). Pada saat ini uji kompetensi masih terbatas pada calon Danrem, Danrindam,

    Media Informasi dan Komunikasi TNI AD

    Volume 32 No. 2 Juni 2012 9

    Defile prajurit TNI Angkatan Darat

    Foto

    Disp

    enad

    Foto

    Disp

    enad

    Proses seleksi calon prajurit yang memenuhi persyaratan

    Edisi Juni_OK.indd 9 13/06/2012 10:20:52

  • Danbrigif, Danmen, Danyon, Dandim dan Danden Intel, namun demikian pada masa mendatang dikembangkan kehampir seluruh ruang jabatan. Pada dasarnya seluruh perwira memiliki kesempatan yang sama untuk dapat mengikuti uji kompetensi yang mekanismenya telah diatur mulai dari pemilihan calon pada sidang Wanjak hingga pelaksanaan ujinya dengan memerhatikan beberapa faktor seperti:

    a. Prestasi (ranking pendidikan, penugasan operasi, Dansat terbaik dll).b. Tanda penghargaan Bintang Kartika Eka Paksi Prestasi, Satya Lencana Wira Karya dan Bintang Yudha Dharma Pratama.c. Talent scouting yang lengkap.d. Sosiometri yang baik.

    Agar terjadi keseimbangan kaderisasi dalam organisasi TNI AD, maka jumlah personel pada jabatan strategis perlu diadakan pengaturan yang sesuai. Agar tidak terjadi stagnasi maka Spersad merencanakan pembagian beban yang merata kepada beberapa lulusan per-angkatan. Menyimak kondisi dan permasalahan personel TNI AD, para perwira tidak perlu khawatir menghadapi karier kedepan, karena Spersad tetap melakukan pola pembinaan karier secara terarah, adil, obyektif dan transparan berdasarkan pertimbangan yang telah diuraikan diatas yaitu setiap personel mempunyai kesempatan yang sama dalam mencapai karier yang setinggi-tingginya. Dalam hal ini Spersad tetap mendorong perwira yang baik dan berprestasi untuk dapat maju, sehingga daya dukung aspek personel terhadap organisasi dapat optimal. Menyikapi kondisi personel khususnya Perwira yang tidak seimbang dengan ruang jabatan, Pimpinan TNI AD telah mengambil langkah untuk dapat menyalurkan para Perwira yang memiliki

    kompetensi dan dedikasi yang baik untuk disiapkan dan disalurkan ke instansi non struktural dan BUMN. Bagi Perwira yang akan memilih untuk melanjutkan kariernya di luar TNI AD (second carrier), sesuai petunjuk Pimpinan TNI A, Spersad telah membentuk satu Paban yang khusus akan menangani personel yang memilih second carrier, yaitu Paban V/Sahlur. Paban V/Sahlur akan bertugas menangani pemisahan dan penyaluran prajurit aktif yang memiliki kompetensi dan dedikasi baik yang akan diarahkan ke instansi Non struktural dan BUMN secara

    selektif. Hal ini dilakukan dalam rangka memberi kesempatan untuk mengembangkan karier para perwira TNI AD di luar struktur TNI. Second carrier ini diberikan kepada semua prajurit dengan melalui seleksi yang didasari oleh kompetensi perorangan dihadapkan dengan standar yang ditentukan oleh instansi pengguna.

    3. Beberapa hal tentang pembinaan personel yang perlu mendapat perhatian dari para Komandan Satuan. Pertama : Selalu berupaya

    Jurnal Yudhagama

    10 Volume 32 No. 2 Juni 2012

    Gambar piramida kekuatan personil TNI AD TW I TA 2012.

    Edisi Juni_OK.indd 10 13/06/2012 10:20:52

  • meningkatkan kemampuan diri melalui penambahan bekal ilmu pengetahuan dan teknologi dengan dilandasi disiplin diri yang tinggi dan kemauan yang keras untuk maju.Kedua : Budayakan pemberian reward and punishment secara obyektif dan konsisiten terhadap setiap prajurit, serta dilaksanakan secara proporsional dan terarah. Ketiga : Laksanakan pembinaan mental, moril, jasmani, penanaman

    kesadaran dan penegakan hukum, disiplin dan tata tertib yang harus dilaksanakan secara simultan dalam pembinaan satuan.Keempat : Beri bimbingan dan pembinaan terhadap kesiapan anggota sebagai Caserdik menyangkut aspek kesehatan, akademik dan jasmani dalam mengikuti seleksi pendidikan. Kelima : Dalam penempatan jabatan khususnya Perwira agar berpedoman pada Tour of Area

    (TOA) dan Tour of Duty (TOD) dengan mengutamakan kebutuhan dan kepentingan organisasi.

    III. Demikian tulisan tentang Kebijakan dalam Pembinaan Personel TNI AD ini dibuat dengan harapan dapat bermanfaat bagi kita dalam melanjutkan pengabdian kepada TNI AD yang kita cintai ini. Semoga Tuhan YME senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.

    Media Informasi dan Komunikasi TNI AD

    Volume 32 No. 2 Juni 2012 11

    RIWAYAT HIDUP SINGKAT PENULIS

    I. Data Pokok.

    1. Nama : Ali Yusuf Susanto S.IP., M.M.2. Pangkat/NRP : Mayjen TNI/285543. Tempat/Tgl. Lahir : Malang/16-05-19544. Agama : Islam5. Status : Kawin 6. Sumber Pa/Th : AKABRI/19767. Jabatan : Pati Mabes TNI AD (Mantan Aspers Kasad)

    B. Luar Negeri.

    1. Australia : 19762. Philipina : 19943. RRC : 19974. Australia : 19975. Singapura : 1998 6. Malaysia : 19987. Malaysia : 19998. Thailand : 2002

    II. Pendidikan.

    A. Dikbangum.

    1. AKABRI : 19762. Susstaf Pur : 19873. Seskoad : 19924. Sesko ABRI : 19975. Lemhannas : 2002

    B. Dikbangspes.

    1. Sussarcab Zeni : 19772. Susjurpa Konbangmil : 19813. Sus Bahasa Inggris : 19824. Sus Programmer 370 : 19865. Susanalis Sistem Pullahta : 1987

    III. Riwayat Penugasan.

    A. Dalam Negeri.

    1. Ops Seroja Timtim : 19782. Ops Penyelundupan Timah : 19813. Ops Seroja Timtim : 19844. Ops Mil Observer : 1994

    IV. Riwayat Jabatan.

    1. Danton-1 Kilap-B Yon Zipur-2 2. Dan Kilap-A Yon Zipur-2 3. Dan Kilap-B Yon Zipur-2 4. Dan Kima Yon Zipur-2 5. Kasi-1/Intel Yon Zipur-2 6. Kasi-2/Ops Yon Zipur-2 7. Kasi Opsdik Dispullahtad 8. Panalsispers Dispullahtad 9. Pamen Dispullahtad/Dik 10. Gumil Gol V Pusdikzi 11. Kadep Milum Pusdikzi 12. Danyon Zipur-1 Dam I/BB 13. Pabandya-1/Kompers Paban-II 14. Pabandya-2/Diaga Paban-II Spersad 15. Sespri Kasum ABRI 16. Korspri Wakil Panglima TNI 17. Aster Kasdam III/Slw 18. Paban-1/Ren Spers TNI 19. Pamen Mabes TNI (Dik) 20. Dirbinlem Seskoad 21. Danrem-044/Gapo Dam II/Swj 22. Dirfasjas Ditjen Kuathan 23. Dirmat Dirjen Kuathan 24. Aspers Kasad 25. Pati Mabes TNI AD (dalam rangka pensiun)

    Edisi Juni_OK.indd 11 13/06/2012 10:20:52

  • Jurnal Yudhagama

    12 Volume 32 No. 2 Juni 2012

    Oleh : Brigadir Jenderal TNI Drs. Ngurah Sumitra, M.Psi.(Kadispsiad)

    Sebagai bagian dari program reformasi birokrasi pemerintah, Kementerian Pertahanan RI telah mengadopsi sistem pengelolaan personel berbasis kompetensi, maka mau tidak mau TNI AD harus mengintegrasikannya ke dalam sistem pembinaan personel TNI AD.

    I. PENDAHULUAN.

    Dikaitkan dengan keterbatasan anggaran dan prioritas pembangunan yang diadopsi oleh pemerintah, Kementerian Pertahanan RI telah mengadopsi kebijakan pertahanan yang pada dasarnya bertumpu pada konsep minimum essential force. Dalam konteks TNI AD, hal ini berarti pembentukan tingkat kekuatan minimum TNI AD yang mampu menjamin kepentingan strategis pertahanan aspek darat. Sebagai suatu organisasi yang dibentuk dengan pemahaman manusia yang dipersenjatai, minimum essential force di TNI AD pada dasarnya menuntut tersedianya personel yang kompeten, sebagai sumber keunggulan kompetitif dari organisasi TNI AD. Dalam satu dekade terakhir ini, mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pengelolaan personel, organisasi-organisasi sipil dan militer di berbagai negara, termasuk di Indonesia, telah mengadopsi metoda pengelolaan personel berbasis kompetensi dalam rangka untuk meningkatkan kinerja organisasi mereka. Kementerian Pertahanan Republik Indonesia sendiri, sebagai bagian dari

    PENGELOLAAN SDM BERBASIS KOMPETENSI UNTUK MEWUJUDKAN KINERJA PRAJURIT TNI ANGKATAN DARAT YANG OPTIMAL

    Reformasi Birokrasi Pemerintahan, telah mencanangkan konsep pengembangan personel berbasis kompetensi. Dengan demikian, TNI AD tentunya perlu melakukan berbagai pembenahan di bidang pembinaan personel agar dapat menerapkan metoda pengelolaan personel berbasis kompetensi secara tepat. Melalui implementasi metoda pengelolaan personel berbasis kompetensi yang tepat, diharapkan kedepan kinerja prajurit TNI AD akan dapat menjadi lebih optimal.

    II. PENGELOLAAN PERSONEL BERBASIS KOMPETENSI.

    1. Faktor-Faktor yang berpengaruh terhadap kinerja. Penelitian di bidang pengelolaan personel menunjukkan kinerja seorang individu akan ditentukan oleh empat faktor yaitu, pengalaman, kompetensi teknis (hard skills), kompetensi perilaku (soft skills) dan kepribadian (Pendit, 2007). Pengalaman terkait dengan apa yang telah dikerjakan oleh seseorang, dan dapat diukur melalui analisa riwayat pekerjaan, hasil penilaian kinerja (seperti misalnya Dappen di TNI AD), serta rekam jejak yang dimiliki. Di lain pihak, kompetensi teknis mengacu

    pada apa yang telah diketahui oleh seseorang, dan dapat diukur melalui kualifikasi profesional (misalnya dari serfitikat dan ijazah), maupun melalui test kemampuan atau uji kompetensi. Kompetensi perilaku dan kepribadian, yang lebih terkait dengan aspek psikologi, berhubungan dengan apa yang dapat dilakukan oleh seseorang. Seorang yang memiliki pengalaman dan kualifikasi teknis yang memadai, belum tentu memiliki kinerja yang baik, jika yang bersangkutan tidak mampu menunjukkan perilaku yang mendukung pelaksanaan tugas dan jabatannya. Kompetensi perilaku pada dasarnya dapat diukur melalui apa yang disebut sebagai Assessment Center (di Angkatan Darat dikenal sebagai Program Penilaian Kompetensi Jabatan), maupun melalui penilaian 360 derajat (misalnya penilaian sosiometri di TNI AD). Di lain pihak, kepribadian seseorang pada umumnya lebih banyak diukur melalui kuesioner psikometri maupun alat ukur psikologis lainnya. Dari keempat faktor ini, kepribadian dianggap sebagai pusat dari sumber kinerja yang optimal, dan mempengaruhi seluruh faktor-faktor yang lain. Selain keempat faktor ini, sebenarnya masih ada

    Edisi Juni_OK.indd 12 13/06/2012 10:20:52

  • Media Informasi dan Komunikasi TNI AD

    Volume 32 No. 2 Juni 2012 13

    satu faktor lagi, yaitu kompetensi institutional, yang mencakup nilai-nilai organisasi khas, sehingga dapat ikut memengaruhi kinerja seseorang. Namun demikian, sampai pada hari ini, belum ada alat ukur yang sahih dan diterima secara ilmiah, yang dapat digunakan untuk mengukur seberapa jauh seseorang sudah menjadikan nilai-nilai tertentu sebagai pegangan hidupnya.

    2. Pengembangan kompetensi. Dari sisi pengembangan kompetensi, pada dasarnya pengalaman dapat ditingkatkan dengan pemberian kesempatan di berbagai jabatan, sedangkan kompetensi teknis dapat dikembangkan melalui pendidikan dan latihan yang bertujuan untuk meningkatkan ilmu dan keterampilan. Untuk kompetensi perilaku, program pengembangan yang dapat dilakukan adalah melalui berbagai program pelatihan dan pengembangan individu yang bertujuan untuk merubah perilaku, sedangkan nilai-nilai organisasi yang membentuk kompetensi institusi, dapat ditanamkan melalui indoktrinasi. Namun demikian, kepribadian manusia, baik yang berasal dari sifat bawaan (kepribadian atau IQ), maupun yang dibentuk dari masa lalu, adalah

    sesuatu hal yang relatif menetap dan sulit untuk dirubah (Costa Mcrae, 2004).

    3. Pendekatan berbasis keunggulan. Dari pemahaman tentang kepribadian tersebut, maka para ahli ilmu perilaku telah memformulasi-kan konsep strengths-based approach (pendekatan berbasis keunggulan), yang bertujuan untuk menempatkan seorang individu sesuai dengan kepribadiannya, dan kemudian mengembangkan

    kompetensi dan pengalamannya. Menurut pemikiran ini, adalah lebih bermanfaat untuk mencari kepribadian yang dapat menjadi keunggulan (strength) seseorang, dan kemudian mengembangkan kompetensi yang dapat didukung oleh kepribadian tersebut (Rath & Conchie, 2009). Sebagai contoh, sifat bawaan yang ekstrovert diketahui dapat mendukung kompetensi interpersonal, sehingga individu yang ekstrovert akan lebih mudah untuk dikembangkan dalam jabatan yang membutuhkan interaksi dengan manusia lain. Dalam konteks kompetensi perilaku, maka tujuan utama dalam pengembangan perilaku yang mendukung kinerja yang optimal adalah pemetaan hubungan antara kepribadian yang dapat mendukung kompetensi perilaku yang diharapkan ada di dalam organisasi. Mengingat kepribadian sulit untuk dirubah, maka setelah dilakukan pengukuran kepribadian melalui pemeriksaan psikologi secara klasikal dan didapatkan data psikologi seseorang, selanjutnya dapat dilakukan pengukuran kompetensi perilaku. Kemudian, untuk individu yang memiliki kompetensi perilaku yang kurang memadai, dapat diikutkan dalam

    Edisi Juni_OK.indd 13 13/06/2012 10:20:53

  • Jurnal Yudhagama

    14 Volume 32 No. 2 Juni 2012

    Kompetensi pengembangan prajurit yang profesional

    Foto

    Isti

    mew

    a

    program pengembangan, sehingga dimasa depan yang bersangkutan akan dapat menunjukkan kinerja yang optimal. Sebagai contoh, berdasarkan penelitian, diketahui kompetensi yang terkait dengan fleksibilitas interpersonal sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat bawaan ektroversi dan adaptabilitas, sedangkan kompetensi yang terkait dengan kemampuan berpikir inovatif, dipengaruhi oleh tingkat kecerdasan (IQ) yang dimiliki serta sifat bawaan yang terbuka terhadap pengalaman baru. Oleh karena itu, jika sudah didapatkan individu dengan kepribadian yang mendukung, maka individu tersebut dapat diikutkan dalam program pengembangan kompetensi perilaku yang berhubungan dengan fleksibilitas interpersonal dan berpikir inovatif, sehingga pada akhirnya dapat dihasilkan seorang individu yang luwes bergaul dan inovatif.

    4. Konsep pengelolaan personel berbasis kompetensi di lingkungan militer. Konsep pengelolaan personel berbasis kompetensi adalah merupakan pengintegrasian pengelolaan personel dengan strategi organisasi secara keseluruhan. Hal ini dapat dicapai melalui penyediaan sarana bagi organisasi untuk menilai dan mengembangkan kapasitas sumber daya manusia (human capital) yang dimiliki, dibandingkan dengan kebutuhan untuk mencapai visi, misi dan sasaran organisasi. Konsep ini muncul dari kebutuhan untuk menyelaraskan kemampuan sumber daya manusia dengan tuntutan organisasi di era informasi yang kompleks dan serba cepat, mengingat konsep pengelolaan personel sebelumnya dianggap tidak memadai dan tidak dapat menjawab tantangan perubahan jaman. Konsep ini pada dasarnya mengikuti suatu siklus, yang dimulai dari pemetaan kompetensi, dilanjutkan dengan pengukuran, perencanaan dan pengembangan kompetensi.

    Implementasi dari konsep pengelolaan personel berbasis kompetensi di lingkungan militer, dimulai dari diterbitkannya Field Manual 22-100 Be-Know-Do oleh AD AS di tahun 1999, yang kemudian diadopsi oleh AL, AU dan Marinir AS. Selanjutnya konsep ini diikuti antara lain oleh AD Portugis (2001), AB Australia (2002), AB Kanada (2003), AB Inggris (2004), AB Singapura (2004) dan AB lainnya di berbagai negara. Satu contoh implementasi penerapan di lingkungan militer yang pernah dibahas secara terbuka adalah paparan yang dilakukan oleh AB New Zealand di pertemuan International Military Leadership Association (IMLA) tahun 2007 di Australia. Di mulai dari pemetaaan kompetensi yang terdiri dari kompetensi teknis (Professional Expertise), kompetensi perilaku (Cognitive, Social dan Change Capacities), dan kompetensi institusional (Profesional Ideology), kemudian dilakukan pengukuran kompetensi yang hasilnya diunggah ke sistem informasi personel mereka. Dengan demikian, dapat segera dilihat, kompetensi apa saja yang lemah, dan saran-saran pengembangan apa saja yang dapat diberikan untuk meningkatkan kompetensi seorang perwira tertentu.

    Selanjutnya, wewenang untuk pengembangan kompetensi perilaku biasanya dilaksanakan oleh suatu pusat pengembangan kompetensi, atau pusat pengembangan kepemimpinan. Dapat dikatakan bahwa dalam 10 tahun terakhir ini, AB berbagai negara telah mendirikan pusat pengembangan kepemimpinan berbasis kompetensi, seperti di Singapura, Australia, AS, Inggris, Swiss, dimana satuan-satuan tersebut kemudian di tahun 2005 mendirikan International Military Leadership Association (IMLA). Tugas pokok dari pusat pengembangan kepemimpinan antara lain adalah merumuskan doktrin kepemimpinan berdasarkan peta kompetensi perilaku, menyusun program perubahan perilaku, memberi umpan balik atas hasil pengukuran kompetensi yang dilakukan, serta implementasi program untuk pengembangan kompetensi. Untuk program pengembangan kompetensi itu sendiri pada dasarnya dapat dilakukan dengan dua cara. Untuk kompetensi yang secara umum lemah, dapat dilakukan dalam bentuk pelatihan secara klasikal (class room intervention), sedangkan untuk kompetensi individual, dapat dilakukan pengembangan melalui metoda coaching dan counseling,

    Edisi Juni_OK.indd 14 13/06/2012 10:20:54

  • Media Informasi dan Komunikasi TNI AD

    Volume 32 No. 2 Juni 2012 15

    Kerja sama dengan Australia dalam rangka peningkatan kemampuan prajurit

    Foto

    Disp

    enad

    dengan cara pembuatan rencana pengembangan individu (Individual Development Plan - IDP). Sebagai contoh, para pasis lokal Sekolah Staf dan Komando AB Singapura (Singapore Command And Staff College) harus menyusun IDP sesuai dengan hasil pengukuran kompetensi perilaku mereka, dibandingkan dengan model kompetensi kepemimpinan AB Singapura (SCSC Student Handbook, 2005).

    III. PENGELOLAAN PERSONEL BERBASIS KOMPETENSI DI TNI AD.

    1. Pemilihan jabatan sasaran. Konsepsi pengelolaan personel berbasis kompetensi di TNI AD dapat dimulai dari peta kompetensi suatu jabatan tertentu di lingkungan TNI AD yang dijadikan sebagai jabatan sasaran (target job), karena dianggap strategis dan menentukan di masa depan. Sebagai contoh dapat dipilih jabatan Komandan Batalyon, mengingat di jabatan ini, seorang perwira TNI AD sudah memiliki rekam jejak yang cukup, sehingga sudah dapat dinilai secara lebih obyektif, dan di lain pihak masih relatif cukup muda, sehingga masih lebih mudah dikembangkan kompetensi perilakunya. Jika kompetensi yang dibutuhkan untuk seorang Danyon sudah dapat terpetakan, maka selanjutnya dapat dirancang suatu matriks kompetensi dan metoda pengembangannya. Hal ini mengingat setiap kompetensi menuntut metoda yang khas yang tidak dapat disamakan dengan kompetensi lainnya. Sebagai contoh, untuk kompetensi teknis berada dalam Lapangan Kekuasaan Teknis (LKT) Puscabfung dari masing-masing Korps, sedangkan kompetensi perilaku adalah merupakan LKT Dispsiad. Di lain pihak, bagi kompetensi institusional, untuk yang terkait dengan nilai-nilai TNI AD merupakan tanggung jawab Disbintalad, dan yang terkait dengan kesegaran jasmani, merupakan LKT Disjasad. Untuk kompetensi perilaku itu sendiri,

    setiap sub kompetensi perilaku juga menuntut program pengembangan yang berbeda, sehingga melalui perumusan matriks tersebut, akan dapat terlihat dengan jelas, program pengembangan yang seperti apa yang sebaiknya dilakukan untuk setiap kompetensi perilaku yang lemah.

    2. Program Penilaian Kompetensi Jabatan (PPKJ). Pada saat ini, melalui Dispsiad, di lingkungan TNI AD telah dilakukan program pengukuran kompetensi perilaku melalui apa yang disebut dengan Program Penilaian Kompetensi Jabatan (PPKJ). Metoda pengukuran berbasis kompetensi perilaku, atau Assessment Center (AC) itu sendiri, mulai dikenal di dunia psikologi pada tahun 1930-an dengan ciri alat ukur dan penilai yang beragam (multi exercise and multi rater). Pertama kali dimanfaatkan untuk seleksi calon perwira intellijen oleh tentara Jerman dan Inggris selama PD II. Setelah PD II, British Civil Service menjadi instansi sipil pertama yang menggunakan metoda AC untuk merekrut PNS. Pada tahun 1950-an, American Telephone and Telegraph Company (AT & T) memakainya untuk pertama kali demi kepentingan dunia bisnis, dan sejak itu metode AC digunakan

    berbagai negara di belahan dunia. Di TNI AD, sejak pendiriannya pada 15 juni 1950, Dispsiad sebenarnya sudah menerapkan simulasi lapangan yang diwariskan oleh Leger Psychologiesche Dienst tentara KNIL. Simulasi ini adalah cikal bakal AC yang dikembangkan tentara Jerman di PD II, dan pada awalnya hanya dipakai untuk seleksi calon taruna Akmil. Selanjutnya AC ini juga digunakan untuk seleksi casis Susdanyon. Pada tahun 2004, Dispsiad kemudian merancang konsep pengelolaan personel berbasis kompetensi dengan mempelajari profil kompetensi organisasi sipil dan militer, baik dari dalam dan luar negeri, yang kemudian digunakan untuk menyelenggarakan PPKJ di TNI AD, terutama untuk seleksi Susdanrem, dan dalam kadar tertentu juga untuk seleksi Susdandim, dan secara terbatas seleksi Susdanyon dan Seskoad.

    3. Program pengembangan kompetensi jabatan. Seperti telah dibahas sebelumnya, langkah selanjutnya dalam program pengelolaan personel berbasis kompetensi adalah penyelenggaraan program pengembangan kompetensi, baik kompetensi teknis, perilaku,

    Edisi Juni_OK.indd 15 13/06/2012 10:20:54

  • Jurnal Yudhagama

    16 Volume 32 No. 2 Juni 2012

    Penegakan disiplin harus selalu dilakukan untuk mencegah pelanggaran

    Foto

    Disp

    enad

    maupun institusional. Dalam konteks kompetensi perilaku, maka setelah dilaksanakan PPKJ, maka tentunya diharapkan dapat diselenggarakan program pengembangan kompetensi untuk meningkatkan kompetensi perilaku yang lemah. Dalam konteks TNI AD, berdasarkan hasil PPKJ, bagi perwira yang memenuhi syarat (MS) dan masih memenuhi syarat (MMS), dapat diselenggarakan berbagai program pengembangan kompetensi. Mereka yang mengikuti program ini kemudian dapat menjadi kader yang setiap saat siap ditempatkan di jabatan yang menjadi sasaran. Di lain pihak bagi yang kurang memenuhi syarat (KMS), dapat dikembalikan ke satuan asal, atau dikembangkan untuk karir kedua di luar bidang kemiliteran, misalnya disalurkan ke BUMN atau menjadi wiraswastawan. Namun demikian, sampai dengan saat ini TNI AD belum memiliki program perencanaan dan pengembangan kompetensi perilaku. Personel Dispsiad sebenarnya sudah diberi kesempatan oleh pimpinan TNI AD untuk mengikuti studi banding ke negara lain (AS, Kanada & Australia), dan mengikuti pendidikan di bidang pengembangan kompetensi perilaku (S2). Dispsiad juga sudah menjadi anggota International Military Leadership Association (IMLA). Selain itu, atas ijin pimpinan TNI AD, Dispsiad juga sudah menyelenggarakan berbagai program pengembangan kompetensi perilaku di berbagai instansi pemerintah RI dan BUMN (BKN, Kemendagri, Kemenlu, Kemenkes dan lain-lain). Dengan demikian, pada dasarnya dapat dikatakan Dispsiad sudah memiliki kemampuan dasar yang memadai untuk menyelenggarakan program perencanaan dan pengembangan berbasis kompetensi perilaku di lingkungan TNI AD. Dalam rangka untuk mendukung program pengelolaan personel berbasis kompetensi secara utuh, maka sejak akhir tahun 2011, orgas

    Dispsiad telah divalidasi, sehingga pada saat ini Dispsiad telah memiliki suatu organisasi yang menangani bidang program pengembangan kompetensi, yang disebut dengan Lembaga Pengembangan Kompetensi Psikologi. Selanjutnya setelah perangkat lunak dalam bentuk Bujuk-Bujuk dapat tersusun, kedepan diharapkan melalui Dispsiad, TNI AD juga akan dapat menyelenggarakan berbagai program pengembangan kompetensi perilaku sebagai bagian dari sistem pembinaan personel TNI AD.

    IV. KESIMPULAN DAN SARAN.

    1. Kesimpulan. Metoda pengelolaan personel berbasis kompetensi adalah suatu metoda terkini di bidang ilmu perilaku, yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (human capital) TNI AD dalam rangka mendukung terwujudnya minimum essential force. Mengingat sebagai bagian dari program reformasi birokrasi pemerintah, Kementerian Pertahanan RI telah mengadopsi sistem pengelolaan personel berbasis kompetensi, maka mau tidak mau TNI AD harus mengintegrasikannya ke dalam sistem pembinaan personel TNI AD.

    Secara parsial Dispsiad telah melaksanakan PPKJ Danyon, Dandim dan Danrem. Namun demikian, program ini belum terintegrasi secara utuh ke dalam sistem pembinaan personel TNI AD. Oleh karena itu, dalam rangka mendukung program reformasi birokrasi pemerintah di lingkungan Kementerian Pertahanan, kedepan TNI AD perlu segera merumuskan kembali pelaksanaan program PPKJ secara lebih menyeluruh dan integratif, termasuk perihal penyelenggaraan bidang program pengembangannya.

    2. Saran. Penerapan kembali metoda PPKJ secara lebih utuh dan integratif, sebagai bagian dari sistem pengelolaan personel TNI AD, termasuk program pengembangannya. Dalam hal ini, agar TNI AD memiliki sistem pengkaderan (Succession Planning) yang terukur, pelaksanaan tidak hanya saat dibutuhkan, tetapi setiap tahun dilakukan pengukuran dan pengembangan terhadap para perwira terpilih untuk berbagai jabatan sasaran, sehingga Spersad dapat memiliki bank data kader-kader pimpinan TNI AD masa depan, yang dapat digunakan setiap saat. Demikianlah, tulisan yang masih jauh dari sempurna ini diharapkan

    Edisi Juni_OK.indd 16 13/06/2012 10:20:55

  • Media Informasi dan Komunikasi TNI AD

    Volume 32 No. 2 Juni 2012 17

    RIWAYAT HIDUP SINGKAT PENULIS

    I. Data Pokok.

    1. Nama : Drs. Ngurah Sumitra, M.Psi.2. Pangkat/NRP : Brigjen TNI/320623. Tempat/Tgl. Lahir : Denpasar/27-01-19594. Agama : Hindu 5. Status : Kawin 6. Sumber Pa/Th : Sepawamil/19847. Jabatan : Kadispsiad

    II. Riwayat Pendidikan Militer.

    A. Dikbangum.

    1. Sepawamil : 1984 2. Sekalihpa : 1992 3. Suslapa I : 19934. Suslapa II : 19945. Seskoad : 1999

    B. Dikbangspes.

    1 Suspa Ajen : 19842. Susjurpa Minu : 19903. Sussar Para : 19994. Suskat Manajemen Modern : 2007

    III. Riwayat Penugasan.

    A. Dalam Negeri.

    1. Operasi Seroja Tim-Tim : 1995

    B. Luar Negeri.

    1. Singapura : 19912. Belanda : 20083. Swiss : 20104. Jerman Barat : 2010

    III. Riwayat Jabatan.

    1. Pa Testor Lalek/Klas Dispsiad2. Paursus Siklas Subdispsipers Dispsiad3. Kaurah Sisel Subdispsiper Dispsiad4. Kaurmin Subdispsiops Dispsiad5. Kaurdik Siklas Subdispsipers Dispsiad6. Pgs. Kasisel Subdispsipers Dispsiad7. Kasisel Subdispsipers Dispsiad8. Ps. Kapsi Akmil9. Pamen Akmil10. Kabag Anev Subdispsiteknomil Dispsiad11. Kabagrengar Setdispsiad12. Ps. Kasubdispsiklinik Dispsiad13. Kasubdispsiklinik Dispsiad14. Kasubdispsiops Dispsiad 15. Sekretaris Dispsiad 16. Kadispsiad

    dapat menjadi sumbang saran dalam rangka untuk mengembangkan organisasi TNI-AD yang kita cintai bersama ini.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Badan Kepegawaian Negara (2003). Sistem Operasional Assessment Center bagi Pegawai Negeri Sipil. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Badan Kepegawaian Negara.

    2. Brundrett, M. (2000). The question of competence: The origins, strengths and inadequacies of a leadership training paradigm. School Leadership & Management, 20(3), 353-369.

    3. Costa, P.T., and R.R. McCrae (2004). A Contemplated Revision of the NEO Five-Factor Inventory. Personality and Individual Differences, 36, 587-596.

    4. Garwood, L. (2005). Competency based assessment centre approach for RAF selection. Makalah yang dipresentasikan di konferensi International Military Testing Association (IMTA), Oktober 2005, di Singapura.

    5. Kementerian Pertahanan RI (2012). Reformasi Birokrasi: Peningkatan Manajemen SDM. Diunduh dari http://ropeg.kemhan.go.id/rebiro.php pada tanggal 22 April 2012.

    6. OSS Assessment Staff. (1948). Assessment of men: Selection of personnel for the Office Of Strategic Services. NY: Rinehart & Co.

    7. Pendit, V. (2007). Pemanfaatan Assessment Center dalam berbagai sistem pengelolaan SDM. Makalah yang dipresentasikan pada kongres nasional Assessment Center ke II, 24-26 Juli di Hotel Borobudur Jakarta.

    8. Rath, T. & Conchie, B. (2009). Strengths-Based Leadership. New York: Gallup Press.

    9. Singapore Command and Staff College (2005). Student Handbook. Singapura: SCSC.

    Edisi Juni_OK.indd 17 13/06/2012 10:20:55

  • Jurnal Yudhagama

    18 Volume 32 No. 2 Juni 2012

    Peningkatan Pembinaan Mental Dan Kejuangan Prajurit Angkatan Darat Guna Mewujudkan Militansi Prajurit

    Pembinaan mental sebagai salah satu komponen dari pembinaan sumber daya manusia (personel) harus dilaksanakan secara sistematis, intensif dan berkesinambungan. Karena mental yang tangguh tidak akan hadir dengan sendirinya tetapi perlu adanya pembinaan.

    Oleh : Brigadir Jenderal TNI Djati Pontjo Oesodo, S.Sos (Kadisbintalad)

    I. Pendahuluan.

    Angkatan Darat sebagai bagian integral dari TNI melaksanakan tugas menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, serta melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara wilayah daratan. Tugas tersebut harus dilaksanakan oleh seluruh satuan dan prajurit Angkatan Darat. Ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara yang terjadi saat ini disinyalir lebih bersifat non militer yaitu berupa ideologi, politik, ekonomi dan sosial budaya, sehingga berpengaruh terhadap mental bangsa Indonesia. Konsep manajemen sumber daya manusia memanfaatkan manusia sebagai perhatian dalam pencapaian organisasi. Manajemen sumber daya manusia diarahkan untuk mewujudkan kualitas prajurit, dengan menempatkan prajurit sebagai faktor yang sangat penting untuk diperhatikan. Perkembangan lingkungan strategis yang begitu cepat menuntut Angkatan Darat untuk melaksanakan trasformasi guna mengantisipasi hakekat ancaman dan tantangan tugas

    yang semakin komplek. Untuk melaksanakan tugas Angkatan Darat menghadapi ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara dibutuhkan sumber daya manusia personel prajurit Angkatan Darat yang kompeten dalam arti mempunyai jiwa dan raga yang sehat, jasmani yang samapta, trampil dan profesional dalam kerja dan mental yang tangguh. Mental yang tangguh yaitu kondisi jiwa yang mencerminkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan, moralitas tinggi, nasionalisme yang tinggi dan militansi yang tangguh. Sumber daya manusia Angkatan Darat yang kompeten tidak bisa datang dengan sendirinya, perlu diusahakan melalui pembinaan yang terencana/berkesinambungan bertingkat dan berlanjut serta konsisten. Oleh karena itu diperlukan pembinaan prajurit, PNS dan keluarganya secara terus menerus, guna memantapkan dan meningkatkan kualitas mental dan kejuangan prajurit yang mampu merefleksikan dan mengamalkan Sapta Marga, Delapan Wajib TNI dan Panca Prasetya Korpri serta trampil dalam melaksanakan setiap bentuk penugasan. Begitu pula kondisi mental prajurit perlu dibina melalui pembinaan mental rohani, pembinaan mental ideologi dan pembinaan mental kejuangan, agar

    tercipta prajurit yang beriman dan bertaqwa serta bermoral, nasionalis dan militan.

    II. Kondisi kehidupan Bangsa Indonesia. Ditinjau dari aspek Bintal (Rohani, Ideologi dan Kejuangan) kondisi kehidupan Bangsa Indonesia saat ini (pasca reformasi) dapat dikatakan sangat memprihatinkan. Arus globalisasi dunia telah menimbulkan dampak reformasi yang menuntut perubahan radikal terhadap tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara antara lain dihapuskannya Dwi Fungsi ABRI. Dijelaskan bahwa salah satu tuntutan masyarakat pasca Reformasi adalah penghapusan Dwi Fungsi ABRI, terwujudnya kebebasan pers, diterapkannya HAM, dilaksanakannya demokratisasi dan lain-lain. Sehingga pasca reformasi Indonesia terkenal sebagai negara paling demokratis di dunia, kebebasan pers diberikan seluas-luasnya, sehingga tanpa sensor, Hak Asasi Manusia sangat dijunjung tinggi yang kadang penerapannya melanggar Hak Asasi Manusia (kepentingan umum). Hal tersebut berdampak kepada masyarakat yang belum siap secara mental terhadap kemajuan zaman, sehingga terjadi kondisi sebagai berikut :

    Edisi Juni_OK.indd 18 13/06/2012 10:20:55

  • Media Informasi dan Komunikasi TNI AD

    Volume 32 No. 2 Juni 2012 19

    Pengarahan Kasad kepada prajurit dan PNS Mabesad

    Foto

    Disp

    enad

    Dari aspek Rohani. Ajaran Agama dan nilai-nilai luhur keimanan dan ketakwaan Bangsa Indonesia yang sudah lama meresap dalam sanubari umat beragama sedikit demi sedikit mulai tergerus oleh budaya sekularisme, paham pragmatisme, hedonisme. Masyarakat beragama sebatas formalitas iman saja, ketakwaan untuk menjalankan ibadah dan perintah agama kurang dilaksanakan, sehingga berpengaruh pada sikap dan perilaku yang tidak mencerminkan sebagai orang yang beragama/bermoral serta beretika. Sebagai contoh maraknya KKN dan penyalahgunaan wewenang karena kurangnya penghayatan terhadap nilai agama, sehingga mengambil jalan pintas untuk cepat hidup mewah dengan jalan korupsi. Dalam masyarakat berkembang penyakit masyarakat yang dilarang oleh agama yaitu perjudian, penyalahgunaan narkoba, penyalahgunaan minuman keras, penyelewengan/pencurian, perilaku seks bebas. Telah terjadi pergeseran penilaian terhadap perilaku penyakit masyarakat yang semula dianggap sebagai suatu hal yang tabu, tidak etis, tidak bermoral, tetapi saat ini sebagai suatu hal yang biasa, tidak tabu. Dari aspek Ideologi Pancasila. Ideologi Bangsa Indonesia yaitu Pancasila merupakan ideologi

    yang digali dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang tersusun secara sistematis dan menyeluruh berkaitan dengan dasar, tujuan, cita-cita, kebudayaan, konsepsi dalam berbagai kehidupan dan cara mencapainya, serta sikap dan perilaku yang diperlukan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dimulai dihapusnya P4 melalui TAP MPR No XVIII/1998, BP-7 sebagai penyelenggaraan Pendidikan dan Penataran P4 dibubarkan, juga materi Pancasila dan Sejarah Perjuangan Bangsa dihapus dari kurikulum pendidikan sejak SD sampai Perguruan Tinggi. Akibat dari hal tersebut masyarakat dan anak didik kurang mengenal Pancasila dan nilai-nilai luhur budaya bangsa, sehingga, budaya dan ideologi asing yang bertentangan dengan ideologi dan budaya Bangsa Indonesia tidak mempunyai filter penyaring. Dalam masyarakat dan dunia pendidikan telah berkembang paham neo komunisme, neo kapitalisme, pragmatisme, hedonisme dan isme-isme lain adopsi dari pemikiran barat dan modernisasi. Disamping itu telah berkembang paham-paham ideologi yang mengajarkan doktrin dari suatu pemahaman sempit yang bersifat radikal (Radikalisme) kurang menerima perbedaan yang dalam prakteknya mengunakan

    kekuasaan (anarkisme) dan teror sebagai media perjuangannya. Dari Aspek Kejuangan. Sebagai akibat dari dihapusnya pelajaran sejarah perjuangan bangsa di sekolah SD sampai Perguruan Tinggi, dilain pihak di masyarakat beredar buku-buku sejarah yang saling bertentangan isinya berdampak pada kurangnya atau melunturnya jiwa patriotisme, karena kurangnya pemahaman tentang nilai-nilai kepahlawanan bangsa, yang muncul justru perilaku dan penghormatan terhadap kepahlawanan tokoh film atau kartun fiksi yang dilihat melalui film dan TV serta bacaan majalah, novel, buku dan lain-lain. Hal ini bisa dilihat dari pengetahuan dan pemahaman tentang tokoh-tokoh pahlawan nasional yang sangat minim, mengenal saja tidak sudah pasti tidak akan mewarisi atau melestarikan nilai-nilai luhur yang diwariskan. Padahal para pahlawan telah mewariskan nilai-nilai luhur kehidupan yang dapat dijadikan suri tauladan dan bahan pelajaran hidup yang sangat bermanfaat bagi kelangsungan hidup suatu bangsa.

    III. Kondisi kehidupan personel Angkatan Darat. Globalisasi yang berjalan seiring dengan lajunya derap arus reformasi dan proses pencerahan demokrasi membawa dampak kecenderungan pergeseran tata nilai. Tata nilai yang dulu diagungkan oleh suatu bangsa dan dijadikan pedoman berperilaku menjadi goyah dan semakin kabur yang ditandai dengan sikap materialistis, individualistis dan menurunnya religiusitas. Prajurit Angkatan Darat sebagai komponen dalam kehidupan berbangsa dan bernegara juga tidak terlepas dari pengaruh ini dan jelas merupakan ancaman bagi jati dirinya. Realita sosial sebagai akibat bias reformasi dan proses pembelajaran demokrasi saat ini sudah masuk kedalam tubuh TNI, hal ini terlihat dari fenomena adanya Anggota Angkatan Darat yang kurang memiliki keberanian mempertahankan dan membela

    Edisi Juni_OK.indd 19 13/06/2012 10:20:56

  • Jurnal Yudhagama

    20 Volume 32 No. 2 Juni 2012

    1) Pendapat DR J Cristiadi yang disampaikan pada wawancara dengan Metro TV bulan Oktober 1998.

    2) Rekap Garkumplin tatib yang dilaporkan Spamad dalam laporan Evaluasi Progja TA. 2011.

    Komunikasi antara pemimpin dengan yang dipimpin harus selalu terjalin

    Foto

    Isti

    mew

    a

    nilai-nilai luhur khususnya membela kebenaran, kejujuran, keadilan, supremasi hukum, moralitas yang seharunya melekat dalam jiwa setiap anggota Angkatan Darat. Pengaruh lingkungan juga menimbulkan menurunnya komitmen terhadap profesionalisme prajurit, masih ada anggota atau prajurit Anggatan Darat yang belum dapat menjalankan komitmen terhadap profesionalisme keprajuritan sehingga dalam setiap langkah tindakannya tidak menunjukkan sifat-sifat sebagai seorang profesional dibidangnya. Kurangnya komitmen terhadap profesionalitas juga dapat dilihat dari masih adanya seorang atasan yang belum dapat dijadikan tauladan karena sikap perilakunya belum menunjukkan sikap keteladanan (panutan). Pengamat politik CSIS DR J Kristiadi 1 menyatakan bahwa seorang atasan dapat dikategorikan professional bila memenuhi tiga persyaratan yaitu pertama mempunyai keahlian (Expertise) artinya mempunyai pengetahuan dan keterampilan dibidang tertentu, kedua mempunyai kepedulian sosial (Social Responsibility) yaitu sikap yang menunjukkan tanggung jawab sosial kemasyarakatan, ketiga Coorporations yaitu kompetensi professional berdasarkan standar formal yang ditetapkan (kriteria yang telah disepakati). Ketiga persyaratan tersebut yang membentuk keperwiraan militer sebagai suatu profesi panggilan (bukan bayaran) sehingga orientasi berperilakunya pada nilai pengabdian tidak pada profesi. Kondisi kehidupan masyarakat ditinjau dari aspek bintal sejak reformasi mengalami perubahan kualitas jati diri, hal ini berpengaruh pada kondisi awal anggota Angkatan Darat. Melalui pendidikan dan pembinaan, prajurit Angkatan Darat diupayakan menjadi sumber daya manusia personel yang berkualitas/

    bermutu yang dapat memberikan hasil kerja yang optimal. Namun kenyataan menunjukkan bahwa sebagian besar prajurit Angkatan Darat masih bekerja secara rutin, sangat sedikit yang menunjukkan prestasi yang optimal dan sebagian masih ada yang kurang disiplin dengan melakukan pelanggaran. Diantara pelanggaran yang menonjol antara lain THTI (Tidak Hadir Tanpa Ijin), desersi, Lalin (Pelanggaran Lalulintas), KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga) jumlah personel yang terlibat tindakan atau sikap perilakunya melanggar kalau dijumlah memang belum mencapai 1 % dari jumlah personel. Data pelanggaran yang dilaporkan ke Staf Umum Angkatan Darat tercatat pada tahun 2010 terdapat 1773 kasus melibatkan 2024 personel, sedangkan pada tahun 2011 terdapat 2009 kasus melibatkan 2354 personel.2 IV. Kondisi prajurit yang diharapkan. Prajurit Angkatan Darat sebagai salah satu bagian sumber daya manusia personel yang mengawaki dan pelaksana tugas pokok Angkatan Darat harus mempunyai

    kualitas prima agar tugas pokok dapat terlaksana dengan baik dan hasilnya optimal. Suatu percapaian tugas pokok akan optimal dan sesuai dengan hasil yang diharapkan apabila dilaksanakan oleh prajurit yang profesional, trampil didukung oleh kondisi fisik dan mental yang baik. Pepatah mengatakan bahwa Men sana in corpore sano Didalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat. Antara tubuh dan jiwa saling berpengaruh. Untuk mendapatkan kinerja Angkatan Darat yang berkualitas maka seluruh personel Angkatan Darat khususnya prajurit harus berkualitas. Prajurit yang berkualitas adalah prajurit yang fisik sehat, jiwa sehat, samapta baik, terampil, mampu bekerja dengan tugas dan tanggung jawabnya serta mempunyai kondisi mental yang tangguh. Kondisi mental yang tangguh tercermin dalam sikap dan perilaku yang menunjukan keimanan, ketakwaan kepada Tuhan serta moralitas yang baik, jiwa nasionalisme yang kuat tercermin dari rasa cinta dan setia kepada NKRI, disiplin dan soliditas serta militansi yang kuat tercermin pada keteguhan jiwa untuk konsisten dan komit terhadap jalan hidup pengabdiannya sebagai seorang tentara abdi negara sehingga mempunyai rasa ikhlas dalam melaksanakan tugas, rela

    Edisi Juni_OK.indd 20 13/06/2012 10:20:58

  • Media Informasi dan Komunikasi TNI AD

    Volume 32 No. 2 Juni 2012 21

    Pembinaan rohani merupakan kebutuhan setiap prajurit

    Foto

    Isti

    mew

    a

    berkorban, pantang menyerah, tidak cepat putus asa dan selalu optimis. Cermin dari sikap perilaku seorang abdi negara yang mempunyai semangat :

    1. Semangat tidak mengenal menyerah.

    a. Percaya pada kemampuan dan kekuatan sendiri Sebagai Bhayangkari Negara dan Bangsa Indonesia, prajurit TNI AD harus memiliki rasa percaya diri dalam menghadapi setiap tantangan tugas yang dihadapi dengan terus meningkatkan jiwa korsa dan soliditas TNI AD.

    b. Keyakinan akan kebenaran perjuangan. Setiap bentuk pengabdian kepada bangsa dan negara harus diyakini kebenarannya sebagai amanat Tuhan Yang Maha Esa, amanat kemerdekaan Indonesia dan amanat penderitaan rakyat sebagai insan hamba Tuhan melaksanakan tugas negara adalah sebagai ibadah, sedangkan sebagai warga negara pengabdian kepada bangsa dan negara merupakan suatu kewajiban.

    c. Mengutamakan kewajiban. Setiap tugas yang diberikan kepada prajurit TNI AD merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan dengan tetap berpegang teguh

    pada norma keprajuritan atau mengutamakan keperwiraan dalam melaksanakan tugas serta siap sedia berbakti kepada negara dan bangsa.

    d. Tidak mengenal kompromi. TNI AD harus tetap teguh dan konsisten pada Empat Pilar Kebangsan yang menjadi konsensus Bangsa Indonesia yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika.

    2. Semangat rela berkorban. Tahan uji dalam menghadapi keterbatasan dengan memanfaatkan peluang dari kondisi keterbatasan untuk mencapai suatu keberhasilan.Keunggulan moral merupakan faktor penentu bagi keberhasilan dalam pelaksanaan tugas dengan dilandasi oleh motivasi yang kuat, semangat juang yang tinggi, hubungan atasan dan bawahan yang kondusif. Keperwiraan seorang Perwira yang gagah berani dan seorang pahlawan yang berwatak dan berbudi luhur. Berani tampil kedepan dalam menghadapi setiap permasalahan, mengutamakan tugas dan kewajibannya dari pada kepentingan pribadi dan golongan. Demi menjaga kehormatannya maka seorang Perwira TNI harus bertingkahlaku sesuai kode etik prajurit TNI, yaitu Sapta Marga, Delapan Wajib TNI, serta kode etik Budhi, Bhakti, Wira dan Utama.

    Keperwiraan adalah sifat berani, mahir, percaya pada kekuatan sendiri, rendah hati dan bijaksana. Keperwiraan diwujudkan dalam sikap kejujuran, keteladanan, keadilan, kepedulian dan tanggung jawab.

    V. Upaya mewujudkan militansi prajurit. Dinas Pembinaan Mental Angkatan Darat merupakan salah satu satuan yang mempunyai fungsi khusus yang berkewajiban untuk membangun, meningkatkan dan memelihara mental prajurit, PNS beserta keluarganya guna terwujudnya keunggulan moral, profesionalisme dan soliditas satuan. Bintal sebagai salah satu bagian pembinaan sumber daya manusia dalam bekerja tidak terlepas dengan komponen lain yang telah dilakukan. Kondisi sumber daya manusia prajurit kendatipun telah melalui proses seleksi dalam rangka rekruitmen personil (werving), pendidikan di Lemdik TNI dan pembinaan di satuan, namun kenyataannya mentalitasnya masih perlu ditingkatkan secara signifikan untuk siap secara operasional untuk mengemban tugas negara baik di home base maupun di daerah operasi. Juga bila diamati dari hasil kinerja individual dan kinerja satuan masih banyak yang perlu dibenahi dan ditingkatkan untuk menyongsong tantangan tugas kedepan yang makin kompleks. Kondisi mental prajurit bukanlah suatu kondisi yang berdiri sendiri tetapi berkaitan erat dengan sistem pembinaan dengan personel secara menyeluruh dan sistem pendidikan nasional sebagai basisnya serta pengaruh lingkungan yang dihadapi baik lingkungan satuan maupun masyarakat sekitarnya. Pengaruh terberat terhadap mental prajurit adalah kondisi lingkungan sosial yang sedang berproses saat ini, yang tidak hanya menimpa individu prajurit tetapi juga sistem yang ada. Oleh karena itu menghadapi tantangan tugas

    Edisi Juni_OK.indd 21 13/06/2012 10:20:58

  • Jurnal Yudhagama

    22 Volume 32 No. 2 Juni 2012

    Jam komandan salah satu wujud komunikasi antara atasan dan bawahan

    Foto

    Isti

    mew

    a

    kedepan tiap individu prajurit dituntut memiliki keunggulan mental terutama aspek militansi yang dilandasi oleh keimanan, moralitas, dan jiwa nasionalisme lebih tinggi daripada masa lalu, karena pengaruh lingkungan yang sangat kompleks dan cepat berkembang. Militansi adalah ketangguhan dalam berjuang dengan upaya mampu menghadapi berbagai masalah/kesulitan yang terjadi. Apabila prajurit kurang dipersiapkan mentalnya secara maksimal niscaya mereka tidak mampu bekerja dengan baik dan mampu menjawab tantangan tugas. Oleh sebab itu perlu upaya untuk mewujudkan mental yang tangguh sebagai berikut :

    1. Arah pembinaan mental. Pembinaan mental yang dilakukan kepada prajurit meliputi pembinaan mental rohani, mental ideologi dan mental kejuangan sebagai berikut :

    a. Pembinaan mental rohani. Pembinaan mental rohani diarahkan untuk memelihara dan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta mempertinggi moral/akhlak yang baik dalam hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa, dengan

    sesama manusia, diri pribadi dan lingkungannya. Pendekatan yang dilakukan sesuai dengan ajaran agama yang dianut masing-masing penganut disertai pengembangan sikap toleransi yang positif dan konstruktif antar umat beragama sehingga terwujud sikap perilaku umat beragama yang soleh ditandai dengan : Meningkatnya keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang dinyatakan dalam sikap cinta, tunduk taat kepada Tuhan beserta ajaran dan hukum-hukumnya serta ridho terhadap segala ketentuan-Nya. Meningkatnya amal ibadah yang dilaksanakan dengan tepat waktu dan khusu sebagai wujud keimanan yang mantap. Semakin mantap ketaqwaan seseorang akan berpengaruh pada peningkatan kinerja dalam mengemban amanat Allah berupa tugas yang dipertanggungjawabkan kepada dirinya. Meningkatnya akhlakul karimah (budi pekerti yang luhur atau moralitas), akhlak merupakan cerminan dari iman dan taqwa. Semakin tinggi iman dan taqwa seseorang sehingga semakin baik akhlak atau moralnya. Namun sebaliknya apabila ditemukan orang yang kurang baik akhlak/moralnya boleh jadi orang tersebut belum beriman dan bertaqwa dengan baik dan benar serta beribadah dengan kurang menghayati maknanya atau mungkin motivasinya keliru.

    b. Pembinaan mental ideologi. Pembinaan mental ideologi diarahkan untuk membina pemahaman dan kesadaran berideologi Pancasila anggota TNI AD sebagai insan prajurit yang berjiwa Sapta Marga dan PNS yang memegang teguh Panca Prasetia Korpri. Setiap prajurit TNI AD untuk senantiasa pada koridor nilai-nilai Pancasila. Sapta Marga sebagai kaidah, norma-norma dan nilai-nilai yang mengatur pola pikir, pola sikap dan pola tindak prajurit TNI AD, pada hakekatnya merupakan aktualisasi pengamalan Pancasila. Karena Sapta Marga merupakan implementasi dari Pancasila dalam rangka membentuk TNI AD yang solid, profesional, tangguh, berwawasan kebangsaan dan dicintai rakyat diperlukan prajurit yang mempunyai sosok prajurit Pancasilais. Diharapkan menjadi solusi yang tepat dalam pembinaan ideologi Pancasila kepada prajurit TNI AD, sehingga menghasilkan kondisi mental ideologi prajurit TNI AD yang sesuai dengan perkembangan jaman dan dapat mendukung pelaksanaan tugas.

    c. Pembinaan mental kejuangan. Pembinaan mental kejuangan diarahkan untuk memelihara dan meningkatkan jiwa juang anggota TNI AD berdasarkan nilai-nilai Agama, Pancasila, Sapta Marga serta Sumpah Prajurit serta nilai-nilai kepahlawanan Bangsa Indonesia dalam rangka membentuk prajurit yang militan dalam mengemban tugas demi kejayaan NKRI. Tugas yang dilakukan baik untuk individu, keprajuritan dan kepemimpinan. Pembinaan untuk tugas individual bertujuan untuk menumbuhkan, memelihara dan meningkatkan motivasi dan semangat juang untuk menjadi pribadi yang tangguh, sehingga mampu mencapai cita-cita yang luhur. Terwujud dalam pribadi yang memiliki integritas dan etos kerja yang tinggi, ulet, tangguh, disiplin dan bertanggung jawab. Pembinaan untuk tugas

    Edisi Juni_OK.indd 22 13/06/2012 10:20:59

  • Media Informasi dan Komunikasi TNI AD

    Volume 32 No. 2 Juni 2012 23

    Kondisi moril yang tinggi menunjang pelaksanaan tugas

    Foto

    Disp

    enad

    keprajuritan bertujuan untuk menumbuhkan, memelihara dan meningkatkan motivasi dan semangat juang sebagai bayangkari negara dan Bangsa Indonesia yang tangguh, tanggap, tanggon dan berdisiplin, pantang menyerah rela berkorban jiwa dan raga dalam membela kedaulatan NKRI, keutuhan wilayah serta kedaulatan bangsa dari berbagai gangguan ancaman dan hambatan dari manapun datangnya. Pembinaan untuk tugas kepemimpinan (ditujukan kepada umumnya perwira TNI AD, khususnya perwira yang mendapatkan amanah sebagai pemimpin) bertujuan untuk membekali perwira untuk menjadi pemimpin teladan, adil, dan bertanggung jawab lahir batin atas kepemimpinannya.

    2. Aksi yang harus dilakukan. Kondisi mental prajurit yang tangguh yang tercermin dalam militansinya saat melaksanakan tugas tidak akan datang dengan sendirinya, tetapi merupakan hasil pembinaan yang terprogram dan berkelanjutan, oleh sebab itu perlu upaya nyata untuk mewujudkan kondisi tersebut, antara lain :

    a. Intensifikasi Bintal fungsi komando. Pembinaan mental merupakan tugas dan fungsi komando, setiap komandan satuan bertanggung jawab terhadap pembinaan mental sebagai bagian dari pembinaan sumber daya manusia. Baik atau buruknya mental prajurit yang ada pada satuan, tidak terlepas dari tanggung jawab komandan. Sesuai dengan 11 Azas Kepemimpinan TNI, maka setiap komandan harus mampu melaksanakan prinsip Ing Ngarso Sung Tulodo atau di depan memberikan contoh. Komandan bersikap atau berperilaku menjadi contoh dan tauladan dalam sikap perilaku yang agamis (melaksanakan ajaran agama), nasionalis dan militan. Keteladanan unsur pimpinan sangat berpengaruh terhadap sikap perilaku anggotanya. Penelitian yang dilakukan oleh Disbintalad terhadap keteladanan komandan satuan pada tahun 2000 menunjukkan bahwa hanya 48,2 % komandan satuan yang dinilai oleh prajurit yang dapat dijadikan teladan. Hal ini turun pada penelitian tahun 2005 yang menunjukkan hanya 37

    % prajurit menilai komandannya memberikan tauladan. Penurunan keteladanan Komandan berbanding terbalik dengan naiknya tingkat pelanggaran prajurit. Sejak tahun 2000 pelanggaran prajurit mengalami peningkatan, sehingga pada tahun 2007 Bapak Kasad mencanangkan kebijakan perang terhadap pelanggaran. Sejak dilaksanakannya kebijakan tersebut dan digiatkannya pembinaan mental, maka pelanggaran mulai menurun. Langkah kongkrit peran komandan satuan untuk melaksanakan Bintal fungsi komando antara lain komandan bersikap konsisten dan konsekwen dalam tutur kata dan perbuatan (bersatunya kata dan perbuatan), peduli terhadap kondisi anggota disatuannya dengan cara berkunjung ke rumah anggota dengan mendengar permasalahan anggota, ayomi, bimbing dan arahkan anggota untuk melaksanakan tugas. Aktif dalam kegiatan bersama yang diselenggarakan oleh satuan baik kegiatan keagamaan, olahraga dan sosial.

    Edisi Juni_OK.indd 23 13/06/2012 10:20:59

  • Jurnal Yudhagama

    24 Volume 32 No. 2 Juni 2012

    Kesiapan Alutsista yang memadai dapat meningkatkan jiwa militansi prajurit

    Foto

    Disp

    enad

    Pengarahan dalam rangka menekan pelanggaran

    Foto

    Disp

    enad

    b. Intensifikasi kegiatan Bintal di satuan. Komandan satuan yang melaksanakan tugas dan fungsi bintal sebagai tugas dan fungsi komando akan menegaskan perwira bintal atau perwira personel untuk menggairahkan kegiatan bintal : Bintal Rohani ; dengan jalan menggairahkan kegiatan keagamaan secara rutin disatuan dalam bentuk ceramah agama, pengajian, kegiatan ibadah, merayakan hari besar agama, membentuk kelompok belajar agama untuk keluarga prajurit dengan menyiapkan fasilitas. Pengaturan jadwal waktu ibadah pada saat latihan baik latihan dalam satuan atau latihan luar satuan. Bimbingan pranikah bagi prajurit bujangan dan bimbingan rumah tangga sejahtera bagi yang telah berkeluarga. Bintal Ideologi ; dengan jalan memberikan penyuluhan rutin dengan ceramah tentang Pancasila, Sapta Marga, kebijakan pimpinan TNI khususnya pimpinan Angkatan Darat, pembudayaan sikap disiplin dan taat aturan. Bintal Kejuangan ; dengan jalan memberikan penyuluhan rutin dengan ceramah nilai-nilai kepahlawanan pemutaran film perjuangan, pelatihan mental melalui latihan yang menjunjung tinggi kejujuran, kebersamaan, kerja keras, kepedulian kepada sesama dan lingkungan.

    c. Rehabilitasi mental. Rehabilitasi mental adalah upaya kegiatan dan tindakan untuk memberikan pengarahan prajurit yang melanggar norma yang telah ditentukan agar kembali kepada mentalitas Sapta Marga. Pelaksanaan rehabilitasi dapat dilakukan dengan 3 tingkatan yaitu : Rehabilitasi awal ; melalui pengamatan dan pengawasan perilaku personel serta penerapan pelanggaran sekecil apapun yang terjadi, diberikan program khusus penyembuhan sesuai dengan ajaran agama. Rehabilitasi tingkat primer ; diberikan kepada personel yang dijatuhi hukuman kurungan disel hukuman satuan, diberikan bimbingan agar introspeksi dan

    tobat atas perilaku yang melanggar disiplin. Rehabilitasi tingkat sekunder; diberikan kepada personel yang dikurung dirumah tahanan militer (RTM), diberikan bimbingan agar bertobat tidak mengulangi kesalahannya (perbuatannya), sehingga yang bersangkutan siap setelah keluar dari RTM untuk berdinas kembali dikesatuan atau dikeluarkan dari dinas militer kembali kemasyarakat.

    d. Penerapan semangat zero tolerance (tidak ada toleransi terhadap kesalahan). Menyitir teori Broken windows yang menjelaskan bahwa tidak ada toleransi dalam bentuk dan tingkat apapun terhadap segala jenis kejahatan atau pelanggaran. Untuk mewujudkan prajurit yang bermental tangguh yang dilandasi oleh nilai-nilai agama, menunjukkan nasionalisme dan tercermin dalam sikap militan sebagai seorang prajurit Sapta Marga, maka perlu diterapkan semangat Zero Tolerance, tidak ada toleransi terhadap tindak kejahatan atau pelanggaran sekecil apapun. Setiap kesalahan atau pelanggaran mendapat sanksi sesuai dari tingkat dan derajatnya dengan harapan setiap prajurit dalam bertindak dilaksanakan secara tepat akurat dan cepat. Apabila akan

    Edisi Juni_OK.indd 24 13/06/2012 10:21:01

  • Media Informasi dan Komunikasi TNI AD

    Volume 32 No. 2 Juni 2012 25

    RIWAYAT HIDUP SINGKAT PENULIS

    I. Data Pokok.

    1. Nama : Djati Pontjo Oesodo, S.Sos 2. Pangkat/NRP : Brigjen TNI/296413. Tempat/Tgl. Lahir : Cepu/29-03-1956 4. Agama : Islam5. Status : Kawin 6. Sumber Pa/Th : AKABRI/19837. Jabatan : Kadisbintalad

    II. Riwayat Pendidikan Militer.

    A. Dikbangum.

    1. Akabri 1983 2. Sussarcab If 1982 3. Diklapa II Inf 1993 4. Seskoad 1997 5. Sesko TNI 2003 6. Lemhannas 2009

    B. Dikbangspes.

    1. Sussarpara 19822. Susdankipan 19862. 3. Susdanyonif 1997

    IV. Riwayat Jabatan.

    1. Yonif 126/KC Dam I/BB2. Akmil Magelang 3. Danyonif 323/13/1 Kostrad4. Paspampres5. Dandim 0809 Rem 032/CPYJ Dam V/Brw6. Kasrem 083/BDJ/ Dam V/Brw7. Itjenad8. Dosen Seskoad9. Paban IV/Binwatpers Spersad10. Sekretaris Disbintalad11. Kadisbintalad

    III. Riwayat Penugasan.

    A. Dalam Negeri.

    1. Ops Bhakti II : 1983/19842. Ops Seroja Tim-Tim : 1988-1990

    B. Luar Negeri.

    1. Iran : 1998 2. Inggris : 1998 3. Myanmar : 2000 4. Dilli : 2000 5. Malaysia : 2003 6. Brunei Darussalam : 2009

    melaksanakan suatu perbuatan yang melanggar akan berfikir dua kali karena pasti akan mendapatkan sanksi dari perbuatannya. Apabila hal ini diterapkan kemungkinan akan menurunkan angka pelanggaran prajurit, tidak memberikan tempat / peluang terhadap terjadinya pelanggaran sekecil apapun, karena membiarkan pelanggaran kecil terjadi tanpa adanya pengecekan dan penyelesaian akan membawa kepada pelanggaran yang lebih besar atau kejahatan yang lebih serius. Dengan memberikan tindakan terhadap pelanggaran kecil akan tercipta situasi yang kondusif yang menjadi modal prajurit untuk bekerja lebih cermat dan

    berkelakuan sopan, sehingga dapat diterima oleh lingkungan yang berdampak pada penilaian positif citra TNI. Apabila arah dan aksi yang dilakukan dapat berjalan secara sinergis akan terwujud hasil berupa sikap perilaku Prajurit Angkatan Darat yang bermental tangguh. Mental yang tangguh lebih spesifik tercermin dalam militansinya sebagai seorang prajurit yang dengan ikhlas menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang abdi negara yang harus berfikir, berbuat, bersikap dan bertindak untuk negara.

    VI. Penutup. Pembinaan mental sebagai salah satu komponen dari

    pembinaan sumber daya manusia (personel) harus dilaksanakan secara sistematis, intensif dan berkesinambungan. Karena mental yang tangguh tidak akan hadir dengan sendirinya tetapi perlu adanya pembinaan. Pelaksanaan tugas akan optimal dan mencapai hasil yang diharapkan apabila dikerjakan oleh personel yang unggul yang didalamnya terdapat mental yang tangguh. Untuk memperoleh mental personel yang tangguh perlu dilakukan pembinaan mental rohani, mental ideologi dan mental kejuangan secara sinergis melalui bimbingan penyuluhan, tauladan dengan menerapkan Zero Tolerrance (tidak ada toleransi terhadap pelanggaran sekecil apapun).

    Edisi Juni_OK.indd 25 13/06/2012 10:21:01

  • Jurnal Yudhagama

    26 Volume 32 No. 2 Juni 2012

    UPAYA PEMBINAAN KESEGARAN JASMANI PRAJURIT TNI ANGKATAN DARAT

    DALAM MEWUJUDKAN PRAJURIT YANG SAMAPTA

    Untuk meningkatkan kemampuan fisik prajurit TNI Angkatan Darat diperlukan program yang efektif dan efisien, sehingga setiap satuan di jajaran TNI Angkatan Darat bisa melaksanakan pembinaan fisik secara terprogram

    Oleh : Letnan Kolonel Inf Drs. Subagyo (Kasubdisbinmaptajas Disjasad)

    Keberhasilan pelaksanaan tugas TNI Angkatan Darat sangat tergantung dari kemampuan para prajurit sebagai unsur utama yang mengawaki organisasi tersebut. Sebagai unsur utama, organisasi, setiap prajurit dituntut untuk memiliki kemampuan kesegaran jasmani yang prima dalam mengemban tugas yang dibebankan kepadanya. Seiring dengan perkembangan lingkungan strategis dan tantangan tugas kedepan yang menuntut penyesuaian kualitas prajurit secara terus menerus diperlukan berbagai upaya dalam pembinaan personel untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia TNI Angkatan Darat. Dinas Jasmani Angkatan Darat merupakan salah satu fungsi khusus TNI-AD, Jasmani Militer berperan dalam penyelenggaraan pembinaan bagi prajurit TNI AD yang dilaksanakan melalui pembentukan, peningkatan, pemeliharaan dan pengujian jasmani untuk digunakan pada masa damai, Operasi Militer untuk Perang (OMP) dan Operasi Militer Selain Perang (OMSP). Pembinaan jasmani militer akan mencapai hasil yang baik apabila tujuan dan sasaran memenuhi tuntutan tugas, oleh karena itu sasaran pembinaan

    jasmani dalam pelaksanaanya dilakukan secara sistimatis, terpadu, bertahap, bertingkat dan berlanjut yang meliputi pembinaan Postur tubuh, kesegaran dan ketangkasan jasmani, sehingga dapat bermanfaat bagi prajurit perorangan maupun satuan. Proses perencanaan suatu program latihan, haruslah mengacu kepada prosedur yang terorganisasi dengan baik (well organized), yang metodis dan ilmiah, agar program tersebut dapat membantu prajurit untuk mencapai tingkat kesamaptaan jasmani yang setinggi-tingginya. Perencanaan program atau training plan merupakan alat yang penting bagi pelatih untuk

    bisa melaksanakan program secara Well Organized . Tanpa kemahiran pelatih dalam menyusun suatu program latihan, maka tidak mungkin bisa melaksanakan training secara terorganisasi dengan baik sebab kalau perencanaannya tidak bagus, hasilnya pun tak mungkin bagus. Sebaliknya kalau perencanaannya bagus, hasilnya pun cenderung bagus dan prestasi prajurit akan meningkat. Berdasarkan latar belakang diatas, kemampuan fisik bagi setiap prajurit merupakan faktor penting dan pendukung utama dalam pelaksanaan tugas, demikian pula terhadap kesiapan fisik personel TNI Angkatan Darat yang setiap saat siap digerakkan untuk kepentingan tugas, untuk itu perlu adanya upaya pembinaan jasmani yang benar dan terukur. Agar kemampuan fisik prajurit dapat ditingkatkan perlu dirumuskan atau dibuat program yang dapat dijadikan sebagai pedoman dasar prajurit TNI Angkatan Darat yang dapat dilaksanakan baik secara perorangan maupun satuan. Dibawah ini akan diajukan pertanyaan sebagai persoalan penting, yakni Bagaimana peran Pimpinan satuan TNI Angkatan Darat dalam rangka meningkatkan

    Edisi Juni_OK.indd 26 13/06/2012 10:21:01

  • Media Informasi dan Komunikasi TNI AD

    Volume 32 No. 2 Juni 2012 27

    kemampuan jasmani prajuritnya sehingga terwujudnya prajurit yang Samapta? Dalam membuat program latihan perlu adanya suatu pedoman yang dapat dijadikan dasar dari suatu latihan, sehingga memperoleh hasil yang maksimal,yaitu :

    1. Dosis latihan. Dalam melaksanakan latihan jasmani akan memberikan hasil yang berbeda-beda. Ada yang cepat mencapai sasaran ada pula yang lambat dan ada yang tidak mencapai sasaran bahkan bisa merusak. Dengan adanya hal semacam itu agar latihan yang dilaksanakan tidak sia-sia sangat diperlukan adanya dosis latihan yaitu takaran latihan yang meliputi: Intensitas latihan (berat ringannya) tenaga fisik yang digunakan (diukur dalam kebutuhan O2 dari tubuh), dan Volume latihan (lamanya aktivitas yang dilakukan).

    2. Frekwensi latihan. Latihan dalam dosis yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki akan menghasilkan peningkatan kemampuan, apabila dilakukan secara teratur dan kontinyu. Sebaliknya apabila dilakukan dengan tidak teratur tidak menjamin akan keberhasilan. Untuk mendapatkan kontinyuitas dan keteraturan diperlukan ulangan latihan dalam sirkulasi waktu tertentu yang disebut frekwensi ulang latihan. Selanjutnya aplikasi dalam melaksanakan latihan jasmani perlu dikenal jenis latihan yang akan dilakukan dan diukur berat ringannya (intensitas) yang digunakan untuk disesuaikan, kemudian berapa kali dilakukan dalam 1 minggu atau 1 bulan untuk jenis dan dosis materi latihan yang bersangkutan.

    3. Rumus latihan. Untuk mengetahui apakah seseorang melaksanakan latihan dalam dosis latihan atau di luar dosis dapat dilihat rumus denyut nadi sebagai berikut : Denyut nadi dalam puncak latihan. Denyut nadi maksimal tiap

    perorangan berbeda-beda dan biasanya berdasarkan usia dan dapat diketahui dengan rumus : DM = 220 U U = Usia.DM = Denyut Nadi Maksimal. Denyut nasi maksimal adalah 220 dikurangi usia, dihitung permenit. Dalam prinsip latihan, seseorang tidak dianjurkan atau jangan sampai pada denyut nadi maksimalnya.

    Latihan yang dibenarkan adalah dengan rumus : Bagi yang terlatih:

    DL = 80 s/d 90% dari DM. Bagi yang tidak terlatih :

    DL = 2/3 s/d dari DM.

    Daerah latihan : - VO2 Max = < 35 (rendah) = 70,00% - 77,50 %- VO2 Max = 36-44 (Sedang) = 77,50% - 83,00 %- VO2 Max = > 45 (Baik) = 83,00% - 90,00 %

    Untuk mengetahui tingkat pencapaian latihan yang dilaksanakan oleh para prajurit maka harus terlebih dahulu mengetahui denyut nadi zona latihan masing-masing individu, karena tiap-tiap

    orang akan berbeda. Sebagai contoh cara menghitung denyut nadi latihan. Prajurit A usia 25 tahun nilai VO2Max = 40 cc O2 berada pada daerah latihan 77,5% - 83%. Denyut nadi maksimal :

    - Rumus DN Batas bawah DN = 77,50% x (220 - Umur) = 77,50% x (220 - 25 ) = 151

    - Rumus DN Batas atas DN = 83,00% x (220 - Umur) = 83,00% x (220 25 ) = 162

    Jadi denyut nadi latihan Prajurit A yang cocok adalah antara 151 s.d 162 denyut nadi/menit. Denyut nadi recovery (pemulihan).

    Rumus : DP = 5 < 120 Artinya DP atau denyut nadi pemulihan setelah 5 menit istirahat selesai melakukan latihan harus

    kurang dari 120/menit.

    DP = 10 < 100 Artinya denyut nadi telah 10 menit istirahat/selesai melakukan latihan harus kurang dari 100/menit. Cara mengukurnya adalah dengan menekan pembuluh nadi pada pergelangan tangan pelaku setelah 5 menit atau 10 menit selesai latihan, dihitung dalam 15 atau 30 detik.

    Edisi Juni_OK.indd 27 13/06/2012 10:21:01

  • Jurnal Yudhagama

    28 Volume 32 No. 2 Juni 2012

    -----------------------------------------------------------------------------------

    Periode Periode Periode Pemanasan Pendinginan Peregangan Latihan inti Peregangan(Warming up) (Work out) (Colling down) 5 10 menit 20 60 menit 5-10 menit

    Tahap I * latihan kekuatan Tahap III Menaikan * latihan kecepatan menurunkan DN DN Perlahan * latihan daya tahan sampai 60% dariSampai Daerah Latihan kardiorespirasi DN Maksimum Latihan Tahap II Mencapai dan mempertahankan sampai pada batas waktu latihan pada daerah latihan (zone training)

    0 mnt 10 mnt 20 mnt 30 mnt 40 mnt 50 mn 60 mnt Lama latihan dalam menit (minute of exercise)

    Gerak ritmis Peregangan

    Daerah Latihan(Zone Trainning 70% - 90% )

    Latihan dalam dosis dengan rumus :DP = 100 s/d 120 menit Jadi denyut nadi pemulihan setelah 5 menit selesai latihan berkisar antara 100/menit s/d 120/menit.

    Program latihan pembinaan jasmani militer dirancang untuk jangka waktu satu tahun (annual plan). Dalam menyusun suatu program latihan tahunan yang terbagi dalam 2 (dua) periodik harus dirancang sedemikian rupa sehingga kemampuan fisik, postur dan ketangkasan prajurit menunjukkan perkembangan yang progresif. Karakteristik aspek-aspek latihan di setiap tahun umumnya sama. Dasar penerapan Perencanaan Program adalah keberhasilan penyelenggaraan pembinaan jasmani sangat ditentukan oleh beberapa faktor antara Komandan satuan (fungsi komando), kemampuan pelatih dalam mengoperasionalkan program latihan dan sarana prasarana yang tersedia serta kondisi daerah setempat yang meliputi keadaan geografi, demografi dan kondisi sosial prajurit. Keadaan geografi wilayah NKRI dengan berbagai kondisi alam yang berbeda dan bervariasi seperti daerah pegunungan dan hutan, daerah pantai atau pesisir serta daerah rawa dan sungai sangat berpengaruh dalam menentukan macam dan jenis latihan yang disesuaikan dengan tugas. Kalender program latihan merupakan alat atau pegangan bagi pelatih untuk dijadikan pedoman dalam merencanakan latihan selama satu tahun yang terbagi dalam program latihan periodik. Agar program tersebut bermanfaat bagi pembinaan prajurit, maka perencanaan program latihan harus didasarkan pada konsep siklus pembinaan kesamaptaan jasmani perorangan dan satuan, periodisasi / sistimatika latihan dan prinsip-prinsip latihan. Siklus pembinaan kesamaptaan jasmani yaitu program latihan tahunan yang terurai dalam

    program periodik biasanya dibagi-bagi dalam sejumlah tahap latihan yaitu pembentukan atau pemula, peningkatan dan pemeliharaan yang dibagi lagi dalam siklus makro (bulanan), mikro (mingguan) dan sesi-sesi latihan harian (mio) bisa satu sesi atau dua sesi sehari, ......