junal

5
RESUME JURNAL NYERI DADA ANGINA PEKTORIS Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknologi Informasi Dosen Pembimbing : Ns. Reni Sulung Utami, S.kep.,MSc Disusun Oleh: Nama : Ali Iksan Adi Saputro NIM : 22020114140109 Kelas : A.14.1 JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2015

description

gadar

Transcript of junal

Page 1: junal

RESUME JURNALNYERI DADA ANGINA PEKTORIS

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknologi Informasi

Dosen Pembimbing :Ns. Reni Sulung Utami, S.kep.,MSc

Disusun Oleh:

Nama : Ali Iksan Adi SaputroNIM : 22020114140109Kelas : A.14.1

JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGOROSEMARANG

2015

Page 2: junal

Nyeri dada merupakan salah satu keluhan yang paling banyak dijumpai pada ruang perawatan akut. Di Eropa, Prevalensi nyeri dada atau ketidaknyamanan dada bervariasi di berbagai bagian negara. Sebagian besar orang di masyarakat telah dilaporkan menderita beberapa jenis ketidaknyamanan dada. Dalam sebuah penelitian di Inggris dari 7735 laki-laki, angina pectoris atau riwayat kemungkinan infark miokard akut (IMA) dilaporkan sebesar 14% dan lebih lanjut sebesar 24% menderita nyeri dada atipikal.1 Pengalaman sakit jantung di Indonesia menurut gejala (angina pectoris) dilaporkan oleh 51 per 1000 penduduk umur >15 tahun dan 93% diantaranya tidak tercakup oleh sistem pelayanan kesehatan.2

Pengaruh respon menelpon ambulans dan kecepatan kedatangan ambulans sangat penting dalam mengkaji dan menangani pasien dengan nyeri dada. Beberapa pengaruhnya antara lain : membenarkan TTV, menstabilkan kondisi, mendiagnostik, memulai pengobatan untuk meredakan gejala, mencegah perkembangan komplikasi dan kerusakan organ permanen. Sedangkan Penggunaan EKG sebelum masuk rumah sakit telah terbukti mengurangi waktu tunda di rumah sakit sehingga selanjutnya dapat digunakan untuk memulai berbagai perawatan di rumah sakit dengan tujuan untuk mencegah infark miokard.1

Salah satu bentuk nyeri dada yang paling sering ditemukan adalah angina pektoris.3

Angina pektoris adalah nyeri dada atau rasa tidak nyaman di dada yang terjadi karena otot jantung tidak mendapatkan cukup oksigen dan merupakan gejala penyakit jantung koroner yang paling banyak terjadi.3 Angina pektoris merupakan gejala penyakit jantung koroner dan dapat bersifat progresif serta menyebabkan kematian, sehingga jenis nyeri dada ini memerlukan pemeriksaan yang lebih lanjut dan penangannan yang serius. Agar diagnosa lebih cepat diarahkan, maka perlu juga lebih dulu mengenal jenis nyeri dada yang disebabkan oleh berbagai penyakit lain.4 Penyebab dari nyeri dada yang lain meliputi : nyeri kerena muskuloskeletal, gangguan kecemasan dan panik, gastroesofageal, nyeri kardiak iskemik, kolik bilier, pneumotoraks, pneumonia, perikarditis, emboli paru, diseksi aorta, ruptur esofagus.3

Ada 3 dasar jenis angina yaitu angina stabil, angina tak stabil dan angina variant.4

Angina pektoris stabil adalah keadaan yang ditandai oleh adanya suatu ketidaknyamanan (jarang digambarkan sebagai nyeri) di dada atau lengan yang sulit dilokalisasi dan dalam, berhubungan dengan aktivitas fisik atau stres emosional dan menghilang dalam 5-15 menit dengan istirahat dan atau nitrogliserin sublingual. Angina pektoris tak stabil adalah angina pektoris dengan sekurang-kurangnya satu dari tiga hal berikut : (1) timbul saat istirahat atau dengan aktivitas minimal, biasanya berakhir setelah lebih dari 20 menit jika tidak diberikan nitrogliserin; (2) lebih berat dan digambarkan sebagai nyeri yang nyata dan merupakan onset baru (dalam 1 bulan); dan (3) timbul dengan pola crescendo (bertambah berat, bertambah lama, atau lebih sering dari sebelumnya).5 Sedangkan Angina variant (ubahan) bisa disebut angina Prinzmetal biasanya timbul saat penderita sedang istirahat.6 Jenis angina ini jarang sekali ditemukan.5

Nyeri dada angina pektoris disebabkan karena adanya ketidakseimbangan pasokan dan kebutuhan oksigen pada otot jantung yang disebabkan oleh adanya penyumbatan pada pembuluh darah koroner di jantung akibat proses aterosklerosis. Aterosklerosis adalah suatu proses pengerasan dan penyempitan pembuluh darah koroner, sehingga aliran darah dalam pembuluh koroner menjadi tidak adekuat lagi. Akibatnya, dinding otot jantung mengalami iskemia (dan mungkin sampai infark), dimana oksigen bagi otot jantung sangat tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme sel-selnya. Faktor pencetus lainnya antara lain latihan fisik, stress emosi, udara dingin, dan sesudah makan. Gejala yang menyertai : mual, muntah, sulit bernafas, keringat dingin, dan lemas.7

Karakteristik Nyeri dada yang spesifik angina sebagai berikut : berdasarkan lokasinya, nyeri dada angina pektoralis berada di substermal, retrostermal, dan prekordial. Untuk sifat nyerinya, rasa sakitnya seperti ditekan, terbakar, ditindih benda berat, ditusuk, diperas, dan dipelintir. Nyeri dada Angina dapat menjalaran kebagian leher, lengan kiri, mandibula, gigi, punggung/interskapula, dan dapat juga ke lengan kanan.7

Page 3: junal

Pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari serangan angina pektoralis antaralain : (1) Konsumsi Propranolol efektif untuk angina pektoris karena dapat mengurangi kerja otot jantung sehingga mengurangi kebutuhan oksigen jantung. Efek klinik propranolol tercapai bila denyut jantung dalam keadaan istirahat 60 – 70 kali/menit. Dosis awal yang harus dikonsumsi yaitu 20 mg 2 x sehari. sedangkan dosis maksimalnya yaitu 120 mg sehari. Obat ini tidak boleh digunakan pada angina Prinzmetal. (2) Konsumsi Nitrat kerja lama yaitu ISDN tablet oral 10 – 20 mg 2 x sehari. (3) Konsumsi Nifedipin 10 - 20 mg 4 x sehari, atau diltiazem 30 – 60mg 3 x sehari, atau verapamil 40 – 80mg 3 x sehari. Pencegahan untuk angina varian yaitu menggunakan dilator kuat seperti nitrat, calcium antagonis, prazosin 0,5 - 1 mg 3 x sehari dengan titrasi.6

Khusus untuk Angina tidak stabil harus ada perawatan khusus.6 Untuk mengatasi rasa nyeri angina pektoris tidak stabil gunakan nitrat sublingual atau patch. Jika angina tidak membaik setelah pemberian nitrogliserin sublingual 3 kali berturut-turut atau setelah terapi anti-iskemik adekuat angina berulang diberikan: (1) nitrogliserin drip atau morfin 2,5 mg intravena, dapat diulang tiap 5 menit sampai dosis total 20 mg atau petidin 25-50 mg intravena atau tramadol 25-50 mg intravena. (2)Aspirin 80 –325 mg hisap atau telan, tiklopidin 2 x 250 mg jika terdapat hipersensitivitas atau kontraindikasi terhadap aspirin. (3) Heparin intravena sesuai protokol. Target aPTT 1,5-2,5 kontrol. Biasanya diberikan 3-5 hari tergantung respon klinis. (4) Nitrat oral atau topikal kerja panjang setelah nitrogliserin sublingual (5) Penghambat beta seperti Propranolol: 0,5-1 mgIV, dilanjutkan 3 x 10-40 mg oral. Metoprolol: 5 mg intravena (diberikan perlahan dalam 1-2 menit) diulang tiap 5 menit sampai dosis awal total 15 mg, dilanjutkan metoprolol oral 2 x 25-50 mg. Atenolol: 5 mgIV, dilanjutkan 5 menit kemudian 5 mg intravena, kemudian 1 x 50-100 mg oral. Esmolol: mulai dengan dosis pemeliharaan 0,1 mg/kgBB/menit, dititrasi dengan menaikkan dosis 0,05 mg/kgBB/menit, tiap 10-15 menit yang masih dapat ditoleransi sampai respon terapi yang diharapkan, atau telah tercapai dosis 0,2 mg/kgBB/menit. Dosis loading pilihan lain untuk onset kerja yang lebih cepat adalah 0,5 mg/kgBB/menit diberikan intravena perlahan (2-5 menit). Target frekuensi jantung 50-60/menit.7

Pengobatan serangan angina pektoralis antara lain dapat dilakukan dengan melakukan hal-hal berikut : (1) Perbanyak istirahat agar aktivitas jantung berkurang. Vasodilator berfungsi memperbaiki penyediaan oksigen dan mengurangi konsumsi oksigen jantung. (2) Konsumsi obat Nitrogliserin sublingual 0,15 - 0,6 mg. Tablet ini dapat digunakan beberapa kali tiap hari tanpa efek samping kecuali sakit kepala. Bila 1 tablet belum menolong boleh diulang, tetapi bila setelah diulang 3 kali gejala tak berkurang maka kemungkinan telah terjadi infark. (3) Konsumsi obat Isosorbid dinitrat (ISDN) sublingual 2,5 - 5 mg yang juga dapat diulang atau tablet oral 5 - 30 mg.6

Saat dilakukan pemeriksaan fisik penderita angina pektoris umumnya tidak menunjukkan kelainan yang berarti. Namun pada saat angina pektoris menyerang, denyut jantung bertambah, tekanan darah meningkat dan di daerah prekordium pukulan jantung terasa keras. Saat auskultasi, suara jantung terdengar jauh, bising sistolik terdengar pada pertengahan atau akhir sistol dan terdengar bunyi keempat. Biasanya penderita angina pektoris didapatkan mempunyai penyakit lain seperti hipertensi, obesitas atau diabetes melitus.6

Nyeri dada merupakan penyakit yang sering menyerang. Nyeri dada yang paling umum menyerang yaitu jenis angina pektoris. Angina pektoris dibagi menjadi 3 jenis yaitu, angina pektoris stabil, angina pektoris tidak stabil, dan angina pektoris varian. Angina pektoris terjadi karena ketidakseimbangan pasokan dan kebutuhan oksigen pada otot jantung yang disebabkan oleh adanya penyumbatan pada pembuluh darah koroner di jantung akibat proses aterosklerosis. Nyeri dada akibat angina pektoris dapat menjalar ke tangan lengan, leher mandibula sampai dengan gigi. Pengobatan angina pektoris berbeda-beda tergantung jenisnya namun untuk angina pektoris tidak stabil merupakan angina yang mempunyai penanganan khusus dibanding yang lain. Pemeriksaan fisik umumnya tidak menunjukkan kelainan yang berarti. Namun penderita angina pektoris biasanya juga menderita penyakit hipertensi obesitas maupun DM.

Page 4: junal

Daftar Pustaka

1. L. Erhardt (Chairman), J. Herlitz (Secretary), L. Bossaert, M. Halinen, M. Keltai, R. Koster, C. Marcassa, T. Quinn and H. van Weert. Task Force on the Management of Chest Pain. 2002. European heart jurnal. 23, 1153–1176

2. Delima. Faktor Determinan Gejala Angina Pektoris pada Masyarakat yang Belum Pernah Terdiagnosis Penyakit Jantung. 2009. Maj Kedokt Indon. 59, 518-525

3. Morris, F. Whiteside, M. Chest Pain. 2008. Medicine. 37:2, 75-804. Anwar, T B. Nyeri Dada. 2004. e-USU Repository Universitas Sumatera Utara. 1-95. Yusnidar. Faktor-Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner Pada Wanita Usia > 45

Tahun. 2007. Tesis Universitas Diponegoro.6. Pedoman Pengobatan Dasar Di Puskesmas 2007. Departemen Kesehatan R.I. 2008.

Jakarta : Departemen Kesehatan RI, 2007. Cetakan Tahun 20087. Pharmaceutical Care Untuk Pasien Penyakit Jantung Koroner : Fokus Sindrom Koroner

Akut. 2006. Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan. Bakti Husada