JUMAT, 25 FEBRUARI 2011 Penetapan Upah...

1
REPUBLIKA 5 JUMAT, 25 FEBRUARI 2011 fatwa Oleh Yusuf Assidiq M asalah per- buruhan ke- rap terjadi seiring proses industriali - sasi. Pemu- tusan hubungan kerja, pemogokan, hingga unjuk rasa adalah bebera- pa contoh kasus dari hal tersebut. Di antara penyebabnya, masalah upah merupakan hal yang banyak mengundang perhatian dan fokus bagi para buruh atau pekerja. Mengenai upah, sebagian peng- usaha dituding tidak memberikan upah yang layak kepada peker- janya. Padahal, telah ada ketentu- an upah minimum regional yang menjadi patokan bersama. Pada akhirnya, kondisi ini menyulut konflik antara pengusaha dan bu- ruh. Para buruh menuntut kela- yakan upah dari majikannya. Ulama pun ikut mencermati masalah ini karena sangat erat hu- bungannya dengan hajat hidup masyarakat. Keprihatinan menge- muka saat buruh atau pekerja menjadi korban ketidakadilan dan kesewenang-wenangan kaum pe- milik modal. Nahdlatul Ulama (NU) pernah mengeluarkan fatwa tentang hal tersebut. Fatwa itu merupakan salah satu keputusan Muktamar ke-29 di Cipasung, Tasikmalaya, pada 1994. Kalangan Nahdliyin memandang perlu agar masalah seputar upah buruh dapat diselesaikan sebaik mungkin. Lebih jauh dijelaskan, ada dua konsep fikih mengenai upah mereka. Konsep pertama adalah ujrah musamma atau ditentukan melalui kesepakatan kedua belah pihak, yaitu pengusaha dan pekerjanya, sedangkan konsep kedua adalah ujrah mitsil yang berarti upah di- sesuaikan dengan standar umum. Lalu, perlukah peran pemerintah dalam penentuan upah ini? Fatwa itu mengungkapkan dua pendapat. Pandangan pertama merujuk pada jumhur ulama yang menyatakan tidak boleh. Dan pan- dangan lainnya mengizinkan ada- nya peran pemerintah dan wajib diikuti bila melahirkan kemasla- hatan. Dua pandangan itu berpe- gang pada argumennya sendiri- sendiri. Pandangan pertama mengacu pada hadis Rasulullah, “Janganlah kalian menetapkan harga, sesung- guhnya hanya Allah, Dzat yang Maha Menetapkan harga, Dzat yang Maha Memegang, dan Maha Melepas.” Dengan menafsirkan hadis itu, ditarik kesimpulan bah- wa pemerintah tidak berhak mene- tapkan harga bagi masyarakatnya. Sementara itu, pandangan lain- nya menegaskan campur tangan memungkinkan jika muncul po- tensi yang bisa membahayakan ke- hidupan masyarakat umum. Me- nurut Mazhab Syafii, penetapan harga bisa ditempuh dalam ke- adaan harga barang sedang naik bukan sedang turun. Jika harga telah ditetapkan, bagi mereka yang melanggar dikenai hukuman. Pada dasarnya, penguasa wajib melindungi maslahat umat sehing- ga penetapan harga, termasuk upah untuk buruh atau pekerja, diperbolehkan jika dikhawatirkan pelaku pasar dan majikan menaf- sirkan ketaatan kaum Muslim dengan penafsiran yang menyim- pang. Cendekiawan Muslim, Syekh Yusuf al-Qaradhawi, mengungkap- kan hal senada. Menjadi landasan Menurut dia, memberikan upah yang adil harus menjadi landasan hubungan antara pengusaha dan buruh. Dia mengungkapkan, sya- riat Islam mengizinkan manusia menyusun bermacam peraturan, termasuk yang menyangkut keten- tuan pengupahan untuk para pe- kerja. Adanya ketentuan tentang upah bertujuan mencegah timbulnya ketidakadilan terhadap golongan yang lemah dalam hal ini kaum buruh dan pekerja. “Jangan sam- pai ada satu golongan mengek- sploitasi golongan lainnya,” kata al-Qaradhawi dalam bukunya, Fatwa-Fatwa Kontemporer. Ra- sulullah, tambah dia, menekankan untuk menghargai pekerja. Dalam hadis riwayat Ibnu Ma- jah, Rasulullah mendorong untuk memberikan upah pekerja atau buruh sebelum keringat mereka mengering. Ia memandang, pada situasi yang diperlukan, penguasa diizinkan turut campur dalam ma- salah perburuhan, termasuk mene- tapkan besaran upah bagi buruh. Ibnu Taimiyah pada risalahnya dengan judul al-Hisbah, menje- laskan, sasaran utama intervensi pemerintah adalah untuk mene- gakkan keadilan. Sebab, kata dia, Rasul memerintahkan agar semua masyarakat berlaku adil. Tidak bisa dimungkiri, dalam kehidupan ma- syarakat, setiap orang membu- tuhkan keahlian dan jasa orang lain. Pada konteks ini, demi menjaga kebaikan bersama, pemerintah bisa turun tangan menetapkan upah yang layak bagi para pekerja. “Bahkan, penguasa dipersilakan menggunakan wewenangnya agar jangan ada kesewenangan atas kaum buruh dengan memberi me- reka upah di bawah standar,” tutur Ibnu Taimiyah. Penetapan upah standar, kata dia, disesuaikan dengan jenis pekerjaan serta situasi dan kondisi yang ada. Dalam konteks ini, al- Qaradhawi kembali menekankan bahwa menegakkan kemaslahatan umum perlu menjadi pedoman uta- ma dalam penetapan upah untuk para pekerja. Oleh karena itu, ia berpandang- an pemerintah pun boleh mengin- tervensi saat penentuan jam kerja, cuti mingguan, atau cuti tahunan. Bila suatu saat terjadi gejolak da- lam pelaksanaan apa yang sudah disepakati bersama itu, fatwa NU mendorong islah antara kedua be- lah pihak dan pemerintah sebagai hakimnya. n ed: ferry kisihandi halalan thayyiban Oleh Ferry Kisihandi P ilihan makanan dan daging kian beragam. Belakangan, muncul apa yang disebut dengan ma- kanan organik, juga di dalamnya daging organik. Makanan organik diarti- kan sebagai bahan pangan nabati di mana tanaman yang menghasilkannya dikembangkan dengan menggunakan pupuk organik dan tidak menggunakan pestisida kimia. Lalu, istilah yang sama dilekatkan pula pada daging, yaitu daging organik. Mereka yang menginginkan daging jenis ini berharap tingkat ke- amanan lebih tinggi saat mengonsumsinya. Daging ini diperoleh dari hewan ternak yang diberi pakan nabati seperti rumput- rumputan, biji-bijian, dan kacang-kacangan. Menurut Anton Apriyantono, pakar tentang pangan halal, selama pertumbuhan- nya, ternak itu tak diberi hormon pertum- buhan yang memper- cepatnya tumbuh. Misalnya, hormon porcine somatotropinbi yang berasal dari babi. “Pada dasarnya, untuk menghasilkan daging organik, tak boleh memberi bahan kimia,” katanya di Jakarta, belum lama ini. Seluruh pakan yang diberikan selama pemeliharaan dan pembesaran kepada hewan ternak itu hanya pakan nabati. Keberadaan daging organik menjadi respons atas langkah sebagian besar peternak yang memberi pakan dari bahan kimia juga protein hewani yang berasal dari bangkai hewan sebagai dampak kian menyusut padang gembalaan. Protein hewani yang bersumber dari bangkai hewan ini bisa dari bangkai ayam, sapi, kambing, babi, dan sejumlah hewan lainnya. Bahkan, pernah di Amerika memanfaatkan bangkai anjing dan kucing. Namun, sekarang langkah itu sudah dila- rang oleh pihak berwenang di sana. Dengan menghindarkan hewan ternak dari pakan yang tak baik itu, konsep dag- ing organik menghasilkan daging sehat dan baik untuk dikonsumsi. Lalu, bagaimana status kehalalannya? Anton mengatakan, sepanjang daging diperoleh dari hewan ternak halal seperti sapi, kambing, ayam, dan hewan halal lainnya, tak ada masalah. Selain itu, hewan itu juga harus di- sembelih secara Islami, yaitu mengikuti kaidah hukum Islam. “Jika berasal dari hewan ternak halal dan disembelih sacara Islami, daging organik ini jelas halal bagi umat Islam,” kata Anton. Hal yang menjadi masalah adalah jika daging itu diperoleh dari hewan ternak halal yang diberi makan bangkai. Mantan auditor Lem- baga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kos- metika (LPPOM) MUI ini mengatakan, di Indonesia, belum banyak yang mengkaji fenomena itu. Muslim Amerika, ungkap dia, menolak daging hewan ternak halal yang walaupun disembelih secara Islami namun diberi makan bangkai. Mereka lebih memilih daging organik yang berasal dari hewan ternak halal dan disembelih sesuai kaidah Islam. Bukan sembarang daging. Anton sepakat de- ngan sikap ini. Jadi, mestinya pemberian pakan selama pemeliharaan hewan ter- nak halal menjadi pertimbangan. Bukan hanya karena alasan kesehatan bagi hewan ternak, melainkan pula dari sisi hukum Islam. Dengan pakan yang sem- barang, seperti bangkai hewan, tentu harusnya dipertanyakan mengenai ke- halalan dagingnya walaupun daging itu berasal dari hewan ternak halal. “Ini bisa dipertanyakaan kehalalannya,” katanya. Ia mengungkapkan, dalam hukum Islam dikenal hewan jallalah, yang meru- pakan hewan ternak yang dalam pemeli- haraannya mengonsumsi kotoran. Selama hewan itu memakan kotoran, tetap disebut sebagai jallalah yang haram dimakan. n Kehalalan Daging Organik Penetapan Upah Pekerja + s T k e E r j u u b a i l R P u a n luh MUDAH & LENGKAP MUDAH & LENGKAP Mengkaji Kalam Ilahi Cukup dalam satu Al Qur’an Mengkaji Kalam Ilahi Cukup dalam satu Al Qur’an 22 KEUNGGULAN YANG MEMUDAHKAN: 1) Terjemah Tafsiriyah Per Kata, 2) Keyword 3) Sistem Pewarnaan Tajwid, 4) Panduan Hukum Tajwid, 5) Terjemah Kementrian Agama RI 6) Munasabah Ayat dan Surah, 7) Tafsir Ath Thabari, 8) Tafsir Ibnu Katsir, 9) Hadits Sahih 10) Doa dan Zikir, 11) Kosakata, 12) Asbabunnuzul, 13) Doa dalam Al Qur'an 14) Khazanah Pengetahuan, 15) Tanda-tanda dalam Al Qur'an, 16) Asmaul Husna 17) Indeks Tematik, 18) Sirah Nabawiyah, 19) Atlas Sirah Nabawiyah 20) Analisis Peta, 21) Zikir Al Ma'surat, 22) DVD Metode Syabana Pemesanan Al Quran dan Registrasi Training baca Al Qur’an hubungi Call Center/ SMS no hp: 08579 3344 911 ketik: djr_nama_alamat kirim_kota Dapat diperoleh: Toko Buku Gramedia, Agen & Toko Buku di kota Anda, Pameran Islamic Book Fair Istora Senayan, 4 - 13 Maret 2011 ukuran 21,3 cm x 30.3 cm 1264 Hal, Full Color kertas Khusus Al Qur’an HARGA: Rp299.000,- www.sygmapublishing.com Al Qur'an dengan Referensi yang Sahih Lengkap & Komprehensif Tak dibenarkan ada satu go- longan meng- eksploitasi golongan lain. ANTARA Y O G I A R D H I/ R E P U B L I K A

Transcript of JUMAT, 25 FEBRUARI 2011 Penetapan Upah...

REPUBLIKA

5JUMAT, 25 FEBRUARI 2011

fatwa

Oleh Yusuf Assidiq

Masalah per-buruhan ke -rap terjadise iring prosesindustriali -sasi. Pemu -

tus an hubungan kerja, pemogokan,hingga unjuk rasa adalah bebera-pa contoh kasus dari hal tersebut.Di antara penyebabnya, masalahupah merupakan hal yang banyakmengundang perhatian dan fokusbagi para buruh atau pekerja.

Mengenai upah, sebagian peng -usaha dituding tidak memberikanupah yang layak kepada peker-janya. Padahal, telah ada ketentu-an upah minimum regional yangmenjadi patokan bersama. Padaak hirnya, kondisi ini menyulutkon flik antara pengusaha dan bu -ruh. Para buruh menuntut kela -yak an upah dari majikannya.

Ulama pun ikut mencermatima salah ini karena sangat erat hu -bungannya dengan hajat hidupmasyarakat. Keprihatinan menge-muka saat buruh atau pekerjamen jadi korban ketidakadilan dankesewenang-wenangan kaum pe -milik modal. Nahdlatul Ulama(NU) pernah mengeluarkan fatwatentang hal tersebut.

Fatwa itu merupakan salah satukeputusan Muktamar ke-29 diCipasung, Tasikmalaya, pada 1994.Kalangan Nahdliyin memandangperlu agar masalah seputar upah

buruh dapat diselesaikan sebaikmungkin. Lebih jauh dijelaskan,ada dua konsep fikih mengenaiupah mereka.

Konsep pertama adalah ujrahmusamma atau ditentukan melaluikesepakatan kedua belah pihak,yaitu pengusaha dan pekerjanya,sedangkan konsep kedua adalahujrah mitsil yang berarti upah di -sesuaikan dengan standar umum.Lalu, perlukah peran pemerintahdalam penentuan upah ini?

Fatwa itu mengungkapkan duapendapat. Pandangan pertamamerujuk pada jumhur ulama yangmenyatakan tidak boleh. Dan pan-dangan lainnya mengizinkan ada -nya peran pemerintah dan wajibdiikuti bila melahirkan kemasla-hatan. Dua pandangan itu berpe-gang pada argumennya sendiri-sendiri.

Pandangan pertama mengacupada hadis Rasulullah, “Janganlahkalian menetapkan harga, sesung-guhnya hanya Allah, Dzat yangMaha Menetapkan harga, Dzatyang Maha Memegang, dan MahaMelepas.” Dengan menafsirkanhadis itu, ditarik kesimpulan bah -wa pemerintah tidak berhak mene-tapkan harga bagi masyarakatnya.

Sementara itu, pandangan lain -nya menegaskan campur tanganmemungkinkan jika muncul po -tensi yang bisa membahayakan ke -hidupan masyarakat umum. Me -nurut Mazhab Syafii, penetapanharga bisa ditempuh dalam ke -adaan harga barang sedang naik

bukan sedang turun. Jika hargatelah ditetapkan, bagi mereka yangmelanggar dikenai hukuman.

Pada dasarnya, penguasa wajibmelindungi maslahat umat sehing-ga penetapan harga, termasukupah untuk buruh atau pekerja,diperbolehkan jika dikhawatirkanpelaku pasar dan majikan menaf-sirkan ketaatan kaum Muslimdengan penafsiran yang menyim-pang. Cendekiawan Muslim, SyekhYusuf al-Qaradhawi, mengung kap -kan hal senada.

Menjadi landasanMenurut dia, memberikan upah

yang adil harus menjadi landasanhubungan antara pengusaha danburuh. Dia mengungkapkan, sya -riat Islam mengizinkan manusiamenyusun bermacam peraturan,termasuk yang menyangkut keten-tuan pengupahan untuk para pe -kerja.

Adanya ketentuan tentang upahbertujuan mencegah timbulnyaketidakadilan terhadap golongan

yang lemah dalam hal ini kaumburuh dan pekerja. “Jangan sam -pai ada satu golongan mengek-sploitasi golongan lainnya,” kataal-Qaradhawi dalam bukunya,Fatwa-Fatwa Kontemporer. Ra -sulullah, tambah dia, menekankanuntuk menghargai pekerja.

Dalam hadis riwayat Ibnu Ma -jah, Rasulullah mendorong untukmemberikan upah pekerja atauburuh sebelum keringat merekamengering. Ia memandang, padasituasi yang diperlukan, pe nguasadiizinkan turut campur dalam ma -salah perburuhan, termasuk mene-tapkan besaran upah bagi buruh.

Ibnu Taimiyah pada risalahnyadengan judul al-Hisbah, menje-laskan, sasaran utama intervensipemerintah adalah untuk mene-gakkan keadilan. Sebab, kata dia,Rasul memerintahkan agar semuamasyarakat berlaku adil. Tidak bisadimungkiri, dalam kehidup an ma -syarakat, setiap orang membu-tuhkan keahlian dan jasa orang lain.

Pada konteks ini, demi menjaga

kebaikan bersama, pemerintahbisa turun tangan menetapkanupah yang layak bagi para pekerja.“Bahkan, penguasa dipersilakanmenggunakan wewenangnya agarjangan ada kesewenangan ataskaum buruh dengan memberi me -reka upah di bawah standar,” tuturIbnu Taimiyah.

Penetapan upah standar, katadia, disesuaikan dengan jenispekerjaan serta situasi dan kondisiyang ada. Dalam konteks ini, al-Qaradhawi kembali menekankanbahwa menegakkan kemaslahatanumum perlu menjadi pedoman uta -ma dalam penetapan upah untukpara pekerja.

Oleh karena itu, ia berpandang -an pemerintah pun boleh mengin-tervensi saat penentuan jam kerja,cuti mingguan, atau cuti tahunan.Bila suatu saat terjadi gejolak da -lam pelaksanaan apa yang sudahdisepakati bersama itu, fatwa NUmendorong islah antara kedua be -lah pihak dan pemerintah sebagaihakimnya. n ed: ferry kisihandi

halalan thayyiban

Oleh Ferry Kisihandi

Pilihan makanan dan daging kianberagam. Belakangan, munculapa yang disebut dengan ma -kan an organik, juga di dalamnya

daging organik. Makanan organik diarti -kan sebagai bahan pangan nabati dimana tanaman yang menghasilkannyadikembangkan dengan menggunakanpupuk organik dan tidak menggunakanpestisida kimia.

Lalu, istilah yang sama dilekatkanpula pada daging, yaitu daging organik.Mereka yang mengingin kan dagingjenis ini berharap tingkat ke -amanan lebih tinggi saatmengonsumsinya. Dagingini diperoleh dari hewanternak yang diberi pakannabati seperti rumput-rumputan, biji-bijian,dan kacang-kacangan.

Menurut AntonApriyantono, pakartentang pangan halal,selama pertumbuhan-nya, ternak itu takdiberi hormon pertum-buhan yang memper-cepatnya tumbuh.Misalnya, hormon porcinesomatotropinbi yang berasaldari babi. “Pada dasarnya, untukmenghasilkan daging organik, tak bolehmemberi bahan kimia,” katanya diJakarta, belum lama ini.

Seluruh pakan yang diberikan selamapemeliharaan dan pembesaran kepadahewan ternak itu hanya pakan nabati.Keberadaan daging organik menjadirespons atas langkah sebagian besarpeternak yang memberi pakan dari bahankimia juga protein hewani yang berasaldari bangkai hewan sebagai dampak kianmenyusut padang gembalaan.

Protein hewani yang bersumber daribangkai hewan ini bisa dari bangkai ayam,sapi, kambing, babi, dan sejumlah hewanlainnya. Bahkan, pernah di Ame rikamemanfaatkan bangkai anjing dan kucing.Namun, sekarang langkah itu sudah dila-rang oleh pihak berwenang di sana.

Dengan menghindarkan hewan ternak

dari pakan yang tak baik itu, konsep dag-ing organik menghasilkan daging sehatdan baik untuk dikonsumsi. Lalu,bagaimana status kehalalannya? Antonmengatakan, sepanjang daging diperolehdari hewan ternak halal seperti sapi,kambing, ayam, dan hewan halal lainnya,tak ada masalah.

Selain itu, hewan itu juga harus di -sembelih secara Islami, yaitu mengikutikaidah hukum Islam. “Jika berasal darihewan ternak halal dan disembelihsacara Islami, daging organik ini jelashalal bagi umat Islam,” kata Anton. Hal

yang menjadi masalah adalah jikadaging itu diperoleh dari hewan

ternak halal yang diberimakan bangkai.

Mantan auditor Lem -baga Pengkajian Pangan,Obat-obatan, dan Kos -metika (LPPOM) MUIini me ngatakan, diIndone sia, belumbanyak yang mengkajifenomena itu. MuslimAmerika, ungkap dia,menolak daging hewan

ternak halal yangwalaupun disembelih

secara Islami namun diberimakan bangkai. Mereka lebih

memilih daging organik yangberasal dari hewan ternak halal dan

disembelih sesuai kaidah Islam. Bukansembarang daging. Anton sepakat de -ngan sikap ini. Jadi, mestinya pemberianpakan selama pemeliharaan hewan ter-nak halal menjadi pertimbang an. Bukanhanya karena alasan kesehatan bagihewan ternak, melainkan pula dari sisihukum Islam. Dengan pakan yang sem-barang, seperti bangkai hewan, tentuharusnya dipertanyakan mengenai ke -halalan dagingnya walaupun daging ituberasal dari hewan ternak halal. “Ini bisadipertanyakaan kehalalannya,” katanya.

Ia mengungkapkan, dalam hukumIslam dikenal hewan jallalah, yang meru-pakan hewan ternak yang dalam pemeli-haraannya mengonsumsi kotoran.Selama hewan itu memakan kotoran,tetap disebut sebagai jallalah yang haramdimakan. n

Kehalalan Daging Organik

PenetapanUpah Pekerja

+ sT ke Er j uu ba il R Pu anluh

MUDAH & LENGKAP MUDAH & LENGKAP

Mengkaji

Kalam Ilahi

Cukup dalam

satu Al Qur’an

Mengkaji

Kalam Ilahi

Cukup dalam

satu Al Qur’an

22 KEUNGGULAN YANG MEMUDAHKAN: 1) Terjemah Tafsiriyah Per Kata, 2) Keyword

3) Sistem Pewarnaan Tajwid, 4) Panduan Hukum Tajwid, 5) Terjemah Kementrian Agama RI

6) Munasabah Ayat dan Surah, 7) Tafsir Ath Thabari, 8) Tafsir Ibnu Katsir, 9) Hadits Sahih

10) Doa dan Zikir, 11) Kosakata, 12) Asbabunnuzul, 13) Doa dalam Al Qur'an

14) Khazanah Pengetahuan, 15) Tanda-tanda dalam Al Qur'an, 16) Asmaul Husna

17) Indeks Tematik, 18) Sirah Nabawiyah, 19) Atlas Sirah Nabawiyah

20) Analisis Peta, 21) Zikir Al Ma'surat, 22) DVD Metode Syabana

Pemesanan Al Quran dan Registrasi

Training baca Al Qur’an hubungi

Call Center/ SMS no hp: 08579 3344 911

ketik: djr_nama_alamat kirim_kota

Dapat diperoleh:

Toko Buku Gramedia,

Agen & Toko Buku di kota Anda,

Pameran Islamic Book Fair

Istora Senayan, 4 - 13 Maret 2011ukuran 21,3 cm x 30.3 cm

1264 Hal, Full Color

kertas Khusus Al Qur’an

HARGA: Rp299.000,-

www.sygmapublishing.com

Al Qur'an dengan Referensi yang SahihLengkap & Komprehensif

Tak dibenarkanada satu go -

longan meng -eksploitasi

golongan lain. ANTARA

YOGIAR

DH

I/REPU

BLI

KA