JUMAT, 18 MARET 2011 Yen Tertinggi Pasca-Perang … · yang harus menye top produksi ... ke posisi...

1
JUMAT, 18 MARET 2011 15 E KONOMI GLOBAL PROSPEK stok dan harga pa- ngan di 2011 menunjukkan gejala volatilitas yang tidak me- nentu. Beberapa negara eksportir berbalik menyimpan sendiri ba- han pangan mereka ketimbang memenuhi pasar dunia. Dengan kondisi tersebut, Bank Dunia menilai pasar pa- ngan global tidak bisa lagi di- percaya (untrustworthy) sebagai sumber stok. Dengan demikian, negara-negara yang terbiasa im- por harus berbalik memperkuat ketahanan pangan mereka lewat produk-produk dalam negeri. Demikian dikemukakan Pe- neliti World Bank Enrique EC dalam workshop Impact of the Global Food Situation and Agenda for Policy Response, di Jakarta, kemarin. Enrique mengemukakan, ada Pasar Pangan Global tidak lagi Tepercaya kemungkinan tidak banyak stok beras yang dapat diperjualbe- likan di pasar global. Dari data Kementerian Pertanian AS pada awal Februari 2011, jumlah be- ras yang diperdagangkan di pasar global sekitar 30,67 juta ton. Thailand mendominasi de- ngan 10 juta ton beras. Namun, eksportir kedua terbesar dunia, Vietnam, justru mengurangi to- nase beras 930 ribu ton ke pasar, menjadi 5,8 juta ton. Menurutnya, volatilitas harga juga akan terjadi pada multiko- moditas, yakni jagung, kedelai, tebu, dan komoditas penghasil minuman seperti kopi dan teh. Peneliti bidang pangan dan pertanian Asia-Afrika di Pusat Penelitian Global Peter Timmer menambahkan, kini 90% stok beras dunia dikuasai ASEAN, China, Jepang, Korea Selatan, India, Bangladesh, dan Pakistan. Jika cuaca ekstrem mengancam, negara-negara itu mungkin me- nyimpan cadangan beras mere- ka sehingga pasokan ke pasar global terganggu. Ia pun mengingatkan, kebijak- an impor beras yang terkesan panik dapat memengaruhi psi- kologis harga. Seperti pada 2008, saat Bulog Filipina memberi pernyataan akan mengimpor be- ras sebanyak-banyaknya dengan harga berapa pun. Akibatnya, harga beras dunia meroket. Wakil Menteri Pertanian RI Ba- yu Krisnamurthi menilai kondisi yang dipaparkan Bank Dunia tidak bisa menyetop perdagang- an global. “Tapi kita yakinkan impor itu pilihan terakhir jika dirasa kurang saja.” (HA/E-3) itu, investor pasar saham masih melakukan aksi jual dan diduga mengalihkan investasi mereka ke instrumen yang lebih aman, seperti uang tunai maupun su- rat utang pemerintah Jepang. Sebaliknya, otoritas Jepang menduga ada aksi-aksi spekula- si untuk meraup margin dari transaksi valas maupun saham jangka pendek di balik melejit- nya kurs yen. Lonjakan yen menempatkan tekanan pada eksportir Jepang. Apalagi, banyak dari mereka yang harus menyetop produksi untuk sementara atau menutup pabrik lantaran rusak akibat gempa dan tsunami. Gempa yang terjadi pada pe- kan lalu itu juga menyebabkan kegagalan sistem pendinginan pada PLTN Fukushima. Akibat- nya, terjadi kebocoran radioaktif yang memaksa pemerintah mengevakuasi warga setem- pat. Sementara itu, Bank Sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ), ke- marin, kembali memompakan 6 triliun yen (US$76 miliar) ke pasar melalui sistem perbankan. Langkah itu meningkatkan to- IRANA SHALINDRA P ENGUATAN tajam yen Jepang terhadap dolar AS pada perdagangan kemarin membawa mata uang ‘Negeri Sakura’ itu ke posisi tertingginya sejak Pe- rang Dunia II. Lonjakan nilai tukar tersebut terjadi seiring menguatnya kekhawatiran pa- sar terhadap kondisi pembang- kit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima. Nilai tukar yen sempat melejit menjadi 76,25 sebelum ditutup di 79,22 per dolar AS. Sementa- ra itu, kurs yen terhadap euro menguat dari 112,89 menjadi 110,54 yen per euro. Para diler pasar uang mendu- ga penguatan yen secara tajam disebabkan korporasi-korporasi Jepang menarik likuiditas me- reka ke dalam negeri untuk membiayai rekonstruksi. Selain Jepang meminta dukungan moral kepada negara- negara G-7. tal dana di pasar uang jangka pendek yang disuntikkan BoJ sejak Senin (14/3) menjadi 34 triliun yen. Bank Sentral juga menawar- kan untuk membeli 4,86 triliun yen (US$49 miliar) obligasi pe- merintah dan sekuritas jangka pendek pekan depan untuk menambah likuiditas ekstra. Dukungan G-7 Dalam wawancara dengan Reuters, kemarin, Menteri Per- ekonomian Kaoru Yosano me- ngatakan, “Saya tidak berpikir pasar saham dan pasar valas saat ini dalam kondisi kacau. Bahkan, pasar tampaknya se- dang mengarah ke stabil.” Dengan pernyataan tersebut, Yosano menampik ekspektasi bahwa pemerintah akan mela- kukan intervensi di pasar saham dan pasar valas. Saat ditanya soal kemungkin- an Jepang meminta bantuan G-7 untuk meredam kenaikan yen, Yosano menjawab, “Kami ingin meminta dukungan moral dari G-7.” Lebih lanjut, ia berharap fo- rum yang beranggotakan AS, Yen Tertinggi Pasca-Perang Dunia II REUTERS / AMIT DAVE KERINGKAN PADI: Pekerja menggunakan Vespa untuk menyebar padi saat pengeringan di India, beberapa waktu lalu. Sekitar 90% stok beras dunia dikuasai ASEAN, China, Jepang, Korea Selatan, India, Bangladesh, dan Pakistan. Jepang, Jerman, Inggris, Prancis, Italia, dan Kanada itu akan be- kerja sama untuk menghindar- kan perekonomian global dari imbas situasi Jepang. Adapun para menteri ke- uangan G-7 berencana mengge- lar telekonferensi pada hari ini. Mereka akan mendiskusikan bantuan bagi Jepang guna men- gatasi dampak gempa dan tsu- nami terhadap perekonomian negara tersebut. Terkait pemulihan pascagem- pa Tohoku, Yo sano menga- takan biayanya kali ini akan melampaui biaya pemulihan pascagempa Kobe pada 1995. Namun, lanjutnya, Tokyo tidak akan mengalami kesulitan da- lam pembiayaan rekonstruksi tersebut. “Pembiayaan bukan masalah besar. Baik sektor swasta maupun pemerintah pu- nya banyak dana,” cetusnya. Para ekonom memperkirakan total biaya penanggulangan bencana dan rekonstruksi kali ini dapat mencapai 16 triliun yen (sekitar US$200 miliar). (*/Ant/E-5) [email protected]

Transcript of JUMAT, 18 MARET 2011 Yen Tertinggi Pasca-Perang … · yang harus menye top produksi ... ke posisi...

Page 1: JUMAT, 18 MARET 2011 Yen Tertinggi Pasca-Perang … · yang harus menye top produksi ... ke posisi tertingginya sejak Pe- ... Pekerja menggunakan Vespa untuk menyebar padi saat pengeringan

JUMAT, 18 MARET 2011 15EKONOMI GLOBAL

PROSPEK stok dan harga pa-ngan di 2011 menunjukkan gejala volatilitas yang tidak me-nentu. Beberapa negara eksportir berbalik menyimpan sendiri ba-han pangan mereka ketimbang memenuhi pasar dunia.

Dengan kondisi tersebut, Bank Dunia menilai pasar pa-ngan global tidak bisa lagi di-per caya (untrustworthy) sebagai sumber stok. Dengan demikian, negara-negara yang terbiasa im-por harus berbalik memperkuat ketahanan pangan mereka lewat produk-produk dalam negeri.

Demikian dikemukakan Pe-neliti World Bank Enrique EC dalam workshop Impact of the Global Food Situation and Agenda for Policy Response, di Jakarta, kemarin.

Enrique mengemukakan, ada

Pasar Pangan Global tidak lagi Tepercaya

kemungkinan tidak banyak stok beras yang dapat diperjual be-likan di pasar global. Dari da ta Kementerian Pertanian AS pada awal Februari 2011, jumlah be-ras yang diperdagangkan di pasar global sekitar 30,67 juta ton. Thailand mendominasi de-ngan 10 juta ton beras. Namun, eksportir kedua terbesar dunia, Vietnam, justru mengurangi to-nase beras 930 ribu ton ke pasar, menjadi 5,8 juta ton.

Menurutnya, volatilitas harga juga akan terjadi pada multiko-moditas, yakni jagung, kedelai, tebu, dan komo ditas penghasil minuman seperti kopi dan teh.

Peneliti bidang pangan dan pertanian Asia-Afrika di Pusat Penelitian Global Peter Timmer menambahkan, kini 90% stok beras dunia dikuasai ASEAN,

China, Jepang, Korea Selatan, India, Bangladesh, dan Pakistan. Jika cuaca ekstrem mengancam, negara-negara itu mungkin me-nyimpan cadangan beras mere-ka sehingga pasokan ke pasar global terganggu.

Ia pun mengingatkan, kebijak-an impor beras yang terkesan panik dapat memengaruhi psi-kologis harga. Seperti pada 2008, saat Bulog Filipina memberi pernyataan akan mengimpor be-ras sebanyak-banyaknya dengan harga berapa pun. Akibatnya, harga beras dunia meroket.

Wakil Menteri Pertanian RI Ba-yu Krisnamurthi menilai kondisi yang dipaparkan Bank Dunia tidak bisa me nye top perdagang-an global. “Tapi kita yakinkan impor itu pilihan terakhir jika dirasa kurang saja.” (HA/E-3)

itu, investor pasar saham masih melakukan aksi jual dan diduga mengalihkan investasi mereka ke instrumen yang lebih aman, seperti uang tunai maupun su-rat utang pemerintah Jepang.

Sebaliknya, otoritas Jepang menduga ada aksi-aksi spekula-si untuk meraup margin dari transaksi valas maupun saham jangka pendek di balik melejit-nya kurs yen.

Lonjakan yen me nempatkan tekanan pada eks portir Jepang. Apalagi, banyak dari mereka yang harus menye top produksi untuk sementara atau menutup pabrik lantaran rusak akibat gempa dan tsuna mi.

Gempa yang terjadi pada pe-kan lalu itu juga me nye babkan

kegagalan sistem pen dinginan pada PLTN Fukushima. Akibat-nya, terjadi kebocoran radioaktif yang memaksa pemerintah mengevakuasi warga setem-pat.

Sementara itu, Bank Sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ), ke-marin, kembali memompakan 6 triliun yen (US$76 miliar) ke pasar melalui sistem perbankan. Langkah itu meningkatkan to-

IRANA SHALINDRA

PENGUATAN tajam yen Jepang terhadap dolar AS pada perdagangan kemarin membawa

ma ta uang ‘Negeri Sakura’ itu ke posisi tertingginya sejak Pe-rang Dunia II. Lonjakan nilai tukar tersebut terjadi seiring menguatnya kekhawatiran pa-sar terhadap kondisi pembang-kit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima.

Nilai tukar yen sempat melejit menjadi 76,25 sebelum ditutup di 79,22 per dolar AS. Sementa-ra itu, kurs yen terhadap euro menguat dari 112,89 menjadi 110,54 yen per euro.

Para diler pasar uang mendu-ga penguatan yen secara tajam disebabkan korporasi-korporasi Jepang menarik likuiditas me-reka ke dalam negeri untuk membiayai rekonstruksi. Selain

Jepang meminta dukungan moral kepada negara-negara G-7.

tal dana di pasar uang jangka pendek yang di suntikkan BoJ sejak Senin (14/3) menjadi 34 triliun yen.

Bank Sentral juga menawar-kan untuk membeli 4,86 triliun yen (US$49 miliar) obligasi pe-merintah dan sekuritas jangka pendek pekan depan untuk menambah likuiditas ekstra.

Dukungan G-7

Dalam wawancara dengan Reuters, kemarin, Menteri Per-ekonomian Kaoru Yosano me-ngatakan, “Saya tidak berpikir pasar saham dan pasar valas saat ini dalam kondisi kacau. Bahkan, pasar tampaknya se-dang mengarah ke stabil.”

Dengan pernyataan tersebut,

Yosano menampik ekspektasi bahwa pemerintah akan mela-kukan intervensi di pasar saham dan pasar valas.

Saat ditanya soal kemungkin-an Jepang meminta bantuan G-7 untuk meredam kenaikan yen, Yosano menjawab, “Kami ingin meminta dukungan moral dari G-7.”

Lebih lanjut, ia berharap fo-rum yang beranggotakan AS,

Yen TertinggiPasca-Perang Dunia II

REUTERS / AMIT DAVE

KERINGKAN PADI: Pekerja menggunakan Vespa untuk menyebar padi saat pengeringan di India, beberapa waktu lalu. Sekitar 90% stok beras dunia dikuasai ASEAN, China, Jepang, Korea Selatan, India, Bangladesh, dan Pakistan.

Jepang, Jerman, Inggris, Prancis, Italia, dan Kanada itu akan be-ker ja sama untuk menghindar-kan perekonomian global dari imbas situasi Jepang.

Adapun para menteri ke-uangan G-7 berencana mengge-lar telekonferensi pada hari ini. Mereka akan mendiskusikan bantuan bagi Jepang guna men-gatasi dampak gempa dan tsu-nami terhadap perekonomian negara tersebut.

Terkait pemulihan pascagem-pa Tohoku, Yo sano menga-takan biayanya kali ini akan melampaui biaya pemulihan pascagempa Kobe pada 1995. Namun, lanjutnya, Tokyo tidak akan mengalami kesulitan da-lam pembiayaan rekonstruksi

tersebut. “Pembiayaan bukan masalah besar. Baik sektor swasta maupun pemerintah pu-nya banyak dana,” cetusnya.

Para ekonom memperkirakan total biaya penanggulangan bencana dan rekonstruksi kali ini dapat mencapai 16 triliun yen (sekitar US$200 miliar). (*/Ant/E-5)

[email protected]