Juknis LKMS

25
PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS BINA MENTAL SPIRITUAL DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL KEPUTUSAN KEPALA DINAS BINA MENTAL SPIRITUAL DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR : 187 12007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS MEKANISME PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SOSIAL (LKMS) DAN KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE) PROVINSI DKI JAKARTA KEPALA DINAS BINA MENTAL SPIRITUAL DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan pengembangan potensi kesejahteraan sosial dalam kegiatan pemberdayaan fakir miskin melalui LKMS dan KUBE, maka perlu dibuat petunjuk teknis mekanisme pengelolaan dan pengembangan LKMS dan KUBE Provinsi DKI Jakarta; b. bahwa sehubungan huruf a, perlu menetapkan keputusan Kepala Dinas tentang petunjuk teknis mekanisme pengelolaan dan pengembangan LKMS dan KUBE Provinsi DKI Jakarta; Mengingat : 1. Undang-Undang Dasar 1945 dan perubahannya; 2. Undang-Undang Nomor 6 tahun 1974 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial; 3. Undang-Undang Nomor 34 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta; By . www.katamanggadua.com

Transcript of Juknis LKMS

Page 1: Juknis LKMS

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTADINAS BINA MENTAL SPIRITUAL DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

KEPUTUSAN KEPALA DINAS BINA MENTAL SPIRITUAL DAN KESEJAHTERAAN SOSIALPROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

NOMOR : 187 12007

TENTANG

PETUNJUK TEKNIS MEKANISME PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SOSIAL (LKMS) DAN KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE)

PROVINSI DKI JAKARTA

KEPALA DINAS BINA MENTAL SPIRITUAL DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL,

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan pengembangan potensi kesejahteraan sosial dalam kegiatan pemberdayaan fakir miskin melalui LKMS dan KUBE, maka perlu dibuat petunjuk teknis mekanisme pengelolaan dan pengembangan LKMS dan KUBE Provinsi DKI Jakarta;

b. bahwa sehubungan huruf a, perlu menetapkan keputusan Kepala Dinas tentang petunjuk teknis mekanisme pengelolaan dan pengembangan LKMS dan KUBE Provinsi DKI Jakarta;

Mengingat : 1. Undang-Undang Dasar 1945 dan perubahannya;

2. Undang-Undang Nomor 6 tahun 1974 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial;

3. Undang-Undang Nomor 34 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta;

4. Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah;

5. Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

6. Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

By . www.katamanggadua.com

Page 2: Juknis LKMS

7. Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 1981 tentang Pelayanan Kesejahteraan Sosial bagi Fakir Miskin;

9. Keputusan Presiden Nomor 124 tahun 2001 jo. Nomor 8 tahun 2002 tentang Komite Penanggulangan Kemiskinan;

2. Keputusan Presiden Nomor 42 tahun 2002 Jo, Nomor 72 tahun 2004 tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

3. Keputusan Menteri Sosial Nomor 84/HUK/1997 tentang Pelaksanaan Pemberian Bantuan Sosial bagi Keluarga Fakir Miskin;

4. Keputusan Menteri Sosial Nomor 19/HUK/1998 tentang Pelayanan Kesejahteraan Sosial bagi Fakir Miskin yang diselenggarakan oleh Masyarakat;

5. Keputusan Bersama Menteri Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah, dan Menteri Sosial Nomor 05/SKB/MN/1999-45/HUK/1999 tentang Pembinaan dan pengembangan kelompok usaha bersama melalui pembentukan koperasi

14. Keputusan Bersama Menteri Sosial dan Menteri Agama Nomor 40/PEGHUK/2002 — 293/2002 tentang Pendayagunaan Dana Zakat untuk Pemberdayaan fakir Miskin;

15. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-19/PB/2005 tentang Petunjuk Penyaluran Dana Bantuan Modal Usaha bagi Keluarga Binaan Sosial Program Pemberdayaan Fakir Miskin melalui Pola Pengembangan Terpadu Kelompok Usaha Bersama (KUBE) dan Lembaga Keuangan Mikro (LKM);

16. Peraturan Gubernur Nomor 53 tahun 2007 tentang arah, kebijakan dan strategi pemberdayaan fakir miskin Provinsi DKI Jakarta;

17. Peraturan Gubernur Nomor 54 tahun 2007 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Provinsi DKI Jakarta;

18. Peraturan Gubemur Nomor 76 tahun 2007 tentang Pembentukan Pokja-pokja TKPK Provinsi DKI Jakarta.

MEMUTUSKAN

By . www.katamanggadua.com

Page 3: Juknis LKMS

Menetapkan

KESATU : Petunjuk Teknis Mekanisme Pengelolaan dan Pengembangan LKMS dan KUBE Provinsi DKI Jakarta di Iingkungan Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Provinsi DKI Jakarta;

KEDUA : Petunjuk Teknis Mekanisme Pengelolaan dan Pengembangan LKMS dan KUBE Provinsi DKI Jakarta sebagaimana tersebut pada Diktum PERTAMA, digunakan sebagai acuan bagi seluruh pengelolaan dan pengembangan LKMS dan KUBE Provinsi DKI Jakarta;

KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan, dengan ketentuan apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Jakarta pada tanggal : 20 Juni 2007

KEPALA DINAS BINA MENTAL SPIRITUAL DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PROVINSI DKI JAKARTA

Drs. H. `A. SJARIEF MUSTAFA NIP. 010165929

Tembusan1. Menteri Sosial RI.2. Gubernur Provinsi DKI Jakarta.

3. Ketua Komite Penanggulangan Kemiskinan Nasional.

4 Asisten Kesejahteraan Masyarakat Provinsi DKI Jakarta.5 Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Provinsi DKI Jakarta.

6 Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi DKI Jakarta.7 Para Walikotamadya/Bupati se-Provinsi DKI Jakarta.8. Kepala Biro Administrasi Kesejahteraan Masyarakat Provinsi DKI Jakarta.9. Kepala Biro Administrasi Wilayah Provinsi DKI Jakarta.10. Ketua Komite Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta.11. Ketua Koordinasi Kegiatan Kesejahteraan Sosial Provinsi DKI Jakarta.

By . www.katamanggadua.com

Page 4: Juknis LKMS

12. Para Kepala Sudin Bintal dan Kesos 5 (lima) Wilayah.13. Para Camat lokasi Lembaga Keuangan Mikro Pendampingan Masyarakat.14. Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK).15 Kepala Seksi Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial. Kecamatan lokasi Lembaga Keuangan

Mikro (LKM).

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemiskinan merupakan masalah sosial serius yang dihadapi oleh Indonesia. Data statistik menunjukan bahwa angka kemiskinan di Indonesia mencapai 17,75% yang ekuivalen dengan 39,05 juta jiwa'. Ini menunjukan bahwa pembangunan di Indonesia masih belum mampu secara optimal mengatasi masalah kemiskinan, bahkan pada medio 2005-2006 angka kemiskinan justru mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yaitu dari 15,97% (35,10 juta jiwa) menjadi 17,75% ( 39,05 juta jiwa ) atau dengan kata lain terjadi peningkatan jumlah penduduk miskin sebesar 3,95 juta jiwa2.

Di Provinsi DKI Jakarta sendiri, kemiskinan menembus angka 160. 480 rumah tangga atau setara dengan 675.718 jiwa3. Secara persentase. kemiskinan di Provinsi DKI Jakarta mencapai 8,96% dari keseluruhan jumlah penduduk. Jika dikaitkan dengan visi Dinas Bina mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Provinsi DKI Jakarta, yaitu “Masyarakat Peduli UKS, PMKS terentas, dan kehidupan mental spiritual kondusif pada tahun 2015", yang artinya di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2006 diharapkan kemiskinan menjadi menurun secara signifikan, maka perlu kerja keras dan kerja cerdas untuk mewujudkannya.

Sebagai ibukota Negara Republik Indonesia, Provinsi DKI Jakarta "merupakan daerah yang hampir keseluruhannya merupakan daerah perkotaan (kecuali Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu). Oleh karena itu, selain dari Kepulauan Seribu, kemiskinan di DKI Jakarta sebagian besar merupakan kemiskinan sementara (transient poverty) yang sangat dipengaruhi oleh perubahan dan kebijakan pemerintah, dan merupakan karakteristik khas kemiskinan di daerah perkotaan (urban). secara umum penyebab utama kemiskinan di Provinsi DKI Jakarta adalah (1) tenaga kerja yang tidak terampil, (2) terbatasnya kesempatan kerja. (3)

By . www.katamanggadua.com

Page 5: Juknis LKMS

keterbatasan akses terhadap sumberdaya ekonomi, sosial, budaya dan informasi, (4) tingkat pendidikan yang rendah, dan (5) daya ,beli yang menurun.

Pada dasarnya penanggulangan kemiskinan merupakan kewajiban negara (state obligation) untuk mensejahterakan rakyatnya. untuk menanggulangi kemiskinan diperlukan suatu upaya yang sistematis, terarah, tuntas, utuh, dan menyeluruh, karena kemiskinan bukan merupakan masalah yang berdiri sendiri, tetapi ia merupakan masalah yang kompleks dan lintas sektoral.

Untuk itu dalam rangka mewujudkan Provinsi DKI Jakarta yang terbebas dari kemiskinan maka diperlukan strategi dan langkah – langkah yang tepat mengenai sasaran. Secara sederhana, strategi yang diterapkan adalah dengan mengeliminasi penyebab utama kemiskinan diDKI Jakarta dengan meningkatkan produktifitas masyarakat miskin dan mem buka akses bagi mereka.

Usaha Ekonomi Produktif (UEP) merupakan salah satu strategi dalam upaya pengentasan kemiskinan. Dengan UEP diharapakan masyarakat mampu meningkatkan taraf kehidupannya dengan melakukan aktivitas produksi sehingga mereka mampu untuk memenuhi kebutuhannya dan dapat terlepas dari jerat kemiskinan. Salah satu bentuk dari UEP adalah dengan mengembangkan Kelompok Usaha Bersama (KUBE), dimana masyarakat secara berkelompok membentuk suatu usaha. Untuk membantu permodalan dan pemasaran hasil produksi KUBE, maka dikembangkan pula Lembaga Keuangan Mikro Sosial (LKMS) yang dibentuk dari, oleh, dan untuk anggota KUBE, sehingga usaha yang dibangun dapat terus berkelanjutan.

Namun, tanpa pengelolaan yang baik dan terarah, KUBE dan LKMS tidak akan dapat berkembang dengan baik sesuai dengan harapan. Berdasarkan pemikiran tersebut, supaya KUBE dan LKMS dapat berkembang dengan baik dan terarah maka diperlukan sebuah pedoman atau panduan untuk pelaksanaannya. Pedoman ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi seluruh stake holders penanggulangan kemiskinan di Provinsi DKI Jakarta, khususnya di lingkungan Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial sebagai instansi yang menjadi ujung tombak pelayanan sosial bagi masyarakat di wilayah Provinsi DKI Jakarta.

B. Tujuan

Pembuatan petunjuk teknis mekanisme pengelolaan dan pengembangan KUBE dan LKMS ini bertujuan untuk (1) memberikan pedoman/acuan bagi seluruh stake holders dalam kegiatan pengelolaan dan pengembangan KUBE dan LKMS, dan (2) memudahkan dalam proses monitoring dan evatuasi.

By . www.katamanggadua.com

Page 6: Juknis LKMS

C.Ruang Lingkup

Petunjuk Teknis Mekanisme Pengelolaan dan Pengembangan KUBE dan LKMS ini digunakan sebagai acuan dalam pengelolaan dan pengembangan KUBE dan LKMS di Iingkungan Dinas Bintal dan Kesos Provinsi DKI Jakarta.

D. Batasan Pengertian

Dalam petunjuk teknis ini yang dimaksud dengan :

1. Keluarga miskin adalah keluarga yang termasuk dalam daftar keluarga layak miskin yang dimiliki oleh Dinas Bintal dan Kesos Provinsi DKI Jakarta.

2. Kelompok Usaha Bersama (KUBE) adalah himpunan dari keluarga fakir miskin yang dibentuk, tumbuh dan berkembang atas prakarsanya sendiri saling berinteraksi satu sama lainnya, dan tinggal dalam satu wilayah kelurahan dengan tujuan untuk meningkatkan produktifitas anggotanya.

3. Lembaga Keuangan Mikro Sosial (LKMS) adalah lembaga keuangan dan pembiayaan yang didirikan dan dibiayai bersama oleh warga masyarakat untuk memecahkan masalah permodalan dan kebutuhan dana yang dihadapi anggotanya. Anggota LKMS adalah KUBE-KUBE yang berada di wilayah kerjanya.

4. luran Kesetiakawanan Sosial (IKS) adalah iuran anggota KUBE yang ditujukan untuk membantu anggota yang mengalami musibah atau pihak lain dalam rangka pengguliran dana, serta sebagai dana sosial.

5. Pendamping lapangan adalah orang atau lembaga sosial masyarakat yang memiliki kompetensi yang ditunjuk oleh Dinas Bintal dan Kesos Provinsi DKI Jakarta untuk memberikan bimbingan dan pembinaan terhadap KUBE dan LKMS dalam rangka pengelolaan dan pengembangan KUBE dan LKMS

6. Pendamping teknis adalah kepala seksi Dinas Bintal dan Kesos kecamatan

BAB IIPOLA PELAKSANAAN PENGELOLAAN

DAN PENGEMBANGAN KUBE DAN LKMS

Pola pelaksanaan pengelolaan dan pengembangan KUBE dan LKMS melibatkan unsur-unsur

By . www.katamanggadua.com

Page 7: Juknis LKMS

sebagai berikut :

1. Pengawasan dan Pengendalian

a. Pengawasan dan pengendalian kegiatan pengelolaan dan pengembangan KUBE dan LKMS dilakukan oleh Dinas Bintal dan Kesos Provinsi DKI Jakarta

a. Tugas dari unsur pengawasan dan pengendalian adalah:

1) Melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap kegiatan pengelolaan dan pengembangan KUBE dan LKMS

2) Melatih tim supervisi, pendamping teknis, pendamping lapangan, pengurus dan pengelola LKMS.

2. Supervisi

a. Supervisi kegiatan pengelolaan dan pengembangan KUBE dan LKMS dilakukan oleh Suku Dinas Bintal dan Kesos kotamadya

b. Tugas supervisi adalah:

1) Melakukan supervisi terhadap pendamping teknis, pendamping lapangan, pengurus dan pengelola LKMS dan KUBE

2) Melatih dan membimbing anggota KUBE

3. Pendamping

a. Pendampingan terhadap LKMS dan KUBE dilakukan oleh pendamping lapangan dan pendamping teknis

b. Pendamping teknis bertugas untuk memberikan pendampingan teknis terhadap KUBE dan LKMS

c. Pendamping lapangan bertugas untuk memberikan konsultasi kepada KUBE dan LKMS dalam rangka pengelolaan dan pengembangan KUBE dan LKMS

4. Pelaksanaa. Pelaksana pengelolaan dan pengembangan LKMS dilakukan oleh pengurus dan pengelola

LKMS. Pengurus dan pengelola LKMS bertugas untuk menjalankan fungsi LKMSb. Pelaksana pengelolaan dan pengembangan KUBE dilakukan oleh pengurus KUBE.

Pengurus KUBE bertugas untuk menjalankan fungsi KUBE.

By . www.katamanggadua.com

Page 8: Juknis LKMS

BAB IIIPELAKSANAAN

Pelaksanaan kegiatan pengelolaan dan pengembangan KUBE dan LKMS terdiri beberapa aktivitas, yaitu:

A. Pengelolaan dan Pengembangan LKMS

Untuk melakukan pengelolaan dan pengembangan LKMS agar menjadi lembaga yang fungsional dalam memberikan dukungan atas perkembangan KUBE-KUBE yang bernaung dibawahnya, maka diatur sebagai berikut:

1. Tempat dan Kedudukan LKMS bertempat dan berkedudukan di tingkat wilayah kecamatan dengan wilayah kerja satu kecamatan.

2. Kepengurusana. Kepengurusan LKMS sekurang-kurangnya terdiri dari ketua, sekretaris, dan bendahara, yang dipilih

dalam musyarawah LKMS dengan masa kepengurusan 3 (tiga) tahun, dan dapat dipilih kembali untuk satu periode berikutnya dalam jabatan yang sama. Pendamping teknis tidak diperbolehkan dipilih menjadi ketua LKMS.

a. Kepengurusan LKMS berasal dari perwakilan KUBE masingmasing sebanyak 1 (satu) orang, dan pendamping lapangan.

b. Pengurus LKMS memiliki tugas dan wewenang untuk :1) Bersama pendamping memberikan bimbingan dan binaan terhadap KUBE yang berada dalam

naungannya2) Mengambil kebijakan yang diperlukan dalam rangka mengembangkan LKMS dan KUBE dengan

sepengetahuan pendamping teknis3)Bertindak atas nama LKMS untuk mewakili ke luar lembaga4) Mengangkat pengelola LKMS (manager, pegawai, dll) apabila diperlukan5) Memberikan laporan perkembangan LKMS yang terdiri dari laporan teknis dan

laporan keuangan kepada Dinas Bintal dan Kesos Provinsi DKI Jakarta melalui Kepala Seksi Dinas Bintal dan Kesos kecamatan setempat setiap bulannya

d. Mekanisme Pengambilan Keputusan Dalam menentukan suatu kebijakan LKMS, secara hierarki keputusan diambil melalui:

By . www.katamanggadua.com

Page 9: Juknis LKMS

1) Musyawarah LKMSa) Musyawarah LKMS dilakukan setiap 1 (satu) tahun sekali, dalam keadaan tertentu

dapat dilakukan di luar itu a) Musyawarah LKMS dihadiri oleh perwakilan KUBE masing-masing sebanyak 1 (satu)

orang, pendamping lapangan, pendamping teknis, dan dapat mengundang perwakilan dari Dinas Bintal dan Kesos atau instansi terkait Iainnya.

c) Musyawarah LKMS berwenang untuk : (1) mengevaluasi laporan pertanggung jawaban pengurus LKMS, (2) menetapkan program kerja, (3) memilih pengurus LKMS, dan (4) menetapkan kriteria-kriteria pemberian kredit/bantuan kepada KUBE, (5) menetapkan pola pengembalian kredit/bantuan yang berupa pinjaman, dan (6) mengambil kebijakan yang dianggap perlu.

2) Rapat Pengurusa) Rapat pengurus LKMS dilakukan sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan sekalib)Rapat pengurus LKMS dihadiri oleh ketua, sekretaris, bendahara, dan pengurus lain

jika ada, serta pendamping lapangan dan pendamping teknisb)Rapat pengurus berwenang untuk: (1) memutuskan pemberian kredit/bantuan

kepada KUBE yang mengajukan proposal, dan (2) mengambil kebijakan yang diperlukan .

3. Fungsi

LKMS memiliki fungsi untuk:

a.Menyalurkan kredit/bantuan kepada KUBE berupa dana dan sarana produksi (saprodi)b.Membantu pemasaran produk-produk yang dihasilkan oleh KUBEc.Memberikan bimbingan dan binaan terhadap KUBE yang berada di bawah naungannya

d.Mengajukan kredit kepada instansi perbankan atau instansi lainnya dalam rangka pegembangan usaha LKMS/KUBE

e. Membuka akses bagi KUBE baik dalam hal produksi ataupun pemasaran

4. Usaha

Usaha yang dilakukan oleh LKMS meliputi:

a.Jasa keuangan, dengan menyalurkan kredit/bantuan kepada KUBE berupa danab.Pengadaan barang, dengan menyediakan saprodi bagi KUBE c.Pemasaran, dengan memasarkan produk-produk hasil KUBE

By . www.katamanggadua.com

Page 10: Juknis LKMS

Keuntungan usaha LKMS diperoleh dari:a. Jasa keuangan; LKMS berhak memperoleh jasa dari kredit/bantuan yang

berbentuk pinjaman yang disalurkan kepada KUBE. Kredit/bantuan yang keuangannya bersumber dari subsidi/bantuan pemerintah tidak diperbolehkan untuk dikenakan jasa.

b. Pengadaan barang; LKMS berhak mengambil margin dari selisih harga beli dari suplier dan harga jual kepada KUBE dengan besar margin sebesar-besarnya adalah dua setengah (2,5 ) %. Pembelian/pengadaan saprodi yang keuangannya bersumber dari subsidi/bantuan dari pemerintah tidak diperbolehkan mengambil margin.

b. Pemasaran; LKMS berhak mendapatkan margin sebesar sepuluh (10) % dari harga jual produk-produk KUBE yang dipasarkan melalui LKMS.

5. Pengelolaan Keuntungan Usaha Keuntungan yang diperoleh LKMS:

a. Sebesar 25% dipergunakan untuk honor pengurus, pengelola, pendamping, dan keperluan khusus lainnya

b. Sebesar 25% dipergunakan untuk keperluan administrasi LKMS seperti ATK, penggandaan, dan lain-lain

c. Sebesar 40% dimasukan ke dalam dana IKS

d. Sebesar 10% dijadikan sebagai sisa hasil usaha (SHU) yang dibagikan kepada seluruh anggota LKMS/KUBE secara merata yang dibagikan setiap akhir tahun.

6. Pengembangan LKMS

Dalam rangka pengembangan LKMS maka LKMS:a. Dengan bimbingan dan binaan dari pendamping lapangan dan pendamping teknis

dapat membentuk KUBE baru. Pembentukan KUBE baru harus diusulkan kepada Dinas Bintal dan Kesos Provinsi DKl Jakarta melalui kepala seksi Bintal dan Kesos kecamatan setempat yang diteruskan kepada Suku Dinas B i n t a l d a n K e s o s s e t e m p a t . H a l y a n g p e r i u dipertimbangkan dalam pembentukan KUBE baru antara lain adalah ketersediaan dana untuk disalurkan kepada KUBE baru, KUBE-KUBE lain di bawah naungannya telah dianggap mapan, dan hal lain yang dianggap perlu.

b. Dengan bimbingan dan binaan dari pendamping lapangan dan pendamping teknis dapat mengajukan kredit kepada lembaga perbankan atau instansi lainnya untuk pengembangan usaha LKMS .

c. Dapat dikukuhkan menjadi lembaga yang berbadan hukum apabila telah memenuhi

By . www.katamanggadua.com

Page 11: Juknis LKMS

persyaratan yang ditentukan oleh peraturan perundangan yang berlaku .

d. Dapat meminta Dinas Bintal dan Kesos Povinsi DKI Jakarta dan/atau Suku Dinas Bintal dan Kesos Kotamadya untuk memberikan program pendidikan dan pelatihan bagi LKMS dan KUBE baik dalam hal manajemen pengelolaan dan pengembangan LKMS/KUBE maupun dalam hal peningkatan kemampuan prosuksi KUBE .

B. Pengelolaan dan Pengembangan KUBE

Untuk melakukan pengelolaan dan pengembangan KUBE agar menjadi lembaga yang fungsional

dalam memberikan dukungan atas perkembangan usaha anggota KUBE, maka diatur sebagai berikut :

1. Tempat dan Kedudukan

KUBE bertempat kedudukan di tingkat wilayah kelurahan. Dalam satu kelurahan dapat dibentuk

KUBE tebih dari satu. Setiap KUBE wajib untuk masuk menjadi anggota LKMS yang berada di wilayah

kecamatannya, apabila belum ada, maka atas bimbingan dan binaan dari pendamping

lapangan dan pendamping teknis mengadakan musyawarah pembentukan LKMS.

2. Keanggotaan

Anggota KUBE berjumlah sekurang-kurangnya 10 orang yang terdiri dari keluarga miskin

3. Kepengurusan

a. Kepengurusan KUBE sekurang-kurangnya terdiri dari ketua, sekretaris, dan bendahara,

yang dipilih dalam musyawarah KUBE. Regenerasi kepengurusan KUBE disesuaikan

dengan kebutuhan.

a. Kepengurusan KUBE dipilih oleh dan dari anggota KUBE

b. Pengurus KUBE bertugas dan berwenang untuk:

1) Mengajukan proposal kredit/bantuan kepada LKMS atas nama anggota KUBE

2) Menyeleksi proposal kredit/bantuan yang akan diajukan kepada LKMS

3) Bersama pendamping teknis melakukan bimbingan dan binaan terhadap anggota

KUBE dalam hal pembuatan proposal kredit/bantuan dan kegiatan usaha

4) Mengambil kebijakan yang dianggap perlu dengan sepengetahuan pendamping

teknis

By . www.katamanggadua.com

Page 12: Juknis LKMS

5) Menjadi perwakilan dalam musyawarah atau kepengurusan LKMS

6) Memberikan laporan perkembangan KUBE yang terdiri dari laporan teknis dan laporan

keuangan kepada Dinas Bintal dan Kesos Provinsi DKI Jakarta metalui Kepata Seksi

Bintal dan Kesos kecamatan setempat setiap bulannya dengan tembusan kepada

pengurus LKMS.

Mekanisme Pengambilan Keputusan

Dalam menentukan suatu kebijakan KUBE, maka keputusan diambil dalam musyawarah

KUBE yang dihadiri oleh seluruh anggota KUBE, pendamping lapangan, dan pendamping

teknis.

4 Fungsi

KUBE berfungsi untuk memberikan dukungan dan bantuan kepada anggota KUBE agar dapat

meningkatkan kemampuan ekonomi dan social

5 KUBE dapat meminta bantuan LKMS dalam hal pemasaran hasil produksi. Jika pemasaran

hasil produksi KUBE dilakukan oleh LKMS, maka KUBE diwajibkan untuk memberikan insentif

kepada LKMS sebesar 10% dari harga jual, dan jika KUBE memasarkan sendiri hasil

produksinya, maka hharga jualnya tidak boleh lebih rendah dari harga jual yang dilakukan oleh

LKMS.

6 Dalam proses pengembangan KUBE, maka dapat dilakukan:

a. Perekrutan anggota baru KUBE

Untuk mengembangkan usaha dan meningkatkan kapasitas produksi KUBE, maka KUBE dapat

melakukan perekrutan anggota baru. Yang dapat direkrut sebagai anggota baru KUBE adalah

keluarga miskin yang direkomendasikan oleh pendamping teknis.

b. Pembentukan KUBE baru

Dinas Bintal dan Kesos Provinsi DKI Jakarta melalui Suku Dinas Kotamadya dapat

membentuk KUBE baru atas usulan dari pendamping teknis dan/atau LKMS. Yang dapat

menjadi anggota KUBE baru adalah keluarga miskin yang belum terjangkau dalam program

By . www.katamanggadua.com

Page 13: Juknis LKMS

KUBE.

Pendidikan dan Pelatihan

Dinas Bintal dan Kesos Provinsi DKI Jakarta dan/atau Suku Dinas Bintal dan Kesos Kotamadya dapat

memberikan program pendidikan dan pelatihan untuk KUBE baik dalam hal peningkatan

kemampuan produksi maupun dalam hal manajemen pengelolaan dan pengembangan KUBE.

C. Penyaluran Kredit / Bantuan

Proses penyaluran kredit/bantuan kepada KUBE oleh LKMS dilakukan melalui beberapa

tahapan, yaitu:

1. KUBE mengajukan proposal sebanyak 2 (dua) jenis, yaitu proposal untuk kredit/bantuan berupa

dana, dan proposal bantuan/kredit berupa sarana produksi (saprodi). Proposal kredit/bantuan berupa

dana, berisi :

a. Pendahuluan

Berisi latar belakang usulan usaha yang menggambarkan alasan dan prospek

pengembangan usaha.

b. Gambaran Usaha

Berisi tentang gambaran detail rencana usaha meliputi jenis usaha, aspek produksi, aspek

pemasaran, aspek kebutuhan, dan hal lain yang dibutuhkan .

c. Analisa Keuangan

Berisi tentang perhitungan keuangan usaha untuk permodalan (biaya produksi, pemasaran, dip

dilengkapi dengan estimasi harga jual dan keuntungan .

d. Penutup

e. Lampiran

Proposal kredit/bantuan berupa saprodi berisi kebutuhan saprodi untuk melakukan

produksi, berupa lampiran dari proposal kredit/bantuan yang berupa dana.

Pembuatan proposal dapat dibimbing oteh pendamping teknis dan pendamping lapangan.

Proposal yang diajukan oleh anggota KUBE melalui Ketua KUBE dan diketahui oteh

pendamping teknis.

By . www.katamanggadua.com

Page 14: Juknis LKMS

2. LKMS didampingi oleh pendamping teknis dan pendamping lapangan meneliti kelayakan

usaha yang diusulkan oleh KUBE. Halhal yang perlu diperhatikan dalam meneliti kelayakan

usaha KUBE, antara lain adalah kesesuaian dengan plafon dana yang ada, prospek

pengembangan usaha, dan hal lain yang dianggap perlu.

2. Setelah proposal yang diajukan oleh KUBE diteliti kelayakannya oleh LKMS, maka:

a. Apabila proposal yang diajukan dianggap tidak layak, maka LKMS mengembalikan

proposal tersebut kepada KUBE yang bersangkutan disertal dengan alasan teknis

penolakan pemberian kredit/bantuan sehingga proposal dapat diperbaiki sesuai

dengan persyaratan yang ditentukan oleh LKMS.

b. Apabila proposal yang diajukan dianggap layak, maka selanjutnya dibuat

perjanjian kerjasama antara LKMS dengan KUBE. Perjanjian kerjasama antara LKMS

dan KUBE harus diketahui oleh Kepala Seksi Dinas Bintal dan Kesos kecamatan setempat

dan dibubuhi materai secukupnya. Perjanjian kerjasama dibuat rangkap 3 (tiga),

masing-masing untuk pihak KUBE, pihak LKMS, dan Kepala Seksi Dinas Bintal dan Kesos

kecamatan setempat.

c. Proposal yang ditolak dapat diajukan kembali setelah diperbaiki dan memenuhi

persyaratan yang ditentukan LKMS .

4. Setelah perjanjian kerjasama ditandatangani, LKMS memberikan kredit/bantuan kepada KUBE berupa

dana dan berupa saprodi (tidak dapat diganti dalam bentuk dana).

5. Setiap pemberian kredit/bantuan LKMS kepada KUBE harus disertai dengan tanda terima yang sah.

6. Khusus untuk pengadaan kredit/bantuan berupa saprodi, LKMS dapat bekerjasama dengan pihak

ketiga (suplier), dan barang saprodi disalurkan langsung kepada KUBE.

7. Untuk kredit/bantuan yang berupa pinjaman, dana tersebut wajib dikembalikan oleh KUBE dengan

pola pengembalian ditentukan oleh LKMS.

8. Dalam penyaluran kredit/bantuan LKMS dapat:

a. Menentukan kriteria-kriteria tertentu dalam pemberian

kredit/bantuan kepada KUBE sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundangan

By . www.katamanggadua.com

Page 15: Juknis LKMS

yang berlaku .

b. Menentukan pola pengembalian kredit/bantuan yang berupa pinjaman .

c. Penetapan kriteria pemberian kredit/bantuan dan pola pengembalian kredit/bantuan

dilakukan dalam rapat pengurus LKMS dan diketahui oleh Kepala Seksi Dinas Bintal dan Kesos

kecamatan setempat.

D. Pengelolaan IKS

LKMS dan KUBE diwajibkan menyimpan dan mengelola dana IKS yang didapatkan dari

iuran tiap anggota KUBE dan persentase dari keuntungan yang didapat oleh LKMS/KUBE. Tata

cara pengelolaan IKS diatur sebagai berikut:

1. IKS bersumber dari:

a. Anggota KUBE minimal sebesar Rp. 750,- per hari, dengan pembagian Rp. 500,- untuk

disimpan dan dikelola oleh KUBE, dan Rp. 250,- untuk disimpan dan dikelola oleh LKMS.

b. Persentase keuntungan usaha LKMS sebesar 40% dari jumlah total keuntungan usaha

LKMS.

2. Pembayaran IKS

a. IKS disetor setiap hari oleh anggota KUBE kepada bendahara KUBE

b. IKS untuk LKMS, disetor oleh bendahara KUBE kepada bendahara LKMS setiap

tanggal terakhir tiap bulannya

c. IKS untuk LKMS yang bersumber dari persentase keuntungan usaha dimasukan ke

dalam perhitungan dana IKS setiap tanggal 1 pada bulan berikutnya .

3. Penggunaan dana IKS

a. Dana IKS yang disimpan dan dikelola oleh KUBE digunakan untuk bantuan bagi

anggota KUBE yang terkena musibah dengan besar bantuan disesuaikan dengan

ketersediaan dana IKS .

b. Dana IKS yang disimpan dan dikelola oleh KUBE dapat digunakan untuk

pinjaman kepada anggota KUBE untuk pengembangan usaha atas persetujuan seluruh

anggota KUBE yang diketahui oleh pendamping teknis. Pemberian pinjaman kepada

anggota KUBE dari dana IKS yang disimpan dan dikelola oleh KUBE hanya dapat

dilakukan apabila dana IKS yang tersedia dianggap telah melebihi dari perkiraan

By . www.katamanggadua.com

Page 16: Juknis LKMS

jumlah bantuan yang akan diberikan kepada anggota KUBE yang mendapatkan

musibah.

c. Dana IKS yang disimpan dan dikelola oleh LKMS dipergunakan dengan ketentuan:

1) Sebesar 40% digunakan untuk bantuan bagi anggota LKMS/KUBE yang terkena

musibah dengan besar bantuan disesuaikan dengan ketersediaan dana.

2) Sebesar 40% digunakan untuk tambahan dana bagi kredit/bantuan yang akan

disalurkan kepada KUBE sebagai pinjaman.

3) Sebesar 20% digunakan untuk dukungan operasional LKMS 4. Pengelolaan Dana IKS

Untuk pengelolaan dana IKS, balk yang yang disimpan di KUBE ataupun yang

disimpan di LKMS dibukukan dalam pembukuan tersendiri yang terpisah dengan

pembukuan keuangan usaha KUBE atau LKMS .

BAB IV

PENGENDALIAN DAN PELAPORAN

A. Pengendalian

Dalam pelaksanaan pengelolaan dan pengembangan KUBE dan LKMS dilakukan kegiatan

monitoring dan evaluasi yang berfungsi untuk memberikan pengawasan dan pemantauan

pelaksanaan kegiatan agar berjalan sesuai dengan yang telah ditentukan. Hasil evaluasi dari

kegiatan monitoring dijadikan sebagai bahan untuk menentukan kebijakan selanjutnya.

Kegiatan monitoring diatur sebagai berikut:

1. Bentuk kegiatan Bentuk kegiatan monitoring terdiri dari:

a. Pelaporan

Kegiatan monitoring dilakukan melalui pemeriksaan terhadap laporan-laporan yang masuk.

b. Kunjungan Lapang

Kegiatan monitoring dilakukan melalui kegiatan kunjungan secara Iangsung terhadap

KUBE dan LKMS.

2. Petugas Monitoring

Petugas untuk melakukan monitoring terdiri dari :

a. Dinas Bintal dan Kesos Provinsi DKI Jakarta, yang bertugas untuk melakukan pemantauan,

By . www.katamanggadua.com

Page 17: Juknis LKMS

pengawasan dan pengendalian terhadap seluruh aspek kegiatan pengelolaan dan

pengembangan KUBE dan LKMS .

b. Suku Dinas Bintal dan Kesos, yang bertugas untuk melakukan pemantauan dan supervisi

terhadap pelaksanaan kegiatan pengelolaan dan pengembangan KUBE dan LKMS .

c. Seksi Bintal dan Kesos kecamatan, bertugas untuk melakukan pemantauan dan bimbingan

terhadap LKMS dan KUBE .

Kegiatan evaluasi secara keseluruhan dilakukan oleh Dinas Bintal dan Kesos Provinsi DKI Jakarta.

Dalam melakukan evaluasi terhadap kegiatan pengelolaan dan pengembangan LKMS dan KUBE

dapat melibatkan Suku Dinas Bintal dan Kesos, pendamping lapangan, dan pendamping teknis.

B. Pelaporan

Pelaporan dimaksudkan untuk memberikan informasi secara tertulis mengenai kemajuan

dan perkembangan pelaksanaan pengelolaan dan pengembangan LKMS dan KUBE yang

dilengkapi dengan kendala dan permasalahan serta upaya-upaya yang dilakukan dalam rangka

mengatasi kendala dan permasalahan tersebut. Informasi-informasi ini akan menjadi landasan

dalam mengambil kebijakan selanjutnya.

Mekanisme penyampaian laporan ditetapkan sebagai berikut:

1. KUBE dan LKMS

a. KUBE membuat laporan yang terdiri laporan teknis dan laporan keuangan, dan mengirimkan kepada

kepala seksi Dinas Bintal dan Kesos setempat setiap bulannya.

b. LKMS membuat laporan yang terdiri laporan teknis dan laporan keuangan, dan mengirimkan

kepada kepala seksi Dinas Bintal dan Kesos setempat setiap bulannya .

c. Kepala seksi Bintal dan Kesos kecamatan setempat merekapitulasi seluruh laporan yang

berada di wilayah kecamatannya dan memberikan catatan-catatan khusus apabila

ditemukan permasalahan, kemudian mengirimkannya kepada Suku Dinas Bintal dan Kesos

setempat yang dilakukan setiap bulannya.

d. Suku Dinas Bintal dan Kesos setempat merekapitulasi dan mengkompilasi laporan dari

By . www.katamanggadua.com

Page 18: Juknis LKMS

kepala seksi Dinas Bintal dan Kesos kecamatan yang berada di wilayah kerjanya dan

memberikan analisa perkembangansetiap kecamatan, kemudian mengirimkannya kepada

Dinas Bintal dan Kesos Provinsi DKI Jakarta yang dilakukan setiap bulannya.

e. Dinas Bintal dan Kesos Provinsi DKI Jakarta menganalisa laporan yang disampaikan masing-

masing Suku Dinas Bintal dan Kesos, kemudian menentukan kebijakan untuk selanjutnya.

BAB V

PENUTUP

Petunjuk teknis pengelolaan dan pengembangan KUBE dan LKMS diharapkan dapat

menjadi pedoman dan acuan dalam kegiatan pengelolaan dan pengembangan KUBE dan

LKMS, khususnya di Provinsi DKI Jakarta.

Keberhasilan pelaksanaan kegiatan pengelolaan dan pengembangan KUBE

dan LKMS sebagai salah satu upaya dalam pengentasan kemiskinan akan sangat

tergantung pada konsistensi setiap pelaku yang terlibat dalam kegiatan ini serta

kerjasama yang baik dari setiap unsur.

Pada dasarnya petunjuk teknis ini membuka peluang sebesar - besarnya untuk

dilakukan perbaikan dan inovasi agar Iebih efektif dan efisien dalam pengelolaan dan

pengembangan KUBE dan LKMS sehingga menjadi lembaga yang fungsional dalam upaya

pengentasan kemiskinan, khususnya di wilayah Provinsi DKI Jakarta.

By . www.katamanggadua.com