Juknis Dekon

50
PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA TAHUN ANGGARAN 2012 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN RI JAKARTA 2011 P E T U N J U K T E K N I S 351.077 Ind p

Transcript of Juknis Dekon

Page 1: Juknis Dekon

PENGGUNAAN

DANA DEKONSENTRASI

PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN

DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA

TAHUN ANGGARAN 2012

SEKRETARIAT JENDERAL

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

JAKARTA

2011

P

E

T

U

N

J

U

K

T

E

K

N

I

S

351.077 Ind p

Page 2: Juknis Dekon

Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI

Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Sekretariat Jenderal

Petunjuk teknis pelaksanaan penggunaan dana dekonsentrasi program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan Tahun anggaran 2012,-- Jakarta: kementerian Kesehatan RI. 2011 ISBN 978-602-235-035-4 1. Judul I. HEALTH PLANNING II. HEALTH POLICY III. BUDGETS

351.077 Ind p

Page 3: Juknis Dekon

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas terbitnya Petunjuk Teknis Pelaksanaan

Penggunaan Dana Dekonsentrasi Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan

Tugas Teknis Lainnya Setjen Kementerian Kesehatan TA 2012. Petunjuk Teknis ini

disusun sebagai pedoman pelaksanaan bagi pengelola keuangan dan

penanggungjawab program di Dinas Kesehatan Propinsi dalam penggunaan dana

dekonsentrasi tahun 2012.

Berdasarkan UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan UU

Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, pelaksanaan anggaran yang

selanjutnya disebut sebagai DIPA disusun oleh Pengguna Anggaran/Kuasa

Pengguna Anggaran berdasarkan RKA-KL dan disahkan oleh Ditjen

Perbendaharaan / Kanwil Ditjen Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan

selaku Bendahara Umum Negara (BUN). Setelah DIPA disahkan, PA/KPA

menerbitkan Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) sebagai penjabaran lebih lanjut

dari DIPA, yang memuat uraian rencana kerja dan biaya yang diperlukan untuk

pelaksanaan kegiatan.

Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa Dana Dekonsentrasi Program

Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Setjen Kementerian

Kesehatan yang pengelolaannya dilimpahkan kepada Gubernur sebagai wakil

pemerintah melalui Satker Dinas Kesehatan Propinsi menunjukkan trend

penyerapan anggaran berjalan lambat sampai sampai triwulan III, dan cenderung

menumpuk pada kuartal IV (akhir tahun anggaran). Penyampaian laporan keuangan

tidak tertib dan kurang tepat waktu. Penilaian terhadap capaian sasaran kinerja,

konsistensi perencanaan dan implementasi, serta hasil – hasilnya baik berupa data

maupun informasi belum sepenuhnya disampaikan ke Kementerian Kesehatan.

Di sisi lain, Pemerintah dengan persetujuan DPR dalam UU tentang APBN,

sejak tahun anggaran 2010, termasuk dalam UU Nomor 22 Tahun 2011 tentang

APBN TA 2012 telah menerapkan prinsip reward dan punishment. Kebijakan ini

secara langsung ditindaklanjuti oleh Pemerintah dengan membentuk Tim Evaluasi

Page 4: Juknis Dekon

ii

dan Pengawasan Penyerapan Anggaran 2012. Salah satu instruksi Tim Evaluasi

dan Pengawasan Penyerapan Anggaran APBN 2012 adalah memerintahkan K/L

untuk segera menyusun Petunjuk Teknis Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi dalam

rangka percepatan pelaksanaan APBN 2012.

Mudah-mudahan Petunjuk Teknis ini dapat mengakomodir kebutuhan dalam

pelaksanaan program/kegiatan yang anggarannya tercantum dalam DIPA Dana

Dekonsentrasi TA 2012, serta antisipasi yang bersifat proaktif dalam menghadapi

reward dan punishment sebagai bagian dari kebijakan Pemerintah guna

meningkatkan kualitas belanja dan percepatan penyerapan anggaran.

Penyusunan Juknis ini telah melibatkan banyak pihak, namun demikian kami

menyadari sepenuhnya bahwa sebagai manusia tidak ada yang sempurna. Oleh

karena itu kritik dan saran perbaikan sangat kami nantikan dari berbagai pihak, guna

penyempurnaan di masa mendatang. Kami berterima kasih atas bantuan,

dukungan, dan partisipasi semua pihak baik langsung maupun tidak langsung atas

terbitnya Juknis ini.

Semoga Petunjuk Teknis ini bermanfaat bagi semua pihak yang terkait

sebagai proses bagi kita bersama, Pusat dan Daerah dalam mendukung dan

menuju upaya pencapaian sasaran pembangunan kesehatan 2014, MDGs 2015,

dan WTP 2012.

Jakarta, Januari 2012

Kepala Biro Perencanaan dan Anggaran,

drg. Tini Suryanti Suhandi, M. Kes

Page 5: Juknis Dekon

iii

SEKRETARIS JENDERAL

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

S A M B U T A N

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas upaya Biro Perencanaan

dan Anggaran dengan koordinasi unit terkait, maka Petunjuk Teknis Pelaksanaan

Penggunaan Dana Dekonsentrasi Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan

Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kesehatan TA 2012 dapat diterbitkan tepat

waktu. Sebagaimana diketahui dalam rangka mencapai sasaran pembangunan

kesehatan, pencapaian target MDGs dan pencapaian program/kegiatan prioritas

nasional dan prioritas pembangunan kesehatan di daerah, maka setiap tahun

pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan melimpahkan sebagian

wewenangnya melalui mekanisme dekonsentrasi.

Kegiatan dekonsentrasi yang berasal dari Sekretariat Jenderal adalah

Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya. Kegiatan-

kegiatan yang dicakup dalam Dana Dekonsentrasi tersebut adalah Perencanaan

dan Penganggaran Program Pembangunan Kesehatan; Pembinaan dan

Administrasi Kepegawaian; Pengelolaan Urusan Tata Usaha, Keprotokolan, Rumah

Tangga, Keuangan, dan Gaji; Pembinaan Pengelolaan Administrasi Keuangan dan

BMN; Penanggulangan Krisis Kesehatan; Pelayanan Kesehatan Haji; Pengelolaan

Data dan Informasi Kesehatan; Pembinaan, Pengembangan Pembiayaan dan

Jaminan Pemeliharaan Kesehatan; serta Pemberdayaan Masyarakat dan Promosi

Kesehatan.

Dengan adanya Petunjuk Teknis ini, saya mengharapkan agar Dinas

Kesehatan Provinsi dengan perangkatnya dapat mempercepat pelaksanaan

anggaran tahun 2012. Oleh karena itu, setelah menerima DIPA agar segera

menerbitkan Petunjuk Operasional Kegiatan (POK), menetapkan Pejabat

Perbendaharaan, Panitia/Pejabat Pengadaan/Penerima Barang/Jasa, dan hal

penting lainnya. Pelaksanaan kegiatan dilakukan secara efektif dan efisien serta

hasilnya dapat dipertanggungjawabkan baik dari segi fisik, keuangan maupun

manfaatnya bagi peningkatan upaya pencapaian program pembangunan kesehatan.

Page 6: Juknis Dekon

iv

Pengelolaan dana dekonsentrasi hendaknya dilakukan secara cermat; harap

perhatian pada daya serap anggaran rendah; penyampaian laporan keuangan

kurang baik dan tidak tepat waktu; capaian indikator kinerja prioritas rendah; serta

pengelolaan Barang Milik Negara (BMN) Dekonsentrasi yang tidak tertib

administrasi, tertib hukum dan tertib fisik akan membawa konsekuensi, yaitu akan

menerima punishment dari Pemerintah. Pemberlakukan reward dan punishment ini

sudah mulai diterapkan dan dinyatakan dalam Pasal 20 Undang- Undang Nomor 10

tahun 2010 tentang APBN 2011. Di samping itu, dalam pelaksanaan anggaran tahun

2012, semua Kementerian/ Lembaga akan dipantau secara terus menerus oleh Tim

Evaluasi dan Pengawasan Penyerapan APBN 2012.

Di dalam Juknis ini diatur juga sekurang-kurangnya keluaran (output) yang

wajib dicapai dan disampaikan secara berkala kepada pihak terkait di Pusat dan

Daerah dalam setiap pelaksanaan kegiatan sesuai dengan alokasi anggaran yang

tersedia. Saya menyadari sepenuhnya bahwa sebagai konsekuensi PP Nomor 41

tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, pelaksanaan berbagai kegiatan di

atas, pada Satker Dinkes Propinsi dilakukan oleh pengelola dan penanggungjawab

program/kegiatan yang berbeda-beda. Namun demikian, saya tetap meminta dan

percaya penuh bahwa Dinas Kesehatan Propinsi mampu untuk melakukan

koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi terhadap jajarannya.

Lebih lanjut, sebagai pelaksana sebagian dari Program di Jajaran Sekretariat

Jenderal Kemenkes di daerah ( Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan

Tugas Teknis Lainnya), saya juga berharap melalui kegiatan – kegiatan dan

anggaran yang tercantum dalam DIPA, Dinas Kesehatan Propinsi mampu

melakukan koordinasi terhadap pelaksanaan kegiatan yang berasal dari program

lainnya, seperti Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan,

Program Sumber Daya Kesehatan, Program Bina Upaya Kesehatan, dan lainnya

termasuk BOK, dan Jampersal. Tidak diperkenankan masing-masing program

berjalan secara sendiri-sendiri, tanpa adanya koordinasi.

Demikian pula, saya menginstruksikan juga kepada para Kepala Pusat dan

Kepala Biro di jajaran Sekretariat Jenderal untuk selalu berintegrasi dan

Page 7: Juknis Dekon

v

berkoordinasi dalam melakukan pembinaan dan pengawasan berkala terhadap

pelaksanaan penggunaan Dana Dekonsentrasi ini.

Mudah-mudahan Juknis ini bermanfaat dan dapat dijadikan pedoman dan

merupakan satu kesatuan dari Dokumen Pelaksanaan Anggaran selain DIPA,

Kertas Kerja RKA KL, dan POK. Kepada semua pihak yang terlibat dan membantu

dalam penyusunan dan terbitnya juknis ini, saya ucapkan terima kasih disertai

penghargaan yang setinggi-tingginya.

Jakarta, Januari 2012

Sekretaris Jenderal,

dr. Ratna Rosita, MPHM

Page 8: Juknis Dekon

xi

DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Sambutan Sekretaris Jenderal iii

Surat Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan vi

Daftar Isi xi

Daftar Tabel xii

BAB I PENDAHULUAN 1

BAB II PELAKSANAAN DIPA

A. Indikator Kinerja Program Dan Kegiatan 3

B. Perencanaan Pelaksanaan DIPA 5

C. Pengorganisasian Pelaksanaan DIPA 6

D. Menu Kegiatan dan Keluaran/ Kinerja

Pelaksanaan DIPA

9

BAB III PENGATURAN TENTANG REVISI DIPA

A. Ruang Lingkup Dan Batasan Revisi Anggaran 29

B. Kewenangan Penyelesaian Revisi Anggaran 29

C. Pengesahan Dan Penyampaian Revisi DIPA 30

BAB IV PENGAWASAN, PENGENDALIAN, DAN

PELAPORAN

A. Pengawasan 31

B. Pengendalian 31

C. Pelaporan 32

D. Reward Dan Punishment 33

BAB V PENUTUP 35

Page 9: Juknis Dekon

xii

Daftar Tabel

Tabel 1. Indikator dan Target Kinerja Program/ Kegiatan

Tahun 2012 yang terkait dengan Dana

Dekonsentrasi Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Setjen

Kemenkes TA 2012

4

Tabel 2. Data Peserta Latih Calon TKHI Kloter 12

Embarkasi Tahun 2012

8

Page 10: Juknis Dekon

- 1 -

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN

NOMOR HK.03.01/I/SK/006/2012

TENTANG

PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI PROGRAM

DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA

DI SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN ANGGARAN 2012

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN,

Menimbang : bahwa untuk mempercepat pelaksanaan program kegiatan

APBN dan penyerapan anggaran pada DIPA Kementerian

Kesehatan Tahun 2012 perlu menetapkan Peraturan

Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan tentang

Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Dekonsentrasi Program

Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis

Lainnya di Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan

Tahun Anggaran 2012;

Mengingat : 1. Undang–Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang

Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang

Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab

Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2006 Nomor 94, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4662);

4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5063);

5. Undang-undang ...

Page 11: Juknis Dekon

- 2 -

5. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun

Anggaran 2012 (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2011 Nomor 113, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5254);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang

Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan

Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang

Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4816);

8. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang

Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (APBN) (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2002 Nomor 73, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4212),

sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan

Presiden Nomor 53 Tahun 2010;

9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor

134/PMK.06/2005 tentang Pedoman Pembiayaan

dalam Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (APBN);

10. Peraturan Menteri Keuangan Nomor

91/PMK.05/2007 tentang Bagan Akun Standar;

11. Peraturan Menteri Keuangan Nomor

156/PMK.07/2008 tentang Pedoman Pengelolaan

Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 248/PMK.07/2010 tentang

Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor

156/PMK.07/2008 tentang Pedoman Pengelolaan

Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan;

12. Peraturan Menteri Keuangan Nomor

192/PMK.05/2009 tentang Perencanaan Kas;

12. Peraturan Menteri ...

Page 12: Juknis Dekon

- 3 -

13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

1144/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara

Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 585);

14. Peraturan Menteri Keuangan Nomor

101/PMK.02/2011 tentang Klasifikasi Anggaran;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL TENTANG

PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA

DEKONSENTRASI PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN

DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA DI

SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN

TAHUN ANGGARAN 2012.

Pasal 1

Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Dekonsentrasi Program Dukungan

Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya di Sekretariat Jenderal

Kementerian Kesehatan Tahun Anggaran 2012, yang selanjutnya disebut

Juknis Penggunaan Dana Dekonsentrasi merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA), Surat

Penetapan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-KL),

Kertas Kerja Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-KL),

dan Petunjuk Operasional Kegiatan yang menampung dana APBN yang

pengelolaannya menjadi tanggung jawab Sekretariat Jenderal Kementerian

Kesehatan.

Pasal 2

Dalam Penggunaan Dana Dekonsentrasi Program Dukungan Manajemen

dan Pelaksanaan Tugas Teknis lainnya, Dinas Kesehatan Propinsi mengacu

pada Juknis Penggunaan Dana Dekonsentrasi sebagaimana tercantum

dalam lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

Peraturan Sekretaris Jenderal ini.

Pasal 3

Juknis Penggunaan Dana Dekonsentrasi merupkan acuan bagi Kuasa

Pengguna Anggaran (KPA), Pejabat Penguji dan Penandatanganan Surat

Perintah Membayar, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Bendahara

Pengeluaran ...

Page 13: Juknis Dekon

- 4 -

Pengeluaran, Penanggung jawab Program, dan satuan kerja lain yang terkait

untuk:

a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) dan Rencana

Penarikan Dana (RPD) sebagai bagian dan menjadi satu kesatuan dari

DIPA dan POK Dana Dekonsentrasi;

b. Memberikan panduan kepada para pengelola keuangan dan

penanggungjawab kegiatan agar pelaksanaan kegiatan sesuai dengan

ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

c. Melakukan pembukuan, pencatatan, pelaporan, dan penyimpanan

dokumen pengelolaan dana dekonsentrasi dengan baik dan benar;

d. Melaksanakan kegiatan dekonsentrasi secara efektif dan efisien dalam

rangka mencapai indikator kinerja kegiatan dan program yang telah

ditetapkan;

e. Melaksanakan pengelolaan barang milik negara dekonsentrasi secara

tertib administrasi, tertib hukum, dan tertib fisik;

f. Menjamin penyerapan anggaran per triwulan secara proporsional, yaitu

minimal 25 % setiap triwulan;

g. Menyampaikan laporan sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun

2006 secara tepat waktu selambat-lambatnya tanggal 10 hari kerja

setelah triwulan yang bersangkutan berakhir untuk 33 (tiga puluh tiga)

satuan kerja dinas kesehatan provinsi ke unit organisasi di

Kementerian Kesehatan;

h. Menyampaikan Laporan Barang Kuasa Pengguna Barang setiap

sementer dan tahunan sesuai Sistem Akuntansi Pemerintah;

i. Menyampaikan Laporan Keuangan melalui Unit Akuntansi KPA

(UAKPA) secara bulanan, triwulanan, semesteran, dan tahunan sesuai

ketentuan peraturan peundang-undangan yang berlaku.

Pasal 4

Gubernur, bupati, walikota, kepala daerah/SKPD dalam mengatur

pelaksanaan penggunaan dana dekonsentrasi, harus tetap berpedoman dan

tidak boleh bertentangan dengan ketentuan dalam Peraturan Sekretaris

Jenderal ini.

Pasal 5 ...

Page 14: Juknis Dekon

- 5 -

Pasal 5

Peraturan perundang-undangan mengenai perpajakan berlaku juga

terhadap pelaksanaan penggunaan Dana Dekonsentrasi Program Dukungan

Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Sekretariat Jenderal

Kementerian Kesehatan Tahun Anggaran 2012 yang bersumber dari APBN

Pasal 6

Peraturan Sekretaris Jenderal ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 12 Januari 2012

Sekretaris Jenderal,

TTD

dr. Ratna Rosita, MPHM.

NIP. 19521205 198003 2001

Tembusan: 1. Kepala Badan Pemeriksa Keuangan (BPK);

2. Ketua Tim Evaluasi dan Pengawasan Penyerapan Anggaran (TEP);

3. Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP);

4. Inspektur Jenderal Kementerian Kesehatan;

5. Para Direktur Jenderal/Kepala Badan di Lingkungan Kementerian Kesehatan;

6. Gubernur Propinsi seluruh Indonesia; 7. Kepala Biro Perencanaan dan Anggaran Kementerian Kesehatan;

8. Kepala Biro Kepegawaian Setjen Kementerian Kesehatan;

9. Kepala Biro Umum Setjen Kementerian Kesehatan;

10. Kepala Biro Keuangan dan BMN Setjen Kementerian Kesehatan;

11. Kepala Biro Hukum dan Organisasi Setjen Kementerian Kesehatan; 12. Kepala Pusat Data dan Informasi Kesehatan Setjen Kementerian Kesehatan;

13. Kepala Pusat P2JK Setjen Kementerian Kesehatan;

14. Kepala Pusat PPK Setjen Kementerian Kesehatan;

15. Kepala Pusat Promosi Setjen Kesehatan Kementerian Kesehatan;

16. Kepala Pusat Pelayanan Haji Setjen Kementerian Kesehatan;

17. Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Jakarta V;

Page 15: Juknis Dekon

1

LAMPIRAN

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL

KEMENTERIAN KESEHATAN

NOMOR HK.03.01/I/SK/006/2012

TENTANG PETUNJUK TEKNIS

PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI

PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN

PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA

DI SEKRETARIAT JENDERAL

KEMENTERIAN KESEHATAN

PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI PROGRAM

DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA

BAB I

PENDAHULUAN

Pembangunan kesehatan yang diamanatkan dalam Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010 – 2014 ingin mewujudkan

sasaran (a) meningkatkan Usia Harapan Hidup (UHH) dari 70,7 tahun

menjadi 72,0 tahun; (b) Menurunnya angka kematian ibu melahirkan dari

228 per 100.000 kelahiran hidup menjadi 118 per 100.000 kelahiran hidup;

(c) menurunkan angka kematian bayi dari 34 per 1.000 kelahiran hidup

menjadi 24 per 1.000 kelahiran hidup; (d) menurunnya angka prevalensi

gizi kurang pada balita dari 18,4 persen menjadi lebih rendah dari 15

persen. Di sisi lain, berdasarkan kesepakatan global (Millennium

Development Goals/MDGs 2000) pada tahun 2015 diharapkan angka

kematian ibu menurun dari 228 per 100.000 kelahiran hidup menjadi 102

per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi menurun dari 34 per

1.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 menjadi 23 per 1.000 kelahiran

hidup.

Upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya

diselenggarakan keterpaduan upaya kesehatan untuk seluruh masyarakat

dengan mengikutsertakan masyarakat secara luas yang mencakup upaya

promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang bersifat menyeluruh,

terpadu, dan berkesinambungan. Pelaksanaan nya dituangkan ke dalam

berbagai program/kegiatan baik yang bersifat prioritas nasional, prioritas

bidang (Pembangunan Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama), prioritas

Kementerian Kesehatan maupun pendukung atau penunjang.

Page 16: Juknis Dekon

2

Pada sisi lain, dengan adanya perkembangan ketatanegaraan bergeser dari

sentralisasi menjadi desentralisasi, menyatakan bahwa bidang kesehatan

sepenuhnya diserahkan kepada daerah. Pengaturan lebih lanjut

berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang

Pembagian Urusan antara Pemerintah, Pemerintah Propinsi, dan

Pemerintah Kabupaten/Kota dan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun

2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.

Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya

Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan setiap tahun mengalokasikan

dana ke seluruh Satker Dinas Kesehatan Propinsi dalam rangka

Dekonsentrasi. Agar pelaksanaan kegiatan – kegiatan yang tercantum

dalam DIPA berjalan tertib, taat hukum, transparan, efektif, efisiensi, baik

dari segi pencapaian kinerja, keuangan, maupun manfaatnya bagi

peningkatan derajat kesehatan masyarakat, maka dipandang perlu untuk

menyusun Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penggunaan Dana Dekonsentrasi

Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya

Sekretariat Jenderal Kemenkes Tahun Anggaran 2012.

Page 17: Juknis Dekon

3

BAB II

PELAKSANAAN DIPA

A. INDIKATOR KINERJA PROGRAM DAN KEGIATAN

DIPA Dana Dekonsentrasi Program Dukungan Manajemen dan

Pelaksanaan Tugas Lainnya Sekretariat Jenderal Kementerian

Kesehatan Tahun Anggaran 2012 merupakan gabungan operasional dari

kegiatan :

1. Perencanaan dan Penganggaran Program Pembangunan Kesehatan;

2. Pembinaan dan Administrasi Kepegawaian;

3. Pengelolaan Urusan Tata Usaha, Keprotokolan, Rumah Tangga,

Keuangan, dan Gaji;

4. Pembinaan Pengelolaan Administrasi Keuangan dan BMN;

5. Penanggulangan Krisis Kesehatan;

6. Peningkatan Kesehatan Jemaah Haji

7. Pengelolaan Data dan Informasi Kesehatan

8. Pembinaan, Pengembangan Pembiayaan dan Jaminan Pemeliharaan

Kesehatan;

9. Pemberdayaan Masyarakat dan Promosi Kesehatan;

bersumber dana APBN TA 2012 yang didekonsentrasikan ke Dinas

Kesehatan Provinsi seluruh Indonesia.

Dinas Kesehatan Provinsi perlu memahami bahwa masing-masing

Program/Kegiatan memiliki Indikator Kinerja dan target yang harus

dicapai pada tahun 2012 sebagaimana tercantum dalam Keputusan

Menteri Kesehatan Nomor 021/Menkes/SK/1/2011 tanggal 4

Januari 2011 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan

Tahun 2010–2014.

Sebagian besar target dari masing-masing indikator kinerja kegiatan

dalam Tabel. 1 sumber datanya berasal dari berbagai fasilitas

pelayanan kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota. Oleh karena itu,

pendanaan dalam rangka Dekonsentrasi Tahun Anggaran 2012

diperuntukkan untuk mencapai sasaran dan target indikator kinerja

dari program/kegiatan dimaksud.

Keterbatasan keuangan Negara, namun sebagai konsekuensi

pelaksanaan asas desentralisasi dan otonomi daerah, tetap mewajibkan

dukungan APBD untuk mendanai urusan daerah yang disinergikan

dengan program dan kegiatan yang akan didekonsentrasikan.

Page 18: Juknis Dekon

4

Tabel 1. Indikator dan Target Kinerja Program/Kegiatan Tahun

2012 yang Terkait dengan Dana Dekonsentrasi Program

Dukungan dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya

Setjen Kemenkes TA 2012

No. PROGRAM/KEGIATAN

INDIKATOR TARGET

2012

(1) (2) (3) (4)

DUKUNGAN MANAJEMEN DAN

PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS

LAINNYA

1. Jumlah Kabupaten/Kota yang

mempunyai kemampuan tanggap darurat

dalam penanganan bencana

200

2. % Rumah Tangga yg melaksanakan PHBS 60

1. Perencanaan dan Penganggaran

Program Pembangunan Kesehatan

1. Jumlah Dokumen Perencanaan,

anggaran, kebijakan, dan evaluasi

pembangunan kesehatan

22

2. % Unit Utama Kementerian Kesehatan

yang membuat perencanaan dan

melaksanakan kegiatan Responsif Gender

60

2. Pembinaan Adminsitrasi

Kepegawaian

1. % Pemenuhan kebutuhan SDM Aparatur

(PNS/PTT dan Tugsus)

80

2. % Produk Administrasi Kepegawaian yang

dikelola melalui sistem layanan

kepegawaian

50

3. Jumlah Tenaga kesehatan yang

didayagunakan dan diberi insentif di

DTPK dan DBK

3.820

4. Jumlah Residen yang didayagunakan dan

diberikan insentif

2.550

3. Pengelolaan Urusan Tata Usaha,

Keprotokolan, Rumah Tangga,

Keuangan, dan Gaji

1. % Pengelolaan pembayaran gaji PNS,

CPNS, dan PTT tepat jumlah, waktu dan

sasaran

98

4. Pembinaan Pengelolaan Administrasi

Keuangan dan BMN

1. Tersusunnya laporan keuangan

Kemenkes setiap tahun anggaran sesuai

SAP dengan Opini Wajar Tanpa

Pengecualian (WTP)

2

2. % Pengadaan menggunakan e-

procurement

75

5. Penanggulangan Krisis Kesehatan 1. Jumlah kabupaten/kota yang mempunyai

kemampuan tanggap darurat dalam

penanganan bencana

200

6. Peningkatan Kesehatan Jemaah Haji 1. Angka kematian jemaah haji (per 1.000

jemaah)

2,3

2. % Kabupaten/Kota yang melaksanakan

pemeriksaan dan pembinaan kesehatan

haji sesuai standar

70

7. Pengelolaan data dan informasi

kesehatan

1. % Ketersediaan profil kesehatan nasional,

provinsi, kabupaten/kota per tahun

80

2. % Provinsi dan kabupaten/kota yang

memiliki bank data kesehatan

50

3. % Provinsi dan kabupaten/kota yang

menyelenggarakan SIK terintegrasi

80

8. Pemberdayaan Masyarakat dan

Promosi Kesehatan

1. % Rumah Tangga yang melaksanakan

PHBS

60

2. % Desa Siaga Aktif 40

3. Jumlah Poskesdes beroperasi 55.500

9. Pembinaan, Pengembangan

Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan

1. % Penduduk (termasuk seluruh

penduduk miskin) yang memiliki jaminan

kesehatan

88,4

2. Tersedianya data NHA setiap tahun 1

Page 19: Juknis Dekon

5

B. PERENCANAAN PELAKSANAAN DIPA

Segera setelah diterimanya DIPA Dana Dekonsentrasi Program

Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Setjen

Kemenkes TA 2012 dan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

2424/Menkes/SK/XII/2011 tanggal 6 Desember 2011 tentang

Pelimpahan Wewenang Penetapan Pejabat yang Diberi Wewenang dan

Tanggungjawab untuk Atas Nama Menteri Kesehatan selaku Pengguna

Anggaran/Pengguna Barang dalam Pengelolaan Anggaran Kementerian

Kesehatan yang dilaksanakan di Tingkat Provinsi TA 2012, Kepala Dinas

Kesehatan Provinsi atau pejabat lain yang ditunjuk untuk

bertanggungjawab segera mengambil langkah-langkah sebagai berikut :

1. Mengusulkan Pejabat Perbendaharaan (Kuasa Pengguna Anggaran,

Pejabat Penguji dan Penandatangan SPM, dan Bendahara

Pengeluaran) kepada Gubernur masing-masing agar ditetapkan

melalui Surat Keputusan.

2. Menetapkan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Pejabat

Pengadaan/Panitia Penerima, Staf Pengelola/Bendahara

Pengeluaran Pembantu, dan lain-lain.

Khusus untuk Provinsi yang memiliki kegiatan pengadaan yang

pelaksanaannya harus dilakukan melalui pemilihan Penyedia

Barang/Jasa, maka perlu dibentuk Organisasi Pengadaan

sebagaimana ketentuan Pasal 7 Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun

2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Dalam

melakukan pengorganisasian wajib pula mempedomani Surat Ketua

Tim Evaluasi dan Pengawasan Penyerapan Anggaran APBN 2012

nomor TEP/S-1/12/2011 tanggal 23 Desember 2011 perihal

Percepatan Pelaksanaan Proses Lelang untuk Percepatan APBN

2012.

3. Menyusun dan menerbitkan Petunjuk Operasional Kegiatan (POK)

yang ditandatangani PA/KPA.

POK adalah dokumen yang memuat uraian rencana kerja dan biaya

yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan, disusun oleh KPA

sebagai penjabaran lebih lanjut dari DIPA.

POK berfungsi sebagai :

a. pedoman dalam melaksanakan kegiatan/aktifitas;

b. alat monitoring kemajuan pelaksanaan kegiatan/aktifitas;

c. alat perencanaan kebutuhan dana; dan

d. sarana untuk meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan

efektifitas pelaksanaan anggaran.

Page 20: Juknis Dekon

6

4. Menyusun Perencanaan Kas

Penyusunan Perencanaan Kas mengacu pada Permenkes Nomor

192/PMK.05/2009 tanggal 23 Nopember 2009. Perencanaan Kas

merupakan proyeksi penerimaan dan pengeluaran Negara pada

periode tertentu dalam rangka pelaksanaan APBN.

Satker Dinas Kesehatan Provinsi yang mengelola APBN

Dekonsenstrasi wajib menyusun perkiraan penarikan dana

dan/atau perkiraan penyetoran dana, yang dibuat secara periodik

yaitu bulanan, mingguan, dan harian untuk kemudian disampaikan

kepada KPPN.

Di samping tanggungjawab sebagaimana tersebut di atas, Kepala Dinas

Kesehatan juga bertanggungjawab terhadap pelaksanaan dan

penyampaian laporan secara baik, benar, dan tepat waktu sesuai

ketentuan peraturan peundang-undangan yang berlaku.

C. PENGORGANISASIAN PELAKSANAAN DIPA

Pengorganisasi pelaksanaan DIPA Dekonsentrasi bersumber dana APBN

TA 2012 pada beberapa provinsi terdapat kegiatan penanggulangan

krisis kesehatan dan peningkatan kesehatan jemaah haji. Akan tetapi

sekurang-kurangnya pengorganisasian dalam pelaksanaan DIPA

dilakukan sebagai berikut:

1. Koordinasi Antar pihak yang Terkait dengan Pelaksanaan DIPA

a. Penanggung jawab Program Dukungan Manajemen dan

Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya di masing-masing Provinsi

adalah Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, sedangkan Koordinator

Pelaksanaan atau Pengelolaan Kegiatan berada pada masing-

masing penanggung jawab kegiatan (Jamkesmas, Promosi

Kesehatan, Keuangan dan BMN, Data dan Informasi Kesehatan,

Perencanaan dan Penganggaran, Kesehatan Haji, Administrasi

Kepegawaian/Gaji, dan Penanggulangan Krisis Kesehatan)

b. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) meningkatkan upaya-upaya

untuk mendukung percepatan pelaksanaan kegiatan DIPA yang

dilaksanakan oleh para pengelola kegiatan atau

penanggungjawab kegiatan.

c. Setiap pihak yang terkait dalam pelaksanaan DIPA wajib

memperhatikan dan mempedomani POK, RPK dan RPD serta

ketentuan dan peraturan perundang-undangan lainnya yang

berlaku.

Page 21: Juknis Dekon

7

2. Koordinasi Pelaksanaan Kegiatan Penanggulangan Krisis Kesehatan

Beberapa Satker Dinas Kesehatan Provinsi dalam pendanaan

dekonsentrasi Tahun 2012 juga mengelola kegiatan penanggulangan

krisis kesehatan, yaitu:

a. Regional Medan

b. Regional Palembang

c. Regional DKI Jakarta

d. Regional Semarang

e. Regional Surabaya

f. Regional Banjarmasin

g. Regional Denpasar

h. Regional Manado

i. Regional Makasar

j. Sub Regional Padang

k. Sub Regional Jayapura

Hal ini didasarkan pada Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

679/Menkes/SK/VI/2007 tentang Organisasi Pusat Penanggulangan

Krisis Kesehatan Provinsi sebagaimana telah diubah dengan

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1227/MENKES/SK/XI/2007.

Bidang/bagian yang ditunjuk Kepala Dinas Kesehatan Provinsi

menjadi Penanggung jawab kegiatan penanggulangan krisis

kesehatan di masing-masing Dinas Kesehatan Provinsi bisa berbeda

antara satu provinsi dengan provinsi lainnya. Untuk itu, Kepala

Dinas Kesehatan Provinsi/KPA dan PPK harus berupaya agar dalam

pelaksanaan kegiatan DIPA tetap tercipta koordinasi dan integrasi,

selain itu harus mempedomani juga Petunjuk Teknis Dana

Dekonsentrasi Kegiatan Penanggulangan Krisis Kesehatan yang

diterbitkan oleh PPKK.

3. Koordinasi Pelaksanaan Kegiatan Pelayanan Kesehatan Haji

Beberapa Satker Dinas Kesehatan Provinsi dalam pendanaan

dekonsentrasi juga mengelola kegiatan pelayanan haji berupa

pengadaan seragam TKHI (Tenaga Kesehatan Haji Indonesia), yaitu

pada 12 Provinsi wilayah embarkasi:

a. Banda Aceh

b. Sumatera Utara

c. Kepulauan Riau

d. Sumatera Barat

e. Sumatera Selatan

Page 22: Juknis Dekon

8

f. DKI Jakarta

g. Jawa Barat

h. Jawa Tengah

i. Jawa Timur

j. Kalimantan Timur

k. Kalimantan Selatan

l. Sulawesi Selatan

Bidang/bagian yang bertanggung jawab dalam mengelola kegiatan

pelayanan haji bersama Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) harus

berupaya mempercepat pelaksanaan proses lelang dengan mengacu

pada rambu–rambu Pakaian Seragam Petugas TKHI Kloter Tahun

2012 sebagaimana tercantum pada Lampiran Juknis.

Hal ini guna mendukung percepatan efektif dan efisiensi

pelaksanaan kegiatan tersebut. Pelaksanaan kegiatan direncanakan

oleh Satuan Kerja Dinas Kesehatan Provinsi yang masuk dalam

pendanaan dekonsentrasi Sekretariat Jenderal Kementerian

Kesehatan dan dibantu oleh pengelola program kegiatan pelayanan

kesehatan haji provinsi. Sebagai data dasar rencana pelaksanaan

kegiatan adalah data peserta latih Tim Kesehatan Haji

Indonesia/TKHI kloter tahun 2012 di 12 embarkasi, dengan alokasi

jumlah peserta seperti tercantum dalam Tabel 2.

Tabel 2. Data Peserta Latih Calon TKHI Kloter 12 Embarkasi

Tahun 2012.

No EMBARKASI PESERTA LATIH

DOKTER PERAWAT JUMLAH

1 Aceh 14 28 42

2 Medan 19 38 57

3 Padang 23 46 69

4 Batam 24 48 72

5 Palembang 21 44 65

6 Jakarta 55 109 164

7 Jawa Barat 90 182 272

8 Solo 89 179 268

9 Surabaya 94 188 282

10 Banjarmasin 18 36 54

11 Balikpapan 16 32 48

12 Ujung Pandang 45 90 135

TOTAL 1528

Untuk pelaksanaan pengadaan tahun 2012 diharapkan

dilaksanakan sebelum kegiatan pelatihan calon TKHI Kloter tahun

2012. Kegiatan pelatihan teritegrasi TKHI Kloter akan dilaksanakan

Page 23: Juknis Dekon

9

oleh Pusat Kesehatan Haji yang bekerja sama dengan Kantor

Kesehatan Pelabuhan dan Dinas Kesehatan Provinsi yang teritegrasi

bersama dengan Kementerian Agama (Kanwil) pada bulan Mei

sampai dengan Juni 2012. Pada saat tersebut pakaian seragam yang

diterima dalam bentuk bahan, atribut dan model oleh masing-

masing calon TKHI Kloter dan sebagai kelengkapan informasi

disampaikan selanjutnya dalam menu kegiatan dan pelaksanaan

DIPA serta penjelasan lampiran.

D. MENU KEGIATAN DAN KELUARAN/KINERJA PELAKSANAAN DIPA

1. Perencanaan dan Anggaran Program Pembangunan Kesehatan

a. Rapat Kerja Kesehatan Nasional (RAKERKESNAS).

b. Rapat Koordinasi Teknis Dana Alokasi Khusus (DAK).

c. Rapat Koordinasi Kesehatan Pusat dan Daerah (Rakorkes).

Rakorkes diselenggarakan pada masing-masing provinsi dengan

menggunakan kegiatan Rakerkesda dan/atau kegiatan lainnya.

Peserta pertemuan adalah seluruh SKPD Provinsi/

Kabupaten/Kota dan UPT Vertikal/SKPD (bila memungkinkan

termasuk Puskesmas terpilih/Lintas Sektor) serta dihadiri

Pejabat Eselon I dan Eselon II Kementerian Kesehatan.

Penjadualan akan diatur bersama antara Pusat dan Dinas

Kesehatan Provinsi. Apabila dalam DIPA Dekonsentrasi Satker

Dinas Kesehatan Provinsi belum menampung alokasi kegiatan

ini, maka diwajibkan melakukan revisi anggaran. Revisi

anggaran dilakukan mengikuti ketentuan peraturan

perundangan-undangan yang berlaku.

d. Penyusunan Dokumen Perencanaan dan Anggaran (Renja KL,

Bahan Musrenbang, RKA-KL dan DIPA Dekonsentrasi dan TP).

e. Penyusunan Evaluasi Kinerja sesuai dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 39 tahun 2006, Penyusunan Laporan

Monitoring dan evaluasi DAK, Penyusunan Profil Kesehatan

(Provinsi dan Kabupaten/Kota) dan Evaluasi SPM Bidang

Kesehatan.

f. Penyediaan Honorarium dan Operasional dalam Rangka

Pengelolaan Kegiatan Dekonsentrasi.

Output (Keluaran) kegiatan telah tercantum pada DIPA dan Kertas

Kerja RKA-KL masing-masing Satker Dinas Kesehatan Provinsi.

Namun demikian, sebagai implikasi dari pendekatan perencanaan

dan penganggaran berbasis kinerja; adanya penerapan sistem

reward dan punishment berdasarkan undang-undang, dan komitmen

Page 24: Juknis Dekon

10

Kementerian Kesehatan meraih WTP 2012 maka keluaran yang

diharapkan dari kegiatan ini adalah:

2. Pembinaan Administrasi Kepegawaian serta Pengelolaan Urusan

Tata Usaha, Keprotokolan, Rumah Tangga, Keuangan, dan Gaji;

a. Pengelolaan PTT, terdiri dari :

1) Honor Percepatan Pengelolaan Administrasi PTT/Penugasan

Khusus dan Percepatan Pembayaran Gaji/Insentif PTT/

Penugasan Khusus;

2) Rakon Kepegawaian; dan

3) Pendataan Tenaga PTT.

b. Perencanaan dan Penyusunan Kebijakan Teknis Pengembangan

Kepegawaian Negara.

c. Pendidikan dan Pelatihan Teknis:

1) Pelatihan SIM PTT di Provinsi

2) Pelatihan SIM Spesialis di Provinsi

d. Koordinasi Peningkatan dan Pengembangan SDM Aparatur.

e. Monitoring dan evaluasi/review/pembinaan Provinsi ke

Kabupaten/Kota.

f. Konsultasi Provinsi ke Kementerian Kesehatan.

Output (Keluaran) kegiatan telah tercantum pada DIPA dan Kertas

Kerja RKA-KL masing-masing Satker Dinas Kesehatan Provinsi. Namun

demikian, sebagai implikasi dari pendekatan perencanaan dan

penganggaran berbasis kinerja serta adanya penerapan sistem reward

dan punishment berdasarkan undang-undang dan komitmen

Kementerian Kesehatan meraih WTP 2012, maka keluaran yang

diharapkan dari kegiatan ini adalah:

a. Seluruh Dinkes Propinsi/Kabupaten/Kota, RSUD

Propinsi/Kabupaten/Kota, SKPD lainnya di Indonesia telah

mengikuti Rakerkesnas dan menindaklanjuti hasil

Rakerkesnas.

b. Terlaksananya konsolidasi pengelolaan DAK antara Pusat

dan Daerah.

c. Sinkronisasi dan sinergisitas pelaksanaan program dan

kegiatan Pembangunan Kesehatan Pusat dan Daerah.

d. Profil/Laporan Hasil Capaian Indikator Kinerja SPM

Kabupaten/Kota.

Page 25: Juknis Dekon

11

3. Pembinaan Pengelolaan Administrasi Keuangan dan Barang Milik

Negara (BMN)

a. Pengelolaan Satker (Unit Akuntansi KPA/Barang) Satker

Dekonsentrasi Dinas Kesehatan Provinsi

b. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran/Barang – Wilayah

Dekonsentrasi di Dinas Kesehatan Provinsi untuk seluruh

Program Kemenkes dalam penyusunan Laporan Keuangan (LRA,

Neraca, CaLK) Unit Akuntansi yang bersangkutan.

Output (Keluaran) kegiatan telah tercantum pada DIPA dan Kertas

Kerja RKA-KL masing-masing Satker Dinas Kesehatan Provinsi.

Namun demikian, sebagai implikasi dari pendekatan perencanaan

dan penganggaran berbasis kinerja serta adanya penerapan sistem

reward dan punishment berdasarkan undang-undang dan komitmen

Kementerian maka keluaran yang diharapkan dari kegiatan ini

adalah:

1) Data Keberadaan PTT/Penugasan Khusus

Updating Data dilakukan dengan menggunakan aplikasi

SIMPEG setiap akhir bulan tahun 2012, sedangkan pelaporan

dalam bentuk Print-out yang sudah ditandatangani Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota disampaikan ke Biro

Kepegawaian disertai tembusan kepada Kepala Dinas Provinsi

selambat-lambatnya 10 hari setelah berakhirnya triwulan

berjalan.

2) Terlaksananya Usulan Pembayaran Gaji dan Insentif

PTT/Insentif Tugas Khusus per triwulan dari Kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota dan disampaikan ke Biro Umum

dengan tembusan kepada Dinas Kesehatan Provinsi

selambatnya-lambatnya tanggal 2 pada awal triwulan berjalan

(Usulan ini termasuk PTT yang melaksanakan tugas di

instansi vertikal atau SKPD lainnya, seperti KKP, BSB

RSUP/RSUD, dan lain-lain)

3) Data Kebutuhan PTT/Penugasan Khusus

Bagi provinsi yang menyelenggarakan Rakon Kepegawaian

baik bersumber dana Dekonsentrasi APBN maupun APBD.

Data kebutuhan PTT hasil pelaksanaan Rakon Kepegawaian

ini disampaikan kepada Biro Kepegawaian selambat-

lambatnya 1 (bulan) setelah berakhirnya pelaksanaan

kegiatan disertai tembusan kepada Pusrengun Badan PPSDM

Kesehatan.

Page 26: Juknis Dekon

12

4. Penanggulangan Krisis Kesehatan

Komponen kegiatan yang tercantum dalam DIPA Dekonsentrasi 11

Satker Dinas Kesehatan Provinsi yang memiliki Regional dan Sub

Regional PPK adalah sebagai berikut:

a. Rapat Koordinasi PPK Regional/Sub Regional;

b. Pendampingan penyusunan rencana kontijensi bidang kesehatan

dalam penanggulangan krisis kesehatan;

c. Pembinaan dan monitoring dalam upaya penanggulangan krisis

kesehatan.

Output (Keluaran) kegiatan telah tercantum pada DIPA dan Kertas

Kerja RKA-KL masing-masing Satker Dinas Kesehatan Provinsi.

Namun demikian, sebagai implikasi dari pendekatan perencanaan

dan penganggaran berbasis kinerja; serta adanya penerapan sistem

reward dan punishment berdasarkan undang-undang; dan komitmen

Kementerian Kesehatan meraih WTP 2012, maka keluaran yang

diharapkan dari kegiatan ini adalah:

1) Optimalisasi peran Unit Akuntansi Pembantu Pengguna

Anggaran/Barang Wilayah (UAPPA/B – W) Dekonsentrasi

dalam rangka mengumpulkkan, mengkompilasi,

menyampaikan laporan keuangan secara berjenjang.

2) Tersusunnya laporan keuangan oleh setiap Satuan Kerja

sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan dilaporkan

secara berjenjang, teratur dan tepat waktu.

1) Dokumen Koordinasi PPK Regional/Sub Regional

Dokumen ini wajib disampaikan ke PPKK selambat-

lambatnya 1 (satu) bulan setelah pelaksanaan kegiatan.

2) Dokumen Draft Rencana Kontinjensi Bidang Kesehatan

(disampaikan selambat-lambat 1 bulan setelah

pelaksanaan kegiatan. Pada akhir tahun Regional/Sub

Regional wajib menyampaikan Dokumen Rencana

Kontinjensi Bidang Kesehatan yang telah ditandatangani

oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota ke PPKK)

3) Inventarisasi Data-data Kesiapsiagaan PKK (SDM, Sarana,

dan lain-lain). Data–data Kesiapsiagaan PKK dibuat dan

disampaikan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam

setiap tahun.

Page 27: Juknis Dekon

13

5. Peningkatan Kesehatan Jemaah Haji

Kegiatan Peningkatan Kesehatan Jemaah Haji yang dialokasikan

dalam DIPA Dekonsentrasi adalah pengadaan pakaian seragam

Petugas Kloter Haji Indonesia (PKHI). Kegiatan ini hanya

dialokasikan pada 12 Satker Dinas Kesehatan Provinsi.

Output (Keluaran) kegiatan telah tercantum pada DIPA dan Kertas

Kerja RKA-KL masing-masing Satker Dinas Kesehatan Provinsi.

Namun demikian, sebagai implikasi dari pendekatan perencanaan

dan penganggaran berbasis kinerja; serta adanya penerapan sistem

reward dan punishment berdasarkan undang-undang; dan

komitmen Kementerian Kesehatan meraih WTP 2012, maka keluaran

yang diharapkan dari kegiatan ini adalah:

Adapun sebagai bahan dasar dalam penyusunan spesifikasi Teknis

Pakaian TKHI Kloter Tahun 2012, rambu-rambu yang menjadi

acuan adalah :

a. Rambu–rambu pakaian seragam petugas TKHI Kloter 1443

H/2012 M

1) Nama barang

Pakaian Seragam Petugas TKHI Kloter

2) Bentuk Barang

a) Pakaian harian Petugas (Baju dan celana panjang), 2

(dua) pasang, masing-masing, baju dengan ukuran kain 2

m dan celana dengan ukuran kain 2 m

b) Jaket , 1 (satu) buah, ukuran kain 2 m

c) Rompi, 1 (satu) buah, ukuran kain 2 m

Poin a, b dan c diterima dalam bentuk bahan (kain) dan

ongkos jahit

3) Warna, Bahan Dasar dan Model

a) Warna untuk Pakaian harian Petugas adalah warna Putih

untuk baju dan warna Biru Dongker untuk celana

b) Warna untuk Rompi adalah Biru Dongker

c) Warna untuk Jaket adalah Biru Tua

Tersedianya pakaian seragam yang diterima dalam bentuk

bahan, atribut dan model bagi peserta latih Tim Kesehatan

Haji Indonesia Tahun 2012 (calon petugas TKHI Kloter 2012)

di 12 Embarkasi Haji.

Page 28: Juknis Dekon

14

d) Bahan Dasar

Kain yang digunakan:

(1) Berkualitas baik

(2) Nyaman digunakan

(3) Tidak panas saat digunakan

(4) Tidak kusut

(5) Menyerap keringat

(6) Tidak berbulu dan luntur saat dicuci

e) Model

(1) Baju Pria

(a) Model baju adalah kemeja lengan panjang, dengan

lapisan dalam kain voering terbuat dari kain yang

lembut dan tidak panas pada saat dipakai, warna

disesuaikan bahan baju, dijahit menjadi satu

dengan kain baju dan jahitan dari bagian dalam

(b) Bentuk daun krah model krah duduk (krah

kemeja dengan kaki dan daun krah), ukuran

disesuaikan.

(c) Terdapat saku bobok pada badan depan sebelah

kiri, dengan lipatan bibir saku dilapisi kain

pengeras, dijahit rapi.

(d) Pada bagian pinggang baju terdapat saku bobok

dengan posisi segaris (vertikal) dengan sambungan

pola badan bagian depan dan pola badan bagian

belakang, pada bagian kiri dan kanan dengan

ukuran disesuaikan.

(e) Pada ujung lengan terdapat manset dengan lipatan

(ploi) sebanyak dua buah dan buah kancing posisi

mendatar (horizontal)

(f) Manset lengan dilapisi kain keras lem dan dijahit

rapi.

(g) Kancing kemeja bagian depan berjumlah tujuh

(tujuh) buah dengan ukuran kancing standar

kemeja berlubang 4 (empat), dijahit dengan kuat

dan tidak mudah terlepas.

(h) Pola badan bagian belakang terbagi atas dua

potongan belah bagian tengah dan terdapat lipatan

model belahan pada bagian ujung bawah pola

badan bagian belakang, ukuran disesuaikan.

Page 29: Juknis Dekon

15

(2) Baju Wanita

(a) Model baju semi blazer lengan panjang dengan

lapisan dalam kain voering terbuat dari kain yang

lembut dan tidak panas pada saat dipakai, dijahit

menjadi satu dengan kain baju dan jahitan dari

bagian dalam.

(b) Bentuk krah model krah cina (shanghai).

(c) Terdapat dua saku bobok pada bagian pinggang

pola badan depan sebelah kanan dan sebelah kiri

posisi mendatar segaris, dengan lipatan bibir saku

dilapisi kain pengeras, dijahit rapi, ukuran

disesuaikan.

(d) Kancing baju bagian depan berjumlah 7 (tujuh)

buah, dengan ukuran kancing blazer

(disesuaikan).berlubang 4, dijahit dengan kuat dan

tidak mudah lepas.

(e) Pola badan bagian belakang terbagi atas 3

potongan dengan princess bagian belakang.

(f) Panjang baju sesuai dengan ukuran pemakai, 3

cm diatas lutut.

(3) Celana Panjang Pria

(a) Model celana panjang dengan band pinggang,

ujung celana lurus dijahit som dan tidak dilipat.

(b) Saku samping model lurus, posisi saku segaris

dengan sambungan pola celana bagian depan dan

belakang, ukuran disesuaikan.

(c) Pola bagian depan memakai lipatan (ploi) sebanyak

dua buah.

(d) Pola bagian belakang memakai kupnat dan dua

buah saku bobok, dan hanya bibir saku yang

terlihat dari luar, memakai kancing dan pengait

kancing.

(4) Celana Panjang Wanita

(a) Model celana panjang dengan band pinggang,

ujung celana lurus dijahit som dan tidak dilipat.

(b) Saku samping model lurus, posisi saku segaris

dengan sambungan pola celana bagian depan dan

belakang, ukuran disesuaikan.

(c) Pola bagian depan memakai lipatan (ploi) sebanyak

dua buah.

Page 30: Juknis Dekon

16

(d) Pola bagian belakang memakai kupnat, tidak

memakai saku.

(5) Rompi

(a) Model rompi tanpa lengan, dengan lapisan dalam

dacron dan kain voering terbuat dari kain yang

lembut yang menyerap keringat dan tidak panas

pada saat dipakai, dijahit menjadi satu dengan

kain rompi dan jahitan dari bagian dalam.

(b) Bentuk krah berbentuk V (V neck) tanpa daun

krah, ukuran disesuaikan.

(c) Terdapat empat saku tempel model lipatan dan

tutup saku memakai perekat (Velcro) untuk

mengkait, bentuk saku kotak, posisi pada pola

badan depan bagian dada dan bawah sebelah

kanan dan kiri dengan model lipatan harmonika.

(d) Lapisan dalam terdapat saku bobok dalam,

ukuran standar, dengan posisi bagian dalam

sebelah kiri.

(e) Bagian depan menggunakan restleting ukuran

besar, dengan model yang bisa dilepas tarik,

warna sesuai dengan warna kain rompi, posisi dari

pangkal kerongan leher sampai ujung bagian

bawah rompi.

(f) Bagian bawah rompi dijahit bentuk bis-ban

dengan lebar 6cm melingkar badan.

(g) Pola badan bagian belakang tanpa potongan.

(6) Jaket

(a) Model jaket semi jas lengan panjang, dengan

lapisan dalam kain voering terbuat dari kain yang

lembut dan tidak panas pada saat dipakai, dijahit

menjadi satu dengan kain jaket dan jahitan dari

dalam.

(b) Bentuk daun krah model krah tanam (daun krah

langsung dijepit pada lingkar leher), dengan sudut

ujung daun krah tumpul, ukuran disesuaikan.

(c) Terdapat dua saku bobok pada pinggang, pola

badan depan bagian kanan dan kiri, posisi vertikal

dengan lipatan bibir saku dilapisi kain pengeras,

dijahit rapi, ukuran saku disesuaikan.

Page 31: Juknis Dekon

17

(d) Lapisan dalam terdapat saku bobok dalam,

ukuran standar, dengan posisi bagian dalam

sebelah kiri dan kanan.

(e) Bagian depan menggunakan resleting jaket

ukuran besar, dengan model yang bisa dilepas

tarik, warna sesuai dengan warna kain jaket,

posisi dari pangkal krah sampai ujung bagian

bawah jaket.

(f) Pola badan bagian belakang tanpa potongan.

4) Aksesoris

a) Seragam (Baju Lengan Panjang Pria/Wanita)

(1) Depan baju sebelah kanan nama petugas dan profesi

(TKHI 1433 H) dibordir tempel dengan ukuran list 10

cm x 3 cm, jenis font arial black, huruf warna hitam

dengan dasar warna putih (gambar terlampir).

(2) Depan baju sebelah kiri tulisan Petugas Haji Indonesia

dalam Bahasa dan Huruf Arab dibordir tempel dengan

ukuran 10 cm x 3 cm, huruf Arab berwarna hitam

dengan dasar warna kuning (gambar terlampir).

(3) Lengan atas sebelah kanan Bendera Merah Putih

dibordir tempel dengan ukuran 7 cm x 5 cm (gambar

terlampir).

b) Rompi

(1) Depan rompi sebelah kiri nama petugas dan profesi

(TKHI Kloter 1433 H) dibordir tempel dengan ukuran

list 10 cm x 3 cm, jenis font arial black, huruf warna

hitam dengan dasar warna putih (gambar terlampir).

(2) Depan rompi sebelah kanan atas terdapat bendera

Merah Putih dibordir tempel ukuran 7 cm x 5 cm

(Gambar terlampir).

(3) Terdapat bordir komputer tulisan “INDONESIA” pada

posisi punggung, ukuran disesuaikan (Gambar

terlampir).

(4) Pada bahu rompi diberi pengait dengan kancing.

c) Jaket

(1) Depan jaket sebelah kanan nama petugas dan profesi

(TKHI Kloter 1433 H) dibordir tempel dengan ukuran

list 10 cm x 3 cm, jenis font arial black, huruf warna

hitam dengan dasar warna putih (Gambar terlampir).

Page 32: Juknis Dekon

18

(2) Lengan kanan atas jaket terdapat bendera Merah

Putih dibordir tempel ukuran 7 cm x 5 cm (Gambar

terlampir).

(3) Belakang jaket di tulis “KESEHATAN HAJI

INDONESIA” dengan bentuk ½ lingkaran dibordir

warna kuning emas (Gambar terlampir).

b. Model dan atribut pakaian seragam TKHI Kloter 2012 M/1433 H

(1) Contoh Model Seragam Petugas Pria

Page 33: Juknis Dekon

19

(2) Contoh Model Seragam Petugas Wanita

(3) Contoh Tulisan Arab pada Baju seragam TKHI

Page 34: Juknis Dekon

20

(4) Model Rompi Petugas TKHI 2012/1443 H

(5) Model Jaket Petugas TKHI 2012/1433 H

Page 35: Juknis Dekon

21

6. Pengelolaan Data dan Informasi Kesehatan

a. Penyusunan, pengolahan dan analisis serta pemutakhiran data

profil provinsi;

b. Updating data puskesmas;

c. Visualisasi puskesmas;

d. Visualisasi Rumah Sakit;

e. Penyusunan dan pengolahan dan analisis SIK Kabupaten/Kota;

f. Pendidikan dan latihan (Web, Database, GIS, survei cepat, dan

jaringan);

g. Pencetakan profil kesehatan provinsi dan kabupaten/kota.

Output (Keluaran) kegiatan telah tercantum pada DIPA dan Kertas

Kerja RKA-KL masing-masing Satker Dinas Kesehatan Provinsi.

Namun demikian, sebagai implikasi dari pendekatan perencanaan

dan penganggaran berbasis kinerja serta adanya penerapan sistem

reward dan punishment berdasarkan undang-undang dan komitmen

Kementerian Kesehatan meraih WTP 2012, maka keluaran yang

diharapkan dari kegiatan ini adalah:

1) Seluruh Propinsi/Kabupaten/Kota telah menyusun dan

menerbitkan Profil Kesehatan paling lambat Juli 2012

(Profil Tahun 2011) dan telah diterima oleh Pusdatin.

Sedangkan Lampiran Profil Kesehatan Propinsi 2011

disampaikan paling lambat bulan Februari 2012.

2) Seluruh Propinsi/Kabupaten/Kota telah melakukan

updating Data Puskesmas/RS dan disampaikan ke Pusat

Data dan Informasi Kesehatan. Updating data puskesmas

dilakukan dua kali setahun pada Juni 2012 dan Desember

2012, sedangkan updating data RS dilakukan sekali

setahun pada minggu ke tiga Desember 2012.

3) Diseminasi Data Puskesmas/RS yang ter-update

(cetakan/CD, Website). Keluaran kegiatan ini, misalnya

Cetakan/CD, Buku Saku, dan lain-lain disampaikan ke

Pusat Data dan Informasi Kesehatan sesuai penjadwalan

pada point b.

4) Laporan Analisis Situasi/SWOT mengenai SIK Kabupaten/

Kota. Disampaikan paling lambat bulan Agustus 2012 ke

Dinkes Propinsi. Hasil Rekapitulasi yang dilakukan oleh

Dinkes Propinsi dikirim ke Pusat Data dan Informasi

paling lambat bulan September 2012.

Page 36: Juknis Dekon

22

7. Pemberdayaan Masyarakat dan Promosi Kesehatan

a. Peningkatan Rumah Tangga ber-PHBS

1) Penyelenggaran Pertemuan Koordinasi Bidang PHBS dalam

Pokjanal Desa dan Kelurahan Siaga Aktif;

2) Pengembangan Pesan dan Media Rumah Tangga Ber-PHBS

Spesifik Daerah;

3) Penyebarluasan Informasi Rumah Tangga Ber-PHBS Spesifik

Daerah;

4) Penguatan Peran Serta Organisasi / Kelompok Masyarakat;

5) Pelatihan fasilitator pelatih kader posyandu dan pelatihan

kader posyandu di 10 Provinsi PDBK (Aceh, NTT, NTB,

Maluku, Sulteng, Sultra, Sulbar, Gorontalo, Papua, dan

Papua Barat), yaitu:

a) Pelatihan fasilitator pelatih kader posyandu (4 kab/kota @

7 fasilitator);

b) Pelatihan kader posyandu (4 kab/kota @ 25 kader);

c) Pelatihan mengacu pada buku pelatihan kader untuk

desa siaga.

b. Peningkatan Desa Siaga Aktif

1) Penyelenggaraan pertemuan koordinasi bidang

pemberdayaan dalam Pokjanal Desa dan Kelurahan Siaga

Aktif;

2) Pembentukan sekretariat Pokjanal Desa dan Kelurahan Siaga

Aktif;

3) Pembinaan Kader dan Tokoh Masyarakat;

4) Peningkatan Poskesdes yang beroperasi.

c. Administrasi Kegiatan

1) Pengelolaan Kegiatan Promosi Kesehatan;

2) Penguatan dalam penyusunan perencanaan dan evaluasi

kegiatan Promosi Kesehatan;

3) Peningkatan SDM Promosi Kesehatan;

4) Penyusunan Laporan sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 39

tahun 2006

5) Pegawai yang terlatih dibidang Web, Database, GIS,

Survei Cepat dan Jaringan.

Ketersediaan tenaga ini hanya bagi propinsi yang

menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan kegiatan di

atas paling lambat bulan September 2012. Pegawai yang

dilatih merupakan pengelola SIK serta tidak

diperkenankan pindah tugas sekurang-kurangnya 2 tahun

sejak pelatihan.

Page 37: Juknis Dekon

23

Output (Keluaran) kegiatan telah tercantum pada DIPA dan Kertas

Kerja RKA-KL masing-masing Satker Dinas Kesehatan Provinsi.

Namun demikian, sebagai implikasi dari pendekatan perencanaan

dan penganggaran berbasis kinerja adanya penerapan sistem reward

dan punishment berdasarkan undang-undang dan komitmen

Kementerian Kesehatan meraih WTP, maka keluaran yang

diharapkan dari kegiatan ini adalah:

8. Pembinaan, Pengembangan Pembiayaan dan Jaminan

Pemeliharaan Kesehatan

a. Tujuan

Terselenggaranya Pembiayaan dan Jaminan Pemeliharaan

Kesehatan secara efektif, efisien dan berkesinambungan melalui

dukungan pemerintah Pusat dan Daerah dalam meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat

a. Rencana Kerja Bidang PHBS dan Pemberdayaan

Masyarakat dalam Pokjanal Desa dan Keluaran Siaga Aktif.

Rencana Kerja ini wajib dikirimkan dan diterima Pusat

Promkes selambat-lambatnya pada Sementer II atau Juni

2012.

b. Pembentukan Sekretariat Pokjanal Desa dan Kelurahan

Siaga aktif di setiap provinsi penetapannya melalui SK

Gubernur (sudah harus terbentuk selambat-lambatnya

akhir tahun 2012).

c. Bidang Promosi Kesehatan andil mengikuti pameran pada

Rakerkesnas Tahun 2012.

d. Terlatihnya 28 fasilitator dan 100 kader posyandu di 10

provinsi (Aceh, NTB, NTT, Sultra, Sulteng, Sulbar,

Gorontalo, Maluku, Papua dan Papua Barat).

e. Tersedianya data capaian Rumah Tangga Ber PHBS,

capaian Desa Siaga Aktif, Jumlah Poskesdes yang

beroperasi di setiap provinsi.

f. Penanggung jawab kegiatan Promosi kesehatan menyusun

dan menyampaikan Laporan PP 39 Bidang Promosi

Kesehatan dan Pemberdayaan masyarakat setiap triwulan

ke Pusat Promosi Kesehatan.

Page 38: Juknis Dekon

24

b. Kegiatan Wajib

1) Honorarium Tim Pengelola Jamkesmas Tingkat Provinsi

Honorarium Sekretariat Tim Pengelola Jamkesmas Tingkat

Provinsi dibayarkan selama satu tahun anggaran 2012 (12

bulan) dengan perincian sebagai berikut:

a) Honorarium Tim Pengelola Jamkesmas tingkat Provinsi

yang terdiri dari :

(1) 1 (satu) orang Penanggung jawab;

(2) 1 (satu) orang Ketua;

(3) 2 (dua) orang Wakil Ketua; dan

(4) 2 (dua) orang Anggota;

b) Honorarium Petugas Pengelola laporan Jamkesmas

tingkat Provinsi yaitu (i) 2 (dua) orang Pengelola Laporan.

Honorarium Sekretariat Tim Pengelola BOK Tingkat

Provinsi dibayarkan dari Dana Dekonsentrasi BOK yang

diatur tersendiri oleh Sekretariat Ditjen Gizi dan KIA.

2) Honorarium Tim Pengelola Jamkesmas Tingkat

Kabupaten/ Kota.

Honorarium Sekretariat Tim Pengelola Jamkesmas Tingkat

Kabupaten/Kota dibayarkan sesuai dengan jumlah

Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi selama satu tahun

anggaran 2012 (12 bulan) dengan perincian sebagai berikut :

a) Honorarium Tim Pengelola Jamkesmas tingkat

Kabupaten/Kota yang terdiri dari ;

(1) 1 (satu) orang Penanggungjawab;

(2) 1 (satu) orang Ketua;

(3) 2 (dua) orang Wakil Ketua; dan

(4) 2 (dua) orang Anggota;

b) Honorarium Petugas Pengelola laporan Jamkesmas

tingkat Kabupaten/Kota.

(1) 1 (satu) orang pengelola laporan untuk Kabupaten/

Kota yang memiliki total Puskesmas/RS kurang dari

15 Puskesmas/RS;

(2) 2 (dua) orang pengelola laporan untuk Kabupaten/

Kota yang memiliki total Puskesmas/RS antara 16

sampai dengan 30 Puskesmas/RS;

(3) 3 (tiga) orang pengelola laporan untuk Kabupaten/

Kota yang memiliki total Puskesmas/RS lebih dari 30

Puskesmas/RS.

Page 39: Juknis Dekon

25

Honorarium Sekretariat Tim Pengelola BOK Tingkat

Kabupaten/Kota dibayarkan dari Dana Tugas

Pembantuan BOK yang diatur tersendiri oleh

Sekretariat Ditjen Gizi dan KIA.

c) Biaya Administrasi Kegiatan

(1) Biaya ini dialokasikan untuk biaya operasional

Sekretariat Tim Pengelola Jamkesmas

Provinsi/Kabupaten/Kota;

(2) Dipergunakan untuk belanja ATK, biaya fotokopi,

surat menyurat, komputer supplies, biaya komunikasi

(internet pengiriman laporan di Kabupaten/Kota),

biaya pengelolaan laporan, biaya pemeliharaan laptop

verifikator, biaya konsumsi rapat kecil, dan lain-lain;

(3) Biaya yang dianggarkan sesuai kebutuhan.

d) Tim Koordinasi Jamkesmas tingkat Provinsi dan

Kabupaten/Kota tidak diberikan honorarium dari Dana

Dekonsentrasi tersebut.

c. Kegiatan Pilihan

1) Pertemuan Konsolidasi Tim Pengelola dan Tim Koordinasi

Jamkesmas Tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota

a) Digunakan untuk pertemuan Konsolidasi Tim Pengelola

dan Tim Koordinasi Jamkesmas tingkat

Provinsi/Kabupaten/Kota;

b) Peserta adalah Tim Pengelola dan Tim Koordinasi

Jamkesmas tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota;

c) Dana yang dialokasikan adalah untuk belanja bahan,

uang harian, transport, paket pertemuan dan biaya

penginapan bagi peserta pertemuan.

d) Waktu pertemuan 1 sampai dengan 2 hari tergantung

kebutuhan

2) Sosialisasi Jamkesmas-Jampersal tingkat Provinsi

a) Digunakan untuk pertemuan sosialisasi Jamkesmas

tingkat Provinsi;

b) Peserta adalah Dinas Kesehatan Provinsi dan

Kabupaten/Kota, Lintas sektor, stakeholders, dan RS/

Puskesmas terpilih;

c) Dana yang dialokasikan adalah belanja bahan, jasa

profesi untuk nara sumber (pusat dan daerah), uang

Page 40: Juknis Dekon

26

harian, transport, paket pertemuan dan biaya penginapan

bagi peserta sosialisasi;

d) Uang harian, transport dan biaya penginapan untuk nara

sumber dari PPJK dibebankan kepada DIPA PPJK tahun

2012;

e) Waktu kegiatan 1 sampai dengan 2 hari tergantung

kebutuhan.

3) Evaluasi Jamkesmas-Jampersal tingkat Provinsi

a) Digunakan untuk pertemuan evaluasi Jamkesmas tingkat

Provinsi;

b) Peserta adalah Dinas Kesehatan Provinsi dan

Kabupaten/Kota, Lintas sektor, stakeholders, dan

RS/Puskesmas terpilih;

c) Dana yang dialokasikan adalah untuk belanja bahan, jasa

profesi untuk nara sumber (pusat dan daerah), uang

harian, transport, paket pertemuan dan biaya penginapan

bagi peserta evaluasi;

d) Uang harian, transport dan biaya penginapan untuk nara

sumber dari PPJK dibebankan kepada DIPA PPJK tahun

2012;

e) Waktu kegiatan 1 sampai dengan 2 hari tergantung

kebutuhan.

4) Bimbingan Teknis Pelaksanaan Jamkesmas-Jampersal

a) Bimbingan teknis dapat dipergunakan untuk melakukan

bimbingan teknis dari Provinsi ke Kabupaten/Kota, RS

dan Puskesmas serta dari Kabupaten/Kota ke RS dan

Puskesmas;

b) Dana yang dialokasikan untuk transport, uang harian

dan biaya penginapan.

5) Konsultasi Teknis Pelaksanaan Jamkesmas-Jampersal

Konsultasi teknis dapat dipergunakan untuk melakukan

konsultasi dari Provinsi ke Kementerian Kesehatan, serta dari

Kabupaten/Kota ke Provinsi.

Dana yang dialokasikan digunakan untuk transport, uang

harian dan biaya penginapan.

Page 41: Juknis Dekon

27

6) Pelatihan District Health Account (DHA) tingkat Provinsi

a) Merupakan pelatihan DHA untuk Kabupaten/Kota yang

diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Provinsi;

b) Provinsi menetapkan Kabupaten/Kota terpilih yang siap

untuk melaksanakan DHA;

c) Peserta per Kabupaten/Kota berjumlah 5 orang;

d) Dana yang dialokasikan adalah untuk belanja bahan, jasa

profesi untuk nara sumber (pusat dan daerah), uang

harian, transport, paket pertemuan dan biaya penginapan

bagi peserta pelatihan;

e) Uang harian, transport dan biaya penginapan untuk nara

sumber dari PPJK dibebankan kepada DIPA PPJK tahun

2012;

f) Waktu kegiatan 6 hari kerja.

7) Pengelolaan Data PHA/DHA

a) Merupakan biaya yang dialokasikan untuk Provinsi dan

Kabupaten/Kota yang telah melaksanakan PHA/DHA;

b) Dana yang ada dapat dialokasikan untuk belanja bahan

(ATK, fotokopi, dan lain-lain), biaya pengumpulan data,

dan biaya pengolahan data.

8) Penyiapan Daerah dalam mencapai kepesertaan semesta

(universal coverage)

a) Merupakan kegiatan yang dilaksanakan untuk

melakukan analisa potensi pengembangan jaminan

kesehatan khususnya cakupan kepesertaan;

b) Hasil yang diharapkan adalah mapping cakupan

kepesertaan per Provinsi/Kabupaten/Kota untuk

pengembangan jaminan kesehatan menuju kepesertaan

semesta;

c) Sifat kegiatan adalah pertemuan;

d) Peserta yang diundang adalah stakeholders yang

berhubungan dengan cakupan kepesertaan antara lain

Pemerintah Daerah, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,

PT. Askes Regional/Cabang, PT. Jamsostek

Regional/Cabang, Perusahaan Asuransi Kesehatan

Swasta dan lain-lain;

e) Dana yang dialokasikan adalah untuk belanja bahan, jasa

profesi untuk nara sumber (pusat dan daerah), uang

harian, transport, paket pertemuan dan biaya penginapan

bagi peserta pertemuan;

Page 42: Juknis Dekon

28

f) Uang harian, transport dan biaya penginapan untuk nara

sumber dari PPJK dibebankan kepada DIPA PPJK tahun

2012;

g) Waktu kegiatan 1 sampai dengan 2 hari tergantung

kebutuhan.

Output (Keluaran) kegiatan telah tercantum pada DIPA dan

Kertas Kerja RKA-KL masing-masing Satker Dinas Kesehatan

Provinsi. Namun demikian, sebagai implikasi dari pendekatan

perencanaan dan penganggaran berbasis kinerja; serta

adanya penerapan sistem reward dan punishment; dan

komitmen Kementerian Kesehatan meraih WTP 2012, maka

keluaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah:

1) SK Tim Pengelola Jamkesmas Tingkat Provinsi/

Kabupaten/Kota

Penyampaian SK selambat-lambatnya akhir bulan

Januari atau awal Februari 2012 sudah diterima di

PPJK;

2) Mapping cakupan kepesertaan jaminan kesehatan

per provinsi kabupaten/kota;

3) Penyediaan Data PHA/DHA

Penyediaan Data PHA/DHA anggarannya hanya

dialokasi pada beberapa Provinsi dan

Kabupaten/Kota yang melaksanakan kegiatan

tersebut. Data PHA/DHA beserta Mapping wajib

diserahkan ke PPJK pada akhir tahun anggaran.

Page 43: Juknis Dekon

29

BAB III

PENGATURAN TENTANG REVISI DIPA

A. RUANG LINGKUP DAN BATASAN REVISI ANGGARAN

1. Ruang Lingkup

Revisi Anggaran adalah perubahan Rincian Anggaran Belanja

Pemerintah Pusat yang telah ditetapkan berdasarkan APBN TA

2012, Surat Penetapan Rencana Kerja dan Anggaran

Kementerian/Lembaga (RKA KL) Tahun Anggaran 2012 dan/atau

Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Tahun Anggaran 2012.

Revisi anggaran terdiri atas :

a. Perubahan rincian anggaran yang disebabkan penambahan

atau pengurangan pagu anggaran belanja termasuk

pergeseran rincian anggaran belanjanya;

b. Perubahan atau pergeseran rincian anggaran belanja dalam

hal pagu anggaran tetap; dan/atau

c. Perubahan/ralat karena kesalahan administrasi;

2. Batasan Revisi Anggaran

a. Revisi anggaran dapat dilakukan sepanjang tidak

mengakibatkan pengurangan alokasi anggaran belanja

mengikat dan paket pekerjaan bersifat multiyears;

b. Revisi anggaran dapat dilakukan sepanjang tidak mengubah

sasaran kinerja;

B. KEWENANGAN PENYELESAIAN REVISI ANGGARAN

1. Revisi Anggaran pada Direktorat Jenderal Anggaran

2. Revisi Anggaran yang Memerlukan Persetujuan DPR RI

3. Revisi Anggaran yang Memerlukan Persetujuan Menteri Keuangan

4. Revisi Anggaran pada Kantor Pusat/Kantor Wilayah Direktorat

Jenderal Perbendaharaan

5. Revisi Anggaran pada Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna

Anggaran

Revisi Anggaran Dana Dekonsentrasi Program Dukungan Manajemen

dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Sekretaris Jenderal

Kementerian Kesehatan Tahun Anggaran 2012 kemungkinan hanya

terkait dengan Revisi Anggaran pada DJA, Kantor Wilayah DJPBN, dan

PA/KPA.

Page 44: Juknis Dekon

30

C. PENGESAHAN DAN PENYAMPAIAN REVISI DIPA

1. Pengesahan Revisi DIPA dilaksanakan oleh Direktur Jenderal

Perbendaharaan; atau Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal

Perbendaharaan.

2. Pengesahan Revisi DIPA Dekonsentrasi dilaksanakan oleh Kepala

Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan.

3. Revisi DIPA yang disahkan oleh Kepala Kantor Wilayah Direktorat

Jenderal Perbendaharaan wajib dilaporkan kepada Direktur

Jenderal Perbendaharaan cq. Direktur Pelaksanaan Anggaran

setiap bulan, baik dilaporkan revisinya maupun yang tidak

direvisi.

Satker Dinas Kesehatan Provinsi juga memiliki kewajiban untuk

menyampaikan salinan (fotokopi) Revisi DIPA kepada Biro Perencanaan

dan Anggaran serta Biro/Pusat yang terkait dengan kegiatan yang

mengalami revisi.

Ketentuan lebih lanjut mengenai pengaturan Revisi DIPA harap

mempedomani Peraturan Menteri Keuangan Nomor 49/PMK.02/2011

tanggal 17 Maret 2011 tentang Tata Cara Revisi Anggaran Tahun

Anggaran 2011 atau sampai dengan ditetapkannya pengganti

Peraturan Menteri Keuangan ini.

Page 45: Juknis Dekon

31

BAB IV

PENGAWASAN, PENGENDALIAN, DAN PELAPORAN

A. PENGAWASAN

Pengawasan merupakan fungsi manajemen, sehingga melekat pada

setiap jenjang jabatan (built in control). Oleh karena itu, hal-hal yang

terkait dengan pengawasan dilakukan sebagai berikut :

1. KPA harus melakukan pengawasan melekat terhadap PPK,

Bendahara Pengeluaran, Pejabat Penguji dan Penandatangan SPM

dan para pengelola atau penangungjawab kegiatan.

2. PPK harus melakukan pengawasan terhadap BPP/Panitia

Pengadaan/Panitia Penerima Barang dan Staf Pelaksana

3. Para Pengelola atau Penanggung Jawab Kegiatan melakukan

pengawasan terhadap para pelaksana kegiatan.

Pengawasan dapat juga dilakukan oleh Aparat Pengawasan Fungsional

Pemerintah. Oleh karena itu, pelaksanaan DIPA Dekonsentrasi

dilakukan pemeriksaan oleh Inspektorat Jenderal Kementerian

Kesehatan dan BPKP dan pengawasan yang bersifat eksternal

pemerintah akan dilakukan oleh BPK.

B. PENGENDALIAN

1. Pengendalian pelaksanaan DIPA merupakan alat bagi para pengelola

program/kegiatan/keuangan untuk mengetahui kemajuan

pelaksanaan, masalah dan hambatan yang dihadapi dalam

pelaksanaan DIPA.

2. Pengendalian mencakup kegiatan pemantauan dan penilaian. Oleh

karena itu pejabat perbendaharaan dan pengelola atau penanggung

jawab kegiatan DIPA Dekonsentrasi wajib melalukan pemantauan

dan penilaian secara berkala, baik bulanan, triwulanan, maupun

tahunan.

3. Dengan pemantauan yang dilakukan dapat diketahui permasalahan

yang dihadapi dan perbaikannya dapat dilakukan dengan segera.

Sedangkan perbaikan atas hasil penilaian memerlukan perencanaan

kembali (replanning) atau revisi anggaran.

Page 46: Juknis Dekon

32

C. PELAPORAN

1. KPA harus menyampaikan laporan keuangan/BMN Unit Akuntansi

KPA (UAKPA) setiap bulan paling lambat tanggal 7 bulan berikutnya

dan disampaikan ke Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran

Wilayah (UAPPAW) untuk diproses ditingkat wilayah laporan wilayah

dikirim kembali paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya untuk

disampaikan ke Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran

Eselon I Sekretariat Jenderal untuk dilakukan kompilasi ditingkat

unit Eselon I Sekretariat jenderal dan laporan disampaikan ke

tingkat Kementerian paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya.

2. KPA harus menyampaikan laporan keuangan Unit Akuntansi KPA

(UAKPA) setiap triwulanan paling lambat tanggal 12 bulan

berikutnya dan disampaikan ke Unit Akuntansi Pembantu Pengguna

Anggaran Wilayah (UAPPAW) untuk diproses ditingkat wilayah

laporan wilayah dikirim kembali paling lambat tanggal 20 bulan

berikutnya untuk disampaikan ke Unit Akuntansi Pembantu

Pengguna Anggaran Eselon I Sekretariat Jenderal untuk dilakukan

kompilasi ditingkat unit Eselon I Sekretariat jenderal dan laporan

disampaikan ke tingkat Kementerian paling lambat tanggal 26 bulan

berikutnya.

3. KPA harus menyampaikan laporan keuangan dan BMN Unit

Akuntansi KPA/B (UAKPA/B) setiap semesteran paling lambat

tanggal 10 bulan berikutnya dan disampaikan ke Unit Akuntansi

Pembantu Pengguna Anggaran/B Wilayah (UAPPA/B-W) untuk

diproses ditingkat wilayah laporan wilayah dikirim kembali paling

lambat tanggal 15 bulan berikutnya untuk disampaikan ke Unit

Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Eselon I Sekretariat

Jenderal untuk dilakukan kompilasi ditingkat unit Eselon I

Sekretariat Jenderal dan laporan disampaikan ke tingkat

Kementerian paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya.

4. KPA harus menyampaikan laporan keuangan dan BMN Unit

Akuntansi KPA/B (UAKPA) setiap tahunan paling lambat tanggal 20

Januari tahun berikutnya dan disampaikan ke Unit Akuntansi

Pembantu Pengguna Anggaran/Barang Wilayah (UAPPA/BW) untuk

diproses ditingkat wilayah laporan wilayah dikirim kembali paling

lambat tanggal 29 Januari tahun berikutnya untuk disampaikan ke

Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Eselon I Sekretariat

Jenderal untuk dilakukan kompilasi ditingkat unit Eselon I

Sekretariat Jenderal dan laporan disampaikan ke tingkat

Kementerian paling lambat tanggal 8 Februari tahun berikutnya.

Page 47: Juknis Dekon

33

5. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) wajib membuat dan menyampaikan

laporan Triwulanan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi paling

lambat 5 (lima) hari kerja setelah triwulan yang bersangkutan

berakhir (Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006). Laporan

ditembuskan kepada Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan

serta masing-masing Kepala Pusat/Biro penanggungjawab kegiatan.

6. Khusus untuk pelaksanaan kegiatan Pembinaan Pengembangan

Pembiayaan dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan dan

Pemberdayaan Masyarakat dan Promosi Kesehatan, KPA/Pejabat

Pembuat Komitmen (PPK) wajib menyampaikan laporan realisasi

keuangan dan kegiatan/kinerja per triwulan dan per tahun ke PPJK

dan Ke Pusat Promosi Kesehatan.

Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaporan dapat dilihat pada Peraturan

Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER – 62/PB/2009 tanggal

23 Desember 2009 tentang Tata Cara Penyajian Informasi Pendapatan

dan Belanja secara Akrual pada Laporan Keuangan; Peraturan Direktur

Jenderal Perbendaharaan Nomor PER – 65/PB/2010 tanggal 27

Desember 2007 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan

Kementerian Negara/Lembaga; dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor

120/PMK.06/2007 tanggal 27 September 2007 tentang Penatausahaan

Barang Milik Negara; PMK Nomor 156/PMK.07/2008 tanggal 27

Oktober 2008 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan

Dana Tugas Pembantuan serta PMK Nomor 248/PMK.07/2010 tanggal

27 Desember 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 156/PMK.07/2008 tentang Pedoman Pengelolaan

Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.

D. REWARD DAN PUNISHMENT

Dalam rangka efisiensi dan efektifitas pelaksanaan anggaran belanja

dekonsentrasi tahun 2012, Kementerian Kesehatan akan menerapkan

sistem reward dan punishment terhadap Satker Dinas Kesehatan

Provinsi seluruh Indonesia yang melaksanakan Program Dukungan

Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Sekretariat Jenderal

Kementerian Kesehatan.

Ketentuan ini didasarkan pada pasal 20 Undang-undang Nomor 22

Tahun 2011 tentang APBN 2012 serta memperhatikan ketentuan dalam

pasal 21 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 156/PMK.07/2008

tanggal 27 Oktober 2008 tentang Pedoman Pengelolaan Dana

Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan. Ketentuan pasal 21 ayat

(1) menyatakan bahwa urusan pemerintahan dalam rangka

Page 48: Juknis Dekon

34

Dekonsentrasi dapat dilakukan penarikan oleh Pemerintah melalui

kementerian/lembaga yang memberikan Dana Dekonsentrasi dengan

alasan :

1. Urusan pemerintahan tidak dapat dilanjutkan karena Pemerintah

mengubah kebijakan; dan/atau

2. Pelaksanaan urusan pemerintahan tidak sejalan dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Ketentuan reward dan punishment akan diterapkan mengacu pada Pasal

21 ayat (1) huruf b di atas dengan penafsiran antara lain :

1. Realisasi penyerapan anggaran Dana Dekonsentrasi Satker Dinas

Kesehatan Provinsi rendah;

2. Penyampaian Laporan Realisasi Keuangan termasuk PP 39 tahun

2006 tidak tertib dan tepat waktu;

3. Tidak memiliki motivasi atau melakukan upaya-upaya guna

mendorong peningkatan anggaran kesehatan bersumber APBD

dalam rangka peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

4. Capaian Indikator Kinerja berbagai program Bidang Kesehatan

(misalnya: SPM, MDGs, Prioritas dalam RKP, dan Kementerian

Kesehatan) tidak menunjukkan peningkatan yang berarti sebagai

upaya pemenuhan hak warga negara untuk mendapatkan pelayanan

kesehatan yang berkualitas.

Ketentuan sebaliknya, Satker Dinas Kesehatan Provinsi akan diberikan

reward. Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan sistem reward dan

punishment akan diatur kemudian.

Page 49: Juknis Dekon

35

BAB VI

PENUTUP

Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penggunaan Dana Dekonsentrasi Program

Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Sekretariat

Jenderal Kementerian Kesehatan TA 2012 disusun agar pelaksanaan DIPA

Satker Dinas Kesehatan Provinsi memiliki pola keseragaman, tertib, efektif,

efisien, serta taat asas sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Pendanaan dalam rangka dekonsentrasi ini juga terkait dengan upaya

Kementerian Kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

dengan memperhatikan kemampuan, keuangan Negara, keseimbangan

pendanaan di daerah, dan kebutuhan pembangunan kesehatan di daerah.

Oleh karena itu, sebagai upaya untuk mencapai tujuan dan sasaran

pembangunan kesehatan termasuk target MDGs tahun 2015, pendanaan

dalam rangka dekonsentrasi dialokasikan untuk kegiatan-kegiatan yang

mendukung upaya di atas. Kepada setiap setiap daerah penerima Dana

Dekonsentrasi Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas

Teknis Lainnya Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan mulai TA 2012

akan diterapkan reward dan punishment sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Sekretaris Jenderal,

ttd.

dr. Ratna Rosita, MPHM.

NIP. 19521205 198003 2001

Page 50: Juknis Dekon