jtptunimus-gdl-sitiuswath-5359-2-babii(-)

download jtptunimus-gdl-sitiuswath-5359-2-babii(-)

of 25

Transcript of jtptunimus-gdl-sitiuswath-5359-2-babii(-)

  • BAB II

    KONSEP DASAR

    A. Pengertian

    Katarak adalah kekeruhan pada lensa tanpa nyeri yang berangsur- angsur,

    penglihatan kabur akhirnya tidak dapat menerima cahaya. Penyebab lain meliputi

    trauma, penyakit mata yang lain ( missal uvitis ), penyakit sistemik ( Diabetes

    Militus ) atau defek congenital ( salah satu kelainan herediter sebagai akibat dari

    infeksi virus prenatal). ( Barbara C. Long, 2000 )

    Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi

    akibat hidrasi ( penambahan cairan ) lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat

    kedua- keduanya.( Ilyas. S 2008 )

    Katarak adalah keburaman atau kekeruhan lensa. Lensa normalnya

    transparan dan dilalui cahaya melalui retina. Saat kekeruhan terjadi, terjadi

    kerusakan penglihatan. (Engram Barbara, 2006)

    Jadi katarak adalah kekeruhan lensa, lensa nenjadi seperti tertutup

    kabut/asap yang sering disebabkan karena proses degenerasi tanpa disertai rasa

    nyeri.

    B. Anatomi dan Fisiologi

  • 1. Anatomi

    1. Anatom

    Gambar 1.1

    ( http://prestasiherfer.blogspot.com/2009/bola mata.html )

    a. Beranda Depan ( sclera ) : merupakan jaringan ikat yang kenyal dan

    melindungi bentuk pada mata, merupakan bagian terluar yang

    melindungi bolamata. Bagian terdepan sclera disebut sclera kornea

    yang bersifat transparan yang memudahkan sinar masuk ke dalm bola

    mata. Kelengkungan kornea lebih besar dibanding sclera.

    b. Kornea : Kornea (Latin Cornum = seperti tanduk) adalah selaput

    bening mata, bagian selaput mata yang tempus cahaya. Merupakan

    lapis jaringan yang menutup bola mata sebelah depan.

  • c. Iris, badan siliar dan koroid : Merupakan jaringan vascular

    pembungkus bola mata. Pada iris di dapatkan pupil yang oleh 3

    susunan otot dapat mengatur jumlah sinar masuk ke dalam bola mata.

    d. Lensa Mata : Jaringan ini berasal dari ectoderm permukaan yang

    berbentuk lensa di dalam mata dan bersifat bening, lensa

    bola mata terletak di belakang iris yang terdiri dari zat tembus cahaya

    berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan menipis pada saat

    terjadinya akomodasi. Lensa terdiri atas kira-kira 65% air, kurang

    lebih 35 % protein ( kandungan protein tertinggi dari semua jaringan

    tubuh), dan kandungan mineralnya sama dengan jaringan tubuh

    lainnya. Kadar kalium lebih banyak di dalam lensa dibanding sebagian

    besar jaringan lainnya. Asam askorbat dan glutation kedua-duanya

    dalam bentuk teroksidasi dan tereduksi. Di dalam lensa tidak ada

    serabut rasa sakit pembuluh darah, maupun saraf.

    e. Badan Kaca/ badan bening : Badan kaca merupakan suatu jaringan

    seperti kaca bening yang terletak antara lensa dan retina. Badan kaca

    bersifat semi cair di dalam bola mata.

    f. Retina : Merupakan bagian mata yang mengandung reseptor yang

    menerima rangsangan cahaya.

    g. Saraf Optik : Saraf optic yang keluar dari polus posterior bola mata

    membawa dua jenis serabut saraf, yaitu : saraf penglihatan dan serabut

    pupilomotor.

  • h. Otot Sinar : Terletak di badan siliar mengatur bentuk lensa untuk

    kebutuhan akomodasi. Badan siliar yang terletak di belakng iris

    menghasilkan cairan bilik mata ( aqous humor)

    2. Fisiologi

    Lensa adalah suatu struktur cembung ganda, evaskular, tidak berwarna

    dan hampir bening sempurna , dengan tebal 4mm dan diameter 9 mm. Lensa

    bergantung pada zonula di belakang iris yang menghubungkan dengan badan

    siliar. Di sebelah depan lensa adalah cairan mata sedangkan di sebelah

    belakangnya adalah badan lensa. Kapsul lensa adalah suatu membrane semi

    permeable ( sedikit lebih permeable daripada dinding kapiler ) yang

    memungkinkan masuknya air dan elektrolit.

    Memfokuskan sinar pada retina. Agar sinar dari kejauhan bisa

    terfokus, otot- otot siliar bisa berelaksasi, serabut-serabut zonula teregang,

    sehingga mengurangi diameter anteroposterior lensa sampai dimensi minimal.

    Dalam posisi ini daya refraksi adalah minimal dan dengan demikian sinar

    sejajar terfokos pada retina. Untuk memfokuskan sinar yang berasal dari jarak

    yang dekat, otot- otot siliar

    berkontraksi menarik koroid ke depan dan membebaskan tegangan pada

    zonula. Kapsul lensa yang elastic menjadikan lensa daya refraksinya

    bertambah besar. Kerjasama fisiologis antara badan siliar zonula dan lensa

    menghasilkan terfokusnya obyek dekat pada retina dan ini dinamakan

    akomodasi. Karena umur lensa bertambah tua maka daya akomodasi makin

    menurun.

  • Dalam keadaan normal transparansi lensa terjadi karena adanya

    keseimbangan antara protein yang dapat larut dalam protein yang tidak dapat

    larut dalam membrane semi permiable. Apabila terjadi peningkatan jumlah

    protein yang tidak dapat diserap dapat mengakibatkan penurunan sintesa

    protein, perubahan biokimiawi dan fisik dan protein tersebut mengakibatkan

    jumlah protein dalam lensa melebihi jumlah protein dalam lensa, melebihi

    jumlah protein dalam bagian yang lain sehingga membentuk suatu kapsul

    yang dikenal dengan nama katarak. Terjadinya penumpukan cairan dan

    degenerasi dan disintegrasi pada serabut tersebut menyebabkan jalannya

    cahaya terhambat dan mengakibatkan gangguan mata.

    a. Fisiologi Gejala

    Kelainan- kelainan lensa antara lain adalah kekeruhan, dislokasi dan kelainan

    geomatrik pada pasien dengan kelainan seperti ini tajam penglihatannya

    menurun tanpa disertai rasa sakit untuk memeriksa penyakit atau kelaianan

    lensa dilakukan uji tajam penglihatan dan pemeriksaan lensa memekai lampu

    celah, oftalmoskopi, lampu senter/ lup dengan pupil yang telah dilebarkan.

    ( Ilyas. S 2000 )

    b. Klasifikasi

    1) Katarak Kongenital

    Adalah sebagian pada lensa yang sudah didapatkan pada waktu

    lahir. Jenisnya adalah :

    a) Katarak lamellar atau zonular

    b) Katarak Polaris posterior

  • c) Katarak Polaris Anterior

    d) Katarak Inti ( katarak nuclear )

    e) Katarak sutural

    2) Katarak Juvenil

    Adalah katarak yang terjadi pada anak-anak sesudah lahir,

    merupkan kelanjutan dari katarak kongenital.

    3) Katarak Senil

    Adalah kekeruhan lensa yang terjadi karena bertambahnya usia.

    Ada beberapa macam yaitu :

    a) Katarak Nuklear

    Kekeruhan yang terjadi pada inti lensa.

    b) Katarak Kortikal

    Kekeruhan yang terjadi pada korteks lensa.

    c) Katarak Kupliform

    Terlihat pada stadium dini katarak nuclear atau kortikal.

    4 ) Katarak senil dapat dibagi atas stadium :

    a ) Katarak Insipien

    Katarak yang tidak teratur seperi bercak-bercak yang berbentuk

    gerigi dengan dasar di perifer dan daerah jernih diantaranya .

    b) Katarak Imatur

  • Terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak atau belum

    mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian- bagian

    yang jernih pada lensa.

    c) Katarak Matur

    Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi

    pengeluaran air bersama-sama hasil desintegritas melalui kapsul.

    d ) Katarak Hipermatur

    Merupakan proses degenerasi lanjut hingga korteks lensa

    mencair dan dapat keluar melalui kapsul lensa

    5) Katarak Kompilkasi

    Terjadi akibat penyakit lain. Penyakit tersebut dapat intra ocular

    atau penyakit umum.

    6) Katarak Traumatik

    Terjadi akibat ruda paksa atau katarak traumatik

    C. Etiologi

    Menurut etiologinya katarak dibagi menjadi :

    1. Katarak Kongenital

    Katarak yang terjadi sebelum dan segera setelah bayi lahir ( bayi kurang dari 3

    bulan ). Katarak Kongenital digolongkan dalam :

    a. Katarak kapsul letikuler merupakan katarak yang atau pada kapsuler dan

    korteks

    a. Katarak letikuler merupakan kekeruhan lensa yang tidak mengenai kapsul.

  • Katarak kongenital atau trauma yang berlanjut dan terjadi pada anak usia 3

    bulan sampai 9 tahun disebut katarak juvenile.

    Bagi yang dilahirkan ibu-ibu yang menderita penyakit seperti : virus rubella,

    Diabetes Militus, akibat gangguan perkembangan embrio intrauterine.

    2. Katarak Juvenil dapat terjadi karena :

    a. Lanjutan katarak kogenital yang makin nyata

    b. Penyulit penyakit lain, katarak komplikata yang dapat terjadi akibat:

    1) Penyakit Lokal seperti Uveitis anterior, ablasi retina.

    2) Penyakit sistemik seperti DM, Hipoparatiroid dan miotomia

    distrofi yang mengenai kedua mata.

    c. Akibat trauma tumpul

    3. Katarak Senil disebabkan :

    a. Proses normal bertambahnya usia atau degenerasi sehingga lensa menjadi

    keruh. Umumnya terjadi di atas 40 tahun.

    b. Perubahan kimiawi lensa

    4. Katarak Komplikasi

    Dihasilkan dari ganggaun mata lainnya ( semacam radang jalur uveal pada

    mata : glaukoma atau selaput jala terlepas ) atau dari penyakit sistemik semacam

    Diabetes Militus, kelenjar paratiroid yang kurang aktif, atau radang kulit

    ( dermatitis atopik ). Katarak tersebut dapat juga dihasilkan dari radiasi ion dari

    udara terbuka atau sinar intra merah.

    5 Katarak Traumatik

  • Disebabkan oleh trauma benda tumpul atau trauma tembus panas yang

    melalui batas, missal X- Ray atau radoiaktif.

    ( Smelzer dan Bare 2001 )

    D.Patofisiologi

    Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,

    berbentuk seperti kancing baju; mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa

    mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada

    korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan

    bertambahnya usia, nucleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Di

    sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior nucleus. Opositas

    pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna nampak seperti

    kristal salju pada jendela. Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan

    hilangnya transparansi. Perubahan pada serabut halus multiple ( Zonula) yang

    memenjang dari badan siliar ke sekitar daerah di luar lensa, misalnya dapat menyebabkan

    penglihatan

    mengalami distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi,

    sehingga mengabutkan pandangan dan jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori

    menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air ke dalam lensa.

    Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori

    lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari

    degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada

    kebanyakan pasien yang menderita katarak.

  • Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan yang berbeda

    dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemis, seperti : Diabetes,namun

    sebenarnya merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal.kebanyakan

    katarak berkembang secara kronik dan matang ketika orang memasuki dekade katujuh.

    Katarak dapat bersifat kongenital dan harus diidentifikasi awal,karena bila tidak

    terdiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan permanent. Faktor

    yang sering yang berperan dalam terjadinya katarak meliputi sinar ultraviolet B,

    Diabetes, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu lama.

    E.Manifestasi Klinik

    Secara umum dapat digambarkan gejala katarak sebagai berikut :

    1. Penurunan tajam penglihatan secara progresif dan penglihatan seperti berasap

    2. Penglihatan untuk membaca dirasakan silau bila penerangan terlalu kuat sehingga

    merasa senang membaca dengan penerangan kurang, pesien akan mengeluh

    seperti terhalang kabut.

    3. Terjadi perubahan daya lihat warna dan kabur dengan penyimpangan gambar.

    4. Lampu dan matahari sangat mengganggu penderita katarak, gangguan

    mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat menyilaukan mata.

    5. Pada katarak traumatik, penderita langsung mengeluh penglihatannya kabut,

    mata merah, lensa keruh dan mungkin ada pendarahan pada intraocular. Bila

    dilakukan pemeriksaan akan didapatkan tanda- tanda sebagai berikut :

    a. Katarak dapaat terlihat melaliu pupil yang telah berdilatasi dengan

    oftalmoskop slit lampu atau shadow test.Setelah katarak bertambah

  • matang maka retina semakin sulit dilihat sampai akhirnya reflek fundus

    tidak ada dan pupil berwarna putih.

    b. Pupil mata dapat terlihat kekuningan, abu-abu atau putih terjadi secara

    bertahap selama periode tahunan dan sejalan dengan memburuknya

    katarak, maka kacamata yang paling kuat sekalipun tidak dapat menolong

    lagi.

    c. Tampak sebagai suatu massa tebal yang dapat terdiri atas kapsul anterior,

    kapsul posterior, massa lensa.

    6. Pada katarak Senil dikenal dengan 5 stadium yang akan berdampak

    pada munculnya gambaran klinik sebagai berikut :

    a. Stadium Katarak Insipen

    Kekeruhan berupa bercak- bercak biji dengan dasar perifer dan daerah jernih.

    Kekeruhan ini bermula hanya tampak biji pupil ditebarkan dengan

    oftalmoskopi pemeriksaan retina dan dapat menimbulkan poliopia ( Ilyas S.

    2008 )

    b. Stadium Imatur

    Kekeruhan yang belum mengenai seluruh lapisan lensa sehingga masih

    ditemukan bagian- bagian yang jernih. Pada daerah ini terjadi hidrasi korteks

    sehigga lensa akan mencembung dan daya biasanya akan bertambah, yang

    memberikan miopisasi pada stadium ini biasanya timbul penyakit glaukoma. (

    Ilyas S. 2008 )

    c. Stadium Matur

  • Kekeruhan yang telah mengenai seluruh saluran massa lensa. Kekeruhan ini

    biasa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Visus menurun menjadi

    1/300 atau sampai tidak terhingga ( Ilyas S. 2008 )

    d. Stadium Hipermatur

    Katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi keras atau

    lembek dan mencair. Massa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa

    sehingga lensa menjadi mengecil, berwarna kuning dan kering. ( Ilyas S. 2008

    )

    F. Komplikasi

    1. Kerusakan endotel kornea

    2. Sumbatan pupil

    3. Glaukoma

    4. Perdarahan

    5. Penyulit yang terjadi berupa visus tidak akan mencapai 5/5

    6. Nistagmus dan strabismus

    ( Smeltzer, 2002 )

    G. Penatalaksanaan

    Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan retraksi kuat sampai

    ketitik dimana pasien melakukan aktivitas sehari-hari. Maka penanganannya biasanya

    konservatif. Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut

    untuk bekerja ataupun untuk keamanan. Biasanya diindikasikan bila korteks tajam

    penglihatan yang baik yang dapat mencapai 20/50 atau lebih buruk lagi bila ketajaman

    penglihatan mempengaruhi keamanan atau kualitas hidup, atau bila visualisasi segmen

  • posterior sangat perlu untuk mengevaluasi perkembangan. Berbagai penyakit retina atau

    saraf optikus, seperti diabetes dan glaukoma.

    Ada 3 macam teknik pembedahan yaitu :

    1. Ekstraksi Katarak Intrakapsular ( EKIK )

    Adalah mengeluarkan lensa dalam keadaan lensa utuh dilakukan dengan membuka

    menyayat selaput bening dan memasukkan alat melalui pupil, kemudian menarik

    lensa keluar, seluruh lensa dengan pembungkus atau kapsulannya dikeluarkan dengan

    lidi ( prabe), beku (dingin ). Pada operasi ini dibuat sayatan selapur bening yang

    cukup luas. Jahitan yang banyak (14-15 mm), sehingga penyembuhan lukanya

    memekan waktu lama. ( Ilyas. S 2000)

    2. Ekstraksi Katarak Ekstrakapsuler ( EKEK )

    Lensa dikeluarkan setelah pembungkus depan dibuat lubang, sedang pembungkus

    belakang ditinggalkan. Dengan teknik ini terdapat ruang- ruang bebas di tempat bekas

    lensa sehingga memungkinkan mandapatkan lensa pengganti yang disebut sebagai

    lensa tanam bilik mata belakang ( posterior chmber intraocular lens ) dengan teknik

    sayatan lebih kecil (10-11 mm) sedikit jahitan dan waktu penyembuhan lebih pendek

    ( Ilyas. S 2000 )

    3. Fakoemulsifikasi

    Merupakan penemuan terbaru pada EKEK. Cara ini memungkinkan pengambilan

    lensa melalui insisi yang lebih kecil dengan menggunakan alat ultrason frekuensi

    tinggi untuk memecah nucleus dan korteks lensa menjadi partikel kecil yang

    memberikan irigasi kontinus. Teknik ini memerlukan waktu yang pendek dan

    penurunan insidensi astigmatisme pasca operasi. Kedua teknik irigasi aspirasi

  • fakoelmulsifikasi dapat mempertahankan kapsula posterior, yang nantinya digunakan

    untuk menyangga IOL ( Smelzer and Bare 2001 )

    H. Pengkajian Fokus dan Pemeriksaan Penunjang

    1.Data Subyektif

    a. Nyeri

    b. Mual

    c. Diaporesis

    d. Riwayat jatuh sebelumnya

    e. Sistem pendukung, lingkungan rumah

    2. Data Obyektif

    a. Perubahan TTV

    b. Respon yang lazim terhadap nyeri

    c. Tanda- tanda infeksi :

    1) Kemerahan

    2) Edem

    3) Infeksi konjungtiva ( pembuluh darah konjungtiva menonjol )

    4) Drainase pada kelopak mata

    5) Zat purulen

    6) Peningkatan suhu tubuh

    7) Nilai laboratorium : peningkatan SDP, perubahan SDP, hasil pemeriksaan

    kultur sensilitas abnormal

    d. Ketajaman penglihatan masing- masing mata

  • e. Cara berjalan, riwayat jatuh sebelumnya

    3. Pengkajian Post Operasi

    a. Aktivitas / istirahat

    Gejala : Perubahan/ penurunan aktivitas karena gangguan penglihatan

    c.Neurosensori

    Gejala : Kabur, sinar terang membuat silau dengan kehilangan bertahap

    penglihatan perifer

    Tanda : Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil, peningkatan air mata

    4. Pemeriksaan Penunjang

    Kartu mata snellen/mesin telenokuler (tas ketajaman penglihatan) dan sentral

    penglihatan.

    a. Lapang penglihatan

    b. Pengukuran tonografi : mengkaji intra okuler (TIO) (N: 12-25 mmHg)

    c. Pengukuran Genioskopi

    d. Tes provokatif

    e. Pemeriksaan oftalmosfi

    f. Darah lengkap

    g. EKG, tekanan darah, pernafasan

    h. Tes toleransi glukosa/FBS : menentukan adanya kontrol diabetes

    i. Uji ana

    j. Pemeriksaan slit lamp

    k. USG mata

    l. Biometri

  • I. Diagnosa Keperawatan

    1. Pre Operasi

    a. Gangguan persepsi sensori yang berhubungan dengan menurunnya tajam

    penglihatan (Marilyn E Doengoes, 2000/Carpanito L. J 2000).

    b. Ansietas berhubungan dengan pembedahan yang akan dijalani dan

    kemungkinan kegagalan untuk memperoleh penglihatan kembali. (Carpenito

    L.J, 2000)

    c. Potensial cedera trauma berhubungan dengan kerusakan penglihatan. (Susan

    Martin Tucker, 2000)

    d. Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan keterbatasan penglihatan

    (Carpenito L.J, 2000)

    2. Post Operasi

    a. Nyeri akut berhubungan dengan interupsi pembedahan jaringan tubuh.

    (Carpenito L. J, 2000)

    b. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan

    sekunder terhadap interupsi permukaan tubuh. (Carpenito L.J 2000).

    c. Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan keterbatasan penglihatan

    (Carpenito L.J, 2000)

    d. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, pengobatan berhubungan

    dengan kurangnya informasi (Carpenito L.J, 2000)

  • K. Intervensi

    Pre Operasi

    1. Diagnosa keperawatan : Gangguan persepsi sensori yang berhubungan dengan

    menurunnya tajam penglihatan

    Tujuan : Peningkatan ketajaman penglihatan setelah dilakukan tindakaan

    KH : Pasien mengenal sensori dan kompensasi terhadap perubahan,

    mengidentifikasi atau memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.

    Intervensi :

    a. Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau dua mata yang

    terlibat.

    b. Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lain dan areanya.

    c. Observasi tanda dan gejala disorientasi. Pertahankan pagar tempat tidur.

    d. Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi matadinama

    dapat terjadi bila menggunakan tetes mata.

    e. Ingatkan pasien menggunakan kacamata katarak yang tujuannya

    memperbesar 25% penglihatan perifer.

    f. Letakkan barang yang dibutuhkan atau posisi bel pemanggil.

    2. Diagnosa keperawatan : Ansietas berhubungan dengan pembedahan yang akan

    dijalani dan kemungkinan kegagalan untuk memperoleh penglihatan kembali.

    Tujuan : Cemas berkurang setelah dilakukan tindakan

    KH : Klien mampu mengungkapkan kecemasan dan ketakutan., ekspresi

    wajah rileks.

  • Intervensi :

    a. Ciptakan lingkungan yang tenang, rileks yang merangsang untuk berbagai

    perasaan dan kekhawatiran, berikan dorongan untuk verbalisasi dan

    mendengarkan dengan penuh perhatian.

    b. Validasi perasaan pasien dan yakinkan terjadi ketakutan merupakan respon

    dan perkiraan terjadi pembedahan yang akan dijalani.

    c. Jelaskan kejadian kejadian pre operasi dan pasca operasi bahwa aktivitas

    aktivitas yang meningkatkan tekanan intra okuler (TIO)

    misal : bersin, batuk, membungkuk kepala dibawah tinggi panggul,

    mengejan.

    d. Informasikan pada pasien bahwa perbaikan dalam penglihatan tidak terjadi

    dengan segera setelah pembedahan tetapi berharap membaik sesuai

    berkurangnya bengkak.

    e. Diskusikan tindakan tindakan pre operasi yang diharapkan, tetes mata

    untuk dilatasi, pengosongan kandung kemih, akses IV.

    3. Diagnosa keperawatan : Potensial cedera trauma berhubungan dengan kerusakan

    penglihatan.

    Tujuan : Cidera tidak terjadi setelah dilakukan tindakan

    KH : Pasien mendemontrasikan pemahaman tentang kewaspadaan

    keamanan.

    Intervensi :

    a. Kaji ketajaman penglihatan

  • b. Perkenalkan pasien dengan lingkungan sekitar

    c. Tempatkan seluruh peralatan makan dan barang barang pribadi dalam

    jangkauan yang mudah diraih dan dipertahankan penempatannya yang

    konsisten.

    d. Gunakan indra sentuhan dan pendengaran selama orientasi

    e. Jelaskan lokasi dari pintu, jendela, perabot rumah, kamar mandi, dan pasien

    lainnya.

    f. Buat komunikasi yang efektif

    g. Selalu identifikasi diri sendiri sewaktu mendekati atau menyentuh pasien

    h. Gunakan alat bantu penglihatan kaca besar bila diperlukan.

    4. Diagnosa keperawatan : Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan

    keterbatasan penglihatan

    Tujuan : Aktivitas terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan

    KH : Kebutuhan pasien terpenuhi

    Intervensi :

    a. Kaji tingkat kemampuan aktivitas pasien

    b. Ajarkan pada pasien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuan

    c. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan

    d. Tempatkan barang barang ditempat yang mudah dijangkau oleh pasien

    e. Dekatkan benda benda pasien untuk membantu dalam pemenuhan

    kebutuhan.

    Post Operasi

  • 1. Diagnosa keperawatan : Nyeri akut berhubungan dengan interupsi pembedahan

    jaringan tubuh

    Tujuan : Nyeri berkurang

    KH : Pasien melaporkan penurunan nyeri progresif dan menghilang setelah

    dilakukan tindakan keperawatan

    Intervensi :

    a. Bantu klien dealam mengidentifikasi tindakan nyeri yang efektif

    b. Jelaskan bahwa nyeri dapat akan terjadi sampai beberapa jam setelah

    pembedahan

    c. Lakukan tindakan penghilang nyeri yang non invasive dan

    nonfarmakologi :

    1) Posisi : tinggikan bagian kepala tempat tidur, berubah ubah antara

    berbaring pada punggung dan pada sisi yang tidak dioperasi.

    2) Ajarkan teknik distraksi

    3) Ajarkan latihan relaksasi

    d. Berikan dukungan tindakan penghilang nyeri dengan analgetik yang

    diresepkan.

    e. Beri tahu dokter jika nyeri tidak hilang setelah jam pemberian obat,

    jika nyeri disertai mual, atau jika anda memperhatikan drainase pada

    pelindung mata.

    2. Diagnosa keperawatan : Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan

    peningkatan kerentanan sekunder terhadap interupsi permukaan tubuh.

    Tujuan : Tidak terjadi infeksi

  • KH : Klien akan menunjukan penyembuhan insisi tanpa gejala infeksi

    Intervensi :

    a. Tingkatkan penyembuhan luka

    1) Berikan dorongan untuk mengikuti diet yang seimbang dan asupan

    cairan yang adekuat.

    2) Instruksikan klien untuk tetap menutup mata sampai hari pertama

    setelah operasi atau sampai diberitahukan.

    b. Gunakan teknik aseptik untuk meneteskan tetes mata :

    1) Cuci tangan sebelum memulai

    2) Pegang alat penetes agak jauh dari mata

    3) Ketika meneteskan, hindari kontak antara mata, teteskan dengan alat

    penetes.

    4) Ajarkan teknik ini kepada klien dan anggota keluarganya.

    c. Kaji tanda dan gejala infeksi

    1) Kemerahan, edema pada kelopak mata

    2) Injeksi konjungtiva (pembuluh darah menonjol)

    3) Drainase pada kelopak mata dan bulu mata dan bulu mata

    4) Materi purulen pada bilik anterior (antara kornea dan iris)

    5) Peningkatan suhu

    6) Nilai laboratorium abnormal (misal : peningkatan SDP, hasil kultur,

    dan sensitivitas positif)

    7) Lakukan tindakan untuk mencegah ketegangan pada jahitan

  • (misal : anjurkan klien menggunakan kacamata protektif dan

    pelindung mata pada siang hari dan malam hari)

    8) Beritahu dokter tentang semua drainase yang terlihat mencurigakan.

    3. Diagnosa keperawatan: Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan

    keterbatasan penglihatan

    Tujuan : Klien tidak terjadi cidera

    KH : Klien tidak mengalami cedera atau trauma jaringan selama dirawat di

    rumah sakit.

    Intervensi :

    a. Orientasikan klien pada lingkungan ketika tiba

    b. Modifikasi lingkungan untuk menghilangkan kemungkinan bahaya.

    c. Tinggikan pengaman tempat tidur. Letakkan benda dimana klien dapat

    melihat dan meraihnya tanpa klien menjangkau terlalu jauh.

    d. Letakkan alat alat bantu ambulasi dimana klien dapat melihat dan

    meraihnya dengan mudah, pantau penggunaan alat bantu ambulasi

    e. Bantu klien dan keluarga mengevaluasi lingkungan rumah kemungkinan

    bahaya (misal : karpet yang tersingkap, kabel listrik yang terpapar, perabot

    yang rendah, tangga)

    4. Diagnosa keperawatan: Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis,

    pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi

    Tujuan : Klien mengetahui tentang kondisi, prognosis dan pengobatan.

    KH : Kriteria untuk diagnosa keperawatan menunjukan kriteria hasil yang

    berkaitan dengan perencanaan pemulangan. Rujuk pada rencana pemulangan.

  • Intervensi :

    a. Diskusikan aktivitas yang diperbolehkan setelah pembedahan (membaca,

    menonton TV, melakukan pekerjaan rumah tangga yang ringan)

    b. Pertegas pembatasan aktivitas yang disebutkan dokter, yang mungkin

    termasuk menghindari aktivitas berikut :

    1) Berbaring pada sisi yang dioperasi

    2) Membungkuk melewati pinggang

    3) Megangkat benda yang beratnya melebihi 10 kg

    4) Mengejan selama defekasi

    c. Tekankan pentingnya tidak menguap atau menggosok mata dan menjaga

    balutan serta pelindung protektif tetap pada tempatnya sampai hari pertama

    setelah operasi.

    d. Jelaskan informasi berikut untuk setiap obat obatan yang diresepkan :

    1) Nama, tujuan dan kerja obat

    2) Jadwal dosis (jumlah, waktu)

    3) Teknik pemberian

    e. Intruksikan klien dan keluarga untuk melaporkan tanda dan gejala berikut :

    1) Kehilangan penglihatan

    2) Nyeri pada mata

    3) Abnormalitas penglihatan (misal : kilasan cahaya atau berkas)

    4) Kemerahan, drainase meningkat, suhu meningkat

  • f. Instruksikan untuk menjaga hygiene mata (membuang drainase yang

    mengeras dengan menyeka kelopak mata yang terpejam menggunakan bola

    kapas yang dilembabkan dengan larutan irigasi mata)