Jtptunimus Gdl Asepdwipra 7594 2 Babi

6
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia seperti halnya di negara berkembang lainnya, masalah kesehatan dan pertumbuhan anak sangat dipengaruhi oleh dua persoalan utama yaitu, keadaan gizi yang tidak baik dan masalah penyakit infeksi (penyakit menular), dimana kedua hal ini akan saling berkaitan. Untuk itu dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat Indonesia di bidang kesehatan, telah ditetapkan program kebijakan pemerintah untuk mengatasi masalah secara preventive (pencegahan) maupun promotif, terutama kebiasaan higiene. (Ananto, 2006) Praktik personal higiene merupakan upaya preventif dan promotif dalam status kesehatan. Personal hygiene merupakan salah satu program PHBS yang meliputi berbagai program yaitu persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, ,memberi bayi ASI Eksklusif, menimbang balita setiap bulan, menggunakan Air bersih, mencuci tangan pakai sabun, mengunakan jamban sehat, memberantas jentik di rumah sekali seminggu, makan buah dan sayur setiap hari, melakukan aktifitas fisik setiap hari, tidak merokok di dalam rumah. Personal hygiene salah satunya kebersihan kulit selalu terjaga, maka kulit dapat berfungsi sebagai garis tubuh pertama dari pertahanan melawan infeksi. Untuk diperlukan upaya personal hygiene sedini mungkin, terutama pada masa anak-anak karena dengan tindakan implementasi higiene dengan cara membantu anggota keluarga untuk melakukan tindakan higiene, maka individu akan berperan aktif dalam meningkatkan kesehatannya, terutama untuk mencegah timbulnya penyakit (Potter & Perry, 2005). Konsep personal hygiene adalah cukup sederhana seperti; menggosok gigi yang baik dan benar atau kebiasaan mencuci tangan menggunakan sabun, keramas dan memotong kuku. Namun, penerapannya kadang sulit dilakukan

description

dgdfbv

Transcript of Jtptunimus Gdl Asepdwipra 7594 2 Babi

Page 1: Jtptunimus Gdl Asepdwipra 7594 2 Babi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di Indonesia seperti halnya di negara berkembang lainnya, masalah kesehatan

dan pertumbuhan anak sangat dipengaruhi oleh dua persoalan utama yaitu,

keadaan gizi yang tidak baik dan masalah penyakit infeksi (penyakit menular),

dimana kedua hal ini akan saling berkaitan. Untuk itu dalam mewujudkan

kesejahteraan masyarakat Indonesia di bidang kesehatan, telah ditetapkan

program kebijakan pemerintah untuk mengatasi masalah secara preventive

(pencegahan) maupun promotif, terutama kebiasaan higiene. (Ananto, 2006)

Praktik personal higiene merupakan upaya preventif dan promotif dalam

status kesehatan. Personal hygiene merupakan salah satu program PHBS yang

meliputi berbagai program yaitu persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan,

,memberi bayi ASI Eksklusif, menimbang balita setiap bulan, menggunakan

Air bersih, mencuci tangan pakai sabun, mengunakan jamban sehat,

memberantas jentik di rumah sekali seminggu, makan buah dan sayur setiap

hari, melakukan aktifitas fisik setiap hari, tidak merokok di dalam rumah.

Personal hygiene salah satunya kebersihan kulit selalu terjaga, maka kulit

dapat berfungsi sebagai garis tubuh pertama dari pertahanan melawan infeksi.

Untuk diperlukan upaya personal hygiene sedini mungkin, terutama pada

masa anak-anak karena dengan tindakan implementasi higiene dengan cara

membantu anggota keluarga untuk melakukan tindakan higiene, maka

individu akan berperan aktif dalam meningkatkan kesehatannya, terutama

untuk mencegah timbulnya penyakit (Potter & Perry, 2005).

Konsep personal hygiene adalah cukup sederhana seperti; menggosok gigi

yang baik dan benar atau kebiasaan mencuci tangan menggunakan sabun,

keramas dan memotong kuku. Namun, penerapannya kadang sulit dilakukan

Page 2: Jtptunimus Gdl Asepdwipra 7594 2 Babi

2

sehingga membutuhkan persyaratan internal, seperti pengetahuan, kemauan

dan kemampuan. Selain itu diperlukan juga adanya dukungan dari pihak lain,

khususnya keluarga terdekat atau orang tua (Anugrah, 2008).

Banyak faktor yang menyebabkan pesonal higiene tidak dapat dilakukan

dengan baik diantara faktor – faktor tersebut adalah Pengetahuan, Citra tubuh,

Dukungan keluarga/praktek sosial, Status ekonomi, Kebudayaan, Pilihan

pribadi (motivasi), dan Kondisi Fisik (Potter & Perry, 2005)

Secara epidemiologis penyebaran penyakit berbasis lingkungan di kalangan

anak sekolah masih tinggi. Kasus infeksi seperti Demam Berdarah, diare,

cacingan, infeksi saluran pernafasan, serta reaksi samping terhadap makanan

akibat buruknya sanitasi dan keamanan pangan. Pada dasarnya permasalahan

kesehatan pada anak usia sekolah adalah berkaitan dengan kebersihan

perorangan seperti gosok gigi, mencuci tangan dan lain sebagainya. Hal itu

terutama terjadi pada masa transisi dari anak ke usia sekolah (sekitar 6 tahun)

karena anak belum mempunyai pengetahuan yang baik mengenai konsep

personal higiene (Anugrah, 2008).

Penanaman pengetahuan tentang personal hygiene secara dini merupakan

langkah yang efektif karena merupakan bentuk upaya promotif dan preventif

dalam bidang kesehatan. dengan meningkatkan pengetahuan secara dini pada

anak diharapkan nantinya anak mempunyai pengetahuan yang baik sehingga

menimbulkan dorongan yang kuat dan diharapkan dapat menjadi generasi

yang maju dan mampu mengajak orang lain untuk menjaga kebersihan diri

dan lingkungan (DepKesRI, 2003).

Bagi seorang anak, keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi

pertumbuhan dan perkembangannya. Menurut resolusi Majelis Umum PBB

fungsi utama keluarga adalah ”sebagai wahana untuk mendidik, mengasuh,

dan mensosialisasikan anak, mengembangkan kemampuan seluruh

anggotanya agar dapat menjalankan fungsinya di masyarakat dengan baik,

Page 3: Jtptunimus Gdl Asepdwipra 7594 2 Babi

3

serta memberikan kepuasan dan lingkungan yang sehat guna tercapainya

keluarga, sejahtera (Megawangi, 2003).

Pengetahuan mengkontribusikan secara positif perilaku atau tindakan higiene

yang dilakukan oleh individu, sebagaimana pernyataan Rogers (dalam

Notoatmodjo, 2005) yang menyatakan bahwa pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting bagi terbentuknya perilaku dan

perilaku yang didasari pengetahuan akan bertahan lebih langgeng daripada

perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Oleh sebab itu diperlukan suatu

upaya untuk meningkatkan pengetahuan siswa melalui pemberian informasi-

informasi tentang personal higiene (Sari, 2008).

Berdasarkan survei pendahuluan pada tanggal 8 September 2012 didapatkan

bahwa jumlah siswa kelas I-6 sebanyak 205 orang, sedangkan data jumlah

anak kelas I sebanyak 37 orang dan kelas II sebanyak 38 anak yang rata-rata

berusia antara 6-7 tahun. Data tentang keadaan siswa secara umum

berdasarkan jumlah siswa sebanyak 10 anak kelas I dan II masih menunjukkan

perilaku kurang rapi dan bersih sebesar 6 orang (60%), dilihat dari segi baju,

rambut yang kurang rapi dan kusam, kulit kasar dan gigi yang kurang bersih,

membeli jajan yang tidak bersih serta kurangya kebiasaan cuci tangan.

Sedangkan sebanyak 4 orang (49%), memiliki perilaku yang baik. Keadaan ini

terjadi dapat disebabkan oleh status sosial lingkungan siswa yang memiliki

kondisi dan sosial ekonomi yang berbeda menyebabkan perilaku hygiene

siswa masih rendah.

Keadaan diatas didukung pula oleh kurangnya fasilitas yang ada di sekolah

belum memadai seperti wastafel yang rusak, sumber air yang belum cukup

dan leafleat materi tentang kesehatan belum ada. Berdasarkan permasalah

diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang sejauh mana

tingkat pengetahuan dan dukungan keluarga dengan personal hygiene pada

siswa di SDN Panjang Wetan IV Kecamatan Pekalongan Utara Kota

Pekalongan.

Page 4: Jtptunimus Gdl Asepdwipra 7594 2 Babi

4

B. Rumusan Masalah

Adakah hubungan tingkat pengetahuan dan dukungan keluarga dengan

personal hygiene pada siswa di SDN Panjang Wetan IV Kecamatan

Pekalongan utara kota Pekalongan.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan dukungan keluarga dengan

personal hygiene pada siswa di SDN Panjang Wetan IV Kecamatan

Pekalongan utara Kota Pekalongan.

2. Tujuan Khusus

a. Mendiskripsikan tingkat pengetahuan siswa di SDN Panjang Wetan IV

Kecamatan Pekalongan utara Kota Pekalongan

b. Mendiskripsikan dukungan keluarga siswa di SDN Panjang Wetan IV

Kecamatan Pekalongan utara Kota Pekalongan

c. Mendiskripsikan personal hygiene siswa di SDN Panjang Wetan IV

Kecamatan Pekalongan utara Kota Pekalongan

d. Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan dengan personal hygiene

pada siswa di SDN Panjang Wetan IV Kecamatan Pekalongan utara

kota Pekalongan

e. Menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan personal hygiene

pada siswa di SDN Panjang Wetan IV Kecamatan Pekalongan utara

kota Pekalongan

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan dasar atau literatur bagi peneliti selanjutnya untuk

melakukan penelitian yang lebih kompleks khususnya tentang hubungan

tingkat pengetahuan dan dukungan keluarga terhadap personal hygiene.

Page 5: Jtptunimus Gdl Asepdwipra 7594 2 Babi

5

2. Bagi Ilmu Keperawatan (Profesi)

Mengembangkan khazanah ilmu pengetahuan dalam area sekolah

khususnya tentang keperawatan anak dan komunitas untuk penentuan

kebijakan pada upaya prevensi dan promosi kesehatan.

3. Bagi Institusi Sekolah

Memberi masukan dalam meningkatkan pengetahuan siswa dalam

melakukan personal higiene melalui upaya seperti; memasukkan materi

kesehatan dalam kurikulum dan lomba kebersihan

4. Bagi Masyarakat

Sebagai masukan bagi orang tua untuk meningkatkan derajat kesehatan

anak melalui upaya peningkatan pengetahuan sehingga anak akan mampu

melakukan personal hygiene secara mandiri.

E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Judul dan peneliti Jenis

Penelitian

Pengambilan

sampel

Analisis Data Hasil penelitian

Gambaran personal

hygiene Siswa SD

Mangunsari Kabupaten

Jepara (Nurjanah, 2012)

Metode

kuantitatif

Uji chi

square

teknik

consecutive

sampling

sebanyak 45

orang

Hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak

96,8% responden tidak hygiene. Sebanyak

51,6% responden memiliki rambut tidak

hygiene, 31% mata tidak hygiene, 75%

telinga tidak hygiene, 88,9% mulut dan gigi

tidak hygiene, 68,3% kulit tidak hygiene, dan

69,8% kuku tangan dan kaki tidak hygiene.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

personal hygiene masih rendah.

Hubungan personal

hygiene dengan

dukungan keluarga

siswa SDN I Rawasari

Kabupaten Kendal

(Puspitaningrum,

2012).

Metode

kuantitatif

Uji Spearman

Rho

Teknik dengan

proposional

random

sampling

sebanyak 47

orang

Hasil penelitian diketahui bahwa dukungan

keluarga yang kurang yaitu sebanyak 46,3%,

sedang 33,3% , dan yang tinggi 20,4%.

Sementara yang memiliki personal Higiene

kurang 42,6%, yang mempunyai personal

higiene cukup 31,5%, dan yang mempunyai

personal higiene baik sebanyak 25, 9%.

Page 6: Jtptunimus Gdl Asepdwipra 7594 2 Babi

6

Judul dan peneliti Jenis

Penelitian

Pengambilan

sampel

Analisis Data Hasil penelitian

Hubungan faktor

Predisposisi dengan Perilaku Personal

Higiene Anak Jalanan

Bimbingan Rumah

Singgah Yayasan

Masyarakat Sehat

(YMS) Bandung. Sari

Sheizi (2007

deskriptif

korelasional.

analisa data

statistik uji chi kuadrat

Populasi dalam

penelitian ini adalah anak

jalanan dibawah

bimbingan

Rumah

SinggahYMS di

Bandung

Terdapat hubungan yang signifikan antara

faktor pengetahuan, faktor sikap, faktor usia, serta faktor nilai dan tradisi dengan perilaku

personal higiene responden dengan tingkat

kebermaknaan hubungan semua faktor

tersebut adalah sedang. Tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara faktor

kepercayaan dengan perilaku personal

higiene responden

Efektivitas Tindakan Personal Hygiene

Terhadap Tingkat

Kepuasan Pasien

Imobilisasi di RS.Mardi

Rahayu

Kudus.Darmayanti

(2009)

Pre eksperiment

dengan

pendekatan

prepost design

without control

group

Analisa data menggunakan

uji t

Populasi adalah Pasien

Imobilisasi di

RS.Mardi

Rahayu Kudus.

Tingkat kepuasaan pasien imobilisasi sebelum dilakukan tindakan personal hygiene

dari 30 responden diperoleh nilai mean

87.1667, tingkat kepuasaan pasien imobilisasi

setelah dilakukan tindakan personal hygiene

sesuai dengan prosedur tindakan diperoleh

mean 129.733 serta adanya perbedaan antara

tingkat kepuasan pasien imobilisasi

Hubungan tingkat

pengetahuan perilaku hidup bersih dan sehat

dengan personal

hygiene anak sekolah di

SD Negeri Jombor

Kecamatan Tuntang

Kabupaten Semarang

Nur (2011)

Studi korelasi

dengan pendekatan

cross sectional

Korelasi

kendall Tau

Populasi yaitu

anak sekolah di SD Negeri

Jombor

Kecamatan

Tuntang

Kabupaten

Semarang

89,1% tingkat pengetahuan siswa tentang

PHBS dalam kategori tinggi dan 87,5% menunjukkan personal hygiene yang baik.

ada hubungan dengan kekuatan sedang dan

arah korelasi positif antara tingkat

pengetahuan PHBS dengan personal hygiene

anak

Hubungan tingkat

pengetahuan dan dukungan keluarga

dengan personal

hygiene pada siswa di

SDN Panjang Wetan IV

Kecamatan Pekalongan

utara Kota Pekalongan

(Asep Dwi Prasetyo,

2012)

Jenis penelitian

non-

eksperimental observasional

bersifat

diskriptif

analitik (eksplanatori

reseach)

Analisa data

menggunakan uji Rank

Spearman.

Populasi adalah

siswa kelas I dan kelas II di

SDN Panjang

Wetan IV

Kecamatan

Pekalongan

Utara Kota

Pekalongan

yang berjumlah

75 orang.

Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan personal hygiene

pada siswa di SDN Panjang Wetan IV

Kecamatan Pekalongan utara kota Pekalongan dengan nilai p value 0,021,

terdapat hubungan dukungan keluarga

dengan personal hygiene pada siswa di

SDN Panjang Wetan IV Kecamatan Pekalongan utara kota Pekalongan

dengan nilai p value 0,034.

Berdasarkan hasil penelitian diatas dibandingkan dengan penelitian ini

memiliki perbedaan dalam hal sebgai berikut :

1. Jumlah responden

2. Variabel independent

3. tempat penelitian yang berbeda