Jtptiain Gdl Saefudin31 5097 1 Fileskr n
-
Upload
bayudsuryon -
Category
Documents
-
view
36 -
download
11
description
Transcript of Jtptiain Gdl Saefudin31 5097 1 Fileskr n
MANAJEMEN PEMBELAJARAN FULL DAY SCHOOL DI SMP
ISLAM HIDAYATULLAH SEMARANG TH 2010 - 2011
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam
Kependidikan Islam
Oleh:
SAEFUDIN
NIM: 3105068
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Saefudin
NIM : 3105068
Jurusan / Program Studi : Kependidikan Islam
menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian / karya
saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semarang, Mei 2011
Saya yang menyatakan,
Saefudin
NIM .3105068
NOTA PEMBIMBING Semarang,10 Desember 2010
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo
di Semarang
Assalamu’alaikum wr. wb
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan
koreksi naskah skripsi dengan:
Judul : MANAJEMEN PEMBELAJARN FULL DAY SCHOOL DI SMP
ISLAM HIDAYATULLAH SEMARANG TAHUN 2010-2011
Nama : SAEFUDIN
NIM : 3105068
Jurusan : Kependidikan Islam
Program Studi : Kependidikan Isam
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang munaqasah.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Pembimbing I
Fahrurrozi M, Ag. NIP : 19770816 200501 1 003
NOTA PEMBIMBING Semarang,10 Desember 2010
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo
di Semarang
Assalamu’alaikum wr. wb
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan
koreksi naskah skripsi dengan:
Judul : MANAJEMEN PEMBELAJARN FULL DAY SCHOOL DI SMP
ISLAM HIDAYATULLAH SEMARANG TAHUN 2010-2011
Nama : SAEFUDIN
NIM : 3105068
Jurusan : Kependidikan Islam
Program Studi : Kependidikan Islam
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang munaqasah.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Pembimbing II
Dr. H. Fatah Syukur M.Ag. NIP : 19681212 1999403 1 003
ABSTRAK
Saefudin (NIM: 3105068) Manajemen Pembelajaran Full Day School ( di
SMP Islam Hidayatullah Semarang). Skripsi. Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang, 2010.
Penelitian ini bertujuan: 1). Mengetahui bagaimana pelaksanaan
manajemen pembelajaran full day di SMP Islam Hidayatullah Semarang 2).
Mengetahui bagaimana Problematiak Pembelajaran full day school di SMP Islam
Hidayatullah Semarang .
Penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan metode penelitian
kualitatif deskriptif. Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
deskriptif analisis, karena penelitian ini dapat dipandang sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang diamati.. Adapun untuk mengumpulkan
datanya menggunakan beberapa metode, yaitu metode observasi, dokumentasi,
dan wawancara/interview. Metode observasi digunakan untuk memperoleh data
tentang manajemen Pembelajaran full day di SMP Islam Hidayatullah Semarang
. Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tentang keadaan
pembelajaran full day school, sarana dan prasarana yang diperlukan untuk
menunjang pembelajaran full day school.
Sedangkan metode wawancara/interview digunakan untuk memperoleh
data tentang tanggapan/pendapat mengenai keadaan manajemen pembelajaran full
day school di SMP Islam Hidayatullah Semarang pengembangannya serta sejauh
mana manajemennya sehingga memberikan kontribusi berharga dalam
peningkatan prestasi siswa maupun mutu pendidikan di SMP Islam Hidayatullah
Semarang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa; setiap lembaga pendidikan,
khususnya yang berbasis Islam dalam lingkungan perkotaan sangat memerlukan
program full day school dikarenakan tuntutan dari orang tua itu sendiri agar
pengontrolan anaknya dapat dilihat ketika di sekolahan. Hal ini mengingat bahwa
dalam masa perkembangan anak sangat rentan sekali pengaruh negatif dari
pergaulan di luar lingkungan sekolah. Secara keseluruhan keadaan manajemen
pembelajaran full day school di SMP Islam Hidayatullah Semarang sudah di
katakan baik dan buktinya banyak lembaga lain yang bersama mengikuti atau
berbondong-bondong menerapkan pembelajaran full day school. Akan tetapi ada
beberapa hal yang perlu ditingkatkan, diantaranya adalah bagaimana mengatasi
siswa agar jangan sampai siswa jenuh dan kecapaian dalam pembelajaran full day,
kemudian penambahan sarana dan prasarana, peningkatan sumber daya manusia.
Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis dapat diketahui bahwa manajemen
pembelajaran full day school di SMP Islam Hidayatullah Semarang sudah baik.
Hal ini salah satunya disebabkan oleh pengelolaan pembelajaran full day school di
lakukan oleh tenaga yang profesional dan didukung dengan sarana-dan prasarana
yang memadai jadi dalam aplikasinya dapat berjalan dengan baik dan
menyenangkan. Implementasi manajemen pembelajaran full day school meliputi
Perencanaan ditunjukkan dengan menentukan program kerja dan menentukan
tenaga yang professional; pelaksanaan ditunjukkan untuk aplikasi dalam proses
pembelajaran dengan program full day. Dan yang terakhir adanya evaluasi
ditunjukkan dengan kegiatan penilaian ataupun tes yang dilakukakan oleh sekolah
maupun guru agardapat diketahui hasil yang ingin dicapai ataupun prestasi yang
ingin diraih oleh siswa Berdasarkan penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan
dalam pengembangan manajemen pembelajaran Full day school di sekolah
khususnya pada lembaga pendidikan Islam baik negeri maupun swasta. Hal ini
dikarenakan belum semua pembelajaran full day di sekolah dapat
menyelenggarakan dengan baik. Pengelolaan pembelajaran full day dengan
sistem manajemen yang professional akan menjadikan pembelajaran ini
menyenagkan dan tidak membosankan dan menjadi siswa terus aktif dalam
lingkungan sekolah maupun di lingkungan keluarganya.
TRANSLITERASI ARAB LATIN
Penulisan transliterasi huruf-huruf Arab Latin dalam skripsi ini berpedoman pada
SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I Nomor:
158/1987 dan Nomor: 0543b/Untuk1987. Penyimpangan penulisan kata sandang
(al-) disengaja secara konsisten agar sesuai teks Arabnya.
a t}
b z}
t ‘
s| gh
j f
h} q
kh k
d l
z| m
r n
z w
s h
sy ’
s} y
d}
Bacaan madd: Bacaan diftong:
a> = a panjang = au
i> = I panjang = a
u> = u panjang
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dengan hati yang tulus dan pikiran yang jernih,
tercurahkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, hidayah, dan taufik serta
inayah-Nya Dan tidak lupa pula penulis panjatkan shalawat serta salam kepada
sang revolusioner Muhammad Rasulullah SAW, yang dengan keteladanan,
keberanian dan kesabarannya membawa risalah Islamiyah yang sampai sekarang
telah mengangkat derajat manusia dan bisa kita rasakan buahnya.
Skripsi berjudul “Manajemen Pembelajaran Full Day School Di Smp
Islam Hidayatullah Semarang”. Skripsi ini disusun guna memenuhi sebagian
persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana (S.1) pada Fakultas Tarbiyah Institut
Agama Islam Negeri Walisongo Semarang.
Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapat bantuan baik moril
maupun materiil dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini dengan
kerendahan hati dan rasa hormat yang dalam penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak . DR. H. Ahmad Sujai, M. Ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Institut
Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, yang telah memberikan ijin
penelitian dalam rangka penyusunan skripsi ini.
2. Dr. Mustofa Rahman, M.Ag, selaku ketua Jurusan Kependidikan Islam
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
3. Bapak Fahrurrozi, S.Ag selaku dosen pembimbing I dan bapak Dr. H. Fatah
Syukur , M.Ag, selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan
dalam penulisan skripsi ini.
4. Dosen, pegawai, dan seluruh civitas akademika di lingkungan Fakultas
Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang.
5. Muhmmad Nur, selaku Kepala Sekolah SMP Islam Hidayatullah Semarang
beserta guru yang telah membantu pencapaian keberhasilan dalam penelitian
ini,.
6. Ahwan Fanani M,Ag Selaku wali studi yang elah memberikan masukan,
membimbing, dan mengarahkan kepada penulis selama studi di jurusan KI
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisogo Semarang.
7. Ayahanda Bapak H. To’at dan Ibunda Hj. Mukahyah tercinta yang rela ikhlas
mendo’akan dan merestui penulis selama menuntut ilmu sehingga
memudahkan dalam menjalaninya, serta telah memberikan materi yang tiada
henti tanpa mengharap balasan.
8. Kakakku dan Adikku yang tercinta : Zaenal Asikin, Nur Rohmah, Kurniasih,
Zaenal Arifin (A.Sultoni (Alm) dan Lizam Romdhon, Irkhaniyah Arifin,
Farikahtun Nur, zulfikri Habib) yang saya sayangi kalianlah yang selalu
memberikan banyak inspirasi dan membuat saya terus tanpa henti untuk
memberikan yang terbaik sebagai uswah kalian, kalianlah yang saya
banggakan, semoga kalian menjadi anak yang sholeh sehingga kelak mampu
menjadi generasi bangsa yang berguna bagi keluarga, ummat, agama, negara
dan bangsa.
9. Keluarga besar dari simbah H. Sya’roni, simbah H. Irsyad, paman, bibi dan
yang lainnya tanpa bisa saya sebutkan satu persatu karena telah mengajarkan
ilmu kehidupan pada penulis, untuk setia dan konsisten dalam menjalani hidup
agar tetap tegar sabar dan tekun.
10. Kawan-kawan mahasiswa senasib seperjuangan di kampus yaitu para Staf dan
Anggota Resimen Mahasiswa (MENWA) SAPU JAGAD IAIN Walisongo
semuanya yang menggulirkan semangat Korsa untuk tetap menjunjung tinggi
Bela Negara beserta semangat RESIMEN yang tidak pernah padam ditelan
masa dan terima kasih atas segala bantuan dan motivasinya.
11. Bapak KH. Zaenal Asikin (Alm) bapak KH. Mustaghfirin, bapak KH. Abdul
Kholik, Ustadz Gus Qolyubi, S.Ag ibunda Nyai Hj. Munthohiroh yang elah
sabar dan penuh keikhlasan dalam mendidik, dan membimbing, mengarahkan,
memotivasi, dan memberi ilmunya kepadaku selama di pondok pesanren
raudlotut Tholibin Tugurejo Tugu sebagai tempat pencarian ilmu dan yang
selalu menaungiku dalam suka maupun duka.
12. Sahabat-sahabatku dalam naungan Pon-Pes Raudlotut Tholibin Tugu Rejo,
Tugu, Kota Semarang dan temen Seperjuangan Ardiyansah, Mustoleh,
Rusdiyanto, Sabikul Khoir, Ziyad Faroh Khaqiqi, Ahmad Kowi, Rosyid Al-
Karomi dan lainnya yang selalu membantu banyak hal bahkan memberi
motivasi dan tempat bertukar pikiran dalam proses penulisan skripsi ini. Serta
Teman- teman Puri yang secara langsung maupun tidak langsung membantu
dalam menyelesaikan skripsi ini.
13. KH. Masruri Abdul Muhni selaku Pengasuh Pon-Pes Alhikmah Benda
Sirampog Brebes beserta keluarga besar Pon-Pes Alhikmah Benda Sirampog
Brebes. Trimakasih telah mengarahkanku pada waktu kecil sampai besar
dengan bimbingan beliau yang selalu memberikan fatwa-fatwa yang
memnenagkan hati.
14. Wabil Khusus untuk orang-orang yang selalu mengajarkan arti kehidupan,
kesederhanaan dan kerendahan hati untuk penulis agar mengikhlaskan segala
yang telah diperjuangkan untuk menjadi insan paripurna.
15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu penulis hingga dapat diselesaikan penyusunan skripsi ini.
Penulis berdo’a semoga semua amal dan jasa baik dari semua pihak dapat
pahala yang berlipat ganda. Penulis menyadari bahwa karya ini jauh dari
kesempurnaan yang ideal, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk
perbaikan dan kesempurnaan dalam berkarya dikemudian hari.
Akhirnya, hanya kepada Allah penulis berdo’a, semoga dapat bermanfaat
bagi pembaca dan kita semuanya dan mendapat ridho dari-Nya. Amin. Amin Ya
Rabbal ‘Alamiin. Semarang, 20 Juni 2010
Penulis
Saefudin
NIM. 3105068
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…. ..................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv
HALAMAN ABSTRAK ................................................................................ v
HALAMAN TRANSLITRASI ..................................................................... vi
HALAMAN MOTTO ................................................................................... vii
HALAMAN KATA PENGANTAR .............................................................. ix
HALAMAN DAFTAR ISI ............................................................................ xii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Penegasan Istilah ....................................................................... 8
C. Rumusan Masalah ..................................................................... 10
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 10
E. Kajian Pustaka ........................................................................... 11
F. Metodologi Penelitian ............................................................... 13
BAB II : MANAJEMEN PEMBEAJARAN FULL DAY SCHOOL
A. Manajemen Pembelajaran Full Day School ................................ 17
1. Pengertian Manajemen Pembelajaran ................................. 17
2. Langkah-langkan Manajemen Pembelajaran ...................... 20
a. Perencanaan pembelajaran ............................................ 20
b. Pelaksanaan pembelajaran ............................................. 25
c. Evaluasi Pembelajaran ................................................... 30
B. Hakikat Belajar .......................................................................... 35
1. Pengertian Belajar ................................................................ 35
2. Teori Belajar......................................................................... 37
3. Motivasi Belajar ................................................................... 39
C. Pembelajaran Full Day School ................................................... 41
1. Konsep Full Day School ...................................................... 43
2. Kurikulum Full Day School ................................................. 46
3. Aktivitas Full Day School................................................... 50
4. Tujuan dan Target Full Day School ..................................... 53
BAB III : DATA PENELITIAN TENTANG MANAJEMEN
PEMBELAJARAN FULL DAY SCHOOL DI SMP ISLAM
HIDAYATULLAH SEMARANG
A. Kondisi Umum SMP Islam Hidayatullah Semarang ............... 57
1. Sejarah Berdiri Dan Perkembangnya SMP Islam Hidayatullah
Semarang ............................................................................ 57
2. Letak Geografis SMP Islam Hidayatullah Semarang ......... 58
3. Prinsip Visi, Misi dan tujuan serta Indikator keberhasilan
SMP Islam Hidayatullah Semarang ................................. 59
B. Manajemen Pembelajaran di Full Day School di SMP Islam
Hidayatullah Semarang ............................................................. 61
1. Perencanaan Pembelajaran Full Day School......................... 66
2. Pelaksanaan Pembelajaran Full Day School ......................... 71
3. Evaluasi Pembelajaran Full Day School ............................... 78
C. Problematika Manajemen Pembelajaran Full Day School ........ 75
BAB IV : ANALISIS MANAJEMEN PEMBELAJARAN FULL DAY
SCHOOL DI SMP ISLAM HIDAYATULLAH SEMARANG
A. Analisis Manajemen Pembelajaran Full Day School ............... 82
B. Problematika manajemen Pembelajaran Full Day School ...... 93
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 98
B. Saran-Saran .............................................................................. 100
C. Penutup. .................................................................................... 102
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Pendidikan merupakan suatu masalah yang sangat penting dalam
kehidupan manusia. Maju tidaknya suatu bangsa sangat tergantung pada
pendidikan bangsa tersebut. Artinya jika pendidikan suatu bangsa dapat
menghasilkan manusia yang berkualitas lahir batin otomatis bangsa tersebut akan
maju, damai, dan tentram. Begitu juga sebaliknya, jika pendidikan suatu bangsa
mengalami stagnasi maka bangsa tersebut akan terbelakang dalam segala bidang.1
Pendidikan bagi bangsa adalah suatu proses dan juga sistem yang
mempunyai tujuan ideal, begitu juga dengan pendidikan bangsa kita sebagaimana
yang tertuang dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20
Tahun 2003 Bab I Pasal 1 ayat 1 bahwasanya: “Pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara efektif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara”.2
Masalahnya adalah bahwa pendidikan secara umum di Indonesia
mengalami kemerosotan. Hal ini diungkapkan oleh ketua Badan Pertimbangan
Pendidikan Nasional (BPPN) Awaloedin Djamin bahwa rangking Human
Development Index negara Indonesia pada tahun 1999 berada pada urutan 105,
sedangkan pada tahun 2000 turun ke ke peringkat 109. Hal ini menunjukkan
1
Okidermawan “manajemen mutu terpadu di lembaga pedidikan islam” http//www.Okidermawan, E:/manajemen mutu terpadu/oki’s site-Manajemen Mutu Terpadu Di
Lembaga Pendidikan Islam.mht. Selasa 9 februari 2010 pada jam 11:05 2DPR RI dan Presiden RI, Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), (Bandung: Citra Umbara, 2003, hlm. 3.
2
bahwa mutu pendidikan di Indonesia masih jauh tertinggal jika dibandingkan
dengan negara-negara lain.3
Sekarang di masyarakat kita ada semacam stereotyping , maksudnya
pendidikan Islam selalu diasosiasikan dengan lembaga pendidikan terbelakang.
Hal ini tidak dapat dipungkiri karena pendidikan Islam terutama pendidikan
tingginya, sering tidak menghasilkan lulusan (educational output) yang
memadai, tidak memiliki kemampuan komprehensif-kompetitif terutama dalam
bidang ilmu pengetahuan (science) dan tidak memiliki kompetensi profesional
seperti yang dituntut dunia kerja (work force). Kondisi obyektif demikian ini
menempatkan lembaga pendidikan Islam bukan sebagai kelas utama (the first
class) melainkan sebagai kelas kedua (the second class). Hal ini dapat dilihat
secara nyata dengan tingginya kecenderungan lulusan pendidikan Islam yang
memasuki perguruan tinggi agama Islam sementara sangat sedikit jumlah lulusan
pendidikan Islam yang memasuki perguruan tinggi umum, dan itupun hanya
terbatas pada bidang-bidang ilmu humaniora saja.4
Melihat realitas yang sedemikian memperhatikan maka salah satu agenda
penting dalam proses pembelajaran pendidikan Islam adalah bagaimana dapat
meningkatkan pendidikan Islam. Untuk meningkatkan pendidikan islam bannyak
cara yang dilakukan agar prestasi berhasil dengan baik sebab keberhasilan
tersebut bukan hanya ditentukan oleh lembaga pendidikan atau pendidik tetapi
ditentukan juga oleh karakteristik siswa itu sendiri.
Prestasi belajar merupakan taraf keberhasilan murid dalam mempelajari
materi pelajaran di sekolah dinyatakan dalam bentuk sekor yang diperoleh dari
hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Perubahan sebagai hasil
belajar bersifat menyeluruh. Menurut pandangan ahli jiwa Gastalt, bahwa
3 Prihandono “Meningkatkan Kualitas Pendidikan Di Indonesia”http://ms.library.ums.ac.id
15 maret 2010 4Ahmad Amin “Paradigma Pendidikan Di Indonesia”
http://msi-uii.net/cetak.asp?menu=artikel&id=245 27 februari 2010
3
perubahan sebagai hasil belajar bersifat menyeluruh baik perubahan pada prilaku
maupun kepribadian secara keseluruhan. Belajar bukan semata-mata kegiatan
mekanis stimulus respon, tetapi melibatkan seluruh fungsi organisme yang
mempunyai tujuan-tujuan tertentu. Dalam proses pendidikan prestasi dapat di
artikan sebagai hasil dari proses belajar mengajar yakni, penguasaan, perubahan
emosional, atau perubahan tingkah laku yang dapat diukur dengan tes tertentu.5
Mengajar yang hanya merupakan transfer ilmu pengetahuan sudah tidak
relevan lagi karena: a) anak didik bukan orang dewasa dalam bentuk mini, tetapi
mereka adalah organisme yang sedang berkembang. Kemajuan IPTEK
memungkinkan anak didik mengakses informasi secara luas, sedang tugas dan
tanggung jawab guru kian kompleks. Guru bukan lagi sumber tunggal
pengetahuan, tetapi sayogyanya menjadi pengelola pengetahuan. b) Ledakan
pengetahuan menjadikan kecenderungan setiap orang tidak mungkin menjadi
generalis. c) Penemuan baru dalam psikologi mengakibatkan pemahaman baru
terhadap konsep perubahan tingkah laku manusia. Model behavioristik yang
menjadikan anak didik pasif sudah tidak relevan lagi, karena yang relevan justru
kognitif holistik yang memposisikan siswa untuk aktif sebagai subjek belajar.
Berkaitan dengan kondisi semacam ini, maka rumusan belajar mengajar
mengalami perubahan menjadi pembelajaran. Perubahan ini tidak sekedar
perubahan nama semata, tetapi mengandung perubahan lain secara lebih
operasional, dimana pembelajaran lebih menitikberatkan pada partisipasi siswa
dengan landasan keseimbangan antara aspek kognitif, efektif dan psikomotorik.
Dalam kata pembelajaran terkandung arti yang lebih konstruktif yaitu
sebuah upaya untuk membuat peserta didik dapat belajar, butuh belajar, terdorong
belajar, mau belajar dan tertarik untuk terus menerus belajar. Dari pengertian ini
sekilas terlihat bahwa dalam pembelajaran, titik tekannya adalah membangun dan
5Abu Muhammad Ibnu Abdullah “Prestasi Belajar” http//Abu Muhammad Ibnu Abdullah,
”Prestasi Belajar”, E:\spesialis-torch-com – Prestasi Belajar.mht senin 8 febbruari 2010 jam 12:00.
4
mengupayakan keaktifan anak didik. Dengan keaktifan anak didik tersebut,
diharapkan mereka dapat memperoleh hasil lebih maksimal dari proses
pembelajaran yang dilakukan.6
Berbagai penelitian mengenai pembelajaran secara umum di sekolah-
sekolah bahwa kondisi objektif menunjukkan bahwa banyak para siswa datang ke
sekolah merasa terintimidasi oleh sekolah, karena sistem pembelajaran cenderung
menggunakan pendekatan birokratik bukan pendekatan pedagogik. Oleh mereka
peserta didik merasa terintimidasi dalam kegiatan belajar, sebagai konsekuensi
logisnya mereka selalu merasa tidak mampu belajar dan belajar menjadi kurang
menyenangkan. Agar perasaan diintimidasi dalam belajar tidak berlanjut, maka
sekolah harus melakukan beberapa pergeseran paradigma pembelajaran yaitu
perubahan-perubahan dalam kerangka berfikir pendidik dan tenaga kependidikan
lainnya, para siswanya, dan juga orang tua siswa.
Dari beberapa alasan tersebut, beberapa usaha telah dilakukan oleh para
pengelola pendidikan untuk memperoleh suatu produk atau hasil, pendidikan yang
berkualitas yaitu dengan bertahap dan terus menerus dilakukan perbaikan dan
pengembangan kurikulum dan mutu pendidikan sekolah.
Sehingga pada pertengahan 1990 di Indonesia mulai muncul istilah
sekolah unggul (excellent schools) yang tumbuh bagaikan jamur. Gerakan
keterunggulun (excellent movement) ini kemudian dikembangkan oleh pengelola
pendidikan di tingkat satuan pendidikan (sekolah) dalam bentuk-bentuk sekolah
yang mempunyai trade mark di masyarakat yang corak dan ragamnya kini sedang
berkembang dan menjamur. Salah satu contohnya adalah sekolah full day yang
berbasis keislaman atau yang sering disebut Islamic Full Day School.
Islamic full day school merupakan model sekolah umum yang
memadukan sistem pengajaran agama secara intensif yaitu dengan memberi
tambahan waktu khusus untuk pendalaman keagamaan siswa. Biasanya jam
6 Ngainun Naim dan Achmad Patoni, Materi Penyusunan Desain Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam (MPDP-PAI), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm. 66.
5
tambahan tersebut dialokasikan pada jam setelah sholat dhuhur sampai sholat
ashar, sehingga praktis sekolah model ini masuk pukul 07.00 WIB dan pulang
pada pukul 15.30 WIB. Sedangkan pada sekolah-sekolah umum, anak biasanya
sekolah sampai pukul 13.00 WIB.
Sekolah dengan model ini sangat diminati di kalangan masyarakat modern
yang nota bene mempunyai kesibukan di luar rumah sangat tinggi (bekerja),
sehingga perhatian terhadap keluarga khususnya pendidikan agama anak-anak
sangat kurang. Maka sekolah model ini dapat menjadi solusi, alternatif bagi
pembinaan kegiatan keagamaan maupun kegiatan lainnya untuk anak.
Usaha pengembangan sekolah model ini penting dilakukan, asalkan tidak
meninggalkan aspek-aspek peningkatan mutu pendidikan. Misalnya : (1)
pembinaan prestasi akademik harus selalu ditingkatkan dengan memberikan
jadwal remedial secara kolektif atau secara individu bagi anak-anak yang kurang
mampu dalam mengikuti pelajaran di kelas, sehingga anak benar-benar menguasai
pelajaran, (2) pembinaan prestasi non akademik melalui berbagai kegiatan
ekstrakurikuler harus terus ditingkatkan. Seluruh potensi siswa sebisa mungkin
dapat digali dan disalurkan serta diasah sehingga kelak setiap siswa dapat
mempunyai bidang ketrampilan (bekal hidup) yang ditekuni secara profesional
sesuai minat dan bakatnya, (3) peningkatan mutu dan kualitas tenaga pengajar,
sarana prasarana belajar termasuk perpustakaan dan laboratorium serta sumber-
sumber belajar lainnya. 7
Proses pembelajaran merupakan interaksi edukatif antara sekolah dan
peserta didik – guru dengan lingkungan sekolah. Dalam hal ini sekolah di beri
kebebasan untuk memilih strategi, metode, dan teknik-teknik pembelajaran yang
paling efektif, sesuai dengan krakteristik siswa, karakteristik guru dan
kondisinyata sumberdaya manusia yang tersedia di sekolah.8
7 Rendra Prihandono “Memaksimalkan full day school”
http://etd.eprints.ums.ac.id/703/1/A410040102. Rabu 10 Februari 2010 jam 13:15 8 Nasarudin, manajemen pembelajaran ( Yogyakarta: TERAS ,2007) hlm viii
6
Suatu proses belajar mengajar dikatakan baik bila proses tersebut dapat
membangkitkan kegiatan belajar yang efektif. 9 Karena belajar merupkan proses
yang berulang-ulang sebagai akumulasi dari dari stimulant dan respons terhadap
bahan yang dipelajari. 10
Pembelajaran merupakan kegiatan yang sangat kompleks, karena
melibatkan banyak unsur seperti guru, sisiwa, materi, media metode dan
lingkungan pembelajar. Keberhasilan pembelajaran sangat ditentukan oleh
bersinnerginya semua unsur yang terkait dalam pembelajaran tersebut. Oleh
karena itu, kesenirgian sangat sangat diperlukan untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Unsur guru merupakan tenaga inti dalam pengembangan dan
peyeleggaraan pendidikan, disamping tenaga peneliti, tenaga adminitrasi tenaga
pustakawan dan tenaga laboran yang menjadi penunjangnya. Ia merupakan tenaga
pelaksana pendidikan yang tugas tugas pokoknya menstransportasikan bahan
pengajaran yang digali dari kegitan penelitian secara terus menerus, dalam
kegiatan belajar mengajar ia juga menjadi pembimbing yang memfasilitasi siswa
bimbingannya dalam upaya meraih prestasi pendidikkan.11
Memang dalam suatu proses pembelajaran merupakan interaksi edukatif
antarapeserta didik degan guru, peserta didik degan lingkungan sekolah dan
peserta didik-guru dengan sekolah. Dalam hal ini sekolah diberikan kebebasan
untuk memilih strategi, metode, dan teknik-teknik pembelajaran yang paling
efektif, sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, karakteristik siswa,
karakteristik guru dan kondisi nyata sumberdaya manusia yang tersedia di
sekolah.
9 Sardiman,Interaksi Dan Motifator Belajar Mengajar,( Jakarta: RajaGarfindo persada, 2001),
cet IX, hlm.47 10 Supardi, kk, Asas-asas praktek pengajaran,(Jakarta: Bhatara, 1998),hlmn. 9 11
Cik hasan bisri, Agenda Pengembangan Pendidikan Tingi Agama Islam, (Jakarta: Logos,
Wacana Ilmu, 1999), hlm. 1
7
Untuk meghasilakan Output yang berkualitas tidak terjadi begitu saja
dalam suatu lembaga pendidikan, tapi memerlukan suatu sistem yang efektif dan
efesien, kualitas yang baik dalam suatu lembaga pendidikan di tentukan oleh
suatu perencanaan yang baik dalam lembaga pendidikan untuk menghasilkan out
put yang berkualitas dibutuhkan pengelolaan manajemen yang baik.
Manjemen pendidikan merupakan alternatif strategis untuk meningkatkan
kualitas pendidikan, hasil penelitian Balidbangdikbud pada tahun 1991,
menunjukkan bahwa manajemen merupakan salah satu Faktor yang
mempengaruhi kualitas pendidikan. Manajmen sekolah secara langsung akan
mempengruhi dan menentukan efektif tidaknya kurikulum, berbagai peralatan
belajar, waktu mengajar, dan proses pembelajaran. Dengan demikian, upaya
peningkatan kualitas pendidikan harus dimulai dengan pembenahan manajemen
sekolah, disamping peningkatan jualitas guru dan pengembangan sumber
pendidikan12
Meihat realita yang ada, dimana kenakalan remaja dalam institusi
pendidikan semakin marak dalam sebuah lingkungan pendidikan, Alasan bagi
orang tua menyekolahkan disekolah dengan sistem Islamic full day school
terbukti mampu menekan angka kenakalan remaja.
Ketika anak sibuk bersekolah, anak tidak punya waktu untuk berbuat
aneh-aneh sepulang sekolah. Itu sejalan dengan kecenderungan orang tua
metropolis yang tidak punya cukup waktu untuk berinteraksi dengan anak karena
sibuk mencari nafkah.
SMP Islam Hidayatullah Semarang sebagai salah satu lembaga pendidikan
islam tingkat menengah atas yang termasuk dalam kategori top dan favorit serta
di percaya oleh masyarakat mampu menghasilkan out-put yang berkualitas dan
berakhlakul karimah tentunya dalam proses pembelajaran perlunya adanya
12
E. Mulasa, Manajemen Berbasis Sekolah : strategi dan implementasi, ( Bandung Remaja
Rosda Karya, 2007) hlm.21
8
inovasi baru biar dapat tercapai mengenai kompetensi lulusan yang sebagai acuan
dalam SMP Islam Hidayatullah. Kompetensi lulusan yang di tawarkan adalah:
1. Istiqomqh dalam Ibadah
2. Tartil membaca Al Qur’an
3. Hafal Juz Amma, Hadits-hadits nabi pilihan, do’a-do’a dan dzikir harian
4. Berbakti pada Orang Tua
5. Berperilaku sosial baik
6. Disiplin
7. Jujur dan bertanggung jawab
8. bersemangat juang
9. Memiliki budaya bersih dan sehat
10. Memiliki kemampuan membaca efektif
11. Kemampuan komunikasi baik
12. Mastery learning pada seluruh bidang studi. 13
Dari beberapa kompetensi yang ditawarkan, mampu menjawab kebutuhan
masyarakan. Usaha yang dilakukan SMP Islam Hidayatullah Semarang adalah
untuk dapat merealisasikan dan meningkatkan kualitas lulusan maka di terapkan
dengan system pembelajaran Full day school.14
Islamic full day school merupakan model sekolah umum yang
memadukan system pembelajaran secara intensif yaitu dengan memberi
tambahan waktu khusus untuk pendalaman keagamaan siswa. 15
sedangkan
dalam pengelolaan mengenai manajerial yang berada di SMP Islam Hidayatullah
yang menerapkan model pembelajaran berbasis full day school dimana waktu
pembelajaran di tambah sehingga proses pembelajarannya sampai sore.
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti sangat tertarik untuk
mengadakan penelitian yang berjudul : MANAJEMEN PEMBELAJARAN
FULL DAY SCHOOL DI SMP ISLAM HIDAYATULLAH SEMARANG.
B. Penegasan Istilah
13 wawancara dengan Tu SMP Islam Hidayatullah , dalam pra-riset hari: Selasa, tanggal 4 Mei
2010. 14 Ibid. 15 Ibid.
9
Untuk menghindari salah penafsiran dan meluasnya permasalahan
maka perlu kiranya penulis memberikan definisi yang lebih jelas.
1. Manajemen Pembelajaran
Menurut Stoner yang dikutip oleh Sufyarma, manajemen adalah seni
untuk melaksanakan suatu pekerjaan melalui orang lain. Selanjutnya Stoner
mengemukakan bahwa manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian,
pemimpinan dan pengendalian anggota organisasi dan penggunaan semua sumber
daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan
efisien.16
Pembelajaran berasal dari kata “instruction” yang berarti “pengajaran”
menurut E. Mulyasa. Pembelajaran pada hakekatnya adalah interaksi peserta
didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang
lebih baik. Pembelajaran merupakan proses yang diselenggarakan oleh guru
untuk membelajarkan siswa dalam belajar bagaimana memperoleh dan
memproses pengetahuan, ketrampilan dan sikap.17
Manajemen pembelajaran diartikan sebagai usaha dan tindakan kepala
sekolah sebagai pemimpin instruksional di sekolah dan usaha maupun tindakan
guru sebagai pemimpin pembelajaran di kelas dilaksanakan sedemikian rupa
untuk memperoleh hasil dalam rangka mencapai tujuan program sekolah dan juga
pembelajaran. Artinya manajememen pembelajaran di sekolah merupakan
pengelolaan pada beberapa unit pekerjaan oleh personel yang diberi wewenang
untuk itu yang muaranya pada suksesnya program pembelajaran.18
Manajemen
pembelajaran yang dimaksud dalam skripsi adalah implementasi manajemen
pembelajaran di SMP Islam Hidayatullah Semarang. degan system pembelajaran
full day school.
16
Sufyarma, Kapita Selekta Manajemen Pendidikan, (Bandung: CV. Alfabeta, 2003), hlm.
188-189. 17
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm.
100. 18
Syaiful Sagala, Konsep dan Wacana Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2003), hlm. 140.
10
full day school yaitu pembelajaran dengan memberi tambahan waktu
khusus untuk pendalaman keagamaan siswa. jam tambahan tersebut dialokasikan
pada jam setelah sholat dhuhur sampai sholat ashar, sehingga praktis sekolah
model ini masuk pukul 07.00 WIB dan pulang pada pukul 15.30 WIB. 19
C. Rumusan masalah
1. Bagaimana pelaksanaan manajemen pembelajaran full day school di SMP
Islam Hidayatullah Semarang. ?
2. Apa problematika manajemen pembelajaran full day school di SMP Islam
Hidayatullah Semarang.?
D. Tujuan dan manfaat
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Ingin mengetahui pelaksanaan manajemen pembelajara full day scholl yang
dilaksanakan di SMP Islam Hidayatullah Semarang.?
2. Ingin mengetahui problematika dalam pelaksanaan Manajemen Pembelajaran
fuul day school ?
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Secara praktis
a. Sebagai bahan masukan dalam meningkatka manajemen pembelajaran di
Sekolah.
b. Sebagai bahan informasi tentang pentingnya manajemen dalam
pendidikan.
c. Sebagai bahan informasi dalam mengembangkan lembaga pendidikan.
2. Secara teoritis
Dengan adanya penelitian ini maka penulis dapat mengetahui tentang
manajemen pembelajaran khususnya di SMP Islam Hidayatullah Semarang. .
19 Op cit. Rendra Prihandono
11
Disamping itu kiranya dapat menambah kepustakaan khususnya yang
berkaitan dengan manajemen pendidikan.
E. Kajian Pustaka
Kajian pustaka merupakan telaah terhadap karya terdahulu. Kajian
pustaka pada dasarnya digunakan untuk memeperoleh suatu informasi tentang
teori-teori yang ada kaitannya dengan judul penelitian dan digunakan untuk
memperoleh landasan teori ilmiah.
Jika kita telusuri, kajian pustaka ini mempunyai beberapa manfaat,
antara lain :
1. Untuk memperdalam pengetahuan mengenai masalah yang akan di teliti.
2. Untuk menegaskan kerangka teoritis yang dijadikan sebagai landasan
berfikir.
3. Untuk mempertajam konsep-konsep yang digunakan sehingga
mempermudah peneliti dalam perumusan hipotesis.
4. Untuk menghindari terjadinya pengulangan dari suatu penelitian. 20
Sebagai acuan dalam penelitin ini, penulis menggunakan beberapa
kajian pustaka sebagai landasan pikir, penulis gunakan beberapa hasil
penelitian sekripsi , beberapa kajian pustaka tersebut diantaranya :
a. Sekripsi yang di angkat oleh Arifatul khikmah, yang berjudul
“Manajemen Pembelajaran Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar PAI di
MIN Kalibuntu Wetan Kendal.” Peneliti ini menyimpulkan bahwa
manajemen pembelajaran secara umum sudah baik namun dalam
perencanaan masih ada cela dikarenakan masih banyak program yang
belum dirancang dan dibuat. dalam menigkatkan prestasi belajar PAI
dengan meningkatkan kemampuan diri, didikasi. Menigkatkan proses
20
Cik Hasan Bisri, Penuntun Penyusun Rencana Penelitian dan Penulisan Skripsi (Bidang
ilmu Agama Islam), (Jakarta: PT logos Wacana Ilmu 1998),hlm. 39.
12
pembelajaran, mengoptimalkan peran keluarga,dan lingkungan, memacu
kesiapan siswa dan selalu member motivasi kepada siswa,21
b. Skripsi yang diangkat oleh Abdul Basit Amin, yang berjudul “Manajemen
Pembelajaran Kurikulum Muatan Lokal PAI dan Implikasinya Terhadap
Peningkatan Keragaman Peserta Didik SMP Islam Hidayatullah
Semarang.” Penelitian ini menyimpulkan bahwa pembelajaran yang
dikelola dengan manajemen yang baik dan dukungan dari semua pihak
sekolah maupun orang tua, sumber daya dan atau fasilitas pembelajaran
ternyata dapat memberikan implikasi terhadap peningkatan keragaman
dan prestasi-prestasi yang diraihnya, baik keragaman maupun sains baik
tingkat lokal atau regional maupun nasional.22
Penulis sendiri megangkat judul “ MANAJEMEN PEMBELAJARAN
FULL DAY SCHOOL DI SMP ISLAM HIDAYATULLAH SEMARAG
dengan harapan bahwa penulis akan memperoleh data-data tentang beberapa
hal yang berkaitan dengan judul di atas yang meliputi : tujuan pelaksanaan
pembelajaran full day school di SMP Islam Hidayatullah Semarang, Materi/
isi kurikulum pembelajaran full day school di SMP Islam Hidayatullah
Semarang, dan problematika pelaksanaan manajemen pembelajaran full day
school di SMP Islam Hidayatullah Semarang.
Mengenai sekripsi penulis dengan skripsi saudara Abdul Basit Amin
ada kesamaan Tempat penelitiannya yaitu di SMP hidayatullah, sedangkan
perbedaannya adalah bahwa penulis berusaha menggali tentang pelaksanaan
manajemen pembelajaran Full day school yang meliputi: Perencanaan
pembelajaran full day school Pengorganisasian pembelajaran full day school
Penggerakan Pembelajaran full day school dan Pengawasan Pembelajaran full
21
Arifathul Hikmah, skripsi “ manajemen pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar
PAI di MIN Kalibuntu Wetan Kendal” (Semarang: Perpustakaan IAIN Walisongo Semarang, 2007) 22
Abdul Basit Amin, skripsi “Manajemen Pembelajaran Kurikulum Muatan Lokal PAI dan
Implikasinya Terhadap Peningkatan Keragaman Peserta Didik SMP Islam Hidayatullah Semarang”
(Semarang: Perpustakaan IAIN Walisongo Semarang, 2007)
13
day school di SMP Islam Hidayatullah Semarang, dan problematika
pelaksanaan manajemen pembelajaran full day school di SMP Islam
Hidayatullah Semarang. Sedangkan Skripsi yang diangkat oleh Abdul Basit
Amin menjelaskan tenntang manajemen pembelajaran muatan local yang
dikelola dengan manajemen yang baik dan dukungan dari semua pihak
sekolah ternyata dapat memberikan implikasi terhadap peningkatan
keragaman dan prestasi-prestasi yang diraihnya, baik keragaman maupun
sains baik tingkat lokal atau regional maupun nasional.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif deskriptif, yaitu data yang
dikumpulkan berbentuk kata-kata , gambar bukan angka-angka23
.menurut bagda
dan taylor (sebagaimana yang dikutip oleh lexy j. meleong), metode kualitatif
adalah prosedur penelitiannya yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.24
Sementara itu kirk dan miller mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif
adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan soial yang secara fundamental,
tergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan
berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan
peristilahannya.25
Penulis menggunakan metode kualitatif sebab;
a) Lebih mudah mengadakan penyesuaian dengan kenyataan yang
berdimensi ganda.
b) Lebih mudah menyajikan secara langsung hakekat hubungan antara
peneliti dan subjek penelitian.
23
Saifuddin Anwar.“Metodelogi Penelitian”, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1988), hlm 91. 24
Lexy J,. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya,
2002), Cet. XVII, hlm. 3. 25
Ibid, hlm. 4.
14
c) Memiliki kepeaan dan daya penyesuIn diri dengan banyak pengaruh
yang timbul dari pola-pola nilai yang dihadapi.26
Jadi dalam penelitian ini sangat memungkinkan adanya perubahan-
perubahan konsep sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.
2. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian ini
dilakukan dengan metode sebagai berikut:
a. Untuk data Primer (data asli) dikumpulkan melalaui cara-cara sebagai
berikut :
1) Interview atau Wawancara.
Metode Interview atau Wawancara yaitu alat pengumpul data
atau informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara
lisan untuk dijawab secara lisan pula.27
Metode wawancara
menghendaki komunikasi langsung antara penyelidik dengan subyek
atau responden.28
Metode ini digunakan untuk mendapatkan data yang
berkaitan dengan keadaan umum SMP Islam Hidayatullah Semarang.
Selain itu metode wawancara juga digunakan untuk memperoleh data
tentang tanggapan atau pendapat mengenai keadaan SMP Islam
Hidayatullah Semarang, pengembangannya serta sejauh mana
manajemen pembelajaran yang diterapkan disana, sehingga memberikan
konstribusi berharga dalam peningkatan kualitas out put dari lembaga
pendidikan Islam. hal ini penulis mengadakan wawancara langsung
dengan kepala sekolah dan pihak yang berkepentingan.
2) Observasi atau Pengamatan
26
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Renika Cipta, 2004), Cet 4, hlm
41. 27
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002), hlm 236 28
Yatim Rianto, Metode Penelitian Pendidikan Suatu Tinjauan Dasar, (Surabaya: SIC,
1996), hlm.67.
15
Metode observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan
secara istematik terhadap gejala yang tampak pada objek
penelitian.29
metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data tentang
situasi dan kondisi umum SMP Islam Hidayatullah Semarang,
khususnya pada manajemen pembelajarannya.
Metode ini juga digunakan untuk mengetahui letak geografis,
sarana dan prasarana yang ada di dalam perpustakaan, serta untuk
mengumpulkan data-data statistik lembaga pendidikan yang
bersangkutan. Metode observasi juga penulis gunakan untuk mengetahui
pelaksanaan manajemen pembelajaran full day dalam lembaga
pendidikan Islam.
b. Data Sekunder
Untuk data sekunder dikumpulkan melalui Dokumentasi.
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen, lengger, agenda dan sebagainya.30
Metode ini dipergunakan untuk
memperoleh data tentang jumlah karyawan, guru, jumlah pengunjung
(siswa), keadaan, sarana dan prasarana serta data-data lain yang bersifat
dokumen.
3. Analisis Data
Analisis data kualitatif, menurut Bogdan menyatakan bawa analisis data
adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari
hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat
mudah difahami, dan temuannya dapat mengorganisasikan data,
menjabarkannya dengan unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola,
29
Nana Sudjana Dan Ibrahim, Penelitian Dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru,
1989), hlm. 16 30
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 1998), hlm. 236.
16
memilih mana yang penting yang akan di pelajari, dan membuat kesimpulan
yang dapat diceritakan kepada orang lain31
Miles and huberdman mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data
kualitatif dilakuakan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus
sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas analisis data yaitu
1. data reduction adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
mengfokuskan pada hal-hal yang peting, dicari tema dan polanya
2. data display adalah penyajian data sedangkan penyajian data bias
dilakukan dalam bentuk uraian singkat, dan sejenisnya
3. dan conclusion drawing/verification adalah penarikan kesimpulan dan
verifikasi . 32
Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan metode analisis diskriptif.33
Dengan demikian laporan penelitian ini akan berisi kutipan-kutipan data untuk
memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut mungkin berasal
dari hasil observasi, wawancara, catatan lapangan, foto, vedio, tape,
dokumentasi pribadi, catatan dan dokumen resmi lainnya.
Langkah- langkah Analisis ditunjukan pada gamabar berikut :
31 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung ,CV. Alfabeta,2005) cet I hlm :89 32
Ibid, hlm : 91 33
Metode Analisis Deskriptif yaitu dengan mendeskripsikan suatu gejalah, peristiwa, kejadian
yang terjadi saat sekarang atau memusatkan perhatian pada masalah-masalah aktual sebagaimana
adanya pada saat penelitian dilaksanakan.
Data
Reduction Conclusions :
drawing/verfying
Data
colection
Data Display
17
BAB II
MANAJEMEN PEMBELAJARAN FULL DAY SCHOOL
A. Manajemen Pembelajaran
1. Pengertian Manajemen Pembelajaran
Pendidikan merupakan suatu upaya mewariskan nilai yang akan menjadi
penolong dan penuntun dalam menjalani kehidupan, sekaligus untuk
memperbaiki nasib dan peradaban umat manusia yang bisa dilakukan sejak
masih dalam kandungan sampai akhir hayat. Begitu pentingnya pendidikan
bagi kita. Tidak dapat dibayangkan misalkan tanpa pendidikan, manusia
sekarang tidak akan berbeda dengan manusia zaman dahulu, bahkan mungkin
akan lebih terpuruk atau lebih rendah kualitas peradabannya.
Manusia hidup di dunia harus memerlukan pendidikan atau ilmu
pengetahuan, baik ilmu pengetahuan umum maupun ilmu pengetahuan
berbasis agama, karena dengan bermodal ilmu pengetahuan tersebutlah kita
bisa menjalani kehidupan secara baik dan dapat meraih kesuksesan. Hal
tersebut sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat al-Mujadalah ayat 11
berikut :
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-oarang yang beriman di antaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”1
Didalam agama kita yaitu agama islam sudah sejak dini, tepatnya sejak
turunnya wahyu yang pertama kepada Rosulullah Muhammad SAW.
Memerintahkan manusia untuk mencari Ilmu dan Allah berfirman:
1 Yayasan Peneyelenggarapenerjemah Penafsir al-Quran, al-Quran dan terjemahnya,
(Jakarta: Depag, 1989), hlm. 910-911
18
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan” (1) Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah (2) Bacalah, dan Tuhanmu lah
yang Maha pemurah (3) Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam (4)
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (5).2
Agama Islam menempatkan ilmu pada posisi yang sangat penting dan islam
juga mengajarkan bahwa ilmu itu menentukan selamat atau bahagia tidaknya
manusia baik di dunia maupun di akhirat.3
Sedangkan pendidikan pada dasarnya adalah proses pengembangan potensi
peserta didik. Oleh karena itu, pembelajaran hendaknya dirancang untuk
mengembangkan potensi peserta didik. Guru harus berupaya untuk mendorong
peserta didik untuk mengungkapkan pengalaman, pikiran, perasaan, bereksplorasi,
dan berekspresi, yang merupakan wujud upaya pengembangan potensi tersebut.
Di sisi lain, peserta didik berbeda dalam minat, kemampuan, kesenangan,
pengalaman, dan cara belajar. Peserta didik tertentu lebih mudah belajar melalui
dengar-baca (auditif), anak lain melalui melihat (visual), sementara yang lain
melalui bergerak (kinestetik). Oleh karena itu, KBM perlu beragam sesuai
karakteristik siswa tersebut. Agar semua siswa mengalami peristiwa belajar, guru
perlu menyediakan beragam pengalaman belajar. Dengan cara ini perbedaan
individual dapat terakomodasi.
Pendidikan pada dasarnya adalah proses pengembangan potensi
peserta didik. Oleh karena itu, pembelajaran hendaknya dirancang untuk
mengembangkan potensi peserta didik. Guru harus berupaya untuk
mendorong peserta didik untuk mengungkapkan pengalaman, pikiran,
perasaan, bereksplorasi, dan berekspresi, yang merupakan wujud upaya
pengembangan potensi tersebut. Di sisi lain, peserta didik berbeda dalam
minat, kemampuan, kesenangan, pengalaman, dan cara belajar. Peserta didik
tertentu lebih mudah belajar melalui dengar-baca (auditif), anak lain melalui
melihat (visual), sementara yang lain melalui bergerak (kinestetik). Oleh
karena itu, KBM perlu beragam sesuai karakteristik siswa tersebut. Agar
2 Yayasan Peneyelenggarapenerjemah Penafsir al-Quran, al-Quran dan terjemahnya,
(Jakarta: Depag, 1989), hlm. 1079.
3 Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hlm
13
19
semua siswa mengalami peristiwa belajar, guru perlu menyediakan beragam
pengalaman belajar. Dengan cara ini perbedaan individual dapat
terakomodasi.
Pengertian Manajemen Pembelajaran Manajemen pembelajaran
berasal dari dua kata, yaitu manajemen dan pembelajaran. Kata yang pertama
adalah manajemen. Manajemen berasal dari bahasa latin, yaitu dari asal
manus yang berarti tangan dan agree yang berarti melakukan. Managere
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dalam bentuk kata kerja to manage,
dengan kata benda management diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
menjadi manajemen atau pengelolaan.4
Sedangkan Menurut istilah (terminologi) terdapat banyak sekali
pendapat mengenai pengertian manajemen. Berikut ini disebutkan beberapa
pendapat tokoh-tokoh dalam mendefinisikan arti manajemen. Pendapat para
tokoh memang ada perbedaan dan kesamaan, hal ini di sebabkan karena sudut
pandang dan pengalaman mereka berbeda. Pendapat tersebut diantaranya :
Secara terminologis dalam buku Principles of Management disebutkan
management is the coordination of all resources through the processes of planning,
organizing, directing and controlling in order to attain stated objectives.5 Artinya
manajemen adalah proses Pengkoordinasian seluruh sumber daya melalui proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengendalian inilah yang kemudian disebut sebagai prinsip-prinsip manajemen.
Manajemen dalam Islam juga dijelaskan dalam suatu hadits
Rosulullah yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani:
(سوه امم طبشاني)اناهلل يحب اراعمل احذكم العمل ان يتقنه Artinya: Sesunguhnya Allah sangat mencintai orang yang jika melakukan
pekerjaan, dilakukan secara Itqan (tepat, terarah, jelas dan tuntas). (HR.
Imam Thabrani)6
4 Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktek dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2006), hlm. 3. 5Henry L Sisk, Principles of Management, (Ohio: South Western Publishing Company,
1969), hlm. 10. 6 Marhum Sayyid Ahmad Al-Hasymi, Mukharatul Ahadits wa al-hukmual
Muhammadiyah, (Surabaya: Daar an Nasyr-Misyriyah) hlm 44.
20
Dalam literatur Indonesia ditemukan beberapa definisi manajemen
yang dikemukakan oleh para ahli manajemen antara lain:
Manajemen menurut hougton, sebagai mana yang telah dikutip oleh
Ibrahim ishmat Muthowi dan Aminah Ahmad Hasan, adalah :
االداسة هي االصطالحت الزى يطلق التوجيت والشقبت ودفع القوى العاملت الي العمل في
المنشأة
Manajemen adalah istilah yang identik dengan suatu aktivitas yang
melibatkan proses pengarahan, pengawasan, dan pengarahan segenap kemampuan
untuk melakukan suatu aktivitas dalam organisasi"
Sufyarma mengutip dari Stoner bahwa manajemen adalah proses
perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian upaya
anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.8 Dalam suatu
organisasi seorang manajer sebagai pengendali proses manajemen, prestasinya
dapat diukur berdasarkan dua konsep yaitu efisiensi dan efektivitas. Efisiensi
berarti kemampuan untuk melakukan pekerjaan dengan benar untuk mencapai
hasil yang maksimal dengan meminimumkan biaya sumber daya yang
digunakan, sedangkan efektivitas adalah kemampuan untuk memilih sasaran
yang tepat.9
Menurut Marry Parker Folletmen menyatakan bahwa manajemen
adalah The art of getting thing done trough people, yaitu sebagai suatu seni
untuk mendapatkan segala sesuatu dilakukan melalui orang lain.10
Menurut Iwa Sukiwa manajemen adalah sebagai suatu proses sosial
yang direncanakan untuk menjamin kerjasama, partisipasi, intervensi, dan
7.Ibrahim Ishmat Muthowi dan Aminah Ahmad Hasan, Al-Ushul al-Idarah Li al-
Tarbiyyah, (Riyadh : Dar al-syuruq, 1996) hlm : 13 8Sufyarma, Kapita Selekta Manajemen Pendidikan, (Bandung: CV Alfabeta, 2003), Cet.
1, hlm. 188-189. 9B. Siswanto, Pengantar Manajemen, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), Cet. 2, hlm. 19.
10Martinis Yamin, Maisah, Manajemen Pembelajaran Kelas, (Jakarta, Gaung Pres, 2009),
Cet pertama. Hlm : 1
21
keterlibatan orang lain dalam mencapai sasaran tertentu atau yang telah
ditetapkan, dengan efektif.11
Arifin Abdurachman sebagaimana dikutip oleh M. Ngalim Purwanto,
mengartikan manajemen sebagai kegiatan-kegiatan untuk mencapai sasaran-
sasaran dan tujuan pokok yang telah ditentukan dengan menggunakan orang-
orang pelaksana.12
Sementara Arthur Sharplin mendefinisikan manajemen adalah:
“management is the conducting or supervising of something (as a business);
esp: the executive function of planning, organizing, directing, controlling and
supervising”.13
“Manajemen adalah pelaksanaan atau pengawasan sesuatu (sebagai bisnis);
seperti: fungsi eksekutif perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
pengendalian dan pengawasan”.
Dari pengertian di atas, dapat diambil suatu pengertian manajemen
adalah didasari dengan ilmu untuk melakukan sebuah pekerjaan dengan
tindakan-tindakan yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan dan pengawasan yang telah ditetapkan dan ditentukan
sebelumnya.
Kata yang kedua adalah Pembelajaran berasal dari kata “instruction”
yang berarti “pengajaran”. Menurut E. Mulyasa, pembelajaran pada
hakekatnya adalah interaksi peserta didik dengan lingkungannya sehingga
terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Pembelajaran merupakan
proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam
belajar sebagaimana memperoleh dan memproses pengetahuan, ketrampilan
dan sikap.14
11
Iwa sukiwa, dasar-dasar umum manajemen pendidikan, (Bandung: TARSITO, 1986),
hlm.13. 12
M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1995), Cet. VII hlm. 7. 13
Arthur Sharplin, Strategic Management, (United States of America: McGraw-Hill,Inc,
1985), hlm, 6. 14
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004),
hlm. 100.
22
Menurut Oemar Hamalik pembelajaran adalah suatu kombinasi yang
tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan
prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.15
Menurut Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
pendidikan Pembelajaran adalah proses interaktif peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.16
Dari pengertian di atas dapat diambil suatu pengertian pembelajaran
adalah proses interaktif yang berlangsung antara guru dan siswa sehingga
terjadi tingkah laku ke arah yang lebih baik, yang tersusun juga meliputi
unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang
saling mempengaruhi tujuan pembelajaran.
Manajemen pembelajaran adalah sebagai usaha dan tindak kepala
sekolah sebagai pemimpin instruksional di sekolah dan usaha maupun
tindakan guru sebagai pemimpin pembelajaran di kelas dilaksanakan
sedemikian rupa untuk memperoleh hasil dalam rangka mencapai tujuan
program sekolah dan juga pembelajaran.17
2. Langkah-Langkah Manajemen Pembelajaran
a. Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran memiliki definisi yang beragam. Para
ahli belum memiliki kesepakatan dalam mendefinisikan istilah
perencanaan pembelajaran. Menurut Asep Jihad dan Abdul Haris bahwa
pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari kombinasi dari dua
aspek, yaitu : belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh siswa,
mengajar berorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai
pemberi pelajaran. Kedua aspek ini akan berkolaborasi secara terpadu
menjadi suatu kegiatan pada aspek pada saat terjadi interaksi antara guru
15
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hlm. 57. 16
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan, (Semarang: CV
Aneka Ilmu, 2003), hlm. 6. 17
Syaiful Syagala, Konsep dan Wawancara Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2003),
hlm. 140.
23
dengan siswa, serta antara siswa dengan siswa disaat pembelajaran sedang
berlangsung. Dengan kata lain pembelajaran pada hakikatnya merupakan
proses komunikasi antara peserta didik dengan pendidik serta antar peserta
didik dalam rangka perubahan sikap.18
Sedangkan menurut Hamzah B. Uno, istilah pembelajaran
memiliki hakikat perencanaan dan perancangan (desain) sebagai upaya
untuk membelajarkan siswa. Itulah sebabnya dalam belajar, siswa-siswa
tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar,
tetapi mungkin berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang
dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.19
Perencanaan pembelajaran dapat diartikan sebagai proses
penyusunan materi pelajaran, pengguna media pembelajaran, penggunaan
pendekatan dan metode pembelajaran, dan penilaian dalam suatu lokasi
waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan. 20
Demikian pula dalam hadits riwayat Imam Muslim dari Abi
Ya’la, Rasulullah SAW bersabda:
(سوه مسلم )ان اهلل كتب الا حسان علئ كل شيء
Artinya: Allah mewajibkan kepada kita untuk berlaku ihsan
dalam segala sesuatu. ( HR. Muslim)21
Kata ihsan bermakna melakukan sesuatu secara maksimal dan
optimal. Di mana membuat sebuah perencanaan harus maksimal. Urgensi
perencanaan pembelajaran bagi guru menurut Anderson, antara lain:
Perencanaan dapat mengurang kecemasan dan ketidak pastian;
Perencanaan dapat memberikan pengalaman pembelajaran bagi guru;
Perencanaan memperbolehkan para guru untuk mengakomodasi
18
Martinis yamin, Maisah, Op.Cit hlm : 123 19
Ibid,. 20
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan standar Kompetensi guru,
(Bandung: remaja Rosda Karya, 005), hlm.17 21
Yahya ibn Syarifudin An-Nawawi, Arba’in Nawawi, (Semarang: Toha Putra, 1993)
hlm. 17
24
perbedaan individu diantara peserta didik; Perencanaan memberikan
struktur dan arah untuk pembelajaran.22
PP RI no. 19 th. 2005 tentang standar nasional pendidikan pasal 20
menjelaskan bahwa; ”perencanaan proses pembelajaran memiliki silabus,
perencanaan pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya
tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan
penilaian hasil belajar”.23
Guru sebagai manajer pembelajaran harus mampu mengambil
keputusan yang tepat untuk mengelola berbagai sumber, baik sumber daya,
sumber dana, maupun sumber belajar untuk mencapai tujuan poses
pembelajaran yang telah ditetapkan.24
Perencanaan adalah proses penetapan dan pemanfaatan sumber
daya secara terpadu yang diharapkan dapat menunjang kegiatan-kegiatan
dan upaya-upaya yang akan dilaksanakan secara efisien dan efektif dalam
mencapai tujuan. Dalam hal ini Gaffar menegaskan bahwa perencanaan
dapat diartikan sebagai proses penyusunan berbagai keputusan yang akan
dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan yang
ditentukan. Sedangkan Banghart dan Trull, mengemukakan bahwa
perencanaan dan awal dari semua proses yang rasional dan mengandung
sifat optimisme yang didasarkan atas kepercayaan bahwa akan dapat
mengatasi berbagai macam permasalahan. Dalam konteks pembelajaran
perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan materi pelajaran,
penggunaan media pengajaran, penggunaan pendekatan atau metode
pengajaran dalam suatu lokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa
atau semester yang akan datang untuk mencapai tujuan yang ditentukan.25
22
Lorin W. Anderson, The Effective Teacher (American: Mc Graw hill, 1989, hlm.47) 23
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no. 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan, hlm. 15. 24
E. Mulyasa, Pedoman Manajemen Berbasis Madrasah, (Proyek Pemberdayaan Dalam
Kelembagaan dan Ketatakelaksanaan pada Madrasah dan PAI pada Sekolah Umum tahun 2004),
hlm. 27. 25
Ibid., hlm. 141.
25
Pada hakekatnya bila suatu kegiatan direncanakan dahulu maka
kegiatan tersebut akan lebih terarah dan lebih berhasil. Itulah sebaiknya
seorang guru harus memiliki kemampuan dalam merencanakan program
pelajaran, membuat persiapan pembelajaran yang hendak diberikan.26
Perencanaan itu dapat bermanfaat bagi guru sebagai kontrol
terhadap diri sendiri agar dapat memperbaiki cara pengajarannya. Hal-hal
yang perlu diperhatikan oleh seorang guru sehubungan dengan
kemampuan merencanakan pembelajaran antara lain:
1) Silabus
Silabus adalah rancangan pembelajaran yang berisi rencana
bahan ajar mata pelajaran tertentu pada jenjang dan kelas tertentu.
Sebagai hasil dari seleksi, pengelompokan, pengurutan dan penyajian
materi kurikulum yang dipertimbangkan berdasarkan ciri dan
kebutuhan daerah setempat.27
Sedangkan silabus sebagai acuan pengembangan RPP memuat
identitas mata pelajaran atau tema pelajaran, SK, KD, Materi pelajaran,
kegiatan pembelajaran, indikator, pencapaian kompetensi, penilaian,
alokasi waktu, dan sumber belajar, silabus dikembangkan oleh satuan
pendidikan berdasarkan Standar isi (SI) dan standar kompetensi
lulusan (SKL), serta panduan penyusunan kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP). Dalam pelaksanaannya pengembangan silabus
dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau kelompok dalam
sebuah sekolah atau beberapa sekolah.28
2) Menyusun program tahunan dan semester
Dalam menyusun program semester dapat di tempuh langkah-
langkah sebagai berikut : a) menghitung hari jam efektif selama satu
26
Suryobroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002),
Cet. I, hlm. 27. 27
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 38-39. 28
Abin Syamsudin Makmun, MA, Pengelolaan Pendidikan, (Bandung, Pustaka Eduka,
2010) cet I hlm : 217.
26
semester; b) mencatat mata pelajaran yang akan diajarkan selama satu
semester; c) membagi alokasi waktu yang tersedia selama semester.
3) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran adalah rencana yang
mencapai satu lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar
isi dan dijabarkan dalam silabus.29
RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan
belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD (Kompetensi Dasar).
Sedangkan RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan
dalam satu kali pertemuan atau lebih. guru merancang penggalan RPP
untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di
satuan pendidikan.30
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
a) Karakter dan kemampuan awal peserta didik
Karakteristik dan kemampuan awal peserta didik adalah
pengetahuan dan keterampilan yang relevan termasuk latar
belakang karakteristik yang dimiliki peserta didik pada saat akan
mulai mengikuti suatu program pembelajaran teknik yang dapat
digunakan untuk mengetahui karakteristik dan kemampuan awal
peserta didik, yaitu 1) menggunakan catatan atau dokumentasi
rapor; 2) menggunakan tes prasyarat dan tes awal; 3) mengadakan
komunikasi individual; dan 4) menyampaikan angket.31
b) Kompetensi Dasar (KD)
KD adalah kemampuan, keterampilan yang harus dimiliki
oleh peserta didik manakala ia telah selesai mengikuti semua
program pelajaran. Dasar yang dapat di jadikan sebagai
pertimbangan dalam perumusan KD adalah: 1) tujuan
29
E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: sebuah paduan praktis , op. cit.,
hlm 183 30
Abin Syamsudin Makmun, Op cit hlm : 221 31
Ibid.
27
instruksional; 2) standar kompetensi ; 3) sifat bahan; dan 4)
kebutuhan –kebutuhan peserta didik . 32
c) Bahan Pelajaran
Bahan Pelajaran adalah gabungan antara pengetahuan
(langkah, prosedur, keadaan, dan syarat-syarat) dan sikap dasar
pemilihan materi pelajaran adalah sebagai berikut 1) Standar
Kompetensi; 2) tingkat perkembangan peserta didik; 3)
pengalaman peserta didik; dan 4) tersedianya waktu dan fasilitas
sekolah. 33
d) Sarana / Alat Pendidikan
Alat pendidikan adalah yang digunakan mencapai suatu
tujuan pendidikan sarana pendidikan terdiri dari alat pembelajaran,
alat peraga, dan alat pendidikan.34
e) Strategi evaluasi
Dalam menentukan strategi evaluasi yang akan dilakukan
selama proses belajar mengajar berlangsung berdasarkan pada : 1)
tujuan evaluasi 2) segi-segi yang akan dinilai yaitu aspek
pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta didik; 3) alat
penilaian; dan 4) pelaksanaan penilaian.35
b. Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran merupakan proses berlangsungnya
belajar mengajar di kelas yang merupakan inti dari kegiatan di sekolah.
Jadi pelaksanaan pengajaran adalah interaksi guru dengan murid dalam
rangka menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa dan untuk mencapai
tujuan pengajaran. Pelaksanaan pembelajaran juga merupakan
Implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.36
32
Ibid 33
Ibid 34
Ibid 35
B. Suryo Subroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta Rineka Cipta, 1997)
Cet. I . hlm 28-35 36
Op. cit hlm :227
28
Kegiatan pendahuluan, dalam kegiatan pendahuluan, guru:
menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses
pembelajaran; mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan
pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari; menjelaskan
tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai; dan
menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai
silabus. 37
Kegiatan inti dimana pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses
pembelajaran untuk mencapai KD yang dilakukan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, yang cukup bagi prakarsa,
kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan
fisik serta psikologis peserta didik. 38
Kegiatan penutup dalam kegiatan penutup; guru bersama-sama
dengan peserta didik membuat rangkuman atau kesimpulan pelajaran;
kemudian melakukan penilaian atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan secara konsisten dan terprogram ; memberikan umpan balik
terhadap proses dan hasil pembelajaran; merencanakan kegiatan tindak
lanjut dalam bentuk pembelajaran remidi, program pengayaan, layanan
konseling atau memberikan tugas, baik tugas individu maupun kelompok
sesuai dengan hasil belajar peserta didik; menyamakan rencana
pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
Dalam pelaksanaan pembelajaran juga memuat kegiatan
pengorganisasian dan kepemimpinan pembelajaran yang melibatkan
penentuan berbagai kegiatan, seperti pembagian pekerjaan ke dalam
berbagai tugas khusus yang harus dilakukan guru dan peserta didik dalam
proses pembelajaran. Pengelolaan kelas merupakan kegiatan yang harus
dikerjakan oleh guru dimana pengelolaan kelas adalah satu upaya
37
Ibid 38
Ibid
29
memperdayakan potensi kelas yang ada seoptimal mungkin untuk
mendukung proses interaksi edukatif mencapai tujuan pembelajaran.39
1. Pengelolaan kelas dan peserta didik.
Berkenaan dengan pengelolaan kelas sedikitnya terdapat tujuh
hal yang harus diperhatikan, yaitu ruang belajar, pengaturan sarana
belajar, susunan tempat duduk, yaitu ruang belajar, pengaturan sarana
belajar, susunan tempat duduk, penerangan, suhu, pemanasan sebelum
masuk ke materi yang akan dipelajari (pembentukan dan
pengembangan kompetensi) dan bina suasana dalam pembelajaran.40
Peserta didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari
seorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan
pendidikan.
Belajar merupakan kegiatan yang bersifat universal dan multi
dimensi. Dikatakan universal karena belajar bisa dilakukan siapa pun
kapan pun. Karena itu bisa saja siswa merasa tidak butuh proses
pembelajaran yang terjadi dalam ruangan terkontrol atau lingkungan
terkendali, waktu belajar bisa saja waktu yang bukan dikehendaki
siswa.41
Guru dapat mengatur dan merekayasa segala sesuatunya,
berdasarkan situasi yang ada ketika proses belajar mengajar
berlangsung. Menurut Nana Sudjana yang dikutip oleh Suryobroto
pelaksanaan proses belajar mengajar meliputi pen tahapan sebagai
berikut:42
a) Tahap pra instruksional
Yaitu tahap yang ditempuh pada saat memulai sesuatu
proses belajar mengajar: Guru menanyakan kehadiran siswa dan
mencatat siswa yang tidak hadir.; Bertanya kepada siswa sampai
39
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta :
Rineka Cipta, 2000), hlm. 173. 40
Abdul Majid, op.cit., hlm. 165. 41
Ibid., hlm. 112. 42
Suryobroto, op.cit., hlm. 36-37
30
dimana pembahasan sebelumnya.; Memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya mengenai bahan pelajaran yang
belum dikuasainya dari pelajaran yang sudah disampaikan.;
Mengulang bahan pelajaran yang lain secara singkat.43
b) Tahap instruksional
Yakni tahap pemberian bahan pelajaran yang dapat
diidentifikasikan beberapa kegiatan sebagai berikut: Menjelaskan
kepada siswa tujuan pengajaran yang harus dicapai siswa;
Menjelaskan pokok materi yang akan dibahas; Membahas pokok
materi yang sudah dituliskan; Pada setiap pokok materi yang
dibahas sebaiknya diberikan contoh-contoh yang kongkret,
pertanyaan, tugas. 44
Penggunaan alat bantu pengajaran untuk memperjelas
pembahasan pada setiap materi pelajaran; Menyimpulkan hasil
pembahasan dari semua pokok materi. 45
c) Tahap evaluasi dan tindak lanjut
Tahap ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan tahap
instruksional, kegiatan yang dilakukan pada tahap ini yaitu:
Mengajukan pertanyaan kepada kelas atau kepada beberapa murid
mengenai semua aspek pokok materi yang telah dibahas pada tahap
instruksional.; Apabila pertanyaan yang diajukan belum dapat
dijawab oleh siswa (kurang dari 70%), maka guru harus mengulang
pengajaran.; Untuk memperkaya pengetahuan siswa mengenai
materi yang dibahas, guru dapat memberikan tugas atau PR.; Akhiri
pelajaran dengan menjelaskan atau memberitahukan pokok materi
yang akan dibahas pada pelajaran berikutnya. 46
2. Pengelolaan Guru
43
Ibid 44
Ibid 45
Ibid 46
Ibid
31
Guru adalah orang yang bertugas membantu murid untuk
mendapatkan pengetahuan sehingga ia dapat mengembangkan potensi
yang dimilikinya.47
Guru sebagai salah satu komponen dalam kegiatan
belajar mengajar (KBM), memiliki posisi sangat menentukan
keberhasilan pembelajaran, karena fungsi utama guru ialah merancang,
mengelola, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran. Di samping
itu, kedudukan guru dalam kegiatan belajar mengajar juga sangat
strategis dan menentukan. Strategis karena guru yang akan
menentukan kedalaman dan keluasan materi pelajaran. Sedangkan
bersifat menentukan karena guru yang memilah dan memilih bahan
pelajaran yang akan disajikan kepada peserta didik. Salah satu faktor
yang mempengaruhi keberhasilan guru ialah kinerjanya di dalam
merancang atau merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi
pembelajaran.
Guru harus dapat menempatkan diri dan menciptakan suasana
kondusif, karena fungsi guru di sekolah sebagai “bapak” kedua yang
bertanggung jawab atas pertumbuhan dan perkembangan jiwa anak.
Dalam rangka mendorong peningkatan profesionalitas guru, secara
tersirat Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun
2003 pasal 35 ayat 1 mencantumkan standar nasional pendidikan
meliputi: isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana
dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian.
Standar yang dimaksud dalam hal ini adalah suatu kriteria yang
telah dikembangkan dan ditetapkan oleh program berdasarkan atas
sumber, prosedur dan manajemen yang efektif sedangkan kriteria
adalah sesuatu yang menggambarkan keadaan yang dikehendaki.
Kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan
kualitas guru yang sebenarnya, kompetensi tersebut akan terwujud
47
Abdul Majid, op.cit., hlm. 123.
32
dalam bentuk penguasaan pengetahuan dari perbuatan secara
profesional dalam menjalankan tugasnya sebagai guru.48
Selaras dengan taxonomy Bloom dalam pendidikan seorang
guru harus memiliki tiga jenis kompetensi yaitu kompetensi kognitif,
kompetensi afektif, dan kompetensi psikomotorik49
a) Kompetensi Kognitif
Dalam jenis kompetensi ini, ada dua kategori, yaitu
kategori pengetahuan kependidikan dan ilmu pengetahuan materi
bidang studi. Kategori pengetahuan pendidikan dibedakan dalam
pengetahuan kependidikan umum dan pengetahuan kependidikan
khusus. Sedangkan kompetensi ilmu pengetahuan materi bidang
studi meliputi semua bidang yang akan menjadi keahlian yang
akan diajarkan oleh guru.
b) Kompetensi Afektif
Kompetensi afektif guru bersifat tertutup dan abstrak,
sehingga sukar untuk diidentifikasi. Namun demikian, yang paling
sering dijadikan teridentifikasi dengan profesi keguruan dan
perasaan diri yang berkaitan dengan profesi keguruan, sikap dan
perasaan diri ini meliputi; konsep diri dan harga diri, afiksasi diri
dan afiksasi kontekstual, dan sikap penerimaan terhadap dirinya
sendiri dan orang lain.
c) Kompetensi Psikomotor
Kompetensi psikomotor guru meliputi segala ketrampilan
atau kecakapan yang bersifat jasmaniah yang pelaksanaannya
berhubungan dengan tugasnya selaku pengajar.
c. Evaluasi Pembelajaran
Dalam konteks manajemen pembelajaran kontrol (pengawasan)
adalah suatu konsep yang luas yang dapat diterapkan pada manusia, benda
dan organisasi.50
48
Syaiful Sagala, op.cit., hlm. 146. 49
Nganimun Naim dan Achmad Patoni, Materi Penyusunan Desain Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam (MPDP-PAI), (Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2007s), hlm. 21-24.
33
Evaluasi diartikan sebagai proses sistematis untuk menentukan
nilai sesuatu (tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk rasa, proses, orang objek,
dan yang lain) berdasarkan kriteria tertentu melalui penilaian.51
Evaluasi
mencakup evaluasi hasil belajar dan evaluasi pembelajaran. Evaluasi hasil
belajar menekankan pada diperolehnya informasi tentang seberapa kah
perolehan siswa dalam mencapai tujuan pengajaran yang ditetapkan.
Sedangkan evaluasi pembelajaran merupakan proses sistematis untuk
memperoleh informasi tentang keefektifan proses pembelajaran dalam
membantu siswa mencapai tujuan pengajaran secara optimal.52
Dengan demikian evaluasi hasil belajar menetapkan baik buruknya
hasil dari kegiatan pembelajaran. Sedangkan evaluasi pembelajaran
menetapkan baik buruknya proses dari kegiatan pembelajaran.
Evaluasi hasil belajar pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan
untuk mengukur perubahan prilaku yang terjadi. Pada umumnya hasil
belajar akan menghasilkan pengaruh dalam dua bentuk: (1) peserta akan
mempunyai perspektif terhadap kekuatan dan kelemahannya atas prilaku
yang diinginkan; (2) mereka mendapatkan bahwa perilaku yang diinginkan
itu telah meningkat baik setahap atau dua tahap, sehingga sekarang akan
timbul lagi kesenjangan antara penampilan perilaku yang sekarang dengan
tingkah laku yang diinginkan.53
Untuk dapat menentukan tercapainya tidaknya tujuan pendidikan
dan pengajaran perlu dilakukan usaha dan tindakan atau kegiatan untuk
menilai hasil belajar. Penilaian dilakukakan oleh guru terhadap hasil
pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta
didik, serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil
belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran.54
Penilaian hasil belajar
bertujuan untuk melihat kemajuan belajar peserta didik dalam hal
50
Ibid. 51
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hlm. 156. 52
Ibid 53
Ibid 54
Abi Syamsudin Makmun op. cit hlm :229
34
penguasaan materi pengajaran yang telah dipelajari tujuan yang
ditetapkan.55
Dalam melakukan penilaian, yang harus diperhatikan adalah:
a) Sasaran penilaian
Sasaran/objek evaluasi belajar adalah perubahan tingkah laku
yang mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotor secara
seimbang. Masing-masing bidang berdiri sejumlah aspek dan aspek
tersebut hendaknya dapat diungkapkan melalui penilaian tersebut.
Dengan demikian dapat diketahui tingkah laku mana yang sudah
dikuasainya dan mana yang belum sebagai bahan perbaikan dan
penyusunan program pengajaran selanjutnya. 56
b) Alat penilaian
Penggunaan alat penilaian hendaknya komprehensif, yang
meliputi tes dan non tes, sehingga diperoleh gambaran hasil belajar yang
objektif. Demikian pula bentuk tes tidak hanya tes objektif tetapi juga
tes essay, sedangkan jenis non tes digunakan untuk menilai aspek
tingkah laku, seperti aspek minat dan sikap. Alat evaluasi non tes, antara
lain: observasi, wawancara, study kasus dan rating scale (skala
penilaian). Penilaian hasil belajar hendaknya dilakukan secara
berkesinambungan agar diperoleh hasil yang menggambarkan
kemampuan peserta didik yang sebenarnya. 57
Sedangkan menurut Sumadi Suryabarata syarat-syarat Test yang
baik sebagai berikut :
Realiabel,58
Valid,59
Obyektif,60
Diskriminatif,61
Comprehensive,62
mudah digunakan. Perlu diketahui bahwa enam
55
Suryobroto, op.cit., hlm. 53. 56
Ibid 57
Ibid. 58
Test reliabl : bila test diberikan kepada kelompok subyek yang sama dalam dua saat/
waktu yang berbeda, hasilnya tetap sama atau hamper sama . 59
Test yang Valid bila suatu test dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. 60
Test yang obyektif bila hasil test tidak tergantung kepada pemberian score oleh orang
yang berlainan dan dalam test yang obyektif, kalau hanya mengandung satu kemungkinan
interpretasi saja.
35
syarat tersebut sebenarnya yang paling utama adalah valid dan reliabel,
namun demikian bukan berarti empat syarat yang lain kecil artinya.63
Penilaian hasil belajar dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dapat dilakukan antara lain:
a. Penilaian Kelas
Penilaian kelas dilakukan dengan ulangan harian, ulangan
umum dan ujian akhir.64
Penilaian kelas dilakukan oleh guru untuk mengetahui
kemampuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosa kesulitan
belajar, memberikan umpan balik untuk perbaikan proses
pembelajaran dan penentuan kenaikan kelas.
b. Tes Kemampuan Dasar
Tes kemampuan dasar dilakukan untuk mengetahui
kemampuan membaca, menulis dan berhitung yang diperlukan
dalam rangka memperbaiki program pembelajaran (program
remedial). Tes kemampuan dasar dilakukan pada setiap tahun akhir
kelas III.65
c. Penilaian Akhir Satuan Pendidikan dan Sertifikasi
Pada setiap akhir semester dan tahun pelajaran
diselenggarakan kegiatan penilaian guna mendapatkan gambaran
secara utuh dan menyeluruh mengenai ketuntasan belajar peserta
didik dalam satuan waktu tertentu. Untuk keperluan sertifikasi,
kinerja dan hasil belajar yang dicantumkan dalam Surat Tanda
Tamat Belajar tidak semata-mata didasarkan atas hasil penilaian
pada akhir jenjang sekolah.66
61
dimana test harus disusun sedemikian rupa, sehingga dapat menunjukkan perbedaan-
perbedaan yang sekecilnya. 62
Mencakup segala persoalan dengan yang haus diteliti 63
Mustaqim, Ilmu Jiwa Kependidikan, (Semarang, 2007 ) hlm : 224 64
E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2006), hlm. 258. 65
Ibid 66
Ibid
36
d. Benchmarking
Benchmarking merupakan suatu standar untuk mengukur
kinerja yang sedang berjalan, proses dan hasil untuk mencapai
suatu keunggulan yang memuaskan. Ukuran keunggulan dapat
ditentukan di tingkat sekolah, daerah, atau nasional. Penilaian
dilaksanakan secara berkesinambungan sehingga peserta didik
dapat mencapai satuan tahap keunggulan pembelajaran yang sesuai
dengan kemampuan usaha keuletan nya.67
Untuk dapat memperoleh data dan informasi tentang
pencapaian benchmarking tertentu dapat diadakan penilaian secara
nasional yang dilaksanakan pada akhir satuan pendidikan. hasil
penilaian tersebut dapat dipakai untuk melihat keberhasilan
kurikulum dan pendidikan secara keseluruhan, dan dapat
digunakan untuk memberikan perangkat kelas, tetapi tidak untuk
memberikan penilaian akhir peserta didik. Hal ini dimaksudkan
sebagai salah satu dasar untuk pembinaan guru dan kinerja
sekolah.68
e. Penilaian Program
Penilaian program dilakukan oleh Departemen Pendidikan
Nasional dan Dinas Pendidikan secara kontinu dan
berkesinambungan. Penilaian program dilakukan untuk mengetahui
kesesuaian KTSP dengan dasar, fungsi dan tujuan pendidikan
nasional, serta kesesuaiannya dengan tuntutan perkembangan
masyarakat, dan kemajuan zaman.69
Untuk mengukur mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar
dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar. Berdasarkan tujuan
dan ruang lingkupnya, tes prestasi belajar dapat digolongkan
kedalam jenis penilaian sebagai berikut:
67
Ibid 68
Ibid 69
Ibid., hlm. 261.
37
1) Tes Formatif
Penilaian ini digunakan untuk mengukur satu dan
beberapa pokok bahasan tertentu dan bertujuan untuk
memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap
pokok bahasan tersebut. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk
memperbaiki proses belajar mengajar bahan tertentu dalam
waktu tertentu.70
2) Tes Sub Sumatif
Tes ini meliputi sejumlah bahan pelajaran tertentu yang
telah diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk
memperoleh gambaran daya serap siswa untuk meningkatkan
tingkat prestasi belajar siswa. Hasil tes subsumatif ini
dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan
diperhitungkan dalam menentukan nilai rapot.71
3) Tes Sumatif
Tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa
terhadap bahan pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan
dalam satu semester, satu atau dua tahun. Tujuannya adalah
untuk menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan belajar siswa
dalam suatu periode belajar tertentu. Hasil tes sumatif ini
dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat
(rangking) atau sebagai bahan ukuran mutu sekolah.72
B. Hakikat Belajar
1. Pengertian Belajar
Mengenai pengertian belajar, para ahli psikologi dan pendidikan
mengemukakan rumusan yang berlainan yang sesuai dengan bidang keahlian
masing-masing. James O. Wittaker , misalnya merumuskan belajar sebagai
70
Ibid 71
Ibid 72
Sharsimi Arikunto, op. cit. hlm. 185.
38
proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau
pengalaman.73
Cronbach berpendapat bahwa Learning is shown by change in
behavior as a result of experience. Belajar sebagai suatu aktivitas yang
ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.74
Howard L. Kingskey mengatakan bahwa belajar adalah proses dimana
tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau
latihan .75
Dr. Musthofa Faahmi berpendapat bahwa belajar adalah
ان التعلم عباسة عمليت تغييش او تحويل في السلوك اوالخبشة
(sesungguhnya belajar adalah (ungkapan yang menunjuk) aktivitas (yang
menghasilkan) perubahan-perubahan tingkah laku atau pengalaman).76
Drs. Slameto merumuskan pengertian belajar adalah suatu proses
usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. 77
Menurut Sardiman A. R. Dalam buku Interaksi dan Motivasi Belajar
bahwa “Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan
serangkaian kegiatan misalnya membaca, mengamati, mendengarkan, meniru,
dan lain sebagainya.”78
Sedangkan M. Ngalim Purwanto dalam bukunya Psikologi Pendidikan
mendefinisikan “Belajar sebagai suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana
perubahan itu dapat mengarah pada tingkah laku yang lebih baik. Tetapi juga
ada kemungkinan mengarah pada tingkah laku yang lebih buruk.”79
73
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta PT. Rineka Cipta) cet ke II hlm. 12 74
Ibid 13
75 Ibid
76Mustaqim, Psikolog Pendidikan (Semarang, Pustaka Pelajar, 2008) hlm 34
77 Op.cit hlm 14
78Sardiman AM, Interaksi Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta, CV. Rajawali, 1992),
hlm. 20. 79
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000),
hlm. 84-85.
39
Dari beberapa pendapat diatas akhirnya dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa dan raga untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam
interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan
psikomotorik. 80
Dapat diketahui bahwa pengertian belajar itu prinsipnya sama, yakni
perubahan tingkah laku. Sehingga dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan berupa tindakan sehingga
diperoleh pengetahuan yang baru untuk mencapai perubahan tingkah laku.
Sebagai salah satu bukti bahwa seseorang telah belajar adalah terjadinya
perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi
tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, yang awalnya tidak faham dengan
belajar seseorang menjadi faham.
2. Teori Belajar
Mengenai teori-teori belajar ada beberapa pendapat yang perlu
diketahui dan beberapa pendapat itu tidak semua ahli merumuskan sama. Oleh
karenanya ada baiknya disini dipaparkan beberapa pendapat antara lain
sebagai berikut:
Aliran skolastik, Kelompok ini beranggapan bahwa belajar tidak lain
adalah mengulang-ulang bahan yang dipelajari makin sering diulang makin
dikuasai.81
Herbart, mengenai teori ini berpendapat bahwa Jiwa manusia terdiri
dari unsure-unsur kecil berupa tanggapan –tanggapan tersebut masing-masing
mempunyai kekuatan. Makin kuat suatu tanggapan maka makin besar
peranannya dalam tingkah laku individu.82
Aliran Ilmu Jiwa Daya. Mereka beranggapan bahwa jiwa manusia
mempunyai berbagai daya, misalnya daya mengenal, daya mengingat, daya
ber hayal, daya berfikir, dan sejenisnya. Daya-daya tersebut dapat diperkuat
dan diperbaiki fungsinya dengan dilatih. Misalnya untuk melatih daya ingat
80
Ibid. 81
Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Semarang, Pustaka Pelajar, 2008) Cet I hlm 46 82
Ibid hlm. 46
40
dengan jalan menghafal angka-angka, huruf-huruf, ungkapan-ungkapan, yang
penting disini adalah pembentukan dan penguatan daya ingat. perlu diingat,
aliran ini lebih mementingkan pembentukan daya-daya daripada telah terlatih
akan bias digunakan terhadap segala macam soal atau bahan dalam bidang
yang lain.
Teori Koneksionisme (Conectionisme). Teori ini mempunyai
banyaknya doktrin pokok, yakni hubungan antara stimulus dan respons,
asosiasi-asosiasi dibuat antara kesan-kesan pengadaan dan dorongan–
dorongan untuk berbuat. Ikatan-ikatan atau koneksi-koneksi dapat diperkuat
atau diperlemah serasi dengan banyaknya penggunaan dan pengaruh-pengaruh
dari penggunaan itu.83
Eksperimen yang pernah dilakukakan Torndike bias digambarkan
secara singkat sebagai berikut :
Kucing yang masih muda yang masih mempunyai kemungkinan-
kemungkinan dibiasakan dengan banyak dan luwes, dibiarkan lapar dalam
kurungan yang disebut “problem box”, pintu dibuat dan diatur sedemikian
rupa , sehingga bila kucing menyentuh tombol tertentu, pintu biasa terbuka
selanjutnya kucing bias keluar dan memakan daging di luar kurungan yang
sengaja di sediakan. 84
Percobaan semacam ini dilakukan secara berulang-ulang dan hasilnya
membuktikan bahwa waktu yang dibutuhkan oleh kucing untuk sampai
kepada terbukanya pintu atau terpilihnya tombol yang tepat makin lama makin
singkat. Konsep ini bila diterapkan di sekolah bias mengambil bentuk antara
lain guru bertanya 15 x 3 =… ? jawaban ya + 45, lalu guru memberi nilai A.
dalam hal ini 15x3 adalah stimulus, 45 adalah respond an nilai A adalah
penguat yang menimbulkan kepuasan dalam diri si pelajar. Sesuatu yang
menimbulkan kepuasan biasanya dipertahankan. Menurut teori ini belajar
adalah pembentukan atau penguatan hubungan antara stimulus dan respon. 85
Selanjutnya Teori kognitif . Teori kognitif berpijak ada tiga hal, ialah :
83
Ibid hlm 47 84
Ibid hlm 48 85
Ibid hlm. 48
41
Pertama, Perantara sentral yaitu proses-proses pusat otak, misalnya
ingatan atau ekspektasi merupakan integrator tingkah laku yang bertujuan.
Pendapat ini berdasarkan pada inferensi tingkah laku yang tampak (diamati).
Kedua, Pertanyaan apa yang dipelajari? Jawaban ya adalah struktur
kognitif, bahwa yang dipelajari adalah fakta, kita mengetahui di mana adanya,
yang mengetahui alternate routes ilustratis cognitive structure. Variable
tingkah laku non habitual adalah struktur kognitif sebagian dari apa yang
dipelajari.
Ketiga, Pemahaman dalam pemecahan masalah. Pemecahan suatu
masalah ialah dengan cara menyajikan pengalaman lampau dalam bentuk
struktur perceptual yang mendasari terjadinya insight (pemahaman) di mana
adanya pengertian mengenai hubungan-hubungan yang esensial. Preferensi
yang digunakan adalah the contemporary structuring of the problem.
Teori Gestalt dalam Pendirian aliran ini adalah keseluruhan lebih dan
lain daripada bagian-bagian, “keseluruhan itu timbul lebih dulu daripada
bagian-bagian.” Dalam belajar yang penting adalah penyesuaian pertama,
yaitu mendapatkan response yang tepat, hal ini sangat tergantung pada
pengamatan. dengan kata lain pemecahan problem sangat tergantung kepada
pengamatan, apabila dapat melihat situasi itu dengan tepat maka problem “
pencerahan” dan dapat memecahkan problem itu.
Jadi inti pelajaran menurut aliran ini adalah mendapatkan “instigh”
artinya : dimengerti nya persoalan, dimengerti nya hubungan tertentu, hingga
hubungan tersebut jelas dan akhirnya didapatkan kemampuan memecahkan
problem, bukan mengulang-ulang bahan yang dipelajari. Insting ini
dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu antara lain: Sikap dan taraf
kompleksitas situasi, Pengalaman, Inteligensi dan kematangan individu.
3. Motivasi Belajar.
Perbuatan belajar akan berhasil bila berdasarkan motivasi pada diri
siswa. Siswa mungkin dapat dipaksa untuk melakukan sesuatu perbuatan,
tetapi ia tak mungkin dipaksa untuk menghayati suatu perbuatan itu
sebagaimana mestinya. Guru dapat memaksakan bahan pelajaran pada siswa,
42
tetapi tak mungkin memaksanya untuk belajar dalam arti sebenarnya.86
Untuk
itu perlu diketahui pengertian dari motivasi itu sendiri.
Istilah motivasi dapat berupa dorongan-dorongan dasar atau internal
dan insentif di luar diri individu atau hadiah. sedangkan Pengertian motivasi
adalah proses membangkitkan, mempertahankan, dan mengontrol minat-
minat.87
Menurut Mc Donald, motivasi adalah suatu perubahan energi di
dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya efektif dan reaksi
untuk mencapai tujuan.88
Sedangkan komponen-komponen motivasi memiliki dua komponen,
yakni komponen dalam dan komponen luar. Komponen dalam ialah
perubahan di dalam diri seseorang, keadaan merasa tidak puas, ketegangan
psikologis. Komponen luar ialah apa yang diinginkan seseorang, tujuan yang
menjadi arah kelakuannya. Jadi, komponen dalam ialah kebutuhan-kebutuhan
yang hendak di puas - puas kan, sedangkan komponen luar adalah tujuan yang
hendak dicapai. 89
Psikologi membedakan antara dua tipe utama motivasi yaitu
motivasi Intrinsik dan motivasi Ekstrinsik, motivasi intrinsik adalah bila
prilaku digerakansecara internal oleh minat atau keingiintahuan kita sendiri
atau semata-mata karena kesenagan yang murni yang didapat dari sbuah
pengalaman. Perlu diketahui bahwa siswa yang memiliki motivasi intrinsik
akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan ,yang
ahli dalam bidang tertentu. Sedangkan motivasi ekstrinsik yaitu bila individu
dipenggaruhi untuk bertindak oleh faktor-faktor eksternal atau lingkungan
seperti hadiah.hukuman atau tekana sosial. Perluu ditegaskan, bukanberarti
bahwa motivasi ekstrinsik ini tidak baik dan tidak penting. Dalam kegiatan
belajar mengajartetap penting. Sebab kemungkuinan besar kkeadaan siswa
86
Oemar hamalik, Op.cit hlm. 100 87
Oemar hamalik, Psikologo Belajar Dan Mengajar (Bandung, Sinar Baru Algensindo, 2007) Cet
Ke V hlm. 173 88
Ibid 89
Ibid hlm 175
43
dinamis, berubah-ubah dan juga mungkin komponen-komponen lain dalam
proses belajar – mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa, sehingga
diperlukan motivasi ekstrinsik.90
Mengenai fungsi motivasi dalam belajar ada tiga yaitu: yang
pertama mendorong manusia untuk berbuat. Motivasi dalam hall ini
merupakan motor penggerak dari setiapkegiatan yang akan dikerjakan. Yang
kedua, menentukanarah perbuata, yakni ke arah tujuan yang hendakdicapai.
Dengandemikianmotivasi dapat memberikan arah kegiatan yang harus
dikerjakan denngan rumusan tujuannya. Dan yang ketiga menyeleksi
perbuatan, yakni perbuatan – perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi
guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan yang tidak bermanfaat bagi tujuan
tersebut. 91
C. Pembelajaran Full day school
Sebenarnya kata Full day school Dari bahasa Inggris, yaitu Sekolah
Sepanjang waktu 92
namun pengertian Full day school menurut istilah adalah
sebuah sekolah yang memberlakukan jam belajar sehari penuh antara jam
07.00-15.30/16.00.93
Full day school yang dimaksud adalah program sekolah di mana
proses pembelajaran dilaksanakan sehari penuh di sekolah. Dengan kebijakan
seperti ini maka waktu dan kesibukan anak-anak lebih banyak dihabiskan di
lingkungan sekolah dari pada di rumah. Anak-anak dapat berada di rumah lagi
setelah menjelang sore.94
Full day school adalah merupakan model sekolah umum yang
memadukan sistem pengajaran agama secara intensif yaitu dengan memberi
tambahan waktu khusus untuk pendalaman agama siswa. Dengan jam
90
Richard I. Arends, Learning To Teacch, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2008) Cet I
hlm.143. 91
Sardiman, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. (Jakarta,PT Rajagrafindo
Persada, 2010) cet I hlm. 85 92
John M. Echols dan Hasan Shadily Kamus Inggris Indonesia (Jakarta PT Gramedia
2003) Cet XXV Hlm 259 93
Kenneth B. Robin, dkk. “Is More Better The Effects o Full Day vs Half day Preschool
on Early SchoolAchievement” http://etd.eprints.ums.ac.id/703/1/A410040102.pdf Rabu 10
Februari 2010 jam 13:15 94
Fibriana Anjaryati “Implementasi Sekolah Full Day School” http://kakadi.info/?p=368
44
tambahan dilaksanakan pada jam setelah sholat dhuhur sampai sholat ashar,
praktis nya sekolah model ini masuk pukul 07:00 WIB dan pulang pada pukul
15:30.95
Menurut Sismanto, full day school merupakan model sekolah umum
yang memadukan sistem pengajaran Islam secara intensif yaitu dengan
memberi tambahan waktu khusus untuk pendalaman keagamaan siswa.
Biasanya jam tambahan tersebut dialokasikan pada jam setelah sholat Dhuhur
sampai sholat Ashar, sehingga praktis sekolah model ini masuk pukul 07.00
WIB pulang pada pukul 16.00 WIB. Sedangkan pada sekolah-sekolah umum,
anak biasanya sekolah sampai pukul 13.00 WIB.96
Berangkat dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa full day
school adalah Sekolah umum yang memadukan system pengajaran islam
secara intensif dengan menambahi waktu khusus untuk pendalaman
keagamaan siswa.
Sekolah full day school sebenarnya memiliki kurikulum inti yang sama
dengan sekolah umumnya, namun mempunyai kurikulum lokal. Dengan
demikian kondisi anak didik lebih matang dari segi materi akademik dan non
akademik. Secara umum, full day school didirikan karena beberapa tuntutan,
diantaranya adalah: Pertama, minimnya waktu orang tua di rumah, lebih-lebih
karena kesibukan di luar rumah yang tinggi (tuntutan kerja). Hal ini kalau
tidak disiasati dengan tambahan jam sekolah maka akan berimplikasi pada
kurangnya kontrol orang tua terhadap anak di rumah (di luar jam sekolah).
Kedua, perlunya formalisasi jam-jam tambahan keagamaan karena dengan
minimnya waktu orang tua di rumah maka secara otomatis pengawasan
terhadap hal tersebut juga minim. Ketiga, perlunya peningkatan mutu
pendidikan sebagai solusi alternatif untuk mengatasi problematika
pendidikan.97
Peningkatan mutu tidak akan tercapai tanpa terciptanya suasana
95
Abdul Kosim “Kontroversi Belajar Sehari penuh” http//Kontroversi Belajar Sehari Penuh - Pena
Pendidikan.htm 15 maret 2010 jam 01:00 96
DR. Fahmy Alaydroes, Psi, MM, Med “Pelaksanaan full day school di SD”
http://gudangmakalah.blogspot.com/2010/06/tesis-pelaksanaan-full-day-school-di-sd.html
20 September 2010 jam 10 : 50 97
.Ibid .
45
dan proses pendidikan yang representative dan professional. Maka kehadiran
Full day school diharapkan dapat mengakomodir tuntutan-tuntutan diatas.
1. Konsep Full day school
Gambaran mengenai program full day school adalah :
Aspek kelembagaan , kepemimpinan dan manajemen, mengacu kepada
konsep yang dikembangkan sekolah program full day school yang
mengedepankan kemuliaan akhlaq dan prestasi akademik. Kepemimpinan
sekolah dipacu dengan peningkatan kualitas kepribadian, peningkatan
kemampuan manajerial dan pengetahuan konsep-konsep pendidikan
kontemporer yang didukung dengan kegiatan short-course, orientasi program,
dan studi banding, dimana program-program ini dilaksanakan secara simultan
dan kontinu. 98
Kualitas sumber daya full day school dipilih dari guru-guru bidang
studi yang professional, berkualitas dan mempunyai integritas yang tinggi.
Peningkatan kualitas tenaga kependidikan seperti tenaga kependidikan seperti
tenaga ahli perpustakaan, laborat dan administrasi juga merupakan fokus
garapan dalam peningkatan kualitas sekolah program full day school.
Program-program yang dikembangkan juga beragam dengan melibatkan
komite sekolah, pengawas, pendidikan, pengurus musyawarah guru mata
pelajaran. 99
Pemanfaatan sarana prasarana pembelajaran dengan menggunakan
Multimedia. Peningkatan mutu sarana dan prasarana pendidikan untuk
peralatan dan ruang laboratorium yaitu lab fisika, biologi, bahasa, lab.
komputer, matematika, IPS dan lainnya yang dapat menunjang pelaksanaan
pembelajaran di sekolah tersebut.
Kurikulum sekolah program full day school juga digarap sedemikian
rupa untuk memacu keunggulan dalam aspek sains, keagamaan, bahasa
berbasis informasi teknologi (IT), Muatan lokal, keterampilan –keterampilan
Vocational, dan ekstra kurikuler dan pengembangan diri. Dalam
98
http://www.klubguru.com/2view.php?subaction=showfull&id=1251600668&archive=&
start_from=&ucat=2& di download pada hari selasa 10 september 2010 99
Ibid
46
pengembangan muatan lokal sekolah program full day school dimungkinkan
penambahan jam belajar diluar jam sekolah, sehingga siswa berada lebih lama
di sekolah. Sedangkan kegiatan ekstra adalah kegiatan pendukung yang
memungkinkan siswa untuk meningkatkan minat dan bakat, misalnya
olahraga, seni, pramuka, palang merah, organisasi siswa, koperasi pelajar,
rebana, computer dan lain sebagainya.100
Kerjasama kelembagaan dan menggerakkan dukungan masyarakat
merupakan keunggulan sekolah islam yang memang sudah menjadi khas,
sebab pada dasarnya sekolah islam merupakan community based education. 101
Mengenai konsep dalam system full day school adalah sebagai berikut:
102
100
Ibid 101
Ibid
a) Kurikulum .
Kurikulum Depdiknas,
dan kurikulum muatan
lokal
c) Lama belajar. SD : 07 : 00-14 : 00
SMP: 07 : 00-16 : 00
SMA: 07 : 00-16 : 00
b) Banyaknya aktifitas
Full aktif, karena aktifitas
siswa-siswi di sekolah tidak
terbatas di kelas tetapi juga ada
aktifitas lain di luar sekolah dan
itu merupakan sisi kehidupan
siswa-siswi sehari-hari ,
misalnya sholat berjamaah,
bermain, belajar kelompok dan
lain-lain.
d) Tujuan dan Target
Mengupayakan terpadunya
keterampilan dengan sikap yang
baik dan islami, sehingga terbentuk
generasi Berakhlaqul karimah dan
berprestasi akademis tinggi
Full Day School
Integrated Activity
dan
Integrated Curriculum
47
Menurut Fahmi Alaidroes format full day school meliputi beberapa aspek
yaitu :
a) Kurikulum yaitu mengintegrasikan atau pemaduan program
pendidikan umum dan agama. Dengan memadukan kurikulum
umum dan agama dalam suatu jalinan kegiatan belajar mengajar
diharapkan peserta didik dapat memahami esensi ilmu dalam
perspektif yang utuh.
b) Kegiatan belajar mengajar yaitu dengan mengoptimalisasikan
pendekatan belajar berbasis Active Learning siswa mesti
dirangsang untuk aktif terlibat dalam setiap aktivitas.
c) Peran serta, yakni melibatkan pihak orang tua dan kalangan
eksternal (masyarakat) sekolah untuk berperan serta menjadi
fasilitator pendidikan para peserta didik.
d) Iklim sekolah, yaitu lingkungan pergaulan, tata hubungan, pola
perilaku dan segenap peraturan yang diwujudkan dalam kerangka
nilai-nilai islam yang sar’i maupun kaum, nilai islam yang syar’i
melandasi segala aspek perilaku dan peraturan yang mencerminkan
akhlakul karimah. Sedangkan nilai islam yang kaumi berwujud
dalam pola penataan lingkungan yang sesuai dengan hukum-
hukum alam. 103
Program Full day di laksanakan melalui pendekatan Integrated
Curriculum dan Integrated Activity. 104
Sedangkan pengembangan full day
school diperlukan untuk memenuhi kebutuhan perkembangan anak.
Pengembangan program ini dapat dilakukan melalui pengembangan
kurikulum dan pengelolaan KBM oleh guru dan pengelola yayasan/lembaga
yang bersangkutan. Kurikulum bertujuan untuk mengembangkan seluruh
102
Wahyudi Oetomo, Judul: Full Day School Dan Implementasinya Wahyudi Oetomo,
“Full Day School Dan Implementasinya” http://wahyudioetomo.blogspot.com/2010/03/full-day-
school-dan-implementasinya.html. di akses pada hari kamis pada hari kamis tgl 8 sep 2010 103
Ibusud,“Fulldaykordegarden”.,http//www.ibusd.drca.us/mainofices/resrch/pdf/studies/f
ulldaykordegarden.pdf di akses pada hari selasa 8 Sepember 2010 104
Arif Suyono “Pelaksanaan Pembelajaran full day School” http// pelaksanaan-full-day-
schooll.318-989-1FB.pdf] di akses pada hari selasa 8 Sep 2010
48
potensi anak (the whole child) agar kelak dapat berfungsi sebagai manusia
yang utuh sesuai kultur budaya, dan falsafah bangsa. saat yang amat berharga
untuk menanamkan nilai-nilai nasionalisme, kebangsaan, agama, etika, moral,
dan sosial yang berguna untuk kehidupannya dan strategis bagi pengembangan
suatu bangsa adalah masa – masa perkembangan anak. Kurikulum merupakan
kerangka rencana untuk mewujudkan tujuan pendidikan.105
Pengembangan kurikulum harus dilaksanakan dengan memperhatikan
prinsip-prinsip pengembangan kurikulum. Dari pengembangan kurikulum ini
diharapkan adanya perbaikan pengelolaan proses KBM yang akan menunjang
efektifitas pembelajaran. Pembelajaran yang efektif sesuai dengan kebutuhan
dan perkembangan anak akan membantu anak mengoptimalkan bakat, minat,
dan potensi positifnya.106
2. Kurikulum full day school
Istilah “kurikulum” memiliki berbagai tafsiran yang dirumuskan oleh
pakar-pakar dalam bidang kurikulum sejak dulu sampai dengan dewasa ini.
Sedangkan istilah kurikulum berasal dari bahasa latin, yakni “Curriculae”,
artinya jarak yang ditempuh oleh seorang pelari. Sedangkan pengertian
kurikulum ialah jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa
yang bertujuan untuk memperoleh ijazah. Dalam hal ini, ijazah pada
hakikatnya merupakan suatu bukti bahwa siswa telah menempuh kurikulum
yang berupa rencana pelajaran, dengan kata lain, suatu kurikulum dianggap
sebagai jembatan yang sangat penting untuk mencapai titik akhir dari suatu
perjalanan dan ditandai oleh perolehan suatu ijazah tertentu.107
Jadi kurikulum
ialah suatu program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan
pengalaman belajar yang diprogramkan, norma yang berlaku yang dijadikan
105
Jonathan A. Plucker “The Effects of Full Day Versus Half Day”
http://kakadi.info/?p=368 di akses pada hari kamis pada hari kamis tgl 10 sep 2010 106
Ibid. 107
Oemar Hamalik , Kurikulum dan Pembelajaran (Bandung, Bumi Aksara 2008) cet .
VII hlm. 16
49
pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga pendidikan dan peserta didik
untuk mencapai tujuan pendidikan.108
Dalam Undang-undang Sistem pendidikan nasional Tahun 1989 Bab I
pasal I disebutkan bahwa: “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan
peraturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggara kegiatan belajar-mengajar”. 109
Kurikulum secara umum didefinisikan sebagai suatu rencana yang
dikembangkan untuk memperlancar proses belajar mengajar dengan arahan
atau bimbingan dari institusi atau lembaga terhadap warga pelajarnya tersebut
dimaksudkan agar kegiatan pengajaran atau proses belajar mengajar yang
dilakukan dapat berjalan dengan lancar.110
Berdasarkan definisi-definisi diatas menunjukkan bahwa kurikulum
tidak diartikan secara sempit atau terbatas pada mata pelajaran saja, tetapi
meliputi segala aktifitas yang dilakukan oleh pihak sekolah dalam rangka
mempengaruhi peseta didik untuk mencapai suatu tujuan yang telah
ditetapkan, seperti kegiatan belajar mengajar, dan kegiatan belajar lainnya.111
Pengertian kurikulum inti (kurikulum Nasional) disusun dalam rangka
mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap
perkembangan siswa dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan
pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK) serta kesenian sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan
pendidikan.112
Kurikulum Inti/ pokok nasional adalah isi dari pelajaran yang akan
diajarkan atau dipelajari peserta didik. kurikulum inti dapat juga disebut
rencana pengajaran, bagaimana rencana itu dibuat ruang lingkupnya, urutan
108
H. Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum (Jakarta, Rineka Cipta, 2004)
Cet., I hlm : 2 109
Ibid ; hlm 3 110
Subandijah, Pengembangan Kurikulum Dan Inovasi Kurikulum, (Jakarta, PT Raja
Grafindo Pesada, 1996), hlm 33-34 111
Syafruddin Nurdin, M. Basyiruddin Usman, Guru Profesional dan Implementasi
Kurikulum, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm 79. 112
Abdullah Idi , pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik. (Yogyakarta, Ar-ruzz
Media 2009) Cet ke III, hlm. 252
50
dari bahan pelajaran nya, serta metode dan teknik apa yang digunakan untuk
mencapai kurikulum itu.113
Komponen-komponen dalam kurikulum nasional yaitu dimana
kurikulum yang berlaku secara nasional (kurikulum inti) merupakan suatu
program yang berisikan bahan kajian pokok yang secara minimal wajib
dikuasai atau dipelajari oleh semua peserta didik di semua satuan dan jenjang
pendidikan. Kurikulum nasional pada pendidikan dasar memuat sekurang-
kurangnya bahan kajian dan bahan pelajaran tentang: Pendidikan Pancasila,
Pendidikan agama, Pendidikan kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Membaca
dan menulis, Matematika, Pengantar Sains dan Teknologi, Ilmu bumi, Sejarah
Nasional dan Sejarah Dunia Kerajinan tangan dan kesenian, Pendidikan
jasmani dan kesehatan, Menggambar dan Bahasa Inggris. 114
Pengertian Kurikulum Muatan Lokal merupakan kegiatan kurikuler
untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan
potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak sesuai
menjadi bagian mata pelajaran lain dan atau terlalu banyak sehingga harus
menjadi mata pelajaran sendiri. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan
pendidikan, tidak terbatas pada mata pelajaran keterampilan. Muatan lokal
merupakan mata pelajaran, sehingga satuan pendidikan harus
mengembangkan standar Kompetensi Dasar untuk setiap jenis muatan lokal
yang diselenggarakan.115
Dimana pelaksanaan kurikulum yang disempurnakan haruslah
berorientasi lingkungan, yaitu dengan cara melaksanakan program muatan
lokal. Muatan lokal adalah program pendidikan yang isi dan media
penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam116
, lingkungan sosial,
113
Ibid,. hl. 253 114
Ibid,. hlm 255 115
Khearudin, et. Al. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Madrasah, (Yogyakarta:
Kerjasama Madrasah Development Center dengan Pilar Media, 2007), hlm 114. 116
Yang dimaksud dengan lingkungan alam adalah lingkungan alamiah yang ada di
sekitar kehidupan kita, berupa benda-benda mati yang terbagi menjadi empat kelompok
lingkungan, yaitu (1) pantai (2) dataran rendah termasuk didalamnya daerah aliran sungai (3)
dataran tinggi, dan (4) pegunungan atau gunung. Dengan kata lain, lingkungan alam adalah
lingkungan hidup dan tidak hidup tempat mahluk hidup tinggal dan membentuk ekosistem.
51
serta lingkungan budaya dan kebutuhan daerah, sedangkan anak didik di
daerah itu wajib mempelajarinya.117
Secara umum program pendidikan muatan lokal adalah
mempersiapkan murid agar mereka memiliki wawasan yang mantap tentang
lingkungannya serta sikap dan perilaku bersedia melestarikan dan
mengembangkan sumber daya alam , kualitas sosial, dan kebudayaan yang
mendukung pembangunan nasional maupun pembangunan setempat.118
Sedangkan kurikulum yang dipakai dalam program full day school
menggunakan Integrated Curriculum. Integrated Curriculum merupakan
pengorganisasian kurikulum, yang isinya mengupas bagaimana bentuk bidang
studi harus di sajikan di depan kelas yang konsekuensinya akan diikuti oleh
tindakan bagaimana cara memilih bahan ajar dan cara menyajikan serta cara
mengevaluasinya. Dalam Integrated Curriculum, suatu topik atau
permasalahan dibahas dengan berbagai pokok bahasan baik dari bidang studi
yang sejenis maupun dari bidang studi lain yang relevan.119
Integrated Curriculum juga meniadakan batasan- batasan antara
berbagai mata pelajaran dan penyajian bahan pelajaran dalam bentuk unit atau
keseluruhan. Dengan kebulatan bahan pelajaran diharapkan mampu
membentuk kepribadian murid yang integral, selaras dengan kehidupan
sekitarnya, apa yang diajarkan di sekolah disesuaikan dengan kehidupan
anak diluar sekolah.120
Ada beberapa manfaat kurikulum integrated ini dapat disebutkan
sebagai berikut: Pertama, segala sesuatu yang dipelajari anak merupakan inti
yang bertalian erat, bukan fakta yang terlepas satu sama lain. Kedua.
Kemudian kurikulum ini sesuai dengan pendapat-pendapat modern tentang
belajar, murid dihadapkan masalah yang berarti dalam kehidupan mereka.
117
Abdullah Idi , Op.Cit hlm. 260
118
Syafaruddin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum , (Jakarta PT. Quantum
Teaching, 2005) Cet III, hlm : 61 119
Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum (Jakarta, Rineka Cipta, 2004)
Cet., I hlm : 33 120
B. Suryosubroto, Manajemen Pendidikan Di Sekolah (Jakarta, PT. Rieneka Cipta,
2004) Cet, I hlm : 36
52
Ketiga kurikulum ini memungkinkan hubungan yang erat antara sekolah
dengan masyarakat. Sedangkan aktivitas anak-anak meningkat karena
dirangsang untuk berfikir sendiri dan bekerja sendiri, atau bekerja dengan
kelompok. Keempat, kurikulum ini mudah disesuaikan dengan minat,
kesanggupan dan kematangan murid.
3. Aktifitas full day school
Aktifitas siswa-siswi di sekolah tidak terbatas hanya di kelas seperti
belajar,. Sedangkan aktivitas yang ditawarkan dalam program full day school
yaitu berupa “Integrated Activity” dengan pendekatan ini maka seluruh
program dan aktivitas anak di sekolah mulai dari belajar, bermain, makan dan
ibadah di kemas dalam suatu system pendidikan. Dengan system ini pula
diharapkan mampu memberikan nilai-nilai kehidupan yang islam pada anak
didik secara utuh dan terintegrasi dalam tujuan pendidikan. Konsep
pendidikan yang dijalankan sebenarnya adalah konsep Effective school yaitu
bagai mana menciptakan lingkungan yang efektif bagi anak didik sebagai
konsekuensinya, anak-anak didik diberi waktu lebih banyak di lingkungan
sekolah. 121
factor-faktor yang mempengaruhi proses dalam hasil
Pembelajaran full day school yang pertama factor lingkungan, dan yang kedua
factor instrumental
Yang pertama faktor lingkungan: Lingkungan fisik berupa sarana,
prasarana serta fasilitas yang digunakan. Tersedianya sarana prasarana dan
fasilitas fisik dalam jenis jumlah dan kualitas yang memadahi, akan sangat
mendukung berlangsungnya proses pendidikan yang efektif. Kekurangan
sarana dan prasarana fisik, akan menghambat proses pendidikan, dan dang
menghambat pencapaian hasil yang maksimal.122
Lingkungan sosial
merupakan lingkungan pergaulan antara manusia, pergaulan antara pendidik
dan peserta didik serta orang-orang yang terlibat dalam interaksi pendidikan.
Interaksi pendidikan dipengaruhi oleh karakteristik pribadi dan corak
pergaulan antar orang-orang yang terlibat dalam interaksi tersebut, baik pihak
121
Arif Suyono Op.Cit. hlm 10 122
Nana Syaudhij Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung, PT
Remaja Rosda Karya, 2004) Cet II hlm. 15
53
peserta didik maupun para pendidik dan pihak lainnya. Tiap orang mempunyai
karakteristik pribadi masing-masing, sebagai individu maupun sebagai
anggota kelompok. Karakteristik ini meliputi karakteristik fisik seperti tinggi
dan besar badan, suara, roman muka. Dan karakteristik psikis seperti sifat
sabar, pemarah sifat jujur, setia, kemampuan intelektual seperti jenius, cerdas,
bodoh, serta kemampuan psikomotorik seperti cekatan dan keterampilan.123
Lingkungan intelektual merupakan kondisi dan iklim sekitar yang
mendorong dan menunjang pengembangan kemampuan berfikir. Lingkungan
ini mencakup perangkat lunak seperti system dan program-program
pengajaran, perangkat keras seperti media dan sumber belajar, serta aktivitas-
aktivitas pengembangan dan penerapan kemampuan berfikir. Lingkungan
lainnya adalah lingkungan nilai, yang merupakan tata kehidupan nilai, baik
nilai kemasyarakatan, ekonomi sosial, politik, estetika, maupun nilai
keagamaan yang hidup dan dianut dalam suatu daerah atau kelompok tertentu,
lingkungan tersebut akan memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap
proses dan hasil dari pendidikan. 124
Yang kedua Faktor instrumental yaitu seperangkat kelengkapan dalam
berbagai bentuk dan jenisnya berupa kelengkapan sekolah seperti kurikulum
dimana dapat dipakai oleh guru dan merencanakan program pengajaran.
Kemudian program sekolah, program sekolah dapat dijadikan acuan untuk
meningkatkan kualitas belajar mengajar. Dan juga sarana dan fasilitas yang
tersedia harus dimanfaatkan sebaik-baiknya agar berdaya guna dan berhasil
guna bagi kemajuan belajar anak didik di sekolah.125
Kurikulum adalah a plan for learning yang merupakan unsure
substansial dalam pendidikan. Tanpa kurikulum kegiatan belajar mengajar
tidak dapat berlangsung, sebab materi apa yang harus guru sampaikan dalam
suatu pertemuan kelas, belum guru programkan sebelumnya. Itu sebabnya,
123
Ibid 124
Ibid hlm : 16 125
Syaiful Bahri Djamarah Psikologi Belajar, (Jakarta, PT Rineka Cipta, 2008) Cet II hlm : 180
54
untuk semua mata pelajaran, setiap guru memiliki kurikulum untuk mata
pelajaran yang dipegang dan diajarkan.126
Setiap sekolah mempunyai program pendidikan. Program pendidikan
disusun untuk dijalankan demi kemajuan pendidikan. Keberhasilan pendidikan
di sekolah tergantung dari baik tidaknya program pendidikan yang dirancang.
Program pendidikan disusun berdasarkan potensi sekolah yang tersedia, baik
tenaga, financial, dan sarana prasarana.127
Mengenai sarana mempunyai arti penting dalam pendidikan. Gedung
sekolah misalnya sebagai tempat yang strategis bagi berlangsungnya kegiatan
belajar mengajar di sekolah. Dan salah satu persyaratan untuk membuat suatu
sekolah yang dalamnya ada ruang kelas, ruang kepala sekolah, ruang dewan
guru, ruang perpustakaan, ruang BP, ruang tata usaha, auditorium dan
halaman sekolah yang memadai. Semua bertujuan untuk memberikan
kemudahan pelayanan anak didik.128
Guru merupakan unsur manusiawi dalam pendidikan. Kehadiran
mutlak diperlukan di dalamnya. Kalau ada anak didik, tetapi guru tidak ada,
maka tidak akan terjadi kegiatan belajar mengajar di sekolah. Ketiadaan guru
menjadi ketiadaan mata pelajaran tentunya, maka peserta didik dapat diartikan
mata pelajaran yang dikaji tidak dapat diterima oleh peserta didik. Maka
dalam hal ini dilihat dari segi materi memang menguntungkan guru tetapi
merugikan anak didik. Maka untuk menciptakan lingkungan Active learning
tidak akan tercapai dengan demikian peran guru sangat berpengaruh.129
Dari penjelasan beberapa factor yang mempengaruhi pembelajaran
dengan program full day school ini, aktifitas yang dilakukakan oleh peserta
didik, ada juga aktivitas di luar sekolah dan itu merupakan sisi kehidupan
siswa-siswi sehari-hari, misalnya sholat berjamaah, bermain, belajar
kelompok dan lain-lain.
126
Ibid 127
ibid 128
ibid 129
ibid
55
Biar dalam pelaksanaan ini dapat terlaksana dengan baik maka juga
butuh yang namanya waktu sekolah, waktu sekolah ialah waktu terjadinya
proses belajar mengajar di sekolah, waktu itu dapat pagi, hari, siang,
sore/malam hari. Waktu sekolah juga mempengaruhi belajar siswa.130
Mengenai lama belajar itu sama dengan waktu yang dibutuh kan dalam
pelaksanaan pembelajaran yang terdapat di sekolah dengan program full day
school cukup berbeda selisih waktunya dengan sekolah pada umumnya.
Sekolah umumnya melaksanakan proses belajar mengajar di sekolah sekitar 5
sampai 6 jam berubah menjadi 8 sampai 9 jam. Full day school merupakan
model sekolah umum yang memadukan system pengajaran islam secara
intensif yaitu memberi tambahan waktu khusus untuk pendalaman keagamaan
siswa. Contoh lama belajar di sekolah dengan system Full day school Sebagai
berikut :
Lama belajar di sekolah system full day school
SD : 07 : 00-16 : 00
SMP : 07 : 00-16 : 00
SMA : 07 : 00-16 : 00
4. Tujuan dan target full day school
Mengupayakan terpadu nya aspek pengetahuan dan keterampilan
dengan sikap yang baik dan islami, sehingga terbentuk generasi Berakhlaqul
karimah dan berprestasi akademis tinggi. Untuk dapat tercapai tujuan tersebut
maka sekolah-sekolah swasta yang memberlakukan kegiatan pembelajaran
sehari penuh (full day school) dengan tujuan untuk meningkatkan mutu, tidak
bisa dilakukan secara instan, tapi butuh proses panjang.131
Untuk itu
penerapan program full day school perlu mempertimbangkan berbagai aspek
lingkungan pendidikan agar dapat tercapainya tujuan pembelajaran yang
efektif dan menyenangkan.
Mengenai penerapan system full day school dalam lingkungan
pendidikan ada beberapa yang harus memperhatikan jenjang pendidikan
130
Ibid,. hlm 68 131
www.penapendidikan .com di akses pada hari rabu tgl 9 sep 2010
56
formal biar dalam pelaksanaan pembelajaran dengan model full day school
dapat berjalan dengan maksimal.
Penerapan full day school harus memperhatikan juga jenjang dan jenis
pendidikan, selain kesiapan fasilitas, kesiapan seluruh komponen di sekolah,
kesiapan program-program pendidikan. Seperti kita ketahui bahwa di
Indonesia jenjang pendidikan formal dibagi menjadi :
Padu (pendidikan usia dini) / Play Group, diperuntukkan bagi anak-anak
usia dini yaitu 3-4 tahun;
TK (Taman Kanak-Kanak), diperuntukkan bagi anak usia 4-6 tahun;
SD (Sekolah Dasar), diperuntukkan bagi anak usia 7-12 tahun;
SLTP (Sekolah Menengah Pertama), bagi anak usia 13-15 tahun;
SLTA (Menengah Atas), bagi anak usia 15-18 tahun.
Kemudian jika dilihat dari pengelolaannya maka ada sekolah yang
dikelola oleh Depdiknas dan sekolah yang dikelola oleh Departemen Agama
seperti Salafiah, Madrasah Ibtidaiah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah
Aliyah. Sekolah-sekolah ini jelas memiliki ciri khas yang beda dengan sekolah
umum/Diknas, antara lain pada prosentase muatan pendidikan agama serta
kultur di sekolah. sedangkan pada tingkat Sekolah Menengah Umum (SMA)
adalah membentuk pribadi yang memiliki kecerdasan intelektual, pengetahuan
dan lain sebagainya.132
Atas dasar perbedaan jenjang dan jenis pendidikan diatas, maka sudah
seharusnya penerapan konsep full day school memperhatikan perbedaan-
perbedaan tersebut. Anak-anak usia SD dan SMP adalah usia-usia dimana
porsi bermain tentu lebih banyak dari pada belajar. Maka ”bermain dan
belajar” akan sangat cocok bagi mereka. Jangan sampai konsep full day school
merampas masa-masa bermain mereka, masa-masa dimana mereka harus
belajar berinteraksi dengan sesama, berinteraksi dengan orang tua, berinteraksi
dengan sanak saudara, serta berinteraksi dengan lingkungan disekitar tempat
tinggalnya. Jangan sampai full day school menjadikan mereka tidak mengenal
132
Cak Sukur “Full Day School Harus Proposional”
http://caksukur.blogspot.com/2007/03/fullday-school-harus-proporsional.html. Diambil 24 April
2010
57
anak-anak sebayanya di sekitar rumahnya, jangan sampai menjadikan anak
tidak mengenal disekitar keluarganya. Karena mereka harus berada di sekolah
sejak 6.30 pagi sampai 15.00 sore, bahkan jika jarak antara sekolah dan rumah
cukup jauh maka mereka sampai rumah sudah menjelang magrib.133
Penerapan konsep full day school tentunya berbeda lagi untuk jenjang
Sekolah Menengah Atas (SMA). Siswa SMA dituntut untuk memiliki
Academic Skill, maka full day school harus banyak digunakan untuk
mengeksplorasi atau membuktikan teori-teori yang telah mereka pelajari,
sehingga mereka akan memiliki tingkat pengetahuan akademik yang tinggi
dan siap untuk memasuki jenjang pendidikan tinggi.134
Bagi SMA tingkat
keberhasilannya adalah diukur dari seberapa besar siswanya yang dapat
memasuki Perguruan Tinggi ternama, baik negeri atau swasta.
Sekolah yang telah menerapkan konsep full day school
memperhatikan kesiapan-kesiapan seluruh komponen pendidikan di sekolah,
mulai dari sarana prasarana, kesiapan guru, staff, karyawan, sampai pada
kesiapan program-program (content) dari full day school itu sendiri. Tentu ini
dengan berbagai alasan, karena kebijakan otoritas pendidikan, bukan karena
ikut-ikutan trend, sampai pada orientasi sebuah proyek pengembangan
pendidikan.135
Untuk itu, sekolah yang melaksanakan full day school perlu
mempertimbangkan, antara lain, (1) kesiapan atau ketersediaan prasarana-
sarana dan kesiapan fisik lainnya; (2) pola manajemen sekolah (MBS); (3)
penerapan pembelajaran berciri pembelajaran aktif, Inovatif, kreatif, efektif,
dan menyenangkan (PAIKEM); (4) memahami pengaruh perubahan pola
belajar dan pola hidup siswa; serta (5) melakukan sosialisasi kepada orang tua
dan masyarakat. Dengan penerapan full day school perlu memperhatikan juga
kenyamanan siswa dalam melaksanakan pembelajaran dan kenyamanan orang
tua/masyarakat dalam menyerahkan kepercayaan sepenuhnya kepada sekolah
133
Ibid. 134
Ibid. 135
Ibid.
58
untuk memaksimalkan seluruh potensi siswa serta mengefektifkan waktu
belajarnya.136
136
http://www.klubguru.com/view.php?subaction=showfull&id=1222043175&archive=&
start_from=&ucat=4& rabu 23 sept 2010 jam 10 : 28
BAB III
MANAJEMEN PEMBELAJARAN FULL DAY SCHOOL
DI SMP ISLAM HIDAYATULLAH SEMARANG
A. Kondisi Umum SMP Islam Hidayatullah
1. Sejarah Berdiri dan Perkembangan SMP Islam Hidayatullah
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Islam Hidayatullah Semarang
merupakan sekolah swasta bernuansa Islami yang berada di bawah naungan
Lembaga Pendidikan Islam Hidayatulah (LPIH). LPIH adalah Yayasan Abul
Yatama yang diprakarsai oleh Hasan Toha Putra yang sekarang sekaligus
menjadi ketua yayasan.
Yayasan ini berdiri di Semarang pada 27 Juli 1984 yang awalnya
dengan memberikan santunan kepada anak-anak yatim muslim. Dalam
perkembangannya pada 15 Mei 1988 Yayasan Abul Yatama secara
musyawarah mufakat serta adanya dukungan dan kepercayaan umat Islam,
mendirikan Lembaga Pendidikan Islam yang berkedudukan di Jl. Durian
Selatan 1/6 Srondol Semarang. Hingga saat ini LPIH telah memiliki beberapa
satuan pendidikan/institusi pendidikan. Mulai dari KB (Kelompok Bermain),
TK (Taman Kanak-Kanak), SD, SMP dan SMA, yang kesemuanya berbasis
Islami.
Secara umum Lembaga Pendidikan Islam Hidayatullah didirikan
dengan dorongan untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan. SMP Islam
Hidayatullah Semarang secara legal formal berdiri sejak dikeluarkannya SK
(Surat Keputusan) Kakanwil Depdiknas Provinsi Jawa Tengah No.
903/I.03/I/1996 tertanggal 2 Juli 1996. Sekolah ini mulai menerima siswa baru
pada awal tahun pelajaran 1996/1997. Sekolah ini mengalami perkembangan
yang cukup pesat. Dimulai pada saat penerimaan siswa tahun I (pertama)
diterima 20 siswa kelas 1. Mereka dibimbing oleh 5 orang guru dibantu 3
orang karyawan (terdiri dari 1 TU dan 2 tenaga kebersihan). Hingga saat ini
SMP Islam Hidayatullah sudah memiliki 340 siswa yang terbagi atas 11 kelas
dan dibimbing oleh 48 orang guru, dibantu 13 karyawan yang terdiri atas: 4
57
58
karyawan TU, 4 karyawan kebersihan, 1 pustakawan, 1 laboran dan 3 personil
keamanan.1
SMP Islam Hidayatullah ini bertujuan meletakkan dasar-dasar
pendidikan secara menyeluruh dan seimbang antara aspek ruhiyah, aqliyyah,
dan jasadiyyah yang meliputi dzikir, fikir dan ikhtiar; kognitif, afektif, dan
psikomotorik; individu, keluarga, dan masyarakat; imtak dan iptek; ayat
qauliyah dan kauniyah; kepentingan dunia dan akhirat; serta berusaha
mendidik tunas-tunas agama, bangsa dan negara untuk menjadi kader yang
memiliki kriteria: lurus akidahnya, benar ibadahnya, baik akhlaknya, sehat
badannya, optimal daya pikirnya, mandiri dalam hidupnya, terstruktur
aktivitas nya, serius dalam beramal, menghargai waktu, dan bermanfaat bagi
sesama.2
Sebagai sekolah yang berciri khas Islam terpadu, SMP Islam
Hidayatullah menawarkan program pendidikan yang pada umumnya sangat
diperlukan dalam membentuk peserta didik berakhlak mulia sesuai dengan
ajaran agama Islam. Dalam proses belajar mengajar didukung dengan fasilitas
ruang kelas yang representatif, aula, laboratorium matematika, komputer,
sains, ruang media, perpustakaan, kantin, masjid, dan lapangan olah raga yang
semuanya berfungsi untuk memperlancar pembelajaran.3
Untuk pengembangan pendidikan dan berjalannya proses
pembelajaran, SMP Islam Hidayatullah menggunakan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) dari Departemen Pendidikan Nasional (Diknas)
dan kurikulum PAI. Materi kurikulum mengadopsi dari Diknas dan proses
pengalamannya mengacu pada kurikulum Departemen Agama. Artinya
sekolah ini bermaksud menyedikitkan materi dan memperbanyak pengamalan.
2. Letak Geografis SMP Islam Hidayatullah
SMP Islam Hidayatullah menempati gedung mandiri yang secara
geografis terletak di Jalan Cemara Raya No. 290 Kelurahan Padangsari
1 http://lpi-hidayatullah.com, di downlode pada hari Rabu 17 Desember 2010.
2 Dokumen tentang profil SMP Islam Hidayatullah Semarang yang berisi identitas
Sekolah dalam lampiran 1, hlm. 1. 3 Fasilitas selengkapnya lihat pada lampiran.
59
Kecamatan Banyumanik Kota Semarang (50267) Telp. (024) 7470194; Fak.
(027) 7475606.
3. Visi, misi dan tujuan serta Indikator Keberhasilan SMP Islam
Hidayatullah
a. Visi SMP Islam Hidayatullah
“Membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.
yang disertai dengan penguasaan ilmu pengetahuan yang tinggi dan kukuh
berikhtiar”
b. Misi SMP Islam Hidayatullah
1. Memberikan fasilitas yang memadahi bagi usaha pengembangan SDM
(guru, siswa, karyawan dan pengurus yayasan) sebagai pengamalan
ajaran agama Islam, khususnya dalam hal keimanan , ketakwaan dan
ikhtiar yang mendasari penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni.
2. Meningkatkan pengetahuan dan kreativitas sehingga mencapai derajat
pengetahuan yang tinggi dan dapat membentuk SDM yang unggul,
yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah Subhanahu
Wata’ala, yang selalu berorientasi kepada-Nya dalam setiap
aktivitasnya.
3. Mendorong kebersamaan antara masyarakat, orang tua murid, siswa,
guru, karyawan dan pengurus yayasan.
4. Mendorong perbaikan berkelanjutan (continuous improvement) sebagai
manifestasi dari pengamalan iman dan takwa, penguasaan iptek dan
ikhtiar sehingga menjadi pelopor dalam berbagai bidang.4
c. Tujuan SMP Islam Hidayatullah
1. Meletakkan dasar-dasar pendidikan secara proporsional, utuh,
menyeluruh, dan seimbang antara aspek: ruhiyah, akliyah, dan
jasadiyah; dzikir, fakir dan ikhtiar; kognitif, afektif dan psikomotorik;
individu, keluarga, dan masyarakat; imtaq dan iptek; ayat qauliyah dan
khauniyah; kepentingan dunia dan akhirat.
4 Dokumen SMP Islam Hidayatullah Semarang tentang Visi dan Misi. Hlm 2
60
2. Berusaha mendidik tunas-tunas agama, bangsa dan Negara untuk
menjadi kader yang memiliki kriteria: (1) lurus akidahnya, (2) benar
ibadahnya, (3) baik akhlaknya, (4) sehat badannya, (5) optimal daya
pikirnya, (6) mandiri dalam hidupnya, (7) terstruktur aktivitasnya, (8)
serius dalam beramal, (9) menghargai waktu, dan (10) bermanfaat bagi
sesama.
d. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan harus ditetapkan agar tahapan menuju
pencapaian visi, misi dan tujuan dapat dikontrol dan dimonitor
keberhasilannya. Indikator terwujudnya visi, misi dan tujuan sekolah
diantaranya adalah:
1. Iman dan taqwa. a) Berasas/berakidah Ahli Sunnah Wal jama’ah b)
Mengerjakan ibadah-ibadah wajib dengan ikhlas dan sesuai dengan
syari’at yang telah ditentukan serta dapat menjadi teladan bagi orang-
orang di lingkungannya. c) Menjalankan ibadah sunnah yang mudah
dilaksanakan dengan ikhlas dan sesuai dengan syari’at. d) Dapat
membaca Al-Qur’an dengan tartil. e) Dapat menghafal dan
menterjemahkan beberapa ayat Al-Qur’an dan Hadis. f) Patuh terhadap
orang tua dan guru. g) Hormat terhadap yang lebih besar (tua) dan
sayang terhadap yang lebih kecil. h) Tidak menimbulkan keresahan
sosial di manapun ia berada. i) Lain-lain dirumuskan kemudian.
2. Ilmu yang tinggi. a) Dengan menapaktilasi pendidikan Islam murni
yang telah dimulai sejak risalah pertama (Nabi Adam) hingga risalah
terakhir (Nabi Muhammad SAW), siswa, guru, karyawan dan
pengurus yayasan yang memiliki pemahaman agama Islam dengan
baik (Tafaquh Fiddin). b) Proses belajar mengajar (PBM) berjalan
sesuai standar atau bahkan di atas standar. c) Sering menjadi juara
dalam hal penunjukan pengetahuan dan ketrampilan. d) Siswa lulus
100% dengan nilai rata-rata 7,5 ke atas. e) Memiliki sarana belajar
yang memadahi. f) Alumni melanjutkan ke SMA favorit atau yang
61
sederajat atau melanjutkan ke SMA Hidayatullah. g) Lain-lain
ditentukan kemudian.
3. Kukuh Berikhtiar/Etos Kerja. a) Istiqomah dalam beriman, bertaqwa
dan bertawakal kepada Allah SWT. dan selalu berorientasi kepadanya.
b) Sekolah sebagai lembaga pendidikan fitrah yang mengutamakan
kualitas dalam berbagai hal. c) Memberikan pelayanan kepada pihak
lain dengan sebaik-baiknya dan adil, seperti informasi, konsultasi dan
lain-lain. d) Tingkat absensi siswa, guru dan karyawan rendah. e)
Tugas/PR dikerjakan dengan lebih baik. f) Senang melakukan kegiatan
dan bekerja. g) Menghargai budaya/tradisi kerja dengan tidak
membedakan macam pekerjaan tetapi lebih menekankan pada
kemauan bekerja dan penghargaan terhadap waktunya. h) Menjadi
partner bahkan parameter bagi sekolah-sekolah Islam di kota
Semarang, Jawa Tengah bahkan di Indonesia. i) Menjadi sekolah
alternative masa kini dan dambaan umat untuk membangun kembali
kebesaran peradaban Islam di masa silam.
B. Manajemen Pembelajaran Full day school di SMP Islam Hidayatullah
1. Latar Belakang
SMP Islam Hidayatullah menggunakan sistem full day school
dimaksudkan untuk memaksimalkan waktu yang dipunyai anak sehingga
waktu yang ia punya itu bisa sepenuhnya digunakan untuk belajar. Tak ada
waktu yang terbuang sia-sia hanya untuk bermain-main. Banyak sekali siswa
sekarang yang suka nongkrong di pinggir jalan raya, menghabiskan waktunya
untuk bermain play station, jalan-jalan ke mall atau tempat wisata lainnya
selepas pulang dari sekolah. Biasanya mereka menghabiskan waktu karena
tidak hal lain yang bisa dikerjakan selepas pulang dari sekolah. Sehingga
banyak dari mereka yang kurang mampu memanfaatkan waktu luangnya itu
untuk kegiatan hal-hal yang positif yang berhunbungan dengan tugasnya
sebagai siswa atau pelajar. Padahal yang namanya siswa itu hanya punya satu
tugas pokok yaitu belajar dengan baik.
62
Pemandangan sosial semacam ini sudah menjadi umum terlihat baik di
daerah perkotaan atau juga daerah pedesaan kampung. Pemandangan
semacam itu terlihat karena anak tidak mendapatkan dampingan yang penuh
dalam ia memanfaatkan waktu luangnya itu setelah pulang dari sekolah
mereka. Dan biasanya orang tua pun tak berdaya ketika harus membimbing
memberikan materi pelajaran yang berkaitan dengan kurikulum yang ada di
sekolah. Padahal waktu yang terbuang percuma yang hanya untuk bermain-
main itu sangat berguna untuk menunjang pembelajaran materi mereka di
sekolah. Dan tentu hal tersebut akan menjadi kebiasaan mereka di hari tua
yang suka bersantai-santai dan membuang waktu yang berharga hanya untuk
bersenang-senang tanpa ada kegiatan yang produktif. Adanya hal demikian ini
yang menyebabkan SMP menerapkan sistem full day school.
Di samping itu banyaknya materi yang diajarkan di SMP Islam
Hidayatullah juga ikut memberikan alasan kenapa harus dilakukan sekolah
sistem full day. Menurut Kepala Sekolah Muhamad Nuh, ”Jumlah pelajaran
yang ada di SMP Islam Hidayatullah itu lebih banyak dari pada jumlah
pelajaran yang ada di sekolah lain. Bahkan jumlah mata pelajaran di Madrasah
Tsanawiyah (MTs) sekalipun masih kalah banyak dengan yang ada di
Hidayatullah. Sehingga kami perlu menambahkan jam pelajaran pada siswa.
Siswa pukul 07.00 pagi harus sudah sampai di sekolahan dan pukul 15.00 sore
atau setelah sholat Ashar berjamaah anak baru boleh pulang.”5
Adanya penambahan jam pelajaran Matematika yang semula 4 jam
pelajaran sesuai dengan struktur SNP ditambah 1 jam menjadi 5 jam pelajaran
juga menambah daftar pertimbangan kenapa SMP Islam Hidayatullah harus
menerapkan pembelajaran full day school. Jam pelajaran Matematika ini
ditambah disebabkan adanya factor-faktor. Yaitu penambahan materi-materi
penerapan ilmu Matematika dalam kehidupan sehari-hari dan digunakan untuk
penambahan metode drill dalam mengerjakan soal. Selain Matematika jam
pelajaran yang juga mendapat tambahan jam adalah mata pelajaran Ilmu
5 Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah SMPI Hidayatullah Semarang
pada Senin 13 Desember 2010 di ruang kerjanya.
63
Pengetahuan Alam. Pelajaran yang semula 4 jam ditambah 1 jam menjadi 5
jam seperti halnya penambahan pada jam Matematika. Penambahan jam
pelajaran IPA ini disebabkan factor yang antara lain adanya penambahan
indicator ketercapaian pemeblajaran pada siswa dan banyaknya waktu yang
diperlukan untuk melakukan kegiatan praktikum.
Pertimbangan lain yang juga mendukung diadakannya full day di SMP
Islam Hidayatullah adalah banyaknya muatan pendidikan agama dalam
struktur kurikulum yang dikembangkan. Kurikulum khusus yang
dikembangkan yaitu membiasakan praktik sholat jama’ah dan juga sholat
sunnah. Setiap siswa diwajibkan menjalankan dan mengikuti dzikir pagi,
sholat sunnah dhuha, sholat sunnah qobliyah dan bakdiyah.6 Semua kegiatan
ini diselenggarakan di luar struktur kurikulum sehingga juga membutuhkan
waktu yang lama. Adapun tambahan mata pelajaran Agama Islam diberikan
kepada siswa SMP Islam Hidayatullah adalah sebagai berikut:
Gambar 1
Tabel Komponen Pendidikan Agama SMP Islam Hidayatullah
NO. KOMPONEN KELAS
KETERANGAN VII VIII IX
1. Al-Quran Hadits 1 1 1
2. Aqidah Akhlaq 1 1 1
3. SKI 1 1 1
4. Bimbingan Baca Al-
Quran
5 3 2 Dibuat 4 x
pertemuan dalam
setiap pekan
5. Pembiasaan Ibadah
Wajib
5 5 5 Sholat Jamaah,
Dzikir, dan Doa
bakda sholat
6. Pembiasaan Ibadah
Sunnah
5 5 5 Sholat Dhuha,
Dzikir Pagi, dan
Tilawah Al-Quran
JUMLAH 18 16 15
Sumber: dokumen KTSP SMP Islam Hidayatullah tahun pelajaran 2009/2010
6 Berdasarkan hasil studi dokumentasi dokumen KTSP SMP Islam Hidayatullah
Semarang tahun akademik 2009/2010.
64
Pada awalnya SMP Islam Hidayatullah ini mengaplikasikan sistem
belajar biasa bukan sekolah sepanjang hari. Namun karena permintaan dari
orang tua dan juga pertimbangan dari pihak yayasan akhirnya bersepakat
menjalankan sistem full day ini. Mulanya banyak yang ragu apakah sistem ini
akan berhasil dengan baik karena banyaknya tugas baru dan sistem
pembelajaran baru yang harus dilakukan oleh para guru ataupun oleh para
siswa itu sendiri. Berkat keyakinan dan kerja keras dari semua pihak akhirnya
lembaga ini mampu mewujudkan tantangannya dalam melakukan inovasi di
tubuh lembaga yang berpusat di Jawa Timur itu.
Sekolah yang berawal dari kegiatan pembelajaran al-Quran ini
semakin lama semakin maju dan banyak diminati oleh masyarakat. Dan ia
menjadi pionir dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran berbasis full
day ini di Semarang. ”Kami yang pertama mengawali sekolah dengan sistem
semacam ini. Banyak lembaga pendidikan yang akhirnya mengadopsi sistem
yang kami kembangkan dengan sepenuh tenaga, pikiran, serta biaya ini.
Sekolah yang ikut ’menyontek’ sistem kami seperti Nasima,” tandas kepala
sekolah.
Lembaga yang beralamat di Jalan Cemara Raya No. 290 Banyumanik
Semarang mengawali kegiatan pembelajarannya dengan pembelajaran al-
Quran untuk anak-anak. Kemudian berkembang ke TK, SD, SMP, dan SMA
seperti sekarang ini. Dan semua tingkat pendidikan itu Lembaga Pendidikan
Islam Hidayatullah selalu mampu menjadi yang terbaik. Para masyarakat pun
banyak yang mempercayakan putera-puterinya untuk bersekolah di
Hidayatullah. Semua jenjang pendidikan di Hidayatullah menerapkan sistem
full day school.
Ada satu kutipan pernyataan menarik yang dilontarkan DR. Dr. Rofiq
Anwar selaku wali murid siswa SMP Islam Hidayatullah, ”Saya memasukkan
anak saya di SMP Islam Hidayatullah karena sekolah ini tidak hanya
mentransfer ilmu tapi juga mendidik dan membina yang disertai dengan
contoh teladan yang nyata dari para tenaga pengajarnya dan para staff yang
bekerja di situ.” Beliau juga menambahkan, ”SMP Islam Hidayatullah itu
65
lengkap kurikulum agamannya dan kurikulum umumnya. SMP Islam
Hidayatullah memang sangat berkualitas.”7
Ungkapan wali murid di atas tidak Cuma isapan jempol belaka.
Sekolah bernuansa Islami ini memang mampu berprestasi baik pada bidang
akademik maupun non akademik. Di bidang akademik siswa SMP Islam
Hidayatullah setiap tahunnya berhasil meluluskan Ujian Akhir Nasional
(UAN) siswanya secara 100%. Tidak ada satu siswa pun yang tidak lulus
UAN. Ini menjadi bukti yang valid kalau SMP Islam Hidayatullah memang
betul-betul berkualitas. Untuk wilayah Semarang nilai rata-rata UAN siswanya
selalu menempati urutan sepuluh besar dari total SMP/Mts baik yang negeri
maupun yang swasta. Dan itu sudah berjalan bertahun-tahun sejak pemerintah
mengeluarkan standar kelulusan siswa sekolah yang mengacu pada nilai rata-
rata hasil Ujian Akhir Nasional.
Untuk bidang non akademik siswa SMP Islam Hidayatullah mampu
menjuarai berbagai ajang lomba seni dan olah raga. Siswanya sudah sering
mendapatkan merebut piala baik di tingkat kecamatan, kabupaten, atau juga
tingkat provinsi Jawa Tengah. Mereka bahkan ada juga yang menjadi juara di
tingkat nasional.8 Suatu prestasi yang luar biasa untuk sekolah yang
memadukan kurikulum pendidikan umum dan muatan pendidikan agama
Islam ini. Diakui atau tidak prestasi yang prestasi berkat kerja keras dari
semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan pendidikan di dalamnya.
Kepala sekolah menegaskan prestasi semacam itu dijadikan
tolok/standar ukur bagi keberhasilan pembelajaran yang kita terapkan selama
ini. Indikator dari kesuksesan sistem full day school yang sudah dijalani. SMP
Islam Hidayatullah melakukan sistem pembelajaran full day ini sudah lama
sekali. Dalam perjalanannya hingga hari ini menurut Muhammad Nuh
sebetulnya masih banyak kendala yang terjadi. Akan tetapi seiring berjalannya
waktu masalh itu terselesaikan dengan baik.
7 Berdasarkan hasil studi dokumentasi profil selebaran Lembaga Pendidikan Islam
Hidayatullah tahun pelajaran 2010/2011. 8 Lihat daftar prestasi siswa SMP Islam Hidayatullah selengkapnya pada lampiran.
66
SMP Islam Hidayatullah dalam melancarkan program full day
membutuhkan tenaga ekstra dan biaya yang cukup banyak. Hal ini terlihat
ketika para guru harus mau pulang mengajar sampai pukul 15.00 sore. Selain
frekuensi yang begitu panjang masih ada tugas berat lagi dari para guru yaitu
bagaimana caranya menghilangkan kejenuhan dan kebosanan siswa dalam
melaksanakan programnya. SMP Islam Hidayatullah menggunakan sistem
pendekatan manajemen yang menarik untuk dibahas dalam mensukseskan
program yang seabrek-nya itu. Bagaimana keunikan manajemen yang
dilakukan, silahkan baca pada keterangan selanjutnya. Semua akan diulas satu
per satu secara mendetail. Berikut tahapan manajemen pembelajaran full day
school yang dilakukan di SMP Islam Hidayatullah.
2. Perencanaan Pembelajaran Full Day
Pada dasarnya dalam manajemen pembelajaan full day dan
pembelajaran biasa itu sama saja. Yang menjadi beda adalah ketika guru harus
berhati-hati dalam merancang desain pembelajarannya. Mengapa harus
berhati-hati karena ketika guru tidak tidak tepat dalam memilih media,
metode, sumber belajar, dan tidak mampu menguasai kelas dengan baik maka
akan mengurangi kualitas pembelajarannya. Hal ini disebabkan siswa akan
merasa cepat jenuh atau bosan karena intensitas waktu yang begitu panjang
yang harus siswa tempuh dalam kegiatan full day school. Pertimbangan semua
harus selalu diperhatikan oleh guru di SMP Islam Hidayatullah. Jika tidak
maka akan berakibat fatal bagi keberhasilan pembelajaran yang dilakukan.
Dalam merencanakan Pembelajaran, guru SMP Islam Hidayatullah
wajib menyusun PMH (Program Mengajar Harian) dan RPP (Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran). yang disesuaikan dengan materi dari kanwil
disesuaikan dengan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Sekolah) sesuai
kemampuan madrasah dan ditambah dengan kurikulum muatan lokal.9 Seperti
halnya dengan sekolah lain yaitu guru harus menyusun Program Tahunan
9 Wawancara dengan Pak Purnadi Selaku Waka Kurikulum SMPI Hidayatullah
Semarang, tanggal 12 November 2010
67
(Prota), Program Semester (Promes), Kalender Pendidikan (Kaldik), Silabus,
dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Perencanaan pembelajaran yang dilakukan guru akan menetukan
keberhasilan pembelajaran yang dipimpinya. Hal ini didasarkan dengan
membuat sebuah rencana pembelajaran yang baik atau lebih terperinci akan
membuat guru lebih mudah dalam hal penyampaian materi pembelajaran,
pengorganisasian peserta didik di kelas, maupun pelaksanaan evaluasi
pembelajaran baik proses ataupun hasil belajar. Dengan demikian kegiatan
pembelajaran akan terarah dengan rapi dan baik. Berikut penjelasan dari hal-
hal yang perlu guru susun untuk memenuhi kriteria pembelajaran yang ideal.
a. Program Tahunan (Prota)
Program Tahunan merupakan program umum setiap mata pelajaran
untuk setiap kelas. Prota dikembangkan oleh guru mata pelajaran yang
bersangkutan. Rancangan program ini perlu dipersiapkan dan
dikembangkan oleh guru sebelum tahun ajaran baru dimulai. Kira-kira di
Bulan Juli semua guru harus menyusun Prota ini. Ini wajib dilakukan
karena merupakan pedoman bagi pengembang program-program
pembelajaran berikutnya yakni program semester, program mingguan, dan
program harian atau program pembelajaran setiap pokok bahasan.
Di SMP Islam Hidayatullah berlaku semua guru wajib prota ini.
Prota ini diserahkan kepada kepala sekolah bersamaan dengan perangkat
pembelajaran yang lainnya. Seperti Silabus, KKM, Program Semester,
Program Tatap Muka, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Setiap satu
mata pelajaran wajib menyerahkan semua komponen perangkat
pembelajaran di atas tanpa terkecuali. Baik mata pelajaran agama maupun
umum. Komponen perangkat itu dijilid dijadikan satu dan nantinya harus
ditandatangani oleh kepala sekolah dan guru mata pelajaran yang
bersangkutan.
Kepala sekolah SMP Islam Hidayatullah mewajibkan semua guru
agar menyerahkan komponen pembelajaran itu sebelum tahun ajaran
pendidikan baru dimulai. Yaitu pada awal bulan Agustus semua guru
68
sudah harus melengkapi persyaratan itu. Prota ini berisi Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus dikuasai siswa setelah
selesai mengikuti kegiatan pembelajaran. Dan yang menjadi pokoknya
adalah adanya jumlah waktu yang akan dilakukan dalam jangka satu tahun
yang akan datang. Berapa kali tatap muka bisa dilakukan di dalam satu
tahun itu. Alokasi waktu juga masuk di dalamnya.10
b. Program Semester
Program semester berisikan garis-garis besar mengenai hal-hal
yang dilaksanakan dan dicapai dalam satu semester tersebut. Program
semester ini merupakan penjabaran dari program tahunan. Pada umumnya
semesteran ini berisikan tentang bulan, pokok bahasan yang akan
disampaikan, waktu yang akan direncanakan, dan hal-hal berisikan tentang
kompetensi dasar, pokok materi, indikator keberhasilan belajar,
pengalaman belajar yang akan dicapai, alokasi waktu dan sistem penilaian
sumber, bahan, alat belajar sudah termasuk dalam Prota. Pada program
semester juga guru PAI belum membuat program semester, walaupun
ditargetkan oleh Waka Kurikulum dalam waktu dekat harus sudah jadi.11
Program Semester menjadi penting karena memuat kapan waktu
akan diadakan pertemuan tatap muka, juga memuat kapan ulangan harian
akan dilakukan, dan kapan ujian tengah semester dan ujian akhir semester.
Sehingga akan kelihatan pada pecan ke berapa dan pada bulan apa
pertemuan suatu materi tertentu akan diadakan. Dengan demikian guru
sudah mengetahui waktunya. Prota ini akan menuntun guru dalam
melaksanakan program pembelajaran.
c. Kalender Pendidikan
Kalender pendidikan di SMP Islam Hidayatullah dibuat oleh pihak
sekolah hasil musyawarah kerja dari tim pengembang kurikulum. Dalam
kalender pendidikan di SMP Islam Hidayatullah ditentukan atas dasar
10
Wawancara dengan Drs. Purnadi Selaku Waka Kurikulum SMPI Hidayatullah
Semarang,, Tanggal 26 Novmber 2010 11
Wawancara dengan Drs. Purnadi Selaku Waka Kurikulum SMPI Hidayatullah
Semarang,, tanggal 13 November 2010
69
efisiensi dan efektifitas kegiatan belajar mengajar. Seperti halnya sekolah
biasa yang lain di SMP Islam Hidayatullah Kaldik (Kalender Akademik)
menjadi salah satu perangkat pembelajaran yang harus dipenuhi guru
dalam pelaksanaan pembelajaran. Kaldik akan menjadi pedoman dalam
menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran.
d. Silabus
Semua mata pelajaran yang diajarkan dalam sekolah biasa ataupun
sekolah berbasis full day wajib menghadirkan silabus. termasuk juga
silabus yang disusun untuk pembelajaran mata pelajaran PAI. Guru PAI
SMP Islam Hidayatullah semua menyerahkan silabus ini bersama
perangkat pembelajaran yang lain. Pada dasarnya mata pelajaran PAI di
SMP Islam Hidayatullah dituntut untuk mampu secara baik karena sekolah
ini bernuansa Islam. Sebagai pengembang kurikulum harus memiliki
kreatifitas dalam mengembangkan materi dan kompetensi dasar setiap
pokok bahasan sesuai dengan kompetensi yang dimiliki peserta didik dan
pengembangan lingkungan sekitar. Dalam merencanakan pengembangan
silabus setiap guru melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Mengembangkan Indikator
2. Mengidentifikasi materi ajar atau materi pokok
3. Mengembangkan kegiatan pembelajaran
4. Pengalokasian waktu
5. Pengembangan penilaian menentukan sumber atau bahan atau alat
Semua guru di SMP Islam Hidayatullah dalam menentukan sumber
belajar itu memiliki teknis yang khusus. Karena SMP Islam Hidayatullah
mengharuskan semua guru untuk menyelenggarakan pembelajaran yang
meyenangkan (joyfull learning/fun learning). Ini karena pengaruh dari
sistem full day yang diterapkan. Kepala sekolah sangat jeli dan cermat
untuk meneliti metode dan sumber belajar yang akan dipakai pada saat
pembelajaran siswa. Jika sekiranya ada sumber belajar yang kurang
mendukung terlaksananya joyfull learning maka kepala sekolah tidak akan
segan-segan menegur guru.
70
Kepala sekolah menyarankan kepada semua guru SMP Islam
Hidayatullah agar memanfaatkan sumber belajar yang bervariatif dan
kontemporer. Kepala sekolah tidak menginginkan jika guru menggunakan
sumber belajar yang monoton dan tekstualis atau sumber bacaan yang
berisi teks an sich. Setidaknya menurut kepala guru bisa memanfaatkan
sumber belajar yang bisa menggairahkan semangat belajar siswanya.
Dengan kata lain guru menggunakan sumber yang tidak biasa-biasa saja.
Seringkali guru menggunakan sumber belajar seperti koran, majalah,
internet, manuskrip kuno, atau yang lainnya. Menurut kepala sekolah
sumber-sumber tersebut merupakan hal baru dan unik yang tidak semua
guru di sekolah pada umumnya bersedia memakai sumber tersebut.
Bahkan kepala sekolah akan mendukung jika sumber belajar yang
dugunakan seperti museum, kondisi riil objek materi pembelajaran seperti
berkunjung ke bank, pasar, kantor pemerintahan. Sehingga pembelajaran
yang dilakukan itu memang betul-betul mendeskripsikan hal yang tadinya
abstrak menjadi konkrit dan nyata. Dengan demikian siswa akan
mendapatkan pengalaman belajar yang menyenangkan dan tentunya akan
mempercepat pemahaman siswa. Sejauh ini siswa SMP Islam
Hidayatullah telah melakukan kunjungan belajar (field trip).
Pemanfaatan alat, bahan, dan sumber belajar yang bervariatif
bertujuan untuk menciptakan pembelajaran yang tidak menjenuhkan dan
membosankan bagi siswanya. Kepala sekolah mengingatkan semua guru
jangan sampai anak merasa bosan dan jenuh terhadap kegiatan
pembelajaran yang dilakukannya. Apalagi sampai mengakibatkan tekanan
pikiran yang serius karena ini akan berdampak pada meningkatnya frustasi
siswa dan menjadikannya tidak betah untuk meneruskan pendidikannya di
SMP Islam Hidayatullah.
e. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran guru
melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
71
1. Mengidentifikasi dan mengelompokkan kompetensi yang ingin dicapai
setelah proses pembelajaran.
2. Mengembangkan materi yang akan diajarkan
3. Menentukan metode yang akan dipakai dalam pembelajaran sesuai
dengan mata pelajaran
4. Merencanakan penilaian, yang meliputi aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Dalam menyusun RPP ini semua guru diharapakan memilih
metode pembelajaran yang berbasis fun learning. Hal ini bertujuan untuk
menghindari kejenuhan, kebosanan, dan kelelahan siswa karena harus
mengikuti jam pembelajaran yang sangat panjang. Siswa belajar setiap
harinya selama 9 jam per hari. Siswa berangkat pukul 07.00 dan pulang
pukul 15.30. Padahal yang berlaku di sekolah umum hanya sekitar 7 jam
dalam sehari. Dan ini yang menjadi tugas keseharian para guru untuk
memaksimalkan kualitas pembelajaran meskipun waktu yang dilakukan
itu sangat lama.
Di sinilah perbedaan yang mendasar antara sekolah biasa dengan
sekolah yang berbasis full day. Di mana metode yang dipilih itu jangan
sampai menjenuhkan, membosankan, melelahkan, dan membuat frustasi
siswa. Kalau dalam sekolah biasa guru tidak begitu tertuntut untuk
mengadakan pembelajaran fun learning karena siswa tidak berpotensi
mengalami kelelahan, kebosanan, kejenuhan, dan frustasi seperti halnya
sekolah full day.
3. Pelaksanaan Pembelajaran Full Day
Kepala sekolah menceritakan sejatinya melaksanakan rencana dengan
baik itu lebih sulit dari pada menyusun perencanaan yang matang. Dan dalam
pelaksanaan itu terkadang jauh melenceng dari yang ada dalam konsep
perencanaan yang disusun. Perbedaan itu disebabkan oleh banyak faktor
pastinya. Bisa saja memang dari guru itu sendiri merasa enggan melaksanakan
sesuai rencana atau mungkin ada faktor lain yang menyebabkan rencana tidak
bisa direalisasikan dengan sempurna. Begitu juga yang terjadi pada
72
perencanaan pendidikan ini. Contoh kasus, penerapan metode pembelajaran
yang diterapkan guru di dalam kelas itu berbeda dengan yang tertulis di dalam
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Dan sebetulnya ini adalah masalah yang
vital.
Oleh karena itu Muhammad Nuh selalu berkeliling ke dalam kelas
untuk mengawasi dan mengkontrol kinerja pembelajaran guru. Meski terkesan
aneh dan terkesan memaksa namun diakui kepala sekolah bahwa itu memang
hal yang terbaik demi terciptanya pembelajaran yang berkualitas baik. Pada
intinya kepala sekolah melakukan supervisi pendidikan secara terus menerus
dan berkelanjutan setiap harinya.
Yang menjadi objek pengamatan kepala sekolah adalah ketika terjadi
masalah yang berkaitan dengan tidak sesuainya pelaksanaan pembelajaran di
kelas yang dilakukan oleh guru dengan rencana yang telah disusun dalam RPP
maka ia akan segera menegur langsung di tempat pada waktu itu juga. Selain
itu kepala sekolah juga selalu memastikan apakah kegiatan pembelajaran itu
apakah sudah menyenangkan bagi siswa atau belum. Jika belum berarti kepala
sekolah akan mengingatkan guru untuk mengubah pendekatan yang dipakai
dalam kegiatan pembelajarannya.
Ada hal lagi yang diperhatikan oleh kepala sekolah yaitu mengontrol
kedisplinan siswa. Seperti pengenaan seragam, aturan penampilan, absensi
siswa, sikap siswa, dan pemberlakuan tata tertib sekolah yang telah ditetapkan.
Sehingga kepala secara langsung juga ikut ambil bagian dalam menjaga mutu
pembelajaran siswa meskipun tidak secara langsung mengambil alih tugas
guru di dalam kelas. Di SMP Islam Hidayatullah peserta didik di wajibkan
mengenakan seragam sebagai berikut. Hari Senin sampai dengan Selasa siswa
mengenakan seragam biru putih. Hari Rabu sampai dengan Kamis siswa wajib
mengenakan pakaian batik almamater. Adapun hari Jumat sampai dengan
Sabtu semua siswa memakai kostum pramuka lengkap dengan atributnya.
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara pendidik
dengan lingkungannya tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan
lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik,
73
Proses pembelajaran PAI di kelas walaupun masih gaduh tetapi guru PAI
dapat mengendalikan situasi kelas sehingga pembelajaran tetap berjalan
dengan baik, kondusif dan menyenangkan.12
Pelaksanaan pembelajaran sangat erat kaitannya dengan peran guru
dalam pembelajaran di kelas, yang akan menentukan tercapainya tujuan
pembelajaran atau belum. Dalam pelaksanaan pembelajaran ini meliputi
pengorganisasian pembelajaran dan pengelolaan guru dalam proses
pembelajaran di kelas.
a. Pengelolaan kelas dan peserta didik
Pengelolaan kelas dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan latar
belakang peserta didik yang berbeda-beda, hanya saja dalam penataan
meja kursi masih menggunakan pola konvensional, dimana guru menjadi
pusat proses pembelajaran dan peran peserta didik sebagai subyek
pendidikan berkurang. Tetapi kelas dilengkapi dengan gambar-gambar
yang terkait dengan pelajaran, dan kondisi kelas nyaman dan baik
sehingga proses pembelajaran berlangsung dengan lancar.13
Pada garis
besarnya ada beberapa langkah yang dilakukan oleh guru di SMP Islam
Hidayatullah dalam melaksanakan pembelajaran di antaranya:
1. Pra Instruksional
Tahap ini tahap sebelum pelajaran dimulai dengan doa
pembukaan sesuai syariat Islam dengan hafalan surat-surat pendek
sesuai dengan materi Al-Quran dan Al-Hadits yang dilakukan pada
jam pertama pelajaran di kelas masing-masing. Dilanjutkan dengan
guru yang mengadakan pencatatan terhadap peserta didik yang hadir
(present), tak hadir (absen) dan yang datang terlambat. Selanjutnya
guru memberikan apersepsi yang menghubungkan materi
pembelajaran peserta didik dengan atau dengan kompetensi yang telah
dikuasai oleh peserta didik.
2. Instruksional
12
Observasi di kelas 4 tanggal 25 November 2010 13
Observasi di kelas 5 tanggal 27 November 2010
74
Pada tahap ini merupakan tahap inti dari serangkaian aktivitas
pembelajaran yang dilakukan guru dengan peserta didik dalam
mencapai suatu tujuan yang termuat dalam Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). Dalam pelaksanaan pembelajaran guru
menggunakan pendekatan rasional, pendekatan emosional, dan
pendekatan keteladanan. Dan dengan menggunakan beberapa metode
yang mampu menyenangkan siswa. Sehingga kepala sekolah selalu
menyarankan setiap guru untuk menggunakan pendekatan yang
inovatif. Pada intinya guru harus menggunakan pendekatan yang
berbasis student centered. Pendekatan ini akan mengurangi dan
menekan percepatan kelelahan dan kejenuhan siswa pada saat
pembelajaran berlangsung. Pemilihan metode ini harus pula
disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan.
Selain metode, media pembelajaran yang digunakan sesuai
materi yang diajarkan, kreatifitas guru dalam media sangat
berpengaruh dalam keberhasilan pembelajaran. SMP Islam
Hidayatullah memfasilitasi semua sumber belajar sesuai kemampuan
baik sumber belajar yang skala besar seperti gedung sekolah yang
relatif dan nyaman, laboratorium IPA dan Agama, laboratorium
komputer, perpustakaan, UKS, koperasi, alat kesenian, alat olah raga,
selain itu guru juga dituntut oleh sekolah untuk menciptakan media
sendiri yang dapat memperlancar kegiatan pembelajaran.
3. Evaluasi/Tindak Lanjut
Tahap ini guru memberikan penguatan atau kesimpulan tentang
pembelajaran yang sudah disampaikan hanya saja tidak semua guru
memberikan penugasan sebagaimana mata pelajaran yang lain. Dengan
pertimbangan karena peserta didik sudah terlalu banyak mendapatkan
tugas, terutama yang berkaitan dengan aspek kognitif sedangkan dalam
pembelajaran PAI yang menjadi fokus adalah pengamalan dari
pengetahuan yang telah diterima oleh peseta didik, dalam hal ini
adalah aspek afektif dan psikomotorik. selain itu guru jaga
75
memberikan saran-saran terkait Kalender Pendidikan di SMP Islam
Hidayatullah dibuat oleh pihak sekolah hasil musyawarah kerja dari
tim pengembang kurikulum. Dalam kalender Pendidikan di SMP
Islam Hidayatullah ditentukan atas dasar efisiensi, efektifitas kegiatan
belajar mengajar.
4. Evaluasi Pembelajaran
Efektifitas pembelajaran tidak dapat diketahui tanpa melalui evaluasi
hasil belajar. Sesuai dengan karakteristik KTSP SMP Islam Hidayatullah yang
memuat evaluasi/penilaian hasil belajar ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik. Dalam hal ini ada bentuk penilaian yang digunakan. Pertama,
Evaluasi proses belajar. Evaluasi proses belajar terhadap partisipasi peserta
didik baik secara individu maupun kelompok selama proses pembelajaran
berlangsung. Standar yang digunakan di SMP Islam Hidayatullah dalam
penilaian proses dapat dilihat dari keterlibatan peserta didik secara aktif baik
fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran, disamping
menunjukkan kegiatan belajar tinggi, semangat belajar yang besar dan rasa
percaya diri sendiri. Selain memperhatikan keaktifan peserta didik dalam
mengikuti pembelajaran dalam satuan bahasan tertentu. Penilaian proses
secara kognitif dapat dilakukan dengan adanya test tertulis yang berbentuk
pilihan ganda (objektif) dan berbentuk uraian (subjektif).14
Selain penilaian berbentuk test juga menggunakan instrumen lain yaitu
porto folio. Hal ini diselenggarakan agar kompetensi setiap mata pelajaran
PAI yang mencakup pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang tercermin
dalam tindakan dan prilaku, sehingga guru mata pelajaran PAI memantau
peserta didik dan mengevaluasi secara menyeluruh baik di madrasah dan
lingkungan sekitar. DI SMP Islam Hidayatullah menentukan kriteria
ketuntasan minimal belajar dalam memberikan penilaian tiga ranah
1. Ranah kognitif, dengan adanya tes tertulis ulangan harian minimal tiga kali
dalam satu semester, apabila dalam ulangan harian belum mencapai
14
Wawancara dengan Bapak Drs Purnadi Selaku Waka Kurikulum SMPI Hidayatullah
Semarang,, tanggal 11 November 2010
76
ketuntasan belajar oleh peserta didik maka diadakan remidiasi sehingga
ada nilai remi di. Ulangan harian ini ditunjukkan untuk memperbaiki
kinerja dan hasil belajar peserta didik secara berkelanjutan dan
berkesinambungan. Bentuk remidiasi biasanya tugas resume atau tugas
lainnya dan untuk standar kelulusan mata pelajaran PAI yang meliputi
1) Qur’an Hadits dengan KKM 65
2) Aqidah Akhlak dengan KKM 65
3) Fiqih dengan KKM 60
4) Sejarah Kebudayaan Islam dengan KKM 65
2. Ranah afektif, dengan adanya kriteria yang dinilai diantaranya:
1) Menyimak.
a. Sadar memperhatiakan pelajaran yang di berikan oleh guru pada
siswa dalam proses pembelajaran.
b. Siswa dapat kesediaan menerima apa yang akan di berikan oleh
gurunya.
2) Merespon
Siswa di tekankan untuk dapat manut dalam peraturan yang sudah di
berlakukan seperti kedisiplinan, keramahan, kehadiran.
3) Menghargai
Menerima nilai, Mendamba nilai, Merasa wajib mendamba nilai
4) Mengorganisasi
Mampu merumuskan system nilai, kriteria-krieria nilai secara matang
5) Mewatak
Seluruh hidupnya telah dijiwai oleh nilai yang telahdigelutinyasecara
konsisten.
3. Ranah Psikomotorik, Penilaian ini dapat dinilai sesuai materi dan metode
yang digunakan, misal metode diskusi maka aspek penilaian pada
perhatian pelajaran, ketepatan memberikan contoh, kemampuan
mengemukakan pendapat dan kemampuan untuk menjawab. Serta bentuk
77
performance dan hasil karya keseharian misalnya membuat resume,
melafalkan ayat-ayat Al Qur’an dan sebagainya.15
C. Problematika Manajemen Pembelajaran Full day school di SMP Islam
Hidayatullah Semarang
Secara mendasar full day school adalah metode yang sangat jitu untuk
mendongkrak prestasi siswa. Namun bukan berarti sistem semacam ini bebas dari
masalah. Seperti halnya yang dijelaskan pada bab II. Ada banyak masalah yang
meski bersifat kasuistik. Namun hal tersebet berpotensi terjadi di lembaga
pelaksana full day school manapun. Problematika yang dimaksud ada yang
bersifat serius dan principle ada juga yang tidak.
Secara kasat mata memang pembelajaran full day school ini terkesan
sangat ideal karena pemanfaatan waktu yang lebih banyak dari pada siswa sekolah
dengan pembelajaran biasa. Dan seakan siswa akan bisa dipastikan lebih unggul
dari siswa yang memakai pembelajaran biasa. Namun tidak serta merta demikian
halnya karena siswa dalam pembelajaran full day sangat rentan terhadap stress
dan frustasi. Dampak stress dan frustasi akan terjadi jika para guru tidak tepat
dalam pemilihan metode pada saat pembelajaran. Seperti diakui kepala sekolah
setiap harinya banyak siswa yang mengeluhkan kelelahan pada saat jam
pembelajaran.
Masalah yang demikian ini jika tidak segera diselesaikan oleh pihak yang
guru maka akan berdampak lebih buruk lagi bagi kesehatan mental psikis anak.
Karena otak mereka tidak mungkin bisa dipaksakan untuk berpikir secara terus
menerus dan memikirkan hal-hal yang dianggap berat bagi siswa. Ini akan
menjadi boomerang bagi anak jika anak terus dipaksakan. Bahkan memungkinkan
anak mengidap kelainan jiwa atau sakit jiwa. Dengan kata lain bisa-bisa anak bisa
menjadi gila. Untuk menghilangkan kebosanan siswa guru sering menggunakan
sistem moving class. Yaitu siswa diminta menempati kelas yang lain yang bukan
yang biasa mereka tempati.
15
Wawancara dengan Bapak Drs. Purrnadi Selaku Waka Kurikulum SMPI Hidayatullah
Semarang, tanggal 26 November 2010
78
Dalam pelaksanaan full day school SMP Islam Hidayatullah punya jurus
mujarab untuk menghindari stress dan frustasi yang mungkin akan dialami oleh
siswa. Menurut kepala sekolah M. Nuh sebetulnya jika guru cerdas dan kreatif
dalam mengelola pembelajaran masalah di atas itu bisa diminimalisir. Seperti
keterangan sebelumnya M. Nuh menekankan ke semua guru agar mampu memilih
metode yang tepat dalam perencanaan pembelajaran. Metode itu harus
disesuaikan dengan materi ajar dan tingkat kesulitannya. Sehingga meski materi
yang diajarkan itu berat akan tetapi siswa tetap mampu mengikutinya dengan baik
dan jauh dari perasaan membosankan bagi siswa.
Hubungannya dengan masalah yang biasa terjadi dalam sekolah full day
yang mengindikasikan kurangnya wahana eksplorasi anak Muhammad Nuh
menolak dengan tegas. Ungkap nya, di SMP Islam Hidayatullah masalah itu tidak
pernah terjadi. Di SMP Islam Hidayatullah semua siswa bisa dengan bebas
mengeksplorasikan segala potensi yang dimilikinya. Karena SMP Islam
Hidayatullah sudah memiliki program pendidikan yang beragam yang akan
disiapkan untuk mengembangkan segala potensi anak didiknya. SMP ini memiliki
berbagai macam kegiatan pembelajaran baik yang terkait dengan hard skill
maupun soft skill. Kedua ranah tersebut disediakan formulanya untuk bisa
dikembangkan pada semua siswa.
Hard skill terdiri dari rangkaian mata pelajaran seperti materi kurikulum
pendidikan layaknya sekolah yang lain. Seperti PAI, PKn, Bahasa Indonesia,
Bahasa Inggris, Matematika, IPA, Pengetahuan Sosial, Seni Budaya, Pendidikan
Jasmani dan Olah Raga Kesehatan, dan Komputer atau Teknik Ilmu Komputer
(TIK). Semua ini yang dikatakan dengan pendidikan hard skill. Materi ini
diberikan dengan metode yang menyenangkan semua. Adapun muatan soft skill
diberikan melalui penciptaan hubungan kekeluargaan antara sesame siswa
maupun antara kepada guru. Kepada kakak kelas siswa diarahkan untuk
memanggil dengan embel-embel kang atau mas sebagai bentuk penghormatan
layaknya adik dan kakak dalam sebuah keluarga. Kepada adik kelasnya
diharuskan memanggil dengan sebutan adik seperti halnya memanggil adik
kandungannya dalam kehidupan keluarga di rumah.
79
Kepada guru dan semua staff yang bekerja di sekolahan dibiasakan untuk
mengucapkan salam dan salam dengan mencium tangan ibarat orang tuanya
sendiri di rumah. Dengan penciptaan hubungan yang seperti ini dimaksudkan
untuk memberikan rasa kenyamanan dalam diri siswa layaknya dia ketika berada
di rumah. Strategi ini ternyata cukup ampuh untuk menghilangkan perasaan bosan
dan jenuh saat harus sepanjang hari melakukan aktifitas di sekolahan. Berkat
kenyamanan yang telah tercipta tadi siswa merasa betah berlama-lama di
sekolahan karena ia menganggap layaknya ia berada di rumahnya sendiri
sekaligus untuk memberikan pendidikan interaksi sosial. Ketika ia mampu
membina hubungan dengan orang lain dengan baik maka di manapun tempat
tinggalnya nanti ia akan tetap lihai dalam membina keharmonisan hubungan
dengan siapa pun. Pendidikan inilah yang disebut soft skill.
SMP Islam Hidayatullah memiliki fasilitas pendidikan yang cukup
lengkap dan representatif. Sehingga masalah kekurangan atau minimnya fasilitas
tidak begitu mencolok. Sekolah ini memiliki laboratorium, halaman yang luas,
lapangan olah raga yang layak, sarana atau tempat ibadah, dan keadaaan kelas
yang bersih dan indah. Keadaan ini juga ditujukan untuk turut menekan perasaan
bosan siswa. Media, alat, sumber belajar, dan bahan pelajaran yang lengkap
menjadi obat untuk siswa ketika terjadi kejenuhan belajar. Dan sebagai guru
dituntut kreatif dalam melaksanakan kegiatan pembelajarannya.
Untuk merangsang kreatifitas guru dalam memberikan materi
pembelajaran SMP Islam Hidayatullah bekerja sama dengan berbagai pihak luar
untuk melatih gurunya agar bisa menerapkan konsep joyfull learning/fun learning.
Dalam hal ini SMP Islam Hidayatullah bekerja sama dengan KPI (Konsorsium
Pendidikan Islam/Kualitas Pendidikan Islam/Kualitas Pendidikan Indonesia).
Lembaga ini biasa mengurusi pelatihan bagi guru supaya mampu menciptakan
inovasi pembelajaran. KPI berpusat di Surabaya Jawa Timur. SMP Islam
Hidayatullah sering mengirimkan gurunya untuk mengikuti pendidikan dan
pelatihan di KPI. Dengan demikian kualitas guru yang mengajar di SMP Islam
Hidayatullah akan meningkat seiring perkembangan ilmu pendidikan saat ini.
80
SMP Islam Hidayatullah juga bekerja sama dengan Lembaga Penjaminan
Mutu Pendidikan (LPMP) untuk mempertahankan kualitas yang diraihnya. LPMP
adalah lembaga di bawah naungan Departemen Pendidikan Nasional yang
berfungsi memperbaiki kualitas sistem pendidikan di Indonesia. LPMP sering
mengadakan pelatihan yang berkaitan dengan peningkatan kualitas pembelajaran
bagi guru di sekolahnya.
Problematika utama yang dialami oleh guru adalah waktu mereka yang
tidak bisa penuh di sekolahan. Seringkali guru pulang duluan sebelum waktu
pembelajaran siswanya selesai. Maksudnya banyak guru yang pulang ke rumah
sebelum pukul 15.30 sore. Meskipun tidak semuanya guru itu membolos. Hal ini
menyebabkan kontrol ke siswa pada saat jam pelajaran terakhir menjadi kurang.
Dalam hal ini kepala sekolah memaklumi karena guru juga manusia yang punya
rasa cape dan lelah apabila harus terus dipaksa bekerja. Menindaklanjuti kasus ini
kepala berupaya mengatasinya dengan cara menunjuk guru yang akan pulang
sampai jam terakhir pembelajaran. Guru yang melakukan piket ini yang akan
mengawasi mereka dalam kegiatan sholat ashar berjamaah sebelum siswa kembali
pulang ke rumahnya masing-masing.
Masih banyak kendala yang harus dihadapi sekolah yaitu persoalan
besarnya biaya pendidikan yang dibebankan siswa. Sebetulnya pihak sekolah
merasa tidak enak jika harus meminta sumbangan biaya operasional yang tinggi
kepada siswanya. Namun diakui kepala sekolah, pihaknya tidak mampu berbuat
banyak dalam mengatasi persoalan besarnya biaya yang harus dikeluarkan siswa
ini. Kepala sekolah berpendapat yang penting lembaga bisa memberikan kualitas
pembelajaran yang sebaik-baiknya kepada siswa-siswinya. Memang
membutuhkan biaya yang besar untuk menghasilkan mutu pendidikan yang tinggi.
Namun ada yang menarik menurut kepala sekolah yaitu kesediaan orang tua siswa
ketika harus diminta biaya yang mahal. Hal itulah yang menjadi salah satu point
penyemangat utama bagi SMP Islam Hidayatullah untuk terus memajukan
lembaga pendidikannya. Dukungan seperti ini yang sebetulnya dibutuhkan oleh
semua pengelola lembaga pendidikan di manapun berada.
81
Kesibukan orang tua siswa yang merupakan salah satu faktor
memercayakan pendidikan puteranya di sekolah full day. Meski demikian SMP
Islam Hidayatullah selalu meminta partisipasi orang tua siswa untuk selalu
memerhatikan perkembangan anaknya. Kepala sekolah mengungkapkan kami
meminta kepada orang tua siswa untuk turut berpartisipasi dengan cara selalu
menjalin hubungan yang harmonis kepada mereka. Agar supaya orang tua tidak
acuh dan melepaskan tanggung jawab pendidikan hanya kepada pihak sekolahan.
Sudah menjadi rahasia umum bagi orang tua yang memiliki kesibukan luar biasa
menyebabkan anaknya merasa kurang terpehatikan. Untuk itu kami SMP Islam
Hidayatullah menginginkan adanya kebersamaan antara orang tua dan pihak
sekolah dalam menjaga dan mengawasi pendidikan anak demi masa depan yang
lebih cerah.
81
BAB IV
ANALISIS MANAJEMEN PEMBELAJARAN FULL DAY SCHOOL
DI SMP ISLAM HIDAYATULLAH SEMARANG
A. Analisis Manajemen Pembelajaran Full Day School di SMP Islam
Hidayatullah
1. Latar Belakang
Kemunculan SMP Islam Hidayatullah di tengah masyarakat
merupakan salah satu jawaban dari inovasi pendidikan dalam memenuhi
kebutuhan manusia. Inovasi itu senantiasa bergerak mengikuti arah
perkembangan zaman dan dinamika nya. Banyak sekali inovasi
pendidikan yang telah digulirkan di muka public selama ini. Tidak banyak
pula darinya yang menuai pendapat pro dan kontra. Dan tentunya dari
kedua pendapat terdapat alasan masing-masing yang sama kuat yang
dipandang dari perspektif yang berlainan. Tak terkecuali lahirnya
pembelajaran full day school ini.
Menurut pendapat yang pro menyatakan bahwa pembelajaran full
day dapat mempercepat peningkatan prestasi akademik karena
penambahan waktu yang lebih banyak. Secara logika hal ini memang betul
sekali dan tak terbantahkan lagi. Dan dengan adanya pembelajaran full
day di sekolah dapat menekan laju tingkat kenakalan remaja di Indonesia.
Ada manfaat lagi yang lain yaitu bagi orang tua yang memiliki kesibukan
yang luar biasa dapat lebih mudah mewakilkan control terhadap
perkembangan puteranya dengan menyekolahkan nya di sekolah berbasis
full day. Dengan demikian memang full day school memang
keberadaannya di masyarakat saat ini berangkat dari kebutuhan
masyarakatnya.
Sedangkan berdasarkan dari alasan pendapat yang menentang
adanya penerapan full day school mengatakan bahwa intensitas waktu
82
yang diberikan kepada siswa dalam melakukan pembelajaran tidak
memberikan pengaruh positif yang berarti. Karena siswa hanya memiliki
waktu belajar yang efektif dalam sehari itu dimulai dari pukul 07.00-
13.00. Sehingga keberadaan full day hanya akan menjadi sumber masalah
dalam pendidikan generasi anak bangsa. Dan hanya menambah deretan
problematika pendidikan di tanah air saja.
Secara hakikat setiap inovasi memang sangat potensial
menimbulkan reaksi penolakan. Hal ini sejalan dengan teori yang
dikemukakan para pakar manajemen. Banyak masalah yang bisa terjadi
ketika perubahan akan dilakukan. Masalah yang paling sering dan
menonjol adalah “penolakan atas perubahan itu sendiri”. Istilah yang
sangat populer dalam manajemen adalah resistensi perubahan (resistance
to change).1 Penolakan atas perubahan tidak selalu negatif karena justru
karena adanya penolakan tersebut maka perubahan tidak bisa dilakukan
secara sembarangan.
Penerapan pembelajaran full day school menjadi salah satu contoh
inovasi pendidikan di bidang pembelajaran. Inovasi pembelajaran
merupakan pikiran yang bercirikan hal baru maupun atau berupa produk
dari suatu teknologi yang diterapkan oleh guru melalui tahapan tertentu.
Diyakini dan bertujuan untuk memecahkan persoalan yang timbul dalam
suatu pembelajaran untuk dapat memperbaiki keadaan atau proses
pembelajaran itu sendiri. Sehingga terjadi suatu perbaikan dalam wajah
pendidikan dan hasil belajar. Di antara aneka inovasi dalam dunia
pendidikan yang dapat dilakukan oleh guru adalah:2
a. Manajemen pendidikan
b. Metode pembelajaran
c. Media pembelajaran
1 Wibowo, Op.Cit., hlm. 19.
2 J. Mursell, S. Nasution, Op. Cit., hlm. 3.
83
d. Sumber belajar
e. Pelatihan guru
f. Implementasi kurikulum
g. Rencana pembelajaran
Dalam proses pembelajaran, guru merupakan faktor yang sangat
penting yang harus melaksanakan inovasi. Hal ini dikarenakan beberapa
factor sebagai berikut:3
a. Inovasi harus berlangsung di sekolah untuk memperoleh hasil yang
terbaik dalam mendidik siswa.
b. Unsur pokok dan ujung tombak keberhasilan pendidikan di
sekolah adalah guru.
c. Guru harus inovatif guna menemukan strategi atau metode yang
efektif dan menyenangkan dalam proses pembelajaran.
d. Inovasi pada intinya harus berada dalam tatanan pembelajaran
yang dilakukan di dalam kelas.
e. Demi kepentingan siswa, maka kunci utama yang harus dipegang
guru adalah bahwa setiap proses atau produk inovatif yang
dilakukan dan dihasilkan guru harus mengacu pada kepentingan
siswa.
f. Berkembang atau tidaknya proses pembelajaran bergantung pada
kreativitas guru dalam melakukan suatu inovasi.
Karena inovasi menjadi suatu keharusan bagi guru demi
keberhasilan pembelajaran, maka guru harus memperoleh dan memahami
informasi tentang suatu inovasi melalui berbagai sumber yang
mendukung, sehingga guru dalam berinovasi dapat memenuhi kebutuhan
siswa. Santoso S. Hamilton sebagaimana dikutip Cece Wijaya
mendefinisikan inovasi pembelajaran sebagai suatu perubahan yang baru,
3 Cece Wijaya, dkk. Op.Cit.,. hlm. 41-43.
84
kualitatif berbeda dari hal yang sebelumnya serta sengaja diusahakan
untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan tertentu dalam
pembelajaran.4
Menyadari pentingnya full day school di zaman modern semacam
ini tentu sebagai insane yang mau berpikir harus mampu memecahkan
masalah yang dapat ditimbulkan. Setiap masalah pasti ada jalan menuju ke
pemecahannya. Kita tidak boleh apriori melihat masalah yang muncul dari
sistem full day di sekolahan. Apa salahnya kita melakukan hal baru dalam
kehidupan keseharian. Inovasi menjadi prasyarat indicator perubahan
zaman yang selalu ber dinamika. Bahkan ada yang menegaskan bahwa
inovasi itu dapat melanggengkan eksistensi suatu hal. Baik yang berupa
kebendaan maupun yang berhubungan dengan manusia. Baik yang
berkelompok ataupun yang individual. Semakin sering menggulirkan
inovasi semakin memperkuat akar eksistensi di jagad public.
2. Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran ber definisi proses penyusunan materi
pelajaran, penggunaan media pembelajaran, penggunaan pendekatan dan
metode pembelajaran, dan penilaian dalam suatu lokasi waktu yang akan
dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan.5 Perencanaan menjadi pedoman pelaksanaan yang harus
dipatuhi guru saat melaksanakan pembelajaran di dalam kelas bersama
siswa. Namun yang menjadi masalah saat ini adalah banyak guru yang
mengajar dengan serampangan tanpa mengindahkan perencanaan yang ia
susun sendiri yang tertuang dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP). Kasus ini merupakan kecenderungan dari guru yang
4 Cece Wijaya, dkk., Op.Cit., hlm. 7.
5 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran: Mengembagkan Standar Kompetensi Guru
(Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), hlm.17.
85
mengindikasikan lebih suka nya memakai pendekatan pembelajaran lama
yang bersifat teacher centered.
Dalam perencanaan pembelajaran full day pemakaian sistem kuno
ini akan menjadi masalah yang sangat besar yang berdampak pada kualitas
pembelajaran siswanya. Kenapa bisa demikian, karena banyaknya waktu
yang harus dilewatkan siswa di sekolah mengakibatkan siswa lebih mudah
kelelahan dan cenderung rentan terhadap perasaan bosan dan jenuh.
Kenyataan semacam harus bisa diperhatikan oleh guru sebagai pemimpin
pembelajaran di kelas jika menginginkan kualitas pembelajaran nya
unggul.
Ada komponen lagi selain Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) yang harus guru susun terlebih dahulu sebelum pelaksanaan
pembelajaran di mulai di kelas. Yaitu antara lain Program Tahunan
(Prota), Program Semester (Promes), Kalender Pendidikan (Kaldik), dan
Silabus. Secara keseluruhan komponen ini harus diperhatikan oleh semua
guru dan guru wajib mematuhi apapun yang telah tersirat di dalamnya.
Akan menjadi sia-sia jika isi yang telah termuat di perangkat pembelajaran
itu tidak ditaati oleh guru pada saat pelaksanaan pembelajaran. Jika
demikian halnya bisa dipastikan kegiatan pembelajaran di kelas akan
semakin kacau dan tidak akan terarah. Pendapat ini didukung oleh
keterangan yang dikemukakan oleh tokoh pendidikan Anderson.
Menurutnya ada beberapa substansi kegunaan dari kegiatan perencanaan
dalam pembelajaran. Yaitu antara lain:6
a. Perencanaan dapat mengurang kecemasan dan ketidakpastian.
b. Perencanaan dapat memberikan pengalaman pembelajaran bagi
guru.
6 Lorin W. Anderson, The Efectiffeve Theacher (American: Mcgraw Hill, 1989), hlm.47.
86
c. Perencanaan memperbolehkan para guru untuk mengakomodasi
perbedaan individu diantara peserta didik.
d. Perencanaan memberikan struktur dan arah untuk pembelajaran.
Untuk mencapai hasil pembelajaran yang betul-betul berkualitas
dalam sistem full day maka kegiatan perencanaan pembelajaran harus
dipersiapkan dengan matang dan direalisasikan senyatanya pada saat
pembelajaran di kelas bersama siswa oleh guru. Muhammad Nuh kepala
sekolah SMP Hidayatullah melakukan hal ekstrim dan berani dalam
rangka menjaga kualitas pembelajaran full day. Yaitu dia tidak akan
memberikan tanda tangan dengan kata lain belum akan menyetujui
perangkat pembelajaran yang disusun guru sebelum memuat rencana
pembelajaran yang mengarah pada pembelajaran yang menyenangkan
bagi siswa. Menurutnya jenis pendekatan pembelajaran guru sangat
berpengaruh terhadap mutu pembelajaran di kelas.
Pengawasan perencanaan pembelajaran tidak sampai di situ saja
pengawasanya. Muhammad Nuh bahkan mau melakukan inspeksi
mendadak (sidak) dengan memasuki ruangan kelas untuk memastikan
apakah pembelajaran yang sedang berlangsung sudah memuat nilai fun
learning atau belum. Langkah ini merupakan langkah bijaksana bagi
kepala sekolah dalam mengawasi kegiatan pembelajaran para guru
bersama siswanya. Jika belum menyenangkan bagi siswa kepala sekolah
tidak segan untuk menegur guru dan mengingatkan untuk mengubah
pendekatan yang akan dilakukan pada pertemuan berikutnya. Pada intinya
guru harus mematuhi pedoman/peraturan yang telah dibuatnya sendiri
dalam perangkat pembelajaran yang telah ditandatangani atau disetujui
oleh guru dan kepala sekolah tersebut.
3. Pelaksanaan Pembelajaran
Pada dasarnya pelaksanaan pembelajaran di sekolah biasa dengan
yang dilakukan di sekolah full day tidak ada bedanya. Perbedaannya
87
hanya terletak pada penekanan pemilihan metode pembelajaran yang bisa
menghindarkan kebosanan dan kejenuhan siswa karena siswa dalam
sekolah full day sudah lelah baik secara fisik dan psikis. Selama seharian
penuh ia digodok dalam pembelajaran secara terus menerus mulai pagi
pukul 07.00 sampai pukul 15.30 petang. Sehingga pembelajaran nya
jangan sampai membuat frustasi siswa yang telah kelelahan.
Pelaksanaan pembelajaran merupakan proses berlangsungnya
belajar mengajar di kelas yang merupakan inti dari kegiatan di sekolah.
Jadi pelaksanaan pengajaran adalah interaksi guru dengan murid dalam
rangka menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa dan untuk mencapai
tujuan pengajaran. Dalam fungsi ini memuat kegiatan pengorganisasian
dan kepemimpinan pembelajaran yang melibatkan penentuan berbagai
kegiatan, seperti pembagian pekerjaan ke dalam berbagai tugas khusus
yang harus dilakukan guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran.
Kegiatan pendahuluan guru menyiapkan peserta didik secara psikis
dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran, mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang
akan dipelajari, menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar
yang harus dikuasai siswa, dan menyampaikan cakupan bahasan materi
dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.7
Selanjutnya adalah kegiatan inti. Kegiatan ini merupakan proses
pembelajaran untuk mencapai KD yang dilakukan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, yang cukup bagi prakarsa,
kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan
perkembangan fisik serta psikologis siswa.
Dalam kegiatan penutup guru bersama dengan peserta didik
membuat rangkuman atau kesimpulan pelajaran, melakukan penilaian atau
7 B. Suryo Subroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta Rineka Cipta, 1997), hlm.
28-35.
88
refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan
terprogram, memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil
pembelajaran, merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam kegiatan
remidi, program pengayaan, layanan konseling atau memberikan tugas
baik tugas individu maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta
didik, dan menyamakan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
Langkah-langkah di atas adalah langkah umum yang dilakukan
pada saat pembelajaran. Perlu ditegaskan lagi pelaksanaan pembelajaran
adalah wujud nyata dari perencanaan yang telah tersusun di dalam
perangkat pembelajaran. Sehingga pelaksanaan ini tidak bisa
diseragamkan langkah-langkahnya. Hal ini disesuaikan dengan isi materi
bahan ajar, metode, sumber belajar, dan media pembelajaran yang
digunakan. Khusus untuk memaksimalkan hasil pembelajaran yang
maksimal dalam pembelajaran full day maka dibutuhkan kreatifitas guru
dalam mengelola kelas, fasilitas pendidikan yang lengkap, dan bina
suasana pembelajaran yang menyenangkan.
Pada intinya full day school mengharuskan penerapan
pembelajaran yang student centered. Jangan sampai terjadi pembelajaran
yang teacher centered karena hal ini akan cepat membosankan bagi siswa.
Secara keseluruhan hal ini bisa dicapai ketika guru membangkitkan
semangat belajar siswanya yang mungkin telah merasa lelah sehingga
mereka memiliki antusiasme yang sangat sebelum melakukan
pembelajaran bersama guru. Bagaimana cara membangun suasana
pembelajaran yang menyenangkan di kelas tersebut merupakan tanggung
jawab guru sepenuhnya karena ia sebagai pemimpin pembelajaran. Oleh
89
karena itu seorang guru harus memiliki tiga jenis kompetensi yaitu
kompetensi kognitif, kompetensi afektif, dan kompetensi psikomotorik8
a. Kompetensi Kognitif
Dalam jenis kompetensi ini, ada dua kategori, yaitu
kategori pengetahuan kependidikan dan ilmu pengetahuan materi
bidang studi. Kategori pengetahuan pendidikan dibedakan dalam
pengetahuan kependidikan umum dan pengetahuan kependidikan
khusus. Sedangkan kompetensi ilmu pengetahuan materi bidang
studi meliputi semua bidang yang akan menjadi keahlian yang
akan diajarkan oleh guru.
b. Kompetensi Afektif
Kompetensi afektif guru bersifat tertutup dan abstrak
sehingga sukar untuk diidentifikasi. Namun demikian yang paling
sering dijadikan pedoman identifikasi dengan profesi keguruan
adalah sikap dan perasaan diri sang guru yang berkaitan dengan
profesi keguruan nya. Sikap dan perasaan diri ini meliputi; konsep
diri dan harga diri, efikasi diri dan efikasi kontekstual, dan sikap
penerimaan terhadap dirinya sendiri dan orang lain.
c. Kompetensi Psikomotor
Kompetensi psikomotor guru meliputi segala ketrampilan
atau kecakapan yang bersifat jasmaniah yang pelaksanaannya
berhubungan dengan tugasnya selaku pengajar.
Peran guru dalam pembelajaran di kelas sangat menentukan
keberhasilan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan. Peran-peran
penting bisa dijabarkan lebih mendetail seperti keterangan di bawah ini.
8 Nganimun Naim dan Achmad Patoni, Materi Penyusunan Desain Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam (MPDP-PAI), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm. 21-24.
90
Dalam pelaksanaan pembelajaran guru diharapkan mampu mengemban
tugas sebagai berikut: 9
a. Guru sebagai manajer, tugasnya yaitu:
1) Sebagai organisator, guru hendaknya dapat membuat program
yang direncanakan.
2) Sebagai motivator, guru hendaknya mampu memberi manfaat
belajar dan bekerja pada peserta didiknya.
3) Sebagai kordinator, guru hendaknya mampu mengatur agar
tugas yang diberikan tidak tumpang tindih atau overlap antar
kelompok.
4) Sebagai conductor. Guru hendaknya mampu memberi
pimpinan yang tegas sehingga tidak membingungkan bagi
yang melaksanakannya.
b. Guru sebagai administrator, tugasnya yaitu :
1) Sebagai dokumentator, guru hendaknya mencatat segala
kegiatan yang dilaksanakan, menyimpan secara sistematis
semua file yang diperlukan.
c. Guru sebagai supervisor, tugasnya yaitu :
1) Sebagai conselor, guru hendaknya dapat memberi bimbingan
dan arahan yang positif.
2) Sebagai korektor, guru hendaknya dapat menunjukkan tugas
yang baik untuk dilaksanakan dan mana tugas yang harus
dihindari.
3) Sebagai evaluator, guru hendaknya dapat menilai baik buruk
dari segi proses maupun segi produk.
d. Guru sebagai instructor, yang tugasnya yaitu :
9Ibid., hlm. 50-51.
91
1) Sebagai fasilitator, guru hendaknya tidak menjadikan diri
nomor satu di muka kelas, dapat menimbulkan situasi yang
kondusif sehingga peserta didik dapat aktif dan inisiatif sendiri.
2) Sebagai moderator, hendaknya guru dapat hanya sebagai
perantara dalam hal untuk memusatkan sesuatu yang akan
diambil oleh peserta didik.
3) Sebagai komunikator, guru hendaknya mampu mengadakan
hubungan yang harmonis baik dengan pihak-pihak di dalam
sekolah maupun pihak-pihak diluar sekolah dan hal-hal yang
berhubungan dengan tugas pembelajaran maupun tugas lain
yang relevan.
e. Guru sebagai inovator , tugasnya yaitu :
1) Sebagai dinamisator, sekolah hendaknya sebagai
laboratorium hidup bagi masyarakat sekitar. Artinya
penemuan-penemuan baru yang dipimpin oleh guru
hendaknya dapat disebarluaskan di luar lingkungan
sekolah.
Disamping itu kalau pelaksanaannya dilaksanakan secara benar,
akan mempunyai dampak pula pada peserta didik diantaranya adalah:10
a. Mendorong peserta didik untuk lebih mandiri, percaya diri,
kreatif, dan punya harga diri.
b. Karena dalam kegiatan dituntut laporan baik lisan maupun
tulisan akan berdampak pada perkembangan pikir dan
kemampuan berbahasa.
c. Menghargai perbedaan individual.
d. Peserta didik punya pengalaman yang luas dan fungsional.
10
Ibid., hlm. 52
92
Dalam pelaksanaan pembelajaran juga memuat kegiatan
pengorganisasian dan kepemimpinan pembelajaran yang melibatkan
penentuan berbagai kegiatan seperti pembagian pekerjaan ke dalam
berbagai tugas khusus yang harus dilakukan guru dan peserta didik dalam
proses pembelajaran.
4. Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi diartikan sebagai proses sistematis untuk menentukan
nilai sesuatu (tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk rasa, proses, orang objek,
dan yang lain) berdasarkan kriteria tertentu melalui penilaian.11
Evaluasi
mencakup evaluasi hasil belajar dan evaluasi pembelajaran. Evaluasi hasil
belajar menekankan pada diperolehnya informasi tentang seberapakah
perolehan siswa dalam mencapai tujuan pengajaran yang ditetapkan.
Sedangkan evaluasi pembelajaran merupakan proses sistematis
untuk memperoleh informasi tentang keefektifan proses pembelajaran
dalam membantu siswa mencapai tujuan pengajaran secara optimal.
Dengan demikian evaluasi hasil belajar menetapkan baik buruknya hasil
dari kegiatan pembelajaran. Evaluasi pembelajaran menetapkan baik
buruknya proses dari kegiatan pembelajaran.
Efektifitas pembelajaran tidak dapat diketahui tanpa melalui
evaluasi hasil belajar. Sesuai dengan karakteristik KTSP SMP Islam
Hidayatullah Semarang yang memuat evaluasi/penilaian hasil belajar
ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam hal ini ada bentuk
penilaian yang digunakan. Pertama, Evaluasi proses belajar. Evaluasi
proses belajar terhadap partisipasi peserta didik baik secara individu
maupun kelompok selama proses pembelajaran berlangsung. Standar yang
digunakan di SMP Islam Hidayatullah Semarang dalam penilaian proses
11
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hlm.
156.
93
dapat dilihat dari keterlibatan peserta didik secara aktif baik fisik, mental,
maupun sosial dalam proses pembelajaran.
Di samping menunjukkan kegiatan belajar tinggi, semangat belajar
yang besar dan rasa percaya diri sendiri juga menjadi aspek penilaian
tersendiri. Selain memperhatikan keaktifan peserta didik dalam mengikuti
pembelajaran dalam satuan bahasan tertentu. Penilaian proses secara
kognitif dapat dilakukan dengan adanya test tertulis yang berbentuk
pilihan ganda (objektif) dan berbentuk uraian (subjektif).12
Selain penilaian berbentuk test juga menggunakan instrumen lain
yaitu portofolio. Hal ini diselenggarakan agar kompetensi setiap mata
pelajaran PAI yang mencakup pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang
tercermin dalam tindakan dan prilaku, sehingga guru mata pelajaran PAI
memantau peserta didik dan mengevaluasi secara menyeluruh baik di
madrasah dan lingkungan sekitar. Di SMP Islam Hidayatullah Semarang
menentukan kriteria ketuntasan minimal belajar dalam memberikan
penilaian tiga ranah.13
a. Ranah kognitif, dengan adanya tes tertulis ulangan harian minimal tiga
kali dalam satu semester, apabila dalam ulangan harian belum
mencapai ketuntasan belajar oleh peserta didik maka diadakan
remidiasi sehingga ada nilai remi di. Ulangan harian ini ditunjukkan
untuk memperbaiki kinerja dan hasil belajar peserta didik secara
berkelanjutan dan berkesinambungan. Bentuk remidiasi biasanya tugas
resume atau tugas lainnya. Dalam hal ini acuan yang dipakai dalam
ketercapaian tujuan pembelajaran nya adalah melalui penentuan
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
b.
12
Berdasarkan Studi Wawancara dengan Purnadi Selaku Waka Kurikulum SMPI
Hidayatullah Semarang,, tanggal 11 November 2010 13
Berdasarkan Studi Wawancara dengan Purnadi Selaku Waka Kurikulum SMPI
Hidayatullah Semarang, tanggal 26 November 2010
94
c. Ranah afektif, dengan adanya kriteria yang dinilai diantaranya:
1) Menyimak.
a. Sadar memperhatiakan pelajaran yang di berikan oleh guru pada
siswa dalam proses pembelajaran.
b. Siswa dapat kesediaan menerima apa yang akan di berikan oleh
gurunya.
2) Merespon
Siswa di tekankan untuk dapat manut dalam peraturan yang sudah
di berlakukan seperti kedisiplinan, keramahan, kehadiran.
3) Menghargai
Menerima nilai, Mendamba nilai, Merasa wajib mendamba nilai
4) Mengorganisasi
Mampu merumuskan system nilai, kriteria-krieria nilai secara
matang
5) Mewatak
Seluruh hidupnya telah dijiwai oleh nilai yang
telahdigelutinyasecara konsisten.
d. Ranah Psikomotorik, Penilaian ini dapat dinilai sesuai materi dan
metode yang digunakan, misal metode diskusi maka aspek penilaian
pada perhatian pelajaran, ketepatan memberikan contoh, kemampuan
mengemukakan pendapat dan kemampuan untuk menjawab. Serta
bentuk performance dan hasil karya keseharian misalnya membuat
resume, melafalkan ayat-ayat Al Qur’an dan sebagainya.
B. Analisis Problematika Manajemen Pembelajaran Full Day School di
SMP Hidayatullah Semarang
Secara kasat mata memang pembelajaran full day school ini terkesan
sangat ideal karena pemanfaatan waktu yang lebih banyak dari pada siswa
sekolah dengan pembelajaran biasa. Dan seakan siswa akan bisa dipastikan
95
lebih unggul dari siswa yang memakai pembelajaran biasa. Namun tidak serta
merta demikian halnya karena siswa dalam pembelajaran full day sangat
rentan terhadap stress dan frustasi. Dampak stress dan frustasi akan terjadi
jika para guru tidak tepat dalam pemilihan metode pada saat pembelajaran.
Seperti diakui kepala sekolah SMP Islam Hidayatullah Semarang
Muhammad Nuh, setiap harinya banyak siswa yang mengeluhkan kelelahan
pada saat jam pembelajaran.
Masalah yang demikian ini jika tidak segera diselesaikan oleh pihak yang
guru maka akan berdampak lebih buruk lagi bagi kesehatan mental psikis
anak. Karena otak mereka tidak mungkin bisa dipaksakan untuk berpikir
secara terus menerus dan memikirkan hal-hal yang dianggap berat bagi siswa.
Ini akan menjadi boomerang bagi anak jika anak terus dipaksakan. Bahkan
memungkinkan anak mengidap kelainan jiwa atau sakit jiwa. Dengan kata lain
bisa-bisa anak bisa menjadi gila. Untuk menghilangkan kebosanan siswa guru
sering menggunakan sistem moving class. Yaitu siswa diminta menempati
kelas yang lain yang bukan yang biasa mereka tempati.
Melihat realitas semacam itu maka bagi sekolah yang menerapkan
pembelajaran berbasis full day harus menyiapkan segala kemungkinan
terburuk yang mengkin terjadi pada siswa. Selain itu pihak sekolah juga perlu
menyediakan segudang solusi untuk memecahkan masalah tadi. Dan hal ini
telah dibuktikan oleh pihak SMP Islam Hidayatullah. Pelaksanaan
pembelajaran full day di SMP Islam Hidayatullah Semarang sudah terbilang
profesional. Karena problematika yang biasa melingkupi lembaga pengelola
pembelajaran full day tidak semua terjadi di SMP Islam Hidayatullah
Semarang.
Seperti misalnya anak merasa kurang memiliki wahana eksplorasi bakat
dan minat keterampilan. Dalam kebanyakan sistem full day school di sekolah
lain itu anak-anak masih merasa terkungkung dalam kegiatan pembelajaran
yang monoton. Dengan kata lain struktur kurikulum yang semrawut yang
96
tidak begitu memerhatikan aspek psikologi anak. Misalnya dengan muatan
kurikulum yang terlalu berat dan waktu yang sangat panjang. Sedangkan yang
berlaku di SMP Islam Hidayatullah Semarang struktur kurikulum tertata
dengan baik yang memerhatikan aspek beban psikologi pada anak.
Penjadwalan mata pelajaran juga perlu mendapatkan perhatian. Karena
tidak tepat jika misalkan pelajaran matematika ditempatkan pada jam terakhir
(lihat jadwal pembelajaran SMP Islam Hidayatullah Semarang pada
lampiran). Penjadwalan mata pelajaran di SMP Islam Hidayatullah
Semarangcenderung unik. Pelajaran diawali dengan kegiatan pembiasaan
melalui pembacaan dzikir, tausiyah, dan bacaan ayat-ayat suci al-Quran.
Berdasarkan kaca mata psikologi tentu hal ini memiliki pertimbangan yang
ilmiah. Anak-anak pertama kali ditata terlebih dulu sisi kerokhaniannya. Baru
setelah pengisian materi yang bertujuan meningkatkan kemampuan
kognitifnya ditempatkan di waktu siang. Seperti contoh pelajaran
Pengetahuan Sosial, Agama, Matematika, dan Bahasa Inggris yang
membutuhkan tenaga dan pikiran ekstra keras.
Pada jam akhir jadwal pembelajaran materi yang bersifat mendongkrak
kemampuan psikomotorik dan afektif baru dibelajarkan. Seperti kegiatan
praktikum, ekstrakulikuler, dan materi pengembangan diri yang lainnya.
Praktik IPA, kegiatan yang dilakukan di laboratorium bahasa dan agama
dibelajarkan pada siang menjelang sore hari. Keteraturan seperti yang kadang
itu sering dilalaikan oleh pengelola lembaga pendidikan berbasis full day
school pada umumnya.
Prinsip pengembangan pendidikan berbasis full day school yang meliputi
beberapa aspek yaitu sebagaimana yang dikemukakan Fahmi Alaidroes.14
1. Kurikulum yaitu mengintegrasikan atau pemaduan program
pendidikan umum dan agama. Dengan memadukan kurikulum umum
14
http//www,ibusd.drca.us/mainofices/research/pdf/studies/fulldaykordengarten.pdf
97
dan agama dalam suatu jalinan kegiatan belajar mengajar diharapkan
peserta didik dapat memahami esensi ilmu dalam perspektif yang utuh.
2. Kegiatan belajar mengajar yaitu dengan mengoptimalisasikan
pendekatan belajar berbasis Active Learning siswa mesti dirangsang
untuk aktif terlibat dalam setiap aktivitas.
3. Peran serta, yakni melibatkan pihak orang tua dan kalangan eksternal
(masyarakat) sekolah untuk berperan serta menjadi fasilitator
pendidikan para peserta didik.
4. Iklim sekolah, yaitu lingkungan pergaulan, tata hubungan, pola
perilaku dan segenap peraturan yang diwujudkan dalam kerangka
nilai-nilai islam yang sar’i mapun kaumi, nilai islam yang syar’i
melandasi segala aspek perilaku dan peraturan yang mencerminkan
akhlakul karimah. Sedangkan nilai islam yang kaumi berwujud dalam
pola penataan lingkungan yang sesuai dengan hukum-hukum alam.
Semua prinsip di atas berhasil dikembangkan oleh pihak SMP Islam
Hidayatullah. Penekanan pembelajaran berbasis fun learning atau yang
berorientasi pada siswa juga merupakan strategi jitu dalam mengatasi
problematika pada pembelajaran full day school. Untuk menerapkan kegiatan
pembelajaran tentunya dibutuhkan kelengakapan fasilitas pendidikan yang
memadai. Seperti adanya fasilitas laboratorium, sarana tempat ibadah, wahana
olah raga, taman halaman yang indah, dan pengaturan kelas yang menarik.
Diperlukan juga kelas berbasis multimedia. Semua kelengkapan pendidikan
ini dimiliki oleh SMP Islam Hidayatullah. Sehingga aplikasi pembelajaran fun
learning bisa dengan mudah dilakukan.
SMP Islam Hidayatullah Semarangjuga mampu menjalin hubungan yang
harmonis kepada semua orang tua siswa. Hubungan yang terjalin bertujuan
untuk menciptakan kerja sama yang baik dalam pengawasan anak. Orang tua
dan guru bersama-sama mengawasi perkembangan pendidikan anak.
98
Sebagaimana yang tertulis diungkapkan Ahmad Jaiz15
sebagian besar orang
tua yang menyekolahkan anaknya ke lembaga berbasis full day school tidak
bisa memberikan perhatian yang penuh kepada siswa. Orang tua menganggap
telah bebas tugas karena telah menyekolahkan anaknya di sekolah full day.
Tipe orang tua ini yang memiliki kesibukan luar biasa sehingga seakan
tidak punya waktu banyak untuk memberikan perhatian yang penuh kepada
perkembangan pendidikan anaknya. Demikian uraian tentang analisis
manajemen pembelajaran full day school di SMP Islam Hidayatullah
Semarang.
15
Ahmad Jaiz dalam “Pelaksanaan Full day school”. Kunjungi situs
http://gudangmakalah.blogspot.com/2010/06/tesis-pelaksanaan-full-day-school-di-sd.html
98
BAB V
KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang manajemen pembelajaran Full Day
School di SMP Islam Hidayatullah Semarang yang didukung oleh landasan teori,
maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Manajemen pembelajaran Full Day School di SMP Islam Hidayatullah
Semarang memuat tiga langkah secara mendasar. Pertama, perencanaan
pembelajaran. Ini ditandai dengan pengecekan yang dilakukan oleh kepala
sekolah terhadap perangkat pembelajaran yang wajib diserahkan oleh
semua guru mata pelajaran. Dalam hal ini kepala sekolah meneliti apakah
perencanaan yang disusun oleh guru tersebut sudah mengarah pada
pembelajaran yang berbasis fun learning. Jika disinyalir ada perangkat
pembelajaran yang belum mengarah ke pembelajaran yang menyenangkan
itu kepala langsung meminta guru untuk melakukan perbaikan. Guru yang
melakukan perbaikan pada perangkat pembelajaran nya tidak akan
mendapatkan tanda tangan atau persetujuan dari kepala sekolah. Hal ini
bertujuan untuk memaksimalkan pembelajaran karena sistem yang dipakai
di SMP Islam Hidayatullah Semarang adalah berbasis Full Day School.
Pembelajaran Full Day School mengharuskan pemakaian metode
pembelajaran yang bersifat student centered yang diperlukan untuk
menghilangkan perasaan bosan ataupun jenuh karena intensitas waktu yang
lebih lama ketimbang waktu yang diberlakukan pada sekolah pada
umumnya.
Kedua adalah pelaksanaan pembelajaran. Dalam praktik nya guru harus
merealisasikan isi pedoman yang telah disusun oleh masing-masing guru
dalam perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran ini berisi program
tahunan, program semester, program tatap muka, silabus, Kriteria
99
Ketuntasan Minimal (KKM), dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP). Semua guru wajib mematuhi isi petunjuk pelaksanaan yang termuat
di dalam semua perangkat pembelajaran tersebut. Dalam melakukan
pengawasan kepala sekolah bertindak sebagai supervisor yang melakukan
kegiatan supervisi nya melalui berkeliling setiap hari di kelas. Kepala
sekolah memasuki ruangan kelas untuk memastikan apakah guru sudah
menjalankan pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan yang tercatat dalam
perangkat pembelajaran nya. Apabila guru dinilai menyimpang dari
petunjuk yang tertera dalam perangkat pembelajaran maka kepala sekolah
secara tegas menegur dan mengingatkan agar mengubah metode
pembelajaran yang dilakukan karena guru sebagai pemimpin pembelajaran
yang bertugas mengelola kegiatan pembelajaran sepenuhnya peserta didik
di dalam kelas.
Langkah kegiatan manajemen pembelajaran yang ketiga adalah
evaluasi pembelajaran. Evaluasi yang dilakukan di SMP Islam
Hidayatullah Semarang meliputi dua hal. Yaitu evaluasi proses dan
evaluasi hasil. Evaluasi bertujuan untuk mengukur apakah proses
pembelajaran yang dilakukan sudah dapat dikatakan efektif dan efisien
atau belum. Sedangkan evaluasi hasil dilaksanakan dengan mengukur
ketercapaian indikator pembelajaran yang meliputi tiga aspek, ranah
kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Evaluasi proses
dilaksanakan oleh kepala sekolah bersama dengan guru sedangkan
evaluasi hasil sepenuhnya dilakukan oleh guru. Evaluasi proses dilakukan
ketika dalam pelaksanaan pembelajaran dan ketika pembelajaran usai.
Adapun evaluasi hasil dilaksanakan hanya setelah pelaksanaan
pembelajaran berakhir.
2. Problematika pembelajaran Full Day yang terjadi di SMP Islam
Hidayatullah Semarang adalah sebagai berikut.
100
a. Siswa sering mendapatkan perasaan kelelahan selama pembelajaran
berlangsung karena waktu yang sangat lama dalam sehari. SMP Islam
Hidayatullah Semarang menyiasati nya dengan cara pemakaian metode
pembelajaran yang menyenangkan dan pemanfaatan fasilitas
pendidikan yang menarik sehingga rasa bosan yang rentan timbul
akibat pembelajaran Full Day bisa ditekan.
b. Guru juga mengalami hal sama seperti yang dialami siswa. Yaitu
adanya perasaan kelelahan baik secara fisik maupun non fisik.
Akibatnya banyak guru yang pulang sebelum jam pembelajaran siswa
selesai. Guru pulang sebelum pukul 15.30 sore. Sehingga ketika
kegiatan sholat Ashar berjamaah yang harus dilakukan siswa menjadi
terhambat karena tidak ada guru yang mengkontrol, mengawasi, dan
membimbing mereka untuk melakukan sholat secara bersama-sama.
Langkah yang ditempuh kepala sekolah adalah dengan
memberlakukan tugas guru piket yang harus pulang setelah pukul
15.30 petang. Kepala sekolah juga masih berpikir bagaimana caranya
untuk mencegah perasaan yang dialami guru sehingga pembelajaran
akan selalu efektif dan efisien sampai pada jam pembelajaran terakhir.
B. Saran-Saran
1. Bagi Siswa
a. Sebaiknya siswa jangan terlalu mengeluarkan energi yang besar “ngotot”
untuk mencegah perasaan cepat lelah pada saat pembelajaran Full Day
School.
b. Untuk meningkatkan kualitas prestasi yang lebih baik pada masa
mendatang biasakanlah memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya
setelah lulus dari SMP Islam Hidayatullah. Manfaatkan waktu untuk hal
yang produktif seperti halnya saat melakukan pembelajaran Full Day
School di SMP Islam Hidayatullah.
101
c. Kembangkan ilmu yang telah diperoleh dari SMP Islam Hidayatullah
Semarang untuk kemajuan diri sendiri, orang tua, keluarga, bangsa dan
negara, serta agama.
2. Bagi Guru
a. Guru sebaiknya bisa lebih memperhatikan aspek fisik dan psikis siswa
yang telah merasa lelah dalam mengikuti pembelajaran full day. Perhatian
itu bisa dilakukan dengan cara memakai pendekatan pembelajaran yang
betul-betul bisa menyenangkan bagi semua siswanya. Siswa jangan
sampai dipaksakan untuk kegiatan yang sifatnya terlalu memberatkan.
b. Guru jangan sampai meninggalkan sekolahan sebelum jam pembelajaran
selesai. Dengan kata lain guru jangan membolos dengan pulang sebelum
pukul 15.30 petang. Hal ini akan mengakibatkan kegiatan siswa pada jam
pembelajaran terakhir tidak kondusif. Selain itu juga akan menurunkan
semangat belajar mereka dalam pembelajaran full day. Dan guru pasti nya
akan kehilangan wibawa di hadapan murid karena belum bisa menjadi
teladan yang baik bagi mereka.
3. Bagi Kepala Sekolah
a. Berdayakan semua stake holder SMP Islam Hidayatullah Semarang dalam
rangka upaya meningkatkan kualitas pendidikan SMP Islam Hidayatullah
Semarang yang lebih baik lagi.
b. Ajari siswa dan guru dengan keteladanan jangan menggunakan kekerasan
baik fisik maupun psikis karena sejatinya mereka badan dan pikiran telah
lelah. Kelelahan semacam ini akan cepat menimbulkan reaksi yang negatif
jika mendapatkan perlakuan yang kurang menyenangkan.
c. Usahakan siswa yang kurang mampu secara ekonomi agar bisa turut
bersekolah di SMP Islam Hidayatullah Semarang . Langkah yang tepat
untuk dilakukan adalah dengan cara menurunkan biaya pendidikan peserta
didik.
102
4. Bagi Orang Tua
a. Bagi orang tua siswa berilah perhatian penuh kepada anak karena
bagaimanapun juga dia belum menjadi pribadi yang dewasa.
b. Jangan paksakan anak untuk melakukan hal yang berada di luar batas
kemampuan mereka. Seperti memaksakan kehendak untuk menguasai
suatu materi pembelajaran yang sekiranya dia belum bisa menguasai
secara penuh. Atau juga dengan memaksakan agar lebih cepat dalam
menguasai materi pembelajaran.
c. Dukung anak dengan cinta dan kasih sayang.
C. Penutup
Demikian penelitian kami susun dengan sebaik-baiknya dan berdasarkan data
yang valid. Akan tetapi peneliti mengakui masih banyaknya kekurangan dan
kesalahan yang terjadi baik dalam segi penulisan, semantik bahasa, ataupun
dalam segi metode penelitian yang digunakan. Untuk itu peneliti mengharapkan
kiriman kritik dan saran yang konstruktif agar dalam penyusunan karya yang
selanjutnya bisa mencipta hasil yang lebih baik lagi. Atas perhatian dari pembaca
yang budiman peneliti sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya. Akhirul
kalam, wallahua’lam bishawab.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Basit Amin, skripsi “Manajemen Pembelajaran Kurikulum Muatan
Lokal PAI dan Implikasinya Terhadap Peningkatan Keragaman Peserta Didik
SMP Islam Hidayatullah Semarang” (Semarang: Perpustakaan IAIN Walisongo
Semarang, 2007)
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan standar
Kompetensi guru, (Bandung: remaja Rosda Karya, 005)
Alaydroes DR. Fahmy, Psi, MM, Med “Pelaksanaan full day school di
SD” http://gudangmakalah.blogspot.com/2010/06/tesis-pelaksanaan-full-day-
school-di-sd.html.
Anderson Lorin W., The Effective Teacher (American: Mc Graw hill,
1989, hlm.47)
Anjaryati Fibriana “Implementasi Sekolah Full Day School”
http://kakadi.info/?p=368
Anwar Saifuddin.“Metodelogi Penelitian”, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1988).
Arends Richard I., Learning To Teacch, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar,
2008) Cet I.
Arifathul Hikmah, skripsi “ manajemen pembelajaran untuk
meningkatkan prestasi belajar PAI di MIN Kalibuntu Wetan Kendal” (Semarang:
Perpustakaan IAIN Walisongo Semarang, 2007)
Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,
(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1998),
Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2002),
B. Siswanto, Pengantar Manajemen, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006),
Cet. 2.
B. Suryosubroto, Manajemen Pendidikan Di Sekolah (Jakarta, PT.
Rieneka Cipta, 2004) Cet, I
Bisri Cik Hasan, Agenda Pengembangan Pendidikan Tingi Agama Islam,
(Jakarta: Logos, Wacana Ilmu, 1999)
_____________, Penuntun Penyusun Rencana Penelitian dan Penulisan
Skripsi (Bidang ilmu Agama Islam), (Jakarta: PT logos Wacana Ilmu 1998),hlm.
39.
Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum (Jakarta, Rineka Cipta,
2004) Cet.,
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta,
1999),.
Djamarah Bahri Syaiful Psikologi Belajar, (Jakarta, PT Rineka Cipta, 2008) Cet
II
_____________,, Guru dan Anak didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta :
Rineka Cipta, 2000),.
Djamarah Bahri Syaiful, Psikologi Belajar (Jakarta PT. Rineka Cipta) cet
ke II .
DPR RI dan Presiden RI, Undang-Undang Republik Indonesia No. 20
Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), (Bandung: Citra
Umbara, 2003.
E. Mulasa, Manajemen Berbasis Sekolah : strategi dan implementasi, (
Bandung Remaja Rosda Karya, 2007).
_____________, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2004).
_____________, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2006),.
_____________, Pedoman Manajemen Berbasis Madrasah, (Proyek
Pemberdayaan Dalam Kelembagaan dan Ketatakelaksanaan pada Madrasah dan
PAI pada Sekolah Umum tahun 2004).
Echols John M. dan Shadily Hasan Kamus Inggris Indonesia (Jakarta PT
Gramedia 2003) Cet XXV .
H. Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum (Jakarta, Rineka
Cipta, 2004) Cet., I
Hamalik Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran (Bandung, Bumi Aksara
2008) cet . VII
_____________, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara,
2001).
_____________, Psikologo Belajar Dan Mengajar (Bandung, Sinar Baru
Algensindo, 2007) Cet Ke V .
J. Moleong Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja
Rosda Karya, 2002), Cet. XVII, hlm. 3.
Khearudin, et. Al. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Madrasah,
(Yogyakarta: Kerjasama Madrasah Development Center dengan Pilar Media,
2007),.
L. Sisk Henry, Principles of Management, (Ohio: South Western
Publishing Company, 1969),
Majid Abdul, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar
Kompetensi Guru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007),.
Makmun Syamsudin Abin, MA, Pengelolaan Pendidikan, (Bandung,
Pustaka Eduka, 2010) cet I.
Mustaqim, Ilmu Jiwa Kependidikan, (Semarang, 2007 )
_____________, Psikolog Pendidikan (Semarang, Pustaka Pelajar, 2008)
Muthowi Ibrahim Ishmat dan Ahmad Hasan Aminah, Al-Ushul al-Idarah
Li al-Tarbiyyah, (Riyadh : Dar al-syuruq, 1996)
Naim Ngainun dan Patoni Achmad, Materi Penyusunan Desain
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (MPDP-PAI), (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2007).
Naim Nganimun dan Patoni Achmad, Materi Penyusunan Desain
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (MPDP-PAI), (Yogjakarta: Pustaka
Pelajar, 2007s),.
Nasarudin, manajemen pembelajaran ( Yogyakarta: TERAS ,2007)
Nurdin Syafruddin, Usman M. Basyiruddin, Guru Profesional dan
Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), Abdullah Idi ,
pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik. (Yogyakarta, Ar-ruzz Media 2009)
Cet ke III,.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no. 19 tahun 2005 Tentang
Standar Nasional Pendidikan.
Purwanto M. Ngalim, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 1995).
_____________,, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2000),.
Rianto Yatim, Metode Penelitian Pendidikan Suatu Tinjauan Dasar,
(Surabaya: SIC, 1996),
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Renika Cipta,
2004), Cet 4.
Sagala Syaiful, Konsep dan Wacana Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta,
2003).
Sardiman AM, Interaksi Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta, CV.
Rajawali, 1992),.
_____________, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. (Jakarta,PT
Rajagrafindo Persada, 2010) cet I .
Sardiman, Interaksi Dan Motifator Belajar Mengajar,( Jakarta:
RajaGarfindo persada, 2001), cet IX.
Sharplin Arthur, Strategic Management, (United States of America:
McGraw-Hill,Inc, 1985)
Subandijah, Pengembangan Kurikulum Dan Inovasi Kurikulum, (Jakarta,
PT Raja Grafindo Pesada, 1996),
Subroto B. Suryo, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta Rineka
Cipta, 1997) Cet. I .
Sudjana Nana Dan Ibrahim, Penelitian Dan Penilaian Pendidikan,
(Bandung: Sinar Baru, 1989),
Sufyarma, Kapita Selekta Manajemen Pendidikan, (Bandung: CV
Alfabeta, 2003), Cet. 1.
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung ,CV.
Alfabeta,2005) cet I
Sukiwa Iwa, dasar-dasar umum manajemen pendidikan, (Bandung:
TARSITO, 1986).
Sukmadinata Syaudhij Nana, Landasan Psikologi Proses Pendidikan,
(Bandung, PT Remaja Rosda Karya, 2004) Cet II
Sukur Cak “Full Day School Harus Proposional”
Supardi, kk, Asas-asas praktek pengajaran,(Jakarta: Bhatara, 1998).
Suryobroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2002), Cet. I,.
Suyono Arif “Pelaksanaan Pembelajaran full day School” http//
pelaksanaan-full-day-schooll.318-989-1FB.pdf]
Syafaruddin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum , (Jakarta
PT. Quantum Teaching, 2005) Cet III,
Syagala Syaiful, Konsep dan Wawancara Pembelajaran, (Bandung:
Alfabeta, 2003).
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan,
(Semarang: CV Aneka Ilmu, 2003)
Usman Husaini, Manajemen Teori, Praktek dan Riset Pendidikan,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2006),
Yamin Martinis, Maisah, Manajemen Pembelajaran Kelas, (Jakarta,
Gaung Pres, 2009), Cet pertama.
DARI INTERNET
Amin Ahmad “Paradigma Pendidikan Di Indonesia” http://msi-
uii.net/cetak.asp?menu=artikel&id=245
http://caksukur.blogspot.com/2007/03/fullday-school-harus-proporsional.html.
http://www.klubguru.com/2view.php?subaction=showfull&id=125160066
8&archive=&start_from=&ucat=2&.
http://www.klubguru.com/view.php?subaction=showfull&id=1222043175
&archive=&start_from=&ucat=4& rabu 23 sept 2010 jam 10 : 28
Ibnu Abdullah Abu Muhammad “Prestasi Belajar” http//Abu Muhammad
Ibnu Abdullah, ”Prestasi Belajar” E:\spesialis-torch-com – Prestasi Belajar.mht
Ibusud,“Fulldaykordegarden”,http//www.ibusd.drca.us/mainofices/resrch/pdf/stud
ies/fulldaykordegarden.pdf .
Jonathan A. Plucker “The Effects of Full Day Versus Half Day”
http://kakadi.info/?p=368
Kosim Abdul “Kontroversi Belajar Sehari penuh” http//Kontroversi
Belajar Sehari Penuh - Pena Pendidikan.htm.
Oetomo Wahyudi, Judul: Full Day School Dan Implementasinya Wahyudi
Oetomo,“Full Day School Dan Implementasinya”
http://wahyudioetomo.blogspot.com/2010/03/full-day-school-dan-
implementasinya.html.
Okidermawan “manajemen mutu terpadu di lembaga pedidikan islam”
http//www.Okidermawan, E:/manajemen mutu terpadu/oki’s site-Manajemen
Mutu Terpadu Di Lembaga Pendidikan Islam.mht.
Prihandono “Meningkatkan Kualitas Pendidikan Di Indonesia”
http://ms.library.ums.ac.id.
Prihandono Rendra “Memaksimalkan full day school”
http://etd.eprints.ums.ac.id/703/1/A410040102.
Robin Kenneth B., dkk. “Is More Better The Effects o Full Day vs Half
day Preschool on Early SchoolAchievement”
http://etd.eprints.ums.ac.id/703/1/A410040102.pdf
www.penapendidikan .com
DAFTAR PRESTASI SISWA SMP HIDAYATULLAH SEMARANG
1. Tahun 2005 juara terbaik III Tartil AL-Qur’an se-Kota Semarang
2. Tahun 2005 juara I Pidato Bahasa Jawa Tingkat Provinsi Jawa Tengah
3. Tahun 2005 juara I Geguritan Jawa Tingat Provinsi
4. Tahun 2005 juara I dan II Matematika Tingkat se-Kota Semarang
5. Tahun 2005 juara I dan II Speech Contest se-Kota Semarang
6. Tahun 2006 juara I dan III Murottal Al-Qur’an MGMP PAI
7. Tahun 2006 juara I Tartil Pelajar tingkat kota Semarang
8. Tahun 2007 juara I, II dan III Nasyid se-Kota Semarang
9. Tahun 2008 juara 1 dan 2 Sari Tilawah tingkat Kota Semarang
10. Tahun 2008 Juara 3 Reeling Story Tingkat Kota Semarang
11. Tahun 2009 juara 2 Speech Contest tingkat kota Semarang
12. Tahun 2009 juara I Tartil Al-Qur’an Tingkat Kota Semarang
13. Tahun 2009 juara 3 Spelling Bee tingkat Kota Semarang
14. Tahun 2009 Juara 3 Retelling story Tingkat Kota Semarang
DOKUMENTASI HASIL PENELITIAN
1. Lokasi dan Suasana SMPI Hidayatullah Semarang.
2. Pelaksanaan Pembelajaran Full day scholl
a) Didalam Kelas
b) Di luar Kelas
3. Aktivitas yang mendukung dalam pembelajaran Full day school
4. Proses Wawancara