jpfi MODEL MULTIMEDIA INTERAKTIF BERBASIS GAYA · PDF filegrafik, animasi yang mampu...

9
ISSN: 1693-1246 Januari 2012 Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 8 (2012) 74-82 MODEL MULTIMEDIA INTERAKTIF BERBASIS GAYA BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP PENDAHULUAN FISIKA ZAT PADAT K. Wiyono 1 *, Liliasari 2 , A. Setiawan 2 , C.T. Paulus 2 1 Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sriwijaya, Sumatera Selatan, Indonesia 2 Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung, Indonesia Diterima: 9 Desember 2011. Disetujui: 28 Desember 2011. Dipublikasikan: Januari 2012 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh model multimedia interaktif berbasis gaya belajar dalam meningkatkan penguasaan konsep pendahuluan fisika zat padat mahasiswa calon guru. Metode eksperi- men dengan desain control group pretest-posttest design dilaksanakan terhadap 37 mahasiswa kelas eks- perimen dan 36 mahasiswa kelas kontrol di LPTK Sumatera Selatan. Instrumen berupa kuesioner gaya belajar, tes pilihan ganda, angket dan lembar observasi. Uji t beda rerata digunakan melihat peningkatan penguasaan konsep mahasiswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan tertinggi terjadi pada gaya belajar visual sebesar 83,0 (kategori tinggi) dan terendah pada gaya belajar kinestetik sebesar 66,3 (ketegori sedang). Peningkatan penguasaan konsep kelas eksperimen 74 (kategori tinggi) dan kelas kontrol 47 (ketegori sedang). Disimpulkan bahwa penggunaan multimedia interaktif berbasis gaya belajar lebih efektif daripada pembelajaran konvensional dalam meningkatkan penguasaan konsep pendahuluan fisika zat padat. ABSTRACT This study aims to see the effect of interactive multimedia model based learning styles to improve the concept mastery introductory solid state physics prospective teachers. Experimental methods with pretest posttes control group design implemented of 37 students in the experimental class and 36 students in the control class LPTK South Sumatra. Instruments of learning styles questionnaires, multiple choice tests, questionnaires and observation sheets. The mean difference t test used to see an increase in student con- cepts of mastery. The results showed that the highest increase occurred in the visual learning style that is equal to 83.0 (high category) and the lowest at 66.3 for kinesthetic learning styles (medium category). In- creased concept of mastery class experiments 74 (high category) and a control class 47 (medium category). Concluded that the use of interactive multimedia-based learning style is more effective than conventional learning in improving the concept mastery introductory solid-state physics. © 2012 Jurusan Fisika FMIPA UNNES Semarang Keywords: interactive multimedia; learning style; concepts of mastery *Alamat Korespondensi: Jl. Raya Palembang-unsri KM 32 Inderalaya Ogan Ilir, Sumatera Selatan Email: [email protected] http://journal.unnes.ac.id/index.php/jpfi PENDAHULUAN Selama ini sebagian dosen mengajarkan materi pendahuluan fisika zat padat dengan metode ceramah dan jarang sekali melakukan kegiatan praktikum di laboratorium. Hal ini yang menyebabkan kesulitan mahasiswa dalam me- mahami konsep-konsep pendahuluan fisika zat padat yang bersifat abstrak dan mikroskopis. Hasil studi pendahuluan menunjukkan bahwa hasil belajar fisika zat padat pada suatu LPTK dalam lima tahun terakhir masih tergolong rendah yaitu sebesar 56 (2006), 53 (2007), 56 (2008), 55 (2009), 61 (2010) pada skala 1-100. Rendahnya hasil belajar fisika zat padat tersebut salah satunya disebabkan kesulitan mahasiswa dalam memahami konsep-konsep fisika zat padat yang abstrak dan bersifat mik- roskopis. Demikian juga dosen lebih cende-

Transcript of jpfi MODEL MULTIMEDIA INTERAKTIF BERBASIS GAYA · PDF filegrafik, animasi yang mampu...

Page 1: jpfi MODEL MULTIMEDIA INTERAKTIF BERBASIS GAYA · PDF filegrafik, animasi yang mampu mengadaptasi perbedaan gaya belajar mahasiswa yang me- ... menggunakan kuesioner atau tes psikometrik

ISSN: 1693-1246Januari 2012

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 8 (2012) 74-82

MODEL MULTIMEDIA INTERAKTIF BERBASIS GAYA BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP

PENDAHULUAN FISIKA ZAT PADAT

K. Wiyono1*, Liliasari2, A. Setiawan2, C.T. Paulus2

1Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu PendidikanUniversitas Sriwijaya, Sumatera Selatan, Indonesia

2Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung, Indonesia

Diterima: 9 Desember 2011. Disetujui: 28 Desember 2011. Dipublikasikan: Januari 2012

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh model multimedia interaktif berbasis gaya belajar dalam meningkatkan penguasaan konsep pendahuluan fisika zat padat mahasiswa calon guru. Metode eksperi-men dengan desain control group pretest-posttest design dilaksanakan terhadap 37 mahasiswa kelas eks-perimen dan 36 mahasiswa kelas kontrol di LPTK Sumatera Selatan. Instrumen berupa kuesioner gaya belajar, tes pilihan ganda, angket dan lembar observasi. Uji t beda rerata digunakan melihat peningkatan penguasaan konsep mahasiswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan tertinggi terjadi pada gaya belajar visual sebesar 83,0 (kategori tinggi) dan terendah pada gaya belajar kinestetik sebesar 66,3 (ketegori sedang). Peningkatan penguasaan konsep kelas eksperimen 74 (kategori tinggi) dan kelas kontrol 47 (ketegori sedang). Disimpulkan bahwa penggunaan multimedia interaktif berbasis gaya belajar lebih efektif daripada pembelajaran konvensional dalam meningkatkan penguasaan konsep pendahuluan fisika zat padat.

ABSTRACT

This study aims to see the effect of interactive multimedia model based learning styles to improve the concept mastery introductory solid state physics prospective teachers. Experimental methods with pretest posttes control group design implemented of 37 students in the experimental class and 36 students in the control class LPTK South Sumatra. Instruments of learning styles questionnaires, multiple choice tests, questionnaires and observation sheets. The mean difference t test used to see an increase in student con-cepts of mastery. The results showed that the highest increase occurred in the visual learning style that is equal to 83.0 (high category) and the lowest at 66.3 for kinesthetic learning styles (medium category). In-creased concept of mastery class experiments 74 (high category) and a control class 47 (medium category). Concluded that the use of interactive multimedia-based learning style is more effective than conventional learning in improving the concept mastery introductory solid-state physics.

© 2012 Jurusan Fisika FMIPA UNNES Semarang

Keywords: interactive multimedia; learning style; concepts of mastery

*Alamat Korespondensi: Jl. Raya Palembang-unsri KM 32 Inderalaya Ogan Ilir, Sumatera Selatan Email: [email protected]

http://journal.unnes.ac.id/index.php/jpfi

PENDAHULUAN

Selama ini sebagian dosen mengajarkan materi pendahuluan fisika zat padat dengan metode ceramah dan jarang sekali melakukan kegiatan praktikum di laboratorium. Hal ini yang menyebabkan kesulitan mahasiswa dalam me-mahami konsep-konsep pendahuluan fisika zat

padat yang bersifat abstrak dan mikroskopis. Hasil studi pendahuluan menunjukkan bahwa hasil belajar fisika zat padat pada suatu LPTK dalam lima tahun terakhir masih tergolong rendah yaitu sebesar 56 (2006), 53 (2007), 56 (2008), 55 (2009), 61 (2010) pada skala 1-100. Rendahnya hasil belajar fisika zat padat tersebut salah satunya disebabkan kesulitan mahasiswa dalam memahami konsep-konsep fisika zat padat yang abstrak dan bersifat mik-roskopis. Demikian juga dosen lebih cende-

Page 2: jpfi MODEL MULTIMEDIA INTERAKTIF BERBASIS GAYA · PDF filegrafik, animasi yang mampu mengadaptasi perbedaan gaya belajar mahasiswa yang me- ... menggunakan kuesioner atau tes psikometrik

K. Wiyono dkk. - Model Multimedia Interaktif Berbasis Gaya Belajar 75

rung menggunakan pendekatan matematis dalam mengajarkan konsep-konsep fisika zat padat. Agar konsep-konsep pendahuluan fi-sika zat padat yang abstrak dan mikroskopis mudah dipahami oleh mahasiswa perlu adanya inovasi dalam perkuliahan fisika lanjut. Salah satu inovasi dalam perkuliahan yaitu dengan pengintegrasian teknologi informasi dan ko-munikasi dalam bentuk multimedia interaktif (Wiyono, 2009).

Penggunaan multimedia interaktif pem-belajaran pada fisika akan sangat membantu mahasiswa dalam memahami konsep-kon-sep yang bersifat abstrak. Menurut McKagan (2007) mahasiswa akan lebih mudah mema-hami konsep mekanika kuantum yang bersifat abstrak dengan bantuan software interaktif. Penggunaan TIK dalam pembelajaran fisika antara lain model pembelajaran fisika berbasis teknologi informasi (web) dapat meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan generik sains mahasiswa calon guru pada materi ter-modinamika (Darmadi, 2007). Model pembela-jaran hipermedia pada materi induksi magnetik dapat meningkatkan penguasaan konsep fisika dan dapat meningkatkan keterampilan generik sains guru serta memberikan tanggapan yang baik terhadap model pembelajaran hiperme-dia materi pokok induksi magnetik (Setiawan dkk, 2007). Model pembelajaran berbasis mul-timedia berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar fisika dengan rata-rata gain kelas eksperimen lebih unggul sebesar 4,73 terha-dap rata-rata gain kelas kontrol sebesar 3,19. perbedaan tersebut signifikan pada taraf nya-ta 0,05 dengan probabilitas 0,00 dengan thitung sebesar 4,064 yang lebih besar dibandingkan dengan ttabel sebesar 2,060 (Wiendartun dkk, 2007). Penggunaan model pembelajaran in-kuiri berbasis teknologi informasi dapat me-ningkatkan penguasaan konsep, keterampilan generik sains dan keterampilan berpikir kritis pada mata pelajaran Kimia untuk topik hidro-lisis garam (Ikhsanuddin, 2007). Penggunaan Teknologi dalam pembelajaran fisika (Physics Education Technology/PhET) lebih produktif di-bandingkan dengan metode tradisional seperti ceramah dan demonstrasi (Finkelstein, 2006). Penggunaan program fisika yang berbasis web secara signifikan efektif pada skor-skor perbe-daan rata-rata pretest dan posttest FCI siswa sekolah menengah dan meningkatkan prestasi mereka dalam memahami konsep gaya dan gerak (Damirci, 2007). Wiyono (2009) telah melakukan penelitian yang hasilnya menyata-kan bahwa konsep-konsep relativitas khusus

yang bersifat abstrak dapat dipahami oleh ma-hasiswa dengan bantuan model pembelajaran berbasis multimedia interaktif.

Multimedia interaktif yang digunakan di dalam pembelajaran merupakan media yang sangat baik untuk meningkatkan proses be-lajar dengan memberikan kesempatan bagi para mahasiswa dalam mengembangkan keterampilan, mengidentifikasi masalah, me-ngorganisasi, menganalisis, mengevaluasi, dan mengkomunikasikan informasi. Menurut Rusman (2009) sistem multimedia interaktif harus memenuhi kriteria yaitu: (1) berorienta-si pada tujuan pembelajaran, (2) berorientasi pada pembelajaran individual, (3) berorientasi pada pembelajaran mandiri dan (4) berorien-tasi pada pembelajaran tuntas. Sementara sis-tem multimedia interaktif yang ada sekarang ini umumnya memberikan presentasi materi pembelajaran yang sama untuk setiap penggu-na karena mengasumsikan bahwa karakteris-tik semua pengguna adalah homogen. Dalam kenyataannya, setiap pengguna mempunyai karakteristik yang berbeda-beda baik dalam hal tingkat kemampuan, gaya belajar, latar belakang atau yang lainnya. Oleh karena itu seorang pengguna multimedia interaktif ini be-lum tentu mendapatkan materi pembelajaran yang tepat dan akibatnya efektivitas pembela-jaran tidak optimal. Seharusnya suatu sistem multimedia interaktif dapat memberikan materi pembelajaran yang tingkat kesulitannya sesu-ai dengan kemampuan pengguna, dan cara mempresentasikan materi pembelajarannya sesuai dengan gaya belajar pengguna. De-ngan kata lain sistem multimedia interaktif se-harusnya dapat mengadaptasikan tampilannya terhadap berbagai variasi karakteristik penggu-na, sehingga mempunyai efektivitas pembela-jaran yang tinggi.

Multimedia interaktif adaptif yang di-maksud adalah multimedia interaktif yang ter-diri dari presentasi dalam bentuk teks, audio, grafik, animasi yang mampu mengadaptasi perbedaan gaya belajar mahasiswa yang me-nempuh mata kuliah pendahuluan fisika zat pa-dat sehingga mereka belajar dalam lingkungan yang menyenangkan terdapat banyak definisi tentang gaya belajar atau learning style. Me-nurut James (1993), gaya belajar didefinisikan sebagai kebiasaan belajar dimana seseorang merasa paling efisien dan efektif dalam me-nerima, memproses, menyimpan dan menge-luarkan sesuatu yang dipelajari. Mc Loughlin (1999) menyimpulkan bahwa istilah gaya be-lajar merujuk pada kebiasaan dalam mempe-

Page 3: jpfi MODEL MULTIMEDIA INTERAKTIF BERBASIS GAYA · PDF filegrafik, animasi yang mampu mengadaptasi perbedaan gaya belajar mahasiswa yang me- ... menggunakan kuesioner atau tes psikometrik

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 8 (2012) 74-8276

roleh pengetahuan. DePorter (2006) menemu-kan banyak variabel yang mempengaruhi cara belajar orang yang mencakup faktor-faktor fisik, emosional, sosiologis dan lingkungan. Gaya belajar seseorang adalah kombinasi dari bagaimana seseorang menyerap dan menga-tur serta mengolah informasi.

Beberapa penelitian mengenai gaya belajar menunjukkan bahwa (1) beberapa pelajar mempunyai kebiasaan belajar yang berbeda dengan yang lainnya, (2) beberapa pelajar belajar lebih efektif bila diajar dengan metode yang paling disukai, dan (3) prestasi pelajar berkaitan dengan bagaimana caranya belajar (Riding & Rayner, 1998). Gaya bela-jar mempengaruhi efektivitas pelatihan, tidak peduli apakah pelatihan tersebut dilakukan se-cara tatap muka atau secara on-line (Surjono, 2006). Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peranan gaya belajar dalam proses belajar mengajar. Gaya belajar sering diukur dengan menggunakan kuesioner atau tes psikometrik (McLoughlin, 1999). Salah satu gaya belajar yang dikenal dengan kesederhanaannya ada-lah VAK. Gaya belajar VAK menggunakan tiga penerima sensori utama, yakni visual, auditory dan kinestetic dalam menentukan gaya belajar seorang peserta didik dilihat dari gaya belajar yang dominan (Rose, 1987). Gaya belajar VAK ini didasarkan atas teori modaliti, yakni meski-pun dalam setiap proses pembelajaran peserta didik menerima informasi dari ketiga sensori tersebut, akan tetapi ada salah satu atau dua sensori yang dominan.

Berdasarkan uraian permasalahan pada latar belakang, maka yang menjadi perma-salahan dalam penelitian ini adalah” Bagai-manakah pengaruh model multimedia interak-tif berbasis gaya belajar dalam meningkatkan penguasaan konsep pendahuluan fisika zat padat mahasiswa calon guru? “

METODE

Penelitian ini menggunakan metode eks-perimen dengan desain pretest-posttes control group design yaitu penelitian yang dilaksana-kan pada dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol, diawali dengan memberikan tes awal untuk mengidentifikasi kemampuan awal siswa. Kemudian dilaksanakan pembela-jaran dengan menggunakan model multimedia interaktif adaptif pendahuluan fisika zat padat (MIA-PIZA). Setelah pembelajaran selesai di-lakukan tes akhir untuk mengidentifikasi pe-ningkatan penguasaan konsep mahasiswa.

Untuk menguji tingkat signifikansi perbedaan rerata penguasaan konsep dilakukan dengan analisis secara statistik dengan menggunakan uji statistik parametrik (uji t satu ekor dengan = 0,05) jika sebaran data berdistribusi normal dan homogen atau menggunakan uji statistik non-parametrik (uji Wilcoxon) jika sebaran data tidak berdistribusi normal. Analisis statistik di-lakukan dengan bantuan program SPSS.14. Tanggapan mahasiswa dan dosen dijaring dengan angket untuk mengetahui pendapat tentang model yang dikembangkan. Data yang diperoleh melalui angket dalam bentuk skala kualitatif dikonversi menjadi skala kuantitatif. Untuk pernyataan yang bersifat positif kategori SS (sangat setuju) diberi skor tertinggi, makin menuju ke STS (sangat tidak setuju) skor yang diberikan berangsur-angsur menurun. Obeser-vasi dilakukan untuk mengetahui keterlaksa-naan model perkuliahan multimedia interaktif adaptif pendahuluan fisika zat padat. Desain penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Desain penelitian

KelasTes awal

PerlakuanTes

akhirEksperimen O X1 OKontrol O X2 O

Dengan O adalah observasi berupa tes awal dan tes akhir, X adalah penerapan model pembelajaran multimedia interaktif adaptif dan X2 adalah penerapan model pembelajaran kon-vensional. Penelitian ini dilaksanakan di LPTK Negeri Sumatera Selatan yang menyelengga-rakan Program Studi Pendidikan Fisika. Su-byek penelitian adalah mahasiswa calon guru fisika semester V yang mengikuti mata kuliah Pendahuluan Fisika Zat Padat. Sampel dipi-lih dengan teknik purposive sampling dengan jumlah 73 orang yang dibagi kedalam 2 kelas yaitu 37 untuk kelas eksperimen dan 36 untuk kelas kontrol. Secara garis besar tahap-tahap penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 1.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Persentase pencapaian skor rata-rata tes awal, tes akhir dan N-gain hasil belajar pendahuluan fisika zat padat antara kelas eks-perimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa skor rata-rata tes awal mahasiswa kelas eks-perimen sebesar 28,0% dari skor ideal, skor rata-rata tes awal mahasiswa kelas kontrol se-

Page 4: jpfi MODEL MULTIMEDIA INTERAKTIF BERBASIS GAYA · PDF filegrafik, animasi yang mampu mengadaptasi perbedaan gaya belajar mahasiswa yang me- ... menggunakan kuesioner atau tes psikometrik

K. Wiyono dkk. - Model Multimedia Interaktif Berbasis Gaya Belajar 77

besar 27,6% dari skor ideal. Selanjutnya berda- sarkan perolehan data skor rata-rata tes akhir pada kedua kelas diketahui bahwa skor rata-rata tes akhir kelas eksperimen sebesar 81,4% dari skor ideal, sementara perolehan rata-rata skor tes akhir kelas kontrol sebesar 61,8% dari skor ideal.

Perolehan persentase rata-rata N-gain untuk kelas eksperimen sebesar 74 dan ke-las kontrol sebesar 47. Rata-rata N-gain untuk kelas eksperimen termasuk kategori tinggi se-dangkan rata-rata N-gain untuk kelas kontrol termasuk kategori sedang. Dengan demikian Rata-rata N-gain untuk kelas eksperimen lebih tinggi dari rata-rata N-gain kelas kontrol.

Perolehan hasil belajar untuk masing-

masing gaya belajar auditorial, kinestetik dan visual seperti Gambar 2. Berdasarkan Gambar 2 terlihat bahwa pada tes awal rata-rata skor tertinggi pada gaya belajar visual yaitu 29,8% dan terendah pada gaya belajar auditorial se-besar 25,8%. Pada tes akhir skor tertinggi sebesar 87,3% pada gaya belajar visual dan terendah sebesar 75,8% pada gaya belajar ki-nestetik. Jika dilihat dari N-gain (peningkatan) tertinggi sebesar 83,0% pada gaya belajar vi-sual dan terendah sebesar 66,3% pada gaya belajar kinestetik. Dari data tersebut dapat di-simpulkan bahwa multimedia intraktif adaptif pendahuluan fisika zat padat (MIA-PIZA) yang dikembangkan memberikan peningkatan ter-besar pada mahasiswa yang memiliki gaya be-

Gambar 1. Tahapan penelitian model multimedia interaktif berbasis gaya belajar

Implementasi model multimedia interaktif adaptif pendahuluan fisika zat padat (MIA-PIZA)

Tes akhir

Tes awal

Model Pembelajaran Konvensional

Analisis Data

Kesimpulan

Kelas Eksperimen

Implementasi Model Pembelajaran

MIA-PIZA

Kelas Kontrol

Angket

Observasi

Pengembangan multimedia interaktif yang mengadaptasi perbedaan gaya belajar (visual, auditorial dan kinetetik) pada

mata kuliah pendahuluan fisika zat padat

Masalah

Page 5: jpfi MODEL MULTIMEDIA INTERAKTIF BERBASIS GAYA · PDF filegrafik, animasi yang mampu mengadaptasi perbedaan gaya belajar mahasiswa yang me- ... menggunakan kuesioner atau tes psikometrik

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 8 (2012) 74-8278

Tabel 2. Analisis statistik hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol

AspekKelas Eksperimen Kelas KontrolTes awal

Tes akhir

%N-gain

Tes awal

Tes akhir

%N-gain

N (Jumlah mahasiswa) 37 36Rata-rata (%) 28,0 81,4 74 27,6 61,8 47Standar Deviasi 3,33 4,58 17 3,99 4,64 17Uji Normalitas (α = 0,05) data %N-gain 0,241 (Normal) 0,511 (Normal)Uji Homogenitas 0.627 (Homogen)

Uji-t (α = 0,05)

t-hitung =5,897

taraf signifikansi (p) = 0,000

(signifikan)

Tabel 3. Perolehan skor tes awal, tes akhir dan N-gain kelas eksperimen dan kelas kontrol tiap pokok bahasan

Pokok BahasanKelas Eksperimen Kelas Kontrol

N %Tes awal

%Tes Akhir

%N-gain N %Tes

awal%Tes Akhir

%N-gain

Struktur kristal

37

39,4 84,2 73

36

43,1 79,2 59Difraksi sinar-x 38,5 90,5 82 34,0 68,1 38Ikatan dalam kristal 23,0 78,7 71 17,7 54,2 42Elektron bebas 15,1 83,8 80 21,1 48,9 34Teori pita energi 22,3 83,8 77 18,8 55,9 44

Gambar 2. Grafik perbandingan persentase tes awal, tes akhir dan N-gain pada gaya belajar Auditorial (A), Kinestetik (K) dan Visual (V)

Page 6: jpfi MODEL MULTIMEDIA INTERAKTIF BERBASIS GAYA · PDF filegrafik, animasi yang mampu mengadaptasi perbedaan gaya belajar mahasiswa yang me- ... menggunakan kuesioner atau tes psikometrik

K. Wiyono dkk. - Model Multimedia Interaktif Berbasis Gaya Belajar 79

lajar visual yaitu dengan N-gain sebesar 83,0 (kategori tinggi). Peningkatan tersebut dise-babkan bahwa multimedia interaktif lebih dapat mengakomodasi berbagai karakteristik gaya belajar visual seperti presentasi dalam bentuk teks, grafik, animasi dan simulasi yang meru-pakan ciri-ciri gaya belajar visual. Sementara itu untuk ciri gaya belajar auditorial dan kines-tetik kurang dapat diakomodasi oleh software karena dalam pembelajaran fisika ciri-ciri gaya belajar tersebut lebih cocok jika dilakukan eks-perimen nyata yang memberikan pengalaman langsung kepada mahasiswa.

Pokok bahasan yang dikembangkan da-lam penelitian ini terdiri atas 5 pokok bahasan yaitu struktur kristal, difraksi sinar-x oleh kris-tal, ikatan dalam kristal, elektron bebas dalam kristal dan teori pita energi. Perolehan skor tes awal dan tes akhir pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 3.

Berdasarkan persentase perolehan skor penguasaan konsep tes awal pada kelas eks-perimen tertinggi terjadi pada pokok bahasan struktur kristal sebesar 39,4% dan terendah terjadi pada pokok bahasan elektron bebas da-lam kristal sebesar 15,1% sedangkan pada ke-las kontrol persentase perolehan skor tes awal tertinggi terjadi pada pokok bahasan struktur kristal sebesar 43,1% dan terendah terjadi pada pokok bahasan ikatan dalam kristal sebe-sar 17,2% . Persentase perolehan skor pengu-asaan konsep tes akhir pada kelas eksperimen tertinggi terjadi pada pokok bahasan difraksi sinar-x oleh kristal sebesar 90,5% dan teren-

dah terjadi pada pokok bahasan ikatan dalam kristal sebesar 78,7% sedangkan pada kelas kontrol persentase perolehan skor tes akhir ter-tinggi terjadi pada pokok bahasan struktur kris-tal sebesar 79,1% dan terendah terjadi pada pokok bahasan elektron bebas dalam kristal sebesar 48,9%. Dengan demikian persentase pencapaian penguasaan konsep setiap pokok bahasan setelah dilakukan tes akhir pada kelas eksperimen dan kelas kontrol mengalami pe-ningkatan. Dari data yang diperoleh menunjuk-kan bahwa %N-gain tertinggi kelas eksperimen terjadi pada pokok bahasan difraksi sinar-X oleh kristal sebesar 82 dengan kategori ting-gi dan terendah terjadi pada pokok bahasan sebesar 71 dengan kategori tinggi. Sementa-ra pada kelas kontrol %N-gain tertinggi terjadi pada pokok bahasan struktur kristal sebesar 59 dengan kategori sedang dan terendah terja-di pada pokok bahasan elektron bebas dalam kristal sebesar 34 dengan kategori sedang.

Selanjutnya dilakukan uji statistik untuk mengetahui perbedaan penguasaan konsep tiap pokok bahasan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data lengkap hasil analisis statistik dapat dilihat pada Tabel 4.

Berdasarkan analisis statistik dapat ter-lihat bahwa semua data terdistribusi normal kecuali pada pokok bahasan elektron bebas pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, serta semua data homogen. Selanjutnya dilakukan uji-t pada taraf signifikasi (α = 0,05) untuk po-kok bahasan struktur kristal, difraksi sinar-x, ikatan kristal, teori pita energi dan uji Mann-

Tabel 4. Hasil Perhitungan Statistik Penguasaan Konsep pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperi-men

Pokok Bahasan

Uji Normalitas (α = 0,05)Uji Homo-

genitas

Uji-t atau uji Mann-Whitney

(α = 0,05)Taraf Signifikansi Keterangan Nilai U

atau t- hitung

Taraf Signifi-kansi

KetEks Kon Eks Kon

Struktur kristal 0,147 0,064 Normal Normal 0,933

(Homogen) t=2,087 0,040 Signifikan

Difraksi sinar-x 0,060 0,093 Normal Normal 0,344

(Homogen) t=2,416 0,018 Signifikan

Ikatan kristal 0,554 0,305 Normal Normal

0,202

(Homogen)t=3,066 0,003 Signifikan

Elektron bebas 0,000 0,095 Tidak

Normal Normal 0,517 (Ho-mogen) u=161,0 0,000 Signifikan

Teori pita energi 0,573 0,308 Normal Normal 0,273 (Ho-

mogen) t=3,870 0,000 Signifikan

Page 7: jpfi MODEL MULTIMEDIA INTERAKTIF BERBASIS GAYA · PDF filegrafik, animasi yang mampu mengadaptasi perbedaan gaya belajar mahasiswa yang me- ... menggunakan kuesioner atau tes psikometrik

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 8 (2012) 74-8280

Whitney pada pokok bahasan elektron bebas dengan hasil berbeda secara signifikan pada taraf signifikasi antara 0,000 sampai dengan 0,040 yang berarti terdapat perbedaan signi-fikan rata-rata N-gain pokok bahasan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan penguasaan konsep secara signi-fikan antara kelas eksperimen dan kelas kon-trol. Dapat disimpulkan bahwa penggunaaan MIA-PIZA dapat lebih efektif dalam meningkat-kan penguasaan konsep dibandingkan dengan model perkuliahan konvensional.

Tabel 5.Tabel persentase keterlaksanaan pem-belajaran

Kegiatan %keterlaksanaanKegiatan awal 95,6Kegiatan dosen 93,3Kegiatan mahasiswa 92,2Kegiatan akhir 93,3

Observasi dilakukan untuk mengetahui keterlaksanaan perkuliahan pendahuluan fisi-ka zat padat dengan menggunakan MIA-PIZA. Aspek yang diamati dalam observasi meliputi kegiatan awal meliputi motivasi, brainstorming dan penyampaian tujuan perkuliahan sesuai dengan silabus dan SAP. Aspek kegiatan do-sen meliputi menyajikan materi melalui multi-media interaktif adaptif, menjawab pertanyaan mahasiswa, mengawasi dan membantu kesu-litan mahasiswa. Aspek kegiatan mahasiswa meliputi: mempelajari materi melalui multime-dia interaktif adaptif, mengikuti aktifitas belajar sesuai dengan tuntunan program dalam mul-timedia interaktif adaptif, menanyakan hal-hal yang tidak dimengerti yang berhubungan de-ngan materi yang dipelajari, mencatat hal-hal yang dianggap perlu, mengerjakan latihan soal yang ada, mengulang kembali pembelajaran tentang materi yang dipelajari jika diperlukan. Aspek kegiatan penutup meliputi: merangkum, refleksi, tugas terstruktur. Hasil observasi ke-terlaksanaan pembelajaran dengan menggu-nakan multimedia interaktif adaptif pendahulu-an fisika zat padat dapat dilihat dalam Tabel 5.

Persentase keterlaksanaan pembelaja-ran dengan menggunakan multimedia interaktif adaptif pendahuluan fisika zat padat rata-rata sebesar 93,6% dari skor ideal. Hal ini menun-jukkan bahwa keterlaksanaan model MIA-PIZA pada perkuliahan pendahuluan fisika zat padat tergolong tinggi sehingga model MIA-PIZA ini

efektif pembelajaran yang berpusat pada ma-hasiswa.

Tanggapan mahasiswa terhadap mo-del pembelajaran multimedia interaktif adaptif pendahuluan fisika zat padat dijaring dengan angket tertutup yang terdiri 24 pernyataan yang terdiri dari 3 aspek yaitu aspek isi, aspek teknis dan aspek penyajian. Persentase tang-gapan mahasiswa terhadap model pembelaja-ran multimedia interaktif adaptif pendahuluan fisika zat padat baik/tinggi. Rata-rata persen-tase untuk rubrik isi 84%, rubrik teknis 89% dan rubrik penyajian 86% dari skor ideal. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa memberi-kan tanggapan yang baik terhadap model yang dikembangkan sehingga dapat disimpulkan bahwa model MIA-PIZA memberikan motivasi yang baik pada perkuliahan pendahuluan fisika zat padat.

Tanggapan dosen terhadap model pem-belajaran multimedia interaktif adaptif penda-huluan fisika zat padat dijaring dengan angket tertutup yang terdiri 24 pernyataan yang terdiri dari 3 aspek yaitu aspek isi, aspek teknis dan aspek penyajian. Terdapat 2 orang dosen yang dimintai tanggapannya terhadap model MIA-PIZA. Persentase tanggapan dosen terha-dap model pembelajaran multimedia interaktif adaptif pendahuluan fisika zat padat baik/ting-gi. Rata-rata persentase untuk rubrik isi 94%, rubrik teknis 96% dan rubrik penyajian 95% dari skor ideal. Hal ini menunjukkan bahwa model MIA-PIZA memberikan alternatif dalam perkuliahan pendahuluan fisika zat padat da-lam keterbatasan laboratorium fisika zat padat.

Setelah dilakukan pembelajaran pada kedua kelompok dengan pendekatan yang berbeda, selanjutnya diberikan tes akhir untuk mengetahui penguasaan konsep mahasiswa terhadap materi yang disampaikan. Hasil anali-sis data menunjukkan bahwa peningkatan pen-guasaan konsep kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan penguasaan konsep ke-las kontrol, hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran MIA-PIZA lebih efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep dibanding-kan dengan model pembelajaran yang selama ini dilakukan. Peningkatan ini dapat dilihat dari nilai %N-gain yang diperoleh pada kelas eks-perimen yaitu 74 yang termasuk kriteria ting-gi, sementara untuk kelas kontrol diperoleh sebesar 47 yang termasuk kriteria sedang. Peningkatan penguasaan konsep pada kelas eksperimen ini tentu saja tidak lepas dari pe-ngaruh model pembejaran MIA-PIZA dimana model ini terdiri dari presentasi dalam bentuk

Page 8: jpfi MODEL MULTIMEDIA INTERAKTIF BERBASIS GAYA · PDF filegrafik, animasi yang mampu mengadaptasi perbedaan gaya belajar mahasiswa yang me- ... menggunakan kuesioner atau tes psikometrik

K. Wiyono dkk. - Model Multimedia Interaktif Berbasis Gaya Belajar 81

teks, audio, grafik, animasi yang mampu me-ngadaptasi perbedaan gaya belajar mahasis-wa yang menempuh mata kuliah pendahuluan fisika zat padat, sehingga mereka belajar da-lam lingkungan yang menyenangkan. Visuali-sasi yang disajikan memungkinkan mahasiswa melakukan navigasi, berinteraksi, berkreasi dan berkomunikasi dengan menghubungkan panca indera mereka dengan antusias sehing-ga informasi yang masuk ke bank memorinya lebih tahan lama dan mudah untuk dipanggil pada saat informasi tersebut digunakan. Pem-rosesan informasi dalam pembentukan kon-sep akan mudah dipanggil apabila tersimpan dalam memori jangka panjang terutama dalam bentuk gambar (Matlin, 1994).

Pada penilitian ini pokok bahasan pen-dahuluan fisika zat padat yang dikembangkan terdiri atas 5 pokok bahasan yaitu struktur kris-tal, difraksi sinar-x, ikatan dalam kristal, elekt-ron bebas dan teori pita energi. Berdaraskan hasil analisis diperoleh bahwa %N-gain terting-gi pada kelas eksperimen terjadi pada pokok bahasan difraksi sinar-x sebesar 82 yang ter-masuk kategori tinggi dan terkecil pada pokok bahasan ikatan dalam kristal sebesar 71 juga termasuk kategori tinggi. Peningkatan ini ter-jadi karena pengaruh model MIA-PIZA yang memberikan penyajian materi yang menarik terutama pada pokok bahasan difraksi sinar-x yang dilengkapi dengan berbagai simulasi dan contoh-contoh penggunaannya dalam kehidu-pan sehari-hari. Difraksi sinar-X adalah pokok bahasan yang mendasari materi-materi yang lain, sedangkan pokok bahasan ikatan dalam kristal merupakan materi yang memerlukan berbagai pengetahuan dari pokok bahasan yang lainnya, sehingga wajar jika %N-gain difraksi sinar-X lebih besar daripada %N-gain ikatan dalam kristal. Sementara untuk kelas kontrol N-gain tertinggi terjadi pada pokok ba-hasan struktur kristal yaitu sebesar 0.59 yang termasuk kriteria sedang dan terendah terjadi pada pokok bahasan elektron bebas sebesar 0.34 yang termasuk kriteria sedang.

Peningkatan yang terjadi pada pokok bahasan pada kelas eksperimen termasuk ka-tegori tinggi, hal ini merupakan pengaruh dari pengunaan multimedia interaktif yang berbasis gaya belajar yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk belajar sesuai de-ngan karakteristik gaya belajar masing-ma-sing. Gaya belajar seseorang adalah kombi-nasi dari bagaimana seseorang menyerap dan mengatur serta mengolah informasi. Beberapa penelitian mengenai gaya belajar menunjuk-

kan bahwa (1) beberapa pelajar mempunyai kebiasaan belajar yang berbeda dengan yang lainnya, (2) beberapa pelajar belajar lebih efek-tif bila diajar dengan metode yang paling disu-kai, dan (3) prestasi pelajar berkaitan dengan bagaimana caranya belajar (Riding, 1998). Gaya belajar mempengaruhi efektivitas pelati-han, tidak peduli apakah pelatihan tersebut di-lakukan secara tatap muka atau secara on-line (Surjono, 2006). Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peranan gaya belajar dalam proses belajar mengajar. Gaya belajar sering diukur dengan menggunakan kuesioner atau tes psi-kometrik (McLoughlin, 1999).

Peningkatan penguasaan konsep pada kelas eksperimen yang berbeda secara signi-fikan dengan kelas konvensional juga akibat pengaruh dari fungsi multimedia dalam pem-belajaran adalah yaitu: (1) membantu maha-siswa dalam memahami konsep yang abstrak dan mikroskopis, menyederhanakan perhitun-gan yang rumit, dan mempercepat keberlang-sungan proses belajar mengajar. Penyajian informasi atau keterampilan secara utuh dan lengkap, serta merancang lingkup informa-si dan keterampilan secara sistematis sesuai dengan tingkat kemampuan dan alokasi waktu; (2) membantu mahasiswa dalam mengaktif-kan fungsi psikologis dalam dirinya antara lain dalam pemusatan perhatian dan memperta-hankan perhatian, memelihara keseimbangan mental, serta mendorong belajar mandiri (Arifin et al., 2003). Fungsi lain dari multimedia inte-raktif dalam dunia pendidikan adalah sebagai perangkat lunak (sofware) pembelajaran, yang memberikan fasilitas kepada mahasiswa untuk mempelajari suatu materi. Multimedia memiliki keistimewaan diantaranya adalah (1) interaktif dengan memberikan kemudahan umpan balik; (2) kebebasan menentukan topik pembelaja-ran; (3) kontrol yang sistematis dalam proses belajar (Munir, 2008).

PENUTUP

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) karakteristik multimedia interaktif adaptif yang terdiri dari presentasi, teks, audio, simulasi, animasi dengan mengadaptasi gaya belajar mahasiswa dapat mempermudah ma-hasiswa dan dosen dalam mempelajari kon-sep-konsep pendahuluan fisika zat padat yang bersifat abstrak dan mikroskopis, (2) model multimedia interaktif adaptif pendahuluan fisika zat padat (MIA-PIZA) dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa pada tiap-tiap gaya belajar.

Page 9: jpfi MODEL MULTIMEDIA INTERAKTIF BERBASIS GAYA · PDF filegrafik, animasi yang mampu mengadaptasi perbedaan gaya belajar mahasiswa yang me- ... menggunakan kuesioner atau tes psikometrik

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 8 (2012) 74-8282

Peningkatan tertinggi terjadi pada gaya belajar visual yaitu dengan %N-gain sebesar 83,0 (ka-tegori tinggi) dan terendah pada gaya belajar kinestetik sebesar 66,3 (ketegori sedang), (3) peningkatan penguasaan konsep pendahu-luan fisika zat padat yang menggunakan mo-del pembelajaran multimedia interaktif adaptif secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang memperoleh pembe-lajaran konvensional. Rata-rata %N-gain pe- nguasaan konsep kelas eksperimen 74 (krite-ria tinggi) dan kelas kontrol 47 (kriteria sedang) yang menunjukkan bahwa penggunaan mul-timedia interaktifadaptif lebih efektif daripada pembelajaran konvensional dalam meningkat-kan penguasaan konsep.

Dari hasil penelitian ini disarankan hal-hal sebagai berikut: (1) jika akan mengem-bangkan model multimedia interaktif, maka harus dapat mengadaptasi perbedaan individu sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran berbasis komputer, (2) model multimedia in-teraktif berbasis gaya belajar lebih sesuai de-ngan gaya belajar visual sehingga perlu mem-perhatikan mahasiswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik dan auditorial, (3) model mul-timedia interakfif cocok untuk materi fisika yang abstrak dan mikroskopis.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M. et al .2003. Strategi Belajar Mengajar Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI

Damirci, N. 2007. A Study About Student’ Miscon-ceptions In Force And Motion Concept By Incorporating A Web-Assisted Physics Pro-gram. The Turkish Online Journal of Educa-tional Technology-TOJET, 4 (3): 40-48

Darmadi, I W. 2007. Model Pembelajaran Berbasis Web untuk Meningkatkan Penguasaan Kon-sep dan Keterampilan Generik Sains Maha-siswa Calon Guru Pada Materi Termodinami-ka. Tesis tidak diterbitkan. Bandung: SPs UPI

DePorter, B. dan Hernacki, M. 2006. Quantum Learning. Jakarta: Kaifa (PT. Mizan Pustaka)

Finkelstein, N.D. et al. 2006. HighTech Tools for

Teaching Physics: The Physics Education Technology Project. MERLOT Journal of on-line Learning and Teaching, 2 (3): 110-121

James, W.B. & Blank, W.E. 1993. Review and cri-tique of avalilable learning-style instrument for adult. In D. Flannery (Ed.), Applying cog-nitive learning styles (pp.47-58). San Fran-cisco: Jossey-Bass

Matlin. 1994. Cognition. New York: Mc Graw HillMcKagan, S.B. et al. 2007. Developing and Re-

searching PhET simulations for Teaching Quantum Mechanics. Physics Education Re-search, 1(0709): 4503-4514

McLoughlin, C. 1999. The implications of reserach literature on learning styles for the design of instructional material. Paper presented at the Knowledge Transfer, London, UK

Munir. 2008. Kurikulum Berbasis Teknologi Infor-masi dan Komunikasi. Bandung: ALFABETA

Riding, R., & Rayner, S. 1998. Cognitive styles and learning strategies. London: David Fulton Publisher

Rose, C.1987. Accelerated Learning. New York: Bantam Dell Pub Group

Rusman. 2009. Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pembelajaran. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Setiawan, A. dkk. 2007. Influence of Hypermedia Ins- truction Model on Magnetic Induction Topic to Comprehension of Physics Concept and Sci-ence Generic Skill of Physics Teachers. Pro-siding Seminar Internasional Pendidikan IPA, SPS UPI Bandung, 17 Oktober 2007

Surjono, H.D. 2006. Development and Evaluation of an adaptive Hypermedia System Based on Multiple Student Characteristics. Unpablised doctoral dissertation, southern Cross Univer-sity, Lismore NSW Australia

Wiendartun, dkk. 2007. The Effect of Multimedia Teaching and Learning on The Achievement of Physics Learning. Prosiding Seminar Inter-nasional Pendidikan IPA, SPS UPI Bandung, 17 Oktober 2007.

Wiyono, K. dkk. 2009. Model Pembelajaran Multime-dia Interaktif Realtivitas Khusus untuk Meni- ngkatkan Penguasaan Konsep, Keterampi-lan Generik Sains dan Keterampilan Generik Sains Siswa SMA. Jurnal Penelitian Pendidi-kan IPA, 3 (1): 21-30