Journal Reading Stase Ilmu Kesehatan Mata.doc

download Journal Reading Stase Ilmu Kesehatan Mata.doc

of 8

description

Jurnal ilmu kesehatan mata

Transcript of Journal Reading Stase Ilmu Kesehatan Mata.doc

Memaksimalkan hasil visual dalam kasus katarak traumatik : Hasil dari kapsulotomi posterior primer dan vitrektomi anterior.Mehul A Shah, Shreya M Shah, Krunal D Patel, Ashit H Shah, Jaimini S Pandya

Tujuan : tujuan penelitian ini adalah untuk menyediakan pelayanan berbasis-bukti pada pasien dengan katarak traumatik, kami menilai bahwa kapsulotomi posterior dan vitrektomi anterior, sebagai bagian dari prosedur operasi primer, dapat menjadi prediktor positif dari hasil visual akhir. Bahan dan Metode: penelitian ini merupakan prospective randomized control trial. Pasien yang berada pada rumah sakit kami antara Januari 2010 sampai Desember 2012 yang memiliki trauma okular dan katarak traumatik yang terdaftar, yang termasuk dalam kriteria inklusi. Kami mengelompokkan ke dalam dua kelompok: mereka dengan atau tanpa kapsulotomi posterior primer dan vitrektomi. Informasi terkait demografi dan trauma okular dikumpulkan menggunakan form World Eye Trauma Registry pada kunjungan pertama dan informasi spesifik dikumpulkan untuk kedua kelompok yang menjalani kapsulektomi posterior dan vitrektomi sebagai bagian dari prosedur primer, dan kelompok kontrol. Data dianalisa untuk mengevaluasi nilai prdiktif dari kapsulektomi posterior primer dan vitrektomi anterior. Hasil: kami mendaftarkan 120 kasus, 60 di setiap kelompok, terdiri dari 31 perempuan dan 89 laki-laki. Ketika semua variabel dikontrol untuk hasil visual (ketajaman penglihatan yang dikoreksi terbaik, best corrected visual acuity) berbeda secara signifikan (P < 0,001) diantara kelompok tersebut. Kesimpulan: kinerja dari kapsulektomi posterior dan viterktomi anterior sebagai prosedur primer yang dapat meningkatan hasil visual akhir.Kata kunci : Faktor-faktro yang mempengaruhi hasil katarak traumatik, kapsulotomi posterior primer, katarak traumatik, hasil visual.Pendahuluan

Trauma merupakan penyebab umum kebutaan monokular di negara maju, meskipun beberapa penelitian telah menilai masalah trauma di pinggiran kota. Etiologi dari cedera okular di daerah pinggiran kota cenderung berbeda dari daerah perkotaan. Strategi manapun untuk pencegahan membutuhkan pengetahuan tentang penyebab dari cedera, yang dapat memungkinkan penargetan tepat dari sumber daya untuk mencegah cedera tersebut. Terdapat beban berpotensi besar yang dapat dicegah untuk korban trauma mata dan masyarakat pada umumnya.Trauma okular dapat menyebabkan katarak. Metode yang digunakan untuk mengevaluasi hasil visual pada mata yang dikelola untuk katarak traumatik dan katarak senilis adalah sama, tapi kerusakan terhadap jaringan okular lainnya, dikarenakan trauma, dapat mengganggu perbaikan penglihatan pada mata yang dioperasi pada katarak traumatik. Oleh karena itu, tingkat keberhasilan dari kedua tipe katarak ini dapat berbeda.

Pengenalan Birmingham Eye Trauma Terminology System (BETTS) telah menstandardisasi dokumentasi trauma okular.

Inflamasi postoperatif merupakan komplikasi umum dari katarak traumatik, menghambat hasil visual. Tujuan kami adalah untuk mengetahui pengaruh dari kapsulotomi posterior primer dengan vitrektomi pada visual akhir. Kami membagi subjek dalam kelompok yang mengikuti kapsulektomi posterior dengan viterktomi anterior sebagai bagian dari prosedur primer.Penelitian ini dilaksanakan di sebuah kota berlokasi Central western India-Dahod di India. Dokter spesialis mata yang berkualitas pada institusi kami menyediakan pelayanan mata yang terjangkau terutama untuk masyarakat miskin dari daerah dengan populasi 4,2 juta.

Bahan dan metode

Kami memperoleh persetujuan dari administrator rumah sakit dan komite penelitian untuk melakukan penelitian ini. Peserta disediakan ijin tertulis (written informed consent). Kami telah mendaftarkan uji klinis ini dengan no REFCTRI 2010 002825.

Penelitian ini adalah prospective randomized control trial yang didesain tahun 2010. Semua katarak traumatik pada mata manapun, didiagnosis dan ditangani diantara Januari 2010 sampai desember 2012 didaftar, dan mereka yang menyetujui untuk berpartisipasi dan tanpa cedera tubuh yang serius dimasukkan. Kami mengeksklusi pasien yang ditemukan memiliki ruptur kapsul posterior primer dan infeksi.

Untuk setiap pasien yang terdaftar, kami memperoleh anamnesis rinci, data sosio-ekonomi, data detail cedera, dan informasi tentang pengobatan mata dan operasi yang dilakukan untuk trauma okular masa lalu. Data dari laporan awal dan follow-up dikumpulkan menggunakan format BETTS online dari International Society of Ocular Trauma. Detail dari operasi dikumpulkan menggunakan form online.Kasus katarak traumatik dikelompokkan menjadi luka terbuka dan luka tertutup bola mata. Cedera mata terbuka dikategorikan lebih jauh menjadi luka dengan laserasi dan ruptur. Laserasi bola mata disubkategorikan menjadi mata dengan luka perforasi, luka penetrasi, atau cedera yang melibatkan benda asing intraokular. Kelompok cedera mata tertutup dibagi menjadi laserasi lamelar dan kontusio.

Sebagai tujuan utama kami untuk menginvestigasi nilai prediktifnya, kami membagi kasus menjadi dua kelompok: mereka yang menjalani kapsulektomi posterior primer dan vitrektomi anterior (Kelompok A), dan mereka yang tidak (Kelompok B) kami mengacak pasien ini dengan cara double-blind.

Rincian demografi lain dikumpulkan termasuk aktivitas pada saat cedera, objek yang menyebabkan cederea, dan pemeriksaan sebelumnya dan perawatan. Setelah pendaftaran, semua pasien diperiksa dengan menggunakan metode standar. Ketajaman penglihatan dinilai dengan menggunakan Snellen chart dan segmen anterior diperiksa dengan menggunakan slit lamp.

Berdasarkan kekeruhan lentikular, katarak diklasifikasikan kedalam tipe total, membran, white soft, dan rosette. Ketika lensa yang keruh dilihat diantara kapsul dan nukleus oleh dokter spesialis mata, katarak dinyatakan total. Ketika kapsul dan zat di dalam lensa bergabung dan membentuk membran dengan densitas yang bervariasi, disebut sebgai katak membranosa. Ketika material korteks longgar ditemukan di kamera okuli anterior, bersamaan dengan kapsul lensa yang ruptur, katarak disebut sebagai white soft. Sebuah lensa dengan pola kekeruhan rosette, katarak disebut tipe rosette.Untuk lensa yang sebagian keruh, pemeriksaan segmen posterior dilakukan menggunakan oftalmoskop indirek dan lensa +20D. Ketika medium optik tidak jernih, B-scan dilakukan untuk mengevaluasi segmen posterior.

Teknik bedah dipilih berdasarkan morfologi dan kondisi jaringan selain lensa. Fakoemulsifikasi digunakan untuk mengoperasi katarak, dan operasi katarak insisi-kecil dilakukan untuk nukleus yang keras dan besar. Untuk lensa dengan katarak tipe white soft atau rosette, aspirasi unimanual atau bimanual dilakukan. Membranektomi dan vitrektomi anterior, melalui rute anterior atau pars plana, dilakukan ketika katarak tersebut bertipe membranosa.

Pada semua pasien yang menjalani perbaikan luka kornea, katarak traumatik diobati sebagai prosedur kedua. Inflamasi berulang lebih sering terjadi pada pasien yang sebelumnya menjalani operasi trauma.Pada anak-anak yang berumur kurang dari 2 tahun, lensektomi dan vitrektomi melalui rute pars plana dilakukan, dan prosedur operasi yang sama digunakan untuk katarak traumatik. Implantasi lensa sebagai bagian dari prosedur utama dihindari pada semua anak berumur >2tahun.

Semua pasien dengan cedera dan tanpa infeksi ditangani dengan kortikosteroid topikal dan sistemik dan sikloplegik. Durasi dari penatalaksanaan medis bergantung pada derajat inflamasi pada segmen anterior dan posterior pada mata yang dioperasi. Pasien yang telah dioperasi diperiksa ulang setelah 24 jam, 3 hari, dan 1,2, dan 6 minggu untuk mendapatkan koreksi refraktif. Follow-up dijadwalkan untuk hari ke 3, setiap minggu selama 6 minggu, setiap bulan selama 3 bulan, dan setiap 3 bulan selama satu tahun.

Pada setiap pemeriksaan follow-up, ketajaman penglihatan diperiksa menggunakan Snellen-chart. Segmen anterior diperiksa menggunakan slit lamp dan segmen posterior menggunakan oftalmoskop indirek. Mata dengan visus lebih baik dari 20/60 dengan menggunakan kacamata (6 minggu) dianggap telah mencapai tingkat penglihatan yang memuaskan. Pasien yang mengalami perbaikan setelah katarak pada kelompok kontrol ditangani menggunakan laser Nd: YAG.

Selama pemeriksaan, data dimasukkan secara online menggunakan format pra-uji spesifik yang didesain oleh Internasional Society of Ocular Trauma (form awal dan follow-up), yang kemudian diubah menjadi Microsoft Excel spreadsheet. Data diaudit secara periodik untuk menjamin penyelesaian. Kami menggunakan data SPSS (versi 17, IBM) untuk menganalisa data. Metode parametrik univariat digunakan untuk menghitung frekuensi, persentase, proporsi, dan 95% confidence intervals. Kami menggunakan tabulasi-silang untuk menentukkan prediktor dari penglihatan memuaskan post operasi (>20/60). Variabel dependen adalah ketajaman penglihatan >20/60 pada follow-up setelah operasi katarak. Variabel independennya adalah umur, jenis kelamin, tempat tinggal, interval waktu diantara cedera dan operasi katarak, prosedur kapsulektomi posterior primer dan vitrektomi, dan tipe cedera okular. Kami mengubah penglihatan dalam kategori desimal dan menggunakan Students t-test untuk mengevaluasi perbedaan dan P