Journa

11
Efek Penambahan Tyndallized Probiotik Pada Terapi Standar World Health Organization (WHO) Terhadap Anak Dengan Diare Cair Akut Kesatrianita Mawarni Fanny, Wahyu Damayanti, Mohammad Juffrie ABSTRAK LATAR BELAKANG Diare akut masih menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak – anak. Probiotik dapat mengurangi frekuensi dan durasi pada diare. Terdapat dua tipe probiotik yaitu live probiotik dan tyndallized. Tyndallized probiotic merupakan probiotik yang telah mengalami sterilisasi, sehingga probiotik tersebut tidak dapat menghasilkan metabolit yang aktif, namun memiliki efek untuk kekebealan tubuh manusia. OBJEKTIF Menilai efektivitas terapi diare cair akut pada anak – anak berdasarkan terapi standar WHO menggunakan tyndallized probiotik. METODE Kami menggunakan uji klinis acak tersamar buta ganda terkontrol terhadap pasien anak dengan diagnosis diare cair akut usia 3 – 60 bulan di Rumah Sakit GunungSitoli, Nias, Sumatera Selatan. Seluruh subjek dikumpulkan berurutan dengan cara wawancara orangtua. HASIL Seratus pasien anak dengan diare cair akut terbagi dalam dua kelompok dengan 50 pasien dalam setiap kelompok. kelompok ke 1 hanya mendapatkan terapi diare cair akut sesuai terapi standar WHO. Sedangkan kelompok ke 2 mendapatkan terapi diare cair akut sesuai terapi WHO dengan penambahan tyndallized probiotik. Didapatkan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam karakteristik dasar di dua grup tersebut. Durasi diare pada kelompok 1 yang hanya mendapatkan terapi standar WHO adalah 3.95 ± 1.3 hari, sedangkan kelompok 2 yang mendapatkan terapi standar Paediatr Indones, Vol. 52, No. 2, March 2012 Page 1

description

kkkkk

Transcript of Journa

Page 1: Journa

Efek Penambahan Tyndallized Probiotik Pada Terapi Standar World Health Organization (WHO) Terhadap Anak Dengan Diare Cair Akut

Kesatrianita Mawarni Fanny, Wahyu Damayanti, Mohammad Juffrie

ABSTRAK

LATAR BELAKANG Diare akut masih menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak – anak. Probiotik dapat mengurangi frekuensi dan durasi pada diare. Terdapat dua tipe probiotik yaitu live probiotik dan tyndallized. Tyndallized probiotic merupakan probiotik yang telah mengalami sterilisasi, sehingga probiotik tersebut tidak dapat menghasilkan metabolit yang aktif, namun memiliki efek untuk kekebealan tubuh manusia.

OBJEKTIF Menilai efektivitas terapi diare cair akut pada anak – anak berdasarkan terapi standar WHO menggunakan tyndallized probiotik.

METODE Kami menggunakan uji klinis acak tersamar buta ganda terkontrol terhadap pasien anak dengan diagnosis diare cair akut usia 3 – 60 bulan di Rumah Sakit GunungSitoli, Nias, Sumatera Selatan. Seluruh subjek dikumpulkan berurutan dengan cara wawancara orangtua.

HASIL Seratus pasien anak dengan diare cair akut terbagi dalam dua kelompok dengan 50 pasien dalam setiap kelompok. kelompok ke 1 hanya mendapatkan terapi diare cair akut sesuai terapi standar WHO. Sedangkan kelompok ke 2 mendapatkan terapi diare cair akut sesuai terapi WHO dengan penambahan tyndallized probiotik. Didapatkan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam karakteristik dasar di dua grup tersebut. Durasi diare pada kelompok 1 yang hanya mendapatkan terapi standar WHO adalah 3.95 ± 1.3 hari, sedangkan kelompok 2 yang mendapatkan terapi standar WHO dengan penambahan tyndallized probiotik adalah 4.6 ±2.3 hari ( P > 0.05). Frekuensi diare di hari ke lima pada kelompok yang hanya mendapatkan terapi standar WHO adalah 1.90 ± 0.99 kali dalam sehari. Sedangkan kelompok yang mendapatkan terapi standar WHO dengan penambahan tyndallized probiotic adalah 1.56 ±0.67 kali sehari ( P > 0.05).

KESIMPULAN Tidak terdapat perbedaan yang signifikan diantara kelompok yang hanya menggunakan terapi standar WHO dengan kelompok yang menggunakan terapi standar WHO dengan penambahan tyndallized probiotik dalam mengurangi durasi dan frekuensi diare pada anak – anak. [Paediatr Indones. 2012;52:91-4].

Kata kunci : tyndallized probiotic, diare akut, terapi standar WHO

Paediatr Indones, Vol. 52, No. 2, March 2012 Page 1

Page 2: Journa

Diare masih menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak – anak. Di Indonesia, berdasarkan data dari Riset kesehatan dasar tahun 2007, yaitu diare masih menjadi penyebab kematian utama pada bayi ( 42%), di ikuti selanjutnya oleh Pneumonia ( 24%). Sebanyak 25,2 % Pada anak dengan usia 1 – 4 tahun menyebabkan kematian, lalu selanjutnya di ikuti pneumonia ( 15.5%). 1,2

Saat ini, lima tahap penggunaan terapi diare, yang di kenal dengan lima pilar seperti rehidrasi, pemberian nutrisi, pemberian suplemen zinc, penggunaan antibiotik yang selektif dan edukasi orang tua. Semua pilar ini telah di sesuaikan berdasarkan terapi WHO dalam manajemen diare akut, terdiri dari rehidrasi, pmberian zinc dan di lanjutkan dengan makanan. 3,4

Probiotik merupakan suatu makanan dan minuman yang mengandung mikro organisme hidup yang dapat memberikan manfaat efek fisiologis yang menguntungkam melalui aksi mikroba. Penelitian sebelumnya melaporkan bahwa live probiotik dapat mengurangi durasi dan frekuensi dari diare. 5,6,7 dengan penambahan live probiotik, tyndallized probiotik juga dapat di gunakan. Tindalisasi mensterilkan probiotik, sehingga mikroba tersebut tidak dapat menghasilkan metabolit yang aktif. Bagaimana pun juga, bentuk dari probiotik tersebut masih mempunyai efek terhadap kekebalan tubuh manusia. Karena mikro organisme dalam tyndallized probiotik tidak dapat di produksi, tyndallized probiotik lebih menguntukan dari pada bentuk live probiotik, dimana dalam gen tersebut bersifat resisten untuk tidak mewariskan, dan tidak terdapat kemungkinan yang dapat menyebabkan sepsis. Dalam sejumlah penelitian terhadap tyndallized probiotics telah menunjukan bagaimana rangsangan Th1 sitokin dan menekan produksi dari imunoglobulin E, meningkatkan respon imun sistemik dan mukosa, khususnya produksi immunoglobulin A. 8,9 karena ada beberapa studi mengenai efektivitas tyndallized probiotic pada diare cair akut pada anak – anak. Kami bertujuan untuk mengevaluasi dan menilai efektivitas terhadap durasi dan frekuensi diare.

METODE

Dimulai dari bulan agustus hingga oktober 2009, kami telah melakukan uji klinis acak tersamar buta ganda terkontrol dengan membandingkan dua kelompok dengan subjek pasien diare cair akut. Kelompok pertama hanya mendapatkan terapi sesuai terapi standar WHO saja, sedangkan kelompok kedua mendapatkan terapi sesuai terapi standar who dengan penambahan tyndallized probiotics. Subjeknya adalah anak – anak yang berusia 3 – 60 bulan yang tinggal di gunungsitoli, Nias, yang menderita buang air besar cair sebanyak 3 kali atau lebih dalam sehari atau kurang dari 14 hari dan Orangtua yang telah menandatangani persetujuan (informed consent). Kami tidak memasukan pasien yang mnderita diare akut yang disertai penyakit berat dengan atau malnutrisi. ( gambar I)

Paediatr Indones, Vol. 52, No. 2, March 2012 Page 2

Page 3: Journa

Gambar I

Paediatr Indones, Vol. 52, No. 2, March 2012 Page 3

*tidak termasuk*tidak memenuhi kriteria inklusi

Uji nilai kelayakan n = 100

Analisis ( n = 50 )Analisis ( n = 50)

Luput dari follow up ( n = 0 )Luput dari follow up ( n = 0 )

Kelompok yang hanya mendapatkan terapi standar WHO ( n = 50 )

Kelompok terapi standar WHO + probiotik tyndallized ( n = 50)

Tersamar ( n = 100)

Page 4: Journa

Di perkirakan ukuran sampel yang dibutuhkan adalah 100, dihitung dengan rumus analisis kategori berpasangan. Dengan α = 0.05 dan β = 0.20. sampel di buat dengan berurutan, subjek di bagi dalam 2 kelompok dengan 50 subjek tiap grupnya. Terapi WHO terdiri dari rehidrasi, zinc oral dan di lanjutkan dengan makanan. Kelompok terapi yang mendapatkan tyndallized probiotik ( Dialac 1 sachet 2 kali dalam sehari @ 340 mg tyndallized probiotik per dosis) selama lima hari disamping standar terapi WHO. Kelompok terkontrol hanya mendapatkan terapi standar WHO. Kami mengkonfirmasi setiap subyek pasien yang telah keluar menerima pengobatan dengan menelpon orang tua mereka. Perawat mengkonfirmasi pemeberian terapi bagi subjek pasien rawat inap. Frekuensi diare dan efek samping dari terapi telah di catat oleh masing – masing orang tua atau perawat sesuai format standar. Hasil dari penelitian ini adalah frekuensi dan durasi dari diare.

Persetujuan penelitian diperoleh dari Komite Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Seluruh Orangtua dari subjek pasiemn menyetujui anaknya diikutsertakan dalam penelitian setelah diberi penjelasan dan menandatangani persetujuan (informed consent).

Seluruh perhitungan statistik dikerjakan dengan piranti lunak SPSS versi 15.0 for Window.Data yang terkumpul diolah, analisis statistik menggunakan uji t atau dengan uji chi- square . Kemaknaan ditentukan berdasarkan nilai p<0,05.

HASIL

Terdapat 100 subjek yang terbagi dua kelompok. Karakteristik umum subjek penelitian tertera pada Tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik subjek penelitian

karakteristikTerapi standar WHO +

tyndallized probioticn= 50

Hanya terapi standar WHO n=50

Jenis kelamin laki – laki , n (%)

29 (58.0) 25 (50)

Usia rerata, bulan (SD) 17.46 (15.82) 12.74 (9.84)Derajat dehidrasi (%) Tanpa dehidrasi, n (%) 36 (7.2) 30 (60)Dehidrasi, n(%) 14 (28) 20 (40)Frekuensi diare rerata,n (SD)

7.20 (2.16) 7.26 (2.0)

Status giziGizi baik, n(%) 30 (60) 30 (60)Gizi kurang , n (%) 20 (40) 20 (40)

Tidak terdapat perbedaan yang signifikan di anatara ke dua kelompok tersebut dalam hal frekuensi maupun durasi diare seperti yang tertera di tabel 2. Tampak pada rata – rata lama durasi diare dari kelompok probiotik 4.6 ± 2.3 hari, sedangkan pada kelompok terapi standar

Paediatr Indones, Vol. 52, No. 2, March 2012 Page 4

Page 5: Journa

WHO 3.95 ±1.3 hari ( P = 0.98). frekuensi diare setelah hari ke lima pengobatan pada kelompok probiotik 1.56 (SD 0.67) kali/hari, sedangkan pada kelompok terapi standar WHO 1.9 ( SD 0.99 ) kali/hari. Dalam penelitian ini, setelah kami amati bahwa tidak ada efek samping seperti sepsis atau pun bakteremia dalam hal penggunaan probiotik tyndallized.

Tabel 2. Durasi dan frekuensi diare

Hasil

Terapi standar WHO + tyndallized

probiotic

Hanya terapi standar WHO P*

Durasi diare(rerata, SB, hari)

4.60 (2.3) 3.95 (1.3) 0.98

FrekuensiDiare dalam lima

hari(rerata, SB kali/hari)

1.56 (0.67) 1.90 (0.99) 0.11

Keterangan: SB: Simpang baku * uji t

DISKUSI

Penambahan tyndallized probiotik tidak mempersingkat durasi atau pun mengurangi frekuensi diare akut. Beberapa studi meta analisis menyimpulkan bahwa penambahan probiotik dapat mengurangi durasi diare, namun dalam studi ini kami menggunakan probiotik hidup.

Hasil yang serupa kita dapati pada penelitian Khana dkk10 di India dan Pramono dkk11 di Indonesia. menurut khanna dkk, untuk mengamati efek terapeutik dari probiotik, kolonisasi mikroba telah terjadi sebelum diberikan. Namun bila kolonisasi mikroba terjadi, memungkinkan durasi diare akan berlangsung lebih lama pada diare akut. Kolonisasi mungkin belum terjadi, sehingga penambahan tyndallized probiotic tidak akan memberikan efek yang optimal.

Karena kultur feses tidak diperiksa, kami tidak tahu mikroba patogen yang menjadi penyebab diare dalam penelitian ini. Dari hasil studi pemeriksaan tinja masa lampau , di laporkan bahwa probiotik dapat memberikan efek terapi baik pada diare yang di sebabkan oleh rotavirus.

Keterbatasan dari penetilian kami adalah kurangnya pengawasan intensif setelah pemberian terapi untuk masing-masing kelompok. contohnya, mungkin adanya campur tangan pihak luar yang terjadi di luar upaya pemantauan kami karena pertukaran informasi antara kelompok studi. Selanjutnya, dengan desain uji studi buta tunggal,peneliatian yang terkontaminasi antar kelompok mungkin terjadi jika orang tua atau kerabat memberikan obat lain untuk subjek, dan hal ini mempengaruhi hasil penelitian. Oleh karena itu, untuk penelitian lebih lanjut mungkin diperlukan menggunakan sampel yang lebih besar, ukuran dan pemantauan lebih intensif untuk setiap aubjeknya. Namun hasil penelitian kami mirip dengan penelitian sebelumnya, menyimpulkan bahwa probiotik tyndallized tidak mengurangi durasi atau frekuensi diare akut pada anak-anak.

Paediatr Indones, Vol. 52, No. 2, March 2012 Page 5

Page 6: Journa

Tidak perbedaan yang signifikan dalam durasi atau pun frekuensi diare antara kelompok yang mendapatkan hanya terapi standar WHO atau kelompok yang mendapatkan terapi standar WHO dengan penambahan probiotik tyndallized.

Paediatr Indones, Vol. 52, No. 2, March 2012 Page 6

Page 7: Journa

DAFTAR PUSTAKA

1. Juffrie M, Mulyani NS. Diare cair akut dan Diare Berdarah. Jakarta: Badan penerbit IDAI ;2009. p. 1 – 14.

2. Badan penelitian dan kesehatan – DEPKES RI. National basic research( RISKESDAS) 2007. P106 – 108.

3. Departemen kesehatan RI. Policy of Health Minister (Kepmenkes) of RI ( no 1216/MENKES/SK/XI/2001), guidelines for the eradicationof diarrheal diseases. Jakarta.2005.

4. World Health Of Organization. The clinical management of diarrhea: the implementing the new recommendation. Geneva :WHO document services; 2006.p 2-5.

5. Van Niel C W, Feudtner C, Garrison M M, Christakis D. A Lactobacillus Therapy for Acute Infectious Diarrhea in Children: A Meta-analysis; 2002. 109; 678-84.

6. Huang JS, Bousvaros A, Lee JW, Diaz A, Davidson EJ. Efficacy of probiotic use in acute diarrhea in children: a meta-analysis; Dig Dis Sci; 2002; 109: 678 -84.

7. Szajewska H, Mrukowicz JZ. Probiotics in the Treatment and Prevention of Acute Infectious Diarrhea in Infants and Children: A Systematic Review of Published Randomized, Double-Blind, Placebo-Controlled Trials. J pediatr gastroenterol nutr. 2001; 33: S17- 25.

8. Ishibashi N, Yamazaki S. Probiotics and safety. Am J Clin Nutr.2001; 73: S465 – 730.9. Delcenserie V , D Martel D, M Lamoureux M.Immunomodulatory effects of  probiotics in

the intestinal tract. Curr issues mol biol. 2008;10: 37 - 5410. Khanna V, Alam S, Malik A. Efficacy of tyndallized Lactobacillus acidophilus in acute

diarrhea. Indian J Pediatr 2005;72:935-8.11. Supriatmo. Effectivity of live versus heat killed probiotic in children with acute diarrhea.

Maj Kedok Nusantara 2006;4:391-6.12. Ribeiro H, , Cristina M, Valois, SS. Et al. Limitations of Probiotic Therapy in Acute,

Severe Dehydrating Diarrhea. Journal of Pediatric Gastroenterology & Nutrition. January 2003 :36;112-115.

Paediatr Indones, Vol. 52, No. 2, March 2012 Page 7