jhuyftyr.doc
-
Upload
nurisyaban-aziezah -
Category
Documents
-
view
217 -
download
0
description
Transcript of jhuyftyr.doc
I. Tujuan
Tujuan dari percobaan ekstraksi cair-cair ini antara lain :
1. Mengenal dan memahami prinsip operasi estraksi cair-cair pada kolom berpacking.
2. Menghitung koefisien distribusi.
3. Menghitung neraca massa proses ekstraksi pada beberapa laju alir.
4. Mengetahui kondisi operasi yang sesuai untuk ekstraksi cair-cair tertentu.
II. Dasar Teori
Ekstraksi adalah salah satu metode memisahkan larutan dua komponen dengan
menambahkan komponen ketiga (solvent) yang larut dengan solute tetapi tidak larut dengan
pelarut (diluent). Dengan penambahan solvent ini sebagian solute akan berpindah dari fasa
diluent ke fasa solvent (disebut ekstraksi) dan sebagian lagi akan tetap tinggal di dalam fasa
diluent (disebut rafinat).
Perbedaan konsentrasi solute di dalam suatu fasa dengan konsentrasi pada keadaan
setimbang merupakan pendorong terjadinya pelarutan (pelepasan) solute dari larutan yang ada.
Gaya dorong (driving force) yang menyebabkan terjadinya proses ekstraksi dapat ditentukan
dengan mengukur jarak sistem dari kondisi setimbang.
Sebagai contoh pembuatan ester (essence) untuk bau-bauan dalam pembuatan sirup atau
minyak wangi, pengambilan kafein dari daun teh, biji kopi atau biji coklat dan yang dapat dilihat
sehari-hari ialah pelarutan komponen-komponen kopi dengan menggunakan air panas dari biji
kopi yang telah dibakar atau digiling.
Pemakaian Proses Ekstraksi
Pertimbangan pemakaian proses ekstraksi sebagai proses pemisahan antara lain :
1. Komponen larutan sensitif terhadap pemanasan jika digunakan destilasi meskipun pada
kondisi vakum.
2. Titik didih komponen – komponen dalam campuran berdekatan.
3. Kemudahan menguap (volatility) komponen – komponen hampir sama.
Gambar 1. Ekstraksi Cair Cair Dalam Kolom Isian
Ekstraksi cair cair terjadi berdasarkan pindah massa akibat kontak antara larutan yang dialirkan
secara kontinyu (fasa kontinyu) dengan pelarut yang dialirkan secara terdispersi (fasa
terdispersi). Fasa kontinyu dialirkan dari bagian atas kolom isian yang kemudian mengalir turun.
Selama mengalir di sepanjang kolom, cairan mengisi celah-celah kosong dan membentuk lapisan
tipis pada permukaan bahan isian. Fasa terdispersi dialirkan dari bagian bawah kolom isian yang
selama mengalir di sepanjang kolom dimungkinkan mengalami proses proses berikut :
1. Melewati celah-celah kosong
2. Menembus bahan isian
3. Mengalami perpecahan menjadi gelembung dengan ukuran yang lebih kecil akibat
bertumbukan dengan bahan isian.
Pemilihan Pelarut
Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan komponen-komponen
lain dari bahan ekstraksi. Dalam praktek,terutama pada ekstraksi bahan-bahan alami, sering juga
bahan lain (misalnya lemak, resin) ikut dibebaskan bersama-sama dengan ekstrak yang
diinginkan. Dalam hal itu larutan ekstrak tercemar yang diperoleh harus dibersihkan, yaitu
misalnya diekstraksi lagi dengan menggunakan pelarut kedua.
Pertimbangan – pertimbangan dalam dalam pemilihan pelarut yang digunakan adalah :
1. Selektifitas (faktor pemisahan = β).
B = fraksi massa solute dalam ekstrak/fraksi massa diluent dalam ekstraksi.
Fraksi massa solute dalam rafinat/fraksi massa diluent dalam rafinat pada keadaan
setimbang. Agar proses ekstraksi dapat berlangsung, harga β harus lebih besar dari satu.
Jika nilai β = 1 artinya kedua komponen tidak dapat dipisahkan.
Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan komponen-komponen lain
dari bahan ekstraksi. Dalam praktek,terutama pada ekstraksi bahan-bahan alami, sering
juga bahan lain (misalnya lemak, resin) ikut dibebaskan bersama-sama dengan ekstrak
yang diinginkan. Dalam hal itu larutan ekstrak tercemar yang diperoleh harus dibersihkan,
yaitu misalnya diekstraksi lagi dengan menggunakan pelarut kedua.
2. Koefisien distribusi, yaitu :
Koefisien Distribusi
Pada percobaan ini menentukan koefisien distribusi untuk sistem tri khloro etilena – asam
propionate – air, dan menunjukan ketergantungannya terhadap konsentrasi. Pada campuran
ketiga zat ini dianggap bahwa fasa berada pada kesetimbangan. Pada konsentrasi rendah,
koefisien distribusi tergantung pada konsentrasi, sehingga
Y : konsentrasi solute dalam fasa ekstrak
X : konsentrasi solute dalam fasa rafinat
K : koefisien distribusi
Neraca Massa dan Koefisien Perpindahan Massa
Pada percobaan ini mendemonstrasikan bagaimana kelakuan nraca massa pada kolom
ekstraksi dan mengukur koefisien perpindahan massa dan variasinya terhadap laju alir dengan
fasa air sebagai media kontinu.
Simbol dan rumus – rumus yang digunakan dalam perhitungan ditunjukkan sebagai
berikut :
1. Neraca Massa
Asam propionate yang terekstraksi dari fasa organic (rafinat)
Asam propionate yang terekstraksi dalam fasa air (ekstrak)
Maka,
dimana,
Vw : laju alir air (L/s)
V0 : laju alir TCE (L/s)
X : konsentrasi asam propionate dalam fasa organic (kg/L)
Y : konsentrasi asam propiaonate dalam fasa air (kg/L)
Indeks 1 : pada puncak kolom
Indeks 2 : pada dasar kolom
2. Efisiensi Ekstraksi
dimana,
: gaya dorong pada puncak kolom = X2 - 0
: gaya dorong pada dasar kolom = X1 – X1*
X1* : konsentrasi asam di daam fasa organic yang berkesetimbangan dengan
konsentrasi
Y1 : di dalam fasa air. Harga kesetimbangan ini dapat diperoleh dari kurva
koefisien distribusi (pada percobaan 1)
Ekstraksi cair – cair ditentukan oleh distribusi Nerst atau hukum partisi yang menyatakan
bahwa “ pada konsentrasi dam tekanan yang konstan, analit akan terdistribusi dalam proporsi
yang selalu sama di antara dua pelarut yang saling tidak campur “. Perbandingan konsentraso
pada keadaan setimbang di dalam 2 fase disebut dengan koefisien distribusi atau koefisien partisi
(KD) dan di ekspresikan dengan :
[S]org dan [S]aq masing-masing merupakan konsentrasi analit dalan fase organic dan
dalam fase air; KD merupakan koefisien partisi.
Dalam prakteknya, analit seringkali berada dalam bentuk kimia yang berbeda karena
adanya disosiasi (ionisasi), protonasi, dan juga kompleksasi atau polimerisasi karena adanya
ekspreksi yang lebih berguna.
Adalah rasio distribusi atau rasio partisi (D) yang diekspresikan dengan :
(Cs)org dan (Cs)aq masing – masing merupakan kosentrasi total analit (dalam segala
bentuk) dalam fase organik dan dalam fase air; D merupakan rasio partisi. Jika tidak ada
interaksi antar analit yang terjadi dalam kedua fase maka nilai KD dan D adalah identik. Analit
yang mempunyai rasio distribusi besar (104 atau lebih) akan mudah terekstraksi ke dalam pelarut
organik meskipun proses kesetimbangan (yang berarti 100% solut terkestraksi atau tertahan)
tidak pernah terjadi.
Kebanyakan ekstraksi dilakukan dengan menggunakan corong pisah dalam waktu
beberapa menit. Akan tetapi untuk efektifitas ekstraksi analit dengan rasio dstribusi yang kecil (<
1) hanya dapat dicapai dengan mengenakan pelarut baru pada larutan sampel terus-menerus. Hal
ini dapat dilakukan dengan refluks menggunakan alat yang didesain secara khusus yaitu alat
ekstraktor secara terus-menerus.
Pelarut organik yang dipilih untuk ekstraksi pelarut harus mempunyai kelarutan yang
rendah dalam air (<10%), dapat menguap sehingga memudahkan menghilangkan pelarut organik
setelah dilakukan ekstraksi, dan mempunyai kemurnian yang tinggi untuk meminimalkan adanya
kontaminasi sampel.
III. Alat dan Bahan1. Labu Erlenmeyer
2. Alat Ekstraksi (Ekstraktor Packed Column)
3. Biuret
4. Larutan NaOH 0,1 N
5. TCE
6. Phenolpthalien
7. Asam Propionat
8. Air
9. Corong Pisah
10. Pipet Tetes
11. Gelas Ukur
IV. Skema KerjaIV.1 Ekstraksi Cair-Cari Batch (Menggunakan Corong Pisah)
4.2 Ekstraksi Kontinyu
Kalibrasi Pompa Stroke
TCE (diluen)
Air (solven)
Asam Asetat volume variasi
Lapisan Atas(ekstrak)
Lapisan Bawah(ekstrak)
Air kran
Operasi Ekstraksi
15 liter air100 Liter
TCE10 mL Asam
Propionat
Tangki fasa organik
Tangki fasa air
Menjalankan pompa air dan mengisi kolom pada laju alir
tinggi. (valve rotameter dibuka penuh)
Setelah tinggi air mencapai puncak unggun packing, dikurangi laju alir
sampai 0,2 liter/menit.
Menjalankan pompa fasa organik pada laju
alir 0.2 liter/menit
Menjalankan proses selama 10 menit sampai kondisi steady.
Diambil sampel 15 ml pada dasar kolom dan atas kolom. (rafinat dan ekstrak)
Di titrasi dengan NaOH 0.1 M
Dan mengulangi percobaan dengan laju alir air /TCE yang lebih tinggi
V. Data Pengamatan1. Laju Alir
a. Laju Alir Umpan
Volume = 100 mL
Waktu yang dibutuhkan = 1. 22.22 detik
2. 21.84 detik
Laju Alir = 4,54 mL/s = 4,54 x10-3 L/s
b. Laju Alir Solvent
Laju Alir = 0,2 L/min = 3,33x10-3 L/s
2. Koefisien Distribusi
Kandungan Asam Asetat (ml)
Kebutuhan NaOH (ml) Konsentrasi
NaOH (M)
Volume Sampel
(ml)Rafinat Ekstrak
5 8.5 84 0,1 5
2 5 28.75
1 1.9 18.13
3. Proses Ekstraksi
Kebutuhan NaOH (ml) KonsentrasiNaOH (M)
Volume Sampel (ml)Umpan Rafinat Ekstrak
20.10 0.52 6.67 0,1 5
VI. Pengolahan Data6.1 Menentukan Koefisien Distribusi
a. Menghitung Konsentrasi Asam Asetat
Konsentrasi Asam Asetat pada Fasa Organik (X) / Rafinat
Volume Asam Asetat 5 mL
V1.N1 = V2.N2
5. N1 = 8.5 x 0,1
N1 =
Volume Asam Asetat 2 mL
V1.N1 = V2.N2
5. N1 = 5 x 0,1
N1 =
Volume Asam Asetat 1 mL
V1.N1 = V2.N2
5. N1 = 1.9 x 0,5
N1 =
Konsentrasi Asam Asetat pada Fasa Air (Y) / Ekstrak
Volume Asam Asetat 5 mL
V1.N1 = V2.N2
5. N1 = 84 x 0,1
N1 =
Volume Asam Asetat 2 mL
V1.N1 = V2.N2
5. N1 = 28.75 x 0,1
N1 =
Volume Asam Asetat 1 mL
V1.N1 = V2.N2
5. N1 = 18,13 x 0,1
N1 =
b. Menentukan Koefisien Distribusi berdasarkan Percobaan
Perhitungan koefisien distribusi pada kandungan asam asetat 5 ml
k = 9.80
Perhitungan koefisien distribusi pada kandungan asam asetat 2 ml
k = 5,75
Perhitungan koefisien distribusi pada kandungan asama asetat 1 ml
k = 9.55
c. Menentukan Koefisen Distribusi berdasarkan Grafik
Koefisien distribusi = Slope = 10.102
6.2 Proses Ekstraksi
a. Menghitung Konsentrasi Asam Propionat
Konsentrasi NaOH = 0,1 M (N2)
Volume titran NaOH = V2
Volume Sampel = 5 mL (V1)
Volume
asam
propionat
(mL)
Konsentrasi asam
propionat dalam air (Y)
Konsentrasi asam
propionat dalam TCE (X)
Koefisien distribusi
(K=Y/X)
5 1.68 M 0.17 M 9.80
2 0.575 M 0.1 M 5.75
1 0.363 M 0.038 M 9.55
Konsentrasi Asam Asetat pada Umpan
V1.N1 = V2.N2
5. N1 = 20,10 x 0,1
N1 =
Konsentrasi Asam Asetat pada Ekstrak
V1.N1 = V2.N2
5. N1 = 6.67 x 0.1
N1 =
Konsentrasi Asam Asetat pada Rafinat
V1.N1 = V2.N2
5. N1 = 0,52 x 0,1
N1 =
6.3 Neraca Massa
Diketahui :
Laju alir air (Vw) = 3,33x10-3 L/s
Laju alir TCE (Vo) = 4,54x10-3 L/s
Konsentrasi Asam Asetat pada Fasa Organik (X) :
Pada puncak kolom (Umpan) X1 = 0,402 M
Pada dasar kolom (Rafinat) X2 = 0,0104 M
Konsentrasi Asam Asetat pada Fasa Air / Ekstrak (Y) = 0,1334 M
Persamaan Neraca Massa :
Vo(X1 - X2) = Vw(Y1 - 0)
4,54x10-3 L/s (0,402 M – 0,0104 M) = 3,33x10-3 L/s (0,1334 M – 0)
1,778 x10-3mol/s = 4.442 x 10-4 mol/s
6.4 Menghitung Efisiensi Ekstraksi
Diketahui :
Laju perpindahan asam
X1 = 0,402 M
X2 = 0,0104 M
Laju perpindahan asam = X1 X2
= 0,402 M – 0,0104 M = 0,39 M
Volume packing = ¼ .π .d2 . T
= ¼ (3,14) (15,3)2 cm2(115) cm
= 21132,475 cm3
= 21,13 L
Gaya dorong rata-rata (G)
Log G =
Dimana :
= 0,0104 M
= K
= 1,348 M
= 0,402 – 1,348 = -0,946 M
Maka : Log G =
=
= -0,212
G = 0.6137
Maka :
Koefisien Perpindahan Massa =
=
= 3,008 x10-2
VII. Pembahasan
Praktikum kali ini yaitu percobaan ekstraksi cair – cair. Tujuan dari proses ini
adalah untuk memisahkan asam asetat dari TCE dengan menggunakan pelarut air. Dalam
praktikum kali ini dilakukan dua metode percobaan yaitu menggunakan metode
koefisien distribusi untuk menentukan kurva kalibrasi dan dengan metode ekstraksi
menggunakan alat destilasi batch untuk menentukan konsentrasi asam asetat pada rafinat
selama proses percobaan.
Percobaan pertama yang dilakukan adalah percobaan penentuan koefisien
distribusi. Bahan baku dari proses ini adalah TCE, asam asetat, dan air. Pada proses ini
dilakukan tiga kali percobaan dengan komposisi TCE dan air dibuat sama dan komposisi
asam asetat dibuat 3 variasi yaitu 5 ml, 2 ml, dan 1 ml. hal ini bertujuan agar dapat
membuat kurva kalibrasi dan mendapatkan nilai koefisien distribusi. Campuran ini
dimasukkan ke dalam corong pisah kemudian dikocok agar campuran tersebut homogen.
Lalu 2 lapisan yang terbentuk dititrasi menggunakan larutan NaOH 0,1 N untuk
mengetahui kadar asam asetat yang ada.
Dari hasil titrasi tersebut didapat bahwa semakin banyak kandungan asam asetat,
maka kebutuhan NaOH untuk menitrasinya pun semakin tinggi, yang menunjukan bahwa
kandungan konsentrasi asam pun semakin tinggi. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa
koefisien distribusi yang diperoleh dari persamaan mengalami naik turun. Hal ini dapat
terjadi karena kebutuhan NaOH pada percobaan dengan asam asetat 5 ml terlalu tinggi
sehingga nilai koefisien distribusi menjadi tinggi. Menurut literatur, semakin kecil asam
asetat yang yang digunakan maka semakin besar nilai koefisien distribusi yang dihasilkan
asam asetat yang bersifat semipolar akan menyatu dengan air yang bersifat polar.
Penentuan koefisien distribusi juga dapat dilakukan dengan kurva kalibrasi dan dihasilkan
koefisien distribusi sebesar 10,102.
Percobaan kedua yaitu menggunakan metode ekstraksi dengan kolom. Hal
pertama yang dilakukan adalah melakukan pengukuran laju alir umpan dan laju alir
solvent. Dari pengukuran tersebut didapatkan laju alir umpan 4,54x10-3 L/s dan laju alir
solven 3,33x10-3 L/s. Lalu dilakukan pencampuran TCE dengan asam asetat sampai
homogen, campuran ini akan dijadikan umpan.
Aliran umpan tersebut dialirkan melalui tangki fasa organic. Aliran tersebut akan
bertemu dengan aliran air pada kolom ekstraksi yang didalamnya telah dilengkapi
package untuk meningkatkan intensitas kontak antara campuran TCE – asam asetat
dengan air sehingga proses ekstraksinya akan semakin optimal.
Proses pengontakan ini berlangsung sampai kondisi steady sekitar 10 menit agar
konsentrasi asam asetat yang diperoleh konstan. Dilakukan pengambilan sampel setiap 10
menit untuk diuji kadar konsentrasi asam asetat yang ada didalam rafinat maupun
ekstrak. Selain itu dilakukan juga pengujian konsentrasi asam asetat yang ada pada
umpan. Pengujian ini dilakukan dengan cara menitrasi 5 mL sampel tersebut menggunkan
NaOH 0,1 M.
Berdasarkan hasil pengujian dan pengolahan data, konsentrasi asam asetat pada
umpan adalah sebesar 0,402 M, ekstrak sebesar 0,1334 M, dan rafinat sebesar 0,0104M.
Menurut data tersebut, dapat kita lihat bahwa telah terjadi perpindahan asam asetat dari
larutan umpan ke larutan solvent. Perpindahan ini dapat terjadi karena ikatan air-asam
asetat lebih kuat karena ikatannya bersifat polar, sedangkan TCE bersifat non polar.
Perhitungan selanjutnya yang dilakukan dari percobaan ekstraksi dengan kolom
adalah perhitungan koefisien perpindahan massa. Koeffisien perpindahan massa yang
didapat adalah sebesar 3,008 x10-2
VIII. Kesimpulan1. Air dapat mengekstrak asam propionat dari TCE karena air dan asam propionat bersifat
polar, sedangkan TCE bersifat non polar sehingga ikatan air – asam propionat lebih
kuat daripada ikatan TCE – asam propionat – air.
2. Peningkatan konsentrasi asam propionat dalam sistem air – asam propoinat – TCE akan
menurunkan koefisien distribusi karena asam propionat yang bersifat semipolar akan
menyatu air yang bersifat polar dengan TCE yang bersifat non polar. Jadi, dengan
peningkatan jumlah asam propionat, nilai koefisien distribusi akan terus menurun
hingga nilainya menjadi satu (1), yaitu ketika TCE dan air telah saling melarutkan.
3. Harga koefisien distribusi pada percobaan ini adalah 9.80, 5.75, 9.55 untuk komposisi
asam sitrat 5 mL, 2 mL, 1 mL. Harga dari koefisien distribusi dipengaruhi zat terlarut
dalam ekstrak dan rafinat.
4. Konsentrasi asam propionate di ekstrak lebih besar di bandingkan pada rafinat hal ini
dibuktikan dari hasil titrasi dengan NaOH 0,1 N. Volume NaOH pada rafinat lebih
sedikit dibanding pada ekstrak.
5. Waktu yang diperlukan untuk mencapai steady state dan koefisien transfer massa (k)
dipengaruhi oleh laju alir (Q). Semakin besar laju alir (Q), maka semakin cepat waktu
kontak asam propionat dengan air. Sehingga semakin cepat waktu untuk mencapai
kondisi steady state dan koefisien transfer massa (k) semakin besar. Namun hal ini
akan membuat hasil ektraksi tidak bagus karena semakin cepat kontak akan semakin
sedikit asam propionate yang terikat pada air.
IX. Daftar PustakaBernasconi, G, H.Gester, H. Hauser, H. Stauble, dan E. Schneiter. 1995.
Teknogi Kimia. Bagian 2. Diterjemahkan oleh Dr. Ir. Lienda Handojo,M.Eng. Jakarta ; PT Pradnya Paramita
Geankoplis,C.J. 1993. Transport Processes And Unit Operation. Third Edition, pp 127-132. London : Prentice Hall International
X. Lampiran
Peralatan ekstraksi cair-cairPeralatan ekstraksi cair-cairKolom berpackingKolom berpacking
Kolom penampung rafinatKolom penampung rafinat Kolom penampung ekstrakKolom penampung ekstrak
Pengukur laju alirPengukur laju alir Bak penampung TCEBak penampung TCE
Asam propionate sebagai solut
Asam propionate sebagai solut
TCE (tri chloro etilen) sebagai diluen
TCE (tri chloro etilen) sebagai diluen
Hasil titrasi proses ekstraksi :
EkstrakRafinat
Hasil titrasi proses ekstraksi :
EkstrakRafinat
Proses menentukan koefisien distribusi
Proses menentukan koefisien distribusi
//