Jenis.docx

20
Home » Produk » Lampu Emergency dengan Memanfaatkan Rangkaian Joule Thief Lampu Emergency dengan Memanfaatkan Rangkaian Joule Thief POSTED BY ELGA ARIS PRASTYO POSTED ON 12/25/2013 09:30:00 AM WITH 1 COMMENT Kali ini saya akan berbagi mengenai cara membuat lampu emergency menggunakan komponen-komponen bekas yang ada disekitar kita. Disini kita bisa memakai batery bekas jam dinding yang sudah low batt, atau batery-batery bekas lainnya. Komponen utama dari alat ini adalah induktor teroid. Berikut adalah gambar rangkaiannya: Induktor disini adalah sebuah kawat email berukuran 0,4 mm yang dililitkan pada inti ferit yang membentuk gulungan kawat. Dengan kawat email yang dililit-lilit maka arus listrik akan menempuh jalur panjang mengikuti penampang kabel, maka setiap konduktor ketika dialiri arus listrik maka disekitar penampang kabel tersebut akan menghasilkan medan magnet, ketika kawat dililit-lilit maka kuat medan magnet akan meningkat. Ferit yang dililiti kawat email apabila dialiri arus listrik DC akan memperkuat medan magnet dari kawat, arus listrik disimpan dalam bentuk medan magnet. Pada saat arus listrik DC diputus, maka energi yang berbentuk magnet ini tidak lantas hilang seiring pemutusan arus listrik tersebut. Medan magnet ini akan menginduksi kawat dan menghasilkan listrik dengan arah kebalikannya. Pengosongan energi dari magnetik menjadi listrik ini akan sulit diamati, tanpa bantuan osciloscope. Induktor pada rangkaian ini terdiri dari 2 buah kumparan, dimana satu kumparan akan menginduksi kumparan satunya melalui flux medan

Transcript of Jenis.docx

Home Produk Lampu Emergency dengan Memanfaatkan Rangkaian Joule ThiefLampu Emergency dengan Memanfaatkan Rangkaian Joule ThiefPOSTED BY ELGA ARIS PRASTYO POSTED ON 12/25/2013 09:30:00 AM WITH 1 COMMENTKali ini saya akan berbagi mengenai cara membuat lampu emergency menggunakan komponen-komponen bekas yang ada disekitar kita. Disini kita bisa memakai batery bekas jam dinding yang sudah low batt, atau batery-batery bekas lainnya. Komponen utama dari alat ini adalah induktor teroid. Berikut adalah gambar rangkaiannya:

Induktor disini adalah sebuah kawat email berukuran 0,4 mm yang dililitkan pada inti ferit yang membentuk gulungan kawat. Dengan kawat email yang dililit-lilit maka arus listrik akan menempuh jalur panjang mengikuti penampang kabel, maka setiap konduktor ketika dialiri arus listrik maka disekitar penampang kabel tersebut akan menghasilkan medan magnet, ketika kawat dililit-lilit maka kuat medan magnet akan meningkat.

Ferit yang dililiti kawat email apabila dialiri arus listrik DC akan memperkuat medan magnet dari kawat, arus listrik disimpan dalam bentuk medan magnet. Pada saat arus listrik DC diputus, maka energi yang berbentuk magnet ini tidak lantas hilang seiring pemutusan arus listrik tersebut. Medan magnet ini akan menginduksi kawat dan menghasilkan listrik dengan arah kebalikannya. Pengosongan energi dari magnetik menjadi listrik ini akan sulit diamati, tanpa bantuan osciloscope.

Induktor pada rangkaian ini terdiri dari 2 buah kumparan, dimana satu kumparan akan menginduksi kumparan satunya melalui flux medan magnetiknya. Agar terjadi fenomena charging dan discharging atau magnetisasi dan demagnetisasi pada rangkaian diatas, pemutusan arus listrik sesaat akan membuat medan magnetik melakukan pengosongan yaitu dengan cara merubah medan magnetik menjadi arus listrik yang mengalir secara terbalik dari arah arus awal, dan yang kedua medan magnetik ini akan menginduksi kumparan kedua untuk menghasilkan listrik. Hal ini akan menghasilkan listrik tambahan, tidak hanya dari sumber tegangan battery saja. Semakin banyak lilitan kumparan maka semakin tinggi pula medan magnetnya. Hal ini berarti listrik yang dihasilkan akan semakin besar. Itulah alasan battery 1.5 Volt bekas dapat mampu menghidupkan LED. Transistor berfungsi sebagai driver ON dan OFF nya (switching). sedangkan resistor berfungsi mengatur arus yang masuk ke kaki basis sebagai picu, agar tidak melebihi Arus Basis Maksimal yang diizinkan (IB) oleh datasheet BC548.

Keunggulan Rangkaian ini adalah hemat energy, nyala LED lebih terang dibanding dengan menggunakan battery biasa, murah, dan LED mampu menyala dengan waktu yang sangat lama. Dapat juga menggunakan lebih dari 1 LED dengan cara diparallel. Berikut hasil rangkaian saya:

Untuk pemesanan Lampu Emergency dengan Memanfaatkan Rangkaian Joule Thief silahkan KLIK DISINI.

Jenis-Jenis Transistor

Jenis-Jenis Transistor ada beberapa macam dan bagi orang-orang yang berkecimpung dalam dunia elektronika mungkin tidak asing lagi ketika mendengar kata transistor. Tapi bagi orang-orang non-elektro mungkin akan terasa asing dengan istilah transistor. Transistor dalam pengertian yang sangat sederhana adalah seperti kran air. Transistor ini adalah sebuah alat semikonduktor yang bisa digunakan sebagai penguat, sebagai sirkuit penyambung maupun pemutus, menstabilkan tegangan dan lain sebagainya. Jenis transistor pada umumnya terbagi hanya menjadi dua jenis saja yaitu jenis transistor bipolar atau dua kutub dan transistor efek medan atau juga dikenal sebagai Field Effect Transistor (FET). Tiap-tiap dari jenis transistor ini dibagi lagi menjadi bagian yang lebih kecil sebagaimana yang akan dijelaskan pada paragraf berikutnya.

Transistor yang pertama adalah transistor bipolar atau dwi kutub. Transistor bipolar termasuk salah satu dari jenis-jenis transistor yang paling banyak digunakan dalam suatu rangkaian elektronika. Sedangkan pengertian dari transistor bipolar itu sendiri adalah transistor yang memiliki dua buah persambungan kutub. Sedangkan jenis transistor bipolar dibagi lagi menjadi tiga bagian lapisan material semikonduktor yang kemudian membedakan transistor bipolar kedalam dua jenis yaitu transistor P-N-P (Positif-Negatif-Positif) dan transistor N-P-N (Negatif-Positif-Negatif). Masing-masing kaki dari jenis transistor ini mempunyai nama seperti B yang berarti Basis, K yang berarti Kolektor serta E yang berarti Emiter. Sedangkan untuk fungsi transistor bipolar adalah sebagai regulator arus listrik.

Contoh Gambar Jenis-Jenis Transistor

Transistor kedua yang paling banyak digunakan dari berbagai jenis-jenis transistor yang ada adalah transistor efek medan (FET). Transistor jenis ini sama seperti transistor bipolar yang memiliki tiga kaki. Tiga kaki terminal yang dimiliki oleh transistor efek medan adalah Drain (D), Source (S), dan Gate (G). Transistor efek medan ini atau dikenal pula dengan istilah transistor unipolar memiliki hanya satu buah kutub saja. Sedangkan cara kerja dari transistor efek medan ini adalah mengatur dan mengendalikan aliran elektron dari Source ke Drain melalui tegangan yang diberikan pada Gate. Hal inilah yang membedakan antara fungsi transistor efek medan dengan fungsi transistor bipolar pada penjelasan diatas.

Dari sajian kali ini dapat disimpulkan bahwa antara transistor bipolar dengan transistor efek medan mempunyai perbedaan yang cukup signifikan dalam cara kerja dan fungsinya. Transistor bipolar yang sebagai regulator arus listrik mengatur besar kecilnya arus listrik yang melalui Emiter yang kemudian berlanjut kepada Basis untuk menentukan seberapa besar arus yang diberikan kepadanya. Sedangkan transistor efek medan mengendalikan elektron dari Source ke Drain melalui tegangan yang diberikan pada Gate. Lalu adakah cara termudah untuk mengetahui dan menentukan jenis-jenis transistor? Cara termudahnya adalah dengan menggunakan alat ohmmeter jika anda ingin menentukan suatu jenis transistor. Cukup letakkan kaki negatif dari ohmmeter ke katoda dan kaki positif ke anoda.Pengertian Transistor

Pengertian Transistor adalah komponen elektronika semikonduktor yang memiliki 3 kaki elektroda, yaitu Basis (Dasar), Kolektor (Pengumpul) dan Emitor (Pemancar). Komponen ini berfungsi sebagai penguat, pemutus dan penyambung (switching), stabilitasi tegangan, modulasi sinyal dan masih banyak lagi fungsi lainnya. Selain itu, transistor juga dapat digunakan sebagai kran listrik sehingga dapat mengalirkan listrik dengan sangat akurat dan sumber listriknya.

Transistor sebenarnya berasal dari kata transfer yang berarti pemindahan dan resistor yang berarti penghambat. Dari kedua kata tersebut dapat kita simpulkan, pengertian transistor adalah pemindahan atau peralihan bahan setengah penghantar menjadi suhu tertentu. Transistor pertama kali ditemukan pada tahun 1948 oleh William Shockley, John Barden dan W.H, Brattain. Tetapi, komponen ini mulai digunakan pada tahun 1958. Jenis Transistor terbagi menjadi 2, yaitu transistor tipe P-N-P dan transistor N-P-N.

Gambar Tentang Pengertian Transistor

Cara Kerja Transistor hampir sama dengan resistor yang mempunyai tipe dasar modern. Tipe dasar modern terbagi menjadi 2, yaitu Bipolar Junction Transistor atau biasa di singkat BJT dan Field Effect Transistor atau FET. BJT dapat bekerja bedasarkan arus inputnya, sedangkan FET bekerja berdasarkan tegangan inputnya.

Dalam dunia elektronika modern, transistor merupakan komponen yang sangat penting terutama dalam rangkaian analog karena fungsinya sebagai penguat. Rangkaian analog terdiri dari pengeras suara, sumber listrik stabil dan penguat sinyal radio. Tidak hanya rangkaian analog, di dalam rangkaian digital juga terdapat transistor yang digunakan sebagai saklar dengan kecepatan tinggi. Beberapa transistor juga dapat di rangkai sehingga berfungsi sebagai logic gate.

Jenis-Jenis Transistor juga berbeda-beda, berdasarkan kategorinya dibedakan seperti materi semikonduktor, kemasan fisik, tipe, polaritas, maximum kapasitas daya, maximum frekuensi kerja, aplikasi dan masih banyak lagi jenis yang lainnya.Cara Mengukur Transistor

Cara Mengukur Transistor memang cukup awam dan tidak diketahui oleh banyak orang. Akan tetapi mengetahui cara mengukur sebuah transistor sangatlah penting untuk dilakukan secara rutin. Hal ini bisa digunakan sebagai sebuah indikasi apakah transistor tersebut masih dalam keadaan yang baik dan layak untuk digunakan maupun tidak. Dalam mengukur sebuah transistor kita bisa menggunakan dua macam alat bantu yaitu multimeter analog dan multimeter digital. Cara mengukur transistor dengan menggunakan bantuan alat ini tergolong gampang dan mudah untuk dilakukan. Hasil yang didapatkan pun sangatlah akurat dalam menentukan kelayakan sebuah transistor. Oleh karena itu kedua alat ini menjadi primadona bagi orang-orang yang berkecimpung dalam dunia elektro. Berikut akan dijelaskan bagaimana cara untuk mengukur transistor dengan menggunakan kedua alat tersebut.

Cara Mengukur Transistor

Cara mengukur transistor yang pertama adalah dengan menggunakan multimeter analog. Di dalam pengukurang transistor yang menggunakan multimeter analog pun dibedakan menjadi dua macam tipe yaitu Positif-Negatif-Positif (PNP) dan Negatif-Positif-Negatif (NPN). Untuk tipe PNP, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah atur posisi saklar pada posisi Ohm x1k atau 10k. Kemudian sambungkan probe merah pada terminal Basis dan probe hitam pada terminal Emitor. Jika jarum bergerak ke kanan maka transmitor dalam keadaan yang layak pakai. Langkah yang terakhir pindahkan probe hitam ke terminal Colector dan jika jarum masih tetap bergerak ke kanan berarti transmitor dalam keadaan baik. Lakukan langkah yang sama untuk tipe NPN. Cukup pindahkan probe hitam ke terminal Basis dan probe merah ke terminal Emitor serta memasukkan probe merah pada terminal Colector.

Sedangkan dalam cara mengukur transistor menggunakan multimeter digital kurang lebih sama dengan multimeter analog. Untuk multimeter digital cara pengukurannya dilakukan secara terbalik dari multimeter analog. Mungkin langkah yang berbeda hanyalah pada langkah awalnya. Jika langkah awal pada transistor analog adalah memposisikan saklar pada posisi Ohm x1k atau 10k, maka multimeter digital adalah mengatur posisi saklar pada posisi dioda (Ohm x1k atau x100k). Pada prinsipnya multimeter digital ini memiliki fungsi untuk mengukur dioda dan resistensi dalam saklar yang sama. Untuk menentukan apakah transistor tersebut masih baik atau tidak, maka tampilan pada multimeter digital harus menunjukan nilai Voltage tertentu. Secara garis besar baik multimeter analog maupun multimeter digital tidak mempunyai perbedaan yang signifikan.

Cara Kerja Transistor cukup menarik untuk dibahas, karena macam dan fungsinya yang unik. Secara harfiah sendiri transistor merupakan gabungan dari dua kata yaitu transfer dan resistor yang dapat diartikan secara bebas sebagai pengalir arus atau pengatur aliran arus. Triode merupakan istilah yang memiliki arti tiga elektroda, dan didalam resistor sendiri memang memiliki tiga elektroda tersebut, yaitu basis atau dasar, emitor atau pemancar dan kolektor atau pengumpul. Transistor dapat mengalirkan arus listrik atau juga menguatkan tegangan dikarenakan memiliki ketiga elektroda tersebut. Fungsi lain dari transistor adalah sebagai saklar pemutus dan penyambung aliran listrik ketika pada dasar atau basis diberikan arus yang sangat besar. untuk cara kerja dari transistor sendiri tergantung dari transistor jenis apa yang digunakan.

Gambar Cara Kerja Transistor

Pada dasarnya transistor ada dua jenis atau tipe dari transistor. Ada transistor BJT atau bipolar junction transistor atau juga lebih dikenal dengan istilah transistor bipolar dan transistor FET atau field effect transistor atau juga lebih dikenal dengan istilah transistor effect. Berikut cara kerja transistor BJT. Sesuai dengan namanya transistor bipolar ( BJT ) menggunakan dua polaritas yang membawa muatan untuk membawa arus listrik pada kanal produksinya. Di dalam transistor bipolar ( BJT ) juga terdapat suatu lapisan pembatas yang dinamakan depletion zone, yang pada akhirnya setiap arus listrik yang akan masuk akan melewati pembatas tersebut dan terbagi karena adanya depletion zone ini.

Transistor effect ( FET ) Sedikit berbeda dengan cara kerja pada transistor bipolar. Dimana pada transistor effect ( FET ) ini hanya menggunakan satu jenis polaritar atau pembawa muatan arus listrik. Hal ini jelas berbeda dengan transistor bipolar yang memiliki dua polaritas pembawa muatan. Untuk transistor effect ( FET ), arus yang masuk tidak akan terbagi menjadi dua aliran seperti pada transistor bipolar. Karena posisi letak depletion zone dari resistor effect terdapat di kedua sisi bukan berada di tengah-tengah. Sebenarnya untuk tipe atau jenis transistor dari BJT dan FET sendiri sama saja fungsinya, yang membedakan adalah dari cara kerja transistornya saja. semoga pembahasan kali ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.Transistor Sebagai Saklar, mungkin anda sering mendengar kata itu. Bagi sebagian besar orang kata transistor bukan merupakan hal aneh, namun tidak semua orang mengerti apa itu sebenarnya transistor. Sebagai definisi transistor merupakan bahan yang terbuat dari semi konduktor, biasanya transistor berfungsi untuk menstabilkan fungsi tegangan pada rangkaian elektronik, sebagai penguat, dan sebagai penyambung serta pemutus tegangan. Apabila transistor sendiri difungsikan untuk memutus dan menyambungkan tegangan, maka dapat dikatakan bahwa anda mempergunakan memfungsikan transistor dijadikan sebagai saklar. Karena seperti yang anda tahu bahwa saklar seperti hal nya saklar lampu berfungsi untuk menyalakan dan mematikan lampu. Mungkin anda juga masih bingung kenapa lampu bisa menyala dan mati ketika anda menekan tombol saklar.

Gambar Skema Transistor Sebagai Saklar

Saklar dapat dianalogikan sebagai sebuah kran pada air, dimana fungsi kran air tersebut adalah untuk menghentikan aliran air dari pipa sebagai jalannya air. Ketika kran ditutup seberapa besar pun tekanan yang air berikan untuk mengalir sudah tentu dapat tertahan oleh kran air yang walaupun secara fisik memiliki ukuran yang kecil. Dan ketika kran kembali dibuka sudah tentu air akan kembali mengalir. Begitu juga di dalam sebuah rangkaian elektronik, transistor sebagai saklar juga memiliki fungsi yang mirip dengan kran air yaitu dapat menghentikan aliran listrik pada komponen, dan juga dapat mengalirkan listrik.

Saklar dalam dunia elektronik sendiri sebenarnya ada banyak macam dan jenisnya. Tapi tidak ada salahnya juga bagi anda yang menginginkan menggunakan transistor sebagai saklar. Karena ada kelebihan apabila menggunakan transistor sebagai alat penyambung dan pemutus aliran listrik. Beberapa kelebihan apabila menggunakan transistor adalah transistor cenderung aman digunakan karena tidak akan menimbulkan percikan api ketika digunakan. Bentuknya sangat simpel. Dan juga sudah tentu harganya lebih murah dibanding saklar lainnya. Namun selain kelebihan yang transistor berikan apabila digunakan sebagai saklar, ada juga kekurangan nya dari penggunaan transistor untuk dijadikan saklar. Salah satunya adalah arus yang dapat ditahan oleh transistor cukup kecil, sehingga tidak bisa digunakan pada arus yang sangat besar.

Fungsi Transistor sangat berpengaruh besar di dalam kinerja rangkaian elektronika. Karena di dalam sirkuit elektronik, komponen transistor berfungsi sebagai jangkar rangkaian. Transistor adalah komponen semi konduktor yang memiliki 3 kaki elektroda, yaitu Basis (B), Colector (C) dan Emitor (E). Dengan adanya 3 kaki elektroda tersebut, tegangan atau arus yang mengalir pada satu kaki akan mengatur arus yang lebih besar untuk melalui 2 terminal lainnya.

Fungsi Transistor Lainnya :Sebagai penguat amplifier.Sebagai pemutus dan penyambung (switching).Sebagai pengatur stabilitas tegangan.Sebagai peratas arus.Dapat menahan sebagian arus yang mengalir.Menguatkan arus dalam rangkaian.Sebagai pembangkit frekuensi rendah ataupun tinggi.Jika kita lihat dari susuan semi konduktor, Transistor dibedakan lagi menjadi 2 bagian, yaitu Transistor PNP dan Transistor NPN. Untuk dapat membedakan kedua jenis tersebut, dapat kita lihat dari bentuk arah panah yang terdapat pada kaki emitornya. Pada transistor PNP arah panah akan mengarah ke dalam, sedangkan pada transistor NPN arah panahnya akan mengarah ke luar. Saat ini transistor telah mengalami banyak perkembangan, karena sekarang ini transistor sudah dapat kita gunakan sebagai memory dan dapat memproses sebuah getaran listrik dalam dunia prosesor komputer.

Dengan berkembangnya fungsi transistor, bentuk dari transistor juga telah banyak mengalami perubahan. Salah satunya telah berhasil diciptakan transistor dengan ukuran super kecil yang hanya dalam ukuran nano mikron (transistor yang sudah dikemas di dalam prosesor komputer). Karena bentuk jelajah tegangan kerja dan frekuensi yang sangat besar dan lebar, tidak heran komponen ini banyak digunakan didalam rangkaian elektornika. Contohnya adalah transistor pada rangkaian analog yang digunakan sebagai amplifier, switch, stabilitas tegangan dan lain sebagainya. Tidak hanya di rangkaian analog, pada rangkaian digital juga terdapat transistor yang berfungsi sebagai saklar karena memiliki kecepatan tinggi dan dapat memproses data dengan sangat akurat.

Cara Kerja Transistor juga tidak serumit seperti komponen lainnya, karena kemampuan yang dimiliki dapat berkembang secara berkala dan bentuk fisik yang dapat berubah-ubah membuat transistor menjadi pilihan utama pada rangkaian elektronik. Bahkan saat ini transistor sudah terintegrasi dan disatukan dari beberapa janis transistor menjadi satu buah komponen yang lebih kompleks.Membuat Lampu Darurat mati Listrtik

Mati listrik di malam hari seringkali merepotkan. Apabila lilin tidak tersedia atau warung tempat menjualnya agak jauh, tentu harus berlama-lama dulu dalam suasana yang gelap-gulita.Di sini disajikan sebuah proyek sederhana yang bisa dikerjakan oleh banyak orang, oleh seorang yang baru belajar menyolder sekalipun, yaitu membuat lampu darurat ketika mati listrik. Meskipun sudah banyak dijual lampu emergency, akan tetapi tentu akan lebih "asik" dan membanggakan jika lampu darurat yang ada di rumah adalah hasil kreasi sendiri.Rangkaian menggunakan LED "ultra-white" (LED putih atau LED lampu) yang memang khusus dibuat untuk penerangan. Jumlah LED bisa bervariasi, dengan konsekwensi semakin banyak LED maka baterai akan lebih cepat habis. Sebagai sumber tegangan digunakan baterai HP, tidak perduli HP lama ataupun baru. Bahkan baterai HP bekaspun masih bisa digunakan. Rangkaiannya adalah sebagai berikut :

Unit charger bisa dibuat sebagaimana pada Lampu sein untuk sepeda .jika digunakan adaptor kecil yang di-set pada tegangan 4,5V atau charger HP umum yang jack-nya (colokannya) diganti, disesuaikan dengan soket jack yang dipakai untuk unit charger tersebut.Adaptor kecil dengan tegangan keluaran dari 3V sampai 12V DC bisa dibeli di toko-toko elektronik, atau bisa membuatnya sendiri, lihat dalam : Adaptor sederhana untuk keperluan praktek .Bisa juga membuat charger alternatif sebagaimana diperlihatkan pada gambar di atas.

Kreasi bentuk LampuBerbagai-macam bentuk lampu bisa dibuat dengan memanfaatkan apa yang ada seperti CD bekas, kotak plastik kecil, tempat tusuk gigi dan lain-lain, terserah kreasi anda.

Charger alternatif Sebagai charger alternatif, bisa dibuat secara simpel (lihat gambar sebelumnya).Dalam charger alternatif itu sumber AC langsung diambil dari jala-jala listrik AC 220V. Kondensator non-polar 474...684 mempunyai reaktansi-resistansi yang besar bagi tegangan AC 220V yang frekwensinya 50Hz. Di sini kondensator berperan seolah sebagai resistor yang besar bagi frekwensi listrik itu.Penggunaan kondensator pada fungsi ini lebih menguntungkan karena panas yang dihasilkan jauh lebih kecil daripada jika menggunakan resistor biasa.Tegangan AC yang sampai kepada empat dioda 1N4007 yang terangkai secara "bridge" sudah jauh menurun, sehingga hasil penyearahannya menjadi layak untuk digunakan mengisi sebuah baterai bertegangan 3,7V.Perlu diperhatikan bahwa dengan charger seperti itu seluruh bagian-bagian sambungan teraliri listrik tegangan tinggi secara langsung. Jangan ada bagian-bagian sambungan yang terbuka yang memungkinkan bisa tersentuh langsung dengan tangan, sebab bisa terjadi sengatan listrik.Kondensator yang digunakan adalah kondensator mika/milar antara 470nF hingga 680nF dengan label tegangan 400VDC atau 250VAC. Jangan gunakan jenis elco dan jangan gunakan kondensator yang kemampuan tegangannya di bawah itu.Kalau lebih, ya boleh...

Lampu darurat mati listrik ini bisa juga dibuat dengan dilengkapi pengatur putar kecerahan cahaya sehingga fungsinya memang menjadi lebih mirip dengan lampu tempel minyak tanah yang asli, selengkapnya lihat dalam :Lampu Darurat Mati Listrik, Pengatur Kecerahan Cahaya Led

RAFOSANDI SB ON KOMPONEN ELEKTRONIKA ON 05.18 WITH 1 COMMENTPENGENALAN KOMPONEN / PARTS ELEKTRONIK

Trafo

Trafo atau transformator atau transformer adalah part elektronik yang berfungsi mentransfer daya AC listrik. Trafo diperlukan ketika tegangan AC yang tersedia tidak sesuai dengan tegangan yang diperlukan. Sebagai contoh jika tegangan AC yang tersedia adalah 220V sedangkan tegangan yang dibutuhkan untuk menghidupkan sebuah perangkat listrik adalah 110V, maka diperlukan trafo penurun tegangan. Trafo akan mentransfer daya listrik dan hanyalah akan menurunkan tegangan, dayanya adalah tetap. Sebab, sebagaimana diketahui bahwa konsekwensi jika tegangan diturunkan maka arusnya akan bertambah, karena daya adalah hasil perkalian tegangan dengan arus. Begitupun sebaliknya, jika tegangan dinaikkan maka konsekwensinya adalah menurunnya arus dalam besaran daya yang sama.

Trafo hanya bekerja mentransfer daya listrik dalam bentuk AC. Kalaupun trafo bisa mentransfer daya dalam bentuk DC, tegangan DC itu haruslah dalam bentuk denyut-denyut (pulsa) dengan timing yang sempit. DC dalam bentuk tegangan dengan kurva yang lurus tidak bisa ditransfer oleh trafo.Lebih detil tentang cara kerja trafo bisa dilihat dalam : Melihat Cara Kerja Trafo

Trafo dibuat dari lilitan-lilitan (gulungan) kawat email pada sebuah inti. Banyaknya lilitan ini disesuaikan dengan besar tegangan yang akan dioperasikan dengannya. Semakin besar tegangan yang akan dioperasikan, semakin banyak lilitannya. Pada trafo ada dua bagian gulungan, yaitu gulungan primer dan gulungan sekunder.Transfer daya pada trafo terjadi karena adanya induksi magnetik yang berganti-ganti arah medan magnetnya di dalam inti. Ini ditimbulkan karena aliran arus AC dalam gulungan primer. Induksi medan magnet ini kemudian ditangkap oleh gulungan sekunder. Maka di gulungan sekunder muncul tegangan AC yang besarnya sesuai dengan perbandingan gulungan antara primer dan sekunder. Contoh : Jika pada gulungan primer yang banyaknya 220 lilitan dimasukkan tegangan sebesar 220V, maka pada gulungan sekunder yang jumlahnya 50 lilitan akan muncul tegangan sebesar 50V. (Ini hanya contoh praktis, lebih detil tentang gulungan trafo akan diulas dalam bahasan yang lain).

Ada banyak jenis-jenis trafo, di antaranya adalah :

Power trafoPower trafo (trafo daya/tenaga) adalah trafo untuk keperluan supply listrik suatu rangkaian elektronik. Trafo ini bekerja pada frekwensi AC listrik, yaitu 50-60Hz. Power trafo mempunyai inti dari besi lunak khusus (besi kern) dan mempunyai dua bagian gulungan, yaitu gulungan primer dan gulungan sekunder. Power trafo mempunyai kemampuan daya yang bervariasi, mulai dari beberapa Watt hingga beratus-ratus Watt.Sekunder trafo ini ada yang mempunyai gulungan tunggal (sering disebut trafo nol) dan ada yang mempunyai gulungan ganda (sering disebut dengan trafo CT). Biasanya trafo ini hanya disebutkan besar tegangan sekunder dan arus yang dikeluarkannya saja. Contoh : Trafo 12V, 500mA. Trafo 18V, 3A dll.

Step-up dan step-down trafo Step-up trafo adalah trafo penaik tegangan. Contoh : Menaikkan tegangan dari 110 menjadi 220V, atau dari 220V menjadi 380V.Step-down trafo adalah trafo penurun tegangan. Contoh : Menurunkan tegangan dari 220V ke 110V, atau dari 380V ke 220V.Dalam prakteknya trafo step-up dan trafo step-down hanyalah satu trafo yang difungsikan ganda, kadang untuk step-up, kadang untuk step-down. Pada trafo ini umumnya antara gulungan primer dan gulungan sekunder tidak tersekat seperti pada power-trafo. Gulungan primer dan gulungan sekunder merupakan satu rangkaian gulungan yang di "tap" pada jumlah lilitan tertentu, sesuai dengan besar tegangan yang diinginkan/ditentukan.Penaikan dan penurunan tegangan dengan trafo ini tidak menambah atau mengurangi daya listrik. Secara teoritis, daya adalah tetap.

Input trafo dan output trafo Istilah Input trafo (IT) dan output trafo (OT) dikenal di dunia audio. Input trafo dan output trafo adalah trafo-trafo untuk sinyal audio/suara pada rangkaian amplifier audio system OT (output-trafo). Mereka digunakan sebagai penyesuai impedansi antara satu tahap dengan tahap lainnya dalam rangkaian amplifier audio itu, mentransfer daya sinyal audio.Sinyal audio adalah AC juga, hanya saja bentuknya lebih kompleks yang berfrekwensi antara 20Hz-20 kHz, sehingga bisa ditransfer dengan trafo. Akan tetapi dalam prakteknya tidak seluruh frekwensi dalam spektrum audio mampu ditransfer dengan baik oleh trafo, hanya sebagian yang terpenting. Ini karena karakteristik inti trafo yang menjadi faktor penentu dalam hal itu sulit mencapai kriteria sempurna pada pelimpahan daya frekwensi-frekwensi audio itu.Karenanya amplifier audio dengan system OT bukanlah system amplifier yang "Hi-fi" (high-fidelity) di mana seluruh frekwensi dalam jangkah pendengaran manusia dikuatkan dengan penguatan yang sama.

Output trafo dengan system amplifier OT biasa diterapkan pada perangkat PA (public-address) dan pemodulasian pemancar AM. Perangkat-perangkat ini tidak memerlukan kriteria Hi-fi yang ketat.Input trafo dan output trafo dinyatakan dengan besaran impedansi primer dan sekundernya. Dan trafo-trafo ini dibuat masing-masing dengan karakteristik tersendiri. Contoh : trafo IT240 dan OT240, trafo IT191 dan OT191, trafo OT426.

Switching-trafo Switching trafo adalah trafo yang digunakan pada power-supply type switching-mode power-supply. Perangkat-perangkat elektronik seperti televisi, komputer, monitor, DVD player, printer, sebagian AC stabilizer dan DC-AC inverter, menerapkan system switching-mode power-supply.Trafo ini lebih efisien daripada trafo berinti besi. Intinya terbuat dari ferrite khusus yang telah diperhitungkan untuk maximalitas kerjanya.Switching trafo sebetulnya tidak mentransfer daya AC, tetapi mentransfer daya dalam bentuk denyut-denyut (pulse) DC dengan timing-denyut yang sangat sempit.

Switching trafo mempunyai kaki-kaki koneksi yang banyak, pada bagian primer maupun sekunder. Hampir tidak ada standard dalam pola-pola susunan kaki ini. Berbeda pola susunan kaki, maka berbeda pula konfigurasi gulungan di dalamnya. Bahkan yang mirip pola kakinya belum tentu konfigurasi gulungan di dalamnya sama. Untuk mengenali pola susunan kaki trafo ini diperlukan pengalaman yang banyak dan memahami berbagai schematic diagramnya.

Fly-back trafo (FBT) Fly-back trafo (FBT) adalah trafo EHT (Extra High Tension) untuk tabung gambar CRT (Cathode Ray Tube) pada rangkaian televisi atau monitor system bertabung. Disebut fly-back trafo karena trafo ini juga melayangkan balik sinyal gambar kepada rangkaian oscillatornya untuk keperluan sinkronisasi.FBT dibuat dengan inti dari bahan ferrite khusus dan bekerja mentransfer daya dalam bentuk denyut-denyut kompleks, dengan timing denyut yang sempit. Denyut-denyut kompleks ini merupakan sinyal gambar, yang kemudian dilipatgandakan tegangannya hingga ribuan Volt untuk diberikan kepada CRT. Di dalam trafo ini sudah terangkai secara built-in dioda-dioda penyearah tegangan tinggi.Sebagaimana switching trafo, FBT mempunyai kaki-kaki koneksi yang banyak dan hampir tidak ada standard dalam pola-pola susunan kakinya. FBT hanya diidentifikasi dari label typenya. Contoh type fly-back trafo untuk televisi : DCF2077, 154-177, FCK14A0006.

HF tune trafo Adalah trafo-trafo untuk pengoperasian sinyal kecil berfrekwensi tinggi/frekwensi radio. Dalam tekhnik frekwensi tinggi, pelimpahan sinyal melalui trafo berlangsung sangat kritis pada titik frekwensi tertentu. Trafo-trafo dibuat agar bisa di-tune (disetel) pada frekwensi tertentu yang diperlukan. Trafo-trafo ini hanya akan melimpahkan daya pada frekwensi tinggi yang menjadi frekwensi resonansinya.Bagian-bagian dari trafo ini adalah :

IFT (Intermediate Frequency Trafo) yaitu trafo frekwensi-antara dalam penerima radio.Trafo ini disetel pada frekwensi-frekwensi resonansinya, yaitu : 455kHz untuk penerima AM, 10,7MHz untuk penerima FM, dan 5,5MHz untuk penerima bagian suara televisi. Di dalam trafo ini sudah terangkai secara built-in sebuah kondensator kecil. Nilai induktansi dalam lilitan bersama dengan kapasitansi kondensator membentuk resonator pada frekwensi tertentu.

Oscillator-trafoyaitu trafo resonator untuk rangkaian-rangkaian oscillator pada penerima radio system heterodin atau pada pemancar-pemancar AM radio.

Trigger coil Adalah trafo kecil penaik tegangan rendah hingga menjadi sangat tinggi. Trafo ini menaikkan tegangan denyut sesaat. Banyak digunakan dalam rangkaian-rangkaian pengemudi lampu blitz pada kamera atau lampu strobo.