jenis permainan Anak
-
Upload
yusrizal-fzz -
Category
Documents
-
view
86 -
download
0
Transcript of jenis permainan Anak
Latar Belakang
Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Ada orang tua yang berpendapat bahwa
anak yang terlalu banyak bermaian akan membuat menjadi malas bekerja dan bodoh.
Anggapan ini kurang bijaksana, karena beberapa ahli psikolog mengatakan bahwa permainan
sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa anak (noname, 2006).
Ketika masa anak sudah memasuki masa todler anak selalu membutuhkan kesenangan
pada dirinya dan anak membutuhkan suatu permainan. Aktivitas bermain merupakan salah
satu stimulus bagi perkembangan anak. Sekarang banyak dijual macam-macam alat
permainan, jika orang tua tidak selektif dan kurang memahami fungsinya maka alat
permainan yang dibelinya tidak akan berfungsi efektif. Alat permaianan hendaknya
disesuaikan dengan jenis kelamin dan usia anak, sehingga dapat merangsang perkembangan
anak dengan optimal. Dalam kondisi sakitpun aktivitas bermaian tetap perlu dilaksanakan
namun harus disesuaikan dengan kondisi anak.
Ruangan yang digunakan adalah di ruangan terapi bermaian Rumah Sakit
Blambangan Banyuwangi. Dimana di ruang tersebut terdapat alat-alat bermain yang
disesuaikan dengan usia anak. Terapi bermaian ini bertujun untuk mempraktekkan
keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif dan merupakan suatu
aktifitas yang memberikan stimulasi dalam kemampuan keterampilan kognitif dan afektif.
A. DEFINISI BERMAIN
Bermain merupakan cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan social
dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak-
anak akan berkata-kata (berkomunikasi), belajar menyesuaikan diri dengan
lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukannya, dan mengenal waktu, jarak
serta suara (Wong, 2000)
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan
alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberi kesenangan
maupun mengembangkan imajinasi anak (Anggani Sudono, 2000)
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan berulang-ulang demi kesenangan, tanpa ada
tujuan atau sasaran yang hendak dicapai (Suhendi et al, 2001)
Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela untuk memperoleh
kesenangan/kepuasan.(Supartini, 2004)
Bermaian adalah suatu kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginan untuk
memperoleh kesenangan (Foster, 1989).
Bermaian adalah kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan tanpa
mempertimbangkan hasil akhir (Hurlock).
Bermain sama dengan bekerja pada orang dewasa, dan merupakan aspek terpenting
dalam kehidupan anak serta merupakan satu cara yang paling efektif untuk menurunkan
stress pada anak, dan penting untuk kesejahteraan mental dan emosional anak (Champbell
dan Glaser, 1995). Bermain tidak sekedar mengisi waktu tetapi merupakan kebutuhan anak
seperti halnya makanan, perawatan dan cinta kasih. Dengan bermain anak akan menemukan
kekuatan serta kelemahannya sendiri, minatnya, cara menyelesaikan tugas-tugas dalam
bermain (Soetjiningsih, 1995).
B. FUNGSI BERMAIN
Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-motorik,
perkembangan intelektual, perkembangan social, perkembangan kreativitas, perkembangan
kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai terapi.
Bermain Sebagai Terapi
Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang
sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut
merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa
stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak
akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan
permainan anak akan depat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan
relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan.
Hal tersebut terutama terjadi pada anak yang belum mampu mengekspresikannya
secra verbal. Dengan demikian, permainan adalah media komunikasi antar anak dengan
orang lain, termasuk dengan perawat atau petugas kesehatan dirumah sakit. Perawat dapat
mengkaji perasaan dan pikiran anak melalui ekspresi nonverbal yang ditunjukkan selama
melakukan permainan atau melalui interaksi yang ditunjukkan anak dengan orang tua dan
teman kelompok bermainnya.
C. TUJUAN BERMAIN
Melalui fungsi yang terurai diatas, pada prinsipnya bermain mempunyai tujuan
sebagai berikut :
1. Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada saat sakit
anak mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Walaupun
demikian, selam anak dirawat di rumah sakit, kegiatan sitimulasi pertumbuhan
dan perkembangan masih harus tetap dilanjutkan untuk menjaga
kesinambungannya
2. Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi serta ide-idenya.
3. Mengembangkan kreativitas dan kemampuannya memecahkan masalah
4. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan dirawat dirumah
sakit
D. CIRI-CIRI KEGIATAN BERMAIN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Smith et al; Garvev; Rubin, Fein dan
Vandenberg (Johnson et al, 1999) diungkapkan adanya beberapa cirri kegiatan
bermain yaitu :
1. Dilakukan berdasarkan motivasi intrinsic, maksud muncul atas keinginan pribadi
serta untuk kepentingan sendiri
2. Perasaan dari orang yang terlibat dalam kegiatan bermain diwarnai oleh emosi-
emosi yang positif
3. Fleksibilitas yang ditandai mudahnya kegiatan beralih dari satu aktivitas ke
aktivitas lain
4. Lebih menekankan pada proses yang berlangsung dibandingkan hasil akhir
5. Bebas memilih, dan ciri ini merupakan elemen yang sangat penting bagi konsep
bermain pada anak-anak kecil.
Kategori Bermain
1. Bermain aktif yaitu anak banyak menggunakan energi inisiatif dari anak sendiri,
contohnya : bermain sepak bola.
2. Bermain Pasif yaitu energi yang dikeluarkan sedikit, anak tidak perlu melakukan
aktivitas (hanya melihat) contoh : memberi support.
E. KLASIFIKASI BERMAIN
Ada beberapa jenis permainan, baik ditinjau dari isi permainan, karakter social dan
kelompok usia anak. Dibawah ini akan dibahas secara rinci satu per satu :
1. Berdasarkan Isi Permainan
a. Social affective play
Inti permainan ini adalah adanya hubungan interpersonal yang menyenangkan antara
anak dan orang lain. Misalnya, bayi akan mendapatkan kesenangan dan kepuasan dari
hubungan yang menyenangkan dengan orang tuanya dan/atau orang lain. Permainan yang
biasa dilakukan adalah “Cilukba”, berbicara sambil tersenyum/tertawa, atau sekadar
memberikan tangan pada bayi untuk menggenggamnya , tetapi dengan diiringi berbicara
sambil tersenyum dan tertawa. Bayi akan mencoba berespons terhadap tingkah laku orang
tuanya dan/atau orang dewasa tersebut/misalnya dengan tersenyum, tertawa, dan/atau
mengoceh .
b. Sense of pleasure play
Permainan ini menggunakan alat yang dapat menimbulkan rasa senang pada anak dan
biasanya mengasyikkan. Misalnya, dengan menggunakan pasir, anak akan membuat gunung-
gunungan atau benda-benda apa saja yang dapat dibentuknya dengan pasir . Bisa juga dengan
menggunakan air anak akan melakukan macam-macam permainan, misalnya memindah-
mindahkan air ke botol, bak, atau tempat lain. Cirri khas permainan ini adalah anak akan
semakin asyik bersentuhan dengan alat permainan ini dan dengan permainan yang
dilakukannya sehingga susah dihentikan
c. Skill play
Sesuai dengan sebutannya, permainan ini akan meningkatkan ketrampilan anak,
khususnya motorik kasar dan halus. Misalnya, bayi akan terampil memegang benda-benda
kecil, memindahkan benda dari satu tempat ke tempat yang lain, dan anak akan terampil naik
sepeda. Jadi, keterampilan tersebut diperoleh melalui pengulangan kegiatan permainan yang
di lakukan. Semakin sering melakukan latihan, anak akan semakin terampil.
d. Games atau permainan
Games atau permainan adalah jenis permainan yang menggunakan alat tertentu yang
menggunakan perhitungan dan/atau skor. Permainan ini bisa dilakukan oleh anak sendiri dan/
atau dengan temannya. Banyak sekali jenis permainan ini mulai dari yang sifatnya tradisional
maupun yang modern.misalnya, ular tangga, congklak, puzzle, dan lain-lain.
e. Unoccupied behaviour
Pada saat tertentu, anak sering terlihat mondar-mandir, tersenyum, tertawa, jinjit-
jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja, atau apa saja yang ada di sekelilingnya.
Jadi, sebenarnya anak tidak memainkan alat permainan tertentu, dan situasi atau obyek yang
ada di sekelilingnya yang di gunakannya sebagai alat permainan. Anak tampak senang,
gembira, dan asyik dengan situasi serta lingkungannya tersebut .
f. Dramatic play
Sesuai dengan sebutannya, pada permainan ini anak memainkan peran sebagai orang
lain melalui permainannya. Anak berceloteh sambil berpakaian meniru orang dewasa,
misalnya ibu guru, ibunya, ayahnya, kakaknya, dan sebagainya yang ingin ia tiru. Apabila
anak bermain dengan temannya, akan terjadi percakapan di antara mereka tentang peran
orang yang mereka tiru. Permainan ini penting untuk proses identifikasi anak terhadap peran
tertentu .
2. Berdasarkan Karakter Social
a. Onlooker play
Pada jenis permainan ini, anak hanya mengamati temannya yang sedang bermain,
tanpa ada inisiatif untuk ikut berpartisipasi dalam permainan. Jadi, anak tersebut bersifat
pasif, tetapi ada proses pengamatan terhadap permainan yang sedang dilakukan temannya.
b. Solitary play
Pada permainan ini, anak tampak berada dalam kelompok permainan, tetapi anak
bermain sendiri dengan alat permainan yang dimilikinya, dan alat permainan tersebut berbeda
dengan alat permainan yang digunakan temannya, tidak ada kerja sama, ataupun komunikasi
dengan teman sepermainannya
c. Parallel play
Pada permainan ini, anak dapat menggunakan alat permainan yang sama, tetapi antara
satu anak dengan anak lainnya tidak terjadi kontak satu sama lain sehingga antara anak satu
dengan anak lain tidak ada sosialisasi satu sama lain. Biasanya permainan ini dilakukan oleh
anak usia toddler.
d. Associative play
Pada permainan ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak dengan anak lain, tetapi
tidak terorganisasi, tidak ada pemimpin atau yang memimpin permainan, dan tujuan
permainan tidak jelas. Contoh permainan jenis ini adalah bermain boneka, bermain hujan-
hujanan dan bermain masak-masakan.
e. Cooperative play
Aturan permainan dalam kelompok tampak lebih jelas pada permainan jenis ini, juga
tujuan dan pemimpin permainan. Anak yang memimpin permainan mengatur dan
mengarahkananggotanya untuk bertindak dalam permainan sesuai dengan tujuan yang
diharapkan dalam permainan tersebut. Misalnya, pada permainan sepak bola, ada anak yang
memimpin permainan, aturan main harus dijalankan oleh anak dan mereka harus dapat
mencapai tujuan bersama, yaitu memenangkan permainan dengan memasukkan bola ke
gawang lawan mainnya.
3. Berdasarkan Kelompok Usia Anak
a. Anak usia bayi
Permainan untuk anak usia bayi dibagi menjadi bayi usia 0 – 3 bulan, usia 4 – 6
bulan, dan usia 7 – 9 bulan. Karakteristik permainan anak usia bayi adalah “sense of pleasure
play”.
o Bayi usia 0 – 3 bulan
Seperti yang telah disinggung diatas bahwa karakteristik khas permainan bagi
usia bayi adalah adanya interaksi social yang menyenangkan antara bayi dan orang
tua dan/atau orang dewasa sekitarnya. Selain itu, perasaan senang juga menjadi cirri
khas dari permainan untuk bayi di usia ini.
Alat permainan yang biasa digunakan, misalnya mainan gantungan yang
berwarna terang dengan bunyi musik yang menarik. Dari permainan tersebut,
secara visual bayi diberi objek yang berwarna terang dengan tujuan menstimuli
penglihatannya. Oleh karena itu bayi harus ditidurkan atau diletakkan pada posisi
yang memungkinkan agar dapat memandang bebas ke sekelilingnya. Secara
auditori ajak bayi berbicara, beri kesempatan untuk mendengar pembicaraan,
musik dan nyanyian yang menyenangkan.
o Bayi usia 4 – 6 bulan
Untuk menstimuli penglihatan, dapat dilakukan permainan seperti mengajak
bayi menonton TV, memberi mainan yang mudah dipegangnya dan berwarna terang,
serta dapat pula dengan cara memberi cermin dan meletakkan bayi didepannya
sehingga memungkinkan bayi dapat melihat bayangan di cermin.
Untuk stimulasi pendengaran, dapat dilakukan dengan cara selalu
membiasakan memanggil namanya, mengulangi suara yang dikeluarkannya, dan
sering berbicara dengan bayi, serta meletakkan mainan yang berbunyi di dekat
telinganya.
Untuk stimulasi taktil, berikan mainan yang dapat digenggamnya, lembut dan
lentur atau pada saat memandikan, biarkan bayi bermain air di dalam bak mandi.
o Bayi usia 7 – 9 bulan
Untuk stimulasi penglihatan, dapat dilakukan dengan memberikan mainan
yang berwarna terang, atau berikan kepadanya kertas dan alat tulis, biarkan ia
mencoret-coret sesuai keinginannya.
Stimulasi pendengaran, dapat dilakukan dengan memberi bayi boneka yang
berbunyi, mainan yang bias dipegang dan berbunyi jika digerakkan. Untuk itu alat
permainan yang dapat diberikan pada bayi, misalnya buku dengan warna yang terang
an mencolok, gelas dan sendok yang tidak pecah, bola yang besar, berbagai boneka,
dan/atau mainan yang dapat didorong.
b. Anak usia toddler (>1 tahun sampai 3 tahun)
Anak usia toddler menunjukkan karakteristikyang khas, yaitu banyak bergerak, tidak
bias diam dan mulai mengembangkan otonomi dan kemampuannya untuk mandiri. Oleh
karena itu, dalam melakukan permainan, anak lebih bebas, spontan, dan menunjukkan
otonomi baik dalam memilih mainan maupun dalam aktivitas bermainnya. Anak mempunyai
rasa ingin tahu yang besar. Oleh karena itu seringkali mainannya dibongkar-pasang, bahkan
dirusaknya. Untuk itu harus diperhatikan keamanan dan keselamatan anak dengan cara tidak
memberikan alat permainan yang tajam dan menimbulkan perlukaan.
Jenis permainan yang tepat dipilih untuk anak usia toddler adalah “solitary play dan
parallel play”. Pada anak usia 1 sampai 2 tahun lebih jelas terlihat anak melakukan
permainan sendiri dengan mainannya sendir, sedangkan pada usia lebih dari 2 tahun sampai 3
tahun, anak mulai dapat melakukan permainan secara parallel karena sudah dapat
berkomunikasi dalam kelompoknya walaupun belum begitu jelas karena kemampuan
berbahasa blum begitu lancar. Jenis alat permainan yang tepat diberikan adalah boneka,
pasir, tanah liat dan lilin warna-warni yang dapat dibentuk benda macam-macam
c. Anak usia prasekolah (>3 tahun sampai 6 tahun)
Sejalan dengan pertumbuhan dan oerkembangannya, anak usia prasekolah
mempunyai kemampuan motorik kasar dan halus yang lebih matang dari pada anak usia
toddler. Anak sudah lebih aktif, kreatif dan imajinatif. Demikian juga kemampuan berbicara
dan berhubungan social dengan temannya semakin meningkat.
Oleh kerena itu jenis permainan yang sesuai adalah “associative play, dramatic play dan skill
play”. Anak melakukan permainan bersama-sama dengan temannya dengan komunikasi yang
sesuai dengan kemampuan bahasanya. Anak juga sudah mampu memainkan peran orang tua
tertentu yang diidentifikasinya, seperti ayah, ibu dan bapak atau ibu gurunya. Permainan yang
menggunakan kemampuan motorik (skill paly) banyak dipilih anak usia prasekolah. Untuk
itu, jenis alat permainan yang tepat diberikan pada anak misalnya, sepeda, mobil-mobilan,
alat olah raga, berenang dan permainan balok-balok besar, Mainan yang dapat ditarik dan
didorong,Alat masakMalam, lilinBoneka, telephone, gambar dalam buku, bola, drum yang
dapat dipukul, krayon, kertas
d. Anak usia sekolah ( 6 tahun sampai 12 tahun)
Kemampuan social anak usia sekolah semakin meningkat. Mereka lebih mampu
bekerja sama dengan teman sepermainannya. Seringkali pergaulan dengan teman menjadi
tempat belajar mengenal norma baik atau buruk. Dengan demikian, permainan pada anak usia
sekolah tidak hanya bermanfaat untuk meningkatkan ketrampilan fisik atau intelektualnya,
tetapi juga dapat mengembangkan sensitivitasnya untuk terlibat dalam kelompok dan bekerja
sama dengan sesamanya. Mereka belajar norma kelompok sehingga dapat diterima dalam
kelompoknya. Sisi lain manfaat bermain bagi anak usia sekolah adalah mengembangkan
kemampuannya untuk bersaing secara sehat. Bagaimana anak dapat menerima kelebihan
orang lain melalui permainan yang ditunjukkannya.
Karakteristik permainan untuk anak usia sekolah dibedakan menurut jenis
kelaminnya. Anak laki-laki lebih tepat jika diberikan mainan jenis mekanik yang akan
menstimulasi kemampuan kreativitasnya dalam berkreasi sebagai seorang laki-laki,
misalnya mobil-mobilan. Anak perempuan lebih tepat diberikan permainan yang dapat
menstimulasinya untuk mengembangkan perasaan, pemikiran dan sikapnya dalam
menjalankan peran sebagai seorang perempuan, misalnya alat untuk memasak dan
boneka.
e. Anak usia remaja (13 tahun sampai 18 tahun)
Merujuk pada proses tumbuh-kembang anak remaja, dimana anak remaja berada
dalam suatu fase peralihan, yaitu disatu sisi akan meninggalkan masa kanak-kanak dan disisi
lain masuk pada usia dewasa dan bertindak sebagai individu. Oleh karena itu, dikatakan
bahwa anak remaja akan mengalami krisis identitas dan apabila tidak sukses melewatinya,
anak akan mencari kompensasinya pada hal yang berbahaya, seperti obat-obatan terlarang
dsb. Melihat karakteristik anak remaja perlu mengisi kegiatan yang konstruktif, misalnya
dengan melakukan permainan berbagai macam olah raga, mendengarkan dan/atau bermain
musik serta melakukan kegiatan organisasi remaja yang positif, seperti kelompok basket,
sepak bola, karang taruna dll. Prinsip kegiatan bermainbagi anak remaja tidak hanya sekedar
mencari kesenangan dan meningkatkan perkembangan fisio-emosional, tetapi juga lebih juga
ke arah menyalurkan minat, bakat dan aspirasi serta membantu remaja untuk menemukan
identitas pribadinya. Untuk itu alat permainan yang tepat bias berupa berbagai macam alat
olah raga, alat musik dan alat gambar atau lukis.
F. SYARAT BERMAIN
Ada beberapa hal yang dipersyaratkan untuk dapat melakukan kegiatan bermain yang
baik untuk anak, yaitu :
1. Perhatikan factor usia anak
Sesuaikan mainan/aktivitas dengan kematangan motorik anak, yaitu sejauh
mana gerakan-gerakan otot tubuh siap melakukan gerakan-gerakan tertentu. Juga
sesuaikan dengan kognisinya, yaitu sejauh mana anak mampu memahami
permainan itu. Jika terlalu sulit, anak jadi malas bermain dan jika kelewat
gampang ia cepat bosan. Untuk itu pilihlah mainan yang dapat merangsang
kreativitas anak.
2. Tidak harus sehat
Tentu akan lebih baik jika anak dalam kondisi sehat. Namun anak yang
sakitpun diperbolehkan untuk bermain, malah bias mempercepat proses
kesembuhannya.tentunya jenis permainannya disesuaikan kondisi fisik. Misalnya
pilih permainan yang bisa dilakukan ditempat tidur seperti melipat, mewarnai,
menggambar atau mendengarkan dongeng, memainkan jari-jemari sambil bercerita,
main tebak-tebakan, dll.
3. Lama bermain
Tergantung karakteristik anak, ada yang aktif dan pasif. Namun sebaiknya
bermain tak terlalu lama agar anak tak mengabaikan tugas-tugas lainnya seperti
makan, mandi dan tidur. Untuk bayi, cukup 10-30 menit karena rentang
perhatiannya pun masih terbatas. Untuk anak yang lebih besar, buatlah komitmen
lebih dulu. Missal, boleh main selama 1 jam, setelah itu makan atau mandi.
Namun kita hurus konsisten dengan aturan itu agar anak tidak bingung. Bagi anak
yang sakit, jika ia butuh banyak istirahat, jangan dipaksa
4. Pastikan mainannya aman
Terlebih untuk bayi, keamanan mainan harus diperhatikan betul. Pilih yang
tidak mudah rusak/pecah ataupun terurai seperti manik-manik karena di
khawatirkan akan masuk mulut atau lubang telingan/hidung. Jangan pula
memberikan mainan yang bertali panjang, berukurang kecil dan menggunakan
listrik. Selain itu secara umum mainan anak haruslah tidak boleh ada bagian yang
mudah tertelan, tidak tajam atau berujung runcing, catnya tidak beracun
(nontoxic), tidak mudah mengelupas, tidak menjepit dan tidak menimbulkan api.
5. Dampingi anak
Penting diingat, mainan bukan pengganti orang tua, melainkan sarana untuk
mendekatkan hubungan orang tua dengan anak jadi, selalu dampingi anak kala
bermain. Tanpa arahan kita anak akan bermain sendiri tanpa mengenal tujuan dari
permainan tersebut. Oleh karena itu kita perlu selalu mendampingi mereka dalam
bermain. Hal ini juga untuk mengatasi segala persoalan yang dihadapi tiap anak,
seperti sulitnya berkonsentrasi terhadap suatu kegiatan. Situasi ini juga dapat
memacu pertumbuhan harga diri anak dengan memberikan penghargaan pada
setiap hasil kegiatan atau penemuan-penemuan anak dalam proses bermain.
G. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKTIVITAS BERMAIN
Ada 5 (lima) factor yang mempengaruhi aktivitas bermain pada anak, yaitu :
Tahap perkembangan anak
Aktivitas bermain yang tepat dilakukan anak, yaitu sesuai dengan tahapan
pertumbuhan dan perkembangan anak. Tentunya permainan anak usia bayi tidak lagi
efektif untuk pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah. Demikian juga
sebaliknya karena pada dasarnya permainan adalah alat stimulasi pertumbuhan dan
perkembangan anak. Dengan demikian, orang tua dan perawat harus mengetahui dan
memberikan jenis permainan yang tepat untuk setiap tahapan pertumbuhan dan
perkembangan anak.
Status kesehatan anak
Untuk melakukan aktivitas bermain diperlukan energi, walaupun demikian, bukan
berarti anak tidak perlu bermain pada saat sedang sakit. Kebutuhan bermain pada anak
sama halnya dengan kebutuhan bekerja pada orang dewasa. Yang penting pada saat
kondisi anak sedang menurun atau anak terkena sakit, bahkan dirawat di rumah sakit,
orang tua dan perawat harus jeli memilihkan permainan yang dapat dilakukan anak sesuai
dengan prinsip bermain pada anak yang sedang dirawat di rumah sakit.
Jenis kelamin anak
Ada bebarapa pndangan tentang konsep gender dalam kaitannya dengan
permainan anak. Dalam melaksanakan aktivitas bermain tidak membedakan jenis kelamin
laki-laki atau perempuan. Semua alat permainan dapat digunakan oleh anak laki-laki atau
perempuan untuk mengembangkan daya pikir, imajinasi, kreativitas dan kemampuan
social anak. Akan tetapi, ada pendapat lain yang meyakini bahwa permainan adalah salah
satu alat untuk membantu anak mengenal identitas diri sehingga sebagian alat permainan
anak perempuan tidak dianjurkan untuk digunakan oleh anak laki-laki. Hal ini di
latarbelakangi oleh alasan adanya tuntutan perilaku yang berbeda antara laki-laki dan
perempuan dan hal ini dipelajari melalui media permainan.
Lingkungan yang mendukung
Terselenggaranya aktivitas bermain yang baik untuk perkembangan anak salah
satunya dipengaruhi oleh nilai moral, budaya dan lingkungan fisik rumah. Fasilitas
bermain tidak selalu harus yang dibeli di took atau mainan jadi, tetapi lebih diutamakan
yang dapat menstimulus imajinasi dan kreativitas anak, bahkan sering kali mainan
tradisional yang dibuat sendiri dari/atau berasal dari benda-benda di sekitar kehidupan
anak akan lebih merangsang anak untuk kreatif, keyakinan keluarga tentang moral dan
budaya juga mempengaruhi bagaimana anak di didik melalui permainan. Sementara
lingkungan fisik sekitar lebih banyak mempengaruhi ruang gerak anak untuk melakukan
aktivitas fisik dan motorik. Lingkungan rumah yang cukup luas untuk bermain
memungkinkan anak mempunyai cukup ruang gerak untuk bermain, berjalan, mondar-
mandir, berlari, melompat dan bermain dengan teman sekelompoknya.
Alat dan jenis permainan yang cocok atau sesuai bagi anak
Orang tua harus bijaksana dalam memberikan alat permainan untuk anak. Pilih
yang sesuai dengan tahap tumbuh kembang anak. Label yang tertera pada mainan harus
dibaca terlebih dahulu sebelum membelinya, apakah mainan tersebut sesuai dengan usia
anak. Alat permainan tidak selalu harus yang dibeli di took atau mainan jadi, tetapi lebih
diutamakan yang dapat menstimulus imajinasi dan kreativitas anak, bahkan seringkali
mainan tradisional yang dibuat sendiri dari atau berasal dari benda-benda di sekitar
kehidupan anak, akan lebih merangsang anak untuk kreatif. Alat permainan yang harus
didorong, ditarik, dan dimanipulasi, akan manegajarkan anak untuk dapat
mengembangkan kemampuan koordinasi alat gerak. Permainan membantu anak untuk
meningkatkan kemampuan dalam mengenal norma dan aturan serta interaksi social
dengan orang lain.
Orang tua dan anak dapat memilih mainan bersama-sama, tetapi yang harus
diingat bahwa alat permainan harus aman bagi anak. Oleh karena itu, orang tua harus
membantu anak memilihkan mainan yang aman.
PRINSIP PERMAINAN PADA ANAK DI RUMAH SAKIT
1. Permainan tidak boleh bertentangan dengan pengobatan yang sedang dijalankan
pada anak. Apabila anak harus tirah baring, harus dipilih permainan yang dapat
dilakukan di tempat tidur, dan anak tidak boleh diajak bermain dengan
kelompoknya di tempat bermain khusus yang ada di ruangan rawat.
2. Permainan yang tidak membutuhkan banyak energi, singkat dan sederhana
3. Permainan harus mempertimbangkan keamanan anak
4. Permainan harus melibatkan kelompok umur yang sama
5. Melibatkan orang tua
TUJUAN BERMAIN DI RUMAH SAKIT
Kebutuhan bermain mengacu pada tahapan tumbuh kembang anak, sedangkan
tujuan yang ditetapkan harus memperhatikan prinsip bermain bagi anak di rumah
sakit yaitu menekankan pada upaya ekspresi sekaligus relaksasi dan distraksi dari
perasaan takut, cemas, sedih, tegang dan nyeri.
KEUNTUNGAN BERMAIN PADA ANAK DI RUMAH SAKIT
1. Meningkatkan hubungan antara klien (anak dan keluarga) dan perawat
2. Perawatan di rumah sakit akan membatasi kemampuan anak untuk mandiri.
Aktivitas bermain yang terprogram akan memulihkan perasaan mandiri pada anak
3. Permainan pada anak di rumah sakit tidak hanya memberikan rasa senang pada
anak, tetapi juga akan membantu anak mengekspresikan perasaan dan pikiran
cemas, takut, sedih tegang dan nyeri
4. Permainan yang terapeutuk akan dapat meningkatkan kemampuan anak untuk
mempunyai tingkah laku yang positif
PROSES KEGIATAN BERMAIN
Uraikan kegiatan bermain yang akan dilakukan. Ingat bahwa perawat hanya
sebagai fasilitator dan kegiatan bermain harus dilakukan secara aktif oleh anak dan
orang tuanya. Kegiatan bermain yang dijalankan mengacu pada tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Apabila permainan akan dilakukan dalam kelompok, uraikan
dengan jelas aktivitas setiap anggota kelompok dalam permainan dan kegiatan orang
tua setiap anak.
ALAT PERMAINAN YANG DIPERLUKAN
Alat permainan yang digunakan tidak harus yang baru dan bagus. Gunakan
alat permainan yang dimiliki anak atau yang tersedia di ruang perawatan. Yang
penting adalah alat permainan yang digunakan harus menggambarkan kreativitas
perawat dan orang tua, serta dapat menjadi media untuk eksplorasi perasaan anak.
PELAKSANAAN KEGIATAN BERMAIN
Selama kegiatan bermain respons anak dan orang tua harus diobservasi dan
menjadi catatan penting bagi perawat, bahkan apabila tampak adanya kelelahan pada
anak permainan tidak boleh di teruskan. Proses dalam melakukan permainan
merupakan hal yang terpenting, bukan semata-mata hasilnya.
Hambatan bermain:Anak kurang kooperatif,Orang tua tidak mendukung
Jam-jam tertentu seperti : kunjungan dokter, terapi dan waktu istirahat, Tidak semua rumah
sakit mempunyai fasilitas bermain.
Antisipasi hambatan bermain
1) Pendekatan kepada anak lebih ditingkatkan
2) Memberikan penjelasan yang mudah dimengerti orang tua, sehingga timbul rasa
percaya
3) Membatasi waktu bermain
4) Bermain dilakukan dirawat inap tanpa menggangu proses terapi pengobatan
PENUTUP
Kesimpulan
Bermain adalah cara untuk memperoleh kesenangan tanpa mempertimbangkan hasil
akhir.
Tujuan bermain untuk melatih keterampilan kognitif dan afektif, anak bebas
mengekpresikan perasaannya, orang tua dapat mengetahui stuasi hati anak, memahami
kemampuan diri, kelemahan dan tingkah laku terhadap orang lain, merupakan alat
komunikasi terutama bagi anak yang belum dapat mengatakan secara verbal.
Saran
Saran kepada orang tua dan pelayanan kesehatan diharapkan orang tua lebih selektif
dan memahami fungsi dari alat permainan yang akan diberikan kepada anak . dapat
menyesuaikan kepada umur anak sehingga dapat merangsang tumbuh kembang secara
optimal .
DAFTAR PUSTAKA
Hurlock E B . 1991 . Perkembangan Anak Jilid 1 . Erlangga . Jakarta
Whaley and Wong . 1991 . Nursing Care Infants and Children . Fourth Edition . Mosby
Year Book . Toronto . Canada
Noname . 2006 . Pengaruh Permainan pada Perkembangan Anak
Terapi Bermain (Usia Toddler) « Wadung Indah Permai.htm
BERMAIN BAGI PASIEN ANAK DI RUMAH SAKIT « PRO HEALTH, for better life.htm