Jenis Hukum Dalam ISLAM

7
Jenis Hukum dalam islam Hukum dalam islam dikategorikan menjadi 5 (Lima), namun sebelum itu akan kami bahas terlebih dahulu tentang “tujuan hukum islam” serta “dasar-dasar hukum islam” Tujuan Hukum Islam Adalah aturan yang dijalankan untuk mencaai kebahagiaan hidu manusia di dunia ini dan di akhirat den mengambil segala man!aat dan mencegah mudarat atau keburukan yang tidak berguna bagi kehiduan" Dasar-Dasar Hukum Islam Al #ur$an %itab suci yang diturunkan keada ummat muslim sebagai etunjuk dasar utama dalam menjalankan erintah dan larangan dalam menjalani kehiduan" Al hadis &egala sesuatu yg bersandarkan dari erintah, erilaku dan ersetujuan 'abi uhammad sa , sebagai enyemurna dari hukum yang terdaat dari Al #ur$an" *jma$ ara ulama %eseakatan ara ulama dalam menentukan kesimulan dari suatu hukum yang berlandaskan dari Al +ur$an dan hadist" +iyas menetakan suatu hukum suatu erkara yang baru yang belum ada ada masa sebelumnya namun memiliki kesamaan dalah sebab, man!aat, bahaya dan berbagai asek dengan erkara terdahulu sehingga dihukumi sama *jtihad

description

OKE

Transcript of Jenis Hukum Dalam ISLAM

Jenis Hukum dalamislamHukum dalam islam dikategorikan menjadi 5 (Lima), namun sebelum itu akan kami bahas terlebih dahulu tentang tujuan hukum islam serta dasar-dasar hukum islamTujuan Hukum IslamAdalah aturan yang dijalankan untukmencapai kebahagiaan hidup manusia di dunia ini dan di akhirat dengan mengambil segala manfaat dan mencegah mudarat atau keburukan yang tidak berguna bagi kehidupan.Dasar-Dasar Hukum Islam Al quranKitab suci yang diturunkan kepada ummat muslim sebagai petunjuk dasar utama dalam menjalankan perintah dan larangan dalam menjalani kehidupan. Al hadisSegala sesuatu yg bersandarkan dari perintah, perilaku dan persetujuan Nabi Muhammad saw, sebagai penyempurna dari hukum yang terdapat dari Al quran. Ijma para ulamaKesepakatan para ulama dalam menentukan kesimpulan dari suatu hukum yang berlandaskan dari Al Quran dan hadist. Qiyasmenetapkan suatu hukum suatu perkara yang baru yang belum ada pada masa sebelumnya namun memiliki kesamaan dalah sebab, manfaat, bahaya dan berbagai aspek dengan perkara terdahulu sehingga dihukumi sama Ijtihadusaha yang sungguh-sungguh, yang sebenarnya bisa dilaksanakan oleh siapa saja yang sudah berusaha mencari ilmu untuk memutuskan suatu perkara yang tidak dibahas dalam Al Quran maupun hadis dengan syarat menggunakan akal sehat dan pertimbangan matangMacam-Macam Hukum Dalam Islam1. Wajib (Fardlu)Wajib adalah suatu perkara yang harus dilakukan oleh seorang muslima yang telah dewasa dan waras (mukallaf), di mana jika dikerjakan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan akan mendapat dosa. Contoh : solat lima waktu, pergi haji (jika telah mampu), membayar zakat, dan lain-lain.Wajib terdiri atas dua jenis/macam :Wajib ain adalahsuatu hal yang harus dilakukan oleh semua orang muslim mukalaf seperti sholah fardu, puasa ramadan, zakat, haji bila telah mampu dan lain-lain.Wajib Kifayahadalah perkara yang harus dilakukan oleh muslim mukallaff namun jika sudah ada yang malakukannya maka menjadi tidak wajib lagi bagi yang lain seperti mengurus jenazah.2. Sunnah/SunnatSunnat adalah suatu perkara yang bila dilakukan umat islam akan mendapat pahala dan jika tidak dilaksanakan tidak berdosa. Contoh : sholat sunnat, puasa senin kamis, solat tahajud, memelihara jenggot, dan lain sebagainya.Sunah terbagi atas dua jenis/macam:Sunah Muakkad adalahsunnat yang sangat dianjurkan Nabi Muhammad SAW seperti shalat ied dan shalat tarawih.Sunat Ghairu Muakad yaituadalah sunnah yang jarang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW seperti puasa senin kamis, dan lain-lain.3. HaramHaram adalah suatu perkara yang mana TIDAK BOLEH sama sekali dilakukan oleh umat muslim di mana pun mereka beradakarena jika dilakukan akan mendapat dosa dan siksa di neraka kelak. Contohnya : main judi, minum minuman keras, zina, durhaka pada orang tua, riba, membunuh, fitnah, dan lain-lain.4. MakruhMakruh adalah suatu perkara yang dianjurkan untuk tidak dilakukan akan tetapi jika dilakukan tidak berdosa dan jika ditinggalkan akan mendapat pahala dari Allah SWT. Contoh : posisi makan minum berdiri.5. Mubah (Boleh)Mubah adalah suatu perkara yang jika dikerjakan seorang muslim mukallaf tidak akan mendapat dosa dan tidak mendapat pahala. Contoh : makan dan minum, belanja, bercanda, melamun, dan lain sebagainya.Sedikit kami akan mengurai tentang BIDAHBidah menurut bahasa, diambil dari bida yaitu mengadakan sesuatu tanpa ada contoh.Sebelumnya Allah berfirman.Badiiu as-samaawaati wal ardliArtinya : Allah pencipta langit dan bumi [Al-Baqarah : 117] []Artinya adalah Allah yang mengadakannya tanpa ada contoh sebelumnya.Juga firman Allah.Qul maa kuntu bidan min ar-rusuliArtinya : Katakanlah : Aku bukanlah rasul yang pertama di antara rasul-rasul. [Al-Ahqaf : 9].Maksudnya adalah :Aku bukanlah orang yang pertama kali datang dengan risalah ini dari Allah Taala kepada hamba-hambanya, bahkan telah banyak sebelumku dari para rasul yang telah mendahuluiku.Dan dikatakan juga : Fulan mengada-adakan bidah, maksudnya : memulai satu cara yang belum ada sebelumnya.Dan perbuatan bidah itu ada dua bagian :[1] Perbuatan bidah dalam adat istiadat (kebiasaan) ;seperti adanya penemuan-penemuan baru dibidang IPTEK (juga termasuk didalamnya penyingkapan-penyingkapan ilmu dengan berbagai macam-macamnya). Ini adalah mubah (diperbolehkan) ; karena asal dari semua adat istiadat (kebiasaan) adalah mubah.[2] Perbuatan bidah di dalam Ad-Dien (Islam) hukumnya haram, karena yang ada dalam dien itu adalah tauqifi (tidak bisa dirubah-rubah) ;Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda : Artinya : Barangsiapa yang mengadakan hal yang baru (berbuat yang baru) di dalam urusan kami ini yang bukan dari urusan tersebut, maka perbuatannya di tolak (tidak diterima). Dan di dalam riwayat lain disebutkan : Artinya : Barangsiapa yang berbuat suatu amalan yang bukan didasarkan urusan kami, maka perbuatannya di tolak.MACAM-MACAM BIDAHBidah Dalam Ad-Dien (Islam) Ada Dua Macam :[1] Bidah qauliyah itiqadiyah :Bidah perkataan yang keluar dari keyakinan, seperti ucapan-ucapan orang Jahmiyah, Mutazilah, dan Rafidhah serta semua firqah-firqah (kelompok-kelompok) yang sesat sekaligus keyakinan-keyakinan mereka.[2] Bidah fil ibadah :Bidah dalam ibadah : seperti beribadah kepada Allah dengan apa yang tidak disyariatkan oleh Allah : dan bidah dalam ibadah ini ada beberapa bagian yaitu :[a]. Bidah yang berhubungan denganpokok-pokok ibadah: yaitu mengadakan suatu ibadah yang tidak ada dasarnya dalam syariat Allah Taala, seperti mengerjakan shalat yang tidak disyariatkan, shiyam yang tidak disyariatkan, atau mengadakan hari-hari besar yang tidak disyariatkan seperti pesta ulang tahun, kelahiran dan lain sebagainya.[b]. Bidah yang bentuknyamenambah-nambah terhadap ibadahyang disyariatkan, seperti menambah rakaat kelima pada shalat Dhuhur atau shalat Ashar.[c]. Bidah yang terdapatpada sifat pelaksanaan ibadah.Yaitu menunaikan ibadah yang sifatnya tidak disyariatkan seperti membaca dzikir-dzikir yang disyariatkan dengan cara berjamaah dan suara yang keras. Juga seperti membebani diri (memberatkan diri) dalam ibadah sampai keluar dari batas-batas sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam[d]. Bidah yang bentuknyamenghususkan suatu ibadah yang disariatkan, tapi tidak dikhususkan oleh syariat yang ada.Seperti menghususkan hari dan malam nisfu Syaban (tanggal 15 bulan Syaban) untuk shiyam dan qiyamullail. Memang pada dasarnya shiyam dan qiyamullail itu di syariatkan, akan tetapi pengkhususannya dengan pembatasan waktu memerlukan suatu dalil.HUKUM BIDAH DALAM AD-DIENSegala bentuk bidah dalam Ad-Dien hukumnya adalah haram dan sesat, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallamArtinya : Janganlah kamu sekalian mengada-adakan urusan-urusan yang baru, karena sesungguhnya mengadakan hal yang baru adalah bidah, dan setiap bidah adalah sesat. [Hadits Riwayat Abdu Daud, dan At-Tirmidzi ; hadits hasan shahih].Dan sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallamArtinya : Barangsiapa mengadakan hal yang baru yang bukan dari kami maka perbuatannya tertolak.Dan dalam riwayat lain disebutkan :Artinya : Barangsiapa beramal suatu amalan yang tidak didasari oleh urusan kami maka amalannya tertolak.Maka hadits tersebut menunjukkan bahwa segala yang diada-adakan dalam Ad-Dien (Islam) adalah bidah, dan setiap bidah adalah sesat dan tertolak.Artinya bahwa bidah di dalam ibadah dan aqidah itu hukumnya haram.Tetapi pengharaman tersebut tergantung pada bentuk bidahnya,ada diantaranya yang menyebabkan kafir (kekufuran),seperti thawaf mengelilingi kuburan untuk mendekatkan diri kepada ahli kubur, mempersembahkan sembelihan dan nadzar-nadzar kepada kuburan-kuburan itu, berdoa kepada ahli kubur dan minta pertolongan kepada mereka, dan seterusnya. Begitu juga bidah seperti bidahnya perkataan-perkataan orang-orang yang melampui batas dari golongan Jahmiyah dan Mutazilah.Ada juga bidah yang merupakan sarana menuju kesyirikan,seperti membangun bangunan di atas kubur, shalat berdoa disisinya.Ada juga bidah yang merupakan fasiq secara aqidahsebagaimana halnya bidah Khawarij, Qadariyah dan Murjiah dalam perkataan-perkataan mereka dan keyakinan Al-Quran dan As-Sunnah. Dan ada juga bidah yang merupakan maksiat seperti bidahnya orang yang beribadah yang keluar dari batas-batas sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan shiyam yang dengan berdiri di terik matahari, juga memotong tempat sperma dengan tujuan menghentikan syahwat jima (bersetubuh).Catatan :Orang yang membagi bidah menjadi bidah hasanah (baik) dan bidah syayyiah (jelek) adalah salah dan menyelesihi sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam : Artinya :Sesungguhnya setiap bentuk bidah adalah sesat.Karena Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam telah menghukumi semua bentuk bidah itu adalah sesat ; dan orang ini (yang membagi bidah) mengatakan tidak setiap bidah itu sesat, tapi ada bidah yang baik !Al-Hafidz Ibnu Rajab mengatakan dalam kitabnya Syarh Arbain mengenai sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam : Setiap bidah adalah sesat, merupakan (perkataan yang mencakup keseluruhan) tidak ada sesuatupun yang keluar dari kalimat tersebut dan itu merupakan dasar dari dasar Ad-Dien, yang senada dengan sabdanya : Artinya : Barangsiapa mengadakan hal baru yang bukan dari urusan kami, maka perbuatannya ditolak. Jadi setiap orang yang mengada-ada sesuatu kemudian menisbahkannya kepada Ad-Dien, padahal tidak ada dasarnya dalam Ad-Dien sebagai rujukannya, maka orang itu sesat, dan Islam berlepas diri darinya ; baik pada masalah-masalah aqidah, perbuatan atau perkataan-perkataan, baik lahir maupun batin.Dan mereka itu tidak mempunyai dalil atas apa yang mereka katakan bahwa bidah itu ada yang baik, kecuali perkataan sahabat Umar Radhiyallahu anhu pada shalat Tarawih :Sebaik-baik bidah adalah ini,juga mereka berkata :Sesungguhnya telah ada hal-hal baru (pada Islam ini),yang tidak diingkari oleh ulama salaf, seperti mengumpulkan Al-Quran menjadi satu kitab, juga penulisan hadits dan penyusunannya.Adapun jawaban terhadap mereka adalah : bahwa sesungguhnya masalah-masalah ini ada rujukannya dalam syariat, jadi bukan diada-adakan. Dan ucapan Umar Radhiyallahu anhu : Sebaik-baik bidah adalah ini, maksudnya adalah bidah menurut bahasa dan bukan bidah menurut syariat. Apa saja yang ada dalilnya dalam syariat sebagai rujukannya jika dikatakan itu bidah maksudnya adalah bidah menurut arti bahasa bukan menurut syariat, karena bidah menurut syariat itu tidak ada dasarnya dalam syariat sebagai rujukannya.Dan pengumpulan Al-Quran dalam satu kitab, ada rujukannya dalam syariat karena Nabi Shallallahu alaihi wa sallam telah memerintahkan penulisan Al-Quran, tapi penulisannya masih terpisah-pisah, maka dikumpulkan oleh para sahabat Radhiyallahu anhum pada satu mushaf (menjadi satu mushaf) untuk menjaga keutuhannya.Juga shalat Tarawih, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pernah shalat secara berjamaah bersama para sahabat beberapa malam, lalu pada akhirnya tidak bersama mereka (sahabat) khawatir kalau dijadikan sebagai satu kewajiban dan para sahabat terus sahalat Tarawih secara berkelompok-kelompok di masa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam masih hidup juga setelah wafat beliau sampai sahabat Umar Radhiyallahu anhu menjadikan mereka satu jamaah di belakang satu imam. Sebagaimana mereka dahulu di belakang (shalat) seorang dan hal ini bukan merupakan bidah dalam Ad-Dien.Begitu juga halnya penulisan hadits itu ada rujukannya dalam syariat. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam telah memerintahkan untuk menulis sebagian hadits-hadist kepada sebagian sahabat karena ada permintaan kepada beliau dan yang dikhawatirkan pada penulisan hadits masa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam secara umum adalah ditakutkan tercampur dengan penulisan Al-Quran.Ketika Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam telah wafat, hilanglah kekhawatiran tersebut ; sebab Al-Quran sudah sempurna dan telah disesuaikan sebelum wafat Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Maka setelah itu kaum muslimin mengumpulkan hadits-hadits Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, sebagai usaha untuk menjaga agar supaya tidak hilang ; semoga Allah Taala memberi balasan yang baik kepada mereka semua, karena mereka telah menjaga kitab Allah dan Sunnah Nabi mereka Shallallahu alaihi wa sallam agar tidak kehilangan dan tidak rancu akibat ulah perbuatan orang-orang yang selalu tidak bertanggung jawab.