Jenis Dan Layanan Bimb. Konseling

100
R E S U M E BAB VII JENIS LAYANAN DAN KEGIATAN BIMBINGAN DAN KONSELING Oleh : ST. MARDIAH Nim. 0732006 Jurusan : Syariah

Transcript of Jenis Dan Layanan Bimb. Konseling

Page 1: Jenis Dan Layanan Bimb. Konseling

R E S U M E BAB VII

JENIS LAYANAN DAN KEGIATANBIMBINGAN DAN KONSELING

Oleh :

ST. MARDIAHNim. 0732006

Jurusan : Syariah

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAMDARUD DA’WAH WAL-IRSYAD

STAI DDI MAROSTAHUN 2011

Page 2: Jenis Dan Layanan Bimb. Konseling
Page 3: Jenis Dan Layanan Bimb. Konseling

JENIS LAYANAN DAN KEGIATAN

BIMBINGAN DAN KONSELING

Ini membahas jenis-jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling.

Layanan orientasi dan informasi, penempatan dan penyaluran, bimbingan belajar,

konseling perorangan, bimbingan dan konseling kelompok, serta kegiatan penunjang,

dibicarakan secara khusus. Pembahasan dan jenis-jenis layanan dan kegiatan itu baru

menyangkut pokok-pokok saja, mengingat, pertama bahwa uraian dalam buku ini pada

umumnya dimaksudkan untuk memberikan wawasan yang mendasari pemahaman awal

tentang masing-masing jenis layanan dan kegiatan yang dimaksudkan. Kedua,

pembahasan yang lebih rinci sampai dengan pengembangan keterampilan dalam masing-

masing layanan dan kegiatan terdapat dalam buku yang khusus ditulis untuk masing-

masing layanan dan kegiatan terdapat dalam buku yang khusus ditulis untuk masing-

masing layanan dan kegiatan itu. Dalam pendidikan konselor, materi masing-masing

layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling itu bahkan diajarkan dalam mata kuliah

tersendiri, di luar mata kuliah “Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling”.

Tujuan

Setelah mempelajari bab ini Anda diharapkan dapat memahami dan memiliki

wawasan tentang :

1. Pengertian, tujuan, pokok-pokok dan kemungkinan pelaksanaan layanan orientasi

dan informasi, penempatan dan penyaluran, bimbingan belajar, konseling

perorangan, serta bimbingan dan konseling kelompok.

2. Pengertian, tujuan, pokok-pokok dan kemungkinan pelaksanaan kegiatan penunjang

bimbingan dan konseling, yaitu pemakaian instrumen, penyelenggaraan himpunan

data, konferensi kasus, kunjungan rumah, dan alih tangan.

Konsep-konsep Pokok

Konsep-konsep pokok yang perlu dipahami dan didalami lebih lanjut yang

terdapat pada bab ini adalah :

Layanan orientasi

Page 4: Jenis Dan Layanan Bimb. Konseling

Layanan informasi :

- Informasi pendidikan

- Informasi jabatan/pekerjaan

- Informasi sosial-budaya

Layanan penempatan dan penyaluran

- Penempatan dalam kelas

- Penempatan dalam kelompok belajar

- Penempatan dalam jurusan/program studi

- Penempatan dan penyaluran lulusan.

Layanan bimbingan belajar

- Keterlambatan akademik

- Ketercepatan belajar

- Sangat lambat belajar kurang motivasi belajar

- Sikap dan kebiasaan belajar

- Tes hasil belajar

- Tes kemampuan dasar

- Tes diagnostik

- Analisis hasil belajar

- Pengajaran perbaikan

- Kegiatan pengayaan

Layanan konseling perorangan :

- Konseling sebagai “jantung hati”

- Bimbingan

- Konseling sebagai layanan ”resmi”

- Keefektifan konseling

- Konseling direktif

- Konseling non-direktif

- Konseling elektik

Layanan bimbingan kelompok

Layanan konseling kelompok

Page 5: Jenis Dan Layanan Bimb. Konseling

Instrumentasi bimbingan dan konseling

- Teknis tes

- Teknik non-tes

Himpunan data

- Data pribadi

- Data umum

- Data kelompok

Konferensi kasus

Kunjungan rumah

Alih tangan

A. Layanan Orientasi

Layanan orientasi adalah layanan bimbingan yang dilakukan untuk

memperkenalkan siswa baru dan atau seseorang terhadap lingkungan yang baru

dimasukinya. Pemberian layanan ini bertolak dari anggapan bahwa memasuki

lingkungan baru bukanlah hal yang selalu dapat berlangsung dengan mudah dan

menyenangkan bagi setiap orang. Ibarat seseorang yang baru pertama kali datang ke

sebuah kota besar, maka ia berada dalam keadaan serba “buta”, buta tentang arah

yang hendak dituju, buta tentang jalan-jalan dan buta tentang itu dan ini. Akibat dari

kebutaannya itu, tidak jarang ada yang tersesat dab tidak mencapai apa yang hendak

ditujunya. Demikian juga bagi siswa baru di sekolah dan atau bagi orang-orang yang

baru memasuki suatu dunia kerja, mereka belum banyak mengenal tentang

lingkungan yang baru dimasukinya.

1. Layanan Orientasi di Sekolah

Allan & McKean (1984) menegaskan bahwa tanpa program-program

orientasi, periode penyesuaian untuk sebagian besar siswa berlangsung kira-kira

tiga atau empat bulan. Dalam kaitan itu, penelitian Allan & McKean

menunjukkan beberapa hal yang perlu mendapat perhatian, yaitu :

Page 6: Jenis Dan Layanan Bimb. Konseling

a. Program orientasi yang efektif mempercepat proses adaptasi; dan

memberikan kemudahan untuk mengembangkan kemampuan memecahkan

masalah.

b. Murid-murid yang mengalami masalah penyesuaian ternyata kurang berhasil

di sekolah.

c. Anak-anak dari kelas sosio-ekonomi yang rendah memerlukan waktu yang

lebih lama untuk menyesuaikan diri daripada anak-anak dari kelas sosio-

ekonomi yang lebih tinggi.

Untuk lingkungan sekolah misalnya, materi orientasi yang mendapat

penekanan adalah :

a. Sistem penyelenggaraan pendidikan pada umumnya;

b. Kurikulum yang ada;

c. Penyelenggaraan pengajaran;

d. Kegiatan belajar siswa yang diharapkan;

e. Sistem penilaian, ujian dan kenaikan kelas;

f. Fasilitas dan sumber belajar yang ada (seperti ruang kelas, laboratorium,

perpustakaan, ruang praktek);

g. Fasilitas penunjang (sarana olahraga dan rekreasi, pelayanan kesehatan,

pelayanan bimbingan dan konseling, kafetaria, dan tata usaha);

h. Staf pengajar dan tata usaha;

i. Hak dan kewajiban siswa

j. Organisasi siswa;

k. Organisasi orang tua siswa;

l. Organisasi sekolah secara menyeluruh.

2. Metode Layanan Orientasi Sekolah

Keluasan dan kedalaman masing-masing pokok materi di atas yang

disampaikan kepada siswa disesuaikan dengan jenjang sekolah dan tingkat

perkembangan anak. Untuk anak-anak yang baru memasuki kelas satu SD,

tentulah materi-materi tersebut tidak perlu (dan tidak dapat) disampaikan kepada

Page 7: Jenis Dan Layanan Bimb. Konseling

anak-anak yang masih sangat muda itu. Pokok-pokok materi itu sebaiknya

disampaikan kepada orang tua murid. Pemahaman orang tua terhadap berbagai

materi itu akan membantu mereka memberikan kemudahan dan pelayanan

kepada anak-anak mereka untuk dapat mengikuti pendidikan di SD dengan

sebaik-baiknya.

a. Kunjungan ke SD pemasok

Petugas dari SLTP (misalnya konselor sekolah bersama guru-guru

lain yang ditugaskan) mengunjungi SD-SD yang para lulusannya akan

memasuki SLTP tersebut. Di sana, para petugas itu menjelaskan berbagai

hal-ihwal SLTP itu kepada murid-murid SD kelas tinggi yang diharapkan

akan memasuki SLTP yang dimaksudkan. Alangkah baiknya kalau

penjelasan itu dilengkapi dengan penyajian gambar, film, poster, dan lain-

lain sebagainya. Tanya jawab dengan murid-murid SD itu juga dibuka seluas-

luasnya.

b. Kunjungan ke SLTP pemesan

Murid-murid SD kelas tinggi mengunjungi SLTP yang akan mereka

masuki. Di sana mereka melihat lingkungan dan kelengkapan sekolah,

menerima penjelasan lengkap dengan gambar, film, poster dan tanya jawab.

c. “Malam” pertemuan dengan orang tua

Orang tua murid baru diundang menghadiri suatu pertemuan (boleh

siang atau malam) untuk beramah-tamah dengan staf sekolah dan menerima

penjelasan tentang hal-ikhwal sekolah tempat anak-anak mereka belajar.

d. Staf konselor bertemu dengan guru membicarakan siswa-siswa baru

Dengan guru-guru (dan kepala sekolah) konselor membicarakan

materi orientasi dan cara-cara penyampaiannya kepada siswa. Guru-guru

(dengan dikoordinasikan oleh konselor sekolah) melaksanakan kegiatan

orientasi itu.

Page 8: Jenis Dan Layanan Bimb. Konseling

e. Mengunjungi kelas

Konselor berkeliling mengunjungi kelas-kelas murid baru. Konselor

menjelaskan dengan berbagai alat bantu dan prosedur tanya jawab tentang

berbagai materi tersebut di atas.

f. Memanfaatkan siswa-senior

TabelWaktu yang Diperlukan untuk Menyesuaikan Diri bagi Mahasiswa Baru

Waktu Frekuensi %3-4 hari

1 minggu

2 minggu

3 minggu

Lebih satu bulan

45

50

26

15

27

28

31

16

9

16

Jumlah 163 100

3. Layanan Orientasi di Luar Sekolah

Demikian juga individu-individu yang memasuki lingkungan baru di luar

(seperti pegawai baru, anggota baru suatu organisasi, bekas narapidana yang

kembali ke masyarakat setelah sekian lama menjalani masa hukumannya, dan

tidak terkecuali pengantin baru) memerlukan orientasi tentang lingkungan

barunya itu. Dengan orientasi itu proses penyesuaian diri atau penyesuaian diri

kembali akan memperoleh sokongan yang amat berarti.

B. Layanan Informasi

Secara umum, bersama dengan layanan orientasi bermaksud memberikan

pemahaman kepada individu-individu yang berkepentingan tentang berbagai hal

yang diperlukan untuk menjalani suatu tugas atau kegiatan atau untuk menentukan

arah suatu tujuan atau rencana yang dikehendaki. Dengan demikian, layanan

orientasi dan informasi itu pertama-tama merupakan perwujudan dari fungsi

pemahaman pelayanan bimbingan dan konseling. Lebih jauh, layanan orientasi dan

Page 9: Jenis Dan Layanan Bimb. Konseling

informasi akan dapat menunjang pelaksanaan fungsi-fungsi bimbingan dan

konseling lainnya dalam kaitan antara bahan-bahan orientasi dan informasi itu

dengan permasalahan individu.

Ada tiga alasan utama mengapa pemberian informasi perlu diselenggarakan.

Pertama, membekali individu dengan berbagai pengetahuan tentang lingkungan

yang diperlukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi berkenaan dengan

lingkungan sekitar, pendidikan, jabatan, maupun sosial-budaya. Dalam masyarakat

yang serba majemuk dan semakin kompleks, pengambilan keputusan yang dapat

dipertanggungjawabkan sebagian besar terletak di tangan individu itu sendiri. Dalam

hal ini, layanan informasi berusaha merangsang individu untuk dapat secara kritis

mempelajari berbagai informasi berkaitan dengan hajat hidup dan perkembangannya.

Kedua, memungkinkan individu dapat menentukan arah hidupnya “ke mana dia

ingin pergi”. Syarat dasar untuk dapat menentukan arah hidup adalah apabila ia

mengetahui apa (informasi) yang harus dilakukan serta bagaimana bertindak secara

kreatif dan dinamis berdasarkan atas informasi-informasi yang ada itu. dengan kata

lain, berdasarkan atas informasi yang diberikan itu individu diharapkan dapat

membuat rencana-rencana dan keputusan tentang masa depannya serta bertanggung

jawab atas rencana dan keputusan yang dibuatnya itu. Dan ketiga setiap individu

adalah unik. Keunikan itu akan membawakan pola-pola pengambilan keputusan dan

bertindak yang berbeda-beda.

Dengan ketiga alasan itu, layanan informasi merupakan kebutuhan yang amat

tinggi tingkatannya. Lebih-lebih apabila diingat bahwa “masa depan adalah abad

informasi”, maka barang siapa tidak memperoleh informasi, maka ia akan tertinggal

dan akan tertinggal dan akan kehilangan masa depan.

1. Jenis-Jenis Informasi

a. Informasi Pendidikan

Dalam bidang pendidikan banyak individu yang berstatus siswa atau

calon siswa yang dihadapkan pada kemungkinan timbulnya masalah atau

kesulitan. Di antara masalah atau kesulitan tersebut berhubungan dengan (a)

pemilihan program studi, (b) pemilihan sekolah, fakultas dan jurusannya, (c)

Page 10: Jenis Dan Layanan Bimb. Konseling

penyesuaian diri dengan program studi, (d) penyesuaian diri terhadap suasana

belajar, dan (e) putus sekolah. Mereka membutuhkan adanya keterangan atau

informasi untuk dapat membuat pilihan dan keputusan secara bijaksana.

Jenis-jenis informasi pada setiap tingkat itu adalah sebagai berikut :

Pertama kali masuk sekolah :

1) Jam-jam belajar

2) Disiplin dan peraturan sekolah lainnya

3) Kegiatan belajar dan kegiatan anak lainnya di sekolah

4) Buku-buku/alat pelajaran

5) Fasilitas, makanan, kesehatan, tempat bermain

6) Fasilitas transportasi (khususnya bagi mereka yang rumahnya jauh dari

sekolah).

7) Peraturan tentang kunjungan orang tua ke sekolah.

Memasuki SLTP :

1) Jadwal kegiatan sekolah

2) Mata pelajaran yang ada (berikut nama-nama gurunya)

3) Kegiatan ko-kurikuler

4) Fasilitas sumber belajar (seperti perpustakaan, laboratorium, bengkel

kerja).

5) Sarana penunjang (seperti pelayanan kesehatan, bimbingan dan

konseling).

6) Peraturan sekolah, serta hak dan kewajiban siswa dan orang tua

7) Keadaan fisik sekolah (gedung-gedung, pekarangan sekolah, alamat)

8) Prosedur penerimaan.

Memasuki SLTA :

1) Mata pelajaran dan pembidangannya, seperti mata pelajaran umum,

persiapan ke perguruan tinggi, keterampilan.

2) Jurusan atau program-program yang disediakan.

Page 11: Jenis Dan Layanan Bimb. Konseling

3) Hubungan antara satu jurusan atau program dengan pekerjaan atau

kegiatan di masyarakat yang lebih luas.

4) Tersedianya latihan-latihan khusus, seperti mengetik, komputer,

perbengkelan, dan lain-lain.

5) Jadwal kegiatan belajar dan latihan

6) Kegiatan ko dan ekstrakurikuler yang disediakan.

7) Tuntutan pengembangan sikap dan kebiasaan belajar

8) Peraturan sekolah, hak dan kewajiban siswa.

9) Fasilitas sumber belajar (seperti perpustakaan, laboratorium, bengkel, dan

sebagainya).

10) Pelayanan bimbingan dan konseling

11) Fasilitas penunjang (pelayanan kesehatan, makanan, bursa buku/alat-alat

pelajaran, transportasi, sarana).

12) Kemungkinan bea siswa

13) Kemungkinan melanjutkan pelajaran ke perguruan tinggi

14) Keadaan fisik sekolah (gedung-gedung, pekarangan sekolah, alamat,

lingkungan sekolah).

15) Prosedur penerimaan

Memasuki Perguruan Tinggi :

Secara garis besar informasi pendidikan yang diperlukan para (calon)

lulusan SLTA adalah :

1) Lembaga pendidikan yang menyajikan program-program yang lebih

spesifik (dengan berbagai butir pokok informasi sebagaimana disebutkan

terdahulu);

2) Beasiswa dan berbagai kemungkinan tunjangan yang dapat diperoleh

beserta syarat-syarat dan cara-cara melamarnya (mengajukan

permohonan);

3) Program-program latihan khusus, misalnya di perusahaan-perusahaan

industri;

Page 12: Jenis Dan Layanan Bimb. Konseling

4) Kemungkinan lain yang dapat dimasuki oleh lulusan SLTA, seperti

memasuki jajaran ABRI, dan sebagainya.

b. Informasi Jabatan

Informasi jabatan/pekerjaan yang baik sekurang-kurangnya memuat

hal-hal sebagai berikut :

1) Struktur dan kelompok-kelompok jabatan/pekerjaan utama

2) Uraian tugas masing-masing jabatan/pekerjaan

3) Kualifikasi tenaga yang diperlukan untuk masing-masing jabatan

4) Cara-cara atau prosedur penerimaan

5) Kondisi kerja

6) Kesempatan-kesempatan untuk pengembangan karier

7) Fasilitas penunjang untuk kesejahteraan pekerjaan, seperti kesehatan,

olahraga dan rekreasi, kesempatan pendidikan bagi anak-anak, dan

sebagainya.

Pemberian informasi kepada para siswa di sekolah sifatnya sangat

strategis, baik dipandang dari segi tahap-tahap perkembangan mereka

maupun keadaan masyarakat yang selalu berubah dan menuntut adanya

tenaga kerja yang dapat mendukung kesejahteraan warga masyarakat dan

perkembangan masyarakat itu sendiri. Di sinilah letaknya “tugas rangkap”

pendidikan yaitu memperkembangkan individu-individu secara optimal dan

menyiapkan mereka menjadi warga masyarakat yang bekerja dalam arti

seluas-luasnya.

Tingkat SD

Tingkat ini merupakan tingkatan yang paling awal dan mendasar.

Informasi yang diberikan pada tingkat ini bersifat umum dan tidak mengarah

pada jenis-jenis jabatan/pekerjaan tertentu. Pemberian untuk anak-anak SD

pada umumnya dimaksudkan untuk :

1. Mengembangkan sikap terhadap segala jenis pekerjaan. Guru/konselor

sekolah benar-benar berhati-hati. Jangan sampai melalui kata atau

Page 13: Jenis Dan Layanan Bimb. Konseling

tindakan, menunjukkan prasangka ataupun kecenderungan positif/negatif

terhadap jenis pekerjaan tertentu.

2. Membawa anak-anak untuk menyadari betapa luasnya dunia kerja yang

ada, terentang dari pekerjaan yang dijabat orang tua anak-anak itu sampai

ke segala macam pekerjaan di masyarakat luas.

3. Menjawab berbagai pertanyaan anak-anak tentang pekerjaan. Dorongan

ingin tahu anak-anak akan membawa mereka menanyakan segala sesuatu

tentang pekerjaan. Dalam hal ini jawaban atau informasi yang tepat dan

benar (tidak dibuat-buat atau disamarkan) harus segera diberikan kepada

anak setiap waktu mereka bertanya.

4. Menekankan jasa dari masing-masing jenis pekerjaan kepada

kesejahteraan hidup rumah tangga dan masyarakat (tidak hanya

mengemukakan gaji atau penghasilan yang diperoleh melalui pekerjaan

itu). Perlunya bakat atau kemampuan atau keterampilan khusus untuk

jenis-jenis pekerjaan tertentu, terutama yang bermanfaat bagi pemberian

bantuan kepada sesama manusia, perlu disampaikan dan ditonjolkan

kepada anak-anak.

5. Pekerjaan ada dimana-mana, di tingkat desa, kecamatan, kabupaten,

provinsi, negara dan bahkan dunia. Pada tingkat perkembangan itu, anak-

anak mulai membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang ada di desa dan di

kota, di daerahnya sendiri dan di daerah lain, bahkan di negaranya sendiri

dan di negara lain. Anak dirangsang untuk mulai menyadari bahwa ada

seribu satu macam cara yang dilakukan oleh manusia untuk mencari

penghidupan dan memenuhi kebutuhan hidupnya melalui berbagai jenis

pekerjaan.

6. Saling ketergantungan antara pekerjaan yang satu dengan yang lainnya.

Pada anak-anak perlu dikembangkan bahwa untuk terlaksananya suatu

pekerjaan yang baik, para pekerja saling bekerja antara yang satu dengan

yang lainnya; oleh karena itu mereka harus saling membantu dan

bekerjasama.

Page 14: Jenis Dan Layanan Bimb. Konseling

7. Baik kemampuan khusus maupun ciri-ciri kepribadian tertentu,

diperlukan untuk keberhasilan (kesuksesan) bagi sebagian besar jenis

pekerjaan.

8. Untuk memilih suatu pekerjaan diperlukan informasi yang tepat (yaitu

tentang hakikat pekerjaan itu sendiri, latihan yang diperlukan, kondisi

kerja, dan sebagainya).

9. Ada berbagai masalah yang mungkin dihadapi oleh orang-orang yang

menginginkan pekerjaan tertentu (seperti peralatan yang diperlukan untuk

pekerjaan itu mahal, biaya untuk program pendidikan dan latihan mahal

dan waktunya lama, kondisi kerja dalam pekerjaan itu kurang

menyenangkan, dan sebagainya).

10. Untuk memilih pekerjaan atau karier di masa depan perlu kehati-hatian

dan pertimbangan yang matang.

Tingkat SLTP

Informasi jabatan/pekerjaan di SLTP menyajikan bahwa informasi

dengan tujuan agar para siswa mampu merencanakan secara umum masa

depannya dan tidak merencanakan pekerjaan tertentu secara khusus. Pada

tingkat ini diharapkan para siswa mulai :

1. Mempelajari bidang pekerjaan secara lebih luas seperti bidang

perdagangan, permesinan, administrasi, perkantoran, dan lain-lain.

2. Melihat hubungan antara bidang-bidang pekerjaan itu dengan mata-mata

pelajaran yang ada di sekolah. Pada kelas tertinggi SLTP siswa

hendaknya telah mendekati pilihan program pendidikan yang ingin

diikutinya sesuai dengan arah pengembangan kariernya. Di SLTA

nantinya anak-anak akan segera memasuki jurusan-jurusan tertentu yang

secara lebih khusus mengarahkan mereka ke karier yang mereka pilih.

3. Lebih mendalami informasi tentang pekerjaan tertentu. Pada tahap

perkembangan ini anak-anak sampai pada periode yang cukup

menentukan, yaitu sebagian di antara mereka melanjutkan pelajaran dan

Page 15: Jenis Dan Layanan Bimb. Konseling

sebagian lagi terpaksa berhenti sekolah. Bahkan diantara mereka

mungkin ada yang terpaksa sekolah sambil bekerja, baik dengan alasan

ingin “mencoba” pekerjaan itu atau mencari penghasilan untuk biaya

sekolah.

4. Memahami cara-cara memperoleh informasi yang tepat dan mutakhir

dengan jumlah yang cukup tentang dunia kerja. Cara-cara itu meliputi

studi kepustakaan, mempelajari dokumentasi tentang pekerjaan dan

mengikuti berbagai penyajian tentang informasi pekerjaan melalui

ceramah dan atau media cetak/elektronik. Mengamati langsung

beroperasinya pekerjaan yang dimaksud dan wawancara dengan para

pekerjanya oleh para siswa sendiri sangat dianjurkan.

5. Memahami pentingnya dan ruang lingkup perencanaan pekerjaan/karier.

Pada tahap ini para siswa hendaknya menyadari bahwa memilih suatu

pekerjaan pada dasarnya adalah memilih cara hidup tertentu.

6. Memahami bahwa dunia kerja itu tidak pernah dalam keadaan tetap

(statis), tetapi terus berubah dan berkembang. Para siswa hendaknya

menyadari bahwa ketika mereka menamatkan SLTA atau bahkan sesudah

itu, pekerjaan yang diinginkan semula pada waktu itu sudah tidak ada lagi

atau sudah berubah (tidak lagi seperti dibayangkan, diinformasikan

dahulu), sementara itu jenis-jenis pekerjaan baru muncul dan

keterampilan-keterampilan baru dituntut dari para pekerja.

Tingkat SLTA

Lebih jauh, informasi pekerjaan SLTA hendaklah meliputi, cakupan

yang memungkinkan siswa :

1. Mempergunakan berbagai cara untuk memperdalam dan memperluas

pemahaman tentang dunia kerja pada umumnya dan bidang pekerjaan

tertentu pada khususnya.

2. Mengembangkan rencana sementara pekerjaan yang akan menjadi

pegangan setamat SLTA.

Page 16: Jenis Dan Layanan Bimb. Konseling

3. Memiliki pengetahuan tentang ataupun mempunyai hubungan dengan

pekerjaan tertentu apabila siswa memang menghendaki untuk memegang

jabatan itu (baik ataupun sementara) setamat dari SLTA. Informasi dan

bantuan khusus untuk “mendekati” pekerjaan itu perlu diberikan kepada

siswa yang menghendakinya.

Pasca SLTA

Selepas SLTA para remaja/pemuda pada umumnya memasuki dunia

kerja atau melanjutkan pelajaran ke perguruan tinggi. Karena dunia kerja itu

selalu berubah, mereka memerlukan informasi tentang pekerjaan-pekerjaan

baru dengan berbagai kondisi dan syarat-syaratnya. Informasi baru tersebut

berguna bagi penyesuaian pilihan pekerjaan dan sekaligus pilihan program-

program pendidikan dan latihan yang relevan.

c. Informasi Sosial-Budaya

Masyarakat Indonesia dikatakan juga masyarakat yang majemuk,

karena berasal dari berbagai suku bangsa, agama dan adat-istiadat serta

kebiasaan-kebiasaan yang berbeda. Perbedaan-perbedaan ini sering pula

membawa perbedaan dalam pola dan sikap hidup sehari-hari. Namun

demikian, perbedaan-perbedaan itu tetap dalam kesatuan sebagaimana tertera

dalam Lambang Negara Indonesia “Bhinneka Tunggal Ika”. Perbedaan-

perbedaan yang dimiliki itu hendaknya tidak mengakibatkan masyarakatnya

bercerai-berai, tetapi justru menjadi sumber inspirasi dalam hidup bernegara,

berbangsa dan bermasyarakat, yang dapat hidup berdampingan antara yang

satu dengan yang lain.

Untuk memungkinkan sikap warga negara Indonesia dapat hidup

seperti yang dimaksud di atas, sejak dini mereka perlu dibekali dengan

pengetahuan dan pemahaman isi informasi tentang keadaan sosial-budaya

berbagai daerah. Hal ini dapat dilakukan melalui penyajian informasi sosial-

budaya yang meliputi :

1) Macam-macam suku bangsa

Page 17: Jenis Dan Layanan Bimb. Konseling

2) Adat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan

3) Agama dan kepercayaan-kepercayaan

4) Bahasa, terutama istilah-istilah yang dapat menimbulkan kesalah-

pahaman suku bangsa lainnya.

5) Potensi-potensi daerah

6) Kekhususan masyarakat atau daerah tertentu

Informasi itu perlu diperluas sampai menjangkau informasi tentang

bangsa-bangsa lain, khususnya untuk melihat kemajuan-kemajuan yang telah

dicapai oleh bangsa-bangsa lain itu. Dengan informasi seperti itu, diharapkan

masyarakat kita, terutama generasi mudanya, terangsang untuk maju lebih

cepat lagi mengejar budaya yang telah lebih maju itu, terutama dalam bidang

ilmu dan teknologinya.

2. Metode Layanan Informasi di Sekolah

Pemberian informasi kepada siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara,

seperti metode ceramah, diskusi panel, wawancara, karyawisata, alat-alat peraga

dan alat-alat bantu lainnya, buku panduan, kegiatan sanggar karier, sosiodrama.

a. Ceramah

Ceramah merupakan metode pemberian informasi yang paling

sederhana, mudah dan murah, dalam arti bahwa metode ini dapat dilakukan

hampir oleh setiap petugas bimbingan di sekolah. Di samping itu, teknik ini

juga tidak memerlukan prosedur dan biaya yang banyak. Penyajian informasi

dapat dilakukan oleh Kepala Sekolah, konselor, guru-guru dan staf sekolah

lainnya. Atau dapat juga dengan mendatangkan narasumber, misalnya dari

lembaga-lembaga pendidikan, Departemen Tenaga Kerja, badan-badan

usaha, dan lain-lain.

b. Diskusi panel

Penyampaian informasi kepada siswa dapat dilakukan melalui

diskusi. Diskusi semacam ini dapat diorganisasikan baik oleh siswa sendiri

maupun oleh konselor, atau guru. Apabila diskusi penyelenggaraannya

Page 18: Jenis Dan Layanan Bimb. Konseling

dilakukan disajikannya itu, dan dengan yang lebih mengetahuinya. Konselor,

guru bertindak sebagai pengamat dan sedapat-dapatnya memberikan

pengarahan ataupun melengkapi informasi-informasi yang dibahas di dalam

diskusi tersebut. Selanjutnya, untuk menarik perhatian para peserta dapat

ditampilkan berbagai contoh dan peragaan lainnya.

c. Karyawisata

Karyawisata merupakan salah satu bentuk kegiatan belajar mengajar

yang telah dikenal secara meluas, baik oleh masyarakat sekolah maupun

masyarakat umum. Dalam bidang bimbingan dan konseling, karyawisata

mempunyai dua sumbangan pokok. Pertama, membantu siswa belajar

dengan menggunakan berbagai sumber yang ada dalam masyarakat yang

dapat menunjang perkembangan mereka. Kedua, memungkinkan

diperolehnya informasi yang dapat membantu pengembangan sikap-sikap

terhadap pendidikan, pekerjaan, dan berbagai masalah dalam masyarakat.

Penggunaan karyawisata untuk maksud membantu siswa

mengumpulkan informasi dan mengembangkan sikap-sikap yang positif,

menghendaki siswa berpartisipasi secara penuh baik dalam persiapan maupun

pelaksanaan berbagai kegiatan terhadap objek yang dikunjungi. Kegiatan

karyawisata dapat dilakukan di berbagai lapangan lapangan. Untuk itu, perlu

dibuat variasi objek-objek yang akan dikunjungi dari waktu ke waktu. Hal ini

dimaksudkan untuk memungkinkan siswa-siswa mempunyai kesempatan

mengenal banyak objek yang berbeda. Kunjungan yang bervariasi itu

merupakan salah satu cara untuk memperluas minat dan mengembangkan

sikap-sikap yang konstruktif.

d. Buku panduan

Buku-buku panduan (seperti buku panduan sekolah atau perguruan

tinggi, buku panduan kerja bagi para karyawan) dapat membantu siswa

dalam mendapatkan banyak informasi yang berguna. Selain itu siswa juga

dapat diajak membuat “buku karier” yang merupakan kumpulan berbagai

artikel dan keterangan tentang pekerjaan/pendidikan dari koran-koran dan

Page 19: Jenis Dan Layanan Bimb. Konseling

media cetak lainnya. Pembuatan “buku-buku di bawah bimbingan langsung

konselor. Versi lain dari “buku karier” itu menempelkan potongan atau

guntingan rubric yang mengandung nilai informasi pendidikan jabatan dari

koran/majalah pada “papan bimbingan”.

e. Konferensi karier

Konferensi karier dilakukan dengan mengikuti salah satu pola di

bawah ini :

Pola pertama, menyisihkan waktu selama satu jam atau lebih di luar

hari-hari sekolah setiap semester. Selama waktu ini siswa dibagi atas

beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok mengadakan diskusi

dengan narasumber yang ditentukan sebelumnya.

Pola kedua, menyediakan waktu sehari penuh atau lebih setiap

semester untuk mengadakan konferensi. Pelaksanaan konferensi diawali

dengan pertemuan umum, kemudian dilanjutkan dengan pertemuan

kelompok. Dalam kesempatan ini siswa diberi kesempatan untuk mengikuti

sejumlah pertemuan yang berbeda.

Pola ketiga, menyediakan jadwal konferensi dengan mengadakan

pertemuan sekali setiap minggu. Siswa dapat mengikuti diskusi sesuai

dengan bidang-bidang yang diminatinya. Pola seperti ini tidak saja

menguntungkan bagi siswa untuk berperan serta dalam berbagai kelompok

diskusi yang diminatinya, tetapi juga prosedur administrasinya tidak terlalu

merepotkan.

Pola keempat, mengadakan pekan bimbingan karier selama satu

minggu terus menerus.

3. Layanan Informasi di Luar Sekolah

Sebagaimana layanan orientasi, layanan informasi juga banyak

diperlukan oleh warga masyarakat di luar sekolah. Jenis-jenis informasi yang

diperlukan itu pada dasarnya sejalan dengan informasi yang telah diuraikan di

atas, yaitu informasi berkenaan dengan penghidupan yang lebih luas, yaitu

Page 20: Jenis Dan Layanan Bimb. Konseling

perikehidupan beragama, berkeluarga, bekerja, bermasyarakat, dan bernegara

dapat merupakan kebutuhan banyak warga masyarakat. Rincian berbagai

informasi itu agaknya tidak terbatas, selalu dapat berubah sesuai dengan

perubahan dan perkembangan masyarakat.

C. Layanan Penempatan dan Penyaluran

Individu sering mengalami kesulitan dalam menentukan pilihan, sehingga

tidak sedikit individu yang bakat, kemampuan minat, dan hobinya tidak tersalurkan

dengan baik. Individu seperti itu tidak mencapai perkembangan secara optimal.

Mereka memerlukan bantuan atau bimbingan dari orang-orang dewasa, terutama

konselor, dalam menyalurkan potensi dan mengembangkan dirinya.

1. Penempatan dan Penyaluran Siswa di Sekolah

Penempatan dan penyaluran siswa di sekolah dapat berupa (a)

penempatan siswa di dalam kelas, (b) penempatan dan penyaluran ke dalam

kelompok-kelompok belajar, (c) ke dalam kegiatan ko/ekstra kurikuler, dan (d)

ke dalam jurusan/program studi yang sesuai.

a. Layanan Penempatan di dalam Kelas

Layanan penempatan di dalam kelas itu merupakan jenis layanan

yang paling sederhana dan mudah dibandingkan dengan layanan penempatan

penyaluran lainnya. Namun demikian, penyelenggaraannya tidak boleh

diabaikan. Penempatan masing-masing anak secara tepat akan membawa

keuntungan :

1) Bagi siswa yang bersangkutan, yaitu memberikan penyesuaian dan

pemeliharaan terhadap kondisi individu siswa (kondisi fisik, mental,

sosial).

2) Bagi guru, khususnya dalam kaitannya dengan pengelolaan kelas, dengan

penempatan yang tepat menjadi lebih mudah menggerakkan dan

mengembangkan semangat belajar siswa.

Page 21: Jenis Dan Layanan Bimb. Konseling

Kedua keuntungan di atas pada akhirnya bermuara pada pemberian

kemudahan bagi pengembangan anak secara optimal sesuai dengan tahap

perkembangan masing-masing.

b. Penempatan dan Penyaluran ke Dalam Kelompok Belajar

Pembentukan kelompok belajar mempunyai dua tujuan pokok.

Pertama, untuk memberikan kesempatan bagi siswa untuk maju sesuai

dengan kemampuannya masing-masing. Tujuan ini biasanya diterapkan

dalam pelaksanaan proses belajar mengajar yang menggunakan sistem maju

berkelanjutan. Dalam sistem ini setiap siswa mempunyai kesempatan untuk

maju sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya tanpa harus menunggu

atau didesak oleh siswa lain. Pada dasarnya dalam sistem ini masing-masing

siswa dapat maju setiap ada kesempatan, ibarat pengikut perlombaan balap

sepeda, balap mobil, dan sebagainya.

Kedua, untuk wadah belajar bersama. Berbeda dengan cara

pengelompokan pertama, dalam pengelompokan ini dilakukan tidak menurut

kemampuan siswa, melainkan dilakukan sedemikian rupa sehingga di dalam

suatu kelompok belajar akan terdapat siswa-siswa yang kemampuannya

pandai, sedang and kurang. Atau dapat juga dilakukan berdasarkan atas

pilihan siswa. Dalam hal ini, para siswa bebas memilih teman-teman sekelas

yang paling disukainya untuk dijadikan teman belajar. Pembentukan

kelompok seperti ini bertitik tolak dari anggapan dasar bahwa siswa dapat

belajar bersama, saling memberi dan menerima, saling tukar pengetahuan dan

keterampilan. Karena dalam kelompok itu ada siswa yang pandai, dan ada

siswa yang kurang pandai, maka siswa yang pandai dapat menularkan apa

yang ia miliki kepada siswa lain yang kurang pandai. Sedangkan siswa yang

pandai itu sendiri dapat semakin memantapkan pengetahuan dan

keterampilannya.

c. Penempatan dan Penyaluran ke Dalam Kegiatan Ko/Ekstra Kurikuler

Kegiatan ko/ekstrakurikuler merupakan bagian dari kurikulum.

Sebagaimana dengan kegiatan-kegiatan lain, kegiatan ko/ekstrakurikuler pun

Page 22: Jenis Dan Layanan Bimb. Konseling

dapat menjadi wadah belajar bagi siswa. Ia menempati tingkat kepentingan

yang setara dengan kegiatan-kegiatan akademik lainnya walaupun sifatnya

berlainan. Tetapi sangat disayangkan, kegiatan-kegiatan ini masih dipandang

sebagai “hiasan” tambahan, sebagai kegiatan yang tidak begitu menentukan

perkembangan siswa.

Salah satu ciri yang menonjol dari kegiatan ko/ekstrakurikuler adalah

keanekaragamannya, mulai dari memasak sampai musik, dari pengumpulan

perangko sampai dengan permainan hoki. Hampir semua minat remaja dapat

digunakan sebagai bagian dari kegiatan ko/ekstrakurikuler. Banyak

kebutuhan siswa yang dapat dilayani melalui kegiatan ko/ekstrakurikuler.

Misalnya, dalam menyesuaikan diri dengan teman-teman di lingkungannya

yang baru atau dalam usaha mendapatkan teman-teman baru.

d. Penempatan dan Penyaluran ke Jurusan/Program Studi

Setiap awal tahun ajaran, banyak siswa SMA yang menghadapi

masalah “jurusan/program apa yang sebaiknya saya ikuti?” Sebagian siswa

dapat merencanakan atau menentukan sendiri jurusan/program studi apa yang

akan diambilnya. Mereka menyiapkan diri dengan sebaik-baiknya, namun

disamping itu, banyak juga siswa yang tidak dapat membuat rencananya

secara realistis. Mereka membuat rencana hanya berdasarkan atas kemauan

dan keinginan, tidak menyesuaikannya dengan bakat dan kemampuan yang

dimilikinya, atau bahkan ada siswa-siswa yang tidak mampu membuat

rencana sama sekali. Terhadap siswa-siswa yang seperti ini perlu diberikan

bantuan agar mereka dapat membuat rencana-rencana dan mengambil

keputusan secara bijaksana.

2. Penempatan dan Penyaluran Lulusan

Pada setiap akhir tahun ajaran ratusan ribu atau bahkan jutaan anak muda

menamatkan studi dari jenjang pendidikan tertentu. Pada umumnya mereka

mendambakan untuk dapat melanjutkan pendidikan pada tingkat yang lebih

Page 23: Jenis Dan Layanan Bimb. Konseling

tinggi. Atau bagi yang memang tidak bermaksud untuk melanjutkan pendidikan,

mereka mendambakan untuk dapat diterima pada lapangan kerja yang sesuai.

Saat seperti itu merupakan saat yang kritis bagi kebanyakan para lulusan,

baik tamatan pendidikan dasar, pendidikan menengah, maupun pendidikan

tinggi. Mereka berada dalam masa transisi dari satu tingkat pendidikan ke tingkat

pendidikan lainnya atau dari dunia pendidikan ke dunia kerja. Dalam suasana ini,

mereka dihinggapi oleh berbagai perasaan, seperti cemas, binging, tidak

menentu, dan sebagainya. Perasaan-perasaan seperti ini terutama sekali dialami

oleh lulusan yang sebelumnya kurang mempersiapkan dirinya dengan baik.

a. Penempatan dan Penyaluran ke dalam Pendidikan Lanjutan

Penempatan dan penyaluran siswa pada pendidikan lanjutan tidak

dapat dilakukan secara acak, tetapi memerlukan perencanaan yang matang

sebelum siswa tamat dari bangku sekolah yang sedang didudukinya. Karena

hal ini, baik langsung maupun tidak langsung, juga akan menyangkut citra

sekolah secara keseluruhan, maka sekolah mempunyai tanggung jawab yang

besar dalam menyelenggarakan pelayanan penempatan dan penyaluran para

siswanya setelah mereka tamat nantinya. Masalah-masalah sebagaimana

dikemukakan di atas tidak perlu terjadi atau setidak-tidaknya dapat dikurangi

bilamana sekolah memberikan bantuan dalam pengembangan dan

penyusunan rencana pendidikan lanjutan bagi para siswanya. Rencana yang

baik ialah rencana yang disusun berdasarkan atas pertimbangan tentang

kekuatan dan kelemahan siswa dari segi-segi yang amat menentukan

keberhasilan studi pada program pendidikan lanjutan itu, terutama segi

kemampuan dasar, bakat dan minat, serta kemampuan keuangan. Oleh sebab

itu sangat penting diungkapkan bakat, minat, kemampuan dan ciri-ciri

kepribadian lainnya yang dimiliki siswa, serta keadaan sosial ekonomi orang

tua/wali siswa.

b. Penempatan dan Penyaluran ke Dalam Jabatan/Pekerjaan

Di samping penempatan dalam pendidikan, sekolah juga membantu

para siswanya yang akan memasuki dunia kerja. Walaupun di sekeliling

Page 24: Jenis Dan Layanan Bimb. Konseling

siswa tersedia berbagai lapangan kerja, tetapi tidak semua lapangan kerja itu

dapat dengan mudah atau cocok untuk dimasuki. Sebagaimana halnya dengan

dunia pendidikan, maka masing-masing bidang pekerjaan itu memiliki sifat

dan ciri-ciri tersendiri. Kondisi, sifat dan ciri pekerjaan tercantum pada

informasi pekerjaan sebagaimana telah diutarakan. Selanjutnya, untuk

keperluan praktis informasi tersebut dituangkan ke dalam kriteria penerimaan

tenaga kerja. Kriteria ini pada umumnya tidak dimiliki oleh setiap orang,

karena individu itu berbeda antara yang satu dengan yang lain, baik bakat,

minat, kemampuan, dan sifat-sifat kepribadian lainnya. Prinsip lain yang

perlu diperhatikan ialah bahwa bagi setiap lapangan kerja penambahan

tenaga kerja berarti peningkatan produktivitas pada lapangan kerja yang

dimaksud. Penambahan jumlah tenaga kerja tanpa diikuti dengan

peningkatan produktivitas sama dengan pemborosan. Sedangkan peningkatan

produktivitas hanya mungkin dicapai apabila tenaga kerja yang bersangkutan

mempunyai motivasi yang tinggi untuk berprestasi, mempunyai kemauan

untuk bekerja keras, mencintai dan menyenangi pekerjaannya, di samping

memiliki pengetahuan dan keterampilan yang tinggi dalam melaksanakan

pekerjaannya itu.

Peranan orang tua atau wali siswa juga cukup penting, terutama

dalam memberikan data pendukung tentang siswa, menjalankan keputusan

tentang penempatan dan penyaluran yang dilakukan oleh sekolah dengan

layanan serta perlakuan orang tua terhadap anak, dan dalam memberikan

kemudahan-kemudahan bagi kegiatan belajar siswa (seperti keizinan bagi

anak untuk melakukan kegiatan--khususnya kegiatan di luar jam pelajaran;

penyediaan buku-buku dan alat-alat keperluan pembelajaran, serta biaya).

Apabila trio “guru—konselor—orang tua” kelompok dan matang dalam

menangani layanan penempatan dan penyaluran demi kebahagiaan anak,

sangat dapat diharapkan perkembangan anak berada pada jalur yang tepat.

Page 25: Jenis Dan Layanan Bimb. Konseling

D. Layanan Bimbingan Belajar

Bimbingan belajar merupakan salah satu bentuk layanan bimbingan yang

penting diselenggarakan di sekolah. Pengalaman menunjukkan bahwa kegagalan-

kegagalan yang dialami siswa dalam belajar tidak selalu disebabkan oleh kebodohan

atau rendahnya inteligensi. Sering kegagalan itu terjadi disebabkan mereka tidak

mendapat layanan bimbingan yang memadai.

Layanan bimbingan belajar dilaksanakan melalui tahap-tahap : (a)

pengenalan siswa yang mengalami masalah belajar, (b) pengungkapan sebab-sebab

timbulnya masalah belajar, dan (c) pemberian bantuan pengentasan masalah belajar.

1. Pengenalan Siswa yang Mengalami Masalah Belajar

Di sekolah, di samping banyaknya siswa yang berhasil secara gemilang

dalam belajar, sering pula dijumpai adanya siswa yang gagal, seperti angka-

angka rapor rendah, tidak naik kelas, tidak lulus ujian akhir, dan sebagainya.

Secara umum, siswa-siswa yang seperti itu dapat dipandang sebagai siswa-siswa

yang mengalami masalah belajar. Secara lebih luas, masalah belajar tidak hanya

terbatas pada contoh-contoh yang disebutkan itu. Masalah belajar memiliki

bentuk yang banyak ragamnya, yang pada umumnya dapat digolongkan atas :

a. Keterlambatan akademik, yaitu keadaan siswa yang diperkirakan memiliki

inteligensi yang cukup tinggi, tetapi tidak dapat memanfaatkannya secara

optimal.

b. Ketercepatan dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memiliki bakat,

akademik yang cukup tinggi atau memiliki IQ 130 atau lebih, tetapi masih

memerlukan tugas-tugas khusus untuk menentukan kebutuhan dan

kemampuan belajarnya yang amat tinggi itu.

c. Sangat lambat dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memiliki bakat

akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk mendapat

pendidikan atau pengajaran khusus.

d. Kurang motivasi dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang kurang

bersemangat dalam belajar; mereka seolah-olah tampak jera dan malas.

Page 26: Jenis Dan Layanan Bimb. Konseling

e. Bersikap dan berkebiasaan buruk dalam belajar, yaitu kondisi siswa yang

kegiatan atau perbuatan belajarnya sehari-hari antagonistik dengan yang

seharusnya, seperti suka menunda-nunda tugas, mengulur-ulur waktu,

membenci guru, tidak mau bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahuinya,

dan sebagainya.

Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar adalah suatu alat yang disusun untuk mengungkapkan

sejauh mana siswa telah mencapai tujuan-tujuan pengajaran yang ditetapkan

sebelumnya. Siswa-siswa dikatakan telah mencapai tujuan pengajaran apabila dia

telah menguasai sebagian besar materi yang berhubungan dengan tujuan

pengajaran yang telah ditetapkan. Ketentuan ini merupakan penerapan dari

konsep belajar tuntas (mastery learning) yang didasarkan pada asumsi bahwa

setiap siswa dapat mencapai hasil belajar sebagai yang diharapkan jika dia diberi

waktu yang cukup dan bimbingan yang memadai untuk mempelajari bahan yang

disajikan. Ketuntasan penguasaan bahan ditentukan dengan menetapkan patokan,

yaitu persentase minimal yang harus dicapai oleh siswa. Siswa yang belum

menguasai bahan pelajaran sesuai dengan patokan yang ditetapkan, dikatakan

belum menguasai tujuan-tujuan pengajaran. Siswa yang seperti ini digolongkan

sebagai siswa yang mengalami masalah dalam belajar dan memerlukan bantuan

khusus. Sedangkan siswa yang sudah menguasai secara tuntas semua bahan yang

disajikan sebelum batas waktu yang ditetapkan berakhir, digolongkan sebagai

siswa yang sangat cepat dalam belajar. Mereka ini patut mendapat tugas-tugas

tambahan sebagai pengayaan.

Cara lain untuk melihat derajat keberhasilan siswa belajar ialah dengan

memperhatikan kurva yang dibentuk oleh nilai-nilai hasil belajar yang dicapai

oleh kelompok siswa (misalnya siswa dalam satu kelas, atau dalam satu

tingkatan kelas). Anggota kelompok itu menyebar pada keseluruhan kurva

seperti tampak pada Gambar 9.

Page 27: Jenis Dan Layanan Bimb. Konseling

Lambat sekali Lambat Sedang Pandai Pandai sekali

Gambar 9Kurva Hasil Belajar

Tingkat keberhasilan siswa dalam belajar ditentukan dengan melihat

kedudukan nilai siswa yang bersangkutan pada kurva. Nilai yang terletak di

tengah kurva menandakan bahwa siswa yang mencapai nilai itu tergolong

sedang, yang di sebelah kanan kurva tergolong pandai, dan yang berada di ujung

kurva sebelah kanan tergolong amat pandai. Sebaliknya yang berada di sebelah

kiri tergolong lambat, dan yang di ujung kiri termasuk lambat sekali. Dengan

penggolongan itu dapatlah diketahui siapa-siapa yang memerlukan bantuan

khusus, dan siapa-siapa yang memerlukan materi pengayaan.

Tes Kemampuan Dasar

Setiap siswa memiliki kemampuan dasar atau intelegensi tertentu.

Tingkat kemampuan dasar ini biasanya diukur atau diungkapkan dengan

mengadministrasikan tes intelegensi yang sudah baku. Beberapa tes yang

terkenal dalam bidang ini antara lain adalah Progressive Matrices (PM), Wechles

Intelligence Scale (WAIS dan WISC), Stanford Binet Intelligence Scale (SBIS).

Dalam banyak skala inteligensi, kemampuan dasar manusia diklasifikasikan

sebagai berikut :

Page 28: Jenis Dan Layanan Bimb. Konseling

I.Q. 140 ke atas

120 – 139

110 – 129

90 – 109

80 – 89

70 – 79

Di bawah 70

- Sangat cerdas

- Cerdas

- Di atas rata-

rata

- Normal atau

rata-rata

- Di bawah rata-

rata

- Bodoh

- Sangat bodoh

Hasil belajar yang dicapai siswa seyogyanya dapat mencerminkan tingkat

kemampuan dasar yang dimilikinya. Siswa yang kemampuan dasarnya tinggi

akan mencapai hasil belajar tinggi pula. Bilamana seorang siswa mencapai hasil

belajar lebih rendah dari teraan inteligensi yang dimilikinya, maka siswa yang

bersangkutan digolongkan sebagai siswa yang mengalami masalah dalam belajar.

Skala Sikap dan Kebiasaan Belajar

Sikap dan kebiasaan belajar merupakan salah satu faktor yang penting

dalam belajar. Sebagian dari hari belajar ditentukan oleh sikap dan kebiasaan

yang dilakukan siswa dalam belajar. Dari berbagai penelitian yang pernah

diadakan di tanah air terdapat hubungan yang berarti antara sikap dan kebiasaan

belajar dengan hasil belajar.

Sebagian dari sikap dan kebiasaan siswa belajar itu dapat diketahui

dengan mengadakan pengamatan dalam kelas. Misalnya, dalam hal mengerjakan

tugas-tugas, membaca buku, membuat catatan dan kegiatan-kegiatan lain yang

berhubungan dengan belajar siswa. Tetapi pengamatan biasanya terbatas pada

sikap dan kebiasaan yang dapat diterima oleh alat indra.

Tes Diagnostik

Page 29: Jenis Dan Layanan Bimb. Konseling

Tes diagnostik merupakan instrumen untuk mengungkapkan adanya

kesalahan-kesalahan yang dialami oleh siswa dalam bidang pelajaran tertentu.

Misalnya untuk mata pelajaran berhitung/matematika apakah dijumpai

kesalahan-kesalahan dalam operasi berhitung, atau pemakaian rumus-rumus;

untuk pelajaran bahasa dijumpai kesalahan-kesalahan dalam penerapan tata

bahasa dan pemakaian ejaan. Untuk semua mata pelajaran diharapkan dapat

disusun dan dibuatkan tes diagnostiknya masing-masing.

Dengan tes diagnostik sebenarnya sekaligus dapat diketahui kekuatan dan

kelemahan siswa. Makin sedikit siswa membuat kesalahan pada tes diagnostik,

makin kuatlah siswa pada materi pelajaran yang bersangkutan; dan sebaliknya.

Siswa-siswa yang ternyata sudah cukup kuat dalam mata pelajaran yang

dimaksud dianjurkan untuk terus memupuk kekuatan mereka itu, sedangkan

siswa yang masih mengalami banyak kesalahan berarti memerlukan bantuan

khusus.

Analisis Hasil Belajar atau Karya

Analisis hasil belajar atau karya merupakan bentuk lain dari tes

diagnostik. Tujuannya sama, yaitu mengungkapkan kesalahan-kesalahan yang

dialami oleh siswa dalam mata pelajaran tertentu. Apabila tes diagnostik disusun,

dibakukan, dsn diselenggarakan dalam bentuk tes (sebagian besar tertulis),

analisis hasil belajar merupakan prosedur yang pelaksanaannya dilakukan

dengan jalan memeriksa secara langsung materi hasil belajar yang ditampilkan

siswa, baik melalui tulisan, bentuk grafik atau gambar, bentuk tiga dimensi yang

berupa model, maket dan bentuk-bentuk tiga dimensi hasil kerajinan dan

keterampilan tangan lainnya, serta gerak dan suara. Bentuk hasil belajar yang

lain dapat berupa foto, film, ataupun rekaman video.

2. Upaya Membantu Siswa yang Mengalami Masalah Belajar

Siswa yang mengalami masalah belajar seperti diutarakan di depan perlu

mendapat bantuan agar masalahnya tidak berlarut-larut yang nantinya dapat

mempengaruhi proses perkembangan siswa. Beberapa upaya yang dapat

Page 30: Jenis Dan Layanan Bimb. Konseling

dilakukan adalah dengan (a) pengajaran perbaikan, (b) kegiatan pengayaan, (c)

peningkatan motivasi belajar, dan (c) pengembangan sikap dan kebiasaan belajar

yang efektif.

a. Pengajaran Perbaikan

Pengajaran perbaikan merupakan suatu bentuk bantuan yang

diberikan kepada seorang atau sekelompok siswa yang menghadapi masalah

belajar dengan maksud untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam

proses dan hasil belajar mereka. Dalam hal ini bentuk kesalahan yang paling

pokok berupa kesalahpengertian, dan tidak menguasai konsep-konsep dasar.

Apabila kesalahan-kesalahan itu diperbaiki, maka siswa mempunyai

kesempatan untuk mencapai hasil belajar yang optimal.

b. Kegiatan Pengayaan

Kegiatan pengayaan merupakan suatu bentuk layanan yang diberikan

kepada seorang atau beberapa orang siswa yang sangat cepat dalam belajar.

Mereka memerlukan tugas-tugas tambahan yang terencana untuk menambah

memperluas pengetahuan dan keterampilan yang telah dimilikinya dalam

kegiatan belajar sebelumnya. Siswa-siswa seperti ini sering muncul dalam

kegiatan pelajaran dengan menggunakan sistem pengajaran yang terencana

secara baik. Misalnya, sistem pengajaran dengan modul, paket belajar, dan

pengajaran yang berprogram lainnya. Siswa yang amat cepat belajar hampir

selalu dapat mengerjakan tugas-tugas lebih cepat dari rekan-rekan mereka

dalam waktu yang ditetapkan.

c. Peningkatan Motivasi Belajar

Apabila kepada siswa ditanyakan mengapa mereka belajar, maka

akan diperoleh berbagai jawaban. Si Ani mungkin mengatakan ia belajar

karena ingin pandai. Si Badrun mungkin mengatakan ia belajar karena ingin

lulus dalam ujian.

Guru konselor dan staf sekolah lainnya berkewajiban membantu

siswa meningkatkan motivasinya dalam belajar. Prosedur-prosedur yang

dapat dilakukan adalah dengan :

Page 31: Jenis Dan Layanan Bimb. Konseling

1) Memperjelas tujuan-tujuan belajar. Siswa akan terdorong untuk lebih giat

belajar apabila ia mengetahui tujuan-tujuan atau sasaran yang hendak

dicapai.

2) Menyesuaikan pengajaran dengan bakat, kemampuan dan minat siswa

3) Menciptakan suasana pembelajaran yang menantang, merangsang dan

menyenangkan.

4) Memberikan hadiah (penguatan) dan hukuman bilamana perlu*)

5) Menciptakan suasana hubungan yang hangat dan dinamis antara guru dan

murid, serta antara murid dan murid.

6) Menghindari tekanan-tekanan dan suasana yang tidak menentu (seperti

suasana yang menakutkan, mengecewakan, membingungkan,

menjengkelkan).

d. Pengembangan Sikap dan Kebiasaan Belajar yang Efektif

Setiap siswa diharapkan menerapkan sikap dan kebiasaan belajar

yang efektif. Tetapi tidak tertutup kemungkinan ada siswa yang

mengamalkan sikap dan kebiasaan yang tidak diharapkan dan tidak efektif.

Apabila siswa memiliki sikap dan kebiasaan seperti itu, maka dikhawatirkan

siswa yang bersangkutan tidak akan mencapai hasil belajar yang baik, karena

hasil belajar yang baik itu diperoleh melalui usaha atau bahkan perjuangan

yang keras.

Prinsip-prinsip belajar, antara lain :

1) Belajar berarti melibatkan diri secara penuh, lebih dari sekedar membaca

bahan-bahan yang tercetak dalam buku-buku teks.

2) Efisiensi belajar akan meningkat apabila perbuatan belajar itu didasarkan

atas rencana atau tujuan yang nyata dan hasil dapat diukur.

3) Kata-kata, ungkapan-ungkapan, dan kalimat-kalimat yang ada dalam

bahan yang dipelajari baru dibaca dengan penuh pengertian.

4) Sebagian bahan belajar hanya dapat dipelajari dengan baik kalau

menggunakan seluruh metode belajar.

Page 32: Jenis Dan Layanan Bimb. Konseling

5) Belajar dalam suasana terpaksa tidak memberikan harapan besar untuk

berhasil dengan baik.

6) Untuk dapat melaksanakan kegiatan dan mencapai hasil belajar yang baik

diperlukan adanya suasana hati yang aman, kesehatan yang baik, tidur

teratur, dan rekreasi yang memadai.

Lebih jauh, sikap dan kebiasaan belajar yang baik tidak tumbuh

secara kebetulan, melainkan sering kali perlu ditumbuhkan melalui bantuan

yang terencana, terutama oleh guru-guru konselor, dan orang tua siswa.

Untuk itu siswa hendaklah dibantu dalam hal :

1) Menemukan motif-motif yang tepat dalam belajar

2) Memelihara kondisi kesehatan yang baik

3) Mengatur waktu belajar, baik di sekolah maupun di rumah

4) Memilih tempat belajar yang baik

5) Belajar dengan menggunakan sumber belajar yang kaya, seperti buku-

buku teks dan referensi lainnya.

6) Membaca secara baik dan sesuai dengan kebutuhan, misalnya kapan

membaca secara garis besar, kapan secara terinci, dan sebagainya.

7) Tidak segan-segan bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahui kepada

guru, teman atau siapapun juga.

Berdasarkan hasil-hasil pengungkapan kelemahan dan kekuatan siswa

dengan mempergunakan instrumen/prosedur di atas, konselor dan guru

merancang layanan bimbingan belajar bagi siswa yang memerlukannya, baik

layanan individual maupun kelompok, baik dalam bentuk penyajian klasikal,

kegiatan kelompok belajar, bimbingan/konseling kelompok atau individual,

ataupun kegiatan lainnya. Dalam pelaksanaannya peranan konselor dan guru

masing-masing atau bersama-sama tergantung pada materi layanan. Layanan

yang materinya lebih banyak menyangkut penguasaan bahan pelajaran

(seperti pengajaran perbaikan dana kegiatan pengayaan) menutut peranan

guru lebih besar, sedangkan pelayanan yang menuntut pengembangan

motivasi, minat, sikap dan kebiasaan belajar menuntut lebih banyak peranan

Page 33: Jenis Dan Layanan Bimb. Konseling

konselor. Keadaan yang lebih dikehendaki ialah apabila kedua pihak selalu

bahu-membahu meningkatkan kemampuan siswa belajar, baik di sekolah

maupun di luar sekolah.

E. Layanan Konseling Perorangan

Pada bagian-bagian terdahulu konseling telah banyak disebut. Pada bagian

ini konseling dimaksudkan sebagai pelayanan khusus dalam hubungan langsung

tatap muka antara konselor dan klien. Dalam hubungan itu masalah klien dicermati

dan diupayakan pengentasannya, sedapat-dapatnya dengan kekuatan klien sendiri.

Dalam kaitan itu, konseling dianggap sebagai upaya layanan yang paling utama

dalam pelaksanaan fungsi pengentasan masalah klien. Bahkan dikatakan bahwa

konseling merupakan “jantung hatinya” pelayanan bimbingan secara menyeluruh.

Implikasi lain pengertian “jantung hati” itu ialah, apabila seorang konselor

telah menguasai dengan sebaik-baiknya apa, mengapa dan bagaimana pelayanan

konseling itu (dalam arti memahami, menghayati, dan menerapkan wawasan,

pengetahuan dan keterampilan dengan berbagai teknik dan teknologinya), maka

dapat diharapkan ia akan dapat menyelenggarakan layanan-layanan bimbingan

lainnya dengan tidak mengalami banyak kesulitan. Hal itu dapat dimengerti karena,

layanan konseling yang tuntas telah mencakup sebagian fungsi-fungsi pemahaman.

Di samping itu, perlu dipahami pula bahwa “konseling multidimensional”,

sebagaimana telah disebut terdahulu, menjangkau aspek-aspek yang lebih luas dari

pada apa yang muncul pada saat wawancara konseling. Isi konseling menyangkut

berbagai segi kehidupan dan perkembangan klien yang mungkin perlu dikaitkan

pada layanan-layanan orientasi dan informasi, penempatan dan penyaluran, serta

bimbingan belajar.

1. Layanan Konseling Diselenggarakan Secara “Resmi”

Konseling merupakan layanan yang teratur, terarah, dan terkontrol, serta

tidak diselenggarakan secara acak ataupun seadanya. Sasaran (subjek penerima

layanan), tujuan, kondisi dan metodologi penyelenggaraan layanan telah

digariskan dengan jelas. Sebagai rambu-rambu pokok dalam pelaksanaan

Page 34: Jenis Dan Layanan Bimb. Konseling

layanan konseling, Munro dkk. (1979) mengemukakan tiga dasar etika konseling,

yaitu (a) kerahasiaan, (b) keterbukaan, dan (c) tanggung jawab pribadi klien.

Di atas landasan sebagaimana telah diutarakan itu, sifat “resmi” layanan

konseling ditandai dengan adanya ciri-ciri yang melekat pada pelaksanaan

layanan itu, yaitu bahwa :

a. Layanan itu merupakan usaha yang disengaja

b. Tujuan layanan tidak boleh lain dari pada untuk kepentingan dan

kebahagiaan klien.

c. Kegiatan layanan diselenggarakan dalam format yang telah ditetapkan

d. Metode dan teknologi dalam layanan berdasar teori yang telah teruji.

e. Hasil layanan dinilai dan diberi tindak lanjut.

Sebagaimana telah dikemukakan di depan, tujuan konseling umum

bimbingan dan konseling adalah pemeliharaan dan pengembangan diri klien

seutuhnya. Kepentingan dan kebahagiaan klien yang menjadi arah layanan

konseling secara langsung mengacu kepada pemeliharaan dan pengembangan

klien itu. Apa pun yang muncul dalam layanan bimbingan dan konseling harus

diarahkan pada tujuan tersebut; dan apa pun yang menjadi persepsi, sikap dan

tindakan konselor harus berorientasi pada tujuan positif bagi klien itu. Lebih

jauh, sebuah kondisi yang terbangun selama hubungan konseling berlangsung

dan berbagai kemungkinan implikasinya, baik ditinjau dari sisi klien, konselor,

maupun kondisi hubungan itu sendiri, tidak lain adalah untuk kepentingan dan

kebahagiaan klien.

Format apa pun yang terbentuk, standar atau hasil modifikasi efek yang

diharapkan dari terbentuknya format itu adalah :

a. Konselor sepenuhnya menghadapi (dan mencurahkan perhatian kepada)

klien; dan sebaliknya klien dapat sepenuhnya memperhatikan konselor dalam

hal ini baik klien maupun konselor menyediakan diri dalam kondisi

transparan (tidak ada yang ditutup-tutupi).

Page 35: Jenis Dan Layanan Bimb. Konseling

b. Klien benar-benar melihat dan merasakan bahwa konselor dalam “sikap

sempurna” selalu memperhatikan (dalam arti positif) diri klien dan

permasalahannya.

c. Suara, mimik dan gerak-gerik klien dan konselor jelas ditangkap oleh pihak

lainnya.

d. Klien dan konselor mudah bergerak

e. Klien dan konselor merasa dekat satu sama lain, sambil tetap menjaga jarak.

Format hubungan konseling yang diterapkan oleh seorang konselor boleh jadi

tidak sama untuk semua kliennya. Format standar dan berbagai

modifikasinya dipakai secara bervariasi sesuai dengan kondisi klien, kondisi

sosial budaya, kondisi ruang dan peralatan yang ada, dan kondisi konselor

sendiri.

2. Pengentasan Masalah Melalui Konseling

Melalui konseling klien mengharapkan agar masalah yang dideritanya

dapat dientaskan. Langkah-langkah umum upaya pengentasan masalah melalui

konseling pada dasarnya adalah :

a. Pemahaman masalah;

b. Analisis sebab-sebab timbulnya masalah;

c. Aplikasi metode khusus;

d. Evaluasi;

e. Tindak lanjut.

Kegiatan pengenalan dan pemahaman masalah secara umum telah

dibahas pada bagian terdahulu. Dalam konseling klien dan konselor harus benar-

benar memahami masalah yang dihadapi klien, sedapat-dapatnya secara lengkap

dan rinci. Pemahaman masalah oleh klien harus benar-benar persis sama dengan

pemahaman konselornya dan objektif sebagaimana adanya masalah itu. Hal itu

perlu justru untuk menjamin ketetapan, efektivitas, dan efisiensi proses

konseling. Upaya pemahaman masalah itu biasanya dilakukan pada awal proses

konselor di luar proses konseling (misalnya melalui laporan pihak ketiga, dan

Page 36: Jenis Dan Layanan Bimb. Konseling

dalam cumulative record, keterangan dari klien sendiri dalam proses konseling.

Konselor tidak seyogyanya meyakini kebenaran suatu pendapat konselor sendiri,

apalagi pendapat atau keterangan dari pihak ketiga, tentang klien dan

permasalahannya, sebelum dicetak terlebih dahulu kepada klien yang

bersangkutan.

Hubungan konseling adalah hubungan pribadi yang terbuka dan dinamis

antara klien dan konselor. Hubungan ini ditandai oleh adanya kehangatan,

kebebasan dan suasana yang memperkenalkan klien menampilkan diri

sebagaimana adanya. Dalam proses konseling tidak ada kata-kata seperti “Anda

salah”, “harus begini atau begitu”, “tidak boleh begini atau begitu”, “kok sampai

begitu”, atau kata-kata yang mencemooh, merendahkan atau menyesalkan,

menilai negatif atau menyalahkan, atau kata-kata yang mencela dan bermakna

negatif lainnya. Sebaliknya, juga tidak ada kata-kata seperti “semua terserah

Anda”, yang akan menanggung risiko kan Anda sendiri”, “saya tidak mau

mencampuri urusan Anda” atau kata-kata yang sebenarnya palsu, seperti “Anda

sebenarnya memang hebat”, “Anda dapat menyelesaikan semua urusan sendiri”,

“anda sebenarnya tidak memerlukan bantuan”, “Anda tidak berdosa”, “Anda

tidak perlu menyesali diri sendiri” dan sebagainya. Contoh-contoh tersebut

sengaja dikemukakan untuk menekankan betapa pentingnya isi dan suasana

wawancara konseling itu. Setiap kata yang dilancarkan dan diluncurkan oleh

konselor hendaknya benar-benar tepat dan benar-benar mengenai

permasalahannya, dapat menggugah hati serta pikiran klien, tanpa menimbulkan

reaksi-reaksi negatif pada diri klien (seperti ragu-ragu, cemas, perasaan

tersinggung, bangga yang berlebihan atau sombong, sikap mempertahankan diri,

masa bodoh, dan lain sebagainya). Wawancara konseling bukanlah pembicaraan

biasa, melainkan dialog teraputik untuk membantu klien.

Terpahaminya masalah klien dengan baik serta tergugahnya hati dan

pikiran klien belum tentu serta merta membuahkan hasil terpecahkannya

masalah. Dalam hal ini proses konseling masih perlu dilanjutkan dengan

penerapan metode khusus sesuai dengan rincian masalah dan sumber-sumber

Page 37: Jenis Dan Layanan Bimb. Konseling

penyebabnya. Metode-metode khusus bervariasi dari pengembangan penalaran

dan kata hati, peneguhan hasrat untuk mencapai tujuan tertentu (dalam rangka

pemecahan masalah), latihan merencana suatu kegiatan, pemberian contoh,

latihan bersikap dan bertindak, desensitisasi, sampai dengan penerapan program-

program komputer dalam konseling (Brammer & Shostrom, 1982). Penerapan

metode khusus ini menjadikan proses konseling tidak semata-mata berdimensi

verbal melainkan berkembang menjadi proses multi-dimensional sebagaimana

pernah disinggung pada bab terdahulu.

Upaya evaluasi dalam proses diakhiri dengan “evaluasi akhir proses”

Konselor dapat meminta klien menyampaikan kesan-kesan dan perasaannya

terhadap proses konseling yang baru saja dijalaninya, hal-hal apa yang sudah dan

belum ia peroleh, dan harapan-harapannya, khususnya dengan masalah yang

dihadapinya. Hasil evaluasi akhir ini dapat pula dikaitkan dengan rencana lebih

lanjut klien, termasuk di dalamnya kemungkinan penerapan hasil-hasil konseling

(seperti beberapa alternatif tindakan untuk mencapai tujuan, latihan-latihan

bertingkah laku) dalam kehidupan* sehari-hari, dan konseling lebih lanjut.

Evaluasi pasca proses konseling biasanya lebih sukar dilakukan, lebih-

lebih dengan klien-klien yang berada di luar lembaga tempat konselor bekerja.

Konselor sukar menjangkau mereka sehingga evaluasi sistematik sukar

dilakukan. Evaluasi insidentil dapat berlangsung apabila konselor bertemu

mereka dan menanyakan dampak konseling yang pernah terlaksana, atau melalui

pihak ketiga yang mengenal klien. Evaluasi seperti ini derajat kesahihan dan

keterandalannya tidak cukup tinggi atau bahkan diragukan. Untuk klien-klien

yang berada dalam lembaga tempat konselor bekerja evaluasi pasca proses lebih

mungkin dilaksanakan; apalagi kalau untuk mereka disediakan program

pelayanan yang terjadwal sehingga antara klien dan konselor dapat diatur

pertemuan berkala. Evaluasi melalui instrumen tertulis (misalnya angket) juga

dapat dilakukan. Hasil evaluasi itu dipakai sebagai masukan dan bahan

pertimbangan baik bagi rencana tindak lanjut yang akan dilaksanakan dalam

Page 38: Jenis Dan Layanan Bimb. Konseling

pertemuan terjadwal dengan masing-masing klien, maupun bagi penyusutan

program-program pelayanan periode-periode berikutnya.

3. Tahap-tahap Keefektifan Pengentasan Masalah Melalui Konseling

Sangat diinginkan oleh semua pihak bahwa proses tahap konseling dapat

memberikan hasil yang sebesar-besarnya untuk menunjang perkembangan dan

kehidupan klien pada umumnya, dan khususnya untuk mengentaskan masalah

klien. Keefektifan pengentasan masalah melalui konseling sebenarnya dapat

dideteksi sejak awal klien mengalami masalah. Dari keadaan yang paling awal

itu sampai konseling yang paling efektif akhir nantinya pada waktu masalah

klien terentaskan, dapat diidentifikasi lima tahap. Dengan memperhatikan tahap-

tahap tersebut akan terlihat apakah klien sejak awalnya sampai dengan akhirnya

memang menjalani tahap-tahap yang mengarahkan dirinya untuk mencapai

keadaan terentaskan masalahnya. Atau sebaliknya, ia berhenti pada suatu tahap

dan tidak melanjutkannya ke tahap berikutnya, sehingga keefektifan pengentasan

masalah tidak meningkatkan kepada taraf keefektifan yang lebih tinggi.

Namun keefektifan konseling tidak dapat begitu saja. Klien dituntut

untuk aktif dalam proses konseling. Keaktifan klien inilah yang justru

menentukan tahap keempat keefektifan konseling, dan partisipasi aktif klien

itulah yang merupakan keefektifan konseling. Partisipasi aktif klien itu

diharapkan dapat terselenggara dari awal proses konseling sampai konseling itu

dinyatakan berakhir. Setelah berakhirnya proses konseling, pertanyaan yang

masih tersisa ialah, apakah konseling itu telah memberikan hasil yang benar-

benar efektif? Pertanyaan itu mengacu pada tahap keefektifan konseling yang

kelima. Konseling yang telah terselenggara itu benar-benar efektif apabila klien

benar-benar menjalankan (menerapkan) hasil-hasil yang telah dicapai melalui

konseling dalam kehidupan sehari-hari klien. Dengan kata lain, hasil konseling

itu benar-benar mengubah tingkah laku klien, dan dengan demikian masalah

klien secara berangsur-angsur teratasi.

Page 39: Jenis Dan Layanan Bimb. Konseling

Kelima tahap keefektifan konseling itu dapat digambarkan melalui

diagram sebagai berikut (Diagram 1).

5

4

3

2

1

Diagram 2Lima Tahap Keefektifan Konseling

Catatan : Sering kali individu datang kepada konselor tanpa memahami masalah yang sebenarnya ada pada dirinya. Pemahaman masalah baru terjadi dalam proses konseling.

4. Pendekatan dan Teori Konseling

Pada Bab V telah disinggung sedikit tentang adanya sejumlah teori

konseling. Apabila dititik lebih lanjut teori-teori tersebut pada dasarnya dapat

dikelompokkan ke dalam tiga pendekatan, yaitu pendekatan konseling direktif,

konseling non-direktif dan konseling elektrik. Pendekatan-pendekatan itu

terutama pendekatan direktif dan non-direktif, masing-masing memiliki

pandangan yang berbeda, bahkan di sana-sini bertolak belakang, terutama

tentang hakikat tingkah laku individu dan timbulnya masalah. Perbedaan-

PaKonseling

Partisipasi aktif dalam proses bantuan konseling

Usaha mencari bantuan

Kesadaran akan perlunya bantuan orang lain

Kesadaran dan pemahaman masalah

Individu

Page 40: Jenis Dan Layanan Bimb. Konseling

perbedaan tersebut mengakibatkan timbulnya perbedaan-perbedaan dalam

teknik-teknik konseling yang secara langsung diterapkan terhadap klien.

a. Konseling Direktif

Konseling direktif berlangsung menurut langkah-langkah umum

sebagai berikut :

1) Analisis data tentang klien

2) Pensintesisan data untuk mengenali kekuatan-kekuatan dan kelemahan-

kelemahan klien.

3) Diagnosis masalah

4) Prognosis atau prediksi tentang perkembangan masalah selanjutnya

5) Pemecahan masalah

6) Tindak lanjut dan peninjauan hasil-hasil konseling

Upaya pemecahan masalah didasarkan pada hasil diagnosis yang pada

umumnya berbentuk kegiatan yang langsung ditujukan pada pengubahan

tingkah laku klien.

b. Konseling Non-Direktif

Konseling non-direktif sering juga disebut “Client Centered

Therapy”. Pendekatan ini diperoleh oleh Carl Rogers dari Universitas

Wisconsin di Amerika Serikat. Konseling non-direktif merupakan upaya

bantuan pemecahan masalah yang berpusat pada klien. Melalui pendekatan

ini, klien diberi kesempatan mengemukakan persoalan, perasaan dan pikiran-

pikirannya secara bebas. Pendekatan ini berasumsi dasar bahwa seseorang

yang mempunyai masalah pada dasarnya tetap memiliki potensi dan mampu

mengatasi masalahnya sendiri. Tetapi oleh karena sesuatu hambatan, potensi

dan kemampuannya itu tidak dapat berkembang atau berfungsi sebagaimana

mestinya. Untuk mengembangkan dan memfungsikan kembali

kemampuannya itu klien memerlukan bantuan. Bertitik tolak dari anggapan

dan pandangan tersebut, maka dalam konseling, inisiatif dan peranan utama

pemecahan masalah diletakkan di pundak klien sendiri. Sedangkan kewajiban

Page 41: Jenis Dan Layanan Bimb. Konseling

dan peranan utama konselor adalah menyiapkan suasana agar potensi dan

kemampuan yang ada pada dasarnya ada pada diri klien itu berkembang

secara optimal, dengan jalan menciptakan hubungan konseling yang hangat

dan permisif. Suasana seperti itu akan memungkinkan klien mampu

memecahkan sendiri masalahnya. Dalam suasana seperti itu konselor

merupakan “agen pembangun” yang mendorong terjadinya perubahan pada

diri klien tanpa konselor sendiri banyak masuk dan terlibat langsung dalam

proses perubahan tersebut. Menurut Rogers, adalah menjadi tanggung jawab

klien untuk membantu dirinya sendiri. Salah satu prinsip yang penting dalam

konseling non-direktif adalah mengupayakan agar klien mencapai

kematangannya, produktif, merdeka dan dapat menyesuaikan diri dengan

baik.

c. Konseling Elektrik

Pendekatan dan teori-teori konseling itu telah ditempa dan

dikembangkan oleh pencetus dan ahlinya, dan telah dipelajari oleh berbagai

kalangan dalam bidang bimbingan dan konseling. Disadari bahwa setiap

pendekatan atau teori itu mengandung kekuatan dan kelemahan, namum

semuanya telah menyumbang secara positif pada dunia bimbingan dan

konseling, baik secara teoritis maupun secara praktis. Disadari pula bahwa

dalam kenyataan praktek konseling menunjukkan bahwa tidak semua

masalah dapat dientaskan secara baik hanya dengan satu pendekatan atau

teori saja. Ada masalah yang lebih cocok diatasi dengan pendekatan direktif,

dan ada pula yang lebih cocok dengan pendekatan non-direktif atau dengan

teori khusus tertentu. Dengan pendekatan lain, tidaklah dapat ditetapkan

bahwa setiap masalah harus diatasi dengan salah satu pendekatan atau teori

saja. Pendekatan atau teori mana yang cocok digunakan sangat ditentukan

oleh beberapa faktor, antara lain :

1) Sifat masalah yang dihadapi (misalnya tingkat kesulitan dan

kekompleksannya).

Page 42: Jenis Dan Layanan Bimb. Konseling

2) Kemampuan klien dalam memainkan peranan dalam proses konseling.

3) Kemampuan konselor sendiri, baik pengetahuan maupun keterampilan

dalam menggunakan masing-masing pendekatan atau teori konseling.

Mereka yang mempelajari pendekatan dan teori-teori itu mungkin ada

yang tertarik dan merasa dirinya lebih cocok untuk mendalami dan

mempraktekkan satu pendekatan atau teori konseling tertentu saja, dan

mungkin ada pula yang berusaha “menggabungkan” dan-tiga teori yang

berdekatan dalam wilayah garis kontinum yang dimaksudkan di atas.

Kebanyakan diantara mereka bersikap elektrik yang mengambil berbagai

kebaikan dari kedua pendekatan ataupun dari berbagai teori konseling

yang ada itu, mengembangkan dan menerapkannya dalam praktek sesuai

dengan permasalahan klien. Sikap elektrik ini telah ada sejak lama dan

bahkan dianggap lebih tepat dan sesuai dengan filsafat atau tujuan

bimbingan dan konseling daripada sikap yang hanya mengandalkan satu

pendekatan atau satu-dua teori tertentu saja (Tolbert, 1959; Hansen, dkk.,

1977; dan Brammer & Shostrom, 1982).

5. Konseling di Lingkungan Kerja yang Berbeda

a. Konseling di Sekolah Dasar

Sasaran layanan konseling di SD adalah anak-anak yang masih sangat

muda. Barangkali masih ada yang beranggapan bahwa anak0anak yang masih

sangat muda jarang yang mengalami masalah sehingga layanan konseling

sebenarnya tidak diperlukan di SD. Untuk mereka yang berpendapat seperti

itu perlu diingatkan bahwa perkembangan dan kehidupan itu penuh dengan

tantangan; tidak peduli tua ataupun muda, setiap individu yang berkembang

dan hidup pasti selalu menghadapi tantangan. Di samping itu perlu

digarisbawahi pula bahwa masalah-masalah yang ternyata sudah muncul

perlu dientaskan seawal, sesegera, secepat, dan setepat mungkin. Oleh karena

itu, pelayanan bimbingan dan konseling pada umumnya, dan layanan

Page 43: Jenis Dan Layanan Bimb. Konseling

konseling khususnya tetap sangat diperlukan bagi mereka yang masih sangat

muda sekalipun.

Aspek-aspek lain juga muncul dalam layanan konseling di SD.

Karena anak-anak SD menurut kenyataannya masih amat tergantung pada

orang tua dan guru, maka peningkatan keterampilan berkomunikasi, sikap

dan perilaku orang tua dan guru terhadap anak-anak merupakan layanan

pokok yang justru lebih mendasar dari pada layanan konseling dalam arti

konsultasi dalam bentuk hubungan tatap muka antara konselor dan klien

(Dinkmeyer, Frust, Linduquist dan Chamley dalam Nugent, 1981).

Dibanding dengan layanan konseling perorangan, layanan konseling

kelompok agaknya lebih mungkin dilaksanakan dengan anak-anak SD.

Hal lain lagi yang perlu mendapat perhatian konselor ialah bagaimana

mendorong anak-anak untuk datang kepada konselor untuk memperoleh

layanan bimbingan. Nogent (1981) melihat empat sumber yang

memungkinkan alih tangan anak-anak kepada konselor, yaitu guru, kepala

sekolah, anak-anak itu sendiri, dan konselor sendiri. Guru-guru adalah orang-

orang yang paling banyak bergaul dan memperhatikan segenap tingkah laku

anak-anak sehari-hari di sekolah. Sikap dan kebiasaan masing-masing anak

belajar, hubungan sosial mereka satu sama lain, sampai dengan tingkah laku

yang menyimpang, seperti nakal, mencuri dan sebagainya teramati oleh guru.

Kekuatan dan kelemahan anak-anak dapat diketahui secara langsung oleh

guru. Anak-anak yang memerlukan bantuan konselor, oleh guru dapat secara

langsung diahlihtangankan kepada konselor.

Konselor sendiri juga merupakan figur yang penting sebagai sumber

alih tangan. Konselor yang aktif, yang menunjukkan banyak perhatian dan

sering berhubungan dengan anak, yang sering menampilkan diri di hadapan

anak-anak dan sering menciptakan suasana dan melakukan kegiatan yang

menyenangkan dan menguntungkan bagi anak-anak, akan dirasakan dekat

oleh anak-anak dan besar kemungkinan akan banyak dikunjungi oleh anak-

anak itu. Hubungan baik antara konselor dengan murid, ditambah dengan

Page 44: Jenis Dan Layanan Bimb. Konseling

pemahaman yang cukup baik dari anak-anak tentang fungsi dan peranan

konselor yang dapat diberikan kepada mereka, akan banyak menentukan

frekuensi dan intensitas pemanfaatan jasa konseling oleh anak-anak di SD.

b. Konseling di Sekolah Menengah

Siswa sekolah menengah berbeda dari murid SD. Mereka berada pada

tahap perkembangan remaja yang merupakan transisi dari masa anak-anak ke

dewasa. Banyak gejolak menandai masa perkembangan remaja itu. Konselor

di sekolah menengah dituntut untuk memahami berbagai gejolak yang secara

potensial sering muncul itu dan cara-cara penanganannya. Bentuk-bentuk

permasalahan khusus seperti masalah hubungan muda-mudi, masalah

perkembangan seksual, masalah sosial dan ekonomi, masalah masa depan

banyak muncul di antara para remaja itu.

Pendekatan dan teknik-teknik konseling dalam berbagai bentuknya

dapat dipakai terhadap para pemuda yang sudah lebih berkembang dari pada

anak-anak SD itu. Aplikasi pendekatan dan teknik konseling serta

penyesuaiannya banyak tergantung pada keunikan klien dan masalahnya,

serta spesialisasi keahlian konselor sendiri. Tentang sumber alih tangan klien,

sama dengan yang telah diuraikan terdahulu, yaitu sangat mengandalkan pada

peranan guru, kepala sekolah, siswa dan konselor sendiri, serta orang tua.

Kehadiran konselor langsung dihadapan para siswa (di muka kelas dan pada

kesempatan-kesempatan lain), disertai dengan informasi yang tepat dan

mantap tentang fungsi konselor dan pelayanan bimbingan dan konseling pada

umumnya, akan sangat membantu peningkatan pemanfaatan layanan

konseling oleh para siswa.

c. Konseling di Perguruan Tinggi

Perbedaan antara konseling di sekolah menengah dan di perguruan

tinggi diwarnai oleh arah perkembangan dan tujuan-tujuan yang hendak

dicapai serta kekompleksan program pendidikan dan latihan di kedua jenjang

pendidikan itu. Apabila di sekolah menengah para siswa belum akan segera

Page 45: Jenis Dan Layanan Bimb. Konseling

dituntut untuk bekerja atau terjun di masyarakat, maka para mahasiswa sudah

berada pada batas antara “hidup tergantung pada orang tua” dan “hidup bebas

dan mandiri”. Disamping itu, para siswa di sekolah menengah mengalami

proses pembelajaran yang secara relatif lebih terbimbing dari pada para

mahasiswa di perguruan tinggi; proses pembelajaran di perguruan tinggi

lebih bervariasi dan menuntut kemandirian mahasiswa.

Praktek pelaksanaan konseling di perguruan tinggi tidak banyak

berada dari pada pelaksanaannya di sekolah menengah. Penekanan pada

kondisi akademik dan kemandirian mewarnai pelaksanaan konseling. Sumber

alih tangan klien lebih banyak ditekankan pada keadaan mahasiswa sendiri.

Oleh karena itu permasyarakatan pelayanan bimbingan dan konseling dan

peranan konselor lebih perlu diperluas melalui berbagai media yang ada di

kampus. Unit pelayanan bimbingan dan konseling yang ada perlu bekerja

sama dengan unit-unit yang langsung berhubungan dengan mahasiswa;

pertama, untuk ikut serta memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan

konseling, dan kedua, untuk menjadi “agen alih tangan”.

d. Konseling di Masyarakat

Dipandang dari segi masalah klien serta pendekatan dan teknik

konseling, layanan konseling di masyarakat (di luar satuan pendidikan

formal) tidak berbeda dari layanan di satuan pendidikan. Jika terdapat

perbedaan, maka hal itu terletak pada kondisi lembaga tempat konselor

bekerja. Layanan konseling dapat diselenggarakan di lembaga tertentu,

seperti lembaga kerja (perusahaan, kantor, pabrik), lembaga kemasyarakatan,

Lembaga Bantuan Hukum, Puskesmas, “Badan Penasihat Perkawinan”,

“Lembaga Kesehatan Masyarakat”, “Biro Konsultasi” dan berbagai lembaga

swadaya masyarakat lainnya. Tidak dilupakan, konselor yang membuka

“praktek pribadi”. Semua “lembaga” tempat konselor berpraktek layanan

konseling menerapkan nilai-nilai sendiri yang harus diikuti oleh konselor.

F. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok

Page 46: Jenis Dan Layanan Bimb. Konseling

Apabila konseling perorangan menunjukkan layanan kepada individu atau

klien orang-perorangan, maka bimbingan dan konseling kelompok mengarahkan

layanan kepada sekelompok individu. Dengan satu kali kegiatan, layanan kelompok

itu memberikan manfaat atau jasa kepada sejumlah orang. Kemanfaatan yang lebih

meluas inilah yang paling menjadi perhatian semua pihak berkenaan dengan layanan

kelompok itu. Apalagi pada zaman perlunya efisiensi, perlunya perluasan pelayanan

jasa yang mampu menjangkau lebih banyak konsumen secara tepat dan cepat,

layanan kelompok semakin menarik. Bahkan Larrabee & Terres (1984) meramalkan

bahwa pada tahun 2004 layanan konseling kelompok mendominasi segenap upaya

pelayanan bimbingan dan konseling. Pada waktu itu dunia dan masyarakat sudah

sangat terbuka, lembaga-lembaga kemasyarakatan, sekolah dan keluarga juga sangat

terbuka; arus informasi dan mobilitas penduduk semakin deras; segala macam

kebutuhan semakin meningkat baik jenis maupun intensitasnya—hal itu semua

mengakibatkan semakin banyak orang memerlukan bimbingan dan konseling yang

tepat dalam waktu yang relatif cepat. Jawaban terhadap tantangan itu ialah konseling

kelompok.

1. Ciri-ciri Kelompok

Meskipun suatu kelompok terdiri dari sejumlah orang, tetapi kelompok

bukan sekedar kumpulan sejumlah orang. Sejumlah orang yang berkumpul itu

baru merupakan “lahan” bagi terbentuknya kelompok. Beberapa unsur perlu

ditambahkan apabila kumpulan sejumlah orang itu hendak menjadi sebuah

kelompok. Unsur-unsur tersebut yang paling pokok menyangkut tujuan,

keanggotaan dan kepemimpinan, serta aturan yang diikuti.

Selanjutnya, kelompok yang sudah memiliki tujuan, anggota dan

pemimpin itu tidaklah lengkap apabila belum memiliki aturan dalam

melaksanakan kegiatan-kegiatannya. Tanpa aturan itu pemimpin kelompok tidak

dapat menjalankan fungsinya dengan baik, kegiatan anggota tidak terarah, atau

akan terjadi kesimpangsiuran, atau bahkan benturan dan kekacauan, yang

semuanya akan mengakibatkan tujuan bersama tidak tercapai. Dengan demikian,

jelaslah bahwa suatu kelompok membutuhkan aturan, nilai-nilai atau pedoman

Page 47: Jenis Dan Layanan Bimb. Konseling

yang memungkinkan seluruh anggota bertindak dan mengarahkan diri bagi

pencapaian tujuan-tujuan yang mereka kehendaki.

Keempat unsur terbentuknya kelompok tersebut berlaku untuk semua

jenis kelompok, baik ditinjau dari sejumlah anggota maupun sifat dan tujuan

terbentuknya kelompok. Menurut jumlah anggotanya dikenal adanya kelompok

dua (yang terdiri dari dua orang), kelompok tiga dan seterusnya; kelompok kecil

(beranggotakan 2-5 orang), kelompok sedang (6-15 orang), dan seterusnya

sampai dengan kelompok “raksasa” yang jumlah anggotanya ratusan ribu orang.

Menurut sifat pembentukannya dikenal adanya kelompok primer (misalnya

satuan keluarga) dan kelompok sekunder, yaitu kelompok yang dibentuk secara

sengaja untuk tujuan-tujuan tertentu (misalnya kelompok belajar, kelompok

murid dalam satu kelas), kelompok organisasi pemuda, dan lain-lain.). kombinasi

karakteristik kelompok itu (jumlah, sifat, dan tujuan pembentukannya) dapat

terpadu dalam satu kelompok. Kelompok apapun yang terbentuk menurut adanya

unsur-unsur tujuan bersama, keanggotaan dan kepemimpinan, serta aturan.

2. Bimbingan Kelompok

Bimbingan kelompok adalah layanan bimbingan yang diberikan dalam

suasana kelompok. Gazda (1978) mengemukakan bahwa bimbingan kelompok di

sekolah merupakan kegiatan informasi kepada sekelompok siswa untuk

membantu mereka menyusun rencana dan keputusan yang tepat. Gazda juga

menyebutkan bahwa bimbingan kelompok diselenggarakan untuk memberikan

informasi yang bersifat personal, vokasional dan sosial. Telah lama dikenal

bahwa berbagai informasi berkenaan dengan orientasi siswa baru, pindah

program dan peta sosiometri siswa serta bagaimana mengembangkan hubungan

antar siswa dapat disampaikan dan dibahas dalam bimbingan kelompok

(McDaniel, 1956). Dengan demikian jelas bahwa kegiatan dalam bimbingan

kelompok ialah pemberian informasi untuk keperluan tertentu bagi para anggota

kelompok.

Page 48: Jenis Dan Layanan Bimb. Konseling

Dari gambaran di atas tampak adanya beberapa hal yang menunjukkan

homogenitas dalam kelompok. Pertama, bimbingan kelompok para anggota

kelompok homogen (yaitu siswa-siswa satu kelas atau satu tingkat kelas yang

sama). Kedua, “masalah” yang dialami oleh semua anggota kelompok adalah

sama, yaitu memerlukan informasi yang akan disajikan itu. Ketiga, Tindak lanjut

dari diterimanya informasi itu juga sama, yaitu untuk menyusun rencana dan

membuat keputusan. Dan keempat, reaksi atau kegiatan yang dilakukan oleh para

anggota dalam proses pemberian informasi (dan tindak lanjutnya) secara relatif

sama (seperti mendengarkan, mencatat, bertanya). Ciri homogenitas inilah yang

ikut menandai layanan bimbingan kelompok dan membedakannya dari konseling

kelompok.

3. Konseling Kelompok

Unsur-unsur konseling perorangan tampil secara nyata dalam konseling

kelompok. Kalau demikian adanya, apa yang membedakan konseling kelompok

dari konseling perorangan? Satu hal yang paling pokok ialah dinamika interaksi

sosial yang dapat berkembang dengan intensif dalam suasana kelompok, yang

justru tidak dapat dijumpai dalam konseling perorangan. Disitulah keunggulan

konseling kelompok. Melalui dinamika interaksi sosial yang terjadi diantara

anggota kelompok, masalah yang dialami oleh masing-masing individu anggota

kelompok dicoba untuk dientaskan. Peranan konselor sebagai “agen

pembangunan” dalam konseling perorangan diperkuat oleh peranan dinamika

interaksi sosial dalam suasana kelompok. Dengan demikian, proses pengentasan

masalah individu dalam konseling kelompok mendapatkan dimensi yang lebih

luas. Kalau dalam konseling perorangan klien hanya memetik manfaat dari

hubungannya dengan konselor saja, dalam konseling kelompok klien

memperoleh bahan-bahan bagi pengembangan diri dan pengentasan masalahnya

biak dari konselor maupun rekan-rekan anggota kelompok. Lebih dari itu lagi,

dinamika interaksi sosial yang secara intensif terjadi dalam suasana kelompok

akan meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan keterampilan sosial pada

Page 49: Jenis Dan Layanan Bimb. Konseling

umumnya, meningkatkan kemampuan pengendalian diri, tenggang rasa atau

teposaliro. Dalam kaitan itu suasana kelompok menjadi tempat penempaan sikap,

keterampilan dan keberanian sosial yang bertenggang rasa (Prayitno, 1985).

Mengenai kondisi homogenitas heterogenitas yang terdapat di dalam

konseling kelompok dapat dilihat bahwa anggota kelompok sedapat-dapatnya

homogen, dalam arti semua anggota kelompok diharapkan dapat

menyumbangkan sesuatu dalam pengembangan dinamik interaksi sosial yang

terjadi di dalam kelompok. Untuk itu dikehendaki kemampuan para anggota

yang seimbang. Dalam keadaan tertentu, konselor dapat menghadirkan seorang

(atau lebih) klien tertentu ke dalam suasana konseling kelompok. “Klien khusus”

ini dihadirkan di sana dengan tujuan untuk melibatkannya ke dalam interaksi

sosial yang terjadi dalam kelompok, dan dengan keterlibatan yang intensif yang

terjadi dalam kelompok, dan dengan keterlibatan yang intensif itu ia (atau

mereka) diharapkan dapat memetik berbagai hal berkenaan dengan masalah-

masalah yang ia atau mereka alami. “Tujuan khusus” untuk “klien khusus” itu

tidak perlu disampaikan kepada anggota kelompok lainnya. Hal ini dimaksudkan

agar dalam dinamika interaksi sosial “klien khusus” itu tidak diperlukan secara

khusus. Mereka justru diberi kesempatan untuk menjalani keterlibatan sosial

dalam kenyataan yang sebenarnya, tidak berpura-pura, dan tidak diatur secara

tersendiri.

Untuk memasuki konseling kelompok para anggota atau klien pada

awalnya tidak memerlukan persiapan tertentu. Dengan demikian masalah yang

akan mereka bawa masing-masing ke dalam kelompok besar kemungkinan

berbeda-beda; atau bahkan ada diatara mereka yang menurut kategori Bordin

“tidak bermasalah”. Masalah-masalah yang dibawa oleh masing-masing anggota

itu nantinya akan dikemukakan dalam kegiatan kelompok. Oleh karena itu akan

muncul sejumlah masalah yang berbeda-beda yang akan dibicarakan melalui

dinamika interaksi sosial dalam kelompok itu.

Satu hal yang perlu mendapat perhatian khusus, ialah sifat isi

pembicaraan dalam konseling kelompok. Sebagaimana dalam konseling

Page 50: Jenis Dan Layanan Bimb. Konseling

perorangan, konseling kelompok menghendaki agar para klien (para peserta)

dapat mengungkapkan dan mengemukakan keadaan diri masing-masing

sepenuh-penuhnya dan seterbuka mungkin. Dalam hal ini, asas kerahasiaan

menjadi menonjol. Masing-masing klien perlu mempercayai konselor dan rekan-

rekan mereka sesama anggota kelompok, bahwa kerahasiaan segenap apa yang

mereka kemukakan terjamin sepenuhnya. Meyer dan Smith pada tahun 1977

melalui penelitiannya membuktikan bahwa kurangnya kepercayaan para anggota

tentang terjaminnya kerahasiaan itu akan mengurangi sikap keterbukaan para

anggota (dalam Davis, 1980). Selanjutnya, Davis sendiri mengungkapkan,

berdasarkan hasil penelitiannya bahwa pernyataan konselor yang meyakinkan

dihadapan segenap anggota kelompok bahwa ia benar-benar akan menjaga

kerahasiaan seluruh anggota kelompok secara signifikan mempengaruhi

kehendak dan sikap para anggota itu mengemukakan apa yang ingin

dikemukakan di dalam kelompok itu. Lebih jauh, konselor juga harus membina

semua anggota kelompok agar mereka menyadari pentingnya menjaga rahasia

itu, dan agar mereka saling menjaga rahasia temannya, sehingga dengan

demikian mereka saling mempercayai. Sikap konselor dan para anggota serta

suasana yang sepenuhnya sejalan dengan asas kerahasiaan itu merupakan salah

satu aturan yang khas harus diikuti oleh seluruh warga kelompok, dan hal itu

merupakan ciri khusus pula dari konseling kelompok.

Dari gambaran tersebut tampak dengan jelas perbedaan antara bimbingan

kelompok dan konseling kelompok, yaitu sebagai berikut :

Matrik 4Perbandingan Antara Bimbingan Kelompok dan Konseling Kelompok

Aspek Bimbingan Kelompok Konseling Kelompok

1. Tidak terlalu dibatasi; dapat sampai 60-80 orang.

Terbatas : 5-10 orang

2.karakteristik anggota

Relatif homogen Hendaknya homogen; dapat pula heterogen terbatas.

Page 51: Jenis Dan Layanan Bimb. Konseling

Aspek Bimbingan Kelompok Konseling Kelompok

3.dicapai

Penguasaan informasi untuk tujuan yang lebih luas.

a.b.

kemampuan komunikasi dan interaksi sosial.

4.kelompok

Konselor dan narasumber Konselor

5. Menerima informasi untuk tujuan kegunaan tertentu.

a.dinamika interaksi sosial.

b.pengentasan masalah.

c.pemecahan masalah.

6. a.terbatas.

b.

a.b.

melibatkan aspek emosional.

7.pembicaraan.

Tidak rahasia Rahasia

8. Kegiatan berakhir apabila informasi telah disampaikan.

Kegiatan berkembang sesuai dengan tingkat kemajuan pemecahan masalah Evaluasi dilakukan sesuai dengan tingkat kemajuan pemecahan masalah.

G. Kegiatan Penunjang

Pelaksanaan berbagai jenis layanan bimbingan dan konseling memerlukan

sejumlah kegiatan penunjang.

Agaknya memang benar apabila dikatakan bahwa alat dan kelengkapan yang

paling handal dimiliki oleh konselor untuk menjalankan tugas-tugas pelayanannya

ialah mulut dan berbagai keterampilan berkomunikasi, baik verbal maupun non-

Page 52: Jenis Dan Layanan Bimb. Konseling

verbal. Namun, mengingat apa yang menjadi isi komunikasi itu menjangkau

wawasan yang sedemikian luas dan “multi-dimensional”, serta harus sesuai dengan

data dan kenyataan yang berkenaan dengan objek-objek yang dibicarakan, maka

konselor perlu diperlengkapi dengan berbagai data, keterangan dan informasi ,

terutama tentang klien dan lingkungannya.

1. Instrumen Bimbingan dan Konseling

Ada beberapa pertimbangan yang perlu mendapat perhatian para konselor

dalam penerapan instrumental bimbingan dan konseling. Antara lain adalah :

a. Instrumen yang dipakai haruslah yang sahih dan terandalkan. Pemilihan

instrumen yang akan dipergunakan didasarkan atas ketepatan kegunaan dan

tujuan yang hendak dicapai. Dalam hal ini Anastasi (1992) mengingatkan

bahwa keefektifan penggunaan instrumen dalam konseling tergantung pada

ketepatan pilihan instrumen yang akan dipakai berkenaan dengan individu

(yang akan mengikuti tes) dan permasalahan yang sedang ditangani.

Konselor dituntut memiliki wawasan yang memadai tentang kegunaan

berbagai instrumen dalam kaitannya dengan karakteristik individu dan

berbagai permasalahan.

b. Pemakai instrumen (dalam hal ini konselor) bertanggung jawab atas

pemilihan instrumen yang akan dipakai (misalnya tee), monitoring

pengadministrasiannya dan skoring, penginterpretasian skor dan

penggunaannya sebagai sumber informasi bagi pengambilan keputusan

tertentu (Anastasi, 1992). Adakalanya pemakai instrumen tidak mampu

mengambil seluruh tanggung jawab tersebut; maka ia memerlukan penyelia

ataupun konsultan. Dalam hal ini diingatkan oleh Anastasia bahwa instrumen

hanyalah alat; baik-buruknya instrumen itu sebagai alat tergantung pada

pemakaiannya.

c. Pemakaian instrumen, misalnya, harus dipersiapkan secara matang, bukan

hanya persiapan instrumennya saja, tetapi persiapan klien yang akan

mengambil tes itu. klien hendaknya memahami tujuan dan kegunaan tes itu

dan bagaimana kemungkinan hasilnya. Bagi klien-klien yang secara khusus

Page 53: Jenis Dan Layanan Bimb. Konseling

meminta tes, perlu diungkapkan mengapa ia merasa perlu di tes. Lebih jauh,

klien itu juga dipersiapkan untuk menerima hasil tes sebagaimana adanya.

Apabila hasil ternyata baik, bagaimana reaksi klien dan apa yang akan

dilakukannya? Sebaliknya, apabila hasilnya ternyata tidak sebaik yang

diharapkan, bagaimana pula reaksinya? Konselor perlu memperoleh

kejelasan tentang alasan klien, dan apakah alasan yang dikemukakan itu

dapat diterima. Konselor juga perlu membimbing klien agar nantinya dapat

menerima hasil tes secara positif dan dinamis. Kalau hasilnya baik klien tidak

menjadi sombong atau besar kepala, dan apabila hasilnya jelas tidak menjadi

kecewa atau putus asa. Hasil apa pun yang dicapai hendaknya diterima

sebagaimana adanya, dan menjadi pendorong bagi klien untuk berbuat dan

berusaha lebih baik lagi untuk mencapai hasil yang lebih tinggi.

d. Perlu diingat bahwa tes atau instrumen apa pun hanya merupakan salah satu

sumber dalam rangka memahami individu secara lebih luas dan dalam. Oleh

karena itu pemahaman terhadap klien hendaknya tidak hanya didasarkan atas

data tunggal, yang dihasilkan oleh tes semata-mata, melainkan harus

dilengkapi dengan data lain dari sumber-sumber yang relevan sehingga

gambaran tentang klien lebih bersifat komprehensif dan bermakna. Dalam

kaitan ini, Mortensen & Schmuller (1976) mengingatkan bahwa kesalahan-

kesalahan yang sering dilakukan oleh para petugas bimbingan dan konseling

dimasa lampau adalah memaksakan pemahaman tingkah laku individu hanya

berdasarkan pada hasil tes tunggal semata-mata, tanpa memahami secara

menyeluruh keadaan individu itu dalam batas-batas perkembangan

individualnya.

e. Ada dan dipergunakannya berbagai instrumen lainnya bukanlah syarat

mutlak bagi pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling. Tes dan

berbagai instrumen itu sekedar alat bantu. Seperti telah dikemukakan di atas

pemahaman tentang klien dan permasalahannya dapat dilaksanakan melalui

wawancara dan dialog mendalam. Oleh karena itu, kekurangan ataupun

ketiadaan instrumen hendaknya tidak merupakan penghambat bagi

Page 54: Jenis Dan Layanan Bimb. Konseling

pelaksanaan bimbingan dan konseling (lihat kembali “kesalahpahaman

tentang instrumentasi BK” pada Bab III).

1) Instrumen Tes

Secara umum kegunaan berbagai tes itu ialah membantu konselor

dalam :

a) Memperoleh dasar-dasar pertimbangan berkenaan dengan berbagai

masalah pada individu yang di tes, seperti masalah penyesuaian

dengan lingkungan, masalah prestasi atau hasil belajar, masalah

penempatan dan penyaluran;

b) Memahami sebab-sebab terjadinya masalah diri individu;

c) Mengenali individu (misalnya siswa di sekolah) yang memiliki

kemampuan yang sangat tinggi dan sangat rendah yang memerlukan

bantuan khusus;

d) Memperoleh gambaran tentang kecakapan, kemampuan, atau

keterampilan seseorang individu dalam bidang tertentu.

Berbagai hal yang diperoleh konselor dari hasil tes dipergunakan

konselor untuk menetapkan jenis layanan yang perlu diberikan kepada

individu yang dimaksudkan.

2) Instrumen Non-Tes

Instrumen non-tes meliputi berbagai prosedur, seperti

pengamatan, wawancara, catatan anekdot, angket, sosiometri, inventori

yang dibakukan. Agar diperoleh hasil yang terandalkan, pengamatan dan

wawancara dilakukan dengan mempergunakan pedoman pengamatan

atau pedoman wawancara. Catatan anekdot merupakan hasil pengamatan,

khususnya tentang tingkah laku yang tidak biasa atau khusus yang perlu

mendapatkan perhatian tersendiri. Angket dan daftar isian dipergunakan

untuk mengungkapkan berbagai hal, biasanya tentang diri individu, oleh

individu sendiri. Sosiometri untuk melihat dan memberikan gambaran

tentang pola hubungan sosial di antara individu-individu dalam

kelompok. Dengan sosiometri akan dapat dilihat individu-individu yang

Page 55: Jenis Dan Layanan Bimb. Konseling

populer, yang membentuk klik atau kelompok-kelompok tertentu, dan

mereka yang terpencil (terisolasi). Sedangkan melalui inventori yang

dibakukan akan dapat diungkapkan berbagai hal yang biasanya

merupakan pokok pembahasan dalam rangka pelayanan bimbingan dan

konseling secara lebih luas, seperti pengungkapan jenis-jenis masalah

yang dialami individu, sikap dan kebiasaan belajar siswa.

2. Penyelenggaraan Himpunan Data

Data yang perlu dikumpulkan, disusun dan dipelihara meliputi data

pribadi dan data umum. Data pribadi siswa di sekolah, misalnya meliputi

berbagai hal dalam pokok-pokok berikut :

a. Identitas pribadi

b. Latar belakang rumah tangga dan keluarga

c. Kemampuan mental, hasil belajar, nilai-nilai mata pelajaran

d. Hasil tes diagnostik

e. Sejarah kesehatan

f. Pengalaman ekstra kurikuler dan kegiatan di luar sekolah

g. Minat dan cita-cita pendidikan dan pekerjaan/jabatan

h. Prestasi khusus yang pernah diperoleh.

Beberapa hal perlu mendapatkan perhatian dalam rangka

penyelenggaraan himpunan data dan pemanfaatannya secara optimal.

a. Materi himpunan data yang baik (akurat dan lengkap) sangat berguna untuk

memberikan gambaran yang tepat tentang individu. Gambaran ini dapat

memberikan proyeksi untuk masa depan tentang individu yang bersangkutan.

b. Data tentang individu selalu bertambah, berubah, berkembang, dan dinamis.

Oleh karena itu data dalam kumpulan data harus selalu baru dengan

menambahkan data baru dan meninggalkan data lama yang sudah tidak

relevan lagi. Data lama yang sudah tidak ada sangkut-pautnya lagi dengan

kepentingan perkembangan kehidupan individu tidak perlu dipertahankan

atau terus disimpan mengingat bahwa kumpulan data itu diadakan untuk

Page 56: Jenis Dan Layanan Bimb. Konseling

kepentingan individu yang bersangkutan, bukan untuk kepentingan orang

lain. Kumpulan data untuk keperluan bimbingan dan konseling bukanlah

arsip ataupun dokumen yang sewaktu-waktu dapat dipakai untuk menjabat

atau mengetahui kekurangan-kekurangan yang bersangkutan, melainkan

sebaliknya, data yang dikumpulkan itu hendaknya mampu mendukung

program-program pengembangan dan pencapaian tujuan-tujuan individu

yang bersangkutan. Dalam kaitan itu, data yang bermakna ataupun

berdampak negatif atau merugikan terhadap individu yang bersangkutan

hendaknya tidak dijumpai dalam kumpulan data.

c. Data yang terkumpul disusun dalam format-format yang teratur rapi menurut

sistem tertentu. Data untuk masing-masing individu dipisahkan sepenuhnya.

Format dan sistem yang dipakai itu hendaknya memudahkan pemasukan data

baru dan penanggalan data lama, serta memudahkan pengambilan data

tertentu untuk dipergunakan dan pengembaliannya. Pemanfaatan komputer

akan sangat memudahkan penyelenggaraan himpunan data seperti itu.

d. Data dalam himpunan data itu pada dasarnya bersifat rahasia. Hanya orang-

orang tertentu saja yang dapat berhubungan dengan kumpulan data itu.

Konselor wajib menyimpan dana memelihara segenap data itu sehingga

kerahasiaan yang ada di dalamnya benar-benar terjamin. Orang-orang yang

hendak berhubungan dengan himpunan data itu (misalnya guru) harus

melalui konselor dengan jaminan bahwa kerahasiaan data itu tetap terjaga.

e. Mengingat bahwa data yang dikumpulkan cukup banyak, harus pula

ditambah dan dikurangi sesuai dengan perkembangan, lagi pula pengeluaran

data (untuk dipakai) dan pemasukannya kembali memakan waktu yang cukup

banyak, konselor sering terjebak oleh pekerjaan rutin penyelenggaraan

himpunan data itu. Bahkan mungkin masih ada konselor sekolah yang

menganggap bahwa penyelenggaraan himpunan data itu merupakan tugas

yang paling utama bagi konselor di sekolah. Pandangan seperti itu

merupakan kesalahan mendasar. Tugas utama konselor adalah membuerkan

berbagai layanan, yaitu layanan orientasi dan informasi, penempatan dan

Page 57: Jenis Dan Layanan Bimb. Konseling

penyaluran, bimbingan belajar, konselor perorangan, serta bimbingan dan

konseling kelompok. Kegiatan yang menyangkut himpunan data hanyalah

sebagai penunjang belaka. Sangat diharapkan agar kegiatan penunjang itu

tidak mengalahkan penyelenggaraan tugas utama konselor di sekolah.

Data tentang berbagai aspek perkembangan dan kehidupan sejumlah

siswa atau individu di luar sekolah dapat disebut data kelompok, misalnya

gambaran umum tentang cita-cita pendidikan dan jabatan, masalah-masalah yang

dialami, penyebaran prestasi belajar, sikap dan kebiasaan belajar, hubungan

sosial antar anggota kelompok. Data ini bersifat umum juga, dalam arti bahwa

dapat diketahui oleh pihak-pihak lain, asalkan tidak disebutkan nama atau

identitas dari seseorang yang datanya ada di dalam kumpulan data itu. data

kelompok dapat dipergunakan untuk layanan tertentu, seperti layanan bimbingan

belajar, bimbingan kelompok, konseling kelompok, dengan catatan, kerahasiaan

setiap pribadi yang ada dalam data kelompok itu tetap terjaga dengan sebaik-

baiknya.

3. Kegiatan Khusus

Masih ada beberapa kegiatan khusus yang memerlukan perhatian

konselor, khusus konselor yang bekerja di sekolah, untuk dapat diselenggarakan

dengan baik. Di sini hanya akan disinggung tiga kegiatan, yaitu konperensi

kasus; bimbingan ke rumah siswa, dan alih tangan klien.

a. Konferensi Kasus

Konferensi kasus diselenggarakan untuk membicarakan suatu kasus.

Di sekolah, konferensi kasus biasanya diselenggarakan untuk membantu

permasalahan yang dialami oleh seorang siswa. Tujuan konferensi kasus

ialah untuk :

1) Diperolehnya gambaran yang lebih jelas, mendalam dan menyeluruh

tentang permasalahan siswa. Gambaran yang diperoleh itu lengkap

dengan saling sangkut paut data atau keterangan yang satu dengan yang

lain.

Page 58: Jenis Dan Layanan Bimb. Konseling

2) Terkomunikasinya sejumlah aspek permasalahan kepada pihak-pihak

yang berkepentingan dan yang bersangkutan, sehingga penanganan

masalah itu menjadi lebih mudah dan tuntas.

3) Terkoordinasinya penanganan masalah yang dimaksud sehingga upaya

penanganan itu lebih efektif dan efisien.

Dalam penstrukturan itu konselor perlu membangun persepsi dan

tujuan bersama dengan pertemuan itu dengan arahan sebagai berikut :

1) Tidak menekankan pada nama dan identitas siswa yang permasalahannya

dibicarakan.

2) Tujuan pertemuan pada umumnya, dan semua pembicaraan pada

khususnya ialah semata-mata untuk kepentingan perkembangan dan

kehidupan klien; semua isi pembicaraan ialah untuk kebahagiaan klien.

3) Semua pembicaraan dilakukan secara terbuka, tetapi tidak membicarakan

hal-hal yang negatif tentang diri siswa yang bersangkutan. Permasalahan

siswa disoroti secara objektif dan tidak ditafsirkan secara negatif atau

mengarah kepada hal-hal yang merugikan siswa.

4) Penafsiran data dan rencana-rencana kegiatan dilakukan secara nasional,

sistematik, dan ilmiah.

5) Semua pihak berpegang teguh pada asas kerahasiaan. Semua isi

pembicaraan terbatas hanya untuk keperluan pada saat pertemuan itu saja,

dan tidak boleh dibawa keluar.

b. Kunjungan Rumah

Kegiatan kunjungan rumah, dan juga pemanggilan orang tua ke

sekolah, setidak-tidaknya memiliki tiga tujuan utama, yaitu :

1) Memperoleh data tambahan tentang permasalahan siswa, khususnya yang

bersangkut paut dengan keadaan rumah/orang tua,

2) Menyampaikan kepada orang tua tentang permasalahan anaknya,

3) Membangun komitmen orang tua terhadap penanganan masalah anaknya.

Page 59: Jenis Dan Layanan Bimb. Konseling

Ketiga tujuan itu sering kali tampil sekaligus pada waktu kunjungan

rumah atau pemanggilan orang tua ke sekolah; namun demikian, dapat pula

terjadi ketiganya direncanakan secara bertahap sesuai dengan tahap-tahap

penanganan masalah. Untuk menyampaikan tujuan yang mana pun, sebagian

atau bertahap, dalam kunjungan rumah konselor terlebih dahulu :

1) Menyampaikan perlunya kunjungan rumah kepada siswa yang

bersangkutan. Siswa perlu memahami perlunya dan kegunaan kunjungan

itu berkenaan dengan penanganan masalahnya. Kunjungan rumah tidak

dapat dilakukan sebelum siswa memahami kegunaannya itu, dan

mempersilahkannya.

2) Menyusun rencana dan agenda yang konkrit dan menyampaikannya

kepada orang tua yang akan dikunjungi itu. Kunjungan rumah tidak dapat

dilakukan sebelum orang tua mengizinkannya.

c. Alih Tangan

Kegiatan alih tangan meliputi dua jalur, yaitu jalur kepada konselor

dan jalur dari konselor. Jalur kepada konselor, dalam arti konselor menerima

“kiriman” klien dari pihak-pihak lain, seperti orang tua, kepala sekolah, guru,

pihak atau ahli lain (misalnya dokter, psikiater, psikolog, kepala suatu kantor

atau perusahaan). Sedangkan jalur dari konselor, dalam arti konselor

“mengirimkan” klien yang belum tuntas ditangani kepada ahli-ahli lain,

seperti konselor yang lebih senior, konselor yang membidangi spesialisasi

tertentu, ahli-ahli lain (misalnya guru bidang studi, psikolog, psikiater,

dokter). Konselor menerima klien dari pihak lain dengan harapan klien itu

dapat ditangani sesuai dengan permasalahan klien yang belum atau tidak

tuntas ditangani oleh pihak lain itu; atau permasalahan klien itu tidak sesuai

dengan bidang keahlian pihak yang mengirimkan klien itu. Di sisi lain,

konselor mengalihtangankan klien kepada pihak lain apabila masalah yang

dihadapi klien memang di luar kewenangan konselor untuk menanganinya,

Page 60: Jenis Dan Layanan Bimb. Konseling

atau setelah konselor berusaha sekuat tenaga memberikan bantuan, namun

permasalahan klien belum berhasil ditangani secara tuntas.

Dalam kaitan itu, Cornier & Bernard (1982) mengemukakan beberapa

praktek yang salah yang hendaknya tidak dilakukan konselor dalam kegiatan

alih tangan, yaitu :

1) Klien tidak diberi alternatif pilihan kepada ahli mana ia akan dialih-

tangankan.

2) Konselor mengalihtangankan klien kepada pihak yang keahliannya

diragukan, atau kepada ahli yang reputasinya kurang dikenal.

3) Konselor membicarakan permasalahan klien kepada calon ahli tempat

alih tangan tanpa persetujuan klien.

4) Konselor menyebutkan nama klien kepada calon ahli tempat alih tangan.

Pelayanan bimbingan dan konseling meliputi berbagai layanan dan

kegiatan penunjang yang semua itu hendaknya dilakukan konselor,

khususnya konselor yang bekerja pada lembaga tertentu (misalnya sekolah)

dengan sejumlah warga lembaga yang menjadi tanggung jawab penuh

konselor sebagai sasaran layanan. Layanan orientasi mengacu pada

diperkenalkannya individu atau klien kepada lingkungan yang baru

dimasukinya. Dengan program orientasi itu proses penyesuaian diri individu

kepada lingkungan biasanya akan lebih cepat sehingga ia dapat menjalani

perkembangan dan kehidupannya di lingkungan yang baru itu secara optimal.

Layanan informasi amat dibutuhkan oleh individu-individu yang

perlu mempertimbangkan dan hendaknya mengambil keputusan tentang

sesuatu (misalnya pilihan sekolah lanjutan), tetapi belum memiliki

pemahaman yang cukup tentang berbagai hal berkenaan dengan apa yang

hendak diputuskan itu. secara garis besar diketahui adanya informasi

pendidikan, informasi jabatan/pekerjaan, dan informasi sosial-budaya.

Berbagai informasi itu diperlukan oleh individu-individu, baik di sekolah

maupun di luar sekolah. Metode layanan informasi yang lazim dipakai ialah

ceramah, diskusi, karyawisata, buku panduan, dan konferensi karier.

Page 61: Jenis Dan Layanan Bimb. Konseling

Pada siswa yang mengalami masalah belajar, seperti keterlambatan

akademik, ketercepatan belajar, sangat lambat belajar, kurang motivasi

belajar, serta bersikap dan berkebiasaan belajar buruk dalam belajar

memerlukan bimbingan belajar. Masalah-masalah belajar itu dapat

diidentifikasi, melalui sejumlah cara, yaitu melalui pengadministrasian tes

hasil belajar, tes kemampuan dasar, tes diagnostik, analisis hasil belajar atau

karya, dan pengungkapan sikap dan kebiasaan belajar. Upaya penanganan

masalah belajar itu dilakukan melalui sejumlah layanan, antara lain

pengajaran perbaikan, kegiatan pengayaan, peningkatan motivasi, sikap dan

kebiasaan belajar. Semua layanan itu sangat memerlukan kerja sama antara

konselor, guru dan personel sekolah lainnya.

Konseling program merupakan layanan yang amat khas, yaitu

komunikasi langsung tatap muka antara klien dan konselor. Layanan khas ini

sering dianggap sebagai “jantung hatinya” pelayanan bimbingan dan

konseling secara keseluruhan. Apabila “jantung hati” itu telah dikuasai, maka

layanan-layanan lainnya akan mengikut. Layanan konseling perorangan juga

diberi sifat “resmi” dalam arti bahwa layanan itu merupakan usaha yang

disengaja dengan niat yang mantap, memiliki tujuan yang tidak bisa lain

kecuali untuk kepentingan dan kebahagiaan klien, dilaksanakan dalam format

tertentu, dengan mempergunakan metode yang terukur dan teruji, serta

hasilnya dievaluasi dan ditindaklanjuti. Dalam sifatnya yang “resmi” itu

layanan konseling berupa mengentaskan masalah klien melalui sejumlah

langkah umum, yaitu pengenalan/pemahaman masalah klien, analisis sebab-

sebab timbulnya masalah, aplikasi metode khusus pengentasan, evaluasi dan

tindak lanjut. Langkah-langkah umum tersebut diwarnai oleh lima tahap

keefektifan konseling. Para konselor yang menyelenggarakan layanan

konseling perorangan yang unik itu biasanya mendasarkan pelaksanaan

layanan pada pendekatan ataupun teori konseling tertentu. Secara garis besar

pada umumnya dikenal tiga pendekatan, yaitu pendekatan konseling direktif,

non-direktif, dan elektrik. Konselor dapat menganut salah satu pendekatan

Page 62: Jenis Dan Layanan Bimb. Konseling

itu, namun agaknya pendekatan elektrik lebih banyak pengaruhnya. Layanan

konseling itu dapat diselenggarakan di segenap lingkungan kerja yang

berbeda, di sekolah dasar, sekolah menengah, perguruan tinggi, dan di

masyarakat pada umumnya.

Layanan bimbingan dan konseling kelompok memberikan

kekhususan tersendiri terhadap pelayanan bimbingan dan konseling secara

keseluruhan. Layanan kelompok itu memiliki beberapa keunggulan, yang

paling pokok ialah bahwa ia lebih efisien, lebih ekonomis. Dinamika

interaksi sosial yang terjadi di dalam kelompok memberikan warna khas yang

tidak dapat terjadi pada konseling perorangan misalnya, dan kekhasan ini

memberikan keunggulan yang lain. Interaksi sosial itu memungkinkan

terjadinya suasana bimbingan yang nyata (yang terjadi sehari-hari) di dalam

kelompok. Kekhususan out pula yang merupakan media tersedia bagi upaya

pengentasan masalah klien melalui konseling kelompok. Di samping itu,

konseling kelompok di satu sisi dapat menjadi lahan penjajagan bagi

pelaksanaan konseling perorangan untuk klien tertentu, dan di sisi lain

menjadi lahan latihan pengembangan keterampilan berkomunikasi dan

berinteraksi sosial bagi klien yang oleh konseling perorangan disarankan

untuk melakukan latihan yang dimaksudkan itu. Begitu menonjolkan

keunggulan yang dapat ditampilkan oleh layanan konseling kelompok,

sampai-sampai diramalkan bahwa pada tahun 2000 nanti seluruh pelayanan

bimbingan dan konseling didominasi oleh layanan konseling kelompok.

Pelaksanaan berbagai layanan tersebut perlu ditunjang oleh sejumlah

kegiatan. Instrumentasi bimbingan dan konseling dengan mempergunakan

berbagai teknik tes dan non-teknis perlu dikembangkan oleh konselor.

Penggunaan setiap instrumen hendaknya disertai pertimbangan yang matang,

kemampuan dan ketepatan pengadministrasian/pengolahan dan penafsiran,

serta tanggung jawab yang tinggi. Pemakaian berbagai instrumen itu,

ditambah dengan penyelenggaraan sejumlah prosedur lainnya (antara lain

pengamatan, wawancara dan pengumpulan bahan akan menghasilkan

Page 63: Jenis Dan Layanan Bimb. Konseling

berbagai data, baik data pribadi, data umum, maupun data kelompok. Data

pribadi disimpan secara khusus dalam bentuk himpunan data. Sedangkan data

umum dan data kelompok dikumpulkan dalam kemasan tersendiri. Semua

data itu, sesuai dengan relevansinya masing-masing, dipergunakan untuk

menunjang sikap jenis layanan yang disebut di atas.

Kegiatan penunjang lain yang cukup penting adalah konferensi kasus,

kunjungan ke rumah, dan penyelenggaraan alih tangan. Masing-masing

kegiatan tersebut memiliki tujuan dan pola-pola pelaksanaannya sendiri yang

kesemuanya tidak lain untuk meningkatkan penyelenggaraan dan

keberhasilan segenap fungsi pelayanan bimbingan dan konseling.