JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan...

81
JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM FRAKSI-FRAKSI DPR RI TERHADAP RUU TENTANG APBN 2015 BESERTA NOTA KEUANGANNYA Rapat Paripurna DPR RI, 21 Agustus 2014 REPUBLIK INDONESIA

Transcript of JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan...

Page 1: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

JAWABAN PEMERINTAH

ATAS

PEMANDANGAN UMUM FRAKSI-FRAKSI DPR RI

TERHADAP

RUU TENTANG APBN 2015 BESERTA

NOTA KEUANGANNYA

Rapat Paripurna DPR RI, 21 Agustus 2014

REPUBLIK INDONESIA

Page 2: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

1

Saudara Ketua dan Para Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Indonesia yang terhormat,

Hadirin yang berbahagia,

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Salam sejahtera bagi kita semua,

Pertama-tama, marilah kita memanjatkan puji dan syukur kepada sang

pencipta, karena atas limpahan rahmat dan karunia Allah S.W.T, Tuhan Yang

Maha Esa, kita diberikan kesehatan dan kekuatan untuk dapat melaksanakan

tugas kenegaraan dalam rangka tanggapan Pemerintah terhadap pemandangan

umum fraksi-fraksi atas RUU APBN 2015 beserta Nota Keuangannya.

Selanjutnya, perkenankanlah kami, atas nama Pemerintah, menyampaikan

terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua fraksi di

DPR RI atas seluruh pandangan dan masukan terhadap berbagai substansi yang

tertuang dalam RUU tentang APBN Tahun 2015 beserta Nota Keuangannya, yang

telah disampaikan oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 15 Agustus

2014 yang lalu. Semua itu, tentunya menjadi masukan bagi Pemerintah, serta

menjadi bahan dalam proses pembahasan lebih lanjut mengenai RUU tentang

APBN Tahun 2015.

Saudara Ketua dan Para Anggota Dewan yang terhormat,

Dapat kami sampaikan bahwa, seperti dilakukan dalam proses transisi

pemerintahan pada periode sebelumnya, RAPBN tahun 2015 yang disusun oleh

Pemerintah sekarang masih bersifat baseline, yang substansi utamanya diarahkan

untuk mempertahankan pemenuhan kebutuhan pokok penyelenggaraan

pemerintahan dan kesinambungan program pembangunan nasional. Hal ini

disebabkan oleh Nota Keuangan dan RAPBN tahun 2015 disusun oleh

pemerintahan yang mengemban amanah sampai dengan Oktober 2014, agar roda

pemerintahan dan pembangunan dapat stabil berjalan di awal Pemerintah baru

hasil Pemilu tahun 2014. Selain itu, baseline budget juga didasarkan pada

penyusunan besaran pendapatan dan belanja negara, serta pembiayaan anggaran

yang tidak banyak mengalami perubahan kebijakan, guna memberikan ruang

gerak pada pemerintah baru untuk menambahkan insiatif atau kebijakan baru

yang sejalan dengan rencana kerja yang akan dilakukan dalam lima tahun ke

depan.

Harus diakui bahwa, tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan fiskal

saat ini dan ke depan adalah ruang gerak fiskal (fiscal space) yang belum

memadai, karena harus diutamakan belanja yang wajib disediakan oleh

Page 3: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

2

Pemerintah sesuai dengan amanat konstitusi dan kebijakan, seperti subsidi,

bunga utang, belanja pegawai, dan transfer ke daerah. Di samping itu, dalam

RAPBN tahun 2015 ini juga, Pemerintah harus mulai memenuhi alokasi dana desa

secara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan.

Dengan posisi baseline budget tersebut, maka menurut kami, Pemerintah

baru hasil Pemilu tahun 2014 mempunyai ruang gerak dan inisiatif yang lebih

banyak untuk melakukan perubahan terhadap hasil penetapan RAPBN 2015 pada

periode sekarang. Insiatif dan kebijakan baru dapat sepenuhnya dilakukan oleh

Pemerintah baru pada awal tahun 2015, baik penyesuaian besaran-besaran dalam

APBN 2015, maupun penambahan program-program baru yang menjadi visi-misi

Presiden dan Wakil Presiden terpilih.

Dengan mengambil ruang gerak dan insiatif yang lebih luas pada awal

tahun 2015, Pemerintah baru dapat mulai memasukkan program-program baru

visi-misi Presiden dan Wakil Presiden tepilih yang akan dituangkan dalam

RPJMN 2015-2019, serta diimplementasikan dalam perubahan APBN tahun 2015,

yang dapat dilakukan sejak awal tahun 2015. Dengan strategi tersebut, kami yakin

langkah tersebut akan lebih efektif, dan Pemerintah sekarang dapat

mengantarkan proses transisi kepemerintahan menjadi lebih seimbang dan nyata.

Sejalan dengan Rencana Pembangunan jangka Panjang, RAPBN tahun

2015 disusun dengan mengacu pada RKP tahun 2015 yang disusun berdasarkan

tema “Melanjutkan Reformasi Pembangunan bagi Percepatan

Pembangunan Ekonomi yang Berkeadilan”.

Indikator ekonomi makro tahun 2015 yang dipakai sebagai dasar

penyusunan RAPBN tahun 2015 diperhitungkan dengan outlook ekonomi tahun

2014 serta proyeksi kondisi perekonomian di tahun 2015. Menurut kami, langkah-

langkah kebijakan dan inisiatif baru yang dilakukan diakhir tahun 2014 serta awal

tahun 2015 akan dapat merubah proyeksi indikator ekonomi makro yang akan

ditetapkan dalam APBN Tahun 2015.

Demikian juga sasaran target pendapatan Negara, alokasi belanja Negara,

serta Defisit APBN Tahun 2015 dimungkinkan untuk dilakukan perubahan di awal

tahun 2015 sehingga menampung langkah kebijakan Pemerintahan ke depan.

Dalam proposal RAPBN tahun 2015, Pemerintah telah menyampaikan

target pendapatan Negara, baik dari Perpajakan maupun bukan pajak secara lebih

realistis dengan ditopang langkah-langkah kebijakan pendukungnya. Di sisi

Perpajakan, penggalian potensi perpajakan terus dilakukan, terutama dari sektor-

sektor yang strategis dan bernilai ekonomi, sejalan dengan langkah ekstensifikasi

dan intensifikasi perpajakan. Perbaikan-perbaikan administrasi perpajakan juga

terus dilakukan, dengan didukung penambahan sumber daya manusia yang

berkualitas. Di bidang PNBP, optimalisasi PNBP dari Sumber Daya Alam terus

Page 4: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

3

dilakukan dengan tetap menjaga ketahanan SDA untuk generasi mendatang.

Perbaikan regulasi juga dilakukan di bidang PNBP, baik Undang-undang maupun

peraturan di bawahnya yang ditujukan untuk memperbaiki pengelolaan PNBP

serta meningkatkan sumber penerimaan ke depan.

Di bidang belanja Negara, dalam RAPBN tahun 2015 dijaga untuk dapat

mempertahankan program-program pembangunan yang sudah berjalan dengan

baik, kelancaran kegiatan pemerintahan, serta kesinambungan perimbangan

keuangan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Namun seperti

yang kami sampaikan di atas, kami menilai masih terbuka ruang gerak yang dapat

diambil pemerintah baru pada awal tahun 2015 untuk melakukan perubahan dan

tambahan kebijakan dan alokasi anggaran baru, baik melalui belanja pemerintah

pusat maupun transfer ke daerah.

Saudara Ketua dan Para Anggota Dewan yang terhormat,

Kini, perkenankanlah kami menyampaikan tanggapan sebagian terhadap

berbagai hal yang telah disampaikan oleh para juru bicara masing-masing fraksi

dalam Dewan Perwakilan Rakyat, yaitu anggota yang terhormat Sdr. H.

Heriyanto, SE, M.M mewakili Fraksi Partai Demokrat; Sdr. Drs. Roem

Kono mewakili Fraksi Partai Golongan Karya; Sdr. Sayed Muhammad

Muliady, SH mewakili Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan;

Sdr. Ir. H. Yudi Widiana Adia, M.Si mewakili Fraksi Partai Keadilan

Sejahtera; Sdr. Ir. A. Riski Sadig mewakili Fraksi Partai Amanat

Nasional; Sdr. Capt. H. Epyardi Asda, M.Mar mewakili Fraksi Partai

Persatuan Pembangunan; Sdri. Hj. Chusnunia Chalim, M.Si mewakili

Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa; Sdr. Ir. Sadar Subagyo mewakili

Fraksi Partai Gerakan Indonesia Raya; dan Sdr. Ir. Nurdin

Tampubolon mewakili Partai Hati Nurani Rakyat.

Perlu kami sampaikan bahwa tanggapan lengkap Pemerintah terhadap

Pemandangan Umum DPR-RI akan kami sampaikan dalam lampiran, yang

merupakan bagian tidak terpisahkan dari tanggapan yang kami sampaikan ini.

Saudara Ketua dan Para Anggota Dewan yang terhormat

Menjawab pertanyaan dari Fraksi Partai Golkar, Fraksi Partai

Demokrasi Indonesia Perjuangan, Fraksi Partai Keadilan Sejahtera,

Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa, dan Fraksi Partai Gerindra, terkait

pertumbuhan ekonomi tahun 2015, kiranya dapat dijelaskan sebagai berikut.

Pemerintah perlu menjaga laju pertumbuhan ekonomi pada batas-batas yang

tidak menimbulkan tekanan yang mengancam stabilitas ekonomi. Dengan

demikian, pertumbuhan 5,6 persen merupakan tingkat pertumbuhan yang cukup

realistis dan konservatif dengan memperhatikan berbagai faktor yang ada, baik

Page 5: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

4

eksternal maupun internal serta dalam rangka menjaga stabilitas ekonomi sebagai

landasan yang solid bagi terciptanya pertumbuhan yang berkelanjutan.

Dari sisi eksternal, berdasarkan World Economic Outlook 2014, kinerja

ekonomi global memang diperkirakan mengalami perbaikan, khususnya di

negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan sejumlah negara di Eropa.

Namun, masih terdapat risiko yang perlu diwaspadai, yaitu: (1) terkait kinerja

ekonomi Tiongkok sebagai salah satu mitra dagang terbesar Indonesia, yang

selanjutnya akan berpotensi menjadi kendala dalam mendorong laju

pertumbuhan ekspor Indonesia ke tingkat yang lebih tinggi; (2) perkembangan

harga komoditas internasional yang cukup fluktuatif dengan tren yang masih

menunjukkan pelemahan; (3) implikasi berlanjutnya normalisasi kebijakan

moneter di Amerika Serikat seiring dengan penguatan kinerja perekonomiannya;

Dari sisi internal, kebijakan menjaga stabilitas ekonomi domestik saat ini

menjadi fokus dari kebijakan ekonomi makro, khususnya dalam rangka

memperbaiki posisi keseimbangan eksternal Indonesia, yakni neraca transaksi

berjalan yang mengalami defisit dalam beberapa tahun terakhir yang imbasnya

juga pada pergerakan nilai tukar Rupiah. Oleh karena itu, stance kebijakan makro

Indonesia baik fiskal maupun moneter cenderung lebih konservatif dan berhati-

hati (prudent). Stabilitas ekonomi mutlak perlu dijaga, mengingat hal tersebut

akan memberikan landasan yang solid serta menjadi prasyarat (necessary

condition) bagi pertumbuhan yang berimbang dan berkelanjutan (balanced and

sustainable growth).

Saudara Ketua dan Para Anggota Dewan yang terhormat

Menanggapi pernyataan dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa,

Fraksi Partai Keadilan Sejahtera, dan Fraksi Partai Persatuan

Pembangunan mengenai tax ratio Indonesia yang masih belum optimal,

sehingga diharapkan dapat ditingkatkan pada level 13-16 persen, dapat kami

sampaikan penjelasan sebagai berikut.

Pemerintah menyadari bahwa potensi penerimaan perpajakan di Indonesia

masih cukup besar. Untuk itu Pemerintah sependapat dengan anggota Dewan

Yang Terhormat untuk melakukan upaya-upaya optimalisasi penerimaan

perpajakan yang dapat mendorong meningkatnya tax ratio Indonesia. Dari tahun

ke tahun, Pemerintah terus berupaya untuk mengoptimalkan penerimaan

perpajakan dengan melakukan berbagai kebijakan, terutama melalui perluasan

basis pajak dan perbaikan administrasi perpajakan.

Sementara itu, terkait dengan besaran tax ratio sebesar 12,32 persen yang

diajukan Pemerintah dalam RAPBN Tahun 2015, kami berpendapat bahwa

penyusunan angka tersebut telah mempertimbangkan dengan kemampuan dan

kondisi perekonomian Indonesia saat ini. Dengan mempertimbangkan adanya

Page 6: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

5

tekanan yang cukup kuat pada sektor-sektor tertentu pada tahun 2015, kami

berpendapat bahwa target penerimaan perpajakan pada tahun 2015 dirasa sudah

cukup optimal. Ke depan, Pemerintah akan tetap berupaya untuk meningkatkan

penerimaan perpajakan sehingga angka tax ratio dapat ditingkatkan secara

berkesinambungan.

Saudara Ketua dan Para Anggota Dewan yang terhormat

Menjawab pertanyaan dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia

Perjuangan, Fraksi Gerindra, dan Fraksi Partai Persatuan

Pembangunan mengenai pemenuhan anggaran kesehatan sebesar minimal 5

persen dari APBN di luar gaji, dapat dijelaskan bahwa Pemerintah terus berupaya

untuk meningkatkan anggaran kesehatan dan terus meningkatkan efektivitas

penggunaan anggaran secara lebih fokus dan tepat sasaran. Jumlah anggaran

kesehatan dalam RAPBN tahun 2015 adalah sebesar Rp68,1 triliun, yang tidak

hanya dialokasikan melalui Kementerian Kesehatan, namun juga pada kegiatan

lain di bidang kesehatan, diantaranya Badan Pengawas Obat dan Makanan, Badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Askes PNS dan tunjangan

kesehatan Veteran, serta DAK.

Pemanfaatan anggaran kesehatan tersebut digunakan untuk mendorong

upaya optimalisasi pembangunan kesehatan dalam mencapai target-target yang

ditetapkan, serta meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat melalui

pendekatan preventif dan kuratif. Sementara itu, Pemerintah akan melanjutkan

dan meningkatkan kualitas pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

Kesehatan, termasuk kewajiban terhadap penerima bantuan iuran Jaminan

Kesehatan Nasional.

Saudara Ketua dan Para Anggota Dewan yang terhormat

Menanggapi pandangan Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan

Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) agar kebijakan anggaran

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) mendapatkan prioritas yang tinggi, besaran

iuran PBI agar perlu dikaji ulang agar layak dan memadai, serta persiapan

beroperasinya BPJS Ketenagakerjaan dapat kami sampaikan hal-hal sebagai

berikut.

Pemerintah menyadari dan berkomitmen untuk terus meningkatkan

kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat, terutama untuk masyarakat

miskin dan tidak mampu melalui program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004

tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional dan Undang-Undang Nomor 24 Tahun

2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Berbagai upaya yang telah dan

akan terus dilakukan pemerintah diantaranya adalah dengan meningkatkan

jumlah fasilitas layanan kesehatan untuk peserta PBI dengan menambah jumlah

Page 7: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

6

Puskesmas dan ruang rawat inap kelas III di rumah sakit-rumah sakit

pemerintah, termasuk di daerah perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar yang

berpenduduk, serta memperluas jaringan pelayanan kesehatan JKN dengan

rumah sakit-rumah sakit swasta. Hal ini perlu dilakukan agar ketersediaan

fasilitas kesehatan untuk pelayanan kesehatan kepada masyarakat miskin dan

tidak mampu tersebut dapat mencukupi.

Selanjutnya, terkait dengan besaran premi PBI JKN, Pemerintah juga tetap

memperhatikan kesesuaian antara anggaran yang disediakan dengan layanan

yang diberikan. Dalam RAPBN 2015, alokasi anggaran untuk PBI JKN sebesar

Rp19,9 triliun bagi 86,4 juta jiwa PBI peserta JKN cukup memadai dengan

mempertimbangkan pengaruhnya terhadap ketahanan fiskal, khususnya untuk

RAPBN tahun 2015 dan keseimbangan dengan besaran iuran jaminan kesehatan

bagi non PBI agar tidak menjadi masalah sosial dalam penerapannya.

Berdasarkan hal tersebut, Pemerintah tidak menutup kemungkinan untuk

melakukan penyesuaian anggaran PBI tersebut apabila alokasi anggaran yang

disediakan dipandang masih belum memadai untuk pemberian pelayanan

kesehatan yang optimal. Namun demikian, penyesuaian besaran premi PBI harus

dilakukan setelah dilakukan evaluasi secara menyeluruh.

Selanjutnya, terkait dengan mulai beroperasinya BPJS ketenagakerjaan

pada bulan Juli tahun 2015 dapat pula kami sampaikan penjelasan sebagai

berikut.

Pada tanggal 1 Juli 2015 BPJS Ketenagakerjaan akan menyelenggarakan 4

program, yaitu: (1) jaminan kecelakaan kerja (JKK); (2) jaminan hari tua (JHT);

(3) jaminan pensiun (JP); dan (4) jaminan kematian (JKM) yang dulunya

diselenggarakan oleh PT Jamsostek. Saat ini, PT Jamsostek telah berubah

menjadi BPJS Ketenagakerjaan dan PT Jamsostek telah dinyatakan bubar tanpa

likuidasi. Semua aset dan liabilitas serta hak dan kewajiban hukum PT Jamsostek

menjadi aset dan liabilitas serta hak dan kewajiban hukum BPJS

Ketenagakerjaan, serta semua pegawainya menjadi pegawai BPJS

Ketenagakerjaan. Keempat program tersebut akan diselenggarakan bagi seluruh

pekerja, yang dilaksanakan secara bertahap.

Saudara Ketua dan Para Anggota Dewan yang terhormat

Mengenai strategi dan kebijakan pelaksanaan anggaran, Pemerintah

sependapat dengan Fraksi Partai Demokrat dan Fraksi Partai Persatuan

Pembangunan, bahwa kebijakan yang bersifat ekspansif harus diimbangi

dengan optimalisasi penyerapan anggaran, sehingga memberikan dampak

multiplier yang tinggi bagi perekonomian nasional. Permasalahan penyerapan ini

juga disampaikan Fraksi PAN dan Fraksi PKB. Pemerintah sepenuhnya

menyadari permasalahan penyerapan anggaran yang belum optimal dan pola

penyerapan yang cenderung tinggi di akhir tahun, menyebabkan efektivitas dan

Page 8: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

7

daya dorong belanja dalam APBN terhadap perekonomian menjadi tidak

maksimal. Sebagaimana kita ketahui bersama, selama ini kebijakan belanja

ekspansif telah dilakukan dalam batas-batas yang aman, termasuk di tahun 2015

dengan defisit anggaran direncanakan sebesar 2,32 persen dari PDB. Di sisi lain,

realisasi penyerapan anggaran belanja Pemerintah Pusat dalam tiga tahun

terakhir relatif berfluktuasi, berkisar 95 persen hingga 97,3 persen terhadap pagu

di APBNP.

Permasalahan penyerapan anggaran disebabkan oleh berbagai aspek, baik

struktural, institusional, maupun kultural, dimana upaya percepatannya perlu

dibarengi dengan perbaikan tata kelola belanja negara. Untuk itu, masalah-

masalah penyerapan anggaran tersebut telah secara bertahap diatasi antara lain

melalui perbaikan: (1) aspek regulasi di bidang pelaksanaan anggaran, agar

tercipta penyerapan anggaran yang optimal dan tidak cenderung menumpuk di

akhir tahun; (2) aspek kelembagaan, melalui pembinaan, sosialisasi dan

bimbingan atas tata cara pengelolaan keuangan kepada seluruh satker di lingkup

K/L; dan (3) aspek inovasi, terkait perbaikan kualitas belanja melalui inisiatif

spending review, dimana fokus belanja diarahkan pada pengukuran-pengukuran

efisiensi dan efektivitas belanja yang dilakukan oleh masing-masing satker.

Selain itu, untuk mengoptimalkan tingkat realisasi penyerapan anggaran

pada K/L, Pemerintah telah dan akan mengambil beberapa langkah strategis, baik

melalui pendekatan fleksibilitas dalam pelaksanaan anggaran maupun melalui

upaya mengurangi jalur birokrasi. Langkah-langkah yang telah dan akan

ditempuh tersebut, di antaranya adalah dengan (a) membentuk Tim Evaluasi dan

Pengawasan Penyerapan Anggaran (TEPPA); (b) mengupayakan percepatan

implementasi Undang-Undang Nomor 2 tahun 2012 tentang pengadaan tanah

bagi pembangunan untuk kepentingan umum; dan (c) melaksanakan reward and

punishment melalui pemberian penghargaan bagi K/L yang dapat

mengoptimalkan anggarannya, dan pemotongan anggaran bagi K/L yang kinerja

anggarannya tidak tercapai dengan alasan yang bisa dipertanggungjawabkan.

Melalui upaya-upaya tersebut, diharapkan dampak APBN terhadap

perekonomian khususnya sektor riil dapat dirasakan, sehingga fungsi APBN

khususnya belanja Negara bukan hanya tercermin dalam fungsi alokasi namun

juga fungsi stabilitasi dan distribusi. Terkait dengan penurunan tingkat

kemiskinan, fungsi distribusi belanja terus ditingkatkan melalui perbaikan

kebijakan belanja yang difokuskan kepada masyarakat miskin seperti subsidi dan

bantuan sosial.

Saudara Ketua dan Para Anggota Dewan yang terhormat

Pemerintah sependapat dengan pandangan dari Fraksi PDI Perjuangan,

Fraksi Partai Golongan Karya, Fraksi Partai Keadilan Sejahtera dan

Page 9: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

8

Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa yang menghendaki agar subsidi yang

diberikan lebih tepat sasaran. Pada prinsipnya penyediaan anggaran subsidi

dalam RAPBN 2015 diarahkan untuk mempertahankan kesejahteraan rakyat,

meringankan beban masyarakat dalam memperoleh kebutuhan dasar dengan

menjaga stabilitas harga kebutuhan pokok, dan menjaga agar produsen mampu

menghasilkan produk kebutuhan masyarakat dengan harga yang terjangkau.

Sampai saat ini, Pemerintah masih konsisten untuk mengalokasikan subsidi,

khususnya untuk rakyat miskin dan petani yang memang layak dan tepat

menerimanya. Sejalan dengan itu, Pemerintah akan berupaya mengendalikan

subsidi secara bertahap, antara lain melalui penataan ulang sistem penyaluran

subsidi agar makin adil dan tepat sasaran melalui sistem seleksi yang ketat dan

basis data yang transparan.

Dalam rangka mengendalikan belanja subsidi energi, Pemerintah telah

mengupayakan dan menyempurnakan berbagai kebijakan khususnya yang terkait

dengan subsidi BBM dan subsidi listrik antara lain melalui: (i) penyesuaian harga

BBM bersubsidi; (ii) peningkatan pengendalian konsumsi BBM bersubsidi, antara

lain melalui pelarangan BBM bersubsidi untuk kendaraan dinas, sektor

perkebunan dan pertambangan; (iii) kebijakan pemanfaatan bahan bakar nabati

dan pemakaian bahan bakar gas untuk transportasi terus ditingkatkan baik dari

sisi regulasi maupun aspek teknis; (iv) peningkatan pengawasan penyaluran BBM

bersubsidi bekerjasama dengan pemerintah daerah dan aparat hukum yang

berwenang, serta penggunaan teknologi tertentu untuk meningkatkan

pengawasan penggunaan BBM bersubsidi; dan, (v) penghapusan subsidi listrik

untuk pelanggan pada berbagai kelompok tarif tertentu secara bertahap sehingga

lebih tepat sasaran.

Sementara itu, untuk subsidi non energi terdapat beberapa kebijakan yang

dilakukan antara lain: (i) subsidi pangan (subsidi raskin) ada pengaturan kembali

jumlah Rumah Tangga Sasaran (RTS) berdasarkan basis data terpadu yang

dikeluarkan oleh Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan

(TNP2K), (ii) subsidi pupuk dengan penyempurnaan Rencana Definitif

Kebutuhan Kelompok (RDKK), dan (iii) subsidi benih yang dialokasikan

berdasarkan Daftar Usulan Pembeli Benih Bersubsidi (DUPBB).

Saudara Ketua dan Para Anggota Dewan yang terhormat

Menjawab pertanyaan Fraksi Partai Keadilan Sejahtera, Fraksi

Kebangkitan Bangsa, dan Fraksi Partai Gerindra berkaitan dengan alokasi

Dana Desa yang belum memadai dan perlu ditingkatkan dalam RAPBN 2015.

Perkembangan desentralisasi fiskal yang dinamis telah menjadikan desa

menjadi berkembang dalam berbagai bentuk, sehingga perlu dilindungi dan

diberdayakan agar menjadi kuat, maju, mandiri, dan demokratis. Kondisi tersebut

Page 10: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

9

diharapkan dapat menciptakan landasan yang kuat dalam melaksanakan

pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang adil, makmur, dan

sejahtera. Atas dasar itu, pada tahun 2014 Pemerintah bersama-sama dengan

DPR telah menetapkan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. UU tersebut

antara lain ditujukan untuk meningkatkan pelayanan publik bagi warga

masyarakat desa guna mempercepat perwujudan kesejahteraan umum,

memajukan perekonomian masyarakat desa serta mengatasi kesenjangan

pembangunan nasional, dan memperkuat masyarakat desa sebagai subjek

pembangunan.

Sesuai ketentuan pasal 72 Undang-Undang No.6 Tahun 2014 Tentang

Desa, pendapatan desa yang bersumber dari alokasi APBN, atau Dana Desa,

bersumber dari belanja pusat dengan mengefektifkan program yang berbasis desa

secara merata dan berkeadilan. Besaran alokasi anggaran yang peruntukannya

langsung ke desa ditentukan 10 persen dari dan diluar dana transfer ke daerah (on

top) secara bertahap. Berkaitan dengan hal tersebut, Dana Desa yang mulai

dialokasikan dalam RAPBN tahun 2015 sebagai tahun pertama dan tahun transisi,

dilakukan selain dengan mempertimbangkan kemampuan APBN dan kemampuan

fiskal nasional, juga mempertimbangkan kesiapan kabupaten/kota dalam

melakukan pembinaan dan pengawasan, serta kesiapan desa dalam melaksanakan

penggunaan dana desa. Untuk itu, pada tahap awal. Dana Desa dialokasikan

sebesar Rp9,1 triliun, yang bersumber dari realokasi anggaran PNPM dari

beberapa kementerian negara/lembaga.

Pengalihan anggaran PNPM ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa

selama ini program tersebut cukup efektif untuk meningkatkan pembangunan

dan pemberdayaan masyarakat desa, dengan melibatkan masyarakat desa dalam

proses perencanaan dan pelaksanaan, serta didukung dengan pola pendampingan

teknis pelaksanaan kegiatan dari kementerian negara/lembaga teknis yang

terkait. Selain itu, dalam tahun 2015 juga diperlukan adanya dana pendukung

pada kementerian negara/lembaga teknis untuk melakukan pendampingan

kepada perangkat desa dalam melakukan perencanaan, penganggaran program

dan kegiatan, serta pengelolaan keuangan desa.

Selain Dana Desa yang bersumber dari APBN, setiap desa juga mendapat

alokasi dana yang bersumber dari APBD kabupaten/kota berupa: (a) Bagi hasil

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD) Kabupaten/Kota paling sedikit 10

persen; (b) Alokasi Dana Desa (ADD) paling sedikit 10 persen dari dana

perimbangan yang diterima kabupaten/kota setelah dikurangi Dana Alokasi

Khusus; dan (c) Bantuan keuangan dari APBD provinsi dan APBD

kabupaten/kota. Dapat kami sampaikan juga bahwa, pendapatan desa juga

bersumber dari: (a) pendapatan asli Desa terdiri atas hasil usaha, hasil aset,

swadaya dan partisipasi, gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli Desa; (b)

Page 11: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

10

hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga; dan (c) lain-lain

pendapatan Desa yang sah.

Dengan demikian, secara keseluruhan sumber dana yang tersedia untuk

desa baik dari APBN dan APBD, relatif memadai setiap tahunnya untuk

melaksanakan kewenangan desa.

Saudara Ketua dan Para Anggota Dewan yang terhormat

Terhadap pandangan Fraksi Partai Golongan Karya, Fraksi Partai

Demokrat, dan Fraksi Partai Keadilan Sejahtera mengenai kebijakan

defisit anggaran, dapat disampaikan tanggapan sebagai berikut.

Kebijakan defisit anggaran pada RAPBN tahun 2015 diarahkan untuk

memperkuat stimulus fiskal dalam rangka percepatan pertumbuhan ekonomi

yang berkelanjutan dan berkeadilan dengan tetap mengendalikan risiko dan

menjaga kesinambungan fiskal. Langkah-langkah yang akan dilakukan untuk

mengendalikan risiko dan menjaga kesinambungan fiskal diantaranya, (1)

mengendalikan defisit sesuai ketentuan UU, (2) pengendalian rasio utang

terhadap PDB, dan (3) mengendalikan risiko fiskal dalam batas aman.

Selanjutnya, untuk menjaga kesinambungan fiskal jangka menengah,

Pemerintah konsisten untuk menjaga defisit kumulatif APBN dan APBD di bawah

ambang batas 3 persen terhadap PDB, agar Indonesia dapat terhindar dari krisis

utang seperti yang melanda beberapa negara Uni Eropa sebagai akibat kekurang

disiplinan dalam pengelolaan fiskalnya.

Menanggapi pandangan dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera untuk

lebih memprioritaskan penerbitan sukuk negara dengan underlying proyek

(project based sukuk), Pemerintah sependapat dengan pandangan tersebut.

Untuk itu, pada RAPBN tahun 2015 akan memanfaatkan instrumen project based

sukuk sebesar Rp7,5 triliun, antara lain untuk membiayai pembangunan jalan di

beberapa propinsi/kabupaten/kota, pembangunan proyek Railway Electrification

and Double-Double Tracking of Java Main Line Project Phase I, serta

pembangunan revitalisasi asrama haji, kantor urusan agama (KUA), dan

perguruan tinggi Islam negeri. Untuk tahun mendatang, Pemerintah berusaha

agar pendanaan proyek melalui project based sukuk dapat semakin meningkat.

Saudara Ketua dan Para Anggota Dewan yang terhormat,

Demikianlah tanggapan Pemerintah atas Pemandangan Umum DPR RI

berkenaan dengan RUU tentang APBN Tahun 2015 beserta Nota Keuangannya.

Akhirnya, atas nama Pemerintah, kami menyambut baik persetujuan

Anggota Dewan yang terhormat untuk membahas RUU APBN 2015 beserta

Page 12: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

11

Nota Keuangannya dalam tahap berikutnya. Atas dasar prinsip kemitraan dan

tanggung jawab bersama dalam mengemban amanat rakyat, maka kami percaya

bahwa kewajiban konstitusional yang diamanatkan kepada Pemerintah dan

Dewan ini dapat diselesaikan secara tepat waktu sesuai dengan jadwal yang telah

ditetapkan.

Kita berdoa kepada Allah S.W.T, Tuhan Yang Maha Esa, agar kita

senantiasa diberi kekuatan dan kemampuan dalam menjalankan dan

menyelesaikan tugas dan tanggung jawab kepada negara ini.

Sekian dan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta, Agustus 2014

A.N. PEMERINTAH

MENTERI KEUANGAN

MUHAMAD CHATIB BASRI

Page 13: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

LAMPIRAN

Page 14: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

-L.1-

A. PEREKONOMIAN GLOBAL DAN DOMESTIK, SERTA ASUMSI

DASAR EKONOMI MAKRO

Menanggapi pandangan Fraksi Partai Demokrat mengenai ruang gerak fiskal

bagi pemerintahan baru, kiranya dapat kami sampaikan bahwa strategi yang

ditempuh dalam perumusan kebijakan fiskal diarahkan untuk memperkuat stimulus

fiskal guna mendorong upaya akselerasi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan

sekaligus perbaikan pemerataan hasil-hasil pembangunan nasional agar memenuhi

aspek keadilan dengan tetap mengendalikan risiko dan menjaga kesinambungan

fiskal. Secara umum formulasi kebijakan fiskal dalam tahun 2015 bersifat baseline

mengingat tahun 2015 merupakan tahun transisi kepemerintahan sehingga lebih

difokuskan untuk memperhitungkan kebutuhan pokok dan menjaga

terselenggaranya pelayanan publik secara optimal.Belanja wajib tahun 2015 memang

harus diakui masih cukup besar. Belanja wajib tersebut mencakup antara lain

belanja pegawai, anggaran pendidikan, pembayaran bunga utang, subsidi, dan

transfer ke daerah. Tahun 2015 merupakan momentum untuk melakukan reformasi

sektor fiskal.Dengan strategi tersebut, hal itu diyakini dapat memberikan ruang

gerak/fleksibilitas yang memadai kepada Pemerintah baru dalam

mengimplementasikan platform-nya.

Terkait dengan pandangan Fraksi Partai Persatuan Pembangunan mengenai

daya saing perkonomian, kiranya dapat dijelaskan bahwa terdapat beberapa faktor

yang mempengaruhi daya saing suatu negara di kancah perekonomian global, antara

lain institusi, infrastruktur, ekonomi makro, pendidikan, efisiensi pasar barang,

pasar tenaga kerja, dan teknologi. Meskipun peringkat daya saing Indonesia masih

berada di bawah beberapa negara Asia, tetapi kenaikan peringkat di tahun ini cukup

signifikan. Peringkat daya saing Indonesia (World Economic Forum) meningkat 12

poin, dari peringkat 50 pada tahun 2012-2013 menjadi peringkat 38 pada tahun

2013-2014, yang merupakan peningkatan tertinggi selama ini. Daya saing Indonesia

kini lebih tinggi dari rata-rata daya saing negara-negara kategori ‘efficiency-driven

economy’, atau negara dengan pendapatan perkapita US$3.000-US$8.999.

Selain itu, perspektif dan minat investor asing terhadap kegiatan investasi di

Indonesia juga cukup baik. Pada tahun 2013, pertumbuhan investasi langsung di

Indonesia mencapai 27,3 persen. Tingginya minat investasi di Indonesia juga

tercermin pada beberapa hasil survei yang dilakukan oleh lembaga

internasional.Japan Bank for International Cooperation (JBIC) pada akhir tahun

2013 mengeluarkan hasil suvei yang menempatkan Indonesia sebagai peringkat

pertama tujuan investasi bagi perusahaan asal Jepang. Selain itu, The Economist

melansir data yang menyebutkan bahwa pada tahun 2013, Indonesia merupakan

negara tujuan investasi ketiga terbaik setelah Tiongkok dan India. Hal tersebut,

Page 15: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

-L.2-

tentunya menggambarkan progres yang semakin baik dari kinerja perekonomian

Indonesia, dan harus dapat dipertahankan, bahkan ditingkatkan dengan dukungan

kelembagaan, infrastruktur, dan sumber daya manusia, terutama di masa persaingan

yang semakin ketat dengan kondisi perekonomian global yang belum sepenuhnya

pulih.

Kami mengucapkan terima kasih atas pandangan dan masukan dari Fraksi Partai

Demokrasi Indonesia Perjuangan, Fraksi Partai Keadilan Sejahtera, dan

Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa terkait dengan pertumbuhan ekonomi yang

berkualitas, pengangguran, kemiskinan, dan ketimpangan. Pemerintah sependapat

bahwa pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat seharusnya diikuti dengan

peningkatan kesejahteraan masyarakat, yang selain tercermin dari peningkatan

pendapatan, juga terlihat dari penurunan angka kemiskinan dan pengangguran.

Pada prinsipnya, Pemerintah merumuskan target tingkat pengangguran dan

kemiskinan dalam dimensi jangka panjang, jangka menengah, maupun jangka

pendek sebagaimana tertuang dalam RPJPN, RPJMN, dan RKP. Sementara itu,

berbagai faktor dan pertimbangan yang digunakan Pemerintah dalam menentukan

target pengangguran dan kemiskinan di antaranya dinamika perekonomian, baik

global maupun domestik, kinerja pertumbuhan ekonomi dan stabilisasi ekonomi,

serta dinamika pembangunan nasional, khususnya dari sisi ketersediaan sumber-

sumber pembiayaan pembangunan nasional. Selama ini, Pemerintah cenderung

mengambil sikap moderat dalam menentukan target pengangguran dan kemiskinan

agar lebih realistis.

Namun, Pemerintah selama ini terus berupaya melakukan berbagai terobosan

kebijakan dan langkah-langkah inovatif dalam rangka menurunkan angka

pengangguran dan kemiskinan. Berbagai upaya kebijakan dan langkah Pemerintah

terbukti telah berhasil menurunkan tingkat pengangguran dan kemiskinan dalam

sepuluh tahun terakhir secara konsisten dan berkesinambungan. Pada tahun 2005

misalnya, tingkat pengangguran terbuka masih sebesar 11,24 persen dan terus

menurun secara konsisten menjadi 6,25 persen pada tahun 2013. Pada bulan

Februari 2014, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) kembali turun menjadi 5,71

persen. Sejalan dengan penurunan TPT, tingkat kemiskinan juga cenderung terus

turun. Pada tahun 2005, tingkat kemiskinan masih sebesar 15,97 persen (35,10 juta

orang) dan pada 2013 turun menjadi 11,46 persen (17,92 juta orang). Data

kemiskinan per Maret 2014 tercatat kembali turun menjadi 11,25 persen (28,28 juta

orang).

Pada tahun 2015, Pemerintah akan berupaya menurunkan tingkat pengangguran

dan angka kemiskinan melalui berbagai program dan kebijakan strategis. Kebijakan

Page 16: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

-L.3-

dalam rangka penurunan pengangguran di antaranya berupa peningkatan belanja

modal dalam APBN, penguatan proyek pembangunan yang bersifat padat karya,

dukungan untuk penciptaan industri kreatif dan pemberdayaan masyarakat, serta

percepatan pembangunan infrastruktur dalam kerangka Masterplan Percepatan dan

Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).

Sementara itu, berbagai program dan langkah untuk menurunkan angka kemiskinan

di antaranya adalah penguatan alokasi belanja produktif untuk penanggulangan

kemiskinan, pemberian subsidi, bantuan sosial, program perlindungan sosial,

program pemberdayaan masyarakat, dukungan keuangan untuk masyarakat

berpenghasilan rendah baik dalam bentuk dana penjaminan kredit/pembiayaan bagi

usaha mikro, kecil, menengah (UMKM) dan koperasi, serta dukungan bantuan tunai

bersyarat. Selain itu, dalam rangka percepatan penanggulangan kemiskinan,

Pemerintah sejak tahun 2011 juga telah mensinergikan dua strategi pembangunan

utama yaitu Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi

Indonesia (MP3EI) dan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan

Kemiskinan Indonesia (MP3KI).

Pemerintah pada tahun 2015 juga mulai memberlakukan UU Nomor 6 Tahun 2014

tentang Desa sebagai upaya konkret untuk lebih memberdayakan desa dalam

pembangunan nasional, sekaligus mempercepat penurunan kemiskinan di pedesaan,

mengingat konsentrasi kemiskinan berada di perdesaan. Pemerintah sejak 1 Januari

2014 juga mulai mengimplementasikan program perlindungan sosial melalui Sistem

Jaminan Sosial Nasional (SJSN) kesehatan untuk memberikan jaminan kesehatan

kepada masyarakat bawah. Sementara itu, SJSN Program Ketenagakerajaan yang

menyelenggarakan jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, jaminan pensiun,

dan jaminan hari tua ditargetkan mulai beroperasi paling lambat pertengahan tahun

2015.

Terkait dengan ketimpangan dalam distribusi pendapatan, pada tahun 2015

Pemerintah akan melakukan berbagai kebijakan seperti perluasan akses dalam

rangka pemenuhan hak dasar masyarakat, seperti akses kesehatan, pendidikan,

perumahan, listrik, air, dan perluasan infrastruktur dasar untuk penguatan

pelayanan kepada masyarakat. Sementara itu, untuk menurunkan ketimpangan

antarwilayah, Pemerintah akan melakukan berbagai cara seperti pengembangan

kawasan strategis sebagai pusat pertumbuhan ekonomi seperti kawasan

pembangunan ekonomi terpadu (Kapet), kawasan ekonomi khusus, dan kawasan

perdagangan bebas dan pelabuhan bebas,serta penguatan pembangunan

infrastruktur khususnya terkait komunikasi dan transportasi, termasuk penguatan

infrastruktur untuk peningkatan konektivitas dan pelayanan masyarakat dan

penyempurnaan kebijakan dalam alokasi dana transfer ke daerah.

Page 17: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

-L.4-

Menjawab pertanyaan dari Fraksi Partai Golkar, Fraksi Partai Demokrasi

Indonesia Perjuangan, Fraksi Partai Keadilan Sejahtera, Fraksi Partai

Kebangkitan Bangsa, dan Fraksi Partai Gerindra, terkait pertumbuhan

ekonomi tahun 2015, kiranya dapat dijelaskan sebagai berikut. Pemerintah perlu

menjaga laju pertumbuhan ekonomi pada batas-batas yang tidak menimbulkan

tekanan yang mengancam stabilitas ekonomi. Dengan demikian, pertumbuhan 5,6

persen merupakan tingkat pertumbuhan yang cukup realistis dan konservatif dengan

memperhatikan berbagai faktor yang ada, baik eksternal maupun internal serta

dalam rangka menjaga stabilitas ekonomi sebagai landasan yang solid bagi

terciptanya pertumbuhan yang berkelanjutan.

Dari sisi eksternal, berdasarkan World Economic Outlook 2014, kinerja ekonomi

global memang diperkirakan mengalami perbaikan, khususnya di negara-negara

maju seperti Amerika Serikat dan sejumlah negara di Eropa. Namun, masih terdapat

risiko yang perlu diwaspadai, terutama terkait kinerja ekonomi Tiongkok yang

merupakan salah satu mitra dagang terbesar Indonesia. Saat ini, porsi ekspor

Indonesia ke Tiongkok sekitar 13 persen dari total ekspor ke seluruh dunia. Dalam

dua tahun terakhir, kinerja ekspor Indonesia ke Tiongkok dalam tren yang menurun,

bahkan pada Semester I 2014, nilai ekspor kita ke Tiongkok tumbuh negatif sekitar

11 persen (ytd). Perkembangan harga komoditas internasional yang cukup fluktuatif

dengan tren yang masih menunjukkan pelemahan belakangan ini juga merupakan

risiko lain yang perlu diwaspadai terkait prospek kinerja ekspor Indonesia.

Selain itu, kondisi global yang masih perlu diwaspadai adalah implikasi berlanjutnya

normalisasi kebijakan moneter di Amerika Serikat seiring dengan penguatan kinerja

perekonomiannya. Setelah kebijakan tapering off di tahun 2015, the Fed

diperkirakan akan mendorong peningkatan suku bunga Fed Fund Rate. Kebijakan

tersebut diperkirakan akan menyebabkan capital reversal dari emerging markets ke

Amerika Serikat. Hal tersebut akan menyebabkan tekanan likuiditas, yang pada

gilirannya dapat mengganggu kinerja ekonomi di emerging markets tersebut. Pada

gilirannya, perbaikan pertumbuhan ekonomi dan permintaan global secara relatif

masih akan tertahan. Lebih jauh lagi, risiko tekanan ekonomi dunia dan mitra

dagang utama masih merupakan faktor kendala dalam mendorong laju

pertumbuhan ekspor Indonesia ke tingkat yang tinggi.

Dari sisi internal, harus dipahami pula bahwa kebijakan menjaga stabilitas ekonomi

domestik saat ini menjadi fokus dari kebijakan ekonomi makro, khususnya dalam

rangka memperbaiki posisi keseimbangan eksternal Indonesia, yakni neraca

transaksi berjalan yang mengalami defisit dalam beberapa tahun terakhir yang

imbasnya juga pada pergerakan nilai tukar Rupiah. Harus diakui pula bahwa dalam

Page 18: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

-L.5-

jangka pendek, demand management merupakan pilihan yang terbaik mengingat

perbaikan di sisi supply membutuhkan waktu yang relatif lebih lama.Oleh karena

itu,stance kebijakan makro Indonesia baik fiskal maupun moneter cenderung lebih

konservatif dan berhati-hati (prudent). Stabilitas ekonomi mutlak perlu dijaga,

mengingat hal tersebut akan memberikan landasan yang solid serta menjadi

prasyarat (necessary condition) bagi pertumbuhan yang berimbang dan

berkelanjutan (balanced and sustainable growth).

Menanggapi pandangan dari Fraksi Partai Golongan Karya, Fraksi Partai

Kebangkitan Bangsa, Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan,

Fraksi Partai Hati Nurani Rakyat, Fraksi Partai Keadilan Sejahtera, dan

Fraksi Partai Gerindra terkait dengan asumsi nilai tukar rupiah, dapat dijelaskan

sebagai berikut. Pemerintah sependapat bahwa volatilitas nilai rupiah perlu dijaga

agar bergerak pada level yang stabil sehingga dapat mendukung dan mendorong

stabilitas perekonomian nasional dan menjaga daya saing ekonomi Indonesia.

Pergerakan nilai tukar rupiah ke depan masih akan dipengaruhi oleh beberapa faktor

fundamental dan non-fundamental, antara lain:

(1) kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat mengurangi stimulus ekonomi

(tapering off) serta potensi meningkatnya suku bunga acuan the Fed yang akan

mendorong terjadinya arus modal keluar (flight to quality) sehingga

memberikan dampak pada tajamnya fluktuasi mata uang dunia terhadap dolar

AS, termasuk Rupiah;

(2) kekhawatiran investor terhadap perkembangan ekonomi yang melanda negara-

negara emerging markets terutama di Tiongkok, Brazil, dan India (BRICS) telah

berdampak pada aktivitas transaksi perekonomian di pasar internasional; dan

(3) gejolak harga minyak dunia yang diakibatkan gejolak geopolitik beberapa negara

produsen seperti di kawasan Timur Tengah, Afrika Utara, Eropa Tengah, serta

Amerika Selatan berpotensi menimbulkan dampak lanjutan terhadap risiko

volatilitas nilai tukar rupiah dan meningkatnya laju inflasi.

Pemerintah juga akan melanjutkan program dan kebijakan ekonomi dalam rangka

menjaga kestabilan nilai tukar rupiah dan neraca transaksi berjalan serta menjaga

pencapaian dan peningkatan pertumbuhan ekonomi, antara lain melalui kebijakan:

(1) perbaikan defisit transaksi berjalan dan nilai tukar rupiah terhadap dolar antara

lain melalui kebijakan untuk mendorong ekspor, mengurangi impor (terutama

impor migas), serta pengembangan sumber energi alternatif;

(2) kebijakan untuk menjaga dan meningkatkan daya beli masyarakat, menjaga

gejolak harga dan mengendalikan laju inflasi, antara lain dengan penerapan

kebijakan harga referensi untuk menggantikan sistem kuota; dan

Page 19: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

-L.6-

(3) kebijakan meningkatkan investasi, melanjutkan percepatan renegosiasi kontrak

karya pertambangan, serta mempercepat pelaksanaan proyek-proyek

infrastruktur strategis.

Untuk menjaga nilai tukar rupiah pada level yang stabil, Pemerintah terus

meningkatkan sinergi dan koordinasi dengan Bank Indonesia sebagai langkah

antisipasi dalam menjaga volatilitas nilai tukar rupiah. Penguatan kebijakan, baik

mikro maupun makro prudensial terhadap arus modal asing yang masuk, ditujukan

untuk mengurangi risiko pembalikan modal asing (sudden capital reversal) dan

menjaga agar pergerakan nilai tukar rupiah tetap sejalan dengan pergerakan mata

uang di kawasan Asia. Melalui sinergi dan harmonisasi kebijakan fiskal, moneter,

dan sektor riil diharapkan dapat tercipta iklim yang kondusif untuk mengantisipasi

krisis pada sektor keuangan, menjaga kestabilan nilai tukar rupiah, mengendalikan

laju inflasi, dan menjaga stabilitas pasar keuangan nasional. Selain itu, upaya

pendalaman pasar keuangan (financial deepening) serta penguatan akses ke sektor

keuangan (financial inclusion) akan terus dilaksanakan guna memperkuat basis

perekonomian nasional serta mendorong upaya peningkatan alternatif sumber

pembiayaan nasional. Meskipun berpotensi mengalami tekanan, nilai tukar rupiah

diperkiraan masih akan bergerak pada level fundamental saat ini, dengan

pergerakan rata-rata nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sepanjang tahun 2015

pada kisaran Rp11.900 per dolar AS.

Menanggapi pertanyaan dari Fraksi Partai Golongan Karya, Fraksi Partai

Kebangkitan Bangsa, Fraksi Partai Gerakan Indonesia Raya, Fraksi

Partai Hati Nurani Rakyat, dan Fraksi Partai Keadilan Sejahtera terkait

dengan besaran asumsi laju inflasi tahun 2015 sebesar 4,4 persen serta

permasalahan inflasi dan potensi tekanan kenaikan inflasi yang bersumber dari

gejolak harga bahan pangan dapat dijelaskan sebagai berikut.

Pada prinsipnya, Pemerintah sependapat bahwa target pertumbuhan ekonomi yang

tinggi harus disertai dengan upaya menjaga agar laju inflasi berada pada level yang

rendah dan stabil. Laju inflasi yang rendah dan stabil memiliki peranan yang sangat

penting untuk menciptakan stabilitas perekonomian nasional, serta mendukung

upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, dalam jangka panjang, laju

inflasi nasional yang rendah dan stabil dapat mendorong perekonomian nasional

untuk konvergen dengan negara-negara di kawasan, sehingga ke depan diharapkan

agar perekonomian nasional dapat lebih kompetitif.

Berdasarkan data historis, perkembangan laju inflasi nasional beberapa tahun

terakhir tidak dapat dilepaskan dari pengaruh fluktuasi harga komoditas bahan

pangan dan energi yang terjadi di pasar internasional. Transmisi tersebut didorong

Page 20: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

-L.7-

oleh perkembangan harga komoditas energi di pasar internasional yang semakin

meningkat. Peningkatan harga komoditas energi tersebut pada gilirannya

mendorong peningkatan harga komoditas bahan pangan, mengingat inovasi

teknologi diarahkan untuk mengkonversi komoditas bahan pangan sebagai sumber

energi alternatif (bio-fuel). Pada kondisi yang lain, peningkatan produksi bahan

pangan belum dapat memenuhi peningkatan jumlah permintaan, sehingga

menimbulkan kesenjangan (output gap). Kesenjangan tersebut seringkali juga

diperparah oleh gangguan produksi yang disebabkan karena beberapa kendala

alamiah seperti bencana alam, perubahan iklim, dan faktor di luar kendali manusia

lainnya.

Guna mendukung komitmen untuk mengendalikan laju inflasi yang didorong oleh

gejolak harga bahan pangan, beberapa kebijakan Pemerintah antara lain:

(1) penyediaan alokasi anggaran serta percepatan pelaksanaan program

pembangunan dalam upaya untuk meningkatkan produksi dan pasokan bahan

pangan serta pembangunan infrastruktur guna mendukung interkoneksi wilayah

dalam rangka memperlancar kelancaran arus distribusi bahan kebutuhan pokok

masyarakat;

(2) peningkatan produktivitas pertanian melalui peningkatan sarana dan prasarana

produksi, inisiatif dan riset pengembangan, komunikasi dan informasi iklim,

pendampingan dan penyuluhan petani, serta pengendalian terpadu

hama/organisme pengganggu tanaman (OPT);

(3) pemberdayaan peran aktif lembaga penyangga pangan nasional dalam upaya

memenuhi kebutuhan pokok masyarakat, serta bekerja sama dengan BUMN,

BUMD, dan sektor swasta melalui skema pelaksanaan corporate social

responsibility (CSR) di daerah;

(4) penegakan aturan guna mencegah/mengurangi upaya konversi lahan beririgasi

teknis dari peruntukan pertanian ke non-pertanian serta percepatan upaya

pencetakan lahan sawah baru di beberapa daerah, seperti di wilayah Maluku,

Papua, Sumatra dan Kalimantan;

(5) peningkatan kerja sama dengan aparat penegak hukum, Polri dan Kejaksaan

Agung, untuk menindak dan menjatuhkan sanksi yang tegas terhadap aksi

spekulasi dan penimbunan barang yang dapat menimbulkan keresahan

masyarakat dan mengganggu sistem distribusi nasional;

(6) penyediaan layanan informasi harga pangan yang terintegrasi sehingga

mengurangi potensi asymmetric information sehingga masyarakat dapat

mengetahui secara pasti tentang perkembangan harga dan ketersediaan barang

kebutuhan pokok sehingga dapat menahan ekspektasi harga yang berlebihan di

masyarakat;

Page 21: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

-L.8-

(7) diseminasi kebijakan dan edukasi kepada masyarakat dalam rangka

pengendalian ekspektasi inflasi masyarakat, serta menetapkan sasaran inflasi

dalam rangka inflation targeting framework (ITF) guna mengendalikan inflasi

masyarakat dalam jangka menengah;

(8) pelaksanaan kerja sama regional dan bilateral dalam rangka pengembangan dan

peningkatan bahan pangan (antara lain melalui Inisiatif Cadangan Beras

ASEAN+3/ASEAN+3 Emergency Rice Reserve-APTERR).

Terkait dengan sinergi kebijakan fiskal, moneter dan sektor riil, dapat dijelaskan

bahwa Pemerintah dan BI terus berupaya untuk meningkatkan koordinasi dalam

mengendalikan inflasi, baik di tingkat pusat maupun daerah (TPI dan Pokjanas

TPID). Melalui sinergi kebijakan tersebut diharapkan agar pengendalian inflasi

menjadi lebih efektif dan diarahkan untuk dapat mengatasi kendala struktural yang

ada. Semakin meningkatnya kesadaran dan peran aktif daerah dalam pengendalian

inflasi, serta ketegasan dalam mengambil langkah-langkah strategis mengendalikan

kenaikan harga-harga barang dan jasa serta menjaga ketersediaan pasokan bahan

pangan, juga diharapkan membantu pengendalian laju inflasi nasional.

Dengan memperhatikan perkembangan laju inflasi beberapa tahun terakhir dan

semakin stabilnya perkembangan harga komoditas bahan pangan dan energi, serta

relatif terbatasnya kebijakan di bidang harga (administered prices) maka laju inflasi

tahun 2015 diperkirakan sebesar 4,4 persen, mendekati titik tengah rentang sasaran

inflasi yang ditetapkan, 4 persen ± 1 persen.

Menanggapi pandangan dari Fraksi Partai Golkar, Fraksi Partai Demokrasi

Indonesia Perjuangan, Fraksi Partai Keadilan Sejahtera, dan Fraksi

Partai Hanura terkait dengan asumsi suku bunga Surat Perbendaharaan Negara 3

bulan dapat kami sampaikan tanggapan sebagai berikut. Pemerintah sependapat

dengan pandangan Dewan yang terhormat bahwa semakin tinggi asumsi suku bunga

SPN 3 bulan akan berpengaruh pada semakin meningkatnya beban bunga yang

harus ditanggung oleh Pemerintah. Namun, perlu kami sampaikan juga bahwa

besarnya tingkat suku bunga SPN 3 bulan lebih ditentukan oleh kondisi pasar

seperti yang tercermin dalam besarnya permintaan dan penawaran pada saat proses

pelelangan. Selain itu, persepsi pasar terkait fundamental perekonomian Indonesia

juga cukup menentukan besaran suku bunga SPN 3 bulan tersebut.

Hingga Agustus 2014, realisasi rata rata tingkat suku bunga SPN 3 bulan tahun 2014

mencapai 5,7 persen. Dengan memperhatikan bahwa pada tahun 2015 diperkirakan

masih akan terdapat tekanan yang bersumber dari risiko meningkatnya suku bunga

Fed Fund Rate (FFR) di Amerika Serikat, diperkirakan masih akan terjadi

peningkatan tingkat suku bunga obligasi domestik di tahun yang akan datang.

Page 22: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

-L.9-

Meskipun demikian, Pemerintah akan terus bekerja sama dengan otoritas moneter

terutama dalam menjaga persepsi positif pasar melalui berbagai upaya menjaga

stabilitas dan perbaikan fundamental ekonomi. Upaya pendalaman pasar keuangan

melalui berbagai strategi kebijakan seperti financial inclusion dan financial

deepening diharapkan akan berdampak positif bagi peningkatan sumber

pembiayaan dalam negeri dan selanjutnya menjadi insentif penurunan suku bunga

dalam negeri. Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut, rata-rata suku bunga

SPN 3 bulan pada tahun 2015 diperkirakan akan berada pada kisaran 6,2 persen.

Menanggapi pandangan dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera dan Fraksi

Partai Kebangkitan Bangsa terkait dengan harga minyak mentah (ICP) dapat

kami sampaikan bahwa Pemerintah sepakat asumsi harga minyak mentah harus

didasarkan pada hasil analisis dan mempertimbangkan variabel-variabel yang dapat

mempengaruhi fluktuasi harga minyak mentah dunia. Berkenaan dengan hal

tersebut, dalam menentukan asumsi harga minyak mentah RAPBN 2015,

Pemerintah telah mempertimbangkan berbagai variabel fundamental, sebagai

berikut:

(a) penawaran dan permintaan minyak mentah (faktor fundamental harga), dengan

melihat perkembangan pasokan minyak mentah dari negara-negara OPEC (Timur

Tengah), Amerika Selatan, Amerika, Rusia dan sekitarnya, dan kawasan Laut Utara

serta permintaan minyak mentah dari negara-negara OECD dan non-OECD;

(b) kondisi ekonomi global dengan memperhatikan perkembangan pertumbuhan

ekonomi di Amerika dan negara-negara Eropa; dan (c) kondisi geopolitik dengan

mempertimbangkan kondisi negara-negara produsen minyak yang sedang dilanda

konflik keamanan (peperangan) seperti Suriah dan Iran.

Selain faktor-faktor fundamental dan non-fundamental tersebut, hal lain yang harus

diperhatikan adalah kemungkinan adanya spekulasi harga minyak yang dilakukan

oleh pihak-pihak yang ingin memperoleh keuntungan, mengingat minyak mentah

merupakan komoditi ekonomi yang sangat “liquid” dan strategis dalam

perekonomian. Untuk itu, mekanisme lindung nilai dipandang sebagai salah satu

upaya yang dapat dipertimbangkan oleh Pemerintah untuk meminimalkan dampak

fluktuasi harga minyak mentah internasional terhadap harga minyak mentah

Indonesia. Namun, strategi lindung nilai terhadap harga ICP masih perlu dikaji dari

sisi biaya dan manfaat, payung hukum dan akuntabilitas apabila kebijakan lindung

nilai tersebut menimbulkan kerugian.

Selanjutnya, Pemerintah terus mencermati dinamika pergerakan harga minyak

dunia dan kecenderungannya ke depan, serta mempertimbangkan perkiraan harga

minyak oleh berbagai lembaga/institusi internasional.Dengan demikian, asumsi

Page 23: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

-L.10-

harga minyak mentah Indonesia tahun 2015 sebesar US$105 per barel dinilai cukup

realistis.

Sehubungan dengan pandangan Fraksi Partai Demokrasi Indonesia

Perjuangan, Fraksi Partai Keadilan Sejahtera, Fraksi Partai Hanura, dan

Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa terkait lifting minyak mentah dapat kami

sampaikan bahwa Pemerintah sepakat target lifting minyak mentah tahun 2015

harus dihitung secara realistis dan perlu dilakukan upaya serius untuk mencapai

target tersebut. Usulan target lifting minyak mentah sebesar 845 ribu barel per hari

dalam RAPBN tahun 2015 telah mempertimbangkan dan memperhitungkan potensi-

potensi serta kendala dalam operasional produksi. Pemerintah akan serius dan

bekerja keras untuk mempercepat berproduksinya lapangan Cepu. Pada tahun 2015,

dari lapangan Cepu diperkirakan akan terdapat tambahan produksi minyak mentah

sebesar 165 MBOPD. Pemerintah juga secara kontinyu akan menjalankan program

dan penerapan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR) di lapangan-lapangan

existing untuk mengoptimalkan tingkat produksi dari lapangan-lapangan minyak

tersebut. Beberapa pilot project dalam implementasi EOR telah dilakukan pada

lapangan migas PT Chevron Pacific Indonesia (CPI), PT Pertamina EP, dan PT

Medco E&P Indonesia. Teknologi EOR yang digunakan untuk mempertahankan laju

produksi lapangan migas tersebut meliputi penggunaan chemical compound

(senyawa kimia/surfactant), water injection, dan steam injection.

Selain upaya-upaya teknis, Pemerintah juga akan secara konsisten dan terpadu

menyempurnakan kebijakan dan regulasi di sektor kegiatan usaha hulu migas untuk

memberikan kepastian hukum dan memperbaiki iklim investasi yang lebih kondusif

guna mendorong investasi di sektor migas. Dengan masuknya investasi di sektor

migas, diharapkan dapat lebih meningkatkan kegiatan survei (seismik) dan

eksplorasi migas untuk menemukan cadangan-cadangan migas yang baru.Salah satu

regulasi yang sedang disiapkan penyempurnaannya oleh Pemerintah adalah

masukan pasal-pasal dalam revisi UU No. 22 Tahun 2001 tentang Migas.

Pemerintah juga sependapat dengan anggota Dewan mengenai perlunya dilakukan

audit kinerja terhadap SKK Migas dan kontraktor migas. Pada tahun 2014,

Pemerintah telah meminta BPKP untuk melakukan audit dengan tujuan tertentu

terhadap SKK Migas terkait dengan lifting dan cost recovery. Selain itu, Pemerintah

juga berpandangan bahwa pengawasan terhadap produksi dan lifting perlu

dilakukan secara manual dengan menempatkan pengawas di lapangan maupun

pengawasan menggunakan sistem informasi online. Dengan demikian diharapkan

kebocoran produksi dan lifting dapat dideteksi secara dini dan diambil langkah-

langkah antisipasi secara cepat dan tepat. Untuk itu, Pemerintah bersama SKK

Page 24: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

-L.11-

Migas saat ini sedang membangun mengembangkan sistem informasi migas yang

terintegrasi untuk memonitor produksi dan lifting migas nasional secara real time.

Menanggapi pendapat Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan

Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa mengenai lifting gas bumi, kiranya dapat

dijelaskan bahwa Pemerintah juga sangat menaruh perhatian terhadap peningkatan

produksi gas sebagai salah satu sumber energi alternatif dan sumber penerimaan

negara. Mengingat produksi minyak bumi yang cenderung menurun, kegiatan hulu

minyak dan gas bumi Indonesia telah mengalami transformasi dari era minyak

menuju era gas. Hasil eksplorasi lapangan-lapangan migas pada tahun-tahun

terakhir lebih banyak menemukan cadangan gas bumi. Secara kumulatif, tren

penurunan produksi minyak terkompensasi dengan peningkatan produksi gas bumi

yang dilakukan dengan memperhatikan terjaminnya kebutuhan gas dalam negeri

yang semakin meningkat. Peningkatan penggunaan gas dalam negeri merupakan

prioritas kebijakan Pemerintah terutama untuk bahan baku pupuk, pembangkit

listrik, industri dan masyarakat lainnya dalam rangka mendukung penguatan

perekonomian nasional secara keseluruhan.

Dalam rangka meningkatkan produksi gas nasional, Pemerintah akan berupaya

secara serius dan maksimal untuk mempercepat realisasi produksi pada beberapa

lapangan gas baru seperti South Mahakam 3 dan Bekapai Redevelopment Phase 2B

pada tahun 2015. Pemerintah sependapat bahwa produksi gas nasional tidak hanya

semata-mata untuk penerimaan negara dengan diekspor, tetapi tetap harus

memperhitungkan pemenuhan kebutuhan domestik bagi industri, PT. PLN, dan

rumah tangga. Pemerintah telah dan sedang mengupayakan agar produksi gas yang

saat ini diekspor dapat dialihkan untuk kebutuhan dalam negeri. Selain itu, untuk

memperkuat supply bagi kebutuhan gas di dalam negeri, produksi yang dihasilkan

dari lapangan-lapangan gas yang baru akan digunakan untuk memasok kebutuhan

gas domestik.

Menanggapi pandangan Fraksi Partai Golkar terkait neraca perdagangan, kiranya

dapat kami sampaikan bahwa dalam beberapa tahun terakhir kondisi neraca

perdagangan mengalami tekanan yang bersumber pada defisit neraca migas,

khususnya akibat peningkatan kebutuhan dalam negeri untuk mendukung aktivitas

ekonomi dan konsumsi. Di sisi lain, pada saat yang bersamaan kapasitas produksi

migas dalam negeri mengalami penurunan produktivitas akibat usia yang semakin

tua. Meski demikian, kinerja neraca perdagangan nonmigas masih mencatat surplus.

Di samping itu, tekanan neraca perdagangan pada saat ini juga dipengaruhi oleh

dampak pelemahan ekonomi global. Akibat pelemahan ekonomi global dan

permintaan dunia, surplus pada neraca nonmigas semakin menyusut dan tidak

Page 25: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

-L.12-

mampu menutupi defisit neraca migas. Perkembangan kinerja neraca migas juga

tidak dapat lepas dari karakteristik ekspor Indonesia yang masih didominasi produk

primer (bahan tambang dan hasil pertanian) yang relatif bernilai tambah rendah dan

rentan pada perubahan harga. Di samping itu, kapasitas produksi nasional yang

masih terbatas saat ini perlu terus ditingkatkan.

Dengan pertimbangan faktor-faktor tersebut, Pemerintah akan terus menjalankan

beberapa strategi dasar, yaitu terus meningkatkan kapasitas produksi nasional ke

depan, mengarahkan perekonomian pada sektor-sektor yang lebih produktif dan

bernilai tambah tinggi, dan pada saat yang sama terus menjaga stabilitas ekonomi,

baik dari sisi inflasi, maupun dari sisi nilai tukar. Di sisi ekspor, Pemerintah akan

mendorong peningkatan ekspor untuk produk non-migas yang bernilai tambah

tinggi serta mendorong ekspor jasa yang lebih kompetitif di pasar internasional.

Strategi tersebut juga diimbangi dengan arah kebijakan pembangunan industri yang

mampu mengurangi ketergantungan pada produk-produk impor melalui substitusi

dengan produk dalam negeri, termasuk impor bahan baku dan barang modal. Di

samping itu, peningkatan efektivitas pengamanan perdagangan, lebih diarahkan

untuk mendorong efisiensi dan daya saing sisi produksi, serta tidak menyebabkan

timbulnya rente ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dunia yang secara umum

diperkirakan akan meningkat di tahun 2015 juga memberi harapan positif bagi

membaiknya kinerja ekspor domestik.

B. PENDAPATAN NEGARA

Menanggapi pernyataan Fraksi Partai Demokrat, Fraksi Partai Golkar, dan

Fraksi Partai Keadilan Sejahtera terkait kebijakan perluasan basis pajak dan

perluasan wajib pajak orang pribadi (WP OP) dapat disampaikan bahwa Pemerintah

sependapat dengan anggota Dewan yang terhormat untuk terus melanjutkan

kebijakan perluasan basis pajak, mengingat masih besarnya potensi pajak dalam

perekonomian.

Dalam tahun 2015, Pemerintah akan melakukan kebijakan perluasan basis pajak

melalui perbaikan regulasi, penggalian potensi pajak berdasarkan sektor usaha, dan

penggalian potensi pajak WP OP. Penyempurnaan peraturan perpajakan dilakukan

agar Pemerintah dapat menyesuaikan peraturan perpajakan dengan perkembangan

perekonomian terkini sehingga diharapkan akan tercipta objek-objek pajak baru

sebagai penyumbang penerimaan perpajakan. Selanjutnya, dalam rangka melakukan

penggalian potensi pajak berdasarkan sektor usaha, Pemerintah akan

mengintensifkan penggalian pada sektor-sektor ekonomi nontradable (misalnya

sektor properti, jasa keuangan, dan perdagangan) dan sektor-sektor di bidang

Page 26: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

-L.13-

sumber daya alam dan perkebunan. Selain itu, Pemerintah akan menggali potensi

pajak secara langsung dari beberapa transaksi ekonomi strategis melalui

pengembangan sistem online dengan institusi yang mengadministrasikan transaksi

ekonomi strategis tersebut. Khusus untuk WP OP, Pemerintah akan melakukan

upaya perluasan basis pajak melalui ekstensifikasi WP OP berpendapatan tinggi dan

menengah ke atas dengan memperhatikan sektor ekonomi dan perkembangan

wilayah yang potensial. Upaya perluasan basis pajak tersebut akan didukung oleh

peningkatan infrastruktur administrasi perpajakan serta peningkatan kualitas dan

kuantitas SDM. Melalui berbagai upaya tersebut diharapkan mampu memperluas

basis perpajakan nasional sehingga mampu meningkatkan penerimaan pajak.

Menanggapi pernyataan dari Fraksi Partai Demokrasi Perjuangan Indonesia

dan Fraksi Partai Keadilan Sejahtera bahwa rencana penerimaan perpajakan

pada tahun 2015 masih belum memperlihatkan upaya maksimal (extra effort)

karena hanya tumbuh sebesar pertumbuhan alamiahnya, dapat diberikan penjelasan

sebagai berikut. Penerimaan perpajakan pada RAPBN 2015 ditargetkan mencapai

Rp1.370,8 triliun, meningkat Rp124,7 triliun atau 10,0 persen bila dibandingkan

dengan target penerimaan perpajakan pada APBNP tahun 2014. Penetapan target

penerimaan perpajakan didasarkan pada perkembangan perekonomian tahun 2014

dan proyeksi perekonomian tahun 2015. Melambatnya perekonomian nasional pada

semester I tahun 2014 dan pertumbuhan PDB yang relatif moderat pada tahun 2015

yang dipengaruhi menurunnya kegiatan ekspor impor serta relatif rendahnya harga

komoditas akan berdampak terhadap target pertumbuhan penerimaan perpajakan.

Namun, Pemerintah terus berupaya untuk mengoptimalkan penerimaan perpajakan

melalui langkah-langkah kebijakan ekstensifikasi, intensifikasi dan penggalian

potensi. Sekilas angka pertumbuhan tersebut memang hanya sebesar angka

pertumbuhan alamiahnya, sehingga belum mencerminkan adanya upaya maksimal

dalam penghimpunan pajak. Namun, apabila dicermati lebih jauh dengan

mempertimbangkan struktur PDB Indonesia yang masih didominasi oleh sektor

usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), maka pertumbuhan penerimaan

perpajakan pada tahun 2015 masih tergolong cukup tinggi. Hal tersebut mengingat

sektor UMKM yang memberikan kontribusi sekitar 59 persen terhadap total PDB

Indonesia (data tahun 2012), masih didominasi oleh sektor informal yang masih sulit

terjangkau oleh sistem perpajakan Indonesia.

Pemerintah menyadari bahwa penggalian potensi penerimaan perpajakan pada

sektor informal menjadi suatu tantangan dalam upaya meningkatkan penerimaan

perpajakan pada tahun-tahun mendatang. Untuk itu, Pemerintah akan tetap

melakukan berbagai langkah kebijakan untuk memperbaiki sistem perpajakan, baik

dari sisi administrasi maupun regulasi, agar dapat menjangkau sektor informal.

Page 27: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

-L.14-

Salah satu langkah yang ditempuh adalah mengoptimalkan pelaksanaan Peraturan

Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari

Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto

Tertentu. Peraturan tersebut mempermudah pemajakan bagi sektor informal dan

usaha kecil, dengan jalan menerapkan pajak yang sifatnya final dengan tarif 1 persen

bagi wajib pajak dengan omzet tertentu.

Terlepas dari permasalahan belum terjangkaunya sektor informal dalam sistem

perpajakan Indonesia, Pemerintah menyadari bahwa potensi penerimaan

perpajakan masih sangat besar untuk digali. Untuk itu, Pemerintah mengharapkan

dukungan sepenuhnya dari anggota Dewan yang terhormat dan seluruh elemen

masyarakat, agar langkah-langkah kebijakan optimalisasi penerimaan perpajakan

dapat dilakukan secara maksimal.

Menanggapi pernyataan dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera mengenai

pembebanan PPnBM antara konsumen berpenghasilan tinggi dan rendah, serta

mengenai ekstensifikasi objek PPnBM dimaksimalkan pengenaannya kepada

masyarakat berpenghasilan tinggi, dapat disampaikan penjelasan sebagai berikut.

Pemerintah sependapat dengan anggota Dewan yang terhormat untuk lebih

mengoptimalkan instrumen PPnBM dalam rangka memperoleh keseimbangan

pembebanan pajak antara konsumen yang berpenghasilan tinggi dan yang

berpenghasilan rendah. Untuk mendukung hal tersebut, Pemerintah telah

melakukan evaluasi terhadap kebijakan PPnBM dengan mengeluarkan barang yang

sudah dianggap tidak mewah, meningkatkan tarif, dan memperluas cakupan barang

yang dianggap mewah sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan

Nomor 64/PMK.011/2014 yang menetapkan kenaikan tarif PPnBM kendaraan

bermotor yang tergolong mewah (sedan/station wagon 3.000 cc untuk motor bakar

cetus api dan 2.500 cc untuk motor bakar nyala kompresi) dari 75 persen menjadi

125 persen mulai 17 April 2014.

Selain itu, Pemerintah juga sependapat dengan pernyataan anggota Dewan yang

terhormat bahwa ekstensifikasi perlu dilakukan untuk menambah jenis barang yang

dikenai PPnBM. Pertimbangan yang digunakan untuk menambah objek PPnBM

yang baru antara lain adalah barang tersebut hanya dikonsumsi oleh masyarakat

berpenghasilan tinggi dan sebagian besar merupakan produk impor.

Efektivitas pengenaan PPnBM juga harus ditingkatkan untuk mengurangi

penyelundupan. Pemberian label/stiker seperti yang sudah digunakan untuk

pemungutan cukai dapat dipertimbangkan untuk diterapkan dalam pemungutan

PPnBM.

Page 28: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

-L.15-

Menanggapi pertanyaaan dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera, Fraksi Partai

Kebangkitan Bangsa, dan Fraksi Partai Hati Nurani Rakyat mengenai

penghapusan mafia perpajakan, meningkatkan tax compliance, menurunkan tingkat

tax evasion, mengantisipasi kebocoran penerimaan perpajakan, dan fungsi kontrol

pengawasan internal dalam pengelolaan keuangan negara, dapat disampaikan

penjelasan sebagai berikut.

Pemerintah terus berupaya melakukan extra effort, di antaranya melalui

pemberantasan mafia perpajakan, dengan melakukan: (a) sistem whistle blowing

yang efektif; (b) melakukan rotasi yang menyeluruh bagi tenaga fungsional

pemeriksa pajak guna mencegah terjadinya penyimpangan; (c) memperbaiki kualitas

pemeriksaan untuk mengurangi jumlah sengketa pajak; (d) meningkatkan peran

Komite Pengawas Perpajakan guna meningkatkan efektivitas pengawasan terhadap

kepatuhan internal; serta (e) melakukan pengujian kepatuhan internal secara

tematik. Selain itu, Pemerintah terus menerus melakukan pengawasan internal

untuk meningkatkan kedisiplinan dan kepatuhan aparat terhadap kode etik

pelaksanaan tugas. Pegawai pajak yang melanggar kode etik tersebut akan dikenakan

sanksi moral dan atau hukuman disiplin yang mengacu Peraturan Pemerintah

Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Selain itu, dalam upaya meningkatkan tax compliance, Pemerintah telah melakukan

berbagai langkah di antaranya dengan meningkatkan pengawasan terhadap

kepatuhan WP dalam menyampaikan SPT Tahunan PPh, termasuk dengan

pemberian himbauan terhadap WP yang belum menyampaikan SPT tahunan PPh,

serta memberikan bimbingan/konsultasi. Langkah lainnya yang dilakukan adalah

melalui peningkatan pengawasan pembayaran masa, pengawasan dan penggalian

potensi melalui kegiatan mapping, profiling, benchmarking, pengawasan WP sektor

tertentu yang potensial, serta pemanfaatan pertukaran data (feeding) antar unit

terkait.

Sementara itu, dalam upaya menurunkan tingkat tax evasion melalui transfer

pricing, Pemerintah telah melakukan beberapa langkah di antaranya melalui:

(a) pembentukan unit khusus yang melakukan penanganan transfer pricing;

(b) pemberian diklat khusus mengenai transfer pricing kepada para pemeriksa,

account representative, Kepala KPP Madya, KPP Khusus, dan Large Tax Office

(LTO); (c) peningkatan kuantitas penanganan transfer pricing melalui pemberian

kewajiban kepada setiap KPP di lingkungan Kanwil DJP WP Besar, KPP di

lingkungan Kanwil DJP Jakarta Khusus, dan KPP Madya di seluruh Indonesia untuk

melakukan pemeriksaan khusus transfer pricing minimal 4 WP setiap KPP, serta

mewajibkan setiap Kanwil DJP yang berada di wilayah Jakarta untuk melakukan

pemeriksaan simultan terhadap perusahaan-perusahaan yang berada di bawah satu

Page 29: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

-L.16-

grup, minimal 1 grup untuk setiap Kanwil; (d) peningkatan kualitas penanganan

transfer pricing yang dilakukan dalam bentuk pemberian bimbingan kepada setiap

level penanganan masalah transfer pricing, yaitu di tingkatan analisis risiko,

pemeriksaan, keberatan dan banding, serta penyediaan sarana pendukung dalam

penanganan transfer pricing (pengadaan database pembanding dan industrial

report dari perusahaan penyedia commercial database); dan (e) melakukan

penyempurnaan format SPT terkait pelaporan transaksi afiliasi, sehingga WP lebih

transparan dalam melaporkan transaksi afiliasinya.

Dalam upaya mengantisipasi kebocoran, Pemerintah telah mengambil kebijakan

teknis yaitu: (a) mengoptimalkan mekanisme whistle blowing system dalam rangka

mengefektifkan pengawasan internal, dan (b) memaksimalkan peran unit

pengawasan kepatuhan internal DJP.

Terkait fungsi kontrol pengawasan internal dalam pengelolaan keuangan negara,

Pemerintah akan terus melakukan upaya peningkatan kontrol dan pengawasan

internal dalam rangka meminimalkan kebocoran dan meningkatkan penerimaan

negara, baik dari sektor pajak maupun non pajak. Upaya tersebut dilakukan dengan

mengidentifikasi aspek-aspek pengendalian intern yang masih lemah untuk

selanjutnya diperbaiki oleh setiap manjemen yang bertanggung jawab terhadap

pengelolaan penerimaan negara. Selain itu, Pemerintah juga terus mengintensifkan

pengawasan intern melalui audit kepatuhan dan audit kinerja oleh aparat

pengawasan intern masing-masing kementerian negara/lembaga, terutama pada

proses bisnis yang rawan terhadap kebocoran. Sesuai dengan amanat Peraturan

Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008, aparat pengawasan internal Pemerintah telah

membentuk asosiasi profesi dalam bidang pengawasan intern Pemerintah. Melalui

asosiasi tersebut Pemerintah berharap gerak langkah pengawasan intern akan lebih

professional dan seragam dalam menjalankan peran untuk melakukan pengawasan

terhadap pengelolaan keuangan negara.

Menanggapi pernyataan dari Fraksi Partai Amanat Nasional dan Fraksi

Partai Persatuan Pembangunan mengenai langkah-langkah terobosan

optimalisasi perpajakan dapat disampaikan penjelasan sebagai berikut. Pemerintah

sependapat dengan anggota Dewan yang terhormat untuk melakukan langkah-

langkah terobosan optimalisasi penerimaan perpajakan. Terkait hal tersebut,

Pemerintah telah dan akan melakukan langkah-langkah optimalisasi perpajakan

antara lain dengan: (a) meningkatkan penggalian potensi pajak wajib pajak orang

pribadi (WP OP) dengan sasaran orang pribadi golongan pendapatan tinggi dan

menengah atas; (b) mengintensifkan penggalian sektor ekonomi non-tradable

(misalnya properti, jasa keuangan, dan perdagangan) serta kegiatan ekonomi di

bidang sumber daya alam dan perkebunan; (c) menyempurnakan sistem

Page 30: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

-L.17-

administrasi perpajakan untuk meningkatkan kepatuhan WP dengan

mengembangkan sistem administrasi berbasis IT seperti e-filing untuk SPT PPh dan

e-invoice untuk PPN; (d) menggali potensi pajak secara langsung dari beberapa

transaksi ekonomi strategis melalui pengembangan sistem online dengan institusi

yang mengadministrasikan transaksi ekonomi strategis tersebut; (e) meningkatkan

efektivitas pemeriksaan dan penagihan melalui pemeriksaan yang berorientasi pada

pemeriksaan khusus bagi WP strategis dan implementasi model compliance risk

management (CRM); (f) meningkatkan sinergi dengan kepolisian dan kejaksaan

dalam pelaksanaan law enforcement di bidang perpajakan; (g) memperbaiki

regulasi yang memperluas basis pajak untuk meningkatkan penerimaan pajak; dan

(h) meningkatkan infrastruktur administrasi perpajakan dan kualitas serta kuantitas

SDM.

Sementara itu, di bidang kepabeanan dan cukai, Pemerintah akan melakukan

kebijakan antara lain: (a) menggalakkan pemberitahuan dini lewat skema pra-

notifikasi; (b) mendorong peralihan pengiriman pemberitahuan impor barang (PIB)

dan dokumen pelengkap pabean impor secara tunggal (single submission);

(c) mengembangkan sistem layanan dan pengawasan yang berjenjang dan

terotomasi berdasarkan manajemen risiko terpusat di kawasan berikat; (d)

meluncurkan integrated monitoring room untuk pengawasan kawasan berikat di

dua belas kantor pelayanan; (e) meningkatkan akurasi penetapan nilai pabean,

klasifikasi barang, dan pemeriksaan fisik; (f) meningkatkan konfirmasi surat

keterangan asal dalam rangka skema free trade area; (g) meningkatkan akurasi

penelitian jumlah dan jenis barang ekspor; (h) meningkatkan pengawasan modus

antar pulau dan modus switching jenis barang ekspor; (i) optimalisasi operasi

pengawasan terpadu, patroli laut, dan patroli darat; serta (j) melakukan joint audit

dengan Direktorat Jenderal Pajak; (k) mendesain risk engine cukai terintegrasi yang

handal, meliputi penentuan fokus strategis dan area risiko, identifikasi risiko pada

tiap area risiko, menganalisis dan memprediksi risiko, dan formulasi risk engine; (l)

mendesain database cukai terpusat, melalui identifikasi data untuk manajemen

risiko, memilih data untuk disimpan di database, mengembangkan pemetaan data,

formulasi mekanisme update, dan otomasi database; dan (m) penyesuaian besaran

tarif cukai.

Menjawab pandangan dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera mengenai

kenaikan target pendapatan dari bagian laba BUMN tahun 2015 yang hanya sebesar

Rp1 triliun dari APBNP 2014 dapat disampaikan penjelasan sebagai berikut.

Kenaikan target pendapatan bagian laba BUMN 2015 pada dasarnya sudah

mempertimbangkan segala potensi yang mungkin diusahakan oleh BUMN. Kenaikan

tersebut sudah cukup memadai mengingat kondisi perekonomian nasional dan

Page 31: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

-L.18-

global yang diperkirakan di tahun 2015 masih menunjukkan perkembangan kurang

baik. Di samping itu, penetapan target penerimaan negara dari dividen BUMN juga

dilakukan berdasarkan langkah-langkah optimalisasi penerimaan dengan tetap

memperhatikan kebutuhan pendanaan perusahaan. Dalam hal ini, penentuan

dividen dilakukan dengan tetap mempertimbangkan kemampuan BUMN dalam

mendanai investasi yang menguntungkan dalam rangka menjaga keberlangsungan

usaha. Hal tersebut juga diharapkan dalam jangka menengah akan memberikan

dampak peningkatan keuntungan yang akan menyumbangkan dividen yang lebih

besar di tahun-tahun berikutnya.

Peningkatan laba BUMN tersebut juga sudah memperhitungkan extra effort sebagai

berikut:

a. Adanya investasi yang dilakukan BUMN untuk meningkatkan kemampuan dan

daya saing BUMN dalam rangka menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN

(MEA) 2015.

b. Dalam rangka penerapan Global Regulatory Framework for More Resilient

Banks and Banking System (Basel III), Bank Indonesia menetapkan Peraturan

Bank Indonesia Nomor 15/2/PBI/2013 tentang Kewajiban Penyediaan Modal

Minimum Bank Umum dimana Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum

atau Capital Adequacy Ratio (CAR) ditetapkan 8% s.d 14%, sesuai dengan profil

risikonya. Dengan demikian BUMN Perbankan perlu meningkatkan

permodalannya agar tetap dapat melakukan ekspansi kredit.

c. Harga pasar komoditas sektor pertambangan dan perkebunan sedang mengalami

penurunan sehingga mempengaruhi besaran laba usaha BUMN Pertambangan

dan Perkebunan.

d. Beberapa BUMN yang labanya cukup signifikan namun tidak ditargetkan

menyetorkan dividen antara lain: (a) PT PLN dengan proyeksi meraih laba bersih

namun masih mengalami akumulasi kerugian akibat rugi selisih kurs pada tahun

2013; dan (b) PT Taspen, terkait dengan UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang

SJSN.

Terhadap target laba BUMN dalam RAPBN 2015 sebesar Rp41 triliun, akan

diupayakan pemenuhannya dengan cara meningkatkan pay-out-ratio pada BUMN

yang memiliki tingkat likuiditas yang baik dengan tetap mempertimbangkan aspek

kebutuhan investasi BUMN.

Page 32: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

-L.19-

Sejalan dengan hal tersebut, Pemerintah juga terus berupaya untuk melakukan

pembenahan dan restrukturisasi BUMN secara efektif dan berkelanjutan dan

mengarahkannya menjadi korporasi modern dan world class company. Pemerintah,

dalam hal ini Kementerian BUMN, telah melaksanakan pembenahan dan

restrukturisasi BUMN. Arah kebijakan utama terkait dengan pembenahan dan

restrukturisasi BUMN adalah rightsizing. Rightsizing adalah kebijakan untuk

melakukan restrukturisasi BUMN menuju jumlah yang ideal berdasarkan 2 prinsip

utama yaitu (a) perlu tidaknya kepemilikan negara mayoritas dipertahankan pada

BUMN tertentu dan (b) jenis tindakan yang akan dilakukan. Skenario pelaksanaan

rightsizing BUMN tahun 2012—2014 adalah rightsizing sektor kertas, percetakan,

dan penerbitan, sektor perkebunan, sektor kehutanan, sektor pertambangan, sektor

farmasi, sektor pengerukan, dan sektor aneka industri sehingga jumlah BUMN pada

akhir tahun 2012 menjadi sekitar 116 BUMN. Pada tahun 2013, akan dilakukan

rightsizing pada sektor kebandarudaraan, sektor angkutan darat dan kereta api,

sektor pertanian, sektor perdagangan, sektor energi, sektor konstruksi dan konsultan

konstruksi, sektor logistik, dan sektor jasa penilai sehingga jumlah BUMN akan

menjadi sekitar 105 BUMN. Selanjutnya, pada tahun 2014, akan dilakukan

rightsizing pada sektor pertahanan, sektor industri berbasis teknologi, sektor dok

dan perkapalan, sektor baja dan konstruksi baja, sektor asuransi, dan sektor

konstruksi sehingga jumlah BUMN pada akhir tahun 2014 diperkirakan akan

menjadi sekitar 95 BUMN.

Sehubungan dengan pandangan umum dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera

terkait dengan optimalisasi PNBP SDA Non Migas serta pandangan Fraksi Partai

Kebangkitan Bangsa terkait dengan PNBP SDA Perikanan, dapat kami sampaikan

bahwa Pemerintah terus melakukan langkah-langkah untuk meningkatkan PNBP

SDA, baik migas maupun nonmigas. Optimalisasi PNBP SDA nonmigas dilakukan

melalui langkah-langkah sebagai berikut:

PNBP SDA Pertambangan Mineral dan Batu Bara

1. Intensifikasi dan ekstensifikasi PNBP SDA Pertambangan Mineral dan Batubara

dilakukan melalui:

Review PP No. 9 Tahun 2012 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis PNBP yang

berlaku pada Kementerian ESDM;

Renegosiasi Kontrak Karya dan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan

Batubara (PKP2B);

Melakukan kerja sama dengan instansi terkait dalam rangka mengatasi

permasalahan pengelolaan PNBP Minerba. Hal tersebut merupakan hasil

kajian Sistem Pengelolaan PNBP Minerba oleh KPK.

Page 33: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

-L.20-

2. Meningkatkan pengawasan dengan melakukan pemeriksaan terhadap Wajib

Bayar.

PNBP SDA Kehutanan

Untuk optimalisasi penerimaan dari SDA kehutanan, Pemerintah tetap berkomitmen

bahwa hal tersebut diupayakan dengan tidak mengganggu kelestarian hutan,

sehingga upaya peningkatan penerimaan tidak dikaitkan dengan peningkatan

produksi hasil hutan. Namun, peningkatan penerimaan diupayakan melalui

(a) penerimaan dari jasa penggunaan kawasan hutan; (b) melakukan pengembangan

sistem penatausahaan hasil hutan (PUHH) berbasis teknologi informasi (TI) yang

dapat diakses di Kementerian Kehutanan, Dinas Kehutanan Provinsi, Dinas

Kehutanan Kabupaten/Kota serta para pemegang IUPHHK-HA-HT; dan

(c) senantiasa melakukan ekstensifikasi dan intensifikasi PNBP yang berasal dari

sumber daya alam kehutanan melalui inventarisasi potensi jenis PNBP yang

memungkinkan untuk dipungut serta melakukan review atas rasionalitas besaran

tarif jenis PNBP sektor Kehutanan dengan mempertimbangkan faktor kelestarian

alam.

PNBP SDA Perikanan

Upaya untuk meningkatkan penerimaan SDA perikanan akan terus dilakukan,

namun dengan pertimbangan tetap menjaga keberlanjutan sumber daya perikanan

laut dan kedaulatan wilayah laut nasional. Perlu kami sampaikan pula bahwa,

penerimaan dari SDA perikanan yang disetor ke APBN adalah PNBP yang dikenakan

bukan kepada semua kapal tangkap ikan, tetapi hanya dikenakan kepada kapal

diatas 30 gross tonnage (GT). Sementara itu, kapal-kapal tangkap ikan yang di

bawah 30 GT menjadi wewenang pemerintah daerah.

Kebijakan-kebijakan yang ditempuh dalam rangka optimalisasi PNBP perikanan

adalah (a) meningkatkan fasilitas sarana dan prasarana pelayanan, serta

peningkatan jaminan usaha sektor kelautan dan perikanan; (b) meningkatkan

pelayanan dan penertiban perizinan usaha di bidang perikanan serta pengawasan

sumber daya kelautan dan perikanan; (c) meningkatkan daya saing armada

perikanan nasional; (d) melakukan penyesuaian harga patokan ikan (HPI) secara

periodik sehingga sesuai dengan kondisi terkini; dan (e) terus melakukan reviu

terhadap jenis dan tarif atas jenis PNBP untuk menampung potensi PNBP yang ada

dan melakukan penyesuaian tarif PNBP dengan kondisi terkini dan mendorong

kepastian bagi wajib bayar/pengguna jasa sektor kelautan dan perikanan.

Sehubungan dengan pandangan anggota dewan dari Fraksi Partai Kebangkitan

Bangsa dan Fraksi Partai Keadilan Sejahtera terkait dengan cost recovery

dapat kami sampaikan bahwa Pemerintah serius untuk mengendalikan cost recovery

Page 34: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

-L.21-

baik dari sisi penyempurnaan regulasi maupun dari sisi peningkatan pengawasan

terhadap pembebanan biaya operasi oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS).

Pemerintah telah menetapkan Peraturan Pemerintah No. 79 tahun 2010 tentang

Biaya Operasi Yang Dapat Dikembalikan dan Perlakukan Pajak Penghasilan Di

Bidang Usaha Hulu Migas, sehingga memberikan kejelasan dan ketegasan mengenai

jenis biaya operasi yang dapat dibebankan sebagai cost recovery. Pengaturan

mengenai pembebanan jenis biaya operasi tersebut juga memberikan kepastian

mengenai perhitungan pajak penghasilan dari sektor migas. Pengendalian cost

recovery juga terus dilakukan oleh SKK Migas selaku pelaksana dan pengawas

kegiatan usaha hulu migas melalui monitoring dan evaluasi terhadap Work Program

& Budget (WP&B) KKKS pada awal, pelaksanaan (current), dan post audit.

Selain oleh SKK Migas, audit terhadap cost recovery juga dilakukan oleh auditor

Pemerintah (BPKP dan DJP) dan auditor BPK RI dalam rangka menilai kepatuhan

KKKS dalam pelaksanaan Kontrak Kerja Sama dan perhitungan penerimaan bagian

negara dari sektor migas, yaitu PNBP migas dan PPh migas.

Pemerintah menyadari bahwa pengendalian dan pengawasan terhadap cost recovery

harus dilakukan secara konsisten dan terus menerus, seperti update negative list,

dan peningkatan governance perusahaan. Namun, pengendalian dan pengawasan

tersebut harus dilakukan secara cermat dan hati-hati agar tidak memberikan

dampak yang negatif terhadap investasi di sektor hulu migas. Penentuan besaran

cost recovery memiliki sensitivitas terhadap investasi di sektor hulu migas karena

dapat mempengaruhi pendanaan untuk kegiatan survei, eksplorasi, dan eksploitasi

migas dalam rangka penemuan cadangan-cadangan baru dan pengembangan

lapangan untuk peningkatan produksi migas di masa yang akan datang.

Terkait dengan efisiensi cost recovery dapat kami jelaskan sebagai berikut. Dalam

mengupayakan efisiensi cost recovery, Pemerintah tetap akan berpedoman pada

peraturan yang ada yakni PP Nomor 79 tahun 2010 tentang Biaya Operasi yang

Dapat Dikembalikan dan Perlakuan PPh di Bidang Usaha Hulu Migas. Namun,

Pemerintah juga tetap mempertimbangkan kondisi terkini sektor hulu migas. Saat

ini, secara umum menghadapi kondisi natural declining dimana dibutuhkan biaya

yang tinggi dalam menghasilkan produksi migas. Biaya-biaya untuk eksplorasi juga

telah diberikan guna mendukung upaya peningkatan produksi dan meningkatkan

efisiensi cost recovery, terutama melalui pembebasan bea masuk atas barang modal

yang diimpor untuk mendukung kegiatan eksplorasi migas. Sementara itu, terhadap

penurunan penerimaan negara dari sektor migas perlu menjadi perhatian semua

stakeholder terkait agar segala hambatan, khususnya dalam upaya peningkatan

Page 35: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

-L.22-

produksi, dapat diminimalisir dan diikuti dengan efisiensi produksi, serta penerapan

transparansi dan tata kelola yang baik dalam industri migas.

Pemerintah terus berkomitmen untuk mendorong peningkatan produksi migas

melalui pemberian fasilitas fiskal dan non fiskal. Kebijakan insentif fiskal dilakukan

melalui pemberian fasilitas bebas bea impor dan PPN impor bagi barang modal

untuk kegiatan eksplorasi hulu migas. Di samping itu, Pemerintah juga telah

menerbitkan Inpres Nomor 2 Tahun 2012 tentang Peningkatan Produksi Minyak

Mentah Nasional yang memberikan pedoman untuk mengambil langkah-langkah

yang diperlukan secara terkoordinasi dan terintegrasi sesuai tugas, fungsi, dan

kewenangan kementerian negara/lembaga masing-masing untuk mencapai produksi

minyak bumi nasional.

Terkait penerimaan royalti, Pemerintah sependapat dengan pandangan anggota

Dewan bahwa dibutuhkan pembenahan yang serius untuk meningkatkan PNBP.

Pembenahan tersebut telah dan akan terus dilaksanakan guna memberikan manfaat

yang optimal bagi perekonomian nasional dan penerimaan negara. Upaya

optimalisasi penerimaan dari SDA terutama dari penerimaan royalti batubara secara

intensif terus dilakukan. Saat ini beberapa instansi terkait telah bekerjasama dengan

aparat penegak hukum, baik Kepolisian maupun KPK untuk melakukan penagihan

atas tunggakan pembayaan royalti beberapa pengusaha tambang. Upaya tersebut

disamping akan menaikkan penerimaan dari PNBP SDA, juga akan meningkatkan

penerimaan perpajakan atas kegiatan tambang.

Terhadap pandangan Fraksi Partai Keadilan Sejahtera yang menilai adanya

penurunan penerimaan PNBP SDA tahun 2015 sebesar Rp5 triliun dari APBNP 2014

dapat kami sampaikan bahwa hal tersebut berkaitan dengan adanya penurunan

penerimaan SDA gas sebagai akibat dari adanya perubahan alokasi pasokan gas dari

ekspor ke domestik, yang telah menyebabkan lebih rendahnya gross revenue gas

untuk tahun 2015 dibandingkan dengan gross revenue gas untuk tahun 2014. Selain

itu, penurunan gross revenue juga disebabkan oleh adanya perbedaan harga gas

yang cukup signifikan antara harga gas untuk tujuan ekspor sebesar rata-rata

berkisar $13/MMBTU karena dipengaruhi oleh asumsi harga minyak mentah

$105/barel dibandingkan dengan harga gas untuk tujuan domestik yang rata-rata

mencapai $6/MMBTU.

Menanggapi pernyataan dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa agar penetapan

ICP berdampak positif bagi penerimaan negara dapat kami sampaikan bahwa

penetapan ICP saat ini didasarkan pada perkembangan terkini atas harga minyak

mentah di pasaran internasional dan informasi terkait dengan proyeksi beberapa

publikasi internasional. Proyeksi dari publikasi tersebut memperhitungkan beberapa

Page 36: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

-L.23-

variabel yang mempengaruhi perkembangan harga minyak mentah dunia ke depan.

Variabel-variabel tersebut mencakup di antaranya supply-demand harga minyak

mentah, kondisi geopolitis, dan kondisi perekonomian dunia. Selanjutnya, harga ICP

yang ditetapkan dengan mempertimbangkan variabel-variabel tersebut, digunakan

untuk memperhitungkan penerimaan dari kegiatan hulu migas.

Sehubungan dengan pandangan umum dari Fraksi Partai Amanat Nasional,

Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa, Fraksi Partai Demokrasi Indonesia

Perjuangan, dan Fraksi Partai Keadilan Sejahtera terkait optimalisasi PNBP

Lainnya, dapat kami sampaikan bahwa saat ini pemerintah telah menerapkan sistim

informasi PNBP online (SIMPONI). Penerapan sistem ini tidak hanya

mempermudah masyarakat dalam melakukan pembayaran PNBP, tetapi juga dapat

dijadikan database PNBP yang dapat dipergunakan Pemerintah untuk

mengidentifikasi dan memonitor para pembayar PNBP. Kebijakan-kebijakan yang

dilakukan Pemerintah dalam rangka optimalisasi PNBP lainnya adalah sebagai

berikut:

1. Intensifikasi PNBP

• Menyempurnakan ketentuan perundangan pengelolaan PNBP, termasuk akan

merevisi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang PNBP.

• Melakukan sosialisasi kepada seluruh stakeholders agar PNBP dikelola sesuai

peraturan perundangan yang berlaku.

• Meminta K/L untuk menyetorkan seluruh PNBP ke kas negara.

• Melakukan penertiban sistem pengelolaan PNBP dengan membangun Sistem

Informasi PNBP Online dalam rangka menciptakan sistem

pengadministrasian penerimaan negara yang modern.

• Meningkatkan peran Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) dan BPKP

dalam pemeriksaan di bidang PNBP termasuk audit optimalisasi penerimaan

negara.

• Percepatan penyelesaian PP tentang jenis dan tarif PNBP yang berlaku pada

Kementerian Negara/Lembaga.

• Penyederhanaan prosedur pelayanan PNBP oleh KL

• Melakukan monitoring dan evaluasi pengelolaan PNBP pada K/L, untuk

mengetahui masalah dan kemudian dicarikan solusi agar pengelolaan PNBP

lebih optimal.

2. Ekstensifikasi PNBP

• Meminta K/L yang belum mempunyai dasar hukum pemungutan tarif untuk

segera mengusulkan PP tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis PNBP kepada

Menteri Keuangan.

Page 37: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

-L.24-

• Meminta K/L yang sudah mempunyai PP tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis

PNBP untuk menginventarisir kembali seluruh potensi jenis PNBP dan

menempatkannya dalam PP

• Mengevaluasi jenis dan besaran tarif atas jenis PNBP yang sudah tidak

relevan.

Menanggapi penyataan Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, pada

dasarnya Pemerintah sepakat dengan pernyataan dari anggota Dewan bahwa review

dan reformulasi tarif harus dilakukan untuk mengoptimalkan PNBP. Saat ini,

Pemerintah sedang merevisi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang PNBP.

Revisi tersebut dilakukan untuk disesuaikan dengan perkembangan situasi aktual

dan untuk menghadapi tantangan-tantangan di masa depan. Pemerintah

berpendapat revisi tersebut merupakan langkah yang paling tepat untuk

mengharmonisasikan dan menyesuaikan regulasi PNBP serta dalam rangka

mengantisipasi kebijakan PNBP ke depan. Di samping itu, Pemerintah juga akan

terus mereviu dan menyempurnakan peraturan pemerintah di bidang PNBP untuk

disesuaikan dengan perekembangan situasi terkini, sekaligus untuk

menyempurnakan mekanisme penagihan, penyetoran, dan tertib administrasi

PNBP. Saat ini revisi RUU PNBP tersebut telah dilaksanakan harmonisasi peraturan

perundangan-undangan dan telah diserahkan kepada Sekretariat Negara untuk

dimintakan paraf kepada pimpinan kementerian terkait.

Terkait pandangan Fraksi Partai Keadilan Sejahtera mengenai optimalisasi

pendapatan BLU dapat Pemerintah sampaikan bahwa pendapatan BLU pada tahun

2015 sebesar Rp22 triliun sudah mengalami kenaikan sebesar 1,4 triliun bila

dibandingkan dengan target tahun 2014. Peningkatan target penerimaan BLU tahun

2015 tersebut antara lain dipengaruhi oleh perkiraan peningkatan volume layanan

pada Satker BLU. Namun, apabila dibandingkan dengan realisasi tahun 2013, target

penerimaan BLU 2015 tersebut mengalami penurunan. Hal tersebut dikarenakan

terdapat 7 Satker BLU Perguruan Tinggi Negeri yang berubah status menjadi badan

hukum, sehingga target penerimaannya tidak diperhitungkan dalam target

penerimaan BLU tahun 2015. Selain itu, mulai tahun 2013 Pemerintah melakukan

kebijakan moratorium pembentukan Satker BLU baru dalam rangka mengevaluasi

kebijakan pengelolaan BLU.

Menanggapi pertanyaan Fraksi Partai Amanat Nasional mengenai

keseimbangan antara meningkatkan PNBP dengan ketahanan energi dapat kami

sampaikan bahwa untuk kegiatan usaha terkait dengan komoditi energi, Pemerintah

disamping berupaya untuk meningkatkan penerimaan juga mewajibkan adanya

pemenuhan kewajiban kebutuhan dalam negeri melalui DMO (domestic market

Page 38: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

-L.25-

obligation) dengan tujuan untuk memberikan jaminan supply pasar dalam negeri

atas kebutuhan energi (minyak mentah, gas bumi, dan batubara).

Pemerintah memahami bahwa peningkatan kegiatan eksploitasi sumber daya alam

terutama yang sifat non renewable akan mengancam ketahanan energi pada masa

mendatang. Untuk itu, memang perlu untuk dipertimbangkan adanya upaya untuk

melakukan pembatasan terutama ekpor atas beberapa komoditi energi. Hal tersebut

juga dimaksudkan sebagai upaya untuk lebih mengedepankan terjaminya kebutuhan

dalam negeri dan upaya untuk melindungi kelestarian lingkungan mengingat bahwa

kegiatan eksplotasi di sektor energi terkait erat dengan kawasan hutan.

C. BELANJA PEMERINTAH PUSAT

Menanggapi pertanyaan Fraksi Partai Persatuan Pembangunan mengenai

capaian program prioritas yang telah berhasil dicapai beserta tantangan dan

hambatannya, Pemerintah dapat disampaikan penjelasan untuk beberapa bidang

sebagai berikut.

Pendidikan Nasional

Hingga berakhirnya pelaksanaan RPJMN 2010-2014, Pemerintah telah berhasil

meningkatkan taraf pendidikan penduduk. Hal ini tercermin dari meningkatnya

rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas, yang semula 7,7 tahun

(2009) meningkat menjadi 8,1 tahun (2012). Selain itu, jumlah siswa untuk jenjang

SD/MI/sederajat meningkat dari 30.542 ribu pada tahun 2009 menjadi 31.009 ribu

pada tahun 2013. Namun demikian, upaya yang telah dilakukan belum sepenuhnya

menghilangkan kesenjangan partisipasi pendidikan antarkelompok masyarakat.

Selain itu, masih terdapat kesenjangan kualitas antar satuan pendidikan. Faktor-

faktor yang menyebabkan kualitas masih rendah, antara lain adalah lingkungan dan

budaya sekolah belum terbangun dengan baik, fasilitas pendidikan (laboratorium,

perpustakaan) yang mendukung proses belajar mengajar yang berkualitas belum

tersedia merata serta kompetensi guru pendidikan menengah yang masih belum

mumpuni. Selanjutnya tingginya angka pengangguran lulusan Sekolah Menengah

Kejuruan menunjukkan bahwa pengetahuan dan keterampilan lulusan belum

sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pasar kerja. Oleh karena itu , tantangan yang

dihadapi adalah meningkatkan kemampuan kognitif, karakter, dan soft-skills

lulusan, dan peningkatan kualitas dan relevansi pendidikan menengah sesuai dengan

kebutuhan pembangunan dan lapangan pekerjaan.

Page 39: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

-L.26-

Ketahanan Pangan

Tantangan yang dihadapi oleh Pemerintah adalah pertambahan jumlah penduduk,

tingkat pendapatan, dan berkembangnya kelas menengah, diperkirakan akan

meningkatkan permintaan bahan pangan yang cukup besar dan beragam serta

kualitas yang semakin tinggi. Sementara produksi pangan sebagian besar masih

dilakukan oleh petani kecil dengan lahan olahan yang sempit dan kebutuhan non

pertanian. Selanjutnya, ketersediaan pangan berpengaruh terhadap gejolak harga

pangan dan inflasi, sementara inflasi mempengaruhi aksesibilitas pangan

masyarakat. Hal ini diperparah oleh dampak iklim ekstrim serta bencana alam yang

dialami oleh petani akan mempengaruhi ketersediaan pangan masyarakat. Untuk itu

Pemerintah mengambil langkah strategi antara lain: (1) peningkatan produksi padi

dan sumber pangan protein dari dalam negeri; (2) peningkatan kelancaran distribusi

dan penguatan stok pangan dalam negeri; dan (3) perbaikan kualitas konsumsi

pangan dan gizi masyarakat. Selain itu, usaha Pemerintah untuk mengahadapi

tantangan stabilitas harga pangan antara lain dengan melakukan pemantauan

perkembangan fluktuasi harga pangan pokok dan peningkatan peranan Perum

Bulog serta pengaturan impor ekspor bahan pangan untuk stabilisasi harga pangan

tanpa mengganggu produksi.

Pertahanan Keamanan

Pada tahun 2015, moderenisasi alutsista TNI merupakan salah satu kebijakan yang

diambil oleh Pemerintah. Hal ini berdampak meningkatnya daya penggentar militer

Indonesia yang tercermin dari menurunnya intensitas upaya gangguan kewibawaan

dan kedaulatan NKRI. Konsekuensi dari peningkatan kekuatan militer tersebut

adalah penyediaan anggaran pemeliharaan dan perawatan alutsista yang harus

dialokasikan pembiayaannya. Hal ini merupakan salah satu tantangan bagi

Pemerintah. Selain itu, tantangan lain yang dihadapi Pemerintah adalah

kesejahteraan prajurit TNI yang harus diperhatikan untuk meningkatkan

profesionalisme prajurit TNI. Konsepsi kesejahteraan prajurit TNI dikelompokkan

dalam empat komponen, yaitu pendapatan minimal, perumahan, kesehatan dan

purna tugas.

Kesehatan

Salah satu program prioritas Pemerintah adalah pengembangan jaminan kesehatan

nasional. Pada tahun 2013, penduduk yang tercakup dalam sistem jaminan

kesehatan nasional diperkirakan mencapai 64,58 persen. Hal ini akan terus

ditingkatkan dengan dilaksanakannya skema Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di

bawah pengelolaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.

Tantangan utama dari program ini adalah mengembangkan mekanisme peningkatan

Page 40: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

-L.27-

kepesertaan khususnya non-penerima upah yang biasanya cukup sulit dilakukan

tanpa insentif.

Selain JKN, tantangan yang dihadapi Pemerintah dalam bidang kesehatan adalah

terbatasnya tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan

primer, sekunder, dan tersier terutama pada daerah perdesaan, terpencil, sangat

terpencil, tertinggal, perbatasan, dan kepulauan. Selain itu kendala geografis juga

menyebabkan keterbatasan akses pelayanan kesehatan di berbagai daerah. Oleh

karena itu Pemerintah membentuk sistem kendali mutu dan meningkatkan kualitas

pelayanan kesehatan primer melalui pemenuhan standar pelayanan kesehatan di

puskesmas dan jaringannya.

Menanggapi masukan dari Fraksi Partai Hanura mengenai kebijakan yang

mendukung percepatan pembangunan infrastruktur, pada dasarnya Pemerintah

telah melakukan upaya-upaya dan terus berusaha melakukan terobosan percepatan

pembangunan infrastruktur dalam peningkatan kedaulatan pangan, ketahanan

energi dan biaya logistik. Dalam periode RPJMN II, kebijakan umum tentang

pangan, energi dan logistik pencapaian pembangunan infrastruktur irigasi dalam

rangka mendukung ketahanan pangan nasional sampai dengan pertengahan tahun

2013 telah dilakukan peningkatan luas layanan jaringan irigasi seluas 858,4 ribu

hektar, rehabilitasi jaringan irigasi seluas 3,2 juta hektar, serta operasi dan

pemeliharaan jaringan irigasi yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat rata-rata

pertahun seluas 1,8 juta hektar. Selain itu, juga telah dilakukan

peningkatan/rehabilitasi jaringan rawa seluas 1,6 juta hektar serta operasi dan

pemeliharaan jaringan rawa rata-rata pertahun seluas 642,8 ribu hektar.

Sementara untuk mendukung ketahanan energi telah dilakukan kegiatan

pembangunan antara lain: (1) pembangunan jaringan distribusi gas bumi untuk

rumah tangga sebesar lebih dari 66 ribu sambungan rumah; (2) pembangunan

infrastruktur gas untuk transportasi yang meliputi pembangunan 8 unit SPBG

(stasiun pengisian bahan bakar gas) di Palembang dan Surabaya, pembagian

konverter kit sekitar 3.500 unit, dan rencana pengembangan mobile refueling unit

(MRU) sebanyak 4 unit. Sementara itu kapasitas pembangkit listrik telah

ditingkatkan sebesar 18.799 MW sehingga kapasitas terpasang pembangkit tenaga

listrik nasional menjadi sebesar 46.428 MW pada tahun 2013, jaringan transmisi

tenaga listrik telah ditambah sepanjang 7.302 km menjadi 38.896 km di tahun 2013,

jaringan distribusi tenaga listrik ditingkatkan sepanjang 154.202 km menjadi

761.957 km pada tahun 2013. Pemerintah juga telah melakukan peningkatan

anggaran yang difokuskan untuk infrastruktur konektivitas dan bidang-bidang lain.

Pelaksanaan kegiatan di bidang konektivitas nasional diharapkan dapat menurunkan

biaya logistik, yang pada akhirnya dapat meningkatkan daya saing produksi dalam

Page 41: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

-L.28-

negeri. Beberapa hasil yang telah dicapai sampai dengan tahun 2013 antara lain:

meningkatnya kemantapan jalan nasional, pembangunan dan peningkatan kondisi

jalur kereta api, pembangunan dan rehabilitasi bandara, serta pembangunan dan

peningkatan pelabuhan.

Selanjutnya, menanggapi pertanyaan mengenai infrastruktur, pada prinsipnya

Pemerintah sepakat dengan pandangan dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera

terkait dengan peningkatan alokasi belanja modal, khususnya belanja infrastruktur

dalam mendorong perekonomian. Pemerintah sangat menyadari akan pentingnya

peran infrastruktur tersebut. Namun, kemampuan keuangan negara dalam

mewujudkan infrastruktur yang menjangkau seluruh wilayah dan dapat dinikmati

oleh seluruh golongan masyarakat masih relatif terbatas, disamping kebijakan

bahwa RAPBN tahun 2015 adalah baseline budget. Upaya perbaikan struktur dan

postur keuangan terus diupayakan, antara lain dengan meningkatkan porsi belanja

modal dan infrastruktur pemerintah, serta mendorong keterlibatan BUMN dan

pihak swasta dalam penyediaan infrastruktur (Skema Public Private Partnership-

PPP).

Pemerintah tetap secara konsisten terus berkomitmen untuk meningkatkan belanja

produktif melalui belanja infrastruktur. Alokasi anggaran pada belanja modal antara

lain akan difokuskan pada pembangunan infrastruktur yang mempunyai daya

dorong kuat dan multiplier yang tinggi terhadap pertumbuhan dan aktivitas

ekonomi seperti listrik, jalan, dan pelabuhan. Pembangunan infrastruktur antara

lain untuk: pengembangan infrastruktur pada 6 (enam) koridor ekonomi berupa

pembangunan infrastruktur dasar dan perbaikan kesejahteraan rakyat;

pembangunan infrastruktur pertanian untuk mendukung pencapaian program

ketahanan pangan; serta pembangunan infrastruktur energi dan komunikasi.

Melalui kebijakan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi

Indonesia (MP3EI), Pemerintah telah berkomitmen untuk mengurangi kesenjangan

infrastruktur antar wilayah dengan memprioritaskan antara lain program domestic

connectivity, ketahanan pangan dan energi.

Pemerintah juga sependapat dengan pandangan Fraksi Partai Keadilan

Sejahtera untuk memprioritaskan dan mengalokasikan anggaran transportasi

masal yang terintegrasi, terkoneksi dan user friendly untuk moda transportasi kereta

api, angkutan laut dan udara, serta meningkatkan kinerja dalam pembangunan

infrastruktur sektor transportasi. Pemerintah dalam hal ini Kementerian

Perhubungan terus berusaha meningkatkan pelayanan transportasi berbasis

transportasi masal yang terintegrasi, terkoneksi, dan user friendly melalui

kebijakan-kebijakan antara lain sebagai berikut:

Page 42: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

-L.29-

a. Penambahan kapasitas mass transit yaitu Bus Rapid Transit (BRT) di kota

metropolitan dan kota-kota besar.

b. Pengembangan dan pembangunan bandara baru dalam coverage area

(jangkauan pelayanan) untuk mengatasi kepadatan arus penumpang.

c. Sistem intra dan suprastruktur bandara termasuk IT dan control system

bandara.

d. Penambahan armada dalam negeri untuk mengangkut barang dalam negeri

untuk ekspor dan impor

e. Peremajaan kapal-kapal tua dengan scrapping/pembangunan kapal baru di

galangan kapal Indonesia.

f. Pembangunan 2 pelabuhan hub internasional pada sisi barat (Alki 1) dan sisi

timur (Alki 3) : Pelabuhan Kuala Tanjung dan Pelabuhan Bitung.

g. Penambahan fasilitas perkeretaapian; jalur kereta api, gerbong lokomotif,

gerbong kereta, gerbong barang, gerbong kereta kota.

Mengenai masalah eksekusi atau penyerapan belanja modal yang rendah dapat

disampaikan bahwa Pemerintah telah mengambil beberapa langkah strategis untuk

mengoptimalkan tingkat realisasi penyerapan anggaran pada Kementerian

Negara/Lembaga, dengan pendekatan fleksibilitas dalam pelaksanaan anggaran dan

mengurangi jalur birokrasi. Secara umum, permasalahan penyerapan ini antara lain

dipengaruhi oleh: (1) kendala dalam proses pengadaan tanah; (2) kehati-hatian

pejabat/pegawai yang terkait dalam pengelolaan keuangan atau kegiatan; dan (3)

dokumen pelaksanaan anggaran yang tidak lengkap sehingga perlu proses revisi.

Secara teknis, Pemerintah telah dan akan terus melakukan upaya terobosan untuk

percepatan peningkatan penyerapan anggaran dengan langkah-langkah yang

meliputi antara lain: (1) penyempurnaan mekanisme pengadaan barang dan jasa;

(2) penyempurnaan mekanisme pelaksanaan anggaran; (3) penyederhanaan

prosedur revisi anggaran; (4) percepatan penagihan kegiatan proyek oleh pihak

kontraktor; (5) penyederhanaan format DIPA untuk meningkatkan fleksibilitas bagi

K/L dalam pelaksanaan anggaran; serta (6) pengintegrasian database RKA-KL dan

DIPA sehingga mempercepat penerbitan DIPA.

Dapat disampaikan pula, pendorong pertumbuhan (investasi pemerintah) bukan

hanya tercermin dari anggaran belanja modal, mengingat terdapat bagian jenis

belanja lainnya yang berkarakteristik modal, seperti: belanja barang yang diserahkan

kepada masyarakat/pemerintah daerah, anggaran PNPM, serta investasi yang

bersifat penanaman modal.

Selanjutnya, pemerintah sependapat dengan Fraksi Partai Keadilan Sejahtera

Page 43: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

-L.30-

mengenai peningkatan pengalokasian belanja modal dalam rangka pembangunan

infrastruktur pertanian. Dapat dijelaskan bahwa pemerintah telah berupaya untuk

meningkatkan pengalokasian belanja modal yang antara lain digunakan untuk:

percepatan pencetakan sawah, peningkatan dan rehabilitasi jaringan irigasi tersier

dan ditingkat usaha tani, perluasan areal hortikultura/perkebunan/peternakan, serta

perluasan areal kedelai di lahan baru. Selain itu dalam rangka mendukung program

ketahanan pangan dengan target surplus beras 10 juta ton per tahun, Pemerintah

melalui Kementerian Pekerjaan Umum terus berupaya meningkatkan alokasi belanja

modal untuk kegiatan pembangunan infrastruktur bidang pertanian melalui

pembangunan/peningkatan jaringan irigasi, waduk, dan bangunan penampung air

lainnya.

Terkait dengan infrastruktur kelautan dalam kerangka industrial maritime chain

yang komprehensif kiranya dapat dijelaskan bahwa Pemerintah mendukung

pengembangan perekonomian berbasis bahari secara serius dan terintegrasi baik

hulu maupun hilirnya yang mencakup industri perikanan, transportasi,

pertambangan laut, industri produk olahan hasil laut, wisata bahari, riset maritim

dan lainnya sehingga akan dapat menjadi pusat pertumbuhan baru yang potensial

mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Sejalan

dengan hal tersebut, sesuai dengan RKP Tahun 2015 arah kebijakan dan strategi

Pemerintah untuk mendukung pembangunan di bidang kelautan antara lain sebagai

berikut:

1. Pengelolaan pulau-pulau kecil, terutama pulau-pulau kecil terluar/ terdepan.

Arah kebijakan dan strategi yang akan dilakukan mencakup : (a) pemenuhan

kebutuhan infrastruktur dasar, seperti listrik dan air bersih di pulau-pulau kecil

terluar berpenduduk dan (b) mengembangkan kerjasama lintas instansi

terkait/antar pemda setempat dalam mendukung eksistensi NKRI di pulau-

pulau terdepan/terdepan yang berpenduduk dan tidak berpenduduk;

2. Peningkatan tata kelola dan pengamanan wilayah juridiksi serta batas laut

Indonesia. Arah kebijakan dan strategi difokuskan pada: (a) penyusunan

Roadmap Pembangunan Kelautan dan Rencana Aksi Nasional Kelautan

Indonesia 2015-2019 serta peningkatan koordinasi lintas instansi dalam

pelaksanaan pembangunan kelautan; (b) penyelesaian tata batas laut yang

belum tuntas dengan negara tetangga, melalui perundingan perbatasan; (c)

penyelesaian pembakuan nama pulau-pulau ke PBB melalui identifikasi potensi,

pemetaan dan penamaan pulau-pulau kecil; (d) memperkuat dan

mengembangkan kerjasama regional maupun internasional dalam pengelolaan

dan konservasi wilayah laut, seperti program Coral Triangle Initiative (CTI),

Sulu Sulawesi Marine Ecoregion (SSME) dan lainnya; serta (e) penyusunan

Page 44: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

-L.31-

zonasi wilayah pesisir di beberapa provinsi/kab/kota dan penyusunan peraturan

terkait penataan ruang laut;

3. Peningkatan pengawasan pemanfaatan sumber daya kelautan dan pengendalian

kegiatan ilegal. Arah kebijakan dan strategi difokuskan pada: (a) peningkatan

sarana prasarana, cakupan pengawasan, jumlah hari operasi, dan peningkatan

kapasitas kelembagaan pengawasan sumber daya kelautan; (b) peningkatan

koordinasi lintas intansi dalam pengawasan wilayah laut dan pengamanan

wilayah dari pemanfaatan sumber daya kelautan yang merusak; (c)

mengintensifkan penegakan hukum dan pengendalian illegal fishing serta

kegiatan yang merusak di laut; dan (d) Peningkatan peran serta masyarakat

dalam pengawasan pemanfaatan sumber daya kelautan dari kegiatan yang

merusak sumber daya laut;

4. Penguatan konektivitas laut dan industri maritim. Arah kebijakan dan strategi

difokuskan pada: (a) pembangunan pelabuhan perintis dan prasarana

pendukungnya dalam kerangka penguatan konektifitas dengan media laut; (b)

penambahan armada dan moda transportasi perintis di wilayah-wilayah remote

dan potensial; (c) penambahan rute dan frekuensi transportasi perintis; dan (d)

penguatan kemampuan industri maritim;

5. Peningkatan pemanfaatan bioresources kelautan, pengelolaan pesisir dan

konservasi perairan. Arah kebijakan dan strategi difokuskan pada: (a)

menyempurnakan dan melengkapi sistem perijinan dan investasi di pulau-pulau

kecil; (b) pembangunan sarana dan prasarana pendukung pengembangan

ekonomi pulau kecil dan kawasan konservasi; (c) penyusunan tata ruang dan

zonasi terutama di kawasan konservasi dan pulau-pulau yang akan

dikembangkan, termasuk penataan zonasi yang tepat, sejalan dengan

kepentingan pengembangan perikanan laut; (d) meningkatkan data dan

informasi terkait dengan ketersediaan dan kondisi sumber daya kelautan

lainnya seperti energi laut, keanekaraman hayati untuk pemanfaatan dalam

skala ekonomi: (e) penambahan luasan kawasan konservasi; dan (f) rehabilitasi

kawasan pesisir yang rusak, pengendalian bencana alam dan mitigasi dampak

perubahan iklim, penanaman vegetasi pantai termasuk mangrove, peningkatan

kesiapan dan ketahanan desa pesisir dalam menghadapi dampak bencana dan

perubahan iklim, serta pengurangan pencemaran wilayah pesisir dan laut.

Menanggapi pertanyaan Fraksi Partai Persatuan Pembangunan mengenai

minimnya inovasi Pemerintah dalam mengatasi masalah ketertinggalan

infrastruktur dibandingkan dengan negara lain, Pemerintah menyadari infrastruktur

menjadi prasyarat pokok keunggulan ekonomi suatu negara. Laporan dari WEF

(World Economic Forum) menilai bahwa daya saing infrastruktur Indonesia

Page 45: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

-L.32-

menurun dari urutan 89 dari 125 negara pada tahun 2005 menjadi 96 dari 134

negara pada tahun 2009. Namun demikian, daya saing tersebut akhirnya mengalami

peningkatan yang cukup signifikan menjadi urutan 82 dari 148 negara pada tahun

2013. Kenaikan peringkat daya saing infrastruktur terutama disebabkan peningkatan

yang cukup signifikan pada sektor transportasi dan telekomunikasi. Untuk

infrastruktur jalan mengalami peningkatan dari urutan ke 105 pada tahun 2009

menjadi urutan ke 78 pada tahun 2013. Sedangkan pelabuhan dari urutan ke 104

pada tahun 2009 menjadi urutan ke 89 pada tahun 2013. Pada sektor

telekomunikasi dari urutan ke 100 pada tahun 2009 menjadi urutan ke 62 pada

tahun 2013. Perbaikan peringkat infrastruktur transportasi tersebut karena selama

kurun waktu tersebut, pemerintah berusaha meningkatkan investasi untuk

pembangunan transportasi. Sedangkan infrastruktur telekomunikasi lebih banyak

didorong oleh dunia usaha yang sangat responsif terhadap deregulasi dan liberalisasi

sektor telekomunikasi sehingga tidak banyak anggaran pemerintah yang

dialokasikan.

Salah satu kendala bagi pembangunan infrastruktur adalah masalah pendanaan.

Terkait hal ini dapat disampaikan bahwa pendanaan pembangunan infrastruktur

tidak hanya bersumber dari APBN, tetapi juga dilakukan melalui skema pendanaan

BUMN dan Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS). Beberapa kebijakan akan

dilakukan terkait dengan skema KPS di bidang infrastruktur untuk mengurangi celah

pembiayaan infrastruktur yang tidak dapat tertutupi oleh anggaran Pemerintah,

antara lain: (1) Pembukaan peluang usaha bagi badan usaha secara kompetitif, tidak

diskriminatif, dan transparan; (2) Penyiapan proyek KPS bankable; (3) Peningkatan

kapasitas dukungan viability gap fund (VGF) dan jaminan Pemerintah serta

lembaga pembiayaan; dan (4) Penyederhanaan dan harmonisasi regulasi terkait

penyediaan infrastruktur melalui skema KPS.

Sebagai langkah lanjut, Pemerintah telah menawarkan banyak proyek-proyek

infrastruktur untuk dapat dibiayai swasta melalui skema KPS. Pemerintah pun telah

mengembangkan berbagai macam kebijakan guna mendukung pelaksanaan

pembangunan infrastruktur dengan skema KPS dan memastikan implementasinya

sesuai dengan prinsip transparansi, akuntabilitas dan kompetisi. Pemerintah juga

telah memberikan dukungan terhadap skema KPS dalam bentuk dukungan fiskal

dan/atau non fiskal, diantaranya adalah pemberian Jaminan Pemerintah yang

diberikan dengan mekanisme “single window policy” melalui Badan Usaha

Penjaminan Infrastruktur.

Ke depan, untuk terus mendorong pembangunan infrastruktur, Pemerintah tetap

konsisten dan terus meningkatkan komitmen dalam mendukung pengembangan

Page 46: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

-L.33-

KPS di Indonesia dengan melakukan penguatan dan percepatan eksekusi proyek

KPS, di antaranya melalui (1) Pemberian dukungan Pemerintah yang efektif dan

efisien (Land Fund berupa Land Capping, Dana Bergulir Pengadaan Tanah dan

Land Acquisition, Penyaluran dana infrastruktur melalui PT SMI dan PT IIF,

Fasilitas penyiapan proyek melalui PT SMI dan PIP, serta VGF; (2) Pemberian

jaminan Pemerintah yang tepat (memperkuat kapasitas penjaminan PT PII sebagai

eksekutor “single window policy” dalam penjaminan infrastruktur); dan (3)

Penguatan sinergi dan kapasitas kelembagaan.

Menanggapi saran Fraksi Partai Keadilan Sejahtera agar dilakukan upaya

peningkatan kinerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Kementerian Perhubungan

dalam merealisasikan pembangunan berbagai infrastruktur, peningkatan kinerja

Kementerian Perumahan Rakyat dalam penyediaan rumah rakyat, serta kebijakan

terintegrasi antar semua stakeholder yang mengelola Tenaga Kerja Indonesia (TKI),

dapat disampaikan bahwa Pemerintah sependapat dengan saran tersebut. Untuk hal

tersebut, dapat disampaikan hal-hal sebagai berikut.

Terkait kinerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Kementerian Perhubungan,

Pemerintah berkomitmen untuk meningkatkan kinerja kedua kementerian tersebut

dalam merealisasikan pembangunan infrastruktur. Pembangunan infrastruktur yang

terdiri dari konektivitas, ketahanan energi, sumber daya air, perumahan dan

permukiman, serta pengembangan kerjasama Pemerintah dan swasta, terus

ditingkatkan untuk menunjang pembangunan di segala bidang. Arah kebijakan

pembangunan infrastruktur pada tahun 2015 diprioritaskan pada: (1) memperkuat

penguatan konektivitas nasional; (2) meningkatkan ketersedian infrastruktur

pelayanan dasar termasuk ketersediaan hunian dan air bersih; serta (3)

meningkatkan ketahanan air.

Sementara itu, peningkatan kinerja Kementerian Perumahan Rakyat dalam

penyediaan perumahan untuk rakyat, dilakukan melalui optimalisasi anggaran

Rp4,6 triliun pada RAPBN 2015, untuk pelaksanaan program-program Kementerian

Perumahan Rakyat. Anggaran tersebut antara lain digunakan untuk melaksanakan

program pengembangan perumahan dan kawasan permukiman. Dalam rangka

penataan perumahan dan kawasan permukiman, sasaran umum yang ingin dicapai

adalah meningkatnya layanan perumahan bagi seluruh penduduk, terutama

masyarakat berpenghasilan rendah. Pada tahun 2015, angka backlog perumahan

diharapkan dapat berkurang menjadi 11,5 juta rumah tangga. Selain itu, rumah

tangga yang menempati rumah tidak layak huni juga diharapkan berkurang menjadi

3,26 juta rumah tangga. Secara spesifik, sasaran yang ingin dicapai pada tahun 2015

antara lain:

Page 47: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

-L.34-

1. Meningkatnya fasilitasi penyediaan hunian layak huni untuk masyarakat

berpenghasilan rendah sebanyak 20.000 unit.

2. Pembangunan Rusunawa untuk masyarakat berpenghasilan rendah sebanyak 120

twin block.

3. Meningkatnya fasilitasi peningkatan kualitas hunian sebanyak 64.850 unit.

Program Kementerian Perumahan Rakyat yang berkaitan langsung dengan

penyediaan rumah untuk rakyat, dijabarkan dalam program pengembangan

perumahan dan kawasan permukiman yaitu:

1. Pembangunan rumah layak huni melalui pasar formal maupun secara swadaya

masyarakat, baik untuk pembangunan baru maupun peningkatan kualitas.

2. Pembangunan rumah susun (rusun) baik sewa maupun milik.

3. Pembangunan rumah khusus dan pasca bencana.

Selanjutnya, kebijakan terintegrasi antar semua stakeholder yang mengelola TKI

dilakukan dengan membangun kemitraan antara Pemerintah dan dunia

usaha/industri. Lemahnya alur informasi dan komunikasi antara berbagai

penyelenggara pelatihan, baik antar Pemerintah maupun antara swasta dengan

industri, memerlukan koordinasi yang intensif. Selain itu, belum adanya lembaga

yang mampu melakukan fungsi koordinasi penyelenggaraan pelatihan secara

menyeluruh. Berkaitan dengan hal tersebut, program kemitraan merupakan

program yang efektif dalam mencetak tenaga kerja kompeten sesuai dengan

kebutuhan industri (demand driven). Melalui program kemitraan, calon pekerja

yang memperoleh pelatihan dan lulus uji kompetensi, dapat langsung ditempatkan

di perusahaan/industri. Kemitraan tersebut diharapkan dapat mendorong lembaga

pelatihan Pemerintah dalam menyesuaikan standar yang ditetapkan oleh industri.

Sementara itu, terkait perlindungan terhadap Warga Negara Indonesia (WNI) di luar

negeri, berbagai langkah strategis dilakukan melalui pencegahan deteksi dini dan

langkah cepat tanggap perlindungan WNI di luar negeri. Upaya pencegahan yang

dilakukan telah berhasil menurunkan jumlah kasus yang ditangani daripada tahun

sebelumnya. Sepanjang tahun 2004-2013, dari 17.979 total kasus WNI, sebanyak

9.942 kasus atau 55.30 persen telah diselesaikan. Tantangan utama dalam ranah

tersebut meliputi: (1) masih perlunya peningkatan keberpihakan diplomasi

Indonesia terhadap perlindungan WNI/Badan Hukum Indonesia (BHI) di luar

negeri; (2) pembagian tugas yang lebih jelas antar institusi terkait seperti

Kementerian Luar Negeri, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi serta Badan

Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI); (3)

koordinasi antar pemangku kepentingan termasuk pelibatan aktor non Pemerintah;

serta (4) upaya diplomasi untuk mendorong lahirnya perjanjian bilateral dengan

Page 48: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

-L.35-

negara penerima tenaga kerja Indonesia yang dapat menjadi payung perlindungan

hukum guna menjamin hak-hak TKI di negara tujuan.

Berkaitan dengan anggaran pendidikan, Pemerintah sependapat terhadap

pandangan Fraksi Partai Keadilan Sejahtera, Fraksi Partai Persatuan

Pembangunan, dan Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan agar

peningkatan anggaran pendidikan harus mampu mendorong peningkatan kualitas

pendidikan. Oleh karena itu, kebijakan dalam tahun 2015 akan diarahkan untuk

mendukung prioritas pembangunan pendidikan, antara lain: Pertama, peningkatan

kualitas wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun, dengan memberikan

perhatian yang lebih besar pada kelompok miskin, anak-anak yang tinggal di wilayah

perdesaan dan daerah terpencil, terluar, dan tertinggal (3T), agar meningkatkan

pemerataan kesempatan belajar. Kedua, peningkatan kualitas dan relevansi

pendidikan menengah dan pendidikan tinggi terhadap dunia kerja. Ketiga,

peningkatan akses pendidikan dengan pembangunan sekolah-sekolah satu atap

terutama di daerah 3T dan daerah padat penduduk, serta rehabilitasi ruang kelas

yang rusak, sehingga kualitas infrastruktur pendidikan meningkat. Keempat,

peningkatan profesionalisme dan pembenahan distribusi guru dan tenaga

kependidikan. Disamping itu, Pemerintah juga memberikan perhatian terhadap

peningkatan pendidikan agama melalui peningkatan kemampuan guru, peningkatan

kapasitas dan fasilitas penyelenggara pendidikan, serta pengembangan metodologi

pembelajaran pendidikan agama yang efektif, sehingga dapat meningkatkan

pemahaman peserta didik terhadap ajaran agama dan nilai akhlak mulia serta budi

pekerti.

Dengan dukungan anggaran pendidikan yang semakin meningkat dan berbagai

upaya yang ditempuh Pemerintah tersebut diharapkan dapat meningkatkan taraf

pendidikan penduduk yang dicerminkan dengan rata-rata lama sekolah penduduk

usia 15 tahun keatas menjadi 8,37 tahun dan angka melek aksara kelompok usia yang

sama menjadi 94,5 persen. Di samping itu, juga diharapkan target angka partisipasi

murni (APM) SD/MI dapat mencapai sekitar 90,63 persen, APM SMP/MTs sekitar

80,79 persen, APM SMA/SMK/MA sekitar 58,18 persen, dan angka partisipasi kasar

(APK) pendidikan tinggi sekitar 29,68 persen. Selain itu, juga diharapkan target

SMA/SMK yang memiliki sarana dan prasarana sesuai standar nasional pendidikan

(SNP) masing-masing dapat mencapai sekitar 75 persen, jumlah guru yang

berkualifikasi S1/D-IV masing-masing mencapai sekitar 1,0 juta guru SD, 504 ribu

guru SMP dan 251 ribu guru SMA, serta jumlah dosen program sarjana yang

berkualifikasi minimal S2 sekitar 150 ribu dosen dan dosen program pascasarjana

yang berkualifikasi minimal S3 sekitar 29,5 ribu dosen.

Page 49: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

-L.36-

Menjawab pertanyaan dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera mengenai

pemenuhan kekuatan dasar yang diperlukan (MEF), serta pemeliharaan dan

perawatan alutsista kiranya dapat dijelaskan bahwa pembangunan pertahanan

diarahkan dalam rangka mewujudkan kekuatan pokok pertahanan militer, melalui

rancangan pemenuhan kekuatan pokok minimum (minimum essential force/MEF)

yang dibangun dalam 3 (tiga) Renstra yaitu dari 2010-2024. Sesuai dengan Renstra

tersebut, fokus pembangunan pertahanan negara diarahkan untuk mewujudkan

standar penangkalan melalui peningkatan profesionalisme sumber daya manusia

dilengkapi dengan Alutsista TNI yang modern dan berbasis produksi dalam negeri.

Pembangunan pertahanan negara merupakan bagian dari pembangunan nasional

yang dibiayai dari APBN. Alokasi anggaran Kementerian Pertahanan tahun 2010-

2015 secara nominal mengalami kenaikan dari sebesar Rp42,9 triliun dalam APBNP

tahun 2010 menjadi sebesar Rp95,0 triliun dalam RAPBN tahun 2015, dimana

anggaran untuk pemenuhan pendanaan percepatan MEF tahap I (2010-2014)

mencapai Rp57,0 triliun.

Upaya pemenuhan kekuatan pertahanan minimal (MEF) yang didukung industri

pertahanan nasional telah berhasil mendatangkan dan membangun sejumlah

alutsista TNI yang modern dan memiliki daya penggentar tinggi. Peran industri

pertahanan nasional juga terlihat semakin nyata dalam pemenuhan sebagian

kebutuhan MEF seperti pesawat udara CN 295, CN 235 Maritime Patrol Aircraft,

berbagai helikopter, berbagai persenjataan, dan panser Anoa. Pada tahun 2015,

sejumlah peralatan modern akan mewarnai alat utama sistem senjata berteknologi

tinggi seperti kapal selam dimana pembangunan kapal selam ketiga sudah dapat

dilakukan di Indonesia dan seluruhnya dilakukan oleh tenaga-tenaga Indonesia.

Pada posisi ini, daya penggentar militer Indonesia meningkat cukup signifikan dan

semakin diperhitungkan oleh kekuatan militer asing. Indikasinya adalah dalam

beberapa tahun terakhir, upaya-upaya gangguan kewibawaan dan kedaulatan NKRI

semakin menurun intensitasnya. Konsekuensi dari peningkatan kekuatan militer

tersebut adalah penyediaan anggaran pemeliharaan dan perawatan alutsistanya.

Selain itu, lahirnya Undang-Undang Nomor 16 tahun 2012 tentang Industri

Pertahanan turut mewarnai langkah-langkah kebijakan pemenuhan Alutsista TNI.

Industri pertahanan nasional kedepannya akan lebih diberdayakan baik melalui

inisiatif pengembangan mandiri maupun program kerja sama transfer of

technology dengan negara lain.

Menjawab pertanyaan dari Fraksi Partai Persatuan Pembangunan, Fraksi

Gerindra dan Fraksi Hanura mengenai anggaran sektor pertanian, kelautan dan

Page 50: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

-L.37-

perikanan untuk mencapai ketahanan pangan kiranya dapat dijelaskan bahwa

alokasi anggaran Kementerian Pertanian dalam kurun waktu 2010-2015 terus

meningkat, yaitu dari Rp8,9 triliun dalam APBNP 2010 menjadi Rp15,8 triliun

dalam RAPBN tahun 2015. Demikian pula untuk sektor kelautan dan perikanan.

Anggaran Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam kurun waktu 2010-2015 terus

mengalami peningkatan yaitu dari Rp3,4 triliun dalam APBNP 2010 menjadi Rp6,4

triliun dalam RAPBN 2015.

Sektor pertanian masih tetap memegang peran yang strategis sebagai penggerak

perekonomian nasional yang didukung dengan telah disusunnya dokumen strategi

induk pembangunan pertanian (SIPP) periode 2014-2045 sebagai bagian dari

pelaksanaan amanat konstitusi untuk mewujudkan Indonesia yang Bermartabat,

Mandiri, Maju, Adil dan Makmur. SIPP tersebut merupakan kesinambungan dari

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025.

Terkait dengan swasembada pangan, dalam tahun 2010-2014 strategi dan kebijakan

pembangunan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan yang ada, yaitu diarahkan

untuk memenuhi pencapaian produksi komoditas utama seperti beras, jagung,

kedelai, gula dan daging dimana target swasembada beras berkelanjutan diubah

menjadi surplus beras. Upaya pemenuhan kebutuhan pangan tersebut merupakan

salah satu peran strategis sektor pertanian dan merupakan tugas yang tidak ringan,

mengingat jumlah penduduk Indonesia yang terus bertambah.

Sektor pertanian berperan penting dalam perekonomian dan memiliki peran

strategis melalui kontribusi yang nyata pada pembentukan kapital, penyediaan

bahan pangan, bahan baku industri, pakan dan bio energi, penyerap tenaga kerja,

sumber devisa negara, sumber pendapatan, serta pelestarian lingkungan melalui

praktek usaha tani yang ramah lingkungan. Dalam membangun pertanian, anggaran

Pemerintah yang terbatas harus dimanfaatkan secara tepat sasaran guna

menggerakkan partisipasi masyarakat dan swasta. Selain itu perlu dilakukan

refocusing dan efisiensi anggaran ke arah kegiatan yang berdampak pada

pertumbuhan ekonomi lokal dan nasional, pengentasan kemiskinan dan

pengurangan pengangguran.

Mengingat rencana kerja tahun 2015 merupakan estafet pelaksanaan pembangunan

pertanian pada RPJMN 2010-2014 serta merupakan tahun pertama pelaksanaan

RPJMN 2015-2019, maka rancangan program, kegiatan dan penganggaran tahun

2015 diarahkan untuk menyelesaikan dan melanjutkan kegiatan 2014, menjawab

isu-isu terkini 2015 dan meletakkan kerangka dasar program dan kegiatan sampai

Page 51: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

-L.38-

tahun 2019. Jumlah alokasi anggaran yang relatif tidak meningkat tajam tersebut

karena tahun 2015 ini adalah baseline budget.

Untuk itu, anggaran Kementerian Pertanian tahun 2015 dikonsentrasikan pada

kegiatan-kegiatan yang menjadi faktor pengungkit bagi pencapaian sasaran

pembangunan nasional. Pembangunan pertanian akan fokus pada pengembangan

komoditas di lokasi kawasan andalan. Pendekatan kawasan dibangun dengan

mengembangkan kawasan yang sudah ada maupun mengembangkan kawasan baru.

Pengembangan kawasan diarahkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi

kawasan secara terpadu dan multiyears. Pendekatan kawasan ini juga dilakukan

dalam rangka mendukung koridor pengembangan ekonomi Indonesia (KPEI) yaitu

pengembangan sentra kelapa sawit dan karet di koridor Sumatera dan koridor

Kalimantan, industry pangan di koridor pulau Jawa, sentra padi, singkong, jagung

dan kakao di koridor Sulawesi, sentra jagung di koridor Bali-Nusa Tenggara serta

sentra pangan dan perkebunan di koridor Papua-Maluku. Selama lima tahun ke

depan, dalam membangun pertanian di Indonesia, Kementerian Pertanian

mencanangkan empat sasaran strategis yaitu: (1) peningkatan ketahanan pangan; (2)

pengembangan ekspor dan substitusi impor produk pertanian; (3) pengembangan

penyediaan bahan baku bio industri dan bio energi; dan (4) peningkatan

kesejahteraan petani.

Menanggapi pandangan Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Fraksi

Partai Persatuan Pembangunan (PPP) agar kebijakan anggaran Jaminan

Kesehatan Nasional (JKN) mendapatkan prioritas yang tinggi, besaran iuran PBI

agar perlu dikaji ulang agar layak dan memadai, serta persiapan beroperasinya BPJS

Ketenagakerjaan dapat kami sampaikan hal-hal sebagai berikut. Pemerintah

menyadari dan berkomitmen untuk terus meningkatkan kualitas pelayanan

kesehatan bagi masyarakat terutama untuk masyarakat miskin dan tidak mampu

melalui program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sebagaimana diamanatkan

dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial

Nasional dan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial. Berbagai upaya yang telah dan akan terus dilakukan Pemerintah

diantaranya adalah dengan meningkatkan jumlah fasilitas layanan kesehatan untuk

peserta PBI dengan menambah jumlah Puskesmas dan ruang rawat inap kelas III di

rumah sakit-rumah sakit Pemerintah, termasuk di daerah perbatasan dan pulau-

pulau kecil terluar yang berpenduduk, serta memperluas jaringan pelayanan

kesehatan JKN dengan rumah sakit-rumah sakit swasta. Hal ini perlu dilakukan agar

ketersediaan fasilitas kesehatan (supply side) untuk pelayanan kesehatan kepada

masyarakat miskin dan tidak mampu tersebut dapat mencukupi.

Page 52: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

-L.39-

Selanjutnya, terkait dengan besaran premi PBI peserta JKN, Pemerintah juga tetap

memperhatikan kesesuaian antara anggaran yang disediakan dengan layanan yang

diberikan. Dalam RAPBN 2015, alokasi anggaran untuk PBI JKN sebesar Rp 19,9

triliun bagi 86,4 juta jiwa PBI peserta JKN cukup memadai dengan

mempertimbangkan pengaruhnya terhadap ketahanan fiskal, khususnya untuk

RAPBN 2015 dan keseimbangan dengan besaran iuran jaminan kesehatan bagi non

PBI agar tidak menjadi masalah sosial dalam penerapannya. Berdasarkan hal

tersebut, Pemerintah tidak menutup kemungkinan untuk melakukan penyesuaian

anggaran PBI tersebut apabila alokasi anggaran yang disediakan dipandang masih

belum memadai untuk pemberian pelayanan kesehatan yang optimal.

Namun demikian, penyesuaian besaran iuran PBI harus dilakukan setelah dilakukan

evaluasi secara menyeluruh sesuai dengan amanat Peraturan Presiden Nomor 111

Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013

tentang Jaminan Kesehatan dan kebutuhan untuk memperbaiki penyelenggaraan

program jaminan kesehatan itu sendiri. Melalui evaluasi menyeluruh ini, akan

diketahui apakah iuran PBI dan bahkan iuran kelompok peserta yang lain sudah

memadai. Selain hal tersebut, Pemerintah juga terus melakukan evaluasi terhadap

pelaksanaan SJSN Kesehatan, baik terhadap fasilitas kesehatan (Puskesmas, Klinik

Kesehatan dan lain sebagainya) maupun Rumah Sakit Pemerintah.

Selanjutnya, terkait dengan mulai beroperasinya BPJS ketenagakerjaan pada bulan

Juli tahun 2015 dapat pula kami sampaikan penjelasan sebagai berikut.

Pada tanggal 1 Juli 2015 BPJS Ketenagakerjaan akan menyelenggarakan 4 program,

yaitu: (1) jaminan kecelakaan kerja (JKK); (2) jaminan hari tua (JHT); (3) jaminan

pensiun (JP); dan (4) jaminan kematian (JKM) yang dulunya diselenggarakan oleh

PT Jamsostek. Saat ini, PT Jamsostek telah berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan

dan PT Jamsostek telah dinyatakan bubar tanpa likuidasi dan semua aset dan

liabilitas serta hak dan kewajiban hukum PT Jamsostek menjadi aset dan liabilitas

serta hak dan kewajiban hukum BPJS Ketenagakerjaan, serta semua pegawainya

menjadi pegawai BPJS Ketenagakerjaan. Keempat program tersebut akan

diselenggarakan bagi seluruh pekerja, yang dilaksanakan secara bertahap.

Kepesertaan wajib dalam program tersebut akan meliputi peserta penerima upah,

baik pekerja yang bekerja pada penyelenggara negara maupun bukan penyelenggara

negara, serta peserta bukan penerima upah, seperti antara lain pekerja di luar

hubungan kerja atau pekerja mandiri.

Dengan berdirinya BPJS Ketenagakerjaan tersebut, Pemerintah sebagai pemberi

kerja juga berkewajiban untuk mendaftarkan seluruh pegawainya (Penerima

Penghasilan dari Pemerintah) sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan. Untuk itu,

Page 53: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

-L.40-

dalam RAPBN tahun 2015, Pemerintah telah mengalokasikan cadangan anggaran

untuk membayar iuran jaminan kecelakaan kerja (JKK), jaminan kematian (JKM),

dan jaminan hari tua (JHT) bagi penerima penghasilan dari Pemerintah. Selain itu,

pada tahun 2013 Pemerintah juga telah melakukan Penyertaan Modal Negara

kepada kedua Badan penyelenggara program jaminan sosial tersebut yakni BPJS

Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan masing-masing sebesar Rp500,0 miliar

sebagai modal awal berdirinya kedua lembaga tersebut. Dengan demikian, secara

kelembagaan, BPJS Ketenagakerjaan telah siap untuk memulai dilaksanakannya ke

empat program jaminan sosial tersebut di atas.

Mengenai strategi dan kebijakan pelaksanaan anggaran, Pemerintah sependapat

dengan Fraksi Partai Demokrat dan Fraksi Partai Persatuan

Pembangunan, bahwa kebijakan yang bersifat ekspansif harus diimbangi dengan

optimalisasi penyerapan anggaran, sehingga memberikan dampak multiplier yang

positif bagi perekonomian nasional. Pemerintah sepenuhnya menyadari

permasalahan penyerapan anggaran yang tidak optimal dan pola penyerapan yang

cenderung besar di akhir tahun, menyebabkan efektivitas dan daya dorong belanja

dalam APBN terhadap perekonomian menjadi tidak maksimal. Sebagaimana kita

ketahui bersama, selama ini kebijakan belanja eskpansif telah diterapkan, meskipun

tetap dalam batas yang aman, sebagaimana tahun 2015, direncanakan defisit sebesar

2,32 % dari PDB. Namun, realisasi penyerapan anggaran belanja Pemerintah Pusat

dalam tiga tahun terakhir relatif berfluktuasi, antara 94,5% sampai dengan 97,3%

dari APBNP nya.

Pemerintah menyadari permasalahan penyerapan sebagai salah satu permasalahan

utama dalam pelaksanaan anggaran. Berbagai upaya terus dilakukan oleh

Pemerintah untuk mendorong tingkat penyerapan yang optimal. Upaya tersebut

dilakukan secara komprehensif mulai dari aspek regulasi dan perhatian terhadap

aspek implementasi, antara lain :

1. Penggunaan Sistem Perbendaharan dan Anggaran Negara (SPAN) dalam

pelaksanaan APBN.

2. Melakukan monitoring dan evaluasi secara sistematis terhadap rencana

penyerapan anggaran.

3. Meningkatkan sinergi antara pengelola keuangan K/L (perencanaan,

pelaksanaaan, dan pertanggungjawaban anggaran ).

4. Meningkatkan koordinasi dengan stakeholder (K/L, LKPP, dan Kementerian

Keuangan)

5. Mengoptimalkan peran perencanaan dalam eksekusi belanja melalui sistem

monitoring dan evaluasi yang dapat dijadikan alat untuk monitoring dan

evaluasi penyerapan anggaran.

Page 54: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

-L.41-

6. Pelaksanaan proses pengadaan yang dilakukan sebelum tahun anggaran dimulai

(pre-procurement), dimana pelelangan pengadaan barang/ jasa yang

dilaksanakan sebelum tahun anggaran dimulai setelah RKA-K/L disetujui oleh

DPR.

7. Penyempurnaan sistem pengadaan antara lain melalui peningkatan penggunaan

e-procurement dan penambahan unit layanan pengadaan di masing-masing

instansi

8. Menyempurnakan berbagai kebijakan di bidang pembayaran agar lebih cepat,

mudah namun tetap mempertimbangkan akuntabilitas.

9. Dilakukan penajaman monev dengan melakukan evaluasi terhadap kinerja

pelaksanaan anggaran per triwulan dan dilakukan per K/L dengan fokus

permasalahan yang spesifik terjadi di K/L tersebut.

Selanjutnya, terkait pandangan Fraksi Partai Persatuan Pembangunan,

Fraksi Partai Amanat Nasional, Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa dan

Fraksi Partai Demokrat mengenai permasalahan penyerapan anggaran belanja,

dapat disampaikan bahwa permasalahan penyerapan anggaran disebabkan oleh

berbagai aspek struktural, institutional, dan kultural yang perlu dibarengi dengan

perbaikan tata kelola belanja negara. Masalah-masalah penyerapan anggaran secara

menyeluruh telah secara bertahap diatasi antara lain melalui: (1) aspek regulasi,

di bidang pelaksanaan anggaran, agar tercipta penyerapan anggaran yang optimal

dan tidak cenderung menumpuk di akhir tahun, melalui penetapan norma waktu

penyelesaian tagihan, batas minimal Uang Persediaan yang dapat

dipertanggungjawabkan, dan sebagainya sebagaimana yang tertuang dalam PMK

No. 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran dalam rangka Pelaksanaan

APBN, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 113/PMK.05/2012 tentang Perjalanan

Dinas Dalam Negeri Bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri, dan Pegawai Tidak Tetap,

dan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan nomor PER-22/PB/2013 tentang

Ketentuan Lebih Lanjut Pelaksanaan Perjalanan Dinas Dalam Negeri Bagi Pejabat

Negara, Pegawai Negeri, dan Pegawai Tidak Tetap; (2) aspek kelembagaan,

melalui pembinaan, sosialisasi dan bimbingan atas tata cara pengelolaan keuangan

kepada seluruh satker di lingkup Kementerian Negara/Lembaga sehingga kapasitas

kelembagaan dapat mendukung tercapainya target anggaran; (3) aspek inovasi,

terkait perbaikan kualitas belanja melalui inisiatif spending review, dimana fokus

belanja diarahkan pada pengukuran-pengukuran efisiensi dan efektivitas belanja

yang dilakukan oleh masing-masing satker.

Melalui upaya pada ketiga aspek tersebut diharapkan dampak APBN terhadap

perekonomian khususnya sektor riil dapat dirasakan, sehingga fungsi APBN bukan

hanya tercermin dalam fungsi alokasi namun juga fungsi stabilitasi dan distribusi.

Page 55: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

-L.42-

Terkait dengan penurunan tingkat kemiskinan, fungsi distribusi APBN terus

ditingkatkan melalui perbaikan regulasi di bidang perpajakan dan perbaikan

kebijakan belanja yang difokuskan kepada masyarakat miskin seperti subsidi dan

bantuan sosial. Dengan demikian diharapkan belanja negara linier dengan upaya

penurunan tingkat kemiskinan dan pengangguran.

Selain itu, untuk mengoptimalkan tingkat realisasi penyerapan anggaran pada K/L,

Pemerintah telah dan akan mengambil beberapa langkah strategis, baik melalui

pendekatan fleksibilitas dalam pelaksanaan anggaran maupun melalui upaya

mengurangi jalur birokrasi. Langkah-langkah yang telah dan akan ditempuh

tersebut, di antaranya adalah dengan:

a. Membentuk Tim Evaluasi dan Pengawasan Penyerapan Anggaran (TEPPA) yang

terdiri dari unsur UKP4, Kementerian Keuangan, dan BPKP, yang bertugas untuk

melakukan monitoring dan evaluasi serta pengawasan atas penyerapan anggaran

pada Kementerian Negara/Lembaga dan Daerah.

b. Melaksanakan rapat koordinasi triwulanan antara Kementerian Keuangan dan

K/L yang bertujuan untuk melakukan evaluasi atas penyerapan anggaran dan

memberikan solusi atas hambatan-hambatan yang ada dalam penyerapan

anggaran.

c. Mengupayakan percepatan implementasi Undang-Undang Nomor 2 tahun 2012,

Perpres Nomor 71 Tahun 2012, dan PMK Nomor 13/PMK.02/2013 tentang

pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum, yang diharapkan

dapat mengatasi permasalahan-permasalahan terkait pengadaan tanah dalam

proses pembangunan.

d. Mensosialisasikan kepada K/L untuk menyusun rencana penyerapan anggaran

(disbursement plan) yang sistematis.

e. Meningkatkan kualitas perencanaan kegiatan dan penganggarannya, baik yang

dilakukan oleh K/L maupun pemerintah daerah, sehingga dapat menghindari

revisi anggaran/kegiatan yang dalam prakteknya membutuhkan waktu yang tentu

saja dapat mempengaruhi realisasi penyerapan anggaran.

f. Mempercepat proses pembayaran terhadap pekerjaan yang telah selesai/termin

yang telah terpenuhi dengan mengimplementasikan Peraturan Menteri Keuangan

Nomor 170/PMK.05/2010 tentang Penyelesaian Tagihan atas Beban APBN pada

Satuan Kerja.

g. Melaksanakan spending review dengan tujuan untuk me-review kualitas belanja

dari sisi efisiensi dan efektivitas, sehingga diharapkan mampu meningkatkan

kualitas belanja negara, baik dalam perencanaan maupun pelaksanaannya.

h. Mendorong K/L dan pemerintah daerah untuk segera mengimplementasikan

sistem pengendalian intern Pemerintah (SPIP) sesuai dengan PP Nomor 60 tahun

Page 56: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

-L.43-

2008 tentang SPIP, serta melakukan identifikasi dan penilaian terhadap risiko

atas setiap kegiatan sehingga risiko yang timbul dapat dihindari atau

diminimalkan.

Terkait dengan pandangan Fraksi Partai Amanat Nasional mengenai sistem

penganggaran terintegrasi, dapat disampaikan bahwa pada tahun 2014 Pemerintah

melakukan melakukan evaluasi atas perubahan proses bisnis penganggaran dan

perbaikan atas proses penyusunan RKA-K/L melalui penerbitan PMK Nomor

136/PMK.02/2014 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana kerja dan

Anggaran Kementerian Negara/Lembaga. Dengan adanya PMK tersebut, Aparat

Pengawas Internal Pemerintah (APIP) K/L memiliki peran besar untuk memperkuat

governance dan akuntabilitas atas proses perencanaan pada masing-masing unit

kerja di lingkungannya. Adapun tujuan pengaturan tersebut antara lain:

(1) standardisasi format dan dokumen yang digunakan dalam penyusunan RKA-K/L,

dokumen penelaahan, lembar persetujuan Komisi DPR, dan dokumen hasil

penelaahan RKA-K/L, dan (2) penyesuaian proses bisnis berkaitan dengan proses

validasi, penelaahan RKA-K/L (antara tatap muka dan on-line), proses persetujuan

(approval), dan penetapan DHP RKA-K/L. Selain itu, dapat disampaikan bahwa

dalam rangka penyederhanaan proses penelaahan RKA-K/L, telah dikembangkan

penelaahan RKA-K/L secara on-line dan penerapannya dilaksanakan secara

bertahap. Untuk TA 2015, telah ditetapkan sebanyak 43 K/L yang akan

melaksanakan penelaahan RKA-K/L secara online.

Disamping itu, saat ini Pemerintah sedang melaksanakan piloting Sistem

Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN), yakni sistem yang mengintegrasikan

sistem perbendaharaan dan anggaran negara sampai dengan

pertanggungjawabannya. Implementasi Integrated Financial Management System

dimaksud akan segera dilakukan secara penuh. SPAN bukan saja mengintegrasikan

keseluruhan fase keuangan negara mulai dari penganggaran, pencairan dan

pertanggungjawaban, namun juga telah menyederhanakan proses bisnis sehingga

lebih efisien, cepat, transparan dan akuntabel. Data dapat diambil secara cepat,

namun valid dengan sistem informasi yang terintegrasi. Penyederhanaan proses

bisnis dapat mendorong percepatan pelaksanaan anggaran yang pada gilirannya

diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap perbaikan tingkat penyerapan

anggaran. Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Pemerintah nomor 45 Tahun

2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan

Peraturan Menteri Keuangan nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara

Pembayaran dalam Rangka Pelaksanaan APBN. Kedua peraturan tersebut telah

mengatur sistem pengelolaan keuangan negara yang sangat sederhana, fleksibel

namun tetap mengedepankan akuntabilitas dan governance yang baik.

Page 57: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

-L.44-

Pemerintah terus mendorong K/L untuk melaksanakan langkah-langkah strategis

dalam rangka mempercepat penyerapan anggaran, diantaranya:

1. Proses pelelangan pengadaan barang/ jasa yang dilaksanakan sebelum tahun

anggaran dimulai setelah RKA-K/L disetujui oleh DPR.

2. Identifikasi dan perencanaan pengadaan barang/jasa di awal tahun anggaran

untuk memastikan agar pembayaran kegiatan dimaksud tidak menumpuk di

akhir tahun anggaran.

3. Percepatan pengadaan barang/jasa yang bernilai s.d. 200 juta karena dilakukan

dengan penunjukan langsung, sesuai dengan Perpres 70 tahun 2012.

4. Percepatan pengadaan barang/jasa yang bernilai 200 juta s.d. 5 milyar karena

dilakukan dengan lelang sederhana, sesuai dengan Perpres 70 tahun 2012.

Menanggapi pandangan Partai Persatuan Pembangunan mengenai realisasi

penyerapan anggaran dan upaya penghematan anggaran , dapat disampaikan bahwa

realisasi penyerapan anggaran belanja Pemerintah Pusat relatif berfluktuasi. Upaya

Pemerintah untuk memaksimalkan penyerapan anggaran dilakukan melalui

pemberian penghargaan bagi K/L yang dapat mengoptimalkan anggarannya. Bagi

K/L seperti ini, Pemerintah memberikan penghargaan berupa tambahan alokasi

sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2012 tentang

pemberian Penghargaan Pengenaan Sanksi atas Pelaksanaan Belanja

Kementerian/Negara.

Terkait pertanyaan dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan

mengenai realokasi program belanja K/L, Pemerintah menyadari bahwa ruang gerak

fiskal untuk menunjang pelaksanaan berbagai program pembangunan masih relatif

terbatas, sebagai konsekuensi dari masih tingginya proporsi belanja yang bersifat

wajib (terutama subsidi, belanja pegawai, dan pembayaran bunga utang) dan adanya

pengkaplingan anggaran belanja oleh peraturan perundang-undangan untuk bidang-

bidang tertentu. Pada tahun 2015, proporsi untuk subsidi dan pembayaran bunga

utang sendiri direncanakan masing-masing sebesar 31,4 persen dan 11,2 persen dari

total belanja Pemerintah Pusat yang sebesar Rp1.379,9 triliun.

Namun demikian, Pemerintah telah mempertimbangkan ruang gerak bagi

pemerintahan baru untuk melaksanakan program-program kerja yang direncanakan.

Hal ini dapat dilihat dalam penyusunan anggaran belanja K/L tahun 2015, dimana

Pemerintah menggunakan pendekatan antara lain: (1) bersifat baseline budget, yaitu

hanya memperhitungkan kebutuhan pokok penyelenggaraan pemerintahan dan

pelayanan kepada masyarakat, tingkat output (service delivery) yang sama dengan

tahun anggaran 2014, dan tetap mengacu pada Rencana Kerja Pembangunan Jangka

Panjang (RPJP), sehingga diharapkan memberi ruang gerak bagi pemerintahan baru

Page 58: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

-L.45-

hasil Pemilu 2014, untuk melaksanakan program/kegiatan sesuai dengan platform

yang direncanakan; (2) menampung anggaran program/kegiatan/output prioritas

nasional yang bersifat baseline; serta (3) meningkatkan penajaman kualitas belanja

K/L dari sisi efektifitas dan efisiensi alokasi, termasuk penyempurnaan rumusan

kinerja (outcome, output, dan indikator kinerja). Review dan realokasi program

sangat dimungkinkan untuk menciptakan ruang fiskal baru, melalui refocusing dan

mengurangi belanja-belanja yang kurang produktif.

Pemerintah sependapat dengan pandangan Fraksi Partai Hanura mengenai

perlunya meningkatkan efisiensi di dalam pengeluaran belanja negara terutama yang

berasal dari belanja rutin pegawai yang setiap tahun mengalami kenaikan.

Dapat kami sampaikan bahwa belanja pegawai merupakan jenis belanja mengikat

(nondiscretionary spending), yang wajib disediakan anggarannya oleh pemerintah

sebagai tanggung jawab pemberi kerja. Belanja pegawai tersebut terutama

digunakan untuk belanja gaji dan tunjangan serta kontribusi sosial bagi PNS dan

pensiunan. Oleh karena itu, belanja pegawai merupakan belanja yang bersifat

strategis guna menunjang kelangsungan kegiatan pemerintahan, dan menjamin

kelangsungan pelayanan publik bagi masyarakat.

Peningkatan belanja pegawai dari tahun ke tahun, utamanya disebabkan adanya

upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik melalui reformasi

birokrasi dan tatakelola pemerintahan. Salah satu fokus utama pelaksanaannya

adalah melalui peningkatan profesionalisme aparatur negara dan tata pemerintahan

yang penuh integritas, akuntabel, taat kepada hukum, dan transparan. Disamping

itu, peningkatan alokasi belanja pegawai juga disebabkan oleh dampak kenaikan

belanja pensiun yang setiap tahun semakin meningkat seiring dengan bertambahnya

jumlah penerima pensiun. Pemerintah sependapat dengan Anggota Dewan bahwa

anggaran belanja pegawai harus optimal dan efisien. Untuk itu, dalam rangka

efisiensi anggaran belanja pegawai, Pemerintah sedang melakukan penataan kembali

jumlah kebutuhan PNS yang tepat (rightsizing) berdasarkan analisis jabatan dan

beban kerja. Untuk itu, sistem seleksi rekrutmen CPNS akan dilakukan dengan

menggunakan sistem computer assisted test (CAT) secara terpusat dengan

bekerjasama dengan konsorsium perguruan tinggi negeri (PTN) serta melibatkan

masyarakat dalam pengawasan, dengan lebih obyektif, transparan dan bebas, dalam

upaya menjaring pegawai yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan.

Sementara itu, terkait program-program yang tidak mendorong pertumbuhan

ekonomi dapat kami sampaikan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, Pemerintah

telah melakukan langkah-langkah kebijakan untuk meningkatkan kualitas belanja

Page 59: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

-L.46-

negara (quality of spending) dengan lebih memperhatikan efisiensi, dan ketepatan

alokasi, serta memperhitungkan pengaruhnya terhadap perekonomian melalui:

Pertama, mengedepankan alokasi belanja yang mendukung pembiayaan bagi

kegiatan-kegiatan pembangunan infrastruktur yang dapat meningkatkan

pertumbuhan ekonomi (pro growth), menciptakan kesempatan kerja (pro job),

mengentaskan kemiskinan (pro poor), dan mendukung pembangunan yang inklusif,

berkelanjutan dan ramah lingkungan (pro environment).

Kedua, mengurangi pendanaan bagi kegiatan-kegiatan yang bersifat konsumtif,

dengan antara lain membatasi belanja barang (biaya perjalanan dinas, kegiatan rapat

kerja, workshop, seminar, dan kegiatan yang sejenis), serta menekan biaya kegiatan

pendukung pencapaian sasaran suatu program (biaya manajemen, monitoring,

sosialisasi, safeguarding).

Ketiga, merancang ulang (redesign) kebijakan subsidi, diantaranya dengan merubah

sistem subsidi dari subsidi harga menjadi subsidi yang lebih tepat sasaran (targeted

subsidy), mempertajam sasaran penerima subsidi melalui sistem seleksi yang ketat

dan basis data yang transparan, serta menata ulang sistem penyaluran subsidi yang

lebih akuntabel, predictable, dan makin tepat sasaran.

Keempat, menghindarkan meningkatnya pengeluaran mandatory spending, yaitu

kewajiban pengeluaran yang ditetapkan (“dikunci”) dalam suatu peraturan

perundang-undangan yang tidak diamanatkan dalam konstitusi dan bertentangan

dengan kaidah pengelolaan keuangan negara.

Kelima, memperluas pelaksanaan reformasi birokrasi, diantaranya melalui penataan

organisasi, penyempurnaan proses bisnis, pelaksanaan kontrak kinerja, peningkatan

kualitas dan kompetensi sumber daya manusia (SDM) dalam rangka menciptakan

birokrasi yang efisien dan efektif, serta pemberian remunerasi yang layak.

Keenam, menerapkan sistem reward dan punishment dalam pelaksanaan anggaran

secara konsisten, antara lain dengan memberikan penghargaan bagi K/L dan daerah

yang dapat mencapai sasaran yang ditetapkan dengan biaya yang lebih hemat untuk

pencapaian sasaran program yang lebih besar dan sebaliknya, memberi sanksi bagi

K/L dan atau daerah yang tidak mampu mencapai sasaran yang sudah ditetapkan

tanpa alasan yang dapat dipertangungjawabkan.

Menanggapi pandangan Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) agar Belanja

Pemerintah Pusat didesain lebih progresif untuk peningkatan kesejahteraan rakyat

dan mendorong pembangunan ekonomi nasional, dapat kami sampaikan beberapa

hal sebagai berikut. Dalam beberapa tahun terakhir, Pemerintah telah berupaya

meningkatkan komponen belanja yang mempunyai dampak multiplier yang lebih

Page 60: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

-L.47-

besar pada pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, antara lain melalui

pembangunan infrastruktur yang dapat meningkatkan produktivitas dan

menurunkan biaya produksi, sehingga diharapkan dapat meningkatkan daya saing

pelaku usaha, yang pada gilirannya akan menarik investor untuk berinvestasi di

Indonesia.

Selama ini, kebijakan perencanaan anggaran belanja Pemerintah Pusat dirancang

untuk menjaga keseimbangan antara upaya untuk meningkatkan peranannya dalam

memberikan stimulasi pada pertumbuhan ekonomi dengan upaya untuk tetap

menjaga stabilitas, dan memperkuat fundamental ekonomi makro. Meskipun defisit

anggaran relatif rendah, namun ekspansi dan stimulasi terhadap perekonomian

tetap dapat dilakukan Pemerintah melalui peningkatan kualitas belanja dengan

memfokuskan pada belanja yang produktif.

Kemudian, terkait dengan anggaran fungsi pelayanan umum yang harus dibenahi

secara serius agar lebih efisien dan memberikan dampak kepada masyrakat secara

luas, dapat kami sampaikan bahwa Pemerintah telah dan terus akan melakukan

langkah-langkah kebijakan untuk meningkatkan kualitas belanja negara (quality of

spending) sekaligus untuk membuka ruang fiskal baru, ditempuh antara lain dengan

lebih memperhatikan efisiensi, dan ketepatan alokasi, serta memperhitungkan

pengaruhnya terhadap perekonomian. Dalam rangka meningkatkan kualitas belanja

(quality of spending) tersebut, serta merekonstruksi komposisi belanja, maka akan

dilanjutkan langkah-langkah kebijakan sebagai berikut: (1) mengedepankan alokasi

belanja untuk pembangunan infrastruktur; (2) implementasi flat policy bagi belanja

operasional; (3) merancang ulang (redesign) kebijakan subsidi; (4) menghindarkan

meningkatnya pengeluaran mandatory spending; (5) memperluas pelaksanaan

reformasi birokrasi; dan (6) menerapkan sistem reward dan punishment dalam

pengalokasian anggaran secara konsisten.

Menanggapai pernyataan dari Fraksi PDI-P dan Fraksi PKS agar pembiayaan

atas kegiatan SKK Migas dilakukan melalui mekanisme APBN, bersama ini dapat

kami sampaikan penjelasan sebagai berikut. Sumber pembiayaan kegiatan

operasional SKK Migas sampai dengan saat ini (tahun 2014) didanai dengan

menggunakan sebagian PNBP hasil penerimaan atas pungutan jasa dalam kegiatan

hulu migas secara langsung (off budget), dan jika terdapat kelebihan penerimaannya

maka kelebihan tersebut disetorkan ke kas negara. Namun, untuk tahun 2015 dan

seterusnya guna menjaga governance dan akuntabilitas sebagaimana rekomendasi

BPK, maka penggunaan dana PNBP tersebut perlu dicatatkan terlebih dahulu dalam

mekanisme APBN (on budget). Untuk hal tersebut, perlu dilakukan revisi atas

peraturan perundangan tentang migas. Selanjutnya, dapat disampaikan bahwa

Page 61: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

-L.48-

untuk pembiayaan kegiatan operasional SKK Migas tahun 2015, telah dicadangkan

dalam RAPBN 2015 yang menjadi bagian dari belanja pemerintah pusat.

Sehubungan dengan pertanyaan Fraksi Partai Keadilan Sejahtera mengenai

Pembayaran Bunga Utang, dapat kami sampaikan penjelasan sebagai berikut.

Pembayaran Bunga Utang merupakan konsekuensi yang harus dipenuhi oleh

Pemerintah sebagai akibat dari pengadaan/penerbitan utang yang baru ataupun

utang yang telah dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya, baik yang bersumber dari

dalam negeri maupun luar negeri. Dalam RAPBN 2015, Pembayaran Bunga Utang

direncanakan sebesar Rp154,0 triliun. Meskipun Pembayaran Bunga Utang secara

nominal terlihat meningkat, akan tetapi secara rasio Pembayaran Bunga Utang

terhadap alokasi belanja Pemerintah Pusat mengalami kecenderungan penurunan

yang terlihat dalam beberapa tahun terakhir, yaitu dari sebesar 12,67 persen

terhadap realisasi APBNP tahun 2010 menjadi 11,2 persen terhadap RAPBN tahun

2015. Penurunan rasio tersebut utamanya disebabkan oleh pengelolaan utang yang

dilakukan dengan penuh kehati-hatian (prudent), termasuk ketepatan waktu dan

ketepatan jumlah pembayaran kewajiban/bunga utang, penerbitan SBN dengan

pemilihan tenor pendek. Di samping itu, perbaikan rating Indonesia dari level Ba1

menjadi Baa3 dengan outlook stable pada tahun 2013 menunjukkan kepercayaan

pasar akan prospek perekonomian Indonesia yang lebih baik dan penurunan imbal

hasil (yield) penerbitan SBN yang cukup signifikan. Pemerintah berupaya

mengendalikan beban bunga utang antara lain melalui restrukturisasi utang (debt

switching dan buyback SBN yang memiliki tingkat kupon yang tinggi yang ditujukan

untuk mengurangi jumlah biaya yang akan ditanggung Pemerintah), pemilihan seri

dan waktu yang tepat dalam melakukan penarikan/penerbitan utang, dan

mengutamakan pembiayaan luar negeri dari kreditur multilateral dan bilateral yang

berbunga relatif rendah.

Dapat pula disampaikan bahwa Pembayaran Bunga Utang setiap tahunnya

mengalami fluktuasi. Hal ini disebabkan oleh penyesuaian yang harus dilakukan

terkait dengan jadwal Pembayaran Bunga Utang dan realisasi asumsi makro

ekonomi yang mempengaruhinya, seperti nilai tukar mata uang rupiah terhadap

mata uang asing utamanya dolar AS dan tingkat bunga referensi yang digunakan.

Terkait dengan penerbitan SBN neto, hal tersebut dalam jangka pendek sangat

ditentukan oleh kesepakatan penetapan besaran defisit antara DPR RI dengan

Pemerintah, dan ketersediaan sumber-sumber pembiayaan nonutang. Oleh karena

itu, sepanjang DPR RI dan Pemerintah menyepakati pembiayaan utang untuk

menutup defisit APBN dan asumsi ekonomi makro yang mempengaruhi

berfluktuasi, maka Pembayaran Bunga Utang akan ikut mengalami perubahan.

Page 62: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

-L.49-

Berkaitan dengan pertanyaan dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera mengenai

penyelesaian obligasi rekapitalisasi, dapat dijelaskan sebagai berikut. Penerbitan

obligasi rekap adalah kebijakan yang dilakukan dalam rangka penyelamatan

perekonomian nasional saat krisis keuangan melanda Indonesia mulai pertengahan

tahun 1997. Penerbitan obligasi rekap kepada bank rekap dilakukan untuk

menyehatkan kondisi permodalan perbankan. Sebagai gantinya, Pemerintah

memperoleh aset dan kepemilikan (ekuitas) pada bank rekap. Aset dan ekuitas

tersebut saat itu dikelola oleh BPPN dan sebagian telah dijual untuk menambah

penerimaan APBN.

Dasar hukum penerbitan Surat Utang atau Obligasi Negara dalam rangka Program

Rekapitulasi Bank Umum adalah Peraturan Pemerintah nomor 84 tahun 1998

tentang Program Rekapitalisasi Bank Umum yang ditetapkan pada tanggal 31

Desember 1998 dan berlaku surut sejak tanggal 9 Desember 1998 (PP 84/1998).

Dalam pasal 7 PP dimaksud memuat bahwa pembiayaan atas penyertaan modal

Negara pada Bank Umum dalam rangka program Rekapitulasi Bank Umum

dibebankan kepada APBN. Selain itu, dalam ketentuan Pasal 8 PP 84/1998

disebutkan bahwa dalam rangka pembiayaan atas penyertaan modal Negara pada

Bank Umum, Menteri Keuangan berwenang menerbitkan Surat Utang.

Selanjutnya, berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002 tentang SUN,

dalam ketentuan peralihan Pasal 20 disebutkan bahwa Surat Utang atau Obligasi

Negara yang diterbitkan berdasarkan PP No. 84 Tahun 1998 dinyatakan sah dan

tetap berlaku sampai dengan saat jatuh tempo. Konsekuensi dari ketentuan

dimaksud adalah berlakunya ketentuan dalam Pasal 8 ayat (2) UU No. 24 Tahun

2002 yang menyebutkan bahwa Pemerintah wajib membayar bunga dan pokok SUN

pada saat jatuh tempo.

Perlu disampaikan pula bahwa, obligasi yang dulunya merupakan Obligasi Rekap

kini telah dimiliki tidak hanya oleh Bank dan/atau Institusi penerima Obligasi Rekap

saja. Mengingat pemegang “Obligasi Rekap” pada saat ini tidak hanya bank/institusi

penerima Obligasi rekap saja, maka upaya yang ditempuh untuk menyelesaikan

Obligasi Rekap dimaksud diharapkan tidak menimbulkan market disruption di

pasar keuangan (market friendly). Adapun upaya-upaya yang telah dan akan

dilakukan Pemerintah untuk mengurangi Obligasi Rekap tersebut antara lain

program penukaran Obligasi (debt switch) maupun pelunasan sebelum jatuh tempo

(cash buyback) yang dilakukan sekaligus dalam rangka peningkatan likuiditas SUN.

Penyelesaian yang bersifat sepihak dan tidak market friendly akan menimbulkan

market disruption dan dapat merusak reputasi Pemerintah di pasar keuangan,

terutama kepercayaan investor pada kredibilitas Indonesia. Hal ini dapat berimbas

Page 63: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

-L.50-

pada sulitnya Pemerintah untuk mengakses kembali pendanaan di pasar keuangan.

Oleh karena itu, penting bagi Pemerintah untuk menjaga risiko reputasi ini.

Berkenaan dengan pertanyaan dari Fraksi Partai Amanat Nasional maupun

Fraksi Partai Gerindra mengenai keterbatasan ruang fiskal, dapat kami

sampaikan sebagai berikut. Sebagaimana diketahui, Pembayaran Bunga Utang

timbul sebagai akibat dari pengadaan/ penerbitan utang yang baru ataupun utang

yang telah dilakukan Pemerintah pada tahun-tahun sebelumnya yang dipergunakan

untuk menutup defisit APBN dengan besaran pembiayaan yang disepakati antara

DPR RI dengan Pemerintah. Adapun utang yang diterbitkan dapat bersumber dari

dalam negeri maupun luar negeri.

Sebagai upaya mengurangi beban APBN baik pada saat ini maupun pada masa

mendatang, Pemerintah senantiasa mengutamakan sumber pembiayaan nonutang

untuk menutup defisit, diantaranya: penggunaan Saldo Anggaran Lebih (SAL) dan

hasil pengelolaan asset. Namun demikian, seiring dengan semakin terbatasnya

sumber pembiayaan nonutang, maka kekurangan pembiayaan defisit akan ditutup

melalui sumber-sumber pembiayaan dari utang. Pemilihan sumber pembiayaan dari

utang dilakukan secara transparan dan akuntabel dengan senantiasa

mempertimbangkan biaya, risiko dan kapasitas fiskal Pemerintah. Berdasarkan hal

tersebut, yang menjadi pertimbangan Pemerintah adalah bahwa Pembayaran Bunga

Utang masih dalam batas kemampuan ekonomi, akuntabel dan senantiasa

diupayakan untuk tidak menimbulkan tekanan yang berlebihan terhadap APBN.

Menanggapi pandangan Fraksi Partai Gerindra mengenai defisit anggaran

RAPBN 2015 yang akan dibiayai dengan pembiayaan yang bersumber dari dalam

negeri dan pembiayaan luar negeri, sementara hutang tersebut habis dibakar di

jalanan hanya untuk menutup subsidi BBM, Pemerintah sependapat dengan

pandangan anggota Dewan bahwa Pemerintah perlu melakukan restrukturisasi

secara tuntas terhadap pola subsidi energi sehingga di masa yang akan datang tidak

akan lagi membebani APBN. Hal ini sesuai dengan roadmap arah kebijakan subsidi

jangka menengah yang ingin mengurangi beban subsidi dan lebih mengarahkan

pada subsidi yang lebih tepat sasaran, antara lain dengan: (i) upaya diversifikasi

energi dan konversi dari BBM ke energi lainnya yang tersedia di Indonesia;

(ii) pengendalian impor BBM harus menjadi prioritas serta pengelolaan energi

secara berkesinambungan; dan (iii) pengurangan subsidi energi secara bertahap.

Menanggapi pandangan Fraksi Partai Amanat Nasional, Fraksi Partai

Hanura, dan Fraksi Partai Persatuan Pembangunan mengenai tingginya

alokasi subsidi energi dalam RAPBN 2015, Pemerintah sependapat dengan

Page 64: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

-L.51-

pandangan anggota Dewan bahwa Pemerintah perlu melakukan pengendalian

anggaran subsidi energi, baik subsidi BBM maupun subsidi listrik.

Persoalan mendasar dalam subsidi energi dipengaruhi oleh faktor eksternal yang

sulit dikendalikan, yaitu harga minyak internasional dan nilai tukar rupiah. Faktor

eksternal tersebut cenderung bergejolak seiring dengan volatilitas harga minyak

internasional dan perubahan kurs. Perubahan harga minyak dan kurs tersebut akan

meningkatkan anggaran belanja subsidi yang cukup signifikan sehingga berpotensi

membebani APBN.

Sejalan dengan hal tersebut pemerintah telah berupaya untuk mengendalikan

subsidi BBM yang diarahkan bukan hanya untuk meminimalisasi risiko fiskal tetapi

juga diharapkan agar mampu mendorong munculnya pengembangan energi

alternatif, konservasi lingkungan, meminimalisasi pelebaran defisit current account

serta terpenuhinya aspek keadilan. Beberapa kebijakan yang telah ditempuh antara

lain melalui program konversi, pembatasan, penyesuaian harga, serta upaya

pengembangan energi alternatif antara lain: panas bumi, bio etanol, tenaga surya,

dan air.

Dalam tahun 2015 Pemerintah akan melakukan beberapa kebijakan untuk

mengendalikan anggaran subsidi BBM antara lain: (i) meningkatkan efisiensi

anggaran subsidi BBM dengan alokasi yang lebih tepat sasaran; (ii) mengurangi

penggunaan konsumsi BBM bersubsidi secara bertahap; (iii) melanjutkan

pengendalian BBM bersubsidi (Permen ESDM No. 1/2013); (iv) melanjutkan

program konversi BBM ke BBG terutama untuk angkutan umum di kota-kota besar;

(v) mendukung pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT) antara lain

melalui konversi biofuel dan gas; (vi) meningkatkan dan mengembangkan

pembangunan jaringan gas kota untuk rumah tangga; (vii) meningkatkan pemakaian

bahan bakar nabati (BBN); (viii) meningkatkan pengawasan penyaluran BBM

bersubsidi antara lain melalui penggunaan teknologi (a.l. RFID /Radio Frequency

Identification); dan (ix) meningkatkan peranan Pemda dalam pengendalian dan

pengawasan BBM bersubsidi; serta (x) mengendalikan subsidi dalam rangka

menjaga ketahanan fiskal.

Sementara itu terkait pengendalian subsidi listrik, dalam tahun 2015 Pemerintah

akan melakukan berbagai kebijakan, yakni: (i) meningkatkan efisiensi anggaran

subsidi listrik dan ketepatan target sasaran; (ii) meningkatkan rasio elektrifikasi; (iii)

menurunkan susut jaringan; (iv) menurunkan komposisi pemakaian BBM dalam

pembangkit tenaga listrik; (v) meningkatkan kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga

panas Bumi (PLTP); (vi) meningkatkan pemakaian gas dan energi baru dan

terbarukan (EBT) untuk mengurangi BBM; (vii) mengembangkan energi tenaga

Page 65: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

-L.52-

surya khususnya di pulau-pulau terdepan yang berbatasan dengan negara lain dan

mensubstitusi PLTD di daerah-daerah terisolasi; (viii) melakukan pengawasan

terhadap kegiatan investasi pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan; dan (ix)

melakukan transisi formulasi perhitungan subsidi listrik, dari cost plus margin

menjadi performance based regulatory untuk meningkatkan akuntabilitas

pemberian subsidi dan efisiensi PT PLN (Persero).

Dengan berbagai kebijakan tersebut, anggaran subsidi energi diharapkan dapat

dikendalikan pada tingkat yang aman sehingga APBN lebih terjaga dan sustainable.

Pemerintah sependapat dengan pandangan dari Fraksi Partai Keadilan

Sejahtera yang menghendaki agar Pemerintah ke depan harus serius

merealisasikan program ketahanan dan kedaulatan pangan dengan alokasi anggaran

yang memadai. Dalam RAPBN 2015, Pemerintah mengalokasikan anggaran untuk

subsidi pupuk sebesar Rp35,7 triliun. Jumlah tersebut lebih tinggi Rp14,7 triliun bila

dibandingkan pagunya dalam APBNP tahun 2014 sebesar Rp21,0 triliun. Penyediaan

anggaran subsidi pupuk tersebut ditujukan dalam rangka mendukung program

ketahanan pangan nasional dan membantu petani mendapatkan pupuk dengan

harga terjangkau.

Menanggapi pandangan Fraksi Partai Keadilan Sejahtera mengenai kuota

subsidi energi, diversifikasi energi, dan kebijakan subsidi BBM terkait supply-side

management dan demand-side management, dapat disampaikan penjelasan sebagai

berikut. Pemerintah berupaya agar anggaran subsidi energi dapat dikendalikan pada

kondisi yang manageable melalui efisiensi anggaran subsidi dan diversifikasi energi

melalui pengembangan energi baru terbarukan (misalnya: Bahan Bakar Nabati

(BBN) dan Bahan Bakar Gas (BBG)). Pemerintah menyadari bahwa pola subsidi

BBM yang ada pada saat ini, masih perlu terus disempurnakan agar subsidi BBM

lebih dapat dinikmati oleh masyarakat yang kurang mampu. Untuk itu, dari sisi

supply, volume konsumsi BBM bersubsidi perlu dikendalikan dan dikurangi secara

bertahap. Dalam kaitan ini, Pemerintah telah dan sedang melakukan beberapa upaya

agar volume konsumsi BBM bersubsidi dapat dikurangi, antara lain dengan

mengurangi volume minyak tanah bersubsidi melalui program konversi minyak

tanah (mitan) bersubsidi ke LPG tabung 3 Kg. Program konversi mitan ke LPG

tabung 3 Kg, di satu sisi, dapat lebih tepat sasaran karena dapat dinikmati oleh

masyarakat kurang mampu, di sisi lain juga menghasilkan penghematan atas beban

belanja subsidi.

Di samping itu, Pemerintah juga melakukan pengendalian konsumsi BBM bersubsidi

dengan diterbitkannya Peraturan Menteri ESDM Nomor 1 Tahun 2013, antara lain

melarang kendaraan dinas, sektor perkebunan, dan sektor pertambangan

Page 66: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

-L.53-

menggunakan BBM bersubsidi. Pemerintah terus berusaha agar Permen ESDM

tersebut dapat berjalan efektif sehingga volume konsumsi BBM bersubsidi yang

disalurkan ke masyarakat dapat lebih tepat sasaran dan tepat jumlah.

Sementara itu, kebijakan lain yang akan ditempuh oleh Pemerintah untuk

menurunkan volume konsumsi BBM bersubsidi adalah dengan mengoptimalkan

penggunaan energi alternatif untuk menggantikan BBM, seperti bahan bakar nabati

(BBN), batubara, dan panas bumi.

Dari demand-side management, Pemerintah sependapat dengan pandangan

Fraksi Partai Keadilan Sejahtera bahwa peningkatan jumlah kendaraan

bermotor, baik kendaraan pribadi, transportasi umum, dan layanan umum

mempunyai implikasi negatif terhadap belanja subsidi BBM. Untuk itu, Pemerintah

masih melakukan review pengendalian volume BBM bersubsidi melalui pengaturan

jenis kategori kendaraan yang menggunakan BBM bersubsidi, dan wilayah (lokasi

geografis) secara bertahap. Dengan pengendalian volume konsumsi BBM bersubsidi

dari supply-side management dan demand-side management ini, Pemerintah

berharap volume konsumsi BBM bersubsidi dapat diturunkan, dan beban belanja

subsidi energi dapat dikurangi.

Pemerintah juga sependapat dengan pandangan Fraksi Partai Keadilan

Sejahtera mengenai pengamanan pasokan gas untuk PT PLN (Persero),

meningkatkan efisiensi subsidi listrik, dan menurunkan losses jaringan transmisi

dan distribusi nasional. Kebijakan tersebut telah dan akan terus dilakukan

Pemerintah dalam rangka mengendalikan anggaran subsidi listrik.

Pemerintah sependapat dengan pandangan dari Fraksi PDI Perjuangan,

FraksiPartai Golongan Karya, Fraksi Partai Keadilan Sejahtera dan

Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa yang menghendaki agar subsidi yang

diberikan lebih tepat sasaran. Pada prinsipnya penyediaan anggaran subsidi dalam

RAPBN 2015 diarahkan untuk mempertahankan kesejahteraan rakyat, meringankan

beban masyarakat dalam memperoleh kebutuhan dasar dengan menjaga stabilitas

harga kebutuhan pokok, dan menjaga agar produsen mampu menghasilkan produk

kebutuhan masyarakat dengan harga yang terjangkau. Sampai saat ini, Pemerintah

masih konsisten untuk mengalokasikan subsidi, khususnya untuk rakyat miskin dan

petani yang memang layak dan tepat menerimanya. Sejalan dengan itu, Pemerintah

akan berupaya mengendalikan subsidi secara bertahap, antara lain melalui penataan

ulang sistem penyaluran subsidi agar makin adil dan tepat sasaran melalui sistem

seleksi yang ketat dan basis data yang transparan.

Dalam rangka mengendalikan belanja subsidi energi, Pemerintah telah

mengupayakan dan menyempurnakan berbagai kebijakan khususnya yang terkait

Page 67: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

-L.54-

dengan subsidi BBM dan subsidi listrik antara lain melalui: (i) penyesuaian harga

BBM bersubsidi; (ii) peningkatan pengendalian konsumsi BBM bersubsidi, antara

lain melalui pelarangan BBM bersubsidi untuk kendaraan dinas, sektor perkebunan

dan pertambangan; (iii) kebijakan pemanfaatan bahan bakar nabati dan pemakaian

bahan bakar gas untuk transportasi terus ditingkatkan baik dari sisi regulasi maupun

aspek teknis; (iv) peningkatan pengawasan penyaluran BBM bersubsidi bekerjasama

dengan pemerintah daerah dan aparat hukum yang berwenang, serta penggunaan

teknologi tertentu untuk meningkatkan pengawasan penggunaan BBM bersubsidi;

dan, (v) penghapusan subsidi listrik untuk pelanggan pada berbagai kelompok tarif

tertentu secara bertahap sehingga lebih tepat sasaran.

Sementara itu, untuk subsidi non energi terdapat beberapa kebijakan yang dilakukan

antara lain: (i) subsidi pangan (subsidi raskin) ada pengaturan kembali jumlah

Rumah Tangga Sasaran (RTS) berdasarkan basis data terpadu yang dikeluarkan oleh

Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K), (ii) subsidi pupuk

dengan penyempurnaan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK), dan (iii)

subsidi benih yang dialokasikan berdasarkan Daftar Usulan Pembeli Benih

Bersubsidi (DUPBB).

D. DESENTRALISASI FISKAL DAN PENGELOLAAN KEUANGAN

DAERAH

Menjawab pertanyaan Fraksi Partai Golkar, Fraksi Kebangkitan Bangsa,

dan Fraksi Partai Persatuan Pembangunan, berkaitan dengan masih

kecil/rendahnya dan persentase yang ideal antara belanja Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah Transfer ke Daerah dan Dana Desa, dan perlunya dukungan

akurasi data dan penetapan alokasi dan penyaluran Transfer ke Daerah dan Dana

Desa secara tepat waktu, dapat disampaikan sebagai berikut.

Kebijakan dana transfer Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah dalam rangka

mendukung otonomi daerah dan desentralisasi fiskal dilaksanakan berdasarkan

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah serta keputusan bersama antara

Pemerintah dengan DPR RI. Di samping itu, pengalokasian besaran transfer ke

daerah juga dilakukan dengan memperhatikan kemampuan keuangan negara dan

pencapaian target-target dan prioritas nasional.

Kami dapat memahami keinginan yang terhormat anggota DPR RI untuk

meningkatkan alokasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa yang lebih besar kepada

Pemerintah Daerah. Namun, dengan anggaran yang tersedia, untuk melaksanakan

Page 68: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

-L.55-

hal tersebut masih memerlukan pertimbangan mengingat masih adanya kebutuhan

untuk jenis belanja lainnya baik untuk mendanai belanja

pegawai/barang/jasa/modal kementerian negara/lembaga. Di tengah kondisi

infrastruktur masih memerlukan perbaikan, Pemerintah masih merasa perlu

mengalokasikan dana yang cukup besar untuk hal ini. Selain itu, pengeluaran belanja

subsidi untuk masyarakat dan kelompok tertentu serta pembayaran bunga utang

juga memerlukan dana yang relatif besar.

Dalam rangka penyusunan RAPBN TA 2015, Pemerintah tetap berupaya untuk

menjaga keseimbangan pendanaan antara Belanja Pemerintah Pusat dengan Belanja

Transfer ke Daerah dan Dana Desa. Anggaran Transfer ke Daerah dan Dana Desa

secara nominal mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Jika Anggaran Transfer

ke Daerah pada tahun 2010 masih sebesar Rp344,7 triliun, maka pada tahun 2015

meningkat sekitar 86 persen menjadi Rp640,0 triliun. Dari jumlah alokasi Transfer

ke Daerah dan Dana Desa tersebut, sebesar 79,6 persen merupakan alokasi Dana

Perimbangan yang meliputi DAU, DAK, dan DBH, sedangkan sisanya sebesar 20,4

persen merupakan alokasi Dana Otonomi Khusus, Dana Keistimewaan DIY, Dana

Transfer Lainnya, serta Dana Desa.

Sementara itu, upaya untuk menyelenggarakan pengelolaan keuangan yang semakin

baik dilakukan secara simultan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah daerah.

Dari sisi Pemerintah Pusat, agar diperoleh data yang akurat untuk perhitungan

Transfer ke Daerah, dilakukan koordinasi dengan instansi yang berwenang dalam

penyediaan data. Berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang No. 33

Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan

Pemerintahan Daerah, dan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang

Dana Perimbangan, maka dalam rangka penyaluran Dana Transfer ke Daerah,

Pemerintah telah memperbaiki pola penyaluran Dana Transfer ke Daerah, dengan

diterbitkannya Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 183/PMK.07/2013

tentang Pelaksanaan Penyaluran dan Pertanggungjawaban Anggaran Transfer ke

Daerah. Berdasarkan PMK tersebut, maka penyaluran Anggaran Transfer ke Daerah

dilakukan dengan pemindahbukuan dari Rekening Kas Umum Negara ke Rekening

Kas Umum Daerah. PMK tersebut juga telah mengatur bahwa penyaluran jenis

Anggaran Transfer ke Daerah dilakukan secara periodik dengan jadwal dan besaran

penyaluran yang ditentukan, serta persyaratan yang harus dipenuhi oleh Daerah

terkait dengan penggunaan dan penyerapan dana Transfer di Daerah. Dari sisi

Pemerintah Daerah, penyelesaian perda APBD secara tepat waktu akan membantu

penyalurannya. Dorongan agar Perda APBD tepat waktu telah dikaitkan dengan

mekanisme penyaluran DAK, dimana Pemerintah menetapkan bahwa penyaluran

DAK Tahap I hanya diberikan kepada daerah yang telah menyelesaikan Perda APBD.

Page 69: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

-L.56-

Kemudian, untuk mendorong peningkatan kualitas pengelolaan keuangan daerah,

Pemerintah telah melakukan perbaikan sistem penganggaran, pelaksanaan, dan

pertanggungjawaban keuangan daerah yang didukung dengan perbaikan kapasitas

SDM Pemerintah Daerah. Perbaikan sistem tersebut antara lain dilakukan melalui

penyempurnaan berbagai peraturan perundangan yang terkait dengan pengelolaan

keuangan, seperti penyempurnaan standar akuntansi pemerintah dan ketentuan

mengenai pengadaan barang dan jasa. Sementara itu, untuk meningkatkan kapasitas

SDM di daerah baik hard competence maupun soft competence dilakukan

bimbingan teknis, sosialisasi, dan pola pelatihan bagi pengelola keuangan daerah

melalui Kursus Keuangan Daerah (KKD) dan Kursus Keuangan Daerah Khusus

Penatausahaan/Akuntansi Keuangan Daerah (KKDK) bekerja sama dengan

perguruan tinggi, yaitu Universitas Indonesia, STAN, Universitas Andalas,

Universitas Gadjah Mada, Universitas Brawijaya, Universitas Sam Ratulangi, dan

Universitas Hasanuddin.

Menjawab pertanyaan Fraksi Keadilan Sejahtera, berkaitan dengan harus

adanya upaya-upaya sistematis agar peningkatan Transfer ke Daerah tidak hanya

habis untuk belanja pegawai dan belanja untuk birokrasi lainnya, dapat disampaikan

sebagai berikut.

Pemerintah sependapat dengan pandangan Fraksi Partai Keadilan Sejahtera

bahwa perlu ada upaya-upaya sistematis agar peningkatan transfer daerah tidak

hanya habis untuk belanja pegawai dan belanja untuk birokrasi lainnya. Kebijakan

dalam penghitungan DAU 2015 dilakukan dengan memberikan porsi pagu Celah

Fiskal (CF) yang lebih besar dalam perhitungan DAU atau dengan kata lain

melakukan pembatasan (pegging) pagu Alokasi Dasar (AD) terhadap pagu DAU

nasional. Porsi AD terhadap pagu DAU nasional diupayakan kurang dari 50%

terhadap belanja gaji PNSD, hal ini sejalan dengan prinsip hard budget constraint.

Selain itu Pemerintah juga telah mengambil langkah-langkah, yaitu moratorium

penerimaan PNS dan meniadakan Alokasi Dasar dalam formula perhitungan DAU

dalam rancangan revisi UU Nomor 33 Tahun 2014 tentang Perimbangan Keuangan

antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah. Dengan penghilangan alokasi

dasar tersebut, pengalokasian DAU tidak lagi dikaitkan secara langsung dengan

belanja PNSD.

Menjawab pertanyaan dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan

mengenai pengalihan dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan ke DAK, dapat

kami sampaikan bahwa proses pengalihan kegiatan dana dekonsentrasi dan tugas

pembantuan yang merupakan urusan daerah ke kegiatan DAK yang sejalan dengan

pengaturan dalam UU Nomor 33 Tahun 2004 Pasal 108 Ayat (1) dan (2), secara

bertahap sudah dilakukan sejak tahun 2008.

Page 70: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

-L.57-

Pengalihan bagian anggaran K/L yang membiayai urusan daerah ke DAK sejak tahun

2008 sampai dengan tahun 2013 yang mencapai Rp6,5 triliun. Pada Tahun 2008

anggaran yang dialihkan berasal dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Rp1,7 triliun, Kementerian Kesehatan Rp0,5 triliun, Kementerian Pekerjaan Umum

Rp2,0 triliun, serta BKKBN dan Kementerian Kehutanan masing-masing Rp0,1

triliun. Selanjutnya pada tahun 2009 dialihkan anggaran dari Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Perdagangan, dan Kementerian

Pembangunan Daerah Tertinggal masing-masing Rp1,0 triliun, Rp0,05 triliun, dan

Rp0,09 triliun. Pada tahun 2010 juga dialihkan bagian anggaran dari Kementerian

Kelautan dan Perikanan, Kementerian Pertanian, dan Kementarian Pembangunan

Daerah Tertinggal, masing-masing sebesar Rp0,275 triliun, Rp0,2 triliun, dan Rp0,1

triliun. Sementara itu pada tahun 2013 juga dialihkan anggaran dari Kementerian

Pertanian sebesar Rp0,417 triliun ke DAK. Pada proses pengalihan untuk tahun

anggaran 2014, Pemerintah telah melakukan identifikasi pada berbagai anggaran

dekonsentrasi/tugas pembantuan yang masih mendanai urusan Daerah pada 33

K/L. Dari hasil identifikasi tersebut tidak ada lagi anggaran dekonsentrasi/tugas

pembantuan yang dialihkan menjadi DAK karena sebagian besar anggaran

dekonsentrasi/tugas pembantuan sudah tidak lagi mendanai urusan daerah.

Selain pengalihan anggaran K/L yang membiayai urusan daerah ke DAK, juga

dialihkan bagian anggaran dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yaitu

Dana Tambahan Penghasilan Guru PNSD sejak tahun 2009, Dana Tunjangan Profesi

Guru PNSD sejak tahun 2010, dan Bantuan Operasional Sekolah sejak tahun 2011.

Beberapa kendala yang dihadapi terkait dengan pengalihan dana dekonsentrasi dan

Tugas Pembantuan ke DAK adalah sebagai berikut:

a. Aturan Pembagian urusan yang dianggap kurang jelas (PP No. 38/2007) bagi

Kementerian Negara/Lembaga dan DPR Komisi terkait serta pemangku

kepentingan lainnya.

b. Adanya kekhawatiran beberapa pihak akan kurang efektifnya pengalihan karena

adanya indikasi Pemerintah Daerah tidak menjalankan program kerja sesuai

rencana yang menjadi target/prioritas KL serta menjadi prioritas nasional,

dimana hal tersebut terkait dengan kontrak kinerja Kementerian

Negara/lembaga yang bersangkutan.

c. Adanya kewajiban cost sharing pada DAK yang kemungkinan memberatkan kas

daerah (APBD).

d. Selain itu peraturan perundangan yang mengatur bahwa DAK merupakan

kegiatan “fisik” juga menjadi penghambat pengalihan dana dekonsentrasi karena

sebagian dana dekonsentrasi bersifat “non fisik”.

Page 71: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

-L.58-

Selanjutnya, untuk menjaga agar tidak ada lagi urusan-urusan daerah yang masih

didanai oleh K/L melalui mekanisme dekonsentrasi/tugas pembantuan, maka saat

ini Pemerintah telah mengajukan RUU Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah

sebagai pengganti UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah. Dalam RUU tersebut diatur larangan

dan pemberian sanksi kepada K/L yang masih mendanai urusan daerah. Dengan

penerapan sanksi tersebut diharapkan proses pengalihan tersebut berjalan lebih

efektif.

Menjawab pertanyaan Fraksi Partai Keadilan Sejahtera, Fraksi Kebangkitan

Bangsa, dan Fraksi Partai Gerindra berkaitan dengan alokasi Dana Desa yang

sangat tidak memadai dan perlu ditingkatkan dalam RAPBN 2015, serta

implementasi pelaksanaan Dana Desa bisa dilakukan secara baik dan agar tidak

terjadi penyimpangan dimana Dana Desa tersebut ditujukan untuk dapat

mendorong kemandirian desa dan kesejahteraan masyarakat desa pada umumnya.

Perkembangan desentralisasi fiskal yang dinamis telah menjadikan desa menjadi

berkembang dalam berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan

agar menjadi kuat, maju, mandiri, dan demokratis. Kondisi tersebut diharapkan

dapat menciptakan landasan yang kuat dalam melaksanakan pemerintahan dan

pembangunan menuju masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera. Atas dasar itu,

pada tahun 2014 Pemerintah bersama-sama dengan DPR telah menetapkan UU

Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. UU tersebut antara lain ditujukan untuk

meningkatkan pelayanan publik bagi warga masyarakat desa guna mempercepat

perwujudan kesejahteraan umum, memajukan perekonomian masyarakat desa serta

mengatasi kesenjangan pembangunan nasional, dan memperkuat masyarakat desa

sebagai subjek pembangunan.

Dapat kami sampaikan bahwa, alokasi Dana Desa yang bersumber dari APBN

merupakan belanja pusat dengan mengefektifkan program yang berbasis desa secara

merata dan berkeadilan. Besaran alokasi anggaran yg peruntukannya langsung ke

desa ditentukan 10% dari dan diluar dana transfer ke daerah (on top) secara

bertahap. Berkaitan dengan hal tersebut, Dana Desa mulai dialokasian dalam

RAPBN Tahun Anggaran 2015 sebagai tahun pertama dan tahun transisi

pengalokasian dengan mempertimbangkan kemampuan APBN dan kesesuaian

belanja Kementerian Negara/Lembaga yang berbasis desa dengan tetap

memperhatikan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan program yang direalokasikan.

Alokasi Dana Desa yang bersumber dari RAPBN dalam tahun 2015 adalah sebesar

Rp9,1 triliun.

Page 72: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

-L.59-

Dalam tahap awal masa transisi pelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa,

alokasi Dana Desa sebesar Rp9,1 triliun merupakan pola PNPM Mandiri yang

berasal dari pengalihan Program/Kegiatan K/L dari Kementerian Dalam Negeri dan

Kementerian Pekerjaan Umum, dimana dokumen yang digunakan dalam proses

identifikasi tersebut adalah dokumen Kesepakatan Tiga Pihak dan Renja K/L TA

2015, karena pada tahap Pagu Indikatif belum terdapat dokumen RKA-K/L.

Pengalihan anggaran PNPM Mandiri tersebut, dilakukan dengan pertimbangan

bahwa selama ini program tersebut cukup efektif untuk meningkatkan

pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa, dengan melibatkan masyarakat

desa dalam proses perencanaan dan pelaksanaan, serta didukung dengan pola

pendampingan teknis pelaksanaan kegiatan dari K/L teknis terkait. Untuk itu

pelaksanaan Dana Desa dalam RAPBN 2015 akan mengadopsi pola PNPM Mandiri

tersebut. Dalam RAPBN 2015 juga diperlukan adanya dana pendukung pada K/L

teknis terkait untuk melakukan pendampingan kepada perangkat desa dalam

melakukan perencanaan, penganggaran program dan kegiatan, dan pengelolaan

keuangan desa, termasuk pelaksanaan pelaporan kegiatan. Diharapkan apabila

perangkat desa dan masyarakat desa sudah mempunyai kesiapan yang memadai,

baik dari sisi pengelolaan keuangan dan kegiatan yang mencakup aspek

perencanaan, penganggaran program/kegiatan, pelaksanaan kegiatan, pelaporan

dan pertanggungjawaban, maupun dari sisi kelembagaan, alokasi Dana Desa dapat

dinaikkan secara bertahap sesuai dengan kemampuan fiskal nasional sehingga dapat

memenuhi amanat UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

Selain Dana Desa yang bersumber dari APBN, setiap desa juga mendapat alokasi

dana yang bersumber dari APBD kabupaten/kota berupa: a). Bagian hasil Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD) Kabupaten/Kota paling sedikit 10%; b).

Alokasi Dana Desa (ADD) paling sedikit 10% dari dana perimbangan yang diterima

kabupaten/kota setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus; dan c). Bantuan keuangan

dari APBD provinsi dan APBD kabupaten/kota. Dapat kami sampaikan juga bahwa,

Dana Desa juga bersumber dari; a) pendapatan asli Desa terdiri atas hasil usaha,

hasil aset, swadaya dan partisipasi, gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli

Desa; b) hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga; dan c) lain-

lain pendapatan Desa yang sah. Dengan demikian, secara keseluruhan sumber dana

yang tersedia untuk desa baik dari APBN dan APBD, relatif memadai setiap

tahunnya untuk melaksanakan kewenangan desa.

Dalam rangka implementasi pelaksanaan Dana Desa agar bisa dilakukan secara baik

dan tidak terjadi penyimpangan dan sesuai dengan amanat UU Nomor 6 Tahun 2014

tentang Desa, Pemerintah telah menerbitkan 2 (dua) Peraturan Pemerintah, yaitu:

a) PP Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang

Page 73: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

-L.60-

Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, yang mengatur antara lain:

pembentukan/penggabungan desa, kewenangan desa, penghasilan kepala dan

perangkat desa, pengelolaan keuangan dan kekayaan desa; dan b) PP Nomor 60

Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari APBN, yang berisi tentang

proses penganggaran dana Desa dalam APBN; proses penghitungan alokasi dana

Desa oleh Pemerintah dan kabupaten/kota; proses penyaluran dana Desa terkait

mekanisme penyalurannya; proses pelaporan dari kabupaten/kota kepada

Pemerintah dan Desa kepada kabupaten/kota; dan proses monitoring dan evaluasi

terhadap penggunaan Dana Desa.

Saat ini, Pemerintah juga sedang menyiapkan Peraturan Menteri Keuangan dan

Peraturan Menteri Dalam Negeri sebagai pedoman pelaksanaan dari 2 (dua)

Peraturan Pemerintah tersebut. Peraturan Menteri Keuangan akan mengatur

mengenai tata cara penganggaran, pengalokasian, penyaluran, penggunaan, serta

pemantauan dan evaluasi Dana Desa, sedangkan Peraturan Menteri Dalam Negeri

antara lain akan mengatur mengenai pengelolaan keuangan desa, baik bersumber

dari APBN, APBD maupun sumber pendapatan desa lainnya. Untuk memastikan

agar pelaksanaan Dana Desa dapat berjalan dengan baik, Kementerian Dalam Negeri

akan menetapkan prioritas penggunaan Dana Desa, K/L teknis akan menyusun

pedoman umum dengan mengacu pada priorotas penggunaan Dana Desa, dan

Bupati/Walikota membuat pedoman teknis tentang kegiatan yang didanai dari Dana

Desa. Di samping itu, kementerian negara/lembaga terkait akan melakukan program

pendampingan guna memastikan pelaksanaan Dana Desa tepat target dan sasaran.

Dengan telah diterbitkannya 2 (dua) Peraturan Pemerintah serta penyusunan

rancangan Peraturan Menteri Keuangan dan Peraturan Menteri Dalam Negeri

dimaksud, diharapkan implementasi pelaksanaan Dana Desa bisa dilakukan secara

baik dan agar tidak terjadi penyimpangan sehingga dapat mendorong potensi dan

kemandirian desa, serta meningkatkan pelayanan publik guna mempercepat

kesejahteraan masyarakat desa pada umumnya.

E. PEMBIAYAAN DEFISIT ANGGARAN, PENGELOLAAN UTANG, DAN

RISIKO FISKAL

Terkait dengan permintaan dari Fraksi Partai Golongan Karya yang meminta

ketegasan Pemerintah agar berupaya dalam penyelesaian segala bentuk dan jenis

piutang terutama yang telah jatuh tempo kiranya dapat dijelaskan sebagai berikut.

Pemerintah selama ini telah senantiasa melakukan upaya-upaya untuk

menyelesaikan piutang negara yang telah jatuh tempo. Sebagai contoh, dalam rangka

penyelesaian Piutang Negara yang berasal dari Naskah Perjanjian Penerusan

Page 74: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

-L.61-

Pinjaman (NPPP)/Subsidiary Loan Agreement (SLA) dan Perjanjian Pinjaman

Rekening Dana Investasi (RDI), Pemerintah telah melakukan beberapa langkah

sebagai berikut:

1. Penagihan

Penagihan dilakukan sebulan sebelum jatuh tempo dengan melakukan

rekonsiliasi bersama terlebih dahulu terkait jumlah kewajiban pokok dan

kewajiban yang jatuh tempo. Apabila tidak dibayar maka akan dikenakan denda

keterlambatan. Khusus untuk pinjaman daerah yang perjanjian pinjamannya

telah mencantumkan sanksi DAU/DBH, sesuai dengan Peraturan Menteri

Keuangan (PMK) No. 47/PMK.07/2011 tentang Tata Cara Penyelesaian

Tunggakan Pinjaman Pemerintah Daerah Kepada Pemerintah melalui Sanksi

Pemotongan Dana Alokasi Umum dan/atau Dana Bagi Hasil, maka akan

dilakukan pemotongan DAU/DBH apabila terjadi tunggakan sampai dua kali

jatuh tempo.

2. Penyelesaian Piutang Negara

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2005 tentang Tata Cara

Penghapusan Piutang Negara/Daerah dan dan Peraturan Pemerintah Nomor 44

Tahun 2005 tentang Tata Cara Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara

pada BUMN dan PT, optimalisasi penyelesaian piutang negara dapat dilakukan

melalui:

a. penjadwalan kembali pembayaran utang pokok, bunga, denda, dan/atau

ongkos‐ongkos lainnya;

b. perubahan persyaratan utang; dan/atau

c. penghapusan.

Selanjutnya Pemerintah juga telah menerbitkan beberapa Peraturan Menteri

Keuangan (PMK) untuk mengatur lebih lanjut skema penyelesaian piutang negara

kepada:

1) BUMN/PT : PMK 17/PMK.05/2007 tentang Penyelesaian Piutang

Negara yang Bersumber dari Naskah Perjanjian

Penerusan Pinjaman dan Perjanjian Pinjaman

Rekening Dana Investasi pada Badan Usaha Milik

Negara/Perseroan Terbatas;

2) Pemerintah Daerah : PMK 153/PMK.05/2008 tentang Penyelesaian Piutang

Negara yang Bersumber dari Penerusan Pinjaman Luar

Negeri, Rekening Dana Investasi, dan Rekening

Pembangunan Daerah pada Pemerintah Daerah;

Page 75: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

-L.62-

3) PDAM : PMK 120/PMK.05/2008 sebagaimana telah diganti

dengan PMK 114/PMK.05/2013 tentang Penyelesaian

Piutang Negara yang Bersumber dari Penerusan

Pinjaman Luar Negeri, Rekening Dana Investasi, dan

Rekening Pembangunan Daerah pada Perusahaan

Daerah Air Minum.

Dalam rangka optimalisasi penyelesaian piutang negara pada BUMN melalui

mekanisme restrukturisasi, Kementerian Keuangan telah melakukan langkah-

langkah berikut:

1) Bersama dengan Kementerian BUMN membuat MoU dengan ruang lingkup:

a. Percepatan penyelesaian piutang negara dalam bentuk:

- Peningkatan kerjasama tim penyelesaian piutang negara pada BUMN;

- Pertukaran informasi kondisi bisnis dan keuangan BUMN;

- Tindak lanjut penyelesaian piutang negara pada BUMN;

- Penyusunan kebijakan/peraturan yang diperlukan.

b. Melakukan kerjasama dengan pihak lain, antara lain: Lembaga Auditor

Pemeriksa (BPKP), Kejaksaan, BPK, dll.

c. Melakukan perencanaan, monitoring, dan evaluasi.

d. Melakukan penilaian kinerja dan Key Performance Index (KPI) yang akan

dimonitor oleh Kementerian BUMN selaku pemegang saham.

2) Untuk menjaga governance dan mitigasi risiko terhadap pilihan skema

restrukturisasi, dilakukan penilaian oleh pihak independen.

3. Konversi Piutang Negara menjadi Penyertaan Modal Negara (PMN)

pada BUMN

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2005 tentang Tata Cara

Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara pada Usaha Milik Negara dan

Perseroan Terbatas serta Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.05/2007

tentang Penyelesaian Piutang Negara yang Bersumber dari Naskah Perjanjian

Penerusan Pinjaman dan Perjanjian Pinjaman Rekening Dana Investasi pada

Badan Usaha Milik Negara/Perseroan Terbatas, pengalihan piutang menjadi

Penyertaan Modal Pemerintah dilakukan melalui Peraturan Pemerintah setelah

mendapat persetujuan DPR.

4. Konversi Utang menjadi Investasi (debt swap to investment) pada

Pemerintah Daerah dan PDAM

Terhadap tunggakan non pokok Pemerintah Daerah dan PDAM diberlakukan debt

swap to investment, yaitu mewajibkan pemerintah daerah membangun

Page 76: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

-L.63-

infrastruktur senilai tunggakan non pokok yang dihapus tersebut. Jenis

infrastruktur yang diperkenankan adalah infrastruktur di bidang pendidikan,

kesehatan, jalan dan irigasi, dan air.

5. Penyerahan kepada PUPN

Sebagaimana yang telah diatur dalam PP Nomor 14 Tahun 2005 maka apabila

telah dilakukan optimalisasi penagihan dan piutang tersebut tidak dapat

diselesaikan maka piutang Negara dapat diserahkan kepada PUPN (Panitia

Urusan Piutang Negara) untuk dilakukan penagihan atau bahkan penyitaan.

Terkait penyelesaian piutang negara pada PDAM sebagai tindak lanjut PMK

114/PMK.05/2012 tentang Penyelesaian Piutang Negara yang Bersumber dari

Penerusan Pinjaman Luar Negeri, Rekening Dana Investasi dan Rekening

Pembangunan Daerah pada PDAM, telah diserahkan ke PUPN penyelesaian atas

utang 28 PDAM yang tidak masuk dalam program restrukturisasi.

Selanjutnya terkait dengan penyelesaian piutang yang telah diserahkan

pengurusannya kepada Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN), dapat disampaikan

bahwa penyelesaian Piutang Negara yang dilakukan oleh Pemerintah dilaksanakan

berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor

49 Tahun 1960 tentang Panitia Urusan Piutang Negara.

PUPN dalam melaksanakan penyelesaian Piutang Negara dapat melakukan 2 (dua)

cara, yaitu cara eksekusi dan non eksekusi. Adapun yang termasuk dalam cara

eksekusi adalah melalui mekanisme penyitaan dan pelelangan atas barang jaminan

dan/atau harta kekayaan lain dari Penanggung Hutang (debitor)/Penjamin Hutang,

sedangkan yang termasuk ke dalam cara non eksekusi adalah melalui mekanisme

penebusan barang jaminan milik Penjamin Hutang, penjualan barang jaminan milik

Penanggung Hutang (debitur) di luar lelang, dan pemberian keringanan hutang.

Dalam rangka mempercepat penyelesaian Piutang Negara tersebut, perlu adanya

crash program/percepatan penyelesaian Piutang Negara khususnya piutang

terhadap Penanggung Hutang/debitor UMKM yang memungkinkan adanya

pemberiaan keringanan hutang kepada debitur tersebut. Untuk melakukan crash

program tersebut telah dirumuskan Pasal 27 Rancangan Undang-Undang APBN

Tahun 2015 untuk menjadi dasar hukum.

Berkenaan dengan permintaan Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa agar

Pemerintah berhati-hati dan cermat dalam memilih komposisi pembiayaan yang

dilakukan, dan permintaan Fraksi Partai Persatuan Pembangunan mengenai

perlunya mengurangi peranan utang luar negeri untuk menutup defisit anggaran

dapat kami jelaskan sebagai berikut. Sejalan dengan ditempuhnya kebijakan yang

ekspansif pada tahun 2015, maka akan berdampak terjadinya defisit anggaran.

Kebijakan defisit merupakan representasi dari kebijakan ekspansif pemerintah

Page 77: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

-L.64-

dalam rangka menstimulasi perekonomian untuk mengakselerasi pertumbuhan

ekonomi yang berkelanjutan, pengurangan pengangguran dan kemiskinan yang pada

gilirannya dapat mendorong peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat. Berkenaan

dengan hal tersebut esensi kebijakan defisit merupakan solusi untuk tetap menjaga

agar peran APBN sebagai instrumen fiskal untuk menstimulasi perekonomian dapat

berfungsi secara optimal ditengah keterbatasan anggaran (budget constrains).

Sejalan dengan hal tersebut maka diperlukan pembiayaan untuk menutup defisit

anggaran namun dalam pengadaan sumber pembiayaan tetap dikelola secara

prudent dan senantiasa mempertimbangkan kesinambungan fiskal.

Kebijakan umum pembiayaan utang akan ditempuh oleh Pemerintah pada tahun

2015 antara lain: (i) pengendalian rasio utang terhadap PDB; (ii) mengutamakan

pembiayaan utang yang bersumber dari dalam negeri; (iii) mengarahkan

pemanfaatan utang untuk kegiatan produktif antara lain melalui penerbitan sukuk

yang berbasis proyek; (iv) memanfaatakan pinjaman luar negeri secara selektif,

terutama untuk bidang infrastruktur dan energi, dan mempertahankan kebijakan

negative net flow; (v) mengoptimalkan peran serta masyarakat (financial inclusion)

dan melakukan pendalaman pasar SBN domestik, (vi) melakukan pengelolaan utang

secara aktif dalam kerangka asset liabilities management (ALM). Sementara itu

pokok-pokok kebijakan umum pembiayaan non utang antara lain : (i) penggunaan

SAL sebagai sumber pembiayaan dan fiscal buffer untuk mengantisipasi

kemungkinan terjadinya krisis, (ii) pengalokasian PMN kepada BUMN untuk

percepatan pembangunan infrastruktur dan peningkatan kapasitas usaha BUMN,

(iii) pengalokasian dana PMN kepada organisasi/ lembaga keuangan internasional

dan badan usaha lain yang ditujukan untuk memenuhi kewajiban Indonesia sebagai

anggota dan mempertahankan persentase kepemilikan modal, (iv) pengalokasian

dana bergulir untuk penyediaan fasilitas pembiayaan dalam rangka memenuhi

ketersediaan rumuah murah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dan

untuk memberikan stimulus bagi KUMKM berupa penguatan modal, (v)

melanjutkan program dana pengembangan pendidikan nasional.

Dalam rangka mengantisipasi volatilitas perkembangan pasar SBN dalam negeri dan

faktor risiko sewaktu-waktu terjadinya sudden reversal secara tiba-tiba, Pemerintah

sudah melakukan upaya-upaya preventif antara lain: (i) meningkatkan fleksibilitas

dalam rangka mengantisipasi terjadinya sudden reversal antara lain dengan

pengembangan instrumen protokol pengelolaan krisis (crisis management

protocol–CMP); (ii) meningkatkan fleksibilitas penggunaan SAL sebagai fiscal buffer

untuk menstabilisasi pasar SBN melalui pencantuman dalam UU APBN sehingga

mempunyai landasan hukum yang kuat; (iii) mengendalikan kerentanan fiskal dalam

batas yang terkendali (fiscal vulnerability) antara lain DSR, Debt Ratio terhadap

Page 78: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

-L.65-

pendapatan dalam negeri, menjaga komposisi utang dalam batas aman; dan (iv)

memprioritaskan pengembangan pasar perdana SBN domestik, pengembangan

pasar sekunder SBN, serta pengembangan instrumen SBN.

Sementara itu untuk mengahadapi faktor risiko dari luar maka Pemerintah

mengupayakan antara lain: (a) mengendalikan pinjaman luar negeri melalui

kebijakan negative net flow secara konsisten; (b) komitmen pinjaman kegiatan

(project loan) baru diarahkan untuk membiayai pembangunan infrastruktur dan

energi serta membiayai pembelian barang yang belum dapat diproduksi di dalam

negeri dalam rangka alih teknologi; dan (c) meningkatkan kualitas persiapan

kegiatan dan pengadaan pinjaman luar negeri.

Terkait pemenuhan pembiayaan utang yang bersumber dari domestik, kiranya dapat

dijelaskan bahwa Pemerintah sependapat dengan pendapat dari Fraksi Partai

Gerakan Indonesia Raya dan Fraksi Partai Persatuan Pembangunan.

Upaya yang dilakukan Pemerintah dalam mendukung kebijakan tersebut adalah

mengupayakan agar porsi pembiayaan utang dari dalam negeri lebih dominan dari

waktu ke waktu. Kebijakan ini diharapkan dapat mendorong upaya pencapaian

kemandirian bangsa dengan mengoptimalkan potensi dalam negeri, dan untuk

meningkatkan pengelolaan makro ekonomi yang sehat dengan memaksimalkan

partisipasi investor dalam negeri, termasuk untuk mendorong program financial

inclusion.

Mengenai pandangan Fraksi Partai Keadilan Sejahtera terkait dengan

pemanfaatan instrumen sukuk negara untuk membiayai proyek-proyek pemerintah

serta untuk meningkatkan country ownership kiranya dapat dijelaskan bahwa sukuk

berbasis proyek atau sukuk proyek dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pertama,

sukuk yang diterbitkan dengan menggunakan DIPA proyek sebagai underlying asset

atau project underlying; dan kedua, sukuk yang diterbitkan untuk mendanai proyek

baru dalam APBN atau project financing. Pemerintah telah mulai menerbitkan

sukuk dengan skema underlying project pada tahun 2012. Untuk tahun 2013,

Pemerintah telah menerbitkan SBSN berbasis proyek (project financing sukuk)

sebesar Rp800 miliar untuk membiayai proyek infrastruktur transportasi, yakni

proyek pembangunan jalur ganda (double track) Lintas Cirebon–Kroya.Untuk tahun

2014, jumlah penerbitan SBSN berbasis proyek meningkat menjadi Rp1.571,0 miliar

yang digunakan untuk membiayai kelanjutan pembangunan jalur ganda (double

track) lintas Cirebon–Kroya sebesar Rp745,0 miliar, pembangunan railway

electrification and double-double tracking of Java main line project sebesar

Rp626,0 miliar, dan untuk proyek revitalisasi asrama haji sebesar Rp200,0 miliar.

Untuk tahun 2015, Pemerintah merencanakan untuk menerbitkan SBSN berbasis

proyek sebesar Rp7.459,8 miliar untuk membiayai berbagai proyek pembangunan di

Page 79: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

-L.66-

tiga kementerian yaitu Kementerian Pekerjaan Umum Rp3.535,3 miliar,

Kementerian Perhubungan Rp2.924,5 miliar, dan Kementerian Agama Rp1.000,0

miliar.

Sementara itu, terkait dengan pandangan Fraksi Partai Keadilan Sejahtera

mengenai penyelesaiaan obligasi rekap dapat dijelaskan sebagai berikut. Penerbitan

obligasi rekap adalah kebijakan yang dilakukan dalam rangka penyelamatan

perekonomian nasional saat krisis keuangan melanda Indonesia mulai pertengahan

tahun 1997. Penerbitan obligasi rekap kepada bank rekap dilakukan untuk

menyehatkan kondisi permodalan perbankan. Sebagai gantinya, Pemerintah

memperoleh aset dari dan kepemilikan (ekuitas) pada bank rekap. Aset dan ekuitas

tersebut saat itu dikelola oleh BPPN dan sebagian telah dijual untuk menambah

penerimaan APBN. Dasar hukum penerbitan Surat Utang atau Obligasi Negara

dalam rangka Program Rekapitulasi Bank Umum adalah Peraturan Pemerintah

nomor 84 tahun 1998 tentang Program Rekapitalisasi Bank Umum yang ditetapkan

pada tanggal 31 Desember 1998 dan berlaku surut sejak tanggal 9 Desember 1998

(PP 84/1998). Dalam pasal 7 PP dimaksud memuat bahwa pembiayaan atas

penyertaan modal Negara pada Bank Umum dalam rangka program Rekapitulasi

Bank Umum dibebankan kepada APBN. Selain itu, dalam ketentuan Pasal 8 PP

84/1998 disebutkan bahwa dalam rangka pembiayaan atas penyertaan modal

Negara pada Bank Umum, Menteri Keuangan berwenang menerbitkan Surat Utang.

Selanjutnya berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002 tentang SUN,

dalam ketentuan peralihan Pasal 20 disebutkan bahwa Surat Utang atau Obligasi

Negara yang diterbitkan berdasarkan PP No. 84 Tahun 1998 dinyatakan sah dan

tetap berlaku sampai dengan saat jatuh tempo. Konsekuensi dari ketentuan

dimaksud adalah berlakunya ketentuan dalam Pasal 8 ayat (2) UU No. 24 Tahun

2002 yang menyebutkan bahwa Pemerintah wajib membayar bunga dan pokok SUN

pada saat jatuh tempo. Dengan demikian, pembayaran bunga dan pokok obligasi

rekap tetap dilakukan oleh Pemerintah hingga jatuh tempo agar tidak bertentangan

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Selain itu obligasi rekap merupakan bagian dari SBN yang dapat diperdagangkan

sehingga saat ini telah dimiliki oleh berbagai investor. Oleh karena itu, penyelesaian

beban akibat outstanding obligasi rekap yang masih ada perlu memperhatikan

dampaknya agar tidak menyebabkan default atas utang Pemerintah. Penyelesaian

yang bersifat sepihak dan tidak market friendly akan menimbulkan market

disruption dan dapat merusak reputasi Pemerintah di pasar keuangan, terutama

kepercayaan investor pada kredibilitas Indonesia. Hal ini dapat berimbas pada

sulitnya Pemerintah untuk mengakses kembali pendanaan di pasar keuangan. Oleh

karena itu penting bagi Pemerintah untuk menjaga risiko reputasi ini. Adapun

Page 80: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

-L.67-

upaya-upaya yang telah dan akan dilakukan Pemerintah untuk mengurangi Obligasi

Rekap tersebut antara lain program penukaran Obligasi (debt switch) maupun

pelunasan sebelum jatuh tempo (cash buyback) yang dilakukan sekaligus dalam

rangka peningkatan likuiditas SUN.

Pemerintah sependapat dengan Fraksi Partai Keadilan Sejahtera yang meminta

agar Pemerintah menjaga kesinambungan pembiayaan dalam negeri dan

mengoptimalkan hasil pengelolaan aset dan investasi serta piutang-piutang negara

yang bermasalah agar dapat menjadi penerimaan negara. Pemerintah senantiasa

berupaya agar porsi pembiayaan dalam negeri lebih dominan dari waktu ke waktu.

Kebijakan ini diharapkan dapat mendorong upaya pencapaian kemandirian bangsa

dengan mengoptimalkan potensi dalam negeri, dan dalam rangka meningkatkan

pengelolaan makro ekonomi yang sehat dengan memaksimalkan partisipasi investor

dalam negeri.

Selain itu Pemerintah juga telah berupaya untuk melakukan optimalisasi sumber-

sumber pembiayaan dalam negeri, antara lain: (1) Hasil Pengelolaan Aset, melalui

optimalisasi pengelolaan aset yang ada sesuai dengan kebijakan pengelolaan aset

yang berlaku saat ini sekaligus secara simultan mengupayakan berbagai penyelesaian

yang ada melalui koordinasi dengan pihak-pihak terkait khususnya Badan

Pertanahan Nasional, serta penyusunan ketentuan pengelolaan aset yang baru dalam

rangka mengakomodir perkembangan yang ada, (2) Piutang Negara yang berasal

dari Naskah Perjanjian Penerusan Pinjaman (NPPP)/Subsidiary Loan Agreement

(SLA) dan Perjanjian Pinjaman Rekening Dana Investasi (RDI), melalui penagihan,

penyelesaian piutang negara, konversi piutang negara menjadi PMN BUMN,

konversi utang menjadi investasi pada Pemerintah Daerah dan PDAM, dan

penyerahan pengurusan piutang kepada PUPN, (3) Piutang negara yang telah

diserahkan pengurusannya melalui PUPN, melalui mekanisme penyitaan dan

pelelangan atas barang jaminan, penebusan barang jaminan milik penjamin hutang,

penjualan barang jaminan milik penanggung hutang di luar lelang, dan pemberian

keringanan hutang.

Terkait pandangan Fraksi Partai Hati Nurani Rakyat yang tidak menyetujui

terhadap penetapan defisit pada setiap penyusunan postur APBN termasuk RAPBN

2015, kiranya dapat dijelaskan sebagai berikut. Sesuai dengan amanat Undang-

Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Keuangan Negara, APBN disusun sesuai

dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan negara dan kemampuan dalam

menghimpun pendapatan negara. Dalam menyusun RAPBN setiap tahun,

Pemerintah selalu berupaya untuk mengoptimalkan pendapatan dan meningkatkan

efisiensi di dalam pengeluaran negara, termasuk belanja pegawai. Namun,

Pemerintah menyadari bahwa kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan negara

Page 81: JAWABAN PEMERINTAH ATAS PEMANDANGAN UMUM … filesecara bertahap sesuai ketentuan peraturan perundangan. ...

-L.68-

lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan dalam menghimpun pendapatan

negara sehingga timbul defisit RAPBN yang tidak bisa dihindari.

Serangkaian langkah kebijakan yang dilakukan Pemerintah untuk mengoptimalkan

pendapatan negara antara lain: (1) kebijakan perpajakan melalui penyempurnaan

peraturan perundang-undangan perpajakan, ekstensifikasi, dan intensifikasi

perpajakan, serta penggalian potensi penerimaan perpajakan secara sektoral; (2)

kebijakan di bidang kepabeanan dilakukan antara lain dengan menggalakkan

pemberitahuan dini lewat skema pranotifikasi, mendorong peralihan pengiriman

pemberitahuan impor barang, dan dokumen pelengkap pabean impor secara

tunggal; (3) kebijakan di bidang cukai lebih diarahkan kepada manajemen risiko dan

perbaikan sistem; serta (4) kebijakan di bidang PNBP akan ditempuh melalui

optimalisasi penerimaan SDA migas melalui peningkatan produksi migas dan

pencapaian target lifting migas.

Sementara itu, terkait efisiensi belanja negara, terutama belanja pegawai dapat kami

sampaikan bahwa belanja pegawai merupakan jenis belanja mengikat

(nondiscretionary spending), yang bersifat strategis guna menunjang kelangsungan

kegiatan pemerintahan, dan menjamin kelangsungan pelayanan publik bagi

masyarakat.

Peningkatan belanja pegawai dari tahun ke tahun, utamanya disebabkan adanya

upaya Pemerintah untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik melalui reformasi

birokrasi dan tatakelola pemerintahan. Salah satu fokus utama pelaksanaannya

adalah melalui peningkatan profesionalisme aparatur negara dan tata pemerintahan

yang penuh integritas, akuntabel, taat kepada hukum, dan transparan. Disamping

itu, peningkatan alokasi belanja pegawai juga disebabkan oleh dampak kenaikan

belanja pensiun yang setiap tahun semakin meningkat seiring dengan bertambahnya

jumlah penerima pensiun. Pemerintah sependapat dengan Anggota Dewan bahwa

anggaran belanja pegawai harus optimal dan efisien. Untuk itu, dalam rangka

efisiensi anggaran belanja pegawai, Pemerintah sedang melakukan penataan kembali

jumlah kebutuhan PNS yang tepat (rightsizing) berdasarkan analisis jabatan dan

beban kerja. Untuk itu, sistem seleksi rekrutmen CPNS akan dilakukan dengan

menggunakan sistem computer assisted test (CAT) secara terpusat dengan

bekerjasama dengan konsorsium perguruan tinggi negeri (PTN) serta melibatkan

masyarakat dalam pengawasan, dengan lebih obyektif, transparan dan bebas, dalam

upaya menjaring pegawai yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan.

Sementara itu, terkait program-program yang tidak mendorong pertumbuhan

ekonomi dapat kami sampaikan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, Pemerintah

telah melakukan langkah-langkah kebijakan untuk meningkatkan kualitas belanja

negara (quality of spending) dengan lebih memperhatikan efisiensi, dan ketepatan

alokasi, serta memperhitungkan pengaruhnya terhadap perekonomian.