Jawaban No 2

3
Determinasi Kromosom Pada fertilisasi terjadi persatuan antara sel telur dan sel mani sehingga te zigot yang mempunyai jumlah kromosom yang normal ialah dua kali sebanyak kromosom yang dipunyai sel benih (gamet). Karena itu pembentukan ga dengan meiosis yang menghasilkan pengurangan jumlah kromosom. Meiosis ini ha berlangsung dengan baik untuk pembentukan keturunan yang sehat, gang meiosis menghasilkan gamet yang tidak memungkinkan reproduksi, menyebabkan kematian bayi dan menimbulkan kelainan konginetal. Genotip laki-laki normal !, "# ( $$ pasang autosom dan $ kromosom kelamin, " dan #) . %etelah pembel se&ara meiosis saat spermatogenesis, setiap spermatozoa akan mengandung krom " atau #. Genotip perempuan normal adalah ! bersifat diploid, "" ( autosom dan $ kromosom kelamin, " dan "). %etelah pembelahan se&ara meiosis oogenesis, setiap oosit akan mengandung kromosom haploid dan hanya satu krom " (%loane, $'' ). ertilisasi terjadi saat oosit sekunder yang mengandung o*um dibuahi oleh sp ertilisasi umumnya terjadi segera setelah oosit sekunder memasuki o*iduk. + sebelum sperma dapat memasuki oosit sekunder, pertama-tama sperma harus mene berlapis-lapis sel granulosa yang melekat disisi luar oosit sekunder yang di radiata ( rianto, $' $). ika sebuah sperma pemba/a " membuahi o*um yang memiliki autosom $$ 0 " dan dari sperma $$ 0 " dari o*um akan berjenis kelamin perempuan. ika sperma pe # membuahi o*um, zigot yang terbentuk ("#) akan memiliki autosom yang lengka $$0# dari sperma dan $$0" dari o*um dan akan berjenis kelain laki-laki ("#). demikian, genetik jenis kelamin turunan ditentukan oleh spermatozoa. Perkembangan Normal Sistem Reproduksi 1. Genital Internal Proses diferensiasi gonad menjadi testis atau o*arium dan perkembangan si saluran internal dimulai pada minggu keempat perkembangan embrionik dan a selesai se&ara keseluruhan ketika minggu ke duabelas setelah fertilisasi $'' ).

description

sfsfe

Transcript of Jawaban No 2

Determinasi Kromosom

Pada fertilisasi terjadi persatuan antara sel telur dan sel mani sehingga terjadi sebuah zigot yang mempunyai jumlah kromosom yang normal ialah dua kali sebanyak kromosom yang dipunyai sel benih (gamet). Karena itu pembentukan gamet terjadi dengan meiosis yang menghasilkan pengurangan jumlah kromosom. Meiosis ini harus berlangsung dengan baik untuk pembentukan keturunan yang sehat, gangguan pada meiosis menghasilkan gamet yang tidak memungkinkan reproduksi, menyebabkan kematian bayi dan menimbulkan kelainan konginetal. Genotip laki-laki normal adalah 46, XY ( 22 pasang autosom dan 2 kromosom kelamin, X dan Y) . Setelah pembelahan secara meiosis saat spermatogenesis, setiap spermatozoa akan mengandung kromosom, X atau Y. Genotip perempuan normal adalah 46 bersifat diploid, XX ( 22 pasang autosom dan 2 kromosom kelamin, X dan X). Setelah pembelahan secara meiosis saat oogenesis, setiap oosit akan mengandung kromosom haploid dan hanya satu kromosom X (Sloane, 2003).Fertilisasi terjadi saat oosit sekunder yang mengandung ovum dibuahi oleh sperma. Fertilisasi umumnya terjadi segera setelah oosit sekunder memasuki oviduk. Namun sebelum sperma dapat memasuki oosit sekunder, pertama-tama sperma harus menembus berlapis-lapis sel granulosa yang melekat disisi luar oosit sekunder yang disebut korona radiata (Irianto, 2012).

Jika sebuah sperma pembawa X membuahi ovum yang memiliki autosom 22 + X dan dari sperma 22 + X dari ovum akan berjenis kelamin perempuan. Jika sperma pembawa Y membuahi ovum, zigot yang terbentuk (XY) akan memiliki autosom yang lengkap; 22+Y dari sperma dan 22+X dari ovum dan akan berjenis kelain laki-laki (XY). Dengan demikian, genetik jenis kelamin turunan ditentukan oleh spermatozoa. Perkembangan Normal Sistem Reproduksi1. Genital Internal

Proses diferensiasi gonad menjadi testis atau ovarium dan perkembangan sistem saluran internal dimulai pada minggu keempat perkembangan embrionik dan akan selesai secara keseluruhan ketika minggu ke duabelas setelah fertilisasi (Sloane, 2003).a. Sel benih primodial (sel kelamin primitif) yang kemudian terpisah dari sel lain di minggu keempat perkembangan embrio bermigrasi melalui gerakan amuboid pada minggu keenam meniju gonad primitive yang belum terdiferensiasi dalam dinding abdominal posterior embrio (Sloane, 2003). Gonad terbentuk dalam bubungan (bridge) gonadal (genital). Bubung ini terletak di dekat duktus mesonfrik (wollfian) yang mengalirkan cairan ginjal embrionik.

Duktus mullerian (paranesonefrik) terbentuk dengan sendirinya di sepanjang duktus mesonefrik.

b. Perkembangan testis. Jika kelaminya laki-laki gonad terbentuk menjadi testis yang memproduksi testoteron dan suatu inhibitor mullerian. Testoteron menyebabkan penyatuan duktus mesonefrik menjadi system duktus internal laki-laki. Pada kedua sisi baguian-bagian duktus mesonefrrik berubah menjadi epididimis, duktus deferen, duktus ejaculator, vesikel seminalis (Sloane, 2003).c. Perkembangan ovarium. Jika genetik kelaminya perempuan gonad berkembang menjadi ovarium. Tanpa testoteron, duktus mesonefrik mengalami atrofi.duktus mullerian berkembang menjadi tuba fallopii, uterus, dan bagian atas vagina. Pengaruh hormonal tidak diperlukan dalam perkembangannya (Sloane, 2003).2. Genital eksternalSampai minggu ketujuh kehidupan embrionik, genital eksternal tidak terdiferensiasi dan terdiri dari tuberkel genital, lipatan urogenital, dan pembekakan labioskrotal.a.Pada laki-laki

Karena pengaruh testoteron, tuberkel genital membentuk penis dan perkembangan labioskrotal menjadi dua kantung scrotal yang kemudian menjadi testis setelah testis bedespenden dari rongga abdomen (Sloane, 2003).1)Penurunan testis

Gubernakulum adalah korda fibrosa pada sisi luar testis yang menghubungkannya ke pembengkakan labioskrotal. Seiring pertumbuhan embrio laki-laki, korda memendek.

Saat bulan ke tujuh di intrauterus sepasang kanal inguinal terbentuk dalam kanal inguinal terbentuk dalam dinding abdominal untuk menyediakan jalur dari rongga pelvis ke skrotum. Gubernakulum yang memendek menarik testis melalui kanal inguinal kedalam skrotum. Duktus deferen pembuluh darah, saraf dan pembuluh darah limfatik juga menyertai testis dan terbungkus dalam korda spermatik. Jika kanal inguinal gagal menutup setelah testis berdesenden atau area penutup menjadi area yang membelah, maka sisi potensial hernia inguinal terbentuk (Sloane, 2003).2)Kriptorkidisme adalah kegagalan salah satu atau kedua testis untuk berdesenden ke dalam kantong skrotal. Kondisi ini mengakibatkan kondisi infertiitas karena suhu tubuh terlalau tinggi untuk produksi normal sperma (Sloane, 2003).b. Pada perempuan

Tanpa pengaruh hormonal, tuberkel genital menjadi klitoris, lipatan urogenital menjadi labiaminora dan pembengkakan labio skrotal menjadi labia mayora (Sloane, 2003).