JAWABAN ATAS SEGALA PERTANYAAN HINDU

78
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dijaman yang serba canggih dan modern ini banyak sekali permasalahan yang muncul terutama permasalahan (konflik) yang mengatasnamakan agama. Hal yang menyebabkan terhambatnya Tujuan Ilmu Perbandingan Agama adalah karena adanya fanatisme agama, adanya materilaisme, minimnya spiritualisme, adanya mayoritas dan minoritas dalam beragama, dan terjadinya intimidasi. Sehingga perlunya pembelajaran terhadap perbandingan agama karena dinilai penting. Sebab perbandingan agama bukan membanding-bandingkan agama akan tetapi mengenal agama orang lain agar terjadi toleransi, saling menghormati, menghargai dan sebagainya. Pada dasarnya ketika semua orang memahami semua agama dengan baik pasti konflik antar umat beragama dapat diminimalisir. Karena dengan sedikitnya pengetahuan akan agama orang lain maka akan muncul persepsi yang kurang benar dan bahkan menjelekan ajaran agama tersebut. Dalam kesempatan ini penulis akan menggali tentang Agama Hindu. Agar agama lain dapat memahami dengan benar tentang ajaran Hindu dan menumbuhkan toleransi antar umat beragama. Sehingga kerukunan antar umat 1

description

Petunjuk bagi yang ragu

Transcript of JAWABAN ATAS SEGALA PERTANYAAN HINDU

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dijaman yang serba canggih dan modern ini banyak sekali permasalahan

yang muncul terutama permasalahan (konflik) yang mengatasnamakan agama.

Hal yang menyebabkan terhambatnya Tujuan Ilmu Perbandingan Agama adalah

karena adanya fanatisme agama, adanya materilaisme, minimnya spiritualisme,

adanya mayoritas dan minoritas dalam beragama, dan terjadinya intimidasi.

Sehingga perlunya pembelajaran terhadap perbandingan agama karena dinilai

penting. Sebab perbandingan agama bukan membanding-bandingkan agama akan

tetapi mengenal agama orang lain agar terjadi toleransi, saling menghormati,

menghargai dan sebagainya. Pada dasarnya ketika semua orang memahami semua

agama dengan baik pasti konflik antar umat beragama dapat diminimalisir. Karena

dengan sedikitnya pengetahuan akan agama orang lain maka akan muncul

persepsi yang kurang benar dan bahkan menjelekan ajaran agama tersebut.

Dalam kesempatan ini penulis akan menggali tentang Agama Hindu. Agar

agama lain dapat memahami dengan benar tentang ajaran Hindu dan

menumbuhkan toleransi antar umat beragama. Sehingga kerukunan antar umat

beragama dapat terjadi serta tujuan agama dan negara dapat tercapai.

1

BAB II

PEMBAHASAN

A. ASAL AGAMA HINDU

Agama Hindu adalah agama yang paling tua di dunia. Para rsi jaman

dahulu menyanyikan lagu yang suci di hutan dan juga tepian sungai India, jauh

ribuan tahun sebelum Moses, Buddha atau Kristus. Nama asli dari Agama Hindu

adalah Sanatana Dharma (Kebenaran universal atau abadi). Walaupun bagaimana

pun asal usul Hindu juga kontroversial, para cendekiawan setuju bahwa agama

Hindu ada sejak awal 500 S.M, orang Persia memanggil orang India yang tinggal

di tepian sungai Indus (dikenal dengan nama Sindhu dalam bahasa Sanskerta)

sebagai Sindhus. Dalam Bahasa Persia, kata Sindhu menjadi Hindu dan orang

yang tinggal di India dikenal dengan nama Hindu.

Tidak seperti agama lain di dunia, agama Hindu tidak berasal dari seorang

pendiri atau sebuah kitab, atau dimulai pada titik waktu tertentu. Sangat tidak

mungkin untuk menentukan waktu dan tempat asalnya. Dalam buku-buku

biasanya dikatakan bahwa Agama Hindu kira-kira terbentuk 1500 SM, yang

didasarkan pada Teori Invasi Arya yang sekarang tidak dipergunakan lagi.

Menurut teori ini bangsa Arya pada jaman Veda datang dari India Tengah, yang

menyerbu India sekitar 1500 SM, menghancurkan peradaban yang lebih maju

yaitu Peradaban Harappan, dan menyebarkan budaya Veda di India.

Berdasarkan bukti arkeologi dan kesusastraan, cendekiawan modern telah

menyebutkan bahwa tidak ada invasi Arya dan orang-orang jaman Rg Weda yang

menyebutkan diri mereka Aryan (kata Arya dalam bahasa Sanskerta berarti

kebijaksanaan), merupakan penduduk asli India dan merupakan salah satu etnik

grup sejak 6500 SM atau bahkan lebih awal lagi.

Kronologi

Berikut ini adalah garis besar dari perkembangan agama dan tradisi Hindu.

Harus disadari bahwa perbedaan waktu yang mendekati 500 Sebelum Masehi

yang menandai beberapa peristiwa-peristiwa.

2

Jaman Rg Veda (6500 atau awal 2000 Sebelum Masehi)

Ini adalah jaman dimana Nyanyian dalam Rg Veda, kitab yang paling tua,

berkembang.

Jaman Brahmana dan Periode Aranyaka (2000-1500 Sebelum Masehi)

Para Brahmana (yang berhak menggunakan Lagu Veda dalam upacara),

Aranyaka (interpretasi filsafat dalam lagu-lagu pujian), jaman awal dari Upanisad

(Filsafat Veda) yang ditambahkan dalam kumpulan lagu-lagu pujian dalam Veda.

Pada jaman ini pemikiran Hindu berkembang dari pemujaan dari semua kekuatan

alami beralih pada sebuah konsep tunggal, yang menekankan pada jiwa Universal,

yang disebut dengan Brahmana oleh para peneliti Upanisad.

Jaman Sutra (1500-500 Sebelum Masehi)

Dalam periode ini, Upanisad disusun dan Mimamsa, Nyaya, Sankhya, dan

Brahma Sutra (aphorisme pada Upanisad) dicatat. Tulisan ini kemudian

mengarahkan pada perkembangan enam filsafat Hindu (Sad Darsana).

Perkembangan Budhisme dan Jainisme yang juga terjadi pada jaman ini.

Jaman Epos (700 Sebelum Masehi – 300 Setelah Masehi)

Dikembangkan ceritanya pada periode ini. Ramayana, yang kemudian

ditulis sebagai puisi oleh Rsi Walmiki saat periode ini dikembangkan lagi

beberapa waktu kemudian. Bhagavad Gita (bagian dari Mahabharata), Hukum

dari Manu (peraturan tingkah laku dalam agama Hindu), beberapa dari Purana

yang telah dibuat lebih awal (Kesusastraan mitologi), Sutra tentang filsafat, dan

ajaran yang lebih tinggi tentang Upanisad yang dibuat memungkinkan bagi orang

awam untuk mengerti dengan terjemahan yang telah disederhanakan.

Jaman Purana (300-1500 Setelah Masehi)

Pada jaman ini Purana dan kesusastraan Tantra dikembangkan. Sutra

filasafat untuk 6 bagian dari filsafat Hindu juga diinterpretasikan.

Periode Darsana (750-1000 Setelah Masehi)

Pada periode dari filsafat Sankara Advaita Vedanta dan penurunan

pengaruh Budhisme di India adalah dua tanda kepentingan pada periode ini.

Periode ini juga merupakan awal dari pergerakan pemujaan yang berkembang

dengan 12 puisi di India Selatan yang dikenal dengan Alvars.

3

Gerakan Bhakti (1000-1800 Setelah Masehi)

Periode ini terjadi peningkatan pemujaan yang dikembangkan oleh para

Alvars, Nayanars, Tulsidas, Kabir, Surdas, Tukaram, Ramprasad, Ramanuja,

Ramananda, Guru Nanak, Mira Bai, Vallabha, Caitanya, dan banyak guru agama

yang lain juga orang-orang suci.

Renaisance Hindu Modern

Sejarah ini, tidaklah terlalu memihak orang-orang Hindu dan agamanya di

India. Dominasi dari luar yang brutal dan panjang serta pengaruh dari misionaris

asing telah membawa tantangan dalam bertahannya agama Hindu di India. Pada

saat yang sama, India telah memiliki kesempatan yang baik untuk menghasilkan

beberapa para pemimpin Hindu yang religius dan pemimpin yang merevolusikan

agama Hindu dengan melawan beberapa pergerakan sosial yang tidak manusiawi,

termasuk sistem kasta dan ritualisme yang terlalu di perluas. Terdapat banyak

pemimpin dari Renaisance Hindu modern, termasuk Ram Mohan Roy, Swami

Dayananda Saraswati, Paramahamsa Ramakrsba, Swami Vivekananda, Sri

Aurobindo Ghose, Ramana Maharsi, dan Mahatma Gandhi.

B. APAKAH AGAMA HINDU ITU?

Agama Hindu dikatakan seperti pohon besar dengan cabangnya yang

sangat banyak yang melambangkan berbagai pemikiran keagamaan. Pohon ini

berakar dalam tanah Weda dan Upanisad yang subur. Weda melambangkan tradisi

keagamaan, sedangkan Upanisad melambangkan filsafat dimana tradisi itu

didasarkan. Beberapa orang mengatakan bahwa Hindu adalah lautan yang

menyerap semua aliran sungai dari pemikiran yang berbeda, betapa lurus atau

berbeloknya sungai itu.

Agama Hindu dasarnya adalah persahabatan bagi mereka yang

mempercayai kesucian seseorang, kesadaran eksperensial tentang tuhan melalui

praktek spiritual dan disiplin moral (yang tidak tertengahi oleh otoritas, dogma,

atau kepercayaan) pemeliharaan dan penyebaran dharma (kebenaran), kebebasan

pemikiran yang total, keselarasan dalam agama (sarva dharma samabhava), tanpa

kekerasan (ahimsa) dalam kata-kata, perbuatan, dan pemikiran, menghormati

4

semua bentuk kehidupan, dalam hukum karma “ Apa yang engkau tanam itulah

yang akan engkau tuai”.

Adanya Kenyataan

Orang yang beragama Hindu percaya bahwa hanya ada satu kenyataan

atau kebenaran yang tidak dapat dibatasi dengan nama apapun, bentuk, atau sifat.

Kenyataan itu adalah bagian dari semua benda dan mahkluk dunia yang kemudian

menurun dalam diri mereka. Ini adalah sumber mutlak atau asal dari keberadaan.

Hal ini memiliki dua aspek, yang transendental (impersonal) dan immanen

(personal). Dalam aspek transendentalnya, kenyataan itu disebut dengan berbagai

nama, seperti Yang Kuasa atau kesadaran Kosmis, Maha Kuasa, Kenyataan

Mutlak, Jiwa Universal dan Nirguna Brahman. Dalam aspek impersonal ini,

kenyataan ini tidaklah berbentuk, tidak memiliki atribut, tidak berpindah, tidak

terbatas dan tidak dapat didekati oleh pemikiran manusia. Seperti itulah,

Kenyataan ini tidak dapat disebut dengan Pencipta, karena ada terlebih dahulu

dari semua bentuk termasuk Sang Pencipta. Yang dapat kita katakan tentang

aspek yang transendental ini adalah kenyataan bahwa alam adalah keberadaan

mutlak yang alami, pengetahuan mutlak, dan kebahagiaan mutlak (Sat-cit-

ananda).

Ini adalah aspek immanen, kenyataan adalah Tuhan Yang Maha Kuasa,

Tuhan dari semua agama. Dilihat dari aspek personal, Hindu menyebut kenyataan

dengan berbagai nama, seperti Saguna Brahman, Isvara, Paramatma, dan Ibu

Mulia. Dalam aspek ini, kenyataan ini adalah pencipta yang maha pengampun,

pemelihara, dan pengendali dari jagat raya. “ Dalam pandangan Weda, tidak ada

satu Dewa atau Dewi untuk semua manusia”. Hindu memuja aspek personal dari

kenyataan dalam berbagai nama dan bentuk, baik pria maupun wanita, ,menurut

pilihan dari pemuja.

Kesucian Individu

Kata Sanskrta atman, berarti “Tuhan dalam diri kita”, biasanya

diterjemahkan sebagai kesadaran, atau jiwa. Seorang individu, menurut

pandangan Hindu, adalah atman yang berada dalam tubuh manusia. Hindu

5

menyatakan bahwa atman adalah abadi dan mulia. Sedangkan tubuh fisik kita

mengalami kematian, dimana atman tidak bisa. Dari wujud manusia yang

sempurna sampai dengan cacing yang paling rendah terdapat atman, tetapi dalam

derajat manifestasi tubuh fisik tertentu seperti listrik yang berfungsi dalam

berbagai organisasi, bertgantung pada jenis dan konstruksi dari tubuh fisik.

Tingkat dari manifestasi atman yang tertinggi terdapat dalam tubuh manusia.

Dinyatakan bahwa atman itu maha kuat dan ada dimana- mana.

Bagaimana pun juga, ketika kita berhubungan dengan tubuh manusia tertentu, ini

akan menimbulkan pikiran, kecerdasan dan ego. Yang merupakan maya,

ketidakperdulian, atman telah menyatukan dirinya dengan tubuh, pikiran dan

kecerdasan. Hal inilah yang menyebabkan keterikatan atman dengan keberadaan

material, penderita dari rasa sakit di dunia. Menurut pandangan Hindu, kebebasan

(moksa atau pembebasan diri dari keterikatan duniawi) adalah tujuan dari

kehidupan manusia.

Moksa (Penyatuan dengan Tuhan)

Tujuan dari kehidupan keagamaan Hindu adalah untuk mencapai moksa

yaitu penyatuan dengan tuhan atau kebebasan dari segala keterbatasan fisik.

Penyatuan ini dapat dicapai melalui pengetahuan sejati (jnana), pengabdian

(bhakti), dan melakukan kebenaran (karma). Kemurnian, pengendalian,

kebenaran, tanpa kekerasan, dan welas asih pada semua bentuk kehidupan adalah

kebutuhan yang paling penting dalam jalan spiritual manapun dalam agama

Hindu. Agama Hindu menekankan pentingnya guru sejati (ahli spiritual) untuk

pencapaian pengetahuan Tuhan (atman-jnana). Pengetahuan Tuhan sangatlah

penting bagi kesempurnaan spiritual. “Jika kita mengetahui tentang Tuhan dan

tidak mengetahui diri kita sendiri, tuhan yang kita ketahui hanyalah konstruksi

konseptual, hasilnya dari imajinasi kita. Jika kita benar-benar mengetahui diri kita,

kita mengetahui Tuhan.

Keselarasan dalam Agama (Sarva Dharma Samabhava)

6

Agama Hindu menawarkan sejumlah cara untuk mencari penyatuan

dengan Tuhan. Hindu menyatakan bahwa semua agama yang sejati tidak lain

adalah jalan yang berbeda-beda dalam Tuhan. Doktrin ini dimasukkan dalam bait

berikut ini yang terdapat dalam Rg Weda (R.V.1.164.46) :

“Ekam sat viprah, bahudha vadanti.”

“Kebenaran itu adalah satu, orang bijaksana yang menyebutnya

dengan berbagai nama.”

Karena kepercayaan tentang keberadaan Tuhan pada semua mahluk hidup, Agama

Hindu mengajarkan toleransi dan keselarasan yang universal. Agama Hindu tidak

melihat bahwa seorang atheis sebagai orang yang menjijikkan. Menurut Sir

Monier Williams (Seorang cendikia Inggris dan Sanskrta, 1819-1899)

“Karakteristik Agama Hindu adalah sifatnya yang menerima dan

lengkap. Agama Hindu dinyatakan sebagai agama Kemanusiaan,

mahluk hidup dari seluruh jagat manusia. Tidak menghalangi

perkembangan dari sistem lain. Tidak memiliki kesulitan untuk

memasukkan agama lain kedalamnya dengan tangan terbuka.”

Doktrin dari Inkarnasi

Orang-orang Hindu percaya bahwa Tuhan berinkarnasi ke dunia untuk

menegakkan kebenaran, ketika nilai kebaikan telah menurun. Ini dinyatakan

dalam Bhagavad Gita (BG IV.6, IV.7) :

“Ketika ada penurunan pada nilai kebenaran dan ketidakbenaran

telah merajalela, Aku (Tuhan) dalam wujudku. Untuk melindungi

kebaikan dan penghancur oleh orang yang melakukan kejahatan dan

untuk menegakkan dharma (kebenaran), aku terlahir dari waktu ke

waktu.”

Orang Hindu percaya bahwa inkarnasi tidak dibatasi dalam agama Hindu

saja. Inkarnasi ini muncul dalam bentuk rsi, orang suci dan juga dalam semua

tradisi agama untuk membantu menegakkan dharma sesuai dengan kehendak

Tuhan.

Hukum Karma dan Kelahiran Kembali

7

Hindu percaya bahwa, Tuhan mencintai dan mengampuni semua, tidak

akan menghukum ataupun memberi hadiah pada siapapun. Kita menciptakan

nasib kita sendiri dengan pemikiran dan juga perbuatan kita. Setiap perbuatan

seseorang baik dalam pikiran atau perbuatan, akan membawa hasil, apakah itu

buruk atau baik, bergantung dari sifat moral dalam tindakan itu, sesuai dengan

pepatah, “ Apa yang engkau tanam, itulah yang akan engkau tuai.” Perbuatan

manusia tidak terjadi begitu saja tanpa akibat. Konsekuensi moral dari semua

tindakan ini terdapat di alam.

Jika seseorang hidup dengan bahagia di bumi, ia akan dilahirkan dalam

kehidupan yang lebih baik lagi dalam reinkarnasi berikutnya. Contohnya, seorang

pendosa yang melakukan kehidupan yang tidak bermoral akan terlahir sebagai

manusia miskin dalam kehidupannya pada reinkarnasi berikutnya. Seorang

terlahir kembali untuk menikmati hasil tindakannya sendiri. Siklus kelahiran dan

kematian sampai seseorang itu mencapai moksa, atau kebebasan dari siklus

kelahiran dan kematian.

Doktrin Ahimsa

Ahimsa berarti tanpa kekerasan, tidak melukai atau tidak membunuh.

Agama Hindu mengajarkan bahwa semua bentuk kehidupan adalah manifestasi

dari Tuhan. Kita tidak boleh membedakan dan menyakiti mahluk lain. Kita harus

menyebarkan cinta dan kasih pada semua mahluk hidup. Kita harus menyebarkan

cinta kasih dan kerendahan hati pada semua mahluk. Kekerasan karena nafsu

untuk memuaskan ketertarikan seseorang dan kurangnya kasih untuk sesama

adalah penyebab utama dari segala kejahatan di dunia.

Mahatma Gandhi, adalah salah satu pemimpin terkemuka pada jaman kita

adalah tokoh ahimsa yang paling termasyur. Sebelum ada ajarannya, praktek

penerapan doktrin ini telah dibatasi pada tindakan seseorang, tetapi ia telah

meluaskan konsep ahimsa pada tindakan masyarakat dan bangsa.

Tulisan Suci

8

Agama Hindu tidak berasal dari satu buku. Hindu memiliki banyak tulisan

suci yang menjadi sumber dari pemikiran-pemikirannya. Seperti yang telah

disebutkan terlebih dahulu, ini adalah agama yang diakumulasikan dari

pengalaman kuno, sejarah, demikian juga dengan Rsi-Rsi yang telah modern dan

pengamat. Tulisan Hindu yang paling penting diantaranya Veda, Upanisad,

Agama, Purana, Ramayana, Mahabharata, dan Bhagavad Gita, dan masih banyak

lagi.

Pustaka Weda

Tiap agama di dunia ini, memiliki pustaka suci. Pustaka suci sebuah

agama menjadi sumber segala sumber ajaran agama tersebut. Aspek-aspek

filsafat, aspek ritual maupun etika pelaksanaan ajaran beragama, bersumber dari

nilai, kaedah, norma dari pustaka sucinya. Semua ajaran agama ini memiliki

kebenaran suci, kekal, dan universal sehingga patut diikuti dan dilaksanakan oleh

penganutnya.

Sumber ajaran agama Hindu adalah Weda, yaitu Pustaka yang berisi ajaran

kesucian yang diturunkan Hyang Widhi melalui para Maha Rsi. Secara Etimologi,

kata Weda berasal dari kata Wid, artinya ‘mengetahui atau pengetahuan’. Weda

adalah ilmu pengetahuan suci yang maha sempurna suci dan kekal abadi berasal

dari Hyang Widhi. Weda dikenal pula dengan Sruti, artinya Weda yang diterima

melalui pendengaran dengan kemekaran intuisi para Maha Rsi. Juga disebut

Pustaka mantra karena memuat nyanyian pujaan.

Dengan demikian Weda adalah pustaka suci yang tidak boleh diragukan

kebenarannya dan berasal dari Hyang Widhi. Sedangkan Smerti isinya bersumber

dari Weda Sruti. Yang didapatkan melalui ingatan oleh Maha Rsi. Kedua pustaka

ini tidak boleh diragukan kebenarannya.

Manawa Dharmasastra. II.10 menegaskan :

Srutistu wedo wijneyo dharma

Sastram tu wai smertih

Te sarwartheswam immamasye tabhyam

Dharmo hi nirbabhau

9

Sruti adalah Weda, dan Smerti itu adalah dharmasastra,

keduanya tidak boleh diragukan dalam hal apapun juga

karena keduanya adalah Pustaka Suci yang menjadi

sumber ajaran Hindu Dharma

Dari sloka diatas, tegaslah bahwa Sruti dan Smerti merupakan dasar utama

ajaran Hindu yang kebenaranya tidak terbantahkan. Sruti dan Smerti adalah ajaran

dasar yang harus dipegang teguh seluruh umat Hindu.

C. Filsafat Timur Hindu

ASTIKA (ORTODOK)

Sad Darsana (Enam Pandangan Filsafat Hindu). Filsafat merupakan

pencarian rasional ke dalam sifat kebenaran atau realitas, yang juga memberikan

pemecahan yang jelas dalam mengemukakan permasalahan-permasalahan

kehidupan ini, di mana ia juga menunjukkan jalan untuk mendapatkan

pembebasan abadi dari penderitaan akibat kelahiran dan kematian.

Kata Darsana muncul dan digunakan untuk mengacu kepada pengertian

filsafat. Kata Darsana kata Dasgupta di dalam pengertian pengetahuan filsafat

penggunaan awalnya ditemukan di dalam Vaisesika-sutra karya Kanada. Tujuan

Darsana merupakan realisasi atman. Realisasi atman merupakan tujuan dari setiap

darsana. Baik Sruti maupun sistem-sistem filsafat India (Darsana) semuanya

menelkankan pada Atman dan Brahman (Tuhan).

Klasifikasi Darsana ada enam sistem filsafat Hindu yaitu, enam sistem filsafat

orthodok yang merupakan enam cara mencari kebenaran, yaitu :

1.NYAYA

Nyaya disebut juga tarkawada yaitu ilmu berdebat. Munculnya akibat

perdebatan diantara ahli pikir di dalam mereka berusaha mencari

kebenaran dari ayat-ayat suci Weda untuk dijadikan landasan melakukan

upacara-upacara korban.

Ajaran filsafat nyaya bersifat realistis. Karena mengakui benda-benda

sebagai suatu kenyataan atau mengakui keberadaan dunia yang terlepas

dari pikiran dan berdiri sendiri.

10

Nyaya juga berarti “Theori pemisahan”. Pemikiran ini dipelopori oleh

Rsi Gautama (bukan Buddha), yang merupakan sistem yang logis dan

bukan merupakan sistem praktek keagamaan. Bagaimana pun juga, logis

dalam hal ini berarti dilatih untuk tujuan mencapai pembebasan.

Pemikiran ini lebih cenderung dalam analisi logika dari dunia dan

menggunakan alasan dan inference sebagai alat untuk mencapai

pengetahuan yang sebenarnya. Filsafat Nyaya sangat dihormati oleh

Cendekiawan Barat, karena menggambarkan kehalusan dan intricacies

pemikiran India.

2. WAISESIKA

Waisesika adalah salah satu bagian dari filsafat India atau sad darsana

yang usianya lebih tua dari sistem filsafat Nyaya. Yang timbul pada abad 4

SM. Dengan tokohnya adalah Maha Rsi Kanada. Beliau juga dikenal

dengan nama Ulaka.

Sistem filsafat Waisiseka bersifat metafisik dengan tujuan pokok

ajarannya bersifat dharma yaitu tentang kesejahteraan di duniawi dan

kelepasan.

Sumber dan pokok-pokok ajarannya

Sumber ajaran waisesika kitab Waisesika Sutra. Kitab ini terdiri atas

10 adhyayas atau jilid dan setiap jilid terdiri dua ahnikas atau bab. Isi pokok

ajaran Waisesika adalah menerangkan tentang dharma. Yaitu apa yang

memberikan kesejahteraan di dalam dunia ini dan yang memberikan kelepasan

yang menentukan. Yang terpenting dari ajaran waisesika adalah ajaran tentang

kategori-kategori dari semua yang ada di dunia ini.

Waisesika berarti study tentang kemutlakan tertentu. Pemikiran ini, juga

dikenal dengan Pemikiran Agama Hindu Atomiki. Menurut filsafat ini,

pembebasan diri menghasilkan pengetahuan yang didapatkan dengan mengingat

enam kategori yaitu sifat, tindakan, konsep kelas, jenis dan inherence.

3. MIMAMSA

Sistem filasafat Mimamsa terbagi menjadi dua jenis yaitu Purwa

Mimamsa, dan Uttara Mimamsa. Mimamsa sering disebut Purwa Mimamsa

yang artinya penyelidikan sistematis yang pertama. Yang dimaksud bahwa

11

sistem ini membicarakan bagian Weda yang pertama yaitu kitab Brahmana.

Sedangkan Uttara Mimamsa disebut juga Wedanta yang artinya penyelidikan

sistematis yang kedua yaitu kitab Upanisad.

Sifat ajarannya adalah pluralistis, dan realistis. Disebut pluralistis

karena mengakui adanya banyak jiwa dan penggandaan asas badani yang

membenahi alam semesta. Sedangkan disebut realistis karena mengakui

obyek-obyek pengamatan adalah nyata.

Sumber dan pokok-pokok ajarannya

Yang menjadi sumber pokok ajaran Mimamsa adalah Mimamsa Sutra

buah karya Maha Rsi Jaimini. Dalam perkembangan selanjutnya timbulah

kitab komentar terhadap Mimamsa Sutra yang ditulis Sabaraswammin.

Komentar ini diterangkan dengan cara yang berbeda oleh Kumarila Bhatta

dan Prabhakara. Oleh karena itu timbullah dua aliran yaitu pengikut

Kumarila Bhatta dan pengikut Prabhakara. Pokok-pokok ajaran kedua ini

pada prinsipnya sama.

Fungsi filsafat Mimamsa adalah membantu praktik keagamaan

melalui dua cara yaitu memberi metode interpretasi terhadap Weda dan

memberi pertimbangan-pertimbangan yang bersifat filosofis terhadap

pelaksanaan upacara keagamaan.

Mengenai jiwa dalam sistem Mimamsa dipandang sebagai subtansi.

Keadaan berbeda dengan tubuh, indria dan budi. Jiwa itu jumlahnya sangat

banyak dan tak terhitung, tiap tubuh ada satu jiwa. Semua jiwa memiliki

kesadaran bersifat kekal berada dimana-mana dan meliputi segala sesuatu.

4. SAMKHYA

Samkhya terdiri dari dua kata yaitu “Sam” yang artinya bersama-sama

atau dengan dan “Khya” artinsya bilangan. Jadi Samkhya berarti susunan

yang berukuran bilangan. Kata Samkhya juga berarti pengetahuan yang

sempurna. Yang dimaksud adalah filsafat tentang sesuatu yang memberi

pelajaran untuk mengenal diri sendiri secara metafisik.

Ajaran Samkhya disebut realistis, dualistis, dan pluralistis. Disebut

realistis karena mengakui realitas dunia ini yang bebas dari roh. Disebut

dualistis karena prinsip ajarannya ada dua realitas yang berdiri sendiri

12

yaitu Purusa asas kejiwaan, dan Prakrti yaitu asas kebendaan. Dan disebut

pluralistis karena mengajarkan mengajarkan bahwa purusa itu banyak

sekali. Menurut Samkhya tentang kebenaran tuhan tidak perlu dibuktikan

lagi. Karena itu pula ajarannya disebut Niriswara Samkhya.

5. YOGA

Yoga secara etimologi berasal dari bahasa Sanskrta yang diambil dari

akar kata “Yuj” yang artinya berhubungan, penyatuan. Seseorang yang

mencari penyatuan ini disebut dengan Yogin atau Yogi. Penyatuan atau

berhubungan dimaksudkan adalah pertemuan roh individu (atma/

purusa) dengan roh universal yang tidak berpribadi (Mahapurusa/

paramatman).

Maha Rsi Patanjali mengartikan Yoga sebagai “ Citta Wrtti Nirodha”

yaitu penghentian gerak pikiran. Ajaran Yoga sangat populer dikalangan

umat Hindu dengan tokoh pendirinya adalah Maha Rsi Patanjali. Tulisan

pertama tentang ajaran Yoga adalah kitab Yoga Sutra karya Maha Rsi

Patanjali. Walupun unsur-unsur ajarannya sudah ada jauh sebelum itu.

Kemudian muncullah buku-buku komentar atas ajaran beliau. Seperti

Yoga Bhasya atau Wyasabhasya yang ditulis oleh Wyasa. Yoga

Maniprabha ditulis oleh Bhojaraja dll. Komentar-komentar ini

menguraikan ajaran Yoga karya Patanjali yang berbentuk Sutra berupa

kalimat-kalimat pendek dan padat isinya.

Berbeda dengan Samkhya, yoga mengakui adanya Tuhan. Adanya

Tuhan dipandang lebih bernilai praktis dari pada bersifat teori dan

merupakan tujuan akhir semadi yoga. Dengan demikian maka yoga

dikatakan bersifat teori dan praktek dalam hubungan Tuhan. Ajaran yoga

juga bersifat teistis dan mengakui kewenangan Weda.

NASTIKA (HETERODOK)

Istilah Nawa Darsana sebenarnya adalah penggabungan Sad Darsana

dengan Filsafat Nastika yang heterodok. Yang terdiri dari Carwaka,

Jaina, dan Buddha.

13

CARWAKA

Aliran filsafat Carwaka digolongkan dalam aliran materialisme.

Aliran ini hanya bisa percaya kepada apa yang bisa dilihat oleh mata.

Aliran Carwaka percaya terhadap Catur Mahabhuta (4 unsur alam yaitu

udara, air, api dan tanah).

Tokoh aliran Carwaka adalah Watsyayana dengan bukunya Kamasutra.

Carwaka tidak percaya kepada surga dan neraka dan terhadap Tuhan

yang menciptakan alam semesta. Karena aliran itu bersifat Atheis.

JAINA

Pendiri dari aliran ini adalah seseorang Mahawira yang namanya

Wardkamana (abad ke 6 SM). Aliran filsafat ini bersifat atheis. Percaya

bahwa seseorang dapat mencapai kebebasan rohani seperti gurunya.

Ada dua golongan Jaina yaitu:

A. Digambara yakni golongan yang sangat fanatik dan bahkan telanjang

bulat (berpakaian langit)

B. Swetambara yaitu golongan yang lebih moderat, menggunakan

pakaian serba putih.

Kedua golongan ini menekankan ajaran ahimsa (tidak membunuh

/menyakiti mahluk lain). Pengikut aliran ini umumnya menggunakan

masker (penutup mulut). Jangan sampai salah ucap atau mahluk-mahluk

kecil masuk ke mulut atau hidung. Bila bepergian selalu membawa sapu.

BUDDHA

Filsafat Buddha didirikan oleh pengikut Sang Buddha Siddharta

Gautama dan Dinasti Sakya (600 tahun sebelum masehi) hampir

bersamaan dengan filsafat Jaina. Buddhiesme adalah bagian dari Hindu

Dharma dan salah satu dari agama besar di dunia, dan dianut oleh sekitar

seperlima sampai semperempatdari populasi dunia saat ini.

Agama ini berkembang di Bhutan, Bhurma, China, Camboja, Japan,

Nepal, Tibet, Thailand, Sikhim, Sri Langka, dan Vietnam. Buddhisme

ditemukan pada tahun 520 sebelum masehi oleh Buddha Gautama, ynag

14

terlahir pada 563 Sebelum Masehi dekat dengan Kapilawastu, sekitar

seratus mil ke Utara dari kota Benares saat ini sebuah kota di India.

Ajaran Filsafat Buddha meliputi :

A. Catur Arya Satyani

Catur Arya Satyani yaitu empat kebenaran mulia meliputi :

1. Dukha : hidup adalah penderitaan

2. Tresna : ada yang menyebabkan penderitaan

3. Nirodha : ada jalan untuk mengatasinya

4. Asta Marga : jalan itu ada delapan

B. Pratitya Samut Pada

Pratitya Samut Pada adalah dua belas hal yang menyebabkan penderitaan

yaitu :

1. Awidya : kebodohan

2. Samkara : kesan dimasa lalu

3. Vijnana : kesadaran awal

4. Nama rupa : pikiran dan badan

5. Sadayatana : enam anggapan

6. Sparsa : kotak hubungan dengan obyek

7. Vedana : pengalaman yang lalu

8. Tresna : haus akan kenikmatan

9. Upadana : perhatian yang lebih

10. Bhava : keinginan supaya terjadi

11. Jati : kelahiran

12. Jara Marana : umur tua dan kenikmatan

C. Asta Marga

Asta Marga adalah delapan jalan yang benar, yaitu :

1. Samya drsti : berpandangan yang benar

2. Samyak sankalpa : pemecahan masalah dengan benar

3. Samyagvak : berbicara yang benar

4. Samyak karma : berbuat benar

15

5. Samyak jiwa : hidup yang benar

6. Samyak vayama : berusaha yang benar

7. Samyak smerti : berfikir yang benar

8. Samyak samadi : bermeditasi yang benar

D. Perbedaan Tuhan dengan Dewa

Dewa adalah sesuatu yang memancar dari Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan

(Brahman) adalah sumber dari segala sesuatu yang ada didunia ini. Beraneka

Dewa itu adalah untuk memudahkan membayangkanNya. Dewa-dewa atau

dewata digambarkan dalam berbagai wujud, yang menampakkan diri sebagai yang

personal, yang berpribadi dan juga yang tidak berpribadi.

Yang Berpribadi dapat kita amati keterangan tentang dewa Indra, Vayu,

Surya, Garutman, Angsa yang terbang bebas di angkasa, dan sebagainya. Sedang

Yang Tidak Berpribadi, antara lain sebagai Om (Omkara/Pranava), Sat, Tat, dan

lain-lain.

Dalam kitab suci Rgveda seperti halnya Atharvaveda disebutkan jumlah

dewa-dewa itu sebanyak 33 dewa. Bila kita membaca mantram-mantram lainnya

dari kitab suci Rgveda ternyata jumlah Dewa-dewa sebanyak 3339.

E. Pengertian Panca Sradha

Kata Panca Sradha berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti lima

keyakinan. Sradha bersifat filosofi abstrak yang mengarah pada tattwa yaitu

tentang itu (abstrak). Panca Sradha terdiri dari :

Brahma Tattwa

Atma Tattwa

Karma Phala Tattwa

Punarbhawa Tattwa

Moksa Tattwa

1.Brahma Tattwa adalah keyakinan adanya Hyang Widhi. Beberapa

sloka dalam Weda menyebutkan :

Ekam sad wiprah bahuda vadanti.

Agni yamam matarisvanam.

16

Artinya hanya ada satu hakekat dari pada tuhan. Akan tetapi para arif

bijaksana menyebutkan dengan banyak nama seperti Agni, Yama,

Matariswa dsb.

Melihat adanya sloka tersebut diatas. Maka ajaran agama Hindu

adalah monotheisme. Namun dalam penghayatan dan pengamalan ajaran

agama Hindu dipakai gelar sesuai dengan fungsi. Sinar suci dan kekuatan

Tuhan itu sendiri. Penamaan atas fungsi sinar suci dan kekuatan itulah

disebut Dewa. Berasal dari kata Div yang artinya sinar suci. Dewa ada

beribu-ribu tetapi Tuhan tetap tunggal.

2. Atma Tattwa adalah keyakinan adanya Atma sebagai sumber

makhluk hidup. Atma bersumber pada Brahman (Tuhan) yang

merupakan percikan terkecil / halus yang menghidupkan makhluk

hidup. Di dalam badan/ sarira Atman disebut jiwatman. Sesungguhnya

tiap mahluk hidup terdiri dari unsur raga dan jiwa atau jiwatman. Bila

Atma meninggalkan badan ini disebut mati. Hal ini bagaikan bola

lampu tidak akan menyala tanpa ada aliran listrik. Begitu pula aliran

listrik tidak terlihat dalam lampu yang menyala. Sifat Atma adalah

kekal abadi.

Karena merupakan unsur Brahman (Tuhan). Hanya badan raga

yang mengalami kematian sedangkan Atma tidak pernah mati. Agama

Hindu yakin bahwa setiap makhluk hidup dihidupkan oleh Atman

yang sumbernya adalah Brahman.

3. Karma Phala Tattwa adalah keyakinan adanya perbuatan yang akan

menerima hasil. Perbuatan baik akan menghasilkan hasil yang baik.

Dan begitu juga sebaliknya. Perbuatan yang baik disebut Subha Karma

dan perbuatan yang buruk disebut juga Asubha Karma. Karma Phala

dibedakan menjadi tiga yakni :

o Sancita Karma Phala artinya perbuatan yang terdahulu

yang belum habis dinikmati dan sisanya dinikmati pada

kehidupan sekarang ini.

o Prarabdha Karma Phala artinya hasil dari perbuatan kita

masa hidup ini dan langsung kita nikmati tanpa ada sisanya.

17

o Kryamana Karma Phala artinya bahwa hasil dari

perbuatan kehidupan ini hasilnya belum sempat dinikmati

dan akan dinikmati pada kehidupan yang akan datang.

4. Punarbhawa Tattwa adalah percaya adanya kehidupan yang

berulang-ulang atau percaya pada reinkarnasi. Hal ini disebabkan

karena Karma seseorang belum habis dinikmati. Sehingga Atma harus

mengalami kelahiran kembali. Dari penjelmaan satu ke penjelmaan

berikutnya selalu berbeda. Disebabkan dari Karma Wasananya. Bila

seorang lebih banyak Subha Karma maka dalam penjelmaan akan

lebih baik. Begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu kelahiran itu

disebabkan oleh Karma Wasananya.

5. Moksa Tattwa adalah bebas dari reinkarnasi. Bebas dari kelahirandan

ini berarti Moksa adalah apabila Atma menyatu dengan Paramatma/

Tuhan.

Moksa dalam arti yang lebih luas adalah kebebasan dari ikatan

duniawi. Yakni apabila kita bisa melepaskan segala nafsu duniawi. Hal

ini disebut dengan Jiwan Mukti. Orang yang dapat mencapai keadaan

seperti itu akan menerima wahyu langsung dari Brahman (Tuhan).

F. Konsep Ketuhanan Hindu (Theologi Hindu)

Theologi Hindu atau Brahma Widhya adalah ilmu tentang Tuhan. Theos

(bahasa Yunani) berarti Tuhan dan Loghos berarti ilmu. Dalam ajaran Hindu.

Ilmu yang mempelajari ketuhanan disebut Brahma Widhya atau Tattwa Jnana.

Brahma artinya Tuhan dan Widhya artinya ilmu.

Di dalam ilmu Agama khusus dalam bidang theologi dikenal berbagai

ajaran (isme) yang menggambarkan hubungan kepercayaan manusia terhadap

hakekat Tuhan. Seperti monotheisme, politheisme, animisme, teteisme dan

sebagainya. Ditinjau dari berbagai istilah itu.

Agama Hindu yang paling banyak menjadi obyek pembicaraan. Yang

hasilnya tidak menggambarkan kesatuan pendapat dari para indolog.

Penggambaran yang berbeda-beda itu disebabkan karena melihatnya tidak secara

keseluruhan. Untuk melihat sistem ketuhanan Hindu harus dengan melihat secara

18

konsepsional dan menyeluruh,Konsep ketuhanan dalam Hindu adalah

monotheisme.

o Monoteisme

Konsep monoteisme tersebut dikenal sebagai filsafat Adwaita Wedanta yang

berarti "tak ada duanya". Selayaknya konsep ketuhanan dalam agama monoteistik

lainnya, Adwaita Wedanta menganggap bahwa Tuhan merupakan pusat segala

kehidupan di alam semesta, dan dalam agama Hindu, Tuhan dikenal dengan

sebutan Brahmana.

o Panteisme

Dalam salah satu Kitab Hindu yakni Upanishad, konsep yang ditekankan

adalah panteisme. Konsep tersebut menyatakan bahwa Tuhan tidak memiliki

wujud tertentu maupun tempat tinggal tertentu, melainkan Tuhan berada dan

menyatu pada setiap ciptaannya, dan terdapat dalam setiap benda apapun, ibarat

garam pada air laut. Dalam agama Hindu, konsep panteisme disebut dengan istilah

Wyapi Wyapaka. Kitab Upanishad dari Agama Hindu mengatakan bahwa Tuhan

memenuhi alam semesta tanpa wujud tertentu, beliau tidak berada di surga

ataupun di dunia tertinggi namun berada pada setiap ciptaannya.

o Ateisme

Agama Hindu diduga memiliki konsep ateisme (terdapat dalam ajaran

Samkhya) yang dianggap positif oleh para teolog/sarjana dari Barat. Samkhya

merupakan ajaran filsafat tertua dalam agama Hindu yang diduga menngandung

sifat ateisme.

Filsafat Samkhya dianggap tidak pernah membicarakan Tuhan dan terciptanya

dunia beserta isinya bukan karena Tuhan, melainkan karena pertemuan Purusha

dan Prakirti, asal mula segala sesuatu yang tidak berasal dan segala penyebab

namun tidak memiliki penyebab. Oleh karena itu menurut filsafat Samkhya,

Tuhan tidak pernah campur tangan.

o Konsep Lainnya

Di samping mengenal konsep monoteisme, panteisme, dan ateisme yang

terkenal, para sarjana mengungkapkan bahwa terdapat konsep henoteisme,

politeisme, dan monisme dalam ajaran agama Hindu yang luas. Ditinjau dari

berbagai istilah itu, agama Hindu paling banyak menjadi objek penelitian yang

19

hasilnya tidak menggambarkan kesatuan pendapat para Indolog sebagai akibat

berbedanya sumber informasi.

Agama Hindu pada umumnya hanya mengakui sebuah konsep saja, yakni

monoteisme. Menurut pakar agama Hindu, konsep ketuhanan yang banyak

terdapat dalam agama Hindu hanyalah akibat dari sebuah pengamatan yang sama

dari para sarjana dan tidak melihat tubuh agama Hindu secara menyeluruh. Seperti

misalnya, agama Hindu dianggap memiliki konsep politeisme namun konsep

politeisme sangat tidak dianjurkan dalam Agama Hindu Dharma dan bertentangan

dengan ajaran dalam Weda.

G. Wujud Tuhan Dalam Hindu

Pertanyaan awal yang menarik terkait dengan agama Hindu: Apakah

Tuhan Agama Hindu mempunyai wujud? Hal ini terkait dalam sistem pemujaan

agama Hindu para pemeluknya membuat bangunan suci, arca (patung-patung),

pratima, pralinga, mempersembahkan bhusana, sesajen dan lain-lain. Hal ini

menimbulkan prasangka dan tuduhan yang bertubi-tubi dengan mengatakan umat

Hindu menyembah berhala.

Penjelasan lebih lanjut tentang pelukisan Tuhan dalam bentuk patung

adalah suatu cetusan rasa cinta (bhakti). Sebagaimana halnya jika seorang pemuda

jatuh cinta pada kekasihnya, sampai tingkat madness (tergila-gila) maka bantal

guling pun dipeluknya erat-erat, diumpamakan kekasihnya, diapun ingin

mengambarkan kekasihnya itu dengan sajak-sajak yang penuh dengan

perumpamaan.

Begitu pula dalam peribadatan membawa sajen (yang berisi makanan yang

lezat dan buah-buahan) ke Pura, apakah berarti Tuhan umat Hindu seperti

manusia, suka makan yang enak-enak? Pura dihias dan diukir sedemikian indah,

apakah Tuhan umat Hindu suka dengan seni? Tentu saja tidak. Semua sajen dan

kesenian ini hanyalah sebagai alat untuk mewujudkan rasa bhakti kepada Tuhan.

Brahman/ Tuhan Yang Maha Esa

Tuhan dalam agama Hindu sebagaimana yang disebutkan dalam Weda

adalah Tuhan tidak berwujud dan tidak dapat digambarkan, bahkan tidak bisa

dipikirkan. Dalam bahasa Sanskerta keberadaan ini disebut Acintyarupa yang

20

artinya: tidak berwujud dalam alam pikiran manusia. Tuhan Yang Maha Esa ini

disebut dalam beberapa nama, antara lain:

Brahman: asal muasal dari alam semestea dan segala isinya

Purushottama atau Maha Purusha

Iswara (dalam Weda)

Parama Ciwa (dalam Whraspati tatwa)

Sanghyang Widi Wasa (dalam lontar Purwabhumi Kemulan)

Dhata: yang memegang atau menampilkan segala sesuatu

Abjayoni: yang lahir dari bunga teratai

Druhina: yang membunuh raksasa

Viranci: yang menciptakan

Kamalasana: yang duduk di atas bunga teratai

Srsta: yang menciptakan

Prajapati: raja dari semua makhluk/masyarakat

Vedha: ia yang menciptakan

Vidhata: yang menjadikan segala sesuatu

Visvasrt: ia yang menciptakan dunia

Vidhi: yan menciptakan atau yang menentukan atau yang mengadili.

Tuhan Yang Maha Esa ini apapun namaNya digambarkan sebagai:

· Beliau yang merupakan asal mula. Pencipta dan tujuan akhir dari

seluruh alam semesta

· Wujud kesadaran agung yang merupakan asal dari segala yang telah

dan yang akan ada

· Raja di alam yang abadi dan juga di bumi ini yang hidup dan

berkembang dengan makanan

· Sumber segalanya dan sumber kebahagiaan hidup

· Maha suci tidak ternoda

· Mengatasi segala kegelapan, tak termusnahkan, maha cemerlang, tiada

terucapkan, tiada duanya.

· Absolut dalam segala-galanya, tidak dilahirkan karena Beliau ada

dengan sendirinya (swayambhu).

21

Penggambaran tentang Tuhan Yang Maha Esa ini, meskipun telah berusaha

menggambarkan Tuhan semaksimal mungkin, tetap saja sangat terbatas. Oleh

karena itu kitab-kitab Upanisad menyatakan definisi atau pengertian apapun yang

ditujukan untuk memberikan batasan kepada Tuhan Yang Tidak Terbatas itu

tidaklah menjangkau kebesaranNya. Sehingga kitab-kitab Upanisad menyatakan

tidak ada definsi yang tepat untukNya, Neti-Neti (Na + iti, na + iti), bukan ini,

bukan ini.

Untuk memahami Tuhan, maka tidak ada jalan lain kecuali mendalami

ajaran agama, memohon penjelasan para guru yang ahli di bidangnya yang

mampu merealisasikan ajaran ketuhanan dalam kehidupan pribadinya. Sedangkan

kitab suci Veda dan temasuk kitab-kitab Vedanta (Upanisad) adalah sumber yang

paling diakui otoritasnya dalam menjelaskan tentang Brahman (Tuhan Yang Maha

Esa).

Brahman memiliki 3 aspek:

1. Sat: sebagai Maha Ada satu-satunya, tidak ada keberadaan yang lain di luar

beliau.

Dengan kekuatanNya Brahman telah menciptakan bermacam-macam bentuk,

warna, serta sifat banyak di alam semesta ini. Planet, manusia, binatang, tumbuh-

tumbuhan serta benda yang disebut benda mati berasal dari Tuhan dan kembali

pada Tuhan bila saatnya pralaya tiba. Tidak ada satupun benda-benda alam

semesta ini yang tidak bisa bersatu kembali dengan Tuhan, karena tidak ada

barang atau zat lain di alam semesta ini selain Tuhan.

2. Cit: sebagai Maha Tahu

Beliaulah sumber ilmu pengetahuan, bukan pengetahuan agama, tetapi sumber

segala pengetahuan. Dengan pengetahuan maka dunia ini menjadi berkembang

dan berevolusi, dari bentuk yang sederhana bergerak menuju bentuk yang

sempurna. Dari avidya (absence of knowledge- kekurangtahuan) menuju vidya

atau maha tahu.

3. Ananda

Ananda adalah kebahagiaan abadi yang bebas dari penderitaan dan suka duka.

Maya yang diciptakan Brahman menimbulkan illusi, namun tidak berpengaruh

sedikitpun terhadap kebahagiaan Brahman. Pada hakikatnya semua kegembiraan,

22

kesukaran, dan kesenangan yang ada, yang ditimbulkan oleh materi bersumber

pula pada Ananda ini bersumber pula pada Ananda ini, bedanya hanya dalam

tingkatan. Kebahagiaan yang paling rendah ialah berwujud kenikmatan instingtif

yang dimiliki oleh binatang pada waktu menyantap makanan dan kegiatan sex.

Tingkatan yang lebih tinggi ialah kesenangan yang bersifat sementara yang

kemudian disusul duka. Tingkatan yang tertinggi adalah suka tan pawali duhka,

kebahagian abadi, bebas dari daya tarik atau kemelekatan terhadap benda-benda

duniawi.

Alam semesta ini adalah fragmenNya Tuhan. Brahman memiliki prabawa

sebagai asal mula dari segala yang ada. Brahman tidak terbatas oleh waktu tempat

dan keadaan. Waktu dan tempat adalah kekuatan Maya (istilah sansekerta untuk

menamakan sesuatu yang bersifat illusi, yakni keadaan yang selalu berubah baik

nama maupun bentuk bergantung dari waktu, tempat dan keadaan) Brahman.

Jiwa atau atma yang menghidupi alam ini dari makhluk yang terendah sampai

manusia yang tersuci adalah unsur Brahman yang lebih tinggi. Adapun benda-

benda (materi) di alam semesta ini adalah unsur Brahman yang lebih rendah.

Walaupun alam semesta merupakan ciptaan namun letaknya bukan di luar

Brahman melainkan di dalam tubuh Brahman.

H. Wyapi Wyapaka

Wyapi Wyapaka adalah keberadaan Tuhan yang selalu ada dimana - mana,

bersifat ringan dan halus yang dalam sifat keagungan asta dala-Nya, Beliau juga

dapat merubah diri-Nya menjadi sekecil-kecilnya sehingga dapat meliputi atau

meresapi semuanya yang dalam Bhagawad Gita disebutkan, ibarat bunga teratai di

dalam air yang tidak basah olehnya.

Dalam Widhi Tatwa disebutkan, keberadaan Tuhan yang Wyapi Wyapaka

ini, ibarat halnya bintang, Di siang hari, kita tidak dapat melihat bintang. Tidak

berarti bintang itu tidak ada atau hanya terlihat ada pada malam saja. Karena

penglihatan mata kita terbatas, tidak mampu menembus sinar - sinar matahari itu,

Itulah sebabnya kita tidak bisa melihat bintang. Tetapi bintang itu tetap ada

walaupun di siang hari.

23

Dengan keberadaan Tuhan selalu ada dimana - mana tersebut melalui lima

manifestasi Panca Dewata Beliau yang dalam mantra Panca Sembah dengan

sarana kawangen, disebutkan :

Om nama dewa adhisthanàya sarwa wyapi wai siwàya,

padmàsana eka pratisthàya ardhanareswaryai namo namah

Yang artinya: Ya Tuhan, kepada dewata yang bersemayam pada tempat

yang luhur, kepada Hyang Siwa yang berada di mana-mana, kepada dewata yang

bersemayam pada tempat duduk bunga teratai di suatu tempat, kepada

Ardhanaresvari hamba memuja.

I. Kitab Suci agama Hindu

Kitab dalam agama Hindu adalah tulisan keagamaan yang paling tua dan

paling terbesar di dunia. Sangatlah sulit untuk mengklasifikasikan dan

menyatakan kapan kitab ini ditulis dengan benar karena terdapat banyak penulis

yang terlibat dalam kurun waktu ribuan tahun. Dan juga, kebiasaan yang ada pada

jaman dahulu bahwa seorang penulis tidak akan pernah menuliskan nama mereka

pada hasil karyanya yang juga mempersulit nama mereka pada hasil karyanya

yang juga mempersulit masalah ini. Secara umum, Kitab Hindu dapat

diklasifikasikan menjadi dua bagian : (1) Kitab Sruti, dan (2) Kitab Smrti.

1. Kitab Sruti

Kitab Sruti termasuk kitab utama dari agama Hindu yaitu Weda. Weda

mengajarkan kebenaran tertinggi yang diketahui oleh manusia, dan membentuk

sumber yang mutlak dalam Agama Hindu. Kata Veda diambil dari akar kata

“Vid” , yang berarti “mengetahui”.

Sruti dalam bahasa Sanskrta berarti “apa yang di dengar”. Veda ini adalah

kebenaran yang abadi dimana pengamat Veda, yang disebut dengan para Rsi,

yang mendengar wahyu ini ketika mereka melakukan meditasi yang mendalam.

Veda bukanlah hasil dari pemikiran manusia, tetapi ungkapan apa yang di sadari

melalui persepsi intuisi oleh para rsi Veda, yang memiliki kekuatan yang

dianggap berasal dari Tuhan.

Kebenaran Veda secara oral disebarkan oleh para rsi kepada murid-

muridnya selama ribuan tahun. Kemudian kebenaran Veda itu dikumpulkan oleh

24

Rsi Vyasa demi kepentingan generasi mendatang. Ada empat Veda : Rg Veda,

Yajur Veda, Sama Veda, dan Atharva Veda.

a. Empat Weda

Veda sebenarnya adalah tulisan inti dari catatan spiritual dan keagamaan

dalam budaya kuno dan ajaran India. Ajaran mereka didasarkan pada adanya

kesadaran diri sebagai tujuan kehidupan manusia. Hindu menyebut Veda dengan

beberapa nama, seperti apuruseya(yang berarti tidak ditulis oleh purusa, atau

manusia) anadi (tanpa awal yang berhubungan dengan waktu) dan nisvasitam

(nafas Isvara, Tuhan).

Sebagai sebuah budaya dan cara hidup, Weda melambangkan sebuah

tradisi yang dapat menerima semua pendekatan yang valid pada kebenaran dan

melambangkan prinsip yang universal dan berbeda. Dalam budaya Weda,

kesadaran akan Tuhan tidak terbatas pada ajaran seorang penyelamat atau buku

suci. Tidak ada pembatasan terhadap kebenaran dalam bentuk, pendekatan, atau

kepercayaan tertentu. Setiap individu didorong untuk menemukan kebenaran

untuk diri mereka sendiri dan tidak ada pendiktean tentang apa itu kebenaran dan

bagaimana seharusnya.

Veda menggambarkan tentang upacara dan meditasi untuk dapat mencapai

keselarasan dalam kehidupan. Upacara dimaksudkan untuk menjaga agar kegiatan

keseharian kita selaras dengan kehendak Tuhan, dan meditasi digambarkan untuk

menyadari identitas kita yang sebenarnya. Bagian ritual dari weda disebut Karma

Kanda dan bagian meditasi dari Weda disebut dengan Jnana Kanda.

o Rg Veda

Rg Veda, diambil dari kata “rk”, yang berarti “memuji”, adalah kumpulan

dari mantra (misalnya yang diucapkan atau dilagukan). Sebuah mantra adalah

“ucapan” suci yang berisikan kekuatan mistik yang potensial dan kaya. Rg Veda

dibagi menjadi sepuluh buku (setiap buku disebut dengan mandala, yang berarti “

lingkaran”), yang kemudian dibagi menjadi bagian yang lebih kecil lagi menjadi

bab dan bagian-bagian. Termasuk 1.028 lagu, yang terdiri dari 10.589 bait

Sanskrta dan lebih dari 150.000 kata. Lagu pujian dalam Rg Weda adalah lagu

25

pujian dan pemujaan yang ditujukan pada dewi Weda, seperti Indra (250 lagu),

Agni Surya. Lebih sedikit lagu-lagu yang ditujukan kepada dewa-dewa seperti

Varuna, Aswin, dan Dewi Usa, Aditi dan Saraswati tetapi lagu lagu ini sangat

penting.

o Yajur Veda

Yajur Veda, terdiri dari 3.988 bait: yang merupakan kumpulan dari mantra

dan cara yang digunakan oleh para pendeta dalam melakukan upacara Veda dan

pengorbanan.

o Sama Veda

Sama Veda, adalah kumpulan dari 1.540 bait yang dibuat menjadi musik

oleh orang jaman Veda untuk mengulangi mantra itu pada saat upacara.

Penggunaan musik ini kemudian memunculkan musik Karnatik India, musik

klasik India yang asli. Musik Karnatik berhubungan dengan lagu pengabdian pada

para Dewa dan didasarkan atas tujuh suara : Sa, Re, Ga, Ma, Pa, Dha dan Ni.

Kombinasi dan permutasi dari tujuh suara ini digunakan untuk menciptakan

irama yang dikenal dengan raga.

o Atharva Veda

Atharva, adalah kumpulan unik yang terdiri dari 5.077 bait, yang

digunakan untuk memuaskan kebutuhan sehari-hari masyarakat. Kumpulan ini

terdiri dari bait yang dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan dalam bidang

pertanian, perdagangan, progeni, kesehatan dan kepentingan umum. Bait yang lain

berhubungan dengan cinta kasih dan pengertian dalam berhubungan, seperti

antara suami dan istri, ayah dan anak, dan guru dan murid. Sedangkan beberapa

bait yang lain dirancang sesuatu yang berhubungan dengan obat-obatan dan

bertarung dengan musuh.

Bentuk dari Veda

Setiap Veda terdiri dari empat bagian : Samhita atau Mantra, Brahmana,

Aranyaka, dan Upanisad.

Samhita atau Mantra

Kata Samhita secara literal berarti “menyatukan”. Samhita (atau mantra)

merupakan teks dasar yang terdiri dari lagu doa dan pemujaan, yang disatukan

26

untuk memuja para Dewa-dewi yang melambangkan kekuatan natural dan

phenomena. Lagu ini dinyanyikan pada saat memuja dan berkorban, yang

menimbulkan ritualisme dari jaman periode Veda.

Brahmana

Brahmana menekankan dan membahas upacara pengorbanan dan teknik

yang benar dalam pelaksanaannya. Termasuk penjelasan dalam menggunakan

mantra dalam upacara dan menimbulakan kekuatan mistik dari pengorbanan itu.

Bagian ini disebut sebagai Brahmana kerena mereka membahas tugas dari para

Brahmin (pendeta) yang melakukan pada saat upacara pengorbanan.

Aranyaka

Aranyaka (“ kitab yang berasal dari hutan”; yaitu buku yang dihasilkan

dengan bermeditasi di hutan yang sepi ) yang menandai transisi dari pengorbanan

Brahmanikal menuju filsafat dan spekulasi metafisika, yang kemudian dimuat

dalam Upanisad. Aranyaka terdiri dari interpretasi mistik dari mantra dan upacara,

yang disatukan pada saat mengasingkan diri di hutan, yang menimbulakan

kedisiplinan. Pengetahuan yang didapat oleh para ascetis ini dianggap sebagai

wahyu.

Upanisad

Upanisad adalah wahyu suci yang diterima oleh para orang suci dan para

rsi. Upanisad melambangkan intisari dari Veda, kebenaran dalam Agama Hindu

yang paling mulia yang diketahui oleh manusia. Upanisad adalah filsafat yang

dapat didiskusikan dan filasafat yang dapat diteliti. Upanisad adalah kitab pertama

yang mengakui adanya adanya penyatuan semua, kesatuan individu dan

kenyataan.

Ajaran dasar dari upanisad adalah intisari dari semua benda dan semua

mahluk dari sebatang rumput ilalang sampai pada manusia sempurna adalah

Tuhan, yang disebut dengan Brahman. Hanya ada satu mahluk, satu kenyataan,

dan pada kata-kata yang terdapat dalam Upanisad disebutkan : “Tat Tvam Asi,”

Yang berarti “Semuanya adalah dirimu”. Kata Upanisad terdiri dari tiga bagian :

Upa (dekat), Ni (turun), dan Sad (duduk).

Jadi Upanisad berarti ,” Duduk didekat seorang yang suci dan menerima

ajaran yang suci”. Bebas dari theology dan Dogma, Upanisad adalah sumber

27

inspirasi inti dan bimbingan bagi jutaan umat Hindu dan orang-orang Non Hindu

yang memiliki pemikiran yang hampir sama. Upanisad telah mempengaruhio

banyak pemikir Hindu, termasuk Von Goetho, Arthur Schopenhauer, dan Ralph

Waldo Emerson.

Upanisad adalah bagian pelengkap Veda yang terfokus pada pertanyaan

filasafat seperti tujuan dari kehidupan,asal mula dari jagat raya , konsep waktu,

ruang dan masalah demikian juga dengan konsep Atman, Brahman, Maya,

keabadian, kelahiran kembali, karma, dan dunia. Menurut Max Muller “ Konsep

dunia berasal dari Veda , dan Khususnya dari Upanisad yang sangat

menabjubkan”.

Tidak ada yang tahu dengan jelas berapa Upanisad yang ada siapa yang

menulisnya, dan kapan Upanisad itu ditulis. 108 Upanisad telah dilestarikan.

Beberapa diantaranya dalam bentuk puisi, beberapa dalam bentuk prosa, dan

susunan kata-kata yang terdiri dari ratusan sampai ribuan kata. Upanisad ini

bukanlah filsafat yang terorganisir, karena rsi dan orang suci nyang

menciptakannya bukan pendeta yang mengetahui sistem filsafat. Dari 108

Upanisad yang ada, dua belas diantaranya dianggapnya dianggap sebagai

Upanisad yang penting :

Katha Upanisad

Upanisad ini adalah dialog antara Nachiketa, seorang murid yang

bijaksana dan tulus yang ingin mengetahui Kebenaran, dengan Raja Kematian.

Dalam bahasa puisi, Upanisad ini mengungkapkan tentang rahasia pengetahuan

Tuhan : “ Sangatlah mulia ia yang membicarakannya (tuhan): cerdaslah ia yang

mempelajarinya; terberkahilah mereka, yang diajar oleh seorang Guru, yang dapat

mengerti hal ini”, Juga dijelaskan tentang proses dari Yoga untuk kesadaran

Tuhan.

Isa Upanisad

Hanya dengan 18 bait, Isa Upanisad adalah Upanisad yang singkat.

Upanisad ini memiliki penjelasan tambahan tentang Tuhan, yang mengajarkan

jalan yang benar, dan peringatan bagi para pencari kebenaran yang mengambil

jalan menyimpang. Upanisad ini menyatakan : “ Terkutuklah bagi bmereka yang

hanya bermeditasi atau bekerja saja. Bagi mereka yang mengabdikab

28

kehidupannya pada dunia dan meditasi, dengan hidup dan meditasi, dengan hidup

di dunia mereka mengatasi kematian, dan dengan meditasi mereka mencapai

keabadian.

Kena Upanisad

“ Yang tidak dapat di dengar oleh telinga, tapi yang mana telinga dapat

mendengar, disebut dengan Brahman. Yang tidak dapat dilihat oleh mata, tapi

yang membuat mata bisa melihat, disebut dengan Brahman”. Menurut Upanisad

ini, Brahman adalah intisari dari semua benda dan mahluk di dunia ini. Brahman

adalah diluar jangkauan dari pikiran dan kecerdasan: Menurut Upanisad ini, “

Seseorang yang berfikir bahwa mereka mengetahui Brahman, tidak mengetahui

apapun”.

Prasna Upanisad

Upanisad ini adalah dialog antara Rsi Pippalada dan banyak murid lainnya

seperti Sukhesa, Satyakama, Gargya, Kousalya, Bhargava, dan Kabhandhi. Dalam

dialog sang rsi menjawab banyak pertanyaan yang ditanyakan oleh muridnya,

termasuk yang berikut ini : Bagaimana mahluk hidup ada ? Kekuatan apa yang

menyatukan tubuh menjadi satu? Bagaimana kekuatan hidup itu masuk dan keluar

dari tubuh kita? Ketika seseorang itu bermimpi atau tidur, siapakah yang berada

dalam tubuh manusia yang sedang tidur dan bermimpi itu?

Mundaka Upanisad

Menurut Upanisad, pengetahuan itu ada dua, yang tinggi dan yang rendah .

Pengetahuan yang lebih tinggi dimana seseorang menyadari Kenyataan yang

mutlak (Brahman). Pengetahuan yang lebih rendah menyinggung tentang upacara,

pengorbanan, perayaan, etimologi, dan astronomi, diantara yang lainnya. Ini

adalah Upanisad yang menyatakan bahwa “ Brahman melihat semuanya,

mengetahui segalanya ; ia adalah pengetahuan itu sendiri. Dari Brahman terlahir

nafas, pikiran, organ indera, dang angkasa, udara, air, api dan bumi (panca

mahabhutha). Ia mengetahui hal itu bukan dengan mempelajari kitab, atau dengan

kecerdasan alam bawah, atau melalui belajar tetapi hanya mereka yang

merindukan Nya ia dapat diketahui”.

29

Mandukya Upanisad

Ini adalah Upanisad yang paling singkat dari kedua belas Upanisad, tetapi

dianggap sebagai Upanisad yangpaling penting. Menurut Upanisad ini, Tuhan itu

(Atman yang ada dalam tubuh) biasanya melewati tiga kesadaran: terjaga,

bermimpi, dan tidur nyenyak. Pada saat terjaga, Tuhan menikmati impresi alam

bawah yang tertinggal kerena tindakan yang telah dilakukan. Dalam tidur nyenyak

impresi alam bawah sadar dari pikiran hilang dan atman mengalami kebahagiaan.

Selain ketiga keadaan yang dialami oleh orang biasa terdapat keberadaan yang

keempat: ini terdapat dalam semua indera, pengertian, dan ekspresi. Dalam

keadaan yang keempat inilah, yang dikenal dengan keadaan turiya, dimana dunia

dualisme hilang dan atman dapat disadari kebera-daannya.

Taittiriya Upanisad

Upanisad ini menyatakan bahwa jagat raya ini berasal dari Brahman dalam

urutan sebagai berikut : “ Dari Brahman muncul akasa (energi gravitasi); dari

akasa muncul vayu (energi kinetik); dari vayu muncul teja (penyinaran); dari teja

muncul apah (energi listrik) dan dari apah muncullah prthivi (magnet)”.

Bagi para wanita dan pria, Upanisad ini memberikan pesan berikut ini: “

bicarakanlah kebenaran; ikutilah jalan kebenaran; jangan pernah menunda

kewajiban. Dalam pernikahan lahirkanlah generasi yang lebih mulia; jangan

pernah mengabaikan kenyataan duniawi dan spiritual; terampillah dan dinamis.

Belajarlah dan bagilah kebijaksanaanmu dengan orang lain dan bersyukurlah pada

Dewa-Dewi, para leluhurmu, dan juga orang tuamu.”

Aitareya Upanisad

Upanisad ini menyatakan bahwa Brahman adalah sumber, substansi, dan

akhir dari jagat raya. Tampanya mata tidak dapat melihat, telinga tidak dapat

mendengar, kulit tidak dapat merasakan, lidah tidak lam keadaan dapat berbicara,

dan pikiran tidak dapat berfikir. Ia adalah yang terjaga dalam keadaan terjaga,

pemimpi dalam mimpi, dan seorang yang tidur nyenyak dalam tidur tanpa mimpi;

tapi ia transendental dalam semua keadaan. Alamnya yang sejati adalah kesadaran

yang murni.

30

Chandogya Upanisad

Ini adalah salah satu Upanisad yang paling terkenal dan terpanjang.

Melalui cerita, parable, dan dialog, Upanisad ini menggambarkan segalanya yang

dapat dan tidak dapat dilihat yang berasal dari Brahman. Ini menyatakan bahwa

jagat raya terlahir dari Keberadaan (Brahman) dan tidak dari ketidakberadaan

(kehampaan atau kekosongan), seperti yang dikatakan oleh orang-orang.

“Bagaimana keberadaan itu dapat terlahir dari ketidakberadaan?” tanya Upanisad.

Chandogya Upanisad melukiskan tentang sebuah cerita yang menarik dimana

kebenaran ditekankan sebagai kebajikan yang tertinggi: seorang anak laki-laki

pergi pada seorang rsi untuk mendapatkan petunjuk spiritual. Untuk menguji anak

itu sebelum menerimanya, Rsi itu bertanya nama dari ayahnya. Anak itu

menjawab bahwa ia tidak tahu nama ayahnya, karena ibunya telah menjalani

kehidupan yang tidak bermoral dan tidak tahu siapa ayahnya. Rsi itu dengan

segera menerima anak laki-laki itu karena ia telah menyatakan yang sebenarnya,

satu-satunya syarat untuk mendapatkan pengetahuan yang tertinggi.

2. Kitab Smrti

Smrti berarti “Yang diingat”. Kitab Smrti berasal dari Veda dan dianggap

berasal dari Veda dan dianggap berasal dari manusia dan bukan dari Tuhan.

Smrti ditulis untuk menjelaskan Veda, membuat Veda dapat dimengerti dan

lebih berarti bagi manusia pada umumnya. Semua sumber tuliasan selain Veda

dan Bhagavad Gita secara kolektif disebut dengan Smrti.

a. Dharma Sastra

Tulisan ini menggambarkan tentang peraturan dalam tingkah laku

manusia yang benar, kesehatan pribadi, administrasi sosial, etika dan

kewajiban moral. Dharma Sastra yang paling terkenal adalah Manu

Smrti atau Kode Manu, yang terdiri dari 2.694 stanza dalam 12 Bab.

Manu, nenek moyang ke-65 (inkarnasi dari Tuhan dalam bentuk

manusia) Rama, yang menggambarkan tingkah laku dasr untuk

mengendalikan diri, tidak melukai, penuh kasih dan tidak terikat, yang

ditekankan sebagi syarat untuk membentuk masyarakat yang baik.

Manu Smrti, adalah kode hukum untuk hidup dengan benar, yang

secara terus menerus mendominasi kehidupan etika orang Hindu.

31

Karya lain yang penting yang memiliki kategori yang sama adalah

Yajnavalkya Smrti dan Gautama Smrti, yang ditulis oleh rsi

Yajnavalkya dan Gautama.

b. Nibandha

Nibandha adalah bacaan, pedoman, dan ensiklopedia Hukum Veda

yang menyinggung tentang tingkah laku manusia, pemujaan, dan ritual.

Nibandha juga membahas tentang topik seperti pemberian hadiah,

tempat penziarahan suci, dan menjaga tubuh manusia.

c. Purana

Purana membentuk sebagian besar dari kerangka kesusastraan

Smrti. Purana ini muncul dalam bentuk pertanyaan dan jawaban, dan

menjelaskan ajaran bawah sadar dari Veda melalui cerita dan legenda

raja jaman dahulu, pahlawan, dan sifat-sifat kedewataan. Purana adalah

epos kedua yang merupakan alat yang sangat terkenal untuk

mengajarkan ajaran agama. Terdapat 18 Purana utama; enam

diantaranya ditujukan pada Dewa Visnu, enam diantaranya kepada

Dewa Brahma, dan enam lagi kepada Dewa Siva. Penulis purana

adalah Rsi Vyasa yang juga menulis Mahabharata.

d. Itihasa/ Epos (Cerita Kuno)

Dua epos (itihasa) yang paling terkenal dalam ajaran Agama Hindu

adalah Ramayana dan Mahabharata. Epos ini adalah cerita yang paling

terkenal diantara orang Hindu. Ramayana ditulis oleh Rsi Valmiki.

Cerita ini menggambarkan bagaimana Dewa Visnu muncul di bumi

sebagai Bhagavan Rama dan membunuh Ravana, yang telah menindas

kerajaannya melalui nafsunya untuk mendapatkan kekuatan. Epos ini

menggambarkan kehidupan ideal dari seorang individu, sosial, dan

kehidupan bermasyarakat. Ini juga menggambarkan ide persaudaraan,

persahabatan, dan kesucian bagi pria dan wanita.

32

Rsi Vyasa adalah penulis Mahabharata, yang terkadang disebut

dengan Veda yang kelima kerena pengaruhnya sangat dalam pada

orang-orang Hindu dan semua jalan kehidupan. Mahabharata adalah

cerita hebat tentangpeperangan yang terjadi antara Kurava dan

Pandava untuk memperebutkan kerajaan Kuruksetra. Di satu pihak

adalah lima Pandava bersaudara dan disisi lain adalah sepupu mereka,

seratus Kaurava bersaudara.

Dalam medan perang itu Sri Krsna adalah kusir Arjuna, salah satu

dari Pandava bersaudara. Dalam medan perang itu Sri Krsna adalah

kusir Arjuna, salah satu dari Pandava bersaudara. Melihat teman dan

keluarganya pada sisi medan perang, Arjuna berkata pada Krsna bahwa

ia tidak siap untuk membunuh teman dan keluarganya sendiri demi

kepentingan kerajaan. Ini mengarahkan pada dialog yangabadi antara

Krsna dan Arjuna, yang terkenal dengan Bhagavad Gita, yang disebut

dengan Injil Hindu. Pesan dari Bhagavad Gita adalah universal dan

termasuk didalamnya kepercayaan mendasar dari agama Hindu .

J.Maha Rsi Hindu Penghimpun Veda

1.Maha RsiGrtsamada

Maha Rsi Grtsamada adalah maha rsi yang dihubungkan dengan

turunnya sloka-slokaVeda, terutama Rg Veda, Mandala II. Dari

beberapa cukilan diketahui bahwa beliau adalah keturunan dari

Sunahotra dan keluarga Angira. Beliau dikatakan putra Senaka, salah

seorang Maha Rsi terkenal pula pada zaman itu. Bahkan di dalam

Pustaka Mahabharata terdapat cerita yang menyebutkan Maha Rsi

Senaka merupakan Maha Rsi terhormat dalam sejarah Hindu.

2. Maha Rsi Visvamitra

Dari catatan yang ada beliau menerima wahyu kemudian dihimpun

dalam Veda di dalam Mandala III Pustaka Mandala III ini terdiri atas 58

Sukta, dan terdiri atas beberapa pasal. Diataranya pasal-pasal itu

diturunkan melalui Kusika, putra dari Maha Rsi Isiratha.

33

3. Maha Rsi Wamadewa

Maha Rsi Wamadewa dihubungkan dengan sloka Mandala IV

pada Rg Veda. Hampir semua mantra-mantra yang terdapat di Mandala

IV dikatakan diterima oleh Wamadewa. Hanya dinyatakan, salah satu

dari mantra terpenting yaitu Gayatri, tidak terdapat di dalam mandala

IV tetapi diletakkan di Mandala III.

4. Maha Rsi Atri

Maha Rsi Atri banyak dihubung dengan turunnya sloka yang

dihimpun dalam Mandala V. Nama Atri juga dihubungkan dengan

keluarga Angira. Nama-nama yang banyak disebutkan dalam Mandala

ini adalah Dharuna, Prabhuwasu, Samwarana, Ghaurawiti, Putra Sakti,

dan Samwarana, putra Prajapati. Di dalam Mandala ini terdapat 87

Sukta. Dari 87 ini 14 Sukta diturunkan melalui Atri sedangkan lainnya

diturunkan melalui keluarga Atri. Ada 36 anggota keluarga Atri sebagai

penerima Wahyu.

5. Maha Rsi Bharadwaja

Mandala VI tergolong himpunan yang turunkan melalui Maha Rsi

Bharadwaja. Pustaka ini memuat 75 sukta. Berdasarkan otensitasnya

tampak lebih tua dari Pustaka yang ke V, tetapi dalam urutan ditetapkan

sesudah Pustaka ke V. Hampir seluruh isi mandala VI ini dikatakan

kumpulan dari Bharadwaja. Bharadwaja adalah putra Brhaspati.

6. Maha Rsi Wasistha

Seluruh Pustaka ke VII dianggap merupakan himpunan yang

diturunkan melalui Maha Rsi Wasistha atau keluarga yaitu Putra dari

Maha Rsi Wasistha bernama Sakti. Seperempatnya dari mandala VII,

diturunkan melalui putranya. Di dalam Mahabharata, nama Wasistha

sama terkenalnya dengan Wiswamitra. Maha Rsi Wasistha tinggal di

hutan Kamyaka di tepi sungai Saraswati.

7. Maha Rsi Kanwa

Maha Rsi sebagai penerima wahyu lalu dihimpun menjadi Pustaka

ke VII yang isinya bermacam-macam. Pustaka kedelapan ini sebagian

34

besar memuat sloka yang diturunkan melalui keluarga Kanwa,

sedangkan Maha Rsi Kanwa sendiri menerima sebagian kecil saja.

K.Bhagavadgita

Bhagavadgita (Pancama Veda)

Bhagavad gita, Nyanyian Tuhan, (bhagavad = Tuhan dan gita =

Nyanyian). Berisikan ajaran langsung sabda Hyang Widhi mengambil

wujud Krsna berdialog dengan Arjuna muridnya. Karena ajaran yang

langsung diwahyukan ke dunia ini, maka pustaka ini dimasukkan

kedalam kelompok ke 5 Weda Sruti, yang disebut Pancama Veda.

Bhagavad gita sesuai namanya berbentuk sloka nyanyian, sehingga

dinamakan Pustaka Nyayian suci atau nyanyian Tuhan. Slokanya

disusun sangat indah penuh filsafat yang dalam, terdiri dari 18 Bab,

741sloka, tentang ilmu pengetahuan, budhi pekerti, kebenaran yang

hakiki, disiplin kerja, kebhaktian kepada tuhan dan disiplin pengabdian

kepada Tuhan atau Hyang Widhi.

L.Purana

Purana membentuk sebagian besar dari kerangka kesusastraan

Smrti. Purana ini muncul dalam bentuk pertanyaan dan jawaban, dan

menjelaskan ajaran bawah sadar dari Veda melalui cerita dan legenda

raja jaman dahulu, pahlawan, dan sifat-sifat kedewataan. Purana adalah

epos kedua yang merupakan alat yang sangat terkenal untuk

mengajarkan ajaran agama. Terdapat 18 Purana utama; enam

diantaranya ditujukan pada Dewa Visnu, enam diantaranya kepada

Dewa Brahma, dan enam lagi kepada Dewa Siva. Penulis purana

adalah Rsi Vyasa yang juga menulis Mahabharata.

Manfaat purana dalam mempelajari Veda adalah sebagai

mikroskop sebelum mkempelajari Veda. Dengan mempelajari kitab-kitab

inilah akan memudahkan memahami hakekat pemikiran agung Veda itu

sendiri. Oleh karena itu untuk mempelajari Veda, hendaknya terlebih dahulu

35

mempelajari Itihasa dan Purana. Seperti yang tertuang dalam Sarasamuccaya

disebutkan sebagai berikut:

"Ndan Sang Hyang Veda, paripurnakena sira makasadhana

sanghyang itihasa, sanghyang purana, apan atakut sanghyang Veda

ring akedik ajinya..."

Artinya:

Veda itu hendaklah dipelajari dengan sempurna dengan jalan

mempelajari Itihasa dan Purana, sebab Veda itu merasa takut akan orang-

orang yang sedikit pengetahuannya, sabdanya “wahai tuan-tuan, janganlah

tuan-tuan datang kepadaku” demikian konon sabdanya, karena takut (Kajeng,

2010 : 34).

M. Itihasa/ Epos (Cerita Kuno)

Dua epos (itihasa) yang paling terkenal dalam ajaran Agama Hindu adalah

Ramayana dan Mahabharata. Epos ini adalah cerita yang paling terkenal diantara

orang Hindu. Ramayana ditulis oleh Rsi Valmiki. Cerita ini menggambarkan

bagaimana Dewa Visnu muncul di bumi sebagai Bhagavan Rama dan membunuh

Ravana, yang telah menindas kerajaannya melalui nafsunya untuk mendapatkan

kekuatan. Epos ini menggambarkan kehidupan ideal dari seorang individu, sosial,

dan kehidupan bermasyarakat. Ini juga menggambarkan ide persaudaraan,

persahabatan, dan kesucian bagi pria dan wanita.

Rsi Vyasa adalah penulis Mahabharata, yang terkadang disebut dengan

Veda yang kelima kerena pengaruhnya sangat dalam pada orang-orang Hindu dan

semua jalan kehidupan. Mahabharata adalah cerita hebat tentang peperangan yang

terjadi antara Kurava dan Pandava untuk memperebutkan kerajaan Kuruksetra. Di

satu pihak adalah lima Pandava bersaudara dan disisi lain adalah sepupu mereka,

seratus Kaurava bersaudara.

Dalam medan perang itu Sri Krsna adalah kusir Arjuna, salah satu dari

Pandava bersaudara. Dalam medan perang itu Sri Krsna adalah kusir Arjuna,

36

salah satu dari Pandava bersaudara. Melihat teman dan keluarganya pada sisi

medan perang, Arjuna berkata pada Krsna bahwa ia tidak siap untuk membunuh

teman dan keluarganya sendiri demi kepentingan kerajaan. Ini mengarahkan pada

dialog yangabadi antara Krsna dan Arjuna, yang terkenal dengan Bhagavad Gita,

yang disebut dengan Injil Hindu. Pesan dari Bhagavad Gita adalah universal dan

termasuk didalamnya kepercayaan mendasar dari agama Hindu .

N. Catur Warna

Kata Catur Warna berasal dari bahasa Sanskerta yang terdiri dari kata

“catur” berarti empat dan kata “ warna” yang berasal dari urat kata Wr (baca:

wri) artinya memilih.

Catur Warna berarti empat pilihan hidup berdasarkan Guna dan Karma.

Empat profesi dalam kehidupan bermasyarakat adalah Brahmana, Ksatrya,

Waisya, dan Sudra.

Catur Warna membagi manusia menjadi empat golongan Profesional yang

bersifat paralel horizontal. Catur Warna tidak membeda-bedakan harkat dan

martabat manusia atas dasar asal-usul keturunannya.

Catur Warna sering dikaburkan sebagai Catur Wangsa. Wangsa artinya

keturunan. Sistem Wangsa adalah sistem pengelompokan umat Hindu.

Berdasarkan kesamaan keturunan untuk tujuan pemujaan roh suci leluhur atau

Dewa Pitara. Menurut Sarasamuccaya 250 orang yang tekun dan sungguh-

sungguh memuja leluhurnya akan mendapatkan pahala yaitu: Kirti, Bala,

Yusa, dan Yasa. Jadi, tujuan utama dari pengelompokan berdasarkan

kesamaan wangsa bukan untuk menentukan Warna, tetapi untuk menyatukan

umat seketurunan dalam pemujaan leluhur atau Dewa Pitara.

1. Swadharma Catur Warna

a. Brahmana

Disimbolkan dengan warna putih, adalah golongan fungsional di

dalam masyarakat yang setiap orangnya menitik beratkan pengabdian

dalam swadharmanya di bidang ilmu pengetahuan dan kerohanian

keagamaan.

37

b. Ksatrya

Disimbolkan dengan warna merah adalah golongan fungsional di

dalam masyarakat yang setiap orangnya menitikberatkan pengabdian

dan swadharmanya di bidang kepemimpinan, keperwiraan,melindungi

negara.

c. Waisya

Disimbolkan dengan warna kuning adalah golongan fungsional di

dalam masyarakat yang setiap orangnya menitikberatkan pengabdian

di bidang kesejahteraan masyarakat (perekonomian, perindustrian, dan

lain-lain).

d. Sudra

Disimbolkan dengan warna hitam adalah golongan fungsional di

dalam masyarakat yang setiap orangnya menitikberatkan

pengabdiannya di bidang ketenagakerjaan.

O. Yadnya

1. Pengertian Yajna

Kata Yajna berasal dari bahasa Sanskerta yaitu dari kata Yaj berarti

‘memuja’ atau ‘memberi penghormatan’. Juga diartikan

‘mempersembahkan’ atau ‘bertindak sebagai perantara’. Dari kata Yaj

timbul kata Yaja (kata-kata dalam pemujaan), Yajata (layak

memperoleh penghormatan), Yajus (sakral, ritus, agama) dan Yajna

(pemujaan, doa persembahan).

Yajna dapat pula diartikan memuja, menghormati, berkorban,

mengabdi, berbuat kebajikan, memberi, dan penyerahan tulus ikhlas

berupa apa yang dimiliki demi kesejahteraan, kesempurnaan hidup

bersama, dan kemahamuliaan Hyang Widhi. Itu berarti bahwa yajna

mengandung nilai-nilai :

a. Rasa tulus ikhlas dan kesucian

b. Rasa Bhakti dan memuja Hyang Widhi, Dewa, Bhatara,

Leluhur, negara bangsa, dan kemanusiaan.

38

c. Pelaksanaan disesuaikan dengan kemampuan masing-masing

menurut tempat (desa), waktu (kala), dan keadaan (patra);

d. Suatu ajaran dari Catur Weda sebagai sumber ilmu

pengetahuan suci dan kebenaran abadi.

Pustaka suci menjelaskan bahwa upacara yajna adalah kewajiban

umat Hindu, ke hadapan Hyang Widhi, dengan penuh sujud dan rasa

Bhaktidengan mengadakan pemujaan dan persembahan yang dilakukan

secara tulus ikhlas.

Patram puspam phalam toyam

Yo me bhaktya prayachchati

Tad aham bhaktypahritam

Asnami prayatatmanah

(Bhagavad gita IX.26)

Siapapun yang sujud bhakti kepadaKu, mempersembahkan setangkai

daun, bunga, air dan buah-buahan. Dan hal ini hanyalah bersifat

simbolik belaka. Intinya ialah berlandaskan hati suci, pikiran terfokus

dan jiwa dalam keseimbangan tertuju kepada Hyang Widhi.

2. Pelaksanaan Yajna

Yajna sebagai pengamalan ajaran Weda dilakukan secara

bertingkat sesuai dengan kemampuan umat. Pembedaan itu berdasarkan

tingkat pelaksanaan, jenis yajna, waktu pelaksanaan, cara

menjalankannya. Disamping itu dikenal dasar pelaksanaan yajna.

a. Sradha dan Bhakti berupa pemujaan kepada Hyang Widhi melalui

Dewa-Dewa sebagai manifestasi-Nya atas dasar niat tulus ikhlas

untuk menguatkan jati diri.

b. Asih, yaitu melakukan pemeliharaan dan perlindungan kepada alam

dan sarwa prani dengan penuh asih sebagai yajna. Bertujuan

menanamkan nilai spiritual melalui ritual sakral religius dari lubuk

hati sanubari umat Hindu agar peduli pada pelestarian alam dan

lingkungannya secara nyata.

39

c. Punia artinya yajna pada sesama berupa pelayanan agar umat Hindu

termotivasi secara spiritual melayani (Swanam) dengan Ikhlsas.

Panca Yajna adalah lima jenis persembahan suci umat Hindu dalam usaha

mencapai kesempurnaan hidup. Panca Yajna terdiri atas :

Dewa Yajna ialah persembahan suci kehadapan Hyang Widhi

dalam manifestasi sebagai Dewa-Dewa. Contohnya sembahyang

Tri Sandhya, sembahyang Purnama dan Tilem dan masih banyak

lagi.

Pitra Yajna ialah persembahan suci kepada roh leluhur yang

lebih mencapai Dewa Pitara. Pitra Yajna kepada anggota keluarga

meninggal, menyelenggarakan upacara kematian (Sawa Wedana)

yakni pembakaran badan kasar sebagai tahap pertama

pengembalian Panca Maha Bhuta. Selanjutnya disebut Atma

Wedana, atau ‘Nyekah’ sebagai pembakaran badan halus.

Tujuannya untuk meningkatkan status roh jadi Dewa Hyang.

Hakikat Pitra Yajna adalah pengabdian dan bhakti yang tulus

ikhlas guna mengangkat dan menyempurnakan kedudukan arwah

leluhur di alam sorga.

Manusa Yajna adalah yajna yang ditujukan kepada manusia

untuk kesempurnaan hidup mereka sebagai generasi penerus.

Manusia Yajna pada hakekatnya bertujuan untuk memanusiakan

manusia agar aspek kemanusiaan atau humanitasnya tersebut

semakin eksis. Misalnya upacara selamatan untuk menyambut

bayi baru lahir, upacara tiga bulan, upacara otonan, upacara

potong gigi dan terakhir upacara perkawinan.

Rsi Yajna ialah upacara ini korban suci yang ditujukan kepada

Maha Rsi, orang suci, Rsi , Pandita, Pinandita, Guru. Pelaksanaam

Rsi Yajna dapat diwujudkan dalam bentuk : a. Upacara Rsi

Bojana, yakni upacara penghormatan kepada sulinggih dalam

menyuguhkan makanan, daksina yaitu penghormatan dalam wujud

upacara dan benda atau uang yang dihaturkan secara ikhlas kepada

40

pendeta saat memimpin upacara, mengamalkan ajaran Weda, dan

mendalami ajaran weda.

Bhuta Yajna ialahadalah korban suci kepada para Bhuta yaitu roh

halus yang mengganggu ketentraman manusia. Upacara bhuta

yajna berupa segehan, mecaru atau tawur agung bertujuan untuk

keseimbangan hubungan manusia dengan jagat raya.

P. Rg Weda (R.V.1.164.46) :

“Ekam sat viprah, bahudha vadanti.”

“Kebenaran itu adalah satu, orang bijaksana yang menyebutnya

dengan berbagai nama.”

Karena kepercayaan tentang keberadaan Tuhan pada semua mahluk hidup, Agama

Hindu mengajarkan toleransi dan keselarasan yang universal. Agama Hindu tidak

melihat bahwa seorang atheis sebagai orang yang menjijikkan.

Q. Sloka Bhagavadgita IX.29

“ Samo ‘ham sarva-bhutesu

Na me dvesyo ‘sti na priyah

Ye bhajanti tu mam bhaktya

Mayi te tesu capy aham

Aku bersikap sama pada semua makhluk, tidak

Ada yang Aku benci dan tidak ada yang aku kasihi. Akan

Tetapi, mereka yang memuja-Ku dengan penuh rasa Bhakti,

maka dia akan selalu bersama-Ku dan Aku ada pada dirinya.

Analisis sloka :

Maksud sloka disini adalah Tuhan itu tidak membeda-bedakan pemujanya.

Karena pada dasarnya laksana matahari yang tidak memilih-milih yang ia

sinari. Dengan rasa Bhakti pada Tuhan, maka tuhan senantiasa dekat

dengan pemujanya.

41

Bhagavadgita IV.II

Yam sannyasam iti prahur

Yogam tam viddhi pandava

Na hy asannyasta-sankalpo

Yogi bhavati kascana

Wahai Putra Pandu, ketahuilah bahwa yang dikatakan sebagai Sannyasi

(melepaskan diri dari ikatan duniawi) adalah sama dengan Yoga (jalan keinsyafan

diri). Sebab, tanpa melepaskan diri dari keinginan-keinginan duniawi tidak akan

ada orang yang bisa menjadi seorang Yogi.

Analisi Sloka : maksud sloka ini adalah dengan melepaskan diri dari ikatan

duniawi adalah sama dengan Yoga. Karena tanpa itu orang sulit sekali menjadi

Yogi. Bhagavadgita mengajarkan agar kita menjadi seorang Yogi agar sebagai

manusia tidak terikat dengan duniawi. Karena duniawi itu sifatnya tidak nyata

(maya).

R. Mahatma Gandhi

Gandhi lahir pada 2 Oktober 1869 di negara bagian Gujarat di India.

Beberapa dari anggota keluarganya bekerja pada pihak pemerintah. Saat remaja,

Gandhi pindah ke Inggris untuk mempelajari hukum. Setelah dia menjadi

pengacara, dia pergi ke Afrika Selatan, sebuah koloni Inggris, di mana dia

mengalami diskriminasi ras yang dinamakan apartheid. Dia kemudian

memutuskan untuk menjadi seorang aktivis politik agar dapat mengubah hukum-

hukum yang diskriminatif tersebut. Gandhi pun membentuk sebuah gerakan non-

kekerasan.

Ketika kembali ke India, dia membantu dalam proses kemerdekaan India

dari jajahan Inggris; hal ini memberikan inspirasi bagi rakyat di koloni-koloni

lainnya agar berjuang mendapatkan kemerdekaannya dan memecah Kemaharajaan

Britania untuk kemudian membentuk Persemakmuran.

Rakyat dari agama dan suku yang berbeda yang hidup di India kala itu

yakin bahwa India perlu dipecah menjadi beberapa negara agar kelompok yang

berbeda dapat mempunyai negara mereka sendiri. Banyak yang ingin agar para

pemeluk agama Hindu dan Islam mempunyai negara sendiri. Gandhi adalah

42

seorang Hindu namun dia menyukai pemikiran-pemikiran dari agama-agama lain

termasuk Islam dan Kristen. Dia percaya bahwa manusia dari segala agama harus

mempunyai hak yang sama dan hidup bersama secara damai di dalam satu negara.

Pada 1947, India menjadi merdeka dan pecah menjadi dua negara, India

dan Pakistan. Hal ini tidak disetujui Gandhi.

Prinsip Gandhi, satyagraha, sering diterjemahkan sebagai "jalan yang

benar" atau "jalan menuju kebenaran", telah menginspirasi berbagai generasi

aktivis-aktivis demokrasi dan anti-rasisme seperti Martin Luther King, Jr. dan

Nelson Mandela. Gandhi sering mengatakan kalau nilai-nilai ajarannya sangat

sederhana, yang berdasarkan kepercayaan Hindu tradisional: kebenaran (satya),

dan non-kekerasan (ahimsa).

Berikut adalah kumpulan kata bijak Mahatma Gandhi yang terkenal selama

hidupnya:

Kata Bijak Mahatma Gandhi“Kekuatan tidak berasal dari kapasitas fisik.

Kekuatan berasal dari kemauan yang gigih”

“Kemurnian hidup adalah seni termurni dan tertinggi”

“Cinta tidak pernah meminta, ia sentiasa memberi, cinta membawa penderitaan,

tetapi tidak pernah berdendam, tak pernah membalas dendam. Di mana ada cinta

di situ ada kehidupan; manakala kebencian membawa kepada kemusnahan”

“Jadilah anda manusia yang pada kelahiranmu semua orang tertawa bahagia,

tetapi hanya kamu sendiri yang menangis dan pada kematianmu semua orang

menangis sedih, tetapi hanya anda sendiri yang tersenyum”

“Karena saat kita kaya bukan berarti kita bisa mengaku bahwa hati nurani kita

benar tanpa menjalani disiplin apapun sehingga banyak ketidakjujuran terjadi di

dunia yang membingungkan ini”

“Suka cita terletak pada perjuangan, usaha, termasuk dalam penderitaan, bukan

pada kemerdekaan itu sendiri”

“Saya telah belajar dari pengalaman yang lebih pahit sebagai sebuah pelajaran

paling penting; menyimpan amarah; dan ketika panasnya tersimpan, diubah

menjadi energi, dengan demikian amarah yang terkendali dapat diubah menjadi

kekuatan yang dapat menggerakkan dunia”

43

“Kebebasan individu dan kesaling-tergantungan keduanya penting dalam hidup

bermasyarakat”

“Adalah dibawah martabat manusia jika seseorang kehilangan kepribadiannya dan

menjadi tidak lebih daripada sebuah roda gigi pada mesin”

“Satu-satunya penguasa yang saya akui di dunia ini adalah ‘suara hening kecil’ di

dalam hati”

“Semuanya berjalan baik meskipun segala sesuatu tampaknya salah sama sekali

jika anda jujur terhadap anda sendiri. Sebaliknya, semuanya tidak baik bagi anda

walaupun segala sesuatu kelihatan benar, jika anda tidak jujur terhadap anda

sendiri”

“Bukankah sejarah dunia menunjukkan bahwa tidak ada romantika kehidupan jika

tidak ada resiko?”

“Sasaran pernah menjauh dari kita. Semakin besar kemajuan, semakin besar

pengakuan atas ketidaklayakan kita. Kepuasan terletak pada usaha, bukan pada

hasil. Usaha penuh adalah kemenangan penuh”

“Pengetahuan sejati memberi kedudukan moral dan kekuatan moral”

“Musik kehidupan terancam hilang dalam musik suara”

“Dibutuhkan iman yang luar biasa, iman dan penyerahan yang murni dari segala

yang ada di hadapan kita”

“Menyebut perempuan sebagai jenis kelami yang lebih lemah adalah fitnah. Itu

merupakan ketidakadilan laki – laki terhadap perempuan”

“Semua beasiswa anda, semua studi anda mengenai Shakespeare dan

Wordswordth akan sia – sia jika pada saat bersamaan anda tidak membangun

karakter Anda dan mencapai keahlian mencapai pemikiran dan tindakan anda”

“Istri bukan merupakan budak suami, merupakan pendamping dan teman

penolong suami serta mitra sejajar dalam suka dan duka, bebas memilih jalannya

sendiri sebebas sang suami”

“Lupa bagaimana menggali dan merawat tanah adalah lupa akan diri sendiri”

“Seorang laki – laki tidak dapat berbuat benar di salah satu bagian kehidupan

sedangkan ina berbuat salah di bagian lainnya. Hidup adalah keseluruhan yang

tidak dapat dibagi”

44

“Tuhan sendiri adalah hakim kebesaran sejati karena Ia mengetahui isi hati

manusia”

“Karakteristik istimewa peradaban modern adalah tak terbatasnya bermacam –

macam keinginan manusia. Karakteristik peradaban kuno adalah larangan keras

dan aturan tegas atas keinginan – keinginan itu”

“Kehidupan membaca dan menulis merupakan salah satu dari banyak cara untuk

mengembangkan intelektual, tetapi di masa lampau kita mempunyai raksasa –

raksasa intelektual yang tidak dapat membaca”

“Kehidupan lebih besar daripada segala seni. Saya bahkan akan melangkah lebih

jauh dan mengumumkan bahwa orang yang hidupnya mendekati sempurna adalah

seniman terbesar, karena apalah artinya seni tanpa dasar yang pasti dan kerangka

hidup mulia?”.

S. HINDU DHARMA Singkatan dari :

Harmoni adalah paduan keselarasan, perpaduan antara keyakinan dan

tingkah laku, menghormati, menyayangi apa yang ada, merangkum,

mensinerjikan dan menyelaraskan segala macam perbedaan secara ikhlas dan

alamiah. Dengan harmoni akan tercipta sebuah enerji yang merangkum tatanan

kehidupan sosial yang indah dan teratur. Harmoni bukan keterpaksaan, tetapi ada

sistim dan aturan yang menjadi kesepakatan bersama yang semua komponen

berusaha menjaganya karena menyangkut kepentingan bersama. Harmoni dimulai

dari diri sendiri, keluarga, masyarakat, nasional, tatanan internasional, bahkan

alam semesta. Dengan harmoni, semua akan menjadi indah, enak dibayangkan,

dilihat, dirasakan, dan dinikmati.

Inkarnasi adalah pembuahan dan kelahiran makhluk yang merupakan

manifestasi dari suatu tuhan/dewa, atau kekuatan yang imaterial.

Contoh inkarnasi pada agama-agama adalah:

Krishna, dari Hinduisme

Yesus, dari Kristen

Kali, dari Hinduisme

Durga, dari Hinduisme

Parvati, dari Hinduisme

45

Non Violence adalah non kekerasan. Jadi agama Hindu adalah agama

yang cinta damai (love peace). Karena menjalankan Tri Hita Karana yang

berarti hubungan yang harmonis. Yang pertama hubungan yang harmonis

kepada Tuhan, yang kedua hubungan yang harmonis kepada sesama manusia

dan yang ketiga hubungan yang harmonis pada alam semesta.

Doktrin Karma yaitu Karma berasal dari bahasa Sansekerta dari

urat kata “Kr” yang berarti membuat atau berbuat, maka dapat disimpulkan

bahwa karmapala berarti Perbuatan atau tingkah laku. Doktrin ini bersifat

mengikat bagi setiap manusia, karena setiap perbutan akan ada hasil yang

akan didapatkan.

Unity of Eksistensi adalah kesatuan eksistensi yang berarti kesatuan dari

keberadaan. Bahwa hindu adalah ajaran kebenaran yang selalu ada pada setiap

zaman dan tidak akan pernah punah/ hilang. Dalam Rg Weda (R.V.1.164.46) :

“Ekam sat viprah, bahudha vadanti.”

“Kebenaran itu adalah satu, orang bijaksana yang menyebutnya

dengan berbagai nama.”

Selama masih ada kebenaran didunia ini maka Hindu akan tetap ada dan

selalu jaya. Karena ajaran Hindu bersifat Anandi ananta tanpa awal dan

tanpa akhir.

Dharma Karma adalah perbuatan yang dilakukan sesuai kebenaran. Jadi

Hindu mengajarkan bertindak sesuai dengan dharma. kata dharma dapat pula

berarti kodrat. Sedangkan dalam kehidupan manusia, dharma dapat berarti ajaran,

kewajiban atau peraturan- peraturan suci yang memelihara dan menuntun manusia

untuk mencapai kesempurnaan hidup yaitu tingkah laku dan budi pekerti yang

luhur.

Humanisme adalah istilah umum untuk berbagai jalan pikiran yang

berbeda yang memfokuskan dirinya ke jalan keluar umum dalam masalah-

masalah atau isu-isu yang berhubungan dengan manusia. Humanisme telah

menjadi sejenis doktrin beretika yang cakupannya diperluas hingga mencapai

seluruh etnisitas manusia, berlawanan dengan sistem-sistem beretika tradisonal

yang hanya berlaku bagi kelompok-kelompok etnis tertentu.

46

Humanisme modern dibagi kepada dua aliran. Humanisme

keagamaan/religi berakar dari tradisi Renaisans-Pencerahan dan diikuti banyak

seniman, umat Kristen garis tengah, dan para cendekiawan dalam kesenian bebas.

Pandangan mereka biasanya terfokus pada martabat dan kebudiluhuran dari

keberhasilan serta kemungkinan yang dihasilkan umat manusia.

Humanisme sekular mencerminkan bangkitnya globalisme, teknologi, dan

jatuhnya kekuasaan agama. Humanisme sekular juga percaya pada martabat dan

nilai seseorang dan kemampuan untuk memperoleh kesadaran diri melalui logika.

Orang-orang yang masuk dalam kategori ini menganggap bahwa mereka

merupakan jawaban atas perlunya sebuah filsafat umum yang tidak dibatasi

perbedaan kebudayaan yang diakibatkan adat-istiadat dan agama setempat.

Atma adalah jiwa yang menjadi sumber hidup mahluk. Jadi, atma

merupakan percikan-percikan kecil dari ParamaAtma/Hyang Widhi yang berada

dalam setiap mahluk hidup. Atma merupakan bagian dari Brahman/Hyang Widhi

yang memberikan energi hidup pada badan jasmani segala mahluk sesuai dengan

hukum yang ditentukan oleh Hyang Widhi. Atma sering disebut dengan

“Swatman” atau “Jiwatman” yaitu roh yang memberikan tenaga untuk hidup.

Karena Atma merupakan bagian dari Brahman/Hyang Widhi maka

sifatnya gaib seperti halnya Hyang Widhi, tidak pernah mengalami kelahiran dan

kematian (Na jayate naha niyamane). Beberapa sifat-sifat atma menurut

Bhagawad Gita adalah :

• Achodya (tidak terluka oleh senjata)

• Adahya (tidak terbakar oleh api)

• Akledya (tidak terkeringkan oleh angin)

• Acesyah (tidak terbasahkan oleh air)

• Nitya (kekal abadi)

• Sarwagatah (ada dimana-mana)

• Sthanu (tidak berpindah-pindah)

• Acala (tidak bergerak)

• Sanatana (selalu sama)

• Awyakta (tidak dilahirkan)

• Achintya (tidak terpikirkan)

47

• Awikara (tidak berubah)

Atma juga tidak laki-laki maupun perempuan, sempurna seperti halnya

Brahman/Hyang Widhi. Namun, setelah atma memasuki badan wadah mahluk

dipengaruhi oleh sifat-sifat kemayaan/keduniawian dan kegelapan (awidya),

sehingga tidak lagi menyadari asal dan sifat aslinya Brahman. Adakalanya

mengalami pasang surut sifat kemayaan sehingga atma sifatnya dapat semakin

menjauhi sifat Brahman.

http://biotalaut-biotalaut.blogspot.com/2010/08/atma-sradha.html

Reality adalah realitas, bahwa Hindu mengajarkan untuk mencapai kenyataan.

Karena pada dasarnya manusia hidup didunia ini adalah dipengaruhi maya

(ketidaknyataan). Misalnya lahir, hidup, dan mati. Tujuan realitas Hindu adalah

menyatunya Atman dengan Brahman (tuhan). Semua realita di luar Brahman

(Tuhan) dipandang sebagai ilusi belaka (maya).

Moksa yaitu berasal dari bahasa sansekreta dari akar kata "MUC" yang artinya

bebas atau membebaskan. Moksa dapat juga disebut dengan Mukti artinya

mencapai kebebasan jiwatman atau kebahagian rohani yang langgeng. Jagaditha

dapat juga disebut dengan Bukti artinya membina kebahagiaan, kemakmuran

kehidupan masyarakat dan negara.

Jadi Moksa adalah suatu kepercayaan adanya kebebasan yaitu bersatunya antara

atman dengan brahman. Kalau orang sudah mengalami moksa dia akan bebas dari

ikatan keduniawian, bebas dari hukum karma dan bebas dari penjelmaan kembali

(reinkarnasi) dan akan mengalami Sat, Cit, Ananda (kebenaran, kesadaran,

kebahagian).

Dalam kehidupan kita saat ini juga dapat untuk mencapai moksa yang disebut

dengan Jiwan Mukti (Moksa semasih hidup), bukan berarti moksa hanya dapat

dicapai dan dirasakan setelah meninggal dunia, dalam kehidupan sekarangpun kita

dapat merasakan moksa yaitu kebebesan asal persyaratan2 moksa dilakukan, jadi

kita mencapai moksa tidak menunggu waktu sampai meninggal.

48

Authority atau sumber adalah maksudnya bahwa Hindu memliki sumber ajaran

Hindu yang sangat banyak dan bersifat universal. Sumber-sumber ajaran Hindu

berasal dari Veda, Upanisad, Brahma Sutra, Agama dan Bhagavad Gita.

49

KESIMPULAN

Agama Hindu dikatakan seperti pohon besar dengan cabangnya yang

sangat banyak yang melambangkan berbagai pemikiran keagamaan. Pohon ini

berakar dalam tanah Weda dan Upanisad yang subur. Weda melambangkan tradisi

keagamaan, sedangkan Upanisad melambangkan filsafat dimana tradisi itu

didasarkan.

Beberapa orang mengatakan bahwa Hindu adalah lautan yang menyerap

semua aliran sungai dari pemikiran yang berbeda, betapa lurus atau berbeloknya

sungai itu.

Agama Hindu dasarnya adalah persahabatan bagi mereka yang

mempercayai kesucian seseorang, kesadaran eksperensial tentang tuhan melalui

praktek spiritual dan disiplin moral (yang tidak tertengahi oleh otoritas, dogma,

atau kepercayaan) pemeliharaan dan penyebaran dharma (kebenaran), kebebasan

pemikiran yang total, keselarasan dalam agama (sarva dharma samabhava), tanpa

kekerasan (ahimsa) dalam kata-kata, perbuatan, dan pemikiran, menghormati

semua bentuk kehidupan, dalam hukum karma “ Apa yang engkau tanam itulah

yang akan engkau tuai.

Adanya Kenyataan

Orang yang beragama Hindu percaya bahwa hanya ada satu kenyataan

atau kebenaran yang tidak dapat dibatasi dengan nama apapun, bentuk, atau sifat.

Kenyataan itu adalah bagian dari semua benda dan mahkluk dunia yang kemudian

menurun dalam diri mereka. Ini adalah sumber mutlak atau asal dari keberadaan.

Hal ini memiliki dua aspek, yang transendental (impersonal) dan immanen

(personal).

Dalam aspek transendentalnya, kenyataan itu disebut dengan berbagai

nama, seperti Yang Kuasa atau kesadaran Kosmis, Maha Kuasa, Kenyataan

Mutlak, Jiwa Universal dan Nirguna Brahman. Dalam aspek impersonal ini,

kenyataan ini tidaklah berbentuk, tidak memiliki atribut, tidak berpindah, tidak

terbatas dan tidak dapat didekati oleh pemikiran manusia. Seperti itulah,

Kenyataan ini tidak dapat disebut dengan Pencipta, karena ada terlebih dahulu

dari semua bentuk termasuk Sang Pencipta. Yang dapat kita katakan tentang

50

aspek yang transendental ini adalah kenyataan bahwa alam adalah keberadaan

mutlak yang alami, pengetahuan mutlak, dan kebahagiaan mutlak (Sat-cit-

ananda).

Ini adalah aspek immanen, kenyataan adalah Tuhan Yang Maha Kuasa,

Tuhan dari semua agama. Dilihat dari aspek personal, Hindu menyebut kenyataan

dengan berbagai nama, seperti Saguna Brahman, Isvara, Paramatma, dan Ibu

Mulia. Dalam aspek ini, kenyataan ini adalah pencipta yang maha pengampun,

pemelihara, dan pengendali dari jagat raya. “ Dalam pandangan Weda, tidak ada

satu Dewa atau Dewi untuk semua manusia”. Hindu memuja aspek personal dari

kenyataan dalam berbagai nama dan bentuk, baik pria maupun wanita, ,menurut

pilihan dari pemuja.

51