Jawa Pos Diunduh dari Tiada … · angkat ke puncaknya oleh penem bak batok kepala Ninoy Aquino....

1
Jawa Pos SENIN WAGE 29 APRIL 1996 HALAMAN 4 Tiada Demokrasiyang Tak Retak " b . ", .. ,.; vensi yang memang muncul se- Tuntutan akan demokratisasi semakin merebak. Ini terlihat dari ,}i<>' :'!( jak awal kasus' dan menjadi ramainya diskursus menge/wi perlllliya perimbangan antara ;:> .:;!<. pemicu perpecahan. Sejumlah masyarakat dan negara, pelaksanaan pemilu yang luber danjurdil,". ··:;U. kasus pada dasarnya merupakan dan muneulnya kekuatan-kekuatan masyarakat yang semakin kritis ":'/;;';' 1;,i{ perpecahan internal, biarpun ada terhadap P!!merintah. Namun. pada saatyang sama. terjadi semacam pihak luar jadi penggembira dari keretakan dalam kekuatan-kekuatan masyarakat. YLBH I yang sela- nyata bertambah subur. Mungkin jauh dan bclakangan saja. ma ini memproklamasikan sebagai lokomot(f demokrasi rieuh. lebih subur daripada yang Yangjelas, apapun v'ariasinya, Hampir semua ormas yang kuat muncul "tandingan ". Mengapa diperkirakan pendirinya dulu. Ia tidaklah'dapat dikatakan bahwa rerjadi demikiun. Untuk itu. Iawa Pos membuka polemik tentang menjadi bagian dari arus timbal berbagaiperpecahan di kalangan masalah illi. Sebagai pemiell polemik ini adalah Dr Ariel Heryallto bal ik dengan gerakan pro- aktivis prodemokrasi itu meru- I (mantan sta! pengajar UKSW Salatiga yang memperoleh doktor demokrasi di masyarakat luas. pakan rekayasa atau konspirasi dari Universitas Monash. Melbourne Australia). Selanjutnya Hal yang samadapatdikatakan sepihak yang supercerdik dari ! berturut-turut tulisall Ariel akan ditanggapi Hendardi (YLBHI). Dr untuk perusahaan yang mener- penguasa negara, Dalam takaran Loekman Soetrisno (UGM), Dr Riswandha Immawan (UGM). Dr bitkan majalah TEMPO. Lemba" yang berbeda-beda, perusahaan , Dien Syamsudin (CPDSIDPP Golkar). dan Dr Ramlan Surbakti. ga swasta ini tidak secara formal swasta ikut bertanggung jawab i Pada putaran kedua polemik nanti akan turut bergabung memberi- dan khusus mempcrjuangkan pada berbagai perpecahan yang demokrasi. Namun, sumbagan- terjadi di lembaga mereka. Ha- kan tanggapannya adalah Dr AriefBudiman dan Drs Cornelis LA Y nya di bidang itu tidak lebih kecil. nya dalam beberapa kasus ada MA (UGM). Yang lebih penting dicatat di sini contoh intervensi yang kasardari ",,, .. ,,.¥.,,;' ."., ' "c'".'y ;, ''',,'. adalah perpecahan di kalangan' luar. Tetapi, kasus yang seperti BELAKANGAN illi, kita me- llya}csikan sejumlah peristiwa yang mengesankan terpecah- pecahnya kekuatan prodemokra- si di Indonesia. Gejala ini mellg- goda ban yak pihak untuk ber- tanya-tanya dengan cemas. Apa- kah gejala keretakan di kalangan paraaktivis prodemokrasi itu ber- sifat sementara? Ataukah ini masih akan berlanjut terus? Apa- .' kah ini dapat dihindarkan? I Apakah gejala intu suatu kon- sekuensi yang inheren dan logis , dari pertumbuhan mereka? Atau- kah ini merupakan kegagalan yang patut disesalkan dan dapat diperbaiki? Pertayaanyang lebih serius adalah mungkinkah ber- bagai kekuatan prodemokrasi itu bersatu-padu? Bagaimanakah car- anya? Ke manakah arah mereka? ini tidak mampu mem- berikanjawabanuntukmenjawab berbagai· pertanyaan besar itu. Namun. dengan mulai menyen- tuh permukaannya di sini, saya berharap akan ada cendikiawan i Indonesia yang tergodamemberi- kan sumbangan pemikiran. Le- wat sebuah pertukaran 'panda- I ngan, beberapa sisi dan sosok l __ dari masal ah yang besar dan kom- pleks itu mung kin dapat mulai dikuak, biar pun tidak tuntas. V ARIASI KERETAKAN Sebelum menghadapi pokok permasalahan, sebaiknya kita te- ngok kembali gejala keretakan di kalangan akti vis prodemokrasi itu. Karena terbatasnya tempat, di sini hanya akan disebutkan beberapa kasus yang sudah dike- nalluas. Kasus yang paling belakangan menyedot perhatian kita adalah perpecahan dalam tubuh Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indo- nesia (YLBHI). Tidak lama se- belum merebahnya kasus YLB- HI, kita menyaksikan runtuhnya kebesaran Universitas Kristen Sa- tya Wacana (UKSW). Melalui pertikaian internal yang berla- rut-Iarut selama 3 tahun. Memang, UKSW tidak didiri- kan khusus dengan misi yang sekarang dijuluki gerakan pro- demokrasi. Namun, benihnya memang sudah tertanam pada misi keagamaan sejak pendirian lembaga itu. Pada tahap perkern- bangan mutakhir, benih itu ter- pengelolanya, sesudah terjadi 'ini biasanya justru tidak terlalu pembredelan terhadap majalah mengkhawatirkan. pada 21 J uni 1994. Semoga kesimpulan sementara Kasus-kasus seperti itu bisa tentang tanggung jawab internal dideretdalamsebuahdaftaryang swasta itu dapat mengguncang- sang at panjang. Sulit untuk me- kebiasaan dogmatis di beberapa lupakan apa yang dialami Gereja kalangan prodemokras, Yakni, HKBP di Sumatra Utara. Kita kebiasaanmenumpahkanseltlruh ingat munculnya kemelut di se- duduk persoalan demokrasi ha, putar kepemimpinan NU dan PDI nya dalam dua kotak dikomotis, yang berirama sarna, yaitu mun- Yakni, negara versus masyarakat. culnya "pimpinan tandingan". Guncangan ini penting dan per- Baik dalam kasus pengadiJan Sri lu, terlebih-Iebih pada masa ini Bintang Pamungkas maupun ge- yang ditandai oleh duahal. Perta- rakan kemerdekaan nasi.onal rna, semakin merosotnya kekua- Timor Timur, kita jumpai ada- saan negara di hadapan konglo- nyapendukung "sebangsa" yang merasi swasta, baik domestik berseberal}gan kubu. Dalam maupun global. Dan, kedua, se- menghadapi pendirian ICMIatau makin memudarnya citra kese- KIPP, kita saksikan warna-warni ragaman "masyarakat" karena pelangi aspirasi politik. jurang di antara kaum yang ber- Daftar kasus-kasus yang modal dan mereka yang disebut lengkap tidak kila butuhkan di TKI domestik maupun di luar sini. Yang selayaknya kita per- negeri. Maraknya perpecahan hatikan adalah perbedaan di an- swasta prodemokrasi justru ber- tara berbagai kasus itu. Salah satu langsung pada masa transisi yang corak perbedaan yang dapat di serba membingungkan seperti ini. catat adalah keterkaitallnya de- ngan pihak luar. Intervensi ttu bisa bersifat lang- sung dan kasar. Bisajuga secara halus dan dari jauh. Ada inter- T AHAP PERTUMBUHAN Suli! untuk memahami, apalagi menilai, berbagai kasus yang rela- tif "baru" terjadi itu. Gejala per- pecahan internal di kalangan ge- rakan prodemikrasibukan hal baru. Tetapi, tidak semua kasus yang terkena gejala serupameru- pakan pengulangansejarah bela- ka. Gejala luar itu bisa mengeco- hkan karena tidak selalu menun- jukkan proses sosial yang sarna. Jika diperbolehkan berspeku- lasi, saya justru melihat adanya kemajuan yang besar daJam per- tumbuhan gerakan prodemokra- si di Indonesia. Justru kemajuan historis ini acapkaJi terabaikan. Kita lebih disibukan oIeh bebe- rapa kasus perpecahan kecil yang terjadi sesaat di depan mata. Dalam pengamatan makro yang op- timistis,anekasengketainternal yang kita sebut tadi bukanlah suatu yang aneh atau terlalu merisaukan. ' Dalam beberapa kasus, misal- nya pada YLBHI, UKSW, dan TEMPO, sengketa internalmeru- pakan konsekuensi logis dan ke- suksesan yang berlebihan. Mere- ka terpecah konflik internal an- tara lain karena menanggung ak- ibat berlipat gandanya kebesaran pertumbuhan lembaga yang melampaui kemampuan tiang- tiang peyangganya. Bukan ke- betulan, berbagai lembaga swasta ini tidak lumpuh lalu mati perlahan-Iahan melalui proses . busukan yang lama. Mereka me- ledakjustru di puncakkejayaan. Padakasus YLBHIdan UKSW ada persamaan lain yang pen- til).g, dan mungkin kurarig pada kasus TEMPO. Konflik internal 01 antara aktivis prodemokrasi sering diimbangi kemampuan bersatu kembali bila harus meng- hadapi musuh dan "Iuar". Kon- flik internal ditunda dan diabai- kan sementara. Bila musuh luar itu pergi, pertengkaran internal bisa dilanjutkan lagi. Hal yang sarna dapat terjadi di kalangan ABRI, maupun aktivis feminis. (Bersambung ke hal. 5 kol. 1) Tiada.... Kesimpulan sementara, tidak semua konflik internal yang suaranya ribut di kalangan pro- demokrasi dan seru diliput media mass a sesubgguhnya seseram yang dikhawatirkan orang. KRISIS SEBAGAI (Sambungan dari haIaman.4) ka berbagai kemungkinan. War- na- warni kompleksitas persoalan dunia kembali menceraic berai- kan kemajemukan sosial. Sejarah Orde Baru merupakan contoh terdekat. Orde Baru terdiri atas berbagai unsur. Mereka ber- satu, atau lebih tepatnya dipersa- tukan. oleh kondisi kritis di per- dekade 1960-an. Begitu kriSIS ltu berlalu, tercipta tata ter- tib (orde) yang baru, perpecahan di antara berbagai unsur itu tak terhindarkan. PEMERSATU . Pokok yang paling belakangan itu mengantar kita ke spekulasi berikut, menyangkut pokok per- soalan yang diperkenalkan pada awal tulisan ini. Yakni, peluang I bersatunya berbagai wama-warni kekuatan prodemokrasi. Menurut hemat saya, berbagai kekuatan prodemokrasi pada um- tidak akan, tidak dapat. dan tIdak perlu bersatu dalam pengertian berjuang dalam satu organisasi raksasa. Atau bekeJja sarna dalam satu irarna dan arena. Salah satu proses dan produk ter- penting dalam demokratisasi ad- alah justru menciptakan, bela jar menghargai, dan mengelola per- bedaan dan kemajemukan. Bukannya tak ada kemungkinan I bersatunya berbagai kekuatan prodemokrasi. Yang memungkin- kan hal itu bukan kepemimpinan yan,g organisasi yang rapi, radlkahsasi, keberanian, atau ke- politik massa. Yang pal- mg berbakat menjadi pemersatu adalah situasi kritis yang secara kongkretJpraktis mengancam ke- selamatan hidup orang banyak. Situasi demikian jarang teIjadi. Dan, bila terjadi. berlangsung se- bentar. Dal,am situasi .semacam I itu, dunia terbelah menjadi dua j kubu hitamlputih secara tajam. Setelah masa kritis berlalu. terbu- . Karena itu, berbagai rezim di dunia senantiasa membutuhkan terciptanya musuh-musuh baru dan, bersama untuk mempeI'ta- hankan kesatuan rezim itu. Ko- non, itu yang mendorong RRC galak menghadapi pemil- man umum Taiwan. Tetapi, men- musuh-musuh bayangan begltu berisiko senjatamakan tuan. Siapa yang paling beIjasa men- ciptakan people s power di FiIipi- na? Bukan siapa pun di dalam peo- ple s power itu sendiri. Tetapi, kri- sis yang dipimpin Presiden Mar- cos untuk mempertahankan keku- asaannya dengan undang- undang darurat. Kritis ini kemudian di- angkat ke puncaknya oleh penem- bak batok kepala Ninoy Aquino. Tiada sejarah tanpa laitis. Teta- pi, apakah kritis dapat ditunggu? Mungkinkah dipercepat atau di- tunda? Semua ini pertanyaan penting. Tetapi. yang lebih pen- ting dipertanyakan adalah apa sumbangan aktivis prodemokrasi menghadapi masa kritis itu dan masa sesudahnya. Entah datang- nya atau lambat. Diunduh dari <arielheryanto.wordpress.com>

Transcript of Jawa Pos Diunduh dari Tiada … · angkat ke puncaknya oleh penem bak batok kepala Ninoy Aquino....

Page 1: Jawa Pos Diunduh dari  Tiada … · angkat ke puncaknya oleh penem bak batok kepala Ninoy Aquino. Tiada sejarah tanpa laitis. Teta pi, apakah kritis

Jawa Pos SENIN WAGE 29 APRIL 1996 HALAMAN 4

Tiada Demokrasiyang Tak Retak " b

.~:::>~' . ", .. ,.; vensi yang memang muncul se-Tuntutan akan demokratisasi semakin merebak. Ini terlihat dari ,}i<>' :'!( jak awal kasus' dan menjadi

ramainya diskursus menge/wi perlllliya perimbangan antara ;:> .:;!<. pemicu perpecahan. Sejumlah masyarakat dan negara, pelaksanaan pemilu yang luber danjurdil,". ··:;U. kasus pada dasarnya merupakan dan muneulnya kekuatan-kekuatan masyarakat yang semakin kritis ":'/;;';' 1;,i{ perpecahan internal, biarpun ada terhadap P!!merintah. Namun. pada saatyang sama. terjadi semacam pihak luar jadi penggembira dari keretakan dalam kekuatan-kekuatan masyarakat. YLBH I yang sela- nyata bertambah subur. Mungkin jauh dan bclakangan saja. ma ini memproklamasikan sebagai lokomot(f demokrasi rieuh. lebih subur daripada yang Yangjelas, apapun v'ariasinya, Hampir semua ormas yang kuat muncul "tandingan ". Mengapa diperkirakan pendirinya dulu. Ia tidaklah'dapat dikatakan bahwa rerjadi demikiun. Untuk itu. Iawa Pos membuka polemik tentang menjadi bagian dari arus timbal berbagaiperpecahan di kalangan masalah illi. Sebagai pemiell polemik ini adalah Dr Ariel Heryallto bal ik dengan gerakan pro- aktivis prodemokrasi itu meru-

I (mantan sta! pengajar UKSW Salatiga yang memperoleh doktor demokrasi di masyarakat luas. pakan rekayasa atau konspirasi dari Universitas Monash. Melbourne Australia). Selanjutnya Hal yang samadapatdikatakan sepihak yang supercerdik dari

! berturut-turut tulisall Ariel akan ditanggapi Hendardi (YLBHI). Dr untuk perusahaan yang mener- penguasa negara, Dalam takaran Loekman Soetrisno (UGM), Dr Riswandha Immawan (UGM). Dr bitkan majalah TEMPO. Lemba" yang berbeda-beda, perusahaan

, Dien Syamsudin (CPDSIDPP Golkar). dan Dr Ramlan Surbakti. ga swasta ini tidak secara formal swasta ikut bertanggung jawab i Pada putaran kedua polemik nanti akan turut bergabung memberi- dan khusus mempcrjuangkan pada berbagai perpecahan yang

demokrasi. Namun, sumbagan- terjadi di lembaga mereka. Ha­kan tanggapannya adalah Dr AriefBudiman dan Drs Cornelis LA Y nya di bidang itu tidak lebih kecil. nya dalam beberapa kasus ada MA (UGM). Yang lebih penting dicatat di sini contoh intervensi yang kasardari

",,, .. ,,.¥.,,;' ."., ' "c'".'y ;, ' '',,'. adalah perpecahan di kalangan' luar. Tetapi, kasus yang seperti BELAKANGAN illi, kita me­

llya}csikan sejumlah peristiwa yang mengesankan terpecah­pecahnya kekuatan prodemokra­si di Indonesia. Gejala ini mellg­goda ban yak pihak untuk ber­tanya-tanya dengan cemas. Apa­kah gejala keretakan di kalangan paraaktivis prodemokrasi itu ber­sifat sementara? Ataukah ini masih akan berlanjut terus? Apa-

.' kah ini dapat dihindarkan?

I Apakah gejala intu suatu kon­

sekuensi yang inheren dan logis , dari pertumbuhan mereka? Atau­

kah ini merupakan kegagalan yang patut disesalkan dan dapat diperbaiki? Pertayaanyang lebih serius adalah mungkinkah ber­bagai kekuatan prodemokrasi itu bersatu-padu? Bagaimanakah car­anya? Ke manakah arah mereka? Tulisa~ ini tidak mampu mem­

berikanjawabanuntukmenjawab berbagai· pertanyaan besar itu. Namun. dengan mulai menyen­tuh permukaannya di sini, saya berharap akan ada cendikiawan

i Indonesia yang tergodamemberi­kan sumbangan pemikiran. Le­wat sebuah pertukaran 'panda­

I ngan, beberapa sisi dan sosok l __

dari masal ah yang besar dan kom­pleks itu mung kin dapat mulai dikuak, biar pun tidak tuntas.

V ARIASI KERETAKAN Sebelum menghadapi pokok

permasalahan, sebaiknya kita te­ngok kembali gejala keretakan di kalangan akti vis prodemokrasi itu. Karena terbatasnya tempat, di sini hanya akan disebutkan beberapa kasus yang sudah dike­nalluas.

Kasus yang paling belakangan menyedot perhatian kita adalah perpecahan dalam tubuh Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indo­nesia (YLBHI). Tidak lama se­belum merebahnya kasus YLB­HI, kita menyaksikan runtuhnya kebesaran Universitas Kristen Sa­tya Wacana (UKSW). Melalui pertikaian internal yang berla­rut-Iarut selama 3 tahun.

Memang, UKSW tidak didiri­kan khusus dengan misi yang sekarang dijuluki gerakan pro­demokrasi. Namun, benihnya memang sudah tertanam pada misi keagamaan sejak pendirian lembaga itu. Pada tahap perkern­bangan mutakhir, benih itu ter-

pengelolanya, sesudah terjadi 'ini biasanya justru tidak terlalu pembredelan terhadap majalah mengkhawatirkan. pada 21 J uni 1994. Semoga kesimpulan sementara

Kasus-kasus seperti itu bisa tentang tanggung jawab internal dideretdalamsebuahdaftaryang swasta itu dapat mengguncang­sang at panjang. Sulit untuk me- kebiasaan dogmatis di beberapa lupakan apa yang dialami Gereja kalangan prodemokras, Yakni, HKBP di Sumatra Utara. Kita kebiasaanmenumpahkanseltlruh ingat munculnya kemelut di se- duduk persoalan demokrasi ha, putar kepemimpinan NU dan PDI nya dalam dua kotak dikomotis, yang berirama sarna, yaitu mun- Yakni, negara versus masyarakat. culnya "pimpinan tandingan". Guncangan ini penting dan per­Baik dalam kasus pengadiJan Sri lu, terlebih-Iebih pada masa ini Bintang Pamungkas maupun ge- yang ditandai oleh duahal. Perta­rakan kemerdekaan nasi.onal rna, semakin merosotnya kekua­Timor Timur, kita jumpai ada- saan negara di hadapan konglo­nyapendukung "sebangsa" yang merasi swasta, baik domestik berseberal}gan kubu. Dalam maupun global. Dan, kedua, se­menghadapi pendirian ICMIatau makin memudarnya citra kese­KIPP, kita saksikan warna-warni ragaman "masyarakat" karena pelangi aspirasi politik. jurang di antara kaum yang ber­

Daftar kasus-kasus yang modal dan mereka yang disebut lengkap tidak kila butuhkan di TKI domestik maupun di luar sini. Yang selayaknya kita per- negeri. Maraknya perpecahan hatikan adalah perbedaan di an- swasta prodemokrasi justru ber­tara berbagai kasus itu. Salah satu langsung pada masa transisi yang corak perbedaan yang dapat di serba membingungkan seperti ini. catat adalah keterkaitallnya de­ngan pihak luar.

Intervensi ttu bisa bersifat lang­sung dan kasar. Bisajuga secara halus dan dari jauh. Ada inter-

T AHAP PERTUMBUHAN Suli! untuk memahami, apalagi

menilai, berbagai kasus yang rela­tif "baru" terjadi itu. Gejala per-

pecahan internal di kalangan ge­rakan prodemikrasibukan hal baru. Tetapi, tidak semua kasus yang terkena gejala serupameru­pakan pengulangansejarah bela­ka. Gejala luar itu bisa mengeco­hkan karena tidak selalu menun­jukkan proses sosial yang sarna.

Jika diperbolehkan berspeku­lasi, saya justru melihat adanya kemajuan yang besar daJam per­tumbuhan gerakan prodemokra­si di Indonesia. Justru kemajuan historis ini acapkaJi terabaikan. Kita lebih disibukan oIeh bebe­rapa kasus perpecahan kecil yang terjadi sesaat di depan mata. Dalam pengamatan makro yang op­timistis,anekasengketainternal yang kita sebut tadi bukanlah suatu yang aneh atau terlalu merisaukan. '

Dalam beberapa kasus, misal­nya pada YLBHI, UKSW, dan TEMPO, sengketa internalmeru­pakan konsekuensi logis dan ke­suksesan yang berlebihan. Mere­ka terpecah konflik internal an­tara lain karena menanggung ak­ibat berlipat gandanya kebesaran pertumbuhan lembaga yang melampaui kemampuan tiang­tiang peyangganya. Bukan ke­betulan, berbagai lembaga swasta ini tidak lumpuh lalu mati perlahan-Iahan melalui proses pem~ . busukan yang lama. Mereka me­ledakjustru di puncakkejayaan.

Padakasus YLBHIdan UKSW ada persamaan lain yang pen­til).g, dan mungkin kurarig pada kasus TEMPO. Konflik internal 01 antara aktivis prodemokrasi sering diimbangi kemampuan bersatu kembali bila harus meng­hadapi musuh dan "Iuar". Kon­flik internal ditunda dan diabai­kan sementara. Bila musuh luar itu pergi, pertengkaran internal bisa dilanjutkan lagi. Hal yang sarna dapat terjadi di kalangan ABRI, maupun aktivis feminis.

(Bersambung ke hal. 5 kol. 1)

Tiada .... Kesimpulan sementara, tidak

semua konflik internal yang suaranya ribut di kalangan pro­demokrasi dan seru diliput media mass a sesubgguhnya seseram yang dikhawatirkan orang. KRISIS SEBAGAI

(Sambungan dari haIaman.4) ka berbagai kemungkinan. War­na- warni kompleksitas persoalan dunia kembali menceraic berai­kan kemajemukan sosial.

Sejarah Orde Baru merupakan contoh terdekat. Orde Baru terdiri atas berbagai unsur. Mereka ber­satu, atau lebih tepatnya dipersa­tukan. oleh kondisi kritis di per­te~~~an dekade 1960-an. Begitu kriSIS ltu berlalu, tercipta tata ter­tib (orde) yang baru, perpecahan di antara berbagai unsur itu tak terhindarkan.

PEMERSATU . Pokok yang paling belakangan

itu mengantar kita ke spekulasi berikut, menyangkut pokok per­soalan yang diperkenalkan pada awal tulisan ini. Yakni, peluang

I bersatunya berbagai wama-warni kekuatan prodemokrasi.

Menurut hemat saya, berbagai kekuatan prodemokrasi pada um­umny~ tidak akan, tidak dapat. dan tIdak perlu bersatu dalam pengertian berjuang dalam satu organisasi raksasa. Atau bekeJja sarna dalam satu irarna dan arena. Salah satu proses dan produk ter­penting dalam demokratisasi ad­alah justru menciptakan, bela jar menghargai, dan mengelola per­bedaan dan kemajemukan.

Bukannya tak ada kemungkinan I bersatunya berbagai kekuatan

prodemokrasi. Yang memungkin­kan hal itu bukan kepemimpinan yan,g h~bat, organisasi yang rapi, radlkahsasi, keberanian, atau ke­~adaran politik massa. Yang pal­mg berbakat menjadi pemersatu adalah situasi kritis yang secara kongkretJpraktis mengancam ke­selamatan hidup orang banyak.

Situasi demikian jarang teIjadi. Dan, bila terjadi. berlangsung se­bentar. Dal,am situasi .semacam

I itu, dunia terbelah menjadi dua j kubu hitamlputih secara tajam.

Setelah masa kritis berlalu. terbu-

. Karena itu, berbagai rezim di dunia senantiasa membutuhkan terciptanya musuh-musuh baru dan, bersama untuk mempeI'ta­hankan kesatuan rezim itu. Ko­non, itu yang mendorong RRC ~enjadi galak menghadapi pemil­man umum Taiwan. Tetapi, men­cip~an musuh-musuh bayangan begltu berisiko senjatamakan tuan.

Siapa yang paling beIjasa men­ciptakan people s power di FiIipi­na? Bukan siapa pun di dalam peo­ple s power itu sendiri. Tetapi, kri­sis yang dipimpin Presiden Mar­cos untuk mempertahankan keku­asaannya dengan undang- undang darurat. Kritis ini kemudian di­angkat ke puncaknya oleh penem­bak batok kepala Ninoy Aquino.

Tiada sejarah tanpa laitis. Teta­pi, apakah kritis dapat ditunggu? Mungkinkah dipercepat atau di­tunda? Semua ini pertanyaan penting. Tetapi. yang lebih pen­ting dipertanyakan adalah apa sumbangan aktivis prodemokrasi menghadapi masa kritis itu dan masa sesudahnya. Entah datang­nya ~epat atau lambat.

Diunduh dari <arielheryanto.wordpress.com>