jasa hutan
-
Upload
kara-uchiha -
Category
Documents
-
view
63 -
download
7
Transcript of jasa hutan
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Hutan merupakan salah satu sumber kehidupan bagi makhluk
hidup. Bagi manusia, hewan dan tumbuhan, hutan menjadi bagian
terpenting yang tak dapat dipisahkan dan tergantikan dalam
menunjang kelangsungan hidupnya. Selain sebagai sumber air tanah
dan penghasil oksigen, hutan juga berfungsi untuk menyerap karbon
dioksida. Karbon dioksida sangat dibutuhkan oleh tumbuhan untuk
melakukan fotosintesis. Tak hanya itu, keberadaannya di alam ini
juga berfungsi untuk mencegah banjir, longsor maupun erosi.
Tidak bisa kita pungkiri, hampir dari semua bencana yang tengah
terjadi tersebut diakibatkan oleh ulah manusia yang mengakibatkan
menurunnya fungsi hutan. Salah satu contohnya adalah adanya alih
fungsi hutan yang semakin parah. Akibat alih fungsi hutan tersebut,
produktivitas hutan menjadi semakin menurun seiring berkurangnya
area luasan hutan. Salah satu contoh alih fungsi hutan yang kerap
terjadi adalah adanya pembangunan pusat perbelanjaan, kawasan
perumahan, maupun perkantoran yang tidak sesuai dengan
keberadaannya. Dengan demikian, daya dukung hutan pun semakin
menurun akibat terdegradasi.
1
2. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah selain untuk
memenuhi tugas dalam mata kuliah Pengantar Ilmu Kehutanan juga
agar kami sebagai mahasiswa juga lebih mengerti dan mendalami
jasa-jasa yang telah diberikan hutan kepada makhluk hidup
disekitarnya selama ini.
3. Metode Penulisan
Dari banyak metode yang kami–tim penyusun–ketahui, penulisan
makalah ini menggunakan metode kepustakaan. Pada zaman
modern ini metode kepustakaan tidak hanya berarti pergi ke
perpustakaan guna mencari bahan dan materi makalah tapi dapat
pula dilakukan dengan pergi ke warung internet (warnet). Kami
menggunakan metode ini karena jauh lebih praktis, efektif, efisien,
murah serta sangat mudah untuk mencari bahan dan data–data
tentang topik ataupun materi yang kami gunakan untuk makalah ini.
4. Ruang Lingkup
Mengingat keterbatasan waktu dan kemampuan yang kami–tim
penyusun–miliki serta sesuai rujukan materi yang harus dibahasa
dalam makalah ini yang diberikan oleh dosen pengasuh mata kuliah
Pengantar Ilmi Kehutanan yang juga sebagai pemberi tugas, maka
ruang lingkup makalah ini terbatas pada pembahasan peran-peran
hutan, khususnya sebagai penyedia jasa bagi lingkungan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Hutan menyediakan sumber air
Pada jaman sekarang ini, dapat kita lihat dengan mata kepala
sendiri bahwa semakin kurang tersedianya air bersih dan murni di
kehidupan kita. Di beberapa daerah, mereka mencari-cari keberadaan
air bersih, sebenarnya hal itu tidak perlu terjadi jika saja mereka
menjaga kelestarian hutan. Peran hutan terhadap pengendalian daur
air dimulai dari peran tajuk menyimpan air sebagai air intersepsi.
Sampai saat ini intersepsi belum dianggap sebagai faktor penting
dalam daur hidrologi. Bagi daerah yang hujannya rendah dan
kebutuhan air dipenuhi dengan konsep water harvest maka para
pengelola Daerah Aliran Sungai (DAS) harus tetap memperhitungkan
besarnya intersepsi karena jumlah air yang hilang sebagai air
intersepsi dapat mengurangi jumlah air yang masuk ke suatu
kawasan dan akhirnya mempengaruhi neraca air regional. Dengan
demikian pemeliharaan hutan yang berupa penjarangan sangat
penting dilaksanakan sesuai frekuensi yang telah ditetapkan.
Ketergantungan masyarakat yang tinggal di kawasan sekitar hutan
terhadap keberadaan hutan sangat tinggi. Kemampuan hutan sebagai
regulator air mampu memberikan kontribusi dalam penyediaan air
bagi masyarakat sekitar hutan. Hutan Pinus di DTA Rahtawu memiliki
3
potensi yang cukup besar dalam penyediaan sumberdaya air. Potensi
sumberdaya air di DTA Rahtawu dapat didekati dengan mengetahui
debit bulanan dan volume aliran bulanan, sedangkan untuk
memprediksi debit andalan yang selalu tersedia setiap saat dan dapat
dipergunakan untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan
masyarakat sekitar didekati dengan pengolahan data sekunder dari
hidrograf aliran untuk memperoleh debit minimumnya (debit
andalan).
Dari hasil penelitian diperoleh nilai debit andalan yang dapat
dipergunakan pada musim kemarau sebesar 1,82 liter/detik yang
terjadi pada bulan Agustus dan September, sedangkan pada musim
penghujan debit yang dapat dimanfaatkan sebesar 29,82 – 67,55
liter/detik (Suryatmojo, H., 2004). Masyarakat desa Ngambarsari yang
terletak di sekitar kawasan hutan pinus membutuhkan air bersih rata-
rata/orang/hari adalah 0,0014 liter/detik atau 122 liter/orang/hari.
Apabila potensi sumberdaya air tersebut akan dimanfaatkan oleh
masyarakat desa Ngambarsari, maka potensi air dari hutan pinus
seluas 101,79 ha mampu untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi
900 – 2.000 orang atau 19 – 42% dari jumlah penduduk Desa
Ngambarsari yang berjumlah 4.749 orang.
Dari hasil penelitian diatas, nampak bahwa sesungguhnya peran
hutan sangat besar dalam menyokong kehidupan manusia, salah satu
diantaranya dari kemampuan sebagai regulator air melalui berbagai
proses dalam siklus hidrologi yang berlangsung di dalamnya.
Ketergantungan masyarakat yang tinggal di kawasan sekitar
hutan terhadap keberadaan hutan sangat tinggi. Kemampuan hutan
sebagai regulator air mampu memberikan kontribusi dalam
4
penyediaan air bagi masyarakat sekitar hutan. Hutan Pinus di DTA
Rahtawu memiliki potensi yang cukup besar dalam penyediaan
sumberdaya air. Potensi sumberdaya air di DTA Rahtawu dapat
didekati dengan mengetahui debit bulanan dan volume aliran
bulanan, sedangkan untuk memprediksi debit andalan yang selalu
tersedia setiap saat dan dapat dipergunakan untuk memenuhi
berbagai macam kebutuhan masyarakat sekitar didekati dengan
pengolahan data sekunder dari hidrograf aliran untuk memperoleh
debit minimumnya (debit andalan).
Dari hasil penelitian diperoleh nilai debit andalan yang dapat
dipergunakan pada musim kemarau sebesar 1,82 liter/detik yang
terjadi pada bulan Agustus dan September, sedangkan pada musim
penghujan debit yang dapat dimanfaatkan sebesar 29,82 – 67,55
liter/detik
(Suryatmojo, H., 2004). Masyarakat desa Ngambarsari yang
terletak di sekitar kawasan hutan pinus membutuhkan air bersih
rata-rata/orang/hari adalah 0,0014 liter/detik atau 122
liter/orang/hari. Apabila potensi sumberdaya air tersebut akan
dimanfaatkan oleh masyarakat desa Ngambarsari, maka potensi air
dari hutan pinus seluas 101,79 ha mampu untuk memenuhi
kebutuhan air bersih bagi 900 – 2.000 orang atau 19 – 42%
dari jumlah penduduk Desa Ngambarsari yang berjumlah 4.749
orang.
Dari hasil penelitian diatas, nampak bahwa sesungguhnya peran
hutan sangat besar dalam menyokong kehidupan manusia, salah
satu diantaranya dari kemampuan sebagai regulator air melalui
5
berbagai proses dalam siklus hidrologi yang berlangsung di
dalamnya.
2. Hutan menyediakan oksigen gratis dan tak terbatas
Hutan merupakan penghasil oksigen dan menjadikan bumi tetap
bertahan sampai sekarang ini. Hutan merupakan penghasil oksigen
yang mana menjadi kebutuhan kita sebagai makhluk hidup,
khususnya manusia untuk proses respirasi bersama hidrogen akan
membentuk air yang merupakan cairan utama dalam struktur
penyusunan tubuh.
Dalam satu hari sebatang pohon menyerap CO2 antara 20 dan 36
gram per hari. Bila di pekarangan rumah anda terdapat 10 buah
pohon, maka dalam sebulan pekarangan anda memberikan kontribusi
menyerap CO2 sebanyak 5,6 – 10,08 kg atau menyimpan 750 kg
karbon selama tanaman itu tumbuh di sana. Kalau di sekitar rumah
anda ada 99 KK yang memiliki jumlah pohon sama dengan di rumah
anda, maka jumlah CO2 yang diserap menjadi 0,5 – 1,008 ton atau
karbon yang disimpan sebanyak 75 ton.
Hasil estimasi ilmiah menunjukkan bahwa dalam sejam satu
lembar daun memperoduksi oksigen sebanyak 5 ml. Dengan
mengambil contoh pekarangan rumah anda dan sekitarnya yang
ditanami pepohonan tadi dan bila rata-rata jumlah daun per pohon
200 lembar, maka pohon-pohon di tempat tinggal anda dan
sekitarnya akan menyumbang oksegen sebanyak 10 x 100 x 200 x 5
ml = 1.000 liter per jam. Angka ini setara dengan jumlah kebutuhan
oksigen untuk pernapasan sebanyak 18 orang (kebutuhan oksigen
untuk satu orang bernapas adalah 53 liter per jam).
6
Akhir-akhir ini kita sudah tak bisa lagi atau jarang menjumpai
langit cerah berwarna kebiru-biruan. Bahkan cuaca sangat tidak
bersahabat. Terik mentari sangat mendidih. Penulis sendiri sangat
malas ke luar rumah bila siang hari dikarenakan teriknya mentari
yang sangat menyengat. Beberapa penyebab timbulnya perubahan
iklim di kota Medan khususnya dan dunia umumnya disebabkan
karena naiknya kadar CO2 (karbondioksida) dan CFC
(chlorofluorocanbon) yang berasal dari bahan penyemprot, bahan alat
pendingin, asap knalpot yang berasal dari mesin, asap industri, asap
pembakaran kayu atau hutan, dan perubahan tata guna lahan.
Konsentrasi CO2 (karbondioksida) diatmosfir telah naik dari 290
ppm menjadi 350 ppm selama seratus tahun terakhir dan
diperkirakan akan mencapai 400 ppm hingga 550 ppm pada tahun
2030. Jumlah ini diperkirakan tidak akan berkurang selama tumbuh-
tumbuhan dan hutan semakin ramping dan semakin banyaknya CO2
(karbondioksida) yang dihasilkan oleh industri, kendaraan, dan lain
sebagainya.
Terakhir kita harus menyadari bahwa betapa pentingnya peranan
hutan atau tumbuh-tumbuhan dalam menyerap gas CO2
(karbondioksida). Jangan sampai kita baru tersadarkan setelah
dampak nyata yang benar-benar buruk terjadi atau kita alami. Maka
penting bagi kita menjaga hutan. Memang kita tak bisa menjaganya
sendirian dan membutuhkan peranan pemerintah. Namun tak ada
salahnya kita memulai dari diri sendiri dengan menanam pohon atau
tumbuh-tumbuhan di sekitar rumah kita. Sekali lagi hutan adalah
paru-paru dunia, jangan sampai hutan gundul meluluhlantakkan dan
bencana datang menyapa.
7
3. Hutan menyediakan habitat bagi satwa
Berdasarkan rapat Teknis Kementerian Kependudukan dan
Lingkungan Hidup di Jakarta pada bulan Februari 1991, dinyatakan
bahwa Hutan Kota adalah suatu lahan yang tumbuh pohon-pohonan
di dalam wilayah perkotaan di dalam tanah negara maupun tanah
milik yang berfungsi sebagai penyangga lingkungan dalam hal
pengaturan tata air, udara, habitat flora dan fauna yang memiliki nilai
estetika dan dengan luas yang solid merupakan ruang terbuka hijau,
serta areal tersebut ditetapkan oleh pejabat berwenang sebagai
Hutan Kota.
Kota merupakan salah satu bagian paling penting dalam
kehidupan manusia, mengingat kota sebagai pusat berbagai
aktivitas.banyaknya masyarakat yang melakukan berbagai aktivitas
membuat mereka kadang kala jenuh ataupun stress, Dengan
demikian untuk mengurangi itu semua di butuhkan suasana nyaman
dan asri, maka perlu dibangun hutan kota. Desiran angin, kicauan
burung dan atraksi satwa lainnya di dalam hutan kota diharapkan
dapat menghalau kejenuhan dan stress yang banyak dialami oleh
penduduk perkotaan.
Pada prinsipnya burung dapat berdampingan hidup dengan
masyarakat kota asalkan syarat kebutuhan hidupnya terpenuhi,
seperti habitat yang memadai dan aman dari berbagai bentuk
gangguan. Mengingat begitu besar manfaat burung baik dari
lingkungan dan ekonomi, sudah sewajarnya perlu diwujudkan upaya
pelestariannya. Upaya tersebut bukan hanya menjadi tanggung jawab
8
pakar burung semata tetapi semua lapisan masyarakat termasuk
masyarakat perkotaan.
Factor yang menentukan keberadaan burung adalah
ketersediaan makanan, tempat untuk istirahat, bermain, kawin,
bersarang, bertengger dan berlindung. Kemampuan areal
menampung burung ditentukan oleh luasan, komposisi dan struktur
vegetasi, banyaknya tipe ekosistem dan bentuk areal serta
keamanan.
Komposisi dan struktur vegetasi juga mempengaruhi jenis dan
jumlah burung yang terdapat di suatu habitat. Hal ini disebabkan
karena tiap jenis burung mempunyai relung yang berbeda. Dengan
memperbanyak jenis vegetasi dan mengatur komposisinya
dimungkinkan burung mudah menentukan relungnya.
Jenis tanaman yang beragam dapat menyediakan lebih beragam
pula sumber-sumber makanan bagi burung, berupa serangga, buah,
ataupun nectar. Sebagai implikasinya, pemilihan tanaman dengan
waktu berbuah ataupun berbunga yang berbeda akan lebih baik
dalam penyediaan sumber makanan bagi burung.
Ekosistem yang lebih beragam lebih mampu mendukung
kebutuhan burung karena mempunyai komponen yang lebih lengkap.
Misalnya, perpaduan antara ekosistem air ( kolam, danau, sungai ),
padang rumput, hutan dan pekarangan lebih baik daripada hanya
hutan, hanya air, atau hanya padang rumput saja.
Dasar pemikiran kota sebagai salah satu objek pelestarian
burung adalah adanya kebutuhan manusia yang semakin meningkat
9
terhadap sumberdaya alam (termasuk burung) seiring dengan
pertambahan laju manusia.
Akibat penggunaan sumberdaya alam (termasuk burung) oleh
manusia yang kurang memperhatikan aspek kelestariannya
menyebabkan terjadinya penyempitan maupun perusakan habitat
alami burung yang menyebabkan merosotnya populasi burung di
alam.
Burung sebagai komponen ekosistem alam memiliki peranan
penting dan sangat bermanfaat bagi manusia. Pada prinsipnya
burung dapat hidup berdampingan dengan manusia sepanjang
kebutuhan hidupnya terpenuhi. Kota memiliki potensi pendukung bagi
pelestarian burung.
Salah satu bentuk pola pembinaan habitat burung dikawasan
pemukiman / RTH sebagai berikut:
Pemilihan spesies tumbuhan yang akan dikembangkan.
Upaya menciptakan koridor bervegetasi.
Upaya mencegah perburuan burung.
Pembuatan sarang buatan dan penglepasan berbagai jenis
burung.
Salah satu satwa liar yang dapat dikembangkan di perkotaan
adalah burung. Burung perlu dilestarikan, mengingat mempunyai
manfaat yang tidak kecil artinya bagi masyarakat, antara lain :
Membantu mengendalikan serangga hama,
Membantu proses penyerbukan bunga,
Mempunyai nilai ekonomi yang lumayan tinggi,
10
Burung memiliki suara yang khas yang dapat menimbulkan
suasana yang menyenangkan,
Burung dapat dipergunakan untuk berbagai atraksi rekreasi,
Sebagai sumber plasma nutfah,
Objek untuk pendidikan dan penelitian.
Mengurangi Bahaya Hujan Asam
Manfaat lain dan urgensinya antara lain:
Burung sebagai komponen ekosistem alam. Burung Dapat
berperan penting dalam membantu mengontrol populasi serangga,
membantu penyerbukan bunga dan pemercaan biji. Dapat di jadikan
sebagai indicator lingkungan karna apabila terjadi degradasi
lingkungan, burung menjadi komponen alam terdekat yang terkena
dampaknya.
Dari segi rekreasi alam. Kecendrungan masyarakat untuk ingin
menikmati keindahan warna bulu, kemerduan bunyi ataupun
kacakapan burung dapat dilihat di kebun binatang, taman burung dan
taman safari.jenis rekreasi ini dapat juga dinikmati di lingkungan
kota,kebun,pekarangan,taman bahkan dilingkungan sekitar kita. kota
bukan hanya menjadi tempat yang nyaman untuk mencari nafkah
namun juga untuk tempat tinggal.
Dari segi ilmu pendidikan dan ilmu pengetahuan. Banyak ekolog
yang mengembangkan konsep ilmunya berasal dari mempelajari
burung. Ide membuat dan mengambangkan model pesawat terbang
di ilhami oleh morfologi burung. Bagi sebagian besar masyarakat
mempelajari alam dan lingkungannya karna begitu banyak
manfaatnya.
11
Beberapa jenis burung sangat membutuhkan pohon sebagai
tempat mencari makan maupun sebagai tempat bersarang dan
bertelur. Pohon kaliandra di antaranya disenangi burung pengisap
madu. Pohon jenis lain disenangi oleh burung, karena berulat yang
dapat dimakan oleh jenis burung lainnya. Menurut Ballen (1989),
beberapa jenis tumbuhan yang banyak didatangi burung antara lain:
Kiara, caringin dan loa (Ficus spp.) F. benjamina, F. variegata, dan
F. glaberrima buahnya banyak dimakan oleh burung seperti punai
(Treron sp.).
Dadap (Erythrina variegata). Bunganya menghasilkan nektar.
Beberapa jenis burung yang banyak dijumpai pada tanaman dadap
yang tengah berbunga antara lain : Betet biasa (Psittacula alexandri),
serindit (Loriculus spp.), suku Jalak-jalakan (Sturnidae) dan beberapa
jenis burung madu.
Dangdeur (Gossampinus heptaphylla). Bunganya yang berwarna
merah menarik burung ungkut-ungkut dan srigunting.
Aren (Arenga pinnata). Ijuk dari batangnya sering dimanfaatkan
oleh burung sebagai bahan untuk pembuatan sarangnya.
Bambu (Bambusa spp.). Burung blekok (Ardeola speciosa) dan
manyar (Ploceus spp.) bersarang di pucuk bambu. Sedangkan jenis
burung lainnya seperti : Sikatan cacing (Cyornis banyumas), celepuk
reban (Otus lempiji), Kipasan belang (Rhipidura javanica), Kancilan
bakau (Pachycephala grisola) dan cikrak bambu (Abroscopus
superciliaris) bertelur pada pangkal cabangnya, di antara dedaunan
dan di dalam batangnya.
12
Salah satu keberhasilan dalam menjaga lingkungan alam di
sekitarnya adalah untuk memberikan perlindungan dan kehidupan
bagi satwa dan tumbuhan di sekitarnya. Dimana fungsi hidrologi akan
dapat berjalan dengan baik, lahan di sekitar akan berfungsi secara
optimal, maka aspek lingkungan, sosial dan ekonomi dapat berjalan
secara seimbang apabila dilakukan secara bijaksana.
Dan keberhasilan dalam menata lingkungan hutan dan lahan,
tentunya dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kehidupan
lainnya. Tentunya dapat pula dimanfaatkan sebagai habitat satwa
maupun tumbuhan sebagai alam kehidupannya.
Salah satu contoh yang berhasil dalam menghijaukan dan
melestarikan lingkungan dapat kita lihat di sekitar kampus UGM
Yogyakarta. Pepohonan besar dan tinggi tumbuh subur di sekitar
bangunan-bangunan kampus tanpa adanya gangguan dari
masyarakat di sekitarnya.. Dan sejak tahun 2005 keasrian alam
kampus tersebut kiranya telah mengundang burung-burung Cangak
berdatangan ke kampus UGM, dan sejak saat itu kerindangan alam
tersebut dijadikan tempat hidup, berlindung dan berkembang biak,
sebagai habitatnya.
4. Hutan meredam kebisingan dan menyerap polusi
Kebisingan adalah suara yang berlebihan, tidak diinginkan dan
sering disebut "polusi tak terlihat" yang menyebabkan efek fisik dan
psikologis. Efek fisik berhubungan dengan transmisi gelombang suara
melalui udara, efek psikologis berhubungan dengan respon manusia
terhadap suara.
13
Pohon dapat meredam suara dengan cara mengabsorpsi
gelombang suara oleh daun, cabang dan ranting. Jenis tumbuhan
yang paling efektif untuk meredam suara ialah yang mempunyai tajuk
yang tebal dengan daun yang rindang (Grey dan Deneke, 1978).
Penanaman berbagai jenis tanaman dengan berbagai strata yang
cukup rapat dan tinggi akan dapat mengurangi kebisingan,
khususnya dari kebisingan yang sumbernya berasal dari bawah.
Menurut Grey dan Deneke (1978), dedaunan tanaman dapat
menyerap kebisingan sampai 95%.
Jasa hutan lainnya yaitu sebagai pengendalian dan atau
mengurangi polusi udara dan limbah, serta menyaring debu. Debu
atau partikulat terdiri dari beberapa komponen zat pencemar. Dalam
sebutir debu terdapat unsur-unsur seperti garam sulfat, sulfuroksida,
timah hitam, asbestos, oksida besi,silika, jelaga dan unsur kimia
lainnya. Berbagai hasil penelitian lainnya menunjukkan bahwa
tumbuh-tumbuhan dapat mengakumulasi berbagai jenis polutan
(pencemar). Seperti pohon johar, asam landi, angsana dan mahoni
dapat mengakumulasi Pb (timah hitam) yaitu hasil pencemaran oleh
kendaraan bermotor, pada daun dan kulit batang.
5. Hutan mencegah dari bencana alam
Murka alam dalam wujud bencana alam seolah telah menjadi
rutinitas yang dihadapi dalam kehidupan rakyat dan bangsa
Indonesia. Pada setiap musim hujan kita selalu mengalami bencana
sebagai rutinitas tahunan seperti terjadinya bencana tanah longsor,
banjir dan banjir bandang dibeberapa daerah. Sedang pada saat
musim kemarau akan ditemui bencana kebakaran hutan dan lahan,
kekeringan, gagal panen. Belum lagi terjadinya bencana alam akibat
14
kondisi geologi alam wilayah Indonesia yang rawan terjadi gempa,
tsunami dan letusan gunung berapi. Bencana banjir dan banjir
bandang serta tanah longsor di sebagian wilayah Indonesia sepanjang
januari sampai juni 2006 adalah contoh terkini dari kejadian tersebut.
Dalam mengatasi masalah tersebut pemerintah masih terkesan
seperti “pemadam kebakaran”, berupaya memadamkan api setelah
terjadi kebakaran, berupaya menangani bencana setelah bencana
terjadi, bukannya melakukan optimalisasi langkah pencegahan dan
minimalisasi kemungkinan timbulnya bencana. Disamping itu masih
sering terjadi kekisruhan dalam koordinasi penanganan bencana yang
akan ditangani oleh masing-masing sektor serta perencanaan
penanganan bencana secara jangka panjang. Dalam sebagian besar
bencana-bencana tersebut biasanya orang, baik yang awam maupun
ahli selalu menghubungkannya dengan keberadaan hutan. Segala
sesuatu yang terkait dengan hutan baik itu institusi pemerintah
(Departemen Kehutanan, KLH, Dinas kehutanan, Bapedalda),
NGO/LSM, Swasta (pengelola atau pemanfaat hutan) maupun
masyarakat biasanya akan menyuarakan pandangan, kritik dan
sarannya masing-masing. Namun sangat jarang muncul usulan atau
gagasan konkret yang dapat membantu mengatasi masalah secara
berkesinambungan.
Telah banyak teori dan pengalaman dari negara lain yang
dilontarkan para ahli untuk membantu mengatasi dan mencegah
bencana melalui manajemen pengelolaan bencana, Managemen
pengelolaan sampah itu bisa bermacam-macam mulai dari
penanganan kemungkinan terjadinya bencana, penanganan selama
bencana sampai penanganan pasca bencana. Pemerintah telah
mencoba menerapkan beberapa langkah penanganan antisipasi
15
bencana, namun sekali lagi belum nampak hasil pencegahan
timbulnya bencana alam secara efektif. Contoh: penanganan
pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) prioritas, pembuatan
bangunan pengendali banjir (dam, waduk, talud sungai), pembuatan
sudetan-sudetan sungai dll. “Concern” sektor kehutanan terhadap
upaya penanggulangan bencana sebenarnya terfokus pada eksistensi
dan keberadaan hutan.
Sesuai dengan UU No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan. Hutan
menurut statusnya dibedakan ke dalam hutan negara, hutan hak dan
hutan adat. Hutan negara adalah hutan yang berada pada tanah yang
tidak dibebani hak atas tanah, hutan hak adalah hutan yang berada
pada tanah yang dibebani hak atas tanah, sedang hutan adat adalah
hutan negara yang berada dalam wilayah masyarakat hukum adat.
Oleh UU tersebut, penguasaan hutan negara diberikan kepada
penyelenggara negara (Pemerintah) untuk diurus demi pencapaian
kemakmuran rakyat Indonesia.
Sesuai fungsinya hutan negara dibedakan ke dalam hutan konservasi,
hutan lindung dan hutan produksi. Oleh karena itu rusak dan
terdegradasinya hutan negara yang saat ini mencapai sekitar 59,7
juta Ha dari luasan keseluruhan 120,3 juta Ha, dengan laju kerusakan
2,8 juta ha/tahun menjadi tanggung jawab Pemerintah, yang pada
kenyataannya hingga saat ini hutan-hutan tersebut terus mengalami
rongrongan dari aktifitas-aktifitas illegal.
Upaya-upaya yang dilakukan Pemerintah melalui penataan
pengusahaan hutan, rehabilitasi hutan dan lahan, perlindungan dan
konservasi kawasan, seolah tidak dapat mengimbangi laju kerusakan
yang terjadi, sehingga menjadi logis apabila kejadian bencana alam
16
masih sering terjadi. Membangun Hutan Rakyat Sebenarnya ada
potensi tersembunyi yang sangat besar untuk ikut mengimbangi
tingkat kerusakan hutan yang semakin besar tersebut, yaitu
keberadaan hutan hak atau secara umum kita sebut sebagai hutan
rakyat. Berdasarkan data yang diolah oleh BPS yang bekerja sama
dengan Departemen Kehutanan (walaupun data tersebut tidak
memperlihatkan potensi luasan hutan rakyat) menunjukkan besarnya
potensi hutan rakyat tersebut. Data tersebut memperlihatkan bahwa
terdapat rata-rata sekitar 3,43 juta penduduk yang mengusahakan
hutan rakyat dengan jumlah pohon dari 10 jenis tanaman yang didata
(akasia, bambu, cendana, jati, mahoni, pinus, sengon, rotan,
sonokeling dan sungkai) mencapai sekitar 238,76 juta pohon/rumpun.
Apabila diasumsikan secara kasar jarak tanamnya 4 x 4 meter, maka
diprediksi terdapat hutan rakyat seluas 380 ribu Ha, memang
kelihatannya kecil, namun perlu dicatat bahwa yang diolah baru 10
jenis pohon dari sekitar 20 jenis pohon yang diusahakan oleh rakyat,
serta belum termasuk potensi tanaman tahunan buah-buahan.
Pemerintah sendiri melalui Departemen Kehutanan sejak
beberapa tahun lalu sebenarnya telah melakukan upaya fasilitasi
pembangunan hutan rakyat, namun gaungnya belum begitu nampak
secara nasional, sehingga pengembangan potensi hutan rakyatnya
belum optimal. Oleh karena itu mencegah bencana alam dengan
mengedepankan pembangunan hutan rakyat layak dijadikan salah
satu pilihan efektifitas pencegahan bencana alam. Mendorong
peningkatan pembangunan hutan rakyat sebenarnya bukan hanya
dikarenakan oleh besar potensinya saja, tetapi memuat dan
mengandung alasan-alasan logis akan terjaminnya keberhasilan
pembangunannya. Pertama, penanaman tanaman tahunan yang
17
dilakukan oleh masyarakat di lahan miliknya sendiri, hampir dapat
dipastikan akan dilandasi oleh alasan-alasan konkret dan logis secara
ekonomis mengapa mereka mau menanam. Hal ini dengan sendirinya
akan diikuti oleh rasa memiliki (“sense of belonging”) dari masyarakat
itu sendiri terhadap eksistensi tanamannya, sehingga mereka akan
selalu merawat, menjaga dan melindungi tanamannya tersebut.
Alasan ekonomis yang secara umum dapat dikedepankan adalah
bahwa tanaman tahunan tersebut dapat dijadikan tabungan
(“saving”) yang sewaktu-waktu dapat dimanfaatkan untuk keperluan-
keperluan jangka panjang. Kedua, Peningkatan luasan hutan rakyat
juga telah menjadi salah satu priotitas kebijakan pembangunan
pemerintah (Departemen Kehutanan) sejak Pemerintahan Kabinet
Indonesia Bersatu. Departemen Kehutanan telah berkomitmen untuk
menfasilitasi pembangunan hutan rakyat seluas 2 juta Ha sampai
dengan tahun 2009 (seperti disebutkan dalam Rencana Strategis
Departemen Kehutanan tahun 2005-2009).
Komitmen ini tentunya akan dibarengi dengan langkah-langkah
kebijakan lanjutan dan khususnya pendanaan untuk ikut mendorong
terwujudnya perluasan hutan rakyat, salah satunya adalah
pengerahan sebagian dana untuk gerakan rehabilitasi hutan dan
lahan (GERHAN) untuk membangun hutan rakyat. Ketiga,
keberhasilan semakin meluasnya hutan rakyat akan ikut menambah
besaran lahan/areal yang bervegetasi hutan pada lahan-lahan diluar
hutan negara, dengan demikian coverage tanaman tahunan akan
bertambah dalam skala nasional. Bertambahnya penutupan hutan
secara nasional akan diyakini akan ikut memberi andil dalam
pencegahan bencana alam. Keberhasilan pencegahan bencana alam
melalui pembangunan hutan rakyat akan sangat ditentukan pula oleh
18
dukungan pemetaan potensi lahan-lahan rawan bencana alam,
khususnya yang berada di luar hutan negara. Kejelasan posisi daerah-
daerah rawan bencana akan membantu penentuan lokasi-lokasi
pembangunan hutan rakyat. Disamping itu untuk memberikan
dorongan kepada masyarakat agar membangun hutan rakyat di lahan
miliknya, pemerintah perlu melakukan langkah-langkah inovatif,
antara lain dengan menetapkan insentif-insentif bagi masyarakat
yang menanami lahannya dengan tanaman tahunan, misal: tanah
yang ditanami tidak ditarik Pajak Bumi dan Bangunan (PBB),
menyediakan bibit-bibit gratis sesuai dengan kebutuhan masyarakat
sekitar, membebaskan perdagangan kayu rakyat dari pungutan-
pungutan seperti layaknya dalam perdagangan kayu umumnya.
Keberhasilan pembangunan hutan rakyat diharapkan memberi
efek berganda mulai dari berkurangnya bencana alam, meluasnya
penutupan (“coverage”) lahan secara nasional, ikut andil dalam
peningkatan kesejahteraan masyarakat sampai sebagai pendukung
penentuan indikator kesuksesan kinerja pemerintah. *
BAB III
PENUTUP
19
III.1 KESIMPULAN
Hutan memiliki jasa-jasa yang sangat penting dan tanpa disadari
sangat berarti bagi kehidupan di bumi. Ketika Bencana alam yang
terjadi memang sering tidak dapat diprediksi dan tidak dapat
dihindari. Seperti pada saat bencana tsunami. Kejadian ini dipicu oleh
kejadian gempa bumisebelumnya, kemudian beberapa saat kemudian
ombak yang cukup dahsyat menghantamdaerah pesisir sampai
kedaratan. Kejadian tersebut telah merengut ribuan nyawa dan
memporak-porandakan rumah-rumah penduduk dan telah
mengakibatkan kerugian materilmencapai angka triliunan rupiah. Hal
itu terjadi karena terlalu meremehkannya jasa hutan bagi kehidupan
ini. Sebagai makhluk hidup yang berakal manusia dapta
memanfaatkan jasa-jasa penting hutan tersebut.
Adapun Jasa-jasa hutan bagi lingkungan, yaitu :
1. Hutan menyediakan sumber air
2. Hutan menyediakan oksigen gratis dan tak terbatas
3. Hutan menyediakan habitat bagi hewan
4. Hutan meredam kebisingan dan menyerap polusi
5. Hutan mencegah dari bencana alam
III.2 SARAN
Hutan memiliki fungsi yang sangat penting bagi kehidupan.
Tanpa kita sadari hutan sangat berjasa bagi kehidupan kita. Untuk
20
melestarikan hutan, kita sebagai individu dapat ikut serta dalam
usaha pemberdayaan keberadaan hutan untuk kehidupan. Kita dapat
melakukannya dengan cara yang sederhana pula. Penghijauan yang
kita lakukan tidak perlu dalam partai yang besar. Kita hanya perlu
setidaknya menanam satu pohon untuk penghijau rumah kita. Hal ini
jika dilakukan oleh seluruh penduduk bumi ini, akan sangat efektif
dalam mengatasi masalah kelangkaan hutan, seperti yang saat ini
kita hadapi. Keberadaan pohon-pohon tersebut akan sangat berguna
dalam mempertahankan kualitas air tanah, setidaknya di sekitar
tempat tinggal kita.
DAFTAR PUSTAKA
21
Gatot Irianto. 2004. Hilangnya Sumber Mata Air dan Dampaknya
terhadap Desertification. Penulis dari Puslitbangtanak, Bogor,
Tabloid Sinar Tani, 30 Juni 2004.
pusakaindonesia.or.id/news.php?extend.117.18
http://kimbijak.blogspot.com/2012/09/pencegahan-bencana-alam-
murka-alam.html
22