Jasa Hasil Hutan Bukan Kayu dan ... - Data...

18
Jasa Hasil Hutan Bukan Kayu dan Kebijakan……. Lis Nurrani dan S. Tabba 9 Jasa Hasil Hutan Bukan Kayu dan Kebijakan Pemanfaatannya Bagi Masyarakat di Sekitar Taman Nasional Aketajawe Lolobata 1 Lis Nurrani dan Supratman Tabba 2 ABSTRAK Taman Nasional Aketajawe Lolobata (TNAL) merupakan kawasan dengan potensi keragaman hayati yang tinggi baik jenis-jenis pohon komersial maupun fauna yang eksotik dan endemik serta keberadaan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jenis-jenis HHBK yang dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan dan kontribusinya terhadap pendapatan masyarakat. Kajian ini juga mengidentifikasi kebijakan-kebijakan dalam pemanfaatan HHBK. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu pengamatan lapangan, wawancara dan teknik kuesioner. Wawancara dilakukan terhadap tokoh kunci, antara lain Kepala Balai TNAL, Kepala SPTN, Kepala Desa, Tokoh masyarakat dan responden yang ditentukan secara purposive random sampling. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa HHBK yang berkontribusi secara signifikan terhadap pendapatan masyarakat yaitu penyadapan getah Agathis dammara dan budidaya Myristica fragrans. Jenis HHBK yang intensif dimanfaatkan oleh masyarakat antara lain sagu (Metroxylon sagoo), daun woka (Livistona rotundifolia), talas (Xanthosoma sp.), rotan (Calamus sp.), bambu (Bambusa spp.), pandan (Pandanus sp.) dan tumbuhan obat. Kebijakan terkait pemanfaatan HHBK antara lain TNAL mengizinkan masyarakat memanfaatkan getah A. dammara karena dianggap tidak merusak lingkungan, melaksanakan sosialisasi mengenai pemanfaatan HHBK secara lestari. Selain ini melaksanakan kursus pencegahan kebakaran dan membentuk masyarakat peduli api mengingat habitat A. dammara sangat rentan terhadap kebakaran serta usulan zona tradisional terhadap sebagian wilayah yang terdapat potensi dan pemanfaatan HHBK. 1 Makalah ini disampaikan dalam Seminar Rehabilitasi dan Restorasi Kawasan Hutan Menyongsong 50 Tahun Sulawesi Utara, diselenggarakan oleh Balai Penelitian Kehutanan Manado, Manado 9 Oktober 2014 2 Balai Penelitian Kehutanan Manado, Jl. Raya Adipura Kelurahan Kima Atas Kecamatan Mapanget Kota Manado; Telp (0431) 3666683 email : [email protected]

Transcript of Jasa Hasil Hutan Bukan Kayu dan ... - Data...

Page 1: Jasa Hasil Hutan Bukan Kayu dan ... - Data Penelitiandatabase.forda-mof.org/uploads/lis_prosiding.pdf · Jasa Hasil Hutan Bukan Kayu dan Kebijakan Pemanfaatannya ... Balai Penelitian

Jasa Hasil Hutan Bukan Kayu dan Kebijakan……. Lis Nurrani dan S. Tabba

9

Jasa Hasil Hutan Bukan Kayu dan Kebijakan Pemanfaatannya

Bagi Masyarakat di Sekitar Taman Nasional Aketajawe

Lolobata1

Lis Nurrani dan Supratman Tabba2

ABSTRAK

Taman Nasional Aketajawe Lolobata (TNAL) merupakan kawasan dengan

potensi keragaman hayati yang tinggi baik jenis-jenis pohon komersial maupun

fauna yang eksotik dan endemik serta keberadaan Hasil Hutan Bukan Kayu

(HHBK). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jenis-jenis HHBK yang

dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan dan kontribusinya terhadap

pendapatan masyarakat. Kajian ini juga mengidentifikasi kebijakan-kebijakan

dalam pemanfaatan HHBK. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu

pengamatan lapangan, wawancara dan teknik kuesioner. Wawancara dilakukan

terhadap tokoh kunci, antara lain Kepala Balai TNAL, Kepala SPTN, Kepala Desa,

Tokoh masyarakat dan responden yang ditentukan secara purposive random

sampling. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa HHBK yang berkontribusi secara

signifikan terhadap pendapatan masyarakat yaitu penyadapan getah Agathis

dammara dan budidaya Myristica fragrans. Jenis HHBK yang intensif

dimanfaatkan oleh masyarakat antara lain sagu (Metroxylon sagoo), daun woka

(Livistona rotundifolia), talas (Xanthosoma sp.), rotan (Calamus sp.), bambu

(Bambusa spp.), pandan (Pandanus sp.) dan tumbuhan obat. Kebijakan terkait

pemanfaatan HHBK antara lain TNAL mengizinkan masyarakat memanfaatkan

getah A. dammara karena dianggap tidak merusak lingkungan, melaksanakan

sosialisasi mengenai pemanfaatan HHBK secara lestari. Selain ini melaksanakan

kursus pencegahan kebakaran dan membentuk masyarakat peduli api

mengingat habitat A. dammara sangat rentan terhadap kebakaran serta usulan

zona tradisional terhadap sebagian wilayah yang terdapat potensi dan

pemanfaatan HHBK.

1 Makalah ini disampaikan dalam Seminar Rehabilitasi dan Restorasi Kawasan Hutan

Menyongsong 50 Tahun Sulawesi Utara, diselenggarakan oleh Balai Penelitian Kehutanan Manado, Manado 9 Oktober 2014

2 Balai Penelitian Kehutanan Manado, Jl. Raya Adipura Kelurahan Kima Atas Kecamatan

Mapanget Kota Manado; Telp (0431) 3666683 email : [email protected]

Page 2: Jasa Hasil Hutan Bukan Kayu dan ... - Data Penelitiandatabase.forda-mof.org/uploads/lis_prosiding.pdf · Jasa Hasil Hutan Bukan Kayu dan Kebijakan Pemanfaatannya ... Balai Penelitian

10 | Seminar Hasil-Hasil Penelitian Tahun 2014

Kata kunci: HHBK, kebijakan, Taman Nasional Aketajawe Lolobata

I. PENDAHULUAN

Kekayaan sumber daya alam hayati Taman Nasional Aketajawe

Lolobata (TNAL) tidak hanya terbatas pada potensi jenis-jenis pohon

kemersial dan keragaman faunanya saja. Kawasan ini juga menawarkan

wisata budaya dan pengetahuan tradisional, dimana TNAL merupakan

tempat bagi komunitas tradisional Suku Togutil dalam menjalani kehidupan.

Suku Togutil adalah komunitas masyarakat berkarakteristik unik namun

memiliki eksotisme budaya dan kearifan lokal dalam mempertahankan

kelestarian TNAL (Nurrani dan Tabba, 2011). Selain itu pada kawasan ini

juga terdapat potensi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang sangat beragam

jenisnya. Umumnya sebagian besar masyarakat yang bermukim di sekitar

TNAL memanfaatkan beragam jenis HHBK untuk berbagai keperluan.

Ketergantungan masyarakat terhadap kawasan TNAL masih sangat

tinggi khususnya pada pemanfaatan hasil hutan kayu, perburuan satwa liar

dan pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (Nurrani dan Tabba, 2013).

Keberadaan TNAL sangat penting bagi kelangsungan hidup masyarakat yang

ada disekitarnya, sebab kawasan ini menjadi peyangga kehidupan. Sebagian

besar masyarakat sangat mengantungkan hidupnya pada kekayaan hayati

TNAL berupa HHBK, umumnya sumber daya tersebut dikonsumsi sendiri

namun pada jenis-jenis tertentu ada yang dijual.

Potensi besar yang terkandung pada kawasan dan belum teridentifikasi

dengan baik menyebabkan pengelolaan HHBK cenderung masih terabaikan,

disisi lain karena banyaknya jenis sehingga sulit menentukan prioritas

pengelolaan. Hal ini penting dilakukan untuk kelestarian kawasan konservasi

mengingat pengalihan energi manusia dari pola merusak hutan ke

pengelolaan HHBK akan mereduksi tekanan dan hambatan pada pemulihan

hutan (Prayitno, 2009). Penelitian ini dilakukan pada kawasan TNAL dengan

tujuan untuk mengetahui jenis-jenis HHBK yang banyak dimanfaatkan untuk

pemenuhan kebutuhan masyarakat dan kontribusinya terhadap pendapatan.

Selain itu kajian ini untuk mengidentifikasi kebijakan-kebijakan dalam

pemanfaatan HHBK.

II. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada TNAL yang keselurahan arealnya

merupakan wilayah kawasan Hutan Aketajawe di Provinsi Maluku Utara.

Page 3: Jasa Hasil Hutan Bukan Kayu dan ... - Data Penelitiandatabase.forda-mof.org/uploads/lis_prosiding.pdf · Jasa Hasil Hutan Bukan Kayu dan Kebijakan Pemanfaatannya ... Balai Penelitian

Jasa Hasil Hutan Bukan Kayu dan Kebijakan……. Lis Nurrani dan S. Tabba

11

Pengamatan dan pengambilan data dilakukan pada Hutan Akejawi di Desa

Akejawi Kecamatan Wasile Selatan Kabupaten Halmahera Timur yang

merupakan wilayah Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah III

Subaim. Dua Sampel lainnya yaitu Hutan Bukit Durian di Desa Gosale

Kecamatan Oba Utara dan Hutan Tayawi di Dusun Tayawi Desa Koli

Kecamatan Oba Kota Tidore Kepulauan yang merupakan wilayah Seksi

Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah I Weda. Penelitian ini dimulai

dengan kegiatan survei pada bulan April serta pelaksanaan pada Bulan Juni

dan Oktober 2013.

Gambar 1. Lokasi penelitian

B. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta kawasan TNAL,

peta indikatif usulan zonasi. Alat yang digunakan antara lain, GPS, tally

sheet, kamera, plaging tab, kuesioner, papan data, baterai A2, baterai A3,

spidol permanen, dan alat tulis menulis.

C. Rancangan Penelitian

Jenis-jenis data yang diperlukan pada penelitian ini adalah data primer

dan data sekunder. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu

kombinasi teknik observasi (pengamatan lapangan), wawancara secara

mendalam (indepth interview), dan teknik kuesioner. Wawancara dilakukan

terhadap beberapa tokoh kunci, antara lain Kepala Balai TNAL, Kepala SPTN,

Page 4: Jasa Hasil Hutan Bukan Kayu dan ... - Data Penelitiandatabase.forda-mof.org/uploads/lis_prosiding.pdf · Jasa Hasil Hutan Bukan Kayu dan Kebijakan Pemanfaatannya ... Balai Penelitian

12 | Seminar Hasil-Hasil Penelitian Tahun 2014

Kepala Desa, Tokoh masyarakat dan responden yang ditentukan secara

purposive random sampling. Data primer yang diperlukan antara lain Potensi

HHBK yang terdiri dari jenis dan manfaat. Serta mengidentifikasi kebijakan

terkait HHBK dari institusi pemangku kawasan maupun pemerintah desa.

Studi literatur digunakan untuk mendapatkan data sekunder yang

mendukung data primer dari sumber-sumber yang akurat dan terpercaya.

Dokumentasi data dilakukan dengan tally sheet untuk mengarahkan proses

kerja di lapangan serta memudahkan pengendalian data.

D. Analisis Data

Analisis yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dimana data potensi

dan nilai jual ditabulasi serta interaksi masyarakat dianalisis secara

deskriptif.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pemanfaatan HHBK Oleh Masyarakat

1. Pengolahan Sagu

Sagu (Metroxylon sagoo) merupakan potensi HHBK yang menjadi

primadona masyarakat Maluku sejak dahulu kala. Olahan makanan yang

umum dikonsumsi oleh masyarakat dari bahan dasar sagu antara lain

popeda, roti sagu (sagu lempeng) dan berbagai jenis penganan tradisional

Maluku Utara. Sagu menjadi bahan makanan pokok masyarakat Maluku

Utara terutama bagi mereka yang bermukim di wilayah pedesaan. Menurut

masyarakat bahwa meski mengkonsumsi banyak nasi namun hal tersebut

tidak akan mengeyangkan seperti halnya ketika mengkonsumsi makanan

dari olahan sagu. Jika tidak mengkonsumsi sagu masyarakat merasa tidak

memiliki energi cukup untuk beraktivitas dan terasa lebih cepat lelah serta

lemas ketika sedang bekerja. Dengan kata lain energi yang dihasilkan dari

mengkonsumsi sagu lebih tinggi dibandingkan dengan bahan karbohidrat

lainnya.

Selain dikonsumsi sendiri sagu dan produk olahannya juga dijual oleh

masyarakat, 1 kg sagu tumang dijual dengan harga Rp. 24.000 dan untuk 5

buah sagu lempeng dijual seharga Rp. 7.500 – Rp. 10.000. Sagu umum

ditemukan pada wilayah Maluku Utara khususnya pada Pulau Halmahera,

sagu merupakan jenis penghuni habitat hutan rawa. Pada kawasan TNAL

jenis ini biasanya ditemukan di sepanjang aliran sungai atau wilayah yang

memiliki kandungan air berlebih. Sagu merupakan salah satu jenis HHBK

yang intensif dipanen pada wilayah Tayawi, sebab sagu adalah makanan

pokok bagi Suku Togutil dan masyarakat asli Pulau Halmahera lainnya.

Page 5: Jasa Hasil Hutan Bukan Kayu dan ... - Data Penelitiandatabase.forda-mof.org/uploads/lis_prosiding.pdf · Jasa Hasil Hutan Bukan Kayu dan Kebijakan Pemanfaatannya ... Balai Penelitian

Jasa Hasil Hutan Bukan Kayu dan Kebijakan……. Lis Nurrani dan S. Tabba

13

Umumnya jenis ini tumbuh berumpun dengan stratum yang jelas dari

anakan hingga tingkat yang lebih besar dan telah siap panen. Sagu

termasuk jenis famili palem yang mudah untuk dibudidayakan dan

dikembangbiakkan. Menurut Miftahorrachman et al. (1996) terdapat

sedikitnya lima jenis sagu yang diketahui tumbuh di Kepulauan Maluku yaitu

tuni, ihur, makanora, duri rotan dan molat.

Gambar 2. Sagu dan makanan tradisional olahannya

Sagu merupakan sumber karbohidrat dan bahan makanan tradisional

suku asli Pulau Halmahera. Tanaman khas asal Maluku ini potensial untuk

dikembangkan bukan hanya sebagai komoditi nasional tapi juga

internasional. Menurut Rostiwati et al. (2008) sebaran terluas hutan alam

sagu di Indonesia berada di Provinsi Papua dan Maluku, yang merupakan

pusat keragaman tertinggi di dunia. Selain sebagai bahan pangan

tradisional, sagu juga berpotensi sebagai bahan baku energi biomassa,

dimana teknologi pengolahan bioethanol sagu telah banyak dan berhasil

dikembangkan oleh berbagai pihak.

2. Pemanfaatan Daun Woka

Woka adalah sebutan lokal masyarakat Maluku Utara untuk jenis Palem

Serdang (Livistona rotundifolia Mart). Woka merupakan salah satu jenis

palem dari famili Arecaceae dan masuk ke dalam ordo Arecales. Beberapa

sinonim nama daerah Woka antara lain dalam bahasa Jawa dikenal dengan

sebutan Serdang dan pada komunitas masyarakat Ambon disebut Salbu.

Secara morfologi woka dewasa nampak kokoh dengan batang lurus dan

besar, berwarna coklat, serta memiliki pelepah yang jatuh seperti pada

pelepah kelapa. Tinggi total bisa mencapai hingga 25-30 m, bentuk daun

membulat dengan pelepah daun bagian tepi berduri kasar dan berada pada

sisi-sisi pelepah tangkai daun. Woka umum ditemukan pada Kawasan TNAL,

Page 6: Jasa Hasil Hutan Bukan Kayu dan ... - Data Penelitiandatabase.forda-mof.org/uploads/lis_prosiding.pdf · Jasa Hasil Hutan Bukan Kayu dan Kebijakan Pemanfaatannya ... Balai Penelitian

14 | Seminar Hasil-Hasil Penelitian Tahun 2014

jenis ini hidup diberbagai habitat dan tipe ekosistem dari hutan dataran

tinggi hingga hutan dataran rendah.

Daun woka adalah HHBK yang sangat intensif dimanfaatkan dan lazim

digunakan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat di Maluku Utara. Daun

ini banyak dipergunakan untuk membungkus makanan, bahan dasar atap

rumah ataupun untuk keperluan lainnya. Untuk membungkus makanan

biasanya menggunakan daun muda karena pada kondisi tersebut daun

masih sangat elastis dan anti lengket. Selain itu, daun woka juga dapat

dibuat sebagai media tempat makan atau piring tradisional yang

dipergunakan oleh petani pada saat berkebun ataupun pada saat masuk

hutan.

Berdasarkan informasi dari Masyarakat Akejawi bahwa daun woka

dipergunakan sebagai media tempat makan ketika pelaksanaan ritual adat

budaya masyarakat di Maluku Utara. Selain itu daun woka yang telah

dibentuk seperti mangkuk tersebut juga digunakan sebagai wadah untuk

menyajikan berbagai hidangan makanan saat prosesi ritual adat

berlangsung. Kondisi yang sama juga dapat dilihat ketika pelaksanaan

hajatan besar seperti syukuran dan pesta resepsi pernikahan. Sedangkan

pada masyarakat Desa Gosale daun woka biasanya dipergunakan sebagai

media untuk mengangkut potongan daging satwa hasil buruan dari dalam

hutan.

Gambar 3. Morfologi woka dan pemanfaatannya

Bagi Suku Togutil Tayawi daun woka memiliki peran vital dalam

kehidupan sehari-hari, daun ini diperuntukkan sebagai atap rumah

tradisional. Daun ini juga digunakan sebagai bahan dasar dinding, media

untuk memasak, media makan, media minum dan sebagai media untuk

mengangkut hasil buruan. Selain itu daun ini juga dapat digunakan sebagai

payung tradisional untuk berlindung dari hujan ketika berada didalam hutan.

Page 7: Jasa Hasil Hutan Bukan Kayu dan ... - Data Penelitiandatabase.forda-mof.org/uploads/lis_prosiding.pdf · Jasa Hasil Hutan Bukan Kayu dan Kebijakan Pemanfaatannya ... Balai Penelitian

Jasa Hasil Hutan Bukan Kayu dan Kebijakan……. Lis Nurrani dan S. Tabba

15

Daun Woka merupakan HHBK multiguna yang umum digunakan oleh

masyarakat Sulawesi Utara sebagai pembungkus makanan khususnya

jajanan nasi kuning dan kue dodol (Tabba dan Nurrani, 2012).

3. Talas

Talas termasuk kategori tumbuhan bawah yang umum ditemukan pada

Desa-desa di sekitar zona peyangga TNAL. Tumbuhan ini bahkan dapat

ditemukan tumbuh di sekitar pemukiman Masyarakat Akejawi dan

Masyarakat Suku Togutil Tayawi. Terdapat dua jenis talas yang umum

ditemukan pada wilayah TNAL yaitu Colocasia esculenta dan Xanthosoma

sp. Talas digunakan sebagai bahan makanan tradisional pengganti

karbohidrat seperti halnya sagu oleh masyarakat Pulau Halmahera. Biasa

talas direbus dan disajikan sebagai makanan saat sarapan dan cemilan di

sore hari, sedangkan bagi masyarakat Suku Togutil talas termasuk salah

satu makanan pokok. Olahan lain dari talas yang menjadi kegemaran serta

kebiasaan masyarakat yaitu dibuat kolak dan kripik.

Batang Talas Colocasia esculenta dimanfaatkan oleh masyarakat Suku

Duri di Kabupaten Enrekang Sulawesi Selatan sebagai sayur, namun

pengolahannya memiliki teknik khusus sebab jika salah mengolah maka

sayur tersebut akan terasa gatal. Colocasia esculenta memiliki potensi besar

untuk digunakan sebagai bahan pangan alternatif, seperti di Wamena Papua

digunakan sebagai bahan baku dalam pengolahan mie (Yulifianti dan

Ginting, 2013).

4. Tumbuhan Obat Tradisional

Berdasarkan hasil penelitian teridentifikasi sebanyak 81 jenis tumbuhan

hutan berkhasiat obat yang digunakan oleh masyarakat dalam pengobatan

tradisional. Sebanyak 15 jenis ditemukan pada Desa Gosale, 20 jenis pada

Desa Akejawi dan 46 jenis pada Dusun Tayawi (Nurrani et al., 2013).

Umumnya tumbuhan tersebut digunakan untuk pengobatan alergi dan luka

ringan (29 jenis); penyakit dalam dan peningkatan stamina tubuh (47 jenis);

penyakit kronis (12 jenis); serta penyakit akibat kekuatan mistik (3 jenis).

5. Buah-Buahan dan Sayuran

Kawasan TNAL juga menjadi sumber penghasil buah-buahan dan

sayuran bagi masyarakat. Sebagai tumbuhan penghasil protein nabati,

sayuran digunakan untuk konsumsi kebutuhan hidup sehari-hari. Namun

tidak jarang beberapa jenis sayuran seperti rebung bambu (Bambusa sp.),

Page 8: Jasa Hasil Hutan Bukan Kayu dan ... - Data Penelitiandatabase.forda-mof.org/uploads/lis_prosiding.pdf · Jasa Hasil Hutan Bukan Kayu dan Kebijakan Pemanfaatannya ... Balai Penelitian

16 | Seminar Hasil-Hasil Penelitian Tahun 2014

kangkung (Ipomoea reptans), daun kasbi (Mannihot utilisima), daun batatas

(Ipomoea batatas) dan daun paku (Pterophyta sp.) diperjualbelikan oleh

masyarakat. Beberapa pasar tempat memperjualbelikan sayuran tersebut

yaitu pasar tradisional binagara di sekitar pemukiman Desa Akejawi dan

pasar woda di sekitar pemukiman Masyarakat Tayawi.

Tumbuhan paku merupakan herba yang banyak tumbuh dalam

kawasan hutan dan sangat sering dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai

menu sayuran. Saat ini kebutuhan akan sayuran dari tumbuhan paku hanya

dapat diperoleh dari habitat alaminya di hutan. Tingginya minat masyarakat

terhadap sayuran tumbuhan paku sangat memungkinkan untuk segera

mengkaji mengenai prilaku jenis ini di alam,. Sehingga nantinya tumbuhan

paku dapat didomestikasi dan dikembangkan melalui teknik budidaya pada

lahan-lahan masyarakat agar dalam pemanfaatannya tidak perlu lagi

mengambil dari hutan (Oka dan Suhartono, 2014).

Masyarakat juga seringkali memanfaatkan buah-buahan seperti langsat

(Lansium domesticum), rambutan (Nephelum lappaceum) dan matoa

(Pometia pinnata) yang tumbuh pada daerah peyangga dan Kawasan

Tayawi. Selain untuk dikonsumsi sendiri dalam skala rumah tangga,

umumnya buah-buahan juga diperdagangkan pada pasar tradisional.

Gambar 4. Tumbuhan paku dan menu olahannya

6. Jenis HHBK Potensial Lainnya

Beberapa jenis HHBK yang sering kali dimanfaatkan oleh masyarakat

yaitu rotan (Calamus sp.), bambu (Bambusa spp.) dan pandan (Pandanus

sp.). Rotan banyak dicari oleh masyarakat di tiga lokasi penelitian untuk

digunakan sebagai tali pengikat rumah dan perabot rumah tangga lainnya.

Selain digunakan sebagai tali masyarakat juga biasa memanfaatkan batang

rotan sebagai alat pemikul, karena jenis ini termasuk kategori keras namun

cukup lentur serta dibuat keranjang pengangkut (bika). Bambu

Page 9: Jasa Hasil Hutan Bukan Kayu dan ... - Data Penelitiandatabase.forda-mof.org/uploads/lis_prosiding.pdf · Jasa Hasil Hutan Bukan Kayu dan Kebijakan Pemanfaatannya ... Balai Penelitian

Jasa Hasil Hutan Bukan Kayu dan Kebijakan……. Lis Nurrani dan S. Tabba

17

dimanfaatkan untuk membuat kerajinan alat rumah tangga seperti penapis

beras (susiru), ayakan untuk proses pembuatan sagu dan alat pengikat atap

rumbia. Sedangkan daun pandan umumnya dimanfaatkan sebagai bahan

baku kerajinan, peyadan dan pembungkus makanan serta dianyam untuk

keperluan atap rumah.

B. Nilai Ekonomi HHBK Bagi Masyarakat

1. Penyadapan Getah Kopal

TNAL merupakan wilayah di Provinsi Maluku Utara yang menjadi habitat

alamiah dan penyebaran Agathis dammara (Lambert) L.Rich, potensi

tersebut berada pada wilayah Hutan Bukit Durian dan Hutan Tayawi.

Menurut Nurrani et al. (2014) Potensi A. dammara pada hutan bukit durian

sangat besar dengan kerapatan pohon berdiameter ≥ 20 cm dbh mencapai

± 86 pohon/ha di Hutan Bukit Durian, sedangkan kerapatan pohon di Hutan

Tayawi mencapai ± 37 pohon/ha. Hasil perhitungan INP pohon A. dammara

di Hutan Bukit Durian sebesar 56,47 %, kondisi ini didukung dengan

dominasi jenis sebesar 33,96 %, Frekuensi relatif 9,52 % dan Kerapatan

relatif 12,99 %. Sedangkan untuk hutan tayawi Dominasi A. dammara

sebesar 24,28 %, frekuensi relatif 12,50 %, kerapatan relatif 12,23 % dan

nilai INP sebesar 49,01 %.

Tingginya potensi A. dammara dimanfaatkan oleh dua komunitas

masyarakat berbeda sebagai sumber mata pencaharian yaitu Masyarakat

Desa Gosale di wilayah Hutan Bukit Durian dan masyarakat tradisional Suku

Togutil di wilayah Hutan Tayawi. Penyadapan dan pemanfaatan getah kopal

telah dilakukan dari sejak dahulu kala bahkan teknologi yang saat ini

masyarakat lakukan merupakan warisan dari para leluhur mereka. Kopal

merupakan sebutan untuk produk akhir dari getah yang disadap dari batang

tegakan A. dammara. Atas dasar itulah sebagian Masyarakat Gosale

mengklaim bahwa A. dammara yang berada di Hutan Bukit Durian

merupakan tempat leluhur mereka mencari nafkah dan saat ini secara

otomatis menjadi warisan terun temurun terhadap mereka.

Penyadapan getah damar memberikan kontribusi yang cukup signifikan

terhadap peningkatan pendapatan masyarakat. Dari penjualan getah damar,

masyarakat Gosale memperoleh keuntungan antara Rp.18.900.000-

Rp.37.800.000 per tahun. Artinya bahwa keuntungan tersebut memberikan

kontribusi sebesar 57,80 % - 86,22 % terhadap pendapatan total

masyarakat. Sedangkan pada masyarakat Suku Togutil hasil penjualan getah

Page 10: Jasa Hasil Hutan Bukan Kayu dan ... - Data Penelitiandatabase.forda-mof.org/uploads/lis_prosiding.pdf · Jasa Hasil Hutan Bukan Kayu dan Kebijakan Pemanfaatannya ... Balai Penelitian

18 | Seminar Hasil-Hasil Penelitian Tahun 2014

damar berkontribusi sebesar 11,77 % - 30,17 % dari pendapatan total

masyarakat. Artinya bahwa masyarakat memperoleh keuntungan rata-rata

Rp. 7.200.000-Rp. 43.200.000 pertahun dari hasil penjualan getah kopal

(Tabba dan Nurrani, 2014).

Gambar 5. Getah kopal hasil sadapan

2. Budidaya Pala (Myristica fragrans)

Pala adalah salah satu komoditi pertanian unggulan yang

dibudidayakan oleh masyarakat pada lahan-lahan perkebunan di wilayah

Desa Gosale. Jenis ini menjadi primadona dan sumber pendapatan

penopang kebutuhan ekonomi masyarakat Gosale karena penguasaan

terhadap teknologi pembudidayaannya. Pala adalah tumbuhan asli

Kepulauan Maluku (Pulau Banda) yang tumbuh dengan baik di daerah tropis

pada ketinggian di bawah 700 m dpl, beriklim lembab dan panas, curah

hujan 2.000-3.500 mm tanpa mengalami periode musim kering secara nyata

(Nurdjannah, 2007). Pala termasuk salah satu jenis potensial yang

dikembangkan oleh sekitar 88,89 % masyarakat Desa Woda dengan sistem

penggunaan lahan kebun campuran (Nurrani et al., 2012). Dimana wilayah

tersebut merupakan daerah peyangga kawasan TNAL dan masyarakatnya

adalah suku asli Pulau Halmahera.

Gambar 6. Buah dan fuli pala

Page 11: Jasa Hasil Hutan Bukan Kayu dan ... - Data Penelitiandatabase.forda-mof.org/uploads/lis_prosiding.pdf · Jasa Hasil Hutan Bukan Kayu dan Kebijakan Pemanfaatannya ... Balai Penelitian

Jasa Hasil Hutan Bukan Kayu dan Kebijakan……. Lis Nurrani dan S. Tabba

19

Saat ini harga pala berdasarkan satuan harga pasar di Kota Ternate

mencapai harga Rp 140.000/kg untuk buah pala kering sedangkan fulinya

mencapai kisaran harga Rp. 170.000-180.000/kg. Lahan masyarakat dengan

luas 1 ha mampu menghasilkan buah pala sebanyak 150-200 kg dengan

rata-rata umur pala antara 30-35 tahun. Sedangkan dalam 100 kg buah pala

kering akan menghasilkan 25-30 kg fuli, dengan demikian pemanfaatan

HHBK pala memberikan kontribusi signifikan bagi pendapatan masyarakat.

Tabel 1. Harga Jual Pala

No Produk Pala Berat (kg) Harga Pasar (Rp)

1 Buah Mentah 1 30.000

2 Buah Kering 1 140.000

3 Fuli 1 170.000-180.000

Sumber : Analisis Data Primer 2014

C. Potensi dan Prospek Pengembangan Gaharu

Gaharu merupakan HHBK yang telah dikenal secara luas dikalangan

masyarakat Indonesia bahkan komoditi ini menjadi salah satu produk

berkelas dunia. Potensi tegakan penghasil Gaharu pada TNAL banyak

ditemukan pada wilayah Hutan Akejawi, adapun jenis yang teridentifikasi

yaitu Aquilaria filarial Oken. Menurut Sumarna (2002) terdapat sekitar 16

jenis pohon yang dapat menghasilkan gaharu di Indonesia, enam jenis

tumbuh di wilayah Maluku dan tiga jenis diantaranya yang berkualitas baik

yaitu Aquilaria malaccensis, Aquilaria filarial dan Aetoxylon sympethallum

Berdasarkan analisis potensi diketahui bahwa pada tingkatan pohon,

tegakan penghasil gaharu telah langka bahkan sudah sulit ditemukan.

Namun potensi tersebut sangat dominan pada tingkatan tiang, pancang, dan

semai. Meski pada tingkatan tiang telah dapat memproduksi gaharu, namun

menurut masyarakat hasil produksinya tidak maksimal. Secara umum

karakteristik pemanfaatan komoditas HHBK oleh masyarakat di Desa Akejawi

dapat dilihat pada Tabel 2.

Ketika gaharu masih intensif dipanen biasanya masyarakat masuk

hutan satu bulan sekali untuk mencari gaharu kemudian memasarkannya

pada pengepul di Kota Ternate. Berdasarkan informasi masyarakat hingga

kini masih ada kelompok masyarakat tertentu yang masuk hutan untuk

mencari gaharu. Kelompok tersebut berasal dari luar Desa Akejawi dan akan

masuk hutan apabila ada pesanan khusus, sehingga intensitas masyarakat

pemanen gaharu tersebut sangat sulit untuk ditemukan. Lokasi pencaharian

Page 12: Jasa Hasil Hutan Bukan Kayu dan ... - Data Penelitiandatabase.forda-mof.org/uploads/lis_prosiding.pdf · Jasa Hasil Hutan Bukan Kayu dan Kebijakan Pemanfaatannya ... Balai Penelitian

20 | Seminar Hasil-Hasil Penelitian Tahun 2014

gaharu pun sangat jauh kedalam kawasan, karena untuk memperoleh hasil

sesuai target pesanan harus memasuki kawasan primer selama berhari-hari.

Tingginya potensi tegakan penghasil gaharu pada kawasan TNAL

sehingga sangat memungkinkan untuk dilakukan pengembangan jenis baik

dari sisi teknologi maupun budidaya. Pengembangan tersebut diperuntukkan

sebagai sarana untuk meningkatkan pendapatan masyarakat yang bermukim

disekitar kawasan nantinya. Selain itu mendorong masyarakat untuk

melakukan pembudidayaan gaharu pada lahan-lahan tidur dan areal tidak

produktif di wilayah-wilayah penyangga kawasan. Kegiatan ini diharapkan

akan menjadi media pengalihan bagi masyarakat agar tidak melakukan

aktivitas negatif ke dalam kawasan TNAL.

Peningkatan teknologi berkaitan dengan okulasi gaharu yang lebih

modern untuk memperoleh hasil produksi yang maksimal perlu

disosialisasikan. Hal ini sangat penting dilakukan mengingat metode

pemanenan akhir gaharu dengan cara ditebang. Sosialisasi tersebut

dipandang penting sebab jika potensi gaharu tersebut nantinya telah siap

panen maka masyarakat telah memperoleh cara-cara pemanenan yang lebih

konservatif. Melalui metode tersebut produksi gaharu diharapkan lebih

meningkat dengan hasil yang lebih maksimal, selain itu kuantitas dan

kualitas gaharu yang dihasilkan akan lebih banyak serta sortimen-sortimen

pemanenan yang akan terbuang dapat diminimalkan.

Bagi masyarakat Akejawi tumbuhan berkhasiat obat adalah sisi lain dari

manfaat yang dapat diperoleh dari keberadaan hutan. Masyarakat

melakukan pengambilan tumbuhan pada saat sakit saja dan sesuai dengan

kebutuhan hingga sembuh. Metode pengambilannya pun sangat selektif

yaitu dengan cara dipetik, dikikis dan dipotong sesuai bagian tumbuhan

yang berkhasiat sebagai obat.

Page 13: Jasa Hasil Hutan Bukan Kayu dan ... - Data Penelitiandatabase.forda-mof.org/uploads/lis_prosiding.pdf · Jasa Hasil Hutan Bukan Kayu dan Kebijakan Pemanfaatannya ... Balai Penelitian

Jasa Hasil Hutan Bukan Kayu dan Kebijakan……. Lis Nurrani dan S. Tabba

21

Tabel 2. Karakteristik pemanfaatan HHBK oleh Masyarakat Akejawi

No Lokasi Bagian

yang

diman-

faatkan

Lokasi

Pemanfaatan

Frekuensi

pengam-

bilan

Volume

produksi per

tahun

Harga

(Rp/kg)

Metode

pemanfaatan

(ekstraksi –

pengolahan)

Jenis

produk

akhir yang

dihasilkan

Biaya

ekstraksi,

budidaya,

pengolahan

Sistem

pema-

saran

Permasa-

lahan, isu

di sekitar

terkait

pelesta-

rian HHBK

1. Hutan

Akejawi

Gaharu Hutan sekitar

Akejawi

1 bulan

sekali

Pohon

gaharu

sudah sulit

ditemukan,

yang ada

tinggal

anakan

yang belum

menghasil-

kan

- Tebang dan

potong

Bagian

kayu yang

mengan-

dung

gaharu

- Penge-

pul dari

ternate

Potensi

pohon

gaharu

telah

langka

bahkan

sulit

ditemui

Tumbu-

han obat

Hutan sekitar

Akejawi

Jika

dibutuh-

kan

(sakit)

saja

Sesuai

kebutuhan

hingga

sembuh

- Petik, kikis

dan potong

Bagian

tumbuhan

yang

berkhasiat

sebagai

obat

- - -

Sumber : Analisis data primer tahun 2013

Page 14: Jasa Hasil Hutan Bukan Kayu dan ... - Data Penelitiandatabase.forda-mof.org/uploads/lis_prosiding.pdf · Jasa Hasil Hutan Bukan Kayu dan Kebijakan Pemanfaatannya ... Balai Penelitian

22 | Seminar Hasil-Hasil Penelitian Tahun 2014

D. Kebijakan Pemanfaatan Dan Pengelolaan HHBK

Kebijakan terkait pemanfaatan dan pengelolaan HHBK sangat penting

dilakukan mengingat tingginya intensitas masyarakat dalam

memanfaatkannya. Hal ini dipandang penting agar potensi tersebut dapat

dikelola secara berkelanjutan dan mencegah terjadinya eksploitasi secara

berlebihan serta membatasi ruang gerak bagi oknum-oknum yang tidak

bertanggung jawab dalam mengelola HHBK di alam. Dengan demikian

diharapkan tercapainya tujuan pengelolaan kawasan konservasi secara

lestari dan meningkatnya taraf hidup masyarakat yang bermukim

disekitarnya. Secara umum kebijakan terkait pengelolaan HHBK yang

teridentifikasi dilapangan berasal dari institusi pengelola TNAL dan

pemerintah Desa setempat.

1. Kebijakan Institusi TNAL

Terhadap pemanfaatan HHBK yang dilakukan oleh masyarakat, Balai

TNAL sebagai institusi yang diberi kewenangan terhadap pengelolaan

kawasan telah melakukan beberapa alternatif solusi agar masyarakat

mendapat manfaat tanpa melakukan pengrusakan kawasan. Pimpinan TNAL

mengeluarkan kebijakan untuk mengizinkan masyarakat memanfaatkan

getah damar karena diasumsikan bahwa kondisi tersebut tidak merusak

lingkungan kawasan (tidak menebang pohon). Selain itu Balai TNAL telah

menyusun zonasi kawasan dimana sebagian dari wilayah yang terdapat

potensi dan pemanfaatan HHBK diusulkan sebagai zona tradisional.

Dalam rangka meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai HHBK

Balai TNAL juga memfasilitasi masyarakat dengan melaksanakan sosialisasi

mengenai pemanfaatan HHBK secara lestari pada bulan September 2013.

Sedangkan untuk perlindungan kawasan dilaksanakan kursus pencegahan

kebakaran hutan dengan membentuk masyarakat peduli api pada bulan

Desember tahun 2013, mengingat habitat pohon damar sangat rentan

terhadap kebakaran. Merancang kesepakatan bersama atau Momerandum of

Understanding (MOU) antara Balai TNAL dengan Pemerintah Kota Tidore

Kepulauan dalam hal ini Dinas Kehutanan dan Kesultanan Tidore mengenai

pemanfaatan HHBK. Diharapkan pada tahun 2014 telah tercapai

kesepahaman mengenai permasalahan tersebut sehingga pengelolaan

kawasan secara lestari, arif dan bijaksana dapat terealisasikan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku secara baik.

Page 15: Jasa Hasil Hutan Bukan Kayu dan ... - Data Penelitiandatabase.forda-mof.org/uploads/lis_prosiding.pdf · Jasa Hasil Hutan Bukan Kayu dan Kebijakan Pemanfaatannya ... Balai Penelitian

Jasa Hasil Hutan Bukan Kayu dan Kebijakan……. Lis Nurrani dan S. Tabba

23

2. Kebijakan Pemerintah Desa

Pemerintah Desa sangat mendukung masyarakat untuk menyadap

getah damar, dukungan tersebut berupa ijin secara lisan. Beberapa asumsi

sebagai dasar dukungan pemerintah desa yaitu bahwa menyadap getah

damar dan teknologi penyadapannya merupakan warisan leluhur. Cara ini

juga dilakukan sebagai bagian dari program perangkat desa untuk

meningkatkan ekonomi masyarakatnya. Selain itu Pemerintah Desa tidak

membebani atau memungut kontribusi pada masyarakat petani damar.

3. Kelembagaan

Secara umum belum ada kelembagaan khusus yang menangani terkait

hasil-hasil produksi panen masyarakat seperti badan usaha pemerintah

(koperasi), badan usaha daerah ataupun badan usaha yang dibentuk atas

prakarsa Pemda pada tingkat kecamatan yang berpihak pada kepentingan

masyarakat. Pemasaran produk masih terpusat pada pengepul sehingga

masyarakat tidak memiliki nilai tawar terhadap produk yang dijualnya.

Dengan adanya badan usaha tersebut diharapkan masyarakat memiliki

alternatif lain untuk menjual produknya sehingga masyarakat turut andil

dalam menentukan harga. Badan usaha ini juga bertujuan sebagai media

untuk meningkatkan kualitas panen masyarakat dan sebagai alat kontrol

terhadap penentuan harga pasar.

E. Nilai Ekonomi dari Berburu

Selain mamanfaatkan HHBK masyarakat di lokasi penelitian khusunya

para petani damar juga sering berburu babi hutan (Sus scrofa) dan rusa

(Cervus timorensis) untuk dijual dan dikonsumsi sendiri. Daging rusa

biasanya diolah menjadi dendeng dan dijual dengan harga Rp. 20.000 – Rp.

25.000 per lembarnya (± 2 kg). Masyarakat juga seringkali

memperdagangkan Rusa yang masih hidup dengan harga jual berkisar

antara Rp. 500.000 - Rp. 1.200.000 per ekor. Sus Scrofa biasanya dijual

dalam kondisi hidup, harga babi remaja berkisar antara Rp. 200.000 - Rp.

500.000 sedangkan babi dewasa berkisar antara Rp. 750.000 - Rp

1.000.000.

Dalam sebulan terkadang masyarakat Desa Gosale dapat menangkap

sebanyak 3-5 ekor babi hutan, dari hasil buruan tersebut biasa sebanyak 2-3

ekor yang dijual dan selebihnya dikonsumsi sendiri. Biasanya masyarakat

mengkonsumsi daging babi tersebut ketika berada di dalam hutan saat

melakukan penyadapan getah damar dan selebihnya dibawah pulang

Page 16: Jasa Hasil Hutan Bukan Kayu dan ... - Data Penelitiandatabase.forda-mof.org/uploads/lis_prosiding.pdf · Jasa Hasil Hutan Bukan Kayu dan Kebijakan Pemanfaatannya ... Balai Penelitian

24 | Seminar Hasil-Hasil Penelitian Tahun 2014

kerumah. Sedangkan pada masyarakat Suku Togutil dapat menangkap

sebanyak rata-rata 10-16 ekor per bulan, dimana lima ekor dijual dan

selebihnya dikonsumsi sendiri. Untuk jenis rusa masyarakat biasanya hanya

dapat menangkap rata-rata satu ekor perbulannya, hal ini disebabkan

karena prilaku rusa yang sangat liar dan pergerakan yang sangat cepat

berbeda dengan babi yang cenderung lambat. Rusa ditangkap dengan cara

membuat perangkap tradisional yang oleh masyarakat setempat

menyebutnya dengan nama dodeso.

Ketika pengambilan data dilapangan teramati kawanan babi hutan

sebanyak ± 10 ekor yang terdiri dari empat ekor babi dewasa dan

selebihnya masih kecil. Selain Babi juga teramati dua ekor rusa yang terdiri

dari induk dan anak. Kedua jenis mamalia tersebut termasuk kategori satwa

yang sangat sensitif, hal ini terbukti ketika tim peneliti melakukan

perjumpaan saat berjalan menuju kawasan A. dammara. Ketika tersadar

teramati oleh tim peneliti maka kawanan babi dan rusa tersebut kemudian

berlari dengan cepat, bahkan hanya dengan hitungan detik kawanan

tersebut telah hilang dari pandangan mata. Cervus timorensis dan Sus

scrofa umum ditemukan dalam kawasan hutan di maluku Utara, kedua

mamalia ini merupakan jenis introduksi (Poulsen et al., 1999).

Gambar 7. Tengkorak babi hutan hasil buruan masyarakat Desa Gosale (kiri)

dan tengkorak babi hutan hasil buruan Masyarakat Dusun Tayawi

(kanan)

Phalanger ornatus atau yang oleh masyarakat Halmahera sebutan

dengan nama Kuso juga sering diburu untuk dikonsumsi. Telur Burung

Gosong (Megapodius freycinet) merupakan hasil ikutan satwa yang paling

banyak dicari oleh masyarakat karena memiliki harga jual yang cukup tinggi.

Selain itu telur ini banyak dikonsumsi pada tingkat rumah tangga untuk

Page 17: Jasa Hasil Hutan Bukan Kayu dan ... - Data Penelitiandatabase.forda-mof.org/uploads/lis_prosiding.pdf · Jasa Hasil Hutan Bukan Kayu dan Kebijakan Pemanfaatannya ... Balai Penelitian

Jasa Hasil Hutan Bukan Kayu dan Kebijakan……. Lis Nurrani dan S. Tabba

25

pemenuhan kebutuhan protein hewani karena ukuran telurnya yang lebih

besar.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kawasan TNAL mendukung potensi HHBK yang secara substansial

memiliki peranan penting bagi kehidupan masyakat yang bermukim

disekitarnya. Komoditi HHBK menjadi pilar utama dalam membangun

perekonomian masyarakat lokal dan menjadi salah satu media untuk

menjaga keutuhan dan kelestarian ekosistem kawasan. Sebab kelestarian

kawasan juga ditentukan dari tingkat kesejahteraan masyarakat sekitar yang

senantiasa bergantung dan memperoleh manfaat dari keberadaan kawasan.

Dukungan institusi TNAL terkait pemanfaatan HHBK oleh masyarakat

merupakan bentuk sinergi dalam pengelolaan kawasan secara arif dan

bijaksana namun tetap berada dalam tatanan hukum dan ketentuan yang

berlaku.

B. Saran

Meski telah mendapatkan metode kesepahaman pengelolaan kawasan

dengan masyarakat namun kegiataan pemanfaatan HHBK harus senantiasa

mendapatkan kontroling dan pengawasan secara periodik. Sebab perubahan

pola prilaku masyarakat yang sulit diprediksi mengingat adanya cukong dan

oknum yang senantiasa ingin memperoleh keuntungan besar dari hasil

hutan.

DAFTAR PUSTAKA

Miftahorrahman., H. Novarianto dan D. Allolerung. 1996. Identificatin of sago species and rehabilitation to increase productivity on sago (Metroxylon

sp.) in Irian Jaya. Proceedings of Sixth International Sago Symposium

Sago : The Future Source of food and feed. Pp 79-95. Pekanbaru

Nurdjannah, N. 2007. Teknologi Pengolahan Pala. Balai Besar Penelitian Dan

Pengembangan Pascapanen Pertanian. Badan Penelitian Dan

Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Karawang.

Nurrani, L. dan S. Tabba. 2011. Kearifan suku togutil dalam konservasi Taman

Nasional Aketajawe di wilayah Hutan Tayawi Provinsi Maluku Utara.

Prosiding Ekspose Hasil-Hasil Penelitian. Balai Penelitian Kehutanan Manado. Hal (227-244).

Nurrani, L. dan S. Tabba. 2013. Persepsi dan tingkat ketergantungan

masyarakat terhadap sumberdaya alam Taman Nasional Aketajawe

Page 18: Jasa Hasil Hutan Bukan Kayu dan ... - Data Penelitiandatabase.forda-mof.org/uploads/lis_prosiding.pdf · Jasa Hasil Hutan Bukan Kayu dan Kebijakan Pemanfaatannya ... Balai Penelitian

26 | Seminar Hasil-Hasil Penelitian Tahun 2014

Lolobata di Provinsi Maluku Utara. Jurnal Penelitian Sosial Ekonomi 30(1):227-244.

Nurrani, L., Halidah, S. Tabba dan S. N. Patandi. 2012. Karakteristik kualitatif

tipe penggunaan lahan di zona peyangga Taman Nasional Aketajawe Lolobata. Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea 1(2):227-244.

Nurrani, L., S. Tabba, S. Shabri, Y. Kafiar, H.S. Mokodompit dan R. Mamonto.

2013. Kajian Daya Dukung Hasil Hutan Bukan Kayu untuk Pengembangan Pemanfaatan Biodiversitas Secara Lestari di Taman

Nasional Aketajawe Lolobata. Balai Penelitian Kehutanan Manado.

Laporan Hasil Penelitian (Tidak Dipublikasikan). Manado.

Oka, N.P. dan Suhartono. 2014. Keanekaragaman jenis dan sebaran tumbuhan

paku (pteridophyta) di Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin.

Makalah Presentasi pada Pertemuan Ilmiah Komunitas Manajemen Hutan Indonesia. Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin.

Makassar.

Poulsen, Michael K., F.R. Lambert, dan Y. Cahyadin. 1999. Evaluasi Terhadap Usulan Taman Nasional Lalobata dan Aketajawe : dalam konteks

prioritas konservasi keanekaragaman hayati di Halmahera. Kerjasama Departemen Kehutanan dan Perkebunan, Bird Life International

Indonesian Programme dan Loro Parque Fundacion. Bogor.

Prayitno, T.A. 2009. Peningkatan Nilai Tambah Hasil Hutan Bukan Kayu Melalui Pendekatan Teknologi. Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas

Kehutanan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Rostiwati, T., Y. Lisnawati, S. Bustomi, B. Leksono, D. Wahyono, S. Pradjadinata, R. Bogidarmanti, D. Djaenudin, E. Sumadiwangsa, N. Haska. 2008. Sagu

(Metroxylon spp.) sebagai Sumber Energi Bioetanol Potensial. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kehutanan. Pusat Litbang Hutan

Tanaman. Bogor.

Sumarna, Yana. 2002. Budidaya Gaharu. PT. Niaga Swadaya. Jakarta.

Tabba, S. dan L. Nurrani. 2012. Jasa Hasil Hutan Non Kayu Daun Woka Bagi Masyarakat Sulawesi Utara. Majalah Silvika 71:227-244.

Tabba, S. dan L. Nurrani. 2014. Daya Dukung pemanfaatan getah Agathis dammara (lambert) L.rich terhadap masyarakat dan kelestarian Taman Nasional Aketajawe Lolobata. Makalah Presentasi pada Pertemuan

Ilmiah Komunitas Manajemen Hutan Indonesia. Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin. Makassar.

Yulifianti, R dan E. Ginting. 2013. Talas Wamena sebagai Bahan Baku Mie Basah.

Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang Dan Umbi. Disarikan dan Diedit oleh Eriyanto Yusnawan Ph.D. Malang.