JAS MERAH Perumahan Rakyat.manda.mei2015

33
JAS MERAH 1 : KEBERSAMAAN DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN RUMAH UNTUK RAKYAT (MBR) !! catatan singkat sebagai bahan kajian Manda Machyus, ST, M.Si A.Latar Belakang: Uraian Sejarah Singkat Penyelenggaraan Perumahan Rakyat 1. Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia (diterima dan diumumkan oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 10 Desember 1948 melalui Resolusi 217 A. Pasal 25 ayat (1) yang menyatakan bahwa: Setiap orang berhak atas tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya, termasuk hak atas pangan, pakaian, perumahan dan perawatan kesehatan serta pelayanan sosial yang diperlukan, dan berhak atas jaminan pada saat menganggur, menderita sakit, cacat, menjadi janda/duda, mencapai usia lanjut atau keadaan lainnya yang mengakibatkannya kekurangan nafkah, yang berada di luar kekuasaannya”. 1 Adopsi Pidato Presiden RI (Bung Karno) dalam Peringatan HUT RI Tahun 1966: JANGAN SEKALI-KALI MELUPAKAN SEJARAH!!

description

JAS Merah Perumahan Rakyat

Transcript of JAS MERAH Perumahan Rakyat.manda.mei2015

Page 1: JAS MERAH Perumahan Rakyat.manda.mei2015

JAS MERAH1: KEBERSAMAAN DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN RUMAH

UNTUK RAKYAT (MBR) !!

catatan singkat sebagai bahan kajian

Manda Machyus, ST, M.Si

A.Latar Belakang: Uraian Sejarah Singkat

Penyelenggaraan Perumahan Rakyat

1. Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia (diterima

dan diumumkan oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 10

Desember 1948 melalui Resolusi 217 A. Pasal 25 ayat (1)

yang menyatakan bahwa: ” Setiap orang berhak atas

tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan

kesejahteraan dirinya dan keluarganya, termasuk hak atas

pangan, pakaian, perumahan dan perawatan kesehatan

serta pelayanan sosial yang diperlukan, dan berhak atas

jaminan pada saat menganggur, menderita sakit, cacat,

menjadi janda/duda, mencapai usia lanjut atau keadaan

lainnya yang mengakibatkannya kekurangan nafkah, yang

berada di luar kekuasaannya”.

2. Kongres Perumahan Rakyat Pertama di Bandung pada

tanggal 25–30 bulan Agustus Tahun 1950 telah meminta

Negara (harus) ikut campur dalam masalah perumahan

1 Adopsi Pidato Presiden RI (Bung Karno) dalam Peringatan HUT RI Tahun 1966: JANGAN SEKALI-KALI MELUPAKAN SEJARAH!!

Page 2: JAS MERAH Perumahan Rakyat.manda.mei2015

rakyat secara sungguh-sungguh. Negara tidak lagi hanya

mengurus perumahan pegawai pemerintah dan tidak

hanya menyerahkan pada mekanisme pasar saja, tetapi

mengurus perumahan bagi rakyat secara keseluruhannya.

Pidato Wapres RI H. Moh.Hatta “Satu Rumah Sehat

Untuk Satu Keluarga”. Beliau telah mengamanatkan

kepada kita sebagai pewaris bangsa, untuk secara

bersama-sama menyelenggarakan pembangunan

perumahan yang layak bagi rakyat yang telah hidup

merdeka, beradab dan bermartabat (memiliki harga

diri). Kongres Perumahan Rakyat tahun 1950 telah

menghasilkan 3 keputusan sebagai berikut: 1) Setiap

provinsi mengusahakan berdirinya perusahaan

pembangunan perumahan rakyat; 2) dirumuskan

norma dan syarat minimum perumahan rakyat dan

segera ditetapkan dalam Undang-Undang; dan 3)

membentuk badan yang menangani pembangunan dan

pembiayaan perumahan. Sebagai tindak lanjut, di

tingkat pusat dibentuk Djawatan Perumahan Rakyat

sebagai bagian dari Departemen Pekerjaan Umum, di

tingkat provinsi didirikan Yayasan Kas Pembangunan

Perumahan Rakyat yang berfungsi sebagai lembaga

pembiayaan yang bersifat koperatif.

3. Sebagai tindak lanjut dari keputusan Kongres Perumahan

Rakyat Sehat di bulan Agustus 1950, maka pada 1 Januari

1951 dibentuk secara efektif Djawatan Perumahan

Page 3: JAS MERAH Perumahan Rakyat.manda.mei2015

Rakyat. Pernah diusulkan agar jawatan ini berada di

Kementerian Sosial tetapi karena pertimbangan fungsi

teknisnya maka jawatan ini berada di bawah Kementerian

Pekerjaan Umum dan Tenaga, yang diresmikan

berdasarkan KepPres No.65/1952.

4. Pada tahun 1962 terbit Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-Undang (PERPU) No. 6 Tahun 1962 tentang Pokok-

pokok Perumahan yang dikeluarkan pada tanggal 3

Agustus Tahun 1962. Perpu ini ditetapkan oleh Presiden

Soekarno atas dasar pertimbangan Menteri Pertama

(Djuanda) yang dalam konsideran menimbang disebutkan

bahwa untuk mencukupi kebutuhan pokok akan

perumahan perlu diadakan pembangunan perumahan

secara meluas, dan karena keadaan yang mendesak soal

tersebut perlu segera diatur dengan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-undang. Disebutkan

dalam Pasal 3 Perpu tersebut bahwa urusan perumahan

diatur oleh Menteri Sosial yang pada saat itu dijabat oleh

Ny. Rusiah Sardjono, SH pada Kabinet Kerja III, IV, hingga

Kabinet Dwikora I masa periode 1962 hingga 1966 pada

era demokrasi terpimpin Presiden Soekarno.

5. Baru kemudian pada periode tahun 1964, tepatnya pada

tanggal 20 Januari 1964 diterbitkan Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1964 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 6 Tahun

1962 tentang Pokok-Pokok Perumahan menjadi Undang-

Page 4: JAS MERAH Perumahan Rakyat.manda.mei2015

Undang dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat

Gotong Royong yang ditandatangani oleh Dr. J. Leimena

(atas nama Presiden Republik Indonesia). Dalam UU

tersebut (Pasal 3) disebutkan bahwa Pemerintah

memberikan bimbingan, berbagai fasilitas, bantuan

dan perangsang lainnya, baik dalam pembangunan

maupun pembiayaannya, tanpa meninggalkan

semangat gotong royong yang hidup di dalam masyarakat.

Dijelaskan lebih lanjut dalam penjelasan Pasal 3 bahwa

Pemberian bimbingan, fasilitas, bantuan-bantuan dan jasa-

jasa untuk memperoleh tanah, bahan-bahan bangunan

dengan mudah dan semurah-murahnya merupakan

dorongan dan perangsang yang dapat memperlancar

usaha-usaha pembangunan. Aktivitas Pemerintah di

bidang perumahan meliputi berbagai lapangan usaha yang

luas walaupun hasil-hasilnya masih sangat terbatas dan

belum dapat mengimbangi keperluan, maka oleh karena

itu perlu diusahakan pengerahan funds and forces yang

progressif yang ada di dalam masyarakat dan

menyalurkannya melalui dana-dana pembangunan baik

yang berbentuk bank-bank perumahan, kooperasi-

kooperasi ataupun usaha-usaha lainnya kedalam kegiatan

pembangunan perumahan. Untuk itu Pemerintah perlu

mengusahakan adanya iklim yang menarik/kondusif

bagi penanaman modal swasta nasional kedalam

pembangunan perumahan ini serta memberikan tambahan

Page 5: JAS MERAH Perumahan Rakyat.manda.mei2015

fasilitas, bimbingan dan bantuan lainnya disamping usaha

lain di bidang keuangan, perdagangan dan industri.

Kebijaksanaan umum Pemerintah dalam urusan

perumahan pada saat UU ini diterbitkan juga dijalankan

oleh Menteri Sosial.

6. Lokakarya Nasional Perumahan dan Permukiman I

(1972). Kebijaksanaan Perumahan dan Pembiayaan

Pembangunannya dihasilkan tiga keputusan Pokok yang

tidak jauh berbeda dengan Kongres terdahulu yaitu: 1)

sistem pembiayaan bidang perumahan, 2) sistem

kelembagaan bidang perumahan, dan 3) sistem

penunjang bidang perumahan. Lokakarya Nasional tahun

1972 tentang Kebijaksanaan Perumahan dan Pembiayaan

melahirkan Badan Usaha Milik Negara bidang

perumahan & permukiman yaitu PERUM PERUMNAS.

Berdiri sendiri pada tanggal 18 Juli 1974 dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 29 Tahun 1974. Ketika didirikan tahun

1974, Perumnas diarahkan untuk berperan: 1) Melayani

kebutuhan perumahan rakyat sebagai kebutuhan publik;

2) Mengembangkan aset publik untuk menunjang peran di

atas; 3) Menyelengarakan kegiatan-kegiatan produktif

dengan mengacu pada prinsip-prinsip ekonomi dan prinsip

menjamin keamanan dan pemanfaatan aset-aset negara;

4) Menerapkan kebijakan perumahan sesuai arahan

kebijakan dan program pemerintah.

Page 6: JAS MERAH Perumahan Rakyat.manda.mei2015

7. Sebelumnya persatuan Perusahaan Realestate

Indonesia (REI) didirikan pada hari Jumat bersejarah 11

Februari 1972 di Jakarta. REI lahir dalam kondisi serba

kekurangan. Saat itu, REI belum punya pengurus, dan baru

sepekan kemudain - 18 Februari 1972 - dibentuk Pengurus

Sementra yang dipimpin Ir. Ciputra dari PT. Pembangunan

Jaya. Bahu membahu dengan Drs. JP Darussalam (Yayasan

Perumahan Pulo Mas) sebagai Wakil Ketua, Eric FH

Samola, SH. (Otorita Pembangunan Proyek Senen) dan Ir.

Shafrin Manti (Badan Pelaksana Otorita Pluit) sebagai

Sekretaris dan Wakil Bendahara David Solaiman, SH. (PT.

Multi Land), ditambah para anggota: Abubakar Bahfen (Fa

Harco), Ir. Aditomo (Proyek Cempaka Putih), Soekardjo

Hardjosoewirjo, SH (Proyek Ancol), dan T. Sudjati (PT

Jakarta Housing). Pada 25 Februari 1972 pengurus REI

mengajukan permohonan pengukuhan kepada Gubernur

DKI Jakarta Letjen. TNI. Ali Sadikin. Surat permohonan No.

02/SK/REI/72 itu dikabulkan. Tanggal 18 Maret 1972

Gubernur Ali Sadikin mengeluarkan Surat Keputusan No.

638/A/K/BKD/72 yang isinya mengukuhkan pendirian REI

yang berkedudukan di Jakarta. Ali Sadikin juga berpesan,

agar pengurus REI harus mampu membimbing anggotanya

menjadi perusahaan yang bonafid. Ditegaskannya,

“Jangan menjadi anggota REI karena ingin

mendapatkan fasilitas, dan jangan pula menjadi

anggota REI untuk menjadi calo tanah atau

Page 7: JAS MERAH Perumahan Rakyat.manda.mei2015

manipulator tanah”. Ucapan Ciputra (dan juga Ali

Sadikin) yang disampaikan pada Munas REI I ini memang

diuji dalam perjalanan sejarah REI. Selama seperempat

abad, dari 1972 sampai 1997, sejak pertama kali dipimpin

Ir. Ciputra, kemudian secara berurutan diteruskan dalam

estafe kepemimpinan oleh Eric F.H. Samola, SH., Soekardjo

Hardjosoewirjo, SH, Ir. Siswono Yudohusodo, Drs. Ferry

Sonneville, Moh. S. Hidayat, Drs. Enggartiasto Lukita dan

Ir. A. Edwin Kawilarang

8. Penegasan status Bank Tabungan Negara sebagai

bank milik negara ditetapkan dengan UU No. 20 tahun

1968 tanggal 19 Desember 1968 yang sebelumnya (sejak

tahun 1964) Bank Tabungan Negara menjadi BNI unit V.

Jika tugas utama saat pendirian postspaarbank (1897)

sampai dengan Bank Tabungan Negara (1968) adalah

bergerak dalam lingkup penghimpunan dana masyarakat

melalui tabungan. Pada tanggal 29 Januari 1974,

pemerintah melalui Surat Menteri Keuangan No. B-

49/MK/IV/I/1974 memberikan tambahan tugas kepada

Bank BTN sebagai wadah pembiayaan proyek

pembangunan perumahan rakyat. Menindaklanjuti

tugas tersebut, sejak tahun 1976 Bank BTN menyalurkan

pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR), dan untuk

pertama kalinya penyaluran KPR terjadi pada tanggal 10

Desember 1976, karena itulah tanggal 10 Desember

diperingati sebagai hari KPR bagi BTN. Adapun jenis

Page 8: JAS MERAH Perumahan Rakyat.manda.mei2015

produknya yakni KPR subsidi. Dalam perjalanannya

peranan Bank BTN terhadap pembangunan perumahan

bertambah luas dengan diluncurkannya KPR Non Subsidi

dalam bentuk KPR Komersiil, KP Ruko, Kredit Swagriya,

Kredit Griya Multi dan Kredit Griya Sembada.

9. Pada 29 Maret 1978 ditunjuk Bapak Drs. Cosmas

Batubara sebagai Menteri Muda Urusan Perumahan

Rakyat (masa bakti 1978-1983) dalam Kabinet

Pembangunan III, yang kemudian dilanjutkan pada Kabinet

Pembangunan IV pada tanggal 19 Maret 1983 hingga 21

Maret 1988 yang berubah namanya menjadi Menteri

Negara Perumahan Rakyat. Pada periode ini, tepatnya

pada tanggal 31 Desember Tahun 1985 lahir Undang-

undang No. 16 tentang Rumah Susun. Selain itu pada

periode ini juga untuk pertama kalinya diperkenalkan

konsep pengembangan perumahan melalui pembangunan

Rumah Inti Tumbuh (RIT).

10. Estafet kepemimpinan lembaga Kementerian Perumahan

Rakyat pada Kabinet Pembangunan V dijabat oleh Bapak

Siswono Yudo Husodo dengan masa jabatan tahun 1988

hingga tahun 1993. Pada periode ini lahir Instruksi

Presiden No. 5 Tahun 1990 tentang Peremajaan

Permukiman Kumuh yang Berada Di Atas Tanah

Negara dengan pertimbangan untuk mempercepat

peningkatan mutu kehidupan masyarakat terutama MBR

Page 9: JAS MERAH Perumahan Rakyat.manda.mei2015

yang bertempat tinggal di kawasan permukiman kumuh.

Instruksi Presiden ini juga mendorong keikutsertaan

BUMN, BUMD, koperasi, yayasan dan perusahaan

swasta untuk melaksanakan peremajaan kawasan

permukiman kumuh (kemitraan/P3).

11. Pada tanggal 10 Maret 1992 lahir Undang-undang No. 4

tentang Perumahan dan Permukiman, yang juga

kemudian diikuti dengan Undang-undang No. 24 Tahun

1992 tentang Penataan Ruang. Keterkaitan antara

perumahan dan tata ruang muncul dalam dokumen

Kebijaksanaan dan Strategi Nasional Perumahan

1990 yang kemudian diperkenalkan konsep perumahan

dengan pendekatan lingkungan hunian berimbang (1:3:6)

sesuai dengan Surat Keputusan Bersama Menteri

Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum dan

Menteri Perumahan Rakyat No. 648-384 Tahun 1992,

No. 739/KPTS/1992 dan No. 09/KPTS/1992 tentang

Pedoman Pembangunan Perumahan dan Permukiman

dengan Lingkungan Hunian yang Berimbang.

12. Pada Lokakarya Nasional Perumahan dan Permukiman II

(1992), potensi-potensi masyarakat lebih banyak dibahas

dan salah satu rekomendasinya adalah dikembangkan

Pembangunan Perumahan Bertumpu Pada Kelompok

(P2BPK). Sebagai tindak lanjutnya dikembangkan Lembaga

Keswadayaan Masyarakat (LSM) bidang pembangunan

perumahan sebagai mitra pemerintah dalam pemenuhan

Page 10: JAS MERAH Perumahan Rakyat.manda.mei2015

kebutuhan rumah bagi masyarakat yang tidak

mempunyai akses kepada kredit perbankan. Pada

Tahun 1992, Kantor Menpera (Jl. Kebon Sirih) kerjasama

dengan UNDP mengembangkan P2BPK (Pembangunan

Perumahan Bertumpu Pada Kelompok) melalui proyek

INS/89/006 (Community Based Low-Cost Housing Project).

Dilakukan uji coba P2BPK di Jakarta (Cengkareng) dan

Bandung (Rancaekek). Dalam uji coba ini dikembangkan

pembangunan perumahan bertumpu pada kelompok

masyarakat dengan melakukan pergeseran orientasi dari

menyediakan (providing) kepada memampukan

(enabling). Melekat dengan P2BPK dikembangkan

mekaniseme pembiayaan Kredit Triguna (BTN) termasuk

didalamnya Kredit Pemilikan Kaveling Siap Bangun (KP-

KSB). Tindak lanjut keberhasilan uji coba P2BPK maka

Menpera mengeluarkan Kepmenpera No. 06/KPTS/1994

tentang Pedoman Umum P2BPK. Melalui Keputusan

Presiden Nomor 37 Tahun 1994 maka dibentuk Badan

Kebijaksanaan dan Pengendalian Pembangunan

Perumahan dan Permukiman Nasional (BKP4N) yang

tugasnya menyiapkan rumusan kebijaksanaan,

memecahkan berbagai permasalahan, dan melaksanakan

pengawasan dan pengendalian di bidang pembangunan

perumahan dan permukiman. Didaerah, BKP4N dibantu

oleh Badan Pengendalian Pembangunan Perumahan dan

Permukiman Daerah Tingkat II (BP4D).

Page 11: JAS MERAH Perumahan Rakyat.manda.mei2015

13. Pada era Kabinet Pembangunan VI, Menteri Perumahan

Rakyat dijabat oleh Bapak Ir. Akbar Tandjung masa bakti

1993-1998 dan pada akhir era orde baru tahun 1998 pada

Kabinet Pembangunan VII hanya 2 (dua) bulan sejak

dilantik 16 Maret 1998 hingga 21 Mei 1998 untuk menjadi

Menteri Perumahan Rakyat dan Permukiman. Dengan

keberhasilannya dalam program pembangunan 187.000

unit RS/RSH pada tahun 1997. Hal yang demikian menjadi

lebih tidak menguntungkan pada saat terjadi krisis

keuangan regional pada tahun 1997-1998 yang

berdampak terjadinya krisis multi dimensi di Indonesia.

Dengan adanya krisis tersebut kelembagaan yang sudah

berfungsi dengan baik pada tahun sebelumnya mengalami

kemunduran, seperti pada Perum Perumnas, anggota REI

menyusut dan likuiditas Bank Tabungan Negara (BTN) juga

menurun.

14. Pada Era Reformasi dalam Kabinet Reformasi

Pembangunan tahun 1998, Menteri Negara Perumahan

Rakyat dan Permukiman (Menperkim) dijabat oleh Bapak

Theo L. Sambuaga sejak 23 Mei 1998 hingga 26 Oktober

1999. Pada saat tersebut, Asosiasi Pengembang Rumah

Sederhana Seluruh Indonesia (APERSI) didirikan pada

tanggal 10 November 1998 di Jakarta atas dasar kesamaan

visi para pengembang yang bidang usahanya sejenis

dalam usaha pengembangan perumahan

sederhana/sangat sederhana, dan kemudian menjadikan

Page 12: JAS MERAH Perumahan Rakyat.manda.mei2015

organisasi sebagai sarana untuk penyaluran aspirasi dan

memperjuangkan kepentingan para pengembang

menengah dan kecil agar mendapat perhatian yang

proposional dari Pemerintah. Pada tahun 2004 APERSI

kemudian berubah menjadi Asosiasi Pengembang

Permukiman Seluruh Indonesia (APERSI).

15. Pada Kabinet Persatuan Nasional era Presiden Bapak

Abdurrahman Wahid (1999-2001) kelembagaan

perumahan digabung dalam kementerian pekerjaan umum

sehingga menjadi Menteri Permukiman dan

Pengembangan Wilayah yang dijabat oleh Ibu Erna

Witoelar, dimana penanganan perumahan dan

permukiman dilakukan oleh Direktorat Jenderal

Pengembangan Permukiman dan Direktorat Jenderal

Perkotaan dan Perdesaan. Kemudian pada Kabinet

Gotong Royong di pemerintahan Presiden RI kelima

Megawati Sukarnoputri (2001-2004) kelembagaan

perumahan masuk menjadi bagian dari Departemen

Permukiman dan Prasarana Wilayah yang dijabat

oleh Bapak Soenarno, dan Direktorat Jenderal

Pengembangan Permukiman dirubah menjadi

Direktorat Jenderal Perumahan dan Permukiman.

Kemudian pada tahun 2002 diadakan Semi Lokakarya

Nasional untuk melakukan penyesuaian atas kondisi yang

berkembang saat itu. Perubahan politik didalam negeri

yang menuju kepada demokratisasi dan HAM dengan

Page 13: JAS MERAH Perumahan Rakyat.manda.mei2015

memberikan otonomi daerah yang lebih besar pada

pemerintah daerah kabupaten/kota juga berpengaruh

kepada sistem kelembagaan di sektor perumahan dan

permukiman (pusat dan daerah). Tahun 2002

diperkenalkan Rumah Sederhana Sehat sebagai pengganti

Rumah Sangat Sederhana dan Rumah Sederhana (RS dan

RSS). Pada tahun ini juga Presiden Megawati Sukarnoputri

mencanangkan Gerakan Nasional Pengembangan Sejuta

Rumah (GNPSR) di Denpasar Bali dalam rangka peringatan

Hari Habitat Dunia. Selain itu diperkenalkan program

Gerakan Nasional Pengentasan Permukiman (Genta)

Kumuh 2015 oleh Wakil Presiden Bapak hamzah Haz di

Surabaya pada tahun 2001 sebagai tindak lanjut deklarasi

Milenium Development Goals dalam keputusan Sidang PBB

hasil kesepakatan kepala negara dan perwakilan dari 189

negara Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang mulai

dijalankan pada September 2000, berupa delapan butir

tujuan untuk dicapai pada tahun 2015.

16. Tahun 2004 dibentuk Kementerian Negara Perumahan

Rakyat dalam Kabinet Indonesia Bersatu Jilid I yang

dipimpin oleh Menteri Negara Perumahan Rakyat Bapak

Yusuf Asy’ari masa bakti 2004-2009. pada tahun ini juga

diterbitkan Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 2004

Tentang Perusahaan Umum Pembangunan Perumahan

Nasional (Perum Perumnas). Tahun 2005 dibentuk PT.

Sarana Multigriya Finance (SMF). Dalam periode ini

Page 14: JAS MERAH Perumahan Rakyat.manda.mei2015

dicantumkan target-target pembangunan perumahan

dengan rincian rumah sederhana sehat sebesar 1.350.000

unit, rumah susun sederhana sewa sebesar 60.000 unit

dan rumah susun sederhana milik dengan peran swasta

sebesar 25.000 unit. Dan pada Bulan Desember 2006

diterbitkan Keputusan presiden No. 22 Tahun 2006

Tentang Tim Koordinasi Percepatan Pembangunan Rumah

Susun di Kawasan Perkotaan yang ditindaklanjuti dengan

Program Pembangunan 1.000 Tower Rumah Susun

Sederhana bagi masyarakat menengah ke bawah. Selain

itu beberapa program perumahan dan permukiman pada

periode 2004-2009 antara lain terdiri dari: revisi PP No. 41

Tahun 1996 tentang Pemilikan Rumah Tempat Tinggal

Atau Hunian Untuk Orang Asing, program perumahan

swadaya, bantuan stimulan PSU, program bantuan rumah

khusus, subsidi selisih bunga bagi KPR rusuna dan rsh,

dana dekonsentrasi, Dana Alokasi Khusus bidang

Perumahan dan Permukiman, Lokakarya dan Dialog

Regional Pra Kongres Perumahan dan Permukiman, serta

Kongres Nasional Perumahan dan Permukiman II pada 18-

20 Mei 2009 dengan tema “Menyongsong Era Baru

Pembangunan Perumahan dan Permukiman Indonesia”

dan peringatan Hari Perumahan Nasional pertama pada

tanggal 25 Agustus 2009.

17. Periode tahun 2009-2011 pada era Kabinet Indonesia

Bersatu Jilid II Kementerian Perumahan Rakyat dipimpin

Page 15: JAS MERAH Perumahan Rakyat.manda.mei2015

oleh Bapak Suharso Monoarfa. Beberapa kebijakan dan

program yang lahir dalam periode ini antara lain: lahirnya

2 (dua) undang-undang yaitu UU No. 1 Tahun 2011

tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman dan UU No.

20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun, lahirnya terminologi

Rumah Sejahtera (Hapernas tahun 2010), kebijakan

Fasilitas Likuditas Pembiayaan Perumahan (FLPP),

bantuan fisik pembangunan Rusunawa pondok pesantren,

PSU, Rumah Murah, dana Dekonsentrasi, dan dana DAK.

18. Pada Tahun 2011 - 2014 Kementerian Perumahan Rakyat

dipimpin oleh Bapak Djan Faridz, dalam program

beberapa kebijakan yang telah dikeluarkan antara lain:

penataan kawasan permukiman kumuh Sungai Ciliwung,

penataan kembali dan pembaharuan perjanjian kerja sama

operasional (PKO) dengan Bank Pelaksana terkait program

KPR FLPP (7,25% - tenor maks. 15 th), Bantuan Stimulan

Perumahan Swadaya (BSPS), Bantuan Stimulan MCK, dll.

19. Kabinet Kerja Jokowi-JK pada periode ini 2014-2019

Kementerian Perumahan Rakyat digabung dengan

Kementerian Pekerjaan Umum menjadi Kementerian

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dengan

Menteri PUPR Bapak Basuki Hadimuljono. Urusan

perumahan masuk dalam 2 (dua) pos struktur Eselon I

(Dirjen), yaitu Dirjen Penyediaan Perumahan dan Dirjen

Pembiayaan Perumahan. Program-program yang dilandasi

Nawacita Jokowi dijabarkan dalam program 100-0-100

Page 16: JAS MERAH Perumahan Rakyat.manda.mei2015

(100% sanitasi – 0% kumuh – 100% air bersih) dan

Program Sejuta Rumah dengan revisi kebijakan

pembiayaan perumahan KPR FLPP (uang muka 1%, bunga

5%, tenor maks. 20 th).

B. Isu-Isu Strategis bidang Perumahan dalam Amanat

Konstitusi

1. Konsideran menimbang dalam Undang-undang No. 39

Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia menyatakan

bahwa bahwa hak asasi manusia merupakan hak dasar

yang secara kodrati melekat pada diri manusia, bersifat

universal dan langgeng, oleh karena itu harus dilindungi,

dihormati, dipertahankan, dan tidak boleh diabaikan,

dikurangi, atau dirampas oleh siapapun. bahwa bangsa

Indonesia sebagai anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa

mengemban tanggung jawab moral dan hukum untuk

menjunjung tinggi dan melaksanakan Deklarasi Universal

tentang Hak Asasi Manusia yang ditetapkan oleh

Perserikatan Bangsa-Bangsa, serta berbagai instrumen

internasional lainnya mengenai hak asasi manusia yang

telah diterima oleh negara Republik Indonesia; Pasal 40

“Setiap orang berhak untuk bertempat tinggal

serta berkehidupan yang layak”.

2. Pasal 28 H amandemen ke-4 Undang-Undang Dasar

Negara RI tahun 1945 dalam yang menyatakan bahwa

"Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,

Page 17: JAS MERAH Perumahan Rakyat.manda.mei2015

bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup

yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan

kesehatan". Hal tersebut mengharuskan negara

memperhatikan ketersediaan perumahan dan

permukiman. Lebih dari itu, dalam Pembukaan UUD 1945

pada alinea 4, jelas menyebutkan bahwa “Pemerintah

Negara Indonesia dibentuk untuk memajukan

kesejahteraan umum,..”. Yang termasuk dalam

kesejahteraan umum ini adalah tercukupinya pangan,

sandang, papan, pendidikan, dan kesehatan (saat ini

termasuk transportasi umum dan energi). Rumah juga

mempunyai peranan yang sangat strategis dalam

pembentukan watak serta kepribadian bangsa sehingga

perlu dibina dan dikembangkan demi kelangsungan dan

peningkatan kehidupan dan penghidupan masyarakat.

3. Di samping itu, sebagai bagian dari masyarakat

internasional yang turut menandatangani Deklarasi Rio

de Janeiro, Indonesia selalu aktif dalam kegiatan-

kegiatan yang diprakarsai oleh United Nations Centre for

Human Settlements. Jiwa dan semangat yang tertuang

dalam Agenda 21 dan Deklarasi Habitat II (Deklarasi

Vancouver 1976) adalah bahwa rumah merupakan

kebutuhan dasar manusia dan menjadi hak bagi

semua orang untuk menempati hunian yang layak

dan terjangkau (adequate and affordable shelter for

all). Dalam Agenda 21 ditekankan pentingnya rumah

Page 18: JAS MERAH Perumahan Rakyat.manda.mei2015

sebagai hak asasi manusia. Menurut hukum hak asasi

manusia internasional (Majelis Umum Perserikatan

Bangsa-Bangsa, dalam sidangnya tanggal 16 Desember

1966 telah mengesahkan International Covenant on

Economic, Social and Cultural Rights), setiap orang

memiliki hak untuk mendapatkan perumahan yang

layak sebagai suatu komponen hak atas standar hidup

yang layak UU No 11 Tahun 2005 tentang Ratifikasi

Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan

Budaya

4. Lahirnya Undang-undang No. 1 Tahun 2011 tentang

Perumahan dan Kawasan Permukiman dan Undang-

undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun

sebagai momentum era baru penyelenggaraan

perumahan rakyat. Konsideran menimbang UU PKP

menyebutkan bahwa bahwa pemerintah perlu lebih

berperan dalam menyediakan dan memberikan

kemudahan dan bantuan perumahan dan kawasan

permukiman bagi masyarakat menengah kebawah

khususnya MBR. Salah satu hal khusus yang diatur dalam

kedua undang-undang ini adalah keberpihakan negara

terhadap Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).

Dalam kaitan ini, Pemerintah dan/atau pemerintah

daerah wajib memenuhi kebutuhan perumahan (Rumah

Tapak/Rumah Sejahtera dan/atau Rumah Susun) bagi

masyarakat berpenghasilan rendah dengan memberikan

Page 19: JAS MERAH Perumahan Rakyat.manda.mei2015

kemudahan pembangunan dan perolehan rumah

tapak/rusun melalui program perencanaan pembangunan

perumahan secara bertahap dan berkelanjutan.

5. Pasal 22 UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan

Kawasan Permukiman menyebutkan bahwa luas

minimum lantai rumah adalah sebesar 36 m² yang perlu

dipertimbangkan dalam pemenuhan kebutuhan rumah

sebagai hak dasar bagi rakyat, khususnya MBR.

6. Kepemilikan (kepenghunian) property oleh Orang Asing

yang berkedudukan di Indonesia sebagai bagian dari

pemenuhan hak untuk bertempat tinggal bagi seluruh

penduduk Indonesia.

C.Rumah Sebagai Hak Dasar Bagi Rakyat Khususnya

Untuk MBR!

1. Perumahan adalah hak dasar (hak asasi) manusia

dan menjadi instrumen untuk pembangunan manusia

seutuhnya.

2. Paradigma pembangunan perumahan peningkatan

peran dan inisiatif pemerintah (pusat dan daerah).

3. Perumahan dan kawasan permukiman belum diurus

secara sungguh-sungguh (profesional dan proporsional)

dan berkelanjutan (baik aspek kelembagaan, pembiayaan

dan lingkungan) oleh pemerintah (apabila dibanding 5

hak dasar lainnya: sandang, pangan, papan, kesehatan

dan pendidikan).

Page 20: JAS MERAH Perumahan Rakyat.manda.mei2015

4. Masyarakat berpenghasilan menengah (MBM) terutama

masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) perlu

difasilitasi oleh pemerintah daerah dalam mengakses

sumberdaya perumahan dan kawasan permukiman

seluas-luasnya, antara lain pertanahan, tata ruang

wilayah, teknik, teknologi dan bahan bangunan strategis,

serta lingkungan hidup yang berkualitas, pembiayaan

maupun infrastruktur pendukung perumahan dan

permukiman dan sebagainya. Politik perumahan adalah

untuk semua golongan dan lapisan masyarakat, namun

harus lebih tegas keberpihakannya, terutama kepada

masyarakat yang lemah dan tidak mampu (baik untuk

yang mempunyai pendapatan tetap maupun tidak tetap)

Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).

5. Pengembangan perumahan dan kawasan permukiman

melibatkan berbagai pihak, antara lain Pemerintah, Dunia

Usaha/pengembang, masyarakat dan lembaga

pembiayaan (perbankan atau non-perbankan),

dimana masing-masing memiliki kontribusi yang

spesifik dan bila disinergikan dapat menghasilkan

output yang optimal. Khususnya sektor perbankan

peranannya tidak dapat ditinggalkan karena adanya

keterbatasan pembiayaan oleh dunia usaha/pengembang

dan masyarakat dan dapat mendorong akselerasi

pembangunan perumahan sehingga pembangunan

wilayah dan kota juga menjadi lebih cepat. Perbankan

Page 21: JAS MERAH Perumahan Rakyat.manda.mei2015

sebagai lembaga intermediasi yang menyerap

dana masyarakat dan menyalurkannya kembali

dalam bentuk pinjaman secara langsung dapat

berperan menyediakan fasilitas Kredit Pemilikan

Rumah (KPR) dan Kredit Konstruksi untuk

pembangunannya, serta secara tidak langsung dapat

membiayai industri yang terkait dengan perumahan

“housing related” seperti industri genteng, batu-bata,

penambangan pasir dll. Dengan demikian peranan

perbankan dari aspek finansial dapat mempercepat

pelaksanaan pengadaan perumahan sehingga pada

akhirnya pembangunan wilayah dan kota juga dapat

berjalan lebih cepat.

6. Penyusunan kebijakan yang lebih adil, profesional,

proporsional, dan progresif dalam bidang perumahan dan

kawasan permukiman, melalui rumusan yang lebih tegas

dan jelas meningkatkan aksesibilitas atas tanah dan

pembiayaan khususnya untuk masyarakat lemah dan

tidak mampu.

7. Kelembagaan yang mengurus perumahan dan kawasan

permukiman (baik kelembagaan pemerintah maupun non

pemerintah) harus berkesinambungan dan lebih

diperkuat lagi fungsi dan perannya.

8. Selain itu terdapat 13 (tiga belas) komponen yang

mempengaruhi Penyediaan Perumahan Rakyat (terutama

Perumahan Formal dan Swadaya) antara lain: 1)

Page 22: JAS MERAH Perumahan Rakyat.manda.mei2015

komponen penataan ruang; 2) komponen tanah/lahan; 3)

komponen infrastruktur (PSU & PSD-PU); 4) komponen

tata bangunan gedung; 5) komponen lingkungan

hidup/AMDAL/AMDALALIN; 6) komponen teknik, teknologi,

dan bahan bangunan strategis; 7) komponen pajak dan

retribusi (pusat dan daerah); 8) kualitas SDM pada setiap

stakeholder PKP; 9) konsistensi regulasi/pemerintah; 10)

kenaikan kurs Dollar terhadap Rupiah; 11) daya beli/cicil

konsumen; 12) kondisi SosBudEkPol setempat, dan; 13)

perilaku rent seekers. Semuanya akan bermuara pada

aspek pembiayaan (permoddalan dan KPR: bunga, masa

tenor, dan administrasi lainnya). Sesuai dengan amanah

konstitusi UUD 1945 dan UU No.1 Tahun 2011, khusus

untuk rumah umum, rumah negara, dan rumah khusus

Pemerintah wajib melakukan intervensi untuk

memudahkan dan membantu penyelenggaraannya.

Pemerintah dapat memberikan penugasan kepada Perum

Perumnas untuk menyelenggarakan pembangunan

rumah bagi MBR.

D.Usulan Rekomendasi

Mempertimbangkan hal tersebut di atas, perlu dirumuskan

beberapa Pokok-Pokok Pikiran Rekomendasi yang paling tidak

mencakup:

Page 23: JAS MERAH Perumahan Rakyat.manda.mei2015

1. bahwa perumahan merupakan hak dasar rakyat!

Perumahan adalah untuk semua golongan dan lapisan

masyarakat, tetapi politik perumahan harus lebih tegas

dan berpihak kepada kaum lemah dan tidak mampu

MBR,

2. perlunya memperluas paradigma dalam pendanaan

perumahan, yang semula hanya bertumpu pada dana

pemerintah (APBN/APBD), menjadi konsep pendanaan

yang juga mengakomodasikan dukungan dari berbagai

sumberdaya pendanaan yang lebih luas dan beragam

(consolidated fund), termasuk memobilisasi skema

pendanaan rumah swadaya. Keterbatasan sumberdaya

pendanaan Pemerintah/pemerintah daerah dalam

penyediaan perumahan bagi masyarakat perlu disikapi

dengan upaya mendorong kemitraan antarpelaku (badan

usaha), misalnya Bapertarum PNS, PT. Asabri, Taspen,

dana pension BUMN, PT. Jamsostek, dan lain-lain secara

maksimal melalui konsep Kesepakatan Bersama (MoU),

Public-Private Partnership, termasuk memfasilitasi

pemanfaatan dana Corporate Social Responsibility (CSR)

bagi pembangunan perumahan dan permukiman pada

akhirnya bertujuan pada Tabungan Perumahan

Rakyat

3. pembiayaan perumahan berbasis perbankan perlu

dilengkapi dengan pembiayaan khusus perumahan yang

dijalankan oleh lembaga keuangan bukan bank, dimana

Page 24: JAS MERAH Perumahan Rakyat.manda.mei2015

consolidated fund dan multipurpose financing lebih bisa

dilayani Evaluasi Kebijakan FLPP. Disamping itu,

skema subsidi dan skema bantuan infrastruktur perlu

diperluas, mengingat proporsi MBR di Indonesia masih

cukup besar, sehingga urgensinya keberadaan tabungan

perumahan rakyat dapat segera direalisasikan dalam

Undang-Undang (sesuai amanat dalam Pasal 124 UU No.1

Tahun 2011 tentang PKP).

4. mendorong kemitraan antarpelaku (badan usaha) secara

maksimal melalui konsep PPP (Public private partnership)

termasuk memfasilitasi pemanfaatan dana CSR bagi

pembangunan perumahan guna menyikapi keterbatasan

sumberdaya pendanaan Pemerintah/pemerintah daerah

dalam penyediaan perumahan bagi masyarakat,

khususnya MBR. Penguatan 3 Pilar Pembangunan

(Kemenpera, Perum Perumnas, BTN) yang kemudian

ditambah dengan peningkatan kapasitas dan peran

dari PT. SMF, pasar modal, Puslitbangkim PU,

MAPPI, Asuransi, dan Asbanda.

5. perlu segera disusun terobosan kebijakan yang adil dan

progresif, utamanya dalam akses atas tanah (konsep land

banking) dan akses pembiayaan untuk masyarakat

berpenghasilan rendah, masyarakat non-formal, dan

masyarakat miskin/papa Housing Micro Finance (HMF)

yang memerlukan lembaga penjamin.

Page 25: JAS MERAH Perumahan Rakyat.manda.mei2015

6. sudah saatnya dilakukan perkuatan kelembagaan

Perumahan dan Kawasan Permukiman yang

berkesinambungan baik di Pusat maupun Daerah

Agenda 2020: Kementerian Perumahan dan

Kawasan Permukiman Perkotaan (Ministry of

Housing and Urban Development) + Pembentukan

Badan Pelaksana Perumahan (sesuai amanat UU

1/2011 dan UU 20/2011): Housing Development

Board (HDB).

7. berbagai pengalaman pemerintah daerah dalam

penyediaan perkim terutama bagi MBM dan MBR, baik

pengalaman yang berhasil (best practice) maupun

kegagalan (bad practice) merupakan bahan pelajaran

yang sangat berharga bagi upaya peningkatan

pelayanan dan penyediaan perumahan bagi rakyat,

khususnya MBR.

8. pembenahan dengan segera terhadap permasalahan 6

(enam) K dalam penyelenggaraan perumahan dan

kawasan permukiman, yang terdiri dari: Konsepsi,

Komunikasi, Koordinasi, Kerjasama, Komitmen, dan

Kontrol. Kelemahan 6 K tersebut perlu dipadukan dengan

elemen leadership (kepemimpinan), dengan karakter

pemimpin yang mampu menjalankan amanat konstitusi

demi kepentingan rakyat (masyarakat menengah ke

bawah, khususnya MBR).

Page 26: JAS MERAH Perumahan Rakyat.manda.mei2015

9. dengan demikian, diharapkan agar institusi perumahan

rakyat (dalam hal ini Kementerian Pekerjaan Umum

dan Perumahan Rakyat) dapat memastikan atau

mewujudkan beberapa hal, antara lain: 1) backlog semakin

menurun; 2) perumahan dan kawasan permukiman (PKP)

kumuh semakin menurun; 3) kepedulian atau

keberpihakan pemda provinsi, kabupaten, maupun kota

terhadap penyediaan perumahan bagi masyarakat

menengah ke bawah, khususnya MBR semakin meningkat;

4) keswadayaan, kesetiakawanan, atau kegotong

royongan masyarakat semakin meningkat; 5) kemitraan

yang setara dan sinergis dengan para stakeholder PKP

semakin meningkat dan terarah; 6) pemupukan dana

murah, masa tenor yang panjang dan bunga murah dapat

terwujud; 7) stimulan fisik maupun non-fisik berupa

insentif dan disinsentif dapat tepat waktu, tepat mutu, dan

tepat sasaran; dan 8) daya beli atau daya cicil masyarakat

menengah ke bawah, khususnya MBR semakin meningkat.

Insya Allah !!!

Daftar Pustaka

Bambang Eryudharwan, dkk, Kilas Balik Perumahan Rakyat 1900-2000, Jayakarta Agung Offset, Jakarta, 2010

Company Profile. Perum Perumnas Menuju NHUDC. Jakarta. 2009

Kiprah BTN dalam Pengembangan Perumahan. Jakarta. 2009

Page 27: JAS MERAH Perumahan Rakyat.manda.mei2015

Hasil Kongres Nasional Perumahan dan Permukiman II. Jakarta 18-20 Mei 2009.

Zulfi Syarif Koto, Politik Pembangunan Perumahan Rakyat: Siapa Mendapat Apa?, The HUD Institute, Jakarta, 2011

http://www.realestatindonesia.org

http://www.apersi.or.id

www.wikipedia.com. Daftar Menteri Perumahan Rakyat. diakses pada Februari 2012