Jangan Biarkan Pelanduk Mati di Tengah -...

1

Transcript of Jangan Biarkan Pelanduk Mati di Tengah -...

Page 1: Jangan Biarkan Pelanduk Mati di Tengah - bigcms.bisnis.combigcms.bisnis.com/file-data/1/1461/1174f914_Des15-KustodianSentralEfek...Selasa, 29 Maret 2016 KORPORASI 15 KISRUH BISNIS

15Selasa, 29 Maret 2016 K O R P O R A S IKISRUH BISNIS TAKSI

Jangan Biarkan Pelanduk Mati di Tengah

[email protected]

Tak dapat dipungkiri, keberadaan aplikasi taksi online akan menekan kinerja perusahaan kendaraan umum sejenis yang

telah beroperasi selama ini, seperti PT Blue Bird Tbk. (BIRD) dan PT Express Trasindo Utama Tbk. (TAXI).

Salah satu konsumen yang kini beralih menggunakan taksi online adalah Hendrizal Arif. Karyawan swasta itu bisa jadi menjadi salah satu dari ribuan, bahkan jutaan pelanggan taksi konvensional yang mulai kepincut berbagai kemudahan yang ditawarkan oleh taksi online.

Dia mengisahkan, bahwa bebe-rapa waktu terakhir hampir dipas-tikan tidak menggunakan taksi konvensional sebagai alat trans-portasi. Menurutnya, lebih dari 40% menggunakan Uber, dan lebih dari 70% menggunakan Grab Taksi, dua layanan taksi online yang digemari masyarakat. Selain dari kondisi kendaraan yang jauh lebih baik, layanan aplikasi online juga dinilai lebih mudah digunakan.

“Sebagai konsumen dengan mobi-litas tinggi, menunggu di jalanan yang enggak pasti itu sudah malas. Sekarang sudah malas pakai telepon-telepon, dengan pesan aplikasi online, hanya cukup 5 menit—10 menit pasti datang,” tuturnya saat berbincang dengan Bisnis.

Menggunakan aplikasi taksi daring, katanya, terdapat keuntung-an lantaran memiliki asuransi serta lebih ekslusif. Tarif taksi online juga

terbilang murah, tetapi kepastian yang diberikan oleh taksi daring menjadi pilihan paling menarik bagi konsumen.

Meski dari sisi tarif hanya lebih murah sekitar Rp10.000-Rp20.000, taksi online lebih dipilih karena memang lebih fleksibel. Satu taksi online dapat digunakan oleh satu hingga dua penumpang dengan arah yang sama.

Pelanggan, katanya, mencari ken-daraan umum yang mudah, murah, dan mengikuti kemauan. Semakin bagus pelayanan taksi, dipastikan akan kian diincar pelanggannya.

Dari sisi keamanan, konsumen tidak menilai sebagai sesuatu yang penting. Sebab, taksi konvensional juga tidak memberikan jaminan bila terjadi perampokan hingga kehilang-an atau barang tertinggal.

Layanan bagi konsumen itu memang dibenarkan oleh Satrio Utomo, Kepala Riset PT Universal Broker Indonesia. Taksi online memiliki tarif yang lebih murah dengan rute yang lebih jelas, sehing-ga konsumen tidak berada dalam ketidakpastian.

“Kalau konsumen enggak tahu jalannya itu bisa bermasalah, taksi

online tidak dipermainkan. Paling lemah, taksi online itu tidak tahu siapa yang konsumen dapatkan, konsumen enggak tahu orang baik atau jahat,” katanya secara terpisah.

Menurutnya, konsumen hanya menginginkan tarif yang lebih murah ketimbang taksi konven-sional. Masalahnya adalah, ketika taksi konvensional menaikkan harga saat bahan bakar minyak (BBM) melonjak, perusahaan tidak mau lagi menurunkan harga ketika harga BBM telah diturunkan.

“Taksi itu mengikuti per-tumbuhan ekonomi, kalau sedang baik pasti akan naik taksi, karena dana banyak,” tuturnya.

Konsumen menilai, margin perusahaan taksi itu sangat tinggi. Pelanggan juga merasa, sopir taksi hanya menjadi ‘sapi perah’ saja bagi perusahaan. Taksi online dinilai lebih memerdekakan para penge-mudi yang disebut sebagai mitra bagi mereka.

Memang, salah satu pengemudi Taksi Express yang ditemui Bisnis menegaskan pendapatan yang dikantonginya terus merosot. Duit yang berhasil dibawa pulang untuk menghidupi keluarganya berkurang signifikan.

Pendapatan setahun terakhir ini menjadi perolehan paling buruk selama 4 tahun dia bekerja sebagai driver taksi. Dia harus setor kepada perusahaan minimal Rp450.000 sehari dengan durasi bekerja 18 jam.

“Penumpang makin sepi, teman-teman malah sudah setor kunci. Sekarang sehari dapat Rp100.000-Rp150.000, bawa pulang Rp50.000 saja sudah gede banget,” ucapnya.

Melorotnya pendapatan penge-mudi taksi terjadi lantaran banyak-nya penumpang yang beralih ke aplikasi taksi online Uber dan Grab. Dia memperkirakan, konsumen memilih taksi online karena memi-liki tarif yang lebih murah diban-dingkan dengan konvensional.

Pria yang memiliki tiga orang anak itu harus bekerja selama 20

hari setiap bulan. Meski terbilang lama bekerja sebagai pengemudi Taksi Express, dia kini tak lagi rajin pulang kampung ke Tegal akibat takut tak membawa cukup uang bagi keluarganya.

Kendati mengeluhkan pendapatan yang ambrol, dia mengaku tak ikut aksi unjuk rasa bersama pengemudi lain karena memang tengah berada di kampung. Tapi, dia memastikan tidak ada sanksi dari perusahaan bila pengemudi turut dalam aksi protes tersebut.

Aksi unjuk rasa yang terjadi pekan lalu ditegaskan oleh manajemen Blue Bird dan Taksi Express, bahwa tidak ada restu dari perusahaan.

LEPAS TANGANKedua perusahaan taksi konven-

sional itu mengaku tidak bertang-gung jawab dan lepas tangan atas insiden yang terjadi saat aksi unjuk rasa pengemudi memprotes kebera-daan taksi online Uber dan Grab.

Lucky Bayu Purnomo, analis PT Danareksa Sekuritas, menilai emiten taksi harus berupaya untuk menje-laskan yang dilakukan saat membe-rikan layanan gratis bukanlah untuk pemulihan nama baik.

Pasalnya, sehari setelah aksi unjuk rasa, manajemen Blue Bird memberikan layanan gratis selama 24 jam bagi konsumen mereka demi memulihkan nama baik yang terlan-jur bernada miring di media sosial.

Seharusnya, perusahaan taksi melakukan perbaikan sistem dan pola bisnis ke depan. Selain mem-

berikan inovasi, manajemen perusa-haan taksi konvensional juga harus mampu beradaptasi dengan kondisi terkini dan keinginan konsumen.

“Kalau masalahnya teknologi, bisa membuat aplikasi baru. Tapi, apakah akan memberikan harga yang lebih kompetitif? Emiten harus menjelaskan aksi korporasi terhadap

kemajuan tekno ke depan, bukan kepuasan pelanggan

semata,” paparnya

saat dihubungi Bisnis.

Aksi cuma-

cuma seperti yang diumum-

kan oleh Komisaris Blue Bird Noni Sri Ayati beberapa waktu lalu dinilai

hanya menjadi ‘obat generik’ bagi

penurunan citra taksi konvensio-nal. Sebaiknya, perusahaan taksi memberikan ‘obat paten’ misalnya adaptasi teknologi, hingga penurun-an margin.

Pada prinsipnya, kata dia, taksi konvensional harus merogoh belanja modal (capital expenditure/Capex) yang terbilang besar. Taksi konvensional harus mendanai pem-belian dan pemeliharaan kendaraan, sumber daya manusia, sampai deng-an risiko pasar.

Seyogyanya, perusahaan taksi konvensional menyesuaikan postur bisnis dengan model yang lebih baik mengikuti perkembangan terkini. Misalnya, pembaruan armada, penyesuaian tarif, serta pelayanan yang lebih mudah bagi pelanggan-nya.

Secara obyektif, Blue Bird dan Express itu sudah rugi. Harus

diakui, sebelum pengemudi mengge-lar aksi demo, dua emiten itu meng-alami penurunan pendapatan.

Aksi unjuk rasa yang terjadi pekan lalu bukan merupakan demonstrasi akibat terjadi kerugian, tetapi penurunan pendapatan. Seharusnya, dua emiten taksi itu dapat bersikap cepat, sebelum kedu-anya mengalami kerugian.

“Ini adalah persoalan yang harus diterima, ini efek masyarakat eko nomi Asean (MEA), jangankan m obil, seka-rang ada tukang sapu online, pemban-

tu online, sulit bagi mereka yang tidak beradaptasi,” jelasnya.

Taksi online dinilai lebih efisien lantaran tidak memi-liki postur biaya hingga

gaji pengemudi. Sehingga, tarif dasar yang dipatok dipastikan lebih murah, tak seperti Blue Bird Rp4.000 per kilometer, dan Express Rp3.000 per km.

Dia menilai, kelebihan taksi konvensional dapat ditemui di mana saja tanpa harus memiliki telepon pintar. Populasi taksi konvensional juga jauh lebih banyak ketimbang taksi online.

Bahkan, dalam keadaan darurat, taksi konvensional lebih dapat digu-nakan ketimbang online yang harus memesan terlebih dahulu.

Terlebih lagi, katanya, taksi konvensional telah merambah ke berbagai daerah di Indonesia, sehingga menjadikan sebagai sebu-ah kekuatan untuk mampu merajai pangsa pasar. Dari keamanan, taksi konvensional memiliki rujukan bila terjadi insiden buruk.

Sementara itu, taksi online dinilai tidak di bawah naungan Organda dan aturan pemerintah. Sehingga, bila terjadi sesuatu, misalnya, perampokan, hingga tindakan di luar batas, konsumen tidak dapat mengadukan kepada otoritas trans-portasi pemerintah.

Kompetisi antara taksi konvensio-nal melawan gegap gempita taksi online harus tetap mengutamakan konsumen. Jangan sampai, gajah berkelahi sesama gajah, pelanduk mati di tengah-tengah.

SMCB Pinjami LCI Rp200 Miliar

KINERJA 2016

CINT Bidik Pertumbuhan Minimal 7%JAKARTA — PT Chitose

Internasional Tbk. pada 2016 menargetkan pendapatan bersih perseroan naik minimal 7% dari raihan pada tahun lalu yang sebesar Rp315,22 miliar.

Fadjar Swatyas, Direktur Ke -uangan sekaligus Sekretaris Per-usahaan Chitose Inter na sio nal, mengatakan optimistis meraih pertumbuhan dengan angka minimal tersebut karena pihak-nya melihat kondisi tahun ini akan lebih baik jika dibanding-kan dengan tahun lalu.

“Kami lebih optimistis men-catatkan pertumbuhan posi-

tif tahun ini karena ekonomi diperkirakan lebih baik, apa lagi pemerintah menurunkan suku bunga lagi dan itu secara tidak langsung mendorong daya beli masyarakat,” katanya kepada Bisnis belum lama ini.

Sebagai gambaran,merujuk la poran keuangan perseroan dengan sandi saham CINT itu, raihan pada 2015 tersebut naik sekitar 10% dari capaian pada ta hun sebelumnya sebesar Rp286,46 miliar. Raihan pada 2015 itu pun sedikit melampaui estimasi dari target awal yang dipatok sebesar Rp310 miliar.

Adapun untuk laba kompre-hensif tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk emiten produsen produk furnitur tersebut pada 2015 mencapai Rp34,85 miliar. Jumlah itu naik sekitar 5,8% dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp32,93 miliar.

Pendapatan pada 2015 terse-but, sekitar 96,3% atau setara Rp303,75 miliar disumbangkan penjualan di pasar domestik dan sisanya ekspor. Pada tahun sebelumnya, kontribusi pasar domestik mencapai 97,5% atau setara Rp279,58 miliar.

Rencananya, untuk mendong-krak kinerja tahun ini perseroan pun akan meningkatkan kontri-busi ekspor menjadi sekitar 7%.

FOKUS ASEANEkspor rencananya akan

difokuskan di kawasan Asia Tenggara dengan memanfaat-kan momentum masyarakat ekonomi Asean (MEA).

Perseroan selama ini sudah masuk di pasar Brunei Darussalam dan Singapura, dan akan menggarap sisanya. Fadjar menyebut, saat ini ada 10 nega-ra yang menjadi tujuan ekspor

bagi perseroan.“Yang terbesar ekspor ka mi

ke empat negara yaitu Je pang, Singapura, Taiwan dan Hong Kong. Tahun ini ekspansi ekspor ke negara Asia Tenggara lainnya selain Singapura dan Brunei dan melanjutkan ke India,” ujarnya.

Di sisi lain, CINT pun akan terus menggenjot kinerja penju-alan di dalam negeri. Perseroan akan memperkuat distribusi dan penetrasi produk melalui 22 distributor dan 850 agen di penjuru Tanah Air. Namun, pasar yang akan mendapatkan perhatian lebih adalah kawasan

Indonesia bagian Timur.Sebabnya, pemerintah meng-

galakan pembangunan infra-struktur di kawasan tersebut. Hal itu menandakan pertum-buhan konsumsi furnitur pun akan terus berkembang.

Dengan menggenjot ekspansi ekspor maupun penetrasi pasar dalam negeri diharapkan kapa-sitas produksi pabrik yang men-capai 1,2 juta unit per tahun bisa terpakai penuh.

Tahun lalu tingkat utilisasi kapasitas produksi perseroan baru mencapai sekitar 90%. (Lingga S. Wiangga)

JAKARTA — Pro du-sen semen PT Hol cim Indonesia Tbk. mem-berikan pinjaman se -nilai Rp200 miliar ke -pada perusahaan yang terafiliasi, PT Lafarge Ce ment Indonesia (LCI), dalam rangka pembia-yaan modal kerja dan ope rasional.

Pinjaman itu diberi-kan pada 23 Maret 2016 dan harus dilunasi pada 22 Maret 2017.

Direktur Hukum dan Korporasi Hol cim Indonesia He lianti Sas-trosatomo meng ung-kapkan sejumlah alasan dilakukannya trans aksi tersebut.

Alasan tersebut sa -lah satunya adalah per-se roan memiliki dana kas yang cukup besar. Perseroan beranggap-an akan lebih meng-untungkan apabila dana kas tersebut di gu nakan oleh LCI un tuk mendu-kung ke giat an utama perseroan di ban dingkan disimpan da lam bentuk deposito.

Selain itu, suku bunga yang ditetapkan oleh emiten berkode saham SMCB itu lebih rendah dibandingkan dengan suku bunga yang ber-laku.

“Kinerja LCI men-jadi lebih baik de ngan memperoleh pin jaman untuk modal kerja dan operasional,” tulis Helianti dalam keterbu-kaan informasi di laman Bursa Efek Indonesia, Se nin (28/3).

Pada tahun lalu, SMCB membukukan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan ke -pada pemilik entitas in -duk senilai Rp175,12 mi liar.

Capaian itu turun 73% di bandingkan de -ngan Rp656,87 miliar pada 2014. (Yodie Hardiyan)

Aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh pengemudi taksi konvensional beberapa waktu lalu menjadi

buntut kemelut tata niaga kendaraan umum berke-las bagi konsumen. Lantas, siapakah yang bakal

memenangkan hati para pelanggan?

Perusahaan yang mampu memahami ke-inginan konsumen, pasti bakal menjadi pemenang kompetisi.

Kemudahan transaksi, murah, dan layanan terbaik bagi pelanggan menjadi kunci yang men jadi pilihan konsumen.

Bisnis/Husin Parapat

djoko
Typewriter
Bisnis Indonesia, 29 Maret 2016