jamsos2

27
JAMINAN SOSIAL I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cita-cita Indonesia adil dan makmur telah dilakukan oleh founding father dengan melaksanakan langkah pertama yaitu tujuan Negara Indonesia yang terdapat dalam alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu memajukan kesejahteraan umum. Tujuan tersebut menandakan negara Indonesia sebagai negara kesejahteraan (welfare state). Indonesia sebagai negara kesejahteraan bertanggung jawab untuk pemenuhan kesejahteraan rakyatnya, karena ciri utama dari Negara kesejahteraan adalah munculnya kewajiban negara untuk mewujudkan kesejahteraan umum bagi warganya. Disamping itu Pasal 2 Konvensi Ekosob merupakan ketentuan yang paling penting untuk memahami sifat hak ekonomi, sosial dan budaya. Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik yang berisi 31 Pasal juga menyebutkan hak atas jaminan sosial, termasuk asuransi sosial khususnya para ibu, anak dan orang muda (Pasal 9, dan Pasal 10). Dasar pertimbangan lain adalah Konvensi ILO No. 102 Tahun 1952 yang juga menganjurkan agar semua negara di dunia memberikan perlindungan dasar kepada setiap warga negaranya dalam rangka memenuhi Deklarasi PBB tentang Hak Jaminan Sosial. Dengan ditetapkannya UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) maka

description

jaminan sosial

Transcript of jamsos2

Page 1: jamsos2

JAMINAN SOSIAL

I. PENDAHULUANA. Latar Belakang

Cita-cita Indonesia adil dan makmur telah dilakukan oleh

founding father dengan melaksanakan langkah pertama yaitu

tujuan Negara Indonesia yang terdapat dalam alinea keempat

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu memajukan

kesejahteraan umum. Tujuan tersebut menandakan negara

Indonesia sebagai negara kesejahteraan (welfare state).

Indonesia sebagai negara kesejahteraan bertanggung jawab

untuk pemenuhan kesejahteraan rakyatnya, karena ciri utama

dari Negara kesejahteraan adalah munculnya kewajiban negara

untuk mewujudkan kesejahteraan umum bagi warganya.

Disamping itu Pasal 2 Konvensi Ekosob merupakan

ketentuan yang paling penting untuk memahami sifat hak

ekonomi, sosial dan budaya. Kovenan Internasional tentang Hak

Sipil dan Politik yang berisi 31 Pasal juga menyebutkan hak atas

jaminan sosial, termasuk asuransi sosial khususnya para ibu,

anak dan orang muda (Pasal 9, dan Pasal 10). Dasar

pertimbangan lain adalah Konvensi ILO No. 102 Tahun 1952 yang

juga menganjurkan agar semua negara di dunia memberikan

perlindungan dasar kepada setiap warga negaranya dalam

rangka memenuhi Deklarasi PBB tentang Hak Jaminan Sosial.

Dengan ditetapkannya UU No. 40 Tahun 2004 tentang

Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) maka bangsa Indonesia

telah memiliki sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia. Pasal 5 dalam undang-undang tersebut

mengamanatkan pembentukan badan yang disebut Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial ( BPJS). Meski sempat dilakukan

judicial review oleh PT JAMSOSTEK, PT TASPEN, PT. ASABRI, dan

PT ASKES atas UU tersebut, namun Mahkamah Konstitusi (MK)

melalui putusan atas perkara perkara Nomor 007/PUU-III/2005

Page 2: jamsos2

memberikan kepastian hukum bagi BPJS dalam melaksanakan

program jaminan sosial di seluruh Indonesia. Pada Nopember

2011 baru terwujud Undang-Undang No 24 Tahun 2011 Tentang

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).

Berdasarkan dengan eksplikasi tersebut, mengantarkan

pembaca untuk mengetahui lebih lanjut mengenai jaminan

sosial, maka penulis memilih tema kajian “jaminan sosial “ untuk

dikaji secara holistik.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian jaminan sosial?

2. Bagaimana program jaminan sosial nasional?

3. Bagaimana penyelenggaraan sistem jaminan sosial

di Indonesia?

II. PEMBAHASAN

A. Pengertian Jaminan Sosial

Istilah jaminan sosial muncul pertama kali di Amerika

Serikat dalam The Social Security Act tahun 1935 untuk

mengatasi masalah- masalah pengangguran, manula, orang-

orang sakit dan anak-anak akibat depresi ekonomi. Meskipun

penyelenggaraan jaminan sosial di negara-negara maju

belakangan ini mengalami perubahan, pada dasamya

penyelenggaraan jaminan sosial di sana pada hakekatnya

difahami sebagaibentuk nyata perlindungan negara terhadap

rakyatnya.1

Jaminan sosial (social security) merupakan bagian dari

konsep perlindungan sosial (social protection), dimana

perlindungan sosial sifatnya lebih luas. Perbedaan keduanya

adalah bahwa jaminan sosial memberikan perlindungan sosial

1 Mudiyono, Jaminan Sosial di Indonesia: Relevansi Pendekatan Informal, Jurnaillmu Sosial dan llmu Politik, Volume 6, Nomor I, Juli 2002, h. 68.

Page 3: jamsos2

bagi individu dengan dana yang diperoleh dari iuran berkala,

sedangkan perlindungan sosial biasanya melibatkan banyak

pihak dalam memberikan perlindungan baik kepada individu,

keluarga atau komunitas dari berbagai risiko kehidupan yang

tidak dapat diprediksi sebelumnya seperti krisis ekonomi, atau

bencana alam. Hal tersebut sejalan dengan pendapat BAPPENAS

yang telah mengadakan Kajian awal Tentang Sistim Jaminan

Sosial Nasional (SJSN), dan dalam kajian tersebut dikemukakan

pendapat bahwa jaminan sosial mencakup dua hal yaitu (a)

Asuransi Sosial (social insurance) dan (b) Bantuan Sosial (Social

Assistance).2 Asuransi sosial mempunyai konsep sebagaimana

asuransi pada umumnya, dimana pembayaran premi menjadi

tanggungan bersama antara pemberi kerja (yaitu pemerintah

atau pengusaha) dan pekerja (Pegawai Negeri Sipil (PNS),

ABRI/POLRI atau pegawai swasta) oleh karena adanya hubungan

kerja. Menurut Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang

SJSN, definisi Asuransi Sosial adalah sebagaimana yang

dinyatakan dalam Pasal 1 ayat 3 yaitu suatu mekanisme

pengumpulan dana yang bersifat wajib yang berasal dari iuran

guna memberikan perlindungan atas risiko sosial ekonomi yang

menimpa peserta dan/atau anggota keluarganya. Sedangkan

bantuan sosial, berupa “bantuan” dalam berbagai bentuk, uang,

jasa maupun barang dengan tujuan sosial.

Pengertian yang lain dikemukakan oleh Agusmindah,

bahwa jaminan sosial adalah bentuk perlindungan bagi

pekerja/buruh yang berkaitan dengan penghasilan berupa

materi, guna memenuhi kebutuhan hidupnya termasuk dalam

hal terjadinya peristiwa yang tidak diinginkan yang

menyebabkan seseorang tidak dapat bekerja, ini diistilahkan juga

sebagai perlindungan ekonomis.3 Pengertian ini mencerminkan

2 Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), Sistim Perlindungan dan Jaminan Sosial (Suatu Kajian awal), 2002.

3 Agusmindah, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Dinamika & Kajian Teori, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2010, h.xi.

Page 4: jamsos2

konsep asuransi sosial yang ditujukan bagi pekerja di sektor

formal dengan rumus yang telah ditentukan yaitu berdasarkan

partisipasi pekerja dan majikan yang menyetorkan porsi iuran

secara berkala yang penyelenggaraannya dilakukan oleh PT

JAMSOSTEK. Ahli lain yang mempertahankan konsep asuransi

sosial sebagai dasar teknik jaminan sosial adalah Vladimir Rys,

yang mengatakan bahwa jaminan sosial adalah seluruh

rangkaian langkah wajib yang dilakukan oleh masyarakat untuk

melindungi mereka dan keluarga mereka dari segala akibat yang

muncul karena gangguan yang tidak terhindarkan, atau karena

berkurangnya penghasilan yang mereka butuhkan untuk

mempertahankan taraf hidup yang layak.4 Serangkaian langkah

wajib yang dilakukan oleh masyarakat untuk melindungi diri dan

keluarga dari suatu risiko ekonomi maupun fisiologi adalah

dengan turut serta pada asuransi sosial. Pendapat Rys sejalan

dengan berkembangnya pemikiran Tentang cara-cara

menghadapi risiko ketidakstabilan penghasilan manakala

seseorang mengalami kecelakaan, sakit ataupun ketika

seseorang tidak lagi mempunyai kemampuan fisik karena usia

tua atau cacat phisik (risiko fisiologis) dan juga ketika seseorang

tidak bekerja (risiko sosial), padahal mereka harus tetap

mempertahankan kehidupan keluarganya. Untuk mengantisipasi

risiko-risiko dimaksud, maka diperlukan dana sehingga perlu

diciptakan sumber keuangan, harus ada pihak/lembaga yang

melakukan pengelolaan dana tersebut serta perlu dirumuskan

program-program yang sesuai dengan setiap risiko sehingga

dapat mewujudkan cita-cita melindungi setiap warga negara

untuk mendapatkan taraf hidup yang layak. Tentang hal ini akan

dibahas lebih lanjut dalam sesi Pengelolaan Jaminan Sosial

Nasional.

4 Rys, Vladimir, Merumuskan Ulang Jaminan Sosial, Pustaka Alvabet, Jakarta, 2011, h. 23.

Page 5: jamsos2

Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem

Jaminan Sosial Nasional dimana Pasal 1 angka 1 mendefinisikan

bahwa Jaminan Sosial adalah salah satu bentuk perlindungan

sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi

kebutuhan dasar hidupnya yang layak. dan Pasal 1 ayat 2

mendefisinikan Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah suatu tata

cara penyelenggaraan program jaminan sosial oleh beberapa

badan penyelenggara jaminan sosial. Selanjutnya, Subianto

menjelaskan bahwa SJSN adalah sistem pemberian jaminan

kesejahteraan berlaku kepada semua warganegara dan sifatnya

adalah dasar (Basic).5 Definisi ini hendak menegaskan bahwa

fasilitas jaminan kesejahteraan harus dapat dinikmati oleh

semua warga Negara tanpa terkecuali.

Menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 Tentang

Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Jaminan Sosial mempunyai

pengertian yang universal, sehingga jika disimak lebih dalam,

maka Jaminan Sosial merupakan suatu perlindungan bagi seluruh

rakyat dalam bentuk santunan baik berupa uang sebagai

pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang

maupun pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang

diakibatkan oleh risiko-risiko sosial berupa kecelakaan kerja,

sakit, hamil, bersalin, hari tua dan meninggal dunia melalui

mekanisme pengumpulan dana yang bersifat wajib.6

Menurut ILO7 bahwa jaminan sosial adalah perlindungan

yang diberikan oleh masyarakat melalui seperangkat

kebijaksanaan publik terhadap tekanan-tekanan ekonomi dan

sosial bahwa jika tidak diadakan system jaminan sosial akan

menimbulkan hilangnya sebagia pendapatan akibat sakit,

5 Achmad Subianto, Sistem Jaminan Sosial Nasional, hal: 277, Gibon Books, Jakarta, 2010

6 Tim Internal SJSN PT Jamsostek (Persero), Kerangka Jaminan Sosial, “Menuju Implementasi SJSN yang Ideal”.

7 Kementrian Kordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Indonesia, Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia : Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Nasional Indonesia Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi RI, Kementrian Kordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, 2006. H. 33.

Page 6: jamsos2

persalinan, kecelakaan kerja, sementara tidak bekerja, cacat,

hari tua dan kematian dini, perawatan medis termasuk

pemberian subsidi bagi anggota keluarga yang membutuhkan.

Jaminan sosial (social security) dapat didefinisikan sebagai

sistem pemberian uang dan/atau pelayanan sosial guna

melindungi seseorang dari resiko tidak memiliki atau kehilangan

pendapatan akibat kecelakaan, kecacatan, sakit, menganggur,

kehamilan, masa tua, dan kematian.  Spicker (1995) dan MHLW

(1999)8 , memberi batasan dan penjelasan mengenai jaminan

sosial sebagai berikut:

 The term “social security” is mainly now related to financial assistance, but the general sense of the term is much wider, and it is still used in many countries to refer to provisions for health care as well as income. Although the benefits of security are not themselves material, they do have monetary value; people in Britain, where there is a National Health Service, are receiving support which people in the US have to pay for through private insurance or a Health Maintenance Organisation.9 (Spicker, 1995:60). Social security systems mean the systems to enable every citizen to lead a worthy life as a member of cultured society. Social security systems provide countermeasures against the causes for needy circumstances including illness, injury, childbirth, disablement, death, old age, unemployment and having a lot of children by implementing economic security measures through insurance or by direct public spending10. (MHLW, 1999:2). 

Dari pengertian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa jaminan sosial mempunyai beberapa aspek yaitu:

1. Memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan

hidup minimal bagi tenaga kerja serta keluarganya.

8 Llihat, Spicker, Paul (1995), Social Policy: Themes and Approaches, London: Prentice-Hall dan MHLW (Ministry of Health, Labour and Welfare of Japan) (1999), Tokyo: MHLW.

9 Spicker, Paul (1995), Social Policy: Themes and Approaches, h. 60.10 MHLW (Ministry of Health, Labour and Welfare of Japan) Annual Report on

Health and Welfare, h. 2.

Page 7: jamsos2

2. Dengan adanya upaya perlindungan dasar akan memberikan

kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan,

sebagai pengganti atau seluruh penghasilan yang hilang.

3. Menciptakan ketenangan kerja karena adanya upaya

perlindungan terhadap resiko ekonomi maupun sosial.

4. Karena adanya upaya perlindungan dan terciptanya

ketenangan kerja akan berdampak meningkatkan

produktifitas kerja.

5. Dengan terciptanya ketenangan kerja pada akhirnya

mendukung kemandirian dan harga manusia dalam

menerima dan menghadapi resiko sosial ekonomi.

B. Landasan Filosofis, Yuridis, Sosiologis Jaminan Sosial11

1. Landasan Filosofis

Pemikiran mendasar yang melandasi penyusunan SJSN

bagi penyelenggaraan jaminan sosial untuk seluruh warga

negara adalah sebagai penyelenggaraan SJSN berlandaskan

kepada hak asasi manusia dan hak konstitusional setiap orang,

sebagaimana pada UUD Negara RI Tahun 1945 Pasal 28H ayat

(3) menetapkan, ”Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang

memungkinkan pengembangandirinya secara utuh sebagai

manusia yang bermanfaat.”

Selain itu, penyelenggaraan SJSN adalah wujud tanggung

jawab Negara dalam pembangunan perekonomian nasional dan

kesejahteraan social. Hal ini Berdasarkan UUD Negara RI Tahun

1945 Pasal 34 ayat (2) menetapkan, ”Negara mengembangkan

sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan

masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan

martabat kemanusiaan.”

Program jaminan sosial ditujukan untuk memungkinkan

setiap orang mampu mengembangkan dirinya secara utuh

sebagai manusia yang bermanfaat, sebagaimana tercantum

11 Lihat, Asih Eka Putri, Paham SJSN Sistem Jaminan Sosial Nasional, Friedrich-Ebert-Stiftung Kantor Perwakilan Indonesia, 2014, h. 9-15.

Page 8: jamsos2

dalam UUD Negara RI Tahun 1945 Pasal 28H ayat (3), ”Setiap

orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan

pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang

bermanfaat.”

Penyelenggaraan SJSN berdasarkan asas kemanusiaan dan

berkaitan dengan penghargaan terhadap martabat manusia.

Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 Pasal 2 menetapkan,

“Sistem Jaminan Sosial Nasional diselenggarakan berdasarkan

asas kemanusiaan, asas manfaat,asas keadilan sosial bagi

seluruh rakyat Indonesia.” Penjelasan Pasal 2 UU No. 40 Tahun

2004 menjelaskan bahwa asas kemanusiaan berkaitan dengan

penghargaan terhadap martabat manusia.

Jaminan sosial dari aspek tujuannya yakni untuk

terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap

peserta dan/atau anggota keluarganya. Hal ini diatur

berdasarkan UU No. 40 Tahun 2004 Pasal 3 menetapkan, “Sistem

Jaminan Sosial Nasional bertujuan untuk memberikan jaminan

terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap

peserta dan/atau anggota keluarganya.” Penjelasan UU No. 40

Tahun 2004 Pasal 3 menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan

kebutuhan dasar hidup adalah kebutuhan esensial setiap orang

agar dapat hidup layak, demi terwujudnya kesejahteraan sosial

bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dengan demikian, bahwa landasan filosofis mengenai

ungensinya jaminan sosial adalah berlandaskan kepada hak

asasi manusia dan hak konstitusional setiap orang, wujud

tanggung jawab Negara dalam pembangunan perekonomian

nasional dan kesejahteraan social, asas kemanusiaan dan

berkaitan dengan penghargaan terhadap martabat manusia, dan

jaminan sosial bertujuan untuk terpenuhinya kebutuhan dasar

hidup yang layak bagi setiap peserta dan/atau anggota

keluarganya.

Page 9: jamsos2

2. Landasan Yuridis

Landasan yuridis penyelenggaraan SJSN adalah UUD

Negara Republik Indonesia Pasal 28H ayat (3) dan Pasal 34 ayat

(2). Pasal 28H ayat (3) diatur dalam Perubahan Kedua UUD NRI

1945 dan Pasal 34 ayat (2) diatur dalam Perubahan Keempat

UUD NRI 1945. Amanat konstitusi tersebut kemudian

dilaksanakan dengan UU No. 40 Tahun 2004 Tentang Sistem

Jaminan Sosial Nasional (UU SJSN).

Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi atas Perkara No.

007/PUU-III/2005, Pemerintah bersama DPR mengundangkan

sebuah peraturan pelaksanaan UU SJSN setingkat Undang-

Undang, yaitu UU No. 24 Tahun 2011 Tentang Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial Nasional (UU BPJS).

Peraturan Pelaksanaan UU SJSN dan UU BPJS terbentang

mulai Peraturan Pemerintah hingga Peraturan Lembaga.

Penyelesaian seluruh dasar hukum bagi implementasi SJSN yang

mencakup UUD NRI, UU SJSN dan peraturan pelaksanaannya

membutuhkan waktu lima belas tahun (2000 – 2014).

Dengan demikian,landasan yuridis jaminan sosial adalah

UUD Negara Republik Indonesia Pasal 28H ayat (3) dan Pasal 34

ayat (2). Pasal 28H ayat (3) diatur dalam Perubahan Kedua UUD

NRI 1945 dan Pasal 34 ayat (2) diatur dalam Perubahan Keempat

UUD NRI 1945. Amanat konstitusi tersebut kemudian

dilaksanakan dengan UU No. 40 Tahun 2004 Tentang Sistem

Jaminan Sosial Nasional (UU SJSN) dan Putusan Mahkamah

Konstitusi atas Perkara No. 007/PUU-III/2005.

3. Landasan Sosiologis

Paradigma hubungan antara penyelenggara Negara

dengan warganya mengalami perubahan sangat mendasar sejak

reformasi ketatanegaraan pada medio tahun 1998.

Selama pemerintahan Orde Baru, hubungan tersebut

berorientasi kepada Negara (state oriented). Kemudian sejak

reformasi hubungan tersebut berubah menjadi atau berorientasi

Page 10: jamsos2

kepada rakyat yang berdaulat (people oriented). Rakyat tidak

dipandang sebagai obyek tetapi subyek yang diberi wewenang

untuk turut menentukan kebijakan publik yang menyangkut

kepentingan mereka. Negara tidak lagi menguasai

penyelenggaraan segala urusan pelayanan publik, tetapi

mengatur dan mengarahkannya.

Perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat tersebut

direspon oleh hukum. Salah satu di antaranya adalah hukum

jaminan sosial. Pemerintah membentuk dan mengundangkan UU

SJSN untuk menyikapi dinamika masyarakat dan menangkap

semangat jamannya, menyerap aspirasi, dan cita-cita hukum

masyarakat. Penyelenggaraan program jaminan sosial diubah

secara mendasar untuk memberi kepastian perlindungan dan

kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Prinsip dana

amanat diberlakukan. Dana dikumpulkan dari iuran peserta

sebagai dana titipan kepada BPJS untuk dikelola sebaik-baiknya

dalam rangka mengoptimalkan dana tersebut untuk

kesejahteraan peserta.

C. Jenis-Jenis Jaminan Sosial Nasional

Berdasarkan pada UU SJSN menetapkan 5 (lima) jenis

program jaminan sosial, yaitu:

1. Jaminan kesehatan

Jaminan adalah program jaminan sosial yang

diselenggarakan secara nasional dengan tujuan untuk menjamin

agar peserta dan anggota keluarganya memperoleh manfaat

pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi

kebutuhan dasar kesehatan.12

2. Jaminan kecelakaan kerja

Jaminan kecelakaan kerja adalah program jaminan sosial

yang diselenggarakan secara nasional dengan tujuan menjamin

agar peserta memperoleh manfaat pelayanan kesehatan dan

12 Lihat, asal 19 ayat 1 dan ayat 2, Pasal 20 ayat 2 UU SJSN

Page 11: jamsos2

santunan uang tunai apabila ia mengalami kecelakaan kerja atau

menderita penyakit akibat kerja.13

3. Jaminan hari tua

Jaminan hari tua adalah program jaminan sosial yang

diselenggarakan secara nasional dengan tujuan untuk menjamin

agar peserta menerima uang tunai apabila memasuki masa

pensiun, mengalami cacat total tetap, atau meninggal dunia.14

4. Jaminan pensiun

Jaminan pensiun adalah program jaminan sosial yang

diselenggarakan secara nasional dengan tujuan untuk

mempertahankan derajat kehidupan yang layak pada saat

peserta mengalami kehilangan atau berkurang penghasilannya

karena memasuki usia pensiun atau mengalami cacat tetap

total.15

5. Jaminan kematian

Jaminan kematian adalah program jaminan sosial yang

diselenggarakan secara nasional dengan tujuan untuk

memberikan santunan kematian yang dibayarkan kepada ahli

waris peserta yang meninggal dunia.

Berdasarkan dari eksplanasi di atas, dengan demikian

bahwa jenis-jenis jaminan sosial adalah teridiri dari jaminan

kesehatan, jaminan kecelakaan, jaminan kerja, jaminan hari tua,

jaminan pension, jaminan kematian.

D. Badan Penyelenggara Sistem Jaminan Sosial di

Indonesia

Untuk mengelola dana dan menyelenggarakan jaminan

sosial agar berjalan dengan efektif, maka diperlukan lembaga

pengelola yang kredibel. Pasal 47 ayat (1) Undang-Undang SJSN

disebutkan bahwa Dana Jaminan Sosial wajib dikelola dan

dikembangkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial,

selanjutnya Pasal 1 angka 6 menyatakan bahwa badan

13 Pasal 29 ayat 1 dan ayat 2 UU SJSN14 Pasal 35 ayat 1 dan ayat 2 UU SJSN15 Lihat, Pasal 39 ayat 1 dan ayat 2

Page 12: jamsos2

penyelenggara jaminan sosial adalah badan hukum yang

dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial.

Sebelum diundangkannya Undang-Undang Nomor 40 Tahun

2004, telah ada badan-badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang

juga dinyatakan masih berlaku sesuai dengan Pasal 5 ayat (3),

yaitu:

a) Perusahaan Perseroan (Persero) Jaminan Sosial Tenaga Kerja

(JAMSOSTEK).

b) Perusahaan Perseroan (Persero) Dana Tabungan dan

Asuransi Pegawai Negeri (TASPEN).

c) Perusahaan Perseroan (Persero) Asuransi Sosial Angkatan

Bersenjata Republik Indonesia (ASABRI); dan

d) Perusahaan Perseroan (Persero) Asuransi Kesehatan

Indonesia (ASKES).

Berdasarkan eksplikasi tersebut, bahwa dengan adanya

Putusan Mahkamah Konstitusi No. 007/ PUU-III/2005 tanggal 30

Agustus 2005, pada intinya menyatakan bahwa negara harus

membentuk UU BPJS paling lambat 5 (lima) tahun sejak UU SJSN

diundangkan, yaitu selambat-lambatnya pada 19 Oktober 2009.16

Dalam amar putusannya, Mahkamah Konstitusi yang

menyatakan Pasal 5 ayat (2), (3), dan (4) Undang-undang

Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem

Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4456) tidak mempunyai kekuatan hukum

mengikat; Menolak permohonan Pemohon selebihnya;

Memerintahkan pemuatan Putusan ini dalam Berita Negara

sebagaimana mestinya di simpulkan bahwa landasan hukum

tentang transformasi tersebut adalah sebagai berikut:

16 Untuk lebih detail mengenai pertimbangan (ratio decidendi) hukum Mahkamah Konstitusi, lihat, Putusan Mahkamah Konstitusi No. 007/ PUU-III/2005 tanggal 30 Agustus 2005.

Page 13: jamsos2

1. Penjelasan Umum UU SJSN menjelaskan bahwa, BPJS dalam

UU SJSN adalah TRANSFORMASI dari BPJS yang sekarang

telah berjalan, yaitu PT JAMSOSTEK, PT TASPEN, PT ASABRI,

dan PT ASKES.

2. Putusan Mahkamah Konstitusi No. 007/PUU-III/2005 tanggal

30 Agustus 2005 membatalkan PT JAMSOSTEK, PT TASPEN,

PT ASABRI, dan PT ASKES sebagai BPJS sebagaimana

disebutkan dalam Pasal 5 ayat (2) dan ayat (3) UU SJSN

karena bertentangan dengan UUD1945.

3. Pertimbangan hukum Mahkamah Konstitusi menyebutkan

bahwa, PT JAMSOSTEK, PT TASPEN, PT ASABRI, dan PT ASKES

keberadaannya hanya dibutuhkan untuk mengisi

kekosongan hokum (rechts-vacuum) dan menjamin

kepastian hukum (rechtszkerheid) selama 5 (lima) tahun

terhitung sejak 19 Oktober 2004 s.d 19 Oktober 2009 (Pasal

52 ayat (2) UU SJSN karena belum adanya BPJS yang

memenuhi persyaratan agar UU SJSN dapat dilaksanakan.

4. Pasal 52 ayat (2) UU SJSN menyatakan bahwa, semua

ketentuan yang mengatur mengenai BPJS sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) (PT JAMSOSTEK, PT TASPEN, PT

ASABRI, dan PT ASKES) disesuaikan dengan Undang-Undang

ini paling lama 5 (lima) tahun sejak Undang-Undang ini

diundangkan. Dari putusan Mahkamah Konstitusi tersebut

maka dalam waktu 5 (lima) tahun sejak 19 Oktober 2004

sudah harus dibuat Undang-Undang yang mengatur tentang

transformasi secara menyeluruh lembaga penyelenggara

jaminan sosial.

Sebagaimana Putusan Mahkamah Konstitusi diatas,

bahwa Mahkamah Konstitusi memerintahkan untuk transformasi

secara menyeluruh lembaga penyelenggara jaminan sosial.

Adapun transformasi menyeluruh adalah :17

17 Roni Febriyanto , Jaminan Sosial : Haruskah Rakyat Menunggu, Jurnal Kajian Perburuhan Sedane Vol ll No.1 tahun 2011, h.. 47.

Page 14: jamsos2

1. Transformasi Kelembagaan; yaitu dari bentuk BUMN dengan

badan hukum PT menjadi BPJS berbentuk Badan Hukum

Publik dengan 9 Prinsip (kegotong-royongan, nirlaba,

keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, portabilitas,

kepesertaan wajib, dana amanat), dan hasil pengeloaan

dana jaminan sosial dipergunakan seluruhnya untuk

pengembangan program dan untuk sebesar-besar

kepentingan peserta. (Pasal 4 UU SJSN).

2. Transformasi Asset/Kekayaan; yaitu seluruh asset/kekayaan

PT. JAMSOSTEK, PT TASPEN, PT ASABRI, dan PT ASKES baik

dalam bentuk harta tidak bergerak, harta bergerak termasuk

dana pesert menjadi asset/kekayaan BPJS yang dibentuk

dengan UU BPJS.

3. Transformasi Kepesertaan; yaitu seluruh peserta yang

terdaftar dalam PT JAMSOSTEK, PT TASPEN, PT ASABRI, dan

PT ASKES menjadi Peserta BPJS yang dibentuk dengan UU

BPJS.

4. Transformasi Program; yaitu program jaminan sosial yang

diselenggarakan oleh PT JAMSOSTEK, PT TASPEN, PT ASABRI,

dan PT ASKES menjadi program BPJS yang dibentuk dengan

UU BPJS, dengan perluasan program, seperti program

Jaminan Pensiun yang sebelumnya tidak ada pada PT.

Jamsostek.

Selain makna transformasi di atas, makna transformasi

yang lainnya menurut Asih Eka Putri adalah Transformasi

keempat BUMN PT (Persero) menjadi BPJS bersifat sangat

mendasar. Perubahan ini mencakup filosofi, badan hukum,

organisasi, tata kelola, dan budaya organisasi, sebagai berikut:

(1)filosofi penyelenggaraan jaminan sosial ditetapkan kembali

sebagai upaya untuk mewujudkan hak konstitusional warga

negara atas jaminan sosial,

Page 15: jamsos2

(2)bentuk badan hukum diubah menjadi badan hukum publik

dengan kewenangan publik dan privat, serta termasuk

lembaga Negara berkedudukan langsung di bawah Presiden,

(3)organ badan penyelenggara diubah menjadi organ yang

terdiri dari Dewan Pengawas dan Direksi dengan proses

perekrutan secara terbuka,

(4)penataan ulang tata kelola program yang bercirikan prinsip

asuransi sosial, segmentasi pengelolaan ke dalam dua

kelompok program (program jaminan kesehatan dan

program jaminan non kesehatan), pemisahan aset BPJS

dengan aset Dana Jaminan Sosial, serta penyertaan dana

Pemerintah,

(5)budaya organisasi mencerminkan upaya merealisasikan

tujuan public untuk memberikan kepastian perlindungan dan

kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Mengingat pemerintah tidak dapat memenuhi

dibentuknya BPJS sebagaimana putusan Mahkamah Konstitusi

No. 007/PUU-III/2005 tanggal 30 Agustus 2005 yang seharusnya

dilaksanakan paling lambat pada 19 Oktober 2009, maka warga

yang tergabung dalam KAJS (Komite Aksi Jaminan Sosial) yang

terdiri dari elemen buruh, tani, nelayan, mahasiswa, LSM

mengajukan gugatan ke PN Jakarta Pusat. Gugatan Warga

Negara (Citizen Law Suite) mulai tanggal 26 Juni 2010 dan

Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Perkara Nomor

278/PDT.G/PN.JKT.PST tanggal 13 Juli 2011, yang memeriksa dan

mengadili Gugatan Warga Negara (Citizen Law Suit),

membuktikan bahwa DPR dan Pemerintahan SBY terbukti

bersalah telah melakukan Perbuatan Melawan Hukum.

Pemerintahan SBY telah lalai dengan tidak menjalankan UU SJSN,

dan karenanya: Ketua DPR RI dan Presiden SBY dihukum harus

segera melaksanakan UU No. 40 tahun 2004 tentang Sistem

Jaminan Sosial Nasional, dengan: (a) Segera mengundangkan UU

BPJS; (b) Membentuk PP dan Perpres yang diperintahkan UU

Page 16: jamsos2

SJSN; (c) Melakukan penyesuaian BPJS yang ada dengan UU No.

40 tahun 2004 tentang SJSN.18

Setelah disahkannya Undang-Undang Nonor 24 Tahun

2011 tentang BPJS tanggal 25 Nopember 2011, maka terjadi

regulasi terhadap penyelenggaraan jaminan sosial yang

merupakan amanat Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial

Nasional (SJSN) dan Undang-Undang Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial (BPJS). Secara garis besar isi UU Nomor 24 Tahun

2011 Tentang BPJS meliputi:

1. BPJS dibagi 2, BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan

2. BPJS berbentuk Badan Hukum Publik

3. BPJS bertanggung-jawab langsung kepada Presiden

4. BPJS berwenang menagih iuran, menempatkan dana,

melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan

Peserta dan pemberi kerja, mengenakan sanksi administrasi

kepada Peserta dan pemberi kerja.

5. Setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling

singkat 6 bulan di Indonesia, wajib menjadi peserta Program

Jaminan Sosial.

6. Sangsi adminstratif yang dapat dilakukan oleh BPJS: teguran

tertulis dan denda.

7. Pemerintah mendaftarkan penerima bantuan Iuran dan

anggota keluarganya sebagai peserta kepada BPJS

8. Pemberi kerja wajib memungut iuran yang menjadi beban

peserta dari pekerjanya dan menyetorkannya kepada BPJS.

9. Pemberi kerja wajib membayar dan menyetor iuran yang

menjadi tanggung jawabnya kepada BPJS.

10. Peserta yang bukan pekerja dan bukan penerima bantuan

Iuran wajib membayar dan menyetor Iuran yang menjadi

tanggung jawabnya kepada BPJS.

18http://lembagainformasi perburuhansedane. blogspot.com /2011/10/jaminan-sosial-haruskan-rakyat-menunggu. di akses tgl.14 Januari 2015.

Page 17: jamsos2

11. Pemerintah membayar dan menyetor Iuran untuk Penerima

Bantuan Iuran kepada BPJS.

12. Jika pemberi kerja tidak memungut iuran yang menjadi

beban peserta dari pekerjanya dan tidak menyetorkannya

kepada BPJS dan atau jika pemberi kerja tidak membayar

dan menyetor iuran yang menjadi tanggung jawabnya

kepada BPJS, dipidana penjara paling lama 8 tahun atau

pidana denda paling banyak 1 miliar.

13. BPJS Kesehatan mulai beroperasi pada tanggal 1 Januari

2014, semua pegawai PT. Askes (Persero) menjadi pegawai

BPJS Kesehatan.

14. Pada tanggal 1 Januari 2014 PT. Jamsostek (Persero)

berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan. Semua pegawai PT.

Jamsostek (Persero) menjadi pegawai BPJS Ketenagakerjaan.

15. Paling lambat tanggal 1 Juli 2015 PT. Jamsostek (Persero)

mulai beroperasi menyelenggarakan program jaminan

kecelakaan kerja, program jaminan hari tua, program

jaminan pensiun dan program jaminan kematian bagi

peserta, tidak termasuk peserta yang dikelola PT. TASPEN

(Persero) dan PT. ASABRI (Persero).

16. PT. ASABRI (Persero) menyelesaikan pengalihan program

Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia dan

program pembayaran pensiun paling lambat tahun 2029.

Dengan demikian, berdasarkan dari eksplanasi di atas,

yang menjadi serta permasalahan yang lain yakni penerapan

kartu indonesia sehat (KIS) yang direncakan dan akan diterapkan

oleh pemerintah. Menurut Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

menyatakan siap mendukung penuh peluncuran sekaligus berjalannya program

Kartu Indonesia Sehat (KIS) ke depan. KIS merupakan program jaminan kesehatan

baru untuk masyarakat yang dicetuskan Presiden RI Joko Widodo. Selanjutnya

menurut Direktur Perencanaan dan Pengembangan BPJS Kesehatan Tono Rustiano

mengatakan, masyarakat terutama pengguna BPJS tidak perlu khawatir perihal

program KIS ini. Sebab KIS hanya merupakan merek baru atau nama lain dari BPJS.

"Ini hanya merek baru saja. BPJS sudah terintegrasi dengan KIS. Dan pengelolaan

Page 18: jamsos2

KIS nantinya juga akan tetap oleh BPJS," Dilanjutkan Tono, pengintegrasian tersebut

telah dan akan dilakukan secara bertahap. "Kita sedang lakukan bertahap. Tidak

hanya pengguna BPJS, seperti Jamkesmas itu juga nantinya akan kita jadikan KIS

secara bertahap," lanjutnya.

Mengingat KIS akan mulai diluncurkan pekan depan, Tono juga mengaku pihaknya

telah melakukan rangkaian persiapan terutama untuk menghadapi ribuan pendaftar

nantinya. "Kita sudah sangat siap. Targetnya 15 ribu dari daftar 1,7 juta dari

penduduk seluruh Indonesia,"

Teknis persiapan BPJS menghadapi peluncuran KIS juga turut disampaikan Direktur

Hukum Komunikasi dan Hubungan Antar Lembaga Purnawarman Basundoro. "Ya

kami sudah melakukan persiapan tentunya dari mulai IT dan segala macam, sampai

komunikasi melalui media juga," kata dia.

dapat diketahui bahwa dalam penyelengggaran jaminan

sosial dari hasil trransformasi lembaga penyelenggara jaminan

sosial yakni BPJS dan terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS

Ketenagakerjaan. Selain itu, masih terdapat persero yang

menyelenggarakan jaminan sosial saat ini untuk sampai jangka

waktu yang ditentukan berdasarkan pada putusan Mahkamah

Konstitusi untuk melayani subjek hukum (peserta) tertentu yang

belum bertransformasi menjadi BPJS yakni PT. ASABRI dan PT

TASPEN. serta permasalahan yang lain yakni penerapan kartu

indonesia sehat (KIS) yang direncakan dan akan diterapkan oleh

pemerintah.

III.PENUTUP

A.Kesimpulan Berdasarkan dari eksplikasi pada pembahasan di atas,

maka penulis berkesimpulan sebagai berikut :

1. Bahwa pengertian jaminan sosial mempunyai beberapa

aspek yaitu:

Page 19: jamsos2

a. Memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi

kebutuhan hidup minimal bagi tenaga kerja serta

keluarganya.

b. Dengan adanya upaya perlindungan dasar akan

memberikan kepastian berlangsungnya arus penerimaan

penghasilan, sebagai pengganti atau seluruh penghasilan

yang hilang.

c. Menciptakan ketenangan kerja karena adanya upaya

perlindungan terhadap resiko ekonomi maupun sosial.

d. Karena adanya upaya perlindungan dan terciptanya

ketenangan kerja akan berdampak meningkatkan

produktifitas kerja.

e. Dengan terciptanya ketenangan kerja pada akhirnya

mendukung kemandirian dan harga manusia dalam

menerima dan menghadapi resiko sosial ekonomi.

2. Bahwa landasan filosofis, yuridis, sosiologis jaminan sosial

yakni sebagai berikut :

a. Landasan Filosofis

Landasan filosofis mengenai ungensinya jaminan sosial

adalah berlandaskan kepada hak asasi manusia dan hak

konstitusional setiap orang, wujud tanggung jawab Negara

dalam pembangunan perekonomian nasional dan

kesejahteraan social, asas kemanusiaan dan berkaitan

dengan penghargaan terhadap martabat manusia, dan

jaminan sosial bertujuan untuk terpenuhinya kebutuhan

dasar hidup yang layak bagi setiap peserta dan/atau

anggota keluarganya.

b. Landasan Yuridis

Landasan yuridis jaminan sosial adalah UUD Negara

Republik Indonesia Pasal 28H ayat (3) dan Pasal 34 ayat

(2). Pasal 28H ayat (3) diatur dalam Perubahan Kedua UUD

NRI 1945 dan Pasal 34 ayat (2) diatur dalam Perubahan

Page 20: jamsos2

Keempat UUD NRI 1945. Amanat konstitusi tersebut

kemudian dilaksanakan dengan UU No. 40 Tahun 2004

Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (UU SJSN) dan

Putusan Mahkamah Konstitusi atas Perkara No. 007/PUU-

III/2005.

c. Landasan Sosiologis

Landasan sosiologis jaminan sosial yakni terjadi perubahan

sosial di dalam masyarakat tersebut direspon oleh hukum.

Salah satu di antaranya adalah hukum jaminan sosial.

Pemerintah membentuk dan mengundangkan UU SJSN

untuk menyikapi dinamika masyarakat dan menangkap

semangat jamannya, menyerap aspirasi, dan cita-cita

hukum masyarakat. Penyelenggaraan program jaminan

sosial diubah secara mendasar untuk memberi kepastian

perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia. Prinsip dana amanat diberlakukan. Dana

dikumpulkan dari iuran peserta sebagai dana titipan

kepada BPJS untuk dikelola sebaik-baiknya dalam rangka

mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan

peserta.

3. Bahwa jenis-jenis jaminan sosial adalah teridiri dari jaminan

kesehatan, jaminan kecelakaan, jaminan kerja, jaminan hari

tua, jaminan pension, jaminan kematian.

4. Bahwa dalam penyelengggaran jaminan sosial dari hasil

trransformasi lembaga penyelenggara jaminan sosial yakni

BPJS dan terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS

Ketenagakerjaan. Selain itu, masih terdapat persero yang

menyelenggarakan jaminan sosial saat ini untuk sampai

jangka waktu yang ditentukan berdasarkan pada putusan

Mahkamah Konstitusi untuk melayani subjek hukum (peserta)

tertentu yang belum bertransformasi menjadi BPJS yakni PT.

ASABRI dan PT TASPEN.

B. Saran

Page 21: jamsos2