Jakarta Antimicrobial Update (JADE) · PDF fileBerikut laporan singkat seputar work- shop dan...

download Jakarta Antimicrobial Update (JADE) · PDF fileBerikut laporan singkat seputar work- shop dan simposium JADE 2011. ... dengan spektrum luas terhadap bakteri Gram positif dan negatif.

If you can't read please download the document

Transcript of Jakarta Antimicrobial Update (JADE) · PDF fileBerikut laporan singkat seputar work- shop dan...

  • LAPORAN KHUSUS

    394 CDK 186/Vol.38 no.5/Jul i -Agustus 2011

    Bertempat di Hotel Shangrila, 15-17 April 2011, dilangsungkan Jakarta Antimicrobial Update (JADE) 2011 dengan tema Infectious Diseases: New Challenges, New Solutions. Acara ini diikuti oleh lebih dari 1200 peserta dokter umum, dokter spesialis, ataupun maha- siswa. Berikut laporan singkat seputar work- shop dan simposium JADE 2011.

    Workshop JADE 2011JADE 2011 diawali dengan workshop pada tanggal 15 April 2011. Salah satunya adalah workshop Sepsis, dengan pembicara dr. Khie Chen, SpPD, KPTI.

    Beberapa hal penting pada workshop tersebut:Sepsis merupakan sindrom klinis yang dapat disebabkan oleh kondisi tertentu, seperti pneumonia, luka yang terinfeksi, dan infeksi intra-abdomen, melibatkan multi-organ, dan responsnya berlangsung sistemik.Proses inflamasi pada sepsis merupakan res- pons terhadap infeksi yang bertujuan untuk mengeliminasi patogen yang terlibat. Dalam proses inflamasi, dikenal istilah homeostasis balance, yaitu keseimbangan antara infla- masi dan yang menghentikan inflamasi ter- sebut.

    Terdapat dua bentuk respons pejamu ter- hadap sepsis:- pada keadaan compensated, responsnya berupa takikardia, takipnea, demam, leu- kositosis, trombositosis, hiperglikemia, peningkatan reaktan fase akut (CRP, pro- kalsitonin, LDH, albumin)- pada keadaan decompensated (multiple organ dysfunction/failure), responsnya meliputi penurunan kesadaran, hipo- termia, hipotensi, syok, penurunan PaO2, peningkatan kreatinin serum, oliguria, anemia, leukopenia, trombositopenia, dan koagulopati.Dikenal pula istilah severe sepsis, yaitu sepsis ditambah dengan keterlibatan minimal dua organ.Konsep umum penatalaksanaan sepsis men- cakup:- eliminasi sumber infeksi- terapi anti-mikrobial- terapi suportif- modifikasi respons imun.Pemilihan antibiotik dilakukan berdasarkan patogennya, lokasi infeksinya, infeksinya di- dapat dari masyarakat atau dari rumah sakit, apakah ada faktor risiko yang lain, dan ke- pekaan bakteri penyebab infeksi (apakah

    resisten atau sensitif). Bila infeksinya dari masyarakat dan bakterinya masih sensitif, antibiotik yang dapat diberikan adalah ceftriaxone. Bila infeksinya didapat dari rumah sakit dan ada kemungkinan bakteri- nya resisten, antibiotik spektrum luas menjadi pilihan utama, seperti golongan carbapenem. Namun, bila berisiko terinfeksi Pseudomo-nas, dapat dikombinasikan dengan cefepime, ceftazidime, aminoglycoside atau quinolone. Bila dicurigai ada keterlibatan MRSA, di- kombinasikan dengan tygecycline, vanco- mycin atau linezolid. Ditambahkan pula pada pemberian antibiotik, dianjurkan untuk dilakukan deeskalasi.

    Simposium JADE 2011Seusai workshop, acara dilanjutkan dengan simposium pada hari kedua dan ketiga (16-17 April 2011).

    Beberapa topik pilihan: Facing Multiple Drug Resistance Pathogen: What Strategy Should We Do? - Dr. dr. Suhendro, SpPD, KPTI

    Multi-Drug Resistant Organism (MDRO) merupakan organisme yang resisten ter- hadap satu antibiotik atau lebih.

    Jakarta Antimicrobial Update (JADE) 2011

  • LAPORAN KHUSUS

    396 CDK 186/Vol.38 no.5/Jul i -Agustus 2011

    MDRO yang sering dijumpai adalah MRSA (Methicillin Resistant Staphylococcus aureus), VRE (Vancomycin Resistant Enterococcus), dan ESBL (Extended Spectrum Beta Lacta- mase).Infeksi yang disebabkan oleh MDRO me- nyebabkan rawat inap menjadi lebih lama, biaya rumah sakit lebih tinggi, serta pening- katan mortalitas dan morbiditas.Strategi yang dapat dipakai, antara lain, adalah dengan mengendalikan penggu-naan antibiotik, menggunakan data mikro- biologik setempat, mengobati infeksinya (bukan mengobati kolonisasi), tahu kapan harus menggunakan vancomycin, dan tahu kapan pemberian antibiotik harus dihentikan.Pada penelitian dr. Fauzi di RSCM tahun 2010, terapi empiris tercatat sebesar 78,3%, terapi definitif sebesar 15,1%, dan terapi profilaktik sebesar 6,6%.Untuk memberikan terapi empiris, hal-hal yang menjadi pertimbangan adalah pato- gen yang mungkin menjadi penyebab, distri- busi patogen setempat, pola resistensi, dan faktor risiko resistensi.Pemberian antibiotik dimulai secara empiris sambil menunggu hasil kultur; setelah hasil kultur keluar, dilakukan deeskalasi sampai antibiotik dihentikan.

    Microbial and Susceptibility Pattern of Gram Negative Infections

    - dr. Budiman Bela, Sp MKDi Amerika Serikat, sekitar 30% infeksi di- dapat dari rumah sakit.Bakteri Gram negatif yang sering menyebab- kan infeksi adalah Pseudomonas aerugi-nosa, Acinetobacter baumanii, dan Entero- bacteriaceae penghasil ESBL atau karbape- nemase.Pola isolat di RS Siloam (2009): Acineto-bacter baumanii (12%), Escherichia coli (12%), Klebsiella pneumoniae (12%), dan Pseudomonas aeruginosa (22%).Di Indonesia, bakteri Gram negatif (yang sering menjadi penyebab infeksi terkait rumah sakit) cenderung resisten terhadap anti- biotik yang digunakan.Colistin - antibiotik yang sudah lama dipakai, tetapi sulit ditemukan di Indonesia - dapat menjadi solusi atas masalah peningkatan kasus infeksi yang disebabkan oleh bakteri Gram negatif yang resisten terhadap banyak antibiotik.

    Treatment of Severe Gram Negative Infections - Dr. dr. Suhendro, SpPD, KPTI

    Antibiotik diberikan pada jam-jam pertama untuk kasus severe sepsis (level of evidence -ID) dan kasus syok septik (IB).Antibiotik yang diberikan adalah antibiotik broad spectrum (IB).Pertimbangkan kombinasi antibiotik bila di- temukan Pseudomonas aeruginosa (2D) atau pada terapi empiris untuk kasus demam neutropenik (2D).

    Treatment of Acinetobacter baumanii Infection: Place of Imipenems Role- dr. Ceva W. Pitoyo, KP

    Acinetobacter baumanii merupakan bakteri Gram negatif yang sering berperan dalam infeksi nosokomial. Bakteri ini juga berbahaya dan berpotensi untuk menjadi resisten terhadap banyak antibiotik. Acinetobacter baumanii dapat ditemukan di daerah tubuh yang lembap, seperti di aksila, lipat paha, sela-sela jari kaki; pada sekitar 43% kasus, juga ditemukan kolonisasi pada orang dewasa.Bakteri ini masuk dalam daftar bakteri ber- bahaya dan jumlahnya meningkat di ICU.Mekanisme terjadinya resistensi yaitu eks- presi efflux pump yang berlebihan atau menghasilkan enzim beta-lactamase (ter- masuk ESBL dan metallo beta-lactamase).Terapi yang direkomendasikan pada infeksi berat yang disebabkan oleh bakteri Gram negatif MDR (multi-drug resistant), termasuk Acinetobacter baumanii, adalah sebagai berikut:- A. baumanii penghasil ESBL: imipenem 500 mg IV tiap 6 jam atau meropenem 1-2 g IV tiap 8 jam atau doripenem 500 mg tiap 8 jam dengan infus selama 1-4 jam- Carbapenem resistant P. aeruginosa dan A. baumanii: colistin 2,5-5 mg/kg/ hari dibagi dalam 2-4 dosis atau tigecyc- line dosis muat 100 mg IV, kemudian 50 mg IV tiap 12 jam. Untuk A. baumanii, dapat diberikan ampicillin sulbactam dengan dosis sulbactam sampai dengan 6 g/hari.

    Optimizing the Pharmacokinetics and Pharmacodynamics of Carbapenem in Severe Infections - dr. Khie Chen, SpPD, KPTI

    Optimalisasi penggunaan antibiotik merupa-kan upaya untuk meningkatkan efektivitas antibiotik yang digunakan dan mencegah terjadinya resistensi kuman.Terdapat 2 aspek dalam optimalisasi peng- gunaan antibiotik yaitu appropriate (sesuai patogen penyebab) dan adequate (dosis dan cara pemberian yang adekuat).Salah satu upaya optimalisasi adalah dengan memanfaatkan aspek farmakokinetik dan farmakodinamik untuk mencapai daya bunuh mikroba yang optimal. Parameter farmakokinetik adalah Cmaks, Cmin, waktu paruh, volume distribusi, AUC, dan ikatan protein. Parameter farma-kodinamik adalah kemampuan antibiotik membunuh mikroba bergantung waktu (time-dependent) atau konsentrasi (concen- tration-dependent).Parameter farmakodinamik yang digunakan pada antibiotik adalah yang bersifat time- dependent atau concentration-dependent.Antibiotik golongan beta-lactam (seperti carbapenem) tergolong antibiotik time- dependent yang memerlukan cakupan 40% di atas MIC untuk mencapai hasil optimal. Untuk memperpanjang T>MIC, antibiotik di- berikan secara extended infusion (pem- berian antibiotik secara drip IV selama waktu tertentu misalnya 1-4 jam) dan continuous infusion (pemberian antibiotik secara drip IV selama 24 jam).Doripenem merupakan carbapenem baru dengan spektrum luas terhadap bakteri Gram positif dan negatif. Dosis doripenem dapat diberikan sebesar 500 mg tiap 8 jam dan pada kondisi berat diberikan hingga 1 g tiap 8 jam. Pemberian secara extended in- fusion selama 4 jam dapat memperpanjang T>MIC hingga 49%.

    Role of Echinocandin in Systemic Candi- diasis - dr. Gatot Ismanoe, SpPD, KPTI

    Kandidiasis invasif diperkirakan terkait dengan 47% kematian.Keterlambatan terapi infeksi jamur me- nyebabkan mortalitas meningkat lebih dari 35%.Anti-fungal Echinocandin memiliki aktivitas fungisidal yang poten terhadap kebanyakan spesies Candida. Anti-fungal ini dipertim-bangkan pada pasien yang sebelumnya pernah mendapat anti-fungal golongan azole dan dengan sakit berat.

    LAPORAN KHUSUS

    395CDK 186/Vol.38 no.5/Jul i -Agustus 2011

    Pada terapi kandidemia, anti-fungal golongan Echinocandin memiliki efikasi dan profil keamanan yang baik.Micafungin, salah satu Echinocandin dengan aktivitas in vitro terhadap spesies Candida termasuk Candida non-albicans seperti Can- dida glabrata yang resisten terhadap anti- fungal sebelumnya seperti fluconazole. Micafungin dan caspofungin mengalami metabolisme yang minimal di hati tetapi bukan merupakan substrat untuk enzim cytochrome P450. Ringkasan suatu review sistematik dan meta- analisis yaitu: - Fluconazole tidak direkomendasikan sebagai terapi empirik untuk infeksi berat- Efikasi caspofungin dan micafungin setara dengan amphotericin B- Echinocandin memiliki profil keamanan yang setara dengan azole- Echinocandin dapat dipertimbangkan sebagai terapi utama pada terapi empirik kandidiasis sistemik/invasif- Amphotericin B liposomal merupakan alternatif ya