JAKA KENDIL

3
JAKA KENDIL Pada zaman dahulu, hiduplah seorang wanita dengan anak laki-lakinya. Anak itu mempunyai bentuk fisik yang aneh. Badannya mirip dengan periuk. Karena itulah orang menyebutkan Joko Kendil *. Walaupun tubuh Joko tidak normal, ibunya mencintainya apa adanya. Ia juga tak pernah menyesali nasib anaknya. Apa pun yang diminta Joko, ia selalu berusaha mengabulkannya. Joko tumbuh sebagai anak yang bahagia. Ia dikenal sebagai anak yang jenaka. Tapi kadang-kadang Joko juga nakal. Ia sering ke pasar, lalu ia duduk di dekat pedagang. Pedagang mengira, Joko itu sebuah periuk. Sehingga ia menaruh sebagian makanannya di atas tubuh Joko. Ia juga sering menyelinap ke pesta. Orang menyangka Joko itu periuk biasa, sehingga orang itu menaruh makanan di sana. Kemudian dengan diam-diam Joko pulang dan membawa makanan untuk ibunya. Ibu Joko marah melihat kenakalan Joko. Ia menyangka Joko mencuri. Joko lalu menjelaskan, kalau semua orang menyangka dirinya periuk. Ibunya pun tertawa mendengarnya.

Transcript of JAKA KENDIL

Page 1: JAKA KENDIL

JAKA KENDIL

Pada zaman dahulu, hiduplah seorang wanita dengan anak laki-lakinya. Anak

itu mempunyai bentuk fisik yang aneh. Badannya mirip dengan periuk. Karena itulah

orang menyebutkan Joko Kendil*.

Walaupun tubuh Joko tidak normal, ibunya mencintainya apa adanya. Ia juga

tak pernah menyesali nasib anaknya. Apa pun yang diminta Joko, ia selalu berusaha

mengabulkannya. Joko tumbuh sebagai anak yang bahagia. Ia dikenal sebagai anak

yang jenaka. Tapi kadang-kadang Joko juga nakal. Ia sering ke pasar, lalu ia duduk di

dekat pedagang. Pedagang mengira, Joko itu sebuah periuk. Sehingga ia menaruh

sebagian makanannya di atas tubuh Joko. Ia juga sering menyelinap ke pesta. Orang

menyangka Joko itu periuk biasa, sehingga orang itu menaruh makanan di sana.

Kemudian dengan diam-diam Joko pulang dan membawa makanan untuk ibunya.

Ibu Joko marah melihat kenakalan Joko. Ia menyangka Joko mencuri. Joko lalu

menjelaskan, kalau semua orang menyangka dirinya periuk. Ibunya pun tertawa

mendengarnya.

Ketika Joko tumbuh dewasa, tubuh Joko tetap mirip periuk. Tapi yang

mengherankan, Joko justru meminta ibunya mencarikan istri untuknya. Tidak

tanggung-tanggung, Joko menginginkan putri raja sebagai istrinya. Tentu saja Ibunya

kaget sekali. “Ingat Joko, kita ini orang miskin. Lagi pula, apakah kau tidak

menyadari bentuk tubuhmu?” tanya Ibunya. “Jangan khawatir, Ibu. Percayalah,

semuanya akan baik-baik saja. Sekali lagi, saya minta tolong, agar Ibu melamar putri

raja untuk dijadikan istriku,” ujar Joko menghibur Ibunya.

Dengan hati penuh keraguan, Ibu Joko pergi menghadap Raja. Raja

mempunyai tiga putri yang cantik. Ibu Joko mengungkapkan keinginan anaknya pada

Raja. Raja sama sekali tidak marah mendengar penuturan Ibu Joko. Sebaliknya, Raja

meneruskan lamaran itu pada ketiga putrinya.

Page 2: JAKA KENDIL

Putri Sulung mengatakan, ”Saya tak sudi, Ayahanda. Saya menginginkan

suami yang kaya raya.” Putri Tengah mengatakan, ”Suami yang saya inginkan?

Seorang raja seperti Ayahanda.” Berbeda dengan ketiga kakaknya, Putri Bungsu

justru menerima pinangan itu dengan senang hati. Raja sangat heran. Tapi karena

Putri Bungsu sudah setuju, ia tak dapat mencegah pernikahan itu.

Sayangnya, Putri Bungsu selalu diejek kedua kakaknya. “Suamimu berjalan

mirip bola menggelinding,” ejek Putri Sulung. “Suamimu mirip tempayan air,” ejek

Putri Tengah. Putri Bungsu sedih. Tapi ia berusaha sabar dan tabah.

Suatu hari, Raja mengadakan lomba ketangkasan. Tapi Joko tidak bisa ikut. Ia

mengatakan pada Raja, badannya sakit. Lomba ketangkasan itu diikuti banyak orang

penting seperti para pangeran dan panglima. Mereka berlomba naik kuda dan

menggunakan senjata. Tiba-tiba datang seorang ksatria gagah. Ia sangat tampan dan

tangkas menggunakan senjata.

Putri Sulung dan Putri Tengah senang sekali melihatnya. Mereka jatuh cinta

pada ksatria itu. Ia kembali mengejek adiknya, karena terburu-buru menikahi Joko

Kendil.

Putri Bungsu pun berlari ke kamarnya sambil menangis. Di sana ia melihat

sebuah kendi. Karena kesal, ia membanting kendi itu hingga berkeping-keping.

Ksatria gagah itu masuk ke dalam kamar Putri Bungsu. Ia mencari kendi, tapi kendi

itu sudah hancur. Lalu ia melihat Putri Bungsu menangis tersedu-sedu. “Ada apa

istriku?” tanyanya. Tentu saja Putri Bungsu kaget. Bukankah suaminya adalah Joko

Kendil? Lalu ksatria itu menceritakan dirinya yang sebenarnya. Ia sebenarnya Joko

Kendil, suaminya. Ia selama ini harus memakai pakaian dalam bentuk kendi. Tapi ia

dapat kembali menjelma menjadi ksatria kalau seorang putri mau menikah dengannya.

Begitu tahu kalau ksatria tampan itu Joko Kendil, betapa menyesalnya Putri Sulung

dan Putri Tengah. Sebaliknya dengan Putri Bungsu, ia menjadi sangat bahagia

bersama Joko Kendil yang telah menjelma menjadi pria yang rupawan.

*Orang Jawa menyebut periuk = kendil.