J A K A R T A 1430 H /2009 Mrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4918/1...11....
Transcript of J A K A R T A 1430 H /2009 Mrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4918/1...11....
STRATEGI MANAJEMEN UJE CENTER DALAM PENGELOLAAN
AKTIVITAS DAKWAH USTADZ JEFRI AL BUKHORI
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh:
Faridah Indriani
NIM. 104053002046
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A
1430 H /2009 M
STRATEGI MANAJEMEN UJE CENTER DALAM PENGELOLAAN
AKTIVITAS DAKWAH USTADZ JEFRI AL BUKHORI
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh:
Faridah Indriani
NIM. 104053002046
Dibawah Bimbingan
Drs. Hasanuddin, MA
NIP. 1996 06 05 1994 03 1 005
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A
1430 H /2009 M
PENESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul STRATEGI MANAJEMEN UJE CENTER DALAM
PENGELOLAAN AKTIVITAS DAKWAH USTADZ JEFRI AL BUKHORI
telah diajukan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta pada 23 Desember 2009. skripsi ini telah diterima
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana ILmu Sosial Islam (S. Sos.I)
pada program studi Manajemen Dakwah.
Jakarta, 23 Desember 2009
Sidang Munaqasah
Ketua Sidang Sekretaris Sidang
Drs. Wahidin Saputra, MA Dr. Ali Wafa, S. Ag, MAg
NIP: 19700903 199603 1 001 NIP: 150 321 584
Penguji
Penguji I, Penguji II,
Drs. H. Tarmi, MM Drs. Cecep Castrawijaya, MA
NIP: 1946 08 24 1965 1 01 001 NIP: 1967 08 181 998 031 002
Pembimbing
Drs. Hasanuddin, MA
NIP: 1996 06 05 1994 03 1 005
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli yang diajukan untuk memenuhi
suatu syarat memperoleh gelar strata 1 di UIN syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 23 Desember
Faridah Indriani
i
ABSTRAK
Penelitian ini berawal dari ketertarikan penulis terhadap latar belakang
masalalu Ustadz Jefri Al Bukhori yang sangat bertolak belakang dengan
kehidupaannya saat ini. Latar belakang kehidupannya yang kontraversial
membuat penulis tertarik untuk mengetahui strategi yang dipakai oleh manajemen
Uje Center untuk mempertahankan image dan mengelola aktivitas dakwah Ustadz
Jefri sehingga ia dapat menjadi da’i yang kondang seperti sekarang ini.
Untuk memperjelas masalah yang akan saya teliti, dirumuskan masalah
sebagai berikut, pertama, bagaimana strategi Uje Center, kedua, bagaimana
aktivitas dakwah Ustadz Jefri Al Bukhori, ketiga, bagaimana pengaruh dari
keduanya.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif,
yakni prosedur yang menggunakan penemuan-penemuan yang tidak dapat
diperoleh melalui prosedur-prosedur statistik atau dengan kuantifikasi
(pengukuran) dan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Karena pada intinya penelitian
ini bertujuan meneliti kualitas dari strategi manajemen Uje Center.
Dalam penelitian ini digunakan beberapa analisis strategi pada manajemen
Uje Center, yakni dalam melakukan perumusan manajemen Uje Center dengan
mengadakan koordinasi dan selalu brifing sebelum atau setelah mengelola
aktivitas dakwah Ustadz Jefri Al Bukhori. Implementasi strategi yang dilakuan
oleh manajemen Uje Center bertumpu pada alokasi dan pengorganisasian
sumberdaya manusia yang ditampakkan melalui penetapan struktur
kepemimpinan dan budaya organisasi. Evaluasi pimpinan pada manajemen Uje
Center strateginya dilakukan secara periodik melalui beberapa macam
permusyawaratan dan rapat kerja baik pada tingkat organisasi maupun pada
tingkat fungsional.
Secara keseluruhan, strategi manajemen Uje Center sudah cukup baik
yang ditandai dengan adanya perumusan, implementasi, dan evaluasi strategi
organisasi. Namun demikian ada beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan
oleh manajemen Uje Center, diantaranya: 1. Idealnya dalam melakukan proses
evaluasi dengan menggunakan beberapa langkah seperti mengukur kinerja,
membandingkan hasil dengan standar, dan mengambil tindakan korektif. 2.
Kondisi sumberdaya manusia yang belum memadai dari segi kualitas dan
kuantitas hendaknya segera dicarikan solusinya oleh pihak manajemen. 3.
Manajemen Uje Center yang tertuang pada tataran kajian dan konsep, akan tetapi
sebagian belum terwujud langkah-langkah konkrit.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat, taufiq dan inayah-Nya. Shalawat serta salam semoga selalu
tercurah kepada nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarganya, para sahabat
dan semoga kepada umatnya yang selalu beristiqomah dalam menegakkan
kalimah Allah SWT di muka bumi ini.
Skripsi yang berjudul “Strategi Manajemen Uje Center Dalam
Pengelolaan Aktivitas Dakwah Ustadz Jefri Al Bukhori” penulis susun sebagai
salah satu syarat unuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosil Islam (S.Sos.I) pada
jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, sebagaimana yang diharapkan, meskipun waktu, tenaga, dan
pikiran telah diperjuangkan dengan segala keterbatasan kemampuan yang penulis
miliki, demi terselesainya skripsi ini. Namun, kiranya hasil penelitian yang
tertuang dalam skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kalangan siapapun,
khususnya yang mencintai dunia pendidikan. Selama proses penulisan ini, penulis
banyak mendapat bantuan, motivasi, serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Bapak Drs. Arief Subhan.,MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan
Komunikasi.
iii
2. Bapak. Drs. Hasanuddin Ibnu Hibban.,MA dan Bapak. Drs. Cecep
Castrawijaya.,MA selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Manajemen
Dakwah.
3. Drs.Hasanuddin Ibnu Hibban,MA, selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah meluangkan segala waktu, tenaga, ilmu, serta kesabaran yang
diberikan dalam membimbing, mengarahkan, dan memberikan masukan-
masukan yang sangat berguna dalam penulisan skripsi ini.
4. Kedua orang tua tercinta, Ayahku Faruk Yuslam dan Mamahku Endang
Hamdah, yang telah mendidik dan mengasuh dengan segala jerih payah
dan kasih sayangnya hingga penulis dapat menempuh jenjang pendidikan
dasar sampai pendidikan tinggi dengan baik.
5. Kakakku Farah Yuliani dan Fika Ambarsari terimakasih banyak ya atas
masukan-masukannya dalam pembuatan skripsi ini, dan untuk adik-adikku
Fadli, Fanya, dan Firda maaf ya teteh dah bikin kalian kesel terus, makasih
ya atas kesabarannya untuk menghadapi teteh yang suka marah-marah
terus. Semoga Allah mengabulkan cita-cita dan harapan kalian.
6. Kekasih ku dan calon suamiku Wisnu Wijaya yang selalu menemani dan
mendukung penulis. Do’a, cinta, pengertian, dan kesabarannya yang
begitu besar adalah motivasi yang sangat berharga. Terimakasih ya telah
memberi kesempatan penulis untuk selalu menjadi yang lebih baik.
7. Seluruh keluarga besarku terimakasih atas do’anya sehingga penulis
mandapatkan kemudahan dan kelancaran dalam pembuatan skripsi ini.
iv
8. Kepada Bapak Udjang Usman yang telah banyak membantu dan selalu
memotivasi penulis baik dari segi moril maupun materil. Terima kasih
banyak ya pak atas kesabaran dan motivasinya, sehingga penulis akhirnya
dapat menyelesaikannya dengan baik.
9. Keluarga besar pak Udjang Usman, Bunda, mba Santi, ka Lia, ce Eneng,
Aisyah, Bagas, Upan, Aldy, mas Sugeng, ka Ridwan. Ketegaran dan
keistiqamahan mereka dalam menghadapi ujian hidup adalah pelajaran
berarti. Penulis mengucapkan banyak terimakasih karena sudah sangat
sering merepotkan.
10. Sahabat-sahabatku, Mila, Tia, Cela, Uphi, Ratna, Dea, Putri, Rara, Dena,
Deva, Achi, Rika, Odah, Alfi, Hanna, Kesy, Anne. Bagaimanapun kalian
adalah sahabatku dan kalian selalu mensupport aku, maaf aku selalu
membuat kalian kecewa dengan apa yang sudah aku lakukan. You are my
best friends semoga harapan dan cita-cita kalian dapat tercapai.
11. Teman-teman dan keluarga besar Kohati teruskan semangat kalian ya..
12. Kapada keluarga besar manajemen Uje Center, terimakasih banyak atas
dukungan dan motivasinya dalam proses pembuatan skripsi ini.
13. Semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan skripsi ini
terimakasih banyak atas dukungan dan motivasinya baik dari segi moril
dan materilnya. Thank you for all....^.^
Jakarta, 23 Desember 2009
Faridah Indriani
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah................................. 3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................... 4
D. Metodologi Penelitian ........................................................ 5
E. Tinjauan Pustaka ................................................................ 8
F. Sistematika Penulisan ........................................................ 9
BAB II LANDASAN TEORITIS TENTANG STRATEGI, TIM
MANAJEMEN, PENGELOLAAN, DAN AKTIVITAS
DAKWAH ............................................................................... 11
A. Strategi ............................................................................... 11
1. Pengertian Strategi ....................................................... 11
2. PerbedaanTaktik Dengan Strategi ................................ 18
3. Tahap-Tahap Strategi ................................................... 19
4. Bentuk-Bentuk Strategi ................................................ 24
B. Tim Manajemen ................................................................. 25
1. Pengertian Tim Manajemen ......................................... 25
2. Ruang Lingkup Manajemen Sumber Daya Manusia ... 33
vi
C. Pengelolaan Aktivitas Dakwah .......................................... 35
1. Pengertian Pengelolaan ................................................ 35
2. Langkah-Langkah Pengelolaan .................................... 35
3. Pengertian Aktivitas Dakwah ....................................... 37
4. Ruang Lingkup Aktivitas Dakwah ............................... 40
BAB III PROFIL MANAJEMEN UJE CENTER DAN USTADZ
JEFRI AL-BUKHORI ........................................................... 44
A. Profil Manajemen ............................................................... 44
1. Sejarah Berdirinya Uje Canter ..................................... 44
2. Visi dan Misi dan Tujuan Uje Center .......................... 44
3. Struktur Organisasi Uje Center .................................... 45
4. Program Kegiatan Uje Center ...................................... 45
B. Profil Ustadz Jefri Al-Bukhori ........................................... 46
1. Profil Ustadz Jefri Al Bukhori ..................................... 46
2. Biografi Ustadz Jefri Al-Bukhori ................................. 49
BAB IV ANALISIS STRATEGI MANAJEMEN UJE CENTER ... 54
A. Perumusan Strategi............................................................. 54
B. Implementasi Strategi......................................................... 61
1. Implementasi Struktur .................................................. 62
2. Implementasi Budaya Organisasi ................................. 65
3. Implementasi Kepemimpinan ...................................... 65
C. Evaluasi Strategi................................................................. 67
1. Rapat Kerja Pimpinan .................................................. 68
vii
2. Rapat Kerja Bagian ...................................................... 68
3. Rapat Evaluasi Pelaksanaan Program .......................... 69
4. Data Base ..................................................................... 69
D. Analisis Strategi (Analisis SWOT) .................................... 71
1. Strengh (Kekuatan) ...................................................... 71
2. Weaknes (Kelemahan) .................................................. 72
3. Opportunity (peluang) .................................................. 73
4. Thearts (Ancaman)....................................................... 74
BAB V PENUTUP ............................................................................... 77
A. Kesimpulan ....................................................................... 77
B. Saran ................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 75
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keberhasilan seseorang tentu tidak terlepas dari dukungan dan bantuan
orang-orang yang berada di belakang mereka. Orang-orang yang secara moril
maupun materil telah memberikan kontribusi yang memudahkan seseorang
untuk berhasil atau mencapai suatu kesuksesan. Orang-orang inilah yang pada
umumnya dikenal sebagai manajer atau tim manajemen.
Pada umumnya, manajer tokoh ataupun orang-orang terkenal tergabung
dalam sebuah tim. Meskipun terdapat hanya seorang manajer sebagai inti,
namun manajer ini dikelilingi oleh asisten-asisten yang memiliki tugas
masing-masing. Mulai dari menerima atau tidak menerima pekerjaan yang
ditawarkan kepada si tokoh, membuat dan mengatur jadwal kegiatan, sampai
dengan make up serta mengingatkan perlengkapan-perlengkapan si tokoh.
Bahkan ketika orang terkenal tadi mengalami masalah dan kerugian atas
kesalahan berita atau rumor atau isu, maka tugas manajerlah membuat
klarifikasi kepada semua orang bahwa pemberitaan tersebut adalah salah.
Mengklarifikasi kepada keluarga atau orang-orang di rumah mungkin
bisa dilakukan dengan segera dan mudah, akan tetapi beda halnya jika harus
mengklarifikasi kepada publik yang mungkin jumlahnya ribuan atau lebih.
Akan tetapi tugas manajer tidak hanya itu, di saat tak ada masalah pun
2
manajer maupun tim manajemen ini harus menjaga dan meningkatkan citra si
tokoh.
Tim manajemen mungkin dikenal dekat berada dalam dunia para bintang
yang tentu bukan saja dari kalangan selebritis, terutama yang akan di kaji
dalam penelitian ini adalah tim manajemen seorang Dai kondang. Dai yang
menjadi terkenal, terutama yang mulai berdakwah melalui media massa, akan
lebih disibukkan dengan berbagai kegiatan dakwah.
Jadwal kegiatan dakwah yang menanjak ini akan menjadi sulit diatur
sendiri karena bukan sekedar menaruh jadwal kegiatan di hari-hari kosong,
tetapi juga bagaimana mengatur agar kegiatan tersebut tidak berada dalam
waktu yang sama, serta memilah-milah mana kegiatan yang sebaiknya lebih
dahulu dikerjakan dari yang lainnya. Sebab inilah, seorang yang super sibuk
membutuhkan manajer dan tim manajemennya.
Dalam rangka intensifikasi penyelenggaraan dakwah peran manajemen
tidak diragukan lagi. Dalam abad modern ini, ilmu manajemen yang semula
tumbuh dan berkembang dikalangan dunia industri itu, sangat diperlukan oleh
setiap usaha dalam lapangan apapun. Tidak terkecuali lapangan dakwah
sehingga akan lebih jelas apa yang harus dilakukan dalam penyelenggaraan
dan pengelolaan dakwah.
Tim manajemen merupakan suatu hal yang sangat penting bagi
kesuksesan seseorang. Bagi seseorang yang sedang beranjak terkenal, dengan
jumlah tawaran pekerjaan yang sedang meningkat, sangat susah
mengendalikan dan mengatur semua waktu sendirian, bersamaan dengan
segala hal yang patut dipersiapkan.
3
Oleh karena itu, sering sekali kita melihat para artis, da’i kondang,
penyanyi dan orang-orang terkenal lainnya memiliki tim manajemen yang
komplit. Tim manajemen dengan seorang manajer ini tentu sehari-harinya
menciptakan dan menyusun strategi-strategi jitu yang akan sangat membantu
dalam tetap terjaganya dan semakin meningkatnya kesuksesan si da’i.
Melihat permasalahan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang ”Strategi Manajemen Uje Center Dalam Pengelolaan
Aktivitas Dakwah Ustadz Jefri Al Bukhori”. Terutama tentang kontroversial
masalalunya dengan ketenarannya sebagai da’I kondang. Maka penulis ingin
mengetahui dan menganalisis manajemen Uje Center dalam mengelola
aktivitas dakwah Ustadz Jefri Al Bukhori.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Banyak masalah yang dapat dibahas tentang Ustadz Jefri Al Bukhori
seperti bagaimana strategi yang dilakukan oleh manajemen Uje Center,
bagaimana aktivitas dakwah Ustadz Jefri Al Bukhori, dan bagaimana
pengaruh dari keduanya?
Agar penelitian ini berjalan dengan sistematis, maka permasalahan
dalam skripsi ini dibatasi dalam hal mengenai strategi Uje Center terhadap
aktivitas dakwah Ustadz Jafri Al Bukhori, dan karena itu dibuat suatu rumusan
permasalahan yang akan diangkat dari objek penelitian.
Adapun perumusan masalahnya adalah:
4
”Bagaimana perumusan strategi , implementasi strategi, dan evaluasi
strategi yang dilakukan manajemen Uje Canter dalam pengelolaan aktifitas
dakwah Ustadz Jefri Al Bukhori?”
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mencari dan mengumpulkan informasi yang
memberikan jawaban atas permasalahan yang dirumuskan di atas, yaitu
untuk mengetahui perumusan strategi, implementasi strategi, dan
evaluasi strategi yang dilakukan oleh manajemen Uje Center dalam
pengelolaan aktifitas dakwah Ustadz Jefri Al Bukhori.
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengolah informasi
seputar judul penelitian yang telah dikumpulkan untuk dijadikan data-
data dalam penulisan laporan penelitian, sehingga laporan penelitian ini
nantinya menjadi suatu laporan yang dapat di pertanggungjawabkan
secara ilmiah.
2. Manfaat Penelitian
Secara praktis, kegunaan dan manfaat penelitian ini adalah
mendapatkan dan memberikan gambaran tentang upaya pemahaman
masalah dakwah Islam,selalu saja diungkapkan adanya kelemahan-
kelemahan dalam proses penyelenggaraan dakwah itu.
5
Dari berbagai kelemahan yang ditampilkan, dapatlah diambil
kesimpulan, bahwa kelemahan itu lebih banyak terletak pada aspek organisasi
dan manajemen. Apabila hendak dilakukan usaha-usaha peningkatan dan
penyempurnaan dakwah maka sebaiknya aspek organisasi dan manajemen
inilah yang harus lebih banyak mendapatkan pengamatan dan perhatian.
Secara teoritis pertama, manfaat akademis dari penelitian ini diupayakan
untuk memberikan hasil penelitian berupa karya ilmiah yang penulis harapkan
mampu menambah referensi pustaka untuk mata kuliah yang menyangkut
ilmu manajemen.
Kedua, penulis berharap hasil penelitian ini bisa menjadi sumber data
penelitian-penelitian baru nantinya dan menjadi acuan kontribusi ilmiah bagi
kegiatan-kegiatan akademis lainnya.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode
Penelitian dengan judul Strategi Manajemen Uje Center Dalam
Pengelolaan Aktifitas DakwahUstadz Jefri Al Bukhori. Metode ini
menggunakan metode penelitian dengan pendekatan kualitatif, yakni
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.1
Sengaja penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif,
karena pada intinya penelitian ini bertujuan meneliti kualitas dari strategi
1 Lexi J, Moleong , Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2006), h. 4.
6
manajemen Uje Canter dalam pengelolaan aktifitas dakwah yang
dilakukan oleh tim manajemen Ustadz Jefri Al Bukhori.
Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif, diharapkan
dapat memberikan hasil penelitian yang deskriptif mengenai fokus
permasalahan yang dikaji berdasarkan data dan perilaku-perilaku yang
diamati.
2. Tempat dan Waktu Penelitian
a. Lokasi penelitian ini bertempat di daerah sekitar Jl. Radio Dalam
Raya No. 9D, Jakarta Selatan.
b. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan April 2009 sampai
tanggal 15 Desember 2009.
3. Objek dan Subjek
a. Objek penelitian ini adalah Manajemen Uje Center.
b. Subjek penelitian ini adalah strategi manajemen Uje Center dalam
pengelolaan aktifitas dakwah Ustadz Jefri Al Bukhori yang dilakukan
oleh manajemen Uje Center.
4. Sumber Data
Sumber data penelitian ini adalah data tertulis maupun lisan yang
menyangkut inti permasalahan penelitian ini.
3. Teknik Pengumpulan Data
Data-data awal dikumpulkan dari sumber referensi tertulis baik
berupa buku, artikel maupun tulisan-tulisan ilmiah lainnya yang memiliki
sangkut-paut dengan judul penelitian yang diambil. Selain itu data-data
7
nantinya juga tentu akan didapatkan dari observasi di lapangan
berdasarkan hasil-hasil pengamatan dan wawancara.
Data-data tersebut pada akhirnya akan digabungkan hingga menjadi
suatu tulisan yang tersusun dan siap untuk dikaji lebih mendalam.
Sesuai dengan metodologi penelitian yang digunakan, yakni metode
penelitian kualitatif, maka data akan dikumpulkan melalui:
a. Sumber referensi : data-data ilmiah tertulis.
b. Wawancara : yaitu pengumpulan data dengan cara mengadakan
komunikasi langsung dari sumber data, pengumpulan data dengan
mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara
(pengumpul data) kepada responden dan jawaban-jawaban
responden dicatat atau direkam dengan alat perekam (tape
recorder).2 Adapun yang menjadi responden dalam penelitian ini
adalah: Anggota/staff manajemen Uje Center dan manager
operasional.
c. Observasi : pengamatan dengan menggunakan indra penglihatan
yang berarti tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan.3
d. Dokumentasi: yaitu guna melengkapi data-data yang diperlukan,
juga untuk mengetahui segala sesuatu yang ada kaitannya dengan
permasalahan yang sedang diteliti.
2 Irawan Soehartono, Metodologi Penenlitian Sosial, Suatu Teknik Penelitian BIdang
Kesejahteraan Sosial dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung: PT. Remaja Rosdakaraya, 2004),
h. 68. 3 Irawan Soehartono, Metodologi Penenlitian Sosial, Suatu Teknik Penelitian BIdang
Kesejahteraan Sosial dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung: PT. Remaja Rosdakaraya, 2004),
h. 69.
8
4. Teknik Analisis Data
Analisis SWOT terdiri dari strength (kekuatan), weaknes
(kelemahan), opportunity (peluang), dan threars (ancaman). merupakan
salah satu instrument analisis lingkungan internal maupun eksternal
perusahaan atau organisasi yang telah dikenal luas.
Berikut ini akan dijelaskan tentang analisis SWOT: 4
1) Strengh (kekuatan), adalah kekuatan yang dapat diandalkan oleh
organisasi. Dengan adanya kekuatan ini organisai akan dapat
mengetahui bagaimana cara yang tepat dalam menyusun rencana
global.
2) Weaknes (kelemahan), adalah keterbatasan dan kekurangan yang
dimiliki sebuah organisasi. Dengan mengetahui kelemahan, organisasi
diharapkan dapat mengantisipasi agar kelemahan itu tidak menjadi
penghalang dalam mencapai rencana global.
3) Opportunity (peluang), adalah situasi yang menguntungkan organisasi.
Dengan mengetahui peluang organisasi diharapkan dapat
memanfaatkannya menjadi potensi yang dapat mengatarkan pada
tujuan-tujuan organisasi.
4) Thearts (ancaman), adalah suatu keadaan yang tidak menguntungkan
organisasi. Ancaman ini perlu diketahui oleh organisasi secara baik.
4 Mulia Nasution, Pengantar Manajemen, (Jakarta: Djambatan, 1996), h. 30
9
Dengan mengetahui ancaman, organisasi diharapkan dapat mengambil
langkah-langkah awal agar ancaman tersebut tidak menjadi kenyataan.
Hasil dari analisis SWOT dapat menunjukkan kualitas dan
kuantifikasi posisi organisasi dengan sejumlah kemampuan inti bila
resultansi kekuatan dan kelemahan positif uang kemudian memberikan
rekomendasi strategis terhadap strategi perusahaan serta rekomendasi
fungsional kebutuhan atau modifikasi sumber daya organisasi.5
Data-data yang telah terkumpul, baik dari sumber tertulis, lisan
maupun pengamatan terhadap perilaku, akan dikaji untuk menemukan
hipotesis yang akan menjadi teori yang substantif. Teori ini akan
digunakan untuk menguji atau memverifikasi teori-teori yang terkait
dengan judul penelitian ini, yang telah ada sebelumnya.
Penelitian ini juga menggunakan teknik decoding untuk
menganalisis data. Teknik di mana data-data yang telah dikumpulkan dan
disusun akan dideskripsikan kembali dan ditarik kesimpulannya.
E. Tinjauan Pustaka
Adapun setelah penulis mengadakan suatu kajian kepustakaan penulis
akhirnya menemukan beberapa skripsi yang hampir sama dengan yang akan
penulis teliti. Judul-judul tersebut antara lain adalah:
Pertama, karya milik Aryah Marzanah, ”Analisis Terhadap Manajemen
Strategi Organisasi ’Aisiyah Pusat Periode 2000-2005”, Fakultas Dakwah
dan Komunikasi Jurusan Manajemen Dakwah 1427 H/2006 M, memaparkan
5 M. Ismail Yusanto dan M. Karebet Widjajakusuma, Manajemen Strategis Perspektif
Syariah, (Jakarta: Khairul Byaan, 2003), cet. Ke-I, h. 29
10
beberapa tahapan analisis manajemen strategi pada Yayasan ’Aisiyah Pusat.
Dengan melalui perumusan strategi organisasi, implementasi organisasi, dan
evaluasi organisasi Yayasan ’Aisiyah Pusat.
Kedua, karya milik Umi Kulsum, Strategi Penggalangan dan
Pengelolaan Dana Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman Parung Bogor,
Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Manajemen Dakwah Tahun 1428
H/2007 M, memaparkan tentang penilaian secara kritis tentang bagaimana
strategi penggalangan dan pengelolaan dana yang dilkukan Pondok Pesantren
Al-Ashriyyah Nurul Iman Parung Bogor.
Ketiga, adalah karya milik Muflih Shoepul Ridwan, Strategi Fatwa
Haram Perkawinan Beda Agama MUI Kota Bogor. Fakultas Dakwah dan
Komunikasi Jurusan Manajemen Dakwah Tahun 1428 H/2007 M,
memaparkan beberapa tahapan strategi sosialisasi fatwa haram perkawinan
berbeda agama yang dilakukan MUI kota Bogor. Dengan melalui perumusan
strategi, implementasi strategi, dan sosialisasi strategi terhadap sosialisasi
fatwa haram perkawinan beda agama.
Berbeda dengan skripsi-skripsi di atas, judul yang penulis bahas adalah
“Strategi Manajemen Uje Center Dalam Pengelolaan Aktivitas Dakwah
Ustadz Jefri Al Bukhori”. Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan
Manajemen Dakwah Tahun 1430 H/2009 M, memaparkan tentang bagaimana
perumusan strategi, Implementasi strategi dan Evaluasi strategi pada
manajemen Uje Center.
11
F. Sistematika Penulisan
Skripsi ini disusun dalam lima bab yang masing-masing bab terdiri dari
sub bab. Lima bab tersebut disusun secara berurutan guna menjelaskan isi
skripsi dengan lebih jelas, sistematis dan mendetail. Berikut gambaran
mengenai penyusunan bab dalam skripsi ini:
Bab I Pendahuluan, bab ini membahas tentang latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah yang akan diteliti, tujuan dan
manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, serta
sistematika penulisan.
Bab II Landasan teoritis berisi tentang strategi, tim manajemen, pengeloaan
dan aktivitas dakwah.
Bab III Profil manajemen Uje Center dan Ustadz Jefri Al Bukhori, pada bab
ini diberikan gambaran mengenai profil manajemen Uje Center dan
profil ustadz Jefri al-Bukhori, termasuk gambaran umum beragam
aktivitas dan perkembangannya.
Bab IV Analisis strategi manajemen Uje Center, berisi tentang pembahasan
prumusan strategi Uje Center, implementasi strategi Uje Center, dan
Evaluasi Uje Center.
Bab V Penutup, meliputi penarikan kesimpulan dan saran-saran.
12
12
BAB II
LANDASAN TEORITIS TENTANG STRATEGI, TIM MANAJEMEN,
PENGELOLAAN, DAN AKTIVITAS DAKWAH
A. Strategi
1. Pengertian Strategi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian dari strategi adalah:1
a. Ilmu dan seni menggunakan semua sumberdaya bangsa untuk
melaksanakan kebijaksanaan.
b. Ilmu dan seni memimpin bala tentara untuk menghadapi musuh dalam
perang, dalam kondisi yang menguntungkan.
c. Tempat yang baik menurut siasat perang.
d. Rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran
khusus.
Secara etimologi strategi berasal dari bahasa Yunani Strategos yang
berarti Jendral. Strategi pada mulanya berasal dari peristiwa peperangan,
yaitu sebagai suatu siasat untuk mengalahkan musuh. Namun pada akirnya
strategi berkembang untuk semua kegiatan organisasi termasuk keperluan
ekonomi, sosial, budaya, dan agama.2
Untuk memperkaya pemahaman tentang apa sebenarnya “strategi”
itu, berikut akan dipaparkan beberapa definisi strategi. Ada dua
pendekatan untuk mendefinisikan strategi, yang dikenal sebagai
1 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka 2002), hlm. 1092
2 Rafi‟udin dan Maman Abd. Djaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung: Pustaka
Setia 2002), hlm. 76
13
pendekatan tradisional dan pendekatan baru yang bersumber dari (Hill
dan Jones, 1998). Dalam pendekatan tradisional, dipahami sebagai suatu
rencana kedepan, bersifat antisipatif (forward looking). Sedangkan dalam
pendekatan yang baru, strategi lebih dipahami sebagai suatu pola dan
bersifat reflektif (backward-looking). 3
Organisasi di definisikan sebagai “ a consciously coordinated social
entity, with a relatively identiviable boundary, that functions on a
relatively continous basis to achieve a common goal or set of goals”
(Robbins, 1990). Kehidupan manusia modern tak bisa dilepaskan dari
sentuhan dan peranan organisasi.4
Hofer dan Schendel (1986) mengemukakan empat komponen dalam
suatu strategi, yaitu scope (domain atau cakupan), resources deploypment
(pengerahan sumber daya), competitive advantage (daya saing), dan
synergy (efek kekuatan bersama).5 Sedangkan Mintzberg (1994)
menginventaris lima definisi tentang strategi, yaitu:
a. Plan (perencanaan)
A direction, a guide or course of action into the future, a path to get
“from here to there” (suatu petunjuk, suatu tuntunan atau tindakan
yang akan dilakukan, sesuatu yang memberi arah bagi tindakan–
tindakan masa depan).
3 Hendrawan Sipratikno, Anton Wachidin Widjaja, Sugiarto, Darmadi Durianto,
Advanced Strategic Management „ Back To Basic Approach‟, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama, Anggota IKAPI, 2003), hlm. 1-4 4 Kusnadi, Pengantar Manajemen Strategi, (Malang: Universitas Brawijaya, 2001), edisi
ketiga, h. 210. 5 Hendrawan Sipratikno, Anton Wachidin Widjaja, Sugiarto, Darmadi Durianto,
Advanced Strategic Management „ Back To Basic Approach‟, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama, Anggota IKAPI, 2003), hlm. 1-4
14
b. Pattern (pola)
Consistency in behavior over time (perilaku yang konsisten antar
waktu).
c. Position (posisi)
The determination of particulars products in particular markets
(penentuan Posisi dalam konteks persaingan .
d. Perspektive (perspektif )
An organization‟s way of doing things (bagaimana suatu organisasi
menjalankan kegiatannya).
e. Play (permainan)
A specific maneuver intended to outwitan opponent or competitor
(kumpulan maneuver untuk “menjinakkan” pihak lawan atau suatu
cara yang dilakukan untuk mengecoh pesaing.6
Meski demikian, mazhab yang dominan adalah mazhab yang melihat
strategi sebagai suatu rencana. Strategi dipandang sebagai suatu yang
dibuat untuk mengamankan masa depan. Pertama-tama, strategi di nilai
yang berurusan dengan masa depan. Kata-kata “strategi” berkonotasi
antisipasi, prediksi, dan hal-hal yang mengesankan sifat cerdas dalam
menghadapi masa depan yang penuh dengan ketidakpastian.
6 Soekidjo Notoatmodjo, Pengembangan Sumbe Daya Manusia, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2003), Cet. Ke-3, h. 12-14
15
Dalam kamus istilah manajemen, strategi adalah rencana yang
cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus dan saling
berhubungan dalam hal waktu dan ukuran.7
Berikut ini berbagai definisi dari para ahli, yaitu:
a. Menurut Sondang Siagan, strategi adalah: cara terbaik untuk
mempergunakan dana, daya dan tenaga yang tersedia sesuai dengan
tuntutan perubahan lingkungan.8
b. Menurut Onong Uchjana, strategi pada hakikatnya adalah
perencanaan dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan.9
c. Menurut R. Andrews, “The concept of corporate strategy” (1980), “
strategi perusahaan adalah pola keputusan dalam perusahaan yang
menentukan dan mengungkapkan sasaran, maksud atau tujuan yang
menghasilkan kebijaksanaan utama dan merencanakan untuk
pencapaian tujuan-tujuan ini, serta memperinci jangkauan bisnis yang
akan di kejar oleh perusahaan merupakan jenis organisasi ekonomi dan
kemanusiaan yang diinginkan atau diharapkan, dan sifat dari
pengukuran ekonomis dan non ekonomis yang akan diberikan kepada
pemegang saham, karyawan, pelanggan dan masyarakat”.10
7 Panitia Istilah Manajemen Lembaga PPM, Kamus Istilah Manajemen, (Jakarta: Balai
Aksara, 1983) cat. Ke-2, hlm. 245. 8 Sondang siagan, Analysis serta perumusan dan kebijaksaan dan strategi organisasi,
(Jakarta: PT. Gunung Agung, 1986), Cet. Ke-2, hlm.17 9 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1999), hlm. 32 10
Fred .R. David, Manajemen Strategi Konsep (Jakarta: Prenhalindo, 2002), hlm. 6
16
d. Menurut David Aeker, sebagaimana dikutip oleh Kusnadi terdapat
beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam merumuskan atau
memilih suatu strategi, yaitu:
1) Strategi harus tanggap terhadap lingkungan eksternal
2) Strategi melibatkan keunggulan kompetitif
3) Strategi harus sejalan dengan stategi yang lainnya yang terdapat di
dalam organisasi
4) Strategi menyadiakan keluwesan yang tepat terhadap bisnis dan
organisasi
5) Strategi harus sesuai dengan misi organisasi dan tujuan jangka
panjang organisasi
6) Strategi secara organisasional di pandang layak (wajar).11
Dari beberapa penertian di atas, maka dapat diambil kesimpulan
tentang strategi antara lain:
a. Strategi merupakan suatu kesatuan rencana yang terpadu yang
diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi, sehingga dapat disusun
kekuatan strategi organisasi.
b. Dalam menyusun strategi organisasi perlu dihubungkan dengan
lingkungan organisasi, sehingga dapat disusun kekuatan strategi
organisasi.
11
Kusnadi, Pengantar Manajemen Strategi, (Malang: Universitas Brawijaya, 2001), edisi
ketiga, h. 215.
17
c. Dalam pencapaian tujuan organisasi perlu alternatif yang harus
dipertimbangkan dan harus dipilih.
d. Strategi yang dipilih akan diimplementasikan oleh organisasi dan
akhirnya memerlukan evaluasi terhadap strategi tersebut.
Suatu strategi dipilih dan ditetapkan dari sekian banyak pilihan yang
telah diteliti dan dipertimbangkan dengan matang serta dilaksanakan
dalam kurun waktu tertentu. Untuk mengetahui apakah implementasi
strategi terlaksana sebagaimana mestinya atau tidak, maka manajemen
perlu melakukan tindakan penilaian yang biasa disebut dengan evaluasi.
Manajemen strategi timbul dari Analisis SWOT yang artinya strange
(kekuatan), weaknes (kelemahan), opportunity (tantangan), theart
(ancaman). Pelaksana yang menganalisis adalah tim riset. Menganalisis
perencanaan dilakukan ketika rumusan perencanaan suatu organisasi akan
melakukan suatu kegiatan.
Analisis lingkungan internal adalah suatu proses kegiatan perusahaan
untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan (kekuatan dan kelemahan).
Pentingnya analisis internal perusahaan sebagai instrument menciptakan
profil adalah untuk menentukan strategi yang akan digunakan suatu
perusahaan sesuai dengan SWOT. Dan untuk melihat, mengkaji suatu
perusahaan atau organisasi di analisis dengan POAC. sedangkan untuk
menentukan strategi dalam kegiatan yang menjadi andalan digunakan
analisis SWOT.
18
Evaluasi strategi adalah “proses di mana manajer membandingkan
antara hasil-hasil yang diperoleh dengan tingkat pencapaian tujuan”.12
Penilaian ini dilakukan sesuai dengan prosedur dan standar atau target
organisasi yang dikembangkan, yakni mengacu pada tolak ukur strategi
dan operasional. Secara umum proses evaluasi dan pengendalian strategi
terdiri dari dua langkah, yaitu:
a) Pengukuran kinerja (measure the performance), yaitu perbandingan
antara standar dengan pelaksanaan.
b) Perbandingan dengan standar (compare the performance match the
standard), yaitu langkah untuk membandingkan hasil-hasil yang telah
diukur dengan target yang telah ditetapkan.13
Penilaian terhadap strategi dan kegiatan organisasi biasanya
dilakukan secara berkala dan berjenjang. Program kerja bulanan
dievaluasikan bersamaan dengan selesainya program bulanan. Kemudian,
program tersebut dinilai secara keseluruhan pada akhir bulan. Forum
penilaian ini dapat berupa rapat kerja bulanan, yang biasanya terjadi pada
tingkat fungsional.
Berdasarkan karakteristik di atas dapat disimpulkan bahwa strategi
adalah proses perencanaan yang bersifat menyeluruh dan terintegrasi,
berisikan sasaran dan program jangka panjang yang dirumuskan
berdasarkan keunggulan dan kelemahan perusahaan guna menghadapi
peluang dan ancaman dari luar.
12
Amirullah Budi Cantika, Manajemen Stratejik, hlm. 165. 13
Amirullah Budi Cantika, Manajemen Stratejik, hlm. 183.
19
Persyaratan-persyaratan bagi strategi yang efektif
Untuk mengembangkan strategi-strategi pokok, kita perlu memenuhi
sejumlah persyaratan kunci: (1) penilaian tentang lingkungan kini dan
masa depan, (2) penilaian diri sendiri (perseroan), (3) struktur organisasi
yang menjamin perencanaan, (4) konsistensi antar strategi, dan (5)
pengembangan strategi-strategi contingency.
2. Perbedaan Taktik Dengan Strategi
Perbedaan yang paling mudah antara keduanya adalah saat kita
memutuskan apa yang seharusnya kita kerjakan, kita memutuskan sebuah
strategi. Sedangkan jika kita memutuskan sesuatu, itulah yang disebut
taktik. Dengan kata lain, menurut Drucker yang dikutip oleh Agustinus Sri
Wahyudi, strategi adalah mengerjakan sesuatu yang benar (doing the right
things) dan taktik adalah mengerjakan sesuatu dengan benar.14
Menurut Karl Von Clausewitz yang dikutip oleh Agustinus Sri
Wahyudi, strategi merupakan suatu seni menggunakan pertempuran untuk
memenangkan suatu perang, sedangkan taktik adalah seni menggunakan
tentara dalam sebuah pertempuran.15
Dalam organisasi, taktik merupakan
sekumpulan program-program kerja yang dibentuk untuk melengkapi
strategi organisasi. Kesimpulannya adalah bahwa taktik merupakan
penjabaran operasional jangka pendek dari strategi agar srategi tersebut
dapat diterapkan.
14
Agustinus Sri Wahyudi, Manajemen Strategi Pengantar Proses Berpikir Strategi,
(Jakarta: Binarupa Aksara, 1996), cet-1, hlm. 16. 15
Agustinus Sri Wahyudi, Manajemen Strategi Pengantar Proses Berpikir Strategi,
(Jakarta: Binarupa Aksara, 1996), cet-1, hlm. 16.
20
3. Tahapan-Tahapan strategi
Seperti yang dikatakan oleh Joel Ross dan Michael yang dikutip oleh
Fred .R. David bahwa sebuah organisasi tanpa adanya strategi umpama
kapal tanpa kemudi, bergerak berputar dalam lingkaran. Organisai yang
demikian seperti pengembara tanpa tujuan tertentu.16
Proses strategi terdiri dari tiga tahapan yaitu:
a. Perumusan strategi
Dalam perumusan strategi termasuk didalamnya ialah 1)
pengembangan tujuan, 2) mengenai peluang dan ancaman eksternal, 3)
menetapkan suatu objektifitas, 4) menghasilkan strategi alternative, 5)
memilih strategi untuk dilaksanakan. Dalam perumusan strategi juga
ditentukan suatu sikap untuk memutuskan, memperluas, menghindari
atau melakukan suatu keputsan dalam suatu proses kegiatan.
Menurut David Aeker , sebagaimana dikutip oleh Kusnadi
terdapat beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam merumuskan
atau memilih strategi, yaitu:
1) Strategi harus tanggap terhadap lingkungan ekstern,
2) Strategi melibatkan keunggulan kompetitif,
3) Strategi haru sejalan dengan strategi yang lainnya yang terdapat
di dalam organisasi,
4) Strategi menyediakan keluwesan yang tepat terhadap bisnis dan
organisasi,
16
Fred .R. David, Manajemen Strategi Konsep (Jakarta: Prenhalindo, 2002), hlm. 3
21
5) Strategi harus sesuai dengan misi organisasi dan tujuan jangka
panjang,
6) Strategi secara keorganisasian di pandang layak dan wajar.
Oleh karena itu penulis menyimpulkan bahwa perumusan strategi
memiliki peran besar dalam suatu lembaga/organisasi dengan memiliki
tujuan, maka lembaga/organisasi dapat merefleksikan target yang akan
dicapai. Startegi yang di rumuskan hendaknya harus melihat ke arah
depan terhadap suatu lembaga/organisasi agar lembaga/organisasi
tersebut dapat mencapai tujuannya.
b. Implementasi Strategi
Setelah strategi ditentukan, maka strategi harus dipandukan
dalam kegiatan organisasi sehari-hari. Strategi yang paling canggih dan
kreatif sekalipun tidak dapat menguntungkan organisasi kecuali bila
dilaksanakan.
Implementasi strategi bertumpu pada alokasi dan
pengorganisasian SDM yang ditampakkan melalui penetapan struktur
organisasi mekanisme kepemimpinan yang dijalankan berikut budaya
perusahaan dan organisasi.17
1) Penetapan struktur organisasi
Alferd Chander mengutarakan suatu prinsip, yaitu:
“struktur fllows strategy” yang berarti struktur organisasi harus di
bentuk untuk mendukung agar penerapan strategi yang telah di
buat dapat lebih efektif. Jika strategi suatu saat dapat di ubah, maka
17
M. ismail Yusanto dan M. Karebet Widjajakusuma, Manajemen Strategi perspektif
Syari‟ah, (Jakarta: Khairul Bayan, 2003), Cet. Ke-1, hlm. 92
22
perusahaan wajib untuk mengubah atau menyesuaikan struktur
organisasinya.18
Struktur organisasi menunjukkan kerangka organisasi dan
susunan perwujudan pola terhadap pola tetap hubungan-hubungan
di antara fungsi-fungsi, bagian-bagian, atau posisi-posisi, maupun
orang-orang yang menunjukkan kedudukan, tugas, wewenang dan
tanggung jawab yang berbeda-beda dalam suatu organisasi.
Struktur ini mengandung unsur-unsur spesialisasi kerja,
standarisasi, koordinasi, sentralisasi atau desentralisasi dalam
pengambilan keputusan serta ukuran satuan kerja.19
2) Mekanisme kepemimpinan
Dalam konteks manajemen strategi, kepemimpinan strategi
adalah kemampuan dalam mengantisipasi setiap permasalahan
yang terjadi, memiliki visi, mampu mempertahankan fleksibilitas
organisasi dan dapat memberikan atau mendelegasikan kuasa
kepada orang lain untuk menceritakan perubahan strategis yang
perlu.20
3) Budaya organisasi
Setiap organisasi memiliki budaya yang terbentuk,
keberadaan sebuah budaya dalam organisasi sangat memberikan
peran yang penting bagi kelangsungan hidup organisasi dan dalam
pelaksanaan strategi organisasi. Budaya dapat menjadi pengikat
18
Agustinus Sri Wahyudi, Manajemen Strategi Pengantar Proses Berfikir Strategik,
(Jakarta: Binapura Aksara, 1996), Cet. Ke-1, hlm 113 19
Imail Yusanto dan M.Karebet Widjajakusuma, Manajemen StrategiPerspektif
Syariah.,hlm 108 20
Amrullah dan Sri Budi Cantika, Manajemen Strategik, hlm 172
23
sekaligus motivator rasa kebersamaan para anggota organisasi
melalui pemahaman yang sama tentang tata cara dan batasan
perilaku dalam organisasi.21
Dari uraian di atas maka dapat penulis simpulkan bahwa
implementasi dibutuhkan untuk mempraktekkan strategi. Langkah
implementasi strategi sebagian tergantung pada tujuan dari strategi
lembaga/organisasi. Selain itu implementasi juga tergantung pada
struktur organisasi. Keberhasilan implementasi dapat di hambat oleh
kendala-kendala intern lembaga seperti struktur lembaga/organisasi
yang kaku ataupun budaya organisasi yang tidak sesuai. Hal ini
dikarenakan budaya organisasi mempengaruhi interaksi internal.
c. Evaluasi Strategi
Tahap akhir dalam strategi ialah evaluasi strategi. Tiga macam
akivitas mendasar untuk mengevaluasi strategi adalah:22
1. Meninjau faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar
strategi.
2. Mengukur prestasi (membandingkan hasil yang diharapkan dengan
kenyataan).
3. Mengambil tindakan korektif untuk memastikan bahwa prestasi
sesuai dengan rencana.
Secara umum evaluasi strategi terdiri dari tiga langkah, yaitu:
21
Amirillah dan Sri Budi Cantika, Manajemen Strategik, hlm 172 22
Amirullah dan Sari Budi Cantika, Manajemen Stratejik, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2002), Cet. Ke-1, hlm. 165
24
Pengukuran kinerja ( measure the performance), yaitu
perbandingan antara standar dengan pelaksanaan.
Perbandingan prestasi dengan standar (compare the
performance match the standard), yaitu langkah untuk
membandingkan hasil-hasil yang telah di ukur dengan target
atau standar yang telah ditetapkan sebelumnya.
Mengambil tindakan korekif (the corective action), yaitu
manajerial yang di ambil para manajer ketika prestasi rendah di
bawah standar atau target yang telah ditetapkan.
Dari uraian di atas maka dapat di tarik kesimpulan bahwa evaluasi
strategi dibutuhkan untuk mengukur hasil kerja terhadap strategi
yang telah dirumuskan. Dengan mengukur hasil kerja yang telah di
capai , maka suatu lembaga/organisasi akan mengetahui posisi
lembaga/organisasinya. Sehingga kesalahan yang mungkin terjadi
dapat diminimalisir.
25
4. Bentuk-Bentuk Srategi
Bagan Kombinasi Unsur kesenjangan dan
Unsur spontanitas dalam Srtategi23
Strategi yang sesungguhnya dilakukan oleh organisasi merupakan
gabungan dari dua jenis strategi, yaitu strategi yang dibuat secara
terencana (delibrate) dan strategi yang muncul secara spontan. Strategi
yang dibuat secara terencana mengandalkan aspek “pengendalian”
(control), sedangkan strategi yang muncul secara spontan menyandarkan
diri pada aspek “belajar” (learning). Aspek “kontrol” penting dalam
strategi yang terencana dengan baik, karena suatu rencana yang matang
selalu mengandalkan banyak hal. Perubahan dari hal yang telah
diperhitungkan dikuatirkan akan membuat rencana menjadi meleset. Oleh
23
Hendrawan Sipratikno, Anton Wachidin Widjaja, Sugiarto, Darmadi Durianto,
Advanced Strategic Management „ Back To Basic Approach‟, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama, Anggota IKAPI, 2003), hlm. 7
INTENDED
STRATEGY
DELIBERAVE
STRATEGY
REALIZED
STRATEGY
ENERGENT
STRATEGY
UNREALIZED
STRATEGY
26
sebab itu diperlukan kontrol terhadap hal-hal yang dapat berubah presisi
(ketepatan) menjadi kata kunci.
Aspek “belajar” penting bagi strategi yang bersifat spontan. Dalam
strategi ini, intuisi dan insting dipandang penting. Perubahan lingkungan
yang cepat, yang membuat perhitungan terus menerus berubah, hanya bisa
dihadapi dengan keluwesan (kelenturan) rencana. Hal-hal yang sifatnya
spontan harus dimungkinkan untuk muncul.
Dengan pertimbangan-prtimbangan tertentu, organisasi sering secara
sengaja tidak membuat strategi yang ekspisit, atau lebih mengandalkan
pada strategi yang bersifat spontan. Strategi yang terlalu eksplisit dianggap
mengurangi fleksibilitas dan juga mahal, karena proses perumusan strategi
merupakan resource consuming ceremony.
B. Tim Manajemen
1. Pengertian Tim Manajemen
Sejarah kerjasama tim dalam kehidupan manusia hampir setua umur
manusia itu sendiri. Kerjasama tim menjadi vital ketika dunia kemiliteran
dan bisnis berkembang dengan cepat. Sejalan dengan perkembangan pasar
dan teknologi, industri tidak lagi bisa berjalan secara mekanistis. Ia harus
bisa bertindak secara fleksibel, dan kebutuhan terhadap kelompok kerja
makin terasa. Para peneliti menemukan bahwa pengaruh kelompok kerja
terhadap produktifitas sama besarnya dengan pengaruh seorang manajer.
Hanya saja, saat organisasi menjadi semakin besar, para pekerja kesulitan
27
untuk saling berbagi pengetahuan tentang material, proses, dan metode
kerja untuk meningkatkan daya saing organisasi. Ini terjadi karena saluran
pertukaran ide dan keahlian di antara karyawan mampet.
Inovasi model bisnis berkembang selama masarekonstruksi pasca
Perang Dunia II. Jepang memimpin dengan menerapkan etika tim sebagai
prinsip-prinsip produksi massal. Karyawan mereka sangat termotivasi,
komit terhadap teknologi, dan sangat produktif. Kemudian, perusahaan-
perusahaan Amerika dan Eropa mengkopi cara Jepang mengelola
pekerjaan itu, sembari menghapus hambatan birokrasi yang sering
menghambat inovasi dalam kultur orang-orang Jepang. Upaya mencontoh
itu ternyata bukanlah resep yang mudah. Hingga saat ini pun upaya
mengadopsi pendekatan tim itu masih menjadi tantangan terbesar pada
banyak perusahaan. Direktur HR dari 100 perusahaan paling top di
Amerika (Fortune 100) melaporkan bahwa perhatian utamanya tertuju
pada upaya membangun struktur berbasis tim agar perusahaan mereka bisa
bergerak fleksibel, produktif, tangguh, dan efektif.
Menurut Profesor Michael West, pengarang buku The Secrets of
Successful Team Management, upaya membangun tim bukan hanya soal
laba dan inovasi, tetapi ia juga penting bagi kesehatan. Saat bekerja dalam
sebuah tim, kita memiliki hubungan pertemanan yang bagus, dan kita
merasa dimengerti dan dihargai. " maka harus mempunyai rasa memiliki
yang kini semakin hilang di perusahaan-perusahaan besar”, ujar professor
psikologi organisasi itu. Karyawan melihat adanya gap yang lebar antara
28
retorika sang CEO (yang selalu mengatakan, "...SDM adalah asset utama
terpenting") dengan kenyataan yang dihadapi sebagai karyawan. Sebagai
akibatnya, karyawan sering merasa tidak dihargai oleh perusahaan dan
merasakan minimnya kontrol terhadap kerjanya. 24
Alienasi semacam itu tercampur saat perusahaan harus
merampingkan diri untuk merespons tekanan ekonomi, karena adanya
beban pekerjaan berlebihan dan seringnya terjadi pengulangan pekerjaan
yang dirasakan karyawan.
Manfaat dari kerjasama tim, menurut penulis, sangat banyak.
Biasanya organisasi berbasis tim memiliki struktur yang ramping.
Berkerjasama dalam sebuah tim berarti memberi tanggung jawab dan
otoritas kepada tim untuk membuat keputusan tentang bagaimana bekerja
paling efisien, dan ini menyebabkan jumlah manajer dan level manajer
lebih sedikit. Oleh sebab itu, organisasi akan bisa merespons dengan cepat
dan efektif lingkungan yang cepat berubah.
Tim bisa melakukan pengembangan dan peluncuran produk dengan
cepat. Tim memungkinkan organisasi untuk terus belajar (dan mengambil
manfaat dari proses itu) secara lebih efektif. Tim yang melibatkan banyak
fungsi akan membantu meningkatkan manajemen mutu. Ia juga
mendorong berkembangnya kreatifitas dan inovasi. Kerjasama tim juga
menghasilkan manfaat finansial, termasuk karena kenaikan produktifitas.
24
Prof. Michael West, The Secrets of Successful Team Management - How to lead a
team to innovation, creativity and success, (Duncan Baird Publishers)
29
Begitu pula, perubahan dalam sebuah organisasi lebih efektif bila
melibatkan kerjasama tim. Masih banyak manfaat lain dari kerjasama tim.
Selain memberikan analisis teoritis dan praktis tentang manajemen
tim, yang menarik dalam buku ini, penulis memberikan kiat atau tips yang
amat berguna untuk menghasilkan kerjasama tim terbaik. Penulis
menyebut kiat atau tips itu dengan istilah Work Solution, yang berjumlah
23 buah. Penerapan Work Solution ini secara baik diyakini akan
melahirkan kerjasama tim yang kuat di perusahaan Anda. Work Solution 1
mengulas kenapa Anda harus membentuk kerjasama tim, karena tidak
semua hal mengharuskan Anda melakukannya. Work Solution 2 berisi
cara untuk menelaah kompetensi dari tim. Work Solution 3 menyarankan
pembuatan jurnal manajemen waktu. Work Solution 4 mengupas tema
"...meditasi pikiran" untuk meresapi tugas tim.
Work Solution 5 berisi cara merespons umpan balik formal. Work
Solution 6 tentang cara mengatasi anggota tim yang sulit. Work Solution
7, jurus mempersiapkan presentasi dari seorang juru bicara bagi tim. Work
Solution 8, tentang seni dari persuasi. Work Solution 9 berbicara tentang
penyusunan aturan main. Work Solution 10 berisi klarifikasi peran. Work
Solution 11 tentang bagaimana memproses informasi yang berguna. Work
Solution 12 mengupas kiat membangun hubungan dua arah. Work
Solution 13 tentang cara menyusun objektif.
Work Solution 14 tentang penyusunan agenda. Work Solution 15,
bagaimana melakukan debat yang positif. Work Solution 16, analisis
30
tentang stakeholder. Work Solution 17 mengupas cara bertukar pikiran dua
tahap. Work Solution 18, mengelola risiko. Work Solution 19 tentang
memaksimalkan upaya. Work Solution 20 tentang cara menghadapi hal-
hal rutin. Work Solution 21 mengupas tema bagaimana mengevaluasi
kerjasama tim. Work Solution 22 tentang pembentukan sebuah tim
perubahan. Terakhir Work Solution 24 mengupas hal menghilangkan
hambatan keterbukaan.
Sebuah buku yang menarik dan bermanfaat bagi siapa saja pelaku
organisasi: eksekutif, manajer, karyawan, dan siapa saja yang
mengandalkan kerjasama tim dalam pencapaian hasil.
Di zaman sekarang ini, siapa yang tidak pernah mendengar kata tim,
atau bergabung di dalam sebuah kelompok yang dinamakan „tim‟? Tetapi
apakah „tim‟ itu, dan apa yang menjadikan sebuah tim efektif? Jawaban
atas pertanyaan tersebut benar-benar didambakan setiap organisasi karena
semakin banyaknya organisasi yang kinerjanya tergantung pada kinerja
tim-tim di dalamnya. Tim-tim dianggap mampu menyelesaikan banyak
masalah organisasi yang membutuhkan kerja sama lintas fungsional.
Topik mengenai tim, karena itu, sangat sering dibahas dalam
literatur-literatur manajemen dan bisnis. Salah satu karya klasik yang
mengangkat tema ini adalah tulisan Jon R. Katzenbach dan Douglas K.
Smith yang dikutip oleh Prof. Michael West, yang dituangkan dalam buku
berjudul The Wisdom of Teams. Buku yang diterbitkan pertama kali pada
31
tahun 1993 tersebut sudah dicetak ulang beberapa kali dan dianggap
sebagai salah satu karya terbaik mengenai tim.25
Salah satu kesimpulan yang membuka mata dari kedua penulis ini
adalah: tidak selamanya sekelompok orang yang bekerja bersama bisa
disebut sebagai tim. Bila kita mengumpulkan 5 orang dan meminta mereka
menyelesaikan sebuah proyek, mereka belum tentu menjadi sebuah tim.
Tim, menurut mereka, harus memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu.
Persyaratan-persyaratan tersebut bisa dilihat pada definisi tim menurut
Katzenbach dan Smith yang dikutip oleh Prof. Michael West:26
“A team is a small number of people with complementary skills who
are committed to a common purpose, performance goals, and approach
for which they hold themselves mutually accountable. (Sebuah tim adalah
sekelompok orang-orang dalam jumlah kecil dengan ketrampilan yang
berbeda yang berkomitmen terhadap tujuan, ukuran kinerja, dan
pendekatan yang sama; yang tanggung jawabnya diambil bersama)”.
Definisi tersebut bukan sekedar definisi, tetapi juga merupakan
persyaratan yang harus dipenuhi agar sebuah tim menjadi efektif.
Dari definisi di atas, bisa dilihat bagaimana sekelompok orang
menjadi sebuah tim. Pertama, jumlah kelompok tersebut harus kecil.
Mengapa? Sebuah tim membutuhkan komunikasi yang intensif, dan harus
25
Prof. Michael West, The Secrets of Successful Team Management - How to lead a
team to innovation, creativity and success, (Duncan Baird Publishers)
26
Prof. Michael West, The Secrets of Successful Team Management - How to lead a
team to innovation, creativity and success, (Duncan Baird Publishers)
32
mampu menentukan tujuan dan mengambil tanggung jawab bersama. Hal
itu lebih mudah terealisasi dalam kelompok yang kecil. Secara teoritis,
kelompok yang terdiri dari 50-100 orang tetapi bisa dianggap sebagai
sebuah tim, namun dalam prakteknya, kelompok besar tersebut umumnya
harus dipecah menjadi tim-tim yang lebih kecil agar bisa menjadi tim
efektif. Jumlah efektif berkisar dari 5-9 orang, tetapi boleh lebih dari itu
asalkan masih bisa tetap memenuhi persyaratan lainnya.
Persyaratan berikutnya adalah setiap anggota tim hendaknya
memiliki ketrampilan yang berbeda yang bisa menjadi pelengkap buat
anggota-anggota tim lainnya. Ketrampilan tersebut bisa dalam wujud
ketrampilan teknis, fungsional, pembuatan keputusan, atau hubungan
interpersonal. Syarat ini sangat diperlukan karena tim umumnya dibentuk
untuk menyelesaikan masalah yang cukup kompleks. Tanpa adanya
ketrampilan yang berbeda-beda tersebut, sebuah tim sulit menjalankan
fungsinya. Namun ketrampilan di sini juga bisa dalam bentuk potensi.
Sebuah tim tidak perlu mendapatkan semua ahli di bidangnya. Asalkan ada
beberapa anggota tim yang berpotensi dan berminat mempelajari
ketrampilan-ketrampilan yang dibutuhkan, hal itu sudah mencukupi.
Kemudian, sebuah tim harus membangun komitmen terhadap tujuan
dan ukuran kinerja bersama. Tanpa adanya tujuan bersama tersebut, para
anggota tim akan menjadi bingung, apatis, dan kembali memprioritaskan
tujuan individu mereka. Tujuan tersebut bisa diturunkan dari atas, tetapi
lebih baik bila dihasilkan bersama-sama oleh semua anggota tim melalui
33
proses diskusi yang sehat (‟sehat‟ di sini bukan berarti damai. Perdebatan
keras bisa terjadi, namun semua suara wajib dikeluarkan dan didengarkan,
dan semua orang sepakat untuk menghormati hasil akhir).
Selain komitmen terhadap tujuan bersama, tim juga harus
berkomitmen terhadap pendekatan yang disepakati bersama. Semua
anggota tim harus setuju bagaimana cara mereka membagi tugas dan
waktu, bagaimana jadwalnya, bagaimana dengan kepemimpinan tim
(ditunjuk, digilir, atau lainnya) dan hal-hal lain yang bersifat administratif
dan ekonomis.
Lalu yang terakhir, semua anggota tim memiliki tanggung jawab
bersama atas pencapaian kinerja tim. Persyaratan inilah yang sering tidak
bisa dipenuhi oleh sebuah kelompok kerja. Kelompok kerja tidak memiliki
tanggung jawab bersama. Wujud tanggung jawab terbesar bisa terjadi bila
semua anggota tim secara tulus berjanji pada diri sendiri dan anggota-
anggota lainnya untuk menjadikan pencapaian kinerja tim sebagai tujuan
individunya. Tim yang berhasil mendapatkan komitmen demikian
kemungkinan besar akan menjadi tim yang efektif.
Kemudian ada sebuah catatan tambahan dari mereka. Tidak semua
kelompok harus menjadi tim. Bila para anggota kelompok tidak mampu
memenuhi persyaratan-persyaratan di atas, atau penyelesaian dari masalah
tidak membutuhkan sebuah tim, pembentukan kelompok kerja biasanya
sudah mencukupi. Tim yang efektif juga tidak mudah untuk dibentuk.
34
Tetapi bila terbentuk, pencapaian tim tersebut akan jauh melebihi
pencapaian total masing-masing individunya.27
2. Ruang Lingkup Manajemen Sumber Daya Manusia
a. Tugas dan Ruang Lingkup Manajemen Sumber Daya Manusia
Tugas manajemen sumber daya manusia berkisar pada upaya
mengelola unsur manusia dengan segala potensi yang dimilikinya
seefektif mungkin sehingga dapat diperoleh sumber daya manusia
yang puas dan memuaskan bagi organisasi.
Ruang lingkup dari manajemen sumber daya manusia adalah
aktifitas-aktifitas dari manajemen sumber daya manusia dan mencakup
pada:
Rancangan Organisasi:
1) Perencanaan sumber daya manusia
2) Analisis pekerjaan
3) Rancangan pekerjaan
4) Tim kerja
5) Sistem informasi
Staffing:
1) Rekrut/interview/memperkerjakan
2) Affirmative action
3) Promosi/pemindahan/separasi
4) Pelayanan outplacement
5) Pengangkatan/orientasi
6) Metode seleksi pekerja.
27
Prof. Michael West, The Secrets of Successful Team Management - How to lead a
team to innovation, creativity and success, (Duncan Baird Publishers)
35
Sistem Reward:
1) Program keamanan
2) Prosedur pengaduan/disiplin
3) Pelayanan kesehatan/medis
4) Administrasi kompensasi
5) Administrasi pengupahan
6) Administrasi tunjangan
7) Rencana pensiun
8) Hubungan kerja
Management Performansi:
1) Penilaian management/MBO
2) Program produktifitas
3) Penilaian difokuskan pada klien
Pengembangan Pekerja dan Organisasi:
1) Pengembangan pengawasan/management
2) Perencanaan / pengembangan karier
3) Program pembinaan pekerja
4) Pelatihan ketrampilan non management
5) Program persiapan persiun
6) Penilaian terhadap sikap
Komunikasi dan Hubungan Masyarakat:
1) Sistem informasi sumber daya manusia
2) Komunikasi pekerja
3) Penelitian sumber daya manusia.28
28
Diarsipkan di bawah: Management SDM Ditandai: MSDM, Organisasi, reward «
Pengertian Management SDM 6 perspektif (pendekatan) MSDM »
36
C. Pengelolaan Aktivitas Dakwah
1. Pengertian Pengelolaan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengelolaan berasal dari kata
kelola yaitu mengendalikan, menyelenggarakan dan mengurus.
Pengelolaan mempunyai arti:29
a. Proses, cara, perbuatan, pengelola.
b. Proses melakukan kegiatan tertentu dengan menggerakkan tenaga
orang lain.
c. Proses yang membantu merumuskan kebijaksanaan dan tujuan
organisasi.
d. Proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat
dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan.
2. Langkah-Langkah Pengelolaan
Manutur saya ada beberapa aspek penting yang harus diperhatikan
agar proses regenerasi suatu organisasi dapat berjalan dengan baik,
pertama, rekrutmen. semua organisasi melakukan hal ini, baik organisasi
profit maupun non profit/social, pemerintah maupun swasta. Semuanya
mrlakukan proses ini. Dalam proses rekrutmen kita perlu menentukan
klasifikasi orang-orang yang akan kita rekrut sesuai dengan kebutuhan tim
atau organisasi yang kita kelola. Untuk itu, sebuah organisasi perlu
menyiapkan berbagai sarana dan prasarana yang memungkinkan untuk
dilakukannya proses tersebut. Kedua, pembinaan. Dalam sector apapun
29
Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm. 26
37
factor sumber daya manusia (SDM) merupakan factor yang sangat
menentukan. Oleh karena itu perlu memberikan perhatian yang serius pada
aspek ini. Proses pembinaan dapat dilakukan melalui pendidikanraining
dan bimbingan secara intensif. Melalui proses pembinaan ini nantinya
diharapkanakan lahir sumber daya manusia yang bermutu, punya dedikasi,
komitmen dan produktif. Untuk itu kita perlu menyiapkan adanya tools
(seperti kurikulum)yang akan diberikan selama proses pembinaan ini
dilakukan. Ketiga, bardayakan. Setelah bekalan yang diberikan dirasa
cukup maka seseorang dapat diberdayakan atau ditempatkan pada sebuah
posisi untuk melaksanakan tugasnya. Dalam hal ini kita harus
menempatkan seseorang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, “The
right man in the right place”.
Dari ketiga aspek tersebut proses pembinaan adalah aspek yang
harus terus dilakukan dalam proses regenerasi. Pembinaan diberikan
kepada semua anggota organisasi di semua level. Dengan melihat tingkat
kebutuhannya, dengan demikian kualitas mereka akan senantiasa terus
meningkat, lebih produktif, dan senantiasa siap untuk menghadapi
berbagai macam perubahan unutuk menghadapi berbagai macam
perubahan yang menjadi tantangan bagi organisasi yang dikelola.
3. Pengertian aktivitas Dakwah
Kegiatan dakwah itu bukan hanya sisi ajakan (materi dakwah), tetapi
juga sisi pelakunya (da‟i) juga pesertanya (mad‟u), ia juga mempunyai
metode beragam yang telah digariskan oleh Qur‟an dan dipraktikkan oleh
38
Rasulullah SAW, yakni bil hikmah, al mauidzoh hasanah, bil mujadalah
bilati hiya ahsan. Intraksi aktif berdasarkan pemahaman yang
komprehansif terhadap unsur-unsur dakwah di atas, niscaya akan berbeda
baik pada pilihan aktivitas, maupun kepada kemungkinan hasil yang bisa
di raih.
Kehidupan dakwah Rasulullah SAW. dan para sahabatnya, dalam
seluruh dinamikanya, termasuk keberhasilan mereka memunculkan
masyarakat madani di Madinah, yang merupakan koreksi terhadap
masyarakat Yasrib dan Jahili, adalah contoh konkret keberhasilan
berdakwah dalam pengertian yang komprehensif. itu semua tidak berlaku
begitu saja, melainkan membutuhkan sebuah serangkaian perjuangan yang
panjang tidak lepas dari apa yang sekarang biasa disebut dengan
„amaliyyah al‟idariyyah (aktivitas manajerial) sebagai usaha mewujudkan
tujuan-tujuan dakwah dengan mempergunakan tenaga dan memanfaatkan
sumber-sumber yang ada.
Saat ini salah satu fenomena yang sehari-hari dinikmati oleh publik
islam di Indonesia, adalah merebaknya akivitas dakwah Islam. Dakwah
tidak lagi hanya berada di tempat-tempat konvensional dakwah seperti
masjid, pesantren, dan majelis ta‟lim. Dakwah kini bahkan sudah berada di
hotel-hotel, rumah sakit, radio, televisi bahkan melalui media internet dan
menjamur di kantor-kantor pemerintah maupun swasta sekalipun.
Fenomena tersebut merupakan perkembangan yang menggembirakan
sekaligus tantangan bagi para praktisi dakwah untuk tampil tetap dinamis
39
selalu meningkatkan intensitas, kejelasan visi dan pemahaman, dan
bertindak lebih professional.
Sedangkan ungkapan dari professional itu sendiri tidak dapat
dilepaskan dari hal yang terkait dengan apa yang dinamakan manajemen.
Sementara itu Chester J. Barnard mengemukakan; Tidak ada suatu hal
untuk akal modern seperti sekarang ini yang lebih penting dari
administrasi dan manajemen.30
Dengan demikian, jika aktivitas dakwah dilaksanakan sesuai dengan
prinsip-prinsip manajemen, maka image professional dalam dakwah akan
terwujud pada kehidupan masyarakat. Dengan begitu dakwah tidak di
pandang dalam objek ubudiyah saja akan tetapi diintrepetasikan dalam
berbagai profesi. Inilah yang dijadikan inti dari pengaturan secara
manajerial dalam dakwah. Sedangkan efektivitas dan efesiensi dalam
penyelenggaraan dakwah adalah merupakan suatu hal mana yang harus
mendapatkan prioritas.
Aktivitas dakwah dapat dikatakan berjalan secara efektif bila mana
apa yang menjadi tujuan benar-benar dapat dicapai. Dan dalam
pencapaiannya dikeluarkan pengorbanan-pengorbanan yang wajar. Atau
lebih tepatnya jika kegiatan lembaga dakwah yang dilaksanakan menurut
prinsip-prinsip manajemen akan menjamin tercapainya tujuan yang telah
ditetapkan oleh lembaga yang bersangkutan dan akan menumbuhkan
30
Sondang P. Siagan, Manajemen Strategis, (Yogyakarta: BPFE UGM, 1978)
40
sebuah citra (image) profesionalisme di kalangan masyarakat, khususnya
dari pengguna jasa dari profesi da‟i.
Strategi yang didukung dengan matode yang bagus dan pelaksanaan
program yang akurat, akan menjadikan aktivitas dakwah menjadi matang
dan berorientasi jelas di mana cita-cita dan tujuan telah direncanakan.
Karena tujuan dan cita-cita yang jelas dan realistis pasti akan mendorong
dakwah mengikuti arah yang telah direncanakan.
Pandangan Islam dalam memandang manajemen berdasarkan teologi
yang ada adalah dasar dari manusia yang memiliki potensi yang positif
yaitu dilukiskan dengan istilah hanif.31
Potensi semacam ini didasari atas
cara pandang seseorang dalam melakukan pengelolaan serta penilaian
terhadap manusia. Keterkaitan manajemen dan watak hanif adalah watak
hanif akan menyebabkan manusia cenderung untuk memiih yang baik dan
benar dalam seluruh kehidupannya, sedangkan penilaian terhadap baik dan
buruk akan sangat tergantung terhadap latarbelakang kehidupannya. Hal
inilah yang kemudian langsung dengan kualitas, kuantitas serta
produtivitas dari objek manajemen.
4. Ruang Lingkup Aktivitas Dakwah
Substansi dakwah adalah berporos pada ajakan untuk memikirkan
Sesuatu yang terpenting tentang hidup dan mati, kebahagiaan atau siksaan
abadi, kebahagiaan di dunia atau kesengsaraan, cahaya kebenaran atau
31
Muhammad Imanuddin, Islamisasi Ilmu Pengetahuan, edisi enuju Manajemen Islam,
(Jakarta: Pustaka Cidesinde, 2000), hlm. 46.
41
gelapnya kapalsuan, kebajikan dan kesejahteraan, maka dakwah harus
dilakukan dengan integritas penuh baik bagi para pendakwah atau pun
objek dakwah.32
Dalam kaitan ini kegiatan manajemen dakwah berlangsung pada
tataran kegiatan dakwah itu sendiri. Dimana setiap aktivitas dakwah
khususnya dalam skala organisasi atau lembaga untuk mencapai suatu
tujuan dibutuhkan sebuah pengaturan atau manajerial yang baik, ruang
lingkup kegiatan dakwah merupakan sarana atau alat pembantu pada
aktivitas dakwah itu sendiri.
Ruang lingkup dakwah akan berputar pada kegiatan dakwah, dimana
aktivitas tersebut diperlukan seperangkat pendukung dalam mencapai
kesuksesan. Bila komponen dakwah yaitu da‟i, mad‟u, materi , media,
tersebut diolah dengan penggunaan ilmu manajemen maka aktivitas
dakwah akan berlangsung secara lancar sesuai dengan tujuan yang
diinginkan. Sebab bagaimanapun juga sebuah aktivitas apa pun itu sangat
diperlukan sebuah pengelolaan yang tepat bila ingin dapat berjalan secara
sempurna.
Unsur-unsur manajerial atau „amaliyyah al‟idariyyah tersebut
merupakan sebuah kesatuan yang utuh yang terdiri dari; takhthith
(perencanaan strategi), Thanzhim (pengorganisasian), tawjih (pergerakan),
riqabah (pengawasan dan evaluasi).33
32
Isma‟il Al-Faruqi, Lois Lamya Al-Faruqi, Atlas Budaya Menjelajah Khazanah
Peradaban Gemilang Islam (edisi Indonesia), (Bandung: Mizan, 1998), hlm. 220. 33
Akrim Ridha, Menjadi Pribadi Sukses;Panduan Melejitkan Potensi Diri, (Bandung:
Syamil Cipta Media, 2002), hlm. 60.
42
Takhthith (perencanaan strategi) secara alamiah merupakan bagian
dari sunatullah, yaitu dengan melihat bagaimana Allah SWT. Menciptaka
alam semesta dengan hak dan perencanaan yang matang disertai dengan
tujuan yang jelas (QS. Shad; 27).34
Takhthith dakwah merupakan starting
point dari aktivitas manajerial dalam sebuah kegiatan berupa hal-hal yang
terkait dalam memperoleh hasil yang optimal.
Thanzhim (pengorganisasian, penyusunan) dijelaskan bagaimana
pengelolaan itu, yakni dilakukannya pembagian yang aplikatif dakwah
dengan lebih terperinci (spesifik). Dengan demikian adalah suatu hal yang
logis pula apabila pengorganisasian dalam sebuah kegiatan akan
menghasilkan sebuah organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu
kesatuan yang kuat.35
Pengorganisasian dalam pandangan Islam bukan
semata-mata merupakan wadah akan tetapi lebih menekankan bagaimana
pekerjaan dapat dilakukan secara rapi teratur dan sistematis (Ash-Shaff;
ayat; 4).
Tawjih atau penggerakan dakwah merupakan inti dari manajemen
dakwah itu sendiri. Dalam proses pergerakan ini semua aktivitas dakwah
terlaksana. Dari sinilah aksi semua rencana dakwah akan terealisasi, di
mana fungsi manajemen akan bersentuhan secara langsung dengan para
pelaku dakwah. Dan dari sinilah proses perencanaan, pengorganisasian,
dan pengendalian atau penilaian akan berfungsi secara efektif.
34
Didin Hafidhuddin , Hendri Tanjung, Manajemen Syari‟ah dalam Prektik, (Jakarta:
Gema Insani Press, 2002), hlm. 78. 35
Ahmad Fadli, Organisai dan Administrasi, (Kediri: Manhalun Nasyiin Press, 2002),
hlm. 30.
43
Taqabah (pengawasan, evaluasi); Evaluasi dakwah dirancang untuk
memberikan kepada orang yang dinilai dan orang yang menilai informasi
mengenai hasil karya. Tujuan diberlakukan program evaluasi ini adalah
untuk mencapai konklusi dakwah yang evaluatif atau memberi
pertimbangan mengenai hasil karya serta mengembangkan karya dalam
sebuah program. Sedangkan evaluasi dakwah penting karena dapat
menjamin keselamatan pelaksaan dan peranan dakwah, mengetahui
berbagai persoalan dan problematika yang dihadapi serta cara antisipasi
dan penuntasan seketika sehingga akan melahirkan kemantapan bagi
aktivitas dakwah dengan cara yang benar atau sesuai dengan tujuan.
Disamping itu, evaluasi juga penting untuk mengetahui positif dan
negatifnya pelaksanaan sekaligus dapat menghasilkan pengalaman praktis
dan empirik yang dapat dipandang sebagai aset dakwah dan harakah yang
harus diwariskan kepada generasi untuk dijadikan sebuah pelajaran.
110
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma‟ruf, dan mencegah kepada yang munkar, dan
beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih
baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan
mereka adalah orang-orang yang fasik. (Ali Imran: 110)
44
Di atas semua itu adalah masalah manajemen yang belum mendapat
perhatian serius dalam kegiatan dakwah, yakni budgeting (mizaniyyah).
Masalah ini tidak mendapat tempat yang selayaknya dalam dakwah. Ada
pandangan bahwa kegiatan dakwah harus berjalan dalam jalur sebagai
upaya pengabdian dengan nuansa ibadah yang harus dilakukan oleh da‟i
dengan penuh keikhlasan. Da‟i adalah penerus tugas suci yang di timbang
terimakan dari Rasulullah SAW. Oleh sebab itu tidak layak bila
mendapatkan imbalan dari kegiatan tersebut.
Hal inilah yang membuat kegiatan dakwah menjadi pekerjaan
sambilan, bukan menjadi pekerjaan utama. Berdakwah menjadi profesi
yang dilakukan dengan waktu penuh dan dengan perencaan serta kontrol
yang optimal. Dalam kaitan inilah diperlukan manajemen yang akurat dan
harus dilakukan oleh institusi dakwah dengan fungsi memberikan jaminan
hidup bagi para da‟i dalam menjamin keberhasilan dakwah serta
keberlangsungannya dalam menjawab problema masyarakat yang dewas
ini bertambah kompleks.
44
BAB III
TINJAUAN UMUM TENTANG TIM MANAJEMEN UJE CENTER DAN
PROFIL USTADZ JEFRI AL BUKHORI
A. Profil Manajemen Uje Center
1. Sejarah
Dari profil sejarahnya Ustadz H. Jefri Al Bukhori maka ia mulai
melakukan aktivitas dakwahnya yang berawal dari majelis taklim,
musholla, dan masjid-masjid sehinngga dengan perlahan-lahan Ia dapat
menjadi seperti sekarang ini, yang di kenal oleh masyarakat banyak dan
dikagumi oleh seluruh kalangan.
Dari sinilah dengan jadwalnya yang semakin padat, maka ia pun
membentuk tim manajemen dengan mebuat sebuah PT Uje Center yang
tepatnya berdiri pada tanggal 20 November 2006.1
2. Visi, Misi dan Tujuan
Visi, misi dan tujuan dari Uje Center adalah selain sebagai
manajemen dari ustadz Jefri Al-Bukhori sendiri, juga merupakan pusat
kegiatan islami dan unit-unit usaha menopang kegiatan sosial serta
kepedulian terhadap umat.
1 Azwar Heri Lubis, Manager Operasional Uje Center, wawancara pribadi, Jl.Radio
Dalam Raya No.9D Jakarta Selatan, 7 September 2009
45
3. Struktur Organisasi Uje Center
Struktur Uje Center terdiri dari:
a. Pembina : (Ustadz Jefri Al Bukhori)
Beliau adalah yang memonitoring seluruh hasil kerja pada
manajemen Uje Center.
b. Direktur Utama: (Ustadz Aswan Faisal, SE)
Beliau adalah yang mengarahkan dan bertanggung jawab
dalam semua aktivitas yang dilakukan oleh manajemen Uje Center.
c. Direktur: (H. Fajar Sidik)
Beliau bertugas menerima hasil kegiatan dan mengoreksinya,
lalu memusyawarahkannya kepada Direktur Utama dan Pembina.
d. Manager Operasional: (Azwar Heri Lubis, SS)
Beliau adalah penanggug jawab dari sukses atau tidaknya hasil
dari aktivitas dakwah Ustad Jefri Al Bukhori. Karena beliau yang
memantau langsung segala kegiatan dari manajemen Uje Center Dan
beliau yang lebih sering terjun di lapangan dan menghendel segala
sesuatu yang terjadi pada manajemen Uje Center. dalam manajemen
Uje Canter terdapat beberapa staff yakni: staff keuangan, staff
penjadwalan, staff lapangan, dan staff IT.
46
4. Program
Adapun kegiatan yang telah dilakukan dan masih berjalan ialah:
a. Nada Dakwah dengan dengan tema peduli Muharram 1427 H di
lapangan Sumantri Brojonegoro pada tanggal 3 Februari 2006
b. Peduli gempa Jogjakarta dan Jawa Tengah dan sekitarnya dengan
mendirikan posko sejumlah 21 posko, antara lain di Kosogan, Lingo,
Pleret dan Jatiwarna (Klaten)
c. Sahur on the road
d. Tadabur Alam
e. Haji dan Umroh
f. Kursus Tahfidz Qur’an
g. Kursus Bahasa Arab
h. Kursus Nagham Tilawatil Qur’an
i. SOMSE (Solusi Menikah Segera)
j. Pengajian I Like Monday
k. Pengajian Muallaf
l. Pelatihan Motivasi
m. Uje Center kerjasama dengan Plasma Content Provider 19 Juni 2006
sampai sekarang, kami bekerjasama dengan Provider SMS Obat Hati,
SMS ini dibuat dengan maksud agar para jamaah dari ustadz Jefri bisa
langsung berinteraksi menerima pesan dengan beliau melalui
pengiriman kalimat bijak sebagai penenang hati dan Launching
Website Uje Center: www. Ujecentre.com.
47
n. Uje Tausiyah di acara Cahaya Hati Anteve 2009.
o. Uje Tausiyah di acara Carmin Hati Global TV 2009.
p. Uje Tausiyah di acara Indahnya Kebersamaan Bulan Ramadhan
Indosiar 2008.2
B. Profil Ustadz Jefri Al Bukhori
1. Profil Ustadz Jefri Al Bukhori
Ustadz H. Jefri Al Bukhori lahir di Budi Rahayu, 12 April 1973.
Ustadz.H. Jefri anak ke-3 dari 5 bersaudara yang ayahnya bernama Alm.
H. Ismail Modal dan Umminya bernama Ustadzah. Hj. Tatu Mulyana.
Kakak pertama Ustadz Jefri bernama Alm. Ustadzah. H. Abdullah Riyad,
kaka kedua Ustadz.H. Aswan Faisal, adik yang keempat H. Decky Fajar
dan yang kelima Ustadzah. Hj. Nona. Ustadz Jefri menikah dengan Dian
Irawati pada 7 September 1999 dan mempunyai tiga anak yang bernama
Adiba Khanza Az-Zahra, Mohammad Abidzar Al-Ghifari, Ayla Azuhro
Ataya Bilal Rizqullah.
Ketika masa kecilnya Ustadz H. Jefri Al Bukhori sama seperti anak-
anak yang lainnya, Ia di beri anugerah oleh Allah SWT yakni diberikan
kemudahan dalam mempelajari dan membaca al-Qur’an. Hal ini berkat
kerja keras dan bimbingan orang tuanya dalam mendidik anak-anak agar
menjadi soleh dan solehah. Hal ini terbukti pada saat Ustadz Jefri Al
Bukhori duduk dibangku sekolah kelas 3-5 SD Ia pernah meraih prestasi
2 Meili Susanti dan M. Jarkasih, Staff Penjadwalan dan staff IT Uje Center,
wawancara pribadi, Jl.Radio Dalam Raya No.9D Jakarta Selatan,, 12 Mei 2009
48
pada lomba MTQ (Musabaqah Tilawatil Qur’an) sampai tingkat
propinsi.Tamat SD, Ustadz Jefri Al Bukhori bersama kedua kakaknya
mengikuti pesantren Modern di Da ar el Qolam Gintung, Balaraja
Tangerang selama 4 Tahun.
Pada masa lalu, Ustadz H. Jefri Al Bukhori memiliki dua
kepribadian yakni, pertama, pada masa sekolah Ia rajin mengikuti
kegiatan rohis atau pengajian di sekolahnya, dan kebriadiannya yang
kedua, ialah Ia telah salah pergaulan, Ia terbawa arus lingkungan oleh
teman-temannya yang senang mengkonsumsi narkoba dan suka dunia
gemerlap. Sampai-sampai Ia bersama teman-teman pengajiannya
mengkonsumsi obat-obatan bareng di kantin sekolahnya. Pada tahun 1991
Ustadz H. Jefri Al Bukhori pernah menjadi dancer di salah satu Club
malam di Jakarta. Sehingga pada suatu saat Ustadz H. Jefri Al Bukhori
bertemu dengan seseorang yang tidak ia kenal yang pada akhirnya orang
tersebut mengajaknya ke dunia entertainment untuk bermain sinetron di
salah satu stasiun TV, sehingga pada akhirnya ia mendapatkan prestasi
terbaik sebagi aktor dalam sinetron Sayap Patah di TVRI.
Hal yang menyadarkan Ustadz H. Jefri Al Bukhori dari kehidupan
yang semu tersebut yang selama ini ia jalani yaitu, ketika Ustadz H. Jefri
Al Bukhori melaksanakan ibadah Umroh ketanah suci Mekkah
Almukarromah dengan Ibu dan kakaknya untuk kembali kejalan Allah dan
bertaubat. Pada saat Ia bersandar di Ka’bah Ia membentur-benturkan
kepalanya sampai Ia menagis dan dengan penuh penyesalan Ia meminta
49
ampun kepada Allah SWT agar dosa-dosa yang selama ini Ia lakukan
dapat diampuni oleh yang maha kuasa. Berawal dari pertaubatan tersebut
Uje pun sempat mendapat amanah dari kakak tertuanya alm. Ustdz. H.
Abdullah Riyad untuk melanjutkan dakwahnya di Jakarta. karena, alm.
Utdz. H. Abdullah Riyad mendapat kepercayaan dari MUIS (Majlis
Ugame Islam Singapura) untuk menjadi seorang Imam besar di Masjid
Haji Mohammad Soleh, yang lokasinya bersebelahan dengan Maqam
Habib Nur Al-Habsyi, Palmer Road, Singapura. Dari situlah Ustadz H.
Jefri Al Bukhori mulai melakukan aktivitas dakwahnya yang berawal dari
Majelis taklim, Musholla, dan Masjid-masjid Sehinngga dengan perlahan-
lahan Ia dapat menjadi seperti sekarang ini, yang dikenal oleh masyarakat
banyak dan dikagumi oleh seluruh kalangan.
Dari proses yang sangat sulit tersebut, akhirnya Ustadz H. Jefri Al
Bukhori dapat berubah secara perlahan atas dukungan, kesabaran, dan
ketabahan orang-orang disekelilingnya yang selalu setia mendampinginya.
Selain itu, hidayah yang telah diberikan oleh Allah SWT serta bimbingan-
Nya pun dapat memberikan rasa ketenangan dalam menjalani
kehidupannya dan untuk mulai mencintai Allah SWT, mencintai
Rasulullah SAW, mencintai orang tua, orang-orang disekelilingnya dan
mencintai sesamanya.
50
2. Biografi Ustadz Jefri Al-Bukhori
a. Kelahiran dan Pendidikan Serta Keluarga Ust. Jefri Al Bukhori
Jefri Al-Bukhori memiliki nama populer Uje, adalah seorang
pendakwah atau ustad yang tampil dengan mengemas bahasa
dakwahnya dengan bahasa-bahasa anak muda. Sehingga Uje kerap
juga dipanggil sebagai ustadz gaul.
Ada pesona dalam dakwahnya. Jiwa seni dan pengalaman hidup
telah membentuknya menjadi mubaligh yang imajinatif dan
komunikatif.
Terlahir dari pasangan mubaligh Alm. Ustadz H. Ismail Modal
dan Ustadzah Dra. Hj. Tatu Mulyana, pada tanggal 12 April 1973. ia
dibesarkan dengan disiplin keagamaan yang ketat. Kedua orang tuanya
yang memperkenalkan agama kepada kelima anaknya, di luar belajar
madrasah. Tanda-tanda kenakalannya sendiri, diakuinya telah nampak
sejak kecil. Namun, saat itu lingkungan keluarganya yang taat
beragama masih bisa mambuatnya menyukai pelajara agama, terutama
seni membaca al-Qur’an..3
semula akrab pada gaya hidup pergaulan remaja metropolis dan
kini menjadi “pemandu” budi pekerti dengan warna ruhaniyah yang
sangat kental sekali serta membaktikan hidupnya untuk
3 Ust. H. Jefri Al Bukhori, Wawancara Pribadi, Pondok Indah, 15 Maret 2009
51
mengapresiasikan kehalusan, jelas membuktikan dirinya sebagai
penempuh ajaran-ajaran sufisme.4
b. Kiprah Dakwah di Masyarakat
Menyimak peta kehidupan ustadz gaul ini mengingatkan kita
pada gambaran seorang penempuh dunia sufi yang disampaikan oleh
Aljunayd. Dengan cara mensucikan batin, menindas hawa nafsu dan
dan membersihkan hati dari sifat-sifat kemakhlukan dan meraih tujuan
utama, yakni Allah SWT. Setelah tujuan tercapai, orang tersebut
kembali kealam sadarnya, untuk selanjutnya mengajak ummat dan
membimbingnya ke jalan yang diyakininya. Begitulah gambaran
seorang penempuh dan begitu pula perjalanan Ustadz H. Jefri Al
Bukhori kini.
Ia berguru ke beberapa Ulama, salah satunya adalah K.H. Ali
Saman. Terhadap gurunya yang satu ini, ia sangat terkesan dengan
pola hidup Belia yang bersahaja. Bapak dari tiga orang putra-putri ini,
Adiba Khanza Az Zahra, Muhammad Abidzar Al Ghifari dan Ayla
Azuhro Ataya Bilal Rizqullah ini, mengakui bahwa ia belajar untuk
tidak cinta dunia dari Beliau yang tinggal tak jauh dari rumahnya.
Tahun 2000, ia menjadi penyuluh gerakan anti NARKOBA. Ini
pun awalnya tidak disengaja. Saat itu salah satu kakaknya, Ustadz
Abdullah Riyadh (Alm), yang seharusnya menjadi pembicara,
4 www. Sufisnews. Com, [Artikel Tgl: 07 Juni 2005]
52
berhalngan hadir karena harus ke Singapura. Kemidian, menggantikan
ceramah-ceramah Ramadhan di beberapa masjid dan kantor.5
Masa lalunya kelam justru dijadikan salah satu modal
berdakwah, terutama terhadap kaum muda.6 Gayanya yang khas
dengan iringan pelantunan ayat-ayat al-Qur’an dan celetukan-
celetukan a la remaja yang membumbui cermahnya sangat
digandrungi kawula muda.
Sejak itu, ia merambah jalan dakwah dan mulai dikenal sebagai
mubaligh. Sejak itu pula, beberapa stasiun televisi swasta mulai
memperhitungkan eksistensi dakwahnya melalui audiovisual, yang
merupakan hal yang cukup potensialbagi karir dan dakwahnya,
tentunya untuk memberikan tausiah.berbagai acara, seperti Kuliah
Pagi (TPI), Astaghfirullah, Kuasa Ilahi, Suratan Takdir, Di Ambang
Fajar dan Indahnya Kebersamaan (SCTV), Café Sholeh (RCTI),
Musafir dan Yang Muda Yang Beragama (ANTV), Azab Ilahi (Lativi),
Cerita Sore dan Sentuhan Qalbu (Trans TV), pun dihiasi wajah dan
nasihat-nasihatnya.7
Di tengah kesibukannya sebagai da’i dan membintangi beberapa
sinetron keagamaan, ia pun masih menyempatkan dirinya membuka
pengajian di Pondok Indah, yang sengaja diberi nama I Like Monday.
Nama tersebut sebagai penghormatan terhadap hari kelahiran, hijrah
dan wafatnya Nabi Muhammad SAW. Jadwal acara ta’lim yang di
5 Ustadz H. Jefri Al Bukhori, Wawancara Pribadi, Pondok Indah, 15 Maret 2009
6 Ustadz H. Jefri Al Bukhori, Wawancara Pribadi, Pondok Indah, 15 Maret 2009
7 Ustadz H. Jefri Al Bukhori, Wawancara Pribadi, Pondok Indah, 15 Maret 2009
53
selenggarakan dua minggu sekali ini banyak diikuti para eksekutif,
businessman, anak muda, artis dan lain-lain.
Konsep yang ditawarkan majelis ta’lim yang diadakan tiap Senin
malam ini adalah pengkajian kasus-kasus yang sedang hangat di
masyarakat dan di kupas dengan materi-materi yang sederhana. Dan
lebih sering mengundang pembicara atau ustadz dari luar. Dengan
begitu, baginya, ia dapat menyerap ilmu dari pembicara yang hadir di
majelisnya.8
Satu hal yang perlu diingat, sebagai usaha dalam dakwah di
masyarakat baginya adalah memiliki suatu prinsip dakwah yaitu
making friend, artinya berdakwah harus klop dan srek dengan yang
didakwahi dan kita harus berdakwah kepada manusia serta tingkat
pemahaman mereka.
8 Al Kisah, h. 40
54
BAB IV
STRATEGI TIM MANAJEMEN UJE CENTER
A. Perumusan Strategi
Perumusan strategi Uje Center dilaksanakan dalam wadah muktamar dan
tanwir. Muktamar merupakan peermusyawaratan organisasi/kordinasi antara
staff dengan direksi dan pimpinan. Dalam muktamar dan maupun tanwir yang
dilaksanakan dan dipimpin oleh pimpinan Uje Center ini, yang dibahas adalah
rumusan-rumusan dasar secara umum yang sebelumnya sudah dirumuskan
oleh pimpinan Uje Center. Perumusan strategi Uje Center tersebut di dasarkan
pada kebutuhan lapangan dakwah dalam kerangka amar ma’ruf nahi munkar.
Ismail Yusanto dalam bukunya Manajemen Strategi menjelaskan:
“Apabila analisis lingkungan organisasi telah berhasil dilakukan berarti
organisasi tersebut sudah berhasil menyelesaikan 50% dari proses perumusan
strategi, sebab kecermatan mencocokan peluang dan tantangan yang dihadapi
dengan kekuatan dan kelemahan organisasi merupakan inti dari perumusan
strategi yang tepat.1
Merujuk pada pernyataan Yusanto dan berdasarkan pembahasan
sebelumnya tentang strategi manajemen Uje Center maka menurut peneliti tim
manajemen Uje Center telah berhasil menyelesaikan 50% dari proses
perumusan strateginya. Hal ini disebabkan tim manajemen Uje Center telah
merumuskan kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan yang dihadapinya.
1 M. Ismail Yusanto dan M. karebet Widjajakusuma, Manajemen Strategis perspektif
syari’ah, h. 52
55
Hal terpenting yang perlu diingat adalah faktor-faktor tersebut hendaknya
dijadikan kerangka dalam membaca dan menentukan lankah-langkah Uje
Center baik yang bersifat strategi maupun operasionalnya, karena dengan
langkah yang sistematis Uje Center dapat melaksanakan kegiatannya dengan
visi dan misi menuju masa depan yang lebih baik.
Perumusan strategi selanjutnya ditujukan untuk menghasilkan strategi
induk dan strategi fungsional organisasi. Dari hasil wawancara dan data yang
ditemukan, peneliti menguraikan hal-hal berikut:
1. Strategi Induk Tim Manajemen Uje Center
Setelah dilakukan analisis SWOT terhadap kondisi internal dan
eksternal tim manajemen Uje Center, langkah berikutnya adalah
merumuskan visi, misi, dan tujuan manajemen Uje Center berdasarkan
hasil yang diperoleh dari kegiatan analisis SWOT telah memberikan
rekomendasi strategis terhadap strategi tim manajemen Uje Center
berdasarkan posisi yang dihasilkan. Posisi ini tidak lain sebenarnya cermin
dari strategi induk manajemenUje Center.
Strategi induk manajemen Uje Center merupakan jangka panjang
yang spesifik yang berisikan visi, misi dan tujuan yang menterjemahkan
orientasi strategi organisasi. Strategi induk ini merupakan rencana strategis
untuk melihat sisi kegiatan manajemen Uje center dalam lima, sepuluh
hingga dua puluh tahun mendatang. Rencana jangka panjang ini sangat
diperlukan sebagai barometer aksi manajemen Uje Center yang dikaitkan
dengan kemampuan serta peluang yang ada.
56
a. Visi
1) Mensyiarkan Islam dari pelosok dan berbagai dunia.
2) Membantu dan menjalin tali silaturrahmi antar jamaah dan antar
umat Islam.
3) Memperluas jaringan Islam di berbagai daerah dan pelosok.2
Visi adalah cara pandang yang menyeluruh dan futuristik
terhadap keberadaan organisasi. Bagi tim manajemen Uje Center visi
yang dimiliki adalah dalam rangka dakwah amar ma’ruf nahi munkar.
Sejak awal berdirinya dan yang melatarbelakangi berdirinya tim
manajemen Uje Center adalah adanya rasa ingin membantu dan
melayani setiap jamaah yang ingin mengundang Ustadz Jefri Al
Bukhori dan ingin mendapatkan tausiyah dari beliau. Sehingga
manajemen Uje Center telah membantu Ustadz Jefri dalam melakukan
aktivitas dakwahnya dan melakukan amar ma’ruf nahi munkar yang
dimaksudkan untuk mewujudkan Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin.
Apabila amar ma’ruf nahi munkar sudah terlaksana, maka diharapkan
akan tercipta masyarakat yang adil dan sejahtera.
Menurut pandangan peneliti, pernyataan visi manajemen Uje
Center ini telah memenuhi empat syarat untuk menetapkan dan
menulis visi-visi yang diajukan Bennis dan Mische (1996) yang
dikutip oleh M. Ismail Yusanto dan M. Karebet Widjajakusuma.
Keempat hal tersebut adalah: 1. Mencakup segala hal dan berani,
2 M. Jarkasih, Staff IT Uje Center, wawancara pribadi, Jakarta, 24 April 2009
57
menekankan hasil yang luar biasa dari pada hasil yang bertahap; 2.
Meniptakan rasa kekuatan, semangat dan komitmen dari pada
kegelisahan, kepanikan, dan intimidasi; 3. Realistis dan dapat dicapai,
sehingga dapat dipergunakan sebagai pedoman bagi semua aktivitas
organisasi; dan 4. Spesifik dan haru dinyatakan, sebab visi adalah
artikulasi dari citra, nilai, arah dan tujuan yang akan memandu masa
depan organisasi.3
b. Misi
1) Mensyiarkan Islam dari pelosok dan berbagai dunia dan
menyebarluaskan ajaran Islam.
2) Membantu para jamaah yang ingin belajar tentang islam dan
mencerdaskan seluruh umat di berbagai daerah.
3) Membantu Mengobservasi dan menilai dari hasil kegiatan.
4) Menciptakan suatu keberhasilan dari setiap apa yang dilakukan.
Misi sebagai derivasi (turunan) berikutnya dari visi merupakan
pernyataan yang menjelaskan alasan pokok berdirinya organisasi dan
membantu mengesahkan fungsinya dalam masyarakat atau lingkungan.
Bagi manajemen Uje Center, misi utama ditujukan sebagai
komitmen agar ajaran Islam dapat ditegakkan dan disebarluaskan
kepada seluruh umat islam yang ingin menuntut ilmu dan ingin
mendapat tuntunan yang tentunya sesuai dengan Al Qur’an dan Hadits.
Pencapaian misi kedua disebarkannya ajaran Islam yang sesuai dengan
3 M. Ismail Yusanto dan M. Karebet Widjajakusuma, Manajemen Strategis dalam
perspektif Syari’ah, h. 57
58
Al-Qur’an dan hadits, diharapkan dapat mencerdaskan umat Islam dan
dapat mewujudkan kehidupan yang Islami dalam diri pribadi, keluarga,
dan masyarakat. Misi ketiga selain Al-Qur’an dan As-Sunnah, akal
sehat juga dapat digunakan untuk menjawab dan menyelesaikan
persoalan kehidupan dalam masyarakat yang semakin kompleks. Dan
terutama dapat melihat dan menilai dari segala hasil kegiatan yang
yang sudah dan yang akan dilakukan kemudian. Sehingga dapat
mencapai tujuan yang dingiinkan. Misi keempat ditujukan untuk
memenuhi kewajiban yang menumbuhkan semangat beramar ma’ruf
nahi munkar kepada setiap individu maupun kelompok/organisasi.
Tolak ukur pencapaian misi manajemen Uje Center akan
membimbing para staff manajemen secara terus-menerus untuk
meningkatkan kinerja tim organisasi yang dapat dilihat dari pencapaian
dan rentang waktu (jangka pendek, jangka menengah, dan jangka
panjang) melalui observasi, kordinasi dan evaluasi.
Menurut pandangan peneliti, pernyataan misi manajemen Uje
Center ini telah memenuhi enam peraturan untuk menulis dan
melaksanakan pernyataan misi yang diajukan Jones dan Kahaner
(1999)yang dikutip oleh M. Ismail Yusanto dan M. Karebet
Widjajakusuma. Ke 6 hal tersebut adalah: 1. Jagalah agar pernyataan
tetap sederhana. Tidak harus pendek tetapi sederhana; 2.
Memungkinkan masukan dari SDM perusahaan; 3. Orang luar biasa
mendatangkan kejelasan dan perspektif yang segar kedalam proses
59
penulisan pernyataan misi anda; 4. Susunan dan nada kata-kata
seharusnya mencerminkan kepribadian perusahaan atau ingin menjadi
apa perusahaan ini; 5. Berbagilah pernyataan misi dengan cara
pernyataan misi tetap berada di hadapan setiap orang; 6.
Mengandalkan pernyataan misi sebagai bimbingan. Tantanglah
pernyataan misi terus-menerus, dan nilailah karyawan dengan sebaik
apa mereka mematuhi prinsip-prinsipnya. Manajemen harus
mengatakan dan menghayatinya.4
c. Tujuan
Mengelola dan mensyi’arkan dakwah Islam untuk para jamaah
dan seluruh umat islam.5
Tujuan adalah akhir perjalanan yang dicari organisasi untuk
dicapai melalui eksistensi dan operasinya serta merupakan sasaran
yang lebih nyata dari pada pernyatan misi. Dengan demikian, tujuan
merupakan penjabaran dan turunan lebih rinci dari visi dan misi.
Bagi manajemen Uje Center, pernyataan tujuan yang di maksud
adalah terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya melalui
pendidikan dan dakwah dalam kerangka amar ma’ruf nahi munkar.
Menurut peneliti, sarana pendidikan dan proses dakwah tersebut
cukup efektif sebagai upaya untuk mencapai tujuan manajemen Uje
Center yaitu menegakkan dan mensyiarkan dakwah Islam dan
4 M. Ismail Yusanto dan M. Karebet Widjajakusuma, Manajemen Strategis Perspektif
Syari’ah, h. 60 5 Meili Susanti dan M. Jarkasih, Staff Penjadwalan dan staff IT Uje Center,
wawancara pribadi, Jakarta, 12 Mei 2009
60
menjunjung tinggi ajaran dan agama Islam sehigga terwujud
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Untuk mencapai tujuan, manajemen Uje Center melaksanakan
usaha-usaha sebagai berikut:
1) Menyebarluaskan ajaran agama Islam terutama dengan
menggiatkan dakwah.
2) Meningkatkan kualitas dan kuantitas pengkajian terhadap ajaran
Islam.
3) Memperteguh iman, memperkuat dan menggembirakan ibadah,
serta mempertinggi akhlak.
4) Meningkatkan pendidikan, mengembangkan kebudayaan, serta
memperluas ilmu pengetahuan dan tekhnologi, sesuai dengan
tuntunan Islam.
5) Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk terus menuntut ilmu
dan terus beribadah kepada Allah SWT.
6) Membina masyarakat dan seluruh umat Islam.
7) Menigkatkan dan mengembangkan kegiatan dalam bidang-bidang
kehidupan masyarakat menurut ajaran Islam.
8) Meningkatkan semangat kesatuan dan persatuan bangsa serta
ukhuwah Islamiyah.
61
9) Dan Usaha-usaha lain yang sesuai dengan maksud dan tujuan tim
manajemen Uje Center.6
d. Strategi Fungsional Manajemen Uje Center
Strategi tingkat fungsional merupakan strategi jangka pendek
yang berisi kegiatan di setiap bidang yang berfungsi untuk
mengimlementasikan strategi induk yang telah ditetapkan. Strategi di
setiap bidang fungsional berupa kebijakan tiap bidang fungsional
dalam organisasi yang tampak pada dasar kebijakan program
manajemen Uje Center, anggaran dasar, dan anggaran rumah tangga
manajemen Uje Center.
Dasar kebijakan program manajemen Uje Center dirumuskan
dalam satu periode kepemimpinan (lima tahun) yang berdasarkan pada
nilai-nilai dasar organisasi dan prinsip-prinsip pokok dalam
pengembangan program dan pelaksanaannya. Landasan dan prinsip-
prinsip ini dijadikan sebagai pegangan setiap level pimpinan dan
seluruh jajaran pelaksana program dalam menggambarkan dan
melaksanakan program tersebut.
Pelaksanaan program organisasi atau suatu manajemen dapat
berjalan dengan baik dan efektif, apabila kegiatan yang telah
ditugaskan benar-benar dilaksanakan sesuai rencana dan ketentuan
yang ada.
6 Meili Susanti dan M. Jarkasih, Staff Penjadwalan dan staff IT Uje Center,
wawancara pribadi, Jakarta, 12 Mei 2009
62
B. Implementasi Strategi
Implementasi strategi manajemen Uje Center bertumpu pada alokasi
dan pengorganisasian sumberdaya manusia yang ditampakan melalui
penetapan struktur organisasi, kepemimpinan, dan budaya organisasi.
Implementasi strategi yang dilakukan manajemen Uje Center adalah
dalam bentuk melayani dan membantu para jamaah yang ingin belajar tentang
Islam dan mengikuti setiap kegiatan Ustadz Jefri Al Bukhori di berbagai
tempat, selain itu Uje Center juga menerima curhat dan konsultasi dari
berbagai jamaah dan untuk menjalin tali silaturrahmi. Dan dalam setiap
masing-masing staff Uje Center membuat report atau laporan dari masing-
masing program dan setiap kegiatan.
Selanjutnya dapat peneliti uraikan hal-hal berikut:
1. Implementasi strategi: struktur organisasi
Srtruktur organisasi adalah rangkaian yang menunjukkan hubungan
antara fungsi-fungsi organisasi yang meliputi pimpinan, tugas, wewenang
serta tanggung jawab yang masing-masing mempunyai peranan tertentu
dalam kesatuan yang utuh utuk mencapai tujuan organisasi.
Manajemen Uje Center sebagai suatu organisasi yang memerlukan
struktur organisasi yang sehat dan efisien. Struktur organisasi yang sehat
berarti bahwa setiap satuan organisasi yang ada dapat menjalankan
peranannya sehinggga dapat mencapai perbandingan terbalik antara usaha
dan hasil kerja. manajemen Uje Center merupakan suatu organisasi formal
sekaligus informal. Maksud dari organisasi formal sekaligus informal
63
adalah bahwa segenap jalinan hubungan dan kegiatan yang tidak
ditentukan dalam organisasi formal terlaksana pada segi tingkah laku,
hasrat, perasaan, dan hubungan pribadi antara orang-orang yang tergabung
dalam organisasi tersebut.
Suatu organisasi belum tentu bekerja secara sehat dan efisien apabila
hanya didasarkan pada struktur formalnya saja, sedangkan segi
informalnya diabaikan. Oleh karena itu, organisasi informalnya diabaikan.
Oleh karena itu, oprganisasi informal merupakan sesuatu yang akan
melengkapi segi formal dari organisasi tersebut. Adapun peranan
organisasi informal adalah sebagai saluran informasi untuk mempertajam
perasaan dan keutuhan pribadi, percaya diri, dan kebiasaan bertrindak
terhadap orang-orang yang tergabung dalam organisasi. Dengan demikian
organisasi informal bertujuan untuk memperlancar hubungan dalam
melaksanakan kerja organisasi.
Pada dasarnya pengertian formal dan informal tidak menunjukkan
sah atau tidak sahnya sebuah organisasi, juga tidak menunjukkan adanya
dua macam organisasi. Formal organisasi dapat diketahui melalui
strukturnya yang ada dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga,
sedangkan informal organisasi diperoleh melalui pendekatan dan
kedekatan pribadi.
a. Pembagian Tugas dan Wewenang
Manajemen Uje Center adalah organisasi yang bersifat nasional
jangkauannya luas. Dengan jangkauan yang demikian luas dan amal
64
usaha serta anggota yang sangat banyak, maka diperlukan pengaturan
gerak langkah dan kordinasi yang diwujudkan dalam pembagian tugas
dan wewenang sebagaimana di atur dalam anggaran rumah tangga.
Pembagian tugas dan wewenang tersebut tercermin dalam susunan
organisasi sebagai berikut:
BAGAN STRUKTUR ORGANISASI UJE CENTER7
PEMBINA
(Ustadz Jefri Al Bukhori)
DIREKTUR UTAMA
(Ustadz Aswan Faisal, SE)
DIREKTUR
(H. Fajar Sidik)
MANAGER OPERASIONAL
(Azwar Heri Lubis, SS)
Staff
Keuangan
Staff
Penjadwalan
Staff
Lapangan Staff IT
7 Meili Susanti dan M. Jarkasih, Staff Penjadwalan dan staff IT Uje Center,
wawancara pribadi, Jakarta, 12 Mei 2009
65
Struktur ini menggambarkan hubungan fungsional (garis
kewenangan dan tanggung jawab )yang kuat antara manajemen
puncak. Direktur utama dan direktur Uje Center dalam melaksanakan
tugas dan tanggung jawabnya dibantu oleh manajer operasinal.
Manajer operasional diberi tugas untuk membidangi atau menjadi
kordinator beberapa bagian dari staff pelaksana kegiatan.
Menurut peneliti, bentuk-bentuk pimpinan Uje Center
berdasarkan pola hubungan kerja dan wewenang ini merupakan bentuk
organisasi fungsional. Bentuk organisasi fungsional dipandang
memiliki sejumlah kebaikan seperti (1) adanya pembagian tugas yang
jelas, (2) spesialisasi dalam pekerjaan dapat berkembang yang pada
tahap berikutnya memberi kesempatan bagi pengembangan karyawan,
(3) disiplin kerja yang cukup tinggi. Sementara kelemahannya yang
perlu diwaspadai adalah membawa potensi konflik dalam pekerjaan
karena adanya dua kelompok atau lebih karyawan yang berbeda
kewenangannya.8
b. Implementasi Strategi: Budaya Organisasi
Keberadaan budaya organisasi berfungsi untuk menguatkan
kemampuan organisasi. Budaya organisasi manajmen Uje Center,
budaya yang dihidupkan adalah kekeluargaan, kebersamaan dan
8 M. Ismail Yusanto dan M. Karebet Widjajakusuma, Manajemen Strategis Perspektif
Syari’ah, h. 115
66
silaturrahmi yang kemudian disosialisasikan kepada para jamaah Uje
Center.
Ajang perumusan dan sosialisasi budaya organisasi Uje Center
berupa pengajian dan diskusi. Sedangkan untuk mengukur kinerja
berikut efek budaya organisasi terhadap pencapaian strategi induk
adalah dengan mengadakan penelitian dan koordinasi kepada seluruh
SDM organisasi.
c. Implementasi strategi: Kepemimpinan
Beberapa sifat penting yang diinginkan manajemen Uje Center
telah dimiliki oleh jajaran pimpinan, diantaranya pimpinan yang
memiliki pengkhidmatan yang tinggi, ikhlas, cerdas, berwawasan luas,
cakap, professional, bertanggung jawab, jujur, adil, bijaksana,
komunikatif, memiliki kemampuan untuk menggerakkan dan
mengelola organisasi dan seluruh kegiatan sebagai bagian penting dari
pertanggungjawaban atau amanah dari kepemimpinannya.
Adapun gaya kepemimpinan yang diterapkan pada manajemen
Uje Center adalah gaya kepemimpinan demokrasi. Gaya
kepemimpinan demokrasi adalah gaya kepemimpinan yang dapat
menciptakan kondisi lingkungan kerja yang dapat memotivasi
bawahan untuk berbuat sejauh kemampuan yang dimiliki, saling
bekerja sama, dan mengembangkan kemampuan serta keterampilan
mereka. Dorongan diberikan untuk meningkatkan kondisi dan kualitas
67
pekerjaan. Pimpinan mengawasi dan memberikan dorongan
bawahannya agar dapat lebih kreatif dan berinisiatif dalam
menyelesaikan pekerjaan mereka. Dalam gaya kepemimpinan
demokrasi, pengambilan keputusan diambil secara demokratis,
meskipun tidak diatur menurut pemungutan suara atau mayoritas. Nilai
tambah dari teori ini mungkin terletak pada cara pimpinan dalam
membantu bawahan, memperlakukan mereka secara manusiawi,
menciptakan kerjasama yang produktif dan memberikan kepuasan.9
Berdasarkan uraian di atas penulis dapat melihat bahwa
manajemen Uje Center melakukan implementasi strategi yang
ditampakkan melalui penetapan struktur organisasi, kepemimpinan,
dan budaya organisasi.
Amirullah dan Haris Budiyono dalam bukunya Pengantar
Manajemen menjelaskan:
“Implementasi strategi adalah sebuah tindakan pengelolaan
bermacam-macam sumber daya organisasi dan manajemen yang
mengarahkan dan mengendalikan pemanfaatan sumber-sumber daya
perusahaan (keuangan, manusia, peralatan, dan lain-lain) melalui
strategi yang dipilih”.10
Menurut pendapat peneliti, penetapan strategi ini merupakan
penetapan strategi pilihan terbaik bagi manajemen Uje Center, karena
9 Zaini Muchtarom, Dasar-dasar Manajemen Dakwah, (Yogyakarta: Al-Amin dan IKFA,
1996) cet. Ke-2, h. 78 10
Amirullah dan Haris Budiyono, Pengentar Manajemen, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2004) cet. Ke-2, h. 119-120
68
proses penetapan strategi disesuaikan dengan kebutuhan lapangan,
lingkungan organisasi, dan cirri khas internalnya.
C. Evaluasi Strategi
Dalam evaluasi terhadap strategi manajemen Uje Center melakukan
evaluasi secara periodik. Hal ini dilakukan melalui beberapa macam
permusyawaratan dan rapat kerja/briffing, baik pada tingkat organisasi
maupun pada tingkat fungsional, sebagaimana diungkapkan oleh ibu Meili
Susanti:
“Evaluasi strategi manajemen Uje Center adalah setiap kegiatan yang
sedang dilakukan kami saling menerima masukan-masukan atau saran dari
masing-masing staff. Selain itu Uje Center juga selalu briffing sebelum
melakukan kegiatan. Dan setiap masing-masing kordinator yang melakukan
program akan memberikan laporan kepada Uje Center. Lalu pimpinan Uje
Center sendirilah yang memantau dan mengkoreksi berhasil atau tidaknya
kerja tersebut, kemudian manajemen akan memberikan saran dan kritik
terhadap kordinator acara tersebut”.11
Dari pernyataan di atas, terdapat beberapa jenis permusyawaratan dan
rapat kerja yang dilaksanakan oleh manajemen Uje Center dalam upaya
mengevaluasi strategi yang dilakukan, dalam hal ini peneliti menguraikannya
sebagai berikut:
1. Rapat kerja Pimpinan
11
Meili Susanti dan M. Jarkasih, Staff Penjadwalan dan staff IT Uje Center,
wawancara pribadi, Jakarta, 12 Mei 2009
69
Rapat kerja pimpinan merupakan rapat organisasi yang membahas
masalah yang mendesak untuk segera diselesaikan yang berkaitan dengan
kelancaran kerja organisasi. Rapat ini diadakan bukan hanya di tingkat
pimpinan saja juga dengan musyawarah dengan masing-masig tingkatan.
staff dan koordinator pelaksana kegiatan.
2. Rapat Kerja Bagian
Rapat kerja bagian merupakan rapat kerja yang diadakan oleh bagian
dalam struktur organisasi untuk membicarakan segala sesuatu yang
bertujuan melancarkan kerja bagian. Rapat ini diadakan di tingkat manajer
operasional atas persetujuan pimpinan organisasi di masing-masing
tingkatan bila dianggap perlu.
3. Rapat Evaluasi pelaksanaan program
Rapat evaluasi pelaksanaan program dilaksanakan setelah program
tertentu berlangsung. Mengingat pentingnya evaluasi bagi pelaksanaan
program, pimpinan di semua jenjang perlu melakukan evaluasi terhadap
pelaksanaan program. langkah yang diperlukan adalah sebagai berikut:
a. Memperbaiki mekanisme kerja
b. Laporan secara periodik. Pada konteks ini pimpinan dapat mencermati
laporan dan serta mengambil langkah yang perlu untuk meminimalisir
kemandegan dan ketidaksesuaian pelaksanaan program.
4. Data Base
Data base berisi data tentang pimpinan dan organisasi. Data ini
bertujuan sebagai langkah awal bagi evaluasi dan mengembangkan
70
organisasi yang pada gilirannya dapat meningkatkan mutu dan peran Uje
Center dalam kehidupan umat, masyarakat dan bangsa, karena kedepan
diperlukan pengetahuan atas potensi, problem, dan harapan pimpinan Uje
Center berdasarkan data dan informasi. Data base Uje Center selain
bermanfaat layaknya cermin untuk berkaca, juga dapat dijadikan sebagai
bahan untuk menetapkan kebijakan dan langkah-langkah strategi
organisasi dalam mengembangkan visi dan misi yang digariskan. Bagi
para pimpinan data tersebut dapat dijadikan bahan perenungan, pemikiran,
dan apresiasi tentang kondisi organisasi yang faktual.12
Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa Uje Center
melakukan evaluasi strategi organisasi dengan beberapa macam
permusyawaratan dan rapat kerja, baik pada tingkat organisasi maupun
pada tingkat fungsional. Agustinus Sri Wahyudi dalam bukunya
Manajemen Strategik Pengantar Proses Berfikir Strategik menyatakan
bahwa:
“Evaluasi strategi adalah suatu proses mendapat informasi mengenai
pelaksanaan rencana-rencana bisnis dan kinerjanya serta membandingkan
informasi tersebut dengan standar yang telah ditentukan”.13
Merujuk pendapat pernyataan tersebut dan berdasarkan wawancara
dengan ibu Meili Susanti dan bapak M. Jarkasih, menurut peneliti,
evaluasi strategi yang dilakukan tim manajemen Uje Center sudah cukup
baik, namun hal yang perlu diperhatikan adalah hasil dari evaluasi ini
12
M. Jarkasih, Staff IT Uje Center, wawancara pribadi, Jakarta, 12 Mei 2009 13
Agustinus Sri Wahyudi, Manajemen Strategik Pengantar Proses Berfikir Strategik,
(Jakarta: Binarupa Aksara, 1996), cet. Ke-1, h. 139
71
hendaknya menjadi rekomendasi dan tolak ukur untuk kegiatan
selanjutnya, karena semakin rumit dan kompleksnya organisasi akan
membutuhkan sebuah evaluasi yang lebih baik.
Berdasarkan dari data-data yang ada, terutama tentang analisis
terhadap manajemen strategi pada manajemen Uje Center peneliti
berasumsi bahwa organisasi ini telah mengimplementasikan manajemen
strategi organisasi, menjalankan fungsi-fungsi manajemen dengan baik,
dan mengoptimalkan peran orgaisasi dengan menjalin hubungan informal
seperti menjalin tali silaturrahmi dan pendekatan pribadi antar jajaran
pimpinan dan pimpinan dengan staff atau anggota organisasi.
D. Analisis
Analisis SWOT merupakan salah satu instrument analisis lingkungan
internal maupun eksternal perusahaan atau organisasi yang telah dikenal luas.
Hasil dari analisis SWOT dapat menunjukkan kualitas dan kuantifikasi posisi
organisasi dengan sejumlah kemampuan inti bila resultansi kekuatan dan
kelemahan positif uang kemudian memberikan rekomendasi strategis terhadap
strategi perusahaan serta rekomendasi fungsional kebutuhan atau modifikasi
sumber daya organisasi.14
Analisis SWOT terdiri dari strength (kekuatan), weaknes (kelemahan),
opportunity (peluang), dan threars (ancaman). Dengan merujuk pada beberapa
buku dan wawancara dengan beberapa staff Uje Center, maka hasil dari
analisis SWOT organisasi Uje Center dapat peneliti rumuskan sebagai berikut:
14
M. Ismail Yusanto dan M. Karebet Widjajakusuma, Manajemen Strategis Perspektif
Syariah, (Jakarta: Khairul Byaan, 2003), cet. Ke-I, h. 29
72
1. Stengh (kekuatan)
Setiap organisasi harus memiliki kekuatan yang dimilik, karena hal
ini dapat memberikan keuntungan bagi manajemen Uje Center. Adapun
kekuatan yang dimiliki oleh organisasi Uje Center adalah:
a. Reputasi Uje Center sebagai tim manajer da’i yang dikenal luas secara
nasional maupun internasional.dan memanage da’i yang terkenal
seperti ustadz Jefri Al Bukhori dengan cirri khasnya sebagai da’i gaul
yang telah di kenal oleh masyarakat seluruh Indonesia.
b. Luasnya media dakwah pada organisai Uje Center, maka dalam hal ini
mampu berpacu dengan perkembangan zaman, sehingga tidak
mengalami dan tidak akan ada keterbatasa untuk berkomunikasi
dengan para jamaah dan umat islam dimanapun berada.
c. Memiliki jaringan yang luas di seluruh penjuru tanah air, sehingga
dapat mempermudah gerak dakwah di seluruh pelosokok tanah air.
d. Dan pengembangan program kegiatan yang relatif besar secara
kuantitatif, menjadi aset sumberdaya bagi pengembangan organisasi.
e. Usia Uje Center yang baru berdiri beberapa tahun ini yang selalu dan
semakin eksis dalam pengembangan fungsi dakwah, membuat
organisasi ini memiliki kekayaan pengalaman dalam mengembangkan
dakwah.
f. Para pimpinan dan staff atau anggota manajemen Uje Center memliki
motivasi agama yang kuat yang dapat menjadi ruh dalam
menggerakkan organisasi.
73
g. Ketaatan para pimpinan manajemen Uje Center di semua jenjang
terhadap aturan organisasi, sehingga dapat memperlancar gerak
organisasi.15
2. Weaknes (kelemahan)
Selain meneliti keunggulannya, sebuah organisasi harus merinci apa
saja kelemahannya. Kelemahannya adalah keterbatasan yang dimiliki
setiap organisasi. Di organisasi Uje Center, ada kelemahan yang ditemui
yaitu:
a. Pertumbuhan orgaisasi yang semakin meningkat dan perkembangan
pelaksanaan kegiatan yang semakin banyak tidak diimbangi dengan
peningkatan sistem manajemen, dokumentasi, dan informasi organisasi
yang rapi.
b. Perkembangan kuantitas program kegiatan yang signifikan yang tidak
diimbangi dengan kualitasnya.
c. Kurang optimalnya perhatian khusus dalam pengembangan dan
pembinaan masyarakat bawah dalam hal ekonomi dan kemandirian
kapasitas sosial kemasyarakatan.
d. Kurang optimalnya dalam pelayanan konsumen dan pada bidang
administrasinya.16
3. Opportunity (peluang)
15
Azwar Heri Lubis, Manager Operasional Uje Center, wawancara pribadi, Jl.Radio
Dalam Raya No.9D Jakarta Selatan, 7 September 2009 16
Azwar Heri Lubis, Manager Operasional Uje Center, wawancara pribadi, Jl.Radio
Dalam Raya No.9D Jakarta Selatan, 7 September 2009
74
Peluang merupakan situasi yang penting dan menguntungkan bagi
organisai Uje Center di masa depan. Organisasi Uje Center memiliki
peluang sebagai berikut:
a. Maningkatkan kualitas sumber daya menusia yang dapat dijadikan
potensi dan kesempata untuk mengembangkan organisasi.
b. Memperluas kerja sama dalam tingkat nasional maupun internasional
sebagaimana yang telah direncanakan dalam perumusan strategi oleh
manajemen Uje Center.
c. Menjalankan fungsi-fungsi sosial baru, seperti kegiatan-kegiatan
pengembangan masyarakat dalam bentuk dakwah dengan berbagai
macam jenis yang tentunya berbentuk dakwah islam amar maruf nahi
munkar di tengah-tengah kehidupan yang semakin kompleks.
d. Memanfaatkan media massa dan mengembangkan tekhnologi
informasi dan mengembangkan dakwah islam.17
4. Thearts (ancaman)
Ancaman adalah keadaan yang tidak menguntungkan sebuah
organisasi. Organisai Uje Center pelu mengetahui ancaman-ancaman yang
ada secara baik dan benar, dengan harapan manajemen Uje Center dapat
mengambil langkah awal sebelum ancaman berubah menjadi hambatan
bagi kegiatan-kegiatan organisasi. Adapun ancaman yang ada pada
manajemen Uje Center adalah:
17
Azwar Heri Lubis, Manager Operasional Uje Center, wawancara pribadi, Jl.Radio
Dalam Raya No.9D Jakarta Selatan, 7 September 2009
75
a. Arus globalisasi dan arus liberalisasi yang berdampak pada fenomena
budaya masyarakat yang sangat dipengaruhi oleh penguasa pasar dan
media informasi.
b. Kecendrungan budaya popular (pop culture) dalam media yang dapat
mencitrakan enjoy criminal, mistikisme-klenikisme, hedonisme, dan
konsumtif di tengah-tengah masyarakat.
c. Godaan komersialisasi industri dakwah yang dapat memperburuk citra
dan menjauhkan nuansa dakwah dari substansi dan pesan islami yang
sebenarnya.
d. Persaingan yang semakin maju seiring pada perkembangan zama pada
saat ini.18
Dari hasil wawancara, manajemen Uje Center dari hasil analisis SWOT.
Berdasarkan kombinasi pendekatan kualitatif matrik SWOT Kearn,
organissasi Uje Center berada pada matriks isu strategis kekuatan dan
ancaman yang menandakan organisasi kuat namun menghadapi tantangan
besar.
Kearns mendominasikan pilihan isu strategis Mobilization yang dikutip
oleh M. IsmailYusanto dan M.Karebet yang berarti pertemuan antara ancaman
dari luar yang diidentifikasikan dengan kekuatan organisasi.19
Di sini
organisasi Uje Center harus melakukan moblisasi sumber daya yang
merupakan kekuatan organisasi untuk memperlunak ancaman dari luar
18
Azwar Heri Lubis, Manager Operasional Uje Center, wawancara pribadi, Jl.Radio
Dalam Raya No.9D Jakarta Selatan, 7 September 2009 19
M. Ismail Yusanto dan M. Karebet Widjajakusuma, Manajemen Strategis Perspektif
Syariah, (Jakarta: Khairul Byaan, 2003), cet. Ke-I, h. 33
76
tersebut, bahkan jika mungkin organisai Uje Center dapat mengubahnya
menjadi peluang.
Sementar, Pearce dan Robinson merekomendasikan isu strategis
Diversivikasi Strategis, artinya organisasi dalam kondisi mantap namun
menghadapi tantangan berat. Dalam hal ini, diperkirakan organisasi akan
mengalami kesulitan untuk terus berputar bila hanya bertumpu pada strategi
sebelumnya. Oleh sebab itu, organisai disarankan untuk segera mamperbanyak
ragam strategi taktisnya.20
Berdasarkan data dan wawancara dengan beberapa staff atau anggota
manajemen Uje Center, ada beberapa hambatan yang ditemukan oleh
pimpinan manajemen Uje Center. Berikut ini merupakan upaya untuk
mengatasi hambatan-hambatan tersebut, yang antara lain adalah:
1. Sumber Daya Manusia
Dari periode ke periode masalah kekurangan SDM selalu dikeluhkan
oleh semua pimpinan disetiap anggota, Dan hal ini sering menghambat
proses regenerasi. Untuk meminimalisir hal ini, sejak awal periode Uje
center telah mengantisipasinya dengan melakukan pebinaan dan
pengembangan sumber daya manusia yang dilakukan melalui pelatihan,
penataran, pendidikan, dan kegiatan pengkaderan.
2. Komunikasi
Pada awal periode komunikasi menjadi hambatan yang membuat
komunikasi tidak berjalan lancar baik komunikasi dari pimpinan ke staff
20
M. Ismail Yusanto dan M. Karebet Widjajakusuma, Manajemen Strategis Perspektif
Syariah, (Jakarta: Khairul Byaan, 2003), cet. Ke-I, h. 34
77
anggota, atapun sebaliknya. Masalah tersebut sudah diupayakan oleh
pimpinan Uje Center dengan saling adanya koordinasi dan melalui
pemanfaatan tekhnologi informasi.
3. Dana
Sejak awal periode telah dilaksanakan pelatihan fundraising pada
tingkat pimpinan, dan diharapkan pula dapat dilaksanakan pada tingkat
anggota. Pengadaan dana organisasi selalu menjadi PR panjang, karena
sangat menentukan lancar dan tidaknya pelaksaan program organisasi.
Selain itu, dalam rangka penggalangan dana, pimpinan direktur dan
manager operasional juga melakukan kerjasama dengan berbagai pihak,
baik nasional maupun internasional.
4. Rangkap Jabatan (double job)
Peraturan tentang rangkap jabatan antara pimpinan sekaligus
angggota Uje Center telah lama dipahami oleh pimpinan Uje Center di
semua jenjang. Permasalahan tersebut sudah diupayakan oleh pimpinan
Uje Center dengan membuat struktur dan program kegiatan yang sesuai
degan tugas masing-masing pimpinan dan anggota. 21
21
Meili Susanti, Staff Penjadwalan Uje Center, wawancara pribadi, Jakarta, 12 Mei
2009
78
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dalam merumuskan strategi organisasi, manajemen Uje Center
mengadakan koordinasi dan briffing. Koordinasi dan briffing ini
membahas rumusan-rumusan secara umum, berupa strategi jangka panjang
dan jangka pendek yang didasarkan pada kebutuhan dan dakwah dalam
rangka amar ma’ruf nahi munkar. Strategi jangka panjang terdiri dari visi,
misi, dan tujuan yang menterjemahkan orientasi strategi organisasi yang
menjadikan strategi induk pimpinan/direktur Uje Center. Adapun jangka
pendeknya adalah strategi bidang fungsional yang tampak pada dasar
kebijakan program, anggaran dasar, dan anggaran rumah tangga yang
merupakan strategi fungsional pimpinan/direktur Uje Center.
2. Implementasi strategi manajemen Uje Center bertumpu pada alokasi dan
pengorganisasian sumber daya manusia yang ditampakkan melalui
penetapan struktur kepemimpinan, dan budaya organisasi. Struktur
organisasi Uje Center menggambarkan hubungan fungsional (garis
kewenangan dan tanggung jawab) yang kuat antar manajemen. Bentuk
pimpimnan Uje Center berdasarkan pola dan hubungan kerja dan
wewenang ini termasuk kepada bentuk organisasi fungsional. Adapun
budaya organisasinya mengacu kepada panduan al-Qur’an dan Al-Sunnah,
kekeluargaan, kebersamaan dan silaturrahmi. Adapun gaya kepemimpinan
79
yang diterapkan adalah gaya kepemimpinan demokrasi, di mana
pengambilan keputusan di ambil secara demokratis yaitu dengan
musyawarah/koordinasi. implementasi strategi itu ditandfizkan (disahkan)
melalui keputusan koordinasi pimpinan dan di musyawarahkan kembali
lalu hasilnya di sosialisasikan kepada seluruh anggota Uje Center.
3. Evaluasi Pimpinan manajemen Uje Center terhadap strateginya dilakukan
secara periodik melalui beberapa macam permusyawaratan dan rapat kerja
baik pada tingkat organisasi maupun pada tingkat fungsional. Yakni rapat
kerja pimpinan, rapat kerja bagian dan rapat kerja evaluasi pelaksanaan
program. Selain itu, pimpinan/direktur utama dan pembimbing Uje Center
melakukan evaluasi melalui yang berisi data direktur dan manajer
operasional organisasi, dan data anggota staff dan pelaksana kegiatan.
B. Saran-Saran
Secara keseluruhan, manajemen strategi manajemen Uje Center sudah
cukup baik yang ditandai dengan adanya perumusan, implementasi, dan
evaluasi strategi organisasi. Namun demkian ada beberapa kelemahan yang
perlu diperbaiki oleh manajemen Uje Center, diantaranya:
1. Idealnya dalam melakukan proses evaluasi, Uje Center dapat
menggunakan beberapa langkah, antara lain, seperti mengukur kinerja,
membandingkan hasil dengan strandar, dan mengambil tindakan korektif.
Hendaknya ini di praktekkan dan bukan hanya menjadi idealisme semata.
80
2. kondisi sumber daya manusia yang belum memadai dari segi kualitas dan
kuantitas hendaknya segera dicarikan solusinya oleh pihak organisai.
Membiarkan hal ini terus terjadi akan berpengaruh pada pencapaian tujuan
organisasi. Permasalahan-permasalahan ini bisa diminimalisir dengan
mengadakan pelatihan-pelatihan keorganisasian bagi para pengurus dan
mengadakan pengkaderan pada anggota organisasi.
3. Manajemen Uje Center pada tataran kajian dan konsep belaka, akan tetapi
harus melakukan langkah-langkah konkret. Jika manajeme Uje Center
serius melaksanakan program-programnya maka harus tersusun dan
dilaksanakan sesuai dengan baik sesuai tujua yang ingin dicapai.
4. Bagi para peneliti yang berminat melakukan penelitian tentang Uje Center,
hendaknya mengarahkan penelitiannya kepada hal-hal berikut:
a. Sistem kerja anggota organisasi Uje Center
b. Kepuasan konsumen pada pelayanan Uje Center dan masih banyak lagi
yang dapat di teliti oleh para peneliti yang berminat meneliti Uje
Center secara mendalam.
81
DAFTAR PUSTAKA
Al Kisah, Majalah Kisah dan Hikmah, No. 24/Tahun III
Al-Faruqi, Isma’il, Al-Faruqi, Lois Lamya, Atlas Budaya Menjelajah Khazanah
Peradaban Gemilang Islam (edisi Indonesia), Bandung: Mizan, 1998
Amirullah dan Budiyono, Haris, Pengentar Manajemen, Yogyakarta: Graha Ilmu,
2004 cet. Ke-2
Cantika, Amirullahdan Sari Budi, Manajemen Stratejik, Yogyakarta: Graha Ilmu,
2002, Cet. Ke-1
David, Fred .R., Manajemen Strategi Konsep, Jakarta: Prenhalindo, 2002
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka 2002
Diarsipkan di bawah: Management SDM Ditandai: MSDM, Organisasi, reward «
Pengertian Management SDM 6 perspektif (pendekatan) MSDM »
Effendy, Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi teori dan Praktek, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 1999
Fadli, Ahmad, Organisai dan Administrasi, Kediri: Manhalun Nasyiin Press, 2002
Hafidhuddin, Didin, Tanjung, Hendri, Manajemen Syari’ah dalam Prektik,
Jakarta: Gema Insani Press, 2002
Imanuddin, Muhammad, Islamisasi Ilmu Pengetahuan, edisi enuju Manajemen
Islam, Jakarta: Pustaka Cidesinde, 2000
Kusnadi, Pengantar Manajemen Strategi, Malang: Universitas Brawijaya, 2001,
edisi ketiga
Lubis, Azwar Heri, Manager Operasional Uje Center, wawancara pribadi,
Jakarta, 7 September 2009
Moleong, Lexi J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006
82
Muchtarom, Zaini, Dasar-dasar Manajemen Dakwah, Yogyakarta: Al-Amin dan
IKFA, 1996 cet. Ke-2
Nasution, Mulia, Pengantar Manajemen, Jakarta: Djambatan, 1996
Notoatmodjo, Soekidjo, Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2003, Cet. Ke-3
Panitia Istilah Manajemen Lembaga PPM, Kamus Istilah Manajemen, Jakarta:
Balai Aksara, 1983, cat. Ke-2
Rafi’udin dan Djaliel, Maman Abd., Prinsip dan Strategi Dakwah, Bandung:
Pustaka Setia 2002
Ridha, Akrim, Menjadi Pribadi Sukses;Panduan Melejitkan Potensi Diri,
(Bandung: Syamil Cipta Media, 2002
Siagan, Sondang P., Manajemen Strategis, Yogyakarta: BPFE UGM, 1978
_______________, Analysis serta perumusan dan kebijaksaan dan strategi
organisasi, Jakarta: PT. Gunung Agung, 1986, Cet. Ke-2
Sipratikno, Hendrawan, Anton Wachidin Widjaja, Sugiarto, Darmadi Durianto,
Advanced Strategic Management ‘ Back To Basic Approach’, Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama, Anggota IKAPI, 2003
Soehartono, Irawan, Metodologi Penenlitian Sosial, Suatu Teknik Penelitian
BIdang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, Bandung:
PT. Remaja Rosdakaraya, 2004
Wahyudi, Agustinus Sri, Manajemen Strategi Pengantar Proses Berpikir Strategi,
Jakarta: Binarupa Aksara, 1996, cet. Ke-1
West, Michael, The Secrets of Successful Team Management - How to lead a
team to innovation, creativity and success, (Duncan Baird Publishers)
www. Sufisnews. Com, Artikel Tgl: 07 Juni 2005
Yusanto, M. Ismail dan Widjajakusuma, M. Karebet, Manajemen Strategis
Perspektif Syariah, Jakarta: Khairul Byaan, 2003, cet. Ke-I
83
Wawancara
Jefri Al Bukhori, Wawancara Pribadi, Pondok Indah, 15 Maret 2009
M Jarkasih., Staff IT Uje Center, wawancara pribadi, Jl. Radio Dalam No.9D
Jakarta Selatan, 24 April 2009
Meili Susanti dan M. Jarkasih, Staff Penjadwalan dan staff IT Uje Center,
wawancara pribadi, Jl. Radio Dalam No.9D Jakarta Selatan, 12 Mei 2009
Azwar Heri Lubis, Manajer Operasional Uje Center, wawancara pribadi,
Jl.Radio Dalam Raya No.9D Jakarta Selatan, 7 September 2009
LAMPIRAN-LAMPIRAN
STRATEGI MANAJEMEN UJE CENTER DALAM PENGELOLAAN
AKTIVITAS DAKWAH USTADZ JEFRI AL BUKHORI
Intervewer : M. Jarkasih
Jabatan : IT Staff
Waktu Wawancara : Jumat, 24 April 2009
Tempat Wawancara : Jl. Radio Dalam Raya No. 9D, Jakarta Selatan
Pedoman Wawancara
1. Menurut anda apakah dalam pengelolaan suatu manajemen membutuhkan
adanya strategi?
Jawaban: ya, jelas membutuhkan strategi karena untuk melihat dan memantau
atau mengobservasi setiap sutau program yang sedang dilakukan atau sebelum
dilakukan.
2. Strategi apa yang anda pakai dalam pengelolaan aktivitas dakwah ustadz Jefri
Al Bukhori?
Jawaban: sistem pengelolaannya dalam bentuk laporan dari masing-masing
program/kegiatan yang akan dilakukan atau sebelum dilakukan.
3. Perumusan strategi:
a. Bagaimana perumusan strategi yang dilakukan oleh manajemen Uje
Center?
Jawaban: dari masing-masing staff saling koordinasi dengan direksi/
pimpinan.
b. Bagaimana visi manajemen Uje Center?
Jawaban: mensyiarkan islam dari pelosok dan berbagi dunia (Hongkong
dan Malaysia).
c. Bagaimana misi manajemen Uje Center?
Jawaban: untuk membantu para jamaah yang ingin belajar tentang islam
dan mencerdaskan seluruh umat di berbagai daerah.
d. Apa tujuan dari manajemen Uje Center?
Jawaban: mengelola dan mensyiarkan dakwah isalam untuk para jamaah.
e. Bagaimana Program kerja Uje Center?
Jawaban:
1) Pengajian bulanan setiap minggu ke 3 hr senin jam 19.00-21.00 di
masjid pondok indah bersama Ustadz Jefri Al Bukhori.
2) Konsultasi muallaf setiap sabtu ke 2 (1 bln 1x)jam 13.00-14.00
bersama Ustadz Kokoliem.
3) Pengajian remaja Azzahra setiap minggu ke 2 (1 bln 1x)jam 13.00-
15.00.
4) SOMSE (solusi menikah segera) setiap sabtu ke 2 jam 09.00-11.00
bersama Ustadz Aswan dan Kokoliem.
5) Tadabur alam bersama Ustadz Jefri Al Bukhori (1thn 1x).
6) Kursus tahfidz Qur’an, bahasa Arab dan Naghom.
7) Haji dan Umroh.
8) Pondok pesantren yatim (AS-SHOHABAH).
9) Saur on the road .
4. Implementasi strategi:
a. Bagaimana implementasi strategi manajemen Uje Center?
Jawaban: implementasi strategi untuk manajemen Uje Center dalam
bentuk melayani dan membantu para jamaah yang ingin belajar tentang
Islam dan mengikuti suatu kegiatan ustadz Jefri di berbagai tempat, selain
itu Uje Center juga menerima curhat dan konsultasi dari berbagai jamaah
dan untuk menjalin tali silaturrahmi.
b. Bagaimana struktur manajemen Uje Center?
Jawaban:
STRUKTUR ORGANISASI UJE CENTER
PEMBINA
(Ustadz Jefri Al Bukhori)
DIREKTUR UTAMA
(Ustadz Aswan Faisal, SE)
DIREKTUR
(H. Fajar Sidik)
MANAGER OPERASIONAL
(Azwar Heri Lubis, SS)
Staff Keuangan Staff Penjadwalan Staff Lapangan Staff IT
c. Bagaimana pengelolaan yang dilakukan oleh manajemen Uje Center?
Jawaban: setiap masing-masing staff membuat report atau laporan dari
masing-masing program atau kegiatan.
5. Evaluasi strategi:
a. Bagaimana evaluasi manajemen Uje Center?
Jawaban: setiap kegiatan yang dilakukan kami saling menerima masukan
atau saran dari masing-masing staff. Selain itu Uje Center juga selalu
briffing sebelum melakukan suatu kegiatan.
b. Bagaimana manajemen Uje Center melakukan pengukuran kinerja?
Jawaban: dengan cara melihat hasil dari masing-masing jamaah setiap
mengikuti kegiatan Uje Center.
c. Bagaimana manajemen Uje Center melakukan perbandingan antara
standar dengan pelaksaan?
Jawaban: setiap program yang kita lakukan adalah bentuk suatu
professional kerja dan kualitas kerja supaya jamaah juga senang dalam
mengikuti kegiatan Uje Center.
d. Bagaimana manajemen Uje Center melakukan perbandingan antara
prestasi dengan standar?
Jawaban: jelas beda, kalau prestasi adalah keberhasilan setiap apa yang
kita lakukan dalam bentuk program kerja untuk mendapatkan
reword/hadiah, sedangkan standar adalah sutau kegiatan yang biasa-biasa
saja tanpa ada suatu reword/hadiah.
e. Bagaimana manajemen Uje center melakukan tindakan korektif dalam
evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatannya?
Jawaban: stiap masing-masing kordinator yang melakukan program akan
memberikan laporan ke Uje Center, lalu pimpinan Uje Center sendirilah
yang memantau/mengkoreksi berhasil atau tidaknya kerja tersebut
kemudian manajemen akan memberikan saran dan kritik terhadap
kordinator acara tersebut.
Wawancara II
Intervewer : M. Jarkasih dan Meili Susanti
Jabatan : IT Staff dan Staff Penjadwalan
Waktu wawancara : Selasa, 12 Mei 2009
Tempat Wawancara : Jl. Radio Dalam Raya No. 9D, Jakarta Selatan
1. Apa yang melatarbelakangi berdinya manajemen Uje Center?
Jawaban: adanya ingin membantu dan melayani jamaah yang ingin
mengundang Ustadz Jefri Al Bukhori.
2. Bagaimana penetapan misi manajemen Uje Center?
Jawaban: untuk membantu para jamaah yang ingin belajar tentang Islam dan
da mencerdaskan seluruh umat di barbagai daerah.
3. Apa yang menjadi tolak ukur pernyataan misi tersebut?
Jawaban: mengobservsi dan menilai dari hasil kegiatan.
4. Apa yang menjadi tolak ukur pencapaian misi tersebut?
Jawaban: keberhasilan dari setiap apa yang dilakukan.
5. Bagaimana perumusan strategi yang dilakukan oleh manajemen Uje Center?
Jawaban: dari masing-masimg staff saling koordinasi dengan
direksi/pimpinan.
6. Apa yang menjadi visi manajemen Uje Center?
Jawaban: untuk membantu dan silaturrahmi antar jamaah.
7. Pernyataan visi tersebut dimaksudkan untuk apa?
Jawaban: untuk memperluas jaringan Islam di berbagai daerah dan pelosok.
8. Apa yang menjadi tujuan manajemen Uje Center?
Jawaban: mengelola dan mensyiarkan dakwah Islam untuk para jamaah.
9. Bagaimana implementasi strategi manajemen Uje Center?
Jawaban: Implementasi strategi untuk manajemen Uje Center dalam bentuk
melayani dan membantu para jamaah yang ingin belajar tentang Islam dan
mengikuti suatu kegiatan Ustadz Jefri di berbagai tempat, selain itu Uje center
juga menerima curhat dan konsultasi dari berbagai jamaah dan untuk menjalin
silaturrahmi.
10. Bagaimana implementasi struktur pada manajemen Ujer Center?
Jawaban:
STRUKTUR ORGANISASI UJE CENTER
.Pembina : (Ustadz Jefri Al Bukhori)
Beliau adalah yang memonitoring seluruh hasil kerja pada
manajemen Uje Center.
2. Direktur Utama: (Ustadz Aswan Faisal, SE)
Beliau adalah yang mengarahkan dan bertanggung jawab dalam
semua aktivitas yang dilakukan oleh manajemen Uje Center.
3. Direktur: (H. Fajar Sidik)
Beliau bertugas menerima hasil kegiatan dan mengoreksinya, lalu
memusyawarahkannya kepada Direktur Utama dan Pembina.
4. Manager Operasional: (Azwar Heri Lubis, SS)
Beliau adalah penanggug jawab dari sukses atau tidaknya hasil dari
aktivitas dakwah Ustad Jefri Al Bukhori. Karena beliau yang memantau
langsung segala kegiatan dari manajemen Uje Center Dan beliau yang
lebih sering terjun di lapangan dan menghendel segala sesuatu yang terjadi
pada manajemen Uje Center. dalam manajemen Uje Canter terdapat
beberapa staff yakni: staff keuangan, staff penjadwalan, staff lapangan,
dan staff IT.
11. Seperti apakah budaya organisasi pada manajemen Uje Centert?
Jawaban: tidak di beda-bedakan/membedakan dari masing-masing
kultur/budaya setiap karyawan Uje Center.
12. Bagaimana gaya kepemimpinan pada manajemen Uje center?
Jawaban: Jujur, adil, dan bijaksana (Demokratis).
13. Apa saja lingkup program manajemen Uje Center?
Jawaban:
a. Pengajian bulanan setiap minggu ke 3 hr senin jam 19.00-21.00 di masjid
pondok indah bersama Ustadz Jefri Al Bukhori.
b. Konsultasi muallaf setiap sabtu ke 2 (1 bln 1x) jam 13.00-14.00 bersama
Ustadz Kokoliem.
c. Pengajian remaja Azzahra setiap minggu ke 2 (1 bln 1x) jam 13.00-15.00.
d. SOMSE (solusi menikah segera) setiap sabtu ke 2 jam 09.00-11.00
bersama Ustadz Aswan dan Kokoliem.
e. Tadabur alam bersama Ustadz Jefri Al Bukhori (1thn 1x).
f. Kursus tahfidz Qur’an, bahasa Arab dan Naghom.
g. Haji dan Umroh.
h. Pondok pesantren yatim (AS-SHOHABAH).
i. Saur on the road .
14. Bagaimana pemantauan kinerja pada manajemen Uje Center?
Jawaban: setiap masing-masing staff selalu koordinasi.
15. Upaya apa yang dilakukan kedepan oleh manajemen Uje Center dalam
mengembangkan pengelolaan aktivitas dakwah Ustadz Jefri Al Bukhori?
Jawaban: mensyiarkan Islam dalam bentuk media elektronik, seperti: website,
email, fashbook, frienster, media televisi dan media lainnya. Sedangkan media
cetaknya adalah memberikan artikel-artikel Islam di berbagai Koran dan
majalah.
16. Upaya apa saja yang dilakukan oleh manajemen Uje Center dalam
mempertahankan popularitas ustadz Jefri Al Bukhori sebagai da’i yang
kondang dan terkenal seperti sekkarang, dalam menghadapi persaingan yang
semakin maju pada saat ini?
Jawaban: manajemen selalu memberikan motivasi dan saran atau
memberitahukan berita yang terbaru tentang Islam, supaya Ustadz Jefri dapat
memberikan ceramah dengan berbagai cara.
17. Bagaimana rencana dan perkembangan Uje Center kedepan?
Jawaban: Insya Allah akan mendirikan pondok pesantren yatim gratis
khususnya bagi anak yatim yang tidak mampu atau tidak punya kedua orang
tuanya lagi.
Foto saat observasi wawancara bersama tim manajemen UJE Center
Foto saat mencari data dan wawancara bersama tim manajemen UJE Center
Foto bersama tim manajemen UJE Center
Observasi dan wawancara bersama tim manajemen Uje Center
Foto di kantor tim manajemen UJE Center
Foto saat minta surat keterangan wawancara bersama tim manajemen UJE Center