IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi … · desa-desa dari Kabupaten Bandung dimana pada...

17
47 IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografi dan Administrasi Kota Bandung merupakan wilayah yang terletak pada 107º bujur timur, 6º-55º lintang selatan dan berada di ketinggian 791 m di atas permukaan laut, titik terendahnya berada pada posisi 675 meter di sebelah selatan dan titik tertinggi terletak pada posisi 1.050 meter yang berada di sebelah utara. Dengan luas wilayah 16.730 Ha (Bandung Dalam Angka, 2009), secara geografik sebelah utara Kota Bandung merupakan daerah perbukitan atau dataran tinggi dan sebelah selatan relatif datar atau dataran rendah. Sebelah selatan pada umumnya tanah bebatuan, sebelah utara dan timur terdiri dari tanah endapan berupa tanah lempung atau tanah liat, sebelah barat dan tengah tersebar tanah bebatuan. Keadaan geologis di Kota Bandung dan sekitarnya terdiri atas lapisan alluvial hasil letusan Funung Tangkuban Perahu. Jenis material di wilayah bagian utara umumnya jenis tanah andosol, sedangkan di bagian Selatan serta Timur terdiri atas jenis alluvial kelabu dengan bahan endapan liat. Di bagian Tengah dan Barat tersebat jenis tanah andosol. Iklim asli kota Bandung dipengaruhi oleh iklim pegunungan di sekitarnya, namun pada dasarnya beberapa tahun belakangan mengalami peningkatan suhu, hal ini disebabkan polusi dan meningkatnya suhu global. Kota Bandung tergolong daerah yang cukup sejuk, dengan temperature udara rata-rata 23º C (1995-2008). Temperatur ini dipengaruhi oleh ketinggian sekitar lingkungan pegunungan atau cekungan dan berbagai danau besar yang terletak disekitarnya, serta perubahan iklim global. temperatur rata-rat di Kota Bandung pada Tahun 2008 terdapat temperatur maksimum yang mencapai 30.7ºC pada bulan September 2008. hal ini mengindekasikan bahwa sebenarnya terdapat kenaikan temperatur di Kota Bandung. Sementaraitu bila dianalisis dalam kurun waktu yang lebih panjang, yaitu temperatur udara rata-rata maksimum dalam 20 tahun terakhir, temperatur di Kota Bandung naik sekitar 2ºC, dan kenaikan tersebut dinilai signifikan dalam dunia meteorologi. Kota Bandung yang secara administratif menurut Perda Kota Bandung nomor 06 tahun 2006 tentang Pemekaran dan pembentukan wilayah kerja

Transcript of IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi … · desa-desa dari Kabupaten Bandung dimana pada...

Page 1: IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi … · desa-desa dari Kabupaten Bandung dimana pada akhir ... implementasi SOTK baru berdasarkan PP Nomor ... Revisi Perda-perda terkait

47

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.1 Kondisi Geografi dan Administrasi

Kota Bandung merupakan wilayah yang terletak pada 107º bujur timur,

6º-55º lintang selatan dan berada di ketinggian 791 m di atas permukaan laut, titik

terendahnya berada pada posisi 675 meter di sebelah selatan dan titik tertinggi

terletak pada posisi 1.050 meter yang berada di sebelah utara. Dengan luas

wilayah 16.730 Ha (Bandung Dalam Angka, 2009), secara geografik sebelah utara

Kota Bandung merupakan daerah perbukitan atau dataran tinggi dan sebelah

selatan relatif datar atau dataran rendah. Sebelah selatan pada umumnya tanah

bebatuan, sebelah utara dan timur terdiri dari tanah endapan berupa tanah

lempung atau tanah liat, sebelah barat dan tengah tersebar tanah bebatuan.

Keadaan geologis di Kota Bandung dan sekitarnya terdiri atas lapisan

alluvial hasil letusan Funung Tangkuban Perahu. Jenis material di wilayah bagian

utara umumnya jenis tanah andosol, sedangkan di bagian Selatan serta Timur

terdiri atas jenis alluvial kelabu dengan bahan endapan liat. Di bagian Tengah dan

Barat tersebat jenis tanah andosol. Iklim asli kota Bandung dipengaruhi oleh iklim

pegunungan di sekitarnya, namun pada dasarnya beberapa tahun belakangan

mengalami peningkatan suhu, hal ini disebabkan polusi dan meningkatnya suhu

global. Kota Bandung tergolong daerah yang cukup sejuk, dengan temperature

udara rata-rata 23º C (1995-2008). Temperatur ini dipengaruhi oleh ketinggian

sekitar lingkungan pegunungan atau cekungan dan berbagai danau besar yang

terletak disekitarnya, serta perubahan iklim global. temperatur rata-rat di Kota

Bandung pada Tahun 2008 terdapat temperatur maksimum yang mencapai 30.7ºC

pada bulan September 2008. hal ini mengindekasikan bahwa sebenarnya terdapat

kenaikan temperatur di Kota Bandung. Sementaraitu bila dianalisis dalam kurun

waktu yang lebih panjang, yaitu temperatur udara rata-rata maksimum dalam 20

tahun terakhir, temperatur di Kota Bandung naik sekitar 2ºC, dan kenaikan

tersebut dinilai signifikan dalam dunia meteorologi.

Kota Bandung yang secara administratif menurut Perda Kota Bandung

nomor 06 tahun 2006 tentang Pemekaran dan pembentukan wilayah kerja

Page 2: IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi … · desa-desa dari Kabupaten Bandung dimana pada akhir ... implementasi SOTK baru berdasarkan PP Nomor ... Revisi Perda-perda terkait

48

kecamatan dan kelurahan di lingkungan Pemerintah Kota Bandung dibagi menjadi

30 Kecamatan, 151 Kelurahan, 1.500 RW dan 9.277 RT (pasca pemekaran 4

kecamatan) yang dibatasi oleh :

a. Bagian Utara berbatasan dengan Kecamatan Lembang dan Cisarua Kabupaten

Bandung Barat.

b. Bagian Barat berbatasan dengan Kota Cimahi yaitu Kecamatan Cimahi Utara,

Cimahi Tengah dan Marga Asih.

c. Bagian Timur berbatasan dengan Kecamatan Cicalengka dan Cileunyi

Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang.

d. Bagian Selatan berbatasan dengan Kecamatan Dayeuh Kolot dan Cirangrang

Kabupaten Bandung.

Kota Bandung sebagai kota metropolitan, sekarang ini telah berkembang

dengan pesat, baik secara fisik maupun non fisik. Faktor utama yang memberikan

keuntungan bagi pembangunan di Kota Bandung adalah selain sebagai ibukota

provinsi, juga letak geografis Kota Bandung sangat strategis yang menjadikan

persimpangan dan sentra pertemuan yang berada tepat di tengah provinsi, yang

menjadikan titik temu seluruh daerah yang berada di wilayah selatan dan utara

provinsi Jawa Barat sebelum ditransfer ke Jakarta sebagai pusat perekonomian

nasional.

Dalam Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), Kota Bandung telah ditetapkan sebagai salah

satu Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan Kawasan Andalan Cekungan Bandung.

Dengan penetapan tersebut, Kota Bandung makin berkembang dan makin banyak

menarik pendatang dan penduduk dari wilayah lain disekitarnya untuk bermigrasi,

baik untuk menetap maupun untuk melakukan segala kegiatan bisnisnya sebagai

penduduk komuter. Perkembangan ini dapat menjadi daya dukung bagi Kota

Bandung dalam melakukan pembangunan tetapi sebaliknya bisa juga menjadi

beban bagi Kota Bandung jika potensi yang ada tidak memiliki kualitas yang

dibutuhkan dalam pembangunan Kota Bandung secara keseluruhan.

Page 3: IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi … · desa-desa dari Kabupaten Bandung dimana pada akhir ... implementasi SOTK baru berdasarkan PP Nomor ... Revisi Perda-perda terkait

49

42

4.2 Pemerintahan

Sejak dibentuknya Kota Bandung menjadi suatu daerah Otonom pada

tanggal 1 April 1906, Kota Bandung telah beberapa kali mengalami perluasan

permukaan wilayah daerahnya, yaitu pada masa rentang Tahun 1906 – 1917, yaitu

pada hari pembentukan Kota Bandung menjadi daerah otonom tanggal 1 April

1906 mempunyai luas 1.922 Ha dan pada rentang waktu Tahun 1917-1942 daerah

Kota Bandung telah diperluas menjadi 2.871 Ha.

Pada tahun 1930 telah direncanakan perluasan daerah Kota Bandung

dalam jangka waktu 25 tahun berikutnya. Perlunya perluasan tersebut dari 2.871

Ha menjadi 12.758 Ha berdasarkan pertimbangan bahwa penduduk Kota Bandung

dengan pertambahan normal pada akhir 1955 diperkirakan akan menjadi 750.000

jiwa, rencana ini dikenal dengan sebutan “Plan Karsten”. Namun pada masa

Pendudukan Pemerintahan Belanda, rencana Karsten ini belum seluruhnya

Gambar 3 Peta Kota Bandung dan Batas-batas Wilayahnya

Sumber : Perda 2 Tahun 2004 Tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah

Kota Bandung

Page 4: IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi … · desa-desa dari Kabupaten Bandung dimana pada akhir ... implementasi SOTK baru berdasarkan PP Nomor ... Revisi Perda-perda terkait

50

dilaksanakan. Pada masa pendudukan Jepang (1942-1945) beberapa kali diadakan

perubahan luas daerah berupa pergeseran batas kota dengan cara memasukan

desa-desa dari Kabupaten Bandung dimana pada akhir masa pendudukan Jepang

luas daerah Kota Bandung berubah menjadi 5.413 Ha. Sedangkan pada masa

Negara Pasundan Tahun 1949 secara resmi Kota Bandung mengalami perluasan

menjadi 8.098 Ha. Selanjutnya pada Tahun 1987 Berdasarkan Peraturan

Pemerintahan Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1987 wilayah Administrasi

Kota Bandung diperluas menjadi 16.730 Ha hingga saat ini.

Dari segi pelaksanaan pemerintahan Pemerintah Kota Bandung telah

mendorong upaya reformasi birokrasi yang akan dilakukan menurut tahapan-

tahapan tertentu. Saat ini telah dilakukan reorganisasi pemerintah yang diharapkan

dapat meningkatkan kinerja aparatur Pemerintah Kota Bandung. Secara umum,

implementasi SOTK baru berdasarkan PP Nomor 41 Tahun 2007, tentang

Organisasi Perangkat Daerah maka struktur organisasi Pemerintah Kota Bandung

saat ini terdiri dari sejumlah SKPD, yaitu 14 Dinas, 9 lembaga teknis daerah,

Satuan Polisi Pamong Praja, 4 perusahaan daerah, 3 rumah sakit daerah, 30

kecamatan serta sekretariat daerah. Dengan perangkat organisasi tersebut

diharapkan struktur organisasi menjadi lebih ramping, bergerak taktis dan

strategis, serta dapat mengurangi jabatan struktural yang ada guna meningkatkan

efisiensi kerja dan penyelenggaraan pemerintahan. Oleh karena itu, Organisasi

yang ada saat ini didukung oleh Esselon. II.A 1 orang, Esselon. II.B 32 orang,

Esselon. III.A 76 orang, Esselon. III.B 131 orang,Esselon. IV.A. 895 orang,

Esselon. IV.B 708 orang dengan jumlah pegawai, 24.341 pegawai negeri sipil dan

1.501 tenaga kontrak.

Penataan kelembagaan Pemerintah Kota Bandung pada dasarnya

diarahkan dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan publik untuk

menghilangkan citra birokrasi sebagai penghambat pembangunan. Dengan

demikian, adanya re-organisasi berimplikasi terhadap pengurangan jabatan. Di

antara masalah yang masih menjadi tantangan di masa depan adalah kapasitas

aparatur tata kerja. Berbagai kegiatan peningkatan kinerja aparatur dilakukan

melalui peningkatan kesejahteraan, pengawasan, mengikuti pendidikan dan

latihan dan sebagainya. Namun dengan semakin kompleksnya permasalahan

Page 5: IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi … · desa-desa dari Kabupaten Bandung dimana pada akhir ... implementasi SOTK baru berdasarkan PP Nomor ... Revisi Perda-perda terkait

51

perkotaan, dirasakan kapasitas dan kapabilitas aparatur dalam mencapai pelayanan

prima masih berada di bawah standar. Tata kerja di masa datang juga penting

untuk diperjelas dan dituangkan dalam mekanisme kerja dan job description yang

baik agar sistem dapat berjalan dengan baik. Tata kerja ini berfungsi sebagai

petunjuk operasional SOTK yang sudah ada. Dan saat ini SKPD yang telah

memiliki Standar Mutu Nasional (SMN) ISO 9000:2001 adalah sebanyak 12

SKPD. Hal lain yang akan dilaksanakan dalam rangka peningkatan pelayanan

kepada masyarakat, adalah upaya penguatan kelurahan. Sedangkan untuk

meningkatkan kualitas perijinan maka telah dibentuk Badan Penanaman Modal

dan Pelayanan Perijinan Terpadu (BMPPT) dan Bandung Elektronik Procurment

(BEP). Langkah-langkah dapam upaya reformasi pelayanan perijinan, meliputi :

a. Regulasi perijinan usaha dengan memangkas jumlah perijinan dan menata

perijinan yang tumpang tindih.

b. Birokrasi perijinan usaha melalui penyederhaan prosedur perijinan.

Dalam pelaksanaannya reformasi pelayanan perijinan diformulasikan ke

dalam pembentukan pelayanan terpadu satu pintu. Pelayanan satu pintu adalah

penyelenggaraan pelayanan perijinan dan non perijinan yang proses

pengelolaannya dimulai dari tahap permohonan, sampai dengan penerbitan

dokumen secara terpadu dan dilakukan di satu tempat melalui front office untuk

meminimalisasi interaksi antara pemohon dan petugas perijinan dan menghindari

kemungkinan pungutan-pungutan tidak resmi. Seiring dengan penataan organisasi

perangkat daerah Kota Bandung sebagai pelaksanaan Peraturan Pemerintah No.

41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah bentuk kelembagaan terpadu

satu pintu ditingkatkan dari setingkat kantor menjadi setingkat badan dengan

nomenklatur Badan Pelayanan Perijinan dan Penanaman Modal Daerah Kota

Bandung dengan asumsi bahwa pelayanan perijinan yang diselenggarakan

berkaitan erat dengan investasi di daerah. Dengan adanya kemudahan perijinan

diharapkan akan mendorong kondusifitas iklim investasi di Kota Bandung.

Peningkatan status kelembagaan satu pintu juga dilakukan dengan perubahan

ketatalaksanaan, peningkatan kewenangan dimana Pelayanan Terpadu Satu Pintu

diberikan kewenangan dari mulai penerimaan berkas, pemprosesan ijin,

penandatanganan ijin dan penyerahan ijin, Selain itu jumlah perijinan yang

Page 6: IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi … · desa-desa dari Kabupaten Bandung dimana pada akhir ... implementasi SOTK baru berdasarkan PP Nomor ... Revisi Perda-perda terkait

52

dikelola oleh satu pintu ditingkatkan dari 14 jenis perijinan menjadi 62 jenis

perijinan baik ijin usaha maupun non usaha. Hal-hal yang perlu dilakukan seiring

dengan peningkatan kelembagaan pelayanan terpadu satu pintu meliputi:

a. Revisi Perda-perda terkait dengan prinsip-prinsip pelayanan satu pintu, seperti

penyederhaan, persyaratan dan waktu pelayanan;

b. Penyederhaan jumlah perijinan dengan menyatukan atau menghapus perijinan

yang dianggap tumpang tindih dan menyulitkan pelaku usaha;

c. Pengurangan biaya bagi kategori usaha tertentu;

d. Penetapan kebijakan untuk mengurangi pungutan-pungutan di tingkat

Kecamatan, Kelurahan, RW dan RT terutama terkait dengan persyaratan ijin.

Sebagai perwujudan political will dari penerapan pola pelayanan terpadu

satu pintu telah dianggarkan pula pembiayaan dalam operasional pelayanan satu

pintu baik dalam APBD perubahan Tahun 2007 maupun APBD Tahun 2008.

Upaya peningkatan pelayanan dilakukan melalui penerapan model pelayanan

bersifat proaktif dan standar mutu. Model pelayanan yang bersifat proaktif adalah

dengan membangun situs (web site) untuk pelayanan on line, sedangkan

pelayanan yang bersifat standar mutu adalah melalui penggunaan ISO 9001:2000

yang berguna untuk menyusun pedoman kerja yang berstandar, meningkatkan

citra, profesionalitas dan meningkatkan daya tarik investasi.

Dalam upaya efisiensi dan peningkatan pelayanan pemerintah terhadap

masyarakat Kota Bandung, maka dalam struktur pelayanan pemerinta Kota

Bandung membagi ke dalam enam wilayah pelayanan, yaitu:

1. Wilayah Pelayanan Bojonegara

2. Wilayah Pelayanan Cibeunying

3. Wilayah Pelayanan Tegallega

4. Wilayah Pelayanan Kerees

5. Wilayah Pelayanan Ujungberung

6. Wilayah Pelayanan Gedebage

4.3 Kependudukan

Penduduk Kota Bandung berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Daerah

(Suseda) adalah 2.374.198 jiwa (penduduk laki-laki 1.210.164 jiwa dan

Page 7: IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi … · desa-desa dari Kabupaten Bandung dimana pada akhir ... implementasi SOTK baru berdasarkan PP Nomor ... Revisi Perda-perda terkait

53

perempuan 1.164.034 jiwa). Angka tersebut menentukan Laju Pertumbuhan

Penduduk (LPP) sebesar 1,90 persen. Rata-rata kepadatan penduduk Kota

Bandung 14.190,41 jiwa/Km2, dilihat dari segi kepadatan penduduk per

Kecamatan, maka Kecamatan Bojongloa Kaler merupakan daerah terpadat dengan

kepadatan penduduk 39.899,01 jiwa/Km2. Salah satu upaya Pemerintah Kota

Bandung untuk mengurangi tingkat kepadatan penduduk adalah dengan Program

Transmigrasi ke daerah luar Pulau Jawa, diantaranya ke Sumatera, Kalimantan,

Sulawesi, Maluku, dan Papua.

Tabel 2 Jumlah Penduduk Kota Bandung Menurut Kecamatan dan Jumlah

Kelurahan Serta rata-rata Per Kelurahan Tahun 2008

No Tahun Jumlah

Kecamatan

Jumlah

Kelurahan

Jumlah

Penduduk

Rata-rata

Penduduk per

Kelurahan

1 2008 30 151 2.374.198 15.723

2 2007 26 139 2.329.928 16.762

3 2006 26 139 2.296.848 16.524

4 2005 26 139 2.270.970 16.338

5 2004 26 139 2.232.624 16.062

Sumber : Bandung Dalam Angka 2009

Berdasarkan uraian Tabel 2 dan sesuai dengan hasil registrasi penduduk

pada tahun 2005, total penduduk Kota Bandung meningkat sebanyak dari

2.228.267 jiwa pada tahun 2003 menjadi 2.232.627 jiwa pada tahun 2004 dengan

laju pertumbuhan penduduk 2,65 persen. Dengan luas areal kota sebesar 16.730

hektar. Sehingga rata-rata kepadatan penduduknya sebesar 13.344 jiwa/ha (134

jiwa per km2), dengan rata-rata anggota keluarga sebanyak 4 jiwa per KK. Angka

ini tidak termasuk sejumlah besar penduduk komuter (pendatang atau penduduk

dari wilayah lain) yang bekerja dan mencari nafkah di Kota Bandung pada siang

hari, Menurut data Dinas Kependudukan Kota Bandung (2009), jumlah total

penduduk pada siang hari dapat mencapai 3,5 juta jiwa.

Sedangkan dari aspek banyaknya migrasi penduduk menetap dan

penduduk komuter dari berbagai penjuru tanah air dan bahkan ekspatriat dari luar

negeri telah menyebabkan Bandung menjadi kota yang berpopulasi tinggi dengan

kepadatan dan multi-etnis. Namun penduduk Kota Bandung relatif tidak tersebar

Page 8: IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi … · desa-desa dari Kabupaten Bandung dimana pada akhir ... implementasi SOTK baru berdasarkan PP Nomor ... Revisi Perda-perda terkait

54

secara merata di setiap kecamatan, sehingga kepadatan penduduk antar kecamatan

di Kota Bandung sangat bervariasi. Sedangkan perkembangan penduduk di

wilayah penelitian dapat dilihat dari data di Tabel 3

Tabel 3 Jumlah Penduduk Kota Bandung Menurut Kecamatan dan Luas

Wilayah Serta Kepadatan Penduduk Per Km2

Tahun 2008

No Kelurahan Luas

(Km2)

Jumlah

Penduduk

Kepadatan

Penduduk Per Km2

1 Bandung Kulon 6,46 125,350 19,404

2 Babakan Ciparay 7,45 142,309 19,102

3 Bojongloa Kaler 3,03 120,894 39,899

4 Bojongloa Kidul 6,26 81,045 12,947

5 Astanaanyar 2,89 70,544 24,410

6 Regol 4,30 86,500 20,116

7 Lengkong 5,90 71,983 12,201

8 Bandung Kidul 6,06 51,968 8,576

9 Buahbatu 7,93 95,256 12,012

10 Rancasari 7,33 68,864 9,395

11 Gedebage 9,58 31,230 3,260

12 Cibiru 6,32 60,001 9,494

13 Panyileukan 5,10 34,621 6,788

14 Ujung Berung 6,40 61,579 9,622

15 Cinambo 3,68 23,695 6,439

16 Arcamanik 5,87 57,869 9,858

17 Antapani 3,79 59,929 15,812

18 Mandalajati 6,67 57,265 8,586

19 Kiaracondong 6,12 129,623 21,180

20 Batununggal 5,03 123,392 24,531

21 Sumur Bandung 3,40 40,035 11,775

22 Andir 3,71 106,201 28,626

23 Cicendo 6,86 103,532 15,092

24 Bandung Wetan 3,39 31,741 9,363

25 Cibeunying Kidul 5,25 111,094 21,161

26 Cibeunying Kaler 4,50 69,011 15,336

27 Coblong 7,35 126,450 17,204

28 Sukajadi 4,30 101,065 23,504

29 Sukasari 6,27 77,218 12,316

30 Cidadap 6,11 53,934 8,827

Jumlah 167,29 2.374.198 14,192

Sumber : Bandung Dalam Angka 2009

Penduduk Kota Bandung pada tahun 2007 adalah sebanyak 2.340.624

jiwa. Sebagai pusat kegiatan penting, maka disekitar Kota Bandung berkembang

daerah-daerah hinterland seperti Kabupaten Bandung dan Bandung Barat, wilayah

Page 9: IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi … · desa-desa dari Kabupaten Bandung dimana pada akhir ... implementasi SOTK baru berdasarkan PP Nomor ... Revisi Perda-perda terkait

55

Kabupaten Sumedang bagian barat serta Kota Cimahi yang dihuni oleh penduduk

yang berjumlah besar pula. Kabupaten Bandung, Bandung Barat dan Kota Cimahi

pada tahun 2006 dapat mencapai jumlah penduduk 5 jutaan. Dengan peran

sebagai orientasi, maka pergerakan penduduk antara pusat dan hinterland menjadi

bercampur, sehingga realitas jumlah penduduk yang beraktivitas di Kota Bandung

cenderung melebihi jumlah penduduk yang teregistrasi. Rata-rata pertumbuhan

jumlah penduduk Kota Bandung antara tahun 2002-2007 adalah sebesar

1,43persen. Dengan kondisi tersebut, maka diperkirakan pada tahun 2013 jumlah

penduduk Kota Bandung mencapai hampir 2,6 juta jiwa. Pertambahan jumlah

penduduk ini dapat menjadi beban berat apabila secara bersamaan daerah

sekitarnya juga terus mengalami pertambahan penduduk. Bila biaya hidup dan

beraktivitas di Kota Bandung semakin kompetitif dan mahal, pertumbuhan

penduduk bisa semakin melambat, hingga mencapai 2,4 juta jiwa. Jumlah ini tetap

mengisyaratkan Kota Bandung sebagai kota penting, namun penduduk yang

beraktivitas di dalamnya melakukan komuter dan tinggal di daerah sekitar Kota

Bandung. Dalam kondisi ini tetap saja beban bayangan jumlah penduduk yang

besar, menjadi isu penting Kota Bandung di masa datang. Dengan luas wilayah

sekitar 16.730 ha, maka kepadatan penduduk Kota Bandung pada tahun 2007

adalah 140 jiwa/ha. Seluruh jumlah penduduk tersebar di kecamatan yang ada.

Distribusi jumlah penduduk terbesar adalah Kecamatan Bandung Kulon, yaitu

mencapai jumlah 120.733 jiwa atau mencapai 5,5 persen dari seluruh jumlah

penduduk Kota Bandung. Kecamatan dengan jumlah penduduk tersedikit adalah

Kecamatan Cinambo, dengan jumlah penduduk sekitar hampir 20.000 jiwa atau

sekitar 0,9persen jumlah penduduk Kota Bandung. Dari kecamatan yang ada,

sekitar 50persen penduduk tinggal di 10 Kecamatan saja, yaitu Bandung Kulon,

Batununggal, Kiaracondong, Babakan Ciparay, Coblong, Bojongloa Kaler,

Cibeunying Kidul, Andir, Sukajadi dan Cicendo, yang rata-rata proporsi jumlah

penduduknya mencapai 4persen.

Selanjutnya penduduk Kota Bandung dapat dianalisis menurut struktur

umurnya. Struktur umur ini adalah informasi yang sangat penting karena berkaitan

dengan perkembangan persentase kelompok sasaran pembangunan. Misalnya

proporsi penduduk pada tingkat pendidikan dasar, menengah, tinggi, remaja, usia

Page 10: IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi … · desa-desa dari Kabupaten Bandung dimana pada akhir ... implementasi SOTK baru berdasarkan PP Nomor ... Revisi Perda-perda terkait

56

kerja (produktif), usia lanjut. Besaran komposisi penduduk ini akan menentukan

kebutuhan layanan pada setiap kelompok. Bila dilihat dari struktur usia penduduk

Kota Bandung, yang tergolong menonjol adalah usia masa awal usia kerja (25-34

tahun) dan pada usia pendidikan tinggi (20-24 tahun). Pada kedua kelompok ini

terlihat pola lonjakan bila dibandingkan dengan usia pendidikan dasar-menangah.

Artinya secara normal sebenarnya strukturnya akan semakin menyempit mulai

dari usia balita sampai dengan usia lanjut. Lonjakan pada usia tersebut di atas,

mengindikasikan bahwa di Kota Bandung terjadi migrasi masuk yang sangat

besar, yaitu mahasiswa-mahasiswa yang melanjutkan studinya di Kota Bandung

sekaligus tempat mencari kerja pada penduduk usia-usia awal kerja.

4.4 Kondisi Perekonomian Kota Bandung

Kota Bandung memiliki peran penting dalam perekonomian Jawa Barat.

Pada Tahun 2004-2008 konstribusi ekonomi Kota Bandung di Jawa Barat

mencapai rata-rata 10persen. Dalam lingkup Kota Bandung Raya, maka kontribusi

aktivitas ekonominya menjadi sekitar 23 persen dari ekonomi Jawa Barat. Laju

pertumbuhan ekonomi Kota Bandung juga tergolong tinggi, atau di atas rata-rata

pertumbuhan ekonomi Jawa Barat dan bahkan nasional. Pada tahun 2006 tingkat

pertumbuhan ekonomi mencapai 7,83 persen dan pada tahun 2007 mencapai

8,24persen. Tingkat Pertumbuhan yang tinggi tersebut menunjukan bahwa Kota

Bandung adalah menjadi salah satu sumber pertumbuhan ekonomi yang penting di

Jawa Barat maupun di Indonesia. Secara terinci konstribusi kegiatan ekonomi

Kota Bandung dan sekitarnya Ekonomi Jawa Barat dapat dilihat dalam Tabel 4

berikut :

Tabel 4 Kontribusi Kegiatan Ekonomi Kota Bandung

dan sekitarnya terhadap Ekonomi

Jawa Barat Tahun 2008

Kabupaten/Kota persen

Kab. Bandung

Kab. Subang

Kab. Bandung Barat

Kota Bandung

6.79

2.47

2.50

10.03

Sumber: Jawa Barat Dalam Angka 2009

Page 11: IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi … · desa-desa dari Kabupaten Bandung dimana pada akhir ... implementasi SOTK baru berdasarkan PP Nomor ... Revisi Perda-perda terkait

57

Uraian Tabel 4 mengindikasikan bahwa Kota Bandung merupakan kota

penting bagi aktivitas ekonomi di Jawa Barat maupun nasional. Artinya Kota

Bandung menjadi salah satu pusat pertumbuhan ekonomi dan memiliki banyak

kaitan aktivitas ekonomi dengan daerah sekitar dan wilayah lain. Sebagai pusat

pertumbuhan dengan tumpuan pada aktivitas perdagangan dan industri

pengolahan, Kota Bandung juga menjadi salah satu tujuan migrasi tenaga kerja

yang cukup besar. Peran lain Kota Bandung sebagai salah satu Kota Pendidikan

terpenting di Indonesia, telah menyatu dengan kehidupan ekonomi, sehingga

tingkat pertumbuhan ekonominya tergolong sangat tinggi. Laju pertumbuhan

Ekonomi Kota Bandung dari tahun 2005 hingga tahun 2008 mengalami

peningkatan. Selain LPE, beberapa indikator makro yang dapat digunakan untuk

menilai keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah dapat dilihat di Tabel 5.

Tabel 5 Perkembangan Indikator Makro Pembangunan Kota Bandung

Tahun 2006-2008

Indikator Satuan 2006 2007 2008

LPE persen 7,83 8,24 8,29

PDRB (ADHB) Juta Rp 43.792.184 50.552.182 61.152.569

PDRB/Kapita (ADHB) Rp/Tahun 19.352.441 22.616.531 24.794.604

Inflasi persen 5,33 5,21 10,23

Investasi (mRp/Th) 4.181.031 5.405.271 4.000.616

Indeks Daya Beli (IDB) 63,99 64,04 64,27

SHL/Kapita Rp 576.890 577.130 577.385

Kemiskinan RTM 84.287 83.500 82.432

Jumlah Pengangguran Jiwa 175.644 174.067 173.074

Tingkat Pengangguran

Terbuka

persen 16,09 15,73 15,48

Sumber:Bandung dalam angka 2009 dan RPJM Kota Bandung 2009-2013

PDRB Kota Bandung menunjukkan perkembangan yang cukup

meyakinkan dari Rp 17.435,72 Milyar tahun 2001 menjadi Rp 20.690,50 Milyar

pada tahun 2002 dan diperkirakan menjadi sebesar Rp 23.420,13 Milyar tahun

2003 atau berkembang dengan angka indeks 100,00 tahun 1993; 309,56 tahun

2001, dan 367,34 pada tahun 2002 dan diperkirakan 415,80 pada tahun 2003

(1993 = 100,00) untuk harga berlaku.

Page 12: IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi … · desa-desa dari Kabupaten Bandung dimana pada akhir ... implementasi SOTK baru berdasarkan PP Nomor ... Revisi Perda-perda terkait

58

Sedangkan berdasarkan harga konstan PDRB Kota Bandung,

menunjukkan perkembangan yang cukup berarti pula yaitu dari Rp 6.266,63

Milyar pada tahun 2001 meningkat menjadi Rp 6.694,33 Milyar pada tahun 2002

dan pada tahun 2003 diperkirakan mencapai Rp 7.173,86 Milyar atau berturut-

turut berkembang dengan angka indeks 103,66 tahun 2000; 111,26 tahun 2001;

118,85 tahun 2002 diperkirakan menjadi 127,37 pada tahun 2003. Laju

pertumbuhan (Riil) PDRB Kota Bandung pada tahun 2003 sebesar 7,16 persen,

lebih tinggi dibanding pertumbuhan tahun sebelumnya sebesar 6,83 persen

selama tahun 2002. Sementara itu laju pertumbuhan PDRB atas dasar harga

berlaku pada tahun 2003 adalah sebesar 13,19 persen lebih rendah dibandingkan

tahun 2002 sebesar 18,67 persen.

Tabel 6 Perkembangan PDRB Kota Bandung Tahun 2003-2008

Tahun PDRB Atas

Dasar Harga Berlaku

PDRB Atas

Dasar Harga Konstan

Tahun 2000

2003 23.420.126 18.490.721

2004 27.422.417 19.874.813

2005 34.792.184 21.370.696

2006 43.491.380 23.043.104

2007 50.552.182 24.941.517

2008 60.441.487 26.978.909

Sumber:Bandung dalam angka 2005 dan 2009

PDRB Kota Bandung yang dihitung atas dasar harga berlaku dari tahun

2003 sampai tahun 2005 menunjukan peningkatan yang cukup signifikan. Nilai

absolut PDRB Kota Bandung atas dasar harga berlaku tahun 2003 sebesar Rp.

23.895.430 juta dan tahun 2005 meningkat menjadi Rp. 34.792.184 juta. Jika

dibandingkan dengan nilai absolut tahun 2000 maka nilai PDRB Kota Bandung

tahun 2005 berkembang dengan indeks 196,23. Sedangkan PDRB Kota Bandung

tahun 2005 yang dihitung atas dasar harga konstan tahun 2000 mengalami

peningkatan, yaitu dari Rp. 18.490.721 juta pada tahun 2003 menjadi Rp.

21.370.696 juta pada tahun 2005.

Dari Tabel 5 dan 6 terlihat bahwa PDRB Kota Bandung dari tahun 2006

ke 2008 menunjukan kenaikan yang berarti, hal ini dapat menunjukkan

meningkatnya kegiatan ekonomi. Tingkat inflasi di Kota Bandung relatif lebih

Page 13: IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi … · desa-desa dari Kabupaten Bandung dimana pada akhir ... implementasi SOTK baru berdasarkan PP Nomor ... Revisi Perda-perda terkait

59

tinggi dibandingkan dengan Kabupaten/Kota lain di Jawa Barat. Dari sisi investasi

terjadi kenaikan, namun demikian investasi tersebut belum diikuti dengan

penyerapan tenaga kerja yang signifikan, dari tabel terlihat terjadi peningkatan

jumlah pengangguran dari 175.337 jiwa menjadi 175.664 jiwa pada tahun 2006,

tetapi pada tahun 2007 menurun menjadi 174.067 jiwa dan diperkirakan menurun

lagi menjadi 173.074 jiwa. Berfluktuasinya jumlah pengangguran tersebut

disebabkan oleh berbagai faktor khususnya untuk akhir tahun 2008, terjadi

Penurunan harga BBM yang mengalami perubahan sebanyak dua kali, namun

demikian pada saat yang bersaam terjadi krisis keuangan global di Amerika

Serikat dan Uni Eropa, yang akan berdampak terhadap kinerja perekonomian Kota

Bandung khususnya dan perekonomian Indonesia pada umumnya. Sejalan dengan

jumlah tangga miskin, yang meningkat dari 70.419 RTM pada tahun 2005

menjadi 84.287 RTM pada tahun 2006, menurun menjadi 83.500 RTM pada tahun

2007, serta menurun lagi menjadi 82.606 RTM.

Kecenderungan aktivitas ekonomi Kota Bandung pada beberapa tahun ke

depan cenderung positif mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan.

Dalam situasi pertumbuhan ekonomi tinggi dan memiliki prospek yang relatif

bagus, maka perekonomian Kota Bandung menghadapi tantangan berat,

diantaranyaadalah dampak aktivitas ekonomi terhadap lingkungan sekitar.

Beberapa jenis kegiatan ekonomi mengancam kualitas lingkungan dan kualitas

kehidupan melalui berbagai jenis pencemaran. Kebutuhan ruang bagi aktivitas

ekonomi juga mendesak penggunaan lahan yang lain. Selain itu ketimpangan

pendapatan secara riil tampak nyata, perkiraan jumlah keluarga pra-sejahtera ada

kencederungan meningkat. Dalam situasi pertumbuhan ekonomi yang tinggi pula,

inflasi tinggi juga mengancam. Biaya-biaya hidup yang meliputi biaya kehidupan

pangan, sandang, papan, biaya pendidikan, kesehatan dan transportasi meningkat.

Peningkatan biaya hidup ini selain dapat menstimulasikan kegiatan ekonomi yang

memiliki nilai tambah tinggi, juga sekaligus menjadi ancaman bagi masyarakat

berpendapatan rendah dan menengah. Pada jangka panjang, kenaikan biaya-biaya

ini dapat mengancam keunggulan kompetitif produk-produk dari Kota Bandung.

Selain kondisi ekonomi domestik Kota Bandung, gejolak ekonomi internasional

juga dapat menjadi ancaman berarti. Kedekatan kegiatan ekonomi Kota Bandung

Page 14: IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi … · desa-desa dari Kabupaten Bandung dimana pada akhir ... implementasi SOTK baru berdasarkan PP Nomor ... Revisi Perda-perda terkait

60

dengan Jakarta dapat memperpendek efek gejolak ekonomi internasional,

misalnya krisis likuiditas di Amerika Serikat dan Eropa.

Nilai PDRB Kota Bandung pada tahun 2007 adalah sebesar Rp. 50,552

Trilyun dengan tingkat PDRB per kapita sebesar Rp. 22.616.531,- Tingkat

pendapatan perkapita ini tergolong tinggi bila dibandingkan dengan daerah

sekitarnya. Aktivitas ekonomi Kota Bandung, sebagian besar bersumber dari

sektor perdagangan, hotel dan restoran yang memberikan konstribusi sekitar 36,4

persen dari seluruh kegiatan ekonomi di Kota Bandung, disusul oleh sektor

industri pengolahan sekitar 29,8 persen. Sektor pengangkutan dan komunikasi

memberikan kontribusi sekitar 10,8 persen demikian juga dengan sektor jasa-jasa.

Secara terinci kontribusi sektor terhadap PDRB dapat dilihat dalam Tabel 7.

Tabel 7 Kontribusi Sektor Terhadap PDRB Kota Bandung 2008

No Sektor Persen

1 Pertanian 0,30

2 Listrik, Gas dan Air Bersih 2,30

3 Bangunan 4,90

4 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 5,30

5 Jasa-jasa 10,20

6 Pengangkutan dan Komunikasi 10,80

7 Industri dan Pengobatan 29,80

8 Perdagangan 36,40

100,00

Sumber: Bandung dalam Angka 2009

RPJM Kota Bandung 2009-2013

Berdasarkan perkembangan data PDRB Kota Bandung, Tahun 2004-

2007, terlihat bahwa kontribusi sektor industri pengolahan terus meningkat tetapi

pertumbuhan cenderung menurun, sedangkan perdagangan, hotel dan restoran,

terus meningkat, hal ini sesuai dengan fungsi Kota Bandung sebagai kota kolektif

dan distributif. Struktur ekonomi Kota Bandung didominasi oleh setor jasa dan

industri pengolahan. Laju pertumbuhannya juga relatif tinggi bila dibandingkan

Jawa Barat dan Nasional. Inflasi yang terjadi juga termasuk tinggi, bersumber dari

bahan makanan, biaya kesehatan dan transportasi. Inflasi yang tinggi dapat

menurunkan tingkat daya saing Kota Bandung

Page 15: IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi … · desa-desa dari Kabupaten Bandung dimana pada akhir ... implementasi SOTK baru berdasarkan PP Nomor ... Revisi Perda-perda terkait

61

Pendapatan perkapita atas dasar harga berlaku mengalami peningkatan

dari Rp. 15.789.552 pada tahun 2005 menjadi Rp. 24.794.604 pada tahun 2008

atau rata-rata peningkatan per tahun mencapai 8,8 persen per tahun. Peningkatan

tersebut cukup menjadi dasar untuk memprediksikan bahwa lima tahun kedepan

cenderung akan terus meningkat.

Inflasi merupakan salah satu indikator penting yang dapat memberikan

informasi tentang dinamika perkembangan harga barang dan jasa yang

dikonsumsi masyarakat. Perkembangan harga barang dan jasa tersebut menjadi

salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat daya beli. Tingkat laju inflasi

di Kota Bandung pada tahun 2005 mencapai 19,56 persen, dengan sumbangan

terbesar dari kelombok bahan dan bahan makanan, makanan jadi dan rokok,

kesehatan serta transport dan komunikasi, hal ini disebabkan oleh kenaikan BBM

sampai 112 persen pada tahun 2005. Inflasi untuk tahun 2006 dan 2007 terjadi

penurunan yaitu mencapai 5,33 persen dan 5,21 persen, sedangkan untuk tahun

2008 sampai dengan triwulan 4, inflasi meningkat lagi mencapai 2 (dua) digit

yaitu 10,23 persen, hal ini dipengaruhi oleh krisis keuangan global yang terjadi di

Amerika Serikat yang berdampak terhadap perekonomian Indonesia secara umum

dan Kota Bandung khususnya. Sumbangan Inflasi tersebut tetap didominasi oleh

kelompok bahan makanan serta kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan

tumbuhan. Sumbangan Inflasi dari kelompok tersebut mencapai 5,7 persen atau

membentuk lebih dari 50 persen inflasi Kota Bandung. Struktur ekonomi Kota

Bandung didominasi oleh setor jasa dan industri pengolahan. Laju

pertumbuhannya juga relatif tinggi bila dibandingkan Jawa Barat dan Nasional.

Inflasi yang terjadi juga termasuk tinggi, bersumber dari bahan makanan, biaya

kesehatan dan transportasi. Inflasi yang tinggi dapat menurunkan tingkat daya

saing Kota Bandung

Investasi baik asing, domestik maupun pemerintah, memegang peranan

penting dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi di Kota Bandung.

Pertumbuhan investasi tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu iklim

investasi yang kondusif, kemudahan dan kejelasan prosedur serta kondisi makro

ekonomi daerah tersebut. Investasi di Kota Bandung mengalami peningkatan dari

Rp. 3,6 Trilyun pada tahun 2005 menjadi Rp. 5,4 Trilyun pada tahun 2007, tetapi

Page 16: IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi … · desa-desa dari Kabupaten Bandung dimana pada akhir ... implementasi SOTK baru berdasarkan PP Nomor ... Revisi Perda-perda terkait

62

pada tahun 2008 mengalami penurunan menjadi 4 Trilyun, hal ini dipengaruhi

oleh Pemilihan Walikota di Kota Bandung pada bulan Agustus, sehingga investor

menunda investasinya, sampai dengan triwulan 2.

4.5. Keadaan Ketenagakerjaan

Ketenagakerjaan merupakan salah satu aspek makro yang sangat

diperhatikan dalam pembangunan ekonomi suatu wilayah terutama pada

penyediaan lapangan kerja baru yang memadai untuk menyerap tambahan

angkatan kerja baru di suatu pasar kerja yang merupakan kegiatan ekonomi yang

mempertemukan para pencari kerja dan kesempatan kerja yang terdiri dari

pengusaha dan pencari kerja. Proses interaksi keduanya memerlukan waktu

karena baik pencari kerja maupun kesempatan kerja tidak sama kepentingannya.

Perkembangan jumlah tenaga kerja menurut lapangan usaha di Kota Bandung

tahun 2008 ditunjukkan dalam Tabel 8.

Tabel 8 Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas yang Bekerja

Menurut Lapangan Usaha di Kota Bandung Tahun 2008

No. Sektor Jumlah Penduduk (Jiwa)

1. Pertanian, Pertambangan dan Galian 17.819

2. Industri Pengolahan 215.303

3. Listrik, Gas & Air 2.120

4. Kontruksi 50.098

5. Perdagangan 324.436

6. Transfor dan Komunikasi 71.659

7. Keuangan 41.622

8. Jasa 229.695

Jumlah 952.752

Sumber: Bandung dalam Angka 2009

RPJM Kota Bandung 2009-2013

Tabel 8 menunjukkan perkembangan komposisi tenaga kerja menurut

lapangan usaha di Kota Bandung didominasi oleh sektor jasa, perdagangan dan

industri pengolahan yang merupakan sektor-sektor andalan dari ekonomi Kota

bandung. Sedangkan tingkat pengangguran terbuka di Kota Bandung dalam kurun

Page 17: IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi … · desa-desa dari Kabupaten Bandung dimana pada akhir ... implementasi SOTK baru berdasarkan PP Nomor ... Revisi Perda-perda terkait

63

waktu 2005-2008 tergolong dalam level yang cukup tinggi da perlu menjadi

perhatian pemerintqah Kota Bandung untuk mencari solusi secepatnya untuk

menekan tingkat pengangguran terbuka yang sangat tinggi ini. Untuk lebih jelas

tentang tingkat penggguran di Kota Bandung dapat dilihat di Tabel 9.

Tabel 9 Jumlah Pengangguran dan Tingkat Pengangguran

Kota Bandung Kurun waktu 2005-2008

No Tahun Jumlah Pengangguran Tingkat Pengangguran

(persen)

1 2005 175.337 16,25

2 2006 175.644 16,09

3 2007 174.067 15,73

4 2008 173.074 15,.48

Sumber: Bandung dalam Angka 2009

RPJM Kota Bandung 2009-2013