IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah...

16
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Kabupaten Sumba Timur terletak di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Kabupaten Sumba Timur terletak di antara 119°45 120°52 Bujur Timur (BT) dan 9°16 10°20 Lintang Selatan (LS). Berdasarkan posisi geografisnya, Kabupaten Sumba Timur memiliki batas-batas : 1. Utara : Selat Sumba 2. Selatan : Lautan Hindia 3. Timur : Laut Sabu 4. Barat : Kabupaten Sumba Tengah Luas wilayah daratan Sumba Timur 700,50 hektar. Sekitar 40% luas Sumba Timur merupakan daerah yang berbukit-bukit terjal terutama di daerah bagian selatan, dimana lereng-lereng bukit tersebut merupakan lahan yang cukup subur, sementara daerah bagian utara berupa dataran yang berbatu dan kurang subur. Kabupaten Sumba Timur berada pada ketinggian 0 - 1,225 meter dari permukaan laut. Iklim dipengaruhi oleh laut disekitarnya sehingga cuaca yang terbentuk panas terik. Temperatur rata-rata paling tinggi pada bulan November yaitu 28,5°C dan temperatur rata-rata paling rendah pada bulan Juli yaitu 26,1°C (BPS, 2014). Kabupaten Sumba Timur terbagi ke dalam 22 kecamatan, dengan Kecamatan Kota Waingapu sebagai kecamatan induk. Letak Kecamatan Kota Waingapu sangat strategis dan merupakan tempat pusat pemerintahan Kabupaten Sumba Timur. Berdasarkan posisi geografisnya Kecamatan Kota Waingapu memiliki batas-batas :

Transcript of IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah...

Page 1: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120125_4_4567.pdfkuda dengan air hangat agar otot menjadi rileks, dan merawat kuku

25

IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian

Kabupaten Sumba Timur terletak di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur

(NTT). Kabupaten Sumba Timur terletak di antara 119°45 – 120°52 Bujur Timur

(BT) dan 9°16 – 10°20 Lintang Selatan (LS). Berdasarkan posisi geografisnya,

Kabupaten Sumba Timur memiliki batas-batas :

1. Utara : Selat Sumba

2. Selatan : Lautan Hindia

3. Timur : Laut Sabu

4. Barat : Kabupaten Sumba Tengah

Luas wilayah daratan Sumba Timur 700,50 hektar. Sekitar 40% luas Sumba

Timur merupakan daerah yang berbukit-bukit terjal terutama di daerah bagian

selatan, dimana lereng-lereng bukit tersebut merupakan lahan yang cukup subur,

sementara daerah bagian utara berupa dataran yang berbatu dan kurang subur.

Kabupaten Sumba Timur berada pada ketinggian 0 - 1,225 meter dari permukaan

laut. Iklim dipengaruhi oleh laut disekitarnya sehingga cuaca yang terbentuk

panas terik. Temperatur rata-rata paling tinggi pada bulan November yaitu

28,5°C dan temperatur rata-rata paling rendah pada bulan Juli yaitu 26,1°C (BPS,

2014).

Kabupaten Sumba Timur terbagi ke dalam 22 kecamatan, dengan

Kecamatan Kota Waingapu sebagai kecamatan induk. Letak Kecamatan Kota

Waingapu sangat strategis dan merupakan tempat pusat pemerintahan Kabupaten

Sumba Timur. Berdasarkan posisi geografisnya Kecamatan Kota Waingapu

memiliki batas-batas :

Page 2: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120125_4_4567.pdfkuda dengan air hangat agar otot menjadi rileks, dan merawat kuku

26

1. Utara : Selat Sumba

2. Selatan : Kecamatan Kambata Mapambuhang

3. Timur : Kecamatan Kambera

4. Barat : Kecamatan Kanatang dan Nggoa

Berdasarkan peraturan daerah Kabupaten Sumba Timur Nomor 6 Tahun

2007 tentang pembentukan Kecamatan Kambera dan Kecamatan Kambata

Mapambuhang maka wilayah administrasi pemerintahan telah terbagi dan

Kecamatan Kota Waingapu sebagai kecamatan induk. Kecamatan Kota

Waingapu mencangkup 4 (empat) kelurahan dan 3 (tiga) desa dengan luas wilayah

77,30 Km2. Jumlah populasi penduduk Kecamatan Kota Waingapu menurut

Registrasi Penduduk tahun 2013 berjumlah 37.459 orang jiwa terdiri atas 19.356

pria dan 18.103 wanita.

Lahan pertanian yang ada di Kecamatan Kota Waingapu seluas 1.767

hektar, luas lahan perkebunan 460 hektar dan padang savana seluas 1.150 hektar

(BPS, 2014). Padang savana yang luas menunjang dalam penyediaan pakan

ternak. Populasi ternak yang ada di Kecamatan Kota Waingapu untuk ternak

kuda sebanyak 1.071 ekor, sapi potong sebanyak 738 ekor, kerbau sebanyak 547

ekor, kambing sebanyak 3.897 ekor dan babi sebanyak 5.153 ekor (BPS, 2014).

Kecamatan Kota Waingapu merupakan wilayah pusat pemerintahan tidak semua

wilayah di Kecamatan Kota Waingapu dapat dijadikan lahan untuk

melangsungkan usaha peternakan. Pusat kota hanya sebagai tempat singgah kuda

yang akan mengikuti acara pacuan kuda tradisional.

Page 3: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120125_4_4567.pdfkuda dengan air hangat agar otot menjadi rileks, dan merawat kuku

27

4.2 Manajemen Pemeliharaan Kuda Sumba

Potensi sektor peternakan yang ada di Kabupaten Sumba Timur cukup

berkembang, hal ini dikarenakan padang savana yang luas menunjang dalam

melangsungkan usaha peternakan. Kuda merupakan salah satu ternak yang

banyak dimiliki masyarakat Sumba Timur. Ternak kuda telah menjadi bagian

hidup masyarakat Sumba Timur. Jumlah kuda yang dimiliki oleh satu keluarga di

Sumba Timur dapat mencapai puluhan sampai ratusan ekor.

Sumba Timur memiliki padang savana yang sangat luas dan masih banyak

terdapat lahan kosong yang dapat digunakan tempat untuk beternak. Sistem

pemeliharaan ternak kuda di Sumba timur beragam, yaitu ada yang dikandangkan

(intensif), semi ekstensif dan di gembalakan (ekstensif). Sistem pemeliharaan

secara intensif atau yang dikandangkan biasanya dilakukan dalam pemeliharaan

kuda pacu karena kuda pacu membutuhkan perawatan dan pelatihan khusus.

Perawatan kuda pacu meliputi membersihkan tubuh kuda, mengompres tubuh

kuda dengan air hangat agar otot menjadi rileks, dan merawat kuku kuda.

Pelatihan yang dilakukan kuda pacu seperti berenang di laut atau dikali, berjalan

mendaki, dan lari di lapangan yang biasa dijadikan tempat pacuan agar dapat

mengetahui lintasan lari.

Sebagian peternak memelihara kuda pacu dengan semi ekstensif, hal

tersebut dilakukan agar tidak mengeluarkan biaya terlalu besar dan sebulan

sebelum pacuan berlangsung peternak akan memelihara dengan sistem intensif.

Pemeliharaan sistem semi ekstensif dilakukan dengan cara kuda digembalakan

pada pagi hingga sore hari, lalu pada sore hari kuda dimasukan ke dalam ranch.

Pemeliharaan ekstensif dilakukan dengan cara digembalakan. Kuda dibiarkan

mencari pakan dan minum sendiri, dalam pemeliharaan ekstensif kuda

Page 4: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120125_4_4567.pdfkuda dengan air hangat agar otot menjadi rileks, dan merawat kuku

28

dimasukan ke dalam kandang pada saat dilakukan vaksinasi saja. Ini tergantung

dari pemeliharaan setiap para peternaknya.

4.2.1 Bibit dan Sistem Perkawinan

Bibit unggul adalah bibit yang memiliki sifat unggul. Pada ternak sifat

unggul bergantung pada tujuan budidaya. Upaya perbaikan mutu genetik untuk

peningkatan produktivitas ternak kuda Sumba dapat dilakukan melalui program

seleksi dan perkawinan silang. Pemilihan bibit tentu disesuaikan dengan tujuan

dari masing-masing peternak, apakah untuk daging atau sebagai kuda pacu.

Secara umum ciri bibit yang baik adalah berbadan sehat, tidak cacat, bulu bersih,

dan mengkilat serta daya adaptasi tinggi terhadap lingkungan karena itu lebih baik

memilih calon induk lokal.

Peternak melakukan seleksi untuk dijadikan bibit dilihat dari garis

keturunan dan konformasi tubuh. Kriteria bibit untuk djadikan kuda potong

dilihat dari performa yaitu pertambahan bobot badan. Kriteria bibit untuk

dijadikan kuda pacu dipilih kuda yang memiliki postur badan yang proporsional,

kaki panjang, pertulangan kuat, leher ramping, dan letak pusaran. Di Sumba,

kuda sering dijadikan sebagai kuda pacu. Masyarakat di sana sangat gila akan

pacuan sehingga dalam melakukan pemilihan bibit perlu diperhatikan agar kuda

yang dijadikan sebagai kuda pacu dapat memenangkan acara pacuan tersebut.

Sistem perkawinan dilakukan dengan cara kawin alam. Alasan tidak

menggunakan inseminasi buatan karena semen cepat mati yang disebabkan suhu

lingkungan Sumba Timur sangat panas dan terik. Selama proses perkawinan satu

pejantan dapat mengawinkan 20-25 ekor betina. Proses perkawinan terjadi di

padang savana sehingga dapat terjadi inbreeding karena peternak tidak memiliki

Page 5: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120125_4_4567.pdfkuda dengan air hangat agar otot menjadi rileks, dan merawat kuku

29

recording hanya menggunakan daya ingat peternak. Sistem perkawinan khusus

kuda pacu dimasukan ke dalam kandang, karena pejantan dan betina yang

digunakan yaitu kuda pilihan yang memiliki darah pacu.

Ilustrasi 5. Kuda Sumba Jantan

Ilustrasi 6. Kuda Sumba Betina

4.2.2 Perkandangan

Ukuran kandang kuda biasanya 3 x 3,5 m tetapi di Sumba ukuran kandang

beragam. Kandang di Sumba kebanyakan dibuat seadanya saja yaitu hanya

Page 6: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120125_4_4567.pdfkuda dengan air hangat agar otot menjadi rileks, dan merawat kuku

30

menggunakan pembatas berupa kayu tanpa adanya naungan. Setiap bangunan

kandang dilengkapi air bersih. Kandang jepit untuk pemeriksaan kuda terbuat

dari kayu dengan panjang 167 cm, lebar 75 cm dan tinggi 215 cm. Tetapi ada juga

dari peternak menyiapkan kandang seperti bangunan, tergantung dari setiap

peternaknya itu sendiri.

Pada sistem perkandangan di Sumba, jika kuda akan melahirkan

menggunakan kandang yang agak tertutup. Biasanya kuda beranak pada malam

hari atau menjelang pagi. Bagi kuda betina yang sedang menyusui, air minum

sudah diperhatikan oleh peternak karena jika kekurangan maka air susu induk

akan berkurang pula. Kandang untuk kuda betina dan anaknya tersedia cukup

luas supaya anak-anak kuda dapat bergerak dengan bebas.

Di Sumba, untuk menjaga keamanan dan keselamatan kuda, pagar umbaran

dibuat dari kayu atau besi yang kuat dan tidak memakai kawat berduri. Pada areal

umbaran diusahakan agar bebas dari benda-benda tajam atau keras yang dapat

mengakibatkan kuda cedera dan pintu pagar harus selalu tertutup, kemudian untuk

menahan tiupan angin kencang dan sekaligus sebagai tempat berteduh, di

sekeliling pagar ditanami pohon pelindung.

Ilustrasi 7. Sistem Perkandangan Kuda Sumba

Page 7: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120125_4_4567.pdfkuda dengan air hangat agar otot menjadi rileks, dan merawat kuku

31

Ilustrasi 8. Sistem Perkandangan Kuda Sumba

Ilustrasi 9. Sistem Perkandangan Kuda Sumba

4.2.3 Pakan

Kondisi Sumba Timur dengan padang savana yang luas membuat para

peternak tidak sulit untuk memberi pakan ternak. Sistem pemeliharaan kuda

dengan cara digembalakan, sehingga kuda dapat mencari pakan sendiri. Pakan

berupa rumput yang terdapat di padang savanna biasa disebut dengan rumput

mapu. Kondisi apapun baik musim panas dan musim hujan rumput mapu tetap

melimpah walaupun pada musim panas rumput dalam bentuk kering kecoklatan.

Page 8: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120125_4_4567.pdfkuda dengan air hangat agar otot menjadi rileks, dan merawat kuku

32

Pakan tambahan berupa dedak pada musim panas diberikan agar nutrisi yang

dibutuhkan tercukupi.

Pakan yang diberikan untuk kuda pacu berbeda dengan pakan kuda pada

umumnya. Peternak memberi pakan kuda pacu berupa gandum, jagung giling,

dedak dan vitamin. Pakan tambahan diberikan peternak untuk meningkatkan

stamina. Pakan tambahan yang diberikan seperti madu dan telur kampung atau

telur puyuh atau telur bebek. Pakan diberikan sebanyak ± 5 Kg/ekor/hari.

Konsumsi air diberikan secara addlibitum. Kuda yang sedang digembalakan akan

mencari minum sendiri karena Sumba Timur memiliki banyak sumber air.

Ilustrasi 10. Padang Savana di Sumba

Ilustrasi 11. Padang Savana di Sumba

Page 9: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120125_4_4567.pdfkuda dengan air hangat agar otot menjadi rileks, dan merawat kuku

33

4.3 Deskripsi Data Bobot Badan dan Ukuran-ukuran Tubuh Kuda Sumba

Dari data hasil penelitian mengenai bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh

kuda Sumba tersaji sebagai berikut :

4.3.1 Deskripsi Data Bobot Badan pada Kuda Sumba

Berdasarkan data hasil penelitian mengenai penimbangan bobot badan yang

dilakukan terhadap 33 ekor kuda Sumba jantan berumur 4 – 7 tahun yang berada

lapangan Rihi eti, kota Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara

Timur diperoleh hasil seperti yang ditampilkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Data Bobot Badan Kuda Sumba Jantan Berumur 4 – 7 Tahun

Uraian Hasil

Rata-rata (kg) 212,04

Ragam 689,64

Simpangan Baku (kg) 26,26

Koefisien Variasi (%) 12,38

Berdasarkan data di atas bobot badan kuda Sumba jantan berumur 4 – 7

tahun memiliki rata-rata bobot badan 212,04 ± 26,26 kg, hal tersebut sesuai

dengan Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor

426/Kpts/Sr.120/3/2014 tentang Penetapan Rumpun Kuda Sandel bahwa bobot

badan kuda Sumba jantan mempunyai kisaran 209 ± 5,6 kg. Ragam sebesar

689,64 kg, simpangan baku sebesar 26,26 kg. Nilai koefisien variasi sebesar

12,38% menunjukkan bahwa data yang diamati yaitu kuda Sumba yang berada di

lapangan Rihi eti, kota Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara

adalah seragam, sesuai dengan pernyataan Nasution (1992) bahwa nilai koefisien

Page 10: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120125_4_4567.pdfkuda dengan air hangat agar otot menjadi rileks, dan merawat kuku

34

variasi di bawah 15% menunjukkan data yang diperoleh merupakan data yang

seragam.

Bobot badan suatu ternak sangat perlu untuk diketahui karena bertujuan

untuk manajemen seperti untuk menentukan berapa banyak pakan yang harus

diberikan, waktu ternak akan dikawinkan, waktu ternak akan dijual, dan untuk

pemberian dosis obat atau vaksin yang akan diberikan pada ternak tersebut (Mc

Nitt, 1983), selain itu bobot badan juga dapat menunjukkan keberhasilan dari

suatu pemeliharaan dan pemberian pakan. Jika pemberian pakannya baik maka

akan memberikan bobot badan yang baik pula.

Dilihat dari rata-rata bobot badan kuda Sumba yang telah ditimbang, bobot

badan yang dihasilkan sesuai dengan penetapan rumpun kuda Sumba dan beratnya

tidak terlalu ringan bagi seekor ternak besar. Hal ini menunjukkan bahwa sistem

pemeliharaan kuda Sumba sudah cukup baik, walaupun keadaan di Sumba terik

dan panas tetapi kondisi fisik dari kuda-kuda tersebut sangat baik.

4.3.2 Deskripsi Data Lingkar Dada pada Kuda Sumba

Berdasarkan data hasil penelitian mengenai pengukuran lingkar dada yang

dilakukan terhadap 33 ekor kuda Sumba jantan berumur 4 – 7 tahun yang berada

di lapangan Rihi eti, kota Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara

Timur diperoleh hasil seperti yang ditampilkan pada Tabel 4.

Page 11: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120125_4_4567.pdfkuda dengan air hangat agar otot menjadi rileks, dan merawat kuku

35

Tabel 4. Data Lingkar Dada Kuda Sumba Jantan Berumur 4 – 7 Tahun

Uraian Hasil

Rata-rata (cm) 139,09

Ragam 28,07

Simpangan Baku (cm) 5,30

Koefisien Variasi (%) 3,81

Lingkar dada merupakan jarak yang diukur melingkar disekeliling rongga

dada di belakang sendi bahu. Ukuran dada yang besar menunjukkan metabolisme

tubuhnya baik karena dukungan dari sirkulasi darah yang bekerja secara optimal

dibantu oleh organ jantung dan paru-paru yang berada pada rongga dada sehingga

dapat membantu pertumbuhan otot, hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh

Ensminger (1991). Lingkar dada yang besar akan erat kaitannya dengan

pertambahan otot-otot disekitar dada dan tentu saja pada bobot badan, dimana

daerah badan akan semakin dalam dan meluas yang akhirnya bagian tersebut akan

tertimbun oleh otot, daging maupun lemak. Penimbunan otot ini akan

mempengaruhi perubahan badan akan semakin membesar dan bertambah berat

(Dwiyanto, 1984).

Berdasarkan data di atas lingkar dada kuda Sumba jantan berumur 4 – 7

tahun memiliki rata-rata lingkar dada 139,09 ± 5,30 cm, hal tersebut sesuai

dengan Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor

426/Kpts/Sr.120/3/2014 tentang Penetapan Rumpun Kuda Sandel bahwa lingkar

dada kuda Sumba jantan mempunyai kisaran sebesar 138 ± 1,1 cm. Dari Tabel 4

dapat terlihat bahwa ragam dari lingkar dada sebesar 28,07 cm sedangkan

simpangan baku sebesar 5,30 cm. Nilai koefisien variasi untuk lingkar dada pada

Page 12: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120125_4_4567.pdfkuda dengan air hangat agar otot menjadi rileks, dan merawat kuku

36

kuda Sumba berumur 4 – 7 tahun adalah sebesar 3,81% menunjukkan bahwa

data yang diamati yaitu kuda Sumba yang berada di lapangan Rihi eti, Kota

Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur adalah seragam,

sesuai dengan pernyataan Nasution (1992) bahwa nilai koefisien variasi dibawah

15% menunjukkan data yang diperoleh merupakan data yang seragam.

Lingkar dada mempunyai nilai korelasi yang tinggi dengan bobot badan,

oleh karena itu banyak para peneliti untuk menentukan bobot badan berdasarkan

lingkar dada, semakin besar lingkar dada maka akan semakin besar pula berat

seekor kuda. Koefisien korelasi antara lingkar dada dan panjang badan dengan

bobot badan sangat tinggi dibandingkan dengan ukuran tubuh lainnya.

4.3.3 Deskripsi Data Panjang Badan pada Kuda Sumba

Berdasarkan data hasil penelitian mengenai pengukuran panjang badan yang

dilakukan terhadap 33 ekor kuda Sumba jantan berumur 4 – 7 tahun yang berada

lapangan Rihi eti, kota Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara

Timur diperoleh hasil seperti yang ditampilkan pada Tabel 5.

Tabel 5. Data Panjang Badan Kuda Sumba Jantan Berumur 4 – 7 Tahun

Uraian Hasil

Rata-rata (cm) 119,98

Ragam 21,24

Simpangan Baku (cm) 4,61

Koefisien Variasi (%) 3,84

Page 13: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120125_4_4567.pdfkuda dengan air hangat agar otot menjadi rileks, dan merawat kuku

37

Panjang badan merupakan jarak garis miring antara titik bahu (point of

shoulder) sampai bagian pangkal ekor (point of buttocks). Panjang badan adalah

suatu ukuran yang penting bagi kuda. Panjang badan juga mempunyai korelasi

yang tinggi dengan bobot badan, oleh karena itu panjang badan dijadikan variabel

pelengkap setelah lingkar dada. Hal ini sesuai dengan pendapat Dwiyanto (1982)

bahwa panjang badan dan lingkar dada adalah komponen tubuh ternak yang

berkorelasi positif tinggi dengan memberikan nilai penyimpangan yang semakin

kecil.

Berdasarkan data di atas panjang badan kuda Sumba jantan berumur 4 – 7

tahun memiliki rata-rata panjang badan 119,98 ± 4,61 cm, ragam dari panjang

badan sebesar 21,24 cm sedangkan simpangan baku sebesar 4,61 cm. Nilai

koefisien variasi untuk panjang badan pada kuda Sumba berumur 4 – 7 tahun

adalah sebesar 3,84. Hal ini menunjukkan bahwa kuda Sumba yang berada di

lapangan Rihi eti, Kota Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara

Timur adalah seragam, sesuai dengan pendapat Nasution (1992) bahwa nilai

koefisien variasi dibawah 15% menunjukkan data yang diperoleh merupakan data

yang seragam.

Panjang badan merupakan salah satu ukuran tubuh ternak yang dapat

dipakai sebagai dasar pendugaan bobot badan ternak dan memiliki nilai korelasi

tertinggi setelah lingkar dada dalam menentukan bobot badan ternak.

Bertambahnya panjang badan diduga menyebabkan otot-otot yang menimbuni

tulang ke arah panjang semakin meluas yang pada akhirnya akan menambah

bobot badan (Manggung, 1979).

Page 14: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120125_4_4567.pdfkuda dengan air hangat agar otot menjadi rileks, dan merawat kuku

38

4.3.4 Deskripsi Data Bobot Badan pada Kuda Sumba dengan Menggunakan

Rumus Lambourne

Berdasarkan data hasil penelitian mengenai pengukuran lingkar dada dan

panjang badan yang kemudian dihitung dengan menggunakan rumus Lambourne

dilakukan terhadap 33 ekor kuda Sumba jantan berumur 4 – 7 tahun yang berada

lapangan Rihi eti, kota Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara

Timur diperoleh hasil seperti yang ditampilkan pada Tabel 6.

Tabel 6. Data Bobot Badan Kuda Sumba Jantan Berumur 4 – 7 Tahun

dengan Menggunakan Rumus Lambourne

Uraian Hasil

Rata-rata (kg) 214,89

Ragam 566,98

Simpangan Baku (kg) 23,81

Koefisien Variasi (%) 11,08

Berdasarkan data di atas bobot badan kuda Sumba jantan dengan

menggunakan rumus Lambourne memiliki rata-rata sebesar 214,89 kg, ragam

sebesar 566,98 kg, dan simpangan baku sebesar 23,81 kg. Dapat diketahui bahwa

rataan dari bobot badan dugaan berdasarkan perhitungan dengan menggunakan

rumus Lambourne pada kuda Sumba adalah 214,89 ± 23,81 kg. Koefisien variasi

bobot badan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Lambourne pada kuda

Sumba adalah sebesar 11,08% yang berarti bahwa bobot badan dugaan rumus

Lambourne dapat dikatakan seragam karena memiliki koefisien variasi dibawah

15% (Nasution, 1992).

Rumus Lambourne mempunyai kelebihan yaitu kedua variabel ukuran

tubuh tersebut dapat saling mengkoreksi satu sama lain sehingga apabila

Page 15: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120125_4_4567.pdfkuda dengan air hangat agar otot menjadi rileks, dan merawat kuku

39

ditemukan ternak dengan lingkar dada yang sama tetapi bobot badannya berbeda

maka panjang badan akan mengkoreksi bobot badan rumus, begitupun sebaliknya

diprediksikan lebih akurat dan mempunyai penyimpangan kecil (Suwarno, 1958).

4.3.5 Penyimpangan Bobot Badan Kuda Sumba Menggunakan Rumus

Lambourne terhadap Bobot Badan Aktual

Berdasarkan data hasil penelitian yang dilakukan terhadap 33 ekor kuda

Sumba jantan berumur 4 – 7 tahun yang berada lapangan Rihi eti, kota

Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur diperoleh hasil

seperti yang ditampilkan pada Tabel 7.

Tabel 7. Data Penyimpangan Bobot Badan Kuda Sumba Jantan Berumur

4 – 7 Tahun Menggunakan Rumus Lambourne terhadap Bobot

Badan Aktual

Uraian Hasil

Penyimpangan (kg) 10,23

Persentase Penyimpangan (%) 4,94

Berdasarkan Tabel 7 diatas dapat diketahui bahwa nilai penyimpangan

bobot badan dugaan berdasarkan rumus Lambourne sebesar 10,23 kg dengan

persentase penyimpangannya sebesar 4,94%. Hasil dari penyimpangan

menunjukkan bahwa rumus Lambourne memiliki penyimpangan yang kecil

sehingga rumus ini dapat digunakan untuk menduga bobot badan kuda Sumba

yang berada di Kota Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur.

Penyimpangan pendugaan bobot badan umumnya berkisar antara 5%

sampai 10% dari bobot badan sebenarnya (Williamson dan Payne, 1978),

sedangkan hasil perhitungan penyimpangan pendugaan bobot badan

Page 16: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitianmedia.unpad.ac.id/thesis/200110/2012/200110120125_4_4567.pdfkuda dengan air hangat agar otot menjadi rileks, dan merawat kuku

40

menggunakan rumus Lambourne pada kuda Sumba lebih kecil sehingga dapat

dikatakan bahwa rumus Lambourne memiliki keakuratan yang lebih tinggi dalam

menduga bobot badan ternak kuda. Hal ini dapat terjadi karena pada rumus

Lambourne pengukuran yang digunakan adalah lingkar dada dan panjang badan.

Pendugaan bobot badan dengan rumus Lambourne yang menggunakan dua

variabel yaitu lingkar dada dan panjang badan, lebih teliti bila dibandingkan

dengan menggunakan satu variabel saja yaitu lingkar dada. Sesuai dengan

pernyataan Dwiyanto (1982) bahwa panjang badan dan lingkar dada adalah

komponen tubuh ternak yang berkorelasi positif tinggi dengan memberikan nilai

penyimpangan yang semakin kecil.

Rumus yang lebih akurat menaksir bobot badan domba Donggala adalah

Lambourne (Malewa, 2009), sehingga selain rumus Lambourne dapat digunakan

untuk ternak domba, rumus tersebut juga dapat digunakan dalam menduga bobot

badan untuk kuda Sumba di Kota Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, Nusa

Tenggara Timur karena simpangannya yang kecil. Penggunaan rumus untuk

mengetahui bobot badan adalah sangat baik, karena harga timbangan digital

terlalu mahal sehingga tidak mungkin para peternak atau pemilik kuda akan

membeli timbangan yang akan digunakan untuk menimbang bobot badan.