IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi...
Transcript of IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi...
36
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Rumah potong hewan atau RPH di Indonesia saat ini sudah berkembang
menjadi sektor industri yang tidak hanya menyediakan jasa pemotongan hewan
namun juga menjual daging dalam kemasan. Salah satu industri RPH yang
melakukan penjualan daging dalam kemasan adalah RPH PT. Elders Indonesia.
Rumah potong hewan PT. Elders Indonesia merupakan salah satu RPH modern
yang dahulunya merupakan RPH tradisional yang dikelola oleh Fakultas
Peternakan Institut Pertanian Bogor yang ada di lingkungan kampus IPB Dramaga.
Berdiri sejak tahun 2000 dan sempat dikelola oleh beberapa perusahaan lain
sebelum akhirnya di kelola penuh oleh PT. Elders Indonesia. Rumah potong hewan
tersebut telah memiliki ijin usaha tetap, sertifikat NKV (nomor kontrol veteriner),
dan sertifikat halal dari MUI.
Produk utama yang dihasilkan rumah potong hewan PT. Elders Indonesia
adalah potongan daging sapi dingin yang dikemas dengan kemasan hampa udara,
atau dikenal dengan nama dagang vaccum chilled beef by elders. Rumah potong
hewan tersebut sangat mengutamakan kualitas produk yang ditawarkan. Produk
diharapkan memiliki shelf life yang panjang dengan penggunaan kemasan hampa
udara. Produk dengan kemasan menarik dan shelf life yang panjang cocok untuk
konsumen utama mereka seperti pasar swalayan, hotel serta restoran. Produk
daging sapi yang dikemas dengan kemasan hampa udara memberikan keuntungan
tersendiri karena selama proses distribusi kualitas produk akan tetap terjaga. PT.
Elders Indonesia sendiri telah menyuplai produk daging sapi berkemasan hampa
37
udara mereka ke berbagai pasar swalayan, hotel serta restauran di wilayah Bogor,
Depok, Bekasi, bahkan Jakarta.
Proses distribusi dari rumah potong hewan (RPH) ke pasar swalayan, hotel
dan restoran memerlukan waktu yang cukup lama. Dari RPH ke pasar swalayan
melewati dua proses yaitu dari rumah potong hewan ke distribution center (DC)
swalayan yang memerlukan waktu ± 4 jam, kemudian menuju ke store swalayan
yang memerlukan waktu ± 5 jam. Sesampainya di store swalayan bagian receiving
(penerimaan) melakukan pengecekan surat jalan produk, kemudian apabila telah
sesuai diikuti dengan pembongkaran daging dari truk ke gudang penyimpanan yang
diawasi oleh Division Manager Fresh (DM Fresh) dan Staff Fresh. Proses
pembongkaran biasanya dimulai pukul 6, atau 8 pagi tergantung jarak dari DC ke
store swalayan. Distribusi dari RPH ke restoran dan hotel hampir sama yaitu
produk dibawa menggunakan truk berpendingin langsung dari RPH kemudian
sesampainya di restoran atau hotel akan di periksa kesesuaian surat jalan lalu saat
proses pembongkaran dari truk dilakukan pemeriksaan (penimbangan bobot,
pengecekan keadan kemasan, dan kualitas) terhadap produk oleh chef, operational
manger, atau tim leader untuk restoran sedangkan hotel oleh chef atau checker yang
bertugas saat itu.
4.2 Karakteristik Responden
Menjawab tujuan penelitian yang telah dipaparkan penulis dalam bab satu,
maka penulis melakukan penelitian dengan mengambil sampel sebanyak 30
responden. Responden merupakan pelanggan pada rumah potong hewan PT. Elders
Indonesia Jl. Agatis Lingkar Luar kampus IPB Dramaga Bogor. Karakteristik dari
masing-masing responden disajikan dalam Tabel 13 berikut:
38
Tabel 13. Karakteristik Responden (dalam persentase)
Jenis Kelamin Pekerjaan
Pria Wanita Chef DM
Fresh
Staff
Fresh
Checker Operational
manager
Team
Leader
90% 10% 33,4% 10% 40% 3,3% 3,3% 10%
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa responden 90% adalah
pria dan 10% wanita dengan pekerjaan 33,4% sebagai juru masak (chef), 10%
manajer divisi fresh (DM fresh), 40% staff fresh, 3,3% pengawas (Checker), 3,3%
operasional manajer dan 10% pimpinan tim (team leader).
4.3 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik meliputi uji normalitas, multikolinearitas,
heteroskedastisitas dan autokorelasi. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui
ada tidaknya penyimpangan data yang terjadi, jika hal tersebut terjadi akan
mengakibatkan koefisien regresi memiliki standard error dan ragam (variance)
yang besar. Dengan demikian data yang diperoleh tidak dapat dilanjutkan pada
analisis regresi linier berganda. Data yang digunakan merupakan data yang terdiri
dari 7 dimensi variabel bebas dan 4 variabel terikat yang masing-masing nilainya
sudah di rata-ratakan.
4.3.1 Uji Normalitas
Uji normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui apakah data
berdistribusi normal atau tidak. Pengujian dapat dilakukan dengan uji Kolmogrov-
Smirnov. Berdasarkan output spss, data hasil penelitian diketahui berdistribusi
nomal (Lampiran 2)
39
4.3.2 Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinearitas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel
bebas yang mirip dengan variabel bebas lain dalam satu model yang sama. Menurut
Dwi, (2009). Deteksi multikolinieritas yang dapat dikatakan bebas multikolinieritas
pada suatu model adalah dilihat dari nilai Variance Inflation Factor (VIF) yang tidak
lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1. Hasil perhitungan,
menunjukkan nilai VIF lebih kecil dari 10, dan nilai tolerance lebih besar dari 0.10
sehingga dapat disimpulkan tidak melanggar asumsi multikolinearitas (Lampiran
2)
4.3.3 Uji Heteroskedastisitas
Tujuan dari uji heteroskesdastisitas untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan klasik heteroskesdastisitas, yaitu adanya ketidaksamaan varian dari
residual untuk semua pengamatan pada model regresi (Dwi,2009). Berdasarkan
output data dari SPSS scatterplot memperlihatkan sebaran plot yang tidak
membentuk pola tertentu, sehingga dapat dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas
(Lampiran 2).
4.3.4 Uji Autokorelasi
Menurut Sandi (2013) uji autokorelasi Durbin Watson dimaksudkan untuk
megetahui apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada period t-1. Nilai
Durbin-Watson (DW) adalah sebesar 2,527 mengacu pada pendapat Trihendradi,
(2006) hal ini menunjukkan bahwa nilai DW berada di daerah keragu-raguan.
1,21 1,65 2,35 2,79
Terjadi
Autokorelasi
Tidak dapat
disimpulkan
Tidak terjadi
autokorelasi
Tidak dapat
disimpulkan Terjadi
Autokorelasi
40
Sesuai dengan pendapat Ketut dan Made (2012) karena berada pada daerah
tidak dapat disimpulkan, maka pengujian dapat dilakukan dengan metode statistik
non parametrik yaitu uji “runs”. Dalam pengujian autokorelasi dengan
menggunakan uji runs, residual diharapkan berdistribusi secara acak atau tidak
konsisten. Jika distribusinya tidak acak atau konsisten menunjukkan adanya gejala
autokorelasi (Suryana Utama, 2009 dalam Ketut dan Made, 2012). Hasil run test
tersebut menunjukkan nilai asymp. sig.0,193 > 0,05 yang berarti data yang
digunakan acak sehingga tidak terdapat masalah autokorelasi. Hasil uji
autokorelasi menggunakan durbin watson dan run test dapat dilihat pada Lampiran
2.
4.4 Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Loyalitas Pelanggan Pada PT. Elders Indonesia
4.4.1. Model Regresi Linear Berganda
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS-21.
diperoleh nilai-nilai koefesien regresi pada model seperti berikut ini:
Ŷ = 10,252 - 0,095 X1 - 0,405 X2 - 0,469 X3 + 0,055 X4 - 0,436 X5 + 0,061 X6 +
0,143X7
Atau dapat dituliskan juga sebagai berikut:
Loyalitas = 10,252 – 0,095 kinerja – 0,405 fitur – 0,469 kehandalan + 0,055
kesesuaian – 0,436 daya tahan + 0,061 kemampuan layanan + 0,143
citra/reputasi
Persamaan regresi di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Jika konstanta model regresi sebesar 10,252 yang menyatakan bahwa jika tidak
ada variabel kinerja, fitur, kehandalan, kesesuaian, daya tahan, kemampuan
layanan, citra/ reputasi maka tingkat loyalitas sebesar 10,252.
41
2) Kinerja dengan koefisien regresi sebesar -0,095 menunjukkan adanya arah
hubungan negatif, antara kinerja dengan loyalitas. Jika kinerja meningkat maka
akan menurunkan loyalitas.
3) Fitur -0,405 menjelaskan bahwa adanya arah hubungan negatif antara fitur
dengan loyalitas. Jika fitur meningkat maka akan menurunkan loyalitas.
4) Kehandalan dengan koefisien regresi -0,469 menjelaskan bahwa adanya arah
hubungan negatif antara kehandalan dengan loyalitas.
5) Kesesuaian dengan koefisien regresi 0,055 yang positif menunjukkan adanya
arah hubungan positif antara kehandalan dengan loyalitas. Jika kesesuaian
ditingkatkan maka loyalitas juga akan meningkat.
6) Daya dengan koefisien regresi -0,436 yang negatif menunjukan arah hubungan
negatif antara daya tahan dengan loyalitas.
7) Kemampuan layanan dengan koefisien regresi 0,061 menunjukkan adanya arah
hubungan positif antara kemampuan layanan dengan loyalitas. Jika kemampuan
layanan ditingkatkan maka loyalitas juga akan meningkat.
8) Citra/reputasi dengan koefisien regresi 0,143 menunjukkan adanya arah
hubungan positif antara citra/reputasi dengan loyalitas. Jika kemampuan
citra/reputasi ditingkatkan maka loyalitas juga akan meningkat.
42
A. Kualitas Produk
Penjelasan terperinci mengenai masing-masing item pernyataan dari
variabel kualitas produk dijelaskan sebagai berikut:
1. Kinerja Produk
Tabel 14. Warna Produk Vacuum Chilled Beef Nilai Frekuensi Persentase Keputusan (N x F)
1 1 3,3 1 2 - - - 3 7 23,4 21 4 18 60,0 72 5 3 10,0 15 6 1 3,3 6 7 - - -
Total 30 100,0 115
Warna daging sapi merupakan suatu indikator yang menandakan apakah
produk daging yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik atau tidak. Menurut
Gede (2001) warna daging sapi disebabkan oleh pigmen myoglobin yang menyerap
oksigen untuk menghasilkan warna merah yang sesuai, apabila kemasan dalam
kondisi baik maka warna daging sapi akan baik juga. Warna merah pada daging
sapi kemasan hampa udara yang dapat dikatakan baik adalah merah keunguan yang
menandakan sedikitnya kandungan oksigen dalam kemasan, merah cerah saat
kemasan dibuka dan menyerap oksigen kurang dari 15 menit, dan yang dikatakan
tidak baik adalah merah kecoklatan yaitu karena kelebihan menyerap oksigen /
metmioglobin. Berdasarkan tabel diatas 73,3% responden menilai bahwa warna
daging sapi memiliki warna merah yang baik, dan hanya 26,7% menilai warna
merah tidak baik (sudah kecoklatan). Total nilai keputusan adalah sebesar 115
yang artinya masuk kriteria cukup baik.
43
Tabel 15. Cairan Darah (Drip) Nilai Frekuensi Persentase Keputusan( N x F)
1 1 3,3 1 2 3 10,0 6 3 1 3.3 3 4 3 10,0 12 5 3 10,0 15 6 7 23,4 42 7 12 40,0 84
Total 30 100,0 163
Cairan darah (Drip) merupakan suatu indikator yang mempengaruhi kualitas
produk daging sapi. Drip juga menunjukkan penanganan produk saat proses cold
chain dan proses pengemasan berjalan dengan baik atau buruk. Drip akan semakin
banyak apabila produk ditumpuk dan dibanting (Gede, 2001). Berdasarkan tabel
diatas dapat diketahui bahwa penilaian responden tentang banyak dan sedikitnya
cairan darah bervariasi, yaitu 73,4 % responden menilai cairan darah dalam
kemasan sedikit, 16,6% menilai banyak, dan 10% menilai sedang atau kira2
volumenya 4% dari bobot produk. Total nilai keputusan adalah sebesar 163, yang
berarti penilaian responden terhadap drip adalah baik.
Berdasarkan rata-rata dari total nilai keputusan terhadap warna dan cairan
darah (drip) dapat disimpulkan bahwa penilaian responden tentang kinerja produk
termasuk kriteria cukup.
2. Fitur Produk
Tabel 16. Spesifikasi potongan Nilai Frekuensi Persentase Keputusan (N x F)
1 2 6,7 2
2 4 13,3 8
3 2 6,7 6
4 3 10,0 12
5 2 6,7 10
6 7 23,3 42
7 10 33,3 70
Total 30 100,0 150
44
Berdasarkan hasil penelitian terlihat penilaian responden tentang spesifikasi
potongan produk daging sapi PT. Elders Indonesia yang berbeda-beda, 63,3%
responden menilai spesifiasi potongan banyak (beraneka ragam), 10% menilai
biasa saja, dan 26,7% menilai spesifikasi potongan produk tidak banyak (tidak
beraneka ragam). Alasan responden menilai banyak karena mereka telah membeli
berbagai macam spesifikasi potongan dan selalu tersedia, sedangkan yang menilai
biasa saja alasannya karena mereka tidak begitu mengetahui informasi tentang
jumlah spesifik dari keseluruhan potongan dan pemanfaatannya, serta yang menilai
tidak beraneka ragam itu karena ada beberapa potongan yang memang tidak dibeli.
Hal ini terjadi dibeberapa swalayan yang tidak menjual potongan has dalam, dan
has luar karena harganya yang mahal sehingga minat beli konsumen akhirnya
sedikit sekali. Total nilai keputusan adalah 150, masuk kriteria baik.
Tabel 17. Kebersihan Kemasan Produk
Nilai Frekuensi Persentase Keputusan(N x F) 1 - - - 2 - - - 3 - - - 4 1 3,4 4 5 4 13,3 20 6 3 10,0 18 7 22 73,3 154 Total 30 100,0 196
Berdasarkan persentase penilaian responden sebanyak 96,6% menyatakan
bahwa kemasan produk daging sapi bersih dan 3,4% menyatakan cukup bersih.
Responden menilai bersih karena pada kemasan tidak adanya kontaminansi yang
cukup berarti seperti adanya lemak-lemak yang menempel di luar kemasan dan
benda-benda asing lainnya. Kebersihan kemasan menunjukkan proses penanganan
saat produksi dan distribusi telah higenis. Total nilai keputusan yang dihasilkan
adalah sebesar 196, yang masuk kriteria baik.
45
Berdasarkan rata-rata dari total nilai keputusan terhadap spesifikasi
potongan dan kebersihan kemasan dapat disimpulkan bahwa penilaian responden
tentang fitur produk termasuk kriteria baik.
3. Kehandalan Produk
Tabel 18. Kondisi Kemasan Produk Nilai Frekuensi Persentase Keputusan(N x F)
1 - - - 2 1 3,3 2 3 - - 1 4 - - 1 5 2 6,7 10 6 4 13,3 24 7 23 76,7 161 Total 30 100,00 199
Berdasarkan tabel tersebut dilihat bahwa penilaian responden terhadap
kondisi kemasan produk sangat baik, dengan persentase 96,7% responden menilai
kemasan dalam keadaan baik (tidak ada vakum yang lepas atau bocor), sedangkan
hanya 3,3% responden yang menilai buruk (vakum lepas atau bocor). Total nilai
keputusan adalah 199, maka termasuk kriteria sangat baik.
Tabel 19. Kondisi Fisik Produk Nilai Frekuensi Persentase Keputusan(N x F)
1 - - - 2 1 3,3 2 3 - - - 4 - - - 5 1 3,3 5 6 2 6,7 12 7 26 86,7 182 Total 30 100,00 201
Penilaian 96,7% responden mengenai fisik produk adalah bersih atau bebas
dari kontaminasi fisik seperti rambut, kotoran, dan benda asing lain. 3,3%
responden menilai fisik produk terkontaminasi benda asing (berupa potongan
tulang). Keputusan pelanggan sebesar 201 masuk kriteria sangat baik.
46
Rata-rata dari total nilai keputusan terhadap kondisi kemasan produk dan
kondisi fisik produk dapat disimpulkan bahwa penilaian responden tentang
kehandalan produk termasuk kriteria sangat baik.
4. Kesesuaian Produk
Tabel 20. Waktu Pengiriman Nilai Frekuensi Persentase Keputusan(N x F)
1 1 3,3 1 2 3 10,0 6 3 4 13,3 12 4 5 16,7 20 5 3 10,0 15 6 2 6,7 12 7 12 40,0 84 Total 30 100,0 149
Tabel tersebut menunjukkan penilaian responden yang bervariasi mengenai
waktu pengiriman barang. 73,4% responden menilai tepat waktu, 13,3% menilai
relatif tepat waktu dan 13, 3% menilai tidak tepat waktu. Hasil wawancara dengan
responden menunujukkan bahwa mereka tidak mempunyai perjanjian waktu
spesifik kedatangan produk namun managemen masing-masing perusahaan tempat
responden (yang menilai tepat waktu) bekerja, telah mengatur untuk melakukan
pembelian sebelum stok menipis hal ini dilakukan untuk menghindari kekosongan
stok produk. Total nilai keputusan adalah 149, masuk kriteria baik.
Tabel 21. Kesesuaian Isi dalam Label Nilai Frekuensi Persentase Keputusan(N x F)
1 - - - 2 1 3,3 2 3 - - - 4 - - - 5 1 3,3 5 6 4 13,3 24 7 24 80,0 168 Total 30 100,0 199
47
Sebanyak 96,6% reponden menilai tidak terjadi eror (kesesuaian isi produk
dengan label yang tertera sudah cocok), sedangkan 3,3% responden mengatakan
bahwa diperusahaan mereka sering terjadi kesalahan antara produk dengan label
karena faktor human error. Total nilai keputusan adalah 199, masuk kriteria sangat
baik.
Rata-rata dari total nilai keputusan terhadap waktu pengiriman dan
kesesuaian isi dengan label dapat disimpulkan bahwa penilaian responden tentang
kesesuaian produk termasuk kriteria baik.
5. Daya Tahan Produk
Tabel 22. Umur Pakai Produk Nilai Frekuensi Persentase Keputusan(N x F)
1 - - - 2 - - - 3 1 3,3 3 4 1 3,3 4 5 2 6,7 10 6 8 26,7 48 7 18 60,0 126 Total 30 100,0 191
Daya tahan sebuah produk akan menjadi pertimbangan konsumen pada saat
mereka akan membeli atau memgkonsumsi sebuah produk. Berdasarkan tabel
diatas dapat dilihat bahwa 96,7% responden menilai umur pakai produk sesuai
harapan. Responden menilai umur pakai produk telah sesuai harapan artinya tetap
menampilkan warna menarik saat dipajang di rak penyimpanan daging segar serta
tidak mengeluarkan bau aneh setelah dibumbui kemudian disimpan kembali
sebelum dimasak dan disajikan. Hanya 3,3% responden yang menilai umur pakai
tidak sesuai harapan karena sudah mengeluarkan bau asam saat sebelum dibumbui
dan disajikan. Total nilai keputusan adalah 191, masuk kriteria sangat baik.
48
Penilaian responden secara keseluruhan terhadap daya tahan produk adalah sangat
baik.
Tabel 23. Umur Penyimpanan Produk Nilai Frekuensi Persentase Keputusan (N x F)
1 - - - 2 - - - 3 - - - 4 - - - 5 1 3,3 5 6 9 30,0 54 7 20 66,7 140 Total 30 100,0 199
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa seluruh responden (100%)
menilai umur penyimpanan produk daging sapi kemasan vakum milik PT. Elders
Indonesia sesuai harapan. Artinya tidak ada kejadian produk mengalami
pembusukan saat disimpan tanpa membuka kemasan vakum pada temperatur yang
sesuai.Total nilai keputusan adalah 199, masuk kriteria sangat baik.
6. Kemampuan Layanan Perusahaan
Tabel 24. Penanganan Keluhan
Sebanyak 96,7% responden menilai penanganan keluhan dari pihak PT.
Elders terhadap mereka sudah baik, baik dalam hal tanggapan saat melakukan order
barang dan waktu pengiriman. Hanya 3,3% responden yang menilai bahwa
penanganan keluhan buruk dengan alasan pernah terjadi kesalahan pada tanggal
Nilai Frekuensi Persentase Keputusan(N x F)
1 1 3,3 1 2 - - - 3 - - - 4 1 3,3 4 5 1 3,3 5 6 7 23,4 42 7 20 66,7 140
Total 30 100,00 192
49
pengiriman barang yang tidak dikonfirmasi sebelumnya. Total nilai keputusan
adalah sebesar 192, masuk kriteria sangat baik.
Tabel 25. Garansi Kerusakan Produk
Tabel diatas menunjukkan 66,7% responden menilai bahwa saat adanya
produk yang rusak saat penerimaan akan diberikan garansi (penggantian produk).
Sedangkan 33,3% responden menilai tidak ada garansi terhadap produk yang rusak
saat penerimaan. Total nilai keputusan adalah sebesar 146, masuk kriteria baik.
Penilaian responden secara keseluruhan terhadap kemampuan layanan adalah baik.
7. Citra / Reputasi Perusahaan
Tabel 26. Kepercayaan terhadap Perusahaan
Tabel tersebut menunjukkan 96,7% responden mempercayai perusahaan
PT. Elders Indonesia sebagai pemasok daging sapi yang ASUH (aman, sehat, utuh
dan halal) terhadap perusahaan mereka. Konsumen mempercayai perusahaan
dengan alasan karena telah meilhat langsung proses produksi di rumah potong
Nilai Frekuensi Persentase Keputusan(N x F) 1 10 33,3 10 2 - - - 3 - - - 4 - - - 5 - - - 6 4 13,4 24 7 16 53,3 112 Total 30 100,0 146
Nilai Frekuensi Persentase Keputusan (N x F) 1 - - - 2 1 3,3 2 3 - - - 4 2 6,7 8 5 2 6,7 10 6 7 23,3 42 7 18 60,0 126 Total 30 100,0 188
50
hewan yang metode penyemblihannya sudah ssecara halal, pada karton juga telah
tercantum label halal, manajemen di perusahaan tentu menyeleksi perusahaan yang
akan memasok produk ke mereka sebelum melakukan kontrak kerjasama.
Sebanyak 3,3% responden tidak percaya karena mengatakan belum pernah melihat
secara langsung proses produksi di rumah potong hewan PT. Elders Indonesia.
Total nilai keputusan adalah sebesar 188, masuk kriteria sangat baik.
Tabel 27. Kepercayaan terhadap Produk
Kepercayaan responden pada produk daging sapi kemasan vakum milik PT.
Elders Indonesia terbilang sangat baik, karena 100% responden mempercayai
bahwa produk yang mereka beli adalah produk pangan yang aman. Alasan
responden menilai aman karena perusahaan tempat mereka bekerja (swalayan) juga
melakukan uji terhadap produk melalui dinas peternakan dalam sebulan sekali,
sedangkan untuk restoran dan hotel mengatakan bahwa produk memiliki umur
simpan yang baik (terbukti dari tidak mengalami kerusakan saat disimpan) hal ini
membuat mereka percaya bahwa penanganan produk benar-benar terjaga.
Total nilai keputusan 192, masuk kriteria sangat baik. Penilaian responden secara
keseluruhan tentang citra / reputasi perusahaan adalah sangat baik.
Kualitas produk secara menyeluruh dapat dikatakan baik berdasarkan
penilaian responden terhadap semua variabelnya. Dapat disimpulkan bahwa secara
keseluruhan kualitas produk daging sapi dingin kemasan hampa udara (vacuum
Nilai Frekuensi Persentase Keputusan (N x F) 1 - - - 2 - - - 3 - - - 4 1 3,3 4 5 3 10,0 15 6 9 30,0 54 7 17 56,7 119 Total 30 100,0 192
51
chilled beef) milik PT. Elders Indonesia telah memiliki kualitas yang baik, dinilai
dari dimensi kinerja, fitur, kehandalan, kesesuaian, daya tahan, kemampuan
layanan, dan citra/ reputasi.
B. Loyalitas
Penjelasan terperinci mengenai masing-masing item pernyataan dari
variabel loyalitas pelanggan dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 28. Pembelian Ulang
Salah satu indikator loyalitas pelanggan dapat dilihat dari frekuensi
pembelian ulang yang dilakukan oleh pelanggan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sebesar 16,7% responden menyatakan melakukan pembelian tujuh kali
dalam seminggu, 3,3% enam kali dalam seminggu, 6,7% empat kali dalam
seminggu, 16,6% tiga kali dalam seminggu, 30% dua kali dalam seminggu, dan
26,7% hanya satu kali dalam seminggu. Dapat disimpulkan bahwa 73,3%
responden telah melakukan pembelian ulang dengan intensitas lebih dari satu kali
dalam seminggu. Total nilai keputusan adalah 90, maka termasuk kriteria tidak
loyal.
Tabel 29. Pembelian Produk-Produk selain Vacuum Chilled Beef
Nilai Frekuensi Persentase Keputusan (N x F) 1 8 26,7 8 2 9 30,0 18 3 5 16,6 15 4 2 6,7 8 5 - - - 6 1 3,3 6 7 5 16,7 35 Total 30 100,0 90
Nilai Frekuensi Persentase Keputusan (N x F) 1 11 36,7 11 2 7 23,3 14 3 5 16,7 15 4 1 3,3 4
52
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa 36,7% responden
menyatakan tidak pernah sama sekali membeli produk lain seperti portioning frozen
beef (potongan fillet steak ready to cook dalam keadaan beku, Lampiran 11).
Produk tersebut spesifikasinya diorder sesuai dengan permintaan pelanggan.
Alasan dari sedikitnya permintaan tentang produk tersebut karena kurangnya
informasi mengenai adanya produk tersebut pada responden. Sebanyak 23,3%
responden menyatakan melakukan pembelian portioning frozen beef dengan
intensitas satu kali dalam seminggu, 16,7% dua kali dalam seminggu, 3,3% tiga kali
dalam seminggu, dan 20% enam sampai tujuh kali dalam seminggu. Produk
portioning frozen beef yang dibeli adalah rib eye steak, tenderloin steak, T-Bone
Steak, dan Sirloin Steak. Total nilai keputusan adalah sebesar 86, maka masuk
kriteria tidak baik.
Tabel 30. Rekomendasi produk pada Pihak lain (Konsumen)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya 26,7% konsumen yang ikut
merekomendasikan produk daging sapi kemasan hampa udara PT. Elders kepada
pihak lain (konsumen dan teman satu profesi). 73,3% responden menyatakan tidak
pernah ikut merekomendasikan sama sekali, hal ini karena responden beranggapan
bahwa itu merupakan tugas dari divisi lain diperusahaan mereka, dan ada juga yang
5 - - - 6 - - - 7 6 2,00 42 Total 30 100,0 86
Nilai Frekuensi Persentase Keputusan(N x F) 1 22 73,3 22 2 2 6,7 4 3 - - - 4 - - - 5 2 6,7 10 6 1 3,3 6 7 3 10,0 21 Total 30 100,0 63
53
berpendapat tidak akan mendapatkan keuntungan jika ikut merekomendasikan.
Total nilai keputusan adalah 63, maka termasuk kriteria sangat tidak loyal.
Tabel 31. Kebal terhadap Perusahaan Lain
Penolakan pelanggan terhadap produk lain yang sejenis yang ditawarkan
oleh perusahaan lain menunjukkan bahwa pelanggan memiliki loyalitas yang baik
terhadap produk yang biasa mereka konsumsi, dipihak perusahaan hal ini tentu saja
memberikan keuntungan karena perusahaan tidak perlu melakukan promosi yang
gencar mengenai produknya. Berdsarkan hasil penelitian diketahui bahwa 30%
responden tidak pernah memasok produk daging sapi kemasan hampa udara dari
perusahaan lain (100% dari PT. Elders Indonesia), 20% responden memasok
sebanyak 10% dari perusahaan lain, 6,7% responden memasok sebanyak 30% dari
perusahaan lain, 40% responden memasok sebanyak 50% dari perusahaan lain,
serta 3,3% responden memasok 60% dari perusahaan lain. Total nilai keputusan
adalah 126, maka termasuk kriteria cukup loyal.
Penilaian responden secara keseluruhan mengenai loyalitas adalah sebesar
91,25 yang berarti termasuk kriteria keputusan tidak loyal. Hal ini dapat disebabkan
oleh nilai pada rekomendasi kecil atau hanya 26,7 % responden yang ikut
merekomendasikan produk ke orang lain sisanya atau 73,3% tidak pernah
merekomendasikan sama sekali. Mengacu pada pendpat Edwin (2007) bahwa
pelanggan yang loyal tidak diukur dari seberapa banyak pembeliannya, melainkan
Nilai Frekuensi Persentase Keputusan (N x F) 1 1 3,3 1 2 12 40,0 12 3 - - - 4 2 6,7 8 5 - - - 6 6 20,0 42 7 9 30,0 63 Total 30 100,0 126
54
seberapa sering melakukan pembelian ulang dan merekomendasikan ke orang lain.
Nilai kekebalan dan pembelian diluar lini dan jasa juga rendah, hal ini dapat
disimpulkan bahwa meskipun melakukan pembelian ulang pata PT. Elders
Indonesia namun respnden masih tidak kebal terhadap perusahaan lain yang salah
satunya karena alasan harga. Hal ini mengacu pada pendapat Griffin (2002) yang
menyatakan bahwa pelanggan yang loyal memiliki empat karakteristik yaitu
pembelian ulang, merekomendasikan, pembelian diluar lini dan jasa serta kebal
terhadap perusahaan lain.
4.4.2 Koefisien Determinasi
Untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel bebas secara keseluruhan
terhadap variabel terikat dapat dilihat melalui nilai koefesien determinasi (R2).
Berdasarkan hasil pengujian diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) sebesar
49,40 %. Berarti 49,40 % loyalitas pelanggan secara signifikan dipengaruhi oleh
kualitas produk. Sedangkan 50,6%, dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak
termasuk ke dalam penelitian ini. Hasil analisis regresi linear berganda dapat dilihat
pada Lampiran 2.
4.4.3 Pengujian Hipotesis (Uji t dan uji F)
1.Uji t
Untuk mengetahui variabel mana saja yang sesungguhnya mempunyai
pengaruh terhadap variabel Y (loyalitas pelanggan ). Nilai T hitung pada taraf α
(tingkat signifikansi) dibandingkan dengan α = 5 %. Hasil perhitungan
menunjukkan bahwa hanya terdapat dua variabel bebas (yaitu fitur dan kehandalan)
yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen, sedangkan
lima variabel lain (kinerja, kesesuaian, daya tahan, kemampuan layanan, dan
55
citra/reputasi) tidak memiliki pengaruh yang signifikan. Hasil spss untuk uji t dapat
dilihat pada Lampiran 2.
Berdasarkan hasil pengujian melalui uji t dengan derajat kekeliruan α = 0,05
atau dengan tingkat kepercayaan 95%. untuk variabel kinerja diperoleh nilai t
hitung sebesar – 0,5555 dengan tingkat signifikan 0,584 dimana lebih besar dari
0,05. Maka terima H0 dan tolak H1 yang menyatakan tidak terdapat pengaruh
signifikan antara kinerja terhadap loyalitas pelanggan.
Adapun untuk variabel fitur yang terdiri dari indikator spesifikasi potongan
serta kondisi kebersihan kemasan, diperoleh nilai t hitung sebesar -2,726 dengan
tingkat signifikan 0,012 dimana lebih kecil dari 0,05. Maka H0 ditolak dan H1
diterima, artinya variabel fitur berpengaruh signifikan terhadap pembentukan
loyalitas pelanggan, meskipun dalam koefesien regresi fitur diketahui memiliki
tanda negatif. Hal ini berarti variabel fitur seperti spesifikasi potongan dan kondisi
kebersihan kemasan merupakan variabel yang harus dipertahankan oleh perusahaan
untuk meningkatkan loyalitas pelanggan.
Sementara pengujian untuk variabel kehandalan diperoleh nilai t hitung
sebesar -2,243 dengan tingkat signifikan 0,035 dimana lebih kecil dari tingkat alfa
yaitu 0,05. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima.
Hal ini menjelaskan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
kehandalan dengan loyalitas pelanggan.
Berdasarkan hasil pengujian untuk variabel kesesuaian, diperoleh nilai t
hitung sebesar 0,378 dengan tingkat signifikan 0,709 dimana lebih besar dari nilai
alfa yang telah ditetapkan yaitu 0,05, maka terima H0 dan tolak H1 yang
menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
kesesuain terhadap loyalitas pelanggan.
56
Diperoleh nilai t hitung sebesar -1,624 untuk variabel daya tahan, dengan
tingkat signifikan 0,119 dimana lebih besar dari alfa yaitu 0.05. Maka terima H0 dan
tolak H 1 yang menyatakan tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
daya tahan terhadap variabel loyalitas pelanggan.
Sedangkan untuk variabel kemampuan layanan diketahui nilai t hitung sebesar
0,562 dengan tingkat signifikan 0,579 dimana lebih besar dari tingkat alfa 0.05. Artinya
H0 diterima dan H1 ditolak, dengan demikian pengaruh variabel citra/reputasi terhadap
loyalitas pelanggan tidak signifikan.
Pada variabel citra/reputasi diperoleh nilai t hitung sebesar 0,747, dengan
tingkat signifikan 0,463 dimana lebih besar dari alfa yaitu 0.05. Maka terima H0 dan
tolak H 1 yang menyatakan tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
citra/reputasi terhadap variabel loyalitas pelanggan.
2. Uji F
Pengujian hipotesis secara simultan mengggunakan uji F, yang bertujuan
untuk mengetahui apakah variabel kualitas produk secara bersama-sama
berpengaruh terhadap variabel loyalitas pelanggan. Hasil perhitungan diperoleh
nilai Fhitung sebesar 3,070 sedangkan Ftabel adalah 2,46 artinya Fhitung > Ftabel maka
tolak H0 dan terima H1 yang menyatakan bahwa semua dimensi kualitas produk
memiliki hubungan yang signifikan terhadap loyalitas pelanggan. Dari hasil
pengujian melalui uji F ini dapat disimpulkan bahwa kualitas produk secara
keseluruhan berpengaruh signifikan dalam pembentukan loyalitas pelanggan.