IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN -...

27
31 IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Demografi Objek Penelitian Bagian ini akan membahas demografi responden berdasarkan jenis kelamin, usia, penghasilan setahun, dan status hutang pajak tahun lalu. Ringkasan berbagai demografi tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini. Tabel 4.1 Data Demografi Responden Demografi Kategori Jumlah Responden Presentase (%) Jenis Kelamin Laki-Laki 109 63.0 Perempuan 64 37.0 Usia 25-33 20 11.6 34-42 61 35.3 43-51 71 41.0 52-58 21 12.1 Penghasilan Setahun > PTKP 173 100 < PTKP - - Status Hutang Pajak Tahun Lalu Kurang Bayar 88 50.9 Nihil 52 30.1 Lebih Bayar 33 19.1 Sumber: Data Primer yang diolah, September 2014. Dari tabel di atas tampak bahwa responden terbanyak dalam penelitian ini berjenis kelamin laki- laki yakni sebanyak 63%, dimana sebagian besar responden (41%) berada pada kisaran usia 43-51 tahun. Selanjutnya, dari 173 responden tersebut, semuanya memiliki penghasilan setahun melebihi PTKP yang ditentukan, yang ditunjukkan dengan presentase sebesar 100%. Sementara itu, berdasarkan status hutang pajak tahun lalu, responden dalam penelitian

Transcript of IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN -...

Page 1: IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7100/4/T2_932012001_BAB IV.pdf32 ini memiliki status hutang pajak kurang bayar yaitu sebanyak

31

IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Demografi Objek Penelitian

Bagian ini akan membahas demografi responden

berdasarkan jenis kelamin, usia, penghasilan setahun,

dan status hutang pajak tahun lalu. Ringkasan

berbagai demografi tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1

berikut ini.

Tabel 4.1

Data Demografi Responden

Demografi Kategori Jumlah

Responden

Presentase

(%)

Jenis Kelamin Laki-Laki 109 63.0

Perempuan 64 37.0

Usia 25-33 20 11.6

34-42 61 35.3

43-51 71 41.0

52-58 21 12.1

Penghasilan

Setahun

> PTKP 173 100

< PTKP - -

Status Hutang

Pajak Tahun

Lalu

Kurang Bayar 88 50.9

Nihil 52 30.1

Lebih Bayar 33 19.1

Sumber: Data Primer yang diolah, September 2014.

Dari tabel di atas tampak bahwa responden

terbanyak dalam penelitian ini berjenis kelamin laki-

laki yakni sebanyak 63%, dimana sebagian besar

responden (41%) berada pada kisaran usia 43-51

tahun. Selanjutnya, dari 173 responden tersebut,

semuanya memiliki penghasilan setahun melebihi PTKP

yang ditentukan, yang ditunjukkan dengan presentase

sebesar 100%. Sementara itu, berdasarkan status

hutang pajak tahun lalu, responden dalam penelitian

Page 2: IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7100/4/T2_932012001_BAB IV.pdf32 ini memiliki status hutang pajak kurang bayar yaitu sebanyak

32

ini memiliki status hutang pajak kurang bayar yaitu

sebanyak 50,9%, yang berarti lebih dari setengah

responden merupakan Wajib Pajak yang memiliki

kewajiban untuk melunasi kekurangan pembayaran

pajak terutang.

Statistik Deskriptif Objek Penelitian

Statistik deskriptif dari variabel dalam penelitian

ini dijelaskan melalui Frekuensi Jawaban Responden,

Mean (rata-rata), dan Standar Deviasi dari tiap variabel,

seperti terlihat dalam Tabel 4.2. Melalui Tabel 4.2

tersebut dapat dilihat bahwa variabel pengetahuan atas

pajak diukur dengan menggunakan sepuluh (10)

indikator dengan menggunakan dua kategori yaitu

benar atau salah. Adapun hasil statistik deskriptif

menunjukkan bahwa nilai rata-rata pengetahuan atas

pajak secara keseluruhan adalah sebesar 7,843. Angka

ini terletak pada interval jawaban 6,7 – 10 yang berarti

para responden memiliki pengetahuan yang tinggi atas

pajak. Sedangkan nilai standar deviasi sebesar 2,651

menunjukkan bahwa variasi jawaban responden

terhadap variabel ini bervariasi, dimana jawaban

responden menyebar ke dalam dua kategori dengan

kecenderungan yang berbeda-beda.

Diantara sepuluh indikator pengetahuan atas

pajak terlihat bahwa jumlah jawaban benar tertinggi

(sebesar 88,4%) ditunjukkan pada butir pertanyaan

empat yakni objek pajak penghasilan adalah PTKP

Wajib Pajak, yaitu setap tambahan kemampuan

ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak.

Sedangkan jumlah jawaban benar terendah (65,8%) ada

pada butir pertanyaan Sembilan, yaitu PTKP untuk diri

Page 3: IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7100/4/T2_932012001_BAB IV.pdf32 ini memiliki status hutang pajak kurang bayar yaitu sebanyak

33

setiap tambahan Wajib Pajak yang kawin sebesar Rp

2.050.000 per tahun (Lampiran 4). Wajib Pajak yang

menjadi responden penelitian ini mampu menjawab

dengan benar lebih banyak pada pertanyaan-

pertanyaan yang konseptual seperti defenisi pajak

penghasilan, cakupan subjek pajak dan defenisi

penghasilan menurut ketentuan pajak. Adapun

pengetahuan teknis tentang mekanisme pemenuhan

ketentuan perpajakan seperti besarnya sanksi, denda,

PTKP dan tarif pajak dijawab dengan presentase yang

lebih rendah. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa pengetahuan teknis tentang peraturan

perpajakan masih perlu ditingkatkan lagi.

Tabel 4.2

Statistik Deskriptif Variabel

Sumber: Lampiran 4 hasil pengolahan data PASW Statistic, 2014

Keterangan : 0 – 3,3 = Rendah

3,4 – 6,6 = Sedang

6,7 – 10 = Tinggi

Variabel sikap atas pajak diukur dengan lima

indikator dan menggunakan lima kategori. Data

statistik deskriptif pada tabel 4.2 untuk menunjukkan

skor rata-rata sikap atas pajak secara keseluruhan

adalah 3,938. Angka ini tergolong sedang dan terletak

No Variabel N Min Max Mean Standar

Deviasi

1 Pengetahuan Atas Pajak 173 0 10 7,843 2,651

2 Sikap Atas Pajak 173 2 5 3,938 0,697

3 Norma Subjektif 173 3 5 3,943 0,566

4 Kontrol Perilaku yang

Dipersepsikan 173 2 5 4,047 0,670

5 Niat Berperilaku 173 3 5 3,985 0,548

6 Perilaku Kepatuhan

Pajak 173 1 5 3,887 0,693

Page 4: IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7100/4/T2_932012001_BAB IV.pdf32 ini memiliki status hutang pajak kurang bayar yaitu sebanyak

34

pada interval jawaban 3,4–6,6 yang menunjukkan

bahwa responden dalam penelitian ini memiliki sikap

yang cenderung mendukung pajak adalah hal yang

positif. Nilai rata-rata standar deviasi secara

keseluruhan sebesar 0,697 menunjukkan variasi

jawaban responden terhadap variabel ini relatif kecil

atau tidak bervariasi. Hal ini berarti jawaban responden

menyebar ke dalam lima kategori dengan

kecenderungan yang sama.

Diantara kelima indikator sikap atas pajak

terlihat bahwa responden yang cenderung memiliki

sikap mendukung pajak terbesar (sebesar 4,060) yaitu

indikator pajak adalah sumber utama penerimaan

Negara, dan indikator penundaan dan pembayaran

akan merugikan Negara. Sedangkan yang paling kecil

(sebesar 3,690) ditunjukkan pada indikator warga

Negara tidak harus patuh dalam membayar pajak

karena banyak penerimaan pajak yang disalahgunakan

(Lampiran 4). Dengan demikian, berdasarkan

keseluruhan data tampak jelas bahwa dalam variabel

sikap atas pajak, responden dalam penelitian ini

cenderung memiliki sikap positif atas pajak dalam

memenuhi kewajiban perpajakan mereka.

Variabel norma subjektif diukur dengan

menggunakan empat indikator. Adapun hasil statistik

deskriptif dari variabel norma subjektif menunjukkan

bahwa skor rata-rata norma subjektif secara

keseluruhan adalah 3,943. Hal ini dapat diartikan

bahwa norma subjektif yang dipersepsikan cenderung

dirasakan oleh responden. Hal ini menunjukkan bahwa

responden cukup setuju jika tekanan sosial dapat

Page 5: IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7100/4/T2_932012001_BAB IV.pdf32 ini memiliki status hutang pajak kurang bayar yaitu sebanyak

35

meningkatkan perilaku patuh dalam memenuhi

kewajiban perpajakannya.

Tekanan sosial tersebut ditunjukkan dengan

adanya keluarga yang peduli terhadap perilaku patuh

dalam membayar pajak dengan rata-rata skor sebesar

3.850, teman yang menunjukkan perilaku patuh dalam

memenuhi kewajiban pajaknya dengan rata-rata skor

sebesar 4,010 dan Warga di lingkungan sekitar yang

cenderung patuh dalam dengan ratarata skor sebesar

4,485 serta menghitung, membayar dan melaporkan

pajak secara benar sesuai anjuran keluarga, teman,

maupun warga sekitar dengan skor rata-rata 3.970

(Lampiran 4), sehingga responden merasa bahwa

perilaku patuh dalam memenuhi kewajiban perpajakan

mereka cukup meningkat dengan adanya perilaku

patuh dari lingkungan sekitar.

Sedangkan nilai rata-rata standar deviasi secara

keseluruhan sebesar 0,566 menunjukkan variasi

jawaban responden terhadap variabel ini relatif kecil

atau tidak bervariasi. Hal ini berarti jawaban responden

menyebar ke dalam lima kategori dengan

kecenderungan yang sama. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa responden dalam penelitian ini

cenderung merasakan tekanan sosial dari lingkungan

sekitar untuk berperilaku patuh dalam memenuhi

kewajiban perpajakannya.

Variabel Kontrol perilaku diukur dengan

menggunakan tujuh indikator. Berdasarkan jawaban

responden pada tabel 4.2 diketahui bahwa skor rata-

rata kontrol perilaku secara keseluruhan adalah 4,047.

Angka ini terletak pada interval jawaban 3.4 – 6.6, yang

Page 6: IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7100/4/T2_932012001_BAB IV.pdf32 ini memiliki status hutang pajak kurang bayar yaitu sebanyak

36

berarti bahwa responden memiliki kontrol perilaku

yang cenderung besar. Kontrol perilaku tersebut terkait

dengan kemudahan untuk melakukan perilaku

kepatuhan pajak dalam memenuhi kewajiban

perpajakan, dimana dengan adanya kontrol perilaku,

responden dapat dengan mudah berperilaku patuh dan

memiliki kesempatan untuk dapat berperilaku patuh.

Ketersediaan sumber daya serta didukung lagi dengan

kesempatan yang dimiliki yang cenderung tinggi pada

akhirnya mempermudah responden untuk melakukan

perilaku patuh dalam memenuhi kewajiban perpajakan

mereka.

Selanjutnya diantara ketujuh indikator variabel

kontrol perilaku, terlihat bahwa yang memiliki nilai

rata-rata tertinggi (sebesar 4,260) yaitu indikator yang

mencerminkan ketersediaan sumber daya, sedangkan

nilai rata-rata terendah (sebesar 3,760) ditunjukkan

oleh indikator yang mencerminkan kesempatan yang

dimiliki (Lampiran 4). Nilai rata-rata standar deviasi

secara keseluruhan sebesar 0,670 variasi jawaban

responden terhadap variabel ini relatif kecil atau tidak

bervariasi. Hal ini berarti jawaban responden menyebar

ke dalam lima kategori dengan kecenderungan yang

sama. Dari keseluruhan data statistik deskriptif

tersebut terlihat bahwa responden dalam penelitian ini

cenderung memiliki kontrol perilaku yang besar

sehingga memudahkan mereka untuk melakukan

perilaku patuh pajak dalam memenuhi kewajiban

perpajakannya, dimana hal tersebut terkait dengan

ketersediaan sumber daya serta kesempatan yang

dimiliki.

Page 7: IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7100/4/T2_932012001_BAB IV.pdf32 ini memiliki status hutang pajak kurang bayar yaitu sebanyak

37

Variabel niat melakukan perilaku patuh pajak

dalam memenuhi kewajiban perpajakan diukur dengan

menggunakan empat indikator. Berdasarkan data

statistik deskriptif terlihat bahwa skor rata-rata niat

melakukan perilaku patuh pajak dalam memenuhi

kewajiban perpajakan secara keseluruhan adalah 3,985

yang masuk dalam kategori sedang. Hal ini

mencerminkan bahwa responden dalam penelitian ini

cenderung memiliki keinginan untuk melakukan

perilaku patuh pajak dalam memenuhi kewajiban

perpajakan, yang dinyatakan responden melalui untuk

keinginannya untuk menghitung pajak terutang secara

benar, sesuai aturan perpajakan, untuk membayar

pajak terutang sesuai dengan penghasilan yang

diperoleh, tekadnya untuk selalu tepat waktu dalam

menyampaikan SPT, dan usahanya untuk bersikap

jujur dan kooperatif dalam memenuhi kewajiban

perpajakan.

Selanjutnya nilai rata-rata standar deviasi secara

keseluruhan sebesar 0,548 variasi jawaban responden

terhadap variabel ini relatif kecil atau tidak bervariasi.

Hal ini berarti jawaban responden menyebar ke dalam

lima kategori dengan kecenderungan yang sama.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa responden

dalam penelitian ini memiliki niat yang cenderung

besar untuk melakukan perilaku patuh dalam

memenuhi kewajiban perpajakannya.

Variabel perilaku patuh dalam memenuhi

kewajiban perpajakan diukur dengan menggunakan

tujuh indikator. Tabel 4.2 menunjukkan bahwa skor

rata-rata perilaku patuh dalam memenuhi kewajiban

Page 8: IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7100/4/T2_932012001_BAB IV.pdf32 ini memiliki status hutang pajak kurang bayar yaitu sebanyak

38

perpajakan secara keseluruhan adalah 3.887, yang

berarti mayoritas responden cenderung sudah

berperilaku patuh dalam memenuhi kewajiban

perpajakannya. Sedangkan nilai standar deviasi

sebesar 0,693. Hal ini berarti jawaban responden

menyebar ke dalam lima kategori dengan

kecenderungan yang sama.

Selanjutnya diantara ketujuh indikator variabel

kontrol perilaku, terlihat bahwa yang memiliki nilai

rata-rata tertinggi (sebesar 4,260) yaitu indikator tidak

pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak

pidana jangka waktu 10 tahun, sedangkan nilai rata-

rata terendah (sebesar 3,660) ditunjukkan oleh

indikator keterlambatan SPT Masa yang sampaikan

tidak lewat dari batas waktu penyampaian SPT Masa

pajak berikutnya (Lampiran 4). Dengan demikian,

terlihat bahwa mayoritas responden cenderung

menunjukkan perilaku patuh dalam memenuhi

kewajiban perpajakan.

HASIL PENGUJIAN

Kecocokan Model Pengukuran (Outer model)

Model pengukuran dalam PLS disebut juga outer

model. Outer model mendefenisikan bagaimana setiap

indikator berhubungan dengan konstruknya (Ghozali,

2006). Kecocokan model pengukuran ini terdiri dari uji

validitas, reliabilitas, dan signifikansi indikator dari

konstruk yang terlibat.

Page 9: IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7100/4/T2_932012001_BAB IV.pdf32 ini memiliki status hutang pajak kurang bayar yaitu sebanyak

39

Uji Validitas

Pada metode Structural Equation Model (SEM)

sudah terdapat rumusan untuk menguji validitas dan

reliabilitas. Cara yang sering digunakan oleh peneliti di

bidang SEM untuk melakukan pengukuran melalui

analisis faktor konfirmatori adalah dengan

menggunakan pendekatan MTMM (MultiTrait

MultiMethod) dengan menguji validitas konvergen dan

diskriminan (Campbell dan Fiske, dalam Latan dan

Ghozali, 2012;78). Uji validitas konvergen indikator

refleksif dengan program SmartPLS 2.0 M3 dapat

dilihat dari total effects untuk setiap indikator

konstruk. Rule of thumb yang biasanya digunakan

untuk menilai validitas konvergen yaitu nilai loading

factor harus lebih dari 0,7 dan nilai average variance

extracted (AVE) harus lebih besar dari 0,5. Namun

untuk penelitian tahap awal dari pengembangan skala

pengukuran, nilai loading factor 0,5-0,6 masih dianggap

cukup (Chin, 1998).

Cara menguji validitas diskriminan dengan

indikator refleksif yaitu dengan melihat nilai cross

loading untuk setiap variabel. Nilai cross loading harus

di atas 0,6. Butir-butir pernyataan yang tidak

memenuhi kriteria valid tersebut tidak dapat diikutkan

dalam pengujian selanjutnya (Wijanto, 2008). Dari

hasil pengujian menunjukkan bahwa terdapat beberapa

indikator yang belum memenuhi syarat validitas

konvergen dan diskriminan yaitu PAP2, PAP3, PAP4

dan KPD4. Hal ini dapat dilihat dari nilai loading factor

dan cross loading yang lebih kecil dari 0.6 dan AVE dari

Page 10: IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7100/4/T2_932012001_BAB IV.pdf32 ini memiliki status hutang pajak kurang bayar yaitu sebanyak

40

dua konstruk yang lebih kecil dari 0.5. Melalui uji

validitas ini maka dinyatakan bahwa indikator yang

tidak valid menurut Wijanto (2008) tidak dapat

digunakan dalam pengujian selanjutnya.

Selanjutnya, hasil uji validitas dari output

SmartPLS 2.0 M3 setelah beberapa indikator tersebut

dihilangkan menunjukkan bahwa semua indikator

dinyatakan valid (Lampiran 5). Hasil pengujian

menunjukkan bahwa variabel pengetahuan atas pajak

sekarang hanya diwakili oleh tujuh indikator yang

dinilai valid (PAP1, PAP5,PAP6, PAP7, PAP8, PAP9, dan

PAP10). Variabel kontrol perilaku yang dipersepsikan

diwakili oleh enam indikator yang dinilai valid (KPD1,

KPD2, KPD3, KPD5, KPD6, dan KPD7). Sedangkan

untuk variabel sikap atas pajak, norma subjektif, niat

untuk berperilaku dan perilaku kepatuhan pajak tidak

ada perubahan dalam jumlah indikator karena semua

indikator di dalamnya dinilai valid. Selanjutnya, nilai

AVE dan Communality menunjukkan angka di atas 0.5

yang berarti bahwa lebih dari 50% variance indikator

dapat dijelaskan. Dengan demikian, syarat validitas

konvergen dan diskriminan telah terpenuhi.

Uji Reliabilitas

Tahapan kedua adalah pengujian model

kecocokan pengukuran yang dilakukan terhadap

masing-masing konstruk laten yang ada di dalam

model. Pemeriksaan terhadap konstruk laten dilakukan

terkait dengan pengukuran konstruk laten oleh variabel

manifest (indikator). Dengan kata lain, akan dilakukan

pengecekan reliabilitas dari variabel teramati.

Page 11: IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7100/4/T2_932012001_BAB IV.pdf32 ini memiliki status hutang pajak kurang bayar yaitu sebanyak

41

Pengecekan reliabilitas dilakukan untuk membuktikan

akurasi, konsistensi dan ketepatan instrument dalam

mengukur konstruk. Dalam SmartPLS 2.0 M3,

pengukuran reliabilitas suatu konstruk dengan

indikator refleksif dapat dilakukan dengan melihat nilai

composite reliability dan cronbach’s alpha harus lebih

besar dari 0.70 (Latan dan Ghozali, 2012).

Dari hasil pengukuran menunjukkan bahwa

semua variabel memiliki nilai composite reliability dan

cronbach’s alpha di atas 0.70, sehingga dapat

dinyatakan bahwa semua variabel dalam penelitian ini

reliabel (Lampiran 5).

Signifikasi Outer Model

Setelah dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas,

maka didapatkan hasil bahwa data yang digunakan

data yang digunakan dalam penelitian ini sudah valid

dan reliabel. Tahap pengujian selanjutnya adalah

signifikansi antara konstruk eksogen dan konstruk

endogen. Signifikansi outer model dapat diketahui

setelah melakukan bootsraping. Signifikansi indikator

penyusun eksogen dapat dilihat dari nilai t-statistic.

Apabila t-value > t tabel, maka semua indikator

signifikan mengukur konstruk endogen.

Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa semua

indikator memiliki nilai t-value > t-tabel, sehingga

dapat dinyatakan bahwa semua indikator dalam

penelitian ini signifikan mengukur konstruk eksogen

(lampiran 6 ,output outer loadings).

Page 12: IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7100/4/T2_932012001_BAB IV.pdf32 ini memiliki status hutang pajak kurang bayar yaitu sebanyak

42

Kecocokan Model Struktural (Inner Model)

Tahapan selanjutnya dalam pengukuran SEM

adalah kecocokan model struktural yang digunakan

juga untuk pengujian hipotesis dalam penelitian ini.

Dalam menilai model struktural dengan PLS, dimulai

dengan menilai R-Square untuk setiap variabel laten

endogen sebagai kekuatan prediksi dari model

struktural. Pengaruh nilai R-Square dapat digunakan

untuk menjelaskan pengaruh variabel eksogen tertentu

terhadap variabel laten endogen apakah mempunyai

pengaruh yang substantif. Nilai R-Square 0.75, 0.50

dan 0.25 menunjukkan bahwa model kuat, moderate

dan lemah yang mempresentasikan besarnya jumlah

variance konstruk yang dijelaskan oleh model.

G

ambar 4.1

Path Diagram (Algorithm)

Evaluasi model dilakukan dengan melihat nilai

signifikansi untuk mengetahui pengaruh antar variabel.

Evaluasi model struktural berkaitan dengan pengujian

hubungan antar variabel yang sebelumnya

Page 13: IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7100/4/T2_932012001_BAB IV.pdf32 ini memiliki status hutang pajak kurang bayar yaitu sebanyak

43

dihipotesiskan. Di tahap akhir ini akan dilihat

pengaruh hubungan antar variabel laten dan

signifikansinya. Pengaruh hubungan dapat dilihat dari

tanda positif (+) atau negatif (-) yang ditampilkan dari

output SmartPLS 2.0 M3, sedangkan tingkat

signifikansinya dapat dilihat dari nilai t-value . Hasil

pengujian data menggunakan SmartPLS 2.0 M3 dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3

Hasil Uji Kecocokan Model Struktural

Variabel Eksogen Variabel Endogen R Square

Pengetahuan atas pajak Sikap atas Pajak 0,236

Sikap atas Pajak

Norma Subjektif

Kontrol Perilaku yang

Dipersepsikan

Niat Berperilaku Patuh 0,964

Niat Berperilaku Patuh

Kontrol Perilaku yang

Dipersepsikan

Kepatuhan Pajak 0,364

Sumber: Lampiran 6, Data output Sofware SmartPLS 2.0.M3, 2014

Dari hasil yang tampak pada tabel 4.3 diperoleh

nilai R-Square untuk variabel sikap atas pajak (PAP)

adalah 0.236, dan untuk variabel perilaku kepatuhan

pajak (PKP) adalah 0.364 yang berarti bahwa derajat

kecocokan antar kontruk untuk kedua variabel

tersebut tergolong lemah. Hal ini berarti bahwa kontruk

endogen sikap atas pajak dapat dijelaskan oleh

pengetahuan atas pajak sebesar 23.6%, dan untuk

kontruk endogen perilaku kepatuhan pajak dapat

dijelaskan oleh niat berperilaku dan kontrol perilaku

yang dipersepsikan sebesar 36,4%. Sedangkan untuk

variabel niat berperilaku (NB) memiliki derajat

kecocokan antar kontruk yang sangat kuat yaitu

Page 14: IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7100/4/T2_932012001_BAB IV.pdf32 ini memiliki status hutang pajak kurang bayar yaitu sebanyak

44

sebesar 0,964. Hal ini berarti bahwa konstruk endogen

niat berperilaku (NB) dapat dijelaskan oleh sikap atas

pajak (SAP), norma subjektif (NS), dan kontrol perilaku

dipersepsikan (KPD) sebesar 96,4%.

Pengujian Hipotesis

Signifikansi parameter yang diestimasi

memberikan informasi yang sangat berguna mengenai

hubungan antara variabel-variabel penelitian. Dasar

yang digunakan dalam menguji hipotesis adalah nilai

yang terdapat pada output path coeficients dan output

Anova berikut ini:

Tabel 4.4

Path Coeficients

Hipotesis Path Koefisien Jalur T-Value

H1 PAP → SAP -0.486 -6.952***

H2 SAP → NB 0.039 0.928

H3 NS → NB 0.860 16.497***

H4 KDP → NB 0.093 1.772*

H6 KDP → PKP 0.925 4.743***

H7 NB → PKP -0.370 -1.611

Sumber: Lampiran 6, Data output Sofware SmartPLS 2.0.M3, 2014

Keterangan : *** signifikan pada = 0,01 atau t-value = 2,58

** signifikan pada = 0,05 atau t-value = 1,96

* signifikan pada = 0,1 atau t-value = 1,64

Pengujian Hipotesis 1

Hipotesis pertama menyatakan bahwa

pengetahuan atas pajak berpengaruh terhadap sikap

atas pajak.

Pada tabel 4.4 tampak bahwa pengaruh variabel

pengetahuan atas pajak (PAP) terhadap sikap atas

pajak (SAP) menunjukkan nilai koefisien jalur sebesar -

0.486 dengan nilai t-value sebesar -6,952. Nilai tersebut

Page 15: IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7100/4/T2_932012001_BAB IV.pdf32 ini memiliki status hutang pajak kurang bayar yaitu sebanyak

45

signifikan pada tingkat 1% atau 2,58 dengan arahnya

negatif. Hasil tersebut berarti bahwa pengetahuan atas

pajak (PAP) memiliki hubungan negatif dan signifikan

terhadap sikap atas pajak (SAP) yang berarti sesuai

dengan hipotesis pertama, maka dapat disimpulkan

bahwa hipotesis pertama diterima.

Pengujian Hipotesis 2

Hipotesis kedua menyatakan bahwa sikap atas

pajak berpengaruh positif terhadap niat berperilaku.

Pada tabel 4.4 tampak bahwa pengaruh variabel

sikap atas pajak (SAP) terhadap niat berperilaku (NB)

menunjukkan nilai koefisien jalur sebesar 0.039

dengan nilai t-value sebesar 0,928. Nilai tersebut tidak

menunjukkan signifikansi. Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa sikap atas pajak (SAP) memiliki

hubungan positif tetapi tidak signifikan terhadap niat

berperilaku (NB) yang berarti tidak sesuai dengan

hipotesis kedua, maka dapat disimpulkan bahwa

hipotesis kedua ditolak.

Pengujian Hipotesis 3

Hipotesis ketiga menyatakan bahwa norma

subjektif berpengaruh positif terhadap niat berperilaku.

Pada tabel 4.4 tampak bahwa pengaruh variabel

norma subjektif (NS) dengan niat berperilaku (NB)

menunjukkan nilai koefisien jalur sebesar 0,860

dengan nilai t-value sebesar 16,497. Nilai tersebut

berpengaruh signifikan pada tingkatan 1% atau 2,58.

Hasil tersebut berarti bahwa norma subjektif (NS)

memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap niat

berperilaku (NB) yang berarti sesuai dengan hipotesis

Page 16: IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7100/4/T2_932012001_BAB IV.pdf32 ini memiliki status hutang pajak kurang bayar yaitu sebanyak

46

ketiga, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis ketiga

diterima.

Pengujian Hipotesis 4

Hipotesis keempat menyatakan bahwa kontrol

perilaku berpengaruh positif terhadap niat berperilaku.

Pada tabel 4.4 tampak bahwa pengaruh variabel

kontrol perilaku dipersepsikan (KPD) dengan niat

berperilaku (NB) menunjukkan nilai koefisien jalur

sebesar 0,093 dengan nilai t-value sebesar 1,772. Nilai

tersebut berpengaruh signifikan pada tingkatan 10%

atau 1,64. Hasil ini berarti bahwa kontrol perilaku

dipersepsikan (KPD) memiliki hubungan positif dan

signifikan terhadap niat berperilaku (NB) yang berarti

sesuai dengan hipotesis keempat, maka dapat

disimpulkan bahwa hipotesis keempat diterima.

Selanjutnya dalam penelitian ini akan dilakukan

uji signifikansi indirect effect dengan menggunakan

Sobel’s test untuk lebih memperkuat hasil pengujian

hipotesis 4 dan menjelaskan kenapa sikap sering tidak

konsisten dengan perilaku.

Pengujian Sobel’s test

Tabel 4.5

Uji signifikansi indirect effect dari variabel niat

berperilaku terhadap pengaruh kontrol perilaku

terhadap perilaku kepatuhan pajak. Indirect Effect and Significannce Using Normal Distribution

Value s.e LL95CI UL95CI Z Sig(two)

Effect -0,3450 0,1106 -0,5617 -0,1283 -3,1208 0,0018

Page 17: IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7100/4/T2_932012001_BAB IV.pdf32 ini memiliki status hutang pajak kurang bayar yaitu sebanyak

47

Berdasarkan pada tabel 4.5, tampak bahwa

pengujian signifikansi indirect effect dengan sobel’s test

diperoleh nilai Z = -3,1208 dan p = 0,0018. Karena z-

value dalam harga mutlak < 2,58 dan tingkat

signifikansi statistik z (p-value) < 0,01, berarti indirect

effect variabel independen terhadap variabel dependen

melalui mediator, signifikan pada 0,01. Dengan

demikian hasil menunjukkan bahwa variabel mediator

yaitu niat berperilaku secara signifikan membawa

pengaruh variabel independen yaitu kontrol perilaku

terhadap perilaku kepatuhan pajak yang berkedudukan

sebagai variabel dependen. Hal ini juga memperkuat

hasil pengujian hipotesis 4.

Tabel 4.6 Uji Anova

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 674.447 3 224.816 974.833 .000

Residual 38.975 169 .231

Total 713.422 172

Sumber: Lampiran 7, hasil pengolahan data IBM SPSS Statistics, 2014

Pengujian Hipotesis 5

Hipotesis kelima menyatakan bahwa sikap atas

pajak, norma subjektif, kontrol perilaku berpengaruh

secara simultan terhadap niat berperilaku.

Hasil uji pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa

nilai F hitung sebesar 974,83 dengan tingkat

signifikansi 0,000. Karena probabilitas (0,000) jauh

lebih kecil dari 0,05, maka model regresi ini dapat

dipakai untuk memprediksi niat atau bisa dikatakan

bahwa sikap atas pajak, norma subjektif dan kontrol

perilaku yang dipersepsikan berpengaruh secara

Page 18: IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7100/4/T2_932012001_BAB IV.pdf32 ini memiliki status hutang pajak kurang bayar yaitu sebanyak

48

simultan terhadap niat Wajib Pajak untuk berperilaku.

Dengan demikian hipotesis kelima diterima.

Pengujian Hipotesis 6

Hipotesis keenam menyatakan bahwa kontrol

perilaku berpengaruh positif terhadap perilaku

kepatuhan pajak.

Hasil uji tabel 4.4 menunjukkan bahwa pengaruh

kontrol perilaku dipersepsikan (KPD) dengan perilaku

kepatuhan pajak (PKP) menunjukkan nilai koefisien

jalur sebesar 0,925 dengan nilai t-value sebesar 4,743.

Nilai tersebut berpengaruh signifikan pada tingkatan

1% atau 2,58. Hasil ini berarti bahwa kontrol perilaku

dipersepsikan (KPD) memiliki hubungan positif dan

signifikan terhadap perilaku kepatuhan pajak (PKP)

yang berarti sesuai dengan hipotesis keenam, sehingga

dapat disimpulkan bahwa hipotesis keenam diterima.

Pengujian Hipotesis 7

Hipotesis ketujuh menyatakan bahwa niat

berperilaku berpengaruh positif terhadap perilaku

kepatuhan pajak.

Tabel 4.4 tampak bahwa pengaruh variabel niat

berperilaku (NB) dengan perilaku kepatuhan pajak

(PKP) menunjukkan nilai koefisien jalur sebesar -0,370

dengan nilai t-value sebesar -1,611. Nilai tersebut

menunjukkan bahwa niat berperilaku (NB) memiliki

hubungan negatif dan tidak signifikan terhadap

perilaku kepatuhan pajak (PKP) yang berarti tidak

sesuai dengan hipotesis ketujuh, maka dapat

disimpulkan bahwa hipotesis ketujuh ditolak.

Page 19: IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7100/4/T2_932012001_BAB IV.pdf32 ini memiliki status hutang pajak kurang bayar yaitu sebanyak

49

PEMBAHASAN

Pengaruh Pengetahuan atas pajak terhadap Sikap

atas pajak

Hipotesis pertama menyatakan bahwa terdapat

pengaruh antara pengetahuan atas pajak dengan sikap

atas pajak. Dari hasil pengujian, pengetahuan Wajib

Pajak atas pajak (PAP) menunjukkan pengaruh negatif

dan signifikan terhadap sikap Wajib Pajak atas pajak

(SAP) yang berarti semakin tinggi pengetahuan

seseorang tentang pajak, semakin mereka memiliki

sikap yang tidak mendukung pajak. Hasil penelitian ini,

bertentangan dengan penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Eriksen dan Fallan (1996) dan Endlund

(1999), yang memberikan hasil bahwa semakin tinggi

pengetahuan atas pajak, maka semakin positif sikap

atas pajak. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa

penelitian ini menunjukkan hasil yang bertolak

belakang dengan penelitian sebelumnya.

Pengaruh pengetahuan atas pajak yang signifikan

menunjukkan bahwa pengetahuan yang tinggi atas

pajak menjamin Wajib Pajak akan memiliki sikap yang

negatif atas pajak. Hal tersebut diduga disebabkan oleh

persepsi atau keyakinan terhadap informasi-informasi

negatif yang mereka dapatkan dari berbagai sumber

sehingga pengetahuan yang mereka dapatkan dengan

persepsi atau keyakinan tersebut dapat menumbuhkan

sikap yang tidak tepat. Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa pengetahuan tinggi tentang pajak

justru membuat Wajib Pajak memiliki sikap tidak

mendukung pajak.

Page 20: IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7100/4/T2_932012001_BAB IV.pdf32 ini memiliki status hutang pajak kurang bayar yaitu sebanyak

50

Pengaruh Sikap atas pajak terhadap Niat berperilaku

patuh

Hipotesis kedua menyatakan bahwa sikap atas

pajak memiliki pengaruh positif terhadap niat Wajib

Pajak untuk berperilaku patuh. Dari pengujian, sikap

atas pajak memiliki pengaruh positif namun tidak

signifikan yang ditunjukkan dengan nilai koefisien

0,039 dan nilai t-value sebesar 0,928.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin

mendukung sikap seseorang atas pajak, maka niat

orang itu untuk berperilaku patuh semakin meningkat.

Namun adanya pengaruh yang tidak signifikan dari

variabel sikap atas pajak ini menunjukkan bahwa

walaupun seseorang cenderung dipengaruhi oleh sikap

yang mendukung pajak namun hal tersebut tidak

memberikan pengaruh yang besar terhadap niat untuk

melakukan perilaku patuh pajak dalam memenuhi

kewajiban perpajakannya. Jika melihat hasil analisis

deskriptif variabel sikap atas pajak dapat dikatakan

bahwa rata-rata jawaban responden hanya masuk

dalam kategori cukup berpengaruh. Hal ini

menunjukkan bahwa rata-rata responden cukup

memiliki sikap yang mendukung pajak.

Apabila dikaitkan dengan Theory of planned

behavior yang menjelaskan bahwa sikap merupakan

salah satu variabel yang mempengaruhi niat seseorang

untuk melakukan perilaku tertentu, maka dari hasil

pengujian hipotesis 2 tidak mendukung teori ini. Sikap

merupakan faktor di dalam individu (faktor internal)

yang diasumsikan mempengaruhi niat berperilaku

seseorang. Dengan hasil uji hipotesis 2, ini dapat

Page 21: IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7100/4/T2_932012001_BAB IV.pdf32 ini memiliki status hutang pajak kurang bayar yaitu sebanyak

51

dijelaskan bahwa faktor internal tidak berpengaruh

signifikan terhadap niat melakukan perilaku patuh

dalam memenuhi kewajiban perpajakan. Lebih lanjut

dapat dikatakan bahwa meskipun ada sedikit pengaruh

internal (sikap), namun yang juga turut menentukan

niat melakukan perilaku patuh adalah pihak luar

(faktor eksternal) yang ditunjukkan melalui pengaruh

orang-orang sekitar maupun seberapa besar kontrol

yang dimilikinya.

Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian

dari Hidayat & Nugroho (2010); Jayanto (2011); dan

Rohmawati (2013) yang menunjukkan sikap tidak

berpengaruh terhadap niat berperilaku.

Pengaruh Norma subjektif terhadap Niat berperilaku

patuh

Hipotesis ketiga menyatakan bahwa norma

subjektif memiliki pengaruh positif terhadap niat Wajib

Pajak untuk berperilaku patuh. Dari pengujian, maka

hasilnya mendukung hipotesis ini, yang berarti bahwa

semakin besar tekanan sosial dari lingkungan Wajib

Pajak untuk patuh pajak, semakin besar pula niat

Wajib Pajak untuk berperilaku patuh.

Adanya hubungan positif dari norma subjektif

untuk berperilaku patuh terhadap niat berperilaku

untuk berperilaku ini, membuktikan secara empiris

bahwa Wajib Pajak cenderung merasakan adanya

tekanan sosial dari lingkungan sekitarnya yang

mendorong mereka untuk memiliki niat berperilaku

patuh dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Hal

ini juga dikarenakan adanya dimensi kultur

Page 22: IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7100/4/T2_932012001_BAB IV.pdf32 ini memiliki status hutang pajak kurang bayar yaitu sebanyak

52

masyarakat timur yang kental. Dalam kultur

masyarakat timur, seseorang akan cenderung

mengikuti dan menganut nilai-nilai atau pendapat dari

orang-orang yang ada dilingkungan sekitranya

(Hofstede, 1991).

Apabila dikaitkan dengan Theory of Planned

behavior yang mengemukakan bahwa norma subjektif

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi niat

berperilaku, maka maka hasil pengujian hipotesis 3

mendukung teori tersebut. Hasil pengujian ini juga

sesuai dengan penemuan Mustikasari (2007); Zaini

(2010); dan Suherman (2012), yang menunjukkan

bahwa norma subjektif berpengaruh positif terhadap

niat berperilaku.

Pengaruh Kontrol perilaku yang dipersepsikan

terhadap Niat berperilaku patuh.

Hipotesis keempat menyatakan bahwa kontrol

perilaku memiliki pengaruh positif terhadap niat Wajib

Pajak untuk berperilaku patuh. Dari pengujiannya,

maka hasilnya mendukung hipotesis ini, yang berarti

bahwa semakin besar persepsi atas kontrol perilaku

yang dimiliki seseorang, maka akan meningkatkan niat

orang itu untuk melakukan perilaku patuh dalam

memenuhi kewajiban perpajakannya.

Kontrol perilaku mengacu kepada persepsi

seseorang terhadap kemudahan atau kesulitan untuk

melakukan perilaku yang diinginkan, terkait dengan

keyakinan akan tersedia atau tidaknya sumber daya

dan kesempatan yang diperlukan untuk mewujudkan

perilaku tertentu (Ajzen 1991). Dari hasil analisis

Page 23: IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7100/4/T2_932012001_BAB IV.pdf32 ini memiliki status hutang pajak kurang bayar yaitu sebanyak

53

deskriptif statistik menunjukkan bahwa responden

cenderung memiliki kontrol perilaku yang besar,

dimana hal ini dipengaruhi oleh keterserdiaan sumber

daya yang dimiliki dengan kesempatan yang ada. Selain

itu, didukung lagi oleh sikap mereka yang positif atas

pajak dan tekanan sosial dari lingkungan sekitar yang

tinggi, membuat mereka semakin memiliki niat yang

besar untuk melakukan perilaku patuh dalam

memenuhi kewajiban perpajakannya dan hal ini

terbukti dalam pengujian hipotesis 4.

Selanjutnya hasil penelitian ini juga diperkuat

dengan hasil pengujian Sobel test statistic yang

menunjukkan bahwa variabel intervening yaitu niat

berperilaku patuh secara signifikan membawa

pengaruh variabel independen yaitu kontrol perilaku

terhadap perilaku kepatuhan pajak yang berkedudukan

sebagai variabel dependen. Hal ini membuktikan secara

empiris bahwa Wajib Pajak memiliki kontrol perilaku

yang besar untuk berperilaku patuh, akan mendorong

mereka untuk berniat berperilaku patuh yang pada

gilirannya meningkatkan kemungkinan mereka

berperilaku patuh dalam memenuhi kewajiban

perpajakannya.

Hasil penelitian mendukung theory of planned

behavior Ajzen (1991), Bobek & Hatfield (2003),

Ernawati (2011), serta Pangestu & Rusmana (2012)

yang menunjukkan bahwa kontrol perilaku

berpengaruh positif terhadap niat berperilaku.

Page 24: IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7100/4/T2_932012001_BAB IV.pdf32 ini memiliki status hutang pajak kurang bayar yaitu sebanyak

54

Pengaruh Sikap atas pajak, Norma subyektif,

Kontrol perilaku yang dipersepsikan terhadap niat

berperilaku patuh.

Hipotesis kelima menyatakan bahwa terdapat

pengaruh signifikan antara variabel sikap atas pajak

(SAP), norma subjektif (NS), kontrol perilaku

dipersepsikan (KPD) dengan variabel niat untuk

berperilaku. Dari pengujiannya, maka hasilnya

mendukung hipotesis ini, yang berarti bahwa sikap

atas pajak, norma subyektif, kontrol perilaku secara

silmutan mempengaruhi niat untuk berperilaku patuh.

Secara konseptual ketiga determinan

mempengaruhi niat berperilaku secara partial, namun

ketiga determinan juga memiliki kaitan satu dengan

lainnya (Ajzen, 2005). Kaitan ini disebabkan oleh

kesamaan informasi yang diterima yang dapat

mempengaruhi keyakinan (beliefs) yang dimiliki

individu tersebut. Contoh kaitan antar determinan

adalah sikap seseorang dalam menentukan niat dan

perilaku juga dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya

dan kenyakinannya atas kontrol perilaku.

Peran lingkungan sosial atau orang-orang sekitar

(subjective norms) dapat membuat sikap seseorang

berbeda dengan niat dan perilakunya. Azwar (2005)

menjelaskan bahwa kondisi lingkungan dan situasi

memiliki pengaruh terhadap sikap seseorang.

Selanjutnya Kurt Lewin dalam Azwar (2005)

menjelaskan perilaku adalah fungsi karakteristik

individu (meliputi: sikap, nilai, motif) dan lingkungan.

Keduanya saling berinteraksi dalam menentukan

perilaku, bahkan pengaruh lingkungan dapat lebih

Page 25: IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7100/4/T2_932012001_BAB IV.pdf32 ini memiliki status hutang pajak kurang bayar yaitu sebanyak

55

besar daripada karakteristik individu seseorang.

Senada, Robbins (2008) menjelaskan bahwa

berbedanya sikap seseorang dengan perilaku yang

ditampilkannya dipengaruhi oleh tekanan sosial.

Selanjutnya, yang turut membuat berbedanya

sikap seseorang dengan perilaku yang ditampilkan

yaitu efikasi diri (self-efficacy). self-efficacy adalah

bagian dari perceived behavioral control (Ajzen, 2002).

Self-efficacy dijelaskan oleh Badura (1997) sebagai

keyakinan individu terhadap kemampuan mereka yang

akan mempengaruhi cara individu tersebut dalam

bereaksi terhadap situasi dan kondisi tertentu. Danang

(2013) yang menyatakan bahwa sikap seseorang untuk

menampilkan perilaku juga dipengaruhi oleh efikasi

diri. Hal senada juga dikemukan oleh Wijaya (2007)

bahwa sikap seseorang dengan perilaku yang

ditampilkan sangat bergantung pada tingkat

kemampuannya untuk melakukan perilaku tersebut.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang

dilakukan oleh Taurusia (2011), Fausiah et al. (2013)

serta Anggelina dan Japarianto (2014).

Pengaruh Kontrol Perilaku yang Dipersepsikan

terhadap Perilaku kepatuhan pajak.

Hipotesis keenam menyatakan bahwa terdapat

pengaruh positif antara variabel kontrol perilaku

dipersepsikan (KPD) dengan variabel perilaku

kepatuhan pajak. Dari pengujiannya, maka hasilnya

mendukung hipotesis ini, yang berarti bahwa semakin

besar kontrol perilaku yang dipersepsikan untuk patuh,

Page 26: IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7100/4/T2_932012001_BAB IV.pdf32 ini memiliki status hutang pajak kurang bayar yaitu sebanyak

56

maka semakin besar pula perilaku patuh pajak yang

ditampilkan.

Seseorang yang memiliki kontrol perilaku yang

besar serta didukung dengan sikap yang positif dan

norma subjektif akan memunculkan niat untuk

berperilaku patuh dan diikuti dengan perilaku patuh

dalam memenuhi kewajiban perpajakan. Hal ini juga

dipengaruhi oleh kondisi pengendalian yang nyata di

lapangan (actual behavioral control). Kondisi nyata yang

memungkinkan Wajib Pajak untuk berperilaku patuh

akan memberikan kesempatan bagi Wajib Pajak untuk

berperilaku patuh. Sehingga dapat dikatakan bahwa

kontrol perilaku secara langsung mempengaruhi

perilaku patuh Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban

perpajaknnya.

Penemuan ini sejalan dengan hasil temuan dari

Andrianto (2010), Laksono (2011), dan Hardaya (2013)

yang membuktikan bahwa kontrol perilaku memiliki

hubungan positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak.

Pengaruh Niat berperilaku patuh terhadap Perilaku

kepatuhan pajak.

Hipotesis ketujuh menyatakan bahwa terdapat

pengaruh positif antara variabel niat berperilaku (NB)

dengan variabel perilaku kepatuhan pajak. Dari

pengujiannya, maka hasilnya tidak menunjukkan

dukungan terhadap hipotesis ini, artinya variabel niat

berperilaku tidak memiliki hubungan positif terhadap

perilaku kepatuhan pajak.

Hasil penelitian ini berbeda dengan pandangan

studi teoritis dan empiris dari hasil penelitian

Page 27: IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7100/4/T2_932012001_BAB IV.pdf32 ini memiliki status hutang pajak kurang bayar yaitu sebanyak

57

sebelumnya yang telah dilakukan oleh Bobek & Hatfield

(2003), Ajzen (2005), Mustikasari (2007), dan Hidayat &

Nugroho (2010) yang menyatakan bahwa semakin besar

niat Wajib Pajak untuk berperilaku patuh dalam

memenuhi kewajiban perpajakannya, semakin besar

pula keberhasilan prediksi perilaku tersebut. Tidak

sesuainya hasil penelitian ini dengan penelitian

terdahulu, menunjukkan bahwa semakin besar niat

Wajib Pajak untuk berperilaku patuh tidak menjamin

bahwa mereka akan berperilaku patuh dalam

memenuhi kewajiban perpajakanya. Hal ini diduga

dipengaruhi oleh keyakinan akan kemampuan untuk

melakukannya atau juga disebut sebagai keyakinan

sendiri (self efficacy) (Ajzen 2002). Pendapat yang

hampir sama dari Bandura (1997) yakni individual-

individual akan cenderung puas dengan perilaku yang

mereka rasa mampu melakukannya dan cenderung

tidak menyukainya untuk perilaku-perilaku yang

mereka tidak menguasainya. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa seseorang akan menampilkan

suatu perilaku ketika mereka merasa mampu untuk

melakukannya.