IUFD

35
Deteksi Dini, Penanganan, dan Asuhan Kebidanan Pada Anemia, dan Deteksi Dini, Penanganan, dan Asuhan Kebidanan Pada IUFD Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan IV (PATOLOGI) Kelompok 3 Disusun Oleh: 1. Garnis Yuniar 130103100007 2. Ai Rosmiati 130103100009 3. Febi Alvianti 130103100035 4. Putri Meitara Cita B 130103100038 5. Lastiar Veronika Silaban 130103100041 6. Siti Nurjanah 130103100066 7. Popy Meilia Anzani 130103100067 8. Sylvia Sulis 130103100068 9. Saskia Kusuma Wardhani 130103100070 10. Irna Purwanti Rahayu 130103100073 11. Liriana Dita Pramestika 130103100075

description

okok

Transcript of IUFD

Deteksi Dini, Penanganan, dan Asuhan Kebidanan Pada Anemia, dan Deteksi Dini, Penanganan, dan Asuhan Kebidanan Pada IUFDDiajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan IV (PATOLOGI)

Kelompok 3Disusun Oleh:1. Garnis Yuniar1301031000072. Ai Rosmiati1301031000093. Febi Alvianti1301031000354. Putri Meitara Cita B1301031000385. Lastiar Veronika Silaban1301031000416. Siti Nurjanah1301031000667. Popy Meilia Anzani1301031000678. Sylvia Sulis1301031000689. Saskia Kusuma Wardhani13010310007010. Irna Purwanti Rahayu13010310007311. Liriana Dita Pramestika130103100075AngkatanVI

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS PADJADJARANBANDUNG20122

ANEMIA DALAMKEHAMILANPengertianAnemia adalah kondisi dimana sel darah merah menurun atau menurunnya hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ-organ vital pada ibu dan janin menjadi berkurang. Selama kehamilan, indikasi anemia adalah jika konsentrasi hemoglobin kurang dari 10,50 sampai dengan 11,00 gr/dl (Varney H, 2006).Anemia pada wanita hamil jika kadar hemoglobin atau darah merahnya kurang dari 10,00 gr%. Penyakit ini disebut anemia berat. Jika hemoglobin < 6,00 gr% disebut anemia gravis. Jumlah hemoglobin wanita hamil adalah 12,00-15,00 gr% dan hematokrit adalah 35,00-45,00% (Mellyna, 2005).Anemia dalam kandungan ialah kondisi ibu dengan kadar Hb < 11,00 gr%. Pada trimester I dan III atau kadar Hb < 10,50 gr% pada trimester II. Karena ada perbedaan dengan kondisi wanita tidak hamil karena hemodilusi terutama terjadi pada trimester II (Sarwono P, 2002).Anemia adalah kondisi ibu dengan jumlah protein sel darah merah dan zat pewarna merah pada sel darah kurang dari 12% gram (Winkjosastro,2002) sedangkan Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan jumlah protein sel darah merah dan zat pewarna merah pada sel darah dibawah 11% gram pada usia kehamilan 4-7 bulan (Saifuddin,2002).Anemia ditandai dengan rendahnya konsistensi hemoglobin (Hb) atau hematokrit nilai ambang batas (referensi) yang disebabkan oleh rendahnya produksi sel darah merah (eritrosit) dan Hb, meningkatnya kerusakan eritrosit (hemolisis), atau kehilangan darah yang berlebihan. (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2007 : 201)

EpidemiologiFrekuensi timbulnya anemia dalam kehamilan tergantung pada suplementasi besi. Taylor dkk melaporkan rerata kadar hemoglobin sebesar 12,7 g/dl pada wanita yang mengkonsumsi suplemen besi sementara rerata hemoglobin sebesar 11,2 g/dl pada wanita yang tidak mengkonsumsi suplemen. (williams obstetrics 22nd edition)

EtiologiEtiologi terjadinya anemia menurut mochtar (1998), disebutkan bahwa penyebab terjadinya anemia adalah : Kurang Gizi (Mal Nutrisi)Disebabkan karena kurang nutrisi kemungkinan menderita anemia.

Kurang Zat Besi Dalam DietDiet berpantang telur, daging, hati atau ikan dapat membuka kemungkinan menderita anemia karena diet.

Mal AbsorbsiPenderita gangguan penyerapan zat besi dalam usus dapat menderita anemia. Bisa terjadi karena gangguan pencernaan atau dikonsumsinya substansi penghambat seperti kopi, teh atau serat makanan tertentu tanpa asupan zat besi yang cukup.

Kehilangan banyak darahPersalinan yang lalu, dan lain-lain. Semakin sering seorang anemia mengalami kehamilan dan melahirkan akan semakin banyak kehilangan zat besi dan akan menjadi anemia. Jika cadangan zat besi minimal, maka setiap kehamian akan menguras persediaan zat besi tubuh dan akan menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya.Kehilangan darah terjadi melalui operasi, penyakit dan donor darah. Pada wanita kehilangan darah terjadi melalui menstruasi dan wanita hamil mengalami perdarahan saat dan setelah melahirkan. Praktik ASI tidak eksklusif diperkirakan menjadi salah satu predictor kejadian anemia setelah melahirkan. Perdarahan patologi akibat penyakit/infeksi parasit seperti cacingan dan saluran pencernaan berhubungan positif terhadap anemia. Perdarahan gastrointestinal oleh adanya luka di saluran gastrointestinal (gastritis, tukak lambung. Kanker kolon dan polip pada kolon). (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2007 : 205)

Penyakit-Penyakit KronisPenyakit-penyakit kronis seperti : TBC Paru, Cacing usus, dan Malaria dapat menyebabkan anemia.

Riwayat Penyakit DahuluRiwayat penyakit dahulu anemia refrakter, sering infeksi atau kolelitiasis atau riwayat keluarga anemia menggambarkan kemungkinan Hemoglobinopati genetik.

DiagnosisMenegakkan diagnosis anemia dan kemungkinan penyebabnya sangat penting agar penatalaksanaan dapat diberikan sesuai etiologinya. Anamnesis dan pemeriksaan yang teliti dapat memberikan kemungkinan penyebab anemia. Gejala yang ada mungkin tidak jelas dan tidak spesifik termasuk palpitasi, takikardi, dispneu, nyeri kepala dan pucat. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan stomatitis angularis, glositis dan kolonikia yang biasanya ditemukan pada anemia defisiensi. Anamnesis dan pemeriksaan yang teliti dapat juga menyingkirkan kemungkinan penyakit kronis sebegai penyebab anemia.Pada tahap awal pemeriksaan darah perifer lengkap dan sediaan apus darah tepi harus dilakukan. Pada anemia defisiensi besi yang khas adalah mikositik hipokrom, namun pada kondisi yang tidak terlalu berat biasanya perubahan morfologi belum terlihat. Pemeriksaan lanjutan yang diperlukan adalah pemeriksaan serum iron dan feritin. Bila feritin < 15 ug/l maka anemia defisiensi besi dapat ditegakkan. Anemia mikrositik hipokrom juga bisa disebabkan oleh thalassemia dan dibedakan dengan status besi yang normal pada thalassemia. Pemeriksaan lanjutan untuk thalassemia adalah pemeriksaan eletroforesa hemoglobin. Pada kasus dengan hemolisis dapat ditemukan gambaran apus darah tepi yang menunjukkan adanya proses hemolisis dan dapat dilakukan pemeriksaan tes Coombs direk dan indirek. (sumber : williams obstetrics 22nd edition)Tanda dan Gejala Anemia Gejala Yang Sering TerjadiKelelahan dan kelemahan umum dapat merupakan satu-satunya gejala kapasitas oksigen. Banyak pasien asimtomatik, bahkan dengan anemia derajat sedang. Walaupun lebih sering tidak diserta gejala akan tetapi anemia dapat disertai tanda dan gejala sebagai berikut :a. Merasa lelah dan sering mengantuk oleh karena rendahnya Hb dan kurangnya oksigen, sehingga kurang transport untuk metabolisme dalam tubuh.b. Merasa pusing dan lemah (dizness dan weaknes) oleh kurangya oksigen dan energi menyebabkan ibu merasa lemah dan capek.c. Mengeluh sakit kepalad. Merasa tidak enak badan (malaise) dan nafas pendek karena menurunnya suplay darah.e. Perubahan mood dan kebiasaan tidur.f. Mengeluh lidah mudah luka (lecet)g. Pucat pada membrane mukosa dan konjungtivah. Kulit pucati. Pucat pada kuku jari.j. Ikterus.k. Takipnea, dispnea saat beraktivitas.l. Nafsu makan kurang perubahan dalam kesukaan makanan.m. Kebiasaan akan makanan yang aneh-aneh atau mengidam (pica). (varney, 2006 : 127)

Pemeriksaan FisikPemeriksaan umum : Takikardi, takipnea, dan tekanan nadi yang melebar merupakan mekanisme kompensasi untuk meningkatkan aliran darah dan pengangkutan oksigen ke organ utama. Ikterus dapat dilihat pada anemia hemolitik. Gambaran fisik lain yang menyertai anemia berat meliputi kardiomegali, bising, hepatomegali dan splenomegali.

Tes LaboratoriumHitung sel darah merah dan asupan darah : untuk tujuan praktis maka anemia selama kehamilan dapat didefinisikan sebagai Hb < 10,00 atau 11,00 gr% dan hemotokrit < 30,00-33,00%. Asupan darah tepi memberikan evaluasi morfologi, eritrosit, hitung jenis leukosit dan perkiraan kekuatan trombosit (Taber, 1994).

Pengukuran Kadar Hemoglobin (Hb) menggunakan alat Sahli:Pemeriksaan kadar hemogobin darah dilapangan, pada umumnya tersedia 3 macam cara pemeriksaan yaitu, dengan cara kertas saring, Sahli dan Hemocue. Penelitian Hao Liying, Muhilal dan Sukati Saidin (1997) tentang perbandingan pemeriksaan kadar hemogoblin darah dengan kertas filter, Sahli dan Hemocoe disimpulkan bahwa cara kertas saring kurang andal digunakan di lapangan. Oleh karena itu, agar digunakan cara Sahli untuk tujuan test.Penelitian sebelumnya oleh Muhilal dan Sukati Saidin (1980) menjelaskan ketelitian penentuan hemogoblin ( Hb) dengan cara Sahli yang dibandingkan dengan cara sianmethemoglobin (Cara yang paling teliti yang dianjurkan WHO baik perorangan maupun kelompok). Bahwa cara Sahli menghasilkan nilai Hb lebih rendah 10-13 persen dari cara sianmethemoglobin. 10 % lebih rendah jika dilakukan oleh petugas yang cukup berpengalaman dan 13 % lebih rendah jika dilakukan oleh petugas yang mendapat latihan selama seminggu.Cara pengukuran yang baik dan benar penggunaan metode Sahli dilakukan dengan pengambilan kadar hemoglobin darah induvidu yang diperoleh dengan mengambil sedikit darah arteri (1-2 ml) pada ujung jari tangan. Kadar Hb dapat dilakukan oleh petugas laboratorium, bisa petugas Puskesmas terlatih.Hasil penentuan Hb dengan cara Sahli bila dikalikan faktor 1,10 mapun 1,13 menghasilkan nilai Hb yang penyebarannnya tidak berbeda bermakna dengan cara sianmethemoglobin. Bila sarana penentuan Hb dengan cara sianmethemoglobin tidak tersedia, penentuan Hb dapat dilakukan dengan cara sahli dan hasilnya dikalikan faktor 1,1 (Muhilal dan Sukati Saidin, 1980).

PatofisiologiDarah bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut hidremia atau hipervolemia, akan tetapi bertambahnya sel-sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma, sehingga pengenceran darah. Pertambahan tersebut berbanding plasma 30,00%, sel darah merah 18,00% dan Hemoglobin 19,00%. Tetapi pembentukan sel darah merah yang terlalu lambat sehingga menyebabkan kekurangan sel darah merah atau anemia.Pengenceran darah dianggap penyesuaian diri secara fisiologi dalam kehamilan dan bermanfaat bagi wanita, pertama pengenceran dapat meringankan beban jantung yang harus bekerja lebih berat dalam masa kehamilan, karena sebagai akibat hidremia cardiac output untuk meningkatkan kerja jantung lebih ringan apabila viskositas rendah. Resistensi perifer berkurang, sehingga tekanan darah tidak naik, kedua perdarahan waktu persalinan, banyaknya unsur besi yang hilang lebih sedikit dibandingkan dengan apabila darah ibu tetap kental. Tetapi pengenceran darah yang tidak diikuti pembentukan sel darah merah yang seimbang dapat menyebabkan anemia. Bertambahnya volume darah dalam kehamilan dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan 32 dan 36 minggu (Setiawan Y, 2006).

Klasifikasi Derajat Anemia Menurut WHO yang dikutip dalam buku Handayani W, dan Haribowo A S, (2008) :1. Ringan sekali Hb 10,00 gr% -13,00 gr%2. Ringan Hb 8,00 gr% -9,90 gr%3. Sedang Hb 6,00 gr% -7,90 gr%4. Berat Hb < 6,00 gr%

Klasifikasi AnemiaKlasifikasi anemia menurut Setiawan Y (2006), anemia dalam kehamilan dapat dibagi menjadi : Anemia Zat Besi (kejadian 62,30%)Anemia dalam kehamilan yang paling sering ialah anemia akibat kekurangan zat besi. Kekurangan ini disebabkan karena kurang masuknya unsur zat besi dalam makanan, gangguan reabsorbsi, dan penggunaan terlalu banyaknya zat besi. Anemia Megaloblastik (kejadian 29,00%)Anemia megaloblastik dalam kehamilan disebabkan karena defisiensi asam folat. Anemia Hipoplastik (kejadian 80,00%)Anemia pada wanita hamil yang disebabkan karena sumsum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah merah. Dimana etiologinya belum diketahui dengan pasti kecuali sepsis, sinar rontgen, racun dan obat-obatan. Anemia Hemolitik (kejadian 0,70%)Anemia yang disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat, yaitu penyakit malaria. Anemia LainPembagian anemia berdasarkan pemeriksaan hemoglobin menurut Manuaba (2007), adalah :1. Tidak anemia : Hb 11,00 gr%2. Anemia ringan : Hb 9,00-10,00 gr%3. Anemia sedang : Hb 7,00-8,00 gr%4. Anemia berat : Hb < 7,00 gr%Komplikasi Anemia Terhadap Ibu dan JaninKomplikasi anemia dalam kehamilan memberikan pengaruh langsung terhadap janin, sedangkan pengaruh komplikasi pada kehamilan dapat diuraikan, sebagai berikut :Pada masa kehamilan, Persalinan dan nifas Bahaya Pada Trimester IPada trimester I, anemia dapat menyebabkan terjadinya missed abortion, kelainan congenital, abortus / keguguran. Bahaya Pada Trimester IIPada trimester II, anemia dapat menyebabkan terjadinya partus premature, perdarahan ante partum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia intrapartum sampai kematian, gestosis dan mudah terkena infeksi, dan dekompensasi kordis hingga kematian ibu. Bahaya Saat PersalinanPada saat persalinan anemia dapat menyebabkan gangguan his primer, sekunder, janin lahir dengan anemia, persalinan dengan tindakan-tindakan tinggi karena ibu cepat lelah dan gangguan perjalanan persalinan perlu tindakan operatif (Mansjoer dkk, 2008). Pada masa nifas.1. Terjadi subinvolusio uteri yang menimbulkan pendarahan postpartum.2. Memudahkan infeksi dan sepsis puerperium.3. Pengeluaran ASI berkurang.4. Terjadi dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan.5. Anemia kala nifas.6. Mudah terjadi infeksi mammae.Pengaruh terhadap janin.Sekalipun tampaknya janin mampu menyerap berbagai kebutuhan dari ibunya, dengan adanya anemia kemampuan metabolisme tubuh akan berkurang sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Akibat anemia pada janin antara lain :1. Abortus2. Kematian intra uteri. 3. Persalinan prematuritas tinggi.4. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)5. Kelahiran dengan anemia.6. Dapat terjadi cacat bawaan.7. Bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal.8. Intelegensi rendah. (Manuaba, 2007 : 38)

PencegahanUntuk menghindari terjadinya anemia sebaiknya ibu hamil melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum hamil sehingga dapat diketahui data-data dasar kesehatan umum calon ibu tersebut. Dalam pemeriksaan kesehatan disertai pemeriksaan laboratorium termasuk pemeriksaan tinja sehingga diketahui adanya infeksi parasit. (Manuaba, 2007 : 39)Di daerah-daerah dengan frekuensi kehamilan yang tinggi sebaiknya setiap wanita hamil diberi sulfas ferrosus atau glukonas ferrosus, cukup satu tablet sehari. Selain itu wanita dinasehatkan pula untuk makan lebih banyak protein dan sayur-sayuran yang mengandung banyak mineral serta vitamin. (Wiknjosastro, 2006 : 453)

Kebutuhan Tablet Besi Pada KehamilanMenurut Jordan (2003), pada kehamilan dengan janin tunggal kebutuhan zat besi terdiri dari : 200-600 mg untuk memenuhi peningkatan massa sel darah merah, 200-370 mg untuk janin yang bergantung pada berat lahirnya, 150-200 mg untuk kehilangan eksternal, 30-170 mg untuk tali pusat dan plasenta, 90-310 mg untuk menggantikan darah yang hilang saat melahirkan. Dengan demikian kebutuhan total zat besi pada kehamilan berkisar antara 440-1050 mg dan 580-1340 mg dimana kebutuhan tersebut akan hilang 200 mg (Walsh V, 2007) melalui ekskresi kulit, usus, urinarius. Untuk mengatasi kehilangan ini, ibu hamil memerlukan rata-rata 30,00-40,00 mg zat besi per hari. Kebutuhan ini akan meningkat secara signifikan pada trimester terakhir, yaitu rata-rata 50,00 mg / hari pada akhir kehamilan menjadi 60,00 mg / hari. Zat besi yang tersedia dalam makanan berkisar 6,00 sampai 9,00 mg / hari, ketersediaan ini bergantung pada cakupan diet. Karena itu, pemenuhan kebutuhan pada kehamilan memerlukan mobilisasi simpanan zat besi dan peningkatan absorbsi.

Penatalaksanaan Anemia Kehamilan Anemia ringanPada kehamilan dengan kadar Hb 9-10,9 gr% masih dianggap ringan sehingga hanya perlu diberikan kombinasi 60 mg/hari dan 50 g asam folat per oral sekali sehari. Hb dapat dinaikkan sebanyak 1 g% per bulan. (Saifuddin, 2006 : 282)

Anemia sedangPengobatan dapat dimulai dengan preparat besi per os. Biasanya diberikan garam besi sebanyak 600-1000 mg sehari, seperti sulfas-ferrosus atau glukonas ferrosus. Hb dapat dinaikkan sampai 10 g/100 ml atau lebih asal masih ada cukup waktu sampai janin lahir. (Winkjosastro, 2006 : 452)

Anemia beratPemberian preparat parenteral yaitu dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 ml) intravena atau 2 x 10 ml/im pada gluteus, dapat meningkatkan Hb relative lebih cepat yaitu 2 gr%. Transfusi darah sebagai pengobatan anemia dalam kehamilan sangat jarang diberikan (walaupun Hbnya kurang dari 6 g%), apabila terjadi perdarahan. ( Saifuddin, 2006 : 282)Pengobatan berdasarkan klasifikasi anemia:1. Anemia defisiensi Zat BesiPenatalaksaan :1. Skrining rutin2. Pada kunjungan awal, tanyakan tentang riwayat anemia atau masalah pembekuan darah sebelumnya.3. Minta hitung darah lengkap pada kunjungaan awal.4. Diskusikan pentingnya mengonsumsi vitamin prenatal (disertai zat besi).5. Periksa ulang Ht pada 28 minggu kehamilan.Terapi anemia:1. Terapi oral ialah dengan pemberian : fero sulfat, fero gluconat, atau Na-fero bisitrat.2. Bila Hb