ITS-Research-12236-132125672-Tables
-
Upload
afif-nurindra-putra -
Category
Documents
-
view
370 -
download
6
Transcript of ITS-Research-12236-132125672-Tables
1
LAPORAN AKHIR
HIBAH PENELITIAN STRATEGIS NASIONAL ITS
Tim Peneliti : Hendra Cordova
Kristanti Indah Purwani Tutik Nurhidayati
Sesuai Surat Perjanjian Pelaksanaan Penelitian Nomor : 10473/I2.7/PM/2009 tanggal 1 April 2009
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA 2009
PENGEMBANGAN SISTEM MULTI KONTROL pH (NON-LINIER), INTENSITAS RADIASI MATAHARI DAN KELEMBAPAN UNTUK
OPTIMALISASI SUPLAI NUTRISI SERTA PENINGKATAN KECEPATAN TUMBUH LETTUCE
PADA GREENHOUSE HIDROPONIK NFT
2
LEMBAR PENGESAHAN
1. Program Penelitian : Strategis Nasional Batch II 2. Judul Penelitian :
Pengembangan Sistem Multi Kontrol pH (Non-Linier), Intensitas Radiasi Matahari dan Kelembapan untuk Optimalisasi Suplai Nutrisi Serta Peningkatan Kecepatan Tumbuh Lettuce pada Greenhouse Hidroponik NFT
3. Ketua Peneliti a. Nama : Hendra Cordova, ST, MT b. Jenis Kelamin : Laki-laki c. Pangkat/Golongan : Penata Tk-I /III-D d. NIP : 132 125 672 e. Jabatan Sekarang : Lektor f. Fakultas/Jurusan/Perguruan
Tinggi : Fakultas Teknologi Industri/ Jurusan Teknik
Fisika/ Institut Teknologi Sepuluh Nopember No Nama Bidang Keahlian Fakultas/Jurusan Perguruan Tinggi 1 Kristanti Indah
Purwani, S.Si., M.Si Biologi dan Fisiologi Tanaman
FMIPA/Biologi ITS
2 Tutik Nurhidayati, S.Si,
M.Si Pengembangan Teknologi Pengendalian Tanaman
FMIPA/Biologi ITS
4. Jangka Waktu Penelitian : Februari-Desember 2009 a. Biaya…./…. yang diajukan ke Dikti : Rp. 90.670.000 b. Biaya…./…..dari Instansi lain : Rp. - Total Biaya : Rp. 90.670.000 Mengetahui Surabaya, 15 Nopember 2009 Dekan Fakultas Teknologi Industri Ketua Peneliti
Prof. Dr. Ir. Sulistijono, DEA Hendra Cordova, ST, MT NIP. 196203261987011001 NIP. 196905301994121001
Menyetujui, Ketua LPPM
Prof. Ir. I Nyoman Sutantra, M.Sc Ph.D NIP. 195106051978031002
3
Ringkasan
Pengukuran adalah suatu kegiatan yang sering dilakukan untuk mengetahui nilai suatu variable. Dewasa ini pengukuran menggunakan alat konvensional atau analog sudah jarang sekali dilakukan. Penggunaan alat ukur konvensional sudah digantikan dengan alat – alat ukur digital dan otomatis. Pada rancang bangun ini dilakukan dua sistem pengukuran yaitu memonitoring suhu dan mengkontrol kelembaban dimana dalam sistem monitoring dan sistem pengkontrolan ini menggunakan sebuah sensor yaitu HSM 20G, pada sensor ini menghasilkan dua output yaitu suhu dan kelembaban. Sensor ini digunakan untuk menyensor suhu dan kelembaban dirumah kaca hal ini di karenakan pada rumah kaca tersebut terdapat tanaman sawi sehingga suhu dan kelembaban ruangan harus di sesuaikan dengan karakter tumbuhan tersebut agar dapat tumbuh. Pengkontrolan ini di lakukan dengan membuka swich pada semprotan tanaman sehingga dapat mengkontrol suhu serta kelembaban rumah kaca tersebut. Pada tugas akhir ini di peroleh data pengukuran suhu dan data kelembaban yang disesuaikan oleh karakter tanaman sawi ini yaitu berkisar antara 420C dan 76 % RH. Pemenuhan intensitas cahaya untuk pertumbuhan organ-organ tanaman, memegang peranan penting agar tanaman dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan produk yang bemutu sesuai harapan. Oleh karena itu diperlukan suatu sistem kontrol terhadap jumlah cahaya matahari yang diterima pada sistem hidroponik sehingga, asupan cahaya matahari bagi tanaman dapat terpenuhi dengan baik. Dalam hal ini variable yang dikontrol adalah nilai intensitas cahaya yang masuk pada pada system hidroponik NFT sehingga nilai cahaya yang diterima cukup baik. Pengukuran nilai intensitas cahaya menggunakan LDR dan besar nilai intensitas cahaya yang akan dikontrol sebesar 14000 lux – 17000 lux. Sistem pengontrolan intensitas cahaya tersebut menggunakan mikrokontroller Atmega 16 dan dimonitoring menggunakan kamera. Tanaman hidroponik diletakkan didalam green house agar tidak terserang hama yang dapat merusak kualitas dari tanaman hidroponik. Metode penanaman dengan sistem hidroponik NFT (Nutrient Film Technique) menjadikan media cair sebagai sumber zat hara serta pemberi nutrisi bagi tanaman, dan pemenuhan pH untuk pertumbuhan organ-organ tanaman, memegang peranan penting agar tanaman dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan produk yang bemutu sesuai harapan. Oleh karena itu diperlukan suatu sistem kontrol terhadap pH yang diperlukan pada sistem hidroponik sehingga, pH bagi tanaman dapat terpenuhi dengan baik. Dalam hal ini variable yang dikontrol adalah ph pada system hidroponik NFT sehingga nilai ph yang diterima cukup baik. Pengukuran nilai pH menggunakan sensor dan besar nilai pH yang akan dikontrol sebesar 6-7. Sistem pengontrolan intensitas cahaya tersebut menggunakan mikrokontroller Atmega 8535 dan dimonitoring menggunakan lcd.
Summary
4
Measurement is an activity which often conducted to indicate the value of the variable. Nowadays measurement using conventional or analog device is seldom conducted. Measurement using conventional device is being take over by the digital or automatic one. At design and build green house is made up two-measurement system that is monitoring temperature and control of humidity in which the monitoring system and control system this system uses a sensor that sensor is HSM 20G, the sensor produces two outputs, namely temperature and humidity. This sensor is used to censoring the temperature and humidity into the green house, because on greenhouse crops are mustard greens, so there is a temperature and humidity room to be adjusted with the characters so that plants can grow. A control system can to work if this swich is opening on the spray can to control temperature and humidity in a green house. At the end of this final project in the measurement data acquired by temperature data and the humidity is adjusted by the plant is mustard greens that range between 420C and 76% RH. Hydroponic NFT planting method system is to bring fluid media into substances source and nutrition for the plants, and to fulfillment light intensity for plants growth, also taking important role to the plant for good growth and producing nice product that suit desire. In case of that controlling system for quantity of light intensity that received by hydroponic system is needed so, amount of light intensity that need for the plants can fulfilled splendid. In this system the controlling variable is amount of light intensity which going into to the system ( hydroponic NFT) so acceptance of light intensity is good. Light intensity measurements is using LDR and luminous quantities that controlled is 14000 lux – 17000 lux, that controlling system is using at mega 16 microcontroller and monitored by camera. The hydroponic plant would be to place in the green house so that the plant didn’t attack from the bacteria is could be destroyed from the quality of hydroponic plant.. The fulfillment pH for plants growth, also taking important role to the plant for good growth and producing nice product that suit desire. In case of that controlling system for quantity of pH that received by hydroponic system is needed so, amount of pH that need for the plants can fulfilled splendid. In this system the controlling variable is amount of light intensity which going into to the system ( hydroponic NFT) so acceptance of pH is good. pH measurements is using sensor and luminous quantities that controlled is 6-7, that controlling system is using at mega 8535 microcontroller and monitored by LCD.
P r a k a t a
5
Dengan rahmat Allah SWT, Laporan Penelitian Strategis Nasional Batch II ITS dengan
judul “Pengembangan Sistem Multi Kontrol pH (Non-Linier), Intensitas Radiasi Matahari
dan Kelembapan untuk Optimalisasi Suplai Nutrisi Serta Peningkatan Kecepatan
Tumbuh Lettuce pada Greenhouse Hidroponik NFT ” telah selesai dikerjakan. Kegiatan
ini adalah bagian dari TRI-DARMA Perguruan Tinggi yang harus dilaksanakan oleh
Dosen di ITS. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ketua Jurusan Teknik
Fisika dan Dekan Fakultas Teknologi Industri-ITS, LPPM-ITS serta FTI-ITS yang telah
memberikan kesempatan untuk melakukan kegiatan atau mengerjakan penelitian ini.
Pada akhirnya, kami berharap agar Laporan Penelitian ini dapat memberi peran bagi
kemajuan ilmu instrumentasi secara umum, serta saran dan kritik yang membangun untuk
kesempurnaan pekerjaan ini sangat diharapkan.
Surabaya, Nopember 2009
Hormat Kami,
Penyusun
DAFTAR ISI
6
Halaman
i HALAMAN PENGESAHAN
RINGKASAN
SUMMARY
PRAKATA
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
ii
iii
iv
v
vi
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TIJNAUAN PUSTAKA
5
BAB III METODE PENELITIAN 37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 66
BAB VI RENCANA PENELITIAN DAN/ATAU IMPLEMENTASI
SELANJUTNYA 110
7
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Lima tahun terakhir ini (studi kasus di Propinsi Jawa Timur) isu ketahanan
pangan di sektor pertanian terimbas beberapa hal yaitu, kurang tahannya beberapa
komoditas pertanian (beras, holtikultura maupun sayuran) terhadap perubahan cuaca,
hama penyakit, bencana alam (terutama banjir), kelangkaan pupuk serta bergesernya
minat generasi muda untuk berprofesi sebagai petani (Bappeprov Jatim dan BPS Prop.
Jatim 2008). Hal tersebut berdampak juga pada kenaikan beberapa harga komoditi
pertanian sebagai akibat menurunnya produksi hasil pertanian (Jawa Pos 12 Januari
2007) termasuk diantaranya adalah sayuran Lettuce (Lettuca Sative) sering disebut
dengan slada adalah salah satu produk pertanian yang mempunyai nilai ekonomis lebih
tinggi dibanding sayuran sejenisnya (kangkung, bayam, sawi dll). Kualitas seperti warna,
rasa, kerenyahan, akan menentukan harga dipasaran. Produksi daun yang berkualitas baik
memerlukan pemberiaan nutrisi yang cukup pada setiap tahap pertumbuhannya. Berdasar
hal tersebut kecenderungan petani di lahan terbuka (diatas tanah) memperbanyak jumlah
pupuk yang berakibat pada pemborosan dan kelebihan unsur hara. Selain itu dengan
media tanah dan terbuka tanaman tidak akan tahan terhadap maka gangguan cuaca dan
hama penyakit.
Berdasar beberapa hal tersebut, maka dalam penelitian ini dikembangkan sistem
tanam lettuce dengan cara hidroponik. Hendra Cordova dkk (LITMUD 2007, Penelitian
Produktip ITS 2008) telah mengembangkan model dan sistem kontrol pH untuk
pengaturan suplai nutrisi (pupuk) pada greenhouse hidroponik NFT, namun hasilnya
belum mencapai kondisi yang diharapkan pH (6-6,5), dan jumlah daun yang kurang dari
20 buah untuk waktu ketercapaian jumlah daun (kecepatan tumbuh) yang relatip lama
(sekitar 2 bulan).
Hidroponik NFT (Nutrient Film Technique) adalah tempat tumbuh dengan media
air dan nutrisi dipertahankan pada kisaran 3mm. Oleh karena itu beberapa kegagalan
yang dianalisa dalam penelitian tersebut adalah, pH yang dimodelkan dan aksi kontrol
8
pada campuran nutrisi dan air bersifat linier (seharusnya pH fungsi pelarutnya adalan
non-linier), sehingga diperlukan pengembangan model pH non-linier, agar aksi kontrol
lebih sesuai. Selain itu greenhouse hanya digunakan sebagai pelengkap (pelindung/atap),
padahal kelembaban dan intensitas sinar matahari akan berpengaruh pada aktifitas
fotosintesis dan pembangkitan dari ion ([H+]). Ketidaksesuaian nilai pH akan
menghambat serapan udara dan nutrisi (kandungan N, P dan K) oleh akar
tumbuhan..Berdasar kekurangan dalam pencapaian kecepatan tumbuh tanaman dalam
media hidroponik NFT , maka akan dilakukan pengembangan model dan sistem kontrol
pada greenhouse hidroponik NFT tanaman lettuce diantaranya adalah, mengembangkan
model pH terhadap asupan nutrisi (pupuk) yang nonlinier dari kontribusi oleh muatan-
muatan yang bekerja yaitu kebasaan ([OH-]) dan keasaman ([H+]) (dari lingkungan media
tanam air + pupuk atau nutrisi). Namun dalam lingkungan hidroponik harga pH
dipengaruhi juga oleh proses fotosintesis dengan bantuan matahari. Fotosintesis
menggunakan energi tadiasi matahari untuk mengubah larutan air dan karbon dioksida
menjadi glukosa (C6H12O6 ) dan melepas oksigen (O2), sehingga perlu dikembangkan
model pH yang menggabungkan kedua hal tersebut (nutrisi+air+proses fotosintesis)
Model pH berbasis kesetimbangan elektronetralitas terhadap peningkatan kecepatan
pertumbuhan telah dilakukan oleh Hendra Cordova (ITS-2008). Oleh Endra Joelianto
2004 dan Onny Untung 2005, selada tumbuh dengan baik pada kisaran karakteristik suhu
20-30 C, Kelembaban 80% dan intensitas sinar matahari 3000-4000 Lux. Sebagai usaha
menciptakan kondisi lingkungan tersebut pada penelitian ini dilakukan rancang bangun
greenhouse berdasar kesetimbangan energi (energy conservation). Rumusan rancangan
menggunakann formula yang dikembangkan Juan Gomez 2004 dan Hendra Cordova,
Suyanto 2005 menggunakan berbagai model prediksi yaitu ARX (Autoregressive
eXogeneous). Keseluruhan hasil rancangan yaitu kontrol nutrisi berbasis model pH dan
pengkondisian lingkungan greenhouse diterapkan secara serempak dan otomatik pada
sistem hidroponik NFT selada berbasis mikrokontroller dengan pertimbangan harga yang
lebih murah dari komputer PC dan lebih reliable. Sistem kontrol yang akan
dikembangkan terdiri dari multi-kontrol yaitu, kontrol pH untuk membuka-tutup valve
laju aliran nutrisi, kontrol kelembaban dan intensitas sinar matahari. Skema keseluruhan
aksi kontrol yang dirancang menggunakan prinsip ”Auto-switch Regulator. Keberhasilan
9
penelitian diharapkan akan menambah kecepatan tumbuh lettuce dan selanjutnya akan
mendukung program pemerintah dalam sektor ketahanan pangan yaitu media tanam yang
adaptip terhadap gangguan cuaca. Analisa hasil usaha tani dalam penelitian ini dilakukan
sebagai upaya prediksi keuntungan (bisnis) terhadap biaya capital-return atau
ketercapaian Break Event Point, bila penelitian ini dikembangkan untuk menambah nilai
ekonomi produk hasil produksi olahan sayur selada.
1.2. Perumusan dan Pembatasan Masalah
Berdasar latar belakang diatas, maka perumusan masalah yang dalam penelitian kali ini
adalah,
� Model dan Kontrol pH yang dikembangkan Hendra Cordova, Ali Masduki dan Totok
Suhartanto (LITMUD 2007, Produktip ITS 2008) hanya didasarkan pada konstribusi
pH oleh larutan nutrisi (pupuk), padahal dalam realitasnya pembangkitan [H+] atau
[H3O+] tidak terlepas dari kondisi lingkungan fotosintesis (suhu, kelembaban dan
intensitas sinar matahari), sehingga pertumbuhan sayuran pada hidroponik NFT
kurang optimal (lebih kecil dari 5 dun/minggu)
� Bagaimana mengembangkan model dan kontrol pH non-linier menggunakan
kesetimbangan muatan (air+nutrisi+proses fotosintesis) untu suplai nutrisi berdasar
nilai pH (6-6,5) dengan mengatur buka-tutup valve aliran nutrisi
� Bagaimana mendesain dan membuat greenhouse yang paling sesuai untuk kondisi
lingkungan (suhu 20-30 C, Kelembaban 80% dan intensitas sinar matahari 3000-4000
Lux) hidroponik NFT berdasar prinsip kesetimbangan energi dan terkontrol secara
oLettuceik berbasis mikrokontroller AT89S51 dengan skema auto-switch regulator,
sehingga diperoleh kualitas selada yang baik (cepat tumbuh dan panennya)
1.3. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan Sistem Multi Kontrol pH (Non-
Linier), Intensitas Radiasi Matahari dan Kelembapan untuk Optimalisasi Suplai Nutrisi
Serta Peningkatan Kecepatan Tumbuh Lettuce pada Greenhouse Hidroponik NFT
10
1.4. Relevansi
Relevansi penelitian terdiri dari beberapa hal sebagai berikut:
� Relevansi pada ilmu dasar adalah diperolehnya model estimasi pH terhadap
pelarutnya secara analitis, sehingga dapat digunakan prediksi sebelum melakukan
eksperimen
� Membantu pemerintah untuk mendukungan penguatan di sektor ketahanan pangan
dengan adanya media tanam hidroponik NFT yang tahan terhadap gangguan cuaca
atau bencana (terutama banjir) dengan media tanam (lahan) yang dapat dilaksanan
diwilayah manapun (pedesaan atau perkotaan)
� Membantu petani hidroponik dalam penguatan IPTEK, khususnya pada aspek kontrol
menggunakan divais elektronika mikrokontroller ATC5901 yang harganya jauh lebih
murah bila menggunakan PC Komputer dan mudah untuk dijumpai dipasaran,
sehingga kualitas dan kecepatan panen selada lebih meningkat , yang selanjutnya
menambah nilai ekonomisnya
� Mengembangkan integrasi hidroponik NFT dengan sistem greenhouse yang
terkontrol kondisi lingkungannya (suhu, kelembaban dan intensitas matahari)
1.5. Target Luarani
Target luaran dari penelitian ini adalah,
� Publikasi artikel ilmiah yang diterbitkandalam jurnal terakreditasi Nasional (saat ini
sdi reviw dalam Jurnal IPTEK ITS)
� Teknologi tepat guna
11
BAB I I TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Teori Penunjang
Model pH terbagi menjadi dua yaitu, model dinamik dan statik (dapat dianalogikan
dengan teoritis dan eksperimen). Beberapa literatur mengenal dengan model Wiener. Terdapat
dua peneliti utama sebagai rujukan dari model ini yaitu Mc. Avoy et.al., [15] yang
memperkenalkan pendekatan fisika-kimia dan Guftafson, Waller [10] memformulasikan reaksi
invarian untuk pendekatan fisika-kimia tersebut. Terminologi “reaction invariant” atau dalam
kosa kata Indonesia Invariant Reaksi pertama kali diperkenalkan oleh Fjeld et al., [19], tetapi
formulasinya untuk proses pH diperkenalkan oleh Gustafsson and Waller, [10] sebagai sebuah
formulasi matrik dari pemodelan fisika-kimia (physico-chemical). Stokiometri dari reaksi kimia
dan kesetimbangan muatan digunakan secara serempak untuk membentuk persamaan reaksi
invariant secara aljabar sederhana.
2.1.1. Teori pH
Ion adalah partikel-partikel bermuatan yang bergerak didalam pelarut polar. Karena
termuati, kehadirannya membentuk sebuah potensial listrik dan jika mengalir akan membentuk
aliran arus. Setiap larutan polar dalam suatu reksi kimia mempunyai satu atau lebih ion dan jika
digunakan untuk ionisasi akan membentuk dua partikel bermuatan yang saling berlawanan.
Sebagai contoh air terbagi menjadi ion hidrogen dan ion hidroksida. Berdasarkan sedikit
keterangan tersebut, maka bila diinginkan utnuk membentuk sistem kontrol reaksi kimia,
langkah pertama yang harus dilakukan adalah pengukuran potensial listrik untuk ion-ion tersebut.
Beberapa referensi menunjukkan bahwa dalam pengukuran ion terdapat hubungan
logaritmik antara tegangan (voltage) dan aktivitas ion. Secara apriori di asumsikan partikel yang
akan diamati adalah ion H dengan hubungan matematika untuk menerangkan logaritma notasi p
untuk power dalam pH,
12
pH = -log aH+ aH
+ = 10-pH atau pH = log[ ]+H
1 = -log [H+] (2.1)
dengan aH+ adalah aktivitas ion hidrogen dan dinyatakan dalam satuan normalitas (g-ion/ liter)
atau [H+]=10-pH. Makin kecil harga pH maka keasaman makin besar atau kebasaan makin kecil.
Sebaliknya makin besar harga pH maka keasaman makin kecil atau kebasaan makin besar, dan
dinyatakan bahwa pH larutan-larutan air akan terletak antara 0 dan 14, dalam larutan 1M asam
kuat berbasa 1, maka pH = -log 1 = 0. Sedang pH larutan 1M basa kuat monovalen pH = -log
10-7 = 7. Untuk larutan asam pH<7 dan untuk larutan basa pH>7. Eksponen ion hidroksil
dinyatakan sebagai
][
1log]log[ −
− =−=OH
OHpOH (2.2)
pOHOH −− = 10][ (2.3)
untuk sembarang larutan air berlaku korelasi
pH + pOH = 14 (2.4)
sehingga dapat didefinisikan beberapa perhitungan sebagai berikut,
pOH = -log [OH-] pKw = -log Kw pKa = -log Ka pKb = -log Kb
(2.5)
Hubungan pH, pOH dan pKw dapat dicari dengan cara sebagai berikut,
� Kw = [H+][OH-] = 10-14 � log Kw = log[H+] + log[OH-] = log 10-14 = -14
� -log Kw = -log[H+]+ -log[OH-] = -log 10-14 = 14
� pKw = pH + pOH = 14
(2.6)
Dengan demikian bila harga pH = pOH yaitu sama dengan 7 dikatakan larutan itu netral
karena konsentrasi ion H+ sama dengan ion OH-. Hubungan konsentrasi Ion Hidrogen dan Ion
Hidroksil terhadap pH ditunjukkan berikut ini,
13
Tabel 2.1. Hubungan Ion Hidrogen dan Ion Hidroksida terhadap pH [H -] [OH +] pH pOH KETERANGAN
1 10-14 0 14 ASAM KUAT 10-1 10-13 1 13 10-3 10-11 3 11 10-5 10-9 5 9 ASAM LEMAH 10-7 10-7 7 7 NETRAL 10-9 10-5 9 5 BASA LEMAH 10-11 10-3 11 3 10-13 10-1 13 1 10-14 1 14 0 BASA KUAT
2.1.2. Titrasi Asam-Basa
Campuran antara larutan asam dan basa dikenal dalam aspek laboratoriumnya lebih
dikenal dengan proses titrasi. Oleh karena ada dua obyek tersebut, maka kemukinan kombinasi
akan berjumlah empat campuran yaitu, asam-basa kuat, asam-basa lemah, asam kuat basa lemah
dan asam lemah basa kuat. Kurva titrasi telah digunakan sebagai acuan dalam melakukan model
pH. Kurva tersebut menggambarkan pH sebagai fungsi dari perbedaan asam-basa. Secara
eksperimen harga pH ditentukan oleh penambahan sejumlah volume dari asam-basa dengan
skala harga pH ditentukan oleh perbedaan asam-vasa yang ditambahkan.
[ ] 0. =±∑ ±
n
zn
nxz (2.7)
[ ] [ ] [ ] [ ]+−+− ∑∑ −+−+
i
zii
i
zizi
ii
iAzBHzOHOH3
[ ] [ ]∑∑∑∑ =−+ ++
n
zini
in
zizni
i
nini
niazbHz 0 (2.8)
Bentuk kurva titrasi ditentukan oleh partisipasi masing-masing komponen kimia. Secara teoritis
kurva titrasi memerlukan pengetahuan tentang konstanta kesetimbangan dan konsentrasi total
asam dan basa [10]. Kurva tersebut dapat dibentuk dari kesetimbangan muatan (persamaan
elektronetralitas) yang dihitung dari seluruh ion yang bermuatan di dalam suatu larutan.Larutan
yang tidak mempunyai keseluruhan muatan dan olah karena itu jumlah dari seluruh muatan harus
nol seperti yang ditunjukkan oleh persamaan 2.7 dan 2.8.
14
Ion biasanya dibagi menjadi komponen air (ion oxonium dan hidroksida), komponen
asam (HzA) dan basa (B) serta komponen dari asam lemah (Hza) berikut juga basa (b)
(perhatikan persamaan 28), indeks i menyatakan asam-basa terlibat, n level muatan sebagai
contoh HCl dan HNO3 sehubungan dengan persamaan terdisiosiasi secara komplet menjadi ion
Cl- dan NO3- sehingga hara A dan a adalah A1
- dan A2- , sedangkan untuk H3PO4 sehubungan
dengan persamaan yang sama mempunyai level muatan yang berbeda yaitu H2PO4- , HPO4
2- dan
PO43- , sehingga dengan demikian konstanta a pada persamaan tersebut adalah a1
- , a12- dan a1
3- .
Kurva titrasi menunjukkan kebergantungan antara pH (fungsi aktivita ion oxonium) dan
konsentrasi asam atau basa. Asam dan basa kuat terdisiosasi sempurna dan konsentrasi ion
adalah juga total konsentrasinya. Asam-basa lemah terdisiosasi hanya sebagian dan konsentrasi
ion dihitung melalui konstanta kesetimbangan.
Basa Kuat di Titrasi Asam Kuat
Awal reaksi pH > yaitu dalam keadaan Basa, kemudian ketika asam ditambahkan nilai pH
menurun namun masihlebih besar dari 7, saat mencapai titik ekivalensi harga pH diberikan oleh
larutan garamntya sehingga nilainya menjadi 7, setelah titik ekivalentersebut nilai pH diberikan
oleh Asam kuat (pH<7) (Gambar 2.1).
Asam Kuat di Titrasi Basa Kuat
Sebelum basa ditambahkan harga pH adalah larutan asam kuat, sehingga pH < 7. Ketika basa
ditambahkan, sebelum titik ekivalen harga pH ditentukan uoleh asam kuat dalam excess,
sehingga juga pH,7. Pada titik ekivalen jumlah basa yang ditambahkan secara stokiometri
ekivalen terhadap jumlah asam yang ada.
Oleh karena itu pH ditentukan oleh larutan garam (pH=7). Titik ekivalen dalam titrasi
adalah titik keadaan (kuantitas) asam-basa dapat ditentukan secara stokiometri. Akhir dari titik
titrasi adalah titik pengamatan (Gambar 2.1b). Beda antara titik ekivalen dan titik akhir adalah
kesalahan titrasi (titration error).
15
Titrasi HCl (ml)
1 -2 -
13 -
11 -
7 -TitikEkivalen
1 -2 -
13 -
11 -
7 -TitikEkivalen
Titrasi NaOH (ml)
(a) (b)
Gambar 2.1 Kurva Titrasi Asam-Basa Kuat (a) Basa Kuat (NaOH) dititrasi Asam Kuat (HCl) (b) Asam Kuat (HCl) dititrasi Basa Kuat (NaOH)
Asam Lemah dititrasi Basa Kuat
Misalkan asam lemah yang bereaksi HC2H3O2 dititrasi oleh basa kuat NaOH. Sebelum basa
tersebut ditambahkan larutan hanya berisi basa lemah, sehingga harga pH diberikan oleh
perhitungan keadaan equilibriumnya. Jika kemudian basa kuat ditambahkan, maka basa kuat
menerima kuantitas stokiometrik dari asam lemah dengan persamaan,
HC2H3O2+ NaOH→ C2H3O2- + H2O (2.9)
Pada titik ekivalen semua asam asetat dan NaOH terlarut, sehingga terbentuk C2H3O2- dan harga
pH-pun ditentukan oleh larutan C2H3O2- atau pH>7 (perhatikan untuk titrasi asam lemah-basa
kuat pH ≠ 7. Setelah titik ekivalen tersebut nilai pH ditentukan oleh sisa basa kuatnya. Untuk
titrasi asam lemah oleh basa luat, harga pH awal lebih tajam dari titrasi asam-basa kuat. Makin
lemah asam, maka titik ekivalen makin inflection sebagaimana ditunjukkan oleh gambar 2.2.
Untuk asam yang sangat lemah tidak mungkin untuk mendeteksi titik ekivalen. Sebagian besar
dalam melakukan eksperimen maupun simulasi model pH terhadap penambahan larutan titrasi
penetralnya mempunyai bentuk yang hampir sama yaitu menyerupai kurva ”S” atau mendekati
bentuk fungsi sigmoid.
16
0 10 20 30 40 50 60Number of NaOH added to Acid
14
12
10
8
6
4
2
pH
Ka = 10-10
Ka = 10-8
Ka = 10-6
Ka = 10-4
Equivalence Point
Ka = 10-2
Gambar 2.2. Asam Lemah di titrasi Basa Kuat
Bagi aspek sistem pengendalian kondisi lemah lebih mudah untuk dikendalikan. Hal tersebut
terjadi oleh karena gain yang diperlukan untuk menaiikan pH dari asam-netral ke kondisi
basanya mempunyai rentang penguatan yang lebar, sehingga aksi kontrol valve bekerjanya lebih
lambat.
Basa Lemah dititrasi Asam Kuat
Titrasi ini hampir sama dengan asam lemah dititrasi basa kuat, sebagai contoh reaksi antara NH3
dan HCl,
NH3(aq) + HCl(aq) � NH4(aq) (2.10)
Pada titik awal kurva gambar 2.5 harga pH turun dengan cepat oleh penambahan asam,
selanjutnya turun dengan curam. Hal ini terjadi oleh karena larutan buffer dari ammonia klorida
dan ammonia mulai terbentuk.
Selanjutnya di titik ekivalentnya (sekitra lebih kecil dari pH 5) kondisinya beranjak
menjadi asam. Beberapa tipe dan skema titrasi yang lain diterangkan pada lampiran.
17
pH
1 -2 -
13 -
11 -
7 -
Rapid fall of pH tostart but the rateof fall slow down
EquivalencePoint
25 volume of acidadded (cm3)
Gambar 2.3. Kurva Titrasi Basa Lemah oleh Asam kuat
Bagi aspek sistem pengendalian pH seperti gambar diatas akan mengalami kesulitan di sekitar
titik ekivalennya tersebut terjadi oleh karena gain yang diperlukan untuk menaikkan pH dari
basa-netral ke kondisi asamnya mempunyai rentang penguatan yang kecil, sehingga aksi kontrol
valve bekerjanya lebih cepat. Oleh karena itu biasanya dalam rentang operasional pH yang
terbatas atau berada pada daerah operasi yang ditentukan (asam atau basa) penggunaan kontrol
valve dengan aksi kendali on-off cukup memungkinkan, namun bila rentang operasional berada
pada ketiga daerah tersebut, maka ketepatan kontrol aksi sangat signifikan dalam kestabilan
sistem keseluruhan.
2.1.3. Pembentukan Garam dan Hidrolisa
Hidrolisa adalah penguraian garam oleh air, sedangkan garam yang terbentuk biasanya
berasal dari reaksi asam-basa. Garam adalah substansi ion yang terbentuk sebagai hasil daria
reaksi netralisasi asam-basa. Garam dari asam (basa) ditentukan dengan netralisasi asam dan
sebaliknya. Sebagai contoh NaCl adalah garam dari reaksi HCl dan NaOH. Properties garam
akan bergantung pada kekuatan asam-basa yang membentuk garam. Sifat-sifat Garam Asam-
Basa bergantung pada hidrolisasnya dengan menambah atau kehilangan proton di dalam air. Jika
garam menambah H+1 larutan adalah Basa dan kehilangan H+1 bersifat Asam. Sebagai contoh
reaksi asam basa yang menghasilkan CH3COONa, NaCN, NH4Cl, (NH4)2CO3. Garam
biasanya terlarut dalam air karena karakter ionnya dan memberi efek pada harga pH larutan.
Bergantung juga pasa kekuatan konjugasi asam basa. Larutan netral terjadi jika asam berasal dari
18
reaksi Asam-Basa Kuat. Bentuk kation dan anion yang dapat memproduksi larutan netral antara
lain Li+, Na+, K+, Ca2+, Sr2+, Ba2+ dan Cl−, Br−, I−. Berikut ini ditabelkan penentuan pH untuk
garam beserta keterangannya,
Tabel 2.2. Ringkasan Rumus pH untuk Garam
Pembentuk Garam/Rumus pH Keterangan Asam Lemah + Basa Kuat pH = (1/2) pKw + (1/2) pKa + (1/2) log [garam]
Tepat bereaksi tidak ada sisa asam-basa (pH>7)
Asam Kuat + Basa Lemah pH = (1/2) pKw - (1/2) pKa - (1/2) log [garam]
Tepat bereaksi tidak ada sisa asam-basa (pH<7)
Asam Lemah + Basa Lemah pH = (1/2) pKw + (1/2) pKa - (1/2) pKb
� Tepat bereaksi tidak ada sisa asam-basa
� Hidrolisa Total, Jika
� Ka < Kb � PH > 7 � Ka > Kb � PH < 7 � Ka = Kb � PH = 7
Selain digunakan dalam analisa hidrolisa, maka pembentukan garam sangat penting untuk
memenntukan titrasi dan reaksi penetralan, khususnya di baris terakhir kondisinya banyak
dipengaruhi oleh konsentrasi asam-basa yang terlibat.
2.1.4. pH Larutan Penyangga (Buffer)
Larutan Penyangga (buffer/dapar) adalah larutan yang terbentuk dari asam lemah dengan
garamnya atau basa lemah dengan garamnya yang dengan penambahan sedikit basa atau asam
kuat tidak akan menimbulkan perubahan pH larutannya. Berikut beberapa contoh reaksi,
CH3COOH dan CH3COONa memberikan pH lebih kecil dari 7. Bila ke dalam larutan
penyangga ini ditambahkan asam (H+) maka akan dinetralkan dengan ion sisa asamnya
(CH3COO- ), menurut reaksi,
CH3COO- + H+ → CH3COOH (2.11)
19
Sedangkan bila ditambahkan basa (OH-) ke dalamnya, maka akan dinetralkan dengan asamnya
(CH3COOH), menurut reaksi,
CH3COOH + OH- → CH3COO- + H2O (2.12)
NH4OH dan NH4Cl memberikan pH lebih besar dari 7. Bila pada larutan tersebut ditambahkan
asam, maka akan dinetralkan dengan basanya (NH4OH), menurut reaksi,
NH3OH + H+ → NH4+ + H2O (2.13)
Bila ditambahkan basa, maka akan dinetralkan dengan ion sisa basanya (NH4+), menurut reaksi,
NH4+ + OH- → NH4OH (2.14)
Dengan demikian pada penambahan sedikit asam atau basa harga pH larutan penyangga tidak
akan mengalami perubahan. Demikian pula bila larutan buffer tersebut diencerkan. Karena
walaupun konsentrasi asam lemah dan garamnya berubah, tetapi jumlah molnya tetap, oleh sebab
perbandingan mol dan volume larutan (konsentrasi) sebelum dan setelah pengenceran tetap.
Larutan buffer ini biasanya digunakan sebagai kalibrasi sensor pH untuk beberapa nilai yang
terkait dengan daerah kerjanya. Untuk larutan buffer yang berasal dari asam lemah dan
garamnya berlaku
[H+] = [ ]Garam
AsamKa. (2.15)
-log [H+] = -log Ka - [ ]Garam
Asam.log atau pH=pKa +
[ ]Asam
Garam.log (2.16)
sedangkan larutan penyangga yang berasal dari basa lemah dan garamnya berlaku,
[H+] = [ ]Garam
BasaKb. (2.17)
20
maka dengan cara yang sama diperoleh, -log [OH-] = -log Kb - [ ]Garam
Basa.log sehingga diperoleh
harga pOH sebagai berikut,
pOH=pKb + [ ]Basa
Garam.log atau pH=14-
[ ]Basa
GarampKb .log+ (2.18)
2.1.5. Penentuan pH secara Analitik
Metode Analitik untuk menentukan kualitas dan kuantitas ion dalam suatu larutan
diperlukan untuk mempermudah persoalan otomasi. Fokus beberapa peneliti saat ini adalah
melakukan pemodelan secara numerik untuk titrasi asam-basa. Proses titrasi sendiri dapat
ditinjau melalui pengukuran beberapa property larutan yaitu, masa, intensitas arus, regangan,
volume atau sifat-sifat yang sedikit kompleks seperti daya serap dan panas reaksi. Cara
termudah untuk menyelesaikan metode kuantitatip secara analitik dari larutan asam adalah
mengetahui penetralan. Proses analisanya dengan menentukan harga pH terhadap penambahan
larutan titrasinya. Biasanya asam dan basa kuat digunakan (ditambahkan) dalam prose penetralan,
akan tetapi hamper sebagian besar dari operasi biokimia menggunakan asam dan basa lemah.
Sebagaimana yang dimaksud pada bab pendahuluan dan prolog pada bab 2 ini penggunaan
reaksi invariant diperlukan untuk menghitung nilai pH atau mencari model prosesnya terhadap
penambahan pelarut (titrasi) yang terlibat dalam reaksi.
Misalkan diulangi lagi sebuah titrasi asam (HA) oleh basa lemah (BOH) dinyatakan dengan
beberapa persamaa reaksi,
Reaksi : HA + BOH � AB + H2O (2.19) Air : HOH � HO- + H+ (2.20) Disosiasi : HA � H+ + A- BOH � B+ + HO- (2.21) Garam : AB � A- + B+ (2.22) (dalam kesetimbangan ionnya)
Titrasi dimulai dengan menambahkan sejumlah basa kedalam larutan asam. Larutan yang terjadi
adalah H+, HO-, HA and A. Dari disosiasi larutan asam persamaan 2.27c, maka dihasilkan,
[H+]·[A -] = Ka·[HA] [H +]·[HO-] = Kw (2.23)
21
dengan [.] adalah operator konsentrasi molar. Jika diaplikasikan kesetimbangan masa untuk asam
dan garam pada persamaan 2.27a sampai 2.27d, maka dihasilkan,
Ca = [HA] + [H+] – [HO-]
Cs = [A-] – [H+] + [HO-] (2.24)
Dengan Ca, Cs adalah konsentrasi asam dan garam secara analitik, kemudian substitusi 2.27f ke
2.27e akan diperoleh persamaan polynomial orde 3 dalam H+ (=x),
x3 + (Ka+Cs)*x2 - (Kw+Cx*Ka)*x - Kw*Ka = 0 (2.25)
dengan x = [H+] dan persamaan 2.27g mempunyai solusi yang unik dalam interval (0 dan 1) dan
perlu dicatat bahwa,
Cs = Cb*VaVx
Vx
+ (2.26)
Cx =VaVx
VxCbVaCa
+− ).().(
(2.27)
dengan Cb konsentrasi analitik basa, Vx volume basa yang ditambahkan, Ca konsentrasi asam
analitik setelah penambahan volume basa Vx dan Va adalah voleme awal asam. Pada titik
ekivalent menggunakan prinsip hidrolisa dipeoleh Cs = [B+] = [A -], sehingga akan dihasilkan
solusi untuk x adalah,
x = ).().(.
CsKaKbCsKbKaKw
++
(2.28)
dengan cara yang sama bila yang digunakan adalah perhitungan unatuk basa (Cb, Kb) dan
modifikasi persamaan 2.27 h, maka persamaan dalam [H+] diperoleh,
x3+(Kw/Kb+Cx)*x2-(Kw+Cs*Kw/Kb)*x-Kw 2/Kb = 0 (2.29)
dengan Cx adalah kelebihan basa dan Cs akan diperoleh dari,
22
Cx=VaVx
VaCaVxCb
+− ).().(
Cs=VaVx
VaCa
+.
(2.30)
Buffer ContainingHA dan X-
X- + H3O+ HX + H2O
HX + OH- X- + H2O
Hitung Ulang[HX] dan [X-]
Gunakan Ka, [HX] dan[X-] untuk hitung [X+] pH
Add strong acid
Add strong base
Neutralization
Neutralization
Perhitungan Stokiometri Perhitungan Kesetimbangan
Gambar 2. 4. Perhitungan pH dengan Kesetimbangan dan Stokiometri
Secara umum, cara untuk menentukan konsentrasi konjugasi basa B- serta pH dalam suatu
larutan setelah dititrasi dengan melakukan kombinasi perhitungan secara stokiometri dan
kesetimbangan. Sebagai contoh penambahan asam atau basa kuat ke larutan buffer (Gambar 2.6).
Jumlah asam atau basa kuat yang ditambahkan menghasilkan reaksi penetralan, X- + H3O+ →
HX + H2O dan HX + OH- → X- + H2O, jadi dengan mengetahui H3O+ (H+) atau OH- yang
ditambahkan (stokiometri), maka akan diketahui bagaimana HX atau X0 terbentuk. Sedangkan
pH dapat dihitung dari persamaan Henderson-Hasselbalch sebagai contoh,
[ ][ ]HX
XpKapH
−
+= log . Untuk contoh-contoh perhitungan pH yang lainnya ditunjukkan pada
lampiran.
2.1.6. Model Matematika Proses Pencampuran (Mixing Process)
Karakteristik sebuah proses seperti tangki, reactor, penukar panas, distilasi kolom dan
lain sebagainya membutuhkan beberapa model matematika untuk menghubungkan antara
keluaran proses dan masukan proses atau material proses yang akan mem\nghasilkan produk
proses yang diinginkan.
CAi, Ti, Fi
Fc, Tco
CA, T, F
Fc, Tci
pendingin
produk
reaktan
23
Gambar 2.5. Tangki Reaksi Kontinyu Pencampuran proses
Dalam bentuk matematik, maka dikenal dengan hubungan antara variabel bebas
(biasanya di wakili oleh x) dan variabel tak bebas (y) dengan relasi sehingga membentuk
persamaan y=f(x), dengan arti y sebagai fungsi dari x. Persamaan-persamaan yang
menhubungkan variabel tersebut diturunkan dari aplikasi prinsip konservasi (kekekalan) yang
meliputi, Konservasi Total Masa, Konservasi Komponen Individu, Konservasi Energi Total dan
Konservasi Momentum. Sebenarnya tipe tangki pencampuran menurut definisinya dibagi
menjadi dua yaitu bacth reactor dan continuous reactor [4], [11], [9]. Sedangkan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tipe tangki kontinyu sebagaimana digambar 2.5.
Sehubungan dengan penelitian kali ini model pencampuran akan dianalogikan dengan model
pemberian pupuk atau nutrisi dengan asumsi awal bahwa nutrisi atau pupuk tersebut bersifat
lebih asam, sehingga dalam pengendaliannya salah satu yang digunakan adalah sensor pH untuk
mengatur seberapa banyak dan optimalisasi suplai nutrisi kedalam NFT.
Gambar tersebut diatas menjelaskan tentang proses pencampuran di dalam tangki
kontinyu dengan satu masukan A yang akan didinginkan oleh pendingin notasi c. Menggunakan
prinsip kekekalan masa total untuk , maka akan diperoleh Kesetimbangan Masa Total sehingga
dapat ditulisdengan persamaan 2.31.
waktu
andibangkitk
MasaTotal
waktu
output
MasaTotal
waktu
input
MasaTotal
waktu
siterakumula
MasaTotal
±
−
=
....
atau dapat ditulis,
24
0)( ±−= FF
dt
Vdii ρρρ
(2.31)
dengan,
ρi, ρ= kerapatan input dan output larutan (Kg/m3)
Fi, F= laju aliran (volumetrik) input dan output (m3/sc)
V=volume tangki (m3)
Bila dipertimbangan tiap masa komponen (sebut A), maka akan diperoleh Kesetimbangan Masa
Komponen A
[ ] [ ] [ ] [ ]waktu
aksiAkibatHilangnyaA
waktu
OutputA
waktu
InputA
waktu
AkumulasiA Re..±−=
atau dapat ditulis,
rVFcFcdt
Vcd
dt
ndAiAi
AA −−== )()( (2.32)
dengan,
r=laju reaksi tiap unit volume
cAi, cA=konsentrasi molar (mole/volume) dari A pada input dan output
nA=jumlah mole A dalam reaksi pencampuran
Model proses dalam tangki kontinyu seperti pada gambar 2.7 diterapkan untuk dua msukan
seperti pada gambar 2.8 dengan skema gambar sebagai berikut,
25
F1[HA]0
V
FC[C]0
F, [HA], [A], [CA-], [C]
F1, ρ1ρ1ρ1ρ1 F2, ρ2ρ2ρ2ρ2
F3, ρ3ρ3ρ3ρ3
Gambar 2.6. Pencampuran dua Proses di dalam CSTR
Jadi terdapat dua masukan stream (FA, Fo) yang akan memproduksi aliran F. Dengan cara yang
sama (Pers. 2.29e) menggunakan kesetimbangan masa dapat ditulis,
waktu
gkidalamdi
KomponenATotalOutput
waktu
gkidalamdi
KomponenATotalInput
waktu
gkidalamdi
KomponenAAkumulasi
−
=
tan..
..
tan..
..
tan..
.
dan dari definisi sebelumnya menggunakan persamaan deferensial ditulis,
( ) 3322113 )(
FFFdt
Vd ρρρρ −+= (2.33)
Berdasar asumsi percampurannya sempurna, maka kerapatan produk ρ3 sama dengan kerapatan
material di dalam tangki ρ (atau ρ3 =ρ). V adalah volume material di dalam tangki dan sama
dengan luas tangki A dikalikan dengan tingginya h, maka level cairan dalam tangki adalah V = A.
h. Secara umum kerapatan ρ, ρ1 , dan ρ2 bergantung pada konsentrasi dan temperatur, sehingga
dapat ditulis bahwa, ρ=ρ3=f(cA3, cB3, T3) ρ1 = f(cA1, cB1, T1) dan ρ2 = f(cA2, cB2, T2). Kebanyakan
namun tidak selalu persamaan diatas adalah lemah, sehingga sering kali yang digunakan bahwa
konsentrasi bebas terhadap temperatur. Oleh karena itu dapat diasumsikan bahwa ρ1=ρ2=ρ3,
sehingga persamaan 2.29c dapat ditransformasi dengan rumusan,
( ) 3213 )(
.)(
FFFdt
hdA
dt
Vd −+==ρ (2.34)
26
Kesetimbangan komponen (sebut B) di dalam tangki,
waktu
gkidalamdi
KomponenBTotalOutput
waktu
gkidalamdi
KomponenBTotalInput
waktu
gkidalamdi
KomponenBAkumulasi
−
=
tan..
..
tan..
..
tan..
.
( ) 332211
)(FcFcFc
dt
VcdBBB
B −+= (2.35)
atau menjadi
( ) 332211 FcFcFcdt
dVc
dt
VdcV BBBB
B −+=+ (2.36)
bila kemudian disubstitusikan persamaan 2.29f ke persamaan 2.29e dan dengan mengasumsikan
bahwa (cB=cB3) (Stepanoupoulus halaman. 66) , maka akan didapat,
( ) ( ) 2321313 FccFcc
dt
dcV BBBB
B −+−= (2.37)
Catatan : pada gambar 2.8 diatas terdapat notasi yang menempati diatas yaitu [HA], [A], [CA-]
dan [A]. Notasi-notasi tersebut adalah contoh bila diterapkan perhitungan pH secara analitik jadi
sesuai dengan reaksi [HA] + [CA]�[H+] + [CA-], maka menggunakan persamaan 2.27a sampai
2.27g dengan beberapa substitusi dapat dicari nilai akar dari polinomial 2.27g, sehingga pH
dapat dihitung (pH = -log[H+]). Selain kondisi keasaman dan diwakili oleh nilai pH, maka dalam
penelitian kali ini diperhitungkan pula beberapa variabe; sebagai penyusun dan mempunyai
kontribusi untuk meningkatkan pertumbuhan lettuce
2.1.7. Hidroponik
Hidroponik berasal dari bahasa Latin hydros yang berarti air dan phonos yang berarti erja.
Hidroponik arti harfiahnya adalah kerja air. Bertanam secara hidroponik kemudian kenal dengan
bertanam tanpa medium tanah (soilless cultivation, soilless culture). Pada walnya bertanam
secara hidroponik menggunakan wadah yang hanya berisi air yang telah dicampur dengan
pupuk, baik pupuk mikro maupun pupuk makro. Pada perkembangannya, bertanam hidroponik
meliputi berbagai cara yaitu bertanam tanpa medium tanah, tidak hanya menggunakan wadah
27
yang hanya diisi air berpupuk saja. Medium pasir, perlite, zeolit, rockwool, sabut kelapa, adalah
beberapa bahan yang digunakan oleh para praktisi di dunia dalam bertanam secara hidroponik.
Ada dua macam sistem hidroponik, yaitu
� Hidroponik dengan mempergunakan media non tanah seperti; pasir, arang sekam, zeolit,
rockwoll, gambut, sabut kelapa dll.
� Hidroponik dengan hanya mempergunakan air yang mengandung nutrien atau pupuk yang
bersirkulasi sebagai media, akar tanaman terendam sebahagian dalam air tersebut sedalam
lebih kurang 3 mm (mirip film), sistem ini disebut dengan NFT ( Nutrien Film Technical).
Media Non tanah
Bagian terpenting anda persiapkan untuk penanaman dengan sistim media non tanah adalah
media yang mempunyai porositas (mempunyai ruang pori-pori) yang baik seperti pasir, arang
sekam, zeolit, rockwoll, gambut dan sabut (kulit) kelapa. Berikut ini dapat dapat dilihat
perbandingan dari media-media tersebut diatas :
a. Pasir
Pasir yang akan dipergunakan sebagai media hidroponik mempunyai bobot yang berat
dan porositas yang kurang, sebelum dipergunakan harus disterilkan. Media pasir cocok
untuk hidroponik selada, sawi, bayam dan kangkung. Cara men-sterilkan pasir untuk
media hidroponik adalah dengan cara direbus dan dipanaskan dengan api dengan
mempergunakan wadah seng atau periuk atau sejenisnya. Juga dapat dilakukan dengan
direndam atau dicuci, buang ampasnya kemudian direbus sampai mendidih kemudian
dikeringkan dengan jalan dijemur. Media pasir yang dipergunakan sebagai media
hidroponik dapat dipergunakan berulang-ulang dengan setiap kali penanaman harus
dilakukan pembersihan dan sterilisasi.
b. Arang sekam :
Arang sekam (kulit gabah) mempunyai porositas yang sangat baik dan tidak perlu
diseterilkan tapi hanya dapat dipergunakan untuk 2 kali penanaman. Media ini cocok
untuk tanaman sawi, paprika, dan mentimun. Cara penyiapan media arang sekam ini
28
dapat dilakukan dengan pembakaran sekam (kulit gabah) atau direndang (dipanaskan
dengan api) diatas seng plat atau kuali dll.
c.Zeolit :
Zeolit adalah pasir yang berwarna biru atau abu-abu dan mengandung unsur kapur (Ca)
yang dapat berfungsi langsung sebagai pupuk dan mempunyai porositas baik. Sebelum
mempergunakan media ini perlu dilakukan pencucian hingga bersih, hal ini dilakukan
sebagai penetralan karena zeolit mempunyai kandungan kapur (Ca) yang tinggi dan
mempunyai keasaman yang tinggi. Zeolit dikatakan sudah bersih apabila pH = 6 –7.
Zeolit dapat dipergunakan berulang-ulang dengan melakukan pencucian terlebih dahulu.
d.Rockwoll :
Rockwoll adalah sejenis batu apung gunung, mempunyai porositas yang baik sekali dan
tidak perlu dilakukan pencucian dan pen-steril-an. Rockwall sebagai media hidroponik
hanya dapat dipergunakan dua kali penanaman.
e.Gambut :
Gambut adalah merupakan bunga tanah yang cukup mengandung pupuk, mempunyai
porositas cukup baik dan tidak perlu disterilkan. Gambut (peat moss) ini hanya dapat
dipergunakan satu kali.
f.Sabut (kulit kelepa) :
Sabut kelapa sebelum dipergunakan sebagai media
hidroponik terlebih dahulu harus direndam dengan air
kapur atau tawas agar zat tanin (zat yang dapat meracuni
tanaman) yang terdapat pada sabut dapat hilang.
Perendaman dilakukan sampai air bekas perendam bersih
atau bening, kemudian disterilkan dengan jalan merebus
sampai mendidih. Nutrien atau pupuk hidroponik yang telah dilarutkan dalam air
didistribusikan kepada media dengan jalan jaringan micro irigasi, yaitu meneteskan
dengan jaringan ke media tanaman dan langsung diserap, tidak bisa kembali lagi.
29
Media Air
Hidroponik dengan mempergunakan air sebagai media, yaitu air yang sudah mengandung larutan
nutrien atau pupuk dialirkan selama 24 jam atau dengan menentukan jangka waktu tertentu. Akar
tanaman terendam sebahagian dalam air tersebut sedalam lebih kurang 3 mm (mirip film), sistem
ini disebut dengan NFT ( Nutrien Film Technical).
Gambar 2.7.
Skema Hidroponik NFT
Dengan teknik ini reaksi tanaman terhadap perubahan formula pupuk dapat segera terlihat. Air
yang mengandung pupuk dialirkan dengan bantuan pompa listrik, jadi listrik harus tersuplai
selama 24 jam. Keuntungan dengan sistem media ini kita tidak perlu repot mengganti media
setiap kali menanam, begitu tanaman dipanen di pagi hari, talang atau pot sebagai wadahnya
dibersihkan dapat langsung disikat atau dicuci, usai dicuci NFT dapat diisi dengan bibit baru.
Gambar 2.8. Salah satu Contoh NFT dengan mdeia air
30
Media Buatan (Pot)
Wadah atau pot untuk media non tanah. Wadah atau pot untuk penempatan media hidroponik
non tanah tersebut diatas ditentukan oleh jenis tanaman yang akan ditanam, seperti sayuran sawi,
paprika, mentimun dan lain-lain Perbedaan jenis wadah atau potnya ditentukan ukuran atau
besar tanaman yang akan ditanam. Untuk tanaman sayuran seperti sawi, parika, mentimun, slada,
sawi, seledri, kankung dan bayam dapat dipergunakan bahan sebagai berikut :
� Polibag :
Yaitu karung plastik berukuran penampang 30 cm dan tinggi 25 cm, diberi lobang atau
ventilasi dibawah dan disampingnya dengan paku.
� Bantalan atau bakul dari viberglass atau plastik :
Bantalan atau bakul ini dipakai adalah yang berukuran panjang 50 cm lebar 20 cm
� Dan tinggi 10 cm. Atau dapat juga dipakai talang untuk rumah yang terbuat fiberglass
yang disusun miring (lebih kurang 1 – 5 %).
� Parit atau cekungan yang dialas dengan lembaran plastik :
Parit digali sedalam 30 cm dan lebar 50 cm sedangkan panjang menurut kebutuhan dan
kemudian diberi alas dari lembaran plastik.
� Akuarium dari kaca atau viberglass/platisk :
� Akuarium yang dipakai sebagai wadah hidroponik untuk sayuran tersebut diatas
berukuran lebih kurang lebar 70 cm, dalam 50 cm, dan panjang dapat disesuaikan dengan
kebutuhan. Akuarium ini ditutup dengan triplek yang diatasnya diberi styrofoam atau
polystylen dan diberi lubang berdiamater 10 cm dengan jarak disesuaikan dengan jenis
tanaman yang akan ditanam. Akuarium diisi dengan air nutrien, setinggi lebih kurang 15
cm dibawah triplek penutup.
Wadah atau pot untuk penempatan media NFT dapat dibuat dari : paralon, fiberglass, yaitu
talang yang dipergunakan untuk penampung air atap rumah dan atau wadah yang dapat
dirancang khusus untuk hidroponik sistem NFT. Persayaratan wadah yang harus diperhatikan
adalah :
31
� Penampang wadah atau peralon, talang dan lain-lain harus persegi empat (dasar talang datar),
ini dimaksudkan bahwa supaya oksigen dapat merata diatas permukaan air karena ketinggian
air yang mengandung nutrien diharapkan tidak lebih dari 3 mm.
� Kimiringan talang minimal 1 %.
� Kecepatan aliran air larutan nutrien dalam wadah atau talang 0,75 - 1 liter/menit.
� Panjang talang tidak lebih dari 12 m.
� Dasar wadah harus licin untuk memungkinkan lancarnya aliran nutrien dan untuk dapat
menyebarnya aliran nutrien kesuluruh permukaan wadah dapat ditebarkan kerikel, bata, atau
sabut kelapa dan lain-lain
Selain wadah, sistem hidroponik NFT juga dilengkapi bak atau tangki pengaduk dan penampung
nutrien serta pompa lisrik yang hidup 24 jam atau pada waktu yang ditentukan untuk
mengembalikan air larutan nutrien dari bak penampung ke bak pengaduk.
Gambar 2.9. Skema pengaliran pupuk dengan NFT
Wadah yang dipergunakan dapat dibuat dari bak kayu yang dasarnya dialas dengan plastik
supaya air siraman tidak lekas hilang, ukuran wadah tinggi tanah didalam wadah lebih kurang 5-
7 cm sedangkan ukuran panjang dan lebar disesuaikan dengan kebutuhan. Wadah yang telah
disemai dengan bibit tanaman diletakkan ditempat yang tidak mendapat sinar matahari langsung
dan hujan. Benih dapat dibeli di toko-toko dan bacalah aturan atau persyaratan yang tertera pada
sampul benih tersebut. Benih yang disemaikan adalah benih-benih yang kualitas baik, untuk
32
memisahkan benih yang berkualitas baik dengan yang tidak dapat dilakukan dengan merendam
benih yang sudah dibeli tersebut kedalam air, benih yang berkualitas baik akan terendam, maka
buanglah yang tidak terendam atau yang merapung.
2.1.8. Pupuk (Nutrien)
Hidroponik berasal dari bahasa Latin hydros yang berarti air dan phonos yang berarti
erja. Hidroponik arti harfiahnya adalah kerja air. Bertanam secara hidroponik kemudian kenal
dengan bertanam tanpa medium tanah (soilless cultivation, soilless culture). Pada walnya
bertanam secara hidroponik menggunakan wadah yang hanya berisi air yang telah dicampur
dengan pupuk, baik pupuk mikro maupun pupuk makro. Pada perkembangannya, bertanam
hidroponik meliputi berbagai cara yaitu bertanam tanpa medium tanah, tidak hanya
menggunakan wadah yang hanya diisi air berpupuk saja. Medium pasir, perlite, zeolit, rockwool,
sabut kelapa, Seperti yang telah disinggung diatas bahwa media tenaman hidroponik tidak
mempunyai zat hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Pemberian larutan nutrien secara terus
menerus ke dalam media tanaman hiroponik sangat diperlukan dan diperhitungkan berdasarkan
jumlah dan jenis tanaman yang ditanam. Unsur nutrien dan fungsi atau kegunaannya sebagai
berikut :
Tabel 2.3. Pupuk dan kegunannya
No. UNSUR FUNGSI GEJALA KEKURANGAN
GEJALA KELEBIHAN
1. Nitrogen (N)
Untuk memacu pertumbuhan dan dan batang serta membantu pembentukan akar (cocok untuk tanaman sayuran)
Daun berwarna kuning dan tua dan rontok dan perkembangan tunas dan akar terhambat.
Warna daun menjadi hijau tua atau menagarah kelabu, perkembangan tajuk rimbun.
2. Fosfor (P) Untuk pembentukan bunga dan buah serta mendorong pertumbuhan akar.
Daun berubah menjadi hijau tua atau kelabu, perkembangan akar tidak bagus dan tulang daun muda berwarna hijau gelap.
Tidak ada gejala kelebihan fospor, dan biasanya seperti gejala kekurangan cuprum dan seng.
3. Kalium (K) Untuk pertumbuhan Daun paling bawah Kelebihan Kalium
33
bunga dan buah dan penguatan tanaman.
tampak kering atau bercak-bercak hangus, buah masak sebelum waktunya dan rontok.
muncul seperti gejala kekurangan kalsium dan magnesium
4. Kalsium (Ca)
Untuk pertumbuhan ujung-ujung (bulu-bulu ) akar dan mengatur pergerakan air di tubuh tanaman.
Pada ujung daun bercak klorosis coklat, hitam, diikuti matinya titik tumbuh (busuk ujung), proses atau gejala ini terjadinya sangat lambat dan tidak mudah terdeteksi.
Tidak ada gejala.
5. Magnesium (Mg)
Untuk pembentukan zat penghijauan daun serta pembantu penyebaran unsur posfor keseluruh bagian dari tanaman (transportasi energi).
Menurunnya kualitas klorofil, ruas panjang (seperti tanaman kekurangan cahaya), bercak-bercak kuning pada daun tua.
Tidak ada gejala.
6. Sulfur atau belerang (S)
Sebagai meningkatkan atau memproduksi energi.
Tidak ada gejala Tidak ada gejala.
7. Ferum (Fe) Sebagai penghasil klorofil dan enzim pernafasan dan juga berfungsi sebagai pembentukan zat hijau daun.
Menguningnya daun muda dan hampir putih
Terdapat bercak-bercak nekrotik pada daun.
8. Mangan (Mg)
Sebagai pembantu penyerapan nitrogen dan juga Sebagai pembentuk zat hijau daun.
Berupa klorosis pada daun muda atau tua
Lambatnya pertumbuhan tanaman.
9. Boron (B) Pembelahan sel titik tumbuh atau pemacu pertumbuhan tanaman.
Mirip dengan kekurangan kalsium, ujung daun ber-bercak colat kehitaman seperti terbakar, titik tumbuh mati, jarak antar ruas pendek, pada tanaman cabe terdapat lingkaran putih mirip cincin pada buahnya.
Ujung daun kuning, diikuti nekrosis di tempat tersebut.
34
10. Seng (Zn) Untuk pembentukan auxin (hormon pertumbuhan)
Jarak antar ruas pendek daun berukuran kecil dan mengerut.
Timbul klorosis, mirip gejala kekurangan ferum (Fe).
11. Molibdenum (Mo)
Untuk pengikat nitrogen (cocok untuk tanaman sayuran)
Mirip kahar nitrogen, muncul klorosis pada daun tua kemudian menjalar ke daun muda.
Pada tanaman sawi daun berubah menjadi kuning keemasan.
Unsur tersebut ditas dapat dibeli (sudah jadi) dengan menentukan nutrien untuk jenis tanaman
yang kita tanam, seperti untuk jenis tanaman sayuran diperlukan unsur nitrogen (N) yang tinggi.
Disarankan sebelum membeli baca dahulu komposisi kandungan atau unsur pada sampul nutrisi
yang akan kita beli. Nutrien yang dijual yang telah jadi yang bantak dijual dipasaran dengsn
merek seperti; Margaflor, Hyponex, Vitabloom, Gandasil, Suergrow dll. Untuk kebutuhan
banyak dan untuk lebih efesien dapat peramuan sendiri dengan ketentuan sebagai berikut :
� Untuk kebutuhan nutrien dalam jumlah banyak dipergunakan adukan unsur ; Nitrogen (N),
pospor (P), Kalsium (K), Sulfur atau belerang (S), Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg).
� Untuk kebutuhan nutrien dalam jumlah yang sedang cukup mengaduk unsur-unsur; Mangan
(Mn), Kalsium (Ca), Molibdenum (Mo), Seng (Zn), dan Ferum (Fe).
NFT merupakan suatu metode budidaya tanaman dimana akar tanaman tumbuh pada lapisan
nutrisi yang dangkal dan tersirkulasi yang memungkinkan tanaman memperoleh air, nutrisi dan
oksigen secara cukup [13]. Larutan nutrisi, dalam NFT dan hidroponik, merupakan faktor yang
sangat penting dimana unsur hara yang dimanfaatkan tanaman hanya dalam jumlah tertentu
sesuai dengan kebutuhan. Pembuatan larutan nutrisi ini dengan melarutkan pupuk yang diramu
khusus dalam air untuk tanaman hidroponik yang dapat dibuat sendiri dengan meramu bahan
kimia ataupun dengan membeli pupuk yang sudah dibuat secara komersial. Pada sistem ini akar
tanaman terendam dalam air yang mengandung nutrisi dari pupuk tersebut dan disirkulasikan
secara berkala.
35
Gambar 2.10. Skema Kontrol pH/EC Hidroponik NFT
Sistem ini lebih cocok untuk tanaman yang relatif toleran terhadap perubahan konsentrasi ion
seperti sawi. Kualitas larutan nutrisi ini diketahui dengan mengukur Electrical Conductivity
dari larutan tersebut yang menggambarkan pekatnya kandungan garam yang ada dalam
larutan nutrisi tersebut. Larutan nutrisi juga dapat dipertahankan dan dikontrol sesuai dengan
kebutuhan tanaman dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Hal ini
mendasari adanya sistem kontrol secara sederhana maupun osawiis pada larutan nutrisi.
Selain EC dan konsentrasi larutan nutrisi, suhu dan pH merupakan komponen yang sering
dikontrol untuk dipertahankan pada tingkat tertentu untuk optimalisasi tanaman. Suhu dan
pH larutan nutrisi dikontrol dengan tujuan agar perubahan yang terjadi oleh penyerapan air
dan ion nutrisi tanaman (terutama dalam hidroponik dengan sistem yang tertutup) dapat
dipertahankan. Suhu yang terlalu rendah dan terlalu tinggi pada larutan nutrisi dapat
menyebabkan berkurangnya penyerapan air dan ion nutrisi [1], untuk tanaman sayuran suhu
optimal antara 5-15oC dan tanaman buah antara 15-25oC. Beberapa tanaman sayuran dan
buah dipertahankan mempunyai tingkat pH dan EC tertentu yang optimal. Larutan nutrisi
sebagai sumber pasokan air dan mineral nutrisi merupakan faktor penting untuk pertumbuhan
dan kualitas hasil tanaman hidroponik, sehingga harus tepat dari segi jumlah, komposisi ion
nutrisi dan suhu. Unsur hara ini dibagi dua, yaitu unsur makro (C, H, O, N, P, S, K, Ca, dan
Mg) dan mikro ( B, Cl, Cu, Fe, Mn, Mo, dan Zn). Pada umumnya kualitas larutan nutrisi ini
36
diketahui dengan mengukur electrical conductivity (EC) larutan tersebut. Semakin tinggi
konsentrasi larutan semakin tinggi arus listrik yang dihantarkan (karena pekatnya kandungan
garam dan akumulasi ion mempengaruhi kemampuan untuk menghantarkan listrik larutan
nutrisi tersebut). Larutan nutrisi dapat dibuat sendiri dengan melarutkan pupuk yang diramu
khusus untuk tanaman hidroponik atau membeli pupuk hidroponik secara komersial.
(catatan : greenhouse dalam penelitian ini adalah media tanam hidroponik). Selain pupuk
dan pH variabel lain yang akan diukur dengan konsep multivariabel kontrol adalah suhu,
intensitas cahaya dan kelembaban. temperatur HSM-20G dimana sensor ini mempunyai nilai
ke linieran yang tinggi di bandingkan dengan sensor kelembaban dan temperatur yang lain
pada umumnya.
2.2. Studi Hasil Penelitian Sebelumnya
Penelitian dibidang hidroponik sudah banyak dilakukan karena mempunyai nilai ekonomi
yang menjanjikan, dan kebanyakan menggunakan media substrat padat seperti sekam atau pasir.
Sedangkan teknik NFT di Indonesia belum banyak dilakukan yang disebabkan oleh beberapa hal
diantaranya adalah sangat sulit untuk mempertahankan ketinggian nutrisi (± 3mm) dan laju aliran
0,7 l/menit (Onny Untung, 200,2004). Greenhouse NFT mempergunakan air sebagai media,
yaitu air yang sudah mengandung larutan nutrien atau pupuk dialirkan selama 24 jam atau
dengan menentukan jangka waktu tertentu. Akar tanaman terendam sebahagian dalam air
tersebut sedalam lebih kurang 3 mm (mirip film), sistem ini disebut dengan NFT ( Nutrien Film
Technical). Dengan teknik ini reaksi tanaman terhadap perubahan formula pupuk dapat segera
terlihat. Berdasar hal tersebut Robert G Anderson (2004) menekankan bahwa asupan nutrisi
paling optimal didasarkan oleh pengukuran pH dan EC yang tepat bagi masing-masing tumbuhan.
Model (persamaan matematika) pH terhadap pelarutnya mempunyai karakteristik non-linier
berdasar bentuk kurva seperti “huruf S” atau fungsi sigmoid dan rumusan pH=-log[H+]. Mc.
Avoy (1972) dan Guftafson dan Waller (1983) memformulasikan reaksi invarian dengan
pendekatan fisika-kimia (reaction invariant) yaitu, formulasi matrik dari pemodelan fisika-kimia
(physico-chemical approach). Hal tersebut yang mendasari Endra Joelianto 2004 untuk
melakukan penelitian hidroponik NFT dengan kontrol logika fuzzy berdasar nilai acuan pH (6,5-
7) dan EC berkisar antara 1-1,2 mS/cm yang diperoleh hasil untuk tumbuhan selada mempunyai
asupan nutrisi (unsur Nitrogen, N) yang cukup baik. Namun penelitian tersebut hanya berlaku di
Kota Bandung dengan suhu dan kelembaban yang sesuai dengan kondisi tumbuhan tidak berlaku
37
umum seprti di dataran rendah Kota Surabaya. Oleh karena itu dalam penelitian ini agar dapat
diterapkan di Kota Surabaya, dilakukan pengkondisian lingkungan menggunakan konsep
greenhouse seperti yang dilakukan oleh Wu dan Kubota (2004). Sedangkan konsep rancangan
greenhouse itu sendiri menggunakan hukum kesetimbangan energi (termal dan radiasi), Joseph
Cunha dan Couto (1997,2000).
Model pH yang non-linier didasri pada penelitian Louise Mc Bothwell dan kawan-kawan,
1989 yang menyatakan kontribusi larutan nutrisi dan lingkungan Greenhouse akan
mempengaruhi pH. Hal tersebut didasari bahwa aktifitas Fotosintesis menggunakan energi
tadiasi matahari untuk mengubah larutan air dan karbon dioksida menjadi glukosa untuk melepas
oksigen. Reaksi fotosintesis ( 26126sin
22 666 OOHCOHCO tesisFoto + →+ ) dari tumbuhan
menerima energi dari cahaya matahari pada siang hari. Proses fotosintesis ini akan membentuk
karbon dioksida (CO2) akan dihasilkan selama proses pernafasan tersebut dengan persamaan,
26126Re
22 666 OOHCOHCO spirasi + ←+ Konsumsi CO2 selama proses fotosintesis dan
respirasi tidak akan menyebabkan secara langsung keasaman dari larutan nutrisi. Oleh karena
asam-basa selalu diasosiasikan dengan kesetimbangan muatan, maka perubahan pada konsentrasi
CO2 akan mengakibatkan pergeseran dari nilai pH. Oleh karena unsur-unsur terlarut dalam air
akan mengakibatkan perubahan pH, maka berdasar kesetimbangan muatan reaksi anatara pupuk,
air dan fotosintesis akan digunakan untuk pemodelan. Secara unum tanaman akan berkembang
(tumbuh) dengan baik bila larutan nutrisi mempunyai pH antara 6 dan 7,5 pada saat temperatur
antara 20 sampai 30 C termasuk pada lettuce. Dalam kedaan intesitas cahaya yang cukup (siang
hari) tumbuhan memerlukan Nitrogen yang lebih banyak. Oleh karena itu, diperlukan suatu
sistem kontrol yang dapat mengatur kecepatan aliran nutrisi tersebut berdasarkan informasi nilai
pH. Konsumsi CO2 yang telah ada pada saat proses fotosintesis dan respirasi berlangsung
dinyatakan oleh Sielemen (2001).
Sistem terbuka (di dalam greenhouse) karbon dioksida dapat bertukar dengan nutrisi dan air.
Greenhouse merupakan suatu ruang tempat tumbuh tanaman budidaya yang sebagian besar
bentuk fisiknya terbuat dari bahan kaca (bahan yang tembus cahaya) dengan berbagai macam
peralatan pendukung dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas dari tanaman tersebut (Raja
Sielemen dkk. 2001). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam suatu bangunan greenhouse adalah,
sirkulasi udara, ventilasi dan pemnas ruangan bila tidak terjadi kekurangan oksigen dan
akumulasi panas dalam ruang greenhouse yang tinggi serta pemilihan dinding atap yang baik.
38
Berkaitan dengan konstribusi konsentrasi ion hidronium dan hidroksida, maka Fungsi utama
dari Greenhouse adalah untuk mencegah serangan hama atau sejenisnya terhadap tanaman yang
dikembangkan atau ditanam (Tennese Bollard dkk, 1993). Secara umum dalam melakukan
pemodelan hal yang sulit dilakukan adalah mencari kaitan antara pertumbuhan dari lettuce
terhadap keberhasilan mengendalikan semua variabel.
2.2.1. Penelitian-peneltian yang telah dilaksanakan oleh ketua peneliti
Penelitian pH baik dalam pemodelan maupun sistem kontrol telah dilakukan oleh peneliti
(Hendra Cordova dkk.) sejak tahun 1992. Beberapa topik yang telah dilakukan terlebih dahulu
diringkas dalam tabel berikut ini,
Tabel 2.4. Topik penelitian dari tahun 1992-2008
Tahun Jenis Topik 1992-(sekarang)
Pembimbing Tugas akhir, Judul seminar dan Penelitian
Pengembangan Model, Sistem Kontrol dan Aplikasinya untuk pH, Suhu dan Kelembaban (Tangki Penetralan, Limbah, Greenhouse, Hidroponik dan Instalasi Pengolah Air)
2000-2007 Pembimbing Tugas akhir, Tulisan di Jurnal, Judul seminar dan Penelitian
Pengembangan Model, Sistem Kontrol dan Aplikasinya untuk pH, Suhu dan Kelembaban (Tangki Penetralan, Limbah, Greenhouse, Hidroponik dan Instalasi Pengolah Air)
2007-2008 Pembimbing Tugas akhir, Tulisan di Jurnal, Judul seminar Penelitian Dosen Muda (LITMUD), DIKTI
Pengembangan Model pH Nonlinier dengan Teknik Invariansi dan Fotosintesis pada greenhouse hidroponik NFT
Keseluruhan Judulserta anggota penelitian terlampir pada daftar Pustaka
Hendra Cordova (1994-1999), telah pula melakukan pemodelan pH yang diwakili dengan
persamaan diferensial orde satu dengan waktu mati (dead time). Selanjutnya pada tahun 2000-
2004 kemudian mencoba melakukan pemodelan dengan beberapa data titrasi atau penetralan dari
beberapa unit proses (saturator, pengolah limbah, industri gula dan alkohol), dengan cara
identifikasi berbasis jaringan syaraf tiruan (neural network), tahun 2005 dilakukan pemodelan
pH dengan cara membagi 3 daerah kerja pH 2-5 (asam), 6-8 (daerah netral) dan 9-12 (basa)
dengan asumsi masing-masing daerah tersebut mempunyai persamaan yang linier, selanjutnya
dari ketiga model tersebut didapatkan bentuk 3 skema kontrol.
39
Secara keseluruhan sebelum tahun 2000 model dan kontrol pH yang dikembangkan
masih bersifat linier, sehingga belum memberikan bentuk unjuk kerja yang tepat jika dikaitkan
dengan realitas yang non-linier. Selain pemodelan dalam rentang tahun yang sama dilakukan
aplikasi secara langsung/on-line. Sensor pH mempunyai karakteristik yang nonlinier terhadap
konsentrasi dan volume pelarut yang ditambahkan dalam larutan asam-basa. Hal ini disebabkan
oleh konstrinbusi nilai konsentrasi ion H+ dan OH- untuk membentuk pH=-log[H+] tidak dapat
diturunkan menggunakan aljabar linier sederhana, sehingga untuk tipe Asam-Basa (Kuat atau
Lemah) yang berbeda akan memberikan persamaan pH yang berbeda pula. Selain itu konstribusi
ion-ion tersebut hanya dapat ditentukan menggunakan persamaan reaksi kimia dan
kesetimbangan muatan.
Oleh karena itu setelah melakukan pemodelan pH (Hendra Cordova, Ali Masduki,
LITMUD, 2007 ) untuk karakteristik asam-basa yang tipikal sebagai kombinasi Asam Kuat-
Lemah dan Basa Kuat-Lemah, maka dalam penelitian (Hendra Cordova, Imam Abadi,
Produktif-ITS, 2008) diterapkan dalam lingkungan yang nyata dengan kasus yang dipilih adalah
lingkungan (media) air sebagai tempat berkembangnya tanaman (dipilih sawi dan Lettuce) dalam
Greenhouse NFT dengan pelarut nutrisi (pupuk) yang berkembang dengan baik tapi mempunyai
kelemahan dalam pencapai masa panen dan kualitasnya.
Prediksi kesetimbangan energi termal terhadap variabel suhu dan kelembapan diteliti oleh
Hendra Cordova dan Suyanto (2006) pada Greenhouse PUSPA Lebo (Kab. Sidoarjo, Prop.
Jatim) dengan tanaman buah melon. Model prediksi ARX menghasilkan prediksi prilaku suhu,
kelembaban dan intensitas matahari di ruang greenhouse tersebut. Sedangkan aplikasi kontrol pH
dilakukan dalam penelitian Ungggulan Laboratorium 2008 (FTI-ITS) dengan membuat
kontrol asupan (larutan) nutrisi dengan sensor pH berbasis (mikrokontroller AT89C51 Atmel)
untuk membuka tutup katup-kendali larutan nutrisi yang sesuai agar diperoleh kecukupan
mineral (unsur hara) bagi Lettuce.
Sedangkan model pH yang dikembangkan disusun berdasar teknik invariansi
(kesetimbangan muatan dan dinamika pencampuran proses, Litmud 2007) dengan menganalisa
konstribusi dan pengaruh pertambahan ion H+ oleh proses fotosintesis dan respirasi (diukur
menggunakan sensor kuat cahaya dan konduktivitas listrik, EC). Berdasar model pH tersebut
akan disusun strategi kontrol otomatik (ON-OFF atau PID) utntuk mengatur suplai nutrisi yang
sesuai bagi Greenhouse NFT (Hendra Cordova dan Totok Suhartanto, FTI-ITS 2008). Gambar
40
2.11 adalah bagan alir Rodmap dari peneliti dari tahun 1992 sampai sekarang. Warna hijau
adalah tujuan dari jangka panjang penelitian pH pada greenhouse hidroponik NFT yang dipadu
laraskan dengan Roadmap Pusat Bisnis Teknologi dan Industri sebagai naungan peneliti pada
pusat penelitian dibawah LPPM-ITS (Gambar 2). Capaian jangka panjang adalah model
prototipe greenhouse hidroponik NFT yang dapat di-paten-kan dan memperoleh HAKI, sehingga
dapat dibuat produk secara masal.
Gambar 2.11. Roadmap peneliti, warna hijau adalah kesesuaian
dengan Pusat Studi PBTI
41
Rancang Bangun Greenhouse dan Hidroponik yang telah dilakukan oleh Ketua dan Anggota Tim Peneliti
Hidrroponik NFT Penelitian Hendra Cordova ST MT dan Mahasiswa (terletak di Laboratorium Fisis Jurusan Teknik Fisika FTI-ITS
Kontrol pH untuk Suplai Nutrisi pada Hidrroponik NFT
Pertumbuhan akar dan daun Rangkaian elektronika pengatur pompa suplai
nutrisi
Greenhouse yang dibuat oleh Kristanti Indah Purwani S.Si, Msi dan Tutik Nurhidayati S.Si, Msi (terletak di Jurusan Biologi FMIPA ITS
Beberapa tipe tanaman di dalam Greenhouse sebagai obyek penelitian oleh Kristanti Indah Purwani S.Si, Msi dan Tutik Nurhidayati S.Si, Msi (terletak di Jurusan Biologi FMIPA ITS
42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tahapan dan Metodologi Penelitian
Metodologi yang diterapkan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa bagian atau
tahapan yaitu, rancang bangun greenhouse, pembuatan dan penanaman lettuce dalam hidroponik
NFT sekaligus meletakkan ke dalam ruang greenhouse, merancang dan membuat kontrol pH,
kelembapan serta intensitas sinar matahari. Pertama kali yang dibahas adalah Rancang Bangun
Greenhose ditunjukkan oleh diagram alir berikut,
Data Lingkungan
(Primer dan
Sekunder)
Suhu Rata2 Harian (T)
Kelembaban (Rh)
Kecepatan Angin
Intensitas Sinar Matahari (I)
Desain Greenhouse
(Dimensi dan
Material)
Sesuai
Estimasi Kelembapan dan
Suhu (Didalam Ruang
Greenhouse dg metode ARX)TIDAK
YA
Pembuatan
Greenhouse
Gambar 3.1.. Rancang Bangun Greenhose
43
Berdasar gambar diatas diperlukan terlebih dahulu data lingkungan sekitar greenhouse (wilayah
kampus ITS, Sukolilo Surabaya) yang diukur langsung (data primer) masing-masing adalah,
suhu, kelembaban dan intensitas matahari menggunakan sensor yang bersesuaian dengan
variabel yang diukur. Khusus untuk intensitas sinar matahari menggunakan Lux-meter,
Sedangkan sebagai data pembanding digunakan data dari Badan Meteorologi dan Geofisika
Juanda Surabaya (data sekunder). Setelah dilakukan perhitungan rata-rata harian untuk masing-
masing data tersebut, selanjutnya dilakukan desain greenhouse berdasarkan luas dan tipe bahan-
bahan yang digunakan sebagai screening-filter. Berdasar Hendra Cordova dan Suyanto (2005)
diperoleh ruusan pendugaan (estimasi) menggunakan metode ARX sebagai berikut,
Model ARX Suhu, Intensitas (Rad)
( ) [ ]
×−×−
−
++= −−
)()(
)()(
)(
)()(
1 22
11
4321
kTuTT
kTuTT
kTRad
kTTkTT
qaqa
BBBBkTT
ventoi
heatipipe
oi
is
(3.1)
Ti = temperatur dalam ruang greenhouse (oC) To = temperatur luar ruang greenhouse (oC) Rad = radiasi sinar matahari (J/m2) Tpipe = temperatur heating pipe (oC) Uheat = Panas dalam ruangan (J/s) Uvent = ventilasi (J/s.m.0C) a = bilangan penyebut fungsi transfer
B = bilangan polinomial operator delay
Model ARX Kelembapan
( ) [ ]
×−−
−
++= −−
)()(
)()(
)(
))()((
1 22
11
4321
kTuTT
kTRHkTRH
kTT
xukTRHkTRH
qaqa
BBBBkTRH
heatipipe
oi
i
ventoi
is
(3.2)
RHi = kelembaban udara dalam ruang greenhouse dan RHo = kelembaban udara luar ruang greenhouse.
Sedangkan dimensi dari greenhouse diguanakan rumusan,
Uvent = 0,023 V0,8 D-0,2 k 8,0−
ρµ
(3.3)
Dengan D = Luas ventilasi (m2), V = kecepatan udara (m/s), dan menggunakan sifat-sifat fluida
udara (bergantung pada dimensi greenhouse) akan diperoleh ρ (kerapatan lbm/ft3 ) ,µ (lbm/ft.s)
serta koefisien konduktifitas k (Btu/h.ft.F). Bila suhu, kelembapan dan intensitas radiasi matahari
44
tidak sesuai untuk tumbuhan lettuce, maka dimensi greenhouse dirubah sampai nilai persamaan
3.1 sampai 3.3 memenuhi persyaratan bagi lingkungan tumbuhnya lettuce. Selanjutnya bila nilai-
nilai variable tersebut mendekati variabel ukur secara langsung (di lapangan atau lokasi), maka
langkah berikutnya adalah membangun greenhouse.
3.1.2. Penurunan Model Kontrol pH secara Analitik pada Hidroponik NFT Lettuce
Dalam menurunkan Model pH secara analitik teknik invariansi reaski (reaction invariant)
digunakan mengacu pada Guftafson dan Mc. Avoy. Reaksi ini menggabungkan persamaan
dinamika kesetimbangan masa, muatan (elektronetralitas) dan aljabar linier (polynomial dalam
H+). Berdasar gambar 5a dan b maka dinamika kesetimbangan masa mempunyai perumusan
matematika yaitu,
aFbFaCaFadt
adV λλ
).(. +−= (3.4)
bFbFaCbFbdt
bdV λλ
).(. +−= (3.5)
Gambar 3.2. Skema Pemodelan pH pada Hidroponik NFT (a). Skema Aliran Nutrisi (b). Skema Pemodelan pH
dengan, λa (Reaksi invariant Asam) , λb (Reaksi invariant Basa), Fa (Laju aliran Asam), Fb
(Laju Aliram Basa), Ca (Konsentrasi Asam atau media hiroponik), Cb (Konsentrasi Basa atau
nutrisi hidroponik) dan V adalah volume air didalam tangki hidroponik. Selanjutnya untuk
memperoleh konsentrasi [H+] digunakan kesetimbangan muatan, kemudian dibentuk polynomial
dalam variable konsentrasi ion hydrogen positip, dan seterusnya dicarai akarnya sehingga
45
didapatkan nilai pH=-log[H+]. Selanjutnya bersesuaian dengan tujuan dari penelitian ini, maka
ditentukan model pH akibat pengaruh dari fotosintesis ditunjukkan dalam diagram alir gambar 6.
])[].([)(][
2222 CoCoKRtP
dt
CodsatCO −++−=
≤≤−
=
44,
0
2cos.
)( max αααπ
T
tT
tP
tP
[ ] 0. =±∑ ±
n
zn
nxz
aFbFaCaFadt
adV λλ
).(. +−=
bFbFaCbFbdt
bdV λλ
).(. +−=
Gam
bar 3.3. Skema penurunan Model pH secara analitik
Oleh karena asam-basa selalu diasosiasikan dengan kesetimbangan muatan, maka perubahan
pada konsentrasi CO2 akan mengakibatkan pergeseran dari nilai pH, karena unsur-unsur terlarut
dalam air akan mengakibatkan perubahan pH. Konsumsi CO2 yang telah ada pada saat proses
fotosintesis dan respirasi berlangsung dinyatakan oleh Sielemen (2001) adalah,
])[].([)(][
2222 CoCoKRtP
dt
CodsatCO −++−= (3.6)
≤≤−
=
44,
0
2cos.
)( max αααπ
T
tT
tP
tP (3.7)
Dengan P(t) adalah aspek fotosintesis sebagai fungsi waktu, Pmax adalah level oksigen
maksimum yang diserap (mol/L/jam), T periode tanam dalam satuan waktu (24 jam), α lama
penyinaran (baik oleh matahari atau oleh lampu buatan) dengan nilai 1,5 pada saat kemarau dan
0,5 saat penghujan. KCO2 konstanta reaksi (1/jam) dan [CO2]sat konstanta CO2 yang diturunkan
46
dari hukum Henry. Sedangkan persamaan 6 dan 7 dirujuk dari penelitian yang telah dilakukan
oleh Morten Sielemen dkk. (2001).
3.2. Rancang Bangun Multi Kontrol pH, Kelembaban dan Intensitas Sinar Matahari untuk Hidroponik NFT sebagai media tumbuh-kembang tanaman lettuce didalam Greenhouse
Pada tahapan ini dilakukan aplikasi secara serempak kontrol dan tumbuh kembang dari lettuce,
sehingga pertakali yang dilakukan adalah pembibitan dengan rincian sebagai berikut,
a. Siapkan nampan plastik, busa/spon, lidi, biji benih, dan nutrisi kemudian Benih (3-4 biji)
dimasukkan ke dalam medium spon yang telah dilubangi di bagian tengahnya. (gunanya
untuk tempat benih).
b. Air bersih dimasukkan kedalam wadah semaian (nampan plastik). Lalu spon yang sudah
dimasukkan biji benih kedalamnya ditekan-tekan dengan tangan agar air dapat meresap
kedalamnya. Sedangkan Pada hari kedua (biji benih mula berkecambah), larutan nutrisi
dengan setengah kadar kepekatannya dimasukkan kedalam wadah semaian.
c. Pada hari ke 10 atau ke 11 bibit benih telah membesar dalam spon dan siap untuk
dipindahkan ke wadah pembesaran. (Tinggalkan satu bibit yang subur saja untuk setiap spon).
d. Anak benih dalam spon dari wadah semai telah siap untuk dipindahkan wadah pembesaran.
Untuk pembesaran larutkan nutrisi ke dalam wadah yang telah diisi dengan air bersih.
Kemudian lakukan pengukuran pH
e. Masukkan Spon yang berisi bibit ke dalam wadah kecil yang bagian bawahnya berlubang.
Bisa pot kecil atau cetakan kue kukus.
f. Atur pot kecil dalam wadah pembesaran Atau dapat juga spon kita taruh langsung pada
sterofoam. Lubangi sterofoam sesuai ukuran spon.
g. Masukkan spon ke dalam sterofoam. Bila masih longgar, selipkan sisa spon atau sterofoam
pada sela yang longgar tadi.
h. Atur posisi sterofoam dengan baik., bibit siap dibesarkan
3.2.1. Pembuatan Pupuk (Nutrisi)
Larutan hara untuk hidroponik cair menggunakan media Hoagland dengan rincian sebagai
berikut,
Komposisi media Hoagland :
47
(1.25mM CaNO3
1.25mM KNO3,
0.5mM MgSO4,
0.25mM KH2PO4,
1X micronutrient solution ( hara mikro) terdiri dari 50mM H3BO3, 9.0mM MnCl24H2O, 70nM
ZnSO47H2O, 30nM CuSO45H2O dan 10nM Na2MoO42H2O
Cara membuat 1,8 liter media Hoagland
10 mL Ca(NO3)2, 10 mL KNO3, 4 mL MgSO47 H2O, 2 mL KH2PO4, 0,2 ml FeEDTA ,
2 ml Hara mikro dan Akuades ditambahkan sampai volume 1,8 liter
3.2.2. Rancang Bangun Kontroller pH, Kelembapan dan Intensitas Matahari
Pada Greenhouse hidroponik terdapat tiga kontroler yang terintegrasi dan bekerja sesuai
dengan variabel proses masing-masing. Dalam plant tersebut variabel proses yang dikontrol
adalah Intensitas Cahaya, Kelembapan udara, dan pH. Ketepatan perubahan pH dalam media
tanam tersebut memerlukan bentuk model dinamik pH terhadap waktu yang dimonitoring terus
menerus selama tumbuhan ditanam. Berdasar hubungan kelistrikan (muatan listrik), maka harga
pH dapat ditentukan dari kontribusi oleh muatan-muatan yang bekerja yaitu kebasaan ([OH-])
dan keasaman ([H+]) (dari lingkungan media tanam air + pupuk atau nutrisi). Namun dalam
lingkungan hidroponik harga pH dipengaruhi juga oleh proses fotosintesis dengan bantuan
matahari dan respirasi pada malam hari. Oleh karena itu perlu dikembangkan model pH yang
menggabungkan perolehan persamaan dari media tanam (air) dan pupuk dengan kedua peristiwa
tersebut. Sebagai studi kasus dalam penelitian ini akan dilakukan model pH pada lingkungan
hidroponik tanaman Tomat yang kecepatan pasokan defisit terhadap permintaan/suplai, sekitar
hampir 25% (BPS, Prov. Jatim, Provinsi Jawa Timur Dalam Angka Tahun 2007).
Ketiga variabel tersebut harus dikendalikan agar tanaman dapat tumbuh dengan baik dan
menghasilkan produk yang baik pula. Penjelasan prinsip kerja dari ketiga kontroler tersebut
adalah :
48
Gambar 3.4 Skema Rancang Bangun Kontroller Kelembapan dan Intensitas Matahari
Gambar 3.5. Kontroller pH
3.2.3. Rancang Bangun Kontrol Kelembapan Udara
Kontroler ini berfungsi untuk menjaga kelembapan udara di dalam greenhouse. Prinsip kerja dari
kontrol kelembapan ini adalah saat kondisi kelembapan dan temperatur kurang dari set poin
maka motor DC akan membuka kran sehingga air akan memasuki selang dan membasahi kain.
Kemudian kipas angin yang dikendalikan oleh mikrokontroler akan berputar dan
menghembuskan angin ke arah kain basah. Begitu sebaliknya ketika kelembapan dan temperatur
49
melebihi set poin yang diberikan maka motor DC akan menutup kran dan kipas angin mati.
Sensor yang digunakan adalah HSM-20G yaitu sensor pengukur kelembaban dan temperatur.
Output sensor kemudian masuk Signal Conditioning (SC), lalu output tegangan analog dari SC
masuk Analog to Digital Converter (DAC) untuk diubah menjadi digital. Sinyal digital ini
kemudian diolah di dalam mikrokontroler untuk menghasilkan sinyal kontrol yang digunakan
untuk menggerakkan motor pemutar kran dan untuk memutar kipas.
Rancang Bangun Kontrol pH
Larutan nutrisi yang dialirkan dalam talang NFT harus dijaga kadar keasamannya. Kadar
keasaman atau pH berperan penting dalam pertumbuhan tanaman, karena tanaman tidak dapat
hidup dengan kondisi pH yang terlalu asam atau terlalu basa. Oleh karena itu diperlukan kontrol
pH untuk menjaga nilai tersebut. Prinsip kerja kontrol pH adalah sensor pH yang diletakkan
dalam talang akan menghasilkan keluaran tegangan. Kemudian tegangan analog ini dimasukkan
ke ADC di dalam mikrokontroler. Mikrokontroler akan mengatur hidup atau matinya pompa dan
valve untuk mengalirkan nutrisi dari tangki. Untuk mengetahui nilai pH terukur maka digunakan
LCD.
Rancang Bangun Kontrol Intensitas Cahaya.
Faktor intensitas cahaya pada budidaya hidroponik NFT yang dilakukan pada
greenhouse juga memegang peranan peting dalam proses pertumbuhan tanaman. Dengan nilai
intensitas cahaya yang cukup maka tanaman dapat tumbuh sehat. Pada kontroler ini nilai
intensitas cahaya yang dikendalikan sebesar +400fc. Pada atap plant hidroponik ini terdapat
sekat kasa yang dapat membuka tutup untuk menghalangi sinar matahari yang masuk berlebih.
Gerak buka tutup ini digerakkan oleh motor yang dikendalikan oleh mikrokontroler. Prinsip
kerja dari kontroler ini adalah, Sensor cahaya yang digunakan yaitu LDR akan menghasilkan
nilai resistan sesuai dengan besar intensitas cahaya yang diterima. LDR terintegrasi dalam
rangkaian Signal Conditioning (SC) gunanya untuk menghasilkan tegangan analog. Kemudian
tegangan analog dari SC akan dimasukkan ke dalam ADC mikrokontroler. Hasil konversi
tegangan analog menjadi digital ini kemudian diterjemahkan oleh mikrokontroler dan dihasilkan
sinyal kontrol untuk mengerakkan motor. Motor akan menggerakkan sistem mekanik
untukmembuka tutup sekat kasa pada atap greenhouse.
50
3.3. Metode Analisa Data
Sebagai bagian untuk melihat unjuk kerja keseluruhan hasil rancangan dan pembuatan
greenhouse hidroponik NFT tumbuh kembang lettuce disarikan dalam bentuk tabel dibawah ini,
Tabel. 3.1. Ringkasan Pengukuran dan Analisanya
No Data Pengukuran dan Hasil Rancang Bangun
Validasi dan Metode analisanya
1 Model Analitik pH, Kelembaban dan Intensitas Matahari
Dibandingkan dengan hasil pengukuran langsung (Trend Analysis dan pengukuan kesalahannya)
2 Kontrol pH Pengukuran langsung (Harian setiap 5 jam sekali) dalam pencapaian pH 6-6,5 (metode yang dilakukan adalah mengukur indeks performansinya dengan Integral Sums Square Error
3 Kontrol Kelemban dan Intensitas Matahari
Dibandingkan dengan pengukuran langsung pada pagi, siang dan sore (Trend and Error Analysis)
5 Tumbuh Kembang Lettuce
Pengukuran Langsung: Panjang Daun tiap Hari (cm) Panjang Akar tiap Hari (cm) Jumlah Daun (Tiap 10 Hari) Warna Daun
Pada penelitin ini dilakukan pula rancang bangun prototipe Greenhouse dengan pH terkontrol,
Rincian dari tahap ini adalah sebagai berikut, Pengukuran beberapa variabel ruangan
(lingkungan) untuk Greenhouse ditempatkan yang terdiri dari pengukuran intesitas cahaya dalam
1 hari (24 jam), suhu dalam dan luar ruangan dan kelembaban diluar dan didalam ruangan.
Rancang bangun Greenhouse NFT (lihat bab 3.3). Pembuatan pengkondisi sinyal untuk sensor
pH dan actuator yang terdiri dari ADC, DAC, up-load program ke mikrokontroller AT89C51.
Set-up pompa untuk pengaliran pupuk ke media Greenhouse secara otomatis dihubungkan
dengan mikrokontroller
3.3.1. Metode Analisa Pemodelan pH
Analisa simulasi pH pada Greenhouse NFT dilakukan dengan melihat bentuk kurva pH terhadap
pelarut nutrisi apakah membentuk kurva S atau tidak, bila telah terbentuk, maka menurut Hendra
Cordova (2007) pemodelan dinyatakan sesuai. Analisa dilakukan dengan Studi perbandingan
dengan hasil eksperimen skala aboratorium, analisa error antara model dan hasil eksperimen
(regresi linier dengan x model dan y hasil eksperimen).
51
Tabel 3.2. Metode Analisa Komponen Elektronika (Analog/Digital)
No
Rangkaian Elektronika/Komponen
Hardware
Target Capaian
Analisa
1
Karakteristik sensor pH � pH minimal 4-12 � luaran voltage minimal
1-10 mV
Regresi linier anatara pH dan voltage (maksimal mempunyai kesalahan 25 %)
2
Pengkondisi sinyal (Penyearah, pembagi tegangan dan penguat sinyal analog)
Luaran sinyal voltage 1-5 volt untuk rentang pH 4-12
Regresi linier anatara pH dan voltage (maksimal mempunyai kesalahan 25 %)
3
Rangkaian ADC Luaran ADC mempunyai rentang 0-256 (8 bit) untuk rentang 1-5 V
Regresi linier anatara jumlah bit (digital) dan voltage 1-5 V (maksimal mempunyai kesalahan 25 %)
4
Program Asembly Mikrokontroller
Luaran mempunyai nilai digital 8 bit (setara dengan 1-5 V)
Uji komparasi
5 Rangkaian DAC Luaran DAC mempunyai rentang 1-5 V untuk rentang 0-256 (8 bit)
Regresi linier
6 Motor Valve Mempunyai bukaan 0-75% untuk setiap output 1-5 V DAC
Melihat putaran motor valve dan keluarnya aliran nutrisi
7 Pompa Running atau mulai bersirkulasi bila terdapat sinnyal 220 V AC yang digerakkan oleh mikrokontroller
Penarikan kesimpulan (hipotesis): seharusnya model pH teoritis mempunyai kesalahan yang
lebih kecil dari eksperimen. Model yang dikembangkan juga memerlukan penentuan hubungan
pH dengan intensitas cahaya sebagai perwakilan dari peristiwa fotosintesis yang terjadi.
Metode Analisa Sistem Pengaturan Nutrisi melalui kontrol pH dan Perkembangan Tumbuh Lettuce
52
Pengukuran/analisa kestabilan dengan Indeks Performansi (kualitatif ) rise time settling time,
prosen maximum overshoot dan pencapaian 2%-5% set-point (steady state error) Ogata (1996)
dan Astrom (1995). Penarikan kesimpulan (hipotesis awal): waktu yang dibutuhkan untuk
pencapaian set-point makin kecil makin baik, prosen maksimum overshoot tidak boleh lebih
besar dari 20%, sedangkan pencapaian kesalahan pada keadaan tunak harus mencapai rentang
2%-5% dari set-point, tidak boleh lebih. Mempunyai kemampuan menjejak (tracking) perubahan
set-point. Penarikan kesimpulan (hipotesis awal): tidak semua keadaan akan mempunyai
performansi yang baik, akan terjadi kesalahan bila set-point yang diberikan ada pada wilayah
transisi pH 4-6 dan pH 8-11(wilayah kritis atau daerah yang sangat nonlinier), selain harga
tersebut performansinya akan baik. Analisa secara kuantitatip , denganbeberapa kriteria sebagai
berikut Kriteria Integral Kuadrat Kesalahan (Integral Sum Square Error, ISE)
∫∞
=0
2 )( dtteISE Sedangkan tingkat pertumbuhan Lettuce seperti yang disarankan
oleh Fajar (2006) dianalisa melalui monitoring langsung pertumbuhan dengan kriteria ukuran
hasil buah Lettuce tiap pohon minimal 5 daun dan kecepatan panen.
53
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasar metodologi dan latar belakang yang telah diterangkan sebelumnya, maka pada bab ini
hasil dari pengambilan data lapangan untuk variabel intensitas cahaya matahari, kelembapan dan
suhu diterangkan terlebih dahulu.
4.1 Hasil Pengukuran Variabel Lingkungan (Kelembapan, Intensitas Cahaya
Matahari dan pH)
Lettuce merupakan salah satu jenis sayuran yang makin populer di Indonesia, hal ini dapat kita
lihat dari perkembangan sayur lettuce yang menyebar dari daerah sub-tropis ke daerah tropis.
Ditelaah dari aspek pasar, komoditas lettuce mempunyai prospek yang besar dalam memenuhi
permintaan pasar dalam negeri sekaligus mensubsitusi lettuce impor. Sebagai bahan konsumsi
sayur-sayuran yang digemari masyarakat luas, cita rasa sayur lettuce yang khas dapat digunakan
untuk kesehatan. Lettuce dapat dibudidayakan dengan cara kultur teknik biasa (konvensional)
dan teknik sistem hidroponik. Selain itu juga lettuce tidak hanya cocok didataran menengah
tetapi layak pula didataran rendah. Beberapa variabel pengaruh diterangkan terlebih dahulu
sebagai syarat tumbuh kembang dari lettuce.
Iklim
Pembahasan ini berkisar pada sinar matahari, curah hujan, kelembaban dan suhu udara, angin,
dan penguapan. Tanaman lettuce dalam pertumbuhannya membutuhkan intensitas cahaya
matahari (terik sinar) dan panjang (lama) penyinaran. Intensitas matahari terbaik berkisar 10 –
12 jam/hari minimal 300 dari permukaan laut (dpl). Intensitas cahaya pada dataran tinggi lebih
besar daripada dataran rendah, sehingga tanaman lettuce sangat cocok ditanam pada dataran
rendah. Curah hujan yang tinggi dapat merusak tanaman secara langsung, juga dapat
54
menjadikan kondisi lingkungan yang menguntungkan bagi perkembangan patogen. Disamping
itu juga dapat mengurangi kadar gula dalam sayur. Kelembaban udara erat kaitannya dengan
curah hujan dan cuaca mendung /berawan. Dalam kelembaban yang tinggi tanaman mudah
terserang penyakit. Tanaman lettuce dalam perkembangannya umumnya memiliki kelembaban
60 %, dan masih dapat tumbuh baik dengan toleransi kelembaban udara 70 – 80 %. Sedangkan
variable suhu udara, tanaman lettuce membutuhkan suhu udara yang cukup tinggi. Suhu yang
dibutuhkan untuk perkecambahan benih antara 25 – 35 0C. Sedangkan pada masa pertumbuhan
suhu udara berkisar 20 – 30 0C. Apabila udara kering dengan kelembaban + 60 % dengan suhu
udara 32 – 37,5 0C tanaman lettuce masih dapat tumbuh dengan baik. Tanaman lettuce tidak
dapat tumbuh baik bila suhu < 18 0C. Angin yang bertiup kencang dapat merusak tanaman
lettuce; seperti mematahkan tangkai daun, tangkai sayur, dan tangkai tanaman. Penguapan
berpengaruh terhadap besar-kecilnya sayur lettuce. Semakin tinggi penguapan semakin banyak
air yang dibutuhkan. Tanaman lettuce pada dasarnya membutuhkan cukup banyak air.
Sebenarnya, kandungan air dalam tanaman cuma sebagian kecil dari air yang dihisap tanaman.
Hal ini digunakan untuk metabolisme tanaman tersebut. Rata-rata tanaman lettuce menghisap air
300 – 500 gram, untuk menghasilkan 1 gram bahan kering tanaman.
Lokasi Geografis
Tanaman lettuce dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 300 – 1000 m. Akan tetapi di
Jakarta dengan ketinggian < 300 m tanaman lettuce dapat tumbuh cukup baik
Kesuburan Tanah atau Media Tumbuh
Faktor-faktor yang menyuburkan tanah antara lain : kandungan air, curah hujan, kandungan
bahan organik, organisme tanah, kandungan udara, keasaman tanah, struktur dan tekstur tanah,
serta kelengkapan dan ketersediaan zat-zat hara. Tanaman lettuce tumbuh baik pada keasaman
tanah (pH) 5,8 – 7,2. Penambahan pupuk kandang dapat menambah keasaman tanah.
4.1.1. Hasil Pengukuran Kuat Cahaya Matahari
Alat ukur yang digunakan berfungsi untuk menampilkan besaran satuan pencahayaan yang
diukur dan besarnya radiasi matahari. Alat ukrur untuk besaran cahaya disebut lux meter dan
55
pyranometers untuk menampilkan hasil pengukuran radiasi sinar matahari. Spesifikasi alat ukur
sebagai berikut:
Lux meter
Pyranometers
� Range : 40, 400, 4.000, 40.000, 400.000 lux � Resolusi : 0.01 , 0.1, 1, 10, 100 lux � Akurasi : ±5 % ±10 digit dibawah 10.000 lux � Dimensi : 170x80x43 mm � Berat : 390 gram
� Output : 4-20 mA � Range : 0 to 1500 W/m2 � Spectral Response : 400 to 1100 nm � Accuracy : 1% of full scale � Operating Voltage : 10-36 VDC � Warm Up Time : 3 second � Operating Temp : -40° to +55°C � Sensor Size : 3" diameter x 1 1/2" � Berat : 250 gram.
Dengan diketahuinya luminous efficacy rata rata matahari adalah sebesar 100 lm/W maka
besarnya illuminance matahari adalah besar luminous efficacy dikalikan dengan 100 lm/W
[Hopkinson, 1996]. Sehingga data yang didapat seperti pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 data Illuminance cahaya matahari pada Januari-Nopember 2009
Illuminance cahaya matahari (lm/m2) Tanggal jam
23 Jan
21 Mar
25 Mei
22 Jul
23 Sept ‘
21 Nop
8 17000 29000 40000 41000 30000 16000 9 28000 41000 58000 52000 42000 29000 10 39000 53000 70000 68000 59000 41000 11 45000 65000 81000 91000 78000 50000 12 49000 72000 88000 95000 83000 55000 13 47000 70000 86000 95500 82000 51000 14 44000 64000 78000 89500 77000 48000 15 40000 61000 71000 77000 68000 41000 16 28000 56000 60000 61000 50000 27000
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa variasi dari iluminance tidak linier, namun mempunyai puncak
(kuat tertinggi) yang sama yaitu dimulai dari jam 11-14.
56
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
8 9 10 11 12 13 14 15 16
Januari Maret Mei
Juni September Nopember
Waktu
Gambar 4.1 Grafik untuk Table 4.1
Berdasar table 4.1 dan gambr 4.1, maka intensitas cahaya matahari tertinggi berada pada bulan
Juli, bertepatan dengan musim Kemarau. Oleh karena itu diperlukan pelindung agar intensitas
cahaya matahri terutama pada bulan Mei-Agustur dari terik yang akan mengakibatkan sayuran
lettuce tidak optimal dalam pertumbuhannya.
4.1.2. Hasil Pengukuran Kelembapan
Kelembapan untuk lokasi penelitian (Kota Surabaya) sangat dipengaruhi oleh tempartur. Selama
satu hari dimulai pagi sampai siang hasil yang didapat untuk pengukuran relatip sama bergerak
dalam rentang (70-80%).
Tabel. 4.2. Hasil Pengukuran Kelembapan
Jam Jan Mar Mei Juli Sept ‘ Nop 1 86.7 86.82 86.68 86.73 86.657 86.7
2 85.5 85.62 85.48 85.53 85.457 85.5
3 83.3 83.42 83.28 83.33 83.257 83.3
4 81.4 81.52 81.38 81.43 81.357 81.4
5 79.5 79.62 79.48 79.53 79.457 79.5
6 78.7 78.82 78.68 78.73 78.657 78.7
7 74.3 74.42 74.28 74.33 74.257 74.3
8 72.4 72.52 72.38 72.43 72.357 72.4
9 70.3 70.42 70.28 70.33 70.257 70.3
57
Secara umum berdasar hasil pengukuran tabel 4.2 tersebut relatip agak tinggi untuk kisaran 80%,
oleh karena itu diperlukan penurunan di kisaran 80%, sehingga diadakannya atau diusulkannya
pengaturan kelembapan dalam penelirtian ini. Faktor iklim, tanah dan tanaman sangat besar
pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan hasil produksi tanaman. Iklim merupakan faktor yang
paling dominan yang mempengaruhi keduanya dan dapat direkayasa oleh manusia. Tanaman
tidak dapat bertahan dalam iklim yang buruk, kalaupun dapat bertahan tidak akan dapat
diharapkan hasil panen yang optimal. Hal tersebut dapat terlihat dari berbagai type green house .
Green house/rumah kaca/naungan tertutup merupakan alat pelindung tanaman secara tertutup
dari bahan yang terbuat dari plastik atau bahan lainnya berbentuk kasa maupun bahan berlubang,
yang mana bahan tersebut diletakkan menyelubungi suatu bahan tanaman dengan ketinggian
tertentu sehingga diperoleh iklim basah dan hangat serta bebas dari stress yang menyebabkan
pertumbuhan tanaman.
4.2. Rancang Bangun Sistem Kontrol Greenhouse
Berdasar metodologi yang ditunjukkan pada bab 3, maka system control yang dibuat terdiri dari
system control intensitas matahari, kelembapan dan pH, masing-masing diterangkan dalam sub
babb beikut dengan terlebih dahulu diterangkan secara umum system yang dirancang berikut ini.
Sensor Pada penelitian ini menggunakan sensor intensitas cahaya yaitu LDR, pada saat kondisi
intensitas cahaya kurang dari set poin yang diberikan maka motor DC akan berputar, dan
penutup atap akan membuka sehingga cahaya akan masuk kedalam rumah kaca atau green house
sehingga kadar intensitas cahaya yang dibutuhkan tanaman dapat dikondisikan dengan baik.
Begitu sebaliknya ketika intensitas cahaya melebihi set poin yang diberikan maka motor DC
akan bergerak menutup sehingga penutup atap dari rumah kaca atau green house akan menutup
sehingga intensitas cahaya yang masuk akan terhalang dan kadar intensitas cahaya yang
berlebihan tadi akan berkurang. Pada rangkaian signal conditioning ini akan memberikan output
ke ADC kemudian pada rangkaian ADC ini dirubah menjadi bilangan biner dan masuk ke IC
mikrokontroller untuk dikontrol atau masuk pada rangkaian analog. Bila rangkaian analog sudah
bisa digunakan untuk pengontrolan dari system tersebut maka rangkaian pengontrolan dengan
menggunakan mikrokontroller tidak digunakan. Namun bila rangkaian analog tersebut tidak
berjalan maka rangkaian mikrokontroller tersebut tetap digunakan. Untuk display hasil
pengontrolan digunakan PC dan LCD.
58
Sistem Pengendalian
Intensitas Cahaya
Hidroponik NFT
PENGKONDISI
SINYAL (SIGNAL
CONDITIONING)ADC
MIKROKONTROLLER
AT8535
Sekat
Kasa
Sensor Intensitas
Cahaya
Motor
Elektrik
Gambar 4.2. Rancang Bangun Kontrol Intensitas Matahari
Pada PC akan ditampilkan nilai besarnya kadar intensitas cahaya per menit dan hasil monitoring
pertumbuhan tanaman hidroponik menggunakan web cam yang dipasang di dalam green house.
Sedangkan pada LCD hanya ditampilkan nilai intensitas cahaya pada sistem.
Sistem Pengendalian Suhu
& Kelembapan
Hidroponik NFT
PENGKONDISI
SINYAL (SIGNAL
CONDITIONING)ADC
MIKROKONTROLLER
AT8535
Kain
Basah
Kipas
Angin
Sensor
Kelembapan &
temperatur
Gambar 4.3. Rancang Bangun Kontrol Kelembapan
59
4.2.1. Hasil Rancang Bangun Sistem Kontrol Intensitas Matahari
Sensor Pada penelitian ini menggunakan sensor intensitas cahaya yaitu LDR, pada saat
kondisi intensitas cahaya kurang dari set poin yang diberikan maka motor DC akan berputar,
menggerakan paranet dalam rumah kaca atau green house sehingga cahaya akan masuk
kedalam rumah kaca atau green house tersebut dan kadar intensitas cahaya yang dibutuhkan
tanaman dapat dikondisikan dengan baik. Begitu sebaliknya ketika intensitas cahaya melebihi
set point yang diberikan maka motor DC akan bergerak menutup sehingga paranet dalam rumah
kaca atau green house akan menutup. Hal tersebut menyebabkan intensitas cahaya yang masuk
akan terhalang dan kadar intensitas cahaya yang berlebihan tadi akan berkurang. Pada rangkaian
signal conditioning ini akan memberikan output ke ADC kemudian pada rangkaian ADC ini
dirubah menjadi bilangan biner dan masuk ke IC mikrokontroller untuk pengolahan dan
pengontrolan data. Untuk display hasil pengontrolan digunakan PC dan LCD. Pada PC akan
ditampilkan hasil monitoring pertumbuhan tanaman hidroponik menggunakan web cam yang
dipasang di dalam green house. Sedangkan pada LCD hanya ditampilkan nilai intensitas cahaya
pada sistem.
Perancangan Sensor Cahaya
Dalam penelitian ini menggunakan sensor Cahaya yang menggunakan
LDR. LDR dipasang diatas paranet dan dibawah paranet. Dimana
rangkaian sensor LDR dan pengkondisian sinyal dari LDR diatur jika
sensor LDR menerima input cahaya kecil maka resistansi atau tegangan
yang dikeluarkan dari rangkaian tersebut juga akan kecil, sebaliknya
bila sensor LDR menerima input cahaya besar maka resistansi atau tegangan yang dikeluarkan
dari rangkaian tersebut juga akan semakin besar. Dan juga pada rangkaian tersebut terdapat
multitone sebagai pengatur outputan dari sensor. Oleh karena itu tekanan dapat diukur dengan
tegangan yang terukur yang kemudian dimasukkan ke ADC. Untuk mendapatkan inputan sensor
0 – 5 Volt maka pressure gauge disetting dengan mengubah-ubah multitone. Modifikasi lain dari
pembuatan sensor ini adalah dengan menambahkan rangkaian pembagi. Rangkaian pembagi ini
digunakan untuk mengeset tegangan keluaran dari LDR untuk memenuhi range 0 sampai 5 Volt
sebelum masuk ke ADC.
60
Gambar 4.4. Peletakan Sensor Cahaya pada Miniplant
ADCDengan dapat disetting keluaran rangkaian pembagi yang masuk ke ADC dengan
menyesuaikan buka tutupnya plat hitam. Perubahan hambatan LDR dihasilkan oleh besar
kecilnya cahaya yang jatuh pada LDR, yang tergantung buka tutupnya plat hitam. Oleh karena
itu semakin besar tekanan maka semakin banyak pula cahaya yang datang.
Gambar 4.5 Rangkaian Pembagi Tegangan
Dalam Perancangan penelitian ini dibutuhkan akuisisi data berupa pengkonversi ADC (Analog
to Digital) agar sinyal dari sensor dapat dibaca oleh mikrokontroller agar dapat memberikan
perintah pengendalian kepada rangkaian driver relay dengan rumusan (Tegangan luaran sama
dengan (Data desimal x tegangan referensi), dan dibagi dengan 256. Dalam perancangan lokal
kontrol ini diperlukan suatu rangkaian minimum sistem ATMega16 yang berfungsi sebagai
gerbang pengidentifikasi data yang masuk maupun yang keluar melewati minimum sistem ini.
Mikrokontroler ATMega16 memiliki erbagai fitur yang memudahkan penggunanya. Salah satu
fitur yang akan digunakan dalam sistem ini adalah ADC internal (Port A) dan Port LCD (Port
C) yang dapat dibangkitkan (diaktifkan) melalui listing program C dengan software
CodeVision AVR. Sebagai pengendali yang utama dari Sistem pengendalian Intensitas
Cahaya digunakan minimum sistem mikrokontroler ATMega16, minimum sistem
mikrokontroler ATMega16 didukung oleh unit memori dinamik (RAM) berkapasitas 16 bit
yang dipakai sebagai memori dari program.
61
Gambar 4.6 Schemantik Sistem Microcontroller Intensitas Cahaya
Sistem mikrokontroler ATMega16 ini membutuhkan sumber frekuensi yang didapat dari sebuah
rangkaian penguat osilator pembalik (inverting oscillator amplifier) yang tersusun dari sebuah
Cristal dengan frekuensi 11.985 MHz dan dua buah kapasitor keramik sebesar 30pF yang
dihubungkan pada kaki-kaki XTAL1 dan XTAL2 kaki nomor 12 dan 13. Mikrokontroler
ATMega16 mempunyai 4 buah port paralel dengan lebar data 8 bit, terdiri dari port A, port B,
port C, dan port D yang berfungsi sebagai port masukan atau keluaran. Pada sistem penelitian
penulis ini mikrokontroler mendapatkan inputan (masukan) dari rangkaian sensor intensitas
cahaya dan memberi keluaran yang ditampilkan pada LCD. Port pada mikrokontroler yang
digunakan sebagai port input adalah port A.0 dan port A.1, yang berfungsi sebagai port output
(keluaran) yang menampilkan keLCD adalah port C.0, C.1, C.2, C.4, C.5, C.6, C.7. Disamping
port masukan dan keluaran, perlu dipasang input reset untuk sistem mikrokontroler pada kaki
nomor 9 dengan menambahkan rangkaian komponen resistor sebesar 1 Kilo ohm dan kapasitor
elektrolit sebesar 10 mF.
4.2.2. Hasil Rancang Bangun Sistem Kontrol Kelembapan
Dalam penelitian ini menggunakan sensor kelembaban dan temperatur HSM-20G dimana
sensor ini mempunyai nilai ke linieran yang tinggi di bandingkan dengan sensor kelembaban dan
temperatur yang lain pada umumnya. Selain itu juga kelembaban relatif bisa di konversi ke
62
tegangan keluaran yang standart. Untuk mengetahui sensor beserta rangkaian pengikutnya dapat
dilihat pada gambar di bawah lengkap dengan kaki pin pada sensor HSM-20G ini.
Gambar 4.7 Sensor HSM20G
Pada gambar diatas merupakan gambar sensor HSM-20G yang mempunyai 2 output yaitu
temperatur dan kelembaban. Dan juga dapat dilihat bagian dalam sensor yang ternyata
mempunyai 4 jenis keluaran, yaitu Vcc, output temperatur, output kelembaban, dan ground.
Perancangan Rangkaian Mikrokontroller
Sebagai pengendali yang utama dari sistem pengukuran kelembaban ini digunakan rangkaian
minimum sistem mikrokontroler AT89S51. Dimana disini digunakan untuk mengolah data yang
berasal dari sensor kemudian dikirimkan ke komputer melalui komunikasi serial. Pada alat ukur
kelembaban ini menggunakan port pada mikrokontroler yang digunakan sebagai port input Data
adalah port 3, dan relay terdapat pada port 2.5 sedangkan port untuk read and write adalah port
3.6 dan 3.7. Disamping port masukan dan keluaran, perlu dipasang input reset untuk sistem
mikrokontroler pada kaki nomor 9 dengan menambahkan rangkaian komponen resistor sebesar 1
Kohm dan kapasitor keramik sebesar 10 nF.Untuk mengetahui konfigurasi pin kaki
mikrokontroller berserta fungsi nya dapat dilihat pada gambar 4.8. Konfigurasi dari sistem
minimum mikrokontroler AT89S52 dapat dilihat pada gambar di atas. Dimana pada rangkaian
ini ada 40 kaki pin yang terhubung dengan komponen selanjutnya. Pada p1.0 dan p1.1
dihubungkan dengan sensor kelembaban, pin 9 reset, pin 18-19 kristal 1 dan 2, pin 20 ground.
Pin 40 vcc 5 volt. Pada rangkaian minimum system ini dibagi 4 port.
63
Gambar 4.8 Perancangan Rangkaian Minimum System Mikrokontroller
Pada gambar diatas dapat dilihat suatu perancangan rangkaian minimum system mikrokontroller
untuk penelitiantentang sistem kenyamanan pada ruangan. Pada gambar perancangan diatas ada
rangkaian multiplexer dan ADC juga yang dijadikan satu agar terlihat lebih flexibel. Selanjutnya
digunakan pula Rangkaian Driver Relay dengan fungsi utama dari driver relay ini adalah
sebagai pengaktif relay yang selanjutnya relay tersebut mengaktifkan device selanjutnya. Pada
driver relay ini digunakan transistor 2N3906 type PNP yang berfungsi sebagai transistor
switching.
Gambar 4.9 Driver Relay
Pada kaki emitter di beri masukan tegangan sebesar 5 V sehingga ketika transistor tersebut aktif
maka tegangan 5 V akan keluar dari kaki collector, transistor tersebut akan mengkontak
(switching) atau aktif dan meneruskan arus ketika diberi inputan ground pada kaki basisnya.
seluruh rangkaian ini akan aktif ketika ada inputan ground yang menuju basis pada transistor
2N3906, Adapun cara pengujian driver relay ini adalah memberikan inputan pada setiap
rangkaian driver relay yang berjumlah 2 buah dengan inputan plus-ground karena relay ini terdiri
3 buah dimana relay pertama bertindak sebagai selector,kemudian relay kedua bertindak sebagai
pengatur vreff dari sensor dan yang terakhir bertindak sebagai output ke motor dc. Pada gambar
64
3.12 diatas merupakan perancangan rangkaian driver relay yang digunakan dalam penelitianini.
Pada rangkaian ini, dibutuhkan relay 6 volt. Pada penelitianini dibutuhkan 3 rangkaian driver
relay untuk relay pertama bertindak sebagai selector,kemudian relay kedua bertindak sebagai
pengatur vreff dari sensor dan yang terakhir bertindak sebagai output ke motor dc.
4.2.3. Hasil Rancang Bangun Sistem Kontrol pH
Perangkat keras yang dirancang dalam penelitianini merupakan perangkat yang digunakan untuk
sistem akuisisi data pada proses pengendalian. Berikut dijelaskan prinsip dari proses kontrol
pada miniplant sistem pengendalian pH dan sistem akuisisi data. Perangkat keras sistem
pengendalian pH dapat direpresentasikan dalam bentuk skema seperti pada gambar 4.10 dibawah
ini:
Gambar 4.10 Skema Perangkat Keras Miniplant Sistem Pengendalian pH
Tangki pencampur memiliki masukan aliran yaitu aliran larutan nuteisidengan sistem semi batch.
Dalam hal ini sensor diletakkan didalam tangki reaksi. Agar pencampuran antara larutan asam
dan larutan basa bisa menghasilkan larutan yang homogen maka perlu ditambahkan pengaduk.
Variabel yang dikendalikan adalah pH yang di dapat dari hasil pencampuran dua larutan tersebut.
Sedangkan variabel yang dimanipulasi adalah besarnya aliran larutan basa. Sensor yang
digunakan adalah pH elektrode dan sebagai aktuator digunakan motor valve.
Rangkaian Pengkondisi Sinyal
Sinyal dari pH elektrode adalah sinyal analog berupa tegangan - 282 sampai dengan 282 milivolt
sehingga masih harus dikondisikan menjadi tegangan yang sesuai dengan range masukan ADC
yaitu 0 – 5 volt. Untuk mengkondisikan tegangan tersebut maka dibutuhkan rangkaian
pengkondisi sinyal yang dapat diatur range keluarannya, rangkaian pengkondisi sinyal
menggunakan op-amp. Karena keluaran dari sensor pH dipengaruhi oleh suhu cairan yang kita
Sensor pH
Sensor Motor ValveSignalConditioning
ADCMUX
0
7
p H
F l o w L a ru t a n T i t ra s i (m l / s )
1 2
2
PC
DRIVERMOTOR
VALVEBASA
PLANT
65
ukur maka perlu kita buat kompensator suhu yang kita gabung dengan rangkaian pengkondisi
sinyal dari sensor pH tersebut. Kompensator suhu kita rancang berada pada Range 250C - 400C.
Op-amp yang digunakan dalam penelitianini merupakan Integrated Circuit (IC) keluaran
National Semiconductor dengan seri LF444. Nilai minimum keluaran sensor pH elektrode
dikondisikan sehingga memberikan keluaran tegangan 0 volt dan nilai maksimum sensor
dikondisikan menjadi tegangan 5 volt untuk bisa dibaca oleh ADC. Proses pengesetan ini dapat
dilakukan dengan memutar dua variable resistor sebagai span dan zero.
Rangkaian Driver Motor
Driver motor digunakan untuk memanipulasi gerakan motor
yang digunakan untuk membuka dan menutup kontrol valve
pada aliran fluida panas. Jenis motor yang digunakan adalah
motor DC 22 volt sehingga dibutuhkan driver motor DC dua
arah dan sensor posisi bukaan valve. Sensor posisi
menggunakan potensiometer, manfaat sensor posisi disini
adalah digunakan untuk mengetahui persentase bukaan valve, selain itu juga mempermudah
dalam proses pemberian sinyal kontrol pada motor valve. Rangkaian driver motor menggunakan
4 buah transistor npn yaitu tipe TIP31C dan 2N2222 serta 2 buah transistor pnp tipe TIP32C
yang difungsikan sebagai saklar. Prinsip kerja dari rangkaian driver motor adalah dengan
merubah arah aliran arus yang melewati motor yakni dengan cara memberikan sinyal (logika 1)
pada input cw sedangkan input ccw tidak diberi sinyal (logika 0) maka gerak motor akan searah
jarum jam dan sebaliknya jika input cw tidak diberi sinyal (logika 0) sedangkan input ccw diberi
sinyal (logika 1) maka gerak motor akan berlawanan arah jarum jam.
4.3. Sistem Multi Kontrol pada Greenhouse Lettuce
Pada pengujian alat ini, yang diukur adalah tegangan keluaran power supply, sensor, SC,
ADC, driver relay dan Mikrokontroller. Cara pengujiannya adalah dengan cara mengukur
tegangan keluaran pada power supply 5v dan 12v dengan menggunakan multimeter, yang diukur
sebanyak 5 kali tiap tegangan, pengujian SC low pass filter ini dilakukan sebanyak 5 kali,
pengujian ADC sebanyak 19 kali, serta pengujian mikrokontroller pada konfigurasi pinnya.
330 ohm 330 ohm
vcc
Input cwInput ccw
2N22222N2222
TIP31C
TIP32C TIP32C
TIP31C
Motor DC
66
D
ari data-
data
yang
telah
dianalisa
diatas,di
amati
dari
keseksa
maan
maka
dapat
disimpul
kan error
yang
dihasilkan dari sensor sangat kecil sekali hal ini dikarenakan beberapa hal,penempatan sensor,
cara kerja/mekanisme sensor. Sensor yang digunakan yaitu sensor HSM-20G yang memiliki 2
output yaitu temperature dan kelembaban, untuk pengambilan data sensor ini dilakukan
pengambilan data sebanyak 9 kali. sehingga output yang dihasilkan mendekati linear.
Pengambilan data sebanyak 9 kali ini dimaks. Ke linearan ini di pengaruhi oleh suhu yang ada
pada lingkungan pada saat pengambilan data selain itu juga penempatan sensor yang sesuai
sehingga didapatkan data yang valid.Sedangkan analisa data pada SC low pass filter ini sebagai
pengkondisi sinyal keluaran dari sensor. Ketika sensor HSM 20G di aktifkan dengan
menggunakan vcc 5 V kemudian akan mengeluarkan vout nilai vout tersebut timbul karena
sensor HSM 20G tersebut menyensing terdapat perubahan temperatur dan kelembaban tanpa sc
low pass ini sensor tidak akan menghasilkan output sinyal keluaran yang bernilai kecil sehingga
tidak bisa terbaca oleh rangkaian mikrokontroller, setelah di kondisikan sinyal keluaran tesebut
oleh SC maka langsung masuk ke dalam rangkaian ADC dimana fungsi rangkaian ini berfungsi
sebagai pengubah (pengkoversi) dari sinyal analog menjadi sinyal digital sehingga dapat di baca
oleh rangkaian mikrokontroller. Setelah di download oleh program dengan bahasa asemblly
No
Hygro Thermo
Anemometer (%RH)
Output sensor (%RH)
Vout kelembaban (volt)
Hygro Thermo
Anemometer (0C)
Output sensor (0C)
Vout temperature
(volt)
1 65.3 65.1 2.42 30 30.10 0.30
2 66.7 67.1 2.49 31 31.01 0.32
3 68.0 68.02 2.52 32 31.92 0.33
4 70.5 70.9 2.59 33.2 33.40 0.34
5 72.6 72.9 2.65 34 34.02 0.35
6 75.4 75.1 2.70 35 34.90 0.36
7 78.5 78.7 2.76 36 36.01 0.39
8 80.5 80.9 2.80 38 37.97 0.40
9 84.1 84.2 2.84 40 40.10 0.42
67
maka rangkaian ini akan menjadi kontroller yang akan mengkontrol monitoring suhu, serta
kontrol kelembaban. Outputan dari rangkaian mikro ini kan menghasilkan output berupa
tampilan LCD dan kontrol hidup dan mati pompa. Sehingga vout dari mikro akan dihubungkan
ke relay 6V DC dan common relay 12V AC-DC ketika sensor menyensing perubahan temperatur
dan kelembaban terlalu berlebih maka pompa akan menyala. Error yang dihasilkan dari sensor
HSM20G yang memiliki 2 output yaitu temperatur dan kelembaban yang berdasarkan nilai error
beserta nilai akurasi tiap pengukuran adalah: sensor HSM20G yang output suhu HSM20G
kenaikan Error rata-rata =0.193 akurasi tertinggi 99.98% dan terendah 99.4%. suhu HSM20G
penurunan Error rata-rata =0.265 akurasi tertinggi 99.98 %terendah 99.1%. kelembaban
HSM20G kenaikan Error rata-rata =0.363 akurasi tertinggi 99.97% dan terendah 99.41%.
kelembaban HSM20G penurunan Error rata-rata= 0.32 akurasi tertinggi 99.89% dan terendah
99.5%. Dari data-data baik pada power supply dan pengujian alat yang diperoleh terlihat bahwa
alat ini bekerja dengan cukup baik. Sedang untuk ketelitian alat, juga cukup baik karena nilai
kepresisian dan keakuratan yang didapat mendekati 100% hal ini di pengaruhi oleh nilai ke
kepresisian dan keakuratan dari masing – masing komponen rangkaian listrik tersebut.
4.4. Uji Lup Tertutup Sistem Pengendalian pH
Setelah dilakukan uji atau penentuan respon open lup untuk beberapa kombinasi asam-basa,
maka langkah atau simulasi selanjutnya adalah menguji performansi dari system pengendalian
lup tertutup. Pengujian pada simulasi terdiri dari beberapa bentuk yaitu uji variasi set-point,
perubahan atau tracking set-point, penambahan beban yang determistik maupun random.
Keseluruhan uji tersebut dianalisa menggunakan indeks performansi yaitu pencapaian waktu
keadaan steady (settling time, Ts) saat pengendalian telah mencapai set-poinnya, lewatan
maksimum (maximum overshoot) diukur dalam persen dan ITAE. Sedangkan skema estimator
akan dilakukan secara parallel dengan sinyal control yang diberikan untuk setiap uji yang
dilakukan. Artinya bila pengendalian mencapai keadaan stabilnya (pencapaian set-point) dapat
dikatakan estimator telah bekerja dengan baik apabila parameter proses berubah terhadap
berbagai uji diatas.
4.5. Analisa Sistem Pengendalian
68
Gambar dibawah ini adalah uji set-point untuk pH 7 (gambar 5.9a) dan pH 6 (gambar 5.14b)
dengan laju aliran asam (HCl) dibuat tetap (0,5 L/sec).
Gambar 4.11 Respon pH (a) pH set-point 5 (b) pH set-point 6
Berdasar gambar tersebut terlihat bahwa kedua skema control baik PID maupun PID dengan Self
Tuning Control (STC) bekerja dengan baik. Osilasi kedua control menunjukkan bahwa STC
mempunyai awal yang lebih baik yaitu kemampuan untuk meredam perubahan osilasi yang pasti
akan terjadi oleh karena pH keadaan awal adalah 2 bukan saat set-point diberikan. Kedua
pengendali juga mampu mencapai set-point nya dengan cepat yaitu kurang dari 50 detik.
Gambar 5.10 Respon pH (a) pH set-point 7 (b) pH set-point 9
69
Gambar 5.15 a menunjukkan performansi yang berbeda dengan respon gambar 5.14 diatas.
Terlihat sampai akhir simulasi STC mampu menjejak pH 7 (netral) dengan baik, sedangkan PID
tidak, bahkan sampai akhir simulasi (150 detik) tidak dapat mencapai set-point.
0
0.002
0.004
0.006
0.008
0.01
0.012
2 2.21 11.72 11.85 11.88 11.89 pH
mol
equivalence point
xa
xb
Gambar 4.12. Respon xa, xb (mol) titrasi HCl oleh NaOH Lup Terbuka
Perhatikan gambar 5.16 yang menunjukkan respon lup terbuka (tanpa pengendali), terlihat
bahwa titik ekivalen akan tercapai bila xb (mol dari Na+) dan xa (mol dari Cl-) sama-sama
memcapai sekitar harga 0,004-0,006 mol dalam waktu 3-8 detik, sehingga agar pH pada kondisi
closed-loop terjaga pada pH 7 nilai xa dan xb juga harus mengikuti kriteria diatas. Gambar 5.14
dan 5.15 pada dasarnya saling terkait terutama skali untuk menunjukkan skema estimator dan
desain control STC yang digunakan. Terlebih dahulu perhatikan gambar 5.19 tanpa adanya
gangguan dan perubahan beban pada laju aliran asam (Fa), maka keseluruhan parameter proses
(θ1, θ2, θ3 dan θ4) hanya mengalami perubahan sesaat ketika pH berubah dari kondisi awal
(keadaan asam, pH 3) menjadi pH 5, 6, 7, 9 dan 11 (sebelum detik ke 20) untuk selanjutnya
konvergen kearah parameter yang sebenarnya. Oleh karena itu parameter control PID (Kp, Ti
dan TD) juga hanya mengalami perubahan sebelum detik yang ke 20 juga dan menjadi
konvergen.
4.6. Capaian Luaran Sesuai Target
Luaran yang dicapai sesuai target yang ditentukan baik dalam proposal maupun hasil
penelitian ini adalah pengendalian serempak (multi control) pH, kelembapan dan intensitas
cahaya, sehingga tumbuh kembang lettuce cukup baik. Selanjutnya yang terkait dengan
teknologi tepat guna yaitu diperolehnya skema (bangunan) greenhouse hidroponik yang
digunakan dalam system NFT tumbuh kembang lettuce. Selanjutnya untuk memperoleh
70
konsentrasi [H+] digunakan kesetimbangan muatan, kemudian dibentuk polynomial dalam
variable konsentrasi ion hydrogen positip, dan seterusnya dicarai akarnya sehingga didapatkan
nilai pH=-log[H+]. Selanjutnya bersesuaian dengan tujuan dari penelitian ini, maka ditentukan
model pH akibat pengaruh dari fotosintesis ditunjukkan dalam diagram alir gambar 3. Oleh
karena asam-basa selalu diasosiasikan dengan kesetimbangan muatan, maka perubahan pada
konsentrasi CO2 akan mengakibatkan pergeseran dari nilai pH, karena unsur-unsur terlarut dalam
air akan mengakibatkan perubahan pH. Sedangkan dimensi dari greenhouse digunakan rumusan,
Uvent = 0,023 V0,8 D-0,2 k
8,0−
ρµ
Dengan D = Luas ventilasi (m2), V = kecepatan udara (m/s), dan menggunakan sifat-sifat fluida
udara (bergantung pada dimensi greenhouse) akan diperoleh ρ (kerapatan lbm/ft3 ) ,µ (lbm/ft.s)
serta koefisien konduktifitas k (Btu/h.ft.F). Bila suhu, kelembapan dan intensitas radiasi matahari
tidak sesuai untuk tumbuhan lettuce, maka dimensi greenhouse dirubah sampai nilai persamaan
1 sampai 3 memenuhi persyaratan bagi lingkungan tumbuhnya lettuce. Selanjutnya bila nilai-
nilai variable tersebut mendekati, maka langkah berikutnya adalah membangun greenhouse.
71
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasar analisa yang dilakukan pada bab 4, maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai
berikut,
a. Energi sinar matahari yang terukur untuk keperluan proses fotosintesis adalah sebesar
1.620,3 J/cm2
b. Rentang konsumsi CO2 untuk tumbuhan sawi dengan nilai pH berkisar anatara 7-9 adalah 3-
50 ppm
c. Kenaikan pH akan selalu diikuti dengan penurunan nilai kadar CO2 (ppm) yang dibutuhkan
bagi proses fotosintesisi sawi
d. Nilai pH dari 6-9 disebabkan oleh karena penurunan kadar CO2 dari 480-3 ppm
e. Seluruh bentuk kurva pH terhadap pelarutnya mempunyai bentuk sesuai dengan karakteristik
tipikal kurva titrasi Asam-Basa, dengan bentuk yang paling curam dimiliki oleh titrasi asam-
basa kuat.
f. Kesalahan hasil simulasi dan eksperimen untuk netralisasi HCl oleh NaOH adalah 0,2 untuk
kisaran harga pH 2-7, 0,3 pada pH 7-9 dan 0,8 pada pH diatas 7-12
g. Bertambahnya konentrasi dan laju aliran asam atau basa akan membuat kurva reaksi bergeser
kearah kanan, sehingga titik ekivalen lebih cepat tercapai.
5.2. Saran
Sebagai masukan bagi penelitian selanjutnya, khususnya untuk pemodelan dan pengendalian pH
disarankan beberapa perbaikan dan usulan sebagai berikut,
a. Melakukan pemodelan pH terhadap pelarutnya dengan teknik reaksi invariant khususnya
untuk reaksi penetralan asam-basa dengan titik ekivalen yang banyak (poliprotik) yang
diverifikasi dengan eksperimen, sehingga diperoleh “data-base” formulasi netralisasi asam-
basa berbagai tipe larutan
72
b. Melakukan aplikasi hasil penelitian ini untuk memprediksi pH suatu larutan dengan hanya
diketahui jenis pelarutnya, sehingga dapat diprediksikan “treatment” atau netralisasi suatu
larutan yang akan dikategorikan penting atau berbahaya
c. Membuat satu mini plant penetralan pH yang terdiri dari tangki reaksi kontinyu, sensor dan
sinyal kondisi pH, actuator valve control yang dikoneksikan dengan computer atau
mikrokontroller sebagai pengendalinya berdasar hasil skema control STC (Self-Tuning-
Control) penelitian ini.
73
BAB VI
RENCANA PENELITIAN DAN/
ATAU IMPLEMENTASI SELANJUTNYA
Lima tahun terakhir ini (studi kasus di Propinsi Jawa Timur) isu ketahanan pangan di
sektor pertanian terimbas beberapa hal yaitu, kurang tahannya beberapa komoditas pertanian
(beras, holtikultura maupun sayuran) terhadap perubahan cuaca, hama penyakit, bencana alam
(terutama banjir), kelangkaan pupuk serta bergesernya minat generasi muda untuk berprofesi
sebagai petani (Bappeprov Jatim dan BPS Prop. Jatim 2008). Hal tersebut berdampak juga pada
kenaikan beberapa harga komoditi pertanian sebagai akibat menurunnya produksi hasil pertanian
(Jawa Pos 12 Januari 2007) termasuk diantaranya adalah sayuran Lettuce (Lettuca Sative) sering
disebut dengan slada adalah salah satu produk pertanian yang mempunyai nilai ekonomis lebih
tinggi dibanding sayuran sejenisnya (kangkung, bayam, sawi dll). Kualitas seperti warna, rasa,
kerenyahan, akan menentukan harga dipasaran. Produksi daun yang berkualitas baik memerlukan
pemberiaan nutrisi yang cukup pada setiap tahap pertumbuhannya. Berdasar hal tersebut
kecenderungan petani di lahan terbuka (diatas tanah) memperbanyak jumlah pupuk yang
berakibat pada pemborosan dan kelebihan unsur hara. Selain itu dengan media tanah dan terbuka
tanaman tidak akan tahan terhadap maka gangguan cuaca dan hama penyakit.
Berdasar beberapa hal tersebut, maka dalam penelitian ini dikembangkan sistem tanam
lettuce dengan cara hidroponik. Hendra Cordova dkk (LITMUD 2007, Penelitian Produktip ITS
2008) telah mengembangkan model dan sistem kontrol pH untuk pengaturan suplai nutrisi
(pupuk) pada greenhouse hidroponik NFT, namun hasilnya belum mencapai kondisi yang
diharapkan pH (6-6,5), dan jumlah daun yang kurang dari 20 buah untuk waktu ketercapaian
jumlah daun (kecepatan tumbuh) yang relatip lama (sekitar 2 bulan).
Hidroponik NFT (Nutrient Film Technique) adalah tempat tumbuh dengan media air dan
nutrisi dipertahankan pada kisaran 3mm. Oleh karena itu beberapa kegagalan yang dianalisa
dalam penelitian tersebut adalah, pH yang dimodelkan dan aksi kontrol pada campuran nutrisi
dan air bersifat linier (seharusnya pH fungsi pelarutnya adalan non-linier), sehingga diperlukan
pengembangan model pH non-linier, agar aksi kontrol lebih sesuai. Selain itu greenhouse hanya
digunakan sebagai pelengkap (pelindung/atap), padahal kelembaban dan intensitas sinar matahari
74
akan berpengaruh pada aktifitas fotosintesis dan pembangkitan dari ion ([H+]). Ketidaksesuaian
nilai pH akan menghambat serapan udara dan nutrisi (kandungan N, P dan K) oleh akar
tumbuhan.
Berdasar kekurangan dalam pencapaian kecepatan tumbuh tanaman dalam media
hidroponik NFT , maka akan dilakukan pengembangan model dan sistem kontrol pada
greenhouse hidroponik NFT tanaman lettuce diantaranya adalah, mengembangkan model pH
terhadap asupan nutrisi (pupuk) yang nonlinier dari kontribusi oleh muatan-muatan yang bekerja
yaitu kebasaan ([OH-]) dan keasaman ([H+]) (dari lingkungan media tanam air + pupuk atau
nutrisi). Namun dalam lingkungan hidroponik harga pH dipengaruhi juga oleh proses fotosintesis
dengan bantuan matahari. Fotosintesis menggunakan energi tadiasi matahari untuk mengubah
larutan air dan karbon dioksida menjadi glukosa (C6H12O6 ) dan melepas oksigen (O2), sehingga
perlu dikembangkan model pH yang menggabungkan kedua hal tersebut (nutrisi+air+proses
fotosintesis) Model pH berbasis kesetimbangan elektronetralitas terhadap peningkatan kecepatan
pertumbuhan telah dilakukan oleh Hendra Cordova (ITS-2008).
Oleh Endra Joelianto 2004 dan Onny Untung 2005, selada tumbuh dengan baik
pada kisaran karakteristik suhu 20-30 C, Kelembaban 80% dan intensitas sinar matahari 3000-
4000 Lux. Sebagai usaha menciptakan kondisi lingkungan tersebut pada penelitian ini dilakukan
rancang bangun greenhouse berdasar kesetimbangan energi (energy conservation). Rumusan
rancangan menggunakann formula yang dikembangkan Juan Gomez 2004 dan Hendra Cordova,
Suyanto 2005 menggunakan berbagai model prediksi yaitu ARX (Autoregressive eXogeneous).
Keseluruhan hasil rancangan yaitu kontrol nutrisi berbasis model pH dan pengkondisian
lingkungan greenhouse diterapkan secara serempak dan otomatik pada sistem hidroponik NFT
selada berbasis mikrokontroller dengan pertimbangan harga yang lebih murah dari komputer PC
dan lebih reliable. Sistem kontrol yang akan dikembangkan terdiri dari multi-kontrol yaitu,
kontrol pH untuk membuka-tutup valve laju aliran nutrisi, kontrol kelembaban dan intensitas
sinar matahari. Skema keseluruhan aksi kontrol yang dirancang menggunakan prinsip ”Auto-
switch Regulator. Keberhasilan penelitian diharapkan akan menambah kecepatan tumbuh lettuce
dan selanjutnya akan mendukung program pemerintah dalam sektor ketahanan pangan yaitu
media tanam yang adaptip terhadap gangguan cuaca. Analisa hasil usaha tani dalam penelitian
ini dilakukan sebagai upaya prediksi keuntungan (bisnis) terhadap biaya capital-return atau
75
ketercapaian Break Event Point, bila penelitian ini dikembangkan untuk menambah nilai
ekonomi produk hasil produksi olahan sayur selada.
76
DAFTAR PUSTAKA
Agung, Hendra C, Totok, (2002), Pengkondisian Lingkungan Greenhouse Jamur Merang untuk memperbaiki Umur Pertumbuhan, PPM, Lemlit-ITS
Boling., J,M., Seborg., D,E., Hespanha., J,P., (2006), Multi-Model Adaptive Control of a Simulated pH Neutralization Process, Elsevier Science., Vol. 3. no. 2. pp. 240-250
Bollard, T. and A. Braille, (1993). A simple greenhouse climate control model incorporating effects on ventilation and evaporative cooling. Agricultural and Forest Meteorology, 65, pp:145-157.
Bothwell, M. L. (1989). Phosphorus-Limited Growth Dynamics of Lotic Periphyton Diatom Communities: Areal Biomass and Cellular Growth Rate Response. Can. J. Fish. Aquatic. Sci. 46: pp. 1291-1301.
Chen, J., Cheng, Y-C., Yea, Y., (2005), Multiloop PID Controller Design using Partial Least Squares Decoupling Structure, Korean Journal Chemical Engineering, Vol.22. no2, pp.173-185a
Fajar, F, L ((2006), Produksi Tanaman dan Makanan dengan Menggunakan Hidroponik-Sederhana hingga Otomatis, Inovasi, i Vol.8., XVIII., November
G. D. Pasgianos, K. G. Arvanitis, P. Polycarpou, and N. Sigrimis, “A nonlinear feedback technique for greenhouse environmental control”, Computers and Electronics in Agriculture, 2003, Page 1-25.
Gómez, J.C., Jutan, A. and Baeyens, E. (2004). Wiener Model Identification and Predictive Control of a pH Neutralization Process. IEEE Proceedings on Control Theory and Applications, Vol. 151, no. 3, pp. 329-338, May, USA
Gufftafson, T.K, and Waller, K.V. (1983), Dynamic Modeling and Reaction Invariant Control pH, Chemical Engineering Science, Vol.38, pp.389-398
Hendra Cordova, Wawan, (2002), Aplikasi Pengontrolan Kelembaban untuk Greenhouse Jamur Merang dengan PC, Tugas Akhir D3 Instrumentasi
Hendra Cordova., (2003), Prototipe Kontroler PID Self-Tuning Menggunakan Algoritma Auto-Switch Berbasis Margin Fasa dan Penguatan pada Proses Penetralan pH Larutan Campuran NaOH dan HAC, Laporan Akhir DIKS, LPPM-ITS
Hendra Cordova., (2004), PID Self-Tuning Based on Auto-Switch Algorithm to Control pH Neutralization Process, Jurnal Industri, FTI-ITS, Vol. 3, hal.3-6
Hendra Cordova., (2005), PID Control Systems Design to pH Neutralization by Neural Network Inverse Model Optimization at PT Petrokimia-Gresik, Prosiding Seminar FTI-ITS: Deindsutrialisasi Nasional: Ancaman Terhadap Pengembangan Daya Saing Global, hal. 20-22
Hendra Cordova., (2005), The Application of Early Warning System for Monitoring and Control pH Water Based On Auto-Switch Algorithm, Prociding International Seminar and Disaster for Early Warning Systems PSB-ITS, 4-5 March, pp.10-13
Hendra Cordova., (2006), Prototipe Kontroller Intelligent Self-Tuning PID pada Proses Penetralan pH dengan Metode Penalaan Newton-Rhapson, Laporan Akhir DIKS, LPPM-ITS
Hendra Cordova, (2006), Greenhouse Climate Modelling using Autoregressive Exegeneous (ARX), Prosiding Seminar Nasional dan Workshop Energy Security 2006, ITS-Surabaya
77
Hendra Cordova, (2007), Analisa Simulasi Model H+ pada Pengendalian Penetralan pH Larutan HCl-NaOH Menggunakan Metode Gabungan Elektronetralitas Non-Linier Statik dan Dinamika Reaksi Invarian, Laporan Akhir Penelitian Dosen Muda, DIKTI
J. Boaventura Cunha., C. Couto and A.E.B. Ruano, (1997). Real-time parameter estimation of dynamic temperature models for greenhouse environmental control. Control Eng. Practice, Vol. 5, N.10, pp. 1473-1481.
McAvoy, T., Hsu, E., Lowenthal, S., (1972) Dynamics of pH in Controlled Stirred Reactor, Industrial Engineering and Chemistry Process Design Development, 13, 665
Sielemen., M, Raj., N, P, Kristian, A, Keiding, K., (2001), Modelling pH in natural waters (Hydroponics or Greenhouse), Water Research 12, 477-489
Tsang., K,M., Rad., A,B., Chan., W,L., (2005), Iterative Feedback Tuning for Positive Feedback Time Delay Controller, International Journal of Control, Automation and Systems., Vol. 3, no. 4, pp. 640-645
Usman, 2004, Analisis Kepekaan Beberapa Metode Pendugaan Evapotranspirasi Potensial terhadap Perubahan Iklim, Usman Jurnal Natur Indonesia 6(2): 91-98 (2004)
Yeong-Koo, Y., Kwon, T., (2001), Process Design and Control: A Neural PID Controller for The pH Neutralization Process., Industrial Chemical Engineering, Vol. 20, no. 3, pp. 978-984
Yoo, A., Lee, T. C., Yang, D. R., (2004), Experimental Simultaneous State and Parameter Identification of pH Neutralization Process Based on and Extended Kalman Filter, Korean Journal Chemical Engineering, Vol. 21, no. 4, pp. 753-760
BIODATA TIM PENELITI
1. Ketua Peneliti a. Nama Lengkap : Hendra Cordova, ST. MT b. NIP : 132 125 672 c. Pangkat/Gol. : Lektor/III D
78
d. Tempat Tanggal Lahir : Jember, 30 Mei 1969 e. Jurusan/Fakultas : Teknik Fisika/ Fakultas Teknologi Industri f. Perguruan Tinggi : Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya g. Pendidikan Formal (Lulus) : (S1) Teknik Fisika (Instrumentasi) ITS (1992)
(S2) Teknik Fisika (Instrumentasi) ITB (1999) h. Alamat Surat : Jurusan Teknik Fisika, FTI – ITS Jl. Arif
Rahman Hakim, Keputih Surabaya, 60111 i. Telp. : (031) 5947188 j. e-mail : [email protected] Judul Penelitian Nasional/Internasional
Judul Penelitian Sumber Dana Tahun Status
1 Analisa Simulasi Model H+ pada Pengendalian Penetralan pH Larutan HCl-NaOH Menggunakan Metode Gabungan Elektronetralitas Non-Linier Statik dan Dinamika Reaksi Invarian
DIKTI (LITMUD) 2007 Ketua
2 Pengembangan Strategi Kontrol Multi-Input Multi Output dengan Neural Network
HIBAH BERSAING 2007 Anggota
3 Pengembangan FDRI URGE BATCH III 2002 Anggota 1.1. Anggota Peneliti (Dosen)
Anggota 1 a. Nama Lengkap : Tutik Nurhidayati, S.Si, M.Si b. NIP : 132 206 276 c. Jabatan/Gol : Asisten / III b d. Tempat Tanggal Lahir : Magetan, 10 September 1972 e. Jurusan/Fakultas : Program Studi Biologi FMIPA ITS
Kampus ITS Sukolilo, Jl. Arief Rahman Hakim Surabaya.
f. Perguruan Tinggi : Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya g. Pendidikan Formal (lulus) : (S1) Biologi (Mikrobiologi) UNIBRAW (1996)
(S2) Biologi (Ekofisiologi) UGM (2003) g. Alamat Surat : h.
Tugas dan Tanggung Jawab dalam penelitian
� Merancang greenhouse untuk penempatan
hidroponik NFT � Merancang Hidroponik NFT untuk media
tanam Lettuce � Bersama Ketua peneliti membangun dan
menganalisa dinamika greenhouse dan lettuce pada media hidroponik NFT
79
1.2. Anggota Peneliti (Dosen)
Anggota 2 a. Nama Lengkap : Kristanti Indah Purwani, S.Si., M.Si. b. NIP : 132 206 275 c. Jabatan/Gol : Asisten Ahli / III b d. Tempat Tanggal Lahir : Surabaya, 7 April 1973 e. Jurusan/Fakultas : Biologi/FMIPA f. Perguruan Tinggi : Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya g. Pendidikan Formal (Lulus) : (S1) Biologi FMIPA Unair 1997
(S2) Biologi/Fisiologi Tumbuhan UGM 2003 g. Alamat Surat : Program Studi Biologi FMIPA ITS
Kampus ITS Sukolilo, Jl. Arief Rahman Hakim Surabaya.
h. Tugas dan Tanggung Jawab dalam penelitian
� Mempersiapkan, membuat bibit dan penanaman lettuce
� Meracik dan membuat pupuk (nutrisi) bagi hidroponik NFT media tanam lettuce
� Membuat perkiraan keuntungan dengan keberhasilan penelitian disbanding dengan harga lettuce budidya lahan terbuka
� Bersama ketua peneliti menganalisa unjuk kerja multi kontrol (pH, Kelembapan dan Intensitas Matahari) yang dirancang
1.3.Anggota Peneliti (Mahasiswa) Judul Tugas Akhir Mahasiswa Anggota Penelitian No NAMA NRP Jurusan JUDUL TUGAS AKHIR
1 Agung Dian
Hariyadi 2403 100 035 Teknik
Fisika/FTI-ITS Perancangan Kontrol pH Hidroponik Sistem NFT Berbasis Fuzzy Logic
2 Wahyu 2406 030 025 D3 Teknik Rancang Bangun Rumah Kaca
80
Sasongko P Instrumentasi/FTI-ITS
(Green House ) Serta Monitoring Kelembapan Dan Suhu Pada Tanaman Hidroponik Sistem NFT (Nutrient Film Technique)
3
Rissa Damayanti
2406 030 044 D3 Teknik Instrumentasi/
FTI-ITS
Perancangan Kontrol Intensitas Cahaya Dan Monitoring Hidroponik Sistem NFT (Nutrient Film Technique)
Data Pribadi Mahasiswa Anggota Penelitian Data Pribadi Nama : Agung Dian Hariyadi Tempat/Tanggal Lahir : Probolinggo, 9 September 1984 Alamat : Jl. KH.Wahid Hasyim 171-Probolinggo Agama : Islam Warga Negara : Indonesia Pendidikan Formal 1991 – 19997 : SD Negeri Kanigaran 1 Probolinggo 1997-2000 : SMP Negeri 4 Probolinggo 2000 – 2003 : SMA Negeri 1 Probolinggo
Nama : Rissa Damayanti Tempat/Tanggal Lahir : Surabaya, 03 Maret 1989 Alamat : Jl. Kupang Krajan Lor 1/43-Surabaya Agama : Islam Warga Negara : Indonesia
Pendidikan Formal 1993 – 1994 : TK Dharmawanita-Waru (Sidoarjo) 1994 – 2000 : SD Negeri Pakis X/538-Surabaya 2000 – 2003 : SMP Negeri 10-Surabaya 2003 – 2006 : SMA Negeri 1-Surabaya 2006 – Sekarang : D3 Teknik Instrumentasi Jurusan Teknik Fisika Fakultas Teknologi
Industri ITS Surabaya Nama : Wahyu Sasongko. P Tempat/Tanggal Lahir : Surabaya, 10 Desember 1988 Alamat : Jl. Aryo Bebangah No. 288a Gedangan - Sidoarjo Agama : Islam Warga Negara : Indonesia
Pendidikan Formal 1993 – 1994 : TK Dharma wanita Wage (Gedangan - Sidoarjo) 1994 – 2000 : SD Negeri Bangah I (Gedangan – Sidoarjo) 2000 – 2003 : SMP Negeri 3 Sidoarjo 2003 – 2006 : SMA Hang Tuah II (Gedangan – Sidoarjo)
81
2006 – Sekarang : D3 Teknik Instrumentasi Jurusan Teknik Fisika Fakultas Teknologi Industri ITS Surabaya
CURICULUM VITAE PENELITI 1. Data Pribadi Nama : Hendra Cordova, ST,MT NIP : 132 125 672 Tempat & Tgl Lahir : Jember, 30 Mei 1969 Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam
82
Pekerjaan : Dosen ITS Golongan : III-D Jabatan : Lektor Alamat Kantor : Jurusan Teknik Fisika FTI-ITS Kampus ITS
Keputih Sukolilo Surabaya Alamat Rumah : Perumahan ITS
: Jl. Teknik Sipil N –13 Surabaya : (Tlp.031-5921813,
[email protected]) Status Marital : Menikah Pendidikan 1993
1999 : Lulus S1 Teknik Fisika FTI-ITS : Lulus S2 Instrumentasi dan Kontrol ITB
Penguasaan Bahasa : Indonesia, Inggris 2. Penelitian Dengan Pendanaan ITS, URGE (ADB) dan Due-Like
Judul Penelitian Sumber Dana Tahun Status
1 Perancangan Sistem Pengendalian Tekanan ‘Headbox’ dengan Metode Desain Penempatan Pole
DPP/SPP-ITS 1994 Ketua
2 Perancangan Kontrol Adaptip Model Referensi pada Proses Penetralan pH Menggunakan Neural Network
DIK-ITS 2000 (27-Mart-2000)
Ketua
3 Perancangan Sistem Pengaturan Temperatur Pendinginan Tangki Reaksi Dengan Pengendali Anti-Windup
DIK-ITS 2000 (11-Agut-2000)
Ketua
4 Prototipe Kontroler PID Self-Tuning Menggunakan Algoritma “Auto-Swich” Berbasis Margin Fasa dan Penguatan pada Proses Penetralan pH Larutan Campuran NaOH dan HAC
DIK-ITS 2002 (5-Nop-2003)
Ketua
5 Prototipe Kontroller Intelligent Self-Tuning PID pada Proses Penetralan pH dengan Metode Penalaan Newton-Rhapson
DIK-ITS 2003 (15-Feb-2005)
Ketua
11 Analisa Simulasi Model H+ pada Pengendalian Penetralan pH Larutan HCl-NaOH Menggunakan Metode Gabungan Elektronetralitas
DIKTI (LITMUD) 2007 Ketua
83
Non-Linier Statik dan Dinamika Reaksi Invarian, Laporan Akhir Penelitian Dosen Muda
3. Seminar dan Publikasi
No
Judul Jurnal/ Seminar
Tahun Status (Nasional/
Internasional)
Jurnal Ilmiah 1 PID Self-Tuning Based On
Auto-Switch Algorithm to Control pH (Nuetralization) Process
Jurnal Industri 2005 Nasional
Seminar 2 Design The Neuroregulator to
Antilock Brake Systems Industrial Electronic Seminar
1999 Nasional/ Pemakalah
3 Apllication Neuro-Fuzzy to Mold Level Casting Control
Industrial Electronic Seminar
1999 Nasional/ Pemakalah
5 Prototipe Kontroller Intelligent Self-Tuning Pada Penetralan pH Dengan Metode Penalaan Newton-Rhapson
Perlindungan, Pengelolaan dan Pemberdayaan Lingkungan Hidup Berbasis IPTEK Dalam Pembangunan Ekonomi.
2004 Nasional/ Pemakalah
7 The Application of Early Warning System for Monitoring and Control pH Water Based On Auto-Switch Algorithm.
International Seminar and Disaster for Early Warning Systems
2005 Internasional/ Pemakalah
9 PID Control Systems Design to pH Neutralization by Neural Network Inverse Model Optimization at PT Petrokimia-Gresik
Deindsutrialisasi Nasional : Ancaman Terhadap Pengembangan Daya Saing Global
2005 Nasional/ Pemakalah
CURRICULUM VITAE
Nama : Tutik Nurhidayati, S.Si, M.Si N I P : 132 206 276 Tempat/Tgl. Lahir : Magetan, 10 September 1972 Agama : Islam
84
Alamat Kantor : Program Studi Biologi FMIPA ITS Kampus ITS Sukolilo, Jl. Arief Rahman Hakim Surabaya. Alamat Rumah : Perum Bumi Gedangan Indah Blok G-10 Desa Karangbong, Gedangan, Sidoarjo Pekerjaan : Staf Pengajar Biologi FMIPA ITS Riwayat Pendidikan: No Perguruan
Tinggi Tahun Lulus
Gelar Bidang Ilmu
Spesialisasi Keterangan
1. Universitas Brawijaya Malang
1996 S.Si Biologi Mikrobiologi
2. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
2003 M.Si Biologi Ekofisiologi
Riwayat Pekerjaan
No Tahun Pekerjaan Keterangan 1. 1998 - sekarang Staf Pengajar Prodi Biologi FMIPA ITS Aktif 2. 1998 – sekarang Anggota Puslit KLH LP ITS Aktif
Pendidikan Informal No Tahun Pelatihan Tempat 1. 2000 Teknik Kultur Jaringan Anggrek Pusat Pembibitan Anggrek
Malang 2. 2000 PEKERTI Institut Teknologi Sepuluh
Nopember Surabaya 3. 2000 Short Course Laboratory Equipment Institut Teknologi Sepuluh
Nopember Surabaya 4. 2001 AMDAL Dosen PTN se Jawa Institut Pertanian Bogor 5. 2002 Pembuatan Pupuk Bokashi Institut Teknologi Sepuluh
Nopember Surabaya 6. 2003 Workshop Kimia Organik Bahan Alam Universitas Andalas
Padang 7. 2004 Workshop Biologi Molekuler Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta Seminar
No Tahun Seminar Partisipasi Tempat 1. 2001 Seminar Biologi 3: Bioreproduksi dan
Teknologi Budidaya Pemakalah Institut Teknologi
Sepuluh Nopember Surabaya
2. 2002 Sampah Kota, Permasalahan, Solusi dan Prospeknya
Pemakalah Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
85
3 2004 Aplikasi Pupuk Bokhasi Biota 16 Dengan Bahan Residu Kopi Terhadap biomassa Tanaman Sawi (Brassica juncea) Dalam Seminar Nasional Biologi (Peranan Biosistematika Dalam Menunjang Pemanfaatan Keanekaragaman Hayati
Pemakalah Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
4 2005 Pemanfaatan Makrofita Emergen Phragmites sp. Dan Typa angustifolia Dalam Constructed Wetland Sebagai Upaya Absorpsi Unsur Bahan Organik Dan Pelepasan O2Air Limbah
Pemakalah Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
5 2005 Pemanfaatan Biota 16 Dan Limbah Pabrik Kulit Sebagai Bahan dasar Kompos Sebagai Usaha Minimisasi Pencemaran
Pemakalah Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
6 2005 Vegetation Management Concept: Variety of Tree-Topping Types To Minimize Wind Resistance And raindrops Force ( International Seminar on Early Warning System of Disaster
Pemakalah Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
7 2006 Seminar Biologi VI: Tumbuhan Dan Peradapan Manusia
Pemakalah Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Penelitian Formal
No Tahun Penelitian Partisipasi 1 2000 Pelestarian Dan Pengembangan Tanaman Langka Dalam
Mendukung Program Ruang Terbuka Hijau Anggota
2 2000 Uji Toksisitas Alga Merah (Eucheuma Sp.) Terhadap Jamur Gloeosporium piperratum Penyebab Penyakit Antraknose Pada Tanaman Cabai
Peneliti Utama
3 2000 Uji Kemampuan Makrofita Emergens Thypa angustifolia Dan Phragminthes Sp. Terhadap Penyerapan Bahan Organik Dan Pelepasan O2 Untuk Diterapkan Dalam Constrokted Wetland
Anggota
5 2000 Sosialisasi Pembuatan Pakan Ikan Buatan LPM/ITS 6 2003 Persaingan Vigna _adiate (L.) Wilezeek Dan Cyperus
rotundus Pada Lahan Bergaram Dengan Inokulasi Rhizobium Tesis
7 2004 Pemanfaatan Limbah Padat Organik Industri Penyamakan Kulit Untuk Kompos Sebagai Upaya Minimisasi Pencemaran Lingkungan
Anggota
8 2004 Kemampuan Induksi Dan Diferensiasi Kalus Eksplan Pule Pandak (Rauwolfia serpentina) Dengan Penambahan Zat Pengatur Tumbuh NAA Dan BAP
Anggota
9 2005 Aplikasi Fithohormon Dan Zat Pengatur Tumbuh Untuk Anggota
86
Meningkatkan Kualitas Kultur Chlorela sp 10 2005 Uji Toksisitas Akut Limbah Pabrik Sarung Tenun Terhadap
Ikan Mujair (Tilapia Mossambicus) Dan Ikan Tawes (Puntius javanicus, Blkr) Sebagai Alat Pemantau Biologis
Anggota
11 2006 Studi Potensi Asosiasi Mikorhiza arbuscula dan Moringa oleifera Di Tanah Bekas Pertambangan Lahan PT. Trubaindo Coal Mining Banpu Group Kabupaten Sendawar Kutai Barat Kalimantan Timur Sebagai Usaha Reboisasi
Peneliti Utama
12 2007 Kajian Pertumbuhan Dan Kandungan Asam Amino Prolin Vigna radiata Wilezeck Sebagai Usaha Pemilihan Varietas Tahan Kekeringan
Peneliti Utama
13 2007 Kajian Pemanfaatan Tumbuhan Bernilai etnik Dan Komersial di Kepulauan Karimun Jawa, Kabupaten Jepara Jawa Tengah
Anggota
14 2007 Kajian Aspek Biologi Dan Kemampuan Fitosanitasi Makroalga Euchema Sp. Dalam Limbah Akuakultur Untuk Diterapkan Pada Sistem Biofilter Terpadu
Anggota
15 2007 Potensi Rhizobium dan Mikhoriza Arbuscula Dalam Efisiensi Penyerapan Nutrien Sebagai Upaya PeningkatanProduktivitas Kacang Hijau (Vigna radiata) Pada Lahan Pesisir
Anggota
15 2007 Pembuatan K+ dan NH4+ zeolit Dari Abu Terbang (Fly Ash) Untuk Digunakan Sebagai Show Release Fertilizer (SRF)
Anggota
16 2008 Kajian Fermentasi Saccharomyces cerevisiae Pada Buah Mangrove (Sonneratia alba) Sebagai Bahan Baku Bioetanol
Peneliti Utama
CURICULUM VITAE NAMA : Kristanti Indah Purwani, S.Si., M.Si. NIP : 132 206 275 TEMPAT/TGL LAHIR : Surabaya, 7 April 1973 PANGKAT / GOL : Penata Muda Tk. I / III b JABATAN : Asisten Ahli PENDIDIKAN FORMAL : - Sarjana Biologi FMIPA UNAIR tahun 1997
87
- Pascasarjana Biologi UGM tahun 2003 Bidang Minat Fisiologi Tumbuhan
KEAHLIHAN : Ekofisiologi Tumbuhan PENDIDIKAN INFORMAL : a. Pelatihan / kursus Tahun Jenis Kursus Penyelenggara 2004 Lokakarya Penyusunan Pedoman
Pembuatan Bahan Ajar Untuk Mrningkatkan Kualitas Pembelajaran
LPIU-P3AI ITS
2005 Pelatihan AA P3AI UT- Tangerang 2007 Pelatihan Penilaian Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Puslit KLH LPPM ITS
b. Seminar / Lokakarya Tahun Jenis Seminar Partisipasi Penyelenggara 2004 Seminar nasional Biologi 5
”Peranan Biosistematika dalam Menunjang Pemenfaatan Keanekaragaman Hayati”
Pemakalah Prodi Biologi ITS
2005 Seminar Nasional Biologi UNAIR ”Eksplorasi dan Pemanfaatan Biodiversitas dalam Menunjang Pembangunan Berkelanjutan.”
Pemakalah Jurusan Biologi UNAIR
2006 Lokakarya Nasional Kesiapan Darurat Bencana Industri / Lingkungan
Peserta Pusat Studi Bencana ITS
2006 Seminar Manusia dan Ikan Peserta FMIPA ITS 2006 Seminar Nasional Biodiversitas
“Peranan Biodiversitas dalam Menunjang Kesejahteraan Manusia.”
Pemakalah Jurusan Biologi UNAIR
2006 Seminar Nasional Biologi 6 ” Tumbuhan dan Peradaban Manusia”
Pemakalah Prodi Biologi ITS
PENELITIAN
Tahun Judul Partisipasi Ket 2004 Pemanfatan Fitohormon dan Zat Pengatur
Tumbuh Untuk Meningkatkan Kualitas Kultur Chlorella sp.
Ketua SP4 Rp. 12.000.000
2007 Kajian Aspek Biologi dan kemampuan Fitosanitasi Makroalga Eucheuma sp. Dalam Limbah Akuakultur untuk Diterapkan Pada Sistem Biofilter Terpadu
Ketua Litmud Rp. 10.000.000
PENGABDIAN MASYARAKAT
Tahun Judul Partisipasi
88
2005 Sosialisasi Program Studi Biologi : Pelatihan Siswa SMU Negeri 2 Jombang, Penelitian di Bidang Biologi untuk Siswa SMU yang hemat biaya, ramah lingkungan dan mudah dikerjakan dengan menggunakan bahan penelitian dari lingkungan sekitar
Tutor(Pengajar)
2006 Diklat Guru Mata Pelajaran Biologi bagi Guru Madrasah Tsanawiyah (MTs) di Jawa Timur
Pengajar
2006 Diklat Guru Mata Pelajaran Biologi bagi Guru Madrasah Aliyah (MTs) di Jawa Timur
Pengajar
PUBLIKASI
Tahun Judul Makalah Jurnal Penerbit 2005 Keanekaragaman Vegetasi Pantai di
Kawasan Pantai Timur Keputih Surabaya
Teknoling Puslit KLH LPPM ITS
LAMPIRAN II: LUARAN
Artikel Jurnal
No Judul Artikel Nama Jurnal Status Kemajuan*)
1 Perancangan Kontrol pH Hidroponik Sistem NFT
Jurnal Teknik Fisika accepted
89
Berbasis Fuzzy Logic
2 Reaction Invariant to model and control pH neutralization Hydrophonic NFT
Jurnal IPTEK Under review
*) Status kemajuan: Persiapan, submitted, under review, accepted, published
Hasil Lain (Software, Inovasi Teknologi, dll)
No Nama Output Detil Output Status Kemajuan*)
1 Prototipe greenhouse hidroponik NFT
Bangunan greenhouse hidroponik NFT dengan sistem kontrol (ON-OFF) untuk maisng-masing pH, kelembapan dan intensitas cahaya matahari
Dalam penyempurnaan untuk kesesuaian tumbuh kembang lettuce