Istilah penelitian

29
 BAB IV TEKNIK PENGUMPULAN INFORMASI (DATA) Menurut Creswell (1994: 150-151) berdasarkan tipe data kualitatif maka terdapat 4 (empat) macam ti pe pe ngumpulan da ta, yait u: 1) observasi, 2) wawancar a, 3) dokumen, 4) alat-alat audiovisual. Atas dasar hal tersebut penulis mengklasifikasi kan teknik pengumpulan informasi (data) menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu: 1) observasi, 2) wawancara, 3) dokumen, sedangkan alat-alat audiovisual penulis sebut sebagai alat  bantu pengumpul an data. Selanj utn ya mas ing -ma sin g tek nik pen gumpulan dat a tersebut akan diuraikan pengertian dan ciri-cirinya. 1. PENGERTI AN DAN CIRI -CIRI OBS ERVA SI (PENGAMATAN) a. Pe ng ertian ob servas i/ pe ng amat an (Obs ervati on ) Menurut Kartono (1980: 142) pengertian observasi diberi batasan sebagai  berik ut: “stu di yang diseng aja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala psikis deng an jalan peng amatan dan penca tatan”. Selanjutn ya di kemuka kan tujuan observasi adala h: “mengert i ci ri -ci ri da n luasnya signifikansi dari inter relasinya elemen-elemen tingkah laku manusia pada fenomena sosial serba kompleks dalam pola-pola kulturil tertentu”. Observasi dapat menjadi teknik pengumpulan data secara ilmiah apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1) Diabd ikan pa da pola d an tuju an penel itian yan g suda h ditet apkan . 2) Di re ncanak an da n di la ksanakan se ca ra si st emat is , da n ti da k se ca ra kebetulan (accidental ) saja. 3) Dic atat secara sis temati s dan dikai tka n den gan propo sis i-p roposi si yang lebih umum, dan tidak karena didorong oleh impuls dan rasa ingin tahu  belaka. 4) Val idi tas , reliabilit as dan ketel itia nny a dicek dan dikontr ol sep erti pada data ilmiah lainnya ( Jehoda, M. dkk, 1959 dalam Kartono 1980: 142). Catatan penulis : Untuk nomor 4) istilah validitas dan reliabilitas dalam  penelitian kualitatif tidak biasa digunakan, istilah yang biasa digunakan untuk menggantikan kedua istilah tersebut adalah kredibilitas. 99

Transcript of Istilah penelitian

5/12/2018 Istilah penelitian - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/istilah-penelitian 1/29

BAB IV

TEKNIK PENGUMPULAN INFORMASI (DATA)

Menurut Creswell (1994: 150-151) berdasarkan tipe data kualitatif maka terdapat

4 (empat) macam tipe pengumpulan data, yaitu: 1) observasi, 2) wawancara,

3) dokumen, 4) alat-alat audiovisual. Atas dasar hal tersebut penulis mengklasifikasi

kan teknik pengumpulan informasi (data) menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu: 1) observasi,

2) wawancara, 3) dokumen, sedangkan alat-alat audiovisual penulis sebut sebagai alat

  bantu pengumpulan data. Selanjutnya masing-masing teknik pengumpulan data

tersebut akan diuraikan pengertian dan ciri-cirinya.

1. PENGERTIAN DAN CIRI-CIRI OBSERVASI (PENGAMATAN)

a. Pengertian observasi/pengamatan (Observation)

Menurut Kartono (1980: 142) pengertian observasi diberi batasan sebagai

  berikut: “studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan

gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan dan pencatatan”. Selanjutnya

dikemukakan tujuan observasi adalah: “mengerti ciri-ciri dan luasnya

signifikansi dari inter relasinya elemen-elemen tingkah laku manusia pada

fenomena sosial serba kompleks dalam pola-pola kulturil tertentu”.

Observasi dapat menjadi teknik pengumpulan data secara ilmiah apabila

memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1) Diabdikan pada pola dan tujuan penelitian yang sudah ditetapkan.

2) Direncanakan dan dilaksanakan secara sistematis, dan tidak secara

kebetulan (accidental ) saja.

3) Dicatat secara sistematis dan dikaitkan dengan proposisi-proposisi yanglebih umum, dan tidak karena didorong oleh impuls dan rasa ingin tahu

 belaka.

4) Validitas, reliabilitas dan ketelitiannya dicek dan dikontrol seperti pada

data ilmiah lainnya (Jehoda, M. dkk, 1959 dalam Kartono 1980: 142).

Catatan penulis: Untuk nomor 4) istilah validitas dan reliabilitas dalam

 penelitian kualitatif tidak biasa digunakan, istilah yang biasa digunakan

untuk menggantikan kedua istilah tersebut adalah kredibilitas.

99

5/12/2018 Istilah penelitian - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/istilah-penelitian 2/29

Poerwandari tidak memberikan batasan tentang observasi tetapi

memberikan penjelasan tentang observasi sebagai berikut: “Observasi

  barangkali menjadi metode yang paling dasar dan paling tua di bidang

 psikologi, karena dengan cara-cara tertentu kita selalu terlibat dalam proses

mengamati. Semua bentuk penelitian psikologis, baik itu kualitatif maupun

kuantitatif mengandung aspek observasi di dalamnya. Istilah observasi

diturunkan dari bahasa Latin yang berarti “melihat” dan “memperhatikan”.

Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat,

mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar 

aspek dalam fenomena tersebut. Observasi selalu menjadi bagian dalam

  penelitian psikologis, dapat berlangsung dalam konteks laboratorium

(eksperimental ) maupun dalam konteks alamiah (Banister dkk, 1994 dalam

Poerwandari 1998: 62).

Catatan penulis: Observasi yang dilakukan dalam laboratorium dalam konteks

eksperimental itu adalah observasi dalam rangka penelitian kuantitatif.

Observasi dalam rangka penelitian kualitatif harus dalam konteks alamiah

(naturalistik ).

Patton (1990: 201 dalam Poerwandari, 1998: 63) menegaskan observasi

merupakan metode pengumpulan data esensial dalam penelitian, apalagi

 penelitian dengan pendekatan kualitatif. Agar memberikan data yang akurat

dan bermanfaat, observasi sebagai metode ilmiah harus dilakukan oleh peneliti

yang sudah melewati latihan-latihan yang memadai, serta telah mengadakan

 persiapan yang teliti dan lengkap.

Moleong tidak memberikan batasan tentang observasi, tetapi menguraikan

 beberapa pokok persoalan dalam membahas observasi, diantaranya: a) alasan pemanfaatan pengamatan, b) macam-macam pengamatan dan derajat peranan

 pengamat (Moleong, 2001: 125).

a) Manfaat Pengamatan

Menurut Guba dan Lincoln (1981: 191 – 193 dalam Moleong 2001:

125-126) alasan-alasan pengamatan (observasi) dimanfaatkan sebesar-

 besarnya dalam penelitian kualitatif, intinya karena:

1) Pengamatan merupakan pengalaman langsung, dan pengalaman

langsung dinilai merupakan alat yang ampuh untuk memperoleh

100

5/12/2018 Istilah penelitian - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/istilah-penelitian 3/29

kebenaran. Apabila informasi yang diperoleh kurang meyakinkan,

maka peneliti dapat melakukan pengamatan sendiri secara langsung

untuk mengecek kebenaran informasi tersebut.

2) Dengan pengamatan dimungkinkan melihat dan mengamati sendiri,

kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang

sebenarnya.

3) Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa yang

  berkaitan dengan pengetahuan yang relevan maupun pengetahuan

yang diperoleh dari data.

4) Sering terjadi keragu-raguan pada peneliti terhadap informasi yang

diperoleh yang dikarenakan kekhawatiran adanya bias atau

  penyimpangan. Bias atau penyimpangan dimungkinkan karena

responden kurang mengingat peristiwa yang terjadi atau adanya jarak 

  psikologis antara peneliti dengan yang diwawancarai. Jalan yang

terbaik untuk menghilangkan keragu-raguan tersebut, biasanya peneliti

memanfaatkan pengamatan.

5) Pengamatan memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-situasi

yang rumit. Situasi yang rumit mungkin terjadi jika peneliti ingin

memperhatikan beberapa tingkah laku sekaligus. Jadi pengamatan

dapat menjadi alat yang ampuh untuk situasi-situasi yang rumit dan

untuk perilaku yang kompleks.

6) Dalam kasus-kasus tertentu dimana teknik komunikasi lainnya tidak 

dimungkinkan, pengamatan menjadi alat yang sangat bermanfaat.

Misalkan seseorang mengamati perilaku bayi yang belum bisa

 berbicara atau mengamati orang-orang luar biasa, dan sebagainya.Perlu ditekankan disini pengamatan dimaksudkan agar memungkinkan

  pengamat melihat dunia sebagaimana yang dilihat oleh subjek yang

diteliti, menangkap makna fenomena dan budaya dari pemahaman subjek.

Pengamatan memungkinkan peneliti merasakan apa yang dirasakan dan

dihayati oleh subjek, bukan apa yang dirasakan dan dihayati oleh si

  peneliti. Jadi interpretasi peneliti harus berdasarkan interpretasi subjek 

yang diteliti.

101

5/12/2018 Istilah penelitian - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/istilah-penelitian 4/29

 b) Macam Pengamat dan Derajat Pengamat

Menurut Moleong (2001: 126-127) pengamatan dapat dibedakan

menjadi: a) pengamatan berperan serta, b) pengamatan tidak berperan

serta. Pengamatan juga dapat diklasifikasikan menjadi: a) pengamatan

terbuka, apabila keberadaan pengamat diketahui oleh subjek yang diteliti,

dan subjek memberikan kesempatan kepada pengamat untuk mengamati

  peristiwa yang terjadi dan subjek menyadari adanya orang yang

mengamati apa yang subjek kerjakan, b) pengamatan tertutup apabila

  pengamat melakukan pengamatan tanpa diketahui oleh subjek yang

diamati. Pengamatan juga dapat diklasifikasikan menjadi: a) pengamatan

dengan latar alamiah atau pengamatan tidak terstruktur dan b) pengamatan

  buatan atau pengamatan terstruktur. Pengamatan terstruktur ini disebut

eksperimen biasa digunakan dalam penelitian kuantitatif. Sedang

 pengamatan alamiah atau pengamatan tidak terstruktur inilah yang biasa

digunakan dalam penelitian kualitatif.

Selanjutnya Bunford Junker (dalam Moleong, 2001: 126-127)

membagi peran peneliti sebagai pengamat menjadi 4 (empat) jenis, yaitu:

1) Berperan serta secara lengkap (the complete participant ). Pengamat

dalam hal ini menjadi anggota penuh dari suatu kelompok yang

diamati, artinya peneliti bergabung secara penuh atau menjadi anggota

secara penuh dalam kelompok yang diamati sendiri oleh peneliti.

Dengan demikian peneliti dapat memperoleh informasi apa saja yang

dibutuhkannya, termasuk yang rahasia.

2) Pemeran serta sebagai pengamat (the participant as observer ). Peneliti

tidak sepenuhnya menjadi anggota kelompok yang diamati (misalnyaanggota kehormatan), tetapi masih dapat melakukan fungsi

 pengamatan. Hal-hal rahasia masih dapat diketahui.

3) Pengamat sebagai pemeran serta (the observer as participant ). Peranan

 pengamat secara terbuka diketahui oleh umum, karena segala macam

informasi termasuk yang rahasia dapat dengan mudah diperoleh.

4) Pengamat penuh (the complete observer ). Biasanya hal ini terjadi pada

 pengamatan suatu eksperimen dilaboratorium yang menggunakan kaca

sepihak. Peneliti dengan bebas mengamati secara jelas subjeknya dari

102

5/12/2018 Istilah penelitian - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/istilah-penelitian 5/29

 belakang kaca, sedang subjeknya sama sekali tidak mengetahui apakah

mereka sedang diamati atau tidak.

Flick (2002: 135) menjelaskan tentang observasi sebagai berikut:

disamping kemampuan berbicara dan mendengarkan sebagaimana

digunakan dalam wawancara-wawancara, observasi merupakan

keterampilan harian lain sebagai secara metodelogis disistematisir dan

diterapkan dalam penelitian kualitatif. Tidak hanya persepsi visual tetapi

  juga persepsi berdasarkan pendengaran, perasaan dan penciuman yang

diintegrasikan. (“ Besides the competencies of speaking and listening which

are used in interviews, observing is another everyday skill which ismethodologically systematized and applied in qualitative research. Not 

only visual perceptions but also those based on hearing, feeling and 

 smelling are integrated (Adler and Adler 1998)”).

Dengan menyetujui pendapat Friedrichs (1973: 272-273), Flick (2002:

135) menyatakan prosedur observasi secara umum diklasifikasikan

menjadi 5 (lima) dimensi, yaitu:

a) Observasi tertutup versus observasi terbuka: seberapa jauh observasi

diberitahukan kepada siapa yang diobservasi. (“Covert versus overt 

observation: how far is the observation revealed to those who are

observed”).

  b) Observasi tidak terlibat versus observasi terlibat: seberapa jauh

  pengamat menjadi bagian yang aktif dari lapangan yang diamati.

(“ Non-participant versus participant observation: how far does the

observer become an active part of the observed field”).

c) Observasi sistematis lawan observasi yang tidak sistematis: adalah

suatu observasi yang lebih atau kurang terstandarisasikan dalam pola

  pelaksanaannya atau observasi yang lebih fleksibel dan tanggap

terhadap proses penelitian sendiri. (“Systematic versus unsystematic

observation: is a more or less standarized observation scheme applied 

or does observation remain rather flexible and responsive to the

 processes themselves”).

103

5/12/2018 Istilah penelitian - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/istilah-penelitian 6/29

d) Observasi secara alamiah versus situasi-situasi buatan: apakah

observasi dilakukan dalam lapangan yang diminati atau apakah

observasi dilakukan terhadap interaksi yang mengarah ke suatu tempat

yang khusus (misalnya suatu laboratorium) yang memungkinkan

observasi yang lebih baik. (“Observation in natural versus artificial 

  situations: are observation done in the field of interest or are

interactions ’moved’ to a special place (eq. a laboratory) to give a

better observability”).

e) Observasi diri versus mengobservasi orang-orang lain: kebanyakan

orang lain diobservasi, maka berapa banyak niat/atensi peneliti

melakukan refleksi dalam observasi diri sendiri untuk dijadikan dasar 

selanjutnya pada waktu melakukan penafsiran atas apa yang

diobservasi. (“Self-observation versus observing others: mostly other 

 people are observed, so how much attention is paid to the researcher’s

reflexive self-observation for futher grounding the interpretation of the

observed”).

Mengenai tahap-tahap observasi, penulis seperti Adler dan Adler 

(1998), Denzin (1989 b), dan Spradley (1980) (dalam Flick, 2002: 136)

menyatakan bahwa observasi memiliki 7 (tujuh) tahap, yaitu:

a) Seleksi suatu latar ( setting ) yaitu dimana dan kapan proses-proses dan

individu-individu yang menarik itu dapat diobservasi (“The selection

of a setting, i.e. where and when the interesting processes and persons

can be observed”).

  b) Berikan definisi tentang apa yang dapat didokumentasikan dalam

observasi itu dan dalam setiap kasus. (“The definition of what is to bedocumented in the observation and in every case”).

c) Latihan untuk pengamat supaya ada standarisasi misalnya apa yang

dijadikan fokus-fokus penelitian. (“The training of the observers in

order to standarized such focuses”).

d) Observasi deskriptif yang memberikan suatu pemaparan umum

mengenai lapangan. (“  Descriptive observations which provide an

initial general presentation of the field”).

104

5/12/2018 Istilah penelitian - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/istilah-penelitian 7/29

e) Observasi terfokus yang semakin terkonsentrasi pada aspek-aspek yang

relevan dengan pertanyaan penelitian. (“ Focused observations which

concentrate more and more on aspects that are relevant to the

research questions”).

f) Observasi selektif yang dimaksudkan untuk secara sengaja menangkap

hanya aspek-aspek pokok. (“Selective observations which are intended 

to purposively grasp only central aspects”).

g) Akhir dari observasi apabila kepenuhan teori telah tercapai, yaitu

apabila observasi lebih lanjut tidak memberikan pengetahuan lanjutan.

(“The end of the observations, when theoretical saturation has been

reached (Glaser and Strauss, 1967), i.e. futher observations do not 

 provide any futher knowledge”).

Kerlinger (1986, terjemahan Simatupang 1990: 857) intinya

menyatakan bahwa manusia melakukan pengamatan sehari-hari terhadap

orang lain, lingkungan sekeliling dan lain-lain. Tetapi pengamatan seperti

itu jelas tidak memberikan data yang dapat dipergunakan untuk penelitian

ilmiah. Oleh peneliti-peneliti kuantitatif agar data hasil pengamatan dapat

dimanfaatkan dalam penelitian ilmiah perlu diterapkan prosedur 

  pengukuran yaitu setiap perilaku diberi skor menurut aturan tertentu,

sehingga berdasarkan skor-skor tersebut dapat disusun kesimpulan. Namun

menurut Kerlinger hal tersebut ternyata masih menimbulkan kontroversi

dan perdebatan. Para peneliti kuantitatif menyatakan bahwa perilaku

tersebut harus dikontrol secara ketat dan cermat agar perilaku tersebut

dapat dikenakan prosedur pengukuran, dengan demikian data tersebut

  bermanfaat untuk ilmu pengetahuan ilmiah. Peneliti-peneliti kualitatif 

menyatakan bahwa pengamatan harus alamiah (naturalistik): pengamat

harus larut dalam situasi realistik dan alami yang sedang berlangsung, dan

harus mengamati perilaku sebagai yang muncul dalam wujud yang

sebenarnya. Walaupun hal ini dalam pelaksanaannya sangat sulit dan

rumit.

Sedang Bachtiar (dalam Koentjoroningrat, 1977: 139) intinya

menyatakan bahwa dalam pengetahuan ilmiah mengenai segala sesuatu

105

5/12/2018 Istilah penelitian - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/istilah-penelitian 8/29

yang diwujudkan oleh alam semesta, pengamatan merupakan teknik yang

 pertama-tama digunakan dalam penelitian ilmiah. Selanjutnya dinyatakan

  berbeda dengan pengamatan yang dilakukan sehari-hari, pengamatan

sebagai cara penelitian menuntut dipenuhinya syarat-syarat tertentu yang

merupakan jaminan bahwa hasil pengamatan memang sesuai dengan

kenyataan yang menjadi sasaran penelitian. Syarat-syarat tersebut adalah

 peneliti harus berusaha membandingkan dengan hasil pengamatan orang

lain dalam masalah yang sama dan dalam keadaan yang sama, apabila

ternyata mendapatkan hasil yang tidak sama, maka harus diperiksa

kembali dimana kesalahannya. Untuk menguji kebenaran suatu

  pengamatan, peneliti dapat mengulang pengamatannya kemudian

membandingkan dengan hasil pengamatan pertama. Walaupun hal ini tidak 

selalu dapat dilakukan karena ada peristiwa yang hanya sekali terjadi,

sehingga tidak dapat diamati lagi. Catatan penulis: untuk membandingkan

hasil pengamatan dari seorang peneliti dengan peneliti lain adalah sangat

sulit karena belum tentu mendapatkan peneliti dalam masalah yang sama

dengan subjek yang sama. Oleh karena itu peneliti wajib membandingkan

wajib penelitiannya dengan hasil pengamatan   significant others yaitu

individu yang dinilai berwibawa, dipercaya, disegani oleh subjek yang

diteliti sehingga persepsinya terhadap subjek yang diteliti dianggap benar 

atau sesuai dengan kenyataannya.

Menurut Suparlan (1997: 103) metoda pengamatan digunakan untuk 

memperoleh informasi mengenai gejala-gejala yang dalam kehidupan

sehari-hari dapat diamati. Hasil pengamatan biasanya didiskusikan oleh si

 peneliti dengan warga masyarakat yang bersangkutan untuk mengetahuimakna yang terdapat dibalik gejala-gejala tersebut. Selanjutnya menurut

Suparlan (1994: 62) intinya terdapat anggapan sementara pihak bahwa

 pengamatan dinilai bukan suatu metoda penelitian yang ilmiah karena

sederhana, tidak rumit teknik-tekniknya dan tidak susah memahami dan

menggunakannya. Padahal apabila digunakan sesuai persyaratannya akan

memperoleh data yang tepat dan dapat dipertanggung jawabkan. Suparlan

selanjutnya mengemukakan bahwa dalam penelitian ilmiah yang

106

5/12/2018 Istilah penelitian - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/istilah-penelitian 9/29

menggunakan metoda pengamatan, si peneliti hendaknya memperhatikan 8

(delapan) hal sebagai berikut:

a) Ruang atau tempat: setiap gejala (benda, peristiwa, orang, hewan)

selalu berada dalam ruang atau tempat tertentu. Bahkan

keseluruhannya dari benda atau gejala yang ada dalam ruang yang

menciptakan suatu suasana tertentu patut diperhatikan oleh si peneliti,

sepanjang hal itu mempunyai pengaruh gejala-gejala yang diamatinya.

 b) Pelaku: pengamatan terhadap pelaku mencakup ciri-ciri tertentu yang

dengan ciri-ciri tersebut sistem kategorisasi yang berpengaruh terhadap

struktur interaksi dapat terungkapkan.

c) Kegiatan: dalam ruang atau tempat tersebut para pelaku tidak hanya

 berdiam diri saja tetapi melakukan kegiatan-kegiatan, yaitu tindakan-

tindakan yang dilakukan, yang dapat mewujudkan adanya serangkaian

interaksi di antara sesama mereka.

d) Benda-benda atau alat-alat: semua benda-benda atau alat yang berada

dalam ruang atau tempat yang digunakan oleh para pelaku dalam

melakukan kegiatan-kegiatannya atau ada kaitannya dengan kegiatan-

kegiatannya haruslah diperhatikan dan dicatat oleh si peneliti.

e) Waktu: setiap kegiatan selalu berada dalam suatu tahap-tahap waktu

yang berkesinambungan. Seorang peneliti harus memperhatikan waktu

dan urut-urutan kesinambungan dari kegiatan, atau hanya

memperhatikan kegiatan tersebut dalam satu jangka waktu tertentu saja

dan tidak secara keseluruhan.

f) Peristiwa: dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para pelaku,

 bisa terjadi sesuatu peristiwa diluar kegiatan-kegiatan yang nampaknyarutin dan teratur itu atau juga terjadi peristiwa-peristiwa yang

sebenarnya penting tetapi dianggap biasa oleh para pelakunya. Seorang

 peneliti yang baik harus tajam pengamatannya dan tidak lupa untuk 

mencatatnya.

g) Tujuan: dalam kegiatan-kegiatan yang diamati bisa juga terlihat tujuan-

tujuan yang ingin dicapai oleh para pelakunya sebagaimana terwujud

dalam bentuk tindakan-tindakan dan ekspresi muka dan gerak tubuh

107

5/12/2018 Istilah penelitian - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/istilah-penelitian 10/29

atau juga dalam bentuk ucapan-ucapan dan ungkapan-ungkapan

 bahasa.

h) Perasaan: pelaku-pelaku juga dalam kegiatan dan interaksi dengan

sesama para pelaku dapat terlihat dalam mengungkapkan perasaan dan

emosi-emosi mereka dalam bentuk tindakan, ucapan, ekspresi muka

dan gerakan tubuh. Hal-hal semacam ini juga harus diperhatikan oleh

si peneliti.

Dari berbagai pendapat beberapa tokoh tentang pengamatan

(observasi) maka dapat disimpulkan bahwa pengamatan (observasi)

dalam konteks penelitian ilmiah adalah studi yang disengaja dan

dilakukan secara sistematis, terencana, terarah pada suatu tujuan

dengan mengamati dan mencatat fenomena atau perilaku satu atau

sekelompok orang dalam konteks kehidupan sehari-hari, dan

memperhatikan syarat-syarat penelitian ilmiah. Dengan demikian

hasil pengamatan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.

Agar hasil pengamatan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya

maka hasil pengamatannya hendaknya dibandingkan dengan hasil

 pengamatan peneliti lain tentang orang atau fenomena yang sama dan

dalam situasi yang sama pula. Dapat juga dilakukan dengan mengulangi

  pengamatannya atau melengkapi dengan menggunakan teknik lain

misalnya wawancara dan lain-lain. Atau dapat pula dilakukan dengan

membandingkan dengan hasil pengamatan dari  significant others. Jelaslah

 bahwa prinsip triangulasi dalam penelitian kualitatif harus ditegakkan.

b. Ciri-ciri Observasi

1) Persyaratan lain disamping diterapkannya prinsip triangulasi,

maka agar hasil observasi dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya

  perlu adanya latihan untuk melakukan observasi, dan telah dimilikinya

secara mantap pengetahuan teoritis atau konseptual dalam bidang atau

masalah yang diobservasi oleh si peneliti. Atau dengan kata lain peneliti

telah memiliki kepekaan teoritis (theoretical sensitivity).

2) Pengamatan dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya dalam

 penelitian kualitatif karena mempunyai keunggulan sebagai berikut:

108

5/12/2018 Istilah penelitian - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/istilah-penelitian 11/29

a) Pengamatan yang dilakukan sendiri oleh si peneliti

dapat diperoleh kebenaran yang meyakinkan, karena si peneliti dapat

secara langsung mengecek kebenaran informasi.

  b) Pengamatan memungkinkan si peneliti mampu

memahami situasi yang rumit yaitu jika si peneliti ingin

memperhatikan beberapa tingkah laku sekaligus atau tingkah laku yang

kompleks.

c) Dengan pengamatan dimungkinkan melihat dan

mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kegiatan

sebagaimana yang sebenarnya.

3) Dalam kasus-kasus tertentu dimana teknik  

komunikasi lainnya tidak dimungkinkan, pengamatan menjadi alat yang

sangat bermanfaat, misalnya mengamati bayi yang belum dapat berbicara,

atau mengamati orang yang menderita cacat; tuna rungu/tuna wicara, tuna

netra, dan lain-lain.

Perlu mendapatkan perhatian bagi peneliti muda (mahasiswa S-1 yang

sedang menyusun Skripsi dengan pendekatan kualitatif) tujuan

  pengamatan adalah menangkap makna fenomena sebagaimana

 pemahaman subjek yang diteliti terhadap fenomena tersebut. Merasakan

apa yang dirasakan dan dihayati oleh subjek yang diteliti, bukan apa yang

yang dirasakan dan dihayati oleh si peneliti.

4) Menggaris bawahi pendapat Poerwandari (1998:

62) yang menyatakan bahwa pengamatan diarahkan pada kegiatan

memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan

mempertimbangkan hubungan antara aspek dalam fenomena tersebut. Ini  berarti pengamatan harus dilakukan dengan teliti dan cermat, dengan

demikian pengamatan tidak dapat dilakukan secara bersamaan dengan

wawancara, karena tidak mungkin pengamatan yang dilakukan bersamaan

waktu dengan wawancara akan mendapatkan hasil teliti dan cermat.

5) Mengacu pendapat dari Kerlinger (1986

terjemahan Simatupang, 1990: 857) yang menyatakan pengamatan dalam

konteks penelitian kualitatif situasi yang diamati harus realistik dan alami

(naturalistik), maka pendapat Banister dkk (1994 dalam Poerwandari,

109

5/12/2018 Istilah penelitian - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/istilah-penelitian 12/29

1998: 62) yang menyatakan observasi dapat berlangsung dalam konteks

laboratorium (eksperimental) maupun konteks alamiah, maka pernyataan

  bahwa observasi dapat berlangsung dalam konteks laboratorium

(eksperimental) harus diartikan observasi tersebut dilakukan dalam rangka

 penelitian kuantitatif. Disini eksperimen direncanakan dan dilaksanakan

oleh si peneliti. Subjek yang diteliti dalam eksperimen penelitian

kuantitatif berperan sebagai objek eksperimen. Observasi dapat pula

dilakukan dalam penelitian kualitatif apabila eksperimen disusun dan

dilakukan oleh peneliti lain, si peneliti mengamati subjek yang diteliti

dalam eksperimen tersebut dalam situasi apa adanya. Subjek yang diteliti

tidak menjadi objek eksperimen dan tidak tahu kehadiran observer 

(eksperimen dengan laboratorium berkaca).

6) Agar dapat berfungsi sebagai metoda dalam

  penelitian ilmiah pengamatan harus dilakukan sesuai persyaratannya.

Apabila hal tersebut dilakukan maka akan memperoleh data yang tepat dan

dapat dipertanggung jawabkan (Suparlan, 1994: 62). Peneliti dalam

  penelitian ilmiah dengan menggunakan teknik pengamatan harus

memperhatikan 8 (delapan) hal, yaitu: a) ruang atau tempat, b) pelaku, c)

kegiatan, d) benda-benda atau alat-alat, e) waktu, f) peristiwa, g) tujuan, h)

 perasaan subjek yang diteliti.

7) Mengacu pendapat beberapa penulis Flick  

(2002: 136) menyatakan terdapat 7 (tujuh) tahap dalam pelaksanaan

observasi, yaitu:

a) Melakukan seleksi terhadap setting penelitian.

 b) Mendefinisikan apa yang dapat didokumentasikan dalam observasi dandalam setiap kasus.

c) Melakukan latihan bagi peneliti tentang aturan-aturan yang harus

ditaati dalam melakukan pengamatan sesuai fokus-fokus penelitian

yang direncanakan.

Catatan penulis: fokus penelitian dapat berubah sesuai kondisi

dilapangan.

d) Mendiskripsikan apa yang akan dilakukan dilapangan.

110

5/12/2018 Istilah penelitian - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/istilah-penelitian 13/29

e) Memokuskan observasi pada aspek-aspek yang relevan dengan

 pertanyaan penelitian.

f) Menyeleksi apa yang diobservasi dengan mengutamakan aspek-aspek 

 pokok.

g) Mengakhiri observasi apabila tujuan observasi telah tercapai artinya

apa yang akan diobservasi tidak dapat dikembangkan lagi karena telah

sesuai dengan teori yang mendasari, dan tidak akan mendapatkan data-

data baru lagi yang memberikan pengetahuan baru.

2. PENGAMATAN TERLIBAT (PARTICIPANT OBSERVATION)

Menurut Suparlan (1994: 7) dalam penelitian etnografi, pengamatan terlibat

merupakan metoda yang utama digunakan untuk pengumpulan bahan-bahan

keterangan kebudayaan disamping metoda-metoda penelitian lainnya. Sedang

 pendapat penulis pengamatan terlibat merupakan teknik pengumpulan informasi

(data) yang sangat penting dalam penelitian kualitatif untuk bidang psikologi,

karena agar dapat menghayati perasaan, sikap, pola pikir yang mendasari perilaku

subjek yang diteliti secara mendalam tidak cukup memadai apabila hanya

dilakukan dengan wawancara. Keterlibatan langsung si peneliti dalam kehidupan

sehari-hari dari subjek yang diteliti dapat memungkinkan hal-hal tersebut tercapai.

Selanjutnya menurut Suparlan berbeda dengan metoda-metoda pengamatan

lainnya, sasaran dalam pengamatan terlibat adalah orang atau pelaku ( subjek yang

diteliti). Karena itu juga keterlibatannya dengan sasaran yang ditelitinya berwujud

dalam hubungan-hubungan sosial dan emosional. Hal tersebut dilakukan dengan

melibatkan dirinya dalam kegiatan dan kehidupan pelaku yang diamatinya sesuai

dengan kacamata kebudayaan dari para pelakunya sendiri. Hal ini sejalan dengan pandangan psikologi karena perilaku manusia tidak mungkin lepas dari nilai-nilai

 budaya yang melatar belakanginya. Bahwa budaya merupakan jaringan makna

atau nilai ini dikemukakan oleh Clifford Greetz (1992) dalam bukunya yang

 berjudul: “Tafsir Kebudayaan”.

Sedang definisi pengamatan terlibat (  participant observation dari Denzin

(1989: 157-8 dalam Flick, 2002: 139)) sebagai berikut: “Pengamatan terlibat

didefinisikan sebagai suatu strategi lapangan yang secara simultan (serempak)

mengkombinasikan analisis dokumen, mewawancarai para responden dan

111

5/12/2018 Istilah penelitian - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/istilah-penelitian 14/29

informan-informan, observasi dan partisipasi (keterlibatan) langsung dan

instrospeksi (“ Participant observation will be defined as a field strategy that 

  simultaneously combines document analysis, interviewing of respondents and 

informants, direct participation and observation, and instrospection”).

Jorgensen (dalam Flick, 2002: 139) membedakan pengamatan terlibat

(  participant observation) dengan pengamatan tidak terlibat (non-participant 

observation) dalam 7 (tujuh) hal, sebagai berikut:

a. Pengamatan terlibat ditujukan pada minat khusus atau nilai-

nilai/makna-makna kemanusiaan dan interaksi antar manusia seperti

 pandangan dari perspektif orang-orang yang berada di dalam atau bagian

situasi dan  setting  khusus. (“  A special interest in human meaning and 

interaction as viewed from the perspective of people who are insiders or 

members of particular situations and settings”).

 b. Lokasi/tempat disini dan sekarang dari  setting  dan situasi

kehidupan sehari-hari sebagai dasar penelitian dan metoda. (“ Location in the

here and now of everyday life situations and setting as the foundation of 

inquiry and method”).

c. Suatu bentuk teori dan penyusunan teori yang menekankan

interpretasi dan pemahaman tentang eksistensi manusia. (” A form of theory

and theorizing stressing interpretation and understanding of human

existence”).

d. Suatu proses penelitian yang logis yang terbuka-tertutup,

fleksibel, memberi kesempatan dan memerlukan redefinisi yang tetap dari apa

yang menjadi permasalahan, berdasarkan pada fakta-fakta yang dikumpulkan

dalam  setting yang konkret dari eksistensi manusia. (“ A logic and process of inquiry that is open-ended, flexible, opportunistic, and requires constant 

redefinition of facts gathered in concrete setting of human existence”).

e. Suatu yang mendalam, kualitatif, pendekatan dan disain studi

kasus. (“ An in-depth, qualitative, case study approach and design”).

f. Kinerja/performansi dari peranan orang yang terlibat yang

meliputi pemantapan dan pemeliharaan hubungan-hubungan dengan warga

setempat dilapangan, dan (“The performance of a participant role or roles

112

5/12/2018 Istilah penelitian - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/istilah-penelitian 15/29

that in volves establishing and maintining relationships with natives in the

 field; and”).

g. Menggunakan observasi langsung dengan metoda-metoda

untuk mengumpulkan informasi lainnya. (“The use of direct observation along 

with other methods of gathering information”).

Dari penjelasan-penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengamatan

terlibat ( participant observation) adalah studi yang disengaja dan dilakukan

secara sistematis, terencana, terarah pada suatu tujuan dimana pengamat

atau peneliti terlibat langsung dalam kehidupan sehari-hari dari subjek atau

kelompok yang diteliti. Dengan keterlibatan langsung dalam kehidupan

sehari-hari tersebut menyebabkan terjadinya hubungan sosial dan emosional

antara peneliti dengan subjek yang diteliti, dampaknya si peneliti mampu

menghayati perasaan, sikap, pola pikir yang mendasari perilaku subjek yang

diteliti terhadap masalah yang dihadapi.

Untuk memperdalam wawasan pembaca tentang pengamatan terlibat akan

diuraikan seluk beluk pengamatan terlibat dari pandangan Suparlan (1997: 100-

101). Dikemukakan bahwa dalam kegiatan penelitian dengan menggunakan

metoda pengamatan terlibat si peneliti bukan hanya mengamati gejala-gejala yang

ada dalam kehidupan sehari-hari masyarakat yang diteliti, tetapi juga melakukan

wawancara, mendengarkan, merasakan, dan dalam batas-batas tertentu mengikuti

kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh mereka yang ditelitinya. Wawancara yang

dilakukannya bukanlah wawancara formal, yang biasa dilakukan dengan

menggunakan kuesioner, tetapi sebuah wawancara yang terwujud sebagai dialog

yang spontan berkenaan dengan suatu masalah atau topik yang kebetulan sedang

dihadapi oleh pelaku. Justru yang spontan inilah yang objektif dan sahih karenatidak direkayasa terlebih dulu oleh para informan (pemberi informasi yaitu

individu yang dapat memberikan informasi tentang masalah/subjek yang diteliti).

Inti dari metoda pengamatan terlibat adalah mengumpulkan informasi melalui

 pancainderanya. Metoda ini berbeda dengan metoda pengamatan yang hanya

menggunakan indera mata saja, atau dengan metoda wawancara dengan pedoman

yang hanya menggunakan telinga untuk mendengarkan apa yang dipikirkan atau

dirasakan oleh informan.

113

5/12/2018 Istilah penelitian - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/istilah-penelitian 16/29

Keterlibatan peneliti di dalam kehidupan masyarakat yang diteliti mungkin

dapat dilakukan kalau si peneliti tersebut diterima oleh masyarakat yang

ditelitinya. Salah satu prasyarat untuk dapat diterima oleh masyarakat yang diteliti

adalah kejujuran dalam menjelaskan siapa dirinya, dan memberikan penjelasan

tersebut dengan secara masuk akal.

Selanjutnya dijelaskan bahwa metoda pengamatan digunakan untuk 

memperoleh informasi mengenai gejala-gejala yang dalam kehidupan sehari-hari

dapat diamati. Hasil pengamatan biasanya didiskusikan oleh si peneliti dengan

warga masyarakat yang bersangkutan untuk mengetahui makna yang terdapat

dibalik gejala-gejala tersebut. Hasil-hasil pengamatan biasanya mencakup  setting 

dari lingkungan hidup, lokasi, dan kondisi fisik dan sosial dari unsur-unsur yang

ada dalam masyarakat tersebut. Selanjutnya menurut Spindler (1982: 6 – 7 dalam

Suparlan 1997: 108 – 110) pedoman umum yang harus diperhatikan dalam

melaksanakan pengamatan terlibat, diantaranya:

a. Pengamatan-pengamatan yang dilakukan harus kontekstual.

Peristiwa-peristiwa yang signifikan harus dilihat dalam kerangka hubungan

dari  setting  (latar) yang sedang diteliti di dalam konteks-konteks yang lebih

luas dan yang terletak di luar  setting tersebut.

 b. Hipotesa-hipotesa dan pertanyaan-pertanyaan penelitian harus

muncul sejalan dengan berlangsungnya penelitian yang dilakukan dan berada

dalam  setting  untuk diamati. Ketentuan untuk memutuskan yang mana yang

signifikan untuk dipelajari sebaiknya ditunda sampai tahap orientasi dari

 penelitian lapangan tersebut telah selesai dilalui.

c. Pengamatan berlangsung lama dan berulang-ulang. Rangkaian

 peristiwa-peristiwa harus diamati lebih dari satu kali.d. Pandangan warga setempat (the native view) yaitu pandangan

dari setiap orang yang terlibat di dalam  setting  sosial mengenai kenyataan

harus diungkapkan melalui inferensi-inferensi dari pengamatan dan melalui

 berbagai bentuk penelitian etnografi: wawancara, prosedur-prosedur lainnya

yang dipilih (termasuk penggunaan sejumlah alat bantu penelitian), dan

  bahkan kalau perlu dapat menggunakan kuesioner walaupun harus dengan

secara hati-hati.

114

5/12/2018 Istilah penelitian - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/istilah-penelitian 17/29

Catatan penulis: walaupun hal tersebut di atas dimaksudkan untuk penelitian

etnografi, tetapi menurut penulis berlaku juga untuk penelitian bidang-bidang

studi yang lain, termasuk psikologi.

Selanjutnya menurut Suparlan (1994: 72 - 79) terdapat bermacam-macam

keterlibatan si peneliti dalam pengamatan terlibat, yaitu:

a.  Keterlibatan pasif . Dalam kegiatan pengamatannya, si peneliti tidak terlibat

dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para pelaku yang diamatinya,

dan dia juga tidak melakukan sesuatu bentuk interaksi sosial dengan pelaku

atau para pelaku yang diamati. Keterlibatannya dengan para pelaku terwujud

dalam bentuk keberadaannya dalam arena kegiatan yang diwujudkan oleh

tindakan-tindakan pelakunya.

Contoh. Seorang peneliti yang ingin mengetahui bagaimana pola tindakan

warga Jakarta untuk memperoleh pelayanan fasilitas yang terbatas ditempat

umum. Kasus yang diamati adalah ditempat penjualan karcis kereta api untuk 

luar kota di stasiun Gambir. Cara yang dilakukannya adalah: Dia cukup datang

ke stasiun kereta api Gambir, berdiri diruang tempat adanya loket penjualan

karcis untuk luar kota. Di papan pengumuman terdapat jadual-jadual

 pemberangkatan masing-masing kereta api dan jam-jam penjualan karcis. Si

 peneliti tidak harus ikut berdiri dimuka loket dan membeli karcis untuk dapat

keterangan yang diperlukan. Dengan demikian si peneliti cukup berdiri

terpisah dari orang-orang yang sibuk berusaha memperoleh karcis, tetapi dia

 juga tidak betul-betul terpisah dari para pelaku yang diamatinya karena ia

  berada dalam arena kegiatan-kegiatan yang sedang diamatinya. Dalam

keadaan demikianlah si peneliti digolongkan sebagai pengamat dengan

keterlibatan yang pasif. b.  Keterlibatan Setengah-setengah. Dalam kegiatan pengamatannya, si peneliti

mengambil suatu kedudukan yang berada dalam dua hubungan struktural yang

  berbeda, yaitu antara struktur yang menjadi wadah bagi kegiatan-kegiatan

yang diamatinya dengan struktur dimana dia sebagian dari dan menjadi

 pendukungnya. Dalam kedudukan demikian, peranannya adalah mengimbangi

antara peranan yang harus dimainkan di dalam struktur yang ditelitinya

dengan struktur yang dalam mana dia menjadi salah satu unsurnya.

115

5/12/2018 Istilah penelitian - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/istilah-penelitian 18/29

Contoh. Seorang mahasiswa kriminologi yang hendak mengadakan penelitian

mengenai kehidupan nara pidana disebuah Lembaga Pemasyarakatan; tidak 

mungkin untuk dapat mengadakan pengamatan dengan cara hidup dipenjara

sama dengan nara pidana (atau salah satu kategori nara pidana sesuai dengan

masa hukuman dan kejahatan yang telah dilakukannya) lainnya.  Pertama,

kehidupan sebagai nara pidana terlalu berat bagi mahasiswa tersebut, karena

dalam kehidupan di Lembaga Pemasyarakatan masih juga terkandung unsur-

unsur kekerasan dan kekejaman dalam segala seginya.  Kedua, akan terjadi

kesukaran untuk menempatkan kedudukan si mahasiswa dalam struktur sosial

yang berlaku dalam lembaga tersebut, yang dapat merugikan usaha-usahanya

untuk memperoleh keterangan-keterangan yang diperlukan. Justu dia dikenal

sebagai mahasiswa oleh para nara pidana itu maka kemungkinan besar dia

lebih banyak untuk dapat memperoleh keterangan yang diperlukan

dibandingkan kalau dia betul-betul sebagai nara pidana dalam kegiatan

 penelitiannya. Dalam kedudukan sebagai mahasiswa, dalam satu segi dia

“orang luar” lebih banyak “dipercaya” untuk mengamati kegiatan-kegiatan

mereka secara sewajarnya dibandingkan kalau dia berperan sebagai nara

  pidana atau sebagai petugas Lembaga Pemasyarakatan. Dalam keadaan

demikian dia akan tetap mempertahankan peranannya sebagai peneliti atau

 pengamat yang terlibat setengah-setengah.

c.   Keterlibatan Aktif . Dalam kegiatan pengamatannya, si peneliti ikut

mengerjakan apa yang dikerjakan oleh para pelakunya dalam kehidupan

sehari-harinya. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukannya untuk dapat betul-

 betul memahami dan merasakan (meng-internalisasikan) kegiatan-kegiatan

dalam kehidupan mereka dan aturan-aturan yang berlaku serta pedoman- pedoman hidup yang mereka jadikan sandaran pegangan dalam melakukan

kegiatan-kegiatan tersebut.

Contoh. Seorang peneliti yang berusaha untuk membuat etnografi salah satu

suku bangsa terasing di Indonesia, yaitu Orang Sakai yang hidup di wilayah

Propinsi Riau, telah menggunakan pengamatan terlibat. Dalam kegiatan

 penelitiannya, dia hidup/tinggal bersama dengan Orang Sakai yang ditelitinya

ditempat pemukiman mereka. Secara bertahap dia berusaha untuk dapat

memperoleh bahan-bahan keterangan yang diperlukan, yang antara lain adalah

116

5/12/2018 Istilah penelitian - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/istilah-penelitian 19/29

turut aktif mengerjakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Orang Sakai

yang ditelitinya. Misalnya, untuk memperoleh bahan keterangan mengenai

sistem mata pencaharian, khususnya dalam hal ini cara-cara mereka menjerat

hewan hutan, menangkap ikan, dan sebagainya, maka si peneliti tersebut ikut

dalam kegiatan-kegiatan menjerat hewan di hutan, menangkap ikan (dengn

  berbagai tekniknya) di sungai, di rawa-rawa dan digenangan air, dan

sebagainya. Dalam kerangka pembicaraan mengenai tahap-tahap kegiatan

dalam penelitian dengan menggunakan metoda pengamatan terlibat,

sebenarnya Pengamatan Keterlibatan Aktif dapat dilihat sebagai satu tahap

  perantara untuk mencapai tahap berikutnya yaitu Pengamatan Terlibat

Sepenuhnya atau Lengkap.

d.   Keterlibatan Penuh atau Lengkap. Pada waktu si peneliti telah menjadi

sebagian dari kehidupan warga masyarakat yang ditelitinya, artinya dalam

kehidupan warga masyarakat tersebut kehadiran si peneliti dianggap biasa dan

kehadirannya dalam kegiatan-kegiatan para warga telah dianggap sebagai

suatu “keharusan”, maka pada waktu tersebut si peneliti sebenarnya telah

mencapai suatu tahap keterlibatan yang penuh atau lengkap. Dalam keadaan

demikian, sebenarnya kedudukan dan peranan si peneliti telah didefinisikan

dalam struktur sosial yang berlaku, oleh para warga itu sendiri. Sebenarnya

tidak mudah untuk mencapai tahap ini, dan pencapaian tersebut sebagian

terbesar tergantung pada kemampuan si peneliti untuk dapat memanipulasi

kondsi-kondisi yang dipunyainya dalam kaitannya dengan situasi dan kondisi

yang dihadapinya yang bersumber pada situasi penelitiannya. Dalam banyak 

hal seorang peneliti yang menggunakan metoda pengamatan terlibat dapat

mencapai tahap ini; yaitu setelah memakan waktu yang cukup lama dalamhubungan si peneliti dengan warga masyarakat yang bersangkutan dan setelah

warga masyarakat tersebut merasa bahwa si peneliti bukan orang yang “jahat”

 bahkan orang-orang yang “baik”.

Berkenaan dengan tahap pengamatan terlibat yang penuh atau lengkap ini,

  perlu dicatat bahwa tidak semua peneliti dengan menggunakan pengamatan

terlibat dapat menggunakan cara teknik pengamatan terlibat penuh atau lengkap.

Hal ini disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa tidak semua sasaran penelitian

itu memungkinkan dilakukannya penelitian dengan menggunakan teknik 

117

5/12/2018 Istilah penelitian - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/istilah-penelitian 20/29

  pengamatan terlibat penuh. Ada sasaran-sasaran penelitian yang cukup

membahayakan (baik dari segi fisik maupun segi sosial dan kejiwaan) bagi para

  peneliti yang ingin menggunakan teknik keterlibatan yang sepenuhnya.

Contohnya adalah penelitian terhadap atau mengenai kehidupan orang homo sek 

oleh seorang peneliti laki-laki yang tidak tergolong sebagai orang homo sek ; juga

  penelitian terhadap kehidupan nara pidana Lembaga Pemasyrakatan (seperti

contoh yang telah dikemukakan terdahulu).

Disamping pengamatan terlibat, menurut Suparlan terdapat 2 (dua) macam

 pengamatan yang lain, yaitu pengamatan biasa dan pengamatan terkendali, berikut

 penjelasannya:

a.   Pengamatan Biasa. Metoda ini menggunakan teknik pengamatan yang

mengharuskan si peneliti tidak boleh terlibat dalam hubungan-hubungan emosi

  pelaku yang menjadi sasaran penelitiannya. Contoh penelitian dengan

menggunakan metoda pengamatan biasa dengan sasaran manusia adalah

seorang peneliti yang mengamati pola kehidupan para pelawak yang muncul

dipanggung televisi RI. Si peneliti dalam hal ini tidak ada hubungan apapun

dengan para pelaku yang diamatinya. Hal yang sama juga dapat dilihat pada

contoh dimana si peneliti mengamati pola kelakuan para pejalan kaki di Jalan

Salemba Raya (dimuka gedung UI) dari jembatan penyeberangan yang ada

disitu.

Penggunaan metoda pengamatan biasa, biasanya selalu digunakan untuk 

mengumpulkan bahan-bahan keterangan yang diperlukan berkenaan dengan

masalah-masalah yang terwujud dari sesuatu peristiwa, gejala-gejala dan

  benda, contohnya adalah seorang peneliti yang hendak memperoleh

keterangan berkenaan dengan pengaruh kenaikan harga BBM baru-baru initerhadap harga beras dipasaran ibukota Jakarta. Pertama dia harus

mengidentifikasi tempat-tempat dimana beras dijual (pasar biasa, yang

dibedakan lagi dalam penjual grosir, penjual eceran; di warung-warung yang

tersebar di kampung-kampung di kota Jakarta; dan di supermarket-

supermarket). Untuk kemudahan dia menentukan untuk memilih supermarket

sebagai sasaran tempat penjualan beras yang diamati, yang mudah

melakukannya karena ada tertera harga beras dikantong pembungkusnya.

Dalam melakukan pengamatannya, dia akan menentukan jangka waktu

118

5/12/2018 Istilah penelitian - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/istilah-penelitian 21/29

  pengamatan, ambil contoh misalnya selama tujuh hari yang dimulai

  pengamatannya satu hari setelah diumumkannya kenaikan BBM tersebut.

Selama tujuh hari si peneliti cukup mendatangi supermarket-supermarket yang

ada di Jakarta, mencatat harga beras sesuai dengan kategori (beras Cianjur 

kepala, Cianjur slip, Raja lele, dan lain-lain sebagaimana yang terdapat dijual

supermarket-supermarket tersebut). Dalam kegiatan penelitiannya ini dia sama

sekali tidak ada hubungan emosional ataupun perasaan dengan beras yang

diamati harganya.

Dalam pengamatan biasa, seringkali dalam kegiatan-kegiatan pembuatan

  peta sesuatu kampung seorang peneliti juga menggunakan alat yang dapat

membantunya untuk melakukan pengamatan atas gejala-gejala dan benda

secara lebih tepat. Alat ini sebenarnya berfungsi untuk membantu ketajaman

  penglihatan matanya. Dengan alat ini tidak ada keterlibatan emosi dan

 perasaan dengan sasaran pengamatannya.

 b.  Pengamatan Terkendali. Dalam pengamatan terkendali, si peneliti juga tidak 

terlibat hubungan emosi dan perasaan dengan yang ditelitinya; seperti halnya

dengan pengamatan biasa. Yang membedakan pengamatan biasa dengan

 pengamatan terkendali adalah para pelaku yang akan diamati, diseleksi dan

kondisi-kondisi yang ada dalam ruang atau tempat kegiatan pelaku itu diamati

dikendalikan oleh si peneliti. Contohnya, sebuah eksperimen untuk mengukur 

tingkat ketegangan jiwa (anxiety) para pelaku pemain catur. Dua orang

 pemuda yang umurnya sama, begitu juga latar belakang pendidikan, kondisi

sosial, kebudayaan dan suku bangsanya sama, serta sama-sama belum pernah

 bermain catur karena belum mengetahui aturan-aturan dan cara bermainnya

dipilih. Kedua orang ini melalui penataran terbatas, diberi pelajaran bagaimana bermain catur. Isi pelajaran catur yang diberikan dan waktu pelajaran adalah

sama. Setelah persiapan-persiapan tersebut dianggap mencukupi, sesuai

 persyaratan-persyaratan yang dibuat oleh peneliti, maka kedua orang tersebut

lalu disuruh bermain di dalam sebuah ruang kaca yang tidak tembus

  penglihatan keluar. Bersamaan dengan itu masing-masing pemain pada

tubuhnya juga ditempeli macam-macam kabel yang berguna untuk mencatat

frekuensi detak jantung, denyut nadi, temperatur tubuh, perkeringatan, dan

hal-hal lain yang diperlukan. Dalam keadaan demikian si peneliti berada di

119

5/12/2018 Istilah penelitian - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/istilah-penelitian 22/29

luar ruang tempat kedua pelaku tersebut bermain catur. Si peneliti mengamati

dan mencatat jalannya permainan (dari tahap pembukaan sampai dengan akhir 

  permainan), tindakan-tindakan kedua pelaku. Hasil pengamatannya dan

catatan-catatan yang dibuat oleh mesin keduanya dianalisa sesuai dengan

tujuan penelitiannya. Dalam penelitian seperti ini, si pengamat sama sekali

tidak mempunyai hubungan dalam bentuk apapun selama pengamatan

dilakukan dengan para pelaku yang diamatinya.

3. PENGERTIAN WAWANCARA DAN KRITERIA PENYUSUNAN 

 PERTANYAAN 

a. Pengertian wawancara

Menurut Kartono (1980: 171) interview atau wawancara adalah suatu

 percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu; ini merupakan proses

tanya jawab lisan, dimana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik.

Dalam proses interview terdapat 2 (dua) pihak dengan kedudukan yang

  berbeda. Pihak pertama berfungsi sebagai penanya, disebut pula sebagai

interviewer , sedang pihak kedua berfungsi sebagai pemberi informasi

(  Information supplyer ), interviewer  atau informan.  Interviewer  mengajukan

 pertanyaan-pertanyaan, meminta keterangan atau penjelasan, sambil menilai

  jawaban-jawabannya. Sekaligus ia mengadakan paraphrase (menyatakan

kembali isi jawaban interviewee dengan kata-kata lain), mengingat-ingat dan

mencatat jawaban-jawaban. Disamping itu dia juga menggali keterangan-

keterangan lebih lanjut dan berusaha melakukan “ probing” (rangsangan,dorongan).

Pihak interviewee diharap mau memberikan keterangan serta penjelasan,

dan menjawab semua pertanyaan yang diajukan kepadanya. Kadang kala ia

malahan membalas dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan pula.

Hubungan antara interviewer dengan interviewee itu disebut sebagai “a face to

 face non-reciprocal relation” (relasi muka berhadapan muka yang tidak timbal

 balik). Maka interview ini dapat dipandang sebagai metoda pengumpulan data

120

5/12/2018 Istilah penelitian - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/istilah-penelitian 23/29

dengan tanya jawab sepihak, yang dilakukan secara sistematis dan berdasarkan

tujuan research (Kartono, 1980: 171).

Menurut Banister dkk (1994 dalam Poerwandari 1998: 72 - 73)

wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk 

mencapai tujuan tertentu. Wawancara kualitatif dilakukan bila peneliti

 bermaksud untuk memperoleh pengetahuan tentang makna-makna subjektif 

yang dipahami individu berkenaan dengan topik yang diteliti, dan bermaksud

melakukan eksplorasi terhadap isu tersebut, suatu hal yang tidak dapat

dilakukan melalui pendekatan lain.

Menurut Denzin & Lincoln (1994: 353) interview merupakan suatu

 percakapan, seni tanya jawab dan mendengarkan. Ini bukan merupakan suatu

alat yang netral, pewawancara menciptakan situasi tanya jawab yang nyata.

Dalam situasi ini jawaban-jawaban diberikan. Maka wawancara menghasilkan

  pemahaman yang terbentuk oleh situasi berdasarkan peristiwa-peristiwa

interaksional yang khusus. Metoda tersebut dipengaruhi oleh karakteristik 

individu pewawancara, termasuk ras, kelas, kesukuan, dan gender. (“The

interview is a conversation, the art of asking questions and listening. It is not 

neutral tool, for the interviewer creates the reality of the interview situation.

  In this situation answers are given. Thus the interview produces situated 

understandings grounded in specific interactional episodes. This method is

influenced by the personal characteristies of the interviewer, including race,

class, ethnicity, and gender ”).

Menurut Kerlinger (terjemahan Simatupang, 1990: 770 – 771)

wawancara (interview) adalah situasi peran antar-pribadi berhadapan muka

( face to face), ketika seseorang yakni pewawancara mengajukan pertanyaan- pertanyaan yang dirancang untuk memperoleh jawaban-jawaban yang relevan

dengan masalah penelitian, kepada seseorang yang diwawancarai, atau

informan.

Ada dua cara membedakan tipe wawancara dalam tataran yang luas:

terstruktur  dan tak terstruktur  atau baku dan tak baku. Dalam wawancara

standar (terstruktur), pertanyaan-pertanyaan, runtunannya, dan perumusan

kata-katanya sudah “harga mati”, artinya sudah ditetapkan dan tak boleh

diubah-ubah. Mungkin pewawancara masih punya kebebasan tertentu dalam

121

5/12/2018 Istilah penelitian - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/istilah-penelitian 24/29

mengajukan pertanyaan, tetapi itu relatif kecil. Kebebasan pewawancara itu

telah dinyatakan lebih dulu secara jelas. Wawancara standar mempergunakan

skedul wawancara yang telah dipersiapkan secara cermat untuk memperoleh

informasi yang relevan dengan masalah penelitian.

Wawancara tak standar bersifat lebih luwes dan terbuka. Meskipun

  pertanyaan yang diajukan oleh maksud dan tujuan penelitian, muatannya,

runtunan dan rumusan kata-katanya terserah pada pewawancara. Biasanya

tidak digunakan skedul. Singkatnya wawancara tak standar atau wawancara

tak terstruktur merupakan situasi terbuka yang kontras dengan wawancara

standar atau terstruktur yang tertutup. Ini tidaklah berarti bahwa wawancara

tak standar adalah suatu yang gampang-gampangan saja. Wawancara jenis ini

 pun haruslah direncanakan secara cermat sebagaimana halnya wawancara

standar. Dalam hal ini yang kita perhatikan memang hanya wawancara

standar. Akan tetapi, diakui bahwa banyak masalah penelitian sering kali

membutuhkan tipe wawancara kompromi, yakni pewawancara diizinkan untuk 

menggunakan pertanyaan-pertanyaan alternatif yang dinilainya cocok untuk 

responden tertentu dan pertanyaan tertentu.

Dari penjelasan-penjelasan tersebut dapat disimpulkan wawancara

(interview) merupakan suatu kegiatan tanya jawab dengan tatap muka

(  face to face) antara pewawancara (interviewer ) dengan yang

diwawancarai (interviewee) tentang masalah yang diteliti, dimana

pewawancara bermaksud memperoleh persepsi, sikap dan pola pikir dari

yang diwawancarai yang relevan dengan masalah yang diteliti. Karena

wawancara itu dirancang oleh pewawancara, maka hasilnya pun

dipengaruhi oleh karakteristik pribadi pewawancara.Wawancara dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu wawancara terstruktur dan

wawancara tidak terstruktur. Terstruktur apabila pertanyaan yang diajukan

  pewawancara dilakukan secara ketat sesuai daftar pertanyaan yang telah

disiapkan. Tidak terstruktur apabila pertanyaan yang diajukan bersifat

fleksibel tetapi tidak menyimpang dari tujuan wawancara yang telah

ditetapkan.

b. Wawancara Mendalam

122

5/12/2018 Istilah penelitian - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/istilah-penelitian 25/29

Dalam wawancara dikenal adanya teknik wawancara mendalam (in

depth interview). Berikut akan disampaikan pandangan Malo yang mengacu

  pada pandangan para ahli penelitian kualitatif, yang disampaikan pada

Pelatihan Metoda Kualitatif PAU-IS-Universitas Indonesia 10 Nopember 1998

sebagai berikut:

Pada prinsipnya teknik wawancara merupakan teknik dimana penelitian

dan responden bertatap muka langsung di dalam wawancara yang dilakukan.

Peneliti mengharapkan perolehan informasi dari responden mengenai suatu

masalah yang ditelitinya, yang tidak dapat terungkap melalui penggunaan

teknik kuesioner. Oleh karena itu maka di dalam pelaksanaan wawancara

mendalam, pertanyaan-pertanyaan yang akan dikemukakan kepada responden

tidak dapat dirumuskan secara pasti sebelumnya, melainkan pertanyaan-

  pertanyaan tersebut akan banyak bergantung dari kemampuan dan

 pengalaman peneliti untuk mengembangkan pertanyaan-pertanyaan lanjutan

sesuai dengan jawaban responden. Dengan perkataan lain di dalam wawancara

mendalam berlangsung suatu diskusi terarah diantara peneliti dan responden

menyangkut masalah yang diteliti. Di dalam diskusi tersebut peneliti harus

dapat mengendalikan diri, sehingga tidak menyimpang jauh dari pokok 

masalah serta tidak memberikan penilaian mengenai benar atau salahnya

 pendapat atau opini responden. Melihat jenis pertanyaan yang digunakan

dalam teknik wawancara mendalam maka jenis pertanyaan yang digunakan

adalah  pertanyaan terbuka. Dibandingkan dengan pertanyaan tertutup, jenis

  pertanyaan terbuka mempunyai kelebihan-kelebihannya misalnya

memungkinkan perolehan variasi jawaban sesuai dengan pemikiran

responden; responden dapat memberikan jawabannya secara lebih terinci sertaresponden diberikan kesempatan mengekspresikan caranya dalam menjawab

 pertanyaan. Serentak dengan itu terdapat pula kelemahan pertanyaan terbuka,

misalnya: kemungkinan terdapatnya jumlah yang cukup besar dari jawaban

yang tidak relevan serta jawaban responden yang tidak standar atau baku

sehingga mempersulit pengolahan data. Seringkali pula peneliti harus pandai-

 pandai menanyakan responden untuk memperoleh jawaban misalnya dengan

mempergunakan teknik-teknik  probing 

(mengorek jawaban responden agar 

terarah pada tujuan penelitian).

123

5/12/2018 Istilah penelitian - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/istilah-penelitian 26/29

c. Kriteria Penulisan Pertanyaan

Menurut Kerlinger (terjemahan Simatupang, 1990: 776 – 778)

 berdasarkan pengalaman dalam penelitian telah dikembangkan kriteria atau

tata aturan penulisan pertanyaan. Terdapat 7 (tujuh) hal yang harus

diperhatikan dalam menyusun pertanyaan, sebagai berikut:

1)  Apakah pertanyaan ini berkaitan dengan masalah penelitian

dan sasaran-sasaran penelitian ? Kecuali pertanyaan-pertanyaan untuk 

memperoleh informasi faktual dan sosiologis, semua pertanyaan dalam

 pedoman wawancara harus mempunyai fungsi tertentu dalam masalah

 penelitiannya. Ini berarti bahwa kegunaan setiap pertanyaan adalah untuk memancing informasi yang dapat digunakan untuk menguji

hipotesis/pertanyaan penelitian.

2) Tepatkan tipe pertanyaan ini ? Ada informasi tertentu yang

dapat diperoleh dengan sebik-baiknya bila menggunakan pertanyaan-

  pertanyaan terbuka –alasan perilaku, itikad/niat, dan sikap. Sebaiknya

informasi lain tertentu dapat diperoleh dengan lebih cepat dan efisien bila

kita menggunakan pertanyaan tertutup. Jika yang diminta responden

hanyalah menyatakan pilihan yang lebih disukai di antara dua alternatif 

atau lebih, sedangkan alternatif-alternatif itu dapat diungkapkan secara

 jernih, sungguh tidak efisien bila kita menggunakan pertanyaan terbuka.

3)   Apakah butir pertanyaan itu jelas dan tidak mengundang 

tafsir majemuk? Suatu pertanyaan yang tidak ambigu adalah yang tidak 

memungkinkan atau mengundang tafsir yang berlainan serta jawaban yang

  berbeda-beda sebagai hasil dari tafsir majemuk itu. Pertanyaan yang

 bersifat ambigu apabila pertanyaan itu menyodorkan 2 (dua) kerangka

acuan atau lebih. Contoh: “Bagaimana perasaan anda mengenai

 pengembangan suatu sistem transit kilat antara pusat kota dengan daerah

 pemukiman perkotaan, dan pengembangan kembali wilayah pemukiman di

  pusat kota?” Andaikan responden tidak mengalami kesulitan oleh

kerumitan dan alternatif-alternatif yang diajukan oleh pertanyaan itu, dia

tidak akan dapat menjawab dengan menggunakan satu kerangka pikir dan

  pemahaman yang sama mengenai apa yang diinginkan oleh penanya.

124

5/12/2018 Istilah penelitian - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/istilah-penelitian 27/29

Ambiguitas dapat pula muncul dalam pertanyaan-pertanyaan yang jauh

lebih sederhana, misalnya: “Bagaimana kehidupan anda bersama keluarga

anda tahun ini?” Ini dapat membingungkan responden untuk menjawab

karena tidak jelas hal apa yang ingin diketahui oleh peneliti, apakah hal

keuangan, kebahagiaan, perkawinan, kesehatan, status atau apa?

4)   Apakah pertanyaan itu menggiring responden untuk 

memberikan alternatif jawaban tertentu? Pertanyaan semacam ini tidak 

menjamin adanya validitas (untuk penelitian kualitatif disebut kredibilitas).

Misalnya anda membuat pertanyaan: “Apakah anda telah membaca

tulisan-tulisan tentang situasi pendidikan di daerah ini ?” Anda mungkin

akan mendapatkan jawaban “Ya” oleh sebagian besar dari responden, bila

ditujukan kepada sekelompok responden. Mengapa ? Karena pertanyaan

ini mencerminkan tidak baik apabila orang tidak membaca artikel

mengenai situasi pendidikan di daerah itu.

5)  Apakah pertanyaan ini menuntut pengetahuan dan informasi

 yang tidak dimiliki oleh reponden ? Untuk menjaga agar tidak ada jawaban

yang tidak valid karena kurangnya informasi, akan bijaksana apabila kita

menggunakan pertanyaan-pertanyaan saringan. Sebelum responden

ditanya pendapatnya tentang UNESCO, seyogya ditanya lebih dahulu

apakah dia mengetahui apa UNESCO itu dan apa artinya. Terdapat

kemungkinan pendekatan lain. Seyogyanya diberikan penjelasan singkat

terlebih dulu tentang UNESCO, baru kemudian responden diminta

 pendapatnya tentang UNESCO.

6)  Apakah pertanyaan ini menuntut ihwal yang bersifat pribadi

dan peka sehingga responden mungkin menolak menjawabnya?Diperlukan teknik-teknik khusus untuk memperoleh informasi yang

 bersifat pribadi, peka, atau kontroversial. Pertanyaan tentang penghasilan

misalnya dan hal-hal lain yang bersifat pribadi hendaknya diletakkan di

 bagian belakang dalam wawancara, yaitu setelah tercapai kedekatan dan

keakraban/hubungan yang baik (rapport ) antara pewawancara dengan

responden. Apabila menanyakan sesuatu yang secara sosial tidak disetujui,

hendaknya anda tunjukkan bahwa sebagian orang berpandangan tertentu,

125

5/12/2018 Istilah penelitian - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/istilah-penelitian 28/29

sementara orang-orang lain berpandangan yang sebaliknya. Janganlah

sampai membuat responden menyangkal atau menolak dirinya sendiri.

7)  Apakah pertanyaan ini menyiratkan hal-hal yang dianggap

baik atau buruk oleh masyarakat? Orang cenderung untuk memberikan

 jawaban yang sesuai dengan yang dipandang baik oleh umum, jawaban-

 jawaban yang menunjukkan atau mencerminkan kesetujuan pada tindakan-

tindakan atau hal-hal yang umumnya dinilai baik. Misalnya menanyakan

kepada seseorang mengenai perasaannya terhadap kanak-kanak. Setiap

orang diharap mengasihi anak-anak. Jika kita tidak hati-hati, kita akan

mendapatkan jawaban stereotip atau klise mengenai anak-anak dan kasih

sayang. Juga, jika kita menanyakan apakah seseorang menggunakan hak 

 pilihnya, kita harus hati-hati karena setiap orang diharapkan menggunakan

hak pilihnya. Begitu pula jika kita menanyakan kepada orang tentang

reaksinya terhadap kelompok minoritas, kita menghadapi resiko

mendapatkan jawaban yang tidak valid (kredibel). Kebanyakan orang yang

  berpendidikan, entah bagaimana sikap mereka yang sesungguhnya,

menyadari bahwa prasangka terhadap minoritas merupakan sesuatu yang

tidak dibenarkan. Demikianlah maka pertanyaan yang baik adalah yang

tidak mengarahkan responden untuk mengungkapkan sentimen-sentimen

yang dipandang baik secara sosial belaka. Sementara itu kitapun

hendaknya tidak mengajukan pertanyaan tertentu sehingga responden

terpojok untuk memberikan jawaban yang secara sosial dipandang tidak 

 baik.

Pengarahan atau instruksi yang perlu diperhatikan oleh pewawancara

(interviewers) meliputi pedoman-pedoman sebagai berikut:a. Tidak pernah “terjebak” dalam penjelasan yang panjang dari studi itu;

gunakan penjelasan standar yang diberikan pengawas. (“  Never get 

involved in long explanations of the study; use standard explanation

 provided by supervisor”).

 b. Tidak pernah menyimpang dari pengantar studi, urutan pertanyaan atau

rumusan pertanyaan. (“  Never deviate from the study introduction,

 sequence of questions, or question wording”).

126

5/12/2018 Istilah penelitian - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/istilah-penelitian 29/29

c. Tidak pernah membiarkan individu lain melakukan interupsi

wawancara, jangan membiarkan individu lain menjawab untuk responden,

atau memberikan saran, atau pandangannya pada pertanyaan itu. (“ Never 

let another person interupt the interview; do not let another person answer 

 for the respondent or offer his or her opinions on the questions”).

d. Tidak pernah menyarankan suatu jawaban atau setuju atau tidak setuju

dengan suatu jawaban. Jangan memberikan kepada responden suatu ide

dari pandangan pribadi anda pada topik dari pertanyaan atau survey.

(“ Never suggest an answer or agree or disagree with an answer. Do not 

  give the repondent any idea of your personal views on the topic of 

questions or survey”).

e. Tidak pernah menafsirkan arti suatu pertanyaan, cukup hanya

mengulangi pertanyaan dan memberikan instruksi atau klarifikasi seperti

yang diberikan dalam latihan atau oleh pengawas. (“ Never interpret the

meaning of a question; just repeat the questions and give instructions or 

clarifications that are provided in training or by supervisors”).

f. Tidak pernah memperbaiki, seperti menambahkan kategori-kategori

 jawaban, atau membuat perubahan susunan kata-kata. (“ Never improvise,

 such as by adding answer categories, or make wording changes”) (Denzin

& Lincoln, 1994: 364).

127