ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah45 - · PDF fileusus golongan Soil Transmitted Helminthe...

download ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah45 -  · PDF fileusus golongan Soil Transmitted Helminthe s (STH ... dan infeksi cacing Tambang 3,33%. ... c. Prevalensi T. trichiura =

If you can't read please download the document

Transcript of ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah45 - · PDF fileusus golongan Soil Transmitted Helminthe...

  • ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah45

    _____________________________________ http://www.lpsdimataram.com Volume 8, No. 5, Agugstus 2014

    PREVALENSI NEMATODA USUS GOLONGAN SOIL TRANSMITTED HELMINTHES (STH) PADA PETERNAK DI LINGKUNGAN GATEP

    KELURAHAN AMPENAN SELATAN

    Oleh : Ersandhi Resnhaleksmana

    Dosen pada Jurusan Analis Kesehatan Mataram

    Abstrak : Pada umumnya cacing yang banyak dijumpai adalah cacing yang penularannya melalui tanah atau Soil Transmitted Helminthes (STH). Cara infeksi penyakit cacing pada manusia dipengaruhi oleh prilaku dan lingkungan sekitar. Penularan cacing ini dapat menginfeksi siapa saja, baik anak-anak maupun orang dewasa yang masih sering kontak dengan tanah sehingga resiko untuk terkontaminasi cacing ini sangat tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi Nematoda Usus Golongan Soil Transmitted Helminthes (STH) pada Peternak di Lingkungan Gatep Kelurahan Ampenan Selatan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional deskriptif (survey deskriptif), yaitu penelitian yang menggambarkan tentang suatu keadaan secara objektif tanpa mengetahui hubungan sebab akibat. Dalam penelitian survey deskriptif, peneliti diarahkan untuk mendeskripsikan atau menguraikan suatu keadaan di dalam suatu komunitas atau masyarakat. Dari hasil pemeriksaan telur cacing Nematoda usus golongan Soil Transmitted Helminthes (STH) pada Peternak di lingkungan Gatep Kelurahan Ampenan Selatan diperoleh prevalensi 90,00%, yang terdiri dari infeksi Ascaris lumbricoides 80,00%; infeksi Trichuristrichiura 6,67%; dan infeksi cacing Tambang 3,33%.

    Kata kunci : Prevalensi, Nematoda Usus , Soil Transmitted Helminthes (STH), Peternak PENDAHULUAN

    Untuk mewujudkan Misi Indonesia Sehat maka ditetapkan empat misi pembangunan kesehatan, antara lain memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau. Oleh karena itu, perlu dilaksanakannya upaya pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan (Anonim, 2010).

    Salah satu penyakit yang insidennya masih tinggi adalah infeksi cacingan. Hasil survei Departemen Kesehatan Republik Indonesia di beberapa provinsi di Indonesia menunjukkan prevalensi kecacingan untuk semua umur di Indonesia berkisar antara 40%-60%. Tingginya prevalensi ini disebabkan oleh iklim tropis dan kelembaban udara tinggi di Indonesia, yang merupakan lingkungan yang baik untuk perkembangan cacing, serta kondisi higiene dan sanitasi yang buruk (Depkes RI, 2006).

    Infeksi cacingan yang sering adalah Soil Transmitted Helminthes (STH) yang merupakan infeksi cacing usus yang ditularkan melalui tanah

    atau dikenal sebagai penyakit cacingan. Spesies cacing STH antara lain Ascaris lumbricoides (cacing gelang), Trichuris trichiura (cacing cambuk), Ancylostoma duodenale dan Necator americanus (cacing tambang) (Gandahusada, 2006).

    Infeksi oleh cacing dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti sanitasi lingkungan dan kebersihan pribadi yang kurang, mengkonsumsi makanan yang diduga terkontaminasi oleh telur cacing, tingkat pengetahuan dan tingkat ekonomi yang masih rendah. Sedangkan penularannya dapat melalui beberapa cara antara lain melalui perantara vektor, larva menembus kulit dan memakan telur infektif melalui perantara jari-jari tangan yang terpapar telur cacing khususnya telur Nematoda usus seperti Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura dan Ancylostoma sp dan Necatoramericanus (cacing tambang) (Anonim, 2008; Onggowaluyo, 2002).

    Suatu Infeksi kecacingan dapat berkembang seiring dengan kondisi wilayah yang kurang bersih

  • 46 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787

    _____________________________________________ Volume 8, No. 5, Agustus 2014 http://www.lpsdimataram.com

    dan pola hidup masyarakat yang kurang higienis. Seperti pada lingkungan yang pekerjaan masyarakatnya masih sering kontak dengan tanah. Misalnya pada daerah dengan tanah yang subur dan masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani, buruh tani, peternak dan penyabit rumput.

    Wilayah kelurahan Ampenan Selatan terdiri dari 4 Lingkungan, dimana mata pencaharian penduduknya bermacam-macam. Menurut data dari Puskesmas Tanjung Karang, prevalensi kecacingan pada wilayah Ampenan Selatan dan sekitarnya sebesar 24-35% dan kejadian terbesar terjadi pada anak usia sekolah (Puskesmas Tanjung Karang, 2011). Pada wilayah Lingkungan Gatep ini, jenis mata pencaharian penduduk sebagai nelayan, buruh, petani, peternak, dan PNS (Anonim, 2011).

    Sebagai peternak, pekerjaan sehari-hari penduduk adalah menyabit rumput di sawah-sawah, pinggir jalan ataupun di lapangan dan membersihkan ternak. Menyabit rumput dan membersihkan ternak maupun kandang ternak merupakan pekerjaan rutin yang dilakukan setiap hari. Pekerjaan tersebut selalu kontak dengan tanah dan biasanya penduduk dalam bekerja tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD), sementara tanah merupakan media yang sangat baik bagi pertumbuhan telur cacing.

    Keadaan yang pekerjaan masyarakatnya masih sering kontak dengan tanah, mempengaruhi dan mendukung penyebaran kecacingan bagi penduduk dan bagi masyarakat sekitarnya yang bertempat tinggal di daerah tersebut (Onggowaloyo, 2002). METODE PENELITIAN

    Rancangan penelitian yang digunakan adalah secara Observasional Deskriptif (survey deskriptif), yaitu penelitian yang menggambarkan tentang suatu keadaan secara objektif tanpa mengetahui hubungan sebab akibat. Dalam penelitian survey deskriptif, penelitian diarahkan untuk mendeskripsikan atau menguraikan suatu keadaan di dalam suatu komunitas atau masyarakat (Notoatmodjo, 2005). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua orang yang bekerja sebagai Peternak yang mencari rumput di

    Lingkungan Gatep Kelurahan Ampenan Selatan, sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah orang yang bekerja sebagai peternak Sapi, Kambing, dan Kuda yang ada di Lingkungan Gatep Kelurahan Ampenan Selatan. Adapun besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini minimal 30 sampel yang merupakan batas sampel besar (Agung, 2004).

    Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah secara purposive sampling dimana sampel yang diambil ditentukan dengan pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri (Notoatmodjo, 2005) dengan criteria sebagai berikut : 1. Bersedia untuk diambil faecesnya 2. Peternak yang berada di Lingkungan Gatep,

    yang beternak Sapi, Kuda, atau Kambing dan menyabit rumput untuk makanan ternak tersebut.

    3. Jumlah sampel sesuai yang didapat pada saat penelitian. Metode pemeriksaan yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah metode pemeriksaan Faeces dengan Metode flotasi. Data yang diperoleh dianalisa secara deskriptif dengan melihat ada atau tidaknya nematoda usus pada peternak. Hasil yang diperoleh dibuat dalam bentuk persentase, kemudian data tersebut disajikan dalam bentuk tabel. Hasilnya digunakan untuk menarik kesimpulan. 1. Cara Perhitungan Data Prevalensi Kecacingan

    a. Prevalensi Kecacingan = Jumlah specimen positif telur cacing x 100%

    Jumlah specimen yang diperiksa

    b. Prevalensi A. lumbricoides= Jumlah specimen positif telur cacing

    ( . )

    Jumlah specimen yang diperiksax 100%

    c. Prevalensi T. trichiura =

    Jumlah specimen positif telur cacing

    ( ). *, )

    Jumlah specimen yang diperiksax 100%

    d. Prevalensi cacing Tambang =

    Jumlah specimen positif telur cacing Tambang

    Jumlah specimen yang diperiksax 100%

  • ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah47

    _____________________________________ http://www.lpsdimataram.com Volume 8, No. 5, Agugstus 2014

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    a. Hasil Penelitian Lingkungan Gatep terletak di Kelurahan

    Ampenan Selatan, Kecamatan Ampenan, Kota Mataram, dengan batas-batas wilayah : - Sebelah Utara : Lingkungan Karang Panas - Sebelah Selatan : Lingkungan Tanjung Karang - Sebelah Timur : Lingkungan Taman Kapitan - Sebelah Barat : Pesisir/Pantai

    Lingkungan Gatep memiliki jumlah penduduk 2.604 jiwa. Penduduk di Lingkungan Gatep ini bekerja sebagai nelayan, buruh, petani, peternak, dan PNS (Anonim, 2011). Keadaan lokasi sekitar kandang tempat pengambilan sampel kurang bersih dan lembab serta kondisi geografis yang beriliklim tropis dengan suhu mencapai 25-32oC yang merupakan kondisi ideal bagi perkembangan telur cacing terutama cacing usus golongan Soil transmitted Helminthes (STH). Ini sesuai dengan Gandahusada yang menyatakan perkembangan suhu optimum bentuk infektif cacing yang ditularkan melalui tanah berkisar antara 25-30oC (Ulfa H, 2009).

    Hasil Pemeriksaan terhadap 30 sampel faeces pada peternak di Lingkungan Gatep Kelurahan Ampenan Selatan, selama bulan Mei sampai dengan bulan Juni 2011 diperoleh hasil positif infeksi telur cacing Nematoda usus, dengan persentase hasil sebagai berikut :

    Tabel 1. Persentase hasil pemeriksaan Nematoda Usus Golongan Soil Transmitted Helminthes (STH) pada Peternak di Lingkungan Gatep Kelurahan Ampenan Selatan.

    No. Hasil Pemeriksaan Jumlah Sampel

    Jumlah Penderita

    (%) 1 Positif - Ascaris umbricoides 24 80,00 - Trichuris trichiura 2 6,67 - Cacing tambang 1 3,33

    2 Negatif 3 10,00

    Total 30 100,00

    Pada tabel1 dapat dilihat persentase hasil pemeriksaan telur cacing terhadap 30 sampel

    faeces peternak di Lingkungan Gatep yang beraktifitas di kandang ternak untuk mengurus ternak maupun sebagai penyabit rumput untuk makanan ternak. Dari pemeriksaan terhadap 30 sampel faeces peternak yang beraktifitas di kandang ternak maupun sebagai penyabit rumput, menunjukkan bahwa prevalensi kecacingan sebesar 90,00 % dengan infeksi Ascaris lumbricoides adalah infeksi yang tertinggi pada peternak yaitu sebanyak 24 orang (80,00%). Diikuti oleh infeksi Trichuris trichiura