ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1...

103

Transcript of ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1...

Page 1: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom
Page 2: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

i

ISSN : 2355-9284

NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016

PENGANTAR REDAKSI

Jurnal Desain Interior “Sekolah Tinggi Desain Bali” Volume 3 Nomor 1 Juni 2016 merupakan

edisi ketiga yang bertemakan “ Estetika Konsep Perencanaan dan Perancangan Interior”. Edisi ini

diawali dengan artikel yang berjudul tentang Implementasi Aplikasi Polyvore dalam Pembuatan

Moodboard Aksesoris Desain Interior oleh Ni Kadek Yuni Utami, S.T., M.Ds. Artikel kedua

dengan judul Kajian Estetika Interior Berkonsep Etnik pada Restoran Charming di Sanur-Bali

oleh Ni Luh Kadek Resi Kerdiati, S.Sn, M. Sn. Artikel ketiga dari I Kadek Pranajaya, S.T., M.T.,

IAI dengan judul Tahapan Konsultan Perencana dalam Perencanaan Pembangunan Sarana dan

Prasarana Ruang Belajar Anak Sekolah Dasar di Kabupaten Badung-Bali. Artikel keempat yaitu,

Kajian Pustaka “Akustik” pada Ruang Dalam oleh Ni Wayan Ardiarani Utami, S.T., M.T., artikel

selanjutnya adalah, Peranan Pencahayaan Buatan sebagai Pembentuk Kesan Ruang oleh Kadek

Risna Puspita Giri S.T., M.T., Kearifan Lokal dalam Arsitektur dan Desain Interior : Studi

Komparasi Empat Konsep di Asia oleh Freddy Hendrawan, S.T., M.T., dan artikel terakhir yaitu

Konsep Arsitektur Nusantara sebagai Sarana Restorasi oleh Ardina Susanti, S.T., M.T.

Redaksi mengucapkan terima kasih kepada Sekolah Tinggi Desain Bali atas motivasi dan

masukannya untuk kesempurnaan jurnal ini serta seluruh civitas akademika Sekolah Tinggi

Desain Bali atas kekompakan dan semangatnya. Terakhir, kritik dan saran selanjutnya sangat

kami harapkan dan kepada semua yang telah membantu penerbitan jurnal ini dan para pembaca

yang budiman, kami ucapkan terimakasih.

Redaksi :

Kampus Sekolah Tinggi Desain Bali

Jl. Tukad Batanghari No. 29 Renon – Denpasar

Telp. (0361) 259459, 7448456 Fax: (0361) 701806, 259459

Website: http://www. std-bali.ac.id

JURNAL DESAIN INTERIOR

SEKOLAH TINGGI DESAIN BALI

Page 3: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

ii

ISSN : 2355-9284

NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016

Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak.

Kadek Sudrajat, S.Kom

Penasehat :

Dr. Ngakan Ketut Acwin Dwijendra, S.T., MA, Dipl.LMP

Ketua Dewan Redaksi :

Freddy Hendrawan, S.T., M.T.

Mitra Bestari :

Martin Morrell (Morrell Architects, Newcastle, NSW, Australia)

I Kadek Pranajaya, S.T., M.T., IAI

I Wayan Juliatmika, S.T., M.T.

Dewan Editor :

Freddy Hendrawan, S.T., M.T.

Ardina Susanti, S.T., M.T.

Redaktur Pelaksana :

Inten Pertiwi, S.I.P

Desain Cover :

Aditya Wahyu Ramadhan

Alamat Redaksi : Kampus Sekolah Tinggi Desain Bali

Jl. Tukad Batanghari No. 29 Renon – Denpasar

Telp. (0361) 259459, 7448456 Fax: (0361) 701806, 259459

Website: http://www. std-bali.ac.id

Jurnal ini diterbitkan sebagai media publikasi bagi karya-karya tulis dosen-dosen dan civitas akademika pada Program Studi

Desain Interior STD Bali. Selain itu juga sebagai wahana informasi dan perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang seni,

desain interior dan arsitektur. Karya yang disajikan berupa hasil penelitian, tulisan ilimah populer, studi kepustakaan, review

buku maupun tulisan ilmiah terkait dalam lingkup desain interior. Dewan Redaksi menerima artikel terpilih untuk dimuat, dengan

frekuensi terbit secara berkala 1 (satu) kali setahun yaitu Juni. Naskah yang dimuat merupakan pandangan dari penulis dan

Dewan Redaksi hanya menyunting naskah sesuai format dan aturan yang berlaku tanpa mengubah substansi naskah.

JURNAL DESAIN INTERIOR

SEKOLAH TINGGI DESAIN BALI

Page 4: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

iii

ISSN : 2355-9284

NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016

PETUNJUK PENGIRIMAN DAN TATA TULIS NASKAH : 1. Kategori naskah ilmiah hasil penelitian (laboratorium, lapangan, kepustakaan), ilmiah popular (aplikasi,

ulasan, opini) dan diskusi.

2. Naskah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris diketik pada kertas ukuran A-4, spasi

Single, dengan batas atas, bawah, kanan dan kiri masing-masing 2,5 cm dari tepi kertas.

3. Batas panjang naskah/artikel maksimum 20 halaman dan untuk naskah diskusi maksimum 5 halaman.

4. Judul harus singkat, jelas tidak lebih dari 10 kata, cetak tebal, huruf kapital, huruf Times New Roman

16 pt, ditengah-tengah kertas. Untuk diskusi, judul mengacu pada naskah yang dibahas (nama penulis

naskah yang dibahas ditulis sebagai catatan kaki).

5. Nama penulis/pembahas ditulis lengkap tanpa gelar, di bawah judul, disertai institusi asal penulis dan

alamat email dibawah nama.

6. Harus ada kata kunci (keyword) dari naskah yang bersangkutan minimal 2 kata kunci. Daftar kata kunci

(keyword) diletakkan setelah abstrak.

7. Abstrak ditulis dalam Bahasa Indonesia dan Inggris maksimum 150 kata, dicetak miring, 1 spasi.

Abstrak tidak perlu untuk naskah diskusi.

8. Judul bab ditulis di tengah-tengah ketikan, cetak tebal huruf capital, huruf Times New Roman 12 pt

9. Gambar, grafik, tabel dan foto harus disajikan dengan jelas. Tulisan dalam gambar, grafik, dan tabel

tidak boleh lebih kecil dari 6 point (tinggi huruf rata-rata 1,6 mm).

10. Nomor dan judul untuk gambar, grafik, tabel dan foto ditulis di tengah-tengah kertas dengan huruf

kapital di awal kata. Untuk nomor dan judul tabel diletakkan di atas tabel, sedangkan untuk nomor dan

judul gambar, grafik dan foto diletakkan di bawah gambar, grafik dan foto yang bersangkutan.

11. Untuk segala bentuk kutipan, pada akhir kutipan diberi nomor kutipan sesuai dengan catatan kaki yang

berisi referensi kutipan (nama, judul, kota, penerbit, tahun dan halaman yang dikutip). Rumus-rumus

hendaknya ditulis sederhana mungkin untuk menghindari kesalahan pengetikan. Ukuran huruf dalam

rumus paling kecil 6 point (tinggi huruf ratarata 1,6 mm).

12. Definisi notasi dan satuan yang dipakai dalam rumus disatukan dalam daftar notasi. Daftar notasi

diletakkan sebelum daftar pustaka.

13. Kepustakaan diketik 1 spasi. Jarak antar judul 1,5 spasi dan diurutkan menurut abjad. Penulisannya

harus jelas dan lengkap dengan susunan : nama pengarang. tahun. judul. kota: penerbit. Judul dicetak

miring.

KETERANGAN UMUM :

1. Naskah yang dikirim sebanyak satu eksemplar dalam program pengolahan kata M.S. Word.dan naskah

bisa dikirimkan via email atau dalam bentuk CD ke alamat redaksi.

2. Naskah belum pernah dipublikasikan oleh media cetak lain.

3. Redaksi berhak menolak atau pengedit naskah yang diterima. Naskah yang tidak memenuhi kriteria

yang ditetapkan akan dikembalikan. Naskah diskusi yang ditolak akan diteruskan kepada penulis

naskah untuk ditanggapi.

JURNAL DESAIN INTERIOR

SEKOLAH TINGGI DESAIN BALI

Page 5: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

iv

ISSN : 2355-9284

NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016

DAFTAR ISI

COVER

PENGANTAR REDAKSI

i

TIM DEWAN REDAKSI

ii

PETUNJUK PENGIRIMAN DAN TATA TULIS NASKAH

iii

DAFTAR ISI

iv

KUMPULAN JURNAL

IMPLEMENTASI APLIKASI POLYVORE DALAM PEMBUATAN

MOODBOARD AKSESORIS DESAIN INTERIOR

Ni Kadek Yuni Utami, S.T., M.Ds.

1

KAJIAN ESTETIKA INTERIOR BERKONSEP ETNIK PADA RESTORAN

CHARMING DI SANUR-BALI

Ni Luh Kadek Resi Kerdiati, S.Sn, M. Sn

10

TAHAPAN KONSULTAN PERENCANA DALAM PERENCANAAN

PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA RUANG BELAJAR

ANAK SEKOLAH DASAR DI KABUPATEN BADUNG-BALI

I Kadek Pranajaya, S.T., M.T., IAI

21

KAJIAN PUSTAKA “AKUSTIK” PADA RUANG DALAM

Ni Wayan Ardiarani Utami, S.T., M.T.

33

PERANAN PENCAHAYAAN BUATAN SEBAGAI PEMBENTUK

KESAN RUANG

Kadek Risna Puspita Giri, S.T., M.T.

39

JURNAL DESAIN INTERIOR

SEKOLAH TINGGI DESAIN BALI

Page 6: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

v

KEARIFAN LOKAL DALAM ARSITEKTUR DAN DESAIN INTERIOR :

STUDI KOMPARASI EMPAT KONSEP DI ASIA

Freddy Hendrawan, S.T., M.T.

69

KONSEP ARSITEKTUR NUSANTARA SEBAGAI SARANA RESTORASI

Ardina Susanti, S.T., M.T.

86

Page 7: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

1

IMPLEMENTASI APLIKASI POLYVORE DALAM PEMBUATAN

MOODBOARD AKSESORIS

DESAIN INTERIOR

Ni Kadek Yuni Utami

Dosen Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali

Email : [email protected]

Abstrak

Perkembangan teknologi digunakan sebagai alat bantu bagi desainer dalam memudahkan

perancangan desain, munculnya berbagai website salah satunya polyvore yang berupa aplikasi

untuk para desainer dan memberi kemudahan dalam memilih, mengatur dan mengkolasekan

produk sesuai dengan ketertarikan dan keinginan. Makalah ini bertujuan untuk mendapatkan

hasil bagaimana implementasi aplikasi polyvore dalam memudahkan pembuatan moodboard

aksesoris interior bagi desainer yang dalam makalah ini mengambil obyek tugas mahasiswa

desain interior STD Bali. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan mengamati

tugas mahasiswa dan membandingkannya dengan teori aksesoris desain dan moodboard.

Kata Kunci : polyvore, moodboard, aksesoris interior

Abstract

The development of technology is used as a tool for designers to simplify the process of

design. Polyvore is a website for designers and provide convenience in selecting , arranging

and collaging the products in accordance with the interests and desires. This paper aims to

get the results of how the implementation of Polyvore in creates moodboard interior

accessories for designers. The method used is a qualitative method to observe student’s

interior accessories moodboard assignments by using polyvore and compared with theory of

moodboard and design accessories.

Keywords : polyvore, moodboard, interior accessories

Page 8: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

2

1. PENDAHULUAN

Perkembangan teknologi yang

diikuti dengan perkembangan pro-

gram aplikasi turut mempengaruhi

dunia desain, terbukti dari muncul-

nya banyak aplikasi-aplikasi berbasis

teknologi internet sosial media yang

dapat mempermudah pekerjaan se-

orang desainer.

Polyvore adalah salah satu website

atau aplikasi berbasis sosial media

yang merangkum produk-produk

desain dengan dilengkapi spesifikasi

dari produk sehingga mampu me-

mudahkan para desainer untuk

memilih, menyeleksi, menyimpan

dan mengkolasekan produk-produk

yang diinginkannya. Dalam proses

desain, desainer umumnya meng-

gunakan moodboard atau dikenal

dengan inspiration board yang dapat

memberikan gambaran awal bagai-

mana desain yang akan dibuat

dengan mengkolasekan produk-pro-

duk atau elemen yang mendukung

perancangan desain, begitu pula

halnya di bidang desain interior,

desainer dapat membuat moodboard

dengan mengkolasekan furniture dan

aksesoris desain sesuai dengan tema

perancangan sehingga klien dapat

mendapat gambaran yang jelas

mengenai desain interior yang akan

didapat.

2. TUJUAN & METODE

PENGUMPULAN DATA

2.1.Tujuan dari penulisan ini

adalah untuk mendapatkan

hasil bagaimana implement-

tasi aplikasi polyvore dalam

memudahkan pembuatan

mood board aksesoris in-

terior bagi mahasiswa juru-

san desain interior.

2.2.Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan

metode penelitian kualitatif,

yaitu dengan melakukan

pengamatan terhadap tugas

pembuatan moodboard akse-

soris desain pada mata kuliah

aksesoris desain jurusan de-

sain interior angkatan 2015 di

Sekolah Tinggi Desain Bali

menggunakan aplikasi poly-

vore, dan membandingkan-

nya dengan teori yang ada

dan menganalisis tingkat

keberhasilan mahasiswa da-

lam pembuatan moodboard

aksesoris interior.

3. TINJAUAN TEORI

3.1. Aksesoris Desain

Pengertian aksesoris adalah benda

pelengkap yang mendukung se-

buah estetika atau penampilan

dari benda atau ruang tertentu.

Aksesoris desain interior dapat

berupa dekorasi atau benda fung-

sional yang menambah kesan

akhir dalam sebuah tema peran-

cangan interior.

Aksesoris dalam desain interior

harus dipilih dan diletakkan

sedemikian rupa sehingga dapat

memberikan penambahan kesan

yang berupa sebuah vocal point

atau menguatkan tema sebuah

ruangan yang dirancang.

Mengingat bahwa tujuan utama

dari desain interior adalah untuk

merancang sebuah tempat tinggal

yang memiliki kenyamanan untuk

digunakan serta menyenangkan

untuk dilihat, sehingga dengan

memilih aksesoris yang tepat

sesuai dengan tema perancangan

akan membuat orang lain akan

memahami karakter penghuninya.

Page 9: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

3

Adapun hal-hal yang harus

diperhatikan dalam menentukan

aksesoris desain interior adalah :

1. Karakter dan jenis dari

aksesoris

2. Pemilihan aksesoris yang

sesuai dengan tema.

3. Penempatan aksesoris dalam

ruangan

4. Pertimbangan akan colour

scheme atau warna yang akan

digunakan.

5. Pertimbangan penggunaan

tekstur sebagai kesan

tambahan.

6. Skala aksesoris harus sesuai

dengan ukuran ruangan.

7. Aksesoris yang tepat dan tidak

berlebihan.

3.2. Moodboard Interior

Moodboard merupakan media

perencanaan bagi desainer yang

menyajikan dan membahas fakta

atau permasalahan yang dikaji

secara deskriptif dalam bentuk

hasil analisis visual yang

dilakukan.

Moodboard Interior sering juga

disebut sebagai inspiration board

adalah suatu media, bisa berupa

papan, buku, maupun katalog

yang berisi kumpulan gambar dan

penjelasan mengenai ide atau

tema yang akan mahasiswa

wujudkan dalam desain interior.

Gambar-gambar tersebut bisa

berupa tempelan-tempelan gam-

bar berasal dari majalah atau

internet yang disusun dan diberi

penjelasan-penjelasan berupa war-

na-warna yang mendominasi, tar-

get pengguna, dan lain-lain. Da-

lam desain interior, moodboard

berisi layout plan atau denah

ruangan yang akan didesain,

scheme colour, atau perpaduan

warna-warna yang akan diguna-

kan, material spesification yaitu

material-material yang akan

digunakan dalam desain, pemi-

lihan furniture atau aksesoris

desain yang akan digunakan da-

lam desain dan gambar referensi

yang menggambarkan suasana

ruang desain yang akan

dipresentasikan.

Tujuan dari pembuatan mood-

board adalah untuk menentukan

tujuan, arah dan panduan dalam

membuat karya cipta desain,

sehingga proses kreati-vitas yang

dibuat tidak menyimpang dari

tema yang telah ditentukan.

Konsep moodboard dibuat de-

ngan menuangkan ide-ide atau

sumber gagasan sesuai dengan

tema serta tujuan dari pembuatan

karya tersebut.

Adapun cara membuat

moodboard antara lain :

a. Menentukan ruang apa

yang akan didesain, dan

apabila ada draft layout

dapat disiapkan.

b. Menentukan tema dari

karya desain interior

yang akan digunakan,

lalu mengumpulkan

berbagai elemen pe-

nyusun moodboard se-

perti gambar referensi,

material (dapat digun-

ting dari katalog atau

internet), scheme colour

yang dapat menunjang

terhadap tema pada

moodboard tersebut.

c. Buat moodboard dari

tema yang telah ditentu-

kan, dengan cara me-

nyusun elemen-elemen

pembuatan moodboard

berdasarkan tema yang

telah ditentukan. (ini

dapat dilakukan secara

manual dengan meng-

gunting dan menempel

elemen penyusun di

Page 10: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

4

papan atau kertas, atau

dapat menggunakan fa-

silitas komputer).

3.3.Pengenalan Polyvore

Polyvore adalah sebuah website

komersial yang dikembangkan

menjadi aplikasi berbasis sosial

media yang berpusat di Sillicon

Valley California. Anggota dari

komunitas polyvore mengkurasi

produk-produk melalui produk

indeks dan menggunakannya

untuk membuat kolase gambar

produk yang disebut dengan

“sets”.

Anggota yang telah mendaftar di

website polyvore kebanyakan

adalah orang-orang yang ber-

kecimpung di dunia interior

desain, seniman dan desain

fashion.

Polyvore adalah cara baru dalam

menelusuri dan berbelanja

produk yang menarik dalam

dunia fashion, kecantikan, dan

interior dekorasi. Adapun prinsip

dari polyvore adalah demo-

cratizing style dimana aplikasi

ini mengubah iklan komerisal

elektronik dengan memberikan

semua orang dimana pun untuk

memberikan masukan bagaimana

tren yang muncul yang akan

mempengaruhi penjualan. Selain

itu sebagai pengadaptasian

teknologi, aplikasi polyvore

mengutamakan personalized

shopping menyederhanakan ber-

belanja secara online dengan

menawarkan berbagai produk

dalam satu tempat yang nyaman.

Pengguna dapat mengkurasinya

menjadi galeri pribadi yang

memudahkan untuk memilih

barang sebelum dibeli dan

digunakan.

Polyvore dibagi menjadi kategori

fashion, aksesoris dan home

décor, dimana untuk desainer

interior dapat menggunakan

aplikasi ini dalam menentukan

furniture dan aksesoris dalam

perancangan interior.

Gambar 3.1 Contoh Moodboard Interior Sumber : Pinterest.com

Gambar 3.2. Tampilan hasil dari aplikasi polyvore pada moodboard interior dengan tema afro centric design Sumber : pinterest.com

Page 11: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

5

Adapun cara menggunakan

aplikasi polyvore dalam pem-

buatan moodboard interior antara

lain :

1. Para pengguna polyvore

wajib mendaftarkan diri

untuk mendapatkan akun

baru yang digunakan untuk

menyimpan sets atau kolase

gambar di galeri pribadi,

seperti layaknya media sosial

lainnya, di aplikasi polyvore,

para pengguna dapat meng-

ikuti akun orang lain yang

dianggap menarik atau

dijadikana acuan

(follower/following).

2. Klik ikon “create” lalu

pengguna polyvore dapat

memilih set, collection atau

template, set digunakan

untuk membuat kolase gam-

bar, collection adalah

pengumpulan aksesoris atau

barang tertentu di galeri

pribadi, dan template digu-

nakan untuk membuat acuan

akseosris tertentu.

3. Pilih home untuk akseoris

yang berhubungan dengan

desain interior dan di

dalamnya akan terdapat

pilihan : chairs (kursi), sofas

(sofa), tables (meja), beds

(tempat tidur), lighting

(lampu atau penerangan),

bedding (seprai, gorden,

handuk, dll), bath (aksesoris

kamar mandi), dining

(aksesoris ruang makan),

Rugs (karpet), art (lukisan,

artwork, dll), décor

(aksesoris kecil pelengkap

dekorasi seperti buku, bantal

sofa, bunga, dll), windows

(pilihan jenis jendela), dan

outdoors (furniture luar

ruangan).

4. Para pengguna polyvore

dapat memilih furniture dan

aksesoris lainnya hanya

tinggal mengklik dan drag ke

halaman kosong disebe-

lahnya. Furniture yang telah

masuk ke halaman kosong

dapat diatur seperti dicrop

sesuai keinginan dengan

mengatur di custom, peng-

aturan skala, lokasi apakah

menumpuk dengan furniture

lain dengan mengklik for-

ward/backwards, clone un-

tuk menduplikasi furniture,

dan tombol flip and flop

untuk memutar vertikal

ataupun horizontal.

5. Sebagai desainer, para peng-

guna polyvore diberikan ke-

sempatan mengeksplore le-

bih banyak furniture dan

dilengkapi dengan harga,

bahan, dan tempat membeli

atau keluaran dari desainer

tertentu sehingga para peng-

guna polyvore lebih paham

Gambar 3.3. Tampilan hasil dari aplikasi polyvore pada moodboard interior lengkap dengan keterangan aksesoris yang digunakan. Sumber : pinterest.com

Page 12: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

6

dan mengetahui jenis furni-

ture atau aksesoris yang

mereka pilih. Selain itu

polyvore selalu memberikan

tips-tips pengaturan atau

tema - tema dengan furniture

tertentu yang sesuai dengan

tren saat ini.

6. Setelah kolase gambar

selesai, para pengguna

polyvore dapat mempubli-

kasikannya ke sosial media

lain seperti pinterest, atau

menyimpannya di galeri

pribadi.

4. IMPLEMENTASI APLIKASI

POLYVORE DALAM

PEMBUATAN MOODBOARD

AKSESORIS INTERIOR

Dengan mengamati hasil tugas

mahasiswa desain interior yang

menggunakan aplikasi polyvore

dalam pembuatan mood board

aksesoris interior, terdapat beberapa

implementasi yang dapat diterapkan

antara lain :

4.1. Karakter, Jenis, Pemilihan

Aksesoris Desain dan

Furniture

Dalam penggunaan aplikasi

polyvore, desainer dapat dengan

mudah memilih jenis furniture

dan aksesoris berdasarkan karak-

ter yang sesuai dengan tema

yang dirancang. Terbukti dari

beberapa tema perancangan yang

diberikan pada tugas moodboard

interior seperti scandinavian,

rustic, playful dan classic

modern, mahasiswa dapat

memilih furniture dan aksesoris

yang sesuai dengan tema yang

diberikan dan dapat memadukan

warna, bahan, bentuk, skala,

harga serta mengatur bagaimana

penataan dalam suatu ruang.

Sehingga terdapat kejelasan

mengenai furniture atau akse-

soris yang harus digunakan, di-

lengkapi dengan spesifikasi dari

material, dapat diperoleh dimana,

dan harga yang memudahkan

Gambar 3.4. Tampilan aplikasi polyvore setelah pengguna membuat akun dan mengklik create sets. Sumber : dokumentasi pribadi 2016

Gambar 3.5. Para pengguna memilih furniture dan aksesoris dengan mengklik dan drag pada halaman kosong. Sumber : dokumentasi pribadi 2016

Gambar 3.6. Pengguna dapat mengatur furniture dan aksesoris sedemikian rupa untuk memberi gambaran tema dalam perancangan. Sumber : dokumentasi pribadi 2016

Page 13: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

7

klien menyetujui dan memahami

seperti apa ruang yang akan

didapatkannya.

Memilih furniture dan aksesoris

desain memiliki tingkat ketelitian

yang tinggi serta mewajibkan

desainer untuk memahami karak-

ter ruang, tema dan juga

pemahaman terhadap bagaimana

efek yang akan ditimbulkan da-

lam penggunaan furniture atau

aksesoris tersebut. Aplikasi

polyvore dilengkapi dengan

berbagai pilihan, tipe dan jenis

furniture yang dalam terdapat

dalam kategori home. Dengan

menggunakan aplikasi ini, de-

sainer dalam penelitian ini

adalah mahasiswa desainer in-

terior dapat memilih furniture

dan aksesoris dengan tepat dalam

pembuatan moodboard interior

sesuai dengan tema perancangan.

4.2. Penempatan Aksesoris dalam

Ruang Interior dan Skala yang

Tepat

Penempatan furniture dan

aksesoris desain dalam ruang

interior memiliki tingkat kete-

litian yang sama dengan pemi-

lihan furniture karena dengan

penempatan yang benar maka

salah satu faktor untuk meme-

nuhi tujuan desain interior yaitu

fungsi, kenyamanan dan estetika

akan dapat terpenuhi. Dalam

penempatan furniture dan

aksesoris, hal yang perlu diper-

hatikan adalah space lay-outing

dan estetika.

Dari tugas moodboard mahasis-

wa desain interior , dengan

menggunakan aplikasi polyvore,

mahasiswa dimudahkan untuk

Gambar 4.1 Aplikasi Polyvore pada tugas mahasiswa program studi Desain Interior Dengan tema Playful.

Gambar 4.2 Aplikasi Polyvore pada tugas mahasiswa program studi Desain Interior Dengan tema Scandinavian.

Page 14: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

8

mengatur penempatan dengan

tombol forward/backwards, ini

memudahkan desainer untuk

menempatkan furniture di depan

atau di belakang furniture lain,

dengan mengatur kotak kecil

pada ujung-ujung furniture atau

aksesoris itu sendiri desainer

juga dapat mengatur skala furni-

ture serta menempatkannya

hanya dengan menggeser meng-

gunakan kursor. Aplikasi ini juga

sangat mudah digunakan meng-

gunakan smartphone layar sen-

tuh.

Implementasi penggunaan poly-

vore dalam penempatan furniture

yang baik terlihat dari tugas

mahasiswa yang mampu mema-

hami bahwa beberapa furniture

dapat berdiri sendiri sebagai

dekorasi atau dapat pula mem-

bentuk harmoni dan kesatuan

dalam kelompok. Furniture atau

aksesoris dapat pula dijadikan

sebagai vokal point dalam

sebuah ruangan. Dalam

penentuan skala furniture yang

tepat, desainer diberikan

kesempatan merasa dan melatih

kesan dan efek yang ditimbulkan

dalam penentuan besar kecilnya

furniture atau aksesoris yang

digunakan.

4.3. Colour Scheme dan Tekstur

sebagai Kesan Tambahan

Dari pengamatan tugas mood-

board mahasiswa, beberapa

mahasiswa telah memasukkan

warna dan tekstur untuk

memperkuat kesan furniture dan

aksesoris yang mereka gunakan

dalam perancangan interior.

Aplikasi polyvore belum

menyediakan tools untuk

merubah warna furniture atau

aksesoris karena polyvore

menyediakan kategori furniture

yang nyata dipasarkan di

masyarakat.

Namun desainer dapat memilih

furniture yang berwarna dari

jenis dan kategori yang ada

untuk menyesuaikan dengan

tema yang akan dirancang.

Seperti contoh mahasiswa yang

mendapat tema perancangan

interior playful bermain dengan

berbagai macam warna dan

aksesoris pendukung yang

menguatkan kesan playful

tersebut. Begitu juga halnya

dengan penambahan tekstur se-

bagai kesan tambahan, desainer

dapat memilih furniture dengan

tekstur tertentu untuk menim-

bulkan efek yang berbeda pada

ruang.

Gambar 4.3 Aplikasi Polyvore pada tugas mahasiswa program studi Desain Interior Dengan tema Playful.

Page 15: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

9

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang

didapat dari penelitian ini

adalah implementasi aplikasi

polyvore dalam pembuatan

moodboard interior yang dalam

hal ini mengambil tugas

mahasiswa desain interior

dapat dilihat dari kemudahan

dalam :

1. Mengetahui karakter, jenis

, material, harga serta

membantu dalam memilih

furniture dan aksesoris

yang sesuai dengan tema

perancangan.

2. Memudahkan desainer

untuk melatih rasa dalam

penempatan furniture dan

aksesoris desain yang baik

serta mewujudkan skala

furniture dan aksesoris

desain yang tepat dalam

ruangan untuk

mewujudkan harmony dan

unity dalam desain.

3. Penentuan colour scheme

atau skema warna yang

sesuai dengan tema

perancangan serta dapat

menggunakan furniture

dan aksesoris desain yang

memiliki tekstur sebagai

kesan tambahan dalam

perancangan.

5.2. Saran

Beberapa saran yang dapat

ditarik dari penelitian ini

adalah :

1. Desainer interior agar lebih

terbuka terhadap berbagai

kemajuan teknologi yang

memberi kemudahan dalam

perancangan tanpa meng-

hilangkan prinsip-prinsip

dalam desain.

2. Aplikasi polyvore adalah

salah satu aplikasi yang

dibuat untuk memudahkan

desainer dalam memilih

furniture, aplikasi lain yang

dapat digunakan seperti

neybers, sampleboard, olio-

board, dll. Desainer dapat

menggunakan salah satu dari

aplikasi sesuai dengan keter-

tarikan dan kemudahan

penggunaan.

DAFTAR PUSTAKA

www.polyvore.com

https://en.wikipedia.org/wiki/Polyvor

e

(diakses 7 Mei 2016)

Schomer, Stephanie (2012). "28:

Polyvore, For Turning Everyone

Into A Fashion Editor". Fast

Company

http://ammacentre.org/vle_docs/Imag

e/Post_Primary/Photoshop/What_is_

a_Moodboard.pdf (diakses 7 Mei

2016)

Satwiko, Prasasto (2010), Arsitektur

Digital, Universitas Atma Jaya,

Yogyakarta.

Page 16: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

10

ESTETIKA INTERIOR BERKONSEP ETNIK PADA RESTORAN

CHARMING DI SANUR - BALI

Ni Luh Kadek Resi Kerdiati

Dosen Program Studi Desain interior, Sekolah Tinggi Desain Bali

E-mail : [email protected]

ABSTRAK

Restoran Charming terletak di daerah Sanur - Bali, merupakan sebuah bangunan komersial

yang mengambil tema etnik sebagai konsep perancangan ruangnya. Hadirnya nuansa tradisi

diharapkan mampu memberikan nuansa baru dalam menghindari kebosanan dari desain

modern yang cendrung bersifat serba ‘bersih’, praktis, dan kaku. Melalui metode penelitian

kualitatif, estetika penerapan konsep etnik kedalam perancangan interior restoran Charming

dapat ditinjau melalui estetika bentuk dan ekspresi. Adapun kesimpulan yang diperoleh yaitu,

estetika bentuk yang meliputi kesatuan dicapai melalui penerapan material kayu dan

pemilihan warna bernuansa coklat, keseimbangan yang digunakan adalah keseimbangan

asimetris melalui penataan layout fasilitas dan aksesoris ruang, aksentuasi dicapai melalui

penerapan warna kontras dan artwork. Sedangkan dalam estetika ekspresi meliputi nilai

lebih berupa makna, simbol, serta bentuk filosopi sebuah daerah yang disuguhkan melalui

benda-benda keseniannya yang khas.

Kata Kunci : Estetika, Konsep Etnik, Interior Restoran Charming

Page 17: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

11

1. PENDAHULUAN

Bali merupakan sebuah pulau dengan

sektor pariwisata yang menonjol, oleh

karena itu pemerintah provinsi Bali

mencoba untuk mengembangkan pari-

wisata menjadi sektor pembangunan

yang berkelanjutan. Hal inilah yang

melatarbelakangi adanya pengem-

bangan pariwisata Bali berdasarkan

budaya (Atmaja, 2010: 45,46). Dalam

hal ini Pemerintah daerah menetapkan

bahwa pariwisata Bali akan dilak-

sanakan dengan tetap berlandaskan pa-

da nilai-nilai budaya dan seluruh hal

tersebut diatur pada Peraturan Daerah

Provinsi Bali No. 2 Tahun 2012,

tentang Kepariwisataan Budaya Bali.

Terkait dengan adanya peraturan

daerah tentang kepariwisataan daerah

Bali tersebut, pada pasal 27 ayat 3b

disebutkan bahwa :

“Setiap pengusaha pariwisata

wajib:

Membangun sarana

kepariwisataan dengan

langgam arsitektur Bali atau

sekurang-kurangnya diperindah

dengan menonjolkan ciri-ciri

seni budaya daerah Bali, pada

tata ruang dan komponen-

komponennya;”

Perkembangan pariwisata berbanding

lurus dengan perkembangan fasilitas

didalamnya. Fasilitas yang dimaksud

adalah bangunan-bangunan pendukung

kegiatan pariwisata, yang salah satu-

nya adalah bangunan restoran. Pada

sebuah restoran yang merupakan jenis

bangunan komersial, para pengunjung

yang datang pada hakikatnya tidak

hanya sekedar memenuhi fungsi ma-

kan dan minum, tetapi juga datang

untuk membeli suasana (Suptandar,

1995: 143). Berdasarkan hal tersebut

sudah selayaknya dilakukan pende-

katan guna mencari tau minat serta

kebutuhan konsumen. Menurut Danes,

daya tarik pariwisata di Bali bersumber

pada keunikan budaya dan adat

istiadatnya. Keberadaan hal tersebut

membuat wisatawan dapat mem-

peroleh suasana visual yang maksimal,

sehingga mereka dapat mengkon-

firmasi keberadaannya di Bali (Danes,

2002: 101). Hal tersebut merupakan

salah satu alasan mengapa identitas

Bali seringkali ditonjolkan dalam

sebuah perangcangan interior pada

bangunan pariwisata. Dengan terpe-

nuhinya kebutuhan tersebut maka akan

memberikan kepuasan kepada para

wisatawan yang menandakan berhasil-

nya sebuah perancangan interior.

Sejalan dengan hal tersebut maka

restoran Charming yang merupakan

salah satu bangunan fasilitas pariwisata

yang terletak di kawasan Sanur - Bali,

memilih untuk menggunakan konsep

etnik sebagai konsep perancangan

interiornya. Konsep etnik merupakan

sebuah konsep yang mengambil atau

mengadaptasi unsur-unsur tradisional

dari suatu kebudayaan tertentu,

kemudian dijadikan sebagai suatu tema

dalam sebuah perancangan ruang.

Konsep etnik yang dipilih yaitu

penggabungan dua unsur kebudayaan

antara Jawa dan Bali. Hadirnya nuansa

tradisi tersebut diharapkan mampu

memberikan nuansa baru dalam

menghindari kebosanan dari desain

modern yang cendrung bersifat serba

‘bersih’, praktis, dan kaku.

Tujuan utama sebuah desain adalah

untuk meningkatkan mutu hidup

manusia, maka dari itu harus dapat

memenuhi kebutuhan fungsional.

Namun seiring perkembangan jaman,

sebuah desain tak lagi hanya

menitikberatkan pada fungsi semata.

Unsur-unsur estetika juga mulai

diperhitungkan, sehingga dapat ter-

wujud kepuasan fisik dan spiritual.

Berkaitan dengan hal tersebut, maka

Page 18: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

12

dalam penelitian ini pembahasan me-

ngenai interior restoran Charming yang

mengambil konsep etnik akan difokus-

kan kepada unsur estetikanya.

2. METODE PENELITIAN

Penelitan ini menggunakan metode

penelitian kualitatif, yaitu dengan

melakukan survey langsung pada

restoran Charming yang terletak di

kawasan Sanur - Bali. Adapun metode

pengumpulan data yang digunakan

adalah kepustakaan, melalui berbagai

macam sumber pustaka yang relevan;

observasi, melalui pengamatan dan

pencatatan secara sistematik gejala-

gejala dari objek penelitian; wawan-

cara, melalui proses tanya jawab secara

lisan. Data - data yang diperoleh

kemudian dianalisis menggunakan

teori estetika yang ada.

3. TINJAUAN TEORI

Kata ‘estetika’ diturunkan dari kata

Yunani Aisthetikos, yang berarti meng-

amati dengan indra. Alberti, seorang

tokoh estetika mendefinisikan keindah-

an sehubungan dengan harmoni antar

bagian-bagian. Definisi ini meng-

akibatkan keindahan menjadi identik

dengan tingkat harmoni tertentu, bukan

harmoni sebagai sebuah kondisi atau

syarat bagi keindahan (Ali, 2011: 51).

Berdasarkan pendapat umum, estetika

diartikan sebagai suatu cabang filsafat

yang memperhatikan atau berhubung-

an dengan gejala yang indah pada alam

dan seni. (Dharsono, 2004:5). Mema-

hami estetika sebenarnya menelaah

forma seni yang kemudian disebut

struktur rupa yang terdiri atas unsur

desain, prinsip desain, dan asas desain

(2004:100).

Djelantik dalam bukunya berpendapat

bahwa estetika atau keindahan meliputi

keindahan alam dan keindahan buatan

manusia. Keindahan buatan pada

manusia umumnya disebut dengan ke-

senian. Menurutnya, semua benda atau

peristiwa kesenian tersebut memiliki

unsur-unsur estetika didalamnya yaitu

wujud atau rupa, bobot atau isi, dan

penampilan atau penyajian (2008:15-

17).

Suptandar perwujudan estetika dalam

interior menyangkut berbagai elemen

yang terkandung dalam seni bentuk

seperti titik, garis, bidang, ruang,

harmoni, komposisi, gaya, irama,

ekspresionis, tekstur, patern, dimensi,

warna, bayangan, dan cahaya. Seluruh

elemen tersebut tidak hanya harus

dapat dimengerti, namun harus dapat

dihayati dan diungkapkan kembali

melalui bentuk-bentuk baru yang dapat

diterima masyarakat (Suptandar, 1999:

11-20).

Berdasarkan beberapa definisi estetika

di atas, maka dalam penelitian ini

estetika akan dibahas melalui estetika

bentuk (keindahan yang dapat dirasa-

kan langsung oleh indra pengelihatan)

dan estetika ekspresi (keindahan yang

ditangkap tergantung pada persepsi

masing-masing pengamat) .

3.1. Estetika Bentuk

Estetika bentuk atau keindahan bentuk

didasari oleh penerapan prinsip desain

seperti kesatuan, keseimbangan, dan

dominasi/aksentuasi. Penerapan este-

tika bentuk tersebut diwujudkan mela-

lui kepekaan dalam memilih unsur

rupa seperti bahan, bentuk, tekstur,

warna dan lain-lain (Atmadjaja, 1999:

8).

a. Kesatuan

Kesatuan adalah efek yang dicapai

dalam suatu susunan diantara hubung-

an unsur pendukung karya, sehingga

secara keseluruhan menampilkan

kesan tanggapan secara utuh (Dhar-

Page 19: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

13

sono, 2007: 66). Seluruh bagian atau

elemen dari sebuah karya desain yang

disusun harus saling mendukung, tidak

ada bagian yang mengganggu atau

keluar dari susunan. Tanpa adanya

kesatuan, suatu karya desain akan

tampak kacau tanpa ikatan. Prinsip

kesatuan adalah adanya hubungan

antara elemen yang disusun. Hubungan

ini yang nantinya digunakan sebagai

sebuah pendekatan dalam membentuk

kesatuan (Sanyoto, 2010: 213).

b. Keseimbangan

Keseimbangan merupakan prinsip

dalam komposisi yang menghindari

kesan berat sebelah atas suatu bidang

atau ruang yang diisi dengan unsur-

unsur rupa (Kusrianto,2007:38). Sejak

terbentuknya kebudayaan serta per-

kembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi, keseimbangan tetap me-

rupakan syarat estetik yang mendasar

pada sebuah karya seni. Melalui

keseimbangan tersebut, sebuah karya

desain akan menjadi lebih indah

dilihat. Jenis keseimbangan yang

paling mudah dicapai adalah keseim-

bangan simetris, namun selain keseim-

bangan simetris juga terdapat keseim-

bangan asimetris (Djelantik, 2008: 49).

Jika keseimbangan simetris atau ke-

seimbangan formal ditandai oleh

kesamaan muatan, bentuk, ukuran,

warna, raut, dan tekstur antara sisi

kanan dan kiri, maka keseimbangan

asimetris atau keseimbangan informal

merupakan jenis keseimbangan yang

mana antara sisi kanan dan kiri

memiliki perbedaan antara muatan,

bentuk, ukuran, warna, raut, atau

tekstur tetapi secara keseluruhan dapat

terlihat seimbang. Penyusunan keseim-

bangan asimetris ini lebih sulit

diciptakan karena benar-benar memer-

lukan perhitungan yang cermat. Jika

keseimbangan simetris akan meng-

hasilkan sebuah desain yang bersifat

resmi dan statis, maka seBaliknya

keseimbangan asimetris akan meng-

hasilkan sebuah desain yang lebih

bersifat tidak resmi dan dinamis

(Sanyoto, 2010: 242-247).

c. Aksentuasi

Aksentuasi, adalah sentuhan pada

suatu komposisi yang kehadirannya

seolah-olah dominan, proposional, dan

terukur dalam komposisi tersebut.

Tujuan dari dibentuknya sebuah

dominasi adalah untuk dapat menarik

perhatian dan menghilangkan kesan

monoton (Irawan,2013:42). Sesuai

prinsip keselarasan, bahwa untuk

memperoleh keindahan suatu desain

harus memiliki sebuah keteraturan.

Namun susunan teratur tersebut dapat

menimbulkan kebosanan, sehingga

memerlukan adanya dominasi atau

penonjolan untuk dapat memecah

keberaturan, serta menjadi sebuah

kejutan dalam desain (Sanyoto, 2010:

226). Selain bertujuan untuk menarik

perhatian, adanya dominasi dapat

memberikan ciri khas pada sebuah

desain. Desain yang baik selayaknya

memiliki sebuah dominasi untuk

menarik perhatian. Terdapat beberapa

cara untuk menciptakan sebuah

dominasi diantaranya yaitu melalui

tekstur, bentuk, warna, ukuran, mau-

pun tata letak. Dengan menggunakan

seluruh unsur artistik serta prinsip

desain untuk menciptakan sebuah

dominasi, maka dapat dihasilkan

sebuah wujud desain yang merupakan

satu kesatuan yang utuh (Dharsono,

2004: 121,122).

3.2. Estetika Ekspresi

Estetika ekspresi dapat dihasilkan

melalui adanya keindahan bentuk dan

dapat dirasakan melalui persepsi

masing-masing pengamat. Keindahan

ekspresi mampu menjadi citra sebuah

karya desain melalui adanya karakter

dan gaya yang digunakan. Karakter

dapat merupakan suasana, kesan,

ekspresi fungsi, ekspresi struktur dan

Page 20: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

14

mampu mengekspresikan kegiatan

dalam bangunan. Sedangkan gaya

sebagai salah satu penentu keindahan

ekspresi merupakan cara merancang

secara berbeda dengan yang lain.

Penerapan gaya dapat ditentukan oleh

pemakaian bahan bangunan, penerapan

detail sesuai tema dan lain-lain

(Atmadjaja, 1999: 9).

4. ANALISA

4.1. Estetika Bentuk

Secara sederhana, estetika bentuk

dapat dikatakan sebagai sebuah

keindahan yang dapat dirasakan secara

langsung melalui indra pengelihatan.

Adapun pembahasan tentang estetika

bentuk terkait penerapan konsep etnik

pada interior restoran Charming yaitu

sebagai berikut :

a. Kesatuan

Pada restoran Charming, kesatuan di-

bentuk melalui hubungan warna dan

jenis material kayu yang digunakan.

Sebagai sebuah perancangan interior

yang mengusung konsep etnik,

penggunaan material kayu dirasa tepat

untuk menonjolkan kesan tradisional.

Kesan tradisional tersebut diperkuat

dengan finishing antik yang digunakan

pada kayu pembentuk plafon, lantai,

fasilitas dan aksesoris ruang.

Gambar di atas adalah penerapan

material kayu pada plafon dan lantai.

Pada lantai, penggunaan material kayu

dipadukan dengan material keramik.

Pemilihan kayunya pun memanfaatkan

potongan-potongan kayu yang posisi-

nya disusun sedemikian rupa sehingga

membentuk sebuah pola yang unik.

Sedangkan pada plafon ekspos, finish-

ing kayu dibuat gelap untuk men-

ciptakan kesatuan warna dengan aksen

lantai. Dalam penerapannya, sering

kali penggunaan material kayu dan

batu pada interior tradisional menim-

bulkan kesan yang gelap dan suram.

Guna menyiasati hal tersebut, maka

diperlukan bukaan ruang yang cukup

agar sinar matahari dapat masuk

(Serial Rumah: 50 Inspirasi Ruang

Tamu: 10).

Material kayu tidak hanya digunakan

pada plafon dan lantai. Hampir seluruh

fasilitas di restoran ini menggunakan

kayu sebagai material utama. Namun,

untuk menghindari kesan monoton,

warna kayu dibuat menjadi lebih

muda. Walaupun menggunakan jenis

Gambar 1. Material plafon

(Foto: Dokumen peneliti, 2013)

Gambar 2. Material lantai

(Foto: Dokumen peneliti, 2013)

Gambar 3. Penggunaan material kayu pada

fasilitas dan tiang struktur bangunan

(Foto: Dokumen peneliti, 2013)

Page 21: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

15

warna yang berbeda, namun secara

keseluruhan masih mampu mencip-

takan sebuah kesatuan visual melalui

penerapan warna coklat tersebut.

Coklat merupakan sebuah warna

dengan karakter hangat. Karakter

hangat tersebut mampu menghadirkan

suasana nyaman, mengundang, serta

memberikan kesan etnik. (Serial

Rumah, 2008:40).

Salah satu hal yang dilakukan untuk

mewujudkan kesatuan ruang pada

perancangan interior restoran Charm-

ing ini adalah dengan menggunakan

elemen-elemen bernuansa tradisi.

Elemen tradisi yang dimaksud berupa

ornamen ukiran pada fasilitas, artwork,

dan jenis lampu yang digunakan.

Elemen-elemen tradisi tersebut men-

ciptakan sebuah kesatuan suasana

ruang sekaligus menjadi pengikat dan

memperkuat kesan entik yang ingin

dimunculkan.

c. Keseimbangan

Dalam perancangan interior restoran

Charming, jenis keseimbangan yang

digunakan adalah keseimbangan a-

simetris. Hal tersebut jelas terlihat

dalam penataan furniture dan artwork

pada layout bangunan tersebut. Di sisi

selatan, daya tarik ruang difokuskan

pada penggunaan beberapa model

pintu tradisional khas Jawa dan Bali

sebagai dinding partisi sekaligus seba-

gai aksesoris ruang (gambar 5). Ba-

ngunan restoran Charming memang

merupakan jenis bangunan terbuka

yang dibeberapa sisi bangunannya

tidak terdapat dinding permanen. Oleh

karena itu, beberapa artwork yang ada

juga dimanfaatkan sebagai pembentuk

ruang, selain difungsikan sebagai

benda dekorasi. Sedangkan pada sisi

sebaliknya yaitu sisi utara bangunan,

variasi artwork pintu tradisional tetap

digunakan namun dengan bentuk

pemasangan yang berbeda. Pintu

tradisional tersebut dipasang secara

permanen pada dinding bangunan,

dengan jumlah yang lebih sedikit

(gambar 6).

Selain pada penggunaan artwork pintu

tradisional, keseimbangan asimetris

dalam ruangan ini juga terbentuk

melalui penataan fasilitas. Restoran

Charming menggunakan beberapa

jenis meja dan kursi makan dengan

model dan jenis finishing yang

berbeda, dengan penataan meng-

gunakan pola menyebar. Keuntungan

menggunakan pola ini dalam penataan

Gambar 4. Artwork bernuansa tradisi

(Foto: Dokumen peneliti, 2013)

Gambar 5. Sisi selatan restoran

(Foto: Dokumen peneliti, 2013)

Gambar 6. Sisi utara restoran

(Foto: Dokumen peneliti, 2013)

Page 22: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

16

layout ruang adalah ruangan terasa

lebih dinamis dan tidak kaku. Namun

dilain sisi penerapan pola ini juga

miliki kelemahan, yaitu membuat jalur

sirkulasi menjadi kurang jelas.

c. Aksentuasi

Aksentuasi atau penonjolan pada

perancangan interior restoran Charm-

ing jelas terlihat pada penerapan warna

merah pada salah satu dinding di

bangunan ini (gambar 8). Interior

bangunan ini menggunakan warna

dominan coklat yang merupakan warna

alami dari material kayu yang

digunakan. Munculnya aksen warna

merah pada sudut ruangan memberikan

variasi unik yang cukup menarik

perhatian, sehingga suasana ruang

menjadi tidak membosankan. Warna

merah dan coklat dapat disebut sebagai

warna analog atau senada. Di mana

perpaduan warna tersebut dapat

berkesan berani namun tetap harmonis

(Serial Rumah: Kombinasi Warna.

2008:18-19). Selain itu warna merah,

dan coklat sangat cocok diterapkan

pada ruang makan, karena warna-

warna terang dan hangat tersebut

mampu merangsang sistem saraf

secara otomatis, sehingga dapat

meningkatkan selera makan. (Darma-

prawira . 2002: 141).

Tidak hanya memanfaatkan aksen

warna yang mecolok, aksentuasi pada

ruang juga dicapai melalui penempatan

sebuah artwork yang menonjol pada

bagian depan bangunan. Artwork ini

memiliki bentuk lingkaran dengan

bahan kayu solid, keberadaannya

cukup menarik perhatian saat pertama

kali memasuki bangunan restoran

Charming ini. Pola lingkaran yang

digunakan pada bentuk artwork ini

dapat memberikan kesan lemah

gemulai, serta memberikan asosiasi

gerakan yang lincah dengan karakter

indah, luwes dan dinamis (Sanyoto,

2010: 96).

Menurut Sanyoto, salah satu persya-

ratan sebuah aksentuasi adalah mampu

menarik perhatian melalui perbedaan

bentuk, warna, tekstur, bahan maupun

ukuran (Sanyoto, 2010: 228). Maka

dengan demikian berdasarkan pen-

jelasan di atas, restoran Charming

menciptakan sebuah aksen-tuasi me-

lalui penerapan warna, bentuk dan

ukuran elemen ruangnya.

Gambar 7. Jenis fasilitas

(Foto: Dokumen peneliti, 2013)

Gambar 8. Aksentuasi melalui penerapan

warna merah pada dinding

(Foto: Dokumen peneliti, 2013)

Page 23: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

17

4.2. Estetika Ekspresi

Pada interior restoran Charming,

estetika ekspresi dapat dirasakan

melalui kesan tradisi dari perpaduan

etnik Jawa dan Bali. Menurut penelu-

suran beberapa sumber, Jawa dan Bali

memiliki ciri khas karakteristik tersen-

diri. Dalam interior rumah beradat

Jawa, konsep keindahan diwujudkan

melalui visualisasi sebuah rumah yang

dapat difungsikan sebagai sebuah

wadah kegiatan yang mampu menjaga

hubungan antara sesama dalam ke-

cocokan, karena mengacu pada prinsip

rukun dan keselarasan sosial. Selain itu

sebuah hunian harus mampu mencer-

minkan pribadi yang ramah tamah bagi

penghuninya dan memberikan pera-

saan tentram, yang dalam hal ini

tercermin melalui bentuk rumah yang

terbuka menyatu dengan alam

(Sunarmi, 2007: 2). Hal tersebut tidak

jauh berbeda dengan kareakteristik

budaya Bali yang bersifat dinamis,

terbuka, dan fleksibel (Tim Bali Post,

2004: 40). Selain bersifat dinamis dan

terbuka, konsep hunian Bali umumnya

mengandung unsur ornamental, sim-

bolis dan bercorak Hindu. Sedangkan

untuk material, lebih cendrung meng-

gunakan bahan-bahan alami yang me-

ngandung ciri khas Bali.

Ciri khas sebuah ruangan

berkonsep etnik umumnya terlihat jelas

melalui penerapan ornamen didalam-

nya. Ornamen yang dimaksud dapat

berupa benda-benda kerajianan seni,

maupun ragam hias berupa motif

ukiran. Ragam hias merupakan sebuah

pelengkap rasa estetik yang diwujud-

kan kedalam bentuk visual. Toekio

dalam Ardana menyebutkan bahwa,

ragam hias pada suatu benda diguna-

kan untuk memperindah dan memper-

anggun suatu karya. Bahkan beberapa

diantaranya memiliki nilai simbolik

atau makna tertentu (Toekio dalam

Ardana, 2013: 71). Di Bali hampir

seluruh benda kesenian selalu berkait-

an erat dengan kehidupan masyarakat

bersama dengan kebudayaannya. Hasil

kerajinan tangan yang umumnya

digunakan dalam berbagai aktivitas

kehidupan sehari-hari, digunakan pula

untuk menunjang aktivitas ritual ke-

agamaan (Raharja, Bali Post. 26 Mei

1996). Kesenian merupakan salah satu

unsur kebudayaan, di dalamnya akan

selalu terkandung nilai luhur budaya

Bali, terutama nilai estetika yang ber-

sumber dari agama Hindu. Estetika

Hindu yang dimaksud adalah merupa-

kan cara pandang mengenai keindahan

yang didasari oleh nilai-nilai agama

Hindu berdasarkan ajaran kitab suci

Weda. Sejak awal fungsi seni memang

digunakan sebagai media spiritual.

Dari fungsi spiritual kemudian ber-

kembang menjadi fungsi kesenian, dan

kemudian terus berlanjut hingga zaman

modern.

Sejalan dengan pemaparan

mengenai karakteristik konsep etnik

Jawa dan Bali di atas, restoran Charm-

ing menterjemahkan konsep etnik

tersebut melalui sistem bangunan yang

terbuka dan sangat memaksimalkan

penghawaan serta pencahayaan alami.

Gambar 9. Aksentuasi melalui penempatan

artwork yang menonjol

(Foto: Dokumen peneliti, 2013)

Page 24: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

18

Pada gambar 10 dapat terlihat bahwa

bangunan restoran Charming merupa-

kan jenis bangunan tradisional dengan

material kayu dan plafon ekspos.

Hampir tidak ada sekat pada area

makan, hanya beberapa artwork ber-

ukuran besar digunakan sebagai

pembatas antara satua area dengan area

lain. Kondisi penataan tersebut mem-

buat para pengunjung dapat lebih

nyaman menikmati suasana diluar ba-

ngunan dan dapat memberikan kesan

yang lebih ramah.

Selain pada bentuk bangunan,

restoran ini juga banyak memanfaatkan

benda-benda kesenian yang pada awal-

nya memiliki nilai simbolis sebagai

sebuah benda ritual. Salah satu contoh-

nya yaitu penggunaan tedung atau

payung Bali sebagai benda dekorasi

eksterior. Tedung yang merupakan

salah satu benda kesenian yang me-

miliki fungsi religius dalam kehidupan

masyarakat Bali. Kemunculannya di-

karenakan adanya kebutuhan akan

sarana pelengkap upacara serta adanya

sebuah simbol kebesaran. Awalnya

tedung hanya dipergunakan pada tem-

pat suci atau puri, namun perkem-

bangan zaman menyebabkan terjadi-

nya perluasan fungsi pada tedung

tersebut, sehingga kini tedung juga

banyak digunakan sebagai salah satu

benda dekorasi pada bangunan-ba-

ngunan umum, salah satunya pada

restoran Charming. Penerapan tedung

tersebut dikombinasikan dengan bebe-

rapa artwork patung bernuansa tra-

disional dan beberapa pencahayaan,

sehingga mampu menciptakan sebuah

desain yang dramatis.

Penerapan konsep etnik yang

digabungkan dengan unsur-unsur mo-

dern memang merupakan sebuah pro-

ses penciptaan sesuatu dengan pola

lama namun dengan teknik yang

berbeda. Nilai-nilai tradisi yang

dianggap potensial kemudian diangkat

kembali, untuk selanjutnya dimanipu-

lasi dengan cara menggeser, meng-

ubah, dan atau memutarbalikkan

makna yang telah ada. Hal tersebut

dapat dilakukan dengan cara mengu-

rangi bagian yang dianggap tidak

penting, pengubahan bentuk dari

bentuk asal, perubahan arah suatu

elemen dari pola atau tatanan dasarnya,

atau perubahan letak atau posisi ele-

men di dalam model referensi sehingga

menjadi tidak seperti model awalnya

(Ikhwanuddin, 2005: 93). Seluruh hal

tersebut bertujuan untuk menyajikan

sebuah nilai-nilai keindahan tradisi

dalam bentuk penataan ruang yang

unik. Namun untuk mewujudkan hal

Gambar 10. Konsep bangunan terbuka

(Foto: Dokumen peneliti, 2013)

Gambar 11. Tedung sebagai hiasan eksterior

(Foto: Dokumen peneliti, 2013)

Gambar 12. Hiasan patung pada eksterior

(Foto: Dokumen peneliti, 2013)

Page 25: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

19

tersebut, terdapat unsur-unsur tertentu

dalam kesenian tradisional tersebut

yang dikorbankan. Salah satunya

adalah memudarnya nilai-nilai kesa-

kralan akibat adanya pergeseran fungsi

dan perkembangan bentuk.

KESIMPULAN

Pemaparan di atas telah mem-

berikan sedikit gambaran bahwa pene-

rapan konsep etnik pada restoran

Charming tercipta melalui prinsip-

prinsip desain seperti kesatuan, ke-

seimbangan, dan aksentuasi. Prinsip

kesatuan dicapai melalui penerapan

material kayu dan pemilihan warna

bernuansa coklat pada elemen interior;

Keseimbangan yang digunakan adalah

jenis keseimbangan asimetris. Bentuk

keseimbangan ini terbentuk melalui

penataan layout fasilitas dan aksesoris

ruang. Keunggulan dari penerepan

jenis keseimbangan ini adalah

penataan menjadi lebih dinamis dan

tidak kaku; Selain kesatuan dan

keseimbangan, pada interior restoran

Charming juga terdapat sebuah aksen-

tuasi. Aksentuasi ini terlihat pada pe-

nerapan warna merah yang sangat

kontras dengan suasana ruang dan

penerapan sebuah artwork yang sangat

mendominasi pada bagian depan

bangunan.

Tidak hanya memberikan kein-

dahan melalui prinsip-prinsip desain

seperti kesatuan, keseimbangan dan

dominasi ruang. Pemilihan konsep et-

nik tersebut juga memberikan nilai

lebih berupa makna, simbol, serta ben-

tuk filosopi sebuah daerah yang disu-

guhkan melalui benda-benda keseni-

annya yang khas. Melalui penerapan

konsep etnik ini, para pengunjung atau

pengguna ruang seolah diajak untuk

ikut mengenal lebih jauh kesenian

daerah yang digunakan sebagai tema

konsep etnik ini, yaitu Jawa dan Bali.

Khususnya bagi sebuah bangunan pari-

wisata, penerapan konsep etnik ini

dapat menjadi sebuah media penge-

nalan budaya Indosesia bagi dunia

luar.

Penerapan konsep etnik yang

dipadukan kedalam bangunan modern

pada restoran Charming di daerah

Sanur Bali ini cukup membuktikan

bahwa, seni tradisional Indonesia

mampu menyesuaikan diri dengan

modernisasi. Pada akhirnya, seni tra-

disional tidak selalu muncul dalam

bentuk murni, sering kali akan terjadi

sebuah transformasi dengan muncul-

nya bentuk-bentuk baru sebagai bagian

dalam proses integrasi dan moderni-

sasi.

DAFTAR PUSTAKA

Ardana, Dewa Putu. Keben di Banjar

Tanggahan Peken, Bangli:

Perspektif Kajian Seni. Tesis.

Institut Seni Indonesia

Denpasar. Denpasar, 2013.

Atmadjaja, Jolanda Srisusan &

Meydian Sartika Dewi. Estetika

Bentuk. Jakarta: Gunadarma,

1999.

Atmaja, Jiwa. dkk. Pariwisata

Berkelanjutan Dalam Pusaran

Krisis Global. Denpasar:

Udayana University, 2010.

Danes, Popo. Arsitektur Bali: Dari

Kosmik ke Modern. Dalam

Ramsayer, Urs & I Gusti Raka

Panji Tisna. (eds). Bali Dalam

Dua Dunia. Bali: Meta Mera

Book, 2002 ( hal. 100-119).

Dharsono, Sony Kartika. Estetika.

Bandung: Rekayasa Sains,

2007.

Djelantik. Estetika Sebuah Pengantar.

Jakarta: MSPI, 2008.

Ikhwanuddin. Menggali Pemikiran

Postmodernisme dalam

Page 26: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

20

Arsitektur. Yogyakarta: Gajah

Mada University Press, 2005.

Irawan, Bambang & Priscilla Tamara.

Dasar-Dasar Desain. Jakarta:

Griya Kreasi, 2013.

Kusrianto, Adi. Pengantar Desain

Komunikasi Visual.

Yogyakarta: Andi, 2007.

Peraturan Daerah Provinsi Bali. No. 2

Tahun 2012. Tentang

Kepariwisataan Budaya Bali.

“Sentuhan Etnik pada Ruang Tamu”

Majalah Serial Rumah: 50

Inspirasi Ruang Tamu.Cetakan

ke-1 Juni 2008. Hal.10-11.

“Kombinasi Analog Harmonis”

Majalah Serial Rumah:

Kombinasi Warna. Cetakan ke-

3 April 2008. Hal.18-19.

Sunarmi. Karakteristik Interior Rumah

Tradisional Jawa di Surakarta :

Kajian Estetik Menurut Budaya

Jawa Dalam Upaya Menggali

dan Mengembangkan Nilai-

Nilai Tradisi Budaya Jawa.

Surakarta: ISI Surakarta, 2007.

Suptandar, J. Pamudji. Pengantar

Mata Kuliah Desain Interior:

Untuk Mahasiswa Arsitek dan

Desainer. Jakarta: Trisakti,

1995.

___________________. Desain

Interior: Pengantar Merencana

Interior Untuk Mahasiswa

Desain dan Arsitektur. Jakarta:

Djambatan, 1999.

Tim Bali Post. Ajeg Bali Sebuah Cita-

Cita. Denpasar: Bali Post,

2004.

Page 27: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

21

TAHAPAN KONSULTAN PERENCANA DALAM

PERENCANAAN PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA

RUANG BELAJAR ANAK SEKOLAH DASAR

DI KABUPATEN BADUNG-BALI

I Kadek Pranajaya

Dosen Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali

Email : [email protected]

Abstrak

Pelaksanaan pendidikan nasional harus menjamin pemerataan dan peningkatan mutu

pendidikan di tengah perubahan global agar warga Indonesia menjadi manusia yang

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, cerdas, produktif, dan berdaya

saing tinggi dalam pergaulan nasional maupun internasional. Kondisi bangunan gedung

yang baik dan lingkungan sekolah yang bersih akan sangat membantu menciptakan

lingkungan belajar dan mengajar yang kondusif dan sehat sehingga dapat meningkatkan

prestasi siswa. Tahapan perencanaan pembangunan sarana dan prasarana yang baik akan

menghasilkan sebuah keluaran berupa rancangan desain arsitektur dan interior terukur yang

dapat memberikan arahan secara teknis bagi pelaksanaan fisik dilapangan dan siap

diimplementasikan di lapangan. Tujuan penelitian adalah memberikan informasi dalam

bidang keilmuan arsitektur dan interior sehingga mempermudah upaya penanganan

pembangunan baru dan renovasi sekolah dasar serta sebagai masukan bagi pe-

merintah,masyarakat dan perencana yang nantinya membuat gambar rancangan yang baik

dan sesuai standar yang telah ada.

Kata Kunci: Perencanaan, Sarana dan Prasarana Ruang Belajar Anak Sekolah Dasar

Page 28: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

22

1.1.LATAR BELAKANG

Pendidikan adalah suatu upaya yang

dilakukan secara terpadu dan terencana

untuk membantu manusia dalam

mengenali, menggali dan mengem-

bangkan potensinya agar menjadi

manusia yang seutuhnya. Untuk me-

wujudkan tujuan pendidikan itu, maka

oleh negara dibentuk sebuah institusi

resmi yang bertugas untuk melaksa-

nakan pendidikan nasional.

Kondisi bangunan gedung yang baik

dan lingkungan sekolah yang bersih

akan sangat membantu menciptakan

lingkungan belajar dan mengajar yang

kondusif dan sehat sehingga akan

meningkatkan prestasi siswa. Setiap

sekolah bagaimanapun kondisinya

tentu mempunyai aset yang seharusnya

dikelola dengan baik. Aset sekolah,

baik gedung, sarana, prasarana dan

lingkungannya merupakan wahana

belajar yang perlu dikelola dengan

baik.

Pelaksanaan pendidikan nasional harus

menjamin pemerataan dan peningkatan

mutu pendidikan di tengah perubahan

global agar warga Indonesia menjadi

manusia yang bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

cerdas, produktif, dan berdaya saing

tinggi dalam pergaulan nasional mau-

pun internasional. Untuk menjamin

tercapainya tujuan tujuan pendidikan

tersebut, Pemerintah telah meng-

amanatkan penyusunan delapan stan-

dar nasional pendidikan sebagaimana

diatur dalam Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia No. 19 Tahun

2005 tentang Standar Pendidikan salah

satunya sarana dan prasarana.

Standar sarana dan prasarana pendi-

dikan adalah kriteria minimun tentang

sistem pendidikan di seluruh wilayah

hukum Negara Kesatuan Republik In-

donesia mencakup kriteria minimum

sarana yang terdiri dari perabot,

peralatan, media pendidikan, buku dan

sumber belajar lainnya, teknologi

informasi dan komunikasi, serta per-

lengkapan lain yang wajib dimiliki

oleh setiap sekolah. Sedangkan kriteria

umum prasarana yang terdiri dari

lahan, bangunan, ruang-ruang, dan

instalasi daya dan yang wajib dimiliki

oleh setiap sekolah.

Dalam UU No 23 tahun 2005 pasal 4

ayat (4), pendidikan diselenggarakan

dengan memberi keteladanan, mem-

bangun kemauan, dan mengembang-

kan kreativitas peserta didik dalam

proses pembelajaran. Untuk me-

nunjang kegiatan pendidikan itu, maka

diperlukan pendidik dan tenaga kepen-

didikan serta sarana dan prasarana

pendidikan yang bagus dan sesuai

standar nasional pendidikan.

Sarana dan prasarana pendidikan

sering disebut sebagai fasilitas pendi-

dikan. Secara bebasnya pengertian dari

sarana dan prasarana adalah sebagai

berikut; sarana pendidikan adalah

sesuatu yang memudahkan penyampai-

an materi pembelajaran. Sedangkan

prasarana pendidikan adalah alat untuk

memudahkan penyelenggaraan pendi-

dikan. Dalam pasal 45 ayat (1) UU No

20 tahun 2003 tentang Sistem Pendi-

dikan Nasional dikatakan bahwa setiap

satuan pendidikan formal maupun non-

formal menyediakan sarana dan

prasarana yang memenuhi kependi-

dikan sesuai dengan pertumbuhan dan

perkembangan potensi fisik, kecer-

dasan intelektual, sosial, emosional

dan kejiwaan peserta didik.

Sementara standar sarana dan pra-

sarana pendidikan diatur dalam PP No

19 tahun 2005 pasal 42, setiap satuan

pendidikan wajib memiliki sarana yang

meliputi perabot, peralatan, pendidik-

an, media pendidikan, buku dan

sumber belajar lainnya, bahan habis

pakai, serta perlengkapan lain yang

Page 29: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

23

diperlukan untuk menunjang proses

pembelajaran yang teratur dan ber-

kelanjutan. Sarana dan prasarana seba-

gaimana kita ketahui adalah salah satu

penunjang kegiatan belajar mengajar,

kondisi sarana dan prasarana mem-

pengaruhi kualitas pendidikan seorang

anak didik.

Pemerintah Daerah wajib melaksana-

kan pendidikan Nasional dengan me-

nyiapkan dana yang bersumber dari

APBD di Kabupaten/kota. Tahapan

perencanaan yang baik akan mengha-

silkan sebuah keluaran berupa ran-

cangan terukur yang diharapkan dapat

memberikan arahan secara teknis bagi

pelaksanaan fisik dilapangan dan siap

diimplementasikan di lapangan.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah yang dapat diambil

dari tulisan ini adalah

1. Apakah persyaratan dan standar

pembangunan sarana dan prasarana

ruang belajar anak sekolah dasar?

2. Bagaimana tahapan perencanaan

pembangunan sarana dan prasarana

ruang belajar anak sekolah dasar

yang menyangkut aspek teknis dan

administratif?

1.3. TUJUAN DAN MANFAAT

PENELITIAN

Tujuan penulisan ini adalah:

1. Untuk mengetahui persyaratan dan

standar pembangunan sarana dan

prasarana ruang belajar anak seko-

lah dasar

2. Untuk mengetahui tahapan perenca-

naan sarana dan prasarana ruang

belajar anak sekolah dasar yang

menyangkut aspek teknis dan ad-

ministratif

Manfaat Penelitian

1. Secara akademik, agar dapat mem-

perkaya dan menambah wawasan

mengenai proses dan tahapan pe-

rencanaan sarana dan prasarana

ruang belajar anak sekolah dasar,

baik bagi penulis maupun bagi

pembaca, serta dapat memberikan

informasi dalam bidang keilmuan

arsitektur dan interior sehingga

mempermudah upaya penanganan

pembangunan baru dan renovasi

sekolah dasar

2. Secara aplikasi studi, agar dapat

memberikan masukan bagi pe-

merintah, masyarakat dan peren-

cana yang nantinya akan membuat

gambar rancangan yang baik dan

sesuai persyaratan dan standar

yang ada.

1.4. METODE PENELITIAN

Pengumpulan data primer dilakukan

melalui keterlibatan penulis dalam

beberapa pekerjaan di Dinas Pendidikan

dan Pemuda Kabupaten Badung sehing-

ga sangat memudahkan penulis dalam

mengkaji realita yang ada, serta me-

lakukan wawancara langsung pada kon-

sultan yang menangani pekerjaan sarana

dan prasarana sekolah dasar di Kabu-

paten Badung. Pengumpulan data se-

kunder dilakukan melalui studi litera-

tur dan peraturan yang terkait

1.5. TINJAUAN STANDAR

SARANA DAN PRASARANA

SD/MI

1.5.1 Standar Sarana dan Prasarana

SD/MI

Sebuah SD/MI sekurang-kurangnya

memiliki prasarana seperti ruang kelas,

ruang, perpustakaan, laboratorium

IPA, ruang pimpinan, ruang guru, tem-

pat beribadah, ruang UKS, jamban,

gudang, ruang sirkulasi, tempat ber-

main/berolahraga.

Ketentuan mengenai prasarana tersebut

beserta sarana yang ada di dalamnya

diatur dalam standar sebagai berikut:

1. Ruang Kelas

Page 30: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

24

a. Fungsi ruang kelas adalah tempat

kegiatan pembelajaran teori,

praktik yang tidak memerlukan

peralatan khusus, atau praktik

dengan alat khusus yang mudah

dihadirkan.

b. Jumlah minimum ruang kelas

sama dengan banyak rombongan

belajar.

c. Kapasitas maksimum ruang kelas

adalah 28 peserta didik.

d. Rasio minimum luas ruang kelas

adalah 2 m2//peserta didik. Un-

tuk rombongan belajar dengan

peserta didik kurang dari 15

orang, luas minimum ruang kelas

adalah 30 m2. Lebar minimum

ruang kelas adalah 5 m.

e. Ruang kelas memiliki jendela

yang memungkinkan pencaha-

yaan yang memadai untuk

membaca buku dan untuk mem-

berikan pandangan ke luar

ruangan.

f. Ruang kelas memiliki pintu yang

memadai agar peserta didik dan

guru dapat segera keluar ruangan

jika terjadi bahaya, dan dapat

dikunci dengan baik saat tidak

digunakan.

g. Tinggi plafond minimal 3.50

meter dari lantai.

h. Ruang kelas dilengkapi pra-

sarana yaitu kursi, meja murid,

kursi guru, meja guru, lemari,

rak hasil karya murid, papan

panjang, tempat sampah, tempat

cuci tangan, jam dinding dan

kotak kontak

2. Ruang Perpustakaan

a) Ruang perpustakaan berfungsi

sebagai tempat kegiatan peserta

didik dan guru memperoleh in-

formasi dari berbagai jenis bahan

pustaka dengan membaca, meng-

amati, mendengar, dan sekaligus

tempat petugas mengelola per-

pustakaan.

b) Luas minimum ruang perpusta-

kaan sama dengan luas satu

ruang kelas. Lebar minimum

ruang perpustakaan adalah 5 m.

c) Ruang perpustakaan dilengkapi

jendela untuk memberi pen-

cahayaan yang memadai untuk

membaca buku.

d) Ruang perpustakaan terletak di

bagian sekolah/madrasah yang

mudah dicapai.

e) Ruang perpustakaan dilengkapi

sarana buku, rak buku pelajaran

dan rak majalah, rak surat

khabar, meja baca, kursi baca,

kursi kerja, meja kerja, lemari

katalog, lemari, papan peng-

umuman, meja multimedia, rak

uku inventaris tempat sampah,

kotak kontak dan jam dinding

3. Laboratorium IPA

a) Laboratorium IPA dapat meman-

faatkan ruang kelas.

b) Sarana laboratorium IPA ber-

fungsi sebagai alat bantu men-

dukung kegiatan dalam bentuk

percobaan.

c) Setiap SD/MI dilengkapi sarana

laboratorium IPA seperti pera-

botan (lemari) dan peralatan pen-

didikan (model kerangka manu-

sia, model tubuh manusia, globe

model tata surya, kaca pembesar,

cermin, lensa dan lain-lain)

4. Ruang Pimpinan

a) Ruang pimpinan berfungsi seba-

gai tempat melakukan kegiatan

pengelolaan sekolah/madrasah,

pertemuan dengan sejumlah kecil

guru, orang tua murid, unsur

komite sekolah/majelis madra-

sah, petugas dinas pendidikan,

atau tamu lainnya.

b) Luas minimum ruang pimpinan

adalah 12 m2 dan lebar mini-

mum adalah 3 m.

c) Ruang pimpinan dilengkapi sara-

na seperti kursi pimpinan, meja

pimpinan, kursi dan meja tamu,

lemari, papan statistik, simbol

kenegaraan, tempat sampah, me-

Page 31: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

25

sin ketik, filling cabinet, brang-

kas dan jam di dinding

5. Ruang Guru

a) Ruang guru berfungsi sebagai

tempat guru bekerja dan istirahat

serta menerima tamu, baik peser-

ta didik maupun tamu lainnya.

b) Rasio minimum luas ruang guru

adalah 4 m2/pendidik dan luas

minimum adalah 32 m

c) Ruang guru mudah dicapai dari

halaman sekolah/madrasah atau-

pun dari luar lingkungan sekolah

/madrasah, serta dekat dengan

ruangpimpinan.

d) Ruang guru dilengkapi sarana

seperti kursi dan meja kerja,

lemari, papan statistik, papan

pengumuman, tempat sampah,

tempat cuci tangan jam dinding

dan penanda waktu

6. Ruang UKS

a) Ruang UKS berfungsi sebagai

tempat untuk penanganan dini

peserta didik yang mengalami

gangguan kesehatan di sekolah

/madrasah.

b) Ruang UKS dapat dimanfaatkan

sebagai ruang konseling.

c) Luas minimum ruang UKS ada-

lah 12 m

d) Ruang UKS dilengkapi sarana

seperti tempat tidur, lemari, meja

kursi perlengkapan P3K dan

lain-lain

7. Tempat Suci: tempat beribadah

berfungsi sebagai tempat warga

sekolah/madrasah melakukan iba-

dah yang diwajibkan oleh agama

masing-masing pada waktu sekolah.

8. Jamban

a) Jamban berfungsi sebagai tempat

buang air besar dan/atau kecil.

b) Minimum terdapat 1 unit jamban

untuk setiap 60 peserta didik

pria, 1 unit jamban untuk setiap

50 peserta didik wanita, dan 1

unit jamban untuk guru. Jumlah

minimum jamban di setiap

sekolah/madrasah adalah 3 unit.

c) Luas minimum 1 unit jamban

adalah 2 m2

d) Jamban harus berdinding, ber-

atap, dapat dikunci, dan mudah

dibersihkan.

e) Tersedia air bersih di setiap unit

jamban.

f) Jamban dilengkapi sarana seperti

kloset jongkok, tempat air, ga-

yung, gantungan pakaian dan

tempat sampah

9. Gudang

Gudang berfungsi sebagai tempat

menyimpan peralatan pembelajaran

di luar kelas, tempat menyimpan

sementara peralatan sekolah/

madrasah yang tidak/belum ber-

fungsi, dan tempat menyimpan arsip

sekolah/madrasah yang telah ber-

usia lebih dari 5 tahun.

a) Luas minimum gudang adalah 18

m2

b) Gudang dapat dikunci.

c) Gudang dilengkapi sarana seperti

lemari dan rak

10. Ruang Sirkulasi

a) Ruang sirkulasi horizontal ber-

fungsi sebagai tempat peng-

hubung antar ruang dalam

bangunan sekolah/madrasah dan

sebagai tempatberlangsungnya

kegiatan bermain dan interaksi

sosial peserta didik di luar jam

pelajaran, terutama pada saat

hujan ketika tidak memung-

kinkan kegiatan-kegiatan terse-

but berlangsung di halaman

sekolah/madrasah.

b) Ruang sirkulasi horizontal beru-

pa koridor yang menghubungkan

ruang-ruang di dalam bangunan

sekolah/madrasah dengan luas

minimum adalah 30% dari luas

total seluruh ruang pada bangun-

an, lebar minimum adalah 1,8 m,

dan tinggi minimum adalah 2,5

m.

c) Ruang sirkulasi horizontal dapat

menghubungkan ruang-ruang de-

ngan baik, beratap, serta men-

Page 32: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

26

dapat pencahayaan dan pengha-

waan yang cukup.

d) Koridor tanpa dinding pada

lantai atas bangunan bertingkat

dilengkapi pagar pengaman de-

ngan tinggi 90-110 cm.

e) Bangunan bertingkat dilengkapi

tangga. Bangunan bertingkat de-

ngan panjang lebih dari 30 m

dilengkapi minimum dua buah

tangga.

f) Jarak tempuh terjauh untuk men-

capai tangga pada bangunan ber-

tingkat tidak lebih dari 25 m.

g) Lebar minimum tangga adalah

1,5 m, tinggi maksimum anak

tangga adalah 17 cm, lebar anak

tangga adalah 25-30 cm, dan di-

lengkapi pegangan tangan yang

kokoh dengan tinggi 85-90 cm.

h) Tangga yang memiliki lebih dari

16 anak tangga harus dilengkapi

bordes dengan lebar minimum

sama dengan lebar tangga.

i) Ruang sirkulasi vertikal di-

lengkapi pencahayaan dan peng-

hawaan yang cukup.

11. Tempat Bermain dan Berolahraga

a) Tempat bermain/ berolahraga

berfungsi sebagai area bermain,

berolahraga, pendidikan jasmani,

upacara, dan kegiatan ekstrakuri-

kuler.

b) Rasio minimum luas tempat

bermain/berolahraga adalah 3

m/peserta didik. Jika banyak pe-

serta didik kurang dari 180 o-

rang, maka luas minimum tempat

bermain/berolahraga adalah 540

m2

c) Di dalam luasan tersebut terdapat

tempat berolahraga berukuran

minimum 20 m x 15 m yang

memiliki permukaan datar, drai-

nase baik, dan tidak terdapat

pohon, saluran air, serta benda-

benda lain yang mengganggu

kegiatan berolahraga.

d) Sebagian tempat bermain ditana-

mi pohon penghijauan.

e) Tempat bermain/berolahraga di-

letakkan di tempat yang paling

sedikit mengganggu proses pem-

belajaran di kelas.

f) Tempat bermain/berolahraga ti-

dak digunakan untuk tempat par-

kir.

1.5.2 Ketentuan Bangunan Gedung

SD/MI

Beberapa Ketentuan yang diperhatikan

adalah:

1. Bangunan memenuhi ketentuan tata

bangunan yang terdiri dari:

a) koefisien dasar bangunan mak-

simum 30 %;

b) koefisien lantai bangunan dan

ketinggian maksimum bangun-

an yang ditetapkan dalam Pera-

turan Daerah;

c) jarak bebas bangunan yang

meliputi garis sempadan ba-

ngunan dengan as jalan, tepi

sungai, tepi pantai, jalan kereta

api, dan/atau jaringan tegangan

tinggi, jarak antara bangunan

dengan batas-batas persil, dan

jarak antara as jalan dan pagar

halaman yang ditetapkan dalam

Peraturan Daerah

2. Bangunan memenuhi persyaratan

keselamatan berikut.

a) Memiliki konstruksi yang stabil

dan kokoh sampai dengan kon-

disi pembebanan maksimum

dalam mendukung beban muat-

an hidup dan beban muatan

mati, serta untuk daerah/zona

tertentu kemampuan untuk me-

nahan gempa dan kekuatan

alam lainnya.

b) Dilengkapi sistem proteksi pa-

sif dan/ atau proteksi aktif un-

tuk mencegah dan menang-

gulangi bahaya kebakaran dan

petir.

3. Bangunan memenuhi persyaratan

kesehatan berikut.

Page 33: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

27

a) Mempunyai fasilitas secukup-

nya untuk ventilasi udara dan

pencahayaan yang memadai.

Memiliki sanitasi di dalam dan

di luar bangunan meliputi

saluran air bersih, saluran air

kotor dan/atau air limbah,

tempat sampah, dan saluran air

hujan.

b) Bahan bangunan yang aman

bagi kesehatan pengguna ba-

ngunan dan tidak menimbulkan

dampak negatif terhadap ling-

kungan.

4. Bangunan menyediakan fasilitas

dan aksesibilitas yang mudah,

aman, dan nyaman termasuk bagi

penyandang cacat.

5. Bangunan memenuhi persyaratan

kenyamanan, dimana bangunan

mampu meredam getaran dan

kebisingan yang mengganggu

kegiatan pembelajaran. Setiap

ruangan memiliki pengaturan

penghawaan yang baik. Setiap

ruangan dilengkapi dengan lampu

penerangan.

6. Bangunan bertingkat memenuhi

persyaratan berikut.

a. Maksimum terdiri dari tiga

lantai.

b. Dilengkapi tangga yang mem-

pertimbangkan kemudahan, ke-

amanan, keselamatan, dan ke-

sehatan pengguna.

7. Bangunan dilengkapi sistem

keamanan berikut.

a) Peringatan bahaya bagi peng-

guna, pintu keluar darurat, dan

jalur evakuasi jika terjadi

bencana kebakaran dan/atau

bencana lainnya.

b) Akses evakuasi yang dapat

dicapai dengan mudah dan

dilengkapi penunjuk arah yang

jelas.

8. Bangunan dilengkapi instalasi

listrik dengan daya minimum 900

watt.

9. Kualitas bangunan minimum per-

manen kelas B, sesuai dengan PP

No. 19 Tahun 2005 Pasal 45, dan

mengacu pada Standar PU.

10. Bangunan sekolah/madrasah baru

dapat bertahan minimum 20 tahun.

11. Pemeliharaan bangunan

sekolah/madrasah adalah sebagai

berikut:

a) Pemeliharaan ringan, meliputi

pengecatan ulang, perbaikan

sebagian daun jendela/pintu,

penutup lantai, penutup atap,

plafon, instalasi air dan listrik,

dilakukan minimum sekali da-

lam 5 tahun.

b) Pemeliharaan berat, meliputi

penggantian rangka atap, rang-

ka plafon, rangka kayu, kusen,

dan semua penutup atap,

dilakukan minimum sekali da-

lam 20 tahun.

12. Bangunan dilengkapi izin

mendirikan bangunan dan izin

penggunaan sesuai ketentuan per-

aturan perundang-undangan yang

berlaku.

1.6. TAHAPAN PERENCANAAN

PEMBANGUNAN SARANA

DAN PRASARANA RUANG

BELAJAR ANAK SEKOLAH

DASAR

Penulis melakukan penelitian pada

konsultan perencana yang mengambil

pekerjaan di Dinas Pendidikan Pemuda

dan olah Raga Kabupaten Badung

yaitu PT. Narada Karya dan PT Dana

Sularsa Cipta. Obyek sekolah yang

dirancang adalah mencakup wilayah

Kecamatan Kuta Selatan, Kuta Utara,

Abiansemal, Mengwi dan Petang di

tahun 2015 dan 2016. Didalam pe-

nanganan pekerjaan perencanaan pem-

bangunan sarana dan prasarana sekolah

dasar yang dilakukan terdiri dari

tahapan-tahapan sebagai berikut :

1. Tahapan awal

Page 34: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

28

Pada tahap ini beberapa kegiatan

yang dilakukan dalam hal ini seba-

gai berikut :

Didalam tahap awal pekerjaan

yang dilakukan adalah berupa

Persiapan dasar ; berupa mo-

bilisasi tim kerja dan menyiap-

kan administrasi kegiatan,

penyusunan metode pelaksa-

naan kegiatan, pembentukan

tim pelaksana, pembuatan surat

tugas, studi literatur dan per-

siapan bahan-bahan lainnya,

Persiapan teknis berupa pe-

nyiapan alat untuk survey

seperti, surat survey, kuisioner,

form data, penyiapan alat ukur

berupa meteran dan theodolith

dan waterfas dan alat sondir

jika dibutuhkan.

Mempelajari existing site dan

karakter site lokasi perenca-

naan pembangunan sarana dan

prasarana sekolah dasar

Menyusun jadwal dan konsep

survey baik menyangkut data

primer maupun data sekunder

yang akan dibutuhkan didalam

perencanaan tersebut.

Menyusun konsep perenca-

naan partisipatif yang melibat-

kan para stakeholder yang ada

di kawasan perencanaan.

Melakukan survai data primer

terdiri survai lapangan,

pengukuran site, dan lain

sebagainya.

Melakukan survai data sekun-

der terdiri dari pengumpulan

data sekunder berbagai sumber

terkait pekerjaan baik dari

Satker, PPK, di Provinsi, Ka-

bupaten/kota, Suplier, dimana

data yang dibutuhkan sebagai

persyaratan teknis adalah

sebagai berikut :

Undang-undang Nomor 28

Tahun 2002 tentang Ba-

ngunan Gedung;

Peraturan Pemerintah No-

mor 36 Tahun 2005 ten-

tang Pelaksanaan UU No-

mor 28 Tahun 2002 ten-

tang Bangunan Gedung;

Keputusan Menteri Negara

Pekerjaan Umum Nomor

10/KPTS/2000 tentang Ke-

tentuan Teknis Pengaman

terhadap Bahaya Kebakar-

an pada Bangunan Gedung

dan Lingkungan;

Keputusan Menteri Negara

Pekerjaan umum Nomor

11/KPTS/2000 tentang

Ketentuan Teknis Manaje-

men Penanggulangan Ke-

bakaran di Perkotaan;

Peraturan Menteri Peker-

jaan Umum Nomor

29/PRT/M/2006 tentang

Pedoman Persyaratan Tek-

nis Bangunan Gedung;

Peraturan Menteri Peker-

jaan Umum Nomor

30/PRT/M/2006 tentang

Pedoman Teknis Akse-

sibilitas dan Fasilitas pada

Bangunan Gedung Dan

Lingkungan;

Peratutan Menteri Peker-

jaan Umum Nomor

06/PRT/M/2007 tentang

Pedoman Umum Penyu-

sunan RTBL;

Keputusan Menteri Peker-

jaan Umum No.

45/KRT/M/2007 tanggal

27 Desember 2007, tentang

pedoman teknis pemba-

ngunan gedung Negara

Peraturan Daerah Bali No.

16 Tahun 2009 dan Per-

aturan Daerah Bali No. 4, 5

Tahun 2005 serta ;

Standar teknis dan pedo-

man teknis yang diper-

syaratkan.

Page 35: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

29

2. Tahapan Perencanaan Dan Peran-

cangan

Pada tahap ini konsultan sudah

melakukan penjaringan aspirasi

yang ada baik di tingkat

Pengguna, Tim Teknis yang ditun-

juk dan pihak sekolah yang ada di

kawasan perencanaan sehingga

hal tersebut akan menjadi masuk-

an - masukan pada tahap perenca-

naan selanjutnya.

3. Tahapan Konsultasi

Pada tahap ini konsultan sudah

menyusun jadwal mengenai kon-

sultasi, dimana hal tersebut bisa

dilakukan sebagai berikut :

Konsultasi dilakukan baik seca-

ra formal ( untuk pembahasan

laporan ) maupun secara infor-

mal.

Konsultasi melibatkan para

stakeholder terkait dari Dinas/

Instansi terkait sesuai dengan

jadwal pembahasan formal.

4. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan

Detail Engginering Design (DED)

Pekerjaan Perencanaan Penyusun-

an DED pembangunan sarana dan

prasarana sekolah dasar dapat

meliputi perencanaan lingkungan,

site/Tapak bangunan atau fisik

bangunan, dimana kegiatan terse-

but terdiri atas :

a. Persiapan atau penyusunan

konsep perencanaan seperti pe-

ngumpulan data dan infor-masi

lapangan ( termasuk penye-

lidikan tanah sederhana), mem-

buat interpretasi secara ga-ris

besar terhadap Kerangka Acuan

Kerja (KAK), program keja

perencanaan, konsep peren-

canaan, sketsa gagasan, dan

konsultansi dengan pemerin-

tahan daerah setempat menge-

nai aturan daeran/ perijinan

bangunan.

b. Penyusunan prarencana, seperti

membuat rencana tapak, pra

rencana bangunan, perkiraan

biaya, laporan perencanaan,

dan mengurus perizinan sampai

mendapatkan keterangan ren-

cana kota/kabupaten, kete-

rangan persyaratan bangunan

dan lingkungan, dan penyiap-

kan kelengkapan permohonan

IMB sesuai dengan ketentuan

yang ditetapkan pemerintah

daerah setempat;

c. Persiapan pelaksanaan desain

meliputi:

Mempersiapakan dan me-

ngumpulkan data-data awal

Mempersiapkan peta lokasi

dan gambar existing

Melakukan konfirmasi dan

koordinasi dengan instansi

terkait di daerah sehubungan

akan dilakukan survey

Melakukan survey lapangan,

pengumpulan data dan infor-

masi yang dibutuhkan untuk

kegiatan perancangan sesuai

dengan kebutuhan.

Melakukan pengukuran la-

pangan lengkap atas kondisi

batas lahan pembangunan,

kondisi topografi dan ketek-

nikan lainnya yang berpe-

ngaruh terhadap pelaksana-

an.

Mengumpulkan informasi

harga satuan upah dan bahan

Membuat foto dokumentasi

lapangan

Melakukan penyelidikan ta-

nah/sondir.

Membuat konsep-konsep

rancangan dengan melibat-

kan masukan-masukan dan

pendapat stakeholder.

d. Penyusunan pengembangan

rencana seperti membuat :

Membuat pra-rancangan me-

liputi : site plan, tampak-

Page 36: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

30

tampak, potongan-potongan,

jaringan utilitas dan detail-

detail arsitektur.

Membuat gambar kerja leng-

kap meliputi : gambar dan

detail arsitektur, gambar dan

detail struktur, gambar dan

detail utilitas, gambar dan

detail elemen kawasan se-

perti lansekap, street furni-

ture, plaza dan atau kegi-

atan terkait lainnya.

Membuat spesifikasi bahan

dan perhitungan biaya.

Mengadakan Presentasi dan

Konsultansi hasil DED pem-

bangunan sarana dan pra-

sarana sekolah dasar

Rencana arsitektur, beserta

uraian konsep dan visuali-

sasi dwi dan trimatra bila

diperlukan;

Rencana struktur, beserta

uraian konsep dan perhitu-

ngannya;

Rencana mekanikal-elek-

trikal termasuk IT, beserta

konsep dan perhitungannya.

Garis besar spesifikasi teknis

(outline specifications);

Perkiraan biaya.

e. Penyusunan rencana detail be-

rupa uraian lebih terinci : mem-

buat gambar-gambar detail

rencana kerja dan syarat-syarat,

rincian volume pelaksanaan pe-

kerjaan, rencana anggaran bia-

ya pekerjaan konstruksi, dan

menyusun laporan perencana-

an;

f. Pembuatan dokumen perenca-

naan teknis berupa rencana

teknis arsitektur, struktur, me-

kanikal dan elektrikal, perta-

manan, tata ruang dalam bentuk

gambar, gambar detail pelak-

sanaan dan perhitungannya,

rencana kerja dan syarat-syarat

administrasi, syarat-syarat u-

mum dan syarat-syarat teknis,

rencana anggaran biaya dan

laporan perencanaan;

g. Membantu Kepala Satuan

Kerja / Pejabat pembuat Komit-

men di dalam menyusun doku-

men pelelangan, dan membantu

panitia pelelangan dalam me-

nyusun program dan pelaksa-

naan pelelangan;

h. Membantu panitia pelelangan

pada waktu penjelasan peker-

jaan, termasuk menyusun berita

acara penjelasan pekerjaan,

membantu panitia pelelangan

dalam melaksanakan evaluasi

penawaran, menyusun kembali

dokumen pelelangan, dan me-

laksanakan tugas-tugas yang

sama apabila terjadi lelang

ulang;

i. Melakukan pengawasan ber-

kala, seperti memeriksa kese-

suaian pelaksanaan pekerjaan

dengan rencana secara berkala,

melakukan penyesuaian gambar

dan spesifikasi teknis pelaksa-

naan bila ada perubahan, mem-

berikan penjelasan terhadap

persoalan - persoalan yang

timbul selama masa konstruksi,

memberikan rekomendasi ten-

tang penggunaan bahan.

j. Menyusun pengawasan berkala

yang terdiri dari atas perubahan

perencanaan pada masa pelak-

sanaan konstruksi, petunjuk

penggunaan, pemeliharaan, dan

perawatan bangunan gedung,

termasuk petunjuk yang me-

nyangkut peralatan dan per-

lengkapan mekanikal – elek-

trikal bangunan.

5. Tahap Persiapan lelang

a) Pada Kegiatan Penyusunan Do-

kumen lelang.

Membuat dokumen gambar

kerja lengkap yang telah

disetujui oleh pemberi tugas

dan Tim Teknis.

Page 37: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

31

Membuat Rencana Kerja

dan Syarat-syarat ( RKS ).

Membuat Daftar Kuantitas,

Membuat Rencana Anggar-

an biaya ( RAB/EE).

b) Tahap Proses Pelelangan.

Membantu Panitia dalam

penyusunan program dan

jadwal pelelangan.

Membantu panitia didalam

kegiatan aanwijzing.

Membantu panitia dalam

evaluasi dan penetapan pe-

menang lelang.

Membantu panitia menyu-

sun laporan pelelangan.

6. Tahap Produk Laporan

Dalam perencanaan DED Pemba-

ngunan Sarana Dan Prasarana Sekolah

dasar produk/keluaran yang minimal

harus dipenuhi adalah:

Laporan Pendahuluan

Laporan pendahuluan memuat

Persiapan Perencanaan yang

meliputi antara lain:

Study Literatur

Interprestasi KAK

Pengumpulan Data dan

Informasi Lapangan,

Pengukuran,

Klarifikasi Data

Membuat konsep, gagasan,

sketsa serta Konsultansi dan

presentasi awal

Pendekatan dan Metodologi

pelaksanaan pekerjaan

Organisasi penanganan peker-

jaan yang meliputi rencana ker-

ja, mobilisasi tenaga ahli, dan

jadwal kegiatan.

Laporan Antara

Laporan antara memuat rekapan

data, baik sekunder maupun data

primer, yang telah tersusun da-

lam rekapan data dan telah

diserahkan

Laporan Akhir

Laporan Akhir memuat hasil pe-

nyempurnaan dari Konsep

Laporan Akhir setelah dipresen-

tasikan, dan Penyusunan Dokuen

lelang dan Legalitas yang men-

cakup : Menyusun Dokumen

lelang, Proses Lekalisasi, Peng-

adaan Dokumen, Penyerahan

Dokumen dan Laporan Akhir Pe-

rencanaan

1.7. SIMPULAN

a. Kondisi bangunan gedung yang

baik dan lingkungan sekolah

yang bersih akan sangat mem-

bantu menciptakan lingkungan

belajar dan mengajar yang

kondusif dan sehat sehingga

nantinya akan meningkatkan

prestasi siswa.

b. Setiap satuan pendidikan for-

mal maupun nonformal wajib

menyediakan sarana dan pra-

sarana pendidikan yang meme-

nuhi standar yang sudah dite-

tapkan pemerintah melalui per-

aturan yang sudah ada.

c. Tahapan perencanaan pem-

bangunan sarana dan prasarana

yang baik akan menghasilkan

sebuah keluaran berupa ran-

cangan desain arsitektur dan

interior terukur yang dapat

memberikan arahan secara

teknis bagi pelaksanaan fisik di

lapangan dan siap dimplemen-

tasikan di lapangan.

d. Dukungan dan komitmen Pe-

merintah Daerah dalam pelak-

sanaan program pendidikan

Nasional dengan menyiapkan

dana yang bersumber dari

APBD di Kabupaten/kota.

Page 38: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

32

DAFTAR PUSTAKA

Laporan Akhir Penyusunan DED Pembangunan Sarana dan Prasarana Sekolah di

Kecamatan Kuta Mengwi,Tahun 2014

Laporan Akhir Penyusunan DED Pembangunan Sarana dan Prasarana Sekolah di

Kecamatan Abiansemal, Tahun 2015

Laporan Akhir Penyusunan DED Pembangunan Sarana dan Prasarana Sekolah di

Kecamatan Kuta Selatan,Tahun 2016

Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 32 Tahun 2011 tentang Standar

dan Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Ruang Kelas Rusak, Pembangunan Ruang Kelas

baru beserta Perabotannya, dan Pembangunan Ruang Perpustakaan Beserta

Perabotannya untuk SD/SDLB, Tahun 2011

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 24 Tahun 2007

tentang Standar Sarana dan prasarana Untuk Sekolah Dasar/MI, Sekolah Menengah

Pertama/MTs dan Sekolah Menengah Atas/MA, Tahun 2007

Page 39: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

33

KAJIAN PUSTAKA “AKUSTIK” PADA RUANG DALAM

Ni Wayan Ardiarani Utami

Dosen Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali

Email : [email protected]

Abstrak

Akustik merupakan salah satu cabang ilmu yang erat kaitannya dengan bunyi. Dalam hal ini

akustik dapat mengatur bunyi yang diinginkan dan kontrol akan kebisingan yang dapat

timbul sehingga mengganggu aktivitas civitas ruang dalam. Penataan bunyi pada ruang

dalam memiliki tujuan untuk kesehatan pengguna sebagai tujuan mutlak dan untuk

kenikmatan pengguna sebagai suatu hal yang diusahakan. Penggunaan akustik yang benar

pada ruang dalam menjadi mutlak diperlukan pada kehidupan manusia sehari-hari. Pada

penulisan ini menggunakan metode kajian pustaka sebagai perbandingan untuk mengetahui

mengapa akustik diperlukan pada ruang dalam. Pada penulisan ini dapat disimpulkan bahwa

akustik diperlukan dalam merancang ruang dalam karena akustik erat kaitannya dengan

permukaan bidang penyusun ruang dalam dan bentuk dari ruang dalam itu sendiri.

Pengkondisian akustik pada ruang dalam lebih mudah dilakukan karena memiliki batasan

dan jenis bahan permukaan.

Kata Kunci : akustik, kebisingan, kontrol, ruang dalam

Page 40: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

34

1. PENDAHULUAN

Penataan bunyi pada ruang dalam

memiliki dua tujuan, yaitu untuk

kesehatan penggunan sebagai tujuan

mutlak dan untuk kenikmatan pemakai

sebagai tujuan yang diusahakan

(Satwiko, 2009:263). Kesehatan peng-

guna sebagai sesuatu hal yang mutlak

diperlukan karena bunyi dapat

mempengaruhi kesehatan pendengar-

nya. Gangguan yang dapat ditimbulkan

mulai dari gangguan fisiologis, psiko-

logis, komunikasi dan ketulian (Fauzi,

2013). Berdasarkan hasil tersebut

penataan bunyi pada ruang, ruang

dalam khususnya wajib menjadi fokus

perhatian dalam suatu perencanaan

ruang dalam, sedangkan kenikmatan

pengguna “ruang dalam” juga menjadi

satu hal yang harus diperhatikan

setelah tujuan kesehatan terpenuhi.

Bunyi merupakan salah satu cabang

ilmu yang erat kaitannya dengan akus-

tik. Menurut Satwiko (2009:24) akus-

tik adalah ilmu tentang bunyi. Akustik

dapat didefinisikan menjadi akustika

“ruang dalam” yang menangani bunyi-

bunyi yang diinginkan dan kontrol

kebisingan yang menangani bunyi-

bunyi yang tidak diinginkan. Jadi

akustik akan mengatur bunyi yang

diinginkan untuk masuk ke ruang

dalam dan sekaligus meng-kontrol

kebisingan yang dapat timbul sehingga

tidak mengganggu pengguna ruang

dalam.

Penggunaan akustik yang benar pada

ruang dalam mutlak diperlukan pada

kehidupan manusia sehari-hari. Bunyi

yang terlampau keras ataupun terlalu

kecil dapat menyebabkan gangguan

pendengaran pada pengguna, terlebih

untuk pengguna lanjut usia, karena

kepekaan telinga manusia terhadap

rentang bunyi yang dapat diterima

semakin menyempit sejalan dengan

pertambahan umur.

Ruang dalam merupakan tempat

beraktivitas manusia baik pribadi

ataupun berkelompok sesuai dengan

fungsinya masing-masing. Menurut

Wicaksono (2014) Ruang adalah

bentuk tiga dimensi yang memiliki

panjang, lebar, tinggi dan berbentuk

padat. Ruang dalam dibatasi oleh

bidang dapat berupa plafond, dinding

dan bidang.

Berdasarkan data tersebut, penggunaan

akustik yang baik dan benar harus

digunakan pada ruang dalam untuk

menunjang kesehatan dan aktivitas

pengguna.

2. METODE PENULISAN

Metode yang digunakan pada penulis-

an ini adalah metode penulisan dengan

perbandingan kajian pustaka. Kajian

pustaka adalah proses umum yang

dilakukan oleh peneliti dalam usaha

menemukan suatu teori (Chamidy,

2010). Penulisan ini menggunakan

beberapa hasil teori akustik sebagai

perbandingan untuk mengetahui me-

ngapa akustik diperlukan pada ruang

dalam.

3. TINJAUAN TEORI

Menurut Satwiko (2009:24), akustik

adalah ilmu tentang bunyi,

didifinisikan menjadi akustik ruang

yang menangani bunyi-bunyi yang

diinginkan dan kontrol kebisingan

yang menangani bunyi-bunyi yang

tidak diinginkan. Bunyi-bunyi yang

diinginkan memiliki frekuensi yang

dapat ditangkap oleh telinga normal

manusia dengan rentang frekuensi 20-

20.000Hz. Rentang frekuensi ini akan

menyempit seiring dengan bertambah-

nya umur dari pengguna.

Penataan bunyi melibatkan empat

elemen yang harus dipahami, yaitu

Page 41: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

35

sumber bunyi, penerima bunyi, media

perambat bunyi dan gelombang bunyi.

Sumber bunyi dapat berasal dari

benda-benda yang bergetar misalnya

tali suara manusia, loudspeaker, tepuk

tangan, senar gitar, dan lain

sebagainya. Penerima bunyi dapat

berbentuk telinga manusia ataupun

microphone. Media adalah sarana bagi

bunyi untuk merambat, bias berbentuk

zat air, padat maupun gas, tanpa

adanya media tadi maka bunyi tidak

akan dapat merambat dari sumber

bunyi ke penerima bunyi. Gelombang

bunyi dapat merambat langsung

melalui udara dari sumber bunyi ke

penerima bunyi, selain itu sebelum

sampai ke penrima bunyi, gelombang

bunyi juga dapat terpantul-pantul

terlebih dahulu oleh permukaan benda,

menembus dinding atau merambat

melalui struktur bangunan. Oleh

karena itu, pengolahan media pe-

rambatan bunyi sangat penting di-

lakukan agar bunyi yang diterima

dapat sesuai dengan keinginan.

Kriteria kebisingan yang dapat disebut

juga bunyi latar yang diperkenankan

agar aktivitas pengguna ruang dalam

tidak terganggu adalah tingkat

kebisingan paling kecil yang diper-

syaratkan untuk ruang tertentu sesuai

dengan fungsi utamanya. Kontrol

kebisingan yang dapat dilakukan de-

ngan menangani kebisingan pada

sumbernya, dengan mengatur sedemi-

kian rupa agar sumber bunyi me-

ngeluarkan intensitas bunyi minimal.

Selain itu dapat juga dilakukan dengan

menangani media perambatan bunyi.

Permukaan benda yang tidak

memantulkan bunyi akan sangat

membantu mengurangi kebisingan.

Penanganan yang terakhir dengan

melindungi penerima bunyi dari

kebisingan yang mengganggu, dapat

dilakukan dengan menggunakan

earphone pada telinga manusia.

Menurut Rhya (2015), akustik ruang

adalah bentuk dan bahan dalam suatu

ruangan yang berhubungan dengan

perubahan bunyi yang disebabkan oleh

sifat pantul benda atau objek pasif dari

alam. Secara garis besar, akustik pada

ruangan dibagi menjadi dua bagian,

yaitu pengendalian medan suara dalam

“ruang dalam” dan pengendalian

intrusi suara dari/ ke ruang dalam,

dimana hal ini erat kaitannya dengan

fungsi utama dari ruang dalam

tersebut.

Pengendalian medan suara dalam

“ruang dalam” dilaukan untuk

mengatur karakteristik pemantulan

gelombang suara yang dihasilkan oleh

permukaan dalam “ruang dalam” yaitu

dinding, plafond dan lantai.

Karakteristik pemantulan ini yaitu:

a. Elemen Pemantul (Reflector):

apabila ruang dalam membu-

tuhkan pemantulan gelombang

suara pada arah tertentu dengan

ciri utama secara fisik yaitu

permukaannya keras dan arah

pemantulannya spekular (sudut

pantul sama dengan sudut

datang).

b. Elemen Penyerap (Absorber):

apabila ruang dalam tidak

memerlukan suara yang

dikembalikan ke ruang dalam

secara berlebih dengan ciri

utama secara fisik yaitu permu-

kaannya lunak/ berpori dibalik-

nya.

c. Elemen Penyebar (Difussor):

apabila tidak diinginkan adanya

pemantul yang sudut datang

sama dengan sudut pantul atau

diinginkan menggunakan pola

tertentu, dengan ciri utama

permukaan yang secara akustik

tidak rata, baik itu dari

permukaan fisik yang tidak rata

atau tersusun rapi tapi dengan

karakter bahan yang berbeda.

Page 42: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

36

Menurut Studio (2012) akustik adalah

bidang yang mempelajari tentang

suara, gelombang mekanik pada gas,

cairan dan bahan. Akustik memiliki

beberapa bidang keilmuan, salah

satunya adalah Akustik Arsitektur.

Akustik Arsitektur adalah ilmu yang

mempelajari bagaimana cara mengon-

trol kualitas suara didalam gedung atau

ruang. Perhitungan akustik pada ruang

dalam dengan bentuk persegi akan

lebih mudah dibandingkan dengan

ruang dalam dengan bentuk kompleks.

Ruang adalah sebuah bentuk tiga

dimensi yang memiliki panjang, lebar

dan tinggi, dapat berbentuk padat.

Ruang ini berada di dalam atau

dibatasi oleh bidang-bidang (dinding,

plafond, lantai) akan dipindahkan oleh

massa atau ruang kosong (Wicaksono,

2014: 14), dan menurut Zahnd (2009:

20) ruang adalah bentuk tiga dimensi

yang memiliki konsistensi abstrak.

Situasi ruang dalam dipengaruhi oleh

kondisi lingkungan disekitarnya.

Ruang dalam merupakan tempat

pengguna melakukan aktivitas baik

secara pribadi ataupun berkelompok

dengan fungsi tertentu.

4. ANALISA

Analisa yang didapatkan dari memban-

dingkan beberapa teori tentang akustik

sehingga perlu diaplikasikan pada

ruang dalam.

Menurut Satwiko (2009) akustik

adalah ilmu tentang bunyi, yang

didefinikan menjadi dua, yaitu bunyi

yang diinginkan dan kontrol kebising-

an. Bunyi yang diinginkan dapat

diatur dengan mengolah media peram-

batan bunyi dari sumber bunyi menuju

penerima bunyi. Media perambatan

dapat berupa zat cair, padat maupun

gas, tapi pada gelombang bunyi,

sumber bunyi dapat langsung sampai

pada penerima bunyi melalui pantulan

pada permukaan benda, dalam hal ini

jenis bahan sangat mempengaruhi

gelombang bunyi. Bahan yang keras

akan menyebabkan bunyi menjadi

terpantul, sedangkan semakin lembut

akan menyebabkan bunyi terserap dan

mengurangi energy dari pantulannya

sehingga me-nyebabkan bunyi menjadi

tereduksi. Kontrol akan kebisingan

juga dapat dikondisikan mulai dari

sumber kebisingan, media perambatan

bunyi dan penerima bunyi. Peng-

kondisian sumber kebisingan dan

media perambatnya merupakan alter-

natif yang lebih membuat pengguna

menjadi nyaman daripada mengkon-

disikan penerima kebisingan, karena

penerima kebisingan harus mengguna-

kan pereduksi kebisingan untuk

memini-malkan bunyi.

Menurut Rhya (2015) akustik adalah

bentuk dan bahan dalam suatu ruangan

berhubungan dengan bunyi yang

disebabkan oleh elemen pemantul,

elemen penyerap dan elemen pe-

nyebar, dalam hal ini dititik beratkan

pada bahan yang digunakan pada

penyusun ruang, yaitu dinding, plafond

dan lantai. Lebih spesifik pada

permukaan bidang karena bersentuhan

langsung dengan sumber bunyi dan

menjadi media perambatan bunyi.

Bahan pemantul memiliki ciri per-

mukaan yang keras sehingga pe-

mantulan bunyi dapat terjadi. Pantulan

bunyi ini menyebabkan bunyi dapat

diterima penerima bunyi dengan

energy yang sama dengan sumber

bunyi, sebaliknya dengan bahan

penyerap yang memililki ciri permu-

kaan yang lembut atau berpori, energy

yang diterima telah tereduksi oleh

permukaan bahan.

Menurut Studio(2012) akustik adalah

ilmu yang mempelajari tentang suara,

gelombang mekanik pada gas, cairan

dan bahan. Ditekankan pada hal

mengontrol kualitas suara pada ruang

Page 43: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

37

dalam. Bentuk ruang juga menjadi

salah satu faktor yang mempengaruhi

kualitas suara selain bahan permukaan

ruang. Bentuk persegi akan me-

mudahkan dalam hal perhitungan

kualitas suara daripada bentuk yang

majemuk. Pada pemaparan ini lebih

menitik beratkan pada bentuk ruang

dalam dan bahan penyusun bidang

permukaan yang membentuk ruang

dalam.

Ruang dalam merupakan bentuk tiga

dimensi yang memiliki panjang, lebar

dan tinggi dan juga dibatasi oleh

bidang (plafond, dinding, lantai).

Ruang dalam menjadi batasan dalam

menentukan akustik ruang, walaupun

bunyi dapat menembus struktur bi-

dang.

Dari beberapa pengertian akustik

diatas dapat penulis simpulkan bahwa

akustik adalah ilmu yang mempelajari

tentang bunyi yang dapat dikondisikan

mulai dari sumber bunyi, media

perambatannya hingga ke penerima

bunyi sehingga dapat dihasilkan bunyi

yang diinginkan, selain itu bahan

penyusun ruang dalam juga mem-

pengaruhi bagaimana perambatan

bunyi itu sendiri serta bentuk dari

ruang dalam. Ketiga hal ini erat

kaitannya dalam menentukan akustik

yang diinginkan dalam ruang dalam

sehingga dapat menunjang kesehatan

pengguna dan menunjang fungsi yang

diinginkan. Pengkondisian bunyi lebih

dapat dilakukan pada ruang dalam

yang memiliki batasan bidang

(plafond, dinding dan lantai).

5. KESIMPULAN

Kesimpulan yang didapatkan dari

penulisan ini adalah akustik diperlukan

dalam merancang ruang dalam, karena

akustik erat kaitannya dengan per-

mukaan bidang penyusun ruang dalam

dan bentuk dari ruang dalam.

Pengkondisian akustik pada ruang

dalam lebih mudah dilakukan karena

memiliki batasan dan jenis bahan per-

mukaan.

6. DAFTAR PUSTAKA

Mediastika, Christina E., Akustika

Bangunan, Erlangga. Surabaya.

Satwiko, Prasasto., 2009. Fisika

Bangunan. Andi. Yogyakarta

Wicaksono, Andie A., Endah

Tisnawati. 2014. Teori Interior, Griya

Kreasi. Jakarta

Zahnd, Markus., 2009. Pendekatan

dalam Perancangan Arsitektur,

Kanisius. Yogyakarta.

Internet:

Chamidy, 2010. Kajian Pustaka

(online),

(http://www.scribd.com/doc/661023/0

4-Kajian-Pustaka), diakses pada

tanggal 27 Juni 2016.

Fauzi, Tamsil. 2013. Dampak

Kebisingan Terhadap Kesehatan.

(online),

(http://www.yai.ac.id/karyailmiah-upi-

39-dampak-kebisingan-terhadap-

kesehatan.html), diakses pada tanggal

27 Juni 2016

Rhya. 2012. Akustik Ruang dalam

Arsitektur (online),

(http://www.rhya.co), diakses pada

tanggal 27 Juni 2016.

Studio. 2012. Akustik Ruang. (online),

(http://www.konfigurasistudio.com),

diakses pada tanggal 27 Juni 2016

Page 44: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

38

Page 45: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

39

PERANAN PENCAHAYAAN BUATAN

SEBAGAI PEMBENTUK KESAN RUANG

Kadek Risna Puspita Giri

Dosen Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali

Email : [email protected]

ABSTRAK

Penerangan atau pencahayaan sangat diperlukan dalam mendukung setiap aktivitas

manusia. Akibat dari Keterbatasan pencahayaan alami yakni sinar matahari, maka

dikembangkanlah pencahayaan buatan sehingga mampu mendukung setiap kegiatan lebih

optimal, disamping fungsinya sebagai elemen dekoratif. Dengan mengetahui penataan

cahaya, secara langsung akan menambah pengetahuan mengenai sumber-sumber cahaya,

kemudian dapat memaksimalkan fungsi dari sumber cahaya buatan tersebut agar lebih

bermanfaat dan mengetahui pengaruhnya terhadap ruang dalam interior. Teknik

pencahayaan buatan yang baik dan tepat nantinya tidak hanya berfungsi sebagai penerang

dalam kehidupan sehari-hari. Melainkan sebagai elemen dekoratif yang mampu

membangkitkan kesan atau kharakter pada sebuah ruang, serta menghasilkan atmosfer ruang

yang diinginkan

Kata kunci: pencahayaan buatan, lampu, cahaya, dekoratif, interior, kesan ruang

Page 46: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

39

1. PENDAHULUAN

Dahulu penerangan hanya terbatas

pada siang hari saat matahari masih

bersinar, sehingga kegiatan dimak-

simalkan hanya pada siang hari saja.

Seiring dengan perkembangan tekno-

logi dan pengetahuan, pencahayaan

mengalami kemajuan sehingga tercip-

talah pencahayaan buatan. Pencaha-

yaan buatan dikembangkan lebih

optimal tidak hanya untuk menunjang

aktivitas manusia dalam bekerja,

namun berkembang luas dalam kaitan-

nya dengan keindahan. Seiring dengan

meluasnya ilmu pengetahuan me-

ngenai tata cahaya dan perkembangan

penelitian, pemanfaatan pencahayaan

buatan mulai diminati disegala bidang

disiplin ilmu. Misalnya: dalam tata

boga, pencahayaan diatur sedemikian

rupa sehingga saat pengambilan

gambar, masakan dan kue-kue terlihat

lebih menarik dan lebih menggiurkan;

dalam dunia industri rancang mode,

pencahayaan mampu membuat tam-

pilan baju menjadi lebih menarik

dengan warna yang lebih tajam; dalam

dunia perhiasan, bebatuan perhiasan

ditampilkan lebih berkilau dan terlihat

lebih cantik dengan teknik pencahaya-

an buatan; dalam dunia arsitektur dan

interior, penataan cahaya mampu me-

nonjolkan sisi artistik bangunan se-

hingga mampu menampilkan kesan

khusus pada suatu ruang dalam

/interior.

Tidak dapat dipungkiri, kemampuan

dalam menata cahaya/penerangan

buatan sangat diperlukan dalam segala

bidang. Dengan lebih memahami

dalam mengatur intensitas cahaya,

maka pencahayaan dapat menunjang

aktivitas sehari-hari agar lebih optimal.

Letak penempatan lampu, jarak, serta

warna yang dipantulkan sangat

mempengaruhi intensitas cahaya yang

dihasilkan. Peletakan lampu sangat

berperan penting dalam menentukan

kharakter ruang, baik menonjolkan

kelebihan ruang maupun menutupi

kekurangan yang ada. Dengan penata-

an lampu yang tepat, ruang yang

tercipta akan lebih ideal, seimbang,

indah, dan proporsional, sesuai dengan

fungsi dan keindahan yang diinginkan.

2. TINJAUAN TEORI

Dalam kehidupan sehari-hari pencaha-

yaan memegang peranan penting,

termasuk dalam dunia rancang-bangun

dan interior, baik dari segi fungsi,

artistik, maupun estetika ruang. De-

ngan memaksimalkan perencanaan

pencahayaan, keindahan dan kesan in-

terior dapat ditonjolkan secara maksi-

mal.

Pencahayaan buatan tidak hanya ber-

fungsi sebagai penerang di malam hari.

Penguasaan teknik pencahayaan buat-

an mampu memperlihatkan bentuk,

warna, ukuran, serta detail ruang

secara lebih jelas dan lebih cantik,

sehingga keindahan atmosfer suatu

ruang dapat ditampilkan lebih baik.

Selain itu, dengan mengenali tipe-tipe

pencahayaan buatan sehingga

pencahayaan buatan dapat terencana

lebih baik, mampu menciptakan

suasana atau karakter tertentu terhadap

suatu ruang. Kemampuan dalam

menguasai teknik pencahayaan, seperti

permainan cahaya dan pemilihan

sumber cahaya yang tepat, mampu

menunjang konsep/tema suatu ruang.

Melalui penataan cahaya yang apik

juga mampu memberikan sentuhan

khusus pada elemen interior maupun

ruang.

A. Sumber Pencahayaan Buatan

(Bohlam)

Pada umumnya, lampu dikenal sebagai

sumber cahaya walaupun pengertian

tersebut sebenarnya kurang tepat.

Lampu sebagai pencahayaan buatan

merupakan sebuah unit kompak yang

terdiri atas beberapa elemen seperti

Page 47: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

40

bohlam (sumber cahaya), kap lampu

(shade), batang (stem), dudukan

(base), dan saklar.

Bohlam merupakan sumber pencaha-

yaan buatan yang terdiri atas kawat

pijar (filament), gas, serta beberapa

elemen lainnya sehingga dapat meng-

hasilkan cahaya melalu bantuan energi

listrik. Seiring dengan kemajuan

teknologi, bohlam mengalami perkem-

bangan sehingga tercipta beragam jenis

bohlam dengan kekuatan yang ber-

beda-beda sesuai dengan kebutuhan.

Kuat rendahnya cahaya yang di-

hasilkan tergantung dari tinggi rendah-

nya daya (dalam satuan watt) yang

tertera pada bohlam. Umumnya daya

bohlam mulai dari 5 watt sampai 150

watt, bahkan tersedia dalam daya yang

lebih besar untuk kebutuhan khusus.

Beberapa jenis bohlam sesuai perkem-

bangannya adalah sebagai berikut:

a. Lampu pijar

Lampu pijar atau yang biasa

disebut sebagai filament tungsten

atau incandescent bulb meru-

pakan sumber cahaya yang

tercipta dari pemijaran atau pe-

manasan. Cara kerjanya adalah

dengan mengalirkan tenaga

listrik ke kawat filament yang

ada dalam tabung kaca. Kawat

filament inilah yang akan

mengeluarkan cahaya nantinya.

Lampu pijar memiliki beragam

variasi bentuk. Yang pertama

yaitu bohlam kaca bening yang

menghasilkan cahaya paling

terang. Yang kedua adalah lampu

berwarna putih seperti mutiara

(pearlized) yang sering juga

disebut sebagai bohlam susu.

Lapisan putihnya berfungsi

untuk melembutkan cahaya

(softener).

Bohlam lampu pijar crown-

silvered reflective surface

dilengkapi dengan lapisan untuk

merefleksikan cahaya. Selain itu

ada yang sudah dimodifikasi dan

berbentuk kecil seperti api lilin

atau dikenal dengan candle

shape yang digunakan untuk

bohlam lampu kandelar, dan juga

berbentuk bulat kecil (bohlam

luster) dalam berbagai warna

yang umumnya dipakai sebagai

lampu hias pesta atau pohon

natal.

Lampu pijar memiliki color

rendering (Ra) yang tinggi

sehingga warna benda di dalam

ruangan terlihat lebih matang.

Dengan derajat Kelvin di bawah

5.000, lampu pijar memiliki bias

cahaya berwarna kuning, sehing-

ga ruang yang diteranginya

memberikan kesan hangat,

bersahabat, intim, dan menye-

nangkan. Selain kelebihan di

atas, lampu pijar merupakan

lampu yang sangat mudah

didapat serta harganya ekonomis.

Namun, lampu pijar memiliki

kelemahan pada umur (masa

penggunaan) yang pendek.

Kawat yang dipanasi oleh aliran

listrik rentan putus sehingga

lampu mati. Pemijaran dalam

menghasilkan cahaya tersebut

juga mengakibatkan pemanasan

ruang. Selain itu, lampu pijar

bisa dikatakan sebagai lampu

tidak ramah lingkugan karena

sangat boros energi atau boros

listrik. Hal ini disebabkan oleh

energi yang digunakan untuk

menciptakan cahaya hanya

sepuluh persen dari seluruh

Gambar 1, Lampu pijar

Sumber: Akmal, Imelda. 2006.

Page 48: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

41

energi yang dikonsumsinya,

sisanya menjadi energi panas.

b. Lampu fluoresen

Lampu fluoresen atau lebih

dikenal dengan lampu neon atau

lampu TL merupakan sumber

cahaya yang diciptakan akibat

adanya reaksi kimia antara

bubuk fluoresen dengan bantuan

aliran listrik. Jenis bubuk

fluoresen akan menentukan color

rendering dan derajat Kelvin

yang dihasilkan nantinya. Lampu

fluoresen umumnya berbentuk

tabung kaca panjang berwarna

putih yang mengandung bubuk

fluoresen di dalamnya. Reaksi

kimia terjadi di dalam tabung

kaca ini, melalui pemanasan di

kedua ujung tabung dengan

bantuan tenaga listrik, kemudian

aliran panas listrik yang

merambat membuat bubuk fluo-

resen bereaksi dan memancarkan

cahaya. Proses ini terlihat saat

lampu dinyalakan, yang menyala

terlebih dahulu adalah kedua

ujung tabung kemudian meram-

bat ke bagian tengah tabung.

Dikarenakan proses pemanasan-

nya hanya pada ujung-ujung

tabung, konsumsi energi lampu

fluoresen tergolong rendah serta

tidak panas, lebih hemat energi

daripada lampu pijar. Harganya

yang ekonomis dan mampu

menerangi ruangan luas mem-

buat lampu fluoresen menjadi

pilihan untuk diterapkan pada

bangunan public, seperti rumah

sakit, perkantoran, maupun gu-

dang.

Kelemahannya terletak pada pen-

dar cahaya yang dihasilkan, yang

seringkali membuat mata lelah

dan sakit kepala. Kekurangan

lainnya yaitu pada ballast

magnetic yang berfungsi sebagai

alat mengalirkan energi dan

bersifat cukup panas. Akibatnya,

meninggalkan noda hitam di

langit-langit atau area ditempel-

kannya lampu fluoresen tersebut.

Selain itu, rendahnya color ren-

dering (Ra) mengakibatkan terja-

dinya distorsi warna di dalam

ruang sehingga memberi kesan

kelabu dan muram pada ruang.

Derajat Kelvin yang di atas 5.500

juga menimbulkan bias sinar

kebiruan atau kehijauan, mencip-

takan kesan dingin dan kaku pada

ruang. Oleh sebab itu, lampu

fluoresen tidak cocok diaplikasi-

kan pada tempat-tempat yang

perlu menonjolkan warna seperti

toko pakaian dan toko makanan,

dikarenakan akan membuat pro-

duk terlihat kurang menarik serta

kurang menggugah selera.

c. Tungsten halogen

Lampu tungsten halogen me-

rupakan lampu sejenis lampu

pijar yang menghasilkan cahaya

dari gas halogen di dalamnya.

Namun cahaya yang dihasilkan

dua kali lipat lebiih terang

daripada lampu pijar, walaupun

energi yang digunakan sama.

Gambar 2, Lampu fluoresen

Sumber: Akmal, Imelda. 2006.

Page 49: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

42

Lampu tungsten halogen

memiliki kelebihan pada color

rendering terbaik, yaitu di atas

90, sehingga mampu menampil-

kan warna dengan sangat jernih

dan cerah serta bias cahayanya

mampu menonjolkan dimensi

dan warna. Dikarenakan ukuran-

nya yang sangat kecil serta ke-

jernihan cahayanya, lampu

tungsten halogen banyak diguna-

kan sebagai lampu downlight,

yang mampu menerangi ke-

seluruhan ruang namun sumber

cahayanya tidak terlihat sehingga

tidak menyilaukan mata. Selain

itu lampu ini juga banyak

diterapkan pada tempat-tempat

yang menonjolkan cita rasa seni

serta ketajaman warna.

Kekurangan dari lampu tungsten

halogen adalah boros energi,

umurnya yang paling pendek

diantara sumber cahaya yang lain

terutama jika tegangan listrik

tidak konstan. Selain itu, lampu

ini juga sangat panas sehingga

dapat merusak benda yang

berada di dekatnya jika

digunakan dalam waktu yang

lama.

d. PAR (Parabolic Aluminized

Reflector) lamp

Lampu PAR adalah lampu yang

terbuat dari tabung filamen

tungsten halogen atau lampu

yang berada di dalam reflektor

optik. Lampu ini juga terbungkus

sehingga sering disebut lampu di

dalam lampu.

Selain karena teknik

pencahayaan lampu itu sendiri,

lapisan atau filter yang terdapat

pada bagian luar bohlam mampu

menciptakan beragam warna,

sehingga cahaya yang dihasilkan

tidak hanya putih dan kuning.

e. LHE (Lampu Hemat Energi)

konvensional

Prinsip dari LHE sama dengan

lampu fluoresen yang

memanfaatkan bubuk fluoresen

di dalamnya yang dipanaskan

dengan bantuan ballast sehingga

bubuk tersebut menyala dan

membiaskan cahaya. Namun

bedanya, jika lampu fluoresen

berbentuk linier (tabung panjang)

memiliki ballast magnetic, maka

LHE menggunakan ballast

Gambar 3, Lampu tungsten halogen

Sumber: Akmal, Imelda. 2006.

Gambar 4, Contoh penggunaan

lampu fluoresen pada kolam renang

Sumber: http://www.carpenter-

electric.com/

.

Gambar 5, Lampu fluoresen

Sumber: Akmal, Imelda. 2006.

Page 50: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

43

electronic. Ballast electronic

memiliki frekuensi elektronik

tinggi yang mentransfer energi

listrik jauh lebih baik sehingga

meningkatkan efisiensi

penggunaan energi sekaligus

menurunkan biaya pemakaian.

Ballast electronic mampu

menghemat energi yang dipakai

turun skitar 20-40%.

Perbandingan antara daya listrik

dyang digunakan dengan cahaya

yang dihasilkan antara lampu

biasa dan LHE adalah 5:1.

Sebagai contoh, penggunaan

lampu biasa dengan daya listrik

15 watt bisa digantikan oleh

LHE 3 watt.

Kelebihan lainnya adalah

pendarnya yang jauh lebih

lembut serta dengung suara yang

dikeluarkan oleh ballast

electronic lebih rendah daripada

lampu fluoresen. Selain itu,

tabung LHE juga tidak harus

linier. Umumnya berbentuk

lengkungan dan lebih dinamis

serta dibungkus dengan plastik

ataupun kaca yang membuat

tampiilannya lebih menarik. Dari

segi umur, LHE mampu bertahan

hingga 6.000 jam, jauh lebih

panjang daripada lampu pijar

atau neon pada umumnya hanya

sampai 1.000 jam.

Namun LHE memiliki

kekurangan pada color

temperature atau derajat Kelvin

yang tinggi sehingga cahayanya

hijau kebiruan. Color rendering

(Ra) yang rendah membuat objek

yang mendapat pencahayaan

tidak dapat memantulkan warna

sesungguhnya. Selain itu, ukuran

LHE sebanding dengan daya

lampu, semakin besar daya

lampu maka ukuran lampu

semakin besar, sehingga kurang

menarik jika diaplikasikan

sebagai lampu downlight atau

indirect lighting.

f. LHE modern

Mengikuti perkembangan

teknologi, LHE modern mulai

mengalami perkembangan yang

signifikan dalam memperbaiki

kelemahan-kelemahan dari LHE

sebelumnya. Adapun kelebihan

dari LHE modern adalah sebagai

berikut:

- Menggunakan ballas

electronic dengan rating CI

(rating ballast dari A-C,

dengan urutan dari low-lo

ballast sampai ke high-lo

ballast). Efeknya,

permukaan lampu tidak

panas saat dipegang

meskipun dalam keadaan

menyala.

- Umur lampu lebih panjang

daripada LHE biasa, yaitu

10.000-15.000 jam.

- Memiliki tingkat

kecemerlangan yang lebih

baik daripada LHE

konvensional. Dengan

tingkat distorsi sangat

minimal serta color

rendering (Ra) 82-92 yang

lebih tinggi daripada LHE

biasa (konvensional), LHE

modern mampu

memantulkan cahaya

sesuai dengan warna asli

objek/benda.

- Memiliki nilai color

temperature yang beragam

mulai dari 2.700 K hingga

6.000 K sehingga

menghasilkan berbagai

varian lampu yang dapat

dipilih sesuai kebutuhan.

- Memiliki desain bentuk

dan ukuran yang

mendukung unsur dekoratif

serta estetika dalam desain

interior maupun arsitektur,

sehingga cocok pula untuk

Page 51: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

44

diaplikasikan pada

pencahayaan downlight

dan indirect lighting.

-

B. Tipe-tipe pencahayaan ruang

Dalam memilih tipe pencahayaan agar

berfungsi maksimal, ada beberapa tipe

pencahayaan yang sebaiknya

disesuaikan dengan fungsi dan

aktivitas di dalam ruang, seperti

berikut:

a. Pencahayaan umum (General

lighting)

Pencahayaan umum atau yang

juga dikenal dengan ambient

lighting merupakan pencahayaan

pada umumnya yang sumber

cahayanya berasal dari sumber

cahaya yang cukup besar seperti

lampu pada plafon atau langit-

langit, sehingga mampu

menerangi keseluruhan ruang.

Sifat cahaya yang menyebar ke

segala arah dibantu oleh plafon

yang berfungsi memantulkan

atau sebagai reflektor, sehingga

pencahayaan dapat diteruskan ke

seluruh penjuru ruang.

Pencahayaan umum bisa

dikatakan sebagai pencahayaan

terbaik, karena sifatnya yang

menyebar merata ke seluruh

ruangan.

Lampu yang digunakan untuk

pencahaayaan buatan biasanya

lampu tungsten atau fluorescent

uplighter atau fluorescent strip

dengan reflektor.

General lighting sangat cocok

digunakan di ruang umum yang

memerlukan pencahayaan yang

cukup terang, seperti ruang

belajar, dapur, ruang keluarga,

ruang tamu, untuk menunjang

aktivitas di dalamnya.

b. Accent lighting

Accent lighting merupakan

pencahayaan khusus yang

biasanya memiliki penerangan

minimal tiga kali lebih kuat

daripada general lighting.

Namun penggunaannya bisa

dipadukan dengan general

lighting untuk menonjolkan

elemen-elemen interior yang

khusus maupun detail arsitektur.

Fungsinya lebih banyak

dimanfaatkan dalam unsur

artistik dan estetika daripada

penerangan. Misalnya untuk

menonjolkan lukisan, patung,

benda seni, detail dinding, dan

sebagainya, sehingga tampilan

ruang menjadi lebih menarik

karakter ruang serta kesan ruang

lebih tercipta.

Gambar 6, Contoh pencahayaan

umum/general lighting

Sumber: http://www.lightengine-tech.com/

Gambar 7, Contoh accent lighting tipe

downlight

Sumber: http://www.ledninja.com

/

Page 52: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

45

Jenis lampu yang biasanya

digunakan untuk accent

lighting¸antara lain lampu mini-

spot, lampu spotlight, lampu

halogen, dan lampu tungsten

yang berdaya rendah. Lampu-

lampu tersebut biasanya

dilengkapi dengan dimmer untuk

mengatur intensitas cahaya.

Selain itu, lampu yang berdaya

rendah biasanya dilengkapi juga

dengan reflektor integral pada

bagian fiting lampu, yang

berguna untuk merefleksikan

cahaya ke arah tertentu, misalnya

tekstur pada dinding di bagian

tertentu.

Fungsi lain accent lighting

adalah untuk memberi highlight

pada bagian tertentu, meskipun

di ruang umum dengan

pencahayaan umum (general

lighting) yang justru lebih

mempercantik dan memperindah

ruangan. Misalnya lukisan pada

ruang keluarga, benda seni pada

ruang tamu, piala atau medali

pada ruang belajar, peralatan

makan antik pada ruang makan.

Accent lighting bisa dikatakan

bisa diaplikasikan pada hampir

di setiap ruangan dan dipadukan

dengan tipe pencahayaan

apapun, untuk menggali dan

menonjolkan atmosfer dan kesan

pada suatu ruang sehingga

tampilannya menjadi lebih

menarik.

c. Task lighting

Task lighting merupakan jenis

pencahayaan yang diperlukan

untuk mempermudah dan

memperjelas pekerjaan spesifik

yang dilakukan dalam ruang.

Contoh penggunaannya misalnya

lampu pada cooker hood

(penyedot asap di atas kompor)

saat memasak, lampu meja saat

menggambar dan melukis, head

lamp saat merakit komputer,

lampu sudut atau lampu meja

saat belajar dan bekerja. Fungsi

dari tipe pencahayaan ini adalah

untuk memperjelas pandangan,

membantu untuk lebih fokus

pada kegiatan yang dilakukan,

serta tidak membuat mata lelah.

d. Decorative lighting

Decorative lighting mudah

dikenali dari bentuknya yang

unik, memiliki pola dan tema

tertentu, karena berfungsi

sebagai aksen atau elemen

dekoratif dalam tatanan ruang,

terlepas dari fungsi utamanya

sebagai penerang.

Gambar 8, Contoh accent lighting tipe

downlight

Sumber: http://www.scotdir.com

/

Gambar 9, Contoh accent lighting tipe

downlight

Sumber:

http://www.tina4homedesign.com/

Page 53: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

46

Dikarenakan lebih menonjolkan

bentuk, decorative lighting

umumnya dikombinasikan

dengan penggunaan ambient

lighting atau general lighting

agar penerangan dalam ruang

lebih optimal.

e. Kinetic lighting

Kinetic lighting merupakan

pencahayaan dengan sumber tidak

langsung dan bersifat dinamis. Sumber

yang dimaksud misalnya dari sinar

matahari yang menerobos masuk

melalui jendela sehingga menampilkan

pencahayaan yang unik dan bergerak-

gerak karena bantuan bayangan pohon.

Selain itu sumber pencahayaan kinetic

lighting bisa juga dari api, maupun

pendar cahaya lilin yang bergerak-

gerak terkena hembusan angin.

Pencahayaan tipe ini digunakan

untuk menciptakan kesan

romantis, intim, serta

membangkitkan kesan dramatis

dengan pencahayaannya yang

temaram dan dinamis. Biasanya

diaplikasikan pada ruang tidur,

spa, restoran atau café tertentu,

serta jalan setapak menuju ke

suatu bangunan dengan

konsep/tema tertentu.

C. Teknik Pencahayaan Ruang

Selain perannya sebagai penerangan,

teknik pencahayaan yang tepat mampu

menghasilkan kesan atau kharakter

khusus dan menonjolkan atmosfer

pada ruang sehingga menoptimalkan

kualitas ruang. Teknik

pencahayaan/penerangan ruang dibagi

menjadi dua, yaitu:

a. Teknik pencahayaan langsung

(Direct lighting)

Direct lighting merupakan teknik

pencahayaan paling sederhana,

dimana sumber cahaya ditata

sedemikian rupa agar dapat

menyinari suatu ruang atau area

secara langsung. Umumnya

pencahayaan jenis ini diterapkan

pada ruang-ruang yang

membutuhkan pencahayaan yang

cukup kuat atau terang, disaping

menonjolkan bentuk lampu yang

Gambar 10, Contoh decorative lighting

Sumber: https://www.declighting.com/

Gambar 11, Contoh kinetic lighting

Sumber: https://www.golights.com.au/

Gambar 12, Contoh kinetic lighting

Sumber: https://www.golights.com.au/

Page 54: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

47

digunakan. Biasanya

pencahayaan jenis ini, sumber

cahayanga dipasang langsung

pada plafon.

Pencahayaan jenis ini memiliki

kelebihan berupa kualitas cahaya

yang sangat maksimal,

dikarenakan pencahayaan

langsung jatuh pada benda, area

atau ruang yang diinginkan.

Kekurangan pencahayaan

langsung yaitu terkadang cahaya

yang dihasilkan menimbulkan

efek silau karena sumber

cahayanya cukup kuat dan

langsung terlihat.

Pencahayaan langsung juga tidak

memiliki nilai artistik,

disebabkan oleh cahayanya yang

sulit dimainkan untuk

menimbulkan efek tertentu.

b. Teknik pencahayaan tidak

langsung (Indirect lighting)

Indirect lighting merupakan

penerangan ruang dengan bias

cahaya yang lebih lembut, yang

dihasilkan dari pantulan cahaya

(bukan secara langsung dari

sumbernya) karena sumber

cahaya diletakkan secara

tersembunyi. Misalnya sumber

cahaya atau lampu diletakkan

secara tersembunyi di balik

leveling plafon (pengaturan

tinggi-rendah plafon).

D. Teknik Penempatan Sumber

Pencahayaan

Teknik penempatan sumber

pencahayaan memiliki peranan penting

dalam menentukan efek yang ingin

dihasilkan, baik pada ruang dalam

(interior) maupun eksterior suatu

bangunan (fasad bangunan, kolam,

atau taman). Teknik penempatan

pencahayaan yang tepat akan

mengoptimalkan kesan yang ingin

ditonjolkan dalam suatu ruang.

Umumnya teknik ini merupakan

pemanfaaatan dari kombinasi beberapa

jenis lampu serta penggunaan armature

(rumah lampu) untuk mengarahkan

cahaya.

a. Pencahayaan ke bawah

(downlight)

Dikarenakan sifat

pencahayaannya yang merata,

pencahayaan jenis ini sangat

umum diterapkan pada rumah

tinggal. Yang termasuk dalam

pencahayaan downlight adalah

lampu neon (TL), lampu pijar,

dan lampu compact fluorescent,

dengan arah cahaya lampu yang

datang dari atas dan menyebar

menyapu ke arah bawah.

Sedangkan jenis lampu

downlight yang sering digunakan

sebagai decorative serta accent

lighting, yaitu spotlight atau wall

washer, karena sudut distribusi

cahayanya yang jauh lebih

sempit.

Gambar 13, Contoh penggunaan direct

lighting

Sumber: http://www.hgtv.com/

Gambar 14, Contoh penerapan indirect

lighting

Sumber: http://legerolighting.com/

Page 55: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

48

b. Pencahayaan ke atas (uplight)

Sesuai namanya, pencahayaan

jenis ini merupakan pencahayaan

dengan arah cahaya dari bawah

ke atas. Biasanya sumber

cahayanya diletakkan di lantai.

Penggunaan pencahayaan uplight

umumnya untuk menonjolkan

bidang tertentu sehingga

memberikan kesan megah,

dekoratif, dan efek dramatis,

misalnya pada benda-benda seni.

Pemanfaatan pada interior

lainnya, pencahayaan uplight

difungsikan sebagai general

lighting dengan teknik

pencahayaan tidak langsung

(indirect lighting), sehingga

menampilkan pencahayaan yang

lebih lembut dan dekoratif dari

sebuah objek.

c. Pencahayaan dari samping

(sidelight)

Pencahayaan jenis ini merupakan

pencahayaan dengan sumber

cahaya dari samping objek, baik

dari satu sisi maupun kedua sisi.

Tujuannya adalah untuk

menonjolkan tekstur benda/objek

yang ingin diterangi, seperti

tekstur patung/benda seni

maupun tekstur dinding. Dengan

pencahayaan satu sisi, dimensi

dan bentuk daripada objek

tersebut mampu terlihat jelas dan

lebih dramatis.

Gambar 15, Bias cahaya jenis downlight

Sumber: Akmal, Imelda. 2006.

Gambar 16, Contoh penerapan teknik

downlight

Sumber: http://www.ideas4homes.com/

Gambar 17, Bias cahaya jenis uplight

Sumber: Akmal, Imelda. 2006.

Gambar 18, Contoh penerapan teknik

uplight

Sumber:

http://www.johncullenlighting.co.uk/

Page 56: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

49

d. Pencahayaan dari depan

(frontlight)

Pencahayaan jenis ini diarahkan

dari depan dan akan

menghasilkan pencahayaan yang

merata. Biasanya diaplikasikan

pada cermin rias, lukisan,

ataupun hiasan dinding, sehingga

terlihat lebih menonjol dan lebih

jelas terutama di malam hari.

e. Pencahayaan dari belakang

(backlight)

Tujuan dari pencahayaan jenis

ini adalah untuk menampilkan

bayangan atau siluet dan

menonjolkan karakter dari suatu

benda/objek yang disorot,

sehingga terlihat lebih cantik dan

menarik. Dimensi dan tekstur

suatu objek tidak lagi terlihat

karena berada pada posisi

bayangan yang gelap.

Pencahayaan jenis ini biasanya

dipalikasikan di belakang

patung, benda-benda seni, vas

bunga antik, maupun tanaman,

sehingga karakter yang

dihasilkan lebih dramatis.

Gambar 19, Contoh penerapan teknik

sidelight

Sumber: http://www.laukins.com/

Gambar 20, Bias cahaya jenis sidelight

Sumber: Akmal, Imelda. 2006.

Gambar 21, Bias cahaya jenis frontlight

Sumber: Akmal, Imelda. 2006.

Gambar 22, Contoh penerapan teknik

frontlight

Sumber:

https://www.pegasuslighting.com

/

Page 57: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

50

f. Wall washer

Wall washer merupakan teknik

pencahayaan yang dibuat

sedemikian rupa sehingga cahaya

yang dibiaskan menyapu

dinding. Selain berfungsi sebagai

penerangan, teknik wall washer

mampu membuat tampilan

dinding yang polos menjadi lebih

hidup.

Dinding bertekstur akan

ditampilkan lebih detail dan

dramatis dari efek wall washer

yang dihasilkan. Ada tiga cara

untuk menciptakan efek dari wall

washer, yaitu:

- Spot downlight, yaitu

dengan mengarahkan

lampu sorot dari atas atau

dari plafon ke sisi dinding

sehingga menerangi sisi

dinding tersebut, yang

biasanya akan

menimbulkan efek

bayangan berupa

lengkungan-lengkungan

yang sangat cantik.

- Spot uplight, yaitu dengan

cara mengarahkan arah

cahaya dari bawah atau

lantai ke arah atas. Bias

Gambar 23, Bias cahaya jenis backlight

Sumber: Akmal, Imelda. 2006.

Gambar 24, Contoh penerapan teknik

backlight

Sumber: https://www.decor10blog.com/

Gambar 25, Bias cahaya jenis wall washer

Sumber: Akmal, Imelda. 2006.

Gambar 26, Contoh penerapan teknik wall

washer

Sumber: http://www.nico.leonardfriend.com/

Page 58: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

51

sinarnya akan menyerupai

spot downlight, namun

berbeda arah.

- Indirect lighting, yaitu

dengan mengarahkan

cahaya ke dinding.

Sehingga dinding

difungsikan sebagai

reflektor yang akan

memantulkan bias cahaya

ke seluruh ruangan.

Umumnya wall washer berfungsi

sebagai accent lighting. Namun

jika sumber cahaya dari wall

washer cukup banyak dan kuat,

maka wall washer bisa berfungsi

sebagai general lighting atau

ambient lighting.

E. Ragam Bentuk Pencahayaan

Buatan (Lampu)

Bentuk pencahayaan buatan atau

lampu yang dimaksud adalah armature

atau tempat lampu. Ragam jenis lampu

atau armature sangat berpengaruh

terhadap tata cahaya. Adapun ragam

bentuk lampu adalah sebagai berikut:

a. Ceiling light

Tipe lampu jenis ini merupakan

sumber ambient light yang

umum digunakan dan

ditempatkan di langit-langit atau

plafon suatu ruangan sesuai

namanya.

Ceiling light terdiri atas dua tipe,

sebagai berikut:

- Ceiling upward, yaitu

cahaya diarahkan ke plafon

atau langit-langit, dengan

plafon berfungsi sebagai

reflektor sehingga cahaya

dipantulkan ke bawah.

- Ceiling downward, yaitu

cahaya yang diarahkan

langsung ke bawah

sehingga sifat cahayanya

lebih keras dan kuat.

b. Lampu gantung (Pendant light)

Pendant light merupakan salah

satu sumber ambient light,

sehingga menghasilkan cahaya

yang dapat menyebar ke seluruh

ruangan dengan baik. Lampu

gantung jenis ini bersifat

fleksibel karena tinggi rendahnya

dapat diatur sesuai kebutuhan. Gambar 27, Pencahayaan tipe ceiling light

Sumber: Akmal, Imelda. 2006.

Gambar 28, Contoh pencahayaan tipe

ceiling upward

Sumber: http://www.messagenote.com/

Gambar 29, Contoh pencahayaan tipe

ceiling downward

Sumber: http://www.zillow.com/

Page 59: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

52

Untuk membentuk suasana yang

lebih akrab, lampu gantung bisa

diletakkan lebih rendah.

Sedangkan untuk memberi

penerangan yang cukup jelas,

lampu gantung bisa diletakkan

lebih tinggi.

c. Lampu dinding

Lampu dinding atau dikenal

dengan lampu tempel merupakan

modifikasi dari lampu minyak

tradisional jaman dulu. Peletakan

lampu dinding umumnya bisa

dijangkau dengan tangan dan

sangat efektif diaplikasikan pada

ruang yang memiliki luasan

terbatas. Fungsi utamanya adalah

sebagai unsur dekoratif.

d. Table lamp

Meskipun namanya table lamp,

jenis lampu ini biasa dikenal

dengan lampu duduk, bukan

lampu meja karena difungsikan

sebagai penerang dalam jarak

yang cukup pendek. Fungsi yang

umum digunakannya sesuai

peletakannya, seperti sebagai

lampu duduk di sisi sofa; sebagai

lampu baca yang diletakkan di

atas nakas di sebelah tempat

tidur; serta sebagai unsur

dekoratif atau penghias di foyer

atau ruang lainnya. Table lamp

biasanya terdiri dari dua bagian

yang dapat dilepas dengan

mudah, yaitu bagian kaki tanpa

pemberat khusus dikarenakan

ukurannya yang lebih pendek

daripada standing lamp; bagian

kap lampu yang memiliki

peranan penting dalam

membentuk kesan dan estetika

dari sebuah ruang.

Karena juga berfungsi sebagai

penerang, lampu duduk biasanya

memiliki pencahayaan yang

cukup kuat namun dilengkapi

dengan dimmer untuk mengatur

intensitas cahaya.

Gambar 30, Pencahayaan tipe

pendant light

Sumber: Akmal, Imelda. 2006.

Gambar 31, Contoh pencahayaan

tipe pendant light

Sumber:

http://www.messagenote.com/

Gambar 32, Contoh pencahayaan tipe

lampu tempel

Sumber (ki-ka):

http://www.dhgate.com/ dan

http://www.aliexpress.com/

Page 60: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

53

e. Strip light

Sesuai namanya, strip light

merupakan jenis lampu dengan

bentuk memanjang seperti garis

dan bisa digunakan untuk

berbagai jenis penerangan.

Misalnya diletakkan di bagian

dalam plafon pada plafon yang

memiliki ketinggian yang

berbeda sehingga cahaya yang

dihasilkan memiliki bias menarik

mengikuti bentuk plafon seolah-

olah menerobos keluar plafon

sebagai unsur dekoratif. Selain

lampu LED yang menyerupai tali

yang membuatnya fleksibel

mengikuti bentuk

penempatannya, lampu yang

umum dipakai sebagai strip light

adalah fluorescent strip atau

lampu TL atau dikenal sebagai

lampu neon. Lampu ini

difungsikan sebagai penerangan

umum sebagai task lighting dan

biasanya diaplikasikan di dapur,

garase, kamar mandi, ruang

keluarga atau ruang bermain

anak.

Namun untuk ruangan dengan

luasan terbatas, umumnya

digunakan kaca sunblast yang

berfungsi sebagai anti silau pada

mata.

f. Spotlight

Spotlight merupakan armatur

lampu sorot dengan arah

penyebaran cahaya yang cukup

sempit sehingga cahaya terfokus

pada satu titik tertentu. Bentuk

cahaya yang dihasilkan biasanya

berbentuk oval atau lingkaran

sehingga dapat memberikan

cahaya yang terarah. Jenis

pencahayaan ini sangat

fungsional karena bisa diletakkan

dimana saja seperti plafon,

dinding, bahkan lantai. Spotlight

umumnya digunakan sebagai

salah satu sumber accent lighting

untuk menerangi suatu objek

sehingga terlihat lebih menonjol

dalam suatu ruang.

g. Standing lamp (Standart floor

lamp)

Standing lamp merupakan lampu

yang peletakannya dengan

berdiri yang terdiri atas tiga

bagian, yaitu dasar lampu (base)

Gambar 33, Contoh penggunaan table lamp

Sumber:

http://www.homeguides.sfgate.com/

Gambar 34, Contoh penggunaan strip light

Sumber: http://www.livingroomlighting.net/

://www.homeguides.sfgate.com/

Gambar 35, Contoh penggunaan

spotlight

Sumber:

http://www.dentalroseville.com

/

Page 61: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

54

yang terbuat dari bahan yang

cukup berat untuk menopang

berat batang dan kap lampu; kaki

atau batang lampu yang biasanya

cukup tinggi, umumnya lebih

dari 150 cm dan terdapat rongga

di dalamnya seperti pipa sebagai

tempat kabel; kap lampu yang

merupakan tempat bola lampu

dipasang.

h. Floor and wall uplighter

Lampu jenis ini dapat

mengarahkan cahaya ke atas dan

ke bawah dengan baik, sehingga

digunakan sebagai sumber

accent lighting yang sekaligus

difungsikan sebagai elemen

dekoratif yang menarik.

i. Kandelar (chandelier)

Kandelar merupakan lampu

gantung yang memiliki banyak

cabang untuk meletakkan banyak

lampu beserta dengan kap

lampunya. Umumnya kandelar

terbuat dari kristal karena cahaya

yang dihasilkan berkelap-kelip

dan menghasilkan bias cahaya

yang unik seperti kristal

sehingga menjadikannya unsur

dekoratif yang menarik. Namun

sesuai perkembangan, kandelar

tidak hanya terbuat dari kristal

sehingga bisa diterapkan di

ruang dengan konsep modern.

3. PEMBAHASAN

A. Lampu sebagai Pembentuk

Kesan Ruang

Peletakan lampu sangat berperan

penting dalam menentukan kharakter

ruang, baik menonjolkan kelebihan

ruang maupun menutupi kekurangan

yang ada. Dengan penataan lampu

yang tepat, ruang yang tercipta akan

lebih ideal, seimbang, indah, dan

proporsional, sesuai dengan fungsi dan

keindahan yang diinginkan. Peletakan

lampu dalam membentuk suatu kesan

pada ruang adalah sebagai berikut:

a. Memberi kesan lebih rendah

pada plafon

- Dengan meletakkan

artwork/lukisan pada posisi

proporsional (tidak terlalu

tinggi) pada dinding, serta

diberikan pencahayaan dari

atas (accent lighting-

downlight).

- Lampu yang diaplikasikan

menggunakan kap tertutup

untuk mencegah cahaya

agar tidak menyebar ke

atas, dan memfokuskannya

Gambar 36, Contoh penggunaan standing

lamp

Sumber: http://www.homeridae.com/

Gambar 37, Contoh penggunaan floor

and wall uplighter

Sumber: http://www.inovesia.com/

Gambar 38, Contoh penggunaan

chandelier

Sumber: http://www.messagenote.com/

Page 62: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

55

ke bagian bawah (teknik

pencahayaan downlight),

sehingga plafon terkesan

lebih gelap dan lebih

rendah.

b. Memberi kesan lebih tinggi pada

plafon

Untuk memberi kesan plafon

lebih tinggi pada sebuah rumah,

hal yang perlu dilakukan adalah:

- Dengan mengaplikasikan

warna netral pada plafon,

seperti putih. Dikarenakan

bidangnya yang lebar,

dengan warna netral plafon

mampu menyebarkan

cahaya ke segala arah

dengan baik.

- Jenis lampu yang

digunakan adalah standing

lamp, dengan jenis

pencahayaan uplight.

Tujuannya agar cahaya

mampu menyebar optimal

ke atas menerangi plafon.

Kondisi plafon yang dibuat

lebih terang daripada

dinding dan lantai, akan

mampu memberi kesan

plafon pada ruang menjadi

lebih tinggi.

c. Memberi kesan luas pada ruang

Untuk memberi kesan luas, ada

beberapa cara seperti:

- Memasang cermin untuk

merefleksikan ruang dan

atau cahaya lampu

- Menyinari kedua sisi

dinding yang

berseberangan dengan

pencahayaan yang cukup

terang, sehingga kedua sisi

dinding terkesan terpisah.

Jenis pencahayaan yang

diterapkan yaitu wall

washer pda masing-masing

sisi dinding. Sisi dinding

yang lebih terang daripada

plafond an lantai akan

memberi kesan ruang lebih

luas.

d. Memberi kesan lebih lebar pada

lorong yang panjang dan sempit

- Sisi dinding harus dibuat

lebih terang, bisa dengan

mengaplikasikan wall

washer dan spotlight yang

cukup terang.

- Selain itu, dengan

memajang artwork atau

jendela pada dinding di

ujung lorong sebagai fokus

perhatian.

e. Memberi kesan lebih intim pada

ruang

Ruang yang memberi kesan lebih

intim sangat penting diterapkan

Gambar 39, Contoh penggunaan

armature tertutup

Sumber:

http://www.homestoreky.com/

Gambar 40, Contoh penggunaan standing

lamp uplight

Sumber: http://www.archiexpo.com/

Page 63: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

56

pada ruang-ruang hunian seperti

rumah tinggal. Kesan ini akan

membuat penghuni dan tamu

yang berkunjung merasa lebih

bersahabat, akrab, dan rileks. Hal

yang perlu dilakukan:

- Dengan menyebarkan

beberapa titik lampu di

seluruh bagian ruang.

Namun perlu ditambahkan

beberapa spotlight untuk

menyinari artwork pada

dinding, atau bidang

lainnya.

- Menghindari penggunaan

lampu yang sangat terang

di satu titik. Akan lebih

baik dengan memasang

lampu di banyak titik

namun dengan daya

rendah.

- Jika ada beberapa bagian

ruang menggunakan lampu

yang cukup terang,

sebaiknya dilengkapi

dengan dimmer sehingga

intensitas cahaya bias

diatur saat diperlukan.

- Alternatif lainnya yaitu

dengan memanfaatkan

penggunaan lampu duduk

di beberapa titik untuk

menambah kesan nyaman

dan rileks pada ruang.

B. Merencanakan Pencahayaan

Merencanakan pencahayaan dengan

tepat pada sebuah ruang tentunya akan

menunjang fungsi ruang dari sisi

dekoratif, estetika dan keindahan ruang

itu sendiri tanpa meninggalkan

fungsinya sebagai penerang. Ada

beberapa hal yang harus diperhatikan

dalam melakukan perencanaan

pencahayaan pada sebuah ruang, yaitu:

a. Intensitas cahaya/tingkat terang

lampu (lumen/luks)

Intensitas cahaya diperlukan

dalam menunjang aktivitas

sehari-hari agar lebih optimal.

Letak penempatan lampu, jarak,

serta warna yang dipantulkan

sangat mempengaruhi intensitas

cahaya yang dihasilkan. Standar

satuan yang digunakan untuk

menyatakan tingkat terang

cahaya adalah lumen dan luks.

Lumen adalah satuan tingkat

terang lampu, sedangkan luks

adalah satuan tingkat terang

cahaya dalam luasan tertentu.

Satuan luks lebih spesifik dan

lebih umum digunakan dalam

menentukan intensitas cahaya di

dalam ruang, dikarenakan

disertai oleh satuan luas

permukaan yang diterangi dan

dicantumkan sebagai lumen/m2.

Alat yang digunakan untuk

mengetahui jumlah intensitas

lampu atau intensitas cahaya di

dalam ruang disebut lightmeter.

Cara kerjanya yaitu dengan

meletakkan alat pada area yang

diterangi atau terkena sorot

langsung cahaya (misalnya di

permukaan meja atau di

permukaan dinding), serta area

tersebut tidak boleh tertutup

bayangan.

Selain jenis lampu dan daya

lampu sebagai penentu, tingkat

terang cahaya yang dihasilkan

juga ditentukan oleh letak

penempatan titik lampu, jarak

antar lampu, serta permukaan

bidang yang dipantulkan oleh

lampu tersebut. Sebagai contoh,

bohlam yang dipasang sebagai

task lighting akan menghasilkan

pencahayaan yang cukup jelas

pada meja kerja. Namun ketika

bohlam dipindah sebagai lampu

gantung, pencahayaan di

permukaan meja kerja akan

menjadi lebih redup. Hal ini

dikarenakan oleh jarak lampu ke

permukaan meja lebih jauh.

Page 64: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

57

Pemantulan juga sangat

berpengaruh terhadap tingkat

terang cahaya yang dihasilkan.

Dinding dengan warna gelap

akan menyerap cahaya sehingga

cahaya yang dipantulkan akan

lebih rendah. Sedangkan dinding

dengan warna lebih terang akan

memantulkan lebih banyak

cahaya serta lebih terang.

Contohnya, permukaan dinding

berwarna putih mampu

memantulkan 70% cahaya dan

menyerap 30% sisanya dari

banyaknya cahaya yang diterima.

b. Color temperature (Ra) atau

warna cahaya

Color temperature merupakan

indikator warna cahaya yang

dihasilkan lampu. Istilah color

temperature bukan berarti warna

yang memiliki suhu tertentu atau

panas-dingin dalam arti

sesungguhnya, melainkan lebih

kea rah rasa/kesan secara

psikologis. Misalnya warna

merah dirasakan sebagai

temperatur yang panas, warna

kuning dirasakan sebagai

temperatur yang hangat, serta

warna biru dirasakan sebagai

temperatur yang dingin.

Color temperature memiliki

satuan derajat Kelvin atau K.

Semakin rendah angka derajat K,

maka semakin hangat atau

kuning lampu tersebut (5.000 K

ke bawah). Sebaliknya, jika

semakin tinggi angka derajat K,

maka semakin biru atau semakin

dingin color temperature lampu

tersebut (6.000 ke atas). Warna

cahaya putih adalah 5.000 K

yang terkadang dihasilkan oleh

sinar matahari pada saat jam 12

siang.

Color temperature memegang

peranan penting terutama untuk

ruang komersial/public building.

Hal ini dikarenakan jika color

temperature diaplikasikan

dengan tepat, maka akan

memperbaiki atmosfer ruang,

produk atau etalase juga akan

terlihat lebih menarik dan

cemerlang, sehingga

menghasilkan nilai jual yang

lebih baik.

c. Color rendering/kecemerlangan

warna

Color rendering merupakan

istilah untuk menunjukkan

kecemerlangan warna pada suatu

objek yang ditimbulkan akibat

adanya bias cahaya yang

mengenai objek tersebut.

Color rendering memiliki satuan

Ra dengan nilai 1-100. Semakin

tinggi angka Ra, maka semakin

baik tingkat kecemerlangan

cahaya pada lampu tersebut.

Benda yang terkena bias cahaya

dengan nilai Ra tinggi akan

menghasilkan kualitas warna

yang lebih tajam, lebih

cemerlang, lebih indah, dan lebih

menarik.

Contoh lampu yang memiliki

color rendering yang baik yaitu

lampu pijar dan lampu halogen.

Namun lampu halogen memiliki

color rendering yang lebih baik,

yaitu di atas 90, sehingga selain

mampu menghasilkan kualitas

warna yang lebih baik juga

mampu membuat batu perhiasan

menjadi lebih berkilauan.

Lampu pijar dan lampu halogen

sering digunakan pada ruangan

ritel seperti etalase toko

perhiasan karena mampu

meningkatkan kualitas tampilan

objek. Sayangnya lampu pijar

dan halogen memiliki kelemahan

pada umur yang sangat pendek,

serta panasnya lampu membuat

kondsi benda cepat rusak.

Page 65: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

58

C. Merencanakan Pencahayaan

dan Mengoptimalkan

Pencahayaan di dalam

rumah

Agar atmosfer ruang dapat

tampil optimal dan menghasilkan

kesan yang diinginkan, pencahayaan

sebuah ruang perlu direncanakan

secara tepat. Ada beberapa hal yang

harus diperhatikan dalam merancang

pencahayaan di dalam rumah

khususnya di suatu ruang, yaitu:

a. Jenis aktvitas dan fungsi ruang

Sebelum merencanakan

pencahayaan, terlebih dahulu

mendata semua aktivitas dan

fungsi ruang yang ada agar

pencahayaan dapat berfungsi

dengan optimal di setiap ruang

sesuai kebutuhan. Misalnya,

aktivitas belajar pada sudut/sisi

ruang di bagian tertentu;

aktivitas menyeterika pada sisi

sebelah mana ruang; dan

sebagainya.

Setelah mengetahui jenis

aktivitas di dalamnya, hal yang

perlu dilakukan selanjutnya

adalah perhitungan kebutuhan

lampu, dengan patokan sebagai

berikut:

- Kandela: satuan untuk

menyatakan besarnya

cahaya.

- Lumen: satuan ukuran

kekuatan cahaya (lilin,

lampu, dan sebagainya).

- Luks: satuan untuk

menerangkan banyaknya

cahaya yang mengenai

suatu bidang.

Beberapa perbandingan

intensitas cahaya

- Cahaya matahari di luar

ruangan : 100.000 luks

- Meja kerja di samping

jendela : 3.000

luks

Jenis aktivitas dan kebutuhan

intensitas cahaya

- Pencahayaan untuk

aktivitas yang dikerjakan

secara mendetail (misalnya

merangkai rangkaian

elektronik) :

minimal 1.500 luks

- Meja untuk menjahit

: minimal 1.000

luks

- Meja untuk menggambar

: minimal 750

luks

- Meja persiapan di dapur

: minimal 500

luks

- Pencahayaan untuk

membaca :

minimal 300 luks

- Entrance atau pintu masuk

: minimal 150

luks

- Koridor dan tempat

penyimpanan :

minimal 100 luks

- Ruang remang-remang

: 50 luks

b. Dimensi ruang

Mengetahui dimensi ruang

dengan tepat, sangat berpengaruh

terhadap hasil pencahayaan

nantinya. Hal yang perlu

diperhatikan seperti tinggi plafon

dan luasan ruang, sehingga jenis

pencahayaan dapat diaplikasikan

dengan tepat. Jenis pencahayaan

pada ruangan yang luas serta

plafon yang tinggi akan berbeda

dengan ruangn yang sempit atau

plafon yang rendah.

c. Kelebihan (daya tarik) dan

kekurangan pada ruang

Dengan mengevalusi kelebihan

yang ada pada ruang, dapat

dimaksimalkan dengan bantuan

pencahayaan yang tepat.

Misalnya dalam menonjolkan

artwork, tekstur dinding, dan

Page 66: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

59

sebagainya, sehingga dapat

tampil lebih menarik.

Dengan mengetahui kekurangan

pada ruang, pencahayaan dapat

meminimalisir atau menutupi

kelemahan ruang tersebut.

Misalnya pada finishing tembok

yang bergelombang, pada

aplikasi lantai vinyl yang tidak

rata, pada finishing plafon yang

tidak rapi, maupun pada

kelemahan lainnya.

d. Pemahaman konsep maupun

kesan ruang

Penggunaan warna cahaya

tertentu dan jenis lampu tertentu

dapat membantu mewujudkan

atmosfer yang diinginkan pada

sebuah ruang. Dengan mema-

hami konsep yang diinginkan,

pemilihan jenis pencahayaan dan

jenis lampu dapat berfungsi

dengan baik. Misalnya untuk

menampilkan kesan intim dan

akrab pada ruang tidur dengan

menggunakan pencahayaan war-

na kuning, serta penggunaan

warna putih dan jenis penca-

hayaan task lighting untuk ruang

belajar.

e. Pencahayaan multifungsi

Selain sebagai penerangan, lam-

pu juga menjadi bagian dari

estetika ruang. Oleh sebab itu,

penempatan jenis pencahayaan

memegang peranan penting seba-

gai penunjang dalam menghasil-

kan kesan tertentu. Selain itu,

pencahayaan juga harus mampu

mengakomodasi semua kegiatan

di dalamnya. Misalnya peng-

gunaan table lamp yang bisa juga

digunakan sebagai penerang un-

tuk membaca, penggunaan

standing lamp pada ruang

keluarga juga mampu menjadi

penerang saat menonton televisi.

f. Mengoptimalkan fungsi pen-

cahayaan

Untuk mengoptimalkan penca-

hayaan dalam sebuah ruang, hal

yang perlu diperhatikan sebagai

berikut:

- Merencanakan setiap titik

lampu dan stop kontak,

sehingga peletakan kabel

dapat diposisikan dengan

baik dan rapi.

- Menempatkan titik lampu

yang mudah terjangkau,

agar mempermudah saat

pergantian, namun tetap

dalam jarak yang aman

bagi anak-anak.

- Dengan membuat papan

kontrol sentral untuk

mempermudah dalam

mengontrol penggunaan

lampu pada ruang tertentu.

- Menggunakan dimmer

switch untuk mengatur

intensitas cahaya sesuai

yang diperlukan serta

memberikan efek tertentu

pada sebuah ruang.

- Dengan menggunakan

sensor terang-gelap,

misalnya lampu akan

menyala saat matahari

mulai tenggelam dan

otomatis mati keeseokan

harinya saat hari sudah

mulai terang. Sehingga

lampu-lampu dapat

menyala secara otomatis

ketika ditinggalkan.

- Menggunakan sensor gerak

atau bayangan misalnya

pada koridor atau tangga,

sehingga lampu akan

menyala saat ada orang

melewati area tersebut.

Kelebihannya, pada area

tersebut dapat

diaplikasikan lampu

dekoratif yang tidak terlalu

terang dikarenakan lampu

penerang utama akan

menyala secara otomatis.

Page 67: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

60

g. Memadukan jenis pencahayaan

Memadukan berbagai jenis

pencahayaan dalam ruang,

mampu menghasilkan atmosfer

dan kesan ruang yang optimal

serta menonjolkan kharakter

ruang. Contohnya penggunaan

ambient lighting pada ruang

keluarga sebagai penerang

utama, dipadukan dengan

standing lamp pada sisi televisi,

penambahan task lighting pada

meja sofa, dimana standing lamp

dan task lighting juga dapar

berfungsi sebagai elemen

dekoratif.

h. Elemen dekoratif

Selain berfungsi sebagai

penerang, jenis lampu yang unik

bisa menjadi pilihan sebagai

elemen dekoratif dalam sebuah

ruang. Misalnya penggunaan

lampu kerang sebagai table lamp

pada ruang tamu, sehingga bias

menarik perhatian tamu yang

berkunjung sekaligus sebagai

focal point di ruang tersebut.

D. Mendesain Pencahayaan pada

Ruang Hunian

Selain menunjang aktivitas sehingga

dapat berkegiatan dengan nyaman,

pencahayaan juga mampu mebuat

ruang tampak lebih indah dan

berkharakter. Beberapa area yang

kerap mendapat perhatian dalam tata

pencahayaan, misalnya:

a. Foyer

Foyer adalah area penerima tamu

yang terletak di bagian paling

depan interior rumah sebelum

masuk ke ruang tamu. Luas foyer

umumnya tidak terlalu besar dan

ditata dengan apik untuk

memberi kesan baik pada tamu

yang berkunjung. Namun dengan

bantuan penataan pencahayaan

yang tepat, mampu memberikas

kesan bersahabat sehingga tamu

merasa diperlakukan dan

diterima dengan baik dan hangat.

Memadukan beberapa jenis

pencahayaan akan mampu

mengoptimalkan kharakter yang

diinginkan. Misalnya:

- General lighting, untuk

memberikan penerangan

secara umum pada ruang.

Dimmer switch sangat

diperlukan untuk mengatur

intensitas cahaya yang

diinginkan. Jika diperlukan

penerangan lebih terang

untuk membuat foyer

terkesan formal atau resmi,

lampu diatur dengan

pencahayaan lebih terang.

Namun jika diingkan kesan

yang lebih hangat, rileks,

dan akrab, cahaya bisa

diatur lebih redup dan

temaram.

- Accent lighting, untuk

memberikan aksen dan

memperkuat kesan pada

tampilan ruang, terutama

jika terdapat artwork di

dalamnya. Pencahayaan

yang lebih dramatis bisa

didapat dengan

menambahkan jenis lampu

spotlight, downlight,

maupun uplight.

b. Ruang tamu

Gambar 41, Contoh penggunaan

accent lighting dan ambient lighting

pada foyer

Sumber:

http://www.homedesignlover.co

m/

Page 68: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

61

Ruang tamu merupakan ruang

kedua setelah foyer. Namun tidak

semua hunian menyertakan foyer

didalamnya, dan langsung

menuju ruang tamu sebagai

ruang utama untuk menerima

tamu. Di kebudayaan timur,

Indonesia pada khususnya, ruang

tamu masih memegang peranan

penting dalam sebuah hunian.

Saling mengunjungi baik antara

teman maupun keluarga

merupakan sebuah tradisi yang

umum dilakukan.

Ruang tamu biasanya

memerlukan kesan bersahabat,

hangat, dan kekeluargaan. Jenis

pencahayaan yang diperlukan,

yakni:

- General lighting sebagai

pencahayaan utama.

General lighting downlight

mampu menyebarkan

pencahayaan ke seluruh

penjuru ruang, sehingga

mampu membangkitkan

kesan yang nayman pada

ruang tamu dan

terciptanyan atmosfer yang

menyenangkan.

- Accent lighting dan

decorative lighting,

diperlukan di beberapa titik

untuk lebih menonjolkan

kharakter ruang, dari segi

arsitektur maupun interior.

Misalnya dengan

pemasangan lampu

gantung etnik maupun

kandelar ataupun standing

lamp sebagai elemen

dekoratif ruang.

c. Ruang keluarga

Sebagai jantung kegiatan di

sebuah hunian, ruang keluarga

mengakomodasi banyak aktivitas

di dalamnya. Sehingga variasi

pencahayaan sangat diperlukan

untuk mengoptimalkan kegiatan-

kegiatan tersebut, seperti:

- General lighting, sebagai

pencahayaan utama. Jika

yang dipilih tipe downlight,

maka general lighting

diperlukan di beberapa titik

agar memperoleh

pencahayaan yang cukup.

Jenis cahaya yang

digunakan misalnya lampu

fluorescent untuk

memperoleh cahaya putih

yang kuat, atau lampu

bercahaya kuning seperti

LED atau LHE untuk

memberi kesang hangat

dan akrab.

- Pada general lighting

dipasang dimmer switch

untuk mengatur tingkat

terang cahaya sesuai

kebutuhan, seperti saat

semua anggota keluarga

berkumpul dengan

aktivitas masing-masing

dipasngan maksimum,

namun saat menginginkan

suasana yang lebih santai

dan nyaman dapat

dipasang minimum.

- Accent lighting, sebagai

elemen dekoratif bisa

menggunakan kandelar

maupun jenis pencahayaan

uplight untuk menonjolkan

artwork yang ada seperti

lukisan, foto keluarga,

benda-benda seni, dan

sejenisnya.

d. Ruang makan

Sesuai namanya, fungsi utama

dari ruang ini adalah kegiatan

makan bersama. Sebagai

penerang utama, tetap

memerlukan general lighting

yang dipasang di beberapa titik,

misalnya tersembunyi di dalam

plafon sehingga membiaskan

cahaya tidak terlalu terang dan

Page 69: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

62

menyilaukan. Untuk penerang

tambahan serta mempercantik

ruang, dengan menambahkan

lampu gantung dengan

ketinggian 55-60 cm diatas

permukaan meja. Warna cahaya

bisa dengan memilih warna

kuning untuk kesan hangat dan

akrab, atau menggunakan

dimmer switch sebagai pengatur

intensitas cahaya.

e. Dapur

Biasanya dapur merupakan area

terpisah dari ruang makan yang

berfungsi sebagai tempat

beraktivitas dalam mengolah dan

mempersiapkan makanan.

Kegiatan ini membutuhkan

pencahayaan yang cukup baik

untuk menghindari kecelakaan

saat bekerja. Pencahayaan yang

dibutuhkan umumnya:

- General lighting dengan

tipe pencahayaan

downlight, dipasang di

beberapa titik sebagai

penerang utama.

- Task lighting berupa strip

fluorescent, biasanya

diletakkan di sepanjang

dinding splashback dapur,

untuk menerangi sepanjang

meja dapur. Sehingga

dapat mendukung kegiatan

secara optimal, misalnya

kegiatan memotong bahan

masakan, mencuci sayuran,

dan sebagainya.

- Lampu yang tidak kalah

pentingnya yaitu spotlight

halogen yang menempel

pada exhaust fan di atas

kompor, yang berfungsi

memberikan penerangan

saat kegiatan memasak

berlangsung.

- Decorative lighting,

biasanya berupa lampu

gantung yang ditambahkan

jika ada penambahan

kithcen island ataupun

kitchen peninsula di area

dapur. Selain sebagai

penerangan tambahan, juga

untuk menonjolkan

kharakter dan kesan dapur,

misalnya penambahan

lampu gantung yang

terbuat dari metal berwarna

hitam dipadukan dengan

kitchen island ataupun

kitchen peninsula yang

terbuat dari kayu bekas

untuk meberi kesan rustic

dan menonjolkan konsep

kontemporer atau

industrial.

f. Ruang tidur

Pada umumnya, ruang tidur tidak

hanya berfungsi sebagai tempat

untuk beristirahat (tidur).

Aktivitas lain juga berlangsung

di dalamnya, seperti bekerja

menggunakan laptop, membaca,

dressed up, bahkan menoton

televisi. Pencahayaan yang

diperlukan juga beragam untuk

mendukung kegiatan tersebut,

yaitu:

- General lighting, sebagai

pencahayaan utama,

dengan tipe downlight pada

beberapa titik, seperti di

dekat lemari pakaian

dengan penampahan

sidelight di dekat cermin.

- Task lighting dan

decorative lighting, dengan

memilih jenis lampu yang

unik sebagai penggunaan

task lighting sehingga

multi fungsi selain sebagai

penerangan tambahan.

Task lighting bisa berupa

lampu baca atau table lamp

pada nakas di sebelah

tempat tidur untuk

mendukung kegiatan

membaca, juga penerang di

tempat tidur jika

Page 70: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

63

dibutuhkan. Namun bisa

dilengkapi dengan dimmer

untuk mengatur intensitas

cahaya saat istirahat. Selain

itu juga bisa menggunakan

wall lamp di dekat cermin

untuk mendukung kegiatan

berias maupun untuk

memperkaya tampilan

ruang.

g. Ruang kerja, ruang belajar, ruang

baca

Sesuai jenis ruang, aktivitas di

dalamnya memerlukan perhatian

khusus agar lebih terfokus.

General lighting yang digunakan

harus cukup terang untuk

menghindari terjadinya

bayangan. Namun diperlukan

juga pencahayaan tambahan,

misalnya task lighting. Task

lighting berupa lampu meja bisa

diletakkan di sudut meja namun

dapat dijangkau untuk

mendukung kegiatan belajar,

menulis, maupun menggambar.

Peletakannya disesuaikan dengan

kebiasaan pengguna ruang,

misalnya di sebelah kiri jika

menggunakan tangan kanan, dan

sebaliknya. Jika kegiatan

diperlukan dalam jarak yang

cukup dekat dengan sumber

cahaya, akan lebih optimal jika

menggunakan lampu fluorescent.

Selain cahayanya yang putih dan

terang, juga untuk menghindari

panas yang dikeluarkan oleh

lampu.

Untuk ruang baca, selain general

lighting downlight sebagai

pencahayaan utama, bisa dengan

menambahkan pencahayaan task

lighting berupa standing lamp

maupun table lamp, yang juga

berfungsi sebagai decorative

lighting.

h. Powder room dan kamar mandi

- Powder room merupakan

bentuk paling sederhana

dari kamar mandi, dengan

dimensi yang tidak terlalu

luas dan berupa kamar

mandi kering yang hanya

terdiri dari kloset dan

washtafel. Biasanya

disediakan untuk

kebutuhan tamu yang

berkunjung.

Walaupun dimensinya

kecil, powder room dapat

dipercantik dengan

menggunakan decorative

lighting berupa lampu

tempel selain penggunaan

general lighting. Indirect

lighting juga bisa

ditambahkan pada cermin

washtafel untuk menambah

kharakter ruang.

- Pada kamar mandi, selain

penggunaan general

lighting downlight untuk

mendukung aktivitas

utama, dapat ditambahkan

pencahayaan tambahan

berupa indirect lighting

dan juga task lighting pada

washtafel agar penerangan

mampu mengakomodasi

kegiatan di dalamnya.

Indirect lighting juga dapat

ditambahkan dengan

meletakkannya secara

tersembunyi pada area

bathtub untuk membuat

suasana lebih dramatis.

Penggunaan decorative

lighting di beberapa titik

serta kinetic lighting

berupa lilin aromaterapi

juga diperlukan, sebagai

penerangan dan mampu

menghasilkan atmosfer

ruang yang tenang, dan

menenangkan, juga sebagai

aromaterapi untuk

relaksasi.

Page 71: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

64

i. Area tangga dan koridor atau

lorong

Area tangga dan koridor

seringkali terlupakan. Padahal

pencahayaan sangat diperlukan

untuk menghindari kecelakaan

saat melaluinya. Accent lighting

yang diterapkan bisa breupa

pendant lamp maupun wall lamp

yang unik sehingga berfungsi

ganda, selain sebagai penerang

juga sebagai elemen dekoratif.

Alternatif lainnya, dengan

menggunakan downlight jenis

wall washer pada dinding

maupun menanam beberapa

lampu halogen pada tiap anak

tangga untuk menambah kesan

dramatis.

Jika suasana yang diinginkan

pada tangga atau lorong lebih ke

arah temaram dan ingin

menonjolkan sisi artistik pada

tampilan tangga maupun lorong,

maka pencahayaan yang tetap

yaitu pada penggunaan accent

lighting. Sedangkan pada

pencahayaan utama (general

lighting) bisa dipilih yang

dilengkapi dengan sensor gerak

atau bayangan. Sehingga hanya

akan menyala saat dilewati.

E. Mendesain Pencahayaan pada

Ruang Komersil

Pelayanan kecantikan (klinik

kecantikan, salon, dan spa)

Pada klinik kecantikan dan salon dapat

menggunakan general lighting

downlight maupun spotlight yang

terang dan kuat agar dapat

mengakomodasi semua aktivitas secara

optimal. Pemanfaatan lampu

fluorescent dengan daya tinggi akan

mempermudah pekerjaan yang

memerlukan ketelitian. Namun yang

perlu diperhatikan adalah peletakan

lampu agar tidak menimbulkan

bayangan.

Pada spa, general lighting dapat

dilengkapi dengan dimmer untuk

mengatur tingkat terang-rendah

cahaya. Suasana relaksasi dapat

diwujudkan dengan

menambahkan accent lighting

serta kinetic lighting, yang

berfungsi juga sebagai

aromaterapi.

a. Pakaian (butik dan distro)

Butik dan distro yang menjual

produk fashion terdiri atas dua

tipe, yaitu:

- Tipe tertutup, dilengkapi

dengan etalase untuk

memajang pakaian pada

manekin yang biasanya

memiliki tema/musim

tertentu. Misalnya warna

pakaian yang dipajang

berwarna pink dalam

rangka menyambut hari

valentine.

Pada etalase sebaiknya

menggunakan dua sirkuit

pencahayaan untuk siang

dan malam hari. Pada siang

hari gunanya untuk

meminimalkan kontras dari

cahaya matahari, sehingga

tetap terlihat dengan baik

oleh calon pembeli.

Gambar 42, Contoh penggunaan varian

lampu di salon

Sumber:

http://www.spastyle.wordpress.us/

Page 72: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

65

Sedangkan malam hari

agar suasana lebih atraktif

dan menarik. Lampu yang

biasa digunakan adalah

halogen spotlight karena

mampu menajamkan warna

dan terlihat lebih

cemerlang.

- Tipe terbuka, tidak

dilengkapi dengan etalase.

Penggunaan lampu pada

toko jenis ini bisa dengan

menggunakan strip lamp

yang diletakkan

tersembunyi dibalik lemari

pajangan, sehingga pakaian

terlihat dengan jelas dan

terfokus, namun tidak

menyilaukan pembeli.

Untuk penerangan umum,

dengan menggunakan

ambient lighting downlight

di beberapa titik. Lampu

yang digunakan adalah

jenis halogen agar warna

pakaian tampak lebih

cemerlang.

Selain itu, padu padan

lampu dan warna penting

juga memegang peranan

penting. Dikarenakan

warna dinding dapat

membentuk mood ruang

serta sebagai penanda

peralihan area. Jika warna

dinding berbeda-beda,

lampu yang digunakan

jenis yang berbeda.

Misalnya lampu metal

halide untuk menerangi

warna-warna yang gelap

seperti abu-abu dan ungu.

Sedangkan tungsten

halogen digunakan untuk

pencahayaan pada warna-

warna yang lebih lembut,

seperti merah muda dan

kuning.

b. Makanan (kafe, toko kue/bakery,

dan restoran)

Sistem pencahayaan berbeda-

beda tergantung jenis produk

yang dijual: makanan, minuman,

makanan ringan, jus, atau kopi.

Pencahayaan yang tetap harus

digunakan adalah general

lighting sebagai pencahayaan

umum sehingga merata ke

seluruh ruangan. Selain

pencahayaan buatan,

pencahayaan alami seperti sinar

matahari dari bukaan jendela

mampu mengoptimalkan

pencahayaan pada ruang. Namun

penggunaan jendela pada took

makanan segar harus dilengkapi

dengan sunshade karena

berpengaruh terhadap kesegaran

makanan.

Untuk restoran. Coffee shop, atau

kafe yang menjual makanan

fastfood, bisa menggunakan

general lighting downlight

dengan daya yang kuat sehingga

cahaya yang dihasilkan terang

dan kuat.

Sedangkan untuk restoran atau

kafe yang menginginkan kesan

mewah dan elegan, bisa dengan

menambahkan accent lighting di

beberapa titik serta decorative

lighting berupa kandelar untuk

memperkuat kharakter ruangan.

Kinetic lighting juga bisa

ditambahkan untuk menambah

kesan atau suasana ruang

menjadi lebih romantic dan

intim.

c. Showroom atau galeri (toko

furniture, artwork, dan dan toko

perhiasan)

Penerapan tipe pencahayaan

pada showroom disesuaikan

dengan benda/produk yang

dipamerkan atau koleki yang

dijual.

- Art gallery, menggunakan

lampu dengan cahaya

kekuningan untuk

Page 73: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

66

memperkuat kharakter

ruang. Penggunaan accent

lighting di beberapa titik

terutama pada

objek/artwork juga mampu

menonjolkan nilai benda

seni, seperti spotlight,

uplight, sidelight, sesuai

kebutuhan.

- Showroom dengan produk

futuristic, selain

menggunakan general

lighting juga dengan

menmbahkan lampu

bercahaya dengan varian

warna di beberapa objek

sebagai accent lighting.

- Showroom dengan koleksi

modern, dengan

menggunakan pencahayaan

berwarna putih sehingga

menghasilkan kesan lebih

chic dan bersih.

- Jewelry shop,

menggunakan halogen

spotlight yang memiliki

color temperature terbaik,

yang mampu menghasilkan

cahaya yang berkilauan

dari perhiasan sehingga

meningkatkan nilai jual.

4. KESIMPULAN

Pencahayaan memegang peranan

penting dalam menentukan kesan

sebuah ruang. Penataan cahaya yang

baik serta pemilihan jenis lampu yang

tepat dengan memperhatikan color

temperature yang sesuai dengan fungsi

ruang, dapat mengakomodasi aktivitas

di dalamnya secara optimal. Selain itu,

mampu menonjolkan kharakter ruang

serta memperkuat atmosfer ruang yang

diinginkan. Selain penggunaan general

lighting, penerapan beberapa varian

lampu dan tipe pencahayaan mampu

membuat sebuah ruang terlihat lebih

ideal dan proporsional.

5. DAFTAR PUSTAKA

Akmal, Imelda. 2006. Lighting.

Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Akmal, Imelda. 2007. Bathroom.

Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Akmal, Imelda. 2002. Seri RUmah Ide:

Menata Rumah. Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama.

Whitehead, Randall. 2004. Residential

Lighting: a Practical Guide. New

Jersey: John Wiley & Sons

Sumber gambar:

http://homeguides.sfgate.com/

http://www.carpenter-electric.com/

http://www.lightengine-tech.com/

http://www.ledninja.com/

https://www.declighting.com

http://www.mulpix.com/

http://www.scotdir.com/

http://www.tina4homedesign.com/

http://www.golights.com.au/

https://www.golights.com.au/

http://www.hgtv.com/

http://legerolighting.com/

http://www.ideas4homes.com/

http://www.johncullenlighting.co.uk/

http://www.laukins.com/

http://www.pegasuslighting.com/

https://www.decor10blog.com/

http://www.nico.leonardfriend.com/

http://www.messagenote.com

http://www.zillow.com/

http://www.messagenote.com/

http://www.dhgate.com/

http://www.aliexpress.com/

http://www.homeguides.sfgate.com/

Page 74: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

67

http://www.livingroomlighting.net/

http://www.dentalroseville.com/

http://www.homeridae.com/

http://www.inovesia.com/

http://www.messagenote.com/

http://www.homestoreky.com/

http://www.archiexpo.com/

http://www.the3dguys.com.au/

http://www.homedesignlover.com/

ttp://www.designingcity.com/

http://www.angelicapinto.com/

http://www.inovesia.com/

http://www.spastyle.wordpress.us/

http://www.roomornament.blogspot.co

m/

http://www.panelite.us/

Page 75: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

68

Page 76: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

69

KEARIFAN LOKAL DALAM ARSITEKTUR DAN DESAIN

INTERIOR: STUDI KOMPARASI EMPAT KONSEP DI ASIA

Freddy Hendrawan, S.T., M.T.

Dosen Program Studi Desain Interior, Sekolah Tinggi Desain Bali

Email: [email protected]

Abstrak

Bercerita tentang arsitektur tidak luput dari jejak sejarah peradaban manusia. Arsitektur

sebagai ruang hidup manusia selalu berkembang seiring peradabannya dan telah menjadi

bukti sejarah perjalanan manusia. Nilai dasar atau falsafah adalah konsep-konsep yang secara

filosofis mendasari suatu rancangan. Konsep awal, pedoman selama proses dan cerminan

tujuan akhir pada seluruh kegiatan perancangan menjadi patokan yang dipakai berulang-ulang

dan akhirnya menjadi sesuatu yang baku, seperti patokan terhadap tata ruang, patokan

terhadap pola massa, atau patokan terhadap bentuk, struktur bangunan, maupun ornamennya.

Patokan ini kemudian berkembang menjadi sebuah konsep yang mendasari dalam bentukan-

bentukan arsitektur dan desain interior yang dapat ditemukan di seluruh penjuru dunia. Salah

satunya seperti yang dapat ditemukan di Asia, yaitu antara lain konsep Vaastu Shastra, Feng

Shui, Zen, dan Asta Kosala Kosali. Keempat konsep ini akan dikaji dengan melakukan studi

komparasi untuk mendapatkan persamaan dan perbedaan yang didasarkan pada aspek-aspek

yang membentuk arsitektur dan interior desain. Dari kajian komparasi empat konsep ini

didapatkan bahwa pembentukan konsep-konsep ini didasari oleh sebuah bentuk

keseimbangan antara Pencipta, alam dan manusia, walaupun dengan latar belakang sejarah

yang berbeda-beda.

Kata Kunci: arsitektur, desain interior, filosofi, konsep, sejarah

Abstract

Telling a story about architecture is cannot separate from human history civilization.

Architecture as a human life space always develops as well as civilization developing and has

been created a history evidence of human journeys. The basic values or the philosophies are

the concepts that philosophically become the background of design. Early concept, guidance

during the process and final purpose in design activities become a standard that has been

used repeatedly and finally became a basic standard, such as the basic standard of site

planning, mass pattern, or the basic standard of form, building structure, and ornament.

These basic standards then developing became a basic concept in architecture and interior

design and can be found in over the world. One of them can be found in Asia, i.e. the concept

of Vaastu Shastra, Feng Shui, Zen, and Asta Kosala Kosali. Those four concepts will be

studying with comparing with each other to find the similarities and differencies based on the

aspects that formed architecture and interior design. Based on comparing study of these four

concepts, it clearly explainable that the formation of this concept is based on a form of

balance between the God, nature and human, eventough it all with the different backgrounds

of history.

Keywords: architecture, interior design, philosophy, concept, history

Page 77: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

70

PENDAHULUAN

Arsitektur tradisional menjadi saksi bahwa

arsitektur telah menjadi salah satu ilmu

tertua di dunia, yaitu dengan melihat dari

adanya kebutuhan bernaung/bertempat

tinggal sehingga memunculkan sebuah

tempat atau wadah. Kebutuhan bertempat

tinggal adalah kebutuhan primer, yang

kemudian memunculkan sebuah wadah

yang mampu menjawab prasyarat untuk

berlindung sehari-harinya agar mampu

terlindungi dari cuaca dan iklim sehingga

dapat berkegiatan setiap saat tanpa ter-

ganggu oleh alam. Jawaban akan kebutuh-

an primer ini kemudian berkembang lagi

saat manusia sudah mulai mengenal ke-

indahan, dan keindahan berasal dari kebu-

dayaan yang dianut.

Bentuk yang hadir pada arsitektur tradisi-

onal selalu dipertalikan dengan makna

“yang lebih dalam”, yang berada dibalik

bentukan yang terjadi dan tidak berhenti

hanya pada yang tersurat atau kasat mata.

Penggunaan ruang yang terjadi tidak hanya

untuk menampung aktivitas fisik sehari-

hari, tetapi juga spritual untuk memperoleh

ketenangan batin/jiwa. Apalagi jika

dipahami makna tersebut dengan pende-

katan “Emik” yaitu melihat suatu gejala

dari sudut pandang para pelaku sosialnya,

bukan dari para penelitinya. Akan banyak

aspek yang dapat diungkap dibalik bentuk-

an arsitektur yang terjadi. Konsep arsitek-

tur tradisional tidak lepas dari peri-

kehidupan masyarakatnya, sementara da-

lam tatanan kehidupan mereka masih

mengikuti tatanan hidup yang rumit,

segala sesuatu serba tersirat, penuh dengan

pemaknaan.

Dalam konteks perwujudan arsitek-tural,

bentukan rumah tinggal tradisional diupa-

yakan tampil sebagai ekspresi budaya

masyarakat setempat, bukan saja yang

menyangkut fisik bangunannya, tetapi juga

semangat dan jiwa yang terkandung di

dalamnya. Hal ini memperjelas bahwa

betapa pentingnya rumah bagi manusia

dan mereka masih mengikuti aturan-aturan

yang berlaku serta pola-pola yang telah

diikuti sejak jaman dulu. Konsep-konsep

yang mendasari dalam bentukan-bentukan

arsitektur ini dapat ditemukan di seluruh

penjuru dunia. Salah satunya seperti yang

dapat ditemukan di Asia, yaitu konsep

Vaastu Shastra, Feng Shui, Zen dan Asta

Kosala Kosali. Vaastu Shastra menurut

Prasanna Kumar Acharya dalam Ambar-

wati (2009:66) merupakan science of

architecture, where the essence of mea-

surement is contained, the standard mea-

surement followed or the system of

proportions embodied. Feng-shui merupa-

kan suatu worldview yang dipercayai oleh

masyarakat Tionghoa tradisional sebagai

bagian dari budaya terapan dalam kegiatan

hidup keseharian (Kustedja, 2012:61). Zen

adalah salah satu hasil pemikiran Cina

setelah bertemu dengan pemikiran India.

Istilah tersebut berarti meditasi yang

menghasilkan wawasan yang mendalam

(Sutrisno dalam Damayanti,1994:9).

Menurut Dwijendra (2003:9-10), keper-

cayaan masyarakat Hindu di Bali, bangu-

nan memiliki jiwa Bhuana Agung (alam

makrokosmos) sedangkan manusia yang

menepati bangunan adalah bagian dari

Bhuana Alit (mikrokosmos). Antara

manusia (mikrokosmos) dan bangunan

yang ditempati harus harmonis agar bisa

mendapatkan keseimbangan anatara kedua

alam tersebut. Untuk itu, di dalam mem-

buat bangunan harus sesuai dengan tata

cara yang ditulis dalam sastra Asta Bhumi

dan Asta Kosala Kosali.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode pene-

litian kualitatif yang bersifat komparatif

korelasional (correlation-comparative),

yaitu dengan melakukan perbandingan an-

tara empat konsep yang mendasari ben-

tukan arsitektur dan interior di Asia, antara

lain Vaastu Shastra, Feng Shui, Zen dan

Asta Kosala Kosali. Analisa akan

dilakukan secara deskriptif dalam bentuk

tabel perbandingan dengan didasarkan

pada kajian teori pada masing-masing

konsep tersebut.

Page 78: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

71

TINJAUAN TEORI

1. Vaastu Shastra

Vaastu adalah merupakan bagian dari

Vedas yang dipercaya sejak 6000 tahun

yang lalu, melalui sebuah penempaan diri

dan meditasi yang dilakukan oleh para

yogi pada masa itu untuk mencari jawaban

dari alam semesta terhadap pertanyaan-

pertanyaan yang ada. Secara singkat,

Vaastu Shastra adalah ilmu arsitektur kuno

dari India. Kata ‘Vaastu’ artinya tempat

tinggal (shelter), sedangkan ‘Shastra’

adalah pengetahuan. Jadi Vaastu Shastra

bisa diartikan sebagai ilmu yang berisi

ajaran untuk membangun tempat tinggal

yang baik dan menguntungkan bagi

manusia dan para Dewa. Secara umum,

Vaastu Shastra bisa dikatakan juga sebagai

ilmu pengetahuan kuno yang berfungsi

untuk membantu kita hidup selaras dengan

lima elemen dan hukum-hukum lain yang

ada di alam. Tujuannya adalah

menyelaraskan bentuk dan tata letak suatu

bangunan dengan unsur alam - prithivi/-

tanah (earth), agni/api (fire), tej/caha-

ya(light), vayu/angin (wind), akash/ang-

kasa (ether) dan menyeimbangkan antara

manusia dan material. Bidang-bidang

magnet bumi yaitu kutub utara dan selatan

serta sinar matahari (Ambarwati, 2007:7).

Teks-teks kuno Vaastu Shastra menyebut-

kan bahwa ada berbagai dewa dalam mito-

logi Hindu yang menetapkan lokasi

kedudukan mereka dalam suatu bangunan.

Rumah harus diperlakukan seperti manu-

sia, seperti teman baik yang memberi

kenyamanan dan perlindungan. Dalam

Vaastu Shastra dikenal Vaastu Purusha

yang disebut sebagai the spirit of the site

(roh dari suatu tempat). Digambarkan

dalam Vaastu Shastra sebagai seorang pria

yang terbaring dalam posisi kepala

menghadap ke timur laut, dengan postur

membentuk segi empat (Ambarwati, 2007:

4). Tubuh manusia terdiri atas lima unsur

udara, api, air, angin, dan ether. Agar

tubuh sehat keseimbangan di antara kelima

unsur ini harus dalam keadaan benar

(Ayurveda). Sebuah rumah dirawat bagai-

kan tubuh manusia dan dengan demikian

atruran penyeimbangan diterapkan kepada

lima unsur pada area-area spesifik dalam

kantor dan rumah.

Gambar 1. Vaastu Purusha Mandala

Sumber: http://sivkishen.wikia.com/wiki

2. Feng Shui

Menurut Kustedja (2012: 62-79) feng

shui merupakan metode cara penerapan

falsafah kosmologi tradisional pada ba-

ngunan, makam, dan ruang binaan lainnya.

Feng shui juga dapat diuraikan merupakan

media transformasi konsep pemikiran

falsafah alam semesta yang rumit dan

beragam lalu digabungkan secara harmo-

nis agar dapat diterapkan pada bentuk

yang terukur dan terjangkau oleh panca

indra manusia dalam bentuk bangunan.

Pada pelaksanaan pembangunan hunian

tradisional Tionghoa dahulu, belum dike-

nal profesi keahlian arsitek seperti yang

terdapat dalam masyarakat kita sekarang.

Bila seseorang berniat untuk membangun,

pada tahap awal akan berupa pembahasan

oleh pemilik dan seorang cendekiawan

yang menguasai hal kebudayaan, kesenian,

dan falsafah. Bersama mereka akan

membahas dan menyusun denah awal

bangunan yang diinginkan.

Menurut Simon (2001) prinsip desain feng

shui didasarkan pada beberapa faktor,

antara lain:

a. Energi Chi

Bangunan mengubah aliran energi chi.

Bentuknya, bukaannya dan materi yang

digunakan menentukan bagaimana energi

chi mengalir melalui bangunan. Energi

dengan mudah mengalir melalui pintu dan

jendela, sehingga arah matahari dan

planet-planet akan menentukan jenis chi

yang memasukinya. Karena energi ini ber-

Page 79: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

72

ubah ketika planet bergerak di angkasa,

maka energi ini selalu mempunyai pola

baru setiap tahun, bulan, hari, dan jam.

Perubahan yang terbesar terjadi setiap

tahun. Hal-hal yang ada disekitar ba=-

ngunan, seperti aliran air atau jalan, akan

menentukan jenis energi chi yang bergerak

mundur maju melalui pintu. Dalam situasi

yang ideal energi chi mengalir dengan

harmonis melalui seluruh bangunan. Ran-

cangan arsitektur dan interior sebaiknya

mendukung jenis energi chi.

b. Yin dan Yang

Yin dan Yang adalah istilah yang diguna-

kan untuk membandingkan segala sesuatu

di semesta ini. Apakah sesuatu itu bersifat

lebih Yin atau Yang tergantung dengan apa

yang ia bandingkan. Walaupun segala se-

suatu itu lebih Yin atau Yang, sebagai

benda lahiriah ia mencari semacam ke-

seimbangan. Energi chi dari bangunan

juga dipengaruhi oleh tipe dan bentuk.

Misalnya, bangunan yang tinggi dan

langsing mempunyai energi chi yang

cenderung Yin. Bangunan yang rendah dan

melebar lebih bersifat Yang. Jika bangunan

dilihat dari atas berbentuk panjang dan

sempit , berarti ia lebih Yin, kalau ben-

tuknya bulat, segi delapan atau persegi, ia

lebih Yang. Semakin menyatu bentuk ba-

ngunan, semakin Yang sifatnya. Rumah

atau apartemen yang menyebar ke berba-

gai arah akan cenderung mempunyai

energi chi bersifat Yin.

c. Lima Elemen

Lima elemen diasosiasikan dengan lima

arah , yang mana berkaitan erat de-ngan

pergerakan matahari sepanjang hari. Lima

elemen berkaitan dengan bentuk, warna

dan bahan. Pelapis dinding dengan garis

vertikal, misalnya akan menghasilkan

energi chi pohon, membuat langit-langit

tampak lebih tinggi dan ruang lebih luas.

Motif bintang akan energi chi api, mencip-

takan atmosfer yang menyenangkan. Pola

horizontal meningkatkan energi tanah,

yang membuat energi ruang lebih nyaman.

Bentuk bulat menimbulkan energi logam,

sehingga ruang terasa lebih lengkap. Pola

gelombang atau tak teratur adalah energi

chi air, menciptakan energi mengalir dan

damai. Warna-warna yang cocok diterap-

kan pada dinding , langit-langit, dan lantai

ataupun pelapis. Warna kuat seperti warna

merah dan hitam akan serasi sekalipun

hanya melingkupi area kecil.

d. Delapan Arah

Kedelapan arah di kompas berhubungan

dengan energi chi yang berbeda. Per-

paduan semua ini menghasilkan gam-

baran rinci dari tipe energi chi yang ter-

dapat diarah itu. Bagian pusat juga me-

miliki ciri energi chi sendiri yang sangat

kuat. Di dalam penataan rumah atau ba-

ngunan yang terbaik adalah membiarkan

bagian tengah setiap ruangan sekosong

mungkin. Di dalam setiap arah mata angin

terdiri dari Trigram, Lima Elemen, Sim-

bol, Anggota Keluarga, Nomor Sembilan

Qi, Warna, Waktu dan Musim.

Gambar 2. Lima Elemen dalam Prinsip

Feng Shui

Sumber: Simon, 2001

Page 80: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

73

3. Zen

Pada awalnya agama Buddha Zen berasal

dari China yang mengalami per-

kembangan pesat dan mencapai masa

gemilang pada masa pemerintahan Tang

sampai pada dinasti Sung (618-1279). Di

China Zen menemukan bentuk yang lebih

nyata setelah kontak dengan pemikiran-

pemikiran Lao-Tsu. Lalu semakin semarak

setelah terinkorporasi dengan etika dan

budaya Konfusius (Damayanti, 2014:3).

Gambar 4. Simbol Zen

Sumber: https://markmanson.net/the-zen-dilemma

Menurut Dewi (2013:2) estetika Jepang

menurut aliran Zen Budhisme di Jepang

adalah salah satu aliran terkuat yang ada di

Jepang. Zen secara harfiah mempunyai

makna meditasi,yang merupa-kan suatu

ungkapan penghayatan Budhis-me yang

berakar dari india kemudian mengalami

proses asimilasi di China yang berpadu

dengan budaya konfusian terma-suk juga

diantaranya pemikiran Lao-tsu tentang

memberi penghargaan yang tinggi

terhadap tangan atau karya manusia. Zen

memiliki dua aliran yaitu aliran Soto dan

Rinzai. Aliran Soto berorientasi pada me-

tode Zazen yakni duduk bersila dan berdoa

untuk mencapai berkah. Aliran Rinzai ber-

orientasi pada metode koan dan mondo

yang menitik beratkan pada sikap patuh

tenang dan aktif. Ada beberapa prinsip

seni Jepang sesuai ajaran Zen:fukinsei (asi-

metri), kanzo (sederhana), kokou (esensi),

shizen (kewajaran), yuugen (bermakna),

datsuzoku (bebas dari ikatan) dan seijaku

(hening).

4. Asta Kosala Kosali

Tanah dan tata letak rumah berpe-ngaruh

terhadap kehidupan penghuninya. Lontar

Asta Kosala Kosali atau Asta Bhumi

dijadikan acuan dalam hal ini. Menurut

kepercayaan masyarakat Hindu di Bali,

bangunan memiliki jiwa Bhuana Agung

(alam makrokosmos) sedangkan manusia

yang menempati bangunan adalah bagian

dari Bhuana Alit (mikrokosmos). Antara

manusia (mikrokosmos) dan ba-ngunan

yang ditempati harus harmonis agar bisa

mendapatkan keseimbangan antara kedua

alam tersebut. Untuk itu, di dalam

membuat bangunan harus sesuai dengan

tata cara yang ditulis dalam sastra Asta

Bhumi dan Asta Kosala Kosali. Wujud

perumahan umat Hindu menunjuk-kan

bentuk keseimbangan antara alam Dewa,

alam manusia dan alam Bhuta

(lingkungan) yang diwujudkan dalam satu

perumahan, yang terdapat tempat pemuja-

an tempat tinggal dan pekarangan dengan

penunggun karangnya yang dikenal de-

ngan istilah Tri Hita Karana (Dwijendra,

2003:9-10).

Menurut Dwijendra (2008) untuk

melakukan pengukurannya pun lebih

menggunakan ukuran dari tubuh pemilik

rumah dan tidak menggunakan meter teta-

pi menggunakan seperti berikut:

1. Musti (ukuran atau dimensi untuk

ukuran tangan mengepal dengan ibu

jari yang menghadap ke atas).

2. Hasta (ukuran sejengkal jarak tangan

manusia dewata dari pergelangan

tengah tangan sampai ujung jari tengah

yang terbuka).

3. Depa (ukuran yang dipakai antara dua

bentang tangan yang dilentangkan dari

kiri ke kanan).

Gambar 3. Kompas Delapan Arah dalam

Prinsip Feng Shui

Sumber: Simon, 2001

Page 81: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

74

Dalam pelaksanaan pembangunan di la-

pangan ukuran-ukuran ini mengacu pada

ukuran tubuh seorang Pendeta/ Sulinggih

bila bangunan tersebut merupakan tempat

suci/ pura. Untuk bangunan rumah tinggal

ukuran yang digunakan berpedoman pada

ukuran tubuh dari kepala keluarga dari

suatu keluarga atau orang yang dituakan

dalam keluarga atau kelompok keluarga

tersebut. Aturan tentang Asta Kosala

Kosali dan Asta Bumi ditulis oleh Pendeta

Bhagawan Wiswakarma dan Bhagawan

Panyarikan. Dalam aturan tersebut begitu

kental dengan kepercayaan mengenai pan-

dangan-pandangan kosmologi dan kekuat-

an dewa-dewa dalam setiap simbolik ukur-

an-ukurannya. Seperti dalam penentuan

jarak antara bangunan serta penentuan

letak pintu masuk, dan lain sebagainya.

PEMBAHASAN

Berdasarkan pemaparan keempat konsep

tersebut, maka selanjutnya akan dilakukan

komparasi di antara konsep Vaastu

Shastra, Feng Shui, Zen dan Asta Kosala

Kosali dilihat dari beberapa aspek yaitu:

1. Philosophy aspect

2. Desig principle aspect

3. Practical aspect

4. Symbolic aspect

5. History aspect

6. Art aspect

7. Social aspect.

8. Functional aspect

Komparasi keempat konsep ini akan

dilampirkan dalam bentuk tabel sebagai

berikut:

Gambar 5. Sistem Pengukuran Arsitektur

Tradisional Bali

Sumber : Dwijendra (2008)

Gambar 6. Penentuan Jarak Bangunan

Dalam Arsitektur Tradisional Bali

Sumber : Adhika dalam Dwijendra, 2003

Page 82: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

75

TABEL 1. PHILOSOPHY ASPECT

Vaastu Shastra Feng Shui Zen Asta Kosala-Kosali

Ilmu arsitektur India kuno yang merupakan ilmu konsep

energi inheren dan bertujuan untuk menyelaraskan bentuk

dan tata letak suatu bangunan dengan unsur alam, yaitu

prithivi/tanah (earth), agni/api (fire), tej/cahaya (light),

vayu/angin (wind), akash/angkasa (ether).

Memiliki tahapan dalam proses pembangunan arsitekturnya,

serta prosesi upacara ritual yang disebut dengan Boomi

Pooja .

Ilmu topografi kuno Tiongkok yang mempercayai

bagaimana manusia dan Surga (astronomi), dan Bumi

(geografi), hidup dalam harmoni untuk membantu

memperbaiki hidup dengan menerima Qi positif.

Seni memanfaatkan angin dan air untuk menyelaraskan,

mengalirkan, dan menghimpun Chi serta menghalau Sha

Chi (Chi pembawa maut).

Memiliki tahapan dalam proses pembangunan arsitekturnya,

serta prosesi upacara ritual

1. Melakukan ritual pemujaan kepada Dewa-Dewi untuk

mohon izin dan petunjuk.

2. Miminta petunjuk kepada pemuka agama (Sinbeng)

untuk menentukan lokasi bangunan.

3. Meminta petunjuk ahli feng shui untuk menlilai lokasi

pembangunan.

4. Menentukan letak dan bentuk bangunan.

5. Menentukan bentuk halaman, lokasi pintu masuk dan

keluar.

Zen merupakan aspek Buddha Mahayana yang

mengkhususkan dirinya pada meditasi untuk mencapai jalan

menuju pencerahan (satori), jadi puncak praktik Zen adalah

meditasi dengan duduk dalam posisi lotus (posisi bersila).

Di kalangan orang Zen, meditasi ini dinamakan Za-zen.

Tidak membuat aturan atau pedoman di dalam proses

pembangunan, karena prinsip dasar Zen yang menuju

pembebasan (tanpa ikatan) dan pencerahan.

Bangunan memiliki jiwa Bhuana Agung (alam

makrokosmos) sedangkan manusia yang menepati bangunan

adalah bagian dari Bhuana Alit (mikrokosmos). Antara

manusia (mikrokosmos) dan bangunan yang ditempati harus

harmonis agar bisa mendapatkan keseimbangan antara

kedua alam tersebut.

Landasan Tatwa, Tata Susila,Upacara, Sikap Perilaku.

Memiliki tahapan dalam proses pembangunan arsitekturya,

serta prosesi upacara ritual

1. Penentuan posisi bangunan (nyukat)

2. Pembongkaran tanah (ngeruak)

3. Pemasangan batu pertama (nasarin)

4. Pembangunan

5. Upacara pengokohan (memakuh)

6. Penanaman pedagingan/peripih

7. Pemlaspasan

Bhagawan Wiswakarma

Bodhi Dharma

Dragon & Phoenix

Sumber : Analisa 2016

Page 83: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

76

TABEL 2. DESIGN PRINCIPLE ASPECT

Vaastu Shastra Feng Shui Zen Asta Kosala-Kosali

Tubuh manusia terdiri atas lima unsur: udara, api, air, angin,

dan ether. Keseimbangan di antara kelima unsur ini harus

dalam keadaan benar (Ayurveda).

Lima dasar aturan dalam arsitektur India, yaitu Dirniknaya,

Vaastu Purusha Mandala, Maana, Aayadi, Chanda.

Konsep Lingga Yoni.

Bentuk persegi (catur bhuji).

Bentuk bulat.

Bentuk stupa.

Konsep tiga lapisan alam (kamadhatu, ruppadhatu,

aruppadhatu).

Energy Chi.

Konsep Yin Yang.

Konsep lima elemen (kayu, api, tanah, air, logam).

Konsep delapan arah.

Astrologi sembilan Qi.

Wabi-sabi.

Fukinsei (asimetri)

Kanso (sederhana)

Shizen (kewajaran))

Yuugen (bermakna)

Datsuzoku (kebebasan tidak terikat)

Seijaku (hening)

Tri hita karana

Rwa bhineda

Hulu-teben

Purusa-pradhana

Tri angga

Tri mandala

Sanga mandala

Zen Circle

Konsep Sanga Mandala

dalam tatanan Rumah Tradisional Bali

Feng Shui Scheme

Vaastu Shastra

Sumber : Analisa 2016

Page 84: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

77

TABEL 3. PRACTICE ASPECT

Vaastu Shastra Feng Shui Zen Asta Kosala-Kosali

Skema penempatan ruang dengan aturan delapan arah mata

agin.

Aturan posisi/ penempatan gerbang.

Skala dan proporsi bangunan.

Ukuran/dimensi (angula dan hasta).

Lima unsur alam dalam tubuh manusia.

Penentuan Posisi bangunan.

Terhadap lingkungan.

Penentuan lahan.

Elemen –elemen dekorasi.

Elemen-elemen konstruksi bangunan.

Hubungan antar ruang.

Lima elemen pada tubuh manusia.

Penentuan orientasi.

Tidak memiliki aturan tetapi cenderung berfokus

pada proses pencapaian pencerahan/ kekosongan

Ukuran/ dimensi (Sikut ).

Penentuan hari baik (dewasa.)

Proses upacara dan upakara.

Penataan massa bangunan (tri mandala, sanga

mandala).

Aturan posisi/ penempatan gerbang

Zona Ruang Feng Shui

Zona Energi Vaastu

Zona Ruang Vaastu

Sikut Asta Kosala-Kosali

Zodiac

Modul Jarak Bangunan ATB

Sumber : Analisa 2016

Page 85: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

78

TABEL 4. SYMBOLIC ASPECT

Vaastu Shastra Feng Shui Zen Asta Kosala-Kosali

Vaastu Purusha Mandala menandai pentingnya suatu area

dengan menempatkan kepalanya posisi Timur laut yang

melambangkan keseimbangan pikir dan badan bawahnya di

posisi Barat daya yang melambangkan kestabilan dan

kekuatan. Pusarnya diposisi sentral dari area,

melambangkan kesadaran kosmik dan tangannya di posisi

Barat Laut dan Tenggara, melambangkan gerakan dan

energi.

Menurut legenda Hindu, Vaastu Purusha.merupakan

makhluk tanpa bentuk . Brahma, bersama dewa yang lain

terpaksa mengurungnya di tanah. Insiden ini dinyatakan

secara grafis dalam Vaastu Purusha Mandala dengan

alokasi porsi yang hirarkis untuk masing-masing posisi

kedudukan dewa yang didasarkan atas konstribusi dan

posisi masing-masing dalam menjalankan perannya.

Brahma berada di posisi sentral yang disebut Brahmasthana,

sementara dewa-dewa tersebar disekelilingnya dalam pola

yang memusat.

Simbol yin dan yang.

Yin dan Yang adalah istilah yang digunakan untuk

membandingkan segala sesuatu di semesta ini Yang

bermakna lebih (positif), Yin bermakna kurang (negatif).

Simbol empat bagian dunia.

Simbol lima elemen.

Lima elemen diasosiasikan dengan lima arah , yang mana

berkaitan erat dengan pergerakan matahari sepanjang hari.

Simbol delapan arah.

Kedelapan arah di kompas berhubungan dengan energy chi

yang berbeda. Perpaduan semua ini menghasilkan gambaran

rinci dari tipe energy chi yang terdapat diarah itu. Di dalam

setiap arah mata angin terdiri dari; Trigram, Lima Elemen,

Simbol, Anggota Keluarga, Nomor Sembilan Qi, Warna,

Waktu dan Musim.

Simbol astrologi Sembilan Qi.

Anti Iconograph, anti symbol.

Lingkaran Zen.

Merupakan suatu symbol lingkaran yang terputus,

bermakna sebagai suatu ketidaksempunaan.

Simbol bunga teratai

Vaastu Purusha Mandala

Zen

Lotus

Yin Yang

Empat Bagian Dunia

Lima Elemen

Delapan Arah

Sembilan Qi

Sumber : Analisa 2016

Page 86: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

79

TABEL 5. HISTORY ASPECT

Vaastu Shastra Feng Shui Zen Asta Kosala-Kosali

6000 BC

Bagian dari Vedas.

Meditasi para Yogi.

4000 BC

Mengalami perkembangan sebelum dinasti Qin (Bu-Zhai).

Mengalami perkembangan sampai berdirinya RRC (abad 19

– sekarang).

500 AD

Kepercayaan Buddha dari cina dan korea.

Berawal dari agama Buddha Zen.

Berkembang saat ini sampai ke dunia barat.

Cikal bakal munculnya konsep minimalis dalam

arsitektur.

1300 AD

Kebo Iwa, Mpu Kuturan dan Dang Hyang Nirartha

merumuskan.

Pemujaan terhadap Begawan Wiswakarma.

Sumber : Analisa 2016

6000 BC

4000 BC

0

500 AD

1300 AD

Vaastu Shastra

Feng Shui

Zen

Asta Kosala Kosali

Page 87: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

80

TABEL 6. ART ASPECT

Vaastu Shastra Feng Shui Zen Asta Kosala-Kosali

Relief dan ornamentasi.

Relief yang menggambarkan konsep 3 lapisan alam

Kamadatu, Rupadatu, Arupadatu.

Kamadatu dalam banguanan candi Khajuraho diwujudkan

dalam bentuk relief yang menggambarkan perilaku manusia

yang sangat kental dengan ikatan hawa nafsu (Kama).

Rupadatu terwujud pada bagian tengah candi yang

bermakna sudah dapat membebaskan diri dari nafs tetapi

masih terikat pada rupa dan bentuk.

Arupadatu terwujud dengan bentuk yang menjulang menuju

pada pada satu titik pusat. Melambangkan alam atas dimana

manusia sudah bebas dari segala keinginan dan ikatan

bentuk dan rupa, namun belum mencapai nirwana.

Seni dalam Feng Shui merupakan hasil pemikiran orang

cina kuno yang menggabungkan Taoisme, Budhisme, Teori

keseimbangan, kesatuan Yin Yang, tahayul, cita rasa, dan

disempurnaan oleh intusi, imajinasi, serta interpretasi dari

para ahli fengshui

Seni Feng Shui terwujud dalam bentuk :

Lukisan (makna warna)

Patung (simbol)

Dekorasi

Ornamen/ ragam hias

Dari aspek seni, Zen dapat dimaknai sebagai system

estetik yang konprehensif dan telah mempunyai

jangkauan ruang lingkup yang luas antara lain ajaran

moral, spiritual dan metafisik, ekspresi dan kualitas

benda.

Seni Zen terwujud dalam bentuk :

Ikebana

Kendo

Painting

Garden design

Tea house

Pada konsep Asta Kosala Kosali ornament

mengadaptasi bentuk-bentuk flora dan fauna.

Bentuk -bentuk flora seperti karang sibar (daun),

karang bunga.

Bentuk-bentuk fauna seperti, karang asti (gajah),

karang goak (manuk/burung), dan karang tapel.

Pepalihan.

Kekarangan.

Pepatran.

Relief.

Sumber : Analisa 2016

Page 88: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

81

TABEL 7. SOCIAL ASPECT

Vaastu Shastra Feng Shui Zen Asta Kosala-Kosali

Adanya pengaruh status sosial dalam penerapan konsep

Vaastu Purusha Mandala pada rumah Nalukettu (daerah

Kerala) yang hanya boleh digunakan/ dibangun untu k

rumah keluarga brahmana atau tuan tanah.

Awalnya digunakan oleh Raja dan cendikiawan dalam ilmu

topografi dan penataan kota

Setelah dinasti yuan mulai dipelajari oleh orang awam dan

diimplementasikan di berbagai bisang kehidupan.

Kaum spiritual kemudian digunakan oleh kaum

bangsawan.

Sejak populernya gaya minimalis dalam arsitektur,

konsep Zen mulai dikenal dan digunakan secara luas.

Awalnya dipergunakan berdasarkan catur wangsa.

Berkembang penggunaannya berdasarkan strata social

catur warna.

Perkembangan berikut didasarkan pada peran di

masyarakat.

Gold Lion

Forbidden Kingdom

Tampak Nalukettu

Rumah Nalukettu

Kori Agung

Zen Garden

Katsura Imperial

Sumber : Analisa 2016

Page 89: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

82

TABEL 8. FUNCTIONAL ASPECT

Vaastu shastra Feng Shui Zen Asta Kosala-Kosali

Secara leksikal, Vaastu berarti lingkungan, tempat, rumah

dan Shastra berarti ilmu, teori, pengetahuan.

Jadi Vaastu Shastra berperan sebagai sebuah aturan untuk

menata lingkungan atau rumah.

Vaastu Shastra memberikan suatu prinsip serta pandangam

mengenai kekuatan unsur unsur alam dan pandangan

kosmologi dalam pembangunan suatu karya arsitektur baik

itu berupa tempat suci ataupun rumah tinggal

Memberikan pandangan secara tegas mengenai apa yang

baik dan buruk baik dalam proses pemilihan lahan,penataan

tapak, perancangan bangunan, dan perwujudan bangunan.

Memberikan prinsip dan panduan dalam arsitektur

bangunan suci (candi, kuil)

Memberikan prinsip dan panduan dalam arsitektur kerajaan

dan rumah tinggal.

Secara leksikal, Feng berarti Angin, Shui berarti Air. Jadi

Feng Shui adalah seni memanfaatkan angin dan air untuk

menyelaraskan, mengalirkan, dan menghimpun Chi serta

menghalau Sha Chi (Chi pembawa maut).

Feng Shui memberikan prinsip serta pedoman hampir dalam

berbagai aspek kehidupan didasarkan pada aliran energi chi

dalam alam semesta.

Memberikan pandangan yang tegas mengenai apa yang baik

dan buruk dalam setiap aspek kehidupan.

Digunakan pada penataan kota.

Digunakan pada tempat peribadatan (temple).

Digunakan pada bangunan istana.

Digunakan dalam ilmu kesehatan dan anatomi.

Saat ini digunakan dalam berbagai jenis bangunan

Kata Zen adalah logat Jepang yang berasal dari

perkataan Cina ch'an dan merupakan terjemahan

lebih lanjut dari bahasa Sansekerta dhyana. Dalam

bahasa Jepang disebut sebagai Zanna. Istilah tersebut

berarti meditasi yang menghasilkan wawasan yang

mendalam. Merupakan suatu cara untuk mencapai

pencerahan.

Prinsip dasar kekosongan dan pencerahan terwujud

dalam pandangan yang anti aturan,anti teori, anti

rutinitas, tidak terikat.

Digunakan dalam rancangan taman.

Digunakan dalam kompleks kuil.

Digunakan dalam arsitektur rumah tinggal.

Digunakan dalam desain furnitur dan interior.

Asta (hasta) berarti ukuran/sikut dari pergelangan

tangan sampai siku, Asta kosala berarti aturan dan

ukuran dalam membangun tempat suci (parhyangan),

menara atau bangunan tinggi , dan bangunan untuk

orang mati (Bade, wadah, usungan mayat) sedangkan

Asta kosali berarti aturan dan ukuran dalam

membangun rumah. Peranan Asta kosala kosali sebagai

acuan atau pedoman dalam Arsitektur Tradisional Bali.

Memberikan prinsip dalam fungsi/ kegunaan bangunan,

yaitu

1) Asta kosalaning Dewa (Parhyangan).

2) Asta kosalaning Wong Pejah (Bade/ wadah).

3) Asta kosalaning Pawongan (rumah tinggal).

4) Asta Kosalaning Palemahan (bangunan umum).

5) Asta kosalaning Tetambakan (Kandang hewan).

Sumber : Analisa 2016

Page 90: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

83

KESIMPULAN

Dari kajian perbandingan antara

Vaastu Shastra, Feng Shui, Zen dan

Asta Kosala Kosali melalu pendekatan

beberapa aspek, maka diperoleh

persamaan dan perbedaan di antara

keempat konsep tersebut, antara lain :

1. Philosophy Aspect

Filosofi Vaastu Shastra, Fengshui, dan

Asta Kosala Kosali sama-sama

menggunakan pendekatan Kosmologi

dalam prinsip dasarnya, yaitu

hubungan keseimbangan antara

makrokosmos dan mikro-kosmos.

Sedangkan konsep Zen cenderung

berbeda dari ketiga konsep tersebut

karena Zen lebih fokus kepada

perjalanan mencapai pencerahan,

kebebasan dari segala keterikatan.

2. Design Principle Aspect

Prinsip-prinsip desain Vaastu Shastra,

Fengshui, dan Asta Kosala Kosali

didasarkan pada konsep

penyeimbangan energi yang terdapat

pada unsur-unsur alam, yang juga

dianalogikan pada unsur –unsur tubuh

manusia. Penerapan konsep Vaastu

Shastra dan Asta Kosala Kosali lebih

menekankan pada perencanaan rumah

dan lingkunagan binaannya.

Sedangkan Feng Shui berpengaruh

lebih kompleks lagi selain pada

perencanaan rumah dan lingkungan,

juga pada berbagai aspek seperti, seni,

warna, kesehatan, astrologi. Bahkan

pada Feng Shui waktu sangat berperan

dalam perhitungan konsep. Sedangkan

prinsip desain pada Zen lebih

ditekankan pada kekosongan dalam

arti mencapai tingkat pencerahan,

seperti yang dirumuskan pada prinsip

Wabi-sabi.

3. Practice Aspect

Vaastu Shastra dan Asta Kosala Kosali

memiliki keterkaitan yang cukup erat

pada aspek ini terlihat dengan

penerapan konsep mandala pada

perwujudan secara fisik. Sedangkan

Feng Shui menerapkan konsep

keseimbangan energi yang diwujudkan

baik secara fiik maupun non fisik.

Konsep Zen lebih melepaskan diri dari

aturan yang mengikat, akan tetapi

memberi keterbukaan, kemungkinan

konsep baru dalam menuju perwujudan

fisik dan non fisik untuk menuju

kekosongan atau pencerahan.

4. Symbolic Aspect

Pada Vaastu Shastra dan Asta Kosala

Kosali secara simbolik meng-

analogikan tubuh manusia sebagai

wujud keseimbangan dengan alam,

sedangkan Feng Shui secara simbolik

mencerminkan keseim-bangan energi

positif dan negatif (Yin dan Yang). Zen

secara simbolik menggambarkan

sesuatu yang dinamis fleksibel dan

seder-hana.

5. History Aspect

Dilihat dari pembabakan waktunya

diawali konsep Vaastu Shastra,

kemudian diikuti oleh Feng Shui, Zen

dan Asta Kosala Kosali.

6. Art Aspect

Pada Vaastu Shastra dan Asta Kosala

Kosali makna diwujudkan ke dalam

bentuk seni relief dan ornamen,

sedangkan dalam Feng Shui karya seni

memiliki fungsi penyeimbang energi,

sebagai contoh setiap bentuk dan

warna memiliki nilai energy yang

berbeda-beda. Sedangkan Zen karya

seni bertujuan untuk menciptakan

suatu kesederhanaan makna.

7. Social Aspect

Penerapan Vaastu Shastra, Asta

Kosala Kosali sampai saat ini masih

mempertimbagkan stratifikasi sosial

masyarakatnya, sedangkan Feng Shui

dan Zen dipergunakan lebih luas.

8. Functional Aspect

Vaastu Shastra dan Asta Kosala Kosali

berfungsi sebagai aturan dalam 52

Page 91: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

84

pembentukan lingkungan binaan

sedangkan Feng Shui dan Zen lebih

kepada pedoman untuk menciptakan

keseimbangan energi di dalam

lingkungan binaan.

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Dwi Retno Sri. 2009.

Relevansi Vastu Shastra dengan

Konsep Perancangan Joglo. Dalam

Jurnal Penelitian Humaniora Volume

14 Nomor 2. Yogyakarta : Universitas

Negeri Yogyakarta.

Brown, Simon. 2001. Feng Shui

Praktis. Jakarta: Erlangga.

Damayanti, Sandra Devi. 2014.

Konsep Taman Jepang Yang

Berhubungan Dengan Buddha Zen.

Skripsi. Semarang: Program Studi

Sastra Jepang, Fakultas Ilmu Budaya,

Universitas Dian Nuswantoro

Davinson, Julian. 1999. Introduction to

Balinese Architecture. Singapore:

Periplus.

Dewi, Purnama. 2013. Studi Gaya

Desain Interior Restoran Bentoya di

Galaxy Mall Surabaya. Dalam Jurnal

Intra Volume 1 Nomor 2. Surabaya:

Program Studi Desain Interior,

Universitas Kristen Petra.

Dwijendra, Acwin, Ngakan Putu.

2008. Arsitektur dan Kebudayaan Bali

Kuno.

Denpasar: CV. Bali Media Adhikarsa.

Dwijendra, Acwin, Ngakan Putu.

2008. Arsitektur Rumah Tradisional

Bali.

Denpasar: CV. Bali Media

Adhikarsa.

Dwijendra, Ngakan Ketut Acwin.

2009. Perumahan dan Permukiman

Tradisional Bali. Denpasar: CV. Bali

Media Adhikarsa.

Dwijendra, Acwin, Ngakan Putu.

2003. Perumahan dan Permukiman

Tradisional Bali. Dalam Jurnal

Permukiman Natah Volume 1 Nomor

1. Denpasar: program Studi Arsitektur,

Fakultas Teknik, Universitas Udayana.

Koren, Leonard.1994. Wabi-Sabi.

Berkeley, California: Stone Bridge

Press.

Kustedja, Giri. Antariksa, Sudikno.

Purnama, Salura. 2012. Feng-shui:

Elemen Budaya Tionghoa Tradisional.

Dalam International Journal of

Philosophy and Religion Volume 28

Nomor 1. Bandung : Universitas

Katolik Parahyangan.

Pratiwo. 2010. Arsitektur Tradisional

Tionghoa dan Perkembangan Kota.

Yogyakarta: Ombak.

Putra, IGM. 2011. Diklat Mata Kuliah

Teori Arsitektur Etnik. Denpasar:

Pascasarjana Teknik Arsitektur,

Universitas Udayana.

Suliyati, Titiek. 2009. Penerapan Feng

Shui pada Bangunan Kelenteng Di

Pecinan Semarang. Dalam :

Konferensi Nasional Sejarah IX.

Jakarta: Kementrian Kebudayaan dan

Pariwisata.

Thapar, Bindia. 2004. Introduction to

Indian Architecture. Singapore:

Periplus.

Tonjaya, Bandesa.1992. Lintasan Asta

Kosala Kosali. Denpasar: Penerbit

RIA.

Young, David & Michiko. 2004.

Introduction to Japanese Architecture.

Singapore: Periplus.

Page 92: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

85

Sumber Website:

Anonim. 2014. Vastu Purusha.

Available from: URL:

http://sivkishen.wikia.com/wiki

Manson, Mark. 2010. The Zen

Dilemma. Available from: URL:

https://markmanson.net/the-zen-

dilemma

Page 93: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

86

KONSEP ARSITEKTUR NUSANTARA SEBAGAI

SARANA RESTORASI

Studi Kasus : Kampung Wisata Imah Seniman, Lembang,

Jawa Barat

Ardina Susanti

Dosen Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali

Email : [email protected]

ABSTRAK

Arsitektur nusantara merupakan salah satu kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia.

Arsitektur ini memiliki makna yang lebih luas tentang kehidupan sosial serta mampu

menjawab isu kekinian seperti konstruksi tahan gempa dan keakraban dengan alam.

Penggunaan material alami dan konsep keseimbangan dengan alam pada arsitektur

nusantara mampu menghadirkan pengalaman restoratif bagi masyarakat khususnya

masyarakat perkotaan, sehingga saat ini banyak usaha yang bergerak di dalam industri

pariwisata mengambil konsep kembali pada arsitektur lokal, salah satunya adalah

Kampung Wisata Imah Seniman yang berlokasi di Lembang, Jawa Barat. Penulisan

ini bertujuan untuk mengkonfirmasi apakah konsep menghadirkan kembali arsitektur

nusantara dapat memberikan pengalaman restoratif bagi pengguna. Berdasarkan hasil

penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa konsep arsitektur nusantara

dapat menjadi sarana restorasi bagi masyarakat.

Kata Kunci : Arsitektur nusantara, pengalaman restoratif

ABSTRACT

Nusantara architecture is one of Indonesian culture wealth. This architecture has a

lot of meaning about social life and it capable to answer some current issues, like

earthquake resistant construction and familiarity with nature. Natural material used

and harmony living with nature in nusantara architecture concept can present

restorative experience to people, especially urban people. Because of that, there are

many tourism/hospitality business take back to local architecture concept. One of

them is “Kampung Wisata Imah Seniman” (Imah Seniman Tourism Village). The aim

of this article is to confirm about nusantara architecture concepts role in presents

restorative experience to its users. The result shows this architectural concept is

capable to be a restorative facility to people.

Keywords : Nusantara architecture, restorative experience

Page 94: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

87

1. PENDAHULUAN

Indonesia terdiri dari beragam suku

bangsa, membuat Indonesia memiliki

keberagaman budaya. Arsitektur

merupakan salah satu wujud dari

budaya tersebut. Kekayaan Indonesia

akan budaya dari suku-suku bangsa

yang ada terlihat pada kekayaan

arsitektur vernakular yang ada.

Arsitektur vernakular merupakan

arsitektur yang tumbuh dan

berkembang dari arsitektur rakyat,

yang lahir dari masyarakat etnik dan

budaya etnik (Dawson & Gillow, 1994

dalam Sahroni, 2012). Arsitektur

vernakular dibuat melalui proses trial

and error tentunya memiliki makna

yang lebih daripada sekedar bentuk

fisik dan teknik konstruksi (Yu Sing,

2011). Arsitektur vernakular

diturunkan dari generasi ke generasi

sehingga menghadirkan sebuah tradisi

yang menjadi budaya yang kini

berkembang sebagai arsitektur

tradisional.

Arsitektur tradisional dan vernakular

yang ada di Indonesia sering disebut

sebagai arsitektur nusantara. Arsitektur

nusantara sangat sarat akan kearifan

lokal yang diturunkan oleh nenek

moyang yang memiliki peran dan

fungsi yang penting sebagai refleksi

keakraban dengan alam, seperti

bagaimana menggunakan material

secara wajar (Sahroni, 2012). Maka

dari itu, arsitektur nusantara sering

dikatakan sebagai arsitektur yang

berwawasan lingkungan karena

menggunakan material yang tidak

merusak lingkungan dan kaya akan

konsep sosial seperti adanya ruang

atau bangunan yang memiliki fungsi

sebagai ruang komunal, mampu

menjawab dan menyelesaikan isu

kekinian seperti konstruksi yang tahan

gempa, serta merupakan salah satu

potensi pariwisata berbasis lingkungan

/ ecotourism (Dirjen Penataan Ruang

Kementrian PU, 2013).

Seiring perkembangan jaman yang

semakin modern dan mengglobal,

gempuran teknologi dari negara Barat

terus berkembang di Indonesia,

mengakibatkan perubahan budaya,

perkembangan teknologi bahan dan

pembangunan semakin canggih dan

mampu membangun bangunan lebih

cepat membuat arsitektur tradisional

dan vernakular semakin punah dan

ditinggalkan. Walaupun beberapa jenis

arsitektur tradisional masih

dilestarikan, tapi bangunan tersebut

hanya sebagai sebuah artefak

bersejarah untuk mengingatkan bahwa

bangunan tersebut pernah ada. Hal ini

tentu sangat disayangkan mengingat

arsitektur nusantara memiliki peran

dan fungsi yang sebenarnya sangat

penting sebagai simbol keberagaman

budaya yang ada di Indonesia. Hal ini

merupakan tantangan bagi para arsitek

Indonesia untuk berupaya melestarikan

makna dan nilai arsitektur nusantara

dengan menciptakan karya-karya

arsitektur nusantara yang bersifat

kekinian (Yu Sing, 2011) dengan tetap

memelihara karakter inti arsitektur

nusantara dengan penyesuaian

terhadap kondisi terkini, sehingga

eksistensi dari arsitektur nusantara

tetap dapat dilestarikan (Sahroni,

2012) dan pelestarian ini juga

membutuhkan kontribusi masyarakat

Page 95: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

88

setempat (Dirjen Penataan Ruang

Kementrian PU, 2013).

Industri pariwisata di Indonesia saat ini

cukup banyak yang mengambil konsep

kembali pada arsitektur lokal.

Beberapa di antaranya menggunakan

konsep ini sebagai sarana diferensiasi

produk hospitality architecture yang

mereka tawarkan. Konsep ini dianggap

memiliki prospek yang baik, karena

arsitektur lokal umumnya memiliki

keunikan tersendiri, yang mampu

menarik minat kelompok masyarakat

tertentu, umumnya masyarakat yang

tinggal di perkotaan. Kehadiran

arsitektur lokal yang menggunakan

material alami, dekat dengan unsur

vegetasi dan air memiliki potensi

sebagai sarana restorasi dari kepenatan

(Kaplan, 1995; Korpela, 1996).

Salah satu produk hospitality

architecture yang mengambil konsep

kampung wisata - yang mana istilah

kampung merupakan sebutan

pemukiman masyarakat tradisional –

adalah Kampung Wisata Imah

Seniman, yang terletak di daerah

Lembang, Jawa Barat. Penulisan

artikel ini akan membahas mengenai

konsep yang dihadirkan dan

ditawarkan oleh pihak pengelola hotel

ini, serta mengkonfirmasikan konsep

tersebut dengan pendapat beberapa

pengguna, mahasiswa yang melakukan

kuliah lapangan di lokasi tersebut,

serta pengamatan perilaku pengguna

pada lokasi tersebut. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui

manfaat penggunaan konsep arsitektur

nusantara sebagai sarana restorasi bagi

masyarakat.

2. TINJAUAN PUSTAKA

Teori-teori yang akan digunakan dalam

penulisan artikel ini adalah teori

mengenai pengalaman restoratif dan

lingkungan restoratif, serta tinjauan

mengenai lokasi studi, yaitu Imah

Seniman.

Pengalaman Restoratif dan

Lingkungan Restoratif

Pengalaman restoratif merupakan

sebuah pengalaman yang mampu

memulihkan kepenatan dari aktivitas

sehari-hari (Kaplan, 1995). Kaplan

(1995) menyebutnya sebagai directed

attention. Istilah directed attention dan

indirected attention berkaitan dengan

usaha atau effort untuk memberi

perhatian terhadap suatu hal. Salah

satu contoh directed attention adalah

perhatian terhadap pekerjaan, perhatian

saat menyetir menghadapi hiruk-pikuk

lalu lintas, dan banyak lagi yang

berkaitan dengan kehidupan sehari –

hari. Istilah directed attention dan

indirected attention, sering disebut

dengan voluntary (membutuhkan

usaha) dan involuntary attention (tidak

membutuhkan usaha). Directed

attention yang dilakukan terus menerus

menyebabkan kelelahan mental yang

berpotensi sebagai pemicu stres pada

manusia. Apabila kelelahan mental ini

tidak dipulihkan dapat menyebabkan

stres yang berujung pada depresi

mental. Untuk itulah diperlukan

sebuah pengalaman restoratif yang

dapat memulihkan kepenatan tersebut.

Pemulihan kelelahan mental tersebut

dilakukan dengan cara memberikan

atensi yang berlawanan yaitu

Page 96: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

89

memberikan indirected/involuntary

attention yaitu atensi atau perhatian

terarah tanpa memerlukan usaha,

sehingga tidak membutuhkan energi

lebih untuk memberikan atensi

terhadap suatu hal. Kaplan (1995) juga

menyebutkan involuntary attention ini

sebagai fascination. Fascination ini

dapat diperoleh dalam proses saat

melakukan sesuatu, misalnya saat

membaca sebuah buku yang menarik

membuat sesorang betah untuk

berlama-lama membaca buku.

Fascination juga dapat diperoleh dari

kegiatan yang memang disukai

terutama kegiatan yang disukai

misalnya berpetualang ke alam liar

dapat membangkitkan perasaan

senang. Fascination juga dapat

diperoleh dari hal yang ekstrim,

sangat soft seperti berjalan pada taman,

hutan, dan lingkungan natural lainnya,

serta hal yang ekstrim, sangat hard

seperti menonton pertandingan balap

mobil, sepak bola, dan lain-lainnya.

Dapat dikatakan bahwa alam natural

dapat berfungsi sebagai sarana

restorasi. Namun pengalaman restoratif

tidak hanya didapat dari fascination.

Pengalaman restoratif juga dapat

diperoleh dari pengalaman being away,

extent, dan compatibility.

Pengalaman being away adalah

pengalaman bebas dari salah satu

aktivitas mental yang membutuhkan

directed attention, perasaan ini lebih

kepada konsepsi dan bukan

transformasi fisik, karena berkaitan

dengan aktivitas mental. Pengalaman

extent merupakan pengalaman yang

memungkinkan seseorang memuaskan

keingintahuannya terhadap sebuah

lingkungan. Lingkungan diharapkan

beraneka ragam dan koheren/ sesuai

atau dalam 1 kesatuan, sehingga dapat

menyediakan banyak pengalaman.

Compatibility merupakan pengalaman

restoratif yang sesuai dengan tujuan

dan kecenderungan seseorang,

sehingga diharapkan lingkungan

restoratif menjadi responsif terhadap

tujuan tersebut.

Untuk memenuhi pengalaman

restoratif, sebuah lingkungan restoratif

diharapkan mampu menghadirkan 4

kesan di atas yaitu being away, sebuah

lingkungan tidak perlu jauh dari pusat

kota, tapi mampu memberikan

pengalaman atau pemandangan yang

berbeda dari keseharian seseorang

sehingga mampu mengistirahatkan

direct attention, kemudian fascination,

sebuah lingkungan harus dapat

menghadirkan sesuatu yang menarik

untuk menggugah

involuntary/indirected attention. Untuk

menghadirkan kesan extent, sebuah

lingkungan tidak perlu luas tapi

memberikan banyak stimulus untuk

dilihat, desain jalan setapak juga dapat

dirancang agar dapat memberikan

kesan luas, serta mampu membawa

alam pikiran ke masa lampau atau

sejarah. Untuk menghadirkan kesan

compatibility, sebuah lingkungan

restoratif harus mampu memenuhi

tujuan dan kecenderungan yang

dimiliki oleh seseorang, misalnya bagi

masyarakat perkotaan lingkungan yang

sesuai untuk restorasi diri adalah

lingkungan natural.

Korpela (1996;2001) dalam dua

artikelnya menyebutkan bahwa suatu

Page 97: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

90

lingkungan menjadi favorit bagi

seseorang apabila memiliki nilai kesan

being away, fascination, coherence

dan compatibility. Dengan kata lain

suatu lingkungan akan menjadi favorit

apabila mampu memberikan

pengalaman restoratif. Saat seseorang

menyatakan bahwa tempat tersebut

merupakan tempat favoritnya maka

nilai terhadap kesan coherence (extent)

dan compatibility yang dihadirkan

pada lingkungan tersebut cenderung

lebih tinggi daripada nilai kesan being

away dan fascination. Berdasarkan 2

artikelnya, Korpela (1996)

menyebutkan bahwa lingkungan yang

bersifat restoratif bagi banyak

responden adalah lingkungan yang

memiliki banyak unsur hijau berupa

keanekaragaman vegetasi, unsur air,

dengan pemandangan yang permai,

dan tempat favorit bagi sebagian besar

responden adalah lingkungan alami.

Hasil penelitian yang sedikit berbeda

dikemukakan oleh Sari (2012), yang

menemukan bahwa mahasiswa di

Bandung menyukai shopping mall

sebagai tempat favorit karena

menikmati proses restoratif. Shopping

mall yang paling banyak disukai

adalah shopping mall yang memiliki

fasilitas dan aktivitas yang beragam,

desain yang menarik, memiliki fasilitas

entertainment, suasana nyaman, dan

berbeda dari yang lain. Pada penelitian

ini faktor vegetasi kurang memiliki

peranan penting dalam menentukan

preferensi responden terhadap sebuah

shopping mall favorit. Hal ini sedikit

berbeda dengan teori dan penelitian

sebelumnya yang mengatakan bahwa

unsur vegetasi merupakan faktor

dominan yang menghadirkan

pengalaman restoratif.

Kampung Wisata Imah Seniman

Gambar 1. Tampak Atas Lokasi Imah

Seniman. Sumber : Google earth, 2013

Salah satu kawasan wisata alami

dengan konsep yang unik adalah

Kampung Wisata Imah Seniman.

Konsumen bisa melakukan berbagai

aktivitas dari makan di hutan,

menginap di pinggir danau, berbelanja

di kampung, memancing di sungai dan

outbound di gunung. Imah Seniman

berlokasi di Jalan Kolonel Matsuri dan

terletak di sebuah lembah, tapi sangat

mudah diakses dari jalan raya.

Pengelolaannya ada dalam manajemen

Sapu Lidi yang sudah beroperasi lebih

dahulu tahun 2001. Maka dari itu

terdapat kemiripan dari segi

arsitekturnya dengan arsitektur di Sapu

Lidi. Konsep yang diambil untuk

keseluruhan tempat ini sedikit

dibedakan. Imah Seniman

menggunakan slogan "Tidur di Danau,

Makan di Hutan". Dengan luas 15

hektar, Imah Seniman menawarkan

galeri, resto, kafe, resort, dan tempat

wisata yang terpadu.

Dapat dikatakan bahwa Imah Seniman

dibangun tanpa menggunakan

konsultan arsitektur. Sebab, pemilik

tunggal dari tempat ini yaitu Robby

Page 98: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

91

Tjahyadi yang mengkonsepkan tempat

ini (interview 30/10/2013). Konsep

besarnya adalah membangun

penginapan tanpa merusak keadaan

lahan, tidak merusak lingkungan dan

juga memberikan diferensiasi dari

usaha lain yang serupa.

Imah Seniman menawarkan fasilitas

penginapan berupa resort yang

diletakkan di tepi danau buatan dengan

tipe Junior Suite . Tiap kamar

berbentuk rumah gebyok khas Jawa

yang didominasi oleh kayu dan ukira

dilengkapi dengan furnitur yang

mengambil gaya dan hiasan dinding

bergambar tokoh wayang atau bentuk

lain yang bergaya Jawa sesuai dengan

konsep awal ingin menampilkan

suasana rumah kampung yang

sederhana.

Tipe penginapan lain adalah Suite

Room dengan ukuran lebih luas dan

tersedia teras beserta kursi di bagian

depannya. Lokasi Suite Room tidak

mengelilingi danau melainkan ada di

pinggir sungai buatan. Posisi Suite

Room lebih dalam dibandingkan tipe

Junior Suite yang berada di bagian

depan. Tipe lainnya adalah Executive

Room dan vila-vila yang berisi

beberapa kamar. Vila tradisional

maupun dengan bangunan modern

terletak di bagian lebih dalam dari

lokasi Imah Seniman yang cukup luas.

Gambar 2. Bangunan unit resort yang ada di

Imah Seniman. Sumber: dokumentasi pribadi

30/10/2013

Imah Seniman juga menyediakan

restoran dan cafe. Bangunan Resto dan

Cafe dibuat dengan atap jerami dan

kayu. Resto dan Cafe berada di sebelah

kiri dan terletak tidak terlalu jauh dari

gerbang. Dengan konsep "Makan di

Hutan” restoran dan café dibangun di

bawah rindangnya pepohonan dan di

tepi sungai alami dengan konsep pasar

tradisional. Untuk lebih menghadirkan

suasana kampung, menu yang

dihadirkan merupakan menu

tradisional seperti Ikan bakar Daun,

Ayam Kahesupan, Sayur Asem,

Buncis Ka Oncoman, dan menu khas

Sunda lainnya. (http://kumpulan.info)

Page 99: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

92

Gambar 3. Bangunan Café dan Restoran di

Imah Seniman. Sumber: dokumentasi pribadi

30/10/2013 (atas) dan pada 30/11/2013

(bawah)

Imah Seniman juga menyediakan

fasilitas outbond seperti ATV, aktivitas

berkuda, melukis, jogging track,

fasilitas meeting area, kolam

pemancingan dan spa. Sehingga

diharapkan dapat menarik segmen

konsumen keluarga. Menurut

pengelola Imah Seniman, segmen

konsumen yang dituju adalah segmen

keluarga yang berasal dari luar kota

Bandung, dan kebanyakan konsumen

dari tempat ini 90% berasal dari

Jakarta dengan angka okupansi yang

cenderung tinggi pada akhir minggu,

dan paling tinggi saat akhir tahun, dan

pertengahan tahun. Sebenarnya tempat

ini juga memiliki galeri seni yang

menjual berbagai macam kerajinan

dari seniman lokal, tetapi saat penulis

melakukan observasi pada lokasi,

galeri tersebut sedang direnovasi.

Selain menghadirkan rumah tradisional

Jawa sebagai unit resort, kesan

kampung semakin ingin dihadirkan

dengan membatasi ketersedian lampu

penerangan pada jalan setapak yang

menghubungkan unit-unit resort,

lampu penerangan digantikan dengan

obor. Elemen-elemen tradisional

bangunan tiap unit diperoleh dari

bongkaran rumah Joglo lama yang

diperoleh dari Jepara kemudian

disusun kembali di lokasi, uniknya unit

bangunan sebagian tidak menggunakan

pondasi, tapi menggunakan umpak.

Untuk menjaga konsistensi dari konsep

kampung, perawatan dan perbaikan

elemen-elemen bangunan dilakukan di

bengkel yang juga tersedia pada lokasi.

Gambar 4. Elemen bangunan dan furnitur.

Sumber: dokumentasi pribadi 30/10/2013

3. METODE

Metode pengambilan data untuk

penelitian ini dilakukan pengambilan

data primer, di mana penulis secara

langsung melakukan observasi pada

lokasi studi. Data yang diambil dengan

cara melakukan wawancara dengan

pihak pengelola Imah Seniman, diskusi

dengan 10 mahasiswa s2 arsitektur

yang saat itu melakukan kuliah

lapangan ke lokasi, observasi perilaku

konsumen, dan wawancara dengan

beberapa konsumen. Data sekunder

Page 100: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

93

mengenai lokasi studi dilengkapi untuk

memperjelas konsep yang ditawarkan

oleh Imah Seniman yang belum dapat

diperoleh dari data primer.

Data yang diperoleh kemudian

dianalisa dengan cara analisis konten,

dengan mengumpulkan kata kunci

yang diperoleh dari diskusi dengan

mahasiswa s2 arsitektur dan beberapa

konsumen. Sehingga dapat diketahui

apakah fasilitas yang ada pada lokasi

dapat memberi pengalaman restoratif

bagi mereka.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Data yang diperoleh penulis melalui

observasi ke lokasi studi tanggal 30

Oktober 2013, bahwa Imah Seniman

pada hari biasa/ hari kerja tempat ini

cenderung sepi pengunjung, yang ada

hanya acara yang bersifat bisnis,

seperti pertemuan bisnis dan rapat.

Observasi kedua dilakukan pada akhir

minggu yaitu pada hari Sabtu tanggal

30 November 2013, saat itu konsumen

yang datang lebih banyak, sebagian

besar datang dari Jakarta dan Bandung,

terlihat dari nomor plat kendaraan

yang membawa mereka.

Konsumen yang datang ke lokasi

sebagian besar adalah rombongan,

yang datang bersama keluarga dan

teman. Area yang ramai saat akhir

minggu ada pada restoran, arena ATV

dan pemancingan. Danau buatan yang

dikelilingi resort juga cukup disukai,

beberapa konsumen terlihat menaiki

sampan ke tengah danau buatan untuk

sekedar mengambil foto bersama

anggota keluarganya. Beberapa

konsumen juga melakukan aktivitas

berkuda melalui area jogging track dan

area restoran.

Gambar 4. Aktivitas konsumen di Imah Seniman.

Sumber: dokumentasi pribadi 30/11/2013

Hasil diskusi bersama mahasiswa s2

yang melakukan kuliah lapangan

adalah bahwa sebagian besar dari

mereka menganggap tempat ini unik,

dengan menghadirkan arsitektur

tradisional pada bangunannya. Salah

satu di antaranya menganggap tempat

ini mampu menjadi sarana edukasi

untuk belajar mengenai proses seni

dalam mewujudkan unit-unit

bangunannya dan serasa kembali ke

masa lalu. Yang lainnya menyebutkan

bahwa adanya vegetasi, unsur air dan

material alami menciptakan suasana

nyaman, sejuk dan sangat tepat untuk

menghilangkan kejenuhan dari

kehidupan perkotaan. Sebagian besar

menjawab bahwa tempat ini

Page 101: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

94

memberikan pengalaman baru yang

dapat menenangkan pikiran dengan

‘kabur’ sejenak dari rutinitas

perkotaan. Namun, hal yang

disayangkan dari tempat ini adalah

ketidakjelasan arah untuk mencapai

fasilitas yang dituju, sehingga harus

meminta bantuan dari staf Imah

Seniman.

Hasil wawancara dengan beberapa

konsumen, sebagian konsumen merasa

bahwa tempat ini memberikan suasana

nyaman, sejuk yang mengingatkan

mereka pada kampung halaman

semasa kecil. Empat orang konsumen

merupakan konsumen yang tidak

menginap di lokasi. Empat orang

tersebut memilih Imah Seniman

sebagai tempat rekreasi karena ingin

menikmati suasana kampung

tradisional yang jarang didapatkan di

kota Bandung (tempat tinggal mereka),

dan menemani anak-anak untuk

menikmati pemandangan alam yang

lebih natural. Tiga konsumen lainnya

merupakan konsumen yang menginap

di lokasi, mereka mengatakan

sebernarnya sangat nyaman menginap

di lokasi karena lingkungannya masih

alami, banyak vegetasi dan banyak

unsur air yang menenangkan. Namun,

saat malam hari agak menakutkan

sebab hanya ada cahaya obor sehingga

agak menakutkan bagi mereka.

Berdasarkan jawaban dari responden,

sebagian besar dari mereka

beranggapan bahwa Imah Seniman

yang menghadirkan konsep kampung

wisata dapat memberi pengalaman

baru untuk menghilangkan kepenatan

dari kehidupan perkotaan. Hampir

semua jawaban dari responden

mengatakan bahwa kenyamanan

diperoleh secara visual dengan melihat

banyak unsur hijau dari vegetasi, unsur

air dan suara gemericiknya. Namun,

pembatasan penerangan saat malam

hari mungkin kurang cocok bagi

sebagian konsumen.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan di atas, maka dapat ditarik

beberapa kesimpulan, antara lain ,

bahwa lokasi studi yaitu Imah Seniman

menghadirkan pengalaman being away

, yang memberikan rasa nyaman dan

rileks. Serta mampu mengkoneksikan

pikiran beberapa responden kepada

masa lalu, hal ini berkaitan dengan

konsep extent. Fascination diperoleh

oleh kelompok mahasiswa dan

sebagian konsumen dari kehadiran

vegetasi, danau buatan serta unit

bangunan yang terbuat dari bahan

alami. Sebagian besar konsumen yang

tidak menginap merasa sedikit takut

untuk menginap di tempat ini karena

bangunan yang terbuat dari bongkaran

rumah Joglo sedikit terlihat kusam

secara visual. Namun ada pula yang

menyukai gaya bangunan seperti ini,

hal ini tergantung apakah lingkungan

Imah Seniman sesuai atau compatible

dengan karakter dan kesukaan dari

masing- masing konsumen.

Hasil penelitian di atas mendukung

temuan dari Korpela (1996;2001) dan

Kaplan (1995) bahwa lingkungan akan

bersifat restoratif apabila terdapat

unsur vegetasi, air, dan pemandangan

yang permai. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa konsep arsitektur

nusantara memiliki potensi untuk

Page 102: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

95

diangkat dalam industri pariwisata

yang berwawasan lingkungan, karena

konsep ini memiliki fungsi restoratif

bagi masyarakat khususnya

masyarakat perkotaan. Hasil penelitian

ini juga sedikit bertentangan dengan

hasil penelitian yang dilakukan oleh

Sari (2012), dimana vegetasi kurang

mempengaruhi pengalaman restoratif

remaja. Perbedaan ini kemungkinan

dipengaruhi oleh faktor personal

responden yaitu usia dan pengalaman,

dimana responden dari penelitian ini

sebagian besar adalah kelompok usia

dewasa muda.

Kekurangan dari penelitian ini adalah

tidak membahas faktor personal

responden, sebab faktor personal

responden dapat menentukan tingkat

compatibility sebuah lingkungan. Hal

ini dapat diperjelas pada penelitian

selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

.

KAPLAN, STEPHEN. 1995. The

Restorative Benefits Of Nature:

Toward An Integrative Framework.

Journal Of Environmental

Pshycology (1995) 16, 169-182.

KORPELA,KALEVI. HARTIG,

TERRY. 1996. Restorative

Qualities Of Favorite Places.

Journal of Environmental

Psychology (1996) 16, 221–233

KORPELA,KALEVI. HARTIG,

TERRY. KAISER, FLORIAN.

FUHRER, URS. 2001. Restorative

Experience And Self-Regulation In

Favorite Place. Environment and

Behavior 33;572

SARI,ASTRI. KUSUMA, HANSON.

TEDJO, BASKORO. 2012. Tempat

Favorit Mahasiswa Sebagai Sarana

Restorative . Jurnal Lingkungan

Binaan Vol.1 No.1

Artikel website :

Melestarikan Arsitektur Nusantara.

2013.

http://werdhapura.penataanruang.n

et/berita-bipr/265-melestarikan-

arsitektur-nusantara. Diunduh

tanggal 29/11/2013

SAHRONI, ADE. 2012. Arsitektur

Vernakular Indonesia: Peran,

Fungsi, Dan Pelestarian Di Dalam

Masyarakat.

http://iaaipusat.wordpress.com/201

2/03/19/arsitektur-vernakular-

indonesia-peran-fungsi-dan-

pelestarian-di-dalam-masyarakat/.

Diunduh tanggal 29/11/2013

SING, YU. 2011. Integritas Arsitektur.

http://rumah-

yusing.blogspot.com/2011/10/integ

ritas-arsitektur.html. Diunduh

tanggal 29/11/2013

Page 103: ISSN : 2355-9284 - Selamat Datang di STD (Sekolah … ISSN : 2355-9284 NEW MEDIA VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016 Pelindung dan Penanggung Jawab : Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284

96