Isolasi Dan Identifikasi Serta Jalur Biosintesis Coffein

download Isolasi Dan Identifikasi Serta Jalur Biosintesis Coffein

of 13

description

iSOLASI

Transcript of Isolasi Dan Identifikasi Serta Jalur Biosintesis Coffein

Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Coffein Serta Jalur Biosintesisnya

Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Coffein Serta Jalur Biosintesisnya

FITOKIMIA-IPROGRAM STUDI S1 FARMASI FAKULTAS MIPAUNIVERSITAS HALUOLEO

TUGAS ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA COFFEIN SERTA JALUR BIOSINTESISNYA

OLEH :NAMA: ASRUL SANISTAMBUK: F1F212001KELAS: REGULER SORE

PROGRAM STUDI S1 FARMASIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HALUOLEOKENDARI2012ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA COFFEIN SERTA JALUR BIOSINTESISNYAOleh :A S R U L S A N IF1F212001

I. PENDAHULUANCoffein adalah derivat xantinselain teofiln dan aminofilin yang merupakan dioksipurin dengan struktur mirip dengan asam urat (Ganiswara dkk,1995). Pembuatan asam urat dalam tubuh, yang merupakan hasil metabolisme puren yang diawalidengan pembentukan xantin yang diubah oleh enzim xantin oxidase menjadi asam urat (Harper,1979). Coffein ialah alkaloid yang tergolong dalam famili methylxanthine bersama-sama senyawa teofilin dan teobromin. Coffein ialah serbuk putih yang pahit.Coffein memiliki berat molekul 194.19 dengan rumus kimia C8H10N8O2 dan pH 6.9( larutan Coffein 1% dalam air) (Siswono, 2007) :

Gambar 1. Struktur Molekul Coffein (NCyberAutism, 2008, Coffein,http://www.egamesbox.com/viewthread.php?action=printable&tid=5137)Coffein ialah senyawa kimia yang dijumpai secara alami di dalam makanan contohya biji kopi, teh, biji kelapa, buah kola (Cola nitida), guarana, dan mat. Coffein terkenal dengan rasanya yang pahit dan berlaku sebagai perangsang sistem saraf pusat, jantung, dan pernafasan. Coffein juga bersifat diuretik (dapat dikeluarkan melalui air kencing) (Anonim1,2006)Coffein adalah zat yang secara alamiah diproduksi dedaunan dan biji-bijian tumbuhan. Coffein juga diproduksi secara artificial dan ditambahkan kedalambeberapa produk makanan. Coffein terdapat didalam daun teh, biji kopi, coklat, obat penghilang rasa sakit. Pada minuman ringan juga sering ditambah Coffein. Coffein merupakan zat stimulant ringan yang dapat menyebabkan jantung menjadi berdebardan menghilangkan rasa kantuk. Banyak orang yang setelah mengkonsumsi Coffein menjadi lebih energetic dan besemangat. Dalam bentuk aslinya, Coffein itu rasanya sangat pahit. Namun banyak minuman yang memakai Coffein telah melalui proses yang panjang untuk mengklamufase rasa pahit tersebut. Pada soft drink selainterdapat Coffein, juga terdapat gula dan zat artifisial lainnya (P.T Indointernet,2000).Berbeda dengan kopi yang mempunyai kandungan Coffein lebih tinggi,kandungan Coffein teh sekitar sepertiga kandungan Coffein di kopi, yaitu sekitar 25,5mg hingga 34 mg per 170 mL.Beberapa faktor yang mempengaruhi kandungan Coffeindalam teh adalah jenis daun, iklim, kondisi topografi, tempat tumbuh teh, dan prosespengolahan (Anonim2,2007).

II. Metode IsolasiII.1 EkstraksiEkstraksi adalah metode pemisahan yang melibatkan proses pemindahan satu atau lebih senyawa dari satu fasa ke fasa lain dan didasarkan pada prinsip kelarutan, Jika kedua fasa tersebut adalah zat cair yang tidak saling bercampur, disebut ekstraksicair-cair.Dalam ekstrasi ini secara umum prinsip pemisahannya adalah senyawatersebut kurang larut dalam pelarut yang satu dan sangat larut dalam pelarut yanglain. Biasanya air digunakan sebagai pelarut polar, pelarut lainnya adalah pelarutyang tidak bercampur dengan air. Syarat lainnya adalah pelarut organik harusmemiliki titik didih jauh lebih rendah daripada senyawa terekstrasi, tidak mahal dantidak bersifat racun (Anonim3,2009).Ekstraksi dengan menggunakan pelarut merupakan salah satu metodepemisahan yang baik dan populer karena dapat dilakukan untuk tingkat mikromaupun makro. Ekstraksi terdiri dari dua macam yaitu ekstraksi padat-cair dan cair-cair. Ekstraksi cair-cair merupakan suatu pemisahan yang didasarkan pada perbedaankelarutan komponen dua pelarut yang tidak saling bercampur. Alat yang digunakanadalah alat yang sederhana yaitu corong pisah. Pelarut yang umumnya digunakandalam suatu ekstraksi adalah n- heksana, eter, petroleum eter, benzene, toluene, dankloroform ( Day dan Underwood, 1989).Pada proses pengisolasian Coffein dari daun teh, digunakan beberapa metode ekstraksiyaitu (Basset, J. dkk, 1994):1) Ekstraksi padat cairProses ini merupakan proses yang bersifat fisik karena komponen terlarutkemudian dikembalikan lagi ke keadaan semula tanpa mengalami perubahankimiawi. Ekstraksi dari bahan padat dapat dilakukan jika bahan yang diinginkandapat larut dalam solven pengekstraksi. Ekstraksi berkelanjutan diperlukan apabilapadatan hanya sedikit larut dalam pelarut. Namun sering juga digunakan padapadatan yang larut karena efektivitasnya. Teh yang telah diukur beratnya,dimasukan dalam beaker glass ditambah dengan natrium karbonat dan airkemudian dididihkan diatas pemanas air sampai mendidih.2) Ekstraksi cair-cairEkstraksi cair-cair senyawa Coffein dilakukan dengan kloroform didalamcorong pisah, kemudian dikocok, pengocokan tidak boleh terlalu keras untukmenghindari terbentuknya emulsi. digunakan kloroform karena Coffein mempunyai koefisien distribusi di kloroform lebih besar daripada di air. Sedangkandigunakan corong pisah adalah untuk mengeluarkan gas yang dihasilkan.Beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika optimalisasi model dan pengoperasianproses ekstraksi adalah (Anonim4,2006):1) Pemilihan PelarutKemampuan pelarut dalam ekstraksi berbeda, tergantung pada strukturkimianya dan struktur kimia zat terlarut.2) Pemilihan Kondisi 3) Pemilihan Model Operasi4) Tergantung pada proses ekstraksi alami, suhu, pH, dan waktu pendiamanmengakibatkan pada hasil dan selektifitas. Suhu dapat juga digunakan sebagaivariabel untuk mengubah selektifitas. Perubahan pH berari pada ekstraksilogam dan bio ekstraksi. Waktu pendiaman sangat penting sebagai parameterdalam proses ekstraksi reaktif dan dalam proses yang melibatkan komponenyang berumur pendek.Ekstraktor dapat dioperasikan dalam model erros current or counter current.5) Pemilihan Tipe EkstraktorEkstraktor dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Mixer-settlers, kebanyakan digunakan dalam industri logam dimanaintensitas pencampuran dan lamanya waktu pendiaman diperlukan dalamproses ekstraksi reaktif Centrifugal Devices Centrifugal Contractor (static) Column Contractor (agitated)

Gambar 2..Corong pisah, (heruanto, 2010, Corong Pisah Kimia, http://lain-lain.iklanmax.com/2010/02/11/corong-pisah-kimia.html)

II.2 SublimasiSublimasi adalah perubahan fase suatu zat langsung dari fase padat ke fasegas tanpa melalui fase cairnya dan bila didinginkan akan langsung berubah menjadifase padat kembali. Senyawa padat yang dihasilkan akan lebih murni daripadasenyawa padat semula karena saat dipanaskan hanya senyawa tersebut yangmenyublim, kotoran tetap tinggal dalam tabung ( Sudja, 1990 ).Padatan Coffein hasil ekstraksi dimurnikan melalui proses sublimasi yaitupadatan Coffein dimasukkan dalam tabung sublimator, kemudian tabung tersebutditanamkan dalam pasir untuk dipanaskan dengan kondensor yang telah dipasang dalam tabung sublimator. Pada metode ini harus vakum dimana pada proses initerjadi suatu perubahan senyawa dari fase padat ke fase padat kembali tanpamelewati fase cair. Pada saat pemanasan berlangsung kondensor dialiri air agarCoffein yang berubah menjadi uap kembali ke bentuk padatnya ( Williamson, 1999).Cara kerja sublimasi adalah zat yang akan disublimasi dimasukkan dalamcawan / gelas piala untuk keperluan sublimasi, ditutup dengan gelas arloji, corong /labu berisi air sebagai pendingin, kemudian dipanaskan dengan api kecil pelan pelan. Zat padat akan menyublim berubah menjadi uap, sedangkan zat pencampurtetap padat. Uap yang terbentuk karena adanya proses pendinginan berubah lagimenjadi padat yang menempel pada dinding alat pendingin. Bila sudah tidak ada lagizat yang menyublim, dihentikan proses pemanasan dan dibiarkan dingin supaya uapyang terbentuk menyublim semua kemudian zat yang terbentuk dikumpulkan, dikerok dan diperiksa kemurniannya. Bila kurang murni ulang proses sublimasi sampaididapatkan zat yang murni ( Sudja, 1990 ).III. Metode IdentifikasiIII.1 Titik LeburPada umumnya suat senyawa organik yang berbentuk kristal memiliki suatu titk lebur yang tertentu dan tepat. Suhu tetap disaat zat padat berada dalamkeseimbangan dengan fase cairnya pada tekanan standart. Disaat suhu itulah zatpadat akan melebur. Zat-zat padat ionik umumnya memiliki titk leleh tinggi, jauh lebihtinggi dari titk leleh zat padat yang gaya-gayanya kovalen. Range titik lebur(perbedaan antara temperatur dimana kristal tersebut mulai melebur dan temperaturdimana sampel menjadi cairan sempurna) tidak lebih dari 0,5C. Titik leburdipengaruhi oleh hadirnya zat-zat pencemar yang akan menekan titik leleh, sertakriteria kemurnian. Sedikit saja diintervensi oleh impuritis sudah mampu memperlebarirayel, titik leburnya menyebabkan suhu awal terjadinya pelelehan lebih rendah/tinggidari pada titik lebur sebenarnya (Arsyad,2001)Metode ekspeimennya dalam beberapa penggunaan adalah memanaskansejumlah kecil substansi dalam pipa kapler yng dimasukan kedalam melting pointapparatus yang sesuai dan menentukan temperatur dimana peleburan terjadi(Vogel,1994) III.2 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan cara pemisahan campuran senyawamenjadi senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya yang menggunakan.Kromatografi juga merupakan analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit,baik penyerap maupun cuplikannya (Anonim5, 2009).Pelaksaanan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika ataualumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yangkeras. Jel silika (atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografilapis tipis seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat berpendarflourdalam sinar ultra violet, alasannya akan dibahas selanjutnya. Fase gerak merupakanpelarut atau campuran pelarut yang sesuai ( Jim, Clark, 2007).KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa yang sifatnyahidrofobik seperti lipida-lipida dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengankromatografi kertas. KLT juga dapat berguna untuk mencari eluen untuk kromatografikolom, analisis fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom, identifikasi senyawasecara kromatografi, dan isolasi senyawa murni skala kecil (Anonim5, 2009).Pelarut yang dipilih untuk pengembang disesuaikan dengan sifat kelarutansenyawa yang dianalisis. Bahan lapisan tipis seperti silika gel adalah senyawa yangtidak bereaksi dengan pereaksipereaksi yang lebih reaktif seperti asam sulfat. Datayang diperoleh dari KLT adalah nilai Rf yang berguna untuk identifikasi senyawa. NilaiRf untuk senyawa murni dapat dibandingkan dengan nilai Rf dari senyawa standar.Nilai Rf dapat didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh oleh senyawa dari titik asaldibagi dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut dari titik asal. Oleh karena itubilangan Rf selalu lebih kecil dari 1,0 (Jim Clark, 2007).Cara kerja kromatografi lapis tipis adalah (Anonim5, 2009)1) Fase diam-jel silika Jel silika adalah bentuk dari silikon dioksida (silika). Atom silikon dihubungkanoleh atom oksigen dalam struktur kovalen yang besar. Namun, pada permukaan jel silika, atom silikon berlekatan pada gugus -OH.Jadi, pada permukaan jel silikaterdapat ikatan Si-O-H selain Si-O-Si. Gambar ini menunjukkan bagian kecil daripermukaan silika. Permukaan jel silika sangat polar dan karenanya gugus -OH dapat membentuk ikatan hidrogen dengan senyawa-senyawa yang sesuaidisekitarnya, sebagaimana halnya gaya van der Waals dan atraksi dipol-dipol..Fase diam lainnya yang biasa digunakan adalah alumina-aluminium oksida. Atomaluminium pada permukaan juga memiliki gugus -OH. Jel silica yang digunakan,dapat diganti dengan alumina.2) Senyawa-senyawa pemisah dari KromatogramKetika pelarut mulai membasahi lempengan, pelarut pertama akan melarutkansenyawa-senyawa dalam bercak yang telah ditempatkan pada garis dasar.Senyawa-senyawa akan cenderung bergerak pada lempengan kromatografi sebagaimana halnya pergerakan pelarut.Faktor yang mempengaruhi cepatnya senyawa-senyawa bergerak ke ataslempengan adalah (Jim Clark, 2007): Kelarutan senyawa dalam pelarut. Tergantung pada besar atraksi antaramolekul-molekul senyawa dengan pelarut. Senyawa melekat pada fase diam, misalnya jel silika.Hal tersebut tergantung pada besarnya interaksi antara senyawa dengan jelsilika. Senyawa yang dapat membentuk ikatan hidrogen akan melekat pada jel silikalebih kuat dibanding senyawa lainnya yang mengalami interaksi van der Waals.Sehingga dapat dikatakan bahwa senyawa ini terserap lebih kuat dari senyawa yanglainnya. Terdapat perbedaan bahwa ikatan hidrogen pada tingkatan yang sama dandapat larut dalam pelarut pada tingkatan yang sama pula. Ini tidak hanya merupakaninteraksi antara senyawa dengan jel silika. Interaksi antara senyawa dan pelarut juga merupakan hal yang penting karena hal ini akan mempengaruhi mudahnya suatusenyawa ditarik pada larutan keluar dari permukaan silika. Penyerapan padakromatografi lapis tipis bersifat tidak permanen, terdapat pergerakan yang tetap darimolekul antara yang terjerap pada permukaan jel silika dan yang kembali padalarutan dalam pelarut.Dengan jelas senyawa hanya dapat bergerak ke atas pada lempengan selamawaktu terlarut dalam pelarut. Ketika senyawa diserap pada jel silika untuk sementarawaktu proses penyerapan berhenti dimana pelarut bergerak tanpa senyawa. Ituberarti bahwa semakin kuat senyawa dijerap, semakin kurang jarak yang ditempuh keatas lempengan. Hal ini memungkinkan senyawa-senyawa tidak terpisahkan dengan baik ketika anda membuat kromatogram. Dalam kasus itu, perubahan pelarut dapatmembantu dengan baik termasuk memungkinkan perubahan pH pelarut.Dalam metode kromatografi ini masalah penting yang perlu diperhatikanadalah pemilihan fase gerak (eluen) dan fase diam (padatan penyerapan) yangdigunakan sehingga menghasilkan suatu pemisahan yang terbaik. Sifatsifat senyawayang dipisahkan, menentukan bahan penyerap yang digunakan dari fase gerak yangdipilih. Masingmasing komponen yang mempunyai sifat yang khas dalam halkelarutan maupun daya serapnya, tergantung dari gugus yang dimilikinya. Fase diamyang sangat polar akan mengikat senyawasenyawa polar dengan kuat. Fase gerakbiasanya kurang polar dari bahan penyerap dan dengan mudah melarutkankomponen yang kurang polar bahkan non polar. Jika pelarut yang digunakan bersifatnon polar, komponen yang sangat polar akan bergerak naik ke atas dengan pelanatau tidak bergerak sama sekali. Sedangkan komponen non polar akan bergerak lebihcepat (Gritter,et all,1991).Parameter dalam analisis KLT adalah harga Rf ( Retardation factor) yangdirumuskan sebagai berikut (Sastrohamidjojo,1985):

Harga Rf= jarak yang ditempuh oleh senyawa/jarak yang ditempuh oleh pelarut

Harga Rf senyawa murni dapat dibandingkan dengan harga Rf senyawa standart.Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi harga Rf adalah (Sastrohamidjojo,1985):1). JumLah cuplikan yang ditotolkan, jika terlalu banyak akan memberikantendensi penyebaran noda-noda dengan kemungkinan terbentuknya ekor,sehingga menimbulkan kesalahan dalam perhitungan Rf 2). Derajat kejenuhan dari uap dalam bejana pengembang3). Kemurnian eluen4). Perbandingan yang tepat dari eluen bila digunakan eluen campuran5). Ukuran partikel, rata-rata dan tidak adanya penyerap6). Suhu, dimana sebaiknya pemisahan dilakukan pada suhu yang tetap untukmencegah perubahan-perubahan dalam komposisi pelarut yang disebabkanpenguapan atau perubahan-perubahan fase.Fase diam yaitu sebuah matriks spesial yang berdasar halus (gel silika,alumina, atau bahan sejenis) yang dilapiskan pada plate kaca, logam atau film plastik sebagai lapis tipis (0,25 nm). Dalam penambahan bahan pengikat seperti gipsumdicampurkan dalam fase diam untuk membuatnya batangan supaya mudah dipasang.Dalam beberapa kasus, bubuk fluorescen di campurkan dalam fase diam untukmenyederhanakan visualisasi selanjutnya (berwarna hijau terang ketika dikenai sinarUV pada 254 nm) (Anonim5, 2008). Kromatografi lapis tipis dapat ditunjukkan padagambar 3 (( Jim, Clark, 2007))

III.3 Spektrofotometri UV-VisSpektrofotometri UV-Vis didasarkan pada interaksi antara energi elektromagetik dengan moleku l. Interaksi tersebut menyebabkan penyerahan energi radiasielektromagnetik, dimana serapan ini bersifat spesifik untuk setiap molekul tersebut(suatu aspek kualitatif). Disamping itu banyaknya serapan berbanding lurus denganbanyaknya zat kimia (aspek kuantitatif) (Pescock, et all,1970).Gugus yamg diserap pada daerah UV adalah kromofor yang menyatakan gugustak jenuh kovalen yang dapat menyerap radiasi dalam daerah UV dan tampak.Penyerapan sejumLah energi menimbulkan percepatan dari elektron dalam orbitalberenergi yang lebih tinggi dalam keadaan tereksitasi (Sastrohamidjojo, 1985).Radiasi UV-Vis berada pada daerah panjang gelombang 200-700 nm, dimanaabsorbansi molekul dalam daerah ini sangat tergantung struktur elektronik darimolekul-molekul itu sendiri. Energi yang diserap tergantung pada perbedaan energiantara tingkat energi dasar dengan energi tingkat eksitasi, makin kecil beda energimaka semakin besar panjang gelombang dari molekul tersebut (Sastrohamidjojo,1985).III.4 Spektrofotometri Infra MerahSpektrofotometri Infra Red atau Infra Merah merupakan suatu metode yangmengamati interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada padadaerah panjang gelombang 0,75 1.000 m atau pada Bilangan Gelombang 13.000 10 cm-1. Radiasi elektromagnetik dikemukakan pertama kali oleh James ClarkMaxwell, yang menyatakan bahwa cahaya secara fisis merupakan gelombangelektromagnetik, artinya mempunyai vektor listrik dan vektor magnetik yangkeduanya saling tegak lurus dengan arah rambatan (Febri, 2007). Spektroskopi InfraMerah merupakan teknik analisis kimia yang metodenya berdasarkan padapenyerapan sinar infra merah (IR) oleh molekul senyawa. Panjang gelombang IRtergolong pendek, yakni sekitar 0.78-1000 m, sehingga tidak mampu mentransisikanelektron, melainkan hanya menyebabkan molekul bergetar (vibrasi) (Khopkar, 1984).Semakin rumit struktur suatu molekul, semakin banyak bentuk-bentukvibrasiyang mungkin terjadi. Akibatnya kita akan melihat banyak pita-pita absorbsiyang diiperoleh pada spektrum IR. Perlu diketahui bahwa atom-atom dengan massarendah cenderung lebih mudah bergerak dari pada atom yang massanya lebih tinggi.Contohnya vibrasi yang melibatkan atom hidrogen sangat berarti (Hendayana, 1994).Bagian Molekul yang sesuai bila berinteraksi dengan sinar IR adalah ikatan didalam molekul. Proses interaksi menghaslkan proses interaksi energi vibrasi. Dalamaturan seleksi, proses interksi positif (yang menyerap sinar IR hanya terjadi padamolekul yang perubahan momen dipolnya sama dengan nol misalnya nitrogen tidakmenyerap sinar IR atau disebut IR tidak aktif (Hendayana, 1994).Mula-mula sinar infra merah dilewatkan melalui sampel dan larutanpembanding, kemudian dilewatkan pada monokromator untuk menghilangkan sinaryang tidak diinginkan (Stay radiation). Berkas ini kemudian didispersikan melaluiprisma atau grating. Dengan melewatkannya melalui slit, sinar tersebut dapatdifokuskan pada detector yang akan mengubah berkas sinyal menjadi sinyal listrikyang selanjutnya direkam oleh detektor (Khopkar, 1984).IV. Sintesis Senyawa CoffeinPada tahun 1819, kimiawan Jerman Friedlieb Ferdinand Runge berhasil mengisolasi Coffeinan yang relatif murni untuk pertama kalinya. Menurut Runge, ia melakukannya atas perintah Johann Wolfgang von Goethe. Pada tahun 1827, Oudry mengisolasi "teina" dari teh, namun kemudian dibuktikan oleh Mulderdan Jobst bahwa teina tersebut merupakan senyawa yang sama dengan Coffeina. Struktur Coffeina berhasil dipecahkan pada akhir abad ke-19 oleh Hermann Emil Fischer, yang juga merupakan orang yang pertama kali berhasil mensintesis total senyawa ini.Semua atom nitrogen Coffeina pada dasarnya planar (hibridisasi orbital sp2), menyebabkan molekul Coffeina bersifat aromatik. Karena Coffeina dengan mudah didapatkan sebagai produk samping proses deCoffeinasi, Coffeina biasanya tidak disentesis secara kimiawi. Apabila diperlukan, Coffeina dapat disintesis dari dimetilurea dan asam malonat.Coffein dalam tanaman disintesis dari xanthosin melalui 3 tahap N-metilasi, dimana tahap metilasi ini dibantu oleh aktivitas enzim yaitu enzim metal transferase.

V. Mekanisme Kerja Coffein Dalam TubuhCoffeina memiliki molekul metabolit yaitu 1-3-7-asam trimetilurat, paraxantina, teofillina dan teobromina dengan masing-masing lintasan metabolismenya. Coffeina mengikat reseptor adenosina di otak. Adenosina ialah nukleotida yang mengurangi aktivitas sel saraf saat tertambat pada sel tersebut. Seperti adenosina, molekul Coffeina juga tertambat pada reseptor yang sama, tetapi akibatnya berbeda. Coffeina tidak akan memperlambat aktivitas sel saraf/otak, sebaliknya menghalangi adenosina untuk berfungsi. Dampaknya aktivitas otak meningkat dan mengakibatkan hormon epinefrin terlepas. Hormon tersebut akan menaikkan detak jantung, meninggikan tekanan darah, menambah penyaluran darah ke otot-otot, mengurangi penyaluran darah ke kulit dan organ dalam, dan mengeluarkan glukosa dari hati. Lebih jauh, Coffeina juga menaikkan permukaan neurotransmiter dopamin di otak.

Fitokimia IPage 6