Isolasi Dan Identifikasi Jamur Patogen

22
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI PATOGEN LAPORAN PRAKTIKUM FITOPATOLOGI Oleh : Nama : Rendy Setya Wardana NIM : B1J012047 Kelompok : 4 Rombongan : II Asisten : Surinih

description

Laporan Praktikum

Transcript of Isolasi Dan Identifikasi Jamur Patogen

Page 1: Isolasi Dan Identifikasi Jamur Patogen

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI PATOGEN

LAPORAN PRAKTIKUM FITOPATOLOGI

Oleh :

Nama : Rendy Setya WardanaNIM : B1J012047Kelompok : 4Rombongan : IIAsisten : Surinih

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO

2014

Page 2: Isolasi Dan Identifikasi Jamur Patogen

I. PENDAHULUAN

Populasi mikroba di alam kita sangat besar dan kompleks. Untuk dapat

mengetahui setiap spesies dari suatu spesimen bahan diperlukan teknik untuk

memisahkan populasi campuran yang rumit atau biakan campuran menjadi spesies

yang berbeda-beda. Biakan murni terdiri dari suatu populasi sel yang semuanya

berasal dari satu sel induk. Teknik ini dinamakan isolasi dan untuk mengisolasi

biakan murni dari suatu spesimen bahan dapat dilakukan dengan menginokulasikan

sedikit saja spesimen bahan tersebut pada media yang cocok sedemikian rupa

sehingga sel-sel mikroba tumbuh terpisah dari medium tadi (Pelczar dan Chan,

1986).

Perkembangan penyakit didukung oleh tiga faktor yaitu inang yang rentan,

patogen yang virulen, dan lingkungan yang mendukung. Patogen mempunyai daya

virulensi yang mampu menyebabkan suatu penyakit sebagai ekspresi dari

patogenisitas. Gejala layu dan rontok pada daun serta perkembangan bercak diduga

merupakan akibat dari substansi-substansi yang disekresikan patogen dalam

mekanisme penyerangan untuk melumpuhkan inang. Substansi utama yang

disekresikan patogen ke dalam tubuh tumbuhan untuk menimbulkan penyakit secara

langsung maupun tak langsung adalah enzim, toksin, zat pengatur tumbuhan, dan

polisakarida (Semangun, 1996).

Hal pertama yang harus dilakukan sebelum melakukan pengamatan terhadap

patogen baik berupa bakteri maupun jamur di laboratorium adalah menumbuhkan

atau membiakan bakteri atau jamur tersebut. Mikroorganisme dapat berkembang

biak dengan alami atau dengan bantuan manusia. Mikroorganisme dapat

ditumbuhkan dan dikembangkan pada suatu substrat yang disebut medium. Medium

yang digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangbiakan mikroorganisme

tersebut harus sesuai susunannya dengan kebutuhan jenis-jenis mikroorganisme yang

bersangkutan. Pengamatan dilakukan setelah bakteri dan jamur yang akan diamati

tumbuh. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan mikroskop untuk mengetahui

struktur patogen tersebut. Hal tersebut sangat penting untuk diketahui mengingat

pada mata kuliah ilmu penyakit tumbuhan (fitopatologi) tidak hanya mengetahui

nama patogennya tetapi harus mengetahui bentuk fisik patogen tersebut agar dalam

melakukan analisis patogen tidak terjadi kesalahan. Selain itu, dengan mengetahui

bentuk fisiknya kita dapat mengetahui perbedaan tiap patogen yang menyerang atau

Page 3: Isolasi Dan Identifikasi Jamur Patogen

menginfeksi tanaman-tanaman apakah dengan patogen yang sama dapat menyerang

tanaman lain atau tidak (Fajar, 2012).

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengisolasi dan mengidentifikasi

patogen yang menyebabkan penyakit pada tanaman

Page 4: Isolasi Dan Identifikasi Jamur Patogen

II. TELAAH PUSTAKA

Berdasarkan penelusuran kepustakaan diperoleh beberapa pengertian isolasi,

peremajaan dan identifikasi. Isolasi mikroorganisme ialah proses pengambilan

mikroorganisme dari lingkungannya untuk kemudian ditumbuhkan dalam suatu

medium di laboratorium. Proses isolasi ini menjadi penting dalam mempelajari

identifikasi mikrobia, uji morfologi, fisiologi, dan serologi. Sedangkan pengujian

sifat-sifat tersebut di alam terbuka sangat mustahill untuk dilakukan (Pelczar, 1986).

Isolasi merupakan tindakan karantina bagi tanaman yang terserang penyakit baik

cendawan, virus maupun jamur agar dapat diteliti dan praktikum isolasi patogen ini

dilakukan untuk mengetahui patogen penyebab penyakit pada tanaman dari golongan

bakteri. Isolasi patogen adalah proses mengambil patogen dari medium atau

lingkungan asalnya dan menumbuhkannya di medium buatan sehingga diperoleh

biakan yang murni. Patogen dipindahkan dari satu tempat ke tempat lainnya harus

menggunakan prosedur aseptik. Aseptik berarti bebas dari sepsis, yaitu kondisi

terkontaminasi karena mikroorganisme lain (Singleton dan Sainsbury, 2006).

Isolasi adalah mengambil mikroorganisme yang terdapat di alam dan

menumbuhkannya dalam suatu medium buatan. Proses pemisahan atau pemurnian

dari mikroorganisme lain perlu dilakukan karena semua pekerjaan mikrobiologis,

misalnya telaah dan identifikasi mikroorganisme, memerlukan suatu populasi yang

hanya terdiri dari satu macam mikroorganisme saja. Prinsip dari isolasi mikroba

adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lainnya yang berasal dari

campuran bermacam-macam mikroba. Hal ini dapat dilakukan dengan

menumbuhkannya dalam media padat sel-sel mikroba akan membentuk suatu koloni

sel yang tetap pada tempatnya (Sutedjo, 2011). Isolasi secara definitif adalah

memisahkan suatu mikroba dari lingkungannya di alam. Kemudian ditumbuhkan

sebagai bahan murni dalam media buatan dengan metode aseptis (Nursyam, 1985).

Peremajaan adalah sebuah kegiatan ntuk mengkulturkan koloni atogen pada

media baru untuk melhat apakah sifat yang ditimbulkan pada media baru sama atau

tidak dengan media awal. Kegiatan peremajaan akan berpengaruh terhadap kegiatan

selajutnya yaitu identifikasi. Peremajaan disini sangat penting karena apabila tidak

dilakukan peremajaan, hal-hal menyangkut identifikasi mikroskopis dapat saja bias

untuk pengamatannya. Sebagian besar patogen di alam adalah berupa cendawan

sehingga apabila dilakukan identifikasi mikroskopis seperti konidia dan hifa sangat

Page 5: Isolasi Dan Identifikasi Jamur Patogen

penting. Karena, bagian seperti septat baik konidia dan hifa menentukan jenis apakah

cendawan yang menyerangnya (Nursyam, 1985).

Page 6: Isolasi Dan Identifikasi Jamur Patogen

III. MATERI DAN METODE

A. Materi

Bahan yang digunakan pada praktikum isolasi dan identifikasi jamur patogen

adalah media PDA, sampel buncis (Phaseolus vulgaris) yang terserang penyakit,

sampel strawberry (Fragaria sp.) yang terserang penyakit, sampel pisang (Musa sp.)

yang terserang penyakit, sampel labu siam (Sechium edule) yang terserang penyakit,

sampel daun jambu biji (Psidium guajava) yang terserang penyakit, sampel cabai

keriting (Capsicum annum) yang terserang penyakit, alkohol 70%, akuades steril,

dan hasil isolasi. Alat yang digunakan pada praktikum isolasi dan identifikasi jamur

patogen adalah cawan petri, skalpel, spayer, jarum ose, pinset, wrapper, LAF, object

glass, cover glass, bunsen, dan pipet tetes.

B. Cara Kerja

Isolasi

Sampel yang terserang penyakit

Dipotong ukuran 1x1 cm, usahakan ada

bagian yang sehat dan yang sakit

Inkubasi 5x24 jam

Tanam pada media PDA

Masukkan dalam alkohol 70%

Masukkan dalam akuades steril

Hasil

Page 7: Isolasi Dan Identifikasi Jamur Patogen

Peremajaan

Identifikasi

Isolat hasil isolasi

Ditanam pada media PDA

baru

Inkubasi 7x24 jam

Diambil 1 plug

Hasil

Isolat hasil peremajaan

Diambil satu bagian dari isolat menggunakan jarum ose,

letakkan pada object glass

Difiksasi menggunakan pembakar

bunsen

Ditetesi dengan alkohol kemudian tutup dengan cover

glass

Hasil

Diamati dibawah mikroskop dan di identifikasi

Page 8: Isolasi Dan Identifikasi Jamur Patogen

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Gambar 1. Labu siam (Sechium edule) yang sedang diisolasian a). Preparat Labu siam (Sechium edule) b). Medium PDA.

Gambar 2. Hasil isolasi Labu siam (Sechium edule) yang ditumbuhi jamur a). Koloni jamur.

Gambar 1. Labu siam (Sechium edule) yang diremajakan a). Preparat Labu siam (Sechium edule) b). Medium PDA.

Gambar 2. Gambar mikroskopis cendawan (Nematoctonus haptocladus) a). Hifa b).Konidium

AB A

AB A

B

Page 9: Isolasi Dan Identifikasi Jamur Patogen

B. Pembahasan

Isolasi mikroorganisme memiliki arti yaitu proses pengambilan

mikroorganisme dari lingkungannya yang selanjutnya ditumbuhkan pada medium di

laboratorium. Proses isolasi sangat penting dalam mempelajari identifikasi mikrobia,

uji morfologi, fisiologi, dan serologi. Pengujian sifat-sifat tersebut hanya dapat

dilakukan di alam terbuka dan sangat mustahill untuk dilakukan ditempat lain

(Pelczar dan Chan,1986). Isolasi juga bisa disebut sebagai penanaman bagian

tumbuhan yang terduga patogen pada media PDA (Potato Dextrose Agar).

Saat melakukan isolasi di gunakan bagian yang sehat dan yang terkena

patogen untuk mengertahui cara patogen menyerang bagian tanaman yang sehat.

Miselium pada bagian yang sakit di harapkan akan berpindah ke bagian yang sehat

untuk mengetahui patogen yang menyerang ke bagian tanaman yang sehat.

Peremajaan biakan merupakan upaya untuk mempertahankan sifat alami dari patogen

yang diisolasi. Patogen yang diremajakan merupakan patogen biakan murni yang

terdiri dari satu jenis patogen yang dibutuhkan tanpa adanya kontaminasi.

Peremajaan biakan bertujuan untuk memperoleh biakan yang baru yang nantinya

diharapakan akan berkembang dengan baik. Hasil dari remajaan mikroba berupa

mikroba muda yang nantinya digunakan sesuai dengan fungsinya. Pentingnya

peremajaan biakan adalah untuk mencegah terjadinya kerusakan sel yang dapat

menyebabkan penurunan viabilitas dan stabilitas sel serta dapat menyebabkan

mikroba kehilangan potensinya sebagai mikroba (Black, 1999).

Identifikasi adalah membandingkan gejala yang ada atau yang ditemukan

dengan yang terdapat pada pustaka atau buku identifikasi. Identifikasi mikroba

merupakan salah satu tugas yang penting dilakukan di laboratorium. Mikroba tidak

memiliki ciri-ciri anatomi yang nyata, sehingga identifikasinya berdasarkan

morfologi sifat biakan. Morfolgi mikroorganisme berdasarkan bentuk, ukuran dan

perataan, biasanya belum cukup untuk identifikasi. Ciri-ciri lainnya seperti

perwarnaan, pola pertumbuhan koloni, reaksi pertumbuhan pada karohidrat dan

penggunaan asam amino sangat membantu dalam identifikasi mikroba (Lay, 1994).

Menurut Soni (2010), identifikasi biakan mikroorganisme seringkali memerlukan

pemindahan ke biakan segar tanpa terjadi pencemaran. Pemindahan mikroorganisme

ini dilakukan dengan teknik aseptis untuk mempertahankan kemurnian biakan selama

pemindahan berulang kali.

Page 10: Isolasi Dan Identifikasi Jamur Patogen

Cara-cara atau teknik dalam mengisolasi suatu mikroorganisme menurut

Dwidjoseputro, (2003) antara lain:

1. Isolasi tunggal merupakan metode isolasi dengan cara meneteskan bahan yang

mengandung mikroorganisme pada suatu kaca penutup dengan menggunakan

mikropipet, yang kemudian diteliti dibawah mikroskop obyektif.

2. Isolasi gores merupakan metode isolasi dengan cara menggeser atau

menggoreskan ujung jarum ose yang telah mengandung mikroorganisme dengan

hati-hati di atas permukaan agar secara zig zag yang dimulai dari dasar tabung

menuju ke bagian atas tabung.

3. Isolasi tebar merupakan metode isolasi dengan cara menebarkan bahan yang

mengandung mikroorganisme pada permukaan atas tabung.

4. Isolasi tuang merupakan metode isolasi dengan cara mengambil sedikit sampel

campuran bakteri yang telah diencerkan dan sampel tersebut kemudian

disebarkandidalam suatu medium dari kaldu dan gelatin encer.

Peremajaan dilakukan karena peremajaan sangat penting untuk suatu proses

identifikasi. Peremajaan dilakukan supaya kita bisa mendapat fase eksponensial dari

jamur ketika kita ingin identifikasi ulang ataupun merevisi hasil identifikasi yang

telah dilakukan di awal. Peremajaan juga penting dilakukan untuk menyesuaikan

bahwa patogen yang menyerang suatu tanaman merupakan patogen yang sama

dikontakkan pada medium yang telah disiapkan (Agrios, 1996).

Sifat-sifat jamur yang paling penting yang digunakan untuk identifikasi

adalah spora dan fruktifikasi (tubuh buah), atau struktur yang menghasilkan spora

dan beberapa sifat tubuh jamur (plasmodium atau miselium). Bentuk, ukuran, warna

dan pola susunan spora pada sporofor atau badan buah menupakan sifat-sifat yang

telah mencukupi untuk diamati. Sifat-sifat tersebut pada kasus lain dapat digunakan

untuk menjajaki jamur tersebut melalui kunci analisis jamur yang dipublikasikan

untuk menentukan genus, dan akhirnya termasuk jenis spesies jamur tersebut

(Agrios, 1996).

Hasil yang didapatkan pada rombongan II adalah kelompok 1 yang

menggunakan sampel buah pisang (Musa sp.) memiliki warna koloni abu-abu

kehitam-hitaman, tepi koloni rata, tekstur permukaan halus, warna sebalik koloni

hitam, pola penyebarannya konsentris, tidak terdapat konidium, hifanya septat,

warnanya cokelat dan penyebab penyakitnya adalah Rhizoctonia sp. Kelompok 2

yang menggunakan sampel sayur kentang (Solanum tuberosum) memiliki ciri-ciri

Page 11: Isolasi Dan Identifikasi Jamur Patogen

warna koloni putih, tepi koloni bergerigi, tekstur permukaan halus, warna sebalik

koloni putih, pola penyebaran konsentris, terdapat konidium, konidiumnya berseptat,

berbentuk bulat, warnanya hyaline, hifanya berseptat, hifanya berwarna hyaline dan

penyebab penyakitnya adalah jamur Acremonium sp. Kelompok 3 dengan sampel

buah labu siam (Sechium edule) memiliki ciri-ciri warna koloni putih, tepi koloni

rata, tekstur permukaan halus, warna sebalik koloni hitam, pola penyebarannya

konsentris, terdapat konidium, konidimnya berseptat, bentuknya lonjong, warnanya

hyaline, hifanya berseptat, warnanya hyaline, dan penyebab penyakitnya adalah

jamur Pyricularia sp. Kelompok 4 yang menggunakan sampel sayur labu siam

(Sechium edule) memiliki ciri-ciri warna koloni putih, tepi koloni rata, tekstur

permukaan halus, warna sebalik koloni hitam, pola penyebarannya radial, terdapat

konidium, konidiumnya aseptat, berbentuk lonjong, warnanya hyaline, hifanya

aseptat, warnanya hyaline dan penyebab penyakitnya adalah jamur Nematoctonus sp.

Hawar upih daun adalah penyakit yang merusak pisang (Musa sp) yang

disebabkan oleh jamur Rhizoctonia sp. Gejala utama infeksi adalah bercak kecil,

bulat, garis tengah 1-2 cm, cokelat, cokelat kemerahan. Penyakit ini umumnya hadir

pada tangkai dan permukaan bawah daun. Kapang Rhizoctonia sp merupakan jamur

polifag dan umum terdapat dalam tanah. Biasanya jamur menyerang tumbuhan yang

masih muda, menyebabkan penyakit rebah semai. Pada waktu pagi di sekitar

tanaman terdapat benang-benang seperti rumah laba-laba dengan tetes-tetes embun

yang bergantungan. Kapang Rhizoctonia sp sering menyerang daun-daun di dekat

tanah, menyebabkan hawar daun atau bercak daun yang lebar (Gillard et al., 2012).

Namun, pada hasil yang didapatkan justru Rhizoctonia sp menyerang buah dan lebih

mengarah kepada busuk buah sesuai dengan assumsi seperti acara sebelumnya.

Rhizoctonia sp mempunyai dua siklus hidup yaitu, siklus hidup sempurna dan tidak

sempurna. Pada siklus hidup tidak sempurna Rhizoctonia sp hanya menghasilkan

miselia dan sklerotia. Untuk siklus sempurnanya basidium mengalami peleburan

(anastomosis), kemudian dilanjutkan dengan fertilisasi sehingga akan terbentuk

miselium dikarotik (n + n). Miselium tersebut terus berkembang dan akan

membentuk zigot yang menghasilkan empat buah basidiospora masing-masing

berinti haploid (n) (Agrios,1996). Klasifikasi dari patogen ini adalah sebagai berikut

menurut Agrios (1997).

Page 12: Isolasi Dan Identifikasi Jamur Patogen

Kingdom : Fungi

Phylum : Basidiomycota

Class : Agaricomycetes

Order : Cantharellales

Family : Ceratobasidiaceae

Genus : Rhizoctonia

Species : Rhizoctonia sp

Phoma sp merupakan patogen yang diperkirakan merusak buah kentang

(Solanum tuberosum). Gejala dari penyakit yang disebabkkan Phoma sp pada buah

kentang ini adalah buahnya mempunyai tekstur lunak, menghitam dan kebasah-

basahan. Hasil yang ditunjukkan pada praktikum kali ini dan hasil sesuaian dengan

buku identifikasi menuntun bahwa patogen yag menyebabkan buah kentang ini rusak

patogen Phoma sp. Hasil penulusuran pustaka yang didapatkan bahwa Phoma sp

biasanya menyerang tanaman pada bagian pucuknya. Phoma sp banyak menyerang

tanaman palawija khususnya padi (Masniawati., et al, 2013). Kerusakan padi bukan

karena roses penanaman yang ada dilapangan melainkan poses penyimpanan dari

hasil panen. Phoma sp diperantarai oleh mulut serangga yang merusak bagian

tersebut sehingga infeksi penyakit disebabkan luka yang disebabkan oleh serangga

tersebut. Gejala yang sering terlihat dari tanaman yang terserang patogen ini adalah

die-back (mati pucuk). Gejala mati pucuk terlihat jelas pada musim hujan, maka pada

awal musimhujan pucuk-pucuk yang menunjukkan gejala serangan penyakit harus

dipotong untuk menghilangkan sumber inokulum disertai dengan pemupukkan untuk

memacu pertumbuhantanaman. Perlu diperhatikan bahwa saat musim hujan perlu

dilakukan pemangkasan terhadap tanaman pelindung untuk mengurang kelembapan,

sedangkan pada musim kemarau, pemangkasan terhadap tanamanpelindung tidak

perlu dilakukan atau hanya dilakukan pemangkasan ringan saja agarkelembapan

lingkungan tetap terjamin (Marwa Prinando, 2009). Gejalanya yaitu berupa pucuk

utama tanaman (terutama pada musim penghujan) kadangkala gagal untuk tumbuh

dan bersemi. Pada pucuk tersebut lapisan jamur berwarna hitam disertai kerusakan

fisik akibat serangga bertipe mulut penggerek pengisap. Jaringan pucuk yang

diserang serangga ini menjadi kering, rapuh dan busuk (terlihat pada musim

kemarau). Berikut merupakan klasifikasi dari patogen menurut Agrios (1997) :

Page 13: Isolasi Dan Identifikasi Jamur Patogen

Kingdom: Fungi

Phylum : Ascomycota

Class : Dothideomycetes

Subclass : Pleosporomycetidae

Order : Pleosporales

Family : Incertae sedis

Genus : Phoma

Spesie : Phoma sp

Pyricularia sp merupakan patogen yang diyakini menyerang daun pepaya

(Carica papaya) Secara morfologi, cendawan Pyricularia sp mempunyai konidia

berbentuk bulat, lonjong, tembus cahaya, dan bersekat dua (3 ruangan) (Ou, 1985).

Satu daur penyakit dimulai ketika spora cendawan menginfeksi dan rnenghasilkan

suatu bercak pada tanaman padi dan berakhir ketika cendawan bersporulasi dan

rnenyebarkan spora baru rnelalui udara. Apabila kondisi lingkungan menguntungkan,

satu daur dapat terjadi dalam waktu sekitar 1 minggu. Selanjutnya dari satu bercak

dapat rnenghasilkan ratusan sampai ribuan spora dalam satu malam dan dapat terus

rnenghasilkan spora selama lebih dari 20 hari. Pada kondisi kelembapan dan suhu

yang mendukung, cendawan blas dapat mengalami banyak daur penyakit dan

menghasilkan kelimpahan spora yang dahsyat pada akhir musim. Tingkat inokulum

yang tinggi ini sangat berbahaya bagi tanaman padi yang rentan (Agrios, 1996).

Berikut merupakan klasifikasi dari patogen Pyricularia sp menurut Alexopoulus

dalam Agrios (1996).

Kingdom : Myceteae

Divisi : Amastigomycota

Subdivisi : Deuteromycetina

Kelas : Deuteromycetes

Ordo : Moniliales

Famili : Moniliaceae

Genus : Pyricularia

Spesies : Pyricularia sp

Untuk kelompok 4 hasil praktikum menunjukkan bahwa penyakit yang

diderita oleh labu siam (Sechium edule) disebabkan oleh patogen Nematoctonus sp.

Cendawan ini mempunyai racun bernama nematotoxin yang membuat buah yang

Page 14: Isolasi Dan Identifikasi Jamur Patogen

terserang menjadi mengeluarkan gejala bercak-bercak warna cokelat, dan

tepinya mengeluakan eksudat cair mengering. Patogen ini

diperantarai oleh nematoda yang nantinya akan menyerang pada

tanaman. Nematoda itu sendiri nantinya akan mati karena patogen

ini akan menyerap seluruh nutrisi didalam tubuh nematoda ketika

cendawan ini berhasil masuk tubuh nemtoda tersebut. Cendawan

ini termasuk patogen yang berada pada kelomok basidiomycota.

Nematoctonus sp juga memiliki konidia. Nematoda yang

sebelumnya telah berhasil menggigit tanaman akan

menginfeksikan pula cendawan ini selagi timbul luka yang

dihasilkan oleh nematoda. Nematoda ini biasanya banyak

menyerang tanaman bagian bawah seperti akar, batang dan lain-

lain. Untuk kasus yang sedang dialami oleh kelompok 4 bahwa hasil

penelusuran kepustakaan didapatkan patogen dapat berasal dari

sebaran angin dan pengaruh faktor lingkungan lain seperti hujan

dan lain sebagainya. Klasifikasi dari patogen Nematoctonus sp

adalah sebagai berikut menurut Agrios (1997) :

Kingdon :Fungi

Divisi :Basidiomycota

Subdivisi :Agaricomycotina

Kelas :Agaricomycetes

Subkelas :Agaricomycetidae

Ordo :Agaricales

Family :Pleurotaceae

Genus :Nematoctonus

Spesies :Nematoctonus sp

Page 15: Isolasi Dan Identifikasi Jamur Patogen

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil praktikum isolasi dan identifikasi

patogen adalah bahwa isolasi adalah proses pengambilan mikroorganisme dari

lingkungannya yang selanjutnya ditumbuhkan pada medium di laboratorium.

Identifikasi adalah membandingkan gejala yang ada atau yang ditemukan dengan

yang terdapat pada pustaka/ buku identifikasi.

B. Saran

Untuk praktikum kedepannya lebih dikondisikan situasi didalam laboratorium

agar praktikum berjalan dengan kondusif dan kalau bisa disediakan beberapa buku

identifikasi di dalam laboratorium

Page 16: Isolasi Dan Identifikasi Jamur Patogen

DAFTAR REFERENSI

Abou, Al-Tahhi, El-Fattah. 2009. Bacterial Control Of Pathogenic Fungi Isolated From Some Wild Plants In Taif Governorate, Saudi Arabia . Taif University.

Agrios, G. N. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta.

Black, J G. 1999. Microbiology : Principles and Explorations, New Jersey.

Dwidjoseputro.2003. Dasar-Dasar Microbiologi. Djambatan, Malang.

Fajar, Diago. 2012. Isolasi dan Identifikasi Patogen. Universitas Lampung.

Gillard, C. L., Ranatunga, N. K., and Conner, R. L. 2012. The Effect of Foliar Fungicide Application Timing on The Control of Dry Bean Anthracnose. University of Guelph Ridgetown Campus, Canada.

Lay, B. W. 1994. Analisis Mikroba di Labolatorium. PT Grafindo Persada, Jakarta.

Marwa 2009. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Penyakit Dan Penyakit Yang Disebabkan Oleh Jamur. Fakultas Pertanian, Jurusan Ilmu Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.

Masniawati, Tutik, Gobel, Risnawati. 2013. Identifikasi Cendawan Terbawa pada Benih Padi Lokal Aromatik Pulu Mandoti, Pulu Pinjan, dan Pare Lambau asal Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Jurusan Biologi, FMIPA UNHAS. Makassar.

Nursyam; Ahmad dan Murachan. 1985. Buku Penuntun Praktikum Mikrobiologi. Universitas Brawijaya. Malang.

Pelczar, M. J. dan E. C. S Chan. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid 1. Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Semangun, H. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gajah Mada Univ Press, Yogyakarta.

Singleton dan Sainsbury. 2006. Dictionary of Microbiology and Molecular Biology 3rd Edition. John Wiley and Sons. Sussex, England.

Soni,. 2010. Skripsi: Isolasi Dan Pemurnian Mikroba, Teknik PemeliharaanKultur Murni Dan Perhitungan Angka Lempeng Total (Total Plate Count=Tpc). Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Brawijaya, Malang.

Page 17: Isolasi Dan Identifikasi Jamur Patogen

Sumardiyono, C., T. Joko, Y. Kristiawati, dan Y. D. Chinta. 2011. Diagnosis dan Pengendalian Penyakit Antraknosa Pada Pakis Dengan Fungisida. J. HPT Tropika. ISSN 1411-7525 Vol. 11, No. 2: 194 – 200.

Sutedjo. 2011. Mikrobiologi Tanah. Rineka Cipta, Jakarta