Isolasi Dan Identifikasi Corynobacterium

28
isolasi dan identifikasi corynobacterium diptheriae { Maret 28, 2010 @ 2:23 pm } · { Uncategorized } { Tags: bakteri } BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG Dewasa ini, Indonesia sangat riskan polemic – polemic yang terjadi di masyarakat, terutama di lingkup Kesehatan Masyarakat. Dari berbagai aspek,kesehatan sangatlah penting dalam kehidupan, dan telah sangat banyak masyarakat yang memahami akan pentingnya kesehatan.Namun hal tersebut tarpati hanya pada kalangan atas yang memiliki tingkat perekonomian yang mencuupi,sedang kalangan menegah ke bawah tidak begitu besar kesadaran personal akan pentingnya kesehatan. Hal itu banyak disebabkan karena tingka perekonomian yang mencekik beleggu kesadaran tersebut. Sehingga belakangan ini banyak tersebar berbagai endemic penyakit di Indonesia,misalnya : Difteri. Difteri merupakan salah satu penyakit yang sangat menular (contagious disease). Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri Corynebacterium diphtheriae, yaitu kuman yang menginfeksi saluran pernafasan, terutama bagian tonsil, nasofaring (bagian antara hidung dan faring/ tenggorokan) dan laring. Penularan difteri dapat melalui kontak hubungan dekat, melalui udara yang tercemar oleh carier atau penderita yang akan sembuh, juga melalui batuk dan bersin penderita. Penderita difteri umumnya anak-anak, usia di bawah 15 tahun. Dilaporkan 10 % kasus difteri dapat berakibat fatal, yaitu sampai menimbulkan kematian. Selama permulaan pertama dari abad ke-20, difteri merupakan penyebab umum dari kematian bayi dan anak – anak muda. Penyakit ini juga dijumpai pada daerah padat penduduk dengan tingkat sanitasi rendah. Oleh karena itu, menjaga kebersihan sangatlah penting, karena berperan dalam menunjang kesehatan kita.

description

coryno

Transcript of Isolasi Dan Identifikasi Corynobacterium

Page 1: Isolasi Dan Identifikasi Corynobacterium

isolasi dan identifikasi corynobacterium diptheriae{ Maret 28, 2010 @ 2:23 pm } · { Uncategorized } { Tags: bakteri }

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1. LATAR BELAKANG

Dewasa ini, Indonesia sangat riskan polemic – polemic yang terjadi di masyarakat, terutama di lingkup Kesehatan Masyarakat. Dari berbagai aspek,kesehatan sangatlah penting dalam kehidupan, dan telah sangat banyak masyarakat yang memahami akan pentingnya kesehatan.Namun hal tersebut tarpati hanya pada kalangan atas yang memiliki tingkat perekonomian yang mencuupi,sedang kalangan menegah ke bawah tidak begitu besar kesadaran personal akan pentingnya kesehatan. Hal itu banyak disebabkan karena tingka perekonomian yang mencekik beleggu kesadaran tersebut. Sehingga belakangan ini banyak tersebar berbagai endemic penyakit di Indonesia,misalnya : Difteri.

Difteri merupakan salah satu penyakit yang sangat menular (contagious disease). Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri Corynebacterium diphtheriae, yaitu kuman yang menginfeksi saluran pernafasan, terutama bagian tonsil, nasofaring (bagian antara hidung dan faring/ tenggorokan) dan laring. Penularan difteri dapat melalui kontak hubungan dekat, melalui udara yang tercemar oleh carier atau penderita yang akan sembuh, juga melalui batuk dan bersin penderita.

Penderita difteri umumnya anak-anak, usia di bawah 15 tahun. Dilaporkan 10 % kasus difteri dapat berakibat fatal, yaitu sampai menimbulkan kematian. Selama permulaan pertama dari abad ke-20, difteri merupakan penyebab umum dari kematian bayi dan anak – anak muda. Penyakit ini juga dijumpai pada daerah padat penduduk dengan tingkat sanitasi rendah. Oleh karena itu, menjaga kebersihan sangatlah penting, karena berperan dalam menunjang kesehatan kita.

Lingkungan buruk merupakan sumber dan penularan penyakit.Sejak diperkenalkan vaksin DPT (Dyphtheria, Pertusis dan Tetanus), penyakit difteri mulai jarang dijumpai. Vaksin imunisasi difteri diberikan pada anak-anak untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh agar tidak terserang penyakit tersebut. Anak-

Page 2: Isolasi Dan Identifikasi Corynobacterium

anak yang tidak mendapatkan vaksin difteri akan lebih rentan terhadap penyakit yang menyerang saluran pernafasan ini.

Untuk itulah sehingga dianggap perlu untuk menulis makalah ini yang berjudul “ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI DIFTERIAE PADA SWAB TENGGOROK “.

1. 2. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah adalah sebagai berikut :

Seperti apa Bakteri Corynebacterium diptheriaeberdasarkan pengklasifikasian dan morfologinya ?

Bagaimana Corynebacterium diptheriae itu sendiri secara abstrakturnya ? Bagaimana Pemeriksaan Corynebacterium diptheriaeterhadap isolasi dan

identifikasinya dari pra analitik hingga pasca analitik ? Bagaimana Pemeriksaan Bakteri Corynobacterium diptheriae secara skematis ?

1. 3. TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

Untuk mengetahui bakteri Corynobacterium diptheriae berdasarkan pengklasifikasiannya dan morfologinya.

Untuk mengetahui bakteri Corynobacterium diptheriae secara abstraktur terhadap sifat patogenitasnya.

Untuk mengetahui pemeriksaan Corynobacterium diptheriae terhadap isolasi dan identifikasi dari pra analitik hingga pasca analitik.

Untuk mengetahui skema pemeriksaan bakteri Corynobacterium diptheriae agar memudahkan dalam pemeriksaannya nanti bagi pranata laboratorium.

BAB II

PEMBAHASAN

1. 1. Klasifikasi Ilmiah Bakteri Corynebacterium diptheriae

Kingdom    :           Bacteria

Filum         :           Actinobacteria

Ordo          :           Actinomycetales

Page 3: Isolasi Dan Identifikasi Corynobacterium

Famili        :           Corynebacteriaceae

Genus        :           Corynebecterium

Spesies       :          Corynebacterium diphtheria

Sub spesies            :           a. Corynebacterium diptheriae gravis

b. Corynebacterium diptheriae mitis

c. Corynebacterium diptheriae intermedius

1. 2. Morfology Bakteri  Corynebacterium diptheriae

Gram (+) batang, panjang/pendek, besar/kecil, polymorph, tidak berspora, tidak berkapsul, tidak bergerak, bergranula yang terletak di salah satu atau kedua ujung badan bacteri.

Pada pewarnaan menurut Neisser, tubuh bacteri berwarna kuning atau coklat muda sedangkan granulanya berwarna biru violet ( meta chromatis ).

Preparat yang dibuat langsung dari specimen yang baru diambil dari pasien, letanya bakteri seperti  huruf – huruf  L, V, W, atau tangan  yang  jarinya terbuka atau sering di kenal sebagain Susunan sejajar / paralel / palisade / sudut tajam huruf  V, L, Y / tulisan cina

Diameter 0,5 – 1 µm dan panjangnya 1 – 8 µm Menggembung pada satu  ujungnya berbentuk gada “club shape”

Page 4: Isolasi Dan Identifikasi Corynobacterium

Berisi granula metakromatik Babes Berisi granula metakromatik Babes-Ernest dengan  pewarnaan neisser / metilen blue loeffler

Tidak punya spora Non motil Basil, Gram positif , pleiomorfik Tidak tahan asam Dinding sel mengandung asam meso diaminopimelik, arabinosa,

galaktosa, asam mikolik

1. 3. Abstrak Corynebacterium diptheriae

Corynebacterium diphtheriae merupakan makhluk anaerobik fakultatif dan gram positif, ditandai dengan tidak berkapsul, tidak berspora, dan tak bergerak. Corynebacterium diphtheriae terdiri dari 3 biovar, yaitu gravis, mitis, dan intermedius. Di alam, bakteri ini terdapat dalam saluran pernapasan, dalam luka-luka, pada kulit orang yang terinfeksi, atau orang normal yang membawa bakteri. Bakteri yang berada dalam tubuh akan mengeluarkan toksin yang aktivitasnya menimbulkan penyakit difteri. Bakteri ini biasanya menyerang saluran pernafasan, terutama terutama laring, amandel dan tenggorokan. Penyakit ini sering kali diderita oleh bayi dan anak-anak. Perawatan bagi penyakit ini adalah dengan pemberian antitoksin difteri untuk menetralkan racun difteri, serta eritromisin atau penisilin untuk membunuh bakteri difteri. Sedangkan untuk pencegahan bisa dilakukan dengan vaksinasi dengan vaksin DPT.

Patogenesis

Di alam, Corynebacterium diphtheriae terdapat dalam saluran pernapasan, dalam luka – luka, pada kulit orang yang terinfeksi, atau orang normal yang membawa bakteri. Bakteri disebarkan melalui droplet atau kontak dengan individu yang peka. Bakteri kemudian tumbuh pada selaput mukosa atau kulit yang lecet, dan bakteri mulai menghasilkan toksin. Pembentukan toksin ini secara in vitro terutama bergantung pada kadar besi. Pembentukan toksin optimal pada kadar besi 0,14 µg/ml perbenihan tetapi benar-benar tertekan pada 0,5 µg/ml. Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya toksin in vitro adalah tekanan osmotik, kadar asam amino, pH, dan tersedianya sumber-sumber karbon dan nitrogen yang cocok.

Toksin difteri adalah polipeptoda tidak tahan panas (BM 62.000) yang dapat mematikan pada dosis 0,1 µg/kg. Bila ikatan disulfida dipecah, molekul dapat terbagi menjadi 2 fragmen, yaitu fragmen A dan fragmen B. Fragmen B tidak mempunyai aktivitas tersendiri, tetapi diperlukan untuk pemindahan fragmen A ke dalam sel. Fragmen A menghambat pemanjangan rantai polipeptida (jika ada NAD) dengan menghentikan aktivitas faktor pemanjangan EF-2. Faktor ini diperlukan untuk translokasi polipeptidil- RNA transfer dari akseptor ke tempat donor pada ribosom eukariotik. Fragmen toksin A

Page 5: Isolasi Dan Identifikasi Corynobacterium

menghentikan aktivitas EF-2 dengan mengkatalisis reaksi yang menhasilkan nikotinamid bebas ditambah suatu kompleks adenosin difosfat-ribosa-EF-2 yang tidak aktif. Diduga bahwa efek nekrotik dan neurotoksik toksin difteria disebabkan oleh penghentian sintesis protein yang mendadak.

1. PEMERIKSAAN Corynebacterium diphtheriae

PRA ANALITIK

“ PENGAMBILAN SPESIMEN, PENYIMPANAN, dan PENGIRIMAN ”

A.TUJUAN

Untuk mendapatkan spsimen usap tenggorok yang memenuhi persyaratan untuk pemeriksaan baktriologik

Waktu pngambilan

Setiap saat terutama pada phase akut , sebaiknya sebelum pemberian antimokroba.

B.PERALATAN DAN BAHAN

1. Peralatan

Spatula lidah

2. Bahan

Lidi kapas steril Media transport (Amies/stuart Media) Media isolasi (Agar darah, Agar Cystin Tellurite, Agar Loeffler) Pewarna gram dan Neisser

D.PROSEDUR PENGAMBILAN

ü  Penderita duduk ( kalau anak-anak dipangku)

ü  Penderita diminta membuka mulut

ü  Lidah ditekan dengan sptel liidah

Page 6: Isolasi Dan Identifikasi Corynobacterium

ü  Masukkan lidi kapas yang sudah dibasahi dengan saline steril hingga menyentuh dinding belakang faring

ü  Usap kekiri dan kanan dinding belakang faring dan tonsil lalu tarik keluar dengan hati-hati, tanpa menyentuh bagian mulut yang lain.

ü  Masukkan lidi kapas ke dalam media transport atau langsung tanam pada media isolasi (Agar darah, Agar Cystin Telluritee, Agar Loeffler) dan di buat sediaan.

E.PEMBERIAN IDENTITAS

1. Formulir permintaan pemeriksaaan

Surat pngantar/formulir permintaan pemeriksaan laboratorium sebaiiknya memuat secara lengkap :

Tanggal permintaan Tanggal dan jam pengambilan specimen Identitas pasien ( Nama, umurr, jenis kelamin, alamat, nomor rekam medik ) identtits pengirim ( nama, alamat, nomor telepon) identits specimen ( jenis, volume, lokasi pengambilan) pemeriksaan laboratorium yang di minta nama pengambil spsimen transport media ketrangan klinis : diagnosis atau riwayat singkat pnyakit, riwayat pengobatan.

2. Label

Wadah specimen yang dikirim ke laboratorium diberi label yang harus memuat :

1. Tanggal pengambilan specimen2. Identitas pasien3. Jenis Spesimen

F. PENYIMPANAN SPESIMEN

Bila specimen tidak dapat di simpan pada heri yang sama, specimen disimpan dalam refrigerator (20 – 80C).Untuk biiakan bakteri mikroaerofilikdisimpan dalam suasana CO2 5-10 % ( Sungkup lilin )

G. PENGIRIMAN SPESIMEN

Page 7: Isolasi Dan Identifikasi Corynobacterium

Pengiriman specimen dilakukan dengan menggunakan “ cool box “(20 – 80C). kecuali jika waktu perjalanan yang diperlukan kurang dari 24 jam.

ANALITIK

Terlepas dari hal itu, proses analitik secara sistematis dan komprehensif adalah sebagai berikut :

1. A. CULTUR DAN BIOKIMIA

Tumbuhnya aerob dengan suhu optimum 370C

Untuk dapat tumbuh dengan baik medianya perlu diperkaya dengan darah atau serum

Blood Agar Plate        :Koloni kecil-kecil,putih keruh,smooth,cembung,haemolytis atau     anhaemolytis

Tellurite blood agar plate:Koloni kecil-kecil,abu-abu tengahnya hitam,hitam elabu atau hitam  seluruhnya,mengkilat,smooth,cembung

Loeffler Serum            :Koloni subur,smooth,putih cream,sedikit cembung

Nutrient Agar              :Koloni kurus,smooth,putih dengan bercak hitam

Media gula-gula          : Glucose         : asam

Lactose          : alkalis

Mannitol        : alkalis

Sucrose          : acalis

Trehalose       : asam

Maltose         : asam

Catalase Tes                : (+)

Urea hydrolysa            : (-)

Motility                       : (-)

Page 8: Isolasi Dan Identifikasi Corynobacterium

Nitrat reduksi              : (+)

Bahan pemeriksaan ditanam pada perbenihan di atas, kemudian di nkubasi 37°C selama 1 malam kecuali agar telurit selama 2 malam. Hasil biakan pada Loefler terlihat koloni-koloni barwarna putih, selanjutnya dibuat preparat Albert atau Neisser. Dari telurit cair ditanam pada loefler sebagai tanaman ulangan, dan pada agar darah diperiksa adanya kuman-kuman pathogen lainnya.

1. B. ISOLASI DAN IDENTIFIKASI Corynebacterium diptheriae

1. Tujuan :        Melakukan isolasi dan identifikasi bakteri penyebab infeksi saluran pernapasan bagian atas pada penderita dan pada carier.

1. Peralatan :        Inkubator, kaca objek, kaca penutup, lampu spiritus, mikroskop, sengkelit, sungkup lilin.

1. C. Media & Reagen

-         Agar darah

-         Agar Loeffler

-         Agar Cysttin Tellurite

-         Pewarnaan Gran

-         Pewarnaan Neisser

1. D. Prosedur Pemeriksaan

Hapus tenggorokan, hapus hidung atau dari tempat lain yng mencurigakan . Identifikasi berdasarkan atas :             1. Pemeriksaan mikroskopik

2. Pembiakan

3. Uji biokimia

4. Uji virulensi

1. 1. Pemeriksaan Mikroskopis dengan pewarnaan gram dan neisser

Page 9: Isolasi Dan Identifikasi Corynobacterium

Dibuat preparat hapus dari bahan pemeriksaan dan diwarnai dengan Neisser dan Gram, hasil yang diamatai  adalah sebagai berikut :

Bentuk

Warna

Batang

Granula

Susunan Batang

Seperti huruf cina atau membentuk hurup V, L, T

1. 2. Pemeriksaan Biakan

Dengan menggunakan Media antara ain : Media Loeffler Agar, agar tellurite, agar darah, gula-gula, tellurite cair, Blood Tellurite Agar.

-         Loeffler : gunanya untuk menyuburkan bakteri sehingga bila dibuat preparatakan tampak granula yang jelas.

-         Blood Tellurite Agar         :  Media selektif differensial.

-         Agar tellurit : gunanya untuk isolasi koloni-koloni Corynebacterium diphtheriae yang selanjutnya ditanam pada gula-gula untuk difteri.

-         Telurit cair : berguna sebagai media pengaya.

-         Agar darah : gunanya untuk membiak kuman-kuman lainnya seperti Streptococcus haemolyticus dan Staphylococcus aerus

-         Gula-gula untuk difteri : glukosa serum dan sakarosa serum untuk membedakan C. diptheri dengan kuman sejenis

Adapun proses pemeriksaan bakterinya adalah sebagai berikut :

1. Inokulasi

Dari media Transport maupun secara langsung specimen ditanam pada :

Page 10: Isolasi Dan Identifikasi Corynobacterium

-         Agar darah untuk isolasi Corynebacterium diptheriae

-         Agar Loeffler untuk isolasi Corynebacterium diptheriae

-         Agar Cysttin Tellurite untuk isolasi Corynebacterium diptheriae

1. Inkubasi

-         Agar darah pada suhu 35 – 370C dalam sungkup lilin selama 24 – 48 jam.

-         Agar Cysttin Tellurite dan Agar Loeffler pada suhu 35 – 370C selama 24 – 48 jam

1. Amati Pertumbuhan koloni pada media isolasi : Koloni yang tumbuh dilakukan pewarnaan Neisser, bila dijumpai adanya granula dilanjutkan dengan uji identifikasi tes biokimia dan tes virulensi.

Tes biokimia

Koloni tersangka yang berwarna abu-abu hitam pada agar telurit ditanam pada glukosa serum dan sakarosa serum (atau bisa pula ditambahkan amylum), kemudian dieram pad suhu 370C selama 1 malam. Hasil pengamatan adalah sebagai berikut :

Glukosa Sakarosa Amylum

C. diphteriae   + – +/-

C. Xerosis       + + +

C. hofmanii     – - -

Tes virulensi

Tes ini digunakan untuk mengetahui bakteri Corynobacterium diptheriae yang diisolasi adalah virulen arena menghasilkan eksotoksin, yang dilakukan dengan dua cara, yakni :

a. in vivo     :    Intrakutan dan tes subkutan

b. in vitro    :     Tes elek-Ouchterlony (gel difusi gel dari elek)

caranya            :           pada medium gel yang mengandung serum, sebelum mengeras diletakan 1 strip kertas yang telah dijenuhi dengan antitoksin pada tengah-tengah medium dan ditekan perlahan ke bawah permukaan dengan pingset steril.Kemudian

Page 11: Isolasi Dan Identifikasi Corynobacterium

medium dibiarkan mengeras.Setelah itu biakan dari bakteri difteri yang dicurigai digoreskan menyilang dengan tegak lurus pada strip kertas.Perlu juga digoreskan biakan bakteri sebagai control positif maupun negative.Setelah diinkubasi pada suhu 370C seama 24 – 48 jam, dilihat ada tidaknya garis presipitasi yang terjadi pada bakteri tes.

1. E. Pembacaan dan Interpretasi hasil

1. Pemeriksaan Mikroskopis dengan pewarnaan Gram

Yakni : Gram Positif  Batang, Panjang Pendek, Besar Kecil, polymorph, tidak berspora, tidak berkapsul, ada pool korrel pada salah satu atau kedua ujungnya.

1. Biakan

Koloni tersangka yang tumbuh pada media sebagai berikut :

Blood Agar Plate        :Koloni kecil-kecil,putih keruh,smooth, cembung,haemolytis atau     anhaemolytis

Tellurite blood agar     :Koloni kecil-kecil,abu-abu tengahnya hitam,hitam kelabu atau hitam  seluruhnya,mengkilat,smooth,cembung

Loeffler Serum            :Koloni subur, smooth,putih cream, sedikit cembung

Pembacaan dan interpretasi hasil disesuaikan terhadap sifat – sifat spesifikasi bakteri Corynebacterium diptheriae seperti yang telah diutarakan sebelumnya.

PASCA ANALITIK

Melakukan sterilisasi terhadap berbagai alat-alat yang telah digunakan agar dapat steril dan tidak mengkontaminasi benda-benda yang lain dengan dimasukan ke dalam autoklaf

Terhadap Media atau bahan-bahan hasil pemeriksaan yang infeksius dilakukan pemusnahan dengan pembakaran panas tinggi , dengan menggunakan incinerator.

Mencuci tangan dengan sabun setelah memeriksa agar steril dari zat-zat yang infeksius

1. 5. SKEMA PEMERIKSAAN ISOLASI DAN IDENTIFIKASI

Corynebacterium diptheriae

Page 12: Isolasi Dan Identifikasi Corynobacterium

HARI 1           :

Spesimen ditanam pada Blood agar plate dan Tellurite Blood agar plate Masuk incubator 370C selama 24 jam

HARI 2           :

Koloni yang tersangka Corynobacterium diptheriaeo Dibuat 2 preparat :

1. Satu dicat Gram      : untuk melihat adanya Gram (+) batang

2. Satu dicat Neisser   : untuk melihat adanya granula bakteri

Ditanam Subcultur di media Loeffler Serum blood agar  tube atau BHI agar  tube

HARI 3

Koloni yang tumbuh di Loeffler Serum atau Blood agar tube atau BHI agar tube, di buat smear dicat menurut Neisser untuk melihat ada tidaknya granula/poalkorrel. Selain itu juga di tanam di dalam media gula-gula dan media identifikasi yang lain.

Masuk Inkubator 370C selama 24 jam

HARI 4

Dibaca dan dicatat pertumbuhan media gula dan media identifikasi. Setelah dilakukan tes kimia kemudian dicocokan dengan sifat-sifat Culturil dan Biochemisnya, serta Morphologisnya untuk menentukan diagnosisnya.

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

v  Bakteri Corynobacterium diptheriae : Gram (+) batang, panjang/pendek, besar/kecil, polymorph, tidak berspora, tidak berkapsul, tidak bergerak, bergranula yang terletak di salah satu atau kedua ujung badan bacteri.

Page 13: Isolasi Dan Identifikasi Corynobacterium

v  Pemeriksaan dilakukan : Pemeriksaan Mikroskopis, Pemeriksaan Biakan bakteri, Tes Biokimia, Tes Virulensi.

v  Pemeriksaan Mikroskopis dengan pewarnaan gram dan neisser.

v  Biakan bakteri pada media, antara lain : Media Loeffler Agar, agar tellurite, agar darah, gula-gula, tellurite cair, Blood Tellurite Agar.

v  Tes biokimia Corynobacterium diptheriae memberikan hasil terhadap Glukosa,

v   Sakarosa, Amylum yakni sebagai berikut :    C. diphteriae   + – +/-

C. Xerosis       + + +

C. hofmanii     – - -

v  Tes virulensi dilakukan dengan dua cara yakni : in vivo dan in vitro.

KELOMPOK IV

Di Susun Oleh :

1. 1. ROLLY ISWANTO IBRAHIM

1. 2. RACHMITA

1. 3. RATNA SARI

1. 4. RIKA RAHIM

1. 5. MUNAWAR

1. 6. MUHAMAD ABILLAH KADIR

1. 7. MUHAMMAD AGUSTIAWAN

1. 8. NURMAWATI

1. 9. NURAENI

1. 10. RIAN A. PRATAMA

Page 14: Isolasi Dan Identifikasi Corynobacterium

DAFTAR PUSTAKA

v  Jawetz, E., 1996, Mikrobiologi Kedokteran, EGC, Jakarta.

v  Oswari, E., 1991. Penyakit dan Penanggulangannya, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

v  Soemarno.Isolasi dan Identifikasi Bakteri Klinik.Aademi Analis Kesehatan Yogjakarta Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Yogjakarta

v  Tim Mikrobiologi.2003.Bakteriologi Medik.Bayumedia Publishing: Malang

v http://www.majalahmeditao.com/523/dyphteria/#more-523

v http://www.unsoed.ac.id/cmsfak/UserFiles/File/PSKp/linklokal/PENATALAKSANAAN%20SPESIMEN2.ppt.

v http://www.fk.uwks.ac.id/elib/Arsip/Departemen/Mikrobiologi/CORYNEBACTERIUM.pdf.

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang…………………………………………………………………………….1

2. 2. Rumusan Masalah……………………………………………………………………….23. 3. Tujuan Penulisan…………………………………………………………………………2

BAB II PEMBAHASAN

1. 1. Klasifikasi Ilmiah Bakteri Corynobacterium diptheriae…………………32. 2. Morfologi Bakteri Corynobacterium diptheriae………………………..3-43. 3. Abstrak Corynobacterium diptheriae…………………………………………..44. 4. Pemeriksaan Corynobacterium diptheriae………………………………5-105. 5. Skema Pemeriksaan Corynobacterium diptheriae………………………11

BAB III PENUTUP

Kesimpulan……………………………………………………………………………………..12

Page 15: Isolasi Dan Identifikasi Corynobacterium

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1. LATAR BELAKANG

Dewasa ini, Indonesia sangat riskan polemic – polemic yang terjadi di masyarakat, terutama di lingkup Kesehatan Masyarakat. Dari berbagai aspek,kesehatan sangatlah penting dalam kehidupan, dan telah sangat banyak masyarakat yang memahami akan pentingnya kesehatan.Namun hal tersebut tarpati hanya pada kalangan atas yang memiliki tingkat perekonomian yang mencuupi,sedang kalangan menegah ke bawah tidak begitu besar kesadaran personal akan pentingnya kesehatan. Hal itu banyak disebabkan karena tingka perekonomian yang mencekik beleggu kesadaran tersebut. Sehingga belakangan ini banyak tersebar berbagai endemic penyakit di Indonesia,misalnya : Difteri.

Difteri merupakan salah satu penyakit yang sangat menular (contagious disease). Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri Corynebacterium diphtheriae, yaitu kuman yang menginfeksi saluran pernafasan, terutama bagian tonsil, nasofaring (bagian antara hidung dan faring/ tenggorokan) dan laring. Penularan difteri dapat melalui kontak hubungan dekat, melalui udara yang tercemar oleh carier atau penderita yang akan sembuh, juga melalui batuk dan bersin penderita.

Penderita difteri umumnya anak-anak, usia di bawah 15 tahun. Dilaporkan 10 % kasus difteri dapat berakibat fatal, yaitu sampai menimbulkan kematian. Selama permulaan pertama dari abad ke-20, difteri merupakan penyebab umum dari kematian bayi dan anak – anak muda. Penyakit ini juga dijumpai pada daerah padat penduduk dengan tingkat sanitasi rendah. Oleh karena itu, menjaga kebersihan sangatlah penting, karena berperan dalam menunjang kesehatan kita.

Lingkungan buruk merupakan sumber dan penularan penyakit.Sejak diperkenalkan vaksin DPT (Dyphtheria, Pertusis dan Tetanus), penyakit difteri mulai jarang dijumpai. Vaksin imunisasi difteri diberikan pada anak-anak untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh agar tidak terserang penyakit tersebut. Anak-anak yang tidak mendapatkan vaksin difteri akan lebih rentan terhadap penyakit yang menyerang saluran pernafasan ini.

Untuk itulah sehingga dianggap perlu untuk menulis makalah ini yang berjudul “ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI DIFTERIAE PADA SWAB TENGGOROK “.

Page 16: Isolasi Dan Identifikasi Corynobacterium

1. 2. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah adalah sebagai berikut :

Seperti apa Bakteri Corynebacterium diptheriaeberdasarkan pengklasifikasian dan morfologinya ?

Bagaimana Corynebacterium diptheriae itu sendiri secara abstrakturnya ? Bagaimana Pemeriksaan Corynebacterium diptheriaeterhadap isolasi dan

identifikasinya dari pra analitik hingga pasca analitik ? Bagaimana Pemeriksaan Bakteri Corynobacterium diptheriae secara skematis ?

1. 3. TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

Untuk mengetahui bakteri Corynobacterium diptheriae berdasarkan pengklasifikasiannya dan morfologinya.

Untuk mengetahui bakteri Corynobacterium diptheriae secara abstraktur terhadap sifat patogenitasnya.

Untuk mengetahui pemeriksaan Corynobacterium diptheriae terhadap isolasi dan identifikasi dari pra analitik hingga pasca analitik.

Untuk mengetahui skema pemeriksaan bakteri Corynobacterium diptheriae agar memudahkan dalam pemeriksaannya nanti bagi pranata laboratorium.

BAB II

PEMBAHASAN

1. 1. Klasifikasi Ilmiah Bakteri Corynebacterium diptheriae

Kingdom    :           Bacteria

Filum         :           Actinobacteria

Ordo          :           Actinomycetales

Famili        :           Corynebacteriaceae

Genus        :           Corynebecterium

Spesies       :          Corynebacterium diphtheria

Page 17: Isolasi Dan Identifikasi Corynobacterium

Sub spesies            :           a. Corynebacterium diptheriae gravis

b. Corynebacterium diptheriae mitis

c. Corynebacterium diptheriae intermedius

1. 2. Morfology Bakteri  Corynebacterium diptheriae

Gram (+) batang, panjang/pendek, besar/kecil, polymorph, tidak berspora, tidak berkapsul, tidak bergerak, bergranula yang terletak di salah satu atau kedua ujung badan bacteri.

Pada pewarnaan menurut Neisser, tubuh bacteri berwarna kuning atau coklat muda sedangkan granulanya berwarna biru violet ( meta chromatis ).

Preparat yang dibuat langsung dari specimen yang baru diambil dari pasien, letanya bakteri seperti  huruf – huruf  L, V, W, atau tangan  yang  jarinya terbuka atau sering di kenal sebagain Susunan sejajar / paralel / palisade / sudut tajam huruf  V, L, Y / tulisan cina

Diameter 0,5 – 1 µm dan panjangnya 1 – 8 µm Menggembung pada satu  ujungnya berbentuk gada “club shape” Berisi granula metakromatik Babes Berisi granula metakromatik Babes-Ernest

dengan  pewarnaan neisser / metilen blue loeffler Tidak punya spora Non motil Basil, Gram positif , pleiomorfik Tidak tahan asam Dinding sel mengandung asam meso diaminopimelik, arabinosa,

galaktosa, asam mikolik

1. 3. Abstrak Corynebacterium diptheriae

Page 18: Isolasi Dan Identifikasi Corynobacterium

Corynebacterium diphtheriae merupakan makhluk anaerobik fakultatif dan gram positif, ditandai dengan tidak berkapsul, tidak berspora, dan tak bergerak. Corynebacterium diphtheriae terdiri dari 3 biovar, yaitu gravis, mitis, dan intermedius. Di alam, bakteri ini terdapat dalam saluran pernapasan, dalam luka-luka, pada kulit orang yang terinfeksi, atau orang normal yang membawa bakteri. Bakteri yang berada dalam tubuh akan mengeluarkan toksin yang aktivitasnya menimbulkan penyakit difteri. Bakteri ini biasanya menyerang saluran pernafasan, terutama terutama laring, amandel dan tenggorokan. Penyakit ini sering kali diderita oleh bayi dan anak-anak. Perawatan bagi penyakit ini adalah dengan pemberian antitoksin difteri untuk menetralkan racun difteri, serta eritromisin atau penisilin untuk membunuh bakteri difteri. Sedangkan untuk pencegahan bisa dilakukan dengan vaksinasi dengan vaksin DPT.

Patogenesis

Di alam, Corynebacterium diphtheriae terdapat dalam saluran pernapasan, dalam luka – luka, pada kulit orang yang terinfeksi, atau orang normal yang membawa bakteri. Bakteri disebarkan melalui droplet atau kontak dengan individu yang peka. Bakteri kemudian tumbuh pada selaput mukosa atau kulit yang lecet, dan bakteri mulai menghasilkan toksin. Pembentukan toksin ini secara in vitro terutama bergantung pada kadar besi. Pembentukan toksin optimal pada kadar besi 0,14 µg/ml perbenihan tetapi benar-benar tertekan pada 0,5 µg/ml. Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya toksin in vitro adalah tekanan osmotik, kadar asam amino, pH, dan tersedianya sumber-sumber karbon dan nitrogen yang cocok.

Toksin difteri adalah polipeptoda tidak tahan panas (BM 62.000) yang dapat mematikan pada dosis 0,1 µg/kg. Bila ikatan disulfida dipecah, molekul dapat terbagi menjadi 2 fragmen, yaitu fragmen A dan fragmen B. Fragmen B tidak mempunyai aktivitas tersendiri, tetapi diperlukan untuk pemindahan fragmen A ke dalam sel. Fragmen A menghambat pemanjangan rantai polipeptida (jika ada NAD) dengan menghentikan aktivitas faktor pemanjangan EF-2. Faktor ini diperlukan untuk translokasi polipeptidil- RNA transfer dari akseptor ke tempat donor pada ribosom eukariotik. Fragmen toksin A menghentikan aktivitas EF-2 dengan mengkatalisis reaksi yang menhasilkan nikotinamid bebas ditambah suatu kompleks adenosin difosfat-ribosa-EF-2 yang tidak aktif. Diduga bahwa efek nekrotik dan neurotoksik toksin difteria disebabkan oleh penghentian sintesis protein yang mendadak.

1. PEMERIKSAAN Corynebacterium diphtheriae

PRA ANALITIK

Page 19: Isolasi Dan Identifikasi Corynobacterium

“ PENGAMBILAN SPESIMEN, PENYIMPANAN, dan PENGIRIMAN ”

A.TUJUAN

Untuk mendapatkan spsimen usap tenggorok yang memenuhi persyaratan untuk pemeriksaan baktriologik

Waktu pngambilan

Setiap saat terutama pada phase akut , sebaiknya sebelum pemberian antimokroba.

B.PERALATAN DAN BAHAN

1. Peralatan

Spatula lidah

2. Bahan

Lidi kapas steril Media transport (Amies/stuart Media) Media isolasi (Agar darah, Agar Cystin Tellurite, Agar Loeffler) Pewarna gram dan Neisser

D.PROSEDUR PENGAMBILAN

ü  Penderita duduk ( kalau anak-anak dipangku)

ü  Penderita diminta membuka mulut

ü  Lidah ditekan dengan sptel liidah

ü  Masukkan lidi kapas yang sudah dibasahi dengan saline steril hingga menyentuh dinding belakang faring

ü  Usap kekiri dan kanan dinding belakang faring dan tonsil lalu tarik keluar dengan hati-hati, tanpa menyentuh bagian mulut yang lain.

ü  Masukkan lidi kapas ke dalam media transport atau langsung tanam pada media isolasi (Agar darah, Agar Cystin Telluritee, Agar Loeffler) dan di buat sediaan.

E.PEMBERIAN IDENTITAS

Page 20: Isolasi Dan Identifikasi Corynobacterium

1. Formulir permintaan pemeriksaaan

Surat pngantar/formulir permintaan pemeriksaan laboratorium sebaiiknya memuat secara lengkap :

Tanggal permintaan Tanggal dan jam pengambilan specimen Identitas pasien ( Nama, umurr, jenis kelamin, alamat, nomor rekam medik ) identtits pengirim ( nama, alamat, nomor telepon) identits specimen ( jenis, volume, lokasi pengambilan) pemeriksaan laboratorium yang di minta nama pengambil spsimen transport media ketrangan klinis : diagnosis atau riwayat singkat pnyakit, riwayat pengobatan.

2. Label

Wadah specimen yang dikirim ke laboratorium diberi label yang harus memuat :

1. Tanggal pengambilan specimen2. Identitas pasien3. Jenis Spesimen

F. PENYIMPANAN SPESIMEN

Bila specimen tidak dapat di simpan pada heri yang sama, specimen disimpan dalam refrigerator (20 – 80C).Untuk biiakan bakteri mikroaerofilikdisimpan dalam suasana CO2 5-10 % ( Sungkup lilin )

G. PENGIRIMAN SPESIMEN

Pengiriman specimen dilakukan dengan menggunakan “ cool box “(20 – 80C). kecuali jika waktu perjalanan yang diperlukan kurang dari 24 jam.

ANALITIK

Terlepas dari hal itu, proses analitik secara sistematis dan komprehensif adalah sebagai berikut :

1. A. CULTUR DAN BIOKIMIA

Page 21: Isolasi Dan Identifikasi Corynobacterium

Tumbuhnya aerob dengan suhu optimum 370C

Untuk dapat tumbuh dengan baik medianya perlu diperkaya dengan darah atau serum

Blood Agar Plate        :Koloni kecil-kecil,putih keruh,smooth,cembung,haemolytis atau     anhaemolytis

Tellurite blood agar plate:Koloni kecil-kecil,abu-abu tengahnya hitam,hitam elabu atau hitam  seluruhnya,mengkilat,smooth,cembung

Loeffler Serum            :Koloni subur,smooth,putih cream,sedikit cembung

Nutrient Agar              :Koloni kurus,smooth,putih dengan bercak hitam

Media gula-gula          : Glucose         : asam

Lactose          : alkalis

Mannitol        : alkalis

Sucrose          : acalis

Trehalose       : asam

Maltose         : asam

Catalase Tes                : (+)

Urea hydrolysa            : (-)

Motility                       : (-)

Nitrat reduksi              : (+)

Bahan pemeriksaan ditanam pada perbenihan di atas, kemudian di nkubasi 37°C selama 1 malam kecuali agar telurit selama 2 malam. Hasil biakan pada Loefler terlihat koloni-koloni barwarna putih, selanjutnya dibuat preparat Albert atau Neisser. Dari telurit cair ditanam pada loefler sebagai tanaman ulangan, dan pada agar darah diperiksa adanya kuman-kuman pathogen lainnya.

1. B. ISOLASI DAN IDENTIFIKASI Corynebacterium diptheriae

Page 22: Isolasi Dan Identifikasi Corynobacterium

1. Tujuan :        Melakukan isolasi dan identifikasi bakteri penyebab infeksi saluran pernapasan bagian atas pada penderita dan pada carier.

1. Peralatan :        Inkubator, kaca objek, kaca penutup, lampu spiritus, mikroskop, sengkelit, sungkup lilin.

1. C. Media & Reagen

-         Agar darah

-         Agar Loeffler

-         Agar Cysttin Tellurite

-         Pewarnaan Gran

-         Pewarnaan Neisser

1. D. Prosedur Pemeriksaan

Hapus tenggorokan, hapus hidung atau dari tempat lain yng mencurigakan . Identifikasi berdasarkan atas :             1. Pemeriksaan mikroskopik

2. Pembiakan

3. Uji biokimia

4. Uji virulensi

1. 1. Pemeriksaan Mikroskopis dengan pewarnaan gram dan neisser

Dibuat preparat hapus dari bahan pemeriksaan dan diwarnai dengan Neisser dan Gram, hasil yang diamatai  adalah sebagai berikut :

Bentuk

Warna

Batang

Granula

Page 23: Isolasi Dan Identifikasi Corynobacterium

Susunan Batang

Seperti huruf cina atau membentuk hurup V, L, T

1. 2. Pemeriksaan Biakan

Dengan menggunakan Media antara ain : Media Loeffler Agar, agar tellurite, agar darah, gula-gula, tellurite cair, Blood Tellurite Agar.

-         Loeffler : gunanya untuk menyuburkan bakteri sehingga bila dibuat preparatakan tampak granula yang jelas.

-         Blood Tellurite Agar         :  Media selektif differensial.

-         Agar tellurit : gunanya untuk isolasi koloni-koloni Corynebacterium diphtheriae yang selanjutnya ditanam pada gula-gula untuk difteri.

-         Telurit cair : berguna sebagai media pengaya.

-         Agar darah : gunanya untuk membiak kuman-kuman lainnya seperti Streptococcus haemolyticus dan Staphylococcus aerus

-         Gula-gula untuk difteri : glukosa serum dan sakarosa serum untuk membedakan C. diptheri dengan kuman sejenis

Adapun proses pemeriksaan bakterinya adalah sebagai berikut :

1. Inokulasi

Dari media Transport maupun secara langsung specimen ditanam pada :

-         Agar darah untuk isolasi Corynebacterium diptheriae

-         Agar Loeffler untuk isolasi Corynebacterium diptheriae

-         Agar Cysttin Tellurite untuk isolasi Corynebacterium diptheriae

1. Inkubasi

-         Agar darah pada suhu 35 – 370C dalam sungkup lilin selama 24 – 48 jam.

-         Agar Cysttin Tellurite dan Agar Loeffler pada suhu 35 – 370C selama 24 – 48 jam

Page 24: Isolasi Dan Identifikasi Corynobacterium

1. Amati Pertumbuhan koloni pada media isolasi : Koloni yang tumbuh dilakukan pewarnaan Neisser, bila dijumpai adanya granula dilanjutkan dengan uji identifikasi tes biokimia dan tes virulensi.

Tes biokimia

Koloni tersangka yang berwarna abu-abu hitam pada agar telurit ditanam pada glukosa serum dan sakarosa serum (atau bisa pula ditambahkan amylum), kemudian dieram pad suhu 370C selama 1 malam. Hasil pengamatan adalah sebagai berikut :

Glukosa Sakarosa Amylum

C. diphteriae   + – +/-

C. Xerosis       + + +

C. hofmanii     – - -

Tes virulensi

Tes ini digunakan untuk mengetahui bakteri Corynobacterium diptheriae yang diisolasi adalah virulen arena menghasilkan eksotoksin, yang dilakukan dengan dua cara, yakni :

a. in vivo     :    Intrakutan dan tes subkutan

b. in vitro    :     Tes elek-Ouchterlony (gel difusi gel dari elek)

caranya            :           pada medium gel yang mengandung serum, sebelum mengeras diletakan 1 strip kertas yang telah dijenuhi dengan antitoksin pada tengah-tengah medium dan ditekan perlahan ke bawah permukaan dengan pingset steril.Kemudian medium dibiarkan mengeras.Setelah itu biakan dari bakteri difteri yang dicurigai digoreskan menyilang dengan tegak lurus pada strip kertas.Perlu juga digoreskan biakan bakteri sebagai control positif maupun negative.Setelah diinkubasi pada suhu 370C seama 24 – 48 jam, dilihat ada tidaknya garis presipitasi yang terjadi pada bakteri tes.

1. E. Pembacaan dan Interpretasi hasil

1. Pemeriksaan Mikroskopis dengan pewarnaan Gram

Yakni : Gram Positif  Batang, Panjang Pendek, Besar Kecil, polymorph, tidak berspora, tidak berkapsul, ada pool korrel pada salah satu atau kedua ujungnya.

Page 25: Isolasi Dan Identifikasi Corynobacterium

1. Biakan

Koloni tersangka yang tumbuh pada media sebagai berikut :

Blood Agar Plate        :Koloni kecil-kecil,putih keruh,smooth, cembung,haemolytis atau     anhaemolytis

Tellurite blood agar     :Koloni kecil-kecil,abu-abu tengahnya hitam,hitam kelabu atau hitam  seluruhnya,mengkilat,smooth,cembung

Loeffler Serum            :Koloni subur, smooth,putih cream, sedikit cembung

Pembacaan dan interpretasi hasil disesuaikan terhadap sifat – sifat spesifikasi bakteri Corynebacterium diptheriae seperti yang telah diutarakan sebelumnya.

PASCA ANALITIK

Melakukan sterilisasi terhadap berbagai alat-alat yang telah digunakan agar dapat steril dan tidak mengkontaminasi benda-benda yang lain dengan dimasukan ke dalam autoklaf

Terhadap Media atau bahan-bahan hasil pemeriksaan yang infeksius dilakukan pemusnahan dengan pembakaran panas tinggi , dengan menggunakan incinerator.

Mencuci tangan dengan sabun setelah memeriksa agar steril dari zat-zat yang infeksius

1. 5. SKEMA PEMERIKSAAN ISOLASI DAN IDENTIFIKASI

Corynebacterium diptheriae

HARI 1           :

Spesimen ditanam pada Blood agar plate dan Tellurite Blood agar plate Masuk incubator 370C selama 24 jam

HARI 2           :

Koloni yang tersangka Corynobacterium diptheriaeo Dibuat 2 preparat :

1. Satu dicat Gram      : untuk melihat adanya Gram (+) batang

Page 26: Isolasi Dan Identifikasi Corynobacterium

2. Satu dicat Neisser   : untuk melihat adanya granula bakteri

Ditanam Subcultur di media Loeffler Serum blood agar  tube atau BHI agar  tube

HARI 3

Koloni yang tumbuh di Loeffler Serum atau Blood agar tube atau BHI agar tube, di buat smear dicat menurut Neisser untuk melihat ada tidaknya granula/poalkorrel. Selain itu juga di tanam di dalam media gula-gula dan media identifikasi yang lain.

Masuk Inkubator 370C selama 24 jam

HARI 4

Dibaca dan dicatat pertumbuhan media gula dan media identifikasi. Setelah dilakukan tes kimia kemudian dicocokan dengan sifat-sifat Culturil dan Biochemisnya, serta Morphologisnya untuk menentukan diagnosisnya.

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

v  Bakteri Corynobacterium diptheriae : Gram (+) batang, panjang/pendek, besar/kecil, polymorph, tidak berspora, tidak berkapsul, tidak bergerak, bergranula yang terletak di salah satu atau kedua ujung badan bacteri.

v  Pemeriksaan dilakukan : Pemeriksaan Mikroskopis, Pemeriksaan Biakan bakteri, Tes Biokimia, Tes Virulensi.

v  Pemeriksaan Mikroskopis dengan pewarnaan gram dan neisser.

v  Biakan bakteri pada media, antara lain : Media Loeffler Agar, agar tellurite, agar darah, gula-gula, tellurite cair, Blood Tellurite Agar.

v  Tes biokimia Corynobacterium diptheriae memberikan hasil terhadap Glukosa,

v   Sakarosa, Amylum yakni sebagai berikut :    C. diphteriae   + – +/-

C. Xerosis       + + +

Page 27: Isolasi Dan Identifikasi Corynobacterium

C. hofmanii     – - -

v  Tes virulensi dilakukan dengan dua cara yakni : in vivo dan in vitro