isolasi

11
II.3 Isolasi Mycobacterium tuberculosis Dua ml contoh dahak di masukkan kedalam tabung sentrifuse plastic berskala, tambahkan kedalamnya 2 ml NaOH 2% (yang mengandung indicator brom thimol blue 0,0004%) sebagai bahan pembunuh kontaminan (dekontaminan) . Campuran yang berwarna biru muda ini homogenkan dan biarkan 15 menit.Kemudian kedalamnya tambahkan tetes demi tetes larutan asam ortho fosfat (H 3PO4) 10% yang juga mengandung indikator brom thimol blue, sehingga warna berubah menjadi kekuning- kuningan, perubahan warna ini menunjukkan bahwa NaOH telah dinetralisir oleh H 3P04. Campuran disentrifuse dengan putaran 3000 putaran per menit (rpm) selama 10 menit, cairan jernih diatas (supernatan) dibuang dan endapannya (deposit) dipupuk pada media Lowenstein Jensen dan Stonebrink, lalu diinkubasikan pada suhu 37°C, dan diamati sampai 8 minggu. Untuk pemeriksaan secara langsung (direct), dari endapan dibuat preparat, diwarnai dengan pewarnaan tahan asam (Ziehl Neelsen), diperiksa dibawah mikroskop dengan pembesaran 8 x 100 . Pemeriksaan pupukan Bakteri yang tumbuh pada media Lowenstein Jensen dan Stonebrink dibuat preparat, warnai dengan pewarnaan tahan asam . Pupukan murni bakteri tahan asam dipupuk kembali pada media Lowenstein Jensen dan Stonebrink untuk memperoleh pertumbuhan yang subur (banyak) kemudian diuji reaksi biokimianya meliputi uji reduksi nitrat, niasin, pirazinamidase,urease, reduksi telurit, hidrolisa tween 80 dan aril sulfase (Anonim 1988, Kent PT dkk. 1985)

description

lepra

Transcript of isolasi

II.3Isolasi Mycobacterium tuberculosisDua ml contoh dahak di masukkan kedalam tabung sentrifuse plastic berskala, tambahkan kedalamnya 2 ml NaOH 2% (yang mengandung indicator brom thimol blue 0,0004%) sebagai bahan pembunuh kontaminan (dekontaminan) . Campuran yang berwarna biru muda ini homogenkan dan biarkan 15 menit.Kemudian kedalamnya tambahkan tetes demi tetes larutan asam ortho fosfat (H 3PO4) 10% yang juga mengandung indikator brom thimol blue, sehingga warna berubah menjadi kekuning-kuningan, perubahan warna ini menunjukkan bahwa NaOH telah dinetralisir oleh H 3P04. Campuran disentrifuse dengan putaran 3000 putaran per menit (rpm) selama 10 menit, cairan jernih diatas (supernatan) dibuang dan endapannya (deposit) dipupuk pada media Lowenstein Jensen dan Stonebrink, lalu diinkubasikan pada suhu 37C, dan diamati sampai 8 minggu.Untuk pemeriksaan secara langsung (direct), dari endapan dibuat preparat, diwarnai dengan pewarnaan tahan asam (Ziehl Neelsen), diperiksa dibawah mikroskop dengan pembesaran 8 x 100 .Pemeriksaan pupukanBakteri yang tumbuh pada media Lowenstein Jensen dan Stonebrink dibuat preparat, warnai dengan pewarnaan tahan asam . Pupukan murni bakteri tahan asam dipupuk kembali pada media Lowenstein Jensen dan Stonebrink untuk memperoleh pertumbuhan yang subur (banyak) kemudian diuji reaksi biokimianya meliputi uji reduksi nitrat, niasin, pirazinamidase,urease, reduksi telurit, hidrolisa tween 80 dan aril sulfase (Anonim 1988, Kent PT dkk. 1985)

Mycobacterium Leprae Meskipun organisme ini telah dilukiskan oleh Hensen pada tahun 1873, kuman ini tidak dapat dibiakkan pada pembenihan bakteriologik yang tidak hidup.Kuman ini menimbulkan penyakit lepra. Terdapat lebih dari 1 juta kasus lepra, terutama di Asia. Ciri-cirinya adalah basil tahan asam tunggal, dalam nerkas sejajar, atau dalam masa berbentuk bola secara tetap ditemukan dalam sediaan mikroskopis atau kerokan kulit atau selaput lendir (terutama septum nasi) pada lepra lepromatosa. Basil sering ditemukan dalam sel-sel endotel pembuluh darah atau dalam sel-sel mononuklir. Organisme tidak tumbuh pada pembenihan buatan. Bila basil dari manusia penderita lepra (jaringa dasar : kerokan hidung) diinokulasikan ke dalam telapak kaki mencit, timbul lesi granulomatosa ringan dengan pembiakkan basil yang terbatas. Armadillo yang diinokulasikan akan menderita lepra granulomatosa yang luas, dan armadillo yang terinfeksi dengan lepra secara spontan pernah ditemukan di Texas. M Leprae dari Armadillo atau jaringan manusia yang mengandungyang khas, mungkin suatu enzim yang khas dari lepra. 2.3.1 Morfologi dan IdentifikasiA. Bentuk:M. lepraeberbentuk batang lurus atau sedikit bengkok, berukuran 1-8 X 0,2-0,5 mikron. Tahan asam, tetapi dibandingkan denganM. tuberculosislebih lemah. Dengan pengecatan Ziehl-Neelsen basil lepra tampak satu-satu atau umumnya bergerombol karena diikat oleh suatu glia (zat semacam lipid) dan ini membentuk bangunan yang khan. Bentuk itu ada yang disebut globus. Dalam bentuk ini basil lepra tersusun sejajar, keseluruhannya membentuk semacam bola. Bentuk lain disebut bentuk cerutu. Basil-basil lepra tersusun sejajar, tetapi bentuk keseluruhannya menyerupai cerutu.

BakteriMycrobacterium LepraeB. Penanaman:Sampai saat ini belum ada suatu jenis medium, baik medium buatan maupun biakan jaringan, yang dapat dipergunakan untuk pembiakan basil lepra. Penanaman pada binatang percobaan yang telah berhasil dan dijadikan standar adalah inokulasi pada telapak kaki mencit dan dipertahankan pada suhu 20C. Binatang lain yang jugs peka terhadap basil lepra adalah suatu jenis dari armadillo.C. Pertumbuhan Khusus:Penanaman pada binatang percobaan menunjukkan bahwa basil lepra mempunyai waktu generasi cukup panjang, yaitu antara 12 hari sampai 42 hari, dibanding dengan 14 jam pada basil tbc atau 20 menit pada coliform.D. Sifat-Sifat: Basil lepra dalam suasana panas dan lembab dapat tetap hidup selama 9-16 hari. Jika terkena sinar matahari secara langsung dapat bertahan hidup selama 2 jam, terhadap sinar u.v. hanya dapat bertahan 30 menit.

2.3.2 PatogenesisLepra adalah suatu granulomatosa kronik, disebabkan oleh basil lepra, yang terutama menyerang kulit, saraf perifer, dan mukosa hidung.Akan tetapi pada dasamya dapat menyerang pula setiap jaringan tubuh yang lain.Meskipun cara masukM. Lepraeke tubuh belum diketahui pasti, beberapa penelitian, tersering melalui kulit yang lecet pada bagian tubuh bersuhu dingin dan melalui mukosa nasal.PengaruhM. Lepraeke kulit tergantung bourgeois imunitas seseorang, kemampuan hidup M. Leprae pada suhu tubuh yang rendah, waktu regenerasi lama, serta sifat kuman yang Avirulen dan non toksis.M. Leprae(Parasis Obligat Intraseluler) terutama terdapat pada sel macrofag sekitar pembuluh darah better pada dermis atau sel Schwann jaringan saraf, bila kuman masuk tubuh tubuh bereaksi mengeluarkan macrofag (berasal dari monosit darah, sel mn, histiosit) untuk memfagosit.Tipe LL: terjadi kelumpuhan system imun seluler tinggi macrofag tidak mampu menghancurkan kuman dapat membelah diri dengan bebas merusak jaringan.Tipe TT: fase system imun seluler tinggi macrofag dapat menghancurkan kuman hanya setelah kuman difagositosis macrofag, terjadi sel epitel yang tidak bergerak aktif, dan kemudian bersatu membentuk sel dahtian longhans, bila tidak segera diatasi terjadi reaksi berlebihan dan masa epitel menimbulkan kerusakan saraf dan jaringan sekitar. 2.3.3 PatologiMekanisme penularan yang tepat belum diketahui. Beberapa hipotesis telah dikemukakan seperti adanya kontak dekat dan penularan dari udara.Selainmanusia, hewan yang dapat tekena kusta adalaharmadilo,simpanse, danmonyet pemakan kepiting. Terdapat bukti bahwa tidak semua orang yang terinfeksi oleh kumanM. Lepraemenderita kusta, dan diduga faktor genetika juga ikut berperan, setelah melalui penelitian dan pengamatan pada kelompok penyakit kusta di keluarga tertentu.Belum diketahui pula mengapa dapat terjadi tipe kusta yang berbeda pada setiap individu. Faktor ketidak cukupan gizi juga diduga merupakan faktor penyebab.Penyakit ini sering dipercaya bahwa penularannya disebabkan oleh kontak antara orang yang terinfeksi dan orang yang sehat. Dalam penelitian terhadap insidensi, tingkat infeksi untuk kontak lepra lepromatosa beragam dari 6,2 per 1000 pertahun diCebu,Philipinahingga 55,8 per 1000 per tahun diIndiaSelatan.Dua pintu keluar dariM. lepraedari tubuh manusia diperkirakan adalah kulit dan mukosa hidung. Telah dibuktikan bahwa kasus lepromatosa menunjukkanadnaya sejumlah organisme didermiskulit. Bagaimanapun masih belum dapat dibuktikan bahwa organisme tersebut dapat berpindah ke permukaan kulit. Walaupun terdapat laporan bahwaditemukanyabakteri tahan asam diepiteldeskuamosadi kulit, Weddelet almelaporkan bahwa mereka tidak menemukan bakteri tahan asam diepidermis.Dalam penelitian terbaru, Jobet almenemukan adanya sejumlahM. lepraeyang besar di lapisankeratin superfisialkulit di penderita kusta lepromatosa.Hal ini membentuk sebuah pendugaan bahwa organisme tersebut dapat keluar melaluikelenjar keringat.Pentingnya mukosa hidung telah dikemukakan olehSchffer pada1898. Jumlah dari bakteri dari lesi mukosa hidung di kusta lepromatosa, menurut Shepard, antara 10.000 hingga 10.000.000 bakteri. Pedley melaporkan bahwa sebagian besar pasien lepromatosa memperlihatkan adanya bakteri di sekret hidung mereka.Davey dan Rees mengindikasi bahwa sekret hidung dari pasien lepromatosa dapat memproduksi 10.000.000 organisme per hari.Pintu masuk dariM. lepraeke tubuh manusia masih menjadi tanda tanya. Saat ini diperkirakan bahwa kulit dan saluran pernapasan atas menjadi gerbang darimasuknya bakteri. Rees dan McDougall telah sukses mencoba penularan kusta melaluiaerosoldi mencit yang ditekan sistem imunnya.Laporan yang berhasil juga dikemukakan dengan pencobaan pada mencit dengan pemaparan bakteri di lubang pernapasan. Banyak ilmuwan yang mempercayai bahwa saluran pernapasan adalah rute yang paling dimungkinkan menjadi gerbang masuknya bakteri, walaupun demikian pendapat mengenai kulit belum dapat disingkirkan.Masa inkubasipasti dari kusta belum dapat dikemukakan. Beberapa peneliti berusaha mengukur masa inkubasinya. Masa inkubasi minimum dilaporkan adalah beberapa minggu, berdasarkan adanya kasus kusta pada bayi muda.Masa inkubasi maksimum dilaporkan selama 30 tahun.Hal ini dilaporan berdasarkan pengamatan padaveteranperang yang pernah terekspos di daerah endemik dan kemudian berpindah ke daerah non-endemik. Secara umum, telah disetujui, bahwa masa inkubasi rata-rata dari kusta adalah 3-5 tahun.

2.3.4 Gambaran KlinisPermulaan penyakit lepra selalau tersembunyi dan membahayakan. Lesi-lesi menyerang jaringan tubuh yang lebih dingin : kulit, saraf superfisial, hidung, faring, laring, mata dan testis. Lesi kulit dapat berwujud lesi makula yang anastetik, dengan diameter 1-10 cm; eritematosa dafus atau tersendiri, nodula infiltrat berdiameter 1-5 cm; atau infiltrasi kulit yang difus. Gangguan neurologik dimanisfestasikan oleh infiltreasi dan penebalan saraf dengan akibat anestesia, neuritis, parestesia, ulkul trophic, dan reabsorbsi tulang dan pemendekan jari-jari.Perusakan bentuk karena infiltrasi kulit dan diserangnya saraf pada kasus yang tidak dapat diobati dapat hebat sekali.Penyakit ini dibagi menjadi 2 tipe yang utama, lepromatosa dan tuberkuloid, dengan beberapa bentuk peralihan. Pada tipe lepromatosa,perjalanan penyakit progrtesif dan ganas, dengan lesi-lesi noduler kulit;bekteremia yang terus-menerus; dan tes kulit lepromin (ekstrak jaringan lepromatosa) negatif. Pada leprea lepromatosa, kekebalan perantara sel jelas tidak ada dan kulit terinfiltrasi dengan sel-sel T penekan. Pada tipe tuberkuloid, perjalanan penyakit jinak dan tidak progresif, dengan lesi makuler pada kulit, saraf terserang hebat, mendadak dan secara tidak simetris, dengan sedikit basil terdapat dalam lesi, dan es kulit lepromin positif. Pada lepra tuberkuloid, kekebalan perantara sel utuh dan kulit terinfiltrasi dengan sel-sel T penolong.Manisfestasi sistemik anemia dan limfadenopati juga dapat terjadi. Seringkali mata terserang pula. Mungkin timbul amiloidosis.

2.3.5 Uji Laboratorium DiagnostikKerokan dengan pisau skalpel dari kulit, selaput lendir hidung, atau dari biopsi kulit cuping telinga dibuat sediaan mikroskopis pada gelas alas dan diwarnai dengan teknik Ziehl-Neelsen.Biopsi kulit atau saraf yang menebal memberikan gambaran histologik yang khas. Tidak ada tes serologik yang bermanfaat. Tes-tes serologik bukan treponemal untuk sifilis sering menghasilkan positif palsu pada lepra.S

2.3.6 Resistensi dan ImunitasBanyak orang takut berlebihan tertular penyakit kusta. Padahal menurut penelitian medis Kusta merupakan jenis penyakit menular yang sulit menular.Ada 3 (tiga) kelompok orang dalam system penularan penyakit kusta:Orang yang memiliki tingkat imunitas (kekebalan) tinggi terhadap kuman kusta, maka orang tersebut akan resisten terhadap kuman kusta.Orang yang memiliki kekebalan rendah terhadap kuman kusta, maka mungkin orang tersebut dapat terinfeksi kuman kusta namun akan sembuh dengan sendirinya.Orang yang tidak memiliki kekebalan terhadap penyakit kusta. Jika orang tersebut melakukan kontak langsung dan dalam waktu yang lama dengan orang yang membawa bakteri kusta dan belum minum obat, maka orang tersebut akan mengalami sakit kusta.Dari hasil penelitian diketahui bahwa 95% manusia memiliki kekebalan (resisten) terhadap penyakit kusta. Sementara hanya 5% orang yang tidak memiliki kekebalan terhadap kuman kusta. Sebagai sebuah ilusterasi: dari 100 orang, 95 orang tidak dapat terserang kusta, 3 orang sakit dan dapat sembuh dengan sendirinya, dan 2 orang sakit dan harus minum obat.

2.3.7 Penyakit yang Disebabkan Oleh Mycobacterium LepraePenyakit kusta adalah penyakit menular yg menahun yg disebabkan oleh Mycobacterium leprae yang menyerang saraf tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya.Jaringan tubuh yang diserang antara lain:mucosa mulut, salurannafas bagian atas, sistem retikuloendotelial, mata, otot-otot, tulang, testis.Kusta merupakan penyakit menahun yang menyerang syaraf tepi, kulit dan organ tubuh manusia yang dalam jangka panjang mengakibatkan sebagian anggota tubuh penderita tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Meskipun infeksius, tetapi derajat infektivitasnya rendah. Waktu inkubasinya panjang, mungkin beberapa tahun, dan tampaknya kebanyakan pasien mendapatkan infeksi sewaktu masa kanak-kanakKelompok yang berisiko tinggi terkena kusta adalah yang tinggal di daerah endemik dengan kondisi yang buruk seperti tempat tidur yang tidak memadai, air yang tidak bersih, asupan gizi yang buruk, dan adanya penyertaan penyakit lain seperti HIV yang dapat menekan sistem imun. Pria memiliki tingkat terkena kusta dua kali lebih tinggi dari wanita.

Penyakit Kusta A. Ciri-Ciri Lesi kulit pada paha. Manifestasi klinis dari kusta sangat beragam, namun terutama mengenai kulit, saraf, dan membran mukosa. Pasien dengan penyakit ini dapat dikelompokkan lagi menjadi kusta tuberkuloid (Inggris: paucibacillary), kusta lepromatosa (penyakit Hansen multibasiler), atau kusta multibasiler (borderline leprosy). Kusta multibasiler, dengan tingkat keparahan yang sedang, adalah tipe yang sering ditemukan. Terdapat lesi kulit yang menyerupai kusta tuberkuloid namun jumlahnya lebih banyak dan tak beraturan; bagian yang besar dapat mengganggu seluruh tungkai, dan gangguan saraf tepi dengan kelemahan dan kehilangan rasa rangsang. Tipe ini tidak stabil dan dapat menjadi seperti kusta lepromatosa atau kusta tuberkuloid. Kusta tuberkuloid ditandai dengan satu atau lebih hipopigmentasi makula kulit dan bagian yang tidak berasa (anestetik). Kusta lepormatosa dihubungkan dengan lesi, nodul, plak kulit simetris, dermis kulit yang menipis, dan perkembangan pada mukosa hidung yang menyebabkan penyumbatan hidung (kongesti nasal) dan epistaksis (hidung berdarah) namun pendeteksian terhadap kerusakan saraf sering kali terlambat. Tidak sejalan dengan mitos atau kepercayaan yang ada, penyakit ini tidak menyebabkan pembusukan bagian tubuh. Menurut penelitian yang lama oleh Paul Brand, disebutkan bahwa ketidakberdayaan merasakan rangsang pada anggota gerak sering menyebabkan luka atau lesi. Kini, kusta juga dapat menyebabkan masalah pada penderita AIDS. B. Gejala dan TandaBakteri penyebab lepra berkembangbiak sangat lambat, sehingga gejalanya baru muncul minimal 1 tahun setelah terinfeksi (rata-rata muncul pada tahun ke-5-7). Jenis lepra menentukan prognosis jangka panjang, komplikasi yang mungkin terjadi dan kebutuhan akan antibiotik :1.Lepra tuberkuloid ditandai dengan ruam kulit berupa 1 atau beberapa daerah putih yang datar. Daerah tersebut bebal terhadap sentuhan karena mikobakteri telah merusak saraf-sarafnya.2.Pada lepra lepromatosa muncul benjolan kecil atau ruam menonjol yang lebih besar dengan berbagai ukuran dan bentuk.Terjadi kerontokan rambut tubuh, termasuk alis dan bulu mata.3.Lepra perbatasan merupakan suatu keadaan yang tidak stabil, yang memiliki gambaran kedua bentuk lepra. Pada semua jenis, selama perjalanan penyakit baik diobati maupun tidak diobati, bisa terjadi reaksi kekebalan tertentu, yang kadang timbul sebagai demam dan peradangan kulit, saraf tepi dan kelenjar getah bening, sendi, buah zakar, ginjal, hati dan mata.

2.3.8 PengobatanBeberapa sulfon khusus (dapsone, DDS) dan rimfapin menekan pertumbuhan M Leprae dan manisfestasi klinis lepra bila diberikan selma beberapa bulan. Resistensi terhadap sulfon mulai timbul terhadap lepra. Berdasarkan alasan tersebut, pengobatan permulaan dengan kombinasi sulfon dan rifampin telah diselidiki.Klofazimin adalah obat oral (100-300 mg/hari) yang digunakan pada penderita lepra yang resisten terhadap sulfon.Sampai pengembangandapson,rifampin, danklofaziminpada 1940an, tidak ada pengobatan yang efektif untuk kusta. Namun, dapson hanyalah obat bakterisidal (pembasmi bakteri) yang lemah terhadapM. leprae. Penggunaan tunggal dapson menyebabkan populasi bakteri menjadi kebal. {ada 1960an, dapson tidak digunakan lagi.Pencarian terhadap obat anti kusta yang lebih baik dari dapson, akhirnya menemukan klofazimin dan rifampisin pada 1960an dan 1970an.Kemudian, Shantaram Yawalkar dan rekannya merumuskan terapi kombinasi dengan rifampisin dan dapson, untuk mengakali kekebalan bakteri.Terapi multiobat dan kombinasi tiga obat di atas pertama kali direkomendasi oleh Panitia Ahli WHO pada1981. Cara ini menjadi standar pengobatan multiobat.Tiga obat ini tidak digunakan sebagai obat tunggal untuk mencegah kekebalan atau resistensi bakteri.Terapi di atas lumayan mahal, maka dari itu cukup sulit untuk masuk ke negara yangendemik. Pada1985, kusta masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di 122 negara. Pada Pertemuan Kesehatan Dunia (WHA) ke-44 diJenewa,1991, menelurkan sebuah resolusi untuk menghapus kusta sebagai masalah kesehatan masyarakat pada tahun2000, dan berusaha untuk ditekan menjadi 1 kasus per 100.000. WHO diberikan mandat untuk mengembangkan strategi penghapusan kusta.Kelompok Kerja WHO melaporkanKemoterapi Kustapada1993dan merekomendasikan dua tipe terapi multiobat standar. Yang pertama adalah pengobatan selama 24 bulan untuk kusta lepromatosa dengan rifampisin, klofazimin, dan dapson. Yang kedua adalah pengobatan 6 bulan untuk kusta tuberkuloid dengan rifampisin dan dapson.Sejak1995, WHO memberikan paket obat terapoi kusta secara gratis pada negara endemik, melalui Kementrian Kesehatan. Strategi ini akan bejalan hingga akhir 2010.Pengobatan multiobat masih efektif dan pasien tidak lagi terinfeksi pada pemakaian bulan pertama. Cara ini aman dan mudah. jangka waktu pemakaian telah tercantum pada kemasan obat.

2.3.9 Epidemiologi, Pencegahan, dan PengawasanEpidemiologiPenularan penyakit lepra paling munkin terjadi bila anak-anak kecil berkontak selama masa waktu yang lama dengan orang pelepas basil yang berat.Sekret hidung merupakan bahan paling infeksius untuk hubungan keluarga. Masa inkubasi mungkin 2-10 tahun. Tanpa profilaksis, sekitar 10% anak-anak yang terinfeksi dapat emnderita penyakit ini. Pengobatan cenderung untuk mengurangu atau menghilangkan infektivitas penderita. Armadillo yang terinfeksi secara spontan ditemukan di Texas, tetapi mereka tidak berperan terhadap penularan penyakit lepra di Indonesia.Pencegahan dan PengawasanIdentifikasi dan pengobtan penderita lepra merupakan kunci pengawasan. Anak-anak dari orang tua yang terinfeksi diberiak khemoprofilaksis dan sulfon sampai orang tua tidak infeksius lagi. Bila salah satu dari anggota keluarga mederita lepra lepromatosa, nmaka profilaksis demikian diperlukan bagi anak-anak dalam keluarga tersebut. Vaksinasi BCG secara eksperimen dan vaksin M leprae telah digunakan pula untuk keluarga yang terkontak dan mungkin untuk masyarakat yang terkontak pada daerah endemik.